digilib.uns.ac.id/eksperimentasi-model...digilib.uns.ac.id
TRANSCRIPT
![Page 1: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/1.jpg)
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN
PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA MATERI
BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI KABUPATEN MERAUKE
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
IGNATIUS DONO ARIANTO
S851108029
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 2: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/2.jpg)
ii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN
PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA MATERI
BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI KABUPATEN MERAUKE
TESIS
Oleh:
IGNATIUS DONO ARIANTO
S851108029
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 3: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/3.jpg)
iii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN
PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA MATERI
BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI KABUPATEN MERAUKE
TESIS
Oleh: IGNATIUS DONO ARIANTO
S851108029
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada Tanggal 31 Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 4: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/4.jpg)
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA
MATERI BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI ini adalah karya penelitian saya sendiri dan
bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun
2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPS
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan
Matematika PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang
diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, ..... Januari 2013
Mahasiswa,
Meterai Rp. 6.000,-
Ttd
Ignatius Dono Arianto S851108029
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 5: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/5.jpg)
v
MOTTO
Sadari bahwa kehidupan selalu bergerak, dan setiap perubahan terjadi atas
suatu alasan. Ketika Anda melihat batasan sebagai kesempatan, dunia akan
menjadi tempat bebas hambatan.
Perhatikan kebiasaanmu, karena itu menjadi karaktermu. Bangunlah
karaktermu, karena itu akan menentukan masa depanmu.
Kesuksesan tidak dicapai secara kebetulan. Kesuksesan dicapai melalui pilihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 6: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/6.jpg)
vi
PERSEMBAHAN
Karya Yang Tersusun Dengan Penuh Perjuangan Ini
Kupersembahkan Kepada:
Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku yang selalu
memberikan semangat, doa dan kasih sayang serta
dorongan baik materiil maupun spirituil.
Istri dan anak-anakku tercinta, Dewi, Wahyu dan
Bima yang dengan doa dan kasih sayangnya telah
memberikan motivasi selama ini.
Teman-Teman Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNS Angkatan Agustus
2011 yang selama ini telah berjuang bersama-sama.
Semoga cita-cita kita semua dapat tercapai.
UNS kebanggaanku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 7: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/7.jpg)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan pendekatan Problem Solving Ditinjau Dari
Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMA/MA Pada Materi Bentuk Pangkat, Akar
dan
sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menempuh studi di Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Mardiyana, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D., dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta nasehat yang penuh inspirasi dalam penyelesaian
Tesis.
5. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si., dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta nasehat yang penuh inspirasi dalam penyelesaian
Tesis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bimbingan selama proses perkuliahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 8: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/8.jpg)
viii
7. Kepala Sekolah beserta Bapak/Ibu guru SMAN I Merauke yang telah
memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
8.
telah memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
9. Kepala Sekolah beserta Bapak/Ibu guru SMA YPK Merauke yang telah
memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
10. Teman-teman angkatan 2011 Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan baik.
Atas segala bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian tesis ini, kiranya
Tuhan memberikan limpahan pahala kepadanya. Akhirnya penulis berharap
semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 9: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/9.jpg)
ix
Ignatius Dono Arianto. S851108029. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dengan Pendekatan Problem Solving Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMA/MA Pada Materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma di Kabupaten Merauke. TESIS. Pembimbing I: Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Pembimbing II: Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model pembelajaran konvensional. (2) Siswa dengan kategori aktivitas belajar manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang atau rendah. (3) Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik pada masing-masing kategori aktivitas belajar siswa. (4) Siswa dengan aktivitas belajar manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik pada masing-masing model pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan faktorial 3 × 3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA/MA di Kabupaten Merauke Propinsi Papua Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 14 SMA/MA. Sampel dalam penelitian ini adalah 291 siswa, terdiri dari 98 siswa pada kelompok eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving, 100 siswa pada kelompok eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 93 siswa pada kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi dari Nilai Ujian Nasional SMP mata pelajaran Matematika yang digunakan untuk uji keseimbangan, metode angket digunakan untuk mengukur aktivitas belajar matematika, dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. (2) Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. (3) Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 10: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/10.jpg)
x
belajar yang sama baik, sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional memberikan prestasi belajar yang sama baik, tetapi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Sementara itu, pada siswa dengan kategori aktivitas belajar sedang dan rendah, ketiga model pembelajaran memberikan prestasi belajar yang sama baiknya. (4) Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi dan siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar yang sama baik, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang dan siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki prestasi belajar yang sama baik, tetapi siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Sementara itu, pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, ketiga kategori aktivitas belajar siswa memiliki prestasi belajar yang sama baiknya. Kata kunci: Student Teams Achievement Divisions (STAD), pendekatan problem solving, aktivitas belajar siswa, prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 11: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/11.jpg)
xi
Ignatius Dono Arianto. S851108029. The Experimentation of Cooperative Learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type Model with Problem Solving Approach Viewed from Learning Activity of the Tenth Grade Student of Senior High School on Subject Matter Exponent, Root and Logarithm in Merauke Regency. THESIS. Supervisor I: Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Supervisor II: Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si Study Program of Mathematics Education. Postgraduate Program of Sebelas Maret University. Surakarta.
ABSTRACT The aims of this research are to find out: (1) Which learning models give better learning achievement, between STAD model with problem solving approach, STAD model or conventional model. (2) Which students learning activity have better learning achievement, between the students with high, middle or low learning activity. (3) Which learning models give better learning achievement for each learning activity. (4) Which students learning activity have better learning achievement for each learning models. The type of the research was a quasi-experimental research. The population was the students of senior high school in Merauke regency on academic year 2012/2013 consisted of 14 school. The size of the sample of this research was 291 students, consisted of 98 students in the first experimental group using STAD model with problem solving approach, 100 students in the second experimental group using STAD model, and 93 students in the control group using conventional model. The technique to get the samples was stratified cluster random sampling. The data are collected by using documentation, questionnaire and learning achievement test. Documentation method of learning achievement of National Examination is used to balance test, questionnaire is used to measure learning activity, and learning achievement test is used to collect the data of learning achievement. The data was analysed using two-way analysis of variance, followed by multiple comparison test Scheffe method. Based on the research results, it can be concluded that: (1) STAD model with problem solving approach gives better learning achievement than STAD model and conventional model, in the meantime, STAD model gives better learning achievement than conventional model. (2) The students with high learning activity have better learning achievement than the students with middle and low learning activity, in the meantime, the students with middle learning activity have better learning achievement than the students with low learning activity. (3) For students with high learning activity, STAD model with problem solving approach and STAD model give the same effectiveness, in the meantime, STAD model and conventional model give the same effectiveness, but STAD model with problem solving approach give better learning achievement than conventional model. In the meantime, for students with middle and low learning activity, all learning models give the same effectiveness. (4) For using of STAD model with problem solving approach and conventional model, the students with
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 12: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/12.jpg)
xii
high and middle learning activity have the same learning achievement, in the meantime, the students with middle and low learning activity have the same learning achievement, but the students with high learning activity have better learning achievement than the students with low learning activity. In the meantime, for using of STAD, all students learning activities have the same learning achievement. Keywords: Student Teams Achievement Divisions (STAD), problem solving approach, student learning activity, learning achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 13: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/13.jpg)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS .................. iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
ABSTRACT ........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Pemilihan Masalah ........................................................................ 6
D. Batasan Masalah ........................................................................... 6
E. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
F. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
G. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 9
A. Kajian Teori .................................................................................. 9
1. Hakekat Matematika ................................................................ 9
2. Prestasi Belajar Matematika ................................................. 10
3. Model Pembelajaran ............................................................. 13
4. Aktivitas Belajar Siswa ........................................................... 23
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................. 24
C. Kerangka Pikir ............................................................................ 26
D. Hipotesis ..................................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 14: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/14.jpg)
xiv
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 34
B. Jenis, Rancangan dan Prosedur Penelitian .................................. 34
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 38
1. Variabel Penelitian ................................................................ 38
2. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 41
3. Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................... 42
a. Angket Aktivitas Belajar ................................................ 42
b. Tes Prestasi Belajar ........................................................ 44
4. Teknik Analisis Data ............................................................ 46
a. Uji Normalitas ................................................................. 46
b. Uji Homogenitas ............................................................. 46
c. Uji Keseimbangan ............................................................ 47
d. Analisis Variansi (Anava) ................................................ 49
e. Uji Lanjut Anava ............................................................ 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 57
A. Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................ 57
1. Uji Coba Angket Aktivitas Belajar ....................................... 57
2. Uji Coba Tes Prestasi Belajar ............................................... 58
B. Deskripsi Data ............................................................................. 59
1. Data Skor Aktivitas Belajar .................................................. 60
2. Data Nilai Tes Prestasi Belajar ............................................. 60
C. Uji Keseimbangan ....................................................................... 61
D. Pengujian Syarat Analisis Variansi (Anava) ............................... 63
1. Uji Normalitas ....................................................................... 63
2. Uji Homogenitas ................................................................... 63
E. Pengujian Hipotesis .................................................................... 64
1. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ............. 64
2. Uji Lanjut Anava .................................................................. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 15: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/15.jpg)
xv
F. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 73
G. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 78
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 79
A. Kesimpulan ................................................................................. 79
B. Implikasi ..................................................................................... 80
C. Saran ........................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 16: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/16.jpg)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Distribusi Nilai Ujian Nasional SMA/MA Mata Pelajaran
Matematika di Kabupaten Merauke Tahun Pelajaran 2010/2011................... 3
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Individu ................................................. 16
Tabel 2.2 Perolehan Skor dan Predikat Kelompok ..................................................... 17
Tabel 3.1 Tahapan Waktu Penelitian ........................................................................... 34
Tabel 3.2 Rancangan Faktorial 3 × 3 ......................................................................... 35
Tabel 3.3 Daftar Peringkat SMA/MA di Kabupaten Merauke
Berdasarkan Ujian Nasional Pelajaran Matematika Tahun 2011 ................ 37
Tabel 3.4 Kategori Pembagian Sekolah ....................................................................... 38
Tabel 3.5 Kategori Siswa Berdasarkan Skor Angket Aktivitas Belajar....................... 40
Tabel 3.6 Pemberian Skor Untuk Instrumen Angket Aktivitas Belajar ...................... 41
Tabel 3.7 Rerata Sel dan Rerata Marginal ................................................................... 50
Tabel 3.8 Data Amatan, Rerata dan Jumlah Kuadrat Deviasi ..................................... 51
Tabel 4.1 Kategori Aktivitas Belajar Siswa ................................................................ 60
Tabel 4.2 Ukuran Tendensi Sentral dan Ukuran Dispersi Nilai Tes Prestasi Belajar . 61
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa .......................................... 61
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa ...................................... 62
Tabel 4.5 Notasi dan Tata Letak Data ......................................................................... 62
Tabel 4.6 Rangkuman Anava Satu Jalan dengan Sel Tak Sama ................................. 62
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ............................................... 63
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa ........................................... 63
Tabel 4.9 Notasi dan Tata Letak Data ......................................................................... 64
Tabel 4.10 Rerata Sel dan Rerata Marginal ................................................................. 64
Tabel 4.11 Rangkuman Anava ..................................................................................... 65
Tabel 4.12 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris ................................................... 65
Tabel 4.13 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom ................................................. 67
Tabel 4.14 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel Pada Baris yang Sama ................. 68
Tabel 4.15 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom yang Sama .............. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 17: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/17.jpg)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data SMA/MA di Kabupaten Merauke Berdasarkan Hasil
Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika
Tahun Pelajaran 2010/2011 ......................................................... 105
Lampiran 2 Uji Coba Angket Aktivitas Belajar ............................................ 106
2.1 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar ........................................ 107
2.2 Angket Aktivitas Belajar ...................................................... 108
2.3 Uji Validitas Isi Angket Aktivitas Belajar ............................ 111
2.4 Uji Reliabilitas Angket Aktivitas Belajar ............................. 116
2.5 Konsistensi Internal Angket Aktivitas Belajar ...................... 117
Lampiran 3 Uji Coba Tes Prestasi Belajar Siswa ......................................... 118
3.1 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa .................................... 119
3.2 Tes Prestasi Belajar Siswa .................................................... 120
3.3 Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Siswa ......................... 126
3.4 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Siswa ........................... 131
3.5 Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Siswa .................... 131
3.6 Daya Beda Tes Prestasi Belajar Siswa ................................. 132
Lampiran 4 Data Induk Penelitian ................................................................. 133
4.1 Data Nilai Hasil Ujian Nasional SMP Mata Pelajaran
Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012 ............................ 134
4.2 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Siswa ............................. 139
4.3 Angket Aktivitas Belajar Siswa ............................................ 140
4.4 Data Skor Angket Aktivitas Belajar Siswa ........................... 142
4.5 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa ..................................... 151
4.6 Tes Prestasi Belajar Siswa .................................................... 152
4.7 Data Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa .................................. 156
4.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................... 165
4.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................... 174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 18: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/18.jpg)
xviii
Lampiran 5 Uji Keseimbangan Data ............................................................. 182
5.1 Uji Normalitas Data ............................................................. 183
5.2 Uji Homogenitas Data ........................................................... 187
5.3 Uji Keseimbangan Data ........................................................ 188
Lampiran 6 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .................... 190
6.1 Uji Normalitas Data Berdasarkan Model Pembelajaran ....... 191
6.2 Uji Normalitas Data Berdasarkan Aktivitas Belajar ............. 195
6.3 Uji Homogenitas Data Berdasarkan Model Pembelajaran .... 200
6.4 Uji Homogenitas Data Berdasarkan Aktivitas Belajar ......... 201
6.5 Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama 202
Lampiran 7 Uji Lanjut Anava ....................................................................... 206
7.1 Komparasi Rerata Antar Baris .............................................. 207
7.2 Komparasi Rerata Antar Kolom ............................................ 209
7.3 Komparasi Rerata Antar Sel Pada Baris Yang Sama ............ 211
7.4 Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom Yang Sama ......... 215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 19: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/19.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat cepat dan
pesat. Setiap negara berlomba-lomba untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi agar dapat bersaing di tingkat dunia. Untuk itu diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas yang dapat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan baik. Salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas ialah melalui proses pendidikan baik pendidikan formal maupun
pendidikan non-formal. Sesuai dengan hakikat pendidikan yaitu menjadikan siswa
sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk mengembangkan
potensi dirinya dan mengembangkan pengetahuan lebih lanjut untuk kepentingan
dirinya sendiri, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang
penting dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas.
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan dan merupakan tempat yang
tepat bagi pembinaan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini. Di sekolah terjadi proses
pembelajaran yang melibatkan guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai
peserta didik. Pembelajaran dikatakan berhasil jika apa yang ingin disampaikan
oleh guru sesuai dengan kurikulum yang digunakan dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh siswa. Indikator keberhasilan pembelajaran dapat
dilihat dari prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa. Keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat, intelegensi, motivasi,
bakat, aktivitas belajar dan sebagainya, sedangkan faktor eksternal seperti guru,
bahan pelajaran, fasilitas belajar, model pembelajaran dan sebagainya.
Pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama ini masih diselimuti oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 20: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/20.jpg)
2
ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar, sehingga proses pembelajaran
yang menuntut siswa sebagai pelaku belajar yang aktif belum dapat berjalan
dengan optimal. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang lebih
memberdayakan siswa, berfokus pada siswa, menyenangkan bagi siswa,
meningkatkan kepekaan sosial, dan mendorong siswa mengkontruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang
mereka alami. Melalui proses pembelajaran yang demikian diharapkan siswa
dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga lambat laun hasil prestasi
belajar siswa diharapkan dapat meningkat.
Selama ini model pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru adalah
model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang didominasi
oleh guru yang mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diharapkan kurang optimal. Salah
satu usaha untuk mengatasi kurangnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dan
pendekatan yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Model
pembelajaran inovatif yang dimaksud adalah model pembelajaran yang menarik,
menyenangkan, kreatif dan lebih melibatkan siswa atau mengedepankan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran.
Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah
tentu juga harus mengikuti perkembangan tersebut dengan menggunakan model
pembelajaran yang inovatif. Apalagi selama ini mata pelajaran matematika masih
menjadi momok bagi sebagian besar siswa karena dianggap susah untuk
dipahami. Oleh karena itu pada pembelajaran matematika, tugas seorang guru
adalah membangkitkan motivasi belajar siswa, menciptakan kondisi pembelajaran
sehingga siswa memperoleh keterampilan, keberanian serta kemampuan
matematika. Pada proses pembelajaran matematika, seorang guru perlu
memberikan penekanan pembelajaran sesuai dengan kehidupan sehari-hari
sehingga pembelajaran matematika disenangi dan dirasakan manfaatnya oleh
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 21: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/21.jpg)
3
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh penulis selama mengajar SMA di
Kabupaten Merauke, rata-rata ketuntasan pembelajaran matematika di kelas X
SMA pada kompetensi dasar yang berhubungan dengan bentuk pangkat, akar dan
logaritma dengan kriteria ketuntasan 65 masih sangat rendah. Dari rata-rata 40
siswa per kelas, siswa yang pembelajarannya tuntas (tidak perlu mengikuti
remedial) hanya sebanyak 10 sampai 15 siswa atau hanya sekitar 25% saja.
Demikian juga berdasarkan data hasil Ujian Nasional SMA/MA Tahun pelajaran
2010/2011 di Kabupaten Merauke menunjukkan angka ketidaklulusan 2,607%
untuk jurusan IPA dan 11,938% untuk jurusan IPS yang dapat dilihat dari data
Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke tentang distribusi nilai Ujian Nasional
SMA/MA Tahun pelajaran 2010/2011 untuk mata pelajaran matematika yang
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Distribusi Nilai Ujian Nasional SMA/MA Mata Pelajaran Matematika di Kabupaten Merauke Tahun Pelajaran 2010/2011
Nilai Jurusan IPA Jurusan IPS
Jumlah % Jumlah % 10,00 25 3,83 - -
9,00 9,99 160 24,54 42 6,51 8,00 8,99 231 35,43 152 23,57 7,00 7,99 103 15,80 268 41,55 6,00 6,99 41 6,29 133 20,62 5,00 5,99 32 4,91 11 1,71 4,00 4,99 51 7,82 31 4,81 3,00 3,99 7 1,07 5 0,78 2,00 2,99 2 0,31 2 0,31 1,00 1,99 - - 1 0,16 0,01 0,99 - - - -
0 / tidak lengkap - - - - Total 652 100 645 100
Sumber : Puspendik Kementerian Pendidikan Nasional, 2011
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa 60 siswa atau 9,20% siswa jurusan
IPA dan 39 siswa atau 6,05% siswa jurusan IPS mendapat nilai kurang dari 5,00.
Jika diteliti lebih lanjut hal ini disebabkan karena perbedaan pemahaman materi
yang besar antara siswa dengan kemampuan tinggi dengan siswa dengan
kemampuan rendah. Hal ini mungkin saja diakibatkan model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 22: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/22.jpg)
4
digunakan selama ini hanya cocok untuk siswa dengan kemampuan tinggi saja
dan kurang cocok untuk siswa dengan kemampuan sedang dan rendah. Akibatnya
pada saat mengerjakan soal-soal banyak siswa dengan kemampuan sedang dan
rendah melakukan kesalahan yang tidak perlu. Bentuk pangkat, akar dan
logaritma merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMA/MA khususnya di
kelas X. Materi ini juga merupakan dasar bagi materi-materi lanjutan di kelas
selanjutnya. Banyak siswa yang belum memahami dengan baik bagaimana
melakukan operasi aljabar pada bentuk pangkat, akar dan logaritma serta
menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma dalam
menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru matematika dalam
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti, permasalahan ini diakibatkan kurang aktifnya siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas. Ada beberapa siswa
yang antusias dan bersikap aktif dalam proses pembelajaran, tetapi sebagian besar
siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran yang disebabkan karena
merasa kurang mampu dalam menguasai mata pelajaran matematika. Hasil
identifikasi awal ditemukan beberapa indikator yang menunjukkan siswa bersikap
pasif dalam proses pembelajaran matematika, yaitu: kurangnya kemampuan dasar
matematika pada jenjang sebelumnya, siswa tidak berani bertanya jika ada hal
yang kurang dimengerti dalam proses pembelajaran, kurang berani menjawab
pertanyaan, kurang aktif ketika bekerja dalam kelompok, dan kurang berani
mengemukakan pendapat ketika bekerja dalam kelompok.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dalam pembelajaran
matematika seorang guru harus menggunakan model pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan siswa untuk aktif. Model pembelajaran kooperatif dapat
menjadi salah satu alternatif jawabannya. Dalam model pembelajaran kooperatif
siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sehingga terjadi interaksi antara
siswa dimana mereka saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan.
Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator dalam pembelajaran, akibatnya siswa dapat lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga diharapkan materi pelajaran dapat lebih dipahami dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 23: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/23.jpg)
5
baik. Model pembelajaran kooperatif sendiri banyak macam dan jenisnya antara
lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament
(TGT), Team Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation (GI), Jigsaw,
Numbered Heads Together (NHT), Think-Pair-Share (TPS), dan lain-lain.
Pendekatan yang digunakan guru juga cukup berpengaruh dalam keberhasilan
proses pembelajaran. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003, 255), dalam
pembelajaran matematika terdapat empat pendekatan yang berpengaruh antara
lain urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning sequences),
belajar tuntas (mastery learning), strategi belajar (learning strategies), dan
pemecahan masalah (problem solving). Selain model pembelajaran dan
pendekatan yang digunakan guru, aktivitas belajar siswa juga cukup berpengaruh
terhadap prestasi belajar yang diperoleh sebab setiap siswa memiliki tingkat
aktivitas belajar yang berbeda-beda. Upaya meningkatkan prestasi belajar akan
terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang dipelajari menyenangkan
sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan dalam belajar. Selain itu, media
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sebaiknya menarik perhatian
siswa misalnya media pembelajaran elektronik, sebab selama ini media
pembelajaran yang digunakan kebanyakan hanya kapur/spidol dan papan tulis.
Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan pendekatan problem solving ditinjau dari
aktivitas belajar siswa pada materi bentuk pangkar, akar dan logaritma di kelas X
SMA/MA di Kabupaten Merauke.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Banyak guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika masih
menggunakan model pembelajaran dan pendekatan yang konvensional dan
monoton, padahal ada beberapa kompetensi di mana model pembelajaran dan
pendekatan pembelajaran tersebut kurang tepat untuk diterapkan, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 24: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/24.jpg)
6
kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan karena kurang
tepatnya pemilihan model pembelajaran dan pendekatan yang digunakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, timbul pertanyaan apakah kalau model
pembelajaran dan pendekatan yang biasa dilakukan guru diubah menjadi
lebih baik, maka prestasi belajar siswa menjadi lebih baik pula. Untuk
menjawab hal itu dapat dilakukan penelitian yang membandingkan model
pembelajaran dan pendekatan yang inovatif dengan model pembelajaran
konvensional yang biasa digunakan guru, yaitu metode ceramah.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika tidak hanya
disebabkan oleh model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan para guru melainkan disebabkan oleh aktivitas belajar siswa.
Mengingat aktivitas belajar siswa memiliki peranan sangat penting dalam
belajar matematika, maka kemungkinan rendahnya prestasi belajar
diakibatkan karena kurangnya aktivitas belajar para siswa. Terkait hal ini,
perlu dikaji apakah benar bahwa aktivitas belajar siswa berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada akhir pembelajaran.
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa karena dalam proses
pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik.
Dalam konteks ini dapat diteliti pembandingan efektivitas berbagai media
pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas.
C. Pemilihan Masalah
Pada penelitian ini dipilih masalah yang pertama dan kedua, yaitu yang
berkaitan dengan pembandingan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan model pembelajaran konvensional kemudian berkaitan dengan efektivitas
pembandingan tersebut ditinjau dari aktivitas belajar siswa.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas serta keterbatasan penulis, maka
penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 25: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/25.jpg)
7
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen serta model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
2. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas belajar matematika siswa kelas
X SMA/MA di Kabupaten Merauke.
3. Prestasi belajar yang dimaksud yaitu hasil belajar matematika siswa pada
materi bentuk pangkat, akar dan logaritma yang dicapai pada akhir penelitian.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut maka
disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik
antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model
pembelajaran konvensional?
2. Siswa dengan kategori aktivitas belajar manakah yang memiliki prestasi
belajar lebih baik antara siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang atau
rendah?
3. Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik
pada masing-masing kategori aktivitas belajar siswa?
4. Siswa dengan aktivitas belajar manakah yang memberikan prestasi belajar
lebih baik pada masing-masing model pembelajaran?
F. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi
belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau
model pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 26: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/26.jpg)
8
2. Untuk mengetahui siswa dengan kategori aktivitas belajar manakah yang
memiliki prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan aktivitas belajar
tinggi, sedang atau rendah.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi
belajar lebih baik pada masing-masing kategori aktivitas belajar siswa.
4. Untuk mengetahui siswa dengan aktivitas belajar manakah yang memiliki
prestasi belajar lebih baik pada penggunaan masing-masing model
pembelajaran.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian
pendidikan matematika yang berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran
yang ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa dan sejauh mana
pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas
wawasan tentang cara belajar matematika dalam upaya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya. Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan dapat
memilih model pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat mendorong
siswa untuk lebih optimal dalam belajar agar dapat memperoleh prestasi
belajar yang maksimal. Bagi kepala sekolah, melalui penelitian ini diharapkan
kepala sekolah memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya
mengefektifkan pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 27: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/27.jpg)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakekat Matematika
Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain
diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih
menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu
lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran
(Singgih dalam Erman Suherman dkk., 2001: 18). Di lain pihak, Kline
(Mulyono Abdurrahman, 2003: 252) memandang bahwa matematika
merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir (Johnson dan
Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252). Sementara itu Russel
(Hamzah B. Uno, 2011: 129) memandang bahwa matematika merupakan
suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal
menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal tersusun baik
(konstruktif) secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks), dari
bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan real ke bilangan kompleks, dari
penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju ke
matematika yang lebih tinggi. Di lain pihak, Soedjadi (Hamzah B. Uno, 2011:
129) memandang bahwa matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak,
aksiomatik dan deduktif.
Menurut Kitcher (Hamzah B. Uno, 2011: 128) komponen dalam
kegiatan matematika dapat digolongkan menjadi:
a. Bahasa, yang diwujudkan dalam bentuk lambang atau simbol yang memiliki makna tersendiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 28: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/28.jpg)
10
b. Pernyataan (statements), biasanya ditemukan dalam logika matematika,
c. Pertanyaan (questions), memberikan gambaran bahwa begitu banyak persoalan matematika yang belum terpecahkan hingga saat ini,
d. Alasan (reason), yang digunakan untuk menjelaskan pertanyaan, e. Ide matematika itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang bersifat
abstrak, aksiomatik dan deduktif serta memiliki 5 komponen kegiatan yaitu:
bahasa, pernyataan, pertanyaan, alasan dan ide matematika itu sendiri.
2. Prestasi Belajar Matematika
a. Belajar
Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas
baru (Gagne dalam Dimyati & Mudjiono, 2010: 10). Sementara itu
Muhibin Syah (2011: 90) berpendapat bahwa belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Di lain pihak, Slameto (2010: 2) berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sementara Fosnot (Paul Suparno, 2012: 61) berpendapat
bahwa belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih
suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil perkembangan melainkan merupakan
perkembangan itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang
baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 29: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/29.jpg)
11
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (2010: 54-71) mengelompokkan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar menjadi 2 bagian yaitu:
1) Faktor intern a) Faktor jasmaniah: kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan. c) Faktor kelelahan, baik secara jasmani maupun rohani.
2) Faktor ekstern a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan,
b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Di lain pihak Muhibin Syah (2011: 129) mengelompokkan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar menjadi 3 bagian yaitu :
1) Faktor internal, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa antara lain : a) Aspek fisiologis (jasmaniah) seperti: kesehatan dan cacat
tubuh. b) Aspek psikologis (rohaniah) seperti: intelegensi, sikap,
bakat, minat, dan motivasi 2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
yaitu: lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk mempelajari materi-materi pelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam
faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berasal dari
siswa itu sendiri seperti kesehatan, intelegensi, minat, bakat, motivasi,
perhatian dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern berasal dari lingkungan
di sekitar antara lain latar belakang kebudayaan, keadaan ekonomi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 30: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/30.jpg)
12
suasana rumah, cara orang tua mendidik, model pembelajaran, kurikulum
dan lain-lain.
c. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
oleh seseorang. Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (Winkel dalam
Hamdani 2011: 138). Sementara itu menurut Djamarah (Hamdani, 2011:
138), prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Di lain pihak, Liebeck
(Mulyono Abdurrahman, 2003: 253) berpendapat bahwa hasil belajar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa yaitu perhitungan matematis
(mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics
reasoning). Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka
Lerner (Mulyono Abdurrahman, 2003: 253) mengemukakan bahwa
kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen
yaitu:
a. Konsep, menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan dengan kelompok benda tertentu.
b. Keterampilan, menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.
c. Pemecahan masalah, adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar matematika merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha belajar yang mencakup perhitungan
matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis
(mathematics reasoning).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 31: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/31.jpg)
13
3. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas (Arends dalam Agus Suprijono,
2012: 46). Sementara menurut Agus Suprijono (2012: 45-46) model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dari teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap impelementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Di lain pihak Fontana dalam Erman Suherman dkk., (2001: 3)
memandang model pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan
yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang
secara optimal. Sementara itu menurut Muhibin Syah (2011: 93) model
pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
kegiatan kependidikan khususnya kegiatan pembelajaran kepada siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu pola/cara yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas berisi prosedur baku
yang berupa tahap-tahap pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.
b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative learning is small group of learners working together
as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common
goal (Artz dan Newman dalam Muhibin Syah, 2011: 32). Sementara
Menurut Roger dalam Muhibin Syah (2011: 29) pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 32: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/32.jpg)
14
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi
secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain. Dalam
pembelajaran kooperatif, setiap individu akan lebih peduli terhadap
terhadap satu sama lain dan lebih berkomitmen terhadap keberhasilan
satu sama lain ketika mereka bekerja bersama secara kooperatif
dibandingkan jika mereka harus bersaing hanya untuk melihat siapa yang
terbaik atau ketika mereka bekerja secara sendiri-sendiri. Semakin sering
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kooperatif, mereka akan
semakin menyukai satu sama lain. Ini berlaku pada kelas-kelas dengan
individu yang homogen maupun ketika ada perbedaan dalam kemampuan
intelektual, kondisi cacat tertentu, perbedaan etnik, kelas sosial, dan
gender. Hubungan antar sesama anggota kelas dibangun berdasarkan
interdepedensi (Johnson & Johnson, 2010: 37).
Pembelajaran kooperatif menjadi prasyarat penting untuk
mengelola berbagai keragaman di dalam kelas. Pengalaman kooperatif
dapat membantu siswa meyakini bahwa mereka secara intrinsik memang
berharga dan dipandang oleh orang lain dengan cara yang positif,
membandingkan atribut-atribut pribadi mereka secara positif dengan
teman-temannya dan menilai diri mereka sebagai orang yang mampu,
kompeten dan sukses. Hal ini karena dalam kegiatan-kegiatan kooperatif
siswa akan:
1) Menyadari bahwa mereka benar-benar dikenal, diterima dan disukai
oleh teman-temannya.
2) Mengetahui bahwa mereka berkontribusi pada diri mereka sendiri dan
orang lain serta terhadap keberhasilan kelompok.
3) Memandang diri mereka dan orang lain dengan cara yang realistik dan
berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya perbandingan
multidimensional yang didasarkan pada perimbangan kemampuan-
kemampuan individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 33: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/33.jpg)
15
Menurut Miftahul Huda (2011: 46-59) terdapat beberapa elemen
dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif
dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual yaitu:
1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
2) Tanggung jawab perseorangan (personal responsibility)
3) Interaksi promotif (promotive interaction)
4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and
small group skill)
5) Pemrosesan kelompok (Group Processing)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari para siswa untuk saling bekerjasama dan saling
meningkatkan pembelajarannya untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif lebih produktif daripada pembelajaran
kompetitif dan individual karena memiliki lima elemen dasar yaitu:
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi
promotif, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan
pemrosesan kelompok.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah
satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan pertama
kali oleh Alliot Aronson pada Tahun 1971. Tipe pembelajaran ini
digunakan untuk mengatasi masalah keragaman yang terjadi di sekolah
Austin Texas. Keadaan yang digambarkan oleh Aronson sebagai akibat
kekacauan karena kecurigaan dan persaingan antar siswa yang berbeda
ras dan sistem pengajaran yang lebih menekankan sikap kompetitif antar
siswa. Slavin (Rusman, 2011: 214) mengemukakan bahwa:
odel pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 34: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/34.jpg)
16
ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi tersebut. Mereka mengajari teman sekelompok untuk menaksir kelebihan dan kekurangan mereka untuk membantu
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat menitikberatkan
pada hubungan saling ketergantungan yang tinggi. Tiap anggota
kelompok mendapatkan materi untuk dipelajari dengan kelompoknya dan
membentuk kelompok ahli. Siswa satu mengajar siswa yang lainnya, jadi
mereka saling tergantung antara satu dengan yang lainnya dan setiap
siswa mempunyai kontribusi yang penting. Selama pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD guru tidak banyak menjelaskan
materi kepada siswa, guru hanya menyiapkan garis besar materi dalam
bentuk pertanyaan yang akan menjadi petunjuk diskusi kelompok agar
diskusi dapat terfokus. Di samping itu guru hanya sebagai fasilitator dan
mediator dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, evaluasi
ditentukan oleh skor masing-masing siswa dalam mengerjakan kuis
individu. Hasil kuis diskor untuk mengetahui tingkat kemajuan setiap
siswa. Skor kuis yang diperoleh oleh setiap siswa akan turut berpengaruh
terhadap poin yang diperoleh oleh kelompok mereka masing-masing.
Sedangkan skor kelompok diperoleh dari rerata skor perkembangan
individu yang disumbangkan kepada kelompok. Perhitungan skor
perkembangan kelompok menggunakan acuan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Individu No Skor Tes Nilai
Perkembangan 1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 2 10 s/d 1 poin di bawah skor awal 10 3 Sama atau hingga 10 poin di atas skor awal 20 4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5 Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan
skor awal) 30
(Rusman, 2011: 216)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 35: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/35.jpg)
17
Penghargaan prestasi kelompok dibedakan menjadi empat tingkat
penghargaan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perolehan Skor dan Predikat Kelompok No Predikat Rata-Rata Skor 1 Kelompok super (Super Team) 21 30 2 Kelompok hebat (Great Team) 16 20 3 Kelompok bagus (Good Team) 6 15 4 - 0 5
(Rusman, 2011: 216)
1) Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Menurut Agus Suprijono (2012: 133) langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara
heterogen (berdasarkan prestasi, jenis kelamin, etnis).
b) Guru menyajikan pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah dibuat.
c) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menjawab soal sesuai
dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan guru. Semua
anggota kelompok mengerjakan bagiannya masing-masing.
Anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada
anggota lainnya sampai anggota lain dalam kelompok tersebut
mengerti.
d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab tidak boleh saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Kesimpulan
2) Kelebihan/kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain:
a) Memacu siswa untuk berpikir kritis.
b) Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan sosialnya.
c) Diskusi yang terjadi tidak hanya didominasi oleh siswa tertentu,
tetapi semua siswa dituntut untuk aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 36: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/36.jpg)
18
Selain kelebihan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD
juga mempunyai kekurangan yaitu:
a) Kegiatan belajar mengajarnya membutuhkan lebih banyak waktu
dibanding model pembelajaran konvensional.
b) Bagi guru, model pembelajaran ini membutuhkan konsentrasi dan
tenaga lebih, karena setiap kelompok membutuhkan penanganan
yang berbeda.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan
Problem Solving
Penelitian ini mengkombinasikan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving dengan tujuan untuk
melengkapi kekurangan yang ada sehingga menjadi lebih sempurna.
Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu
pendekatan dalam pembelajaran matematika. Pendekatan ini menekankan
pembelajaran untuk berpikir tentang cara memecahkan masalah dan
pemrosesan informasi matematika dalam menghadapi masalah
matematika. Siswa harus melakukan analisis dan interpretasi informasi
sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam
memecahkan masalah matematika siswa harus menguasai cara
mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan
komputasi dalam berbagai situasi baru yang berbeda-beda (Mulyono
Abdurrahman, 2003: 255). Sementara menurut Erman Suherman dkk.
(2001: 83) pemecahan masalah (problem solving) merupakan bagian dari
kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses
pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin. Sejalan dengan itu, Daneshamooz et al. (2011: 313)
mengemukakan bahwa The art of problem solving is the heart of
mathematics. Mathematical problem solving is a complex cognitive
activity involving a number of processes and strategies.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 37: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/37.jpg)
19
Keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan
melalui pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan pemecahan masalah
merupakan tingkat tertinggi dari delapan tingkat belajar yaitu: signal
learning, stimulus respon learning, chaining, verbal association,
discrimination learning, concept learning, rule learning dan problem
solving (Gagne dalam Erman Suherman, 2001: 83). Sementara menurut
Polya (Erman Suherman dkk., 2001: 84) solusi soal dengan pemecahan
masalah terdiri dari empat langkah yaitu :
1) Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa
tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah dengan benar.
2) Merencanakan penyelesaian
Langkah ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam
menyelesaikan masalah. Pengalaman dapat diperoleh dengan banyak
mengerjakan latihan soal yang ada. Pada umumnya, semakin banyak
pengalaman mereka ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam
menyusun rencana penyelesaian suatu masalah
3) Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana
4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dilakukan.
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
matematika berkaitan dengan tingkat perkembangannya. Oleh karena itu
tingkat kesulitan soal harus diperhatikan dengan baik. Berbagai strategi
dapat diajarkan kepada siswa dengan maksud untuk memberikan
pengalaman agar mereka dapat memanfaatkannya saat menghadapi
berbagai variasi masalah matematika. Siswa juga harus dihadapkan pada
berbagai permasalahan matematika yang tidak dapat diselesaikan secara
cepat sehingga memerlukan upaya untuk mencoba berbagai alternatif
penyelesaian. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan problem solving langkah-langkah pembelajarannya sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 38: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/38.jpg)
20
1) Guru mempersiapkan soal-soal dan tugas yang merangsang siswa
untuk berpikir kritis dan mengembangkan daya nalar.
2) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara
heterogen (berdasarkan prestasi, jenis kelamin, etnis).
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyajikan
pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
4) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menjawab soal sesuai dengan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan guru. Semua anggota
kelompok mengerjakan bagiannya masing-masing. Anggota
kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota
lainnya sampai anggota lain dalam kelompok tersebut mengerti.
5) Setiap masalah yang ditemukan siswa diidentifikasi, dieksplorasi,
diinvestigasi, diduga dan ditemukan solusinya dengan:
a) Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik
b) Menentukan yang diketahui, ditanyakan dan informasi yang
diperlukan
c) Menyelesaikan masalah yang mirip atau lebih mudah
d) Memeriksa kembali (looking back).
6) Guru memberikan bimbingan kepada kelompok atau kelas.
7) Guru membahas dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.
8) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab tidak boleh saling membantu.
9) Soal-soal yang diberikan sebagai kuis merupakan soal-soal yang
membutuhkan penguasaan konsep yang baik dan merangsang siswa
untuk berpikir kritis dan memiliki nalar.
10) Memberi evaluasi.
11) Kesimpulan.
e. Model Pembelajaran Konvensional
Konvensional berasal dari kata konvensi yang berarti pemufakatan
umum/kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konvensional
adalah tradisional. Sedangkan tradisional sendiri diartikan sikap atau cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 39: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/39.jpg)
21
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan
adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Oleh karena itu
konvensional dapat juga disebut tradisional.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran konvensional adalah suatu model pembelajaran yang
berpegang teguh pada adat kebiasaan yang ada. Model pembelajaran
konvensional berpusat pada guru sedang siswa hanya memperhatikan dan
membuat catatan seperlunya. Menurut Erman Suherman dkk. (2001: 90)
gambaran model pembelajaran konvensional dalam pelajaran matematika
adalah :
a) Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar
b) Definisi dan rumus diberikan oleh guru
c) Pembuktian teorema dilakukan sendiri oleh guru
d) Siswa diberitahukan apa yang harus dikerjakan dan disimpulkan
e) Contoh soal diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru
f) Langkah pengerjaan soal diikuti dengan teliti oleh siswa
g) Siswa meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh
guru.
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran
yang masih banyak digunakan oleh guru pada umumnya. Ini mungkin
dikarenakan anggapan bahwa model pembelajaran ini paling mudah
untuk dilaksanakan. Jika bahan pelajaran telah dikuasai dengan baik oleh
guru dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya maka guru tinggal
menyajikannya di depan kelas. Siswa memperhatikan guru berbicara,
mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan.
1) Langkah-langkah model pembelajaran konvensional
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
b) Guru menyajikan pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah dibuat secara klasikal di depan kelas.
c) Guru mengerjakan contoh soal di papan tulis dan diperhatikan
oleh seluruh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 40: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/40.jpg)
22
d) Siswa bekerja secara individu untuk mengerjakan latihan soal
yang diberikan guru.
e) Guru membahas dan mengevaluasi hasil kerja siswa.
f) Guru memberi tugas kepada seluruh siswa untuk dikerjakan di
rumah.
2) Kelebihan/kekurangan model pembelajaran konvensional
Beberapa kelebihan model pembelajaran konvensional antara lain:
a) Dapat menampung kelas besar, siswa memiliki kesempatan yang
sama untuk mendengarkan sehingga biaya yang diperlukan relatif
menjadi lebih murah
b) Konsep yang disajikan secara hierarkhi akan memberikan fasilitas
belajar kepada siswa
c) Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting
sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin
d) Isi silabus dapat diselesaikan lebih mudah karena guru tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa
e) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu
pelajaran tidak menghambat dilaksanakannya proses
pembelajaran.
Selain kelebihan di atas, model pembelajaran konvensional juga
mempunyai kekurangan yaitu :
a) Pembelajaran berjalan membosankan, siswa menjadi pasif karena
tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
Siswa hanya aktif membuat catatan.
b) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan berakibat siswa tidak
mampu menguasai bahan yang diajarkan
c) Pengetahuan yang diperoleh lebih cepat untuk dilupakan
d)
mengakibatkan timbulnya pengertian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 41: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/41.jpg)
23
4. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Untuk mencapai hasil belajar
yang optimal kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Tugas pendidik adalah
membimbing dan menyediakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan
bakat dan potensinya. Dalam hal ini, siswalah yang beraktivitas, berbuat dan
harus aktif. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang
mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan
dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus
merupakan proses yang membuat siswa harus aktif (Sardiman, 2011: 100)
Sementara itu Montessori (Sardiman, 2011: 95) menegaskan bahwa anak-
anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri dan membentuk
sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati
bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini
memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam
pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan
bimbingan dan merencanakan segala keinginan yang akan diperbuat oleh
anak didik. Aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar siswa
merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-
tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa
lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Dierich (Sardiman, 2011: 101) menggolongkan kegiatan siswa
sebagai aktivitas belajar sebagai berikut:
a. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan, diskusi, musik, pidato.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 42: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/42.jpg)
24
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar siswa adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yaitu
kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan
bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian Laila Fitriana (2010) menunjukkan bahwa model pembelajaran
cooperatif tipe GI memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model
pembelajaran cooperatif tipe STAD. Sementara penelitian Srihono (2009)
menunjukkan model pembelajaran kooperatif jigsaw memberikan prestasi belajar
yang sama baiknya dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD). Di lain pihak, penelitian Seri Ningsih (2010)
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran Direct
Instruction dan siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar
lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah demikian pula siswa
dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa
dengan aktivitas belajar rendah. Sementara itu siswa dengan aktivitas belajar
tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa dengan aktivitas
belajar sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 43: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/43.jpg)
25
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan STAD memberikan efek
positif terhadap prestasi belajar matematika (Tarim & Akdeniz, 2007). Setelah
dilakukan uji lanjut terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Demikian pula dengan penelitian Daneshamooz et al. (2011)
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar
lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Sementara itu, penelitian
Tarim (2009) menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah (problem
solving) dengan menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik dibanding
dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Keterampilan bekerjasama,
berbagi, menghargai orang lain, bertanggungjawab secara individu dalam
kelompok dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif dengan pemecahan
masalah (problem solving). Selanjutnya Boesen et al., (2010) menunjukkan para
siswa menyelesaikan suatu tes dengan mengingat fakta atau algoritmanya.
Beberapa jenis tes tidak memerlukan pemahaman konseptual tetapi beberapa jenis
tes menumbuhkan pemikiran kreatif. Penyelesaian jenis tugas seperti ini dilihat
dari alasan yang diberikan.
Callejo dan Vila (2009) mengidentifikasikan perbedaan pendekatan
terhadap permasalahan yang menentukan tingkah laku siswa dalam proses
pemecahan masalah. Penelitian ini menemukan dua aspek yang menjelaskan
pendekatan siswa dalam pemecahan masalah yaitu kepercayaan siswa yang
berasal dari pengalaman di sekolah dan motivasi yang dihubungkan dengan
tingkat kepercayaan siswa tersebut. Penelitian ini menunjukkan hubungan yang
kompleks antara kepercayaan siswa dengan pendekatan pemecahan masalah.
Tidak mungkin untuk menetapkan hubungan sebab akibat antara tingkat
kepercayaan tentang sifat alami matematika dan aktivitas pemecahan masalah.
Sementara Cai dan Wong (2010) menunjukkan bahwa guru di Amerika dan Cina
memiliki perspektif yang berbeda tentang pembelajaran matematika yang efektif.
Guru di Amerika menekankan pada kemampuan mengelola kelas, selera humor
dan meningkatkan pemahaman siswa dengan contoh konkret, sedangkan guru di
Cina menekankan pada pengetahuan dan buku yang digunakan, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 44: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/44.jpg)
26
pemahaman siswa dengan pemikiran abstrak setelah memberikan contoh konkret.
Guru di Amerika dan Cina sepakat bahwa ingatan dan pemahaman tidak dapat
dipisahkan walaupun berbeda mana yang lebih dulu. Semua itu diakibatkan oleh
adanya perbedaan budaya.
C. Kerangka Pikir
1. Kaitan Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membawa pembelajaran
matematika bersifat interaktif yakni terjadi komunikasi dua arah antara siswa
dan guru. Hal ini akan mendorong rasa ingin tahu siswa karena keterbatasan
jarak antara guru dengan siswa sangatlah pendek. Kepercayaan diri siswa
akan jauh lebih besar karena mereka merasa informasi dapat mereka peroleh
lewat siapa saja. Dengan demikian, siswa akan masuk dalam suasana nyaman
dalam belajar sehingga bagi siswa kondisi seperti ini akan lebih
menyenangkan. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD lebih menekankan pada learning community yang akan
memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga pembelajaran
matematika akan lebih bermakna. Dengan bekerjasama dalam kelompok,
siswa akan terlibat langsung secara personal maupun secara kelompok dalam
proses pembelajaran matematika. Model pembelajaran ini juga memberikan
kebebasan pada siswa untuk mengkonstruksi informasi dalam
pengetahuannya lewat tanya jawab, belajar kelompok maupun bertanya pada
guru. Oleh karenanya, pengalaman belajar yang diperoleh melalui
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan mampu
mengubah komponen kognisi, afeksi, dan konasi yang dimiliki siswa sebagai
unsur untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan jika
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Pendekatan problem solving merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran matematika yang menekankan tentang cara memecahkan
masalah dan pemrosesan informasi matematika. Pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 45: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/45.jpg)
27
problem solving akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik karena
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving
dapat membangkitkan motivasi, mengembangkan keterampilan,
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, akan lebih merangsang
indera dan akan membawa kesan yang mendalam sehingga lebih lama
tersimpan dalam diri siswa, sehingga patut diduga model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan
prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan model pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional.
2. Kaitan Kategori Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Belajar memerlukan adanya aktivitas sebagai bentuk perbuatan yang
membantu keberhasilan siswa dalam peningkatan prestasi. Setiap siswa
memiliki tingkat aktivitas belajar yang berbeda-beda. Upaya meningkatkan
prestasi belajar akan terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang
dipelajari menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan
dalam belajar. Aktivitas belajar siswa antara lain bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan
bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri.
Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif,
dimana masing masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin dalam aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi belajar.
Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi akan lebih banyak
bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa dengan aktivitas
belajar sedang dan rendah. Demikian pula siswa dengan aktivitas belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 46: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/46.jpg)
28
sedang akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa
dengan aktivitas belajar rendah. Perbedaan aktivitas belajar yang dimiliki
setiap siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar, sehingga patut diduga
siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik
daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa
dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada
siswa dengan aktivitas belajar rendah.
3. Kaitan Model Pembelajaran Pada Masing-Masing Kategori Aktivitas
Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Belajar memerlukan adanya aktivitas sebagai bentuk perbuatan yang
membantu keberhasilan siswa dalam peningkatan prestasi. Setiap siswa
memiliki tingkat aktivitas belajar yang berbeda-beda. Upaya meningkatkan
prestasi belajar akan terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang
dipelajari menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan
dalam belajar. Aktivitas belajar siswa antara lain bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan
bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri.
Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif,
dimana masing masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin dalam aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi belajar.
Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi akan lebih banyak
bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa dengan aktivitas
belajar sedang dan rendah. Demikian pula siswa dengan aktivitas belajar
sedang akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 47: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/47.jpg)
29
dengan aktivitas belajar rendah. Perbedaan aktivitas belajar yang dimiliki
setiap siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada
learning community sebab setiap individu akan lebih peduli terhadap terhadap
satu sama lain dan lebih berkomitmen terhadap keberhasilan satu sama lain
ketika mereka bekerja bersama secara kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan kebebasan pada siswa
untuk mengkonstruksi informasi dalam pengetahuannya lewat tanya jawab,
belajar kelompok maupun bertanya pada guru. Oleh karenanya, pengalaman
belajar yang diperoleh melalui pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD akan mampu mengubah komponen kognisi, afeksi, dan konasi yang
dimiliki siswa sebagai unsur untuk memperoleh prestasi belajar matematika
yang lebih baik. Di lain pihak, dengan menggunakan pendekatan problem
solving akan dapat membangkitkan motivasi, meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, akan lebih merangsang indera dan akan membawa
kesan yang mendalam sehingga lebih lama tersimpan dalam diri siswa dan
menguasai cara mengaplikasikan konsep matematika dan mengembangkan
keterampilan komputasi dalam pemecahan masalah matematika. Di lain
pihak, pada model pembelajaran konvensional, pembelajaran berjalan
membosankan, siswa menjadi pasif karena tidak berkesempatan menemukan
sendiri konsep yang diajarkan, siswa hanya aktif membuat catatan, siswa
tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan, pengetahuan yang diperoleh
mengakibatkan timbulnya pengertian, sehingga patut diduga:
a. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi
belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
model pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 48: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/48.jpg)
30
kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada
model pembelajaran konvensional.
b. Pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan
prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara model
pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional.
c. Pada siswa dengan aktivitas belajar rendah, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan
prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara model
pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional.
4. Kaitan Kategori Aktivitas Belajar Siswa Pada Masing-Masing Model
Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan
pada learning community sebab setiap individu akan lebih peduli terhadap
terhadap satu sama lain dan lebih berkomitmen terhadap keberhasilan satu
sama lain ketika mereka bekerja bersama secara kooperatif, sementara dengan
menggunakan pendekatan problem solving akan dapat membangkitkan
motivasi, meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, akan lebih
merangsang indera dan akan membawa kesan yang mendalam sehingga lebih
lama tersimpan dalam diri siswa dan menguasai cara mengaplikasikan konsep
matematika dan mengembangkan keterampilan komputasi dalam pemecahan
masalah matematika. Di lain pihak, pada model pembelajaran konvensional,
pembelajaran berjalan membosankan, siswa menjadi pasif karena tidak
berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan, siswa hanya aktif
membuat catatan, siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 49: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/49.jpg)
31
.
Selain pengaruh model pembelajaran yang digunakan, keberhasilan
pembelajaran ditentukan juga oleh aktivitas belajar siswa. Keaktifan siswa
dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin dalam aktivitas
belajar. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi belajar. Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi
akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa
dengan aktivitas belajar sedang dan rendah. Demikian pula siswa dengan
aktivitas belajar sedang akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat,
rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan
guru dibanding siswa dengan aktivitas belajar rendah, sehingga patut diduga:
a. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi
belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan
rendah, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki
prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.
b. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas
belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan
aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa dengan aktivitas
belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan
aktivitas belajar rendah.
c. Pada model pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar
tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan
aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa dengan aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 50: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/50.jpg)
32
belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan
aktivitas belajar rendah.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan pola pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara
model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional.
2. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik
daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa
dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada
siswa dengan aktivitas belajar rendah.
3. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi belajar
lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model
pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran kooperatif tipe
STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional. Pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara
Model Pembelajaran
Aktivitas Belajar
Prestasi Belajar Matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 51: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/51.jpg)
33
model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional. Pada siswa dengan aktivitas
belajar rendah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional,
sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi
belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih
baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara
siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik
daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi
belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah,
sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar
lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Pada model
pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki
prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan
rendah, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi
belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 52: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/52.jpg)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA/MA Negeri dan Swasta di Kabupaten
Merauke Provinsi Papua. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X
SMA/MA.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013
dengan tahapan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tahapan Waktu Penelitian
B. Jenis, Rancangan dan Prosedur Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kelompok jenis penelitian eksperimental semu
(quasi experimental research) karena penelitian tidak mungkin untuk
mengontrol semua variabel yang ada. Budiyono (2003: 82-83) menjelaskan
bahwa:
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Pengajuan Judul2 Penyusunan Proposal3 Pembuatan Instrumen4 Ujian Proposal5 Perbaikan Proposal6 Pengajuan Ijin Penelitian7 Uji Coba Instrumen8 Pelaksanaan Penelitian9 Pengumpulan Data10 Analisis Data11 Penyusunan Tesis12 Ujian Tesis13 Perbaikan Tesis
Januari
BulanNo April Mei Juni Juli Oktober November DesemberTahapan P enelit ian Agustus September
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 53: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/53.jpg)
35
Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving sebagai kelompok
eksperimen pertama, model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai
kelompok eksperimen kedua dan model pembelajaran konvensional sebagai
kelompok kontrol, sedangkan variabel bebas lain yang mungkin ikut
mempengaruhi tidak diperhitungkan.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial
(factorial design). Budiyono (2003: 98) menjelaskan bahwa informasi yang
diberikan oleh sebuah eksperimen dapat ditingkatkan secara nyata dengan
jalan menegaskan efek simultan dari dua atau lebih variabel bebas
menggunakan rancangan faktorial. Dalam rancangan faktorial, dua atau lebih
variabel bebas secara simultan diselidiki pengaruhnya masing-masing
terhadap variabel terikat, disamping juga interaksi antara beberapa variabel
tersebut. Rancangan faktorial yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 × 3, seperti tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 Rancangan Faktorial 3 × 3
Model Pembelajaran Aktivitas belajar
Tinggi 1 Sedang 2
Rendah 3 STAD dengan pendekatan
problem solving 1 11 12 13
STAD 2 21 22 23 Konvensional 3 31 32 33
3. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan dengan urutan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan populasi dan mempelajari karakteristik populasi.
b. Menyusun peringkat sekolah berdasarkan hasil Ujian Nasional mata
pelajaran matematika SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 54: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/54.jpg)
36
mengambil tiga sekolah secara random untuk masing-masing tingkatan
yaitu peringkat tinggi, sedang dan rendah.
c. Mengambil secara random kelompok yang akan digunakan untuk
penelitian.
d. Melakukan ujicoba instrumen baik tes maupun angket
e. Mengambil nilai hasil Ujian Nasional SMP mata pelajaran matematika
Tahun Pelajaran 2012/2013 untuk uji keseimbangan, kemudian
melakukan uji keseimbangan.
f. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving untuk kelompok eksperimen 1, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD untuk kelompok eksperimen 2 dan model pembelajaran
konvensional untuk kelompok kontrol.
g. Mengukur aktivitas belajar dengan menggunakan angket untuk ketiga
kelompok penelitian dan mengukur prestasi hasil belajar siswa dengan
menggunakan tes prestasi belajar yang sama untuk ketiga kelompok
penelitian.
h. Melakukan analisis data untuk melihat ada tidaknya perbedaan efek
antara model pembelajaran dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.
i. Melakukan uji lanjut anava untuk melihat model pembelajaran mana dan
aktivitas belajar mana yang memberikan efek lebih baik terhadap prestasi
belajar.
j. Membuat pembahasan mengenai hasil penelitian dan membuat
kesimpulan dari penelitian.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X SMA/MA di Kabupaten Merauke Provinsi Papua semester ganjil Tahun
Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 14 sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 55: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/55.jpg)
37
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama
dengan populasi (Nana dan Ibrahim, 2010: 85). Sukardi (2005: 54)
berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih
untuk sumber data. Sementara Sugiyono (2010: 81) berpendapat bahwa
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Budiyono (2003: 34) menyatakan bahwa kelompok kecil yang
diambil dari populasi, kemudian diteliti dinamakan sampel atau cuplikan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi yang akan diteliti dan secara representatif dapat
mewakili semua sifat yang ada pada populasi. Dalam penelitian ini
pengambilan sampel menggunakan stratified cluster random sampling
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mendata semua SMA/MA yang berada di Kabupaten Merauke kemudian
disusun berdasarkan peringkat tinggi, sedang dan rendah berdasarkan
hasil Ujian Nasional mata pelajaran matematika Tahun Pelajaran
2011/2012 dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 3.3 Data r Peringkaぷ SMA/MA di Kabupaぷen Merauke Berdasarkan
Ujian Nasional Pelajaran Maぷemaぼk a Tahun 2011
No Nama Sekolah Rerata Peringkat
1 SMA Negeri 3 Merauke 9,23 Tinggi 2 SMA Negeri 1 Merauke 8,88 Tinggi 3 MA Annajah Yamra 8,66 Tinggi 4 SMA YPPK Yoanes 23 8,46 Tinggi 5 MA DDI Lampu Satu 8,32 Sedang 6 SMA Negeri 2 Merauke 8,30 Sedang 7 SMA YPPK Yos Sudarso 8,29 Sedang 8 MA Al-Munawwaroh 8,15 Sedang 9 KPG Khas Papua Merauke 8,09 Sedang
10 MA Al-Hikmah 8,09 Sedang 11 SMA Negeri 4 Merauke 7,31 Rendah 12 SMA YPK Merauke 6,72 Rendah 13 SMA Negeri Plus Urumb 5,86 Rendah 14 SMA Negeri 1 Kurik 5,75 Rendah Rerata ( ) 7,87
Sumber : Puspendik Kementerian Pendidikan Nasional, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 56: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/56.jpg)
38
Tabel 3.4 Kategori Pembagian Sekolah
Nilai Kategori > + 12 Tinggi 12 + 12 Sedang < 12 Rendah
Keterangan :
: Rerata nilai yang diperoleh
: Rerata dari rerata nilai yang diperoleh
: Standar deviasi dari rerata nilai yang diperoleh
Sumber : Budiyono, 2011
b. Berdasarkan data tersebut, diambil secara random satu sekolah untuk
masing-masing kategori. Hasilnya diperoleh SMA Negeri 3 Merauke
untuk sekolah dengan kategori sedang dan SMA YPK Merauke untuk
sekolah dengan kategori rendah.
c. Dari masing-masing sekolah sebagai sampel dipilih tiga kelas secara
random untuk dijadikan kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen
2 dan kelompok kontrol. Hasilnya untuk SMA Negeri 3 Merauke dari 8
kelas yang ada maka kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas
X-1, X-2 dan X-5. Sementara untuk KPG Kha
kelas yang ada maka kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas
X-1, X-2 dan X-3. Sedangkan untuk SMA YPK Merauke dari 3 kelas
yang ada semuanya digunakan untuk penelitian yaitu kelas X-1, X-2 dan
X-3.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat mengelompokkan suatu
objek pengamatan ke dalam dua atau lebih kelompok (Budiyono, 2003: 27).
Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2010: 38) variabel adalah atribut
seseorang atau obyek yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 57: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/57.jpg)
39
yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Sugiyono (2010: 38)
berpendapat bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent
variable) dan 1 variabel terikat (dependent variable). Sebagai variabel bebas
pertama adalah model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, dan variabel bebas kedua
adalah aktivitas belajar siswa. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi
belajar matematika.
a. Variabel Bebas
1) Model Pembelajaran
a) Definisi operasional: model pembelajaran merupakan suatu
pola/cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas berisi prosedur baku yang
berupa tahap-tahap pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional.
b) Indikator: Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving pada kelompok
eksperimen pertama, model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada kelompok eksperimen kedua dan model pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol.
c) Skala pengukuran: skala nominal
d) Kategori dengan = 1,2,3 1 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan problem solving 2 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD 3 : Model pembelajaran konvensional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 58: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/58.jpg)
40
2) Aktivitas Belajar Siswa
a) Definisi operasional: aktivitas belajar siswa adalah aktivitas
yang bersifat fisik maupun mental yaitu kegiatan yang
mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan
guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan.
b) Indikator: Skor angket aktivitas belajar siswa
c) Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke dalam skala
ordinal yang terdiri dari 3 kategori yaitu kelompok tinggi,
sedang dan rendah dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kategori Siswa Berdasarkan Skor Angket Aktivitas Belajar Siswa
Skor Kategori > + 12 Tinggi 12 + 12 Sedang < 12 Rendah
Keterangan :
: skor angket yang diperoleh
: rerata skor angket yang diperoleh
: standar deviasi dari skor angket yang diperoleh
Sumber : Budiyono, 2011
d) Kategori : , dengan = 1,2,3
1 : Siswa dengan aktivitas belajar tinggi 2 : Siswa dengan aktivitas belajar sedang 3 : Siswa dengan aktivitas belajar rendah
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.
a) Definisi operasional: prestasi belajar matematika merupakan bukti
keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha belajar yang mencakup perhitungan matematis (mathematics
calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 59: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/59.jpg)
41
b) Indikator : nilai tes prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bentuk
pangkat, akar dan logaritma.
c) Skala pengukuran : skala interval
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengambilan data
adalah sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan
melihat dalam dokumen-dokumen yang telah ada. Dokumen-dokumen
tersebut biasanya merupakan dokumen resmi yang telah terjamin
keakuratannya (Budiyono, 2003: 54). Metode dokumentasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang
kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai Ujian Nasional SMP Mata
Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012.
b. Metode Angket
Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada subjek penelitian, responden,
atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis
(Budiyono, 2003: 47). Dalam penelitian ini metode angket yang
digunakan adalah angket aktivitas belajar yang digunakan untuk
memperoleh data mengenai aktivitas belajar siswa. Angket dalam
penelitian ini terdiri dari 35 item dengan 5 pilihan jawaban yaitu sangat
setuju, setuju, tidak tahu/netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Untuk
item yang bersifat positif maupun negatif skor diberikan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Pemberian Skor Instrumen Angket Aktivitas Belajar Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Skor
Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju 5 Setuju Tidak Setuju 4
Tidak tahu/netral Tidak tahu/netral 3 Tidak Setuju Setuju 2
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 60: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/60.jpg)
42
c. Metode Tes
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada subyek penelitian (Budiyono,
2003: 54). Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
prestasi belajar matematika untuk memperoleh data tentang prestasi
belajar matematika. Menurut Nana dan Ibrahim (2010: 100) tes prestasi
belajar mengukur penguasaan atau abilitas tertentu sebagai hasil dari
proses belajar, sedangkan menurut Sukardi (2005: 139) tes prestasi pada
umumnya mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah
mereka selama waktu tertentu menerima proses pembelajaran dan
digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan dan kemampuan siswa
secara individual dalam cakupan dan ilmu pengetahuan yang telah
ditentukan oleh para pendidik. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes tertulis yang disusun oleh peneliti sendiri sesuai dengan
materi yang akan diajarkan yaitu bentuk pangkat, akar dan logaritma yang
terdiri dari 40 soal obyektif pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban.
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini harus diuji terlebih dahulu. Tujuan uji coba adalah untuk
melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar valid dan benar-
benar reliabel atau tidak, melihat derajat kesukaran, dan indeks daya
pembeda, melihat keterbacaan instrumen, melihat apakah waktu yang
direncanakan telah cukup atau tidak, dan apakah masih diperlukan alat-alat
atau hal-hal lain (Budiyono, 2003: 55).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan angket aktivitas belajar dan tes prestasi
belajar.
a. Angket Aktivitas Belajar
1) Uji Validitas Isi
Budiyono (2003: 59) mengemukakan bahwa untuk menilai
apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 61: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/61.jpg)
43
dilakukan melalui expert judgment yaitu penelaahan validasi
dilakukan oleh pakar. Dalam penyusunan dan pengembangan
instrumen, pengujian validitas isi suatu instrumen dalam menjalankan
fungsi ukurnya seringkali dapat dilakukan dengan melihat sejauh
mana kesesuaian antara hasil ukur instrumen tersebut dengan hasil
instrumen lain yang sudah teruji kualitasnya atau dengan ukuran-
ukuran yang dianggap reliabel. Penilaian instrumen angket
mempunyai validitas isi dilakukan oleh pakar atau validator, sehingga
suatu butir angket dikatakan valid jika sudah dilakukan penilaian oleh
validator.
2) Konsistensi Internal
Konsistensi internal menunjukkan adanya korelasi positif antara
skor masing-masing butir angket, artinya butir-butir tersebut harus
mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang
sama. Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi
antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson
sebagai berikut : = 2 2 2 2 dengan
: indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
: banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
: Skor untuk butir ke-i
: Total skor
(Budiyono, 2003: 69)
Item angket yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang
memiliki indeks konsistensi internal dengan > 0,3.
3) Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keajegan atau
kemantapan hasil dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 62: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/62.jpg)
44
Hasil pengukuran itu diharapkan akan sama apabila pengukuran itu
diulangi (Sumarna Surapranata, 2009: 89-90). Reliabilitas angket
aktivitas belajar diuji dengan menggunakan Teknik Alpha sebagai
berikut :
11 = 1 1 22 dengan 11 : indeks reliabilitas angket
: banyaknya butir angket 2 : Variansi butir ke-i, i = 1,2,..., n 2 : Variansi dari skor total
(Budiyono, 2003: 70)
Instrumen angket yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah
yang memiliki indeks reliabilitas dengan 11 0,7.
b. Tes Prestasi Belajar
1) Uji Validitas Isi
Validitas isi (content validity) seringpula dinamakan validitas
kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang
valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur
(Sumarna Surapranata, 2009: 50). Uji validitas isi dilakukan melalui
expert judgment yaitu penelaahan validasi dilakukan oleh pakar atau
validator, sehingga tes prestasi belajar dikatakan valid jika sudah
dilakukan penilaian oleh validator.
2) Daya Beda
Menurut Sumarna Surapranata (2009: 23), indeks yang digunakan
dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi
dengan peserta tes yang berkemampuan rendah adalah indeks daya
pembeda (item discrimination). Indeks ini menunjukkan kesesuaian
antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan
demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya
dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 63: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/63.jpg)
45
dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda berkisar antara 1 sampai
dengan +1. Tanda negatif menunjukkan bahwa peserta tes yang
kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta tes
yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Daya pembeda menurut
indeks daya pembeda dapat dicari dengan menggunakan persamaan : = = 2 2 2 2 dengan
: indeks daya pembeda
: banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
: Skor untuk butir ke-i
: Total skor
(Budiyono, 2003: 69)
Item tes yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang
memiliki indeks daya beda dengan = > 0,3.
3) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui proporsi jawaban
benar, yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal
yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya.
Persamaan yang digunakan adalah : = dengan
: Tingkat kesukaran
: Banyak peserta tes yang menjawab benar
: jumlah peserta tes
(Sumarna Surapranata, 2009: 12)
Item tes yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang
memiliki tingkat kesukaran sedang yaitu jika 0,3 < < 0,7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 64: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/64.jpg)
46
4) Uji Reliabilitas
Reliabilitas tes prestasi belajar dapat diuji dengan menggunakan
rumus KR-20 sebagai berikut :
11 = 1 2 2 dengan 11 : indeks reliabilitas tes
: banyaknya butir tes
: proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
= 1 2 : Variansi total
(Budiyono, 2003: 69)
Instrumen tes yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang
memiliki indeks reliabilitas dengan 11 0,7.
4. Teknik Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Cara yang digunakan
untuk uji normalitas adalah dengan metode Lilliefors. Prosedur uji
normalitas dalam Budiyono (2009: 170-171) sebagai berikut:
1) Hipotesis 0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal 1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Taraf signifikansi = 5%
3) Statistik uji =
dengan = ; ~ 0,1 = proporsi cacah terhadap seluruh
4) Daerah kritik = > ; dengan ; diperoleh dari tabel Lilliefors
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 65: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/65.jpg)
47
5) Keputusan uji 0 ditolak jika
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama atau tidak.
Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett. Menurut
Budiyono (2009: 176-177) prosedur uji homogenitas adalah sebagai
berikut:
1) Hipotesis 0 12 = 22 = 32 (variansi populasi homogen) 1 tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Taraf signifikansi = 5%
3) Statistik uji
= 12 1 1 22 2 1 2 1 12
2 = 1 2=1 dengan 2 : Variansi gabungan
: Banyaknya seluruh nilai (ukuran)
: Banyaknya kelas
: Banyaknya nilai kelas ke-i 2 : Variansi kelas ke-i
4) Daerah kritik = > ; 1, 2, ,
Dengan ; 1, 2, , = 1 ; 1 + 2 ; 2 + + ;
5) Keputusan uji 0 ditolak jika
(Budiyono, 2009: 175)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 66: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/66.jpg)
48
c. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
ini memiliki kemampuan awal yang sama. Untuk menguji keseimbangan
digunakan Analisis Variansi (Anava) satu jalan dengan sel tak sama.
Model datanya dapat dinyatakan sebagai berikut : = + + dengan
: Data ke-i pada perlakuan ke-j
: Rerata seluruh data (rerata besar, grand mean)
= : efek perlakuan ke-j pada variabel terikat
= : deviasi data terhadap rerata populasinya yang
berdistribusi normal dengan rerata 0
= 1,2, , ; = 1,2, ,
: Cacah populasi
1) Hipotesis 0 : 1 = 2 = 3 1 : Paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama
2) Taraf signifikansi = 5%
3) Statistik uji: =
yang merupakan nilai dari variabel random berdistribusi dengan
derajat kebebasan 1 dan
4) Komputasi
a) Notasi dan Tata Letak Data
1 2 3 Total Cacah data 1 2 3 Jumlah Data 1 2 3 Rerata 1 2 3 Jumlah kuadrat 12 22 32 2, Suku koreksi 121 222 323
2
Variansi 1 2 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 67: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/67.jpg)
49
b) Besaran-besaran 1 = 2 ; 2 = 2 ; 3 = 2,
= 3 (1) dan = 1 = 2 (3) dan = = 2 (1) dan = 1 = dan =
5) Daerah kritik = > ; 1;
6) Rangkuman Anava
Sumber Perlakuan 1
<
atau > Galat Total 1
Keterangan : adalah probabilitas amatan
adalah nilai yang diperoleh dari tabel
7) Keputusan uji 0 ditolak jika
(Budiyono, 2009: 151)
d. Analisis Variansi (Anava)
Analisis Variansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
variansi (Anava) dua jalan dengan sel yang tak sama. Model datanya
dinyatakan sebagai berikut: = + + + + dengan
: data ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
: Rerata besar atau rerata seluruh data
= . : efek baris ke-i pada variabel terikat
= . : efek kolom ke-j pada variabel terikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 68: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/68.jpg)
50
= + + : interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada
variabel terikat
: deviasi data terhadap rerata populasinya yang
berdistribusi normal dengan rerata 0
= 1,2, , ; banyaknya baris
= 1,2, , ; banyaknya kolom
= 1,2, , ; banyaknya data amatan pada baris ke-i dan
kolom ke-j
1) Hipotesis
Hipotesis 1 0 : = 0 untuk setiap = 1,2,3, ,
(tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) 1 : paling sedikit ada satu yang tidak nol
(ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat)
Hipotesis 2 0 : = 0 untuk setiap = 1,2,3, ,
(tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) 1 : paling sedikit ada satu yang tidak nol
(ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)
Hipotesis 3 0 : = 0 untuk setiap = 1,2,3, , dan = 1,2,3, ,
(tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel
terikat) 1 : paling sedikit ada satu yang tidak nol
(ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat)
2) Taraf signifikansi = 5%
3) Komputasi
a) Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.7 Rerata Sel dan Rerata Marginal
Model Pembelajaran ( ) Aktivitas belajar ( ) Rerata Marginal 1 2 3 1 1 1 1 2 1 3 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3
Rerata Marginal 1 2 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 69: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/69.jpg)
51
Tabel 3.8 Data Amatan, Rerata dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Model Pembelajaran
Aktivitas Belajar Siswa Tinggi ( 1) Sedang ( 2) Rendah 3
Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dengan pendekatan
problem solving 1
Cacah data 11 12 13 Jumlah Data 11 12 13 Rataan 11 12 13 Jumlah kuadrat 112 122 132 Suku Korelasi 11 12 13 Variansi 11 12 13
Student Teams Achievement
Divisions (STAD) 2
Cacah data 21 22 23 Jumlah Data 21 22 23 Rataan 21 22 23 Jumlah kuadrat 212 222 232 Suku Korelasi 21 22 23 Variansi 21 22 23
Konvensional 3
Cacah data 31 32 33 Jumlah Data 31 32 33 Rataan 31 32 33 Jumlah kuadrat 312 322 332 Suku Korelasi 31 32 33 Variansi 31 32 33
dengan = dan = 2
Pada Anava dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-
notasi sebagai berikut:
: ukuran sel (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= 1, : rerata harmonik frekuensi seluruh sel
= 1, : banyaknya seluruh data amatan
= 2 2 2
: jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel
: rerata pada sel
= : jumlah rerata pada baris ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 70: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/70.jpg)
52
= : jumlah rerata pada baris ke-j
= , : jumlah rerata semua sel
b) Komponen Jumlah Kuadrat 1 = 2 2 = , 3 = 2
4 = 2 5 = 2,
c) Jumlah Kuadrat = 3 1 = 4 1 = 1 + 5 3 (4) = (2) = + + +
Derajat kebebasan : = 1 = 1 = 1 ( 1) = = 1
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-
masing diperoleh rerata kuadrat berikut : = =
= =
4) Statistik uji
a) Untuk 0 adalah = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi dengan derajat kebebasan 1 dan
.
b) Untuk 0 adalah = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi dengan derajat kebebasan 1 dan
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 71: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/71.jpg)
53
c) Untuk 0 adalah = yang merupakan nilai dari
variabel random yang berdistribusi dengan derajat kebebasan 1 1 dan .
5) Daerah kritis
Untuk masing-masing nilai di atas, daerah kritisnya adalah :
a) Daerah kritis untuk adalah = > ; 1;
b) Daerah kritis untuk adalah = > ; 1;
c) Daerah kritis untuk adalah = > ; 1 1 ;
6) Keputusan uji
a) 0 ditolak jika
b) 0 ditolak jika
c) 0 ditolak jika
7) Rangkuman Anava dua jalan
Sumber JK dk RK Baris (A) JKA 1 RKA tabel Kolom (B) JKB 1 RKB tabel Interaksi (AB) JKAB 1 1 RKAB tabel Galat JKG RKG Total JKT 1
(Budiyono, 2009: 229-233)
e. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari anava
yang dilakukan apabila hasilnya menunjukkan bahwa hipotesis nol
ditolak. Tujuan dari uji lanjut adalah untuk melakukan pelacakan terhadap
perbedaan rerata setiap pasangan kolom, baris, dan setiap pasangan sel.
Untuk uji lanjut setelah anava ini, digunakan metode Scheffe karena
metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikan
yang kecil. Prosedur pengujian menggunakan metode Scheffe adalah:
1) Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rerata.
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3) Menentukan taraf signifikansi = 5 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 72: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/72.jpg)
54
4) Mencari harga statistik uji untuk :
a) Komparasi rerata antar baris
Jika 0 ditolak maka perlu dilakukan komparasi rerata antar
baris. Hipotesis yang akan diuji adalah: 0 : = . 1 : . Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar baris adalah:
. . = . . 21. + 1. dengan . . : nilai pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
. : rerata pada baris ke-i
. : rerata pada baris ke-j
: rerata kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan Anava . : ukuran sampel baris ke-i . : ukuran sampel baris ke-j
Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;
Keputusan uji : 0 ditolak jika
(Budiyono, 2009: 215)
b) Komparasi rerata antar kolom
Jika 0 ditolak maka perlu dilakukan komparasi rerata antar
kolom. Hipotesis yang akan diuji yaitu: 0 : = . 1 : .
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah:
. . = . . 21. + 1. dengan . . : nilai pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
. : rerata pada kolom ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 73: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/73.jpg)
55
. : rerata pada kolom ke-j
: rerata kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan Anava . : ukuran sampel kolom ke-i . : ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;
Keputusan uji : 0 ditolak jika
(Budiyono, 2009: 216)
c) Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
Hipotesis yang akan diuji adalah 0: = 1:
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
adalah:
= 21 + 1 dengan
: nilai pada pembandingan rerata pada sel dan sel
: rerata pada sel
: rerata pada sel
: ukuran sel
: ukuran sel
Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;
Keputusan uji : 0 ditolak jika
(Budiyono, 2009: 217)
d) Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
Hipotesis yang akan diuji adalah 0: = 1:
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 74: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/74.jpg)
56
= 21 + 1 dengan
: nilai pada pembandingan rerata pada sel dan sel
: rerata pada sel
: rerata pada sel
: ukuran sel
: ukuran sel
Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;
Keputusan uji : 0 ditolak jika
(Budiyono, 2009: 216)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 75: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/75.jpg)
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti. Hasil penelitian yang dibahas adalah meliputi hasil uji coba instrumen,
deskripsi data, pengujian syarat analisis variansi (Anava), pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
A. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket aktivitas
belajar dan tes prestasi belajar siswa pada materi bentuk pangkat, akar dan
logaritma. Kedua instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kelayakan penggunaan instrumen pada pelaksanaan penelitian.
Uji coba instrumen baik angket maupun tes prestasi belajar dilaksanakan
pada 30 siswa kelas X-4 KPG Khas Papua Merauke Tahun Pelajaran 2012/2013.
Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 September 2012.
1. Uji Coba Angket Aktivitas Belajar
a. Validitas Isi
Uji validitas isi dilakukan oleh 5 orang validator yaitu Dessy R. Suryani,
S.Pd selaku guru Matematika di SMA Negeri 3 Merauke, Seni
Patandianan, ST selaku guru Matematika di KPG Khas Papua Merauke,
Elysabeth K. Aju k, SP selaku guru Matematika di SMA YPK Merauke
dan Dorothea Rangkoli, S.Pd., M.Si dan Yenni P. Pasaribu, ST., M.Si
selaku Dosen dari Universitas Musamus Merauke. Angket aktivitas
belajar terdiri dari 35 butir angket. Berdasarkan uji validitas isi yang
dilakukan oleh kelima validator maka 35 butir angket aktivitas belajar
semuanya dinyatakan valid dan memenuhi kriteria yang diberikan
sehingga layak digunakan sebagai instrumen penelitian tentang aktivitas
belajar siswa. Lembar validasi uji coba angket aktivitas belajar oleh
validator dapat dilihat pada Lampiran 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 76: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/76.jpg)
58
b. Konsistensi Internal
Uji coba angket aktivitas belajar dilaksanakan pada Tanggal 14
September 2012 kepada 30 siswa kelas X-4 KPG Khas Papua Merauke
Tahun Pelajaran 2012/2013 selama 60 menit. Hasilnya kemudian diuji
konsistensi internalnya dengan menggunakan rumus korelasi momen
produk dari Karl Pearson. Dari 35 butir angket yang diujicobakan terdapat
5 butir angket yang tidak konsisten sebab < 0,30 yaitu butir ke 6, 11,
18, 19 dan 32. Jadi terdapat 30 butir angket yang konsisten dan layak
untuk digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 2.
c. Reliabilitas
Dari 30 butir angket yang konsisten dan layak digunakan dalam penelitian
kemudian diuji reliabilitasnya dengan menggunakan Teknik Alpha
diperoleh 11 = 0,919. Instrumen angket aktivitas belajar ini dikatakan
reliabel sebab 11 0,7 . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 2.
2. Uji Coba Tes Prestasi Belajar
a. Validitas isi
Uji validitas isi dilakukan oleh 5 orang validator yaitu Dessy R. Suryani,
S.Pd selaku guru Matematika di SMA Negeri 3 Merauke, Seni
Patandianan, ST selaku guru Matematika di KPG Khas Papua Merauke,
Elysabeth K. Aju k, SP selaku guru Matematika di SMA YPK Merauke
dan Dorothea Rangkoli, S.Pd.,M,Si dan Yenni P. Pasaribu, ST.,M,Si
selaku Dosen dari Universitas Musamus Merauke. Tes prestasi belajar
terdiri dari 40 butir soal pilihan ganda. Berdasarkan uji validitas isi yang
dilakukan oleh kelima validator maka 40 butir soal tes prestasi belajar
semuanya dinyatakan valid dan memenuhi kriteria yang diberikan
sehingga layak digunakan sebagai instrumen penelitian tentang prestasi
belajar siswa. Lembar validasi uji coba tes prestasi belajar oleh validator
dapat dilihat pada Lampiran 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 77: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/77.jpg)
59
b. Tingkat Kesukaran
Uji coba tes prestasi belajar dilaksanakan pada Tanggal 15 September
2012 kepada 30 siswa kelas X-4 KPG Khas Papua Merauke Tahun
Pelajaran 2012/2013 selama 120 menit. Hasilnya kemudian diuji tingkat
kesukarannya menggunakan rumus = . Hasil pengujian
menunjukkan bahwa dari 40 butir soal terdapat satu soal dengan kategori
mudah > 0,70 , 9 soal dengan kategori sukar ( < 0,30) dan 30 soal
dengan kategori sedang (0,30 0,70) Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 3.
c. Daya Beda
Hasil uji daya beda menggunakan rumus korelasi momen produk dari
Karl Pearson menunjukkan bahwa dari 40 butir soal terdapat 5 butir soal
yang daya bedanya kurang baik sebab 0,3 dan 35 butir soal yang
memiliki daya beda baik sebab > 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 3.
d. Reliabilitas
Dari 30 butir soal yang memiliki daya beda baik dan tingkat kesukaran
sedang kemudian diuji reliabilitasnya dengan menggunakan Rumus KR-
20 diperoleh 11 = 0,912. Instrumen tes prestasi belajar ini dikatakan
reliabel sebab 11 0,7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan adalah data skor angket aktivitas belajar dan data
nilai tes prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving pada kelompok eksperimen 1,
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelompok eksperimen 2 dan
model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Banyaknya data
keseluruhan adalah 291 siswa dengan rincian 98 siswa pada kelompok eksperimen
1, 100 siswa pada kelompok eksperimen 2 dan 93 siswa pada kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 78: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/78.jpg)
60
1. Data Skor Aktivitas Belajar
Data skor aktivitas belajar diperoleh dari angket aktivitas belajar yang
dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kelompok dengan aktivitas belajar
tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil perhitungan diperoleh rerata skor
angket = 115,30 dan standar deviasi dari skor angket = 14,82.
Tabel 4.1 Kategori Aktivitas Belajar Siswa Skor Kategori > + 12 Tinggi 12 + 12 Sedang < 12 Rendah
Keterangan :
: skor angket yang diperoleh
: rerata skor angket yang diperoleh
: standar deviasi dari skor angket yang diperoleh
Dari hasil perhitungan diperoleh skor dikategorikan tinggi jika > 122,70, kategori sedang jika 107,89 122,70 dan kategori
rendah jika < 107,89. Berdasarkan hasil perhitungan pada kelompok
dengan kategori aktivitas belajar tinggi terdapat 96 siswa, kelompok dengan
kategori aktivitas belajar sedang terdapat 120 siswa dan kelompok dengan
kategori aktivitas belajar rendah terdapat 75 siswa.
2. Data Nilai Tes Prestasi Belajar
Data nilai tes prestasi belajar diperoleh dari tes prestasi belajar setelah
diberi perlakuan yaitu kelompok eksperimen 1 menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving,
kelompok eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional. Untuk memperoleh gambaran umum tentang skor prestasi
belajar hasil penelitian, berikut disajikan ukuran tendensi sentral dan ukuran
dispersi data skor prestasi belajar sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 79: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/79.jpg)
61
Tabel 4.2 Ukuran Tendensi Sentral dan Ukuran Dispersi Nilai Tes Prestasi Belajar
Kelompok Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
Modus Median Min Maks N s
Eksperimen 1 6,78 7,00 6,84 4,00 9,33 98 1,36 Eksperimen 2 6,14 6,33 6,33 3,67 9,00 100 1,40
Kontrol 5,56 5,00 5,67 3,00 8,67 93 1,38
C. Uji Keseimbangan
Sebelum peneliti mengadakan penelitian terlebih dahulu diadakan uji
keseimbangan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok
kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Sebelum dilakukan uji
keseimbangan masing-masing kelompok diuji normalitas dan homogenitas
terlebih dahulu. Data yang digunakan untuk pengujian adalah data nilai hasil
Ujian Nasional SMP mata pelajaran matematika Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kelompok eksperimen 1 dengan dengan jumlah 98 siswa diperoleh rerata 6,58
dan variansi 1,43 sementara kelompok eksperimen 2 dengan jumlah 100 siswa
diperoleh rerata 6,44 dan variansi 1,23 sedang kelompok kontrol dengan 93 siswa
diperoleh rerata 6,38 dan variansi 1,26.
Hasil uji normalitas kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Uji normalitas 0,05 ; Keputusan Kesimpulan
Kelompok eksperimen 1 0,0789 0,0895 0 diterima Normal
Kelompok eksperimen 2 0,0850 0,0886 0 diterima Normal
Kelompok kontrol 0,0911 0,0919 0 diterima Normal
Berdasarkan Tabel di atas, untuk masing-masing kelompok ternyata <0,05 ; sehingga 0 diterima. Ini berarti masing-masing kelompok berasal dari
populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 80: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/80.jpg)
62
Hasil uji homogenitas kemampuan awal kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa Sampel k 0,05 ;98 ;100 ;93 Keputusan Kesimpulan
Kelompok 3 0,998 0,979 0 diterima Homogen
Berdasarkan Tabel di atas, > 0,05 ;98 ;100 ;93 sehingga 0 diterima. Ini berarti
ketiga kelompok memiliki variansi yang sama (homogen). Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 4.5 Notasi dan Tata Letak Data Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol Total
Cacah Data 98 100 93 291 Jumlah Data 645,25 642,50 593,25 1881,00
Rerata 6,58 6,43 6,38 6,46 Jumlah Kuadrat 4387,56 4248,63 3936,69 12572,88 Suku Korelasi 4248,44 4128,06 3784,36 12160,87
Variansi 139,12 120,56 152,33 412,01
Hasil dari uji keseimbangan dengan menggunakan Anava satu jalan dengan sel tak
sama disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rangkuman Anava Satu Jalan dengan sel tak sama Sumber JK dK RK p Model
Pembelajaran (A) 2,239 2 1,120 0,783 3,027 < 0,05
Galat 412,01 288 1,431 Total 414,25 290
Berdasarkan Tabel di atas, < sehingga 0 diterima. Ini berarti ketiga
kelompok memiliki rerata yang sama (ketiga kelompok seimbang). Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 81: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/81.jpg)
63
D. Pengujian Syarat Analisis Variansi (Anava)
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors dengan taraf
signifikansi 5% disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa
No Uji Normalitas 0,05 ; Keputusan Kesimpulan
1 Kelompok eksperimen 1 0,0799 0,0895 0 diterima Normal
2 Kelompok eksperimen 2 0,0731 0,0886 0 diterima Normal
3 Kelompok kontrol 0,0892 0,0919 0 diterima Normal
4 Kelompok dengan
aktivitas belajar tinggi
0,0614 0,0904 0 diterima Normal
5 Kelompok dengan
aktivitas belajar sedang
0,0740 0,0809 0 diterima Normal
6 Kelompok dengan
aktivitas belajar rendah
0,0990 0,1023 0 diterima Normal
Berdasarkan Tabel di atas, tampak bahwa < 0,05 ; dari masing-masing
kelompok sehingga 0 diterima. Ini berarti masing-masing kelompok berasal
dari populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 6.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan baik untuk kelompok dengan kategori
model pembelajaran yang digunakan maupun kelompok dengan kategori
aktivitas belajar dilakukan menggunakan metode Bartlett dengan taraf
signifikansi 5%.
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa
Sampel k 0,05 ; 1 ; 2 ; 3 Keputusan Kesimpulan
Model Pembelajaran
3 0,9997 0,9792 0 diterima Homogen
Aktivitas belajar 3 0,9951 0,9798 0 diterima Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 82: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/82.jpg)
64
Berdasarkan Tabel di atas, > 0,05 ; 1 ; 2 ; 3 sehingga 0 diterima. Ini
berarti sampel memiliki variansi yang sama (homogen). Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
E. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Notasi dan tata letak data yang digunakan dalam komputasi analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama sebagai berikut :
Tabel 4.9 Notasi dan Tata Letak Data
Model Pembelajaran Aktivitas Belajar Siswa
Tinggi ( 1) Sedang ( 2) Rendah 3
Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dengan pendekatan
problem solving 1
Cacah data 31 45 22 Jumlah Data 238,00 297,00 129,67 Rataan 7,68 6,60 5,89
Jumlah kuadrat 1880,49 2024,24 781,80
Suku Korelasi 1827,23 1960,20 764,29
Variansi 53,26 64,04 17,51
Student Teams Achievement
Divisions (STAD) 2
Cacah data 34 40 26
Jumlah Data 226,67 232,67 155,00
Rataan 6,67 5,82 5,96
Jumlah kuadrat 1571,56 1423,78 971,67
Suku Korelasi 1511,16 1353,38 924,04 Variansi 60,40 70,39 47,63
Konvensional 3
Cacah data 31 35 27 Jumlah Data 194,00 200,00 123,00 Rataan 6,26 5,71 4,56 Jumlah kuadrat 1267,56 1231,78 586,56 Suku Korelasi 1214,06 1142,86 560,33 Variansi 53,49 88,92 26,22
Tabel 4.10 Rerata Sel dan Rerata Marginal Model Pembelajaran ( ) Aktivitas Belajar ( )
Rerata Marginal 1 2 3 1 7,68 6,60 5,89 6,78 2 6,67 5,82 5,96 6,14 3 6,26 5,71 4,56 5,56 Rerata Marginal 6,86 6,08 5,44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 83: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/83.jpg)
65
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Rangkuman Anava
Sumber JK dk RK Keputusan Model Pembelajaran (A) 68,571 2 34,286 20,064 3,028 0 ditolak Aktivitas Belajar (B) 91,614 2 45,807 26,807 3,028 0 ditolak Interaksi (AB) 17,964 4 4,491 2,628 2,404 0 ditolak Galat 481,877 282 1,709 Total 660,026 290
Tabel di atas menunjukkan bahwa :
a. Pada efek utama baris (A) 0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan efek
antar model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.
b. Pada efek utama kolom (B) 0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan
efek antar kategori aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.
c. Pada efek utama interaksi (AB) 0 ditolak. Ini berarti terdapat interaksi
antara model pembelajaran dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Uji Lanjut Anava
a. 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan efek antar model pembelajaran
terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu dilakukan uji lanjut Anava.
Uji lanjut Anava yang dilakukan adalah komparasi rerata antar baris.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 4.12 Hasil Uji Komparasi rerata antar baris
0 tabel Keputusan 1 = 2. 11,825 6,056 0 ditolak 1 = 3. 41,782 6,056 0 ditolak 2 = 3. 9,626 6,056 0 ditolak Tabel di atas menunjukkan bahwa :
1) 0 1 = 2. ditolak. Ini berarti rerata kelompok dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving tidak sama dengan rerata kelompok dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelompok dengan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 84: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/84.jpg)
66
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving memiliki rerata marginal 6,78 sementara kelompok dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rerata marginal
6,14. Dari sini disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi
belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) 0 1 = 3. ditolak. Ini berarti rerata kelompok dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving tidak sama dengan rerata kelompok dengan model
pembelajaran konvensional. Kelompok dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memiliki
rerata marginal 6,78 sementara kelompok dengan model pembelajaran
konvensional memiliki rerata marginal 5,56. Dari sini disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada
model pembelajaran konvensional.
3) 0 2 = 3. ditolak. Ini berarti rerata kelompok dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak sama dengan rerata
kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Kelompok
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rerata
marginal 6,14 sementara kelompok dengan model pembelajaran
konvensional memiliki rerata marginal 5,56. Dari sini disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan
prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
b. 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan efek antar kategori aktivitas
belajar terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu dilakukan uji lanjut
Anava. Uji lanjut Anava yang dilakukan adalah komparasi rerata antar
kolom. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 85: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/85.jpg)
67
Tabel 4.13 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom
0 tabel Keputusan 1 = .2 19,016 6,056 0 ditolak 1 = .3 50,074 6,056 0 ditolak 2 = .3 11,236 6,056 0 ditolak Tabel di atas menunjukkan bahwa :
1) 0 1 = .2 ditolak. Ini berarti rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan rerata kelompok siswa
dengan aktivitas belajar sedang. Kelompok siswa dengan aktivitas
belajar tinggi memiliki rerata marginal 6,86 sementara kelompok
siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki rerata marginal 6,08.
Dari sini disimpulkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi
memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas
belajar sedang.
2) 0 1 = .3 ditolak. Ini berarti rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan rerata kelompok siswa
dengan aktivitas belajar rendah. Kelompok siswa dengan aktivitas
belajar tinggi memiliki rerata marginal 6,86 sementara kelompok
siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki rerata marginal 5,44.
Dari sini disimpulkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi
memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas
belajar rendah.
3) 0 2 = .3 ditolak. Ini berarti rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar sedang tidak sama dengan rerata kelompok siswa
dengan aktivitas belajar rendah. Kelompok siswa dengan aktivitas
belajar sedang memiliki rerata marginal 6,08 sementara kelompok
siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki rerata marginal 5,44.
Dari sini disimpulkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar sedang
memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas
belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 86: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/86.jpg)
68
c. 0 ditolak, berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar sehingga perlu dilakukan
uji lanjut Anava. Uji lanjut Anava yang dilakukan adalah komparasi rerata
antar sel pada baris yang sama dan komparasi rerata antar sel pada kolom
yang sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 4.14 Hasil Uji Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama 0 tabel Keputusan 11 = 12 12,469 15,768 0 diterima 11 = 13 23,949 15,768 0 ditolak 12 = 13 4,309 15,768 0 diterima 21 = 22 7,771 15,768 0 diterima 21 = 23 4,288 15,768 0 diterima 22 = 23 0,193 15,768 0 diterima 31 = 32 2,845 15,768 0 diterima 31 = 33 24,479 15,768 0 ditolak 32 = 33 11,976 15,768 0 diterima
Tabel di atas menunjukkan bahwa :
1) 0 11 = 12 diterima berarti pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving, rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi sama
dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar sedang.
Disimpulkan bahwa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving, siswa dengan
aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya
dengan siswa dengan aktivitas belajar sedang.
2) 0 11 = 13 ditolak berarti pada penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving, rerata
kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan
rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah. Kelompok
siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki rerata 7,68 dan
kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki rerata 5,89.
Disimpulkan bahwa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 87: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/87.jpg)
69
tipe STAD dengan pendekatan problem solving, siswa dengan
aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada
siswa dengan aktivitas belajar rendah.
3) 0 12 = 13 diterima berarti pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving, rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar sedang sama
dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah.
Disimpulkan bahwa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving, siswa dengan
aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar yang sama baiknya
dengan siswa dengan aktivitas belajar rendah.
4) 0 21 = 22 diterima berarti pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar tinggi sama dengan rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar sedang. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar
tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa
dengan aktivitas belajar sedang.
5) 0 21 = 23 diterima berarti pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar tinggi sama dengan rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar rendah. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar
tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa
dengan aktivitas belajar rendah.
6) 0 22 = 23 diterima berarti pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar sedang sama dengan rerata kelompok siswa dengan
aktivitas belajar rendah. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 88: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/88.jpg)
70
sedang memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa
dengan aktivitas belajar rendah.
7) 0 31 = 32 diterima berarti pada penggunaan model
pembelajaran konvensional, rerata kelompok siswa dengan aktivitas
belajar tinggi sama dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas
belajar sedang. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model
pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi
memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa dengan
aktivitas belajar sedang.
8) 0 31 = 33 ditolak berarti pada penggunaan model pembelajaran
konvensional, rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi
tidak sama dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar
rendah. Kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki
rerata 6,26 sementara kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah
memiliki rerata 4,56. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model
pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi
memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas
belajar rendah.
9) 0 32 = 33 diterima berarti pada penggunaan model
pembelajaran konvensional, rerata kelompok siswa dengan aktivitas
belajar sedang sama dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas
belajar rendah. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model
pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar sedang
memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa dengan
aktivitas belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 89: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/89.jpg)
71
Tabel 4.15 Hasil Uji Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama 0 tabel Keputusan 11 = 21 9,691 15,768 0 diterima 11 = 31 18,271 15,768 0 ditolak 21 = 31 1,585 15,768 0 diterima 12 = 22 7,602 15,768 0 diterima 12 = 32 9,037 15,768 0 diterima 22 = 32 0,115 15,768 0 diterima 13 = 23 0,032 15,768 0 diterima 13 = 33 12,079 15,768 0 diterima 23 = 33 15,321 15,768 0 diterima
Tabel di atas menunjukkan bahwa :
1) 0 11 = 21 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
tinggi, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata
kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) 0 11 = 31 ditolak berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
tinggi, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving tidak sama dengan rerata
kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Kelompok
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving reratanya adalah 7,68 dan kelompok dengan model
pembelajaran konvensional reratanya adalah 6,26. Disimpulkan bahwa
pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 90: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/90.jpg)
72
3) 0 21 = 31 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
tinggi, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sama dengan rerata kelompok dengan model pembelajaran
konvensional. Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar
tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi
belajar yang sama baiknya dengan model pembelajaran konvensional .
4) 0 12 = 22 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
sedang, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata
kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar sedang,
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5) 0 12 = 32 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
sedang, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata
kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Disimpulkan
bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model
pembelajaran konvensional.
6) 0 22 = 32 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
sedang, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sama dengan rerata kelompok dengan model pembelajaran
konvensional. Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar
sedang, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan
prestasi belajar yang sama baiknya dengan model pembelajaran
konvensional.
7) 0 13 = 23 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
rendah, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 91: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/91.jpg)
73
STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata
kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar rendah, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
8) 0 13 = 33 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
rendah, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata
kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Disimpulkan
bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar rendah, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving
memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model
pembelajaran konvensional.
9) 0 23 = 33 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar
rendah, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sama dengan rerata kelompok dengan model pembelajaran
konvensional. Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar
rendah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan
prestasi belajar yang sama baiknya dengan model pembelajaran
konvensional.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Hasil analisis variansi menunjukkan 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan
efek antar model pembelajaran terhadap prestasi belajar. Kemudian dilakukan
uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar baris yang hasilnya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 92: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/92.jpg)
74
model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional.
Hal ini sesuai dengan penelitian Tarim & Akdeniz (2007), yang
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD memberikan efek
positif terhadap prestasi belajar matematika dan penelitian Daneshamooz et
al. (2011) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional. Demikian pula dengan penelitian Tarim (2009), yang
menunjukkan bahwa pemecahan masalah (problem solving) dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik daripada menggunakan
pembelajaran konvensional. Keterampilan bekerjasama, berbagi, menghargai
orang lain, bertanggungjawab secara individu dalam kelompok dapat
ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif dengan pemecahan masalah
(problem solving). Hal ini memang dikarenakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving maupun model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada learning
community yang dapat membangkitkan motivasi, mengembangkan
keterampilan, meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, lebih
merangsang indera dan akan membawa kesan yang mendalam sehingga lebih
lama tersimpan dalam diri siswa sehingga prestasi belajar yang dihasilkan
akan lebih baik.
2. Hipotesis Kedua
Hasil analisis variansi menunjukkan 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan
efek antar kategori aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa. Kemudian
dilakukan uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar kolom yang hasilnya
siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik
daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah sementara itu
siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik
daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.
Hal ini sesuai dengan penelitian Seri Ningsih (2010) yang menunjukkan
bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 93: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/93.jpg)
75
baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah demikian pula siswa
dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada
siswa dengan aktivitas belajar rendah. Demikian pula dengan pendapat
Montessori (Sardiman, 2011) yang menegaskan bahwa yang lebih banyak
melakukan aktivitas belajar dalam pembentukan diri adalah siswa itu sendiri,
sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala
keinginan yang akan diperbuat oleh anak didiknya. Hal ini memang
dikarenakan aktivitas belajar merupakan bentuk perbuatan yang membantu
siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Upaya meningkatkan prestasi
belajar akan terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang dipelajari
menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan dalam
belajar. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi
yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini
akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana
masing masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin
dalam aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang timbul akan mengakibatkan
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi belajar.
3. Hipotesis ketiga
Hasil uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
menunjukkan:
a. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving sama baik dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD sama baik dengan model pembelajaran konvensional tetapi
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
b. Pada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, penggunaan
masing-masing model pembelajaran memberikan prestasi belajar yang
sama baiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 94: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/94.jpg)
76
Hal ini kurang sesuai dengan penelitian Tarim & Akdeniz (2007), yang
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD memberikan efek
positif terhadap prestasi belajar matematika dan penelitian Daneshamooz et
al. (2011) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional. Demikian pula dengan penelitian Tarim (2009), yang
menunjukkan bahwa pemecahan masalah (problem solving) dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik daripada menggunakan
pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan upaya peningkatan prestasi
belajar juga dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa itu sendiri. Sesuai dengan
pendapat Montessori (Sardiman, 2011) yang menegaskan bahwa yang lebih
banyak melakukan aktivitas belajar dalam pembentukan diri adalah siswa itu
sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan
segala keinginan yang akan diperbuat oleh anak didiknya. Keaktifan siswa
dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin dalam aktivitas
belajar. Aktivitas belajar yang timbul akan mengakibatkan terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi belajar. Dengan demikian terdapat interaksi antara model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dan tingkat aktivitas belajar yang
dimiliki oleh siswa terhadap prestasi belajar yang dihasilkan.
4. Hipotesis keempat
Hasil uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
menunjukkan:
a. Pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan problem solving dan model pembelajaran konvensional, siswa
dengan aktivitas belajar tinggi dan siswa dengan aktivitas belajar sedang
memiliki prestasi belajar yang sama baik demikian pula siswa dengan
aktivitas belajar sedang dan siswa dengan aktivitas belajar rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 95: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/95.jpg)
77
memiliki prestasi belajar yang sama baik, tetapi siswa dengan aktivitas
belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan
aktivitas belajar rendah.
b. Pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, masing-
masing kategori aktivitas belajar siswa memiliki prestasi belajar yang
sama baiknya.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Seri Ningsih (2010) yang
menunjukkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi
belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah demikian
pula siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih
baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Hal ini dikarenakan
upaya peningkatan prestasi belajar juga dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang digunakan guru. Sesuai dengan pendapat Montessori (Sardiman, 2011)
yang menegaskan bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas belajar
dalam pembentukan diri adalah siswa itu sendiri, sedangkan pendidik
memberikan bimbingan dan merencanakan segala keinginan yang akan
diperbuat oleh anak didiknya. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar
siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif, dimana masing masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin dalam aktivitas belajar. Aktivitas
belajar yang timbul akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar. Dengan
demikian terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan oleh
guru dan tingkat aktivitas belajar yang dimiliki oleh siswa terhadap prestasi
belajar yang dihasilkan.
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat berbagai faktor
yang menjadi keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 96: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/96.jpg)
78
1. Siswa tidak dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, masalah ini
muncul pada awal pembelajaran kooperatif yang mengakibatkan
terhambatnya kerjasama dalam kelompok sehingga tujuan yang diharapkan
tidak tercapai.
2. Perlunya banyak waktu untuk adaptasi di kelompok eksperimen terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving yang relatif baru bagi siswa dalam mata pelajaran matematika.
3. Kurang disiplinnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas
sehingga berakibat prestasi belajar yang diperoleh kurang optimal.
4. Ketidakhadiran siswa, menjadi masalah dalam pembelajaran kooperatif
karena siswa saling tergantung satu dengan lainnya.
5. Materi prasyarat seperti perkalian, pembagian, operasi pecahan belum
dikuasai siswa dengan baik.
6. Timbulnya para pembonceng/pengikut, masalah ini muncul jika siswa yang
memiliki kemampuan matematika baik menyelesaikan sebagian atau
keseluruhan tugas/pekerjaan kelompok, akibatnya tujuan yang diharapkan
tidak tercapai.
7. Kemungkinan pada saat pelaksanaan tes masih terdapat siswa yang
bekerjasama dalam pengerjaannya sehingga berakibat data untuk nilai
prestasi belajar pada penelitian ini menjadi kurang murni. Demikian juga
dalam pengisian angket aktivitas belajar masih kurang jujur yang berakibat
pembagian kategori aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah kurang akurat.
8. Kemungkinan pada saat pelaksanaan tes tidak bersamaan waktunya sehingga
tidak menutup kemungkinan terjadi kebocoran soal sehingga berakibat data
penelitian yang diperoleh kurang murni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 97: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/97.jpg)
79
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian yang telah
dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai jawaban dari hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Sementara itu
model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang
lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
2. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik
daripada siswa dengan kategori aktivitas belajar sedang dan rendah,
sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar
lebih baik daripada siswa dengan kategori aktivitas belajar rendah.
3. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang sama baik,
sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model
pembelajaran konvensional memberikan prestasi belajar yang sama baik,
tetapi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional. Sementara itu, pada siswa dengan kategori
aktivitas belajar sedang dan rendah, ketiga model pembelajaran memberikan
prestasi belajar yang sama baik.
4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem
solving dan model pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar
tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar yang sama baik, sementara siswa
dengan aktivitas belajar sedang dan rendah memiliki prestasi belajar yang
sama baik, tetapi siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 98: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/98.jpg)
80
belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Sementara
itu, pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, semua kategori aktivitas
belajar siswa memiliki prestasi belajar yang sama baik.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian ini, maka penulis akan
menyampaikan implikasi yang diharapkan berguna baik secara teoritis maupun
praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika. Implikasi teoritis
berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan model pembelajaran konvensional pada materi bentuk pangkat,
akar dan logaritma. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan problem solving dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
di kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari penelitian juga diketahui
bahwa prestasi belajar matematika siswa pada materi bentuk pangkat, akar dan
logaritma terkait dengan tingkat aktivitas belajar yang dimiliki siswa.
Implikasi praktis berdasarkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan masukan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
dan prestasi belajar siswa. Guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat
sesuai dengan materi yang akan diberikan untuk mengoptimalkan aktivitas belajar
siswa dalam membangun learning community dengan komunikasi yang aktif
antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sebagai fasilitator.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas,
maka berikut beberapa saran dari penelitian ini :
1. Bagi para peneliti yang akan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam penelitiannya untuk dapat mengembangkan penelitian yang
lebih inovatif dan kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
![Page 99: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id](https://reader038.vdocuments.pub/reader038/viewer/2022103109/5cebd6b488c993107a8d869d/html5/thumbnails/99.jpg)
81
2. Bagi para guru matematika yang akan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dalam proses
pembelajaran, sebaiknya menyusun perangkat pembelajaran yang efisien
untuk mengoptimalkan aktivitas belajar siswa.
3. Bagi pihak-pihak terkait untuk lebih memberikan perhatian dalam
peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan dan seminar tentang
penggunaan model-model pembelajaran khususnya model-model
pembelajaran kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user