web viewlafal sumpah dokter indonesia (1960) kode etik kedokteran (1983) pernyataan...
TRANSCRIPT
TUTORIAL 7
ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN
Tutor : dr. Hasna Dewi
Oleh:
1. Lia Trisetyani (G1A110004)
2. Sucipno (G1A110005)
3. Zikri Saputra (G1A110006)
4. Abelia Yoanita (G1A110011)
5. Oliffa Salma A (G1A110015)
6. Qoshrina Adenita (G1A110024)
7. Suci Resvi Zulfiani (G1A110040)
8. Eldora Dea Donela (G1A110041)
9. Putry Betani (G1A110042)
10. Purwandari Jimmi G (G1A110063)
11. Resa Pratama Arifin (G1A110068)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011
SKENARIO:
Pada suatu kecelakaan kereta api, dua orang pasien, Tn. Manner berumur 55 tahun dan
Nn.Bonny 22 tahun, ditemukan dalam kondisi tertusuk logam besi yang sama sehingga tubuh mereka
saling merapat. Kedua pasien di bawa ke IGD RS dengan kondisi sadar. Hasil pemeriksaan tim dokter,
menemukan bahwa hanya akan ada 1 pasien yang dapat diselamatkan sedang 1 orang lainnya harus
dikorbankan. Tim dokter menghadapi dilema etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien
tersebut. Untuk itu, tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang
terdiri dari tiga langkah, yaitu fact deliberation, value deliberation, dan duty deliberation dalam
mengambil keputusan penatalaksanaan yang tepat. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-
prinsip bioetika (harm, health benefit, autonomy, vulnerability) tim dokter akhirnya memutuskan untuk
menyelamatkan Tn.Manner yang memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan Nn. Bonny
yang mengalami kerusakan organ tubuh yang sangat luas. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan
resiko operasi, keduanya bersedia menandatangani lembar informed consent. Pada akhirnya Tn.
Manner berhasil diselamatkan sedang Nn. Bonny meninggal dunia.
KLARIFIKASI ISTILAH :
Etika : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak&kewajiban
moral
Hukum : peraturan atau yang secara resmi dianggap mengikat yagn dikukuhkan oleh
penguasa / pemerintah
Bioetika : Studi interdisipliner yang mempelajari tentang aspek kehidupan makhluk hidup
Informed consent : suatu persetujuan yang diberikan oleh penderita kepada dokter atas tindakan
medis yang akan dilakukan berdasarkan penjelasan awal yang diterima pasien
Ethical methods of reasoning: langkah2 dalam menentukan keputusan suatu kasus / masalah moral
Fact deliberation : suatu tahap dalam menentukan masalah dengan menganalisis fakta2 yang ada
yang dilihat dari segi medis dan segi pasien
Value deliberation : tahap identifikasai dalam menyamakan persepsi mengenai masalah moral dari
suatu kasus dan kemudian dipilih masalah utama
Duty deliberation : tahap dalam mengidentifikasi dan menetukan langkah terbaik untuk
menyeleesaikan masalah konflik
Harm : bahaya/kerugian yang dirasakan pasien terhadap tindakan medis
Health benefit : keuntungan yang diperoleh pasien dari pelayanan kesehatan
Otonomi : hak dalam menentukan keputusan terhadap dirinya sendiri
Vulnerablility : kerentanan seseorang dalam menghadapi penyakit atau ganggguan pada
tubuh yang bisa dibedakan dari aspek biologi, social dan budaya
IDENTIFIKASI MASALAH :
1. Tim dokter menghadapi dilemma etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien
tersebut.
2. Tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang terdiri dari tiga
langkah, yaitu fact deliberation, value deliberation, dan duty deliberation dalam mengambil
keputusan penatalaksanaan yang tepat.
3. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika (harm, health benefit,
autonomy, vulnerability) tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Tn.Manner
yang memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan Nn. Bonny yang mengalami
kerusakan organ tubuh yang sangat luas.
4. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi, keduanya bersedia menandatangani
lembar informed consent.
ANALISIS MASALAH:
Masalah pertama:
a. Apakah perbedaan dan persamaan etika dan hukum?
Perbedaan:
Etika kedokteran Hukum kedokteran
Berlaku untuk lingkungan profesi Berlaku untuk umum
Ditentukan oleh kesepakatan profesi Ditentukan oleh kesepakatan pemerintah
Tidak selalu tertulis, tertulis dalam bentuk
kode etik kedokteran
Dalam bentuk tertulis yaitu undang-undang
Memelihara harkat dan martabat profesi Menjaga tata tertib masyarakat luas
Sanksi berupa sanksi moral/pengucilan Sanksi berupa pidana, perdata dan
administrasi
Yang memeriksa MKEK/MKEKG, anggota
profesi
Yang memeriksa pengadilan negri pengadilan
Tata Usaha Negara
Mengatur tentang kewajiban Mengatur hak dan kewajiban
Persamaan:
1. Alat untuk mengatur tata tertib di masyarakat
2. Menggugah kesadaran untuk bersikap menusiawi
3. Sebagai objeknya tingkah laku pada manusia
4. Sumber hasil pemikiran dan pengalaman para pakar
b. Apakah dilemma etika dan hukum yang dialami oleh dokter pada kasus ?
- Menurut hukum, apakah benar seorang dokter menciderai pasiennya?
- Menurut etika apakah benar seorang dokter menciderai pasiennya?
c. Apakah sanksi dari pelanggaran etika dan hukum?
Pelanggaran etika, sanksi berupa sanksi moral/pengucilan
Pelanggaran hukum, sanksi berupa pidana, perdata dan administrasi
d. Apa saja landasan etika dan hukum kedokteran?
Landasan etika kedokteran : KODEKI (Kode Etik Kedokteran)
Landasan HUkum kedokteran : Peraturan Perundang-undangan
Masalah kedua:
a. Jelaskan langkah-langkah dalam ethical methods of reasoning
1. Fact deliberation : menentukan masalah, menganalisis fakta-fakta yang ada
2. Value deliberation : berdiskusi menyamakan persepsi
3. Duty deliberation : pertimbangan tindakan-tindakanyang dilakukan
b. Kesulitan apa yang timbul dalam melaksanakan langkah2 ethical methods of reasoning?
1. Situasi dilematis
2. Menyamakan persepsi
3. Dampak dari tindakan
Masalah ketiga:
a. Jelaskan 4 kaidah dasar bioetika
1. Beneficence (berbuat baik)
2. Non maleficence ( tidak merugikan)
3. Justice( keadilan)
4. Otonomy(hak pasien)
b. Jelaskan prinsip dasar bioetika
15 macam
a. Human dignity and human rights
b. Benefit and harm
c. Autonomy and individual responsibility
d. Consent
e. Persons without the capacity to consent
f. Respect for human vulnerability and personal integrity
g. Privacy and confidentiality
h. Equality, justice and equity
i. Non-discrimination and non-stigmatization
j. Respect for cultural diversity and pluralism
k. Solidarity and cooperation
l. Social responsibility and health
m. Sharing of benefits
n. Protecting future generations
o. Protection of the environment, the biosphere and biodiversity
c. Prinsip-prinsip apa saja yang terkait dalam kasus tersebut ?
1. Benefit and harm : satu pihak bisa diselamatkan sedangkan ada satu pihak yang menjadi
korban
2. Autonomy : kedua pasien setuju atas tindakan medis
3. Vulnerable : pasien perempuan akhirnya meninggal dunia
Masalah keempat
a. Apa saja bentuk dari informed consent ?
tersirat atau dianggap telah diberikan ( implied consent )
a. keadaan normal
b. keadaan darurat
Dinyatakan ( expressed consent )
- lisan
- tulisan
b. Criteria yang berhak memberikan persetujuan dalam informed consent ?
1. pasien 21 tahun atau sudah menikah,jika belum 21 tahun dan belum menikah, maka
orang tua
2. bermental sehat
c. Hal-hal apa saja yang tercantum dalam informed consent?
Prosedur
Risiko yang mungkin terjadi
Manfaat dari tindakan yang akan dilakukan
Alternative tindakan yang dapat dilakukan
d. Apa saja kegunaan dari informed consent ?
- Menghindari pemaksaan
- Pembatasan hak hak otoritas dari
- Dokumentas untuk hukum
e. Apa saja syarat sah informed consent ?
Diberikan secara bebas
Tindakan dilakukan pada saat yang sama
f. Apa saja kendala yang dihadapi oleh pasien dan dokter dalam pemberian informed consent ?
Pasien masih belum mengerti maksud dari dokter
Pasien dalam keadaan tidak sadar
Tidak mempunyai cukup waktu
Tidak memiliki waktu untuk menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
g. Apa saja landasan hukum informed consent ?
Undang-undang
h. Kapan disampaikannya informed consent?
Sebelum melakukan tindakan medis
HIPOTESIS :
Tim dokter memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika dalam pengambilan keputusan
tindakan medis.
ETIKA HUKUMPENGERTIAN
SANKSI
ETHICAL METHOD OF REASONINGLANDASAN BIOETIK LANDASAN
SANKSI
PENGERTIAN
PERSAMAAN
PERBEDAAN
Prinsip
Pengertian
Kaidah Dasar
Informed Consent
Isi Bentuk
Landasan Kendala KegunaanKriteria Pemberi Informed Consent
Pengertian Kriteria sah
Pengertian
Langkah-langkah
Fact deliberation
Value deliberation
Duty deliberation
KERANGKA KONSEP
LEARNING ISSUE
No Topic What I know What I don’t
know
What I have to
prove
How will I
learn
1. Ethical method of
reasoning
Pengertian Kelebihan dan
kekurangan
Langkah-
langkah
kesulitan
Text book
Internet
2. Bioetika Kaidah dasar
bioetika
pengertian 15 prinsip
bioetika
Text book
Internet
3. Etika kedokteran Pengertian
Sanksi
Landasan etika Text book
Internet
KODEKI
4. Hukum kedokteran Pengertian
Sanksi
Aspek-aspek
hukum
kedokteran
Landasan
hukum
kedokteran
Text book
Internet
Undang-
undang praktik
kedokteran
5, Informed consent Pengertian
Bentuk
Criteria yg
menyetujui IC
Landasan
hukum
Yang
tercantum di
dalamnya
Syarat sah
perjanjian
kegunaan
Text book
Internet
ETIKA KEDOKTERAN
Landasan Etika Kedokteran
Sumpah Hiprokates (460-377)
Deklarasi Geneva (1948)
International code of medical ethics (1949)
Lafal sumpah dokter Indonesia (1960)
Kode Etik Kedokteran (1983)
Pernyataan –Pernyataan atau Deklarasi ikatan dokter sedunia (word medical
association)
i. Deklarasi geneva (1940) Lafal sumpah kedokteran
ii. Deklarasi Helsinski (1964) Riset Klinik
iii. Deklarasi Sydney (1968) Saat Kematian
iv. Deklarasi Oslo (1970) Penggugatan Kandungan atas Indikasi Medis
v. Deklarasi Tokyo (1975) Penyiksaan
HUKUM KEDOKTERAN
Landasan hukum kedokteran:
UU no 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
KepMenKes RI no 434/Menkes/SK/X/1983 tentang KODEKI
Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran
(M. Jusuf dkk : 2008)
INFORMED CONSENT
Syarat sah :
a. Diberikan secara bebas
b. Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
c. Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan
d. Mengenai suatu hal yang khas
e. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama
Landasan hukum informed consent :
a. Permenkes 585/menkes/per/IX/1989 tentang persetujuan tindak medis
b. PP no. 32 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1 isinya meminta persetujuan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan
c. UU no. 23 1992 tentang kesehatan juga memberikan hak pada pasien untuk
memberikan persetujuan atas tindakan medis yang dilakukan terhadapnya.
Yang tercantum dalam informed consent :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternative tindakan lain dan resikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan
Fungsi informed consent:
a. Promosi dari hak otonomi perorangan
b. Proteksi dari pasien dan subjek
c. Mencegah penipuan dan paksaan
d. Promosi dari keputusan-keputusan yang rasional
e. Menimbulkan rangsangan terhadap profesi medis untuk mengadakan introspeksi
terhadap tindakan medis
f. Untuk ketertiban masyarakat.
Elemen informed consent:
1. Threshold elements : pemberi consent harus seorang yang kompeten
2. Information elements: pengungkapan dan pemahaman seberapa baik informasi harus
diberikan kepada pasien.
3. Consent elements : kesukarelaan, kebebasan, dan persetujuan.
Cara menolak Informed Consent:
informed refusal:
- tertulis (dalam bentuk surat)
- tidak tertulis (lisan)
dokter menjelaskan sekali jika tetap menolak pasien tetap menandatanganinya setelah pasien
menandatangani dokter mencatat pada rekam medic pasien.
BIOETIKA
Pengertian studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan akibat perkembagnan
segala aspek kehidupan, baik skala mikro atau makro di masa kini, dan masa yang akan datang
(S. Jacobalis:2005)
15 Prinsip Bioetika:
a. Human dignity and human rights
Hak asasi manusia, martabat manusia, dan kebebasan harus dihormati secara penuh.
Kepentingan individu dalam martabat dan haknya harus diatas atau lebih dipentingkan
dibandingkan kepentingan ilmu pengetahuan dan kepentingan sekelompok individu
misalnya di dalam penelitian
b. Benefit and harm
Didalam penerapan suatu penelitian, ilmu kedokteran, dan perkembangan tekhnologi,
secara langsung maupun tidak langsung, harus meminimalisasikan harm (bahaya) dalam
individu dan memaksimalkan benefit (keuntungan) yang akan berpengaruh dalam
individu itu sendiri
c. Autonomy and individual responsibility
Setiap manusia berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, namun harus dilandasi
dengan rasa tanggung jawab atas tindakan yang ia pilih, dan dia juga harus
memerhatikan dan menghormati hak autonmy orang lain. Jika ada beberapa individu
yang belum dapat menentukan hak autonmynya maka harus di perhatikan hak-hak nya
dan keinginannnya sendiri
d. Consent
Setiap tindakan medis maupun intervensi medis yang bertujuan mencegah, wawancara
diagnostic, dan intervensi terapeutik yang harus mendapat persetujuan dari objek atau
pasien setelah mendapatkan informasi yang cukup kuat, jika didalam penelitian maka
objek peneliti dapat mundur tanpa dimintai ganti rugi.
e. Persons without the capacity to consent
Orang-orang yang tidak dapat memberikan persetujuannya berdasarkan peraturan yang
terkait. Dan individu itu harus tetap diberikan keamanan yang khusus
f. Respect for human vulnerability and personal integrity
Dalam penerapan ilmu kedokteran, ilmu pengetahuan, penelitian, dan perkembangan
tekhnologi, harus memperhatikan kerentanan setiap individu, dan jika ada individu
ataupun kelompok yang memiliki kerentanan khusus harus dilindungi, dan hak-hak
mereka harus dihormati. Kerentanan itu dapat di bagi berdasarkan akibat, yakni factor
biologis, factor social, dan factor budaya
g. Privacy and confidentiality
Kerahasian mengenai informasi seorang individu harus dihormati dan dijaga tidak boleh
disebarluaskan, sesusai dengan hokum internasional
h. Equality, justice and equity
Setiap manusia yang berbeda harus memiliki kesamaan, dan juga harus dihormati
dengan baik, ketika penghormatan atas kesetaraan atau kesamaan terbentuk maka
keadilan dan ekuitas akan terwujud juga
i. Non-discrimination and non-stigmatization
Tidak ada individu maupun sekelompok individu yang di diskriminasi maupun dipandang
jelek dalam penerapan penegakan hak-hak asisi manusia, martabat manusia, dan
kebebasan manusia
j. Respect for cultural diversity and pluralism
Perbedaan dan keanekaragaman budaya harus sepenuhnya di hormati namun tidak
boleh mengesampingkan hak-hak asasi manusia dan kebebasan orng lain, serta dalam
penerapannya harus dapat memikirkan nilai-nilai yang ada
k. Solidarity and cooperation
Kesolidaritasa antara manusia dan kerjasama setiap negara harus dibangun dengan kuat
dan ditingkatkan kearah yang lebih baik
l. Social responsibility and health
Pada prinsip ini ditekankan kepada tindakan pemerintah dalam mengahadapi kasus-
kasus social dan kesehatan masyarakatnya. Pemerintah harus mengutamakan
masyarakat didalam berbagai aspek seperti social, budaya, ekonimi, politik
m. Sharing of benefits
Manfaat dari hasil peneletian maupun ilmu kesehatan harus dibagi kepada seluruh
masyarakat, agar dapat meningkatkan kesehatan bagi seluruh penduduk dunia. Manfaat
dari penelitian juga hendaknya tidak dijadikan sebagai bujukan untuk berpartisipasi
dalam sebuah penelitian
n. Protecting future generations
Efek terhadap generasi muda atau generasi masa depan harus diperhatikan, sehingga
dapat menjaga generasi muda dalam segi biologi, fisik, dsb.
o. Protection of the environment, the biosphere and biodiversity
Harus menjaga dan melindungi lingkungan, keanekaragaman hayati dan biosfer di bumi
(UNESCO:2005)
Kaidah dasar bioetika:
1. Beneficence (berbuat baik)
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang
dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat baik” diartikan
bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.
2. Non maleficence ( tidak merugikan)
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya.
3. Justice( keadilan)
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham
kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan gender
tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada
pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
4. Otonomy(hak pasien)
Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai
manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap
manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
(S. Jacobalis: 2005).
KAITAN ANTARA ASPEK HUKUM DAN ETIKA KEDOKTERAN DALAM KASUS INI
HUKUM KEDOKTERAN
Sesuai dengan pasal 45 dalam undang-undang praktik kedokteran nomor 29 tahun 2004, seorang dokter
yang ingin melakukan tindakan medis yang mengandung resiko tinggi wajib mendapat persetujuan
pasien, yang telah diberikan penjelasan secara lengkap, secara tertulis maupun tidak tertulis, didalam
kasus ini tim dokter telah meminta persetujuan dari nona bonny dan tuan manner dan telah mejelaskan
resiko yang terjadi, yakni besi yang tertancap pada kedua korban harus dilepaskan pada satu pihak
orang, yang mengakibatkan hilangnya nyawa salah satu dari mereka, tim juga telah menjelaskan dampak
yang terjadi jika tuan manner yang diselamatkan maka kemungkinan sehat kembali seperti semula lebih
besar dibandingkan nona bonny yang diselamatkan.
Namun pasal 2 f dalam undang-undang praktik kedokteran nomor 29 tahun 2004 menyebutkan bahwa
seorang dokter harus memberikan perlindungan dan keslamatan pasien dalam dalam penyelenggaran
peraktik kedokteran dengan memperhatikan peningkatan derajat kesehatan, di dalam kasus ini dokter
tidak memberikan keselamatan bagi nona bonny, namun tim dokter memperhatikan keselamatan tuan
manner, sehingga dokter harus dengan cermat menimbang pasal ini
ETIKA KEDOKTERAN
Setiap tindakan medis yang dilakukan dokter, juga harus sesuai dengan etika kedokteran. Sesuai dengan
hasil diskusi dokter tentang kasus yang dihadapi Tn.Manner dan Ny.Bonny, jika keputusan untuk
menyelamatkan salah satu pasien yang mempunyai kemungkinan sehat lebih tinggi akan tetapi pasien
lainnya akan mendapatkan kemingkinan buruknya, yaitu tidak dapat diselamatkan.
Pasal 1 dalam Kode Etik Kedokteran : “setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah dokter.”
Dalam sumpah dokter, disebutkan bahwa: “saya akan menghormati setiap hidup insane mulai dari saat
pembuahan.
Pasal 7d dalam Kode Etik Kedokteran : “setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani.”
Dari kedua pasal tersebut menimbulkan suatu dilemma bagi tim dokter untuk mengambil keputusan
tindakan medis yang akan dilakukan. Karena, jika tindakan tersebut diambil, maka salah satu pasien
akan kehilangan kesempatan hidup yang memiliki makna tidak melindungi hidup insane. Sedangkan,
tindakan itu juga merupakan suatu upaya dalam menyelamatkan hidup satu pasien lainnya yang berarti
melaksanakan ke dua pasal itu.
Tindakan medis yang diambil, setelah melalui pertimbangan banyak hal, dan akhirnya keputusan itu
sendiri pasienlah yang menentukan, apakah setuju atau tidak terhadap tindakan medis itu.
DAFTAR PUSTAKA
Chandrawila, W.S . 2001. Hukum Kedokteran. Bandung : Mandar Maju.
Guwandi, J. 2004. Hukum Medik (Medical Law). Jakarta: FK UI.
Guwandi, J. 2003. Informed Consent dan Informed Refusal ed.III . Jakarta: FK UI.
Guwandi, J. 2004. Informed Consent.Jakarta: FK UI
Jacobalis, S. 2005. Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis, dan Bioetika. Jakarta : CV Sagung.
Jusuf, M. H ., dan Amir,A. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
Komalawati, V. 2002. Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti.
Sampurna, B., dkk. 2005. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar.
Suprapti, R.S. 2001. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Undang-Undang Kesehatan. 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001461/146180e.pdf diunduh tanggal:10-02-2011 jam: 20.05 WIB