digilib.uns.ac.id/eksperimentasi-model...digilib.uns.ac.id

99
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA MATERI BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI KABUPATEN MERAUKE TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: IGNATIUS DONO ARIANTO S851108029 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: ngodien

Post on 27-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN

PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA MATERI

BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI KABUPATEN MERAUKE

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

IGNATIUS DONO ARIANTO

S851108029

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

ii

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN

PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA MATERI

BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI KABUPATEN MERAUKE

TESIS

Oleh:

IGNATIUS DONO ARIANTO

S851108029

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

iii

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN

PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA MATERI

BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI KABUPATEN MERAUKE

TESIS

Oleh: IGNATIUS DONO ARIANTO

S851108029

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada Tanggal 31 Januari 2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

(STAD) DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA/MA PADA

MATERI BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA DI ini adalah karya penelitian saya sendiri dan

bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam

sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat

plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun

2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPS

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan

Matematika PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang

diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS. Apabila saya

melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, ..... Januari 2013

Mahasiswa,

Meterai Rp. 6.000,-

Ttd

Ignatius Dono Arianto S851108029

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

v

MOTTO

Sadari bahwa kehidupan selalu bergerak, dan setiap perubahan terjadi atas

suatu alasan. Ketika Anda melihat batasan sebagai kesempatan, dunia akan

menjadi tempat bebas hambatan.

Perhatikan kebiasaanmu, karena itu menjadi karaktermu. Bangunlah

karaktermu, karena itu akan menentukan masa depanmu.

Kesuksesan tidak dicapai secara kebetulan. Kesuksesan dicapai melalui pilihan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

vi

PERSEMBAHAN

Karya Yang Tersusun Dengan Penuh Perjuangan Ini

Kupersembahkan Kepada:

Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku yang selalu

memberikan semangat, doa dan kasih sayang serta

dorongan baik materiil maupun spirituil.

Istri dan anak-anakku tercinta, Dewi, Wahyu dan

Bima yang dengan doa dan kasih sayangnya telah

memberikan motivasi selama ini.

Teman-Teman Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNS Angkatan Agustus

2011 yang selama ini telah berjuang bersama-sama.

Semoga cita-cita kita semua dapat tercapai.

UNS kebanggaanku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dengan pendekatan Problem Solving Ditinjau Dari

Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMA/MA Pada Materi Bentuk Pangkat, Akar

dan

sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

menempuh studi di Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Mardiyana, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D., dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan serta nasehat yang penuh inspirasi dalam penyelesaian

Tesis.

5. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si., dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan serta nasehat yang penuh inspirasi dalam penyelesaian

Tesis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bimbingan selama proses perkuliahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

viii

7. Kepala Sekolah beserta Bapak/Ibu guru SMAN I Merauke yang telah

memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

8.

telah memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

9. Kepala Sekolah beserta Bapak/Ibu guru SMA YPK Merauke yang telah

memberikan ijin dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

10. Teman-teman angkatan 2011 Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan baik.

Atas segala bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian tesis ini, kiranya

Tuhan memberikan limpahan pahala kepadanya. Akhirnya penulis berharap

semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

ix

Ignatius Dono Arianto. S851108029. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dengan Pendekatan Problem Solving Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMA/MA Pada Materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma di Kabupaten Merauke. TESIS. Pembimbing I: Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Pembimbing II: Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model pembelajaran konvensional. (2) Siswa dengan kategori aktivitas belajar manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang atau rendah. (3) Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik pada masing-masing kategori aktivitas belajar siswa. (4) Siswa dengan aktivitas belajar manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik pada masing-masing model pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan faktorial 3 × 3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA/MA di Kabupaten Merauke Propinsi Papua Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 14 SMA/MA. Sampel dalam penelitian ini adalah 291 siswa, terdiri dari 98 siswa pada kelompok eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving, 100 siswa pada kelompok eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 93 siswa pada kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi dari Nilai Ujian Nasional SMP mata pelajaran Matematika yang digunakan untuk uji keseimbangan, metode angket digunakan untuk mengukur aktivitas belajar matematika, dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. (2) Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. (3) Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

x

belajar yang sama baik, sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional memberikan prestasi belajar yang sama baik, tetapi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Sementara itu, pada siswa dengan kategori aktivitas belajar sedang dan rendah, ketiga model pembelajaran memberikan prestasi belajar yang sama baiknya. (4) Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi dan siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar yang sama baik, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang dan siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki prestasi belajar yang sama baik, tetapi siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Sementara itu, pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, ketiga kategori aktivitas belajar siswa memiliki prestasi belajar yang sama baiknya. Kata kunci: Student Teams Achievement Divisions (STAD), pendekatan problem solving, aktivitas belajar siswa, prestasi belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xi

Ignatius Dono Arianto. S851108029. The Experimentation of Cooperative Learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type Model with Problem Solving Approach Viewed from Learning Activity of the Tenth Grade Student of Senior High School on Subject Matter Exponent, Root and Logarithm in Merauke Regency. THESIS. Supervisor I: Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Supervisor II: Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si Study Program of Mathematics Education. Postgraduate Program of Sebelas Maret University. Surakarta.

ABSTRACT The aims of this research are to find out: (1) Which learning models give better learning achievement, between STAD model with problem solving approach, STAD model or conventional model. (2) Which students learning activity have better learning achievement, between the students with high, middle or low learning activity. (3) Which learning models give better learning achievement for each learning activity. (4) Which students learning activity have better learning achievement for each learning models. The type of the research was a quasi-experimental research. The population was the students of senior high school in Merauke regency on academic year 2012/2013 consisted of 14 school. The size of the sample of this research was 291 students, consisted of 98 students in the first experimental group using STAD model with problem solving approach, 100 students in the second experimental group using STAD model, and 93 students in the control group using conventional model. The technique to get the samples was stratified cluster random sampling. The data are collected by using documentation, questionnaire and learning achievement test. Documentation method of learning achievement of National Examination is used to balance test, questionnaire is used to measure learning activity, and learning achievement test is used to collect the data of learning achievement. The data was analysed using two-way analysis of variance, followed by multiple comparison test Scheffe method. Based on the research results, it can be concluded that: (1) STAD model with problem solving approach gives better learning achievement than STAD model and conventional model, in the meantime, STAD model gives better learning achievement than conventional model. (2) The students with high learning activity have better learning achievement than the students with middle and low learning activity, in the meantime, the students with middle learning activity have better learning achievement than the students with low learning activity. (3) For students with high learning activity, STAD model with problem solving approach and STAD model give the same effectiveness, in the meantime, STAD model and conventional model give the same effectiveness, but STAD model with problem solving approach give better learning achievement than conventional model. In the meantime, for students with middle and low learning activity, all learning models give the same effectiveness. (4) For using of STAD model with problem solving approach and conventional model, the students with

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xii

high and middle learning activity have the same learning achievement, in the meantime, the students with middle and low learning activity have the same learning achievement, but the students with high learning activity have better learning achievement than the students with low learning activity. In the meantime, for using of STAD, all students learning activities have the same learning achievement. Keywords: Student Teams Achievement Divisions (STAD), problem solving approach, student learning activity, learning achievement.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS .................. iv

MOTTO ............................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................ ix

ABSTRACT ........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5

C. Pemilihan Masalah ........................................................................ 6

D. Batasan Masalah ........................................................................... 6

E. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

F. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

G. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 9

A. Kajian Teori .................................................................................. 9

1. Hakekat Matematika ................................................................ 9

2. Prestasi Belajar Matematika ................................................. 10

3. Model Pembelajaran ............................................................. 13

4. Aktivitas Belajar Siswa ........................................................... 23

B. Penelitian Yang Relevan ............................................................. 24

C. Kerangka Pikir ............................................................................ 26

D. Hipotesis ..................................................................................... 32

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xiv

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 34

B. Jenis, Rancangan dan Prosedur Penelitian .................................. 34

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 36

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 38

1. Variabel Penelitian ................................................................ 38

2. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 41

3. Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................... 42

a. Angket Aktivitas Belajar ................................................ 42

b. Tes Prestasi Belajar ........................................................ 44

4. Teknik Analisis Data ............................................................ 46

a. Uji Normalitas ................................................................. 46

b. Uji Homogenitas ............................................................. 46

c. Uji Keseimbangan ............................................................ 47

d. Analisis Variansi (Anava) ................................................ 49

e. Uji Lanjut Anava ............................................................ 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 57

A. Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................ 57

1. Uji Coba Angket Aktivitas Belajar ....................................... 57

2. Uji Coba Tes Prestasi Belajar ............................................... 58

B. Deskripsi Data ............................................................................. 59

1. Data Skor Aktivitas Belajar .................................................. 60

2. Data Nilai Tes Prestasi Belajar ............................................. 60

C. Uji Keseimbangan ....................................................................... 61

D. Pengujian Syarat Analisis Variansi (Anava) ............................... 63

1. Uji Normalitas ....................................................................... 63

2. Uji Homogenitas ................................................................... 63

E. Pengujian Hipotesis .................................................................... 64

1. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ............. 64

2. Uji Lanjut Anava .................................................................. 65

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xv

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 73

G. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 78

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 79

A. Kesimpulan ................................................................................. 79

B. Implikasi ..................................................................................... 80

C. Saran ........................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Distribusi Nilai Ujian Nasional SMA/MA Mata Pelajaran

Matematika di Kabupaten Merauke Tahun Pelajaran 2010/2011................... 3

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Individu ................................................. 16

Tabel 2.2 Perolehan Skor dan Predikat Kelompok ..................................................... 17

Tabel 3.1 Tahapan Waktu Penelitian ........................................................................... 34

Tabel 3.2 Rancangan Faktorial 3 × 3 ......................................................................... 35

Tabel 3.3 Daftar Peringkat SMA/MA di Kabupaten Merauke

Berdasarkan Ujian Nasional Pelajaran Matematika Tahun 2011 ................ 37

Tabel 3.4 Kategori Pembagian Sekolah ....................................................................... 38

Tabel 3.5 Kategori Siswa Berdasarkan Skor Angket Aktivitas Belajar....................... 40

Tabel 3.6 Pemberian Skor Untuk Instrumen Angket Aktivitas Belajar ...................... 41

Tabel 3.7 Rerata Sel dan Rerata Marginal ................................................................... 50

Tabel 3.8 Data Amatan, Rerata dan Jumlah Kuadrat Deviasi ..................................... 51

Tabel 4.1 Kategori Aktivitas Belajar Siswa ................................................................ 60

Tabel 4.2 Ukuran Tendensi Sentral dan Ukuran Dispersi Nilai Tes Prestasi Belajar . 61

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa .......................................... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa ...................................... 62

Tabel 4.5 Notasi dan Tata Letak Data ......................................................................... 62

Tabel 4.6 Rangkuman Anava Satu Jalan dengan Sel Tak Sama ................................. 62

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ............................................... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa ........................................... 63

Tabel 4.9 Notasi dan Tata Letak Data ......................................................................... 64

Tabel 4.10 Rerata Sel dan Rerata Marginal ................................................................. 64

Tabel 4.11 Rangkuman Anava ..................................................................................... 65

Tabel 4.12 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris ................................................... 65

Tabel 4.13 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom ................................................. 67

Tabel 4.14 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel Pada Baris yang Sama ................. 68

Tabel 4.15 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom yang Sama .............. 71

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data SMA/MA di Kabupaten Merauke Berdasarkan Hasil

Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika

Tahun Pelajaran 2010/2011 ......................................................... 105

Lampiran 2 Uji Coba Angket Aktivitas Belajar ............................................ 106

2.1 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar ........................................ 107

2.2 Angket Aktivitas Belajar ...................................................... 108

2.3 Uji Validitas Isi Angket Aktivitas Belajar ............................ 111

2.4 Uji Reliabilitas Angket Aktivitas Belajar ............................. 116

2.5 Konsistensi Internal Angket Aktivitas Belajar ...................... 117

Lampiran 3 Uji Coba Tes Prestasi Belajar Siswa ......................................... 118

3.1 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa .................................... 119

3.2 Tes Prestasi Belajar Siswa .................................................... 120

3.3 Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Siswa ......................... 126

3.4 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Siswa ........................... 131

3.5 Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Siswa .................... 131

3.6 Daya Beda Tes Prestasi Belajar Siswa ................................. 132

Lampiran 4 Data Induk Penelitian ................................................................. 133

4.1 Data Nilai Hasil Ujian Nasional SMP Mata Pelajaran

Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012 ............................ 134

4.2 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Siswa ............................. 139

4.3 Angket Aktivitas Belajar Siswa ............................................ 140

4.4 Data Skor Angket Aktivitas Belajar Siswa ........................... 142

4.5 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Siswa ..................................... 151

4.6 Tes Prestasi Belajar Siswa .................................................... 152

4.7 Data Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa .................................. 156

4.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................... 165

4.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................... 174

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

xviii

Lampiran 5 Uji Keseimbangan Data ............................................................. 182

5.1 Uji Normalitas Data ............................................................. 183

5.2 Uji Homogenitas Data ........................................................... 187

5.3 Uji Keseimbangan Data ........................................................ 188

Lampiran 6 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .................... 190

6.1 Uji Normalitas Data Berdasarkan Model Pembelajaran ....... 191

6.2 Uji Normalitas Data Berdasarkan Aktivitas Belajar ............. 195

6.3 Uji Homogenitas Data Berdasarkan Model Pembelajaran .... 200

6.4 Uji Homogenitas Data Berdasarkan Aktivitas Belajar ......... 201

6.5 Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama 202

Lampiran 7 Uji Lanjut Anava ....................................................................... 206

7.1 Komparasi Rerata Antar Baris .............................................. 207

7.2 Komparasi Rerata Antar Kolom ............................................ 209

7.3 Komparasi Rerata Antar Sel Pada Baris Yang Sama ............ 211

7.4 Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom Yang Sama ......... 215

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat cepat dan

pesat. Setiap negara berlomba-lomba untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi agar dapat bersaing di tingkat dunia. Untuk itu diperlukan sumber

daya manusia yang berkualitas yang dapat menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi dengan baik. Salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas ialah melalui proses pendidikan baik pendidikan formal maupun

pendidikan non-formal. Sesuai dengan hakikat pendidikan yaitu menjadikan siswa

sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk mengembangkan

potensi dirinya dan mengembangkan pengetahuan lebih lanjut untuk kepentingan

dirinya sendiri, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang

penting dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia yang

berkualitas.

Sekolah merupakan bagian dari pendidikan dan merupakan tempat yang

tepat bagi pembinaan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sesuai

dengan perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini. Di sekolah terjadi proses

pembelajaran yang melibatkan guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai

peserta didik. Pembelajaran dikatakan berhasil jika apa yang ingin disampaikan

oleh guru sesuai dengan kurikulum yang digunakan dapat dimengerti dan

dipahami dengan baik oleh siswa. Indikator keberhasilan pembelajaran dapat

dilihat dari prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa. Keberhasilan proses

pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah

faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat, intelegensi, motivasi,

bakat, aktivitas belajar dan sebagainya, sedangkan faktor eksternal seperti guru,

bahan pelajaran, fasilitas belajar, model pembelajaran dan sebagainya.

Pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama ini masih diselimuti oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

2

ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar, sehingga proses pembelajaran

yang menuntut siswa sebagai pelaku belajar yang aktif belum dapat berjalan

dengan optimal. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang lebih

memberdayakan siswa, berfokus pada siswa, menyenangkan bagi siswa,

meningkatkan kepekaan sosial, dan mendorong siswa mengkontruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang

mereka alami. Melalui proses pembelajaran yang demikian diharapkan siswa

dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga lambat laun hasil prestasi

belajar siswa diharapkan dapat meningkat.

Selama ini model pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru adalah

model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang didominasi

oleh guru yang mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran sehingga prestasi belajar yang diharapkan kurang optimal. Salah

satu usaha untuk mengatasi kurangnya keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dan

pendekatan yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Model

pembelajaran inovatif yang dimaksud adalah model pembelajaran yang menarik,

menyenangkan, kreatif dan lebih melibatkan siswa atau mengedepankan aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran.

Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah

tentu juga harus mengikuti perkembangan tersebut dengan menggunakan model

pembelajaran yang inovatif. Apalagi selama ini mata pelajaran matematika masih

menjadi momok bagi sebagian besar siswa karena dianggap susah untuk

dipahami. Oleh karena itu pada pembelajaran matematika, tugas seorang guru

adalah membangkitkan motivasi belajar siswa, menciptakan kondisi pembelajaran

sehingga siswa memperoleh keterampilan, keberanian serta kemampuan

matematika. Pada proses pembelajaran matematika, seorang guru perlu

memberikan penekanan pembelajaran sesuai dengan kehidupan sehari-hari

sehingga pembelajaran matematika disenangi dan dirasakan manfaatnya oleh

siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

3

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh penulis selama mengajar SMA di

Kabupaten Merauke, rata-rata ketuntasan pembelajaran matematika di kelas X

SMA pada kompetensi dasar yang berhubungan dengan bentuk pangkat, akar dan

logaritma dengan kriteria ketuntasan 65 masih sangat rendah. Dari rata-rata 40

siswa per kelas, siswa yang pembelajarannya tuntas (tidak perlu mengikuti

remedial) hanya sebanyak 10 sampai 15 siswa atau hanya sekitar 25% saja.

Demikian juga berdasarkan data hasil Ujian Nasional SMA/MA Tahun pelajaran

2010/2011 di Kabupaten Merauke menunjukkan angka ketidaklulusan 2,607%

untuk jurusan IPA dan 11,938% untuk jurusan IPS yang dapat dilihat dari data

Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke tentang distribusi nilai Ujian Nasional

SMA/MA Tahun pelajaran 2010/2011 untuk mata pelajaran matematika yang

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Distribusi Nilai Ujian Nasional SMA/MA Mata Pelajaran Matematika di Kabupaten Merauke Tahun Pelajaran 2010/2011

Nilai Jurusan IPA Jurusan IPS

Jumlah % Jumlah % 10,00 25 3,83 - -

9,00 9,99 160 24,54 42 6,51 8,00 8,99 231 35,43 152 23,57 7,00 7,99 103 15,80 268 41,55 6,00 6,99 41 6,29 133 20,62 5,00 5,99 32 4,91 11 1,71 4,00 4,99 51 7,82 31 4,81 3,00 3,99 7 1,07 5 0,78 2,00 2,99 2 0,31 2 0,31 1,00 1,99 - - 1 0,16 0,01 0,99 - - - -

0 / tidak lengkap - - - - Total 652 100 645 100

Sumber : Puspendik Kementerian Pendidikan Nasional, 2011

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa 60 siswa atau 9,20% siswa jurusan

IPA dan 39 siswa atau 6,05% siswa jurusan IPS mendapat nilai kurang dari 5,00.

Jika diteliti lebih lanjut hal ini disebabkan karena perbedaan pemahaman materi

yang besar antara siswa dengan kemampuan tinggi dengan siswa dengan

kemampuan rendah. Hal ini mungkin saja diakibatkan model pembelajaran yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

4

digunakan selama ini hanya cocok untuk siswa dengan kemampuan tinggi saja

dan kurang cocok untuk siswa dengan kemampuan sedang dan rendah. Akibatnya

pada saat mengerjakan soal-soal banyak siswa dengan kemampuan sedang dan

rendah melakukan kesalahan yang tidak perlu. Bentuk pangkat, akar dan

logaritma merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMA/MA khususnya di

kelas X. Materi ini juga merupakan dasar bagi materi-materi lanjutan di kelas

selanjutnya. Banyak siswa yang belum memahami dengan baik bagaimana

melakukan operasi aljabar pada bentuk pangkat, akar dan logaritma serta

menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma dalam

menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru matematika dalam

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika dan observasi yang

dilakukan oleh peneliti, permasalahan ini diakibatkan kurang aktifnya siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas. Ada beberapa siswa

yang antusias dan bersikap aktif dalam proses pembelajaran, tetapi sebagian besar

siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran yang disebabkan karena

merasa kurang mampu dalam menguasai mata pelajaran matematika. Hasil

identifikasi awal ditemukan beberapa indikator yang menunjukkan siswa bersikap

pasif dalam proses pembelajaran matematika, yaitu: kurangnya kemampuan dasar

matematika pada jenjang sebelumnya, siswa tidak berani bertanya jika ada hal

yang kurang dimengerti dalam proses pembelajaran, kurang berani menjawab

pertanyaan, kurang aktif ketika bekerja dalam kelompok, dan kurang berani

mengemukakan pendapat ketika bekerja dalam kelompok.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dalam pembelajaran

matematika seorang guru harus menggunakan model pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan siswa untuk aktif. Model pembelajaran kooperatif dapat

menjadi salah satu alternatif jawabannya. Dalam model pembelajaran kooperatif

siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sehingga terjadi interaksi antara

siswa dimana mereka saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan.

Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Guru hanya berperan sebagai

fasilitator dalam pembelajaran, akibatnya siswa dapat lebih aktif dalam

pembelajaran sehingga diharapkan materi pelajaran dapat lebih dipahami dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

5

baik. Model pembelajaran kooperatif sendiri banyak macam dan jenisnya antara

lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament

(TGT), Team Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation (GI), Jigsaw,

Numbered Heads Together (NHT), Think-Pair-Share (TPS), dan lain-lain.

Pendekatan yang digunakan guru juga cukup berpengaruh dalam keberhasilan

proses pembelajaran. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003, 255), dalam

pembelajaran matematika terdapat empat pendekatan yang berpengaruh antara

lain urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning sequences),

belajar tuntas (mastery learning), strategi belajar (learning strategies), dan

pemecahan masalah (problem solving). Selain model pembelajaran dan

pendekatan yang digunakan guru, aktivitas belajar siswa juga cukup berpengaruh

terhadap prestasi belajar yang diperoleh sebab setiap siswa memiliki tingkat

aktivitas belajar yang berbeda-beda. Upaya meningkatkan prestasi belajar akan

terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang dipelajari menyenangkan

sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan dalam belajar. Selain itu, media

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sebaiknya menarik perhatian

siswa misalnya media pembelajaran elektronik, sebab selama ini media

pembelajaran yang digunakan kebanyakan hanya kapur/spidol dan papan tulis.

Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dengan pendekatan problem solving ditinjau dari

aktivitas belajar siswa pada materi bentuk pangkar, akar dan logaritma di kelas X

SMA/MA di Kabupaten Merauke.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Banyak guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika masih

menggunakan model pembelajaran dan pendekatan yang konvensional dan

monoton, padahal ada beberapa kompetensi di mana model pembelajaran dan

pendekatan pembelajaran tersebut kurang tepat untuk diterapkan, sehingga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

6

kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan karena kurang

tepatnya pemilihan model pembelajaran dan pendekatan yang digunakan.

Sehubungan dengan hal tersebut, timbul pertanyaan apakah kalau model

pembelajaran dan pendekatan yang biasa dilakukan guru diubah menjadi

lebih baik, maka prestasi belajar siswa menjadi lebih baik pula. Untuk

menjawab hal itu dapat dilakukan penelitian yang membandingkan model

pembelajaran dan pendekatan yang inovatif dengan model pembelajaran

konvensional yang biasa digunakan guru, yaitu metode ceramah.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika tidak hanya

disebabkan oleh model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang

digunakan para guru melainkan disebabkan oleh aktivitas belajar siswa.

Mengingat aktivitas belajar siswa memiliki peranan sangat penting dalam

belajar matematika, maka kemungkinan rendahnya prestasi belajar

diakibatkan karena kurangnya aktivitas belajar para siswa. Terkait hal ini,

perlu dikaji apakah benar bahwa aktivitas belajar siswa berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa pada akhir pembelajaran.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa karena dalam proses

pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik.

Dalam konteks ini dapat diteliti pembandingan efektivitas berbagai media

pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas.

C. Pemilihan Masalah

Pada penelitian ini dipilih masalah yang pertama dan kedua, yaitu yang

berkaitan dengan pembandingan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan model pembelajaran konvensional kemudian berkaitan dengan efektivitas

pembandingan tersebut ditinjau dari aktivitas belajar siswa.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas serta keterbatasan penulis, maka

penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

7

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen serta model pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

2. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas belajar matematika siswa kelas

X SMA/MA di Kabupaten Merauke.

3. Prestasi belajar yang dimaksud yaitu hasil belajar matematika siswa pada

materi bentuk pangkat, akar dan logaritma yang dicapai pada akhir penelitian.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut maka

disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik

antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model

pembelajaran konvensional?

2. Siswa dengan kategori aktivitas belajar manakah yang memiliki prestasi

belajar lebih baik antara siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang atau

rendah?

3. Model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik

pada masing-masing kategori aktivitas belajar siswa?

4. Siswa dengan aktivitas belajar manakah yang memberikan prestasi belajar

lebih baik pada masing-masing model pembelajaran?

F. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi

belajar lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau

model pembelajaran konvensional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

8

2. Untuk mengetahui siswa dengan kategori aktivitas belajar manakah yang

memiliki prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan aktivitas belajar

tinggi, sedang atau rendah.

3. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang memberikan prestasi

belajar lebih baik pada masing-masing kategori aktivitas belajar siswa.

4. Untuk mengetahui siswa dengan aktivitas belajar manakah yang memiliki

prestasi belajar lebih baik pada penggunaan masing-masing model

pembelajaran.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian

pendidikan matematika yang berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran

yang ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa dan sejauh mana

pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas

wawasan tentang cara belajar matematika dalam upaya untuk meningkatkan

prestasi belajarnya. Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan dapat

memilih model pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat mendorong

siswa untuk lebih optimal dalam belajar agar dapat memperoleh prestasi

belajar yang maksimal. Bagi kepala sekolah, melalui penelitian ini diharapkan

kepala sekolah memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya

mengefektifkan pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakekat Matematika

Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang

diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain

diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih

menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu

lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran

(Singgih dalam Erman Suherman dkk., 2001: 18). Di lain pihak, Kline

(Mulyono Abdurrahman, 2003: 252) memandang bahwa matematika

merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara

bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan

fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir (Johnson dan

Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252). Sementara itu Russel

(Hamzah B. Uno, 2011: 129) memandang bahwa matematika merupakan

suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal

menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal tersusun baik

(konstruktif) secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks), dari

bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan real ke bilangan kompleks, dari

penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju ke

matematika yang lebih tinggi. Di lain pihak, Soedjadi (Hamzah B. Uno, 2011:

129) memandang bahwa matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak,

aksiomatik dan deduktif.

Menurut Kitcher (Hamzah B. Uno, 2011: 128) komponen dalam

kegiatan matematika dapat digolongkan menjadi:

a. Bahasa, yang diwujudkan dalam bentuk lambang atau simbol yang memiliki makna tersendiri,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

10

b. Pernyataan (statements), biasanya ditemukan dalam logika matematika,

c. Pertanyaan (questions), memberikan gambaran bahwa begitu banyak persoalan matematika yang belum terpecahkan hingga saat ini,

d. Alasan (reason), yang digunakan untuk menjelaskan pertanyaan, e. Ide matematika itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang bersifat

abstrak, aksiomatik dan deduktif serta memiliki 5 komponen kegiatan yaitu:

bahasa, pernyataan, pertanyaan, alasan dan ide matematika itu sendiri.

2. Prestasi Belajar Matematika

a. Belajar

Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat

stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas

baru (Gagne dalam Dimyati & Mudjiono, 2010: 10). Sementara itu

Muhibin Syah (2011: 90) berpendapat bahwa belajar dapat dipahami

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. Di lain pihak, Slameto (2010: 2) berpendapat

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sementara Fosnot (Paul Suparno, 2012: 61) berpendapat

bahwa belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih

suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

Belajar bukanlah hasil perkembangan melainkan merupakan

perkembangan itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang

baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan proses kognitif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

11

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2010: 54-71) mengelompokkan faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar menjadi 2 bagian yaitu:

1) Faktor intern a) Faktor jasmaniah: kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan dan kesiapan. c) Faktor kelelahan, baik secara jasmani maupun rohani.

2) Faktor ekstern a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan,

b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Di lain pihak Muhibin Syah (2011: 129) mengelompokkan faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar menjadi 3 bagian yaitu :

1) Faktor internal, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa antara lain : a) Aspek fisiologis (jasmaniah) seperti: kesehatan dan cacat

tubuh. b) Aspek psikologis (rohaniah) seperti: intelegensi, sikap,

bakat, minat, dan motivasi 2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa

yaitu: lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk mempelajari materi-materi pelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam

faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berasal dari

siswa itu sendiri seperti kesehatan, intelegensi, minat, bakat, motivasi,

perhatian dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern berasal dari lingkungan

di sekitar antara lain latar belakang kebudayaan, keadaan ekonomi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

12

suasana rumah, cara orang tua mendidik, model pembelajaran, kurikulum

dan lain-lain.

c. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai

oleh seseorang. Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (Winkel dalam

Hamdani 2011: 138). Sementara itu menurut Djamarah (Hamdani, 2011:

138), prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes atau instrumen yang relevan. Di lain pihak, Liebeck

(Mulyono Abdurrahman, 2003: 253) berpendapat bahwa hasil belajar

matematika yang harus dikuasai oleh siswa yaitu perhitungan matematis

(mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics

reasoning). Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka

Lerner (Mulyono Abdurrahman, 2003: 253) mengemukakan bahwa

kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen

yaitu:

a. Konsep, menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan dengan kelompok benda tertentu.

b. Keterampilan, menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.

c. Pemecahan masalah, adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar matematika merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha belajar yang mencakup perhitungan

matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis

(mathematics reasoning).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

13

3. Model Pembelajaran

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada

pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran dan pengelolaan kelas (Arends dalam Agus Suprijono,

2012: 46). Sementara menurut Agus Suprijono (2012: 45-46) model

pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan

teori psikologi pendidikan dari teori belajar yang dirancang berdasarkan

analisis terhadap impelementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat

operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan

memberi petunjuk kepada guru di kelas.

Di lain pihak Fontana dalam Erman Suherman dkk., (2001: 3)

memandang model pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan

yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang

secara optimal. Sementara itu menurut Muhibin Syah (2011: 93) model

pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

kegiatan kependidikan khususnya kegiatan pembelajaran kepada siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu pola/cara yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas berisi prosedur baku

yang berupa tahap-tahap pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning is small group of learners working together

as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common

goal (Artz dan Newman dalam Muhibin Syah, 2011: 32). Sementara

Menurut Roger dalam Muhibin Syah (2011: 29) pembelajaran kooperatif

merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

14

prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi

secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya

setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan

didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain. Dalam

pembelajaran kooperatif, setiap individu akan lebih peduli terhadap

terhadap satu sama lain dan lebih berkomitmen terhadap keberhasilan

satu sama lain ketika mereka bekerja bersama secara kooperatif

dibandingkan jika mereka harus bersaing hanya untuk melihat siapa yang

terbaik atau ketika mereka bekerja secara sendiri-sendiri. Semakin sering

siswa belajar dalam kelompok-kelompok kooperatif, mereka akan

semakin menyukai satu sama lain. Ini berlaku pada kelas-kelas dengan

individu yang homogen maupun ketika ada perbedaan dalam kemampuan

intelektual, kondisi cacat tertentu, perbedaan etnik, kelas sosial, dan

gender. Hubungan antar sesama anggota kelas dibangun berdasarkan

interdepedensi (Johnson & Johnson, 2010: 37).

Pembelajaran kooperatif menjadi prasyarat penting untuk

mengelola berbagai keragaman di dalam kelas. Pengalaman kooperatif

dapat membantu siswa meyakini bahwa mereka secara intrinsik memang

berharga dan dipandang oleh orang lain dengan cara yang positif,

membandingkan atribut-atribut pribadi mereka secara positif dengan

teman-temannya dan menilai diri mereka sebagai orang yang mampu,

kompeten dan sukses. Hal ini karena dalam kegiatan-kegiatan kooperatif

siswa akan:

1) Menyadari bahwa mereka benar-benar dikenal, diterima dan disukai

oleh teman-temannya.

2) Mengetahui bahwa mereka berkontribusi pada diri mereka sendiri dan

orang lain serta terhadap keberhasilan kelompok.

3) Memandang diri mereka dan orang lain dengan cara yang realistik dan

berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya perbandingan

multidimensional yang didasarkan pada perimbangan kemampuan-

kemampuan individual.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

15

Menurut Miftahul Huda (2011: 46-59) terdapat beberapa elemen

dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif

dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual yaitu:

1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

2) Tanggung jawab perseorangan (personal responsibility)

3) Interaksi promotif (promotive interaction)

4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and

small group skill)

5) Pemrosesan kelompok (Group Processing)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok-kelompok kecil

yang terdiri dari para siswa untuk saling bekerjasama dan saling

meningkatkan pembelajarannya untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif lebih produktif daripada pembelajaran

kompetitif dan individual karena memiliki lima elemen dasar yaitu:

saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi

promotif, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan

pemrosesan kelompok.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah

satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan pertama

kali oleh Alliot Aronson pada Tahun 1971. Tipe pembelajaran ini

digunakan untuk mengatasi masalah keragaman yang terjadi di sekolah

Austin Texas. Keadaan yang digambarkan oleh Aronson sebagai akibat

kekacauan karena kecurigaan dan persaingan antar siswa yang berbeda

ras dan sistem pengajaran yang lebih menekankan sikap kompetitif antar

siswa. Slavin (Rusman, 2011: 214) mengemukakan bahwa:

odel pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

16

ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi tersebut. Mereka mengajari teman sekelompok untuk menaksir kelebihan dan kekurangan mereka untuk membantu

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat menitikberatkan

pada hubungan saling ketergantungan yang tinggi. Tiap anggota

kelompok mendapatkan materi untuk dipelajari dengan kelompoknya dan

membentuk kelompok ahli. Siswa satu mengajar siswa yang lainnya, jadi

mereka saling tergantung antara satu dengan yang lainnya dan setiap

siswa mempunyai kontribusi yang penting. Selama pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD guru tidak banyak menjelaskan

materi kepada siswa, guru hanya menyiapkan garis besar materi dalam

bentuk pertanyaan yang akan menjadi petunjuk diskusi kelompok agar

diskusi dapat terfokus. Di samping itu guru hanya sebagai fasilitator dan

mediator dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, evaluasi

ditentukan oleh skor masing-masing siswa dalam mengerjakan kuis

individu. Hasil kuis diskor untuk mengetahui tingkat kemajuan setiap

siswa. Skor kuis yang diperoleh oleh setiap siswa akan turut berpengaruh

terhadap poin yang diperoleh oleh kelompok mereka masing-masing.

Sedangkan skor kelompok diperoleh dari rerata skor perkembangan

individu yang disumbangkan kepada kelompok. Perhitungan skor

perkembangan kelompok menggunakan acuan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Individu No Skor Tes Nilai

Perkembangan 1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 2 10 s/d 1 poin di bawah skor awal 10 3 Sama atau hingga 10 poin di atas skor awal 20 4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5 Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan

skor awal) 30

(Rusman, 2011: 216)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

17

Penghargaan prestasi kelompok dibedakan menjadi empat tingkat

penghargaan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Perolehan Skor dan Predikat Kelompok No Predikat Rata-Rata Skor 1 Kelompok super (Super Team) 21 30 2 Kelompok hebat (Great Team) 16 20 3 Kelompok bagus (Good Team) 6 15 4 - 0 5

(Rusman, 2011: 216)

1) Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menurut Agus Suprijono (2012: 133) langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara

heterogen (berdasarkan prestasi, jenis kelamin, etnis).

b) Guru menyajikan pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran

yang telah dibuat.

c) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menjawab soal sesuai

dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan guru. Semua

anggota kelompok mengerjakan bagiannya masing-masing.

Anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada

anggota lainnya sampai anggota lain dalam kelompok tersebut

mengerti.

d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

menjawab tidak boleh saling membantu.

e) Memberi evaluasi.

f) Kesimpulan

2) Kelebihan/kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain:

a) Memacu siswa untuk berpikir kritis.

b) Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan sosialnya.

c) Diskusi yang terjadi tidak hanya didominasi oleh siswa tertentu,

tetapi semua siswa dituntut untuk aktif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

18

Selain kelebihan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD

juga mempunyai kekurangan yaitu:

a) Kegiatan belajar mengajarnya membutuhkan lebih banyak waktu

dibanding model pembelajaran konvensional.

b) Bagi guru, model pembelajaran ini membutuhkan konsentrasi dan

tenaga lebih, karena setiap kelompok membutuhkan penanganan

yang berbeda.

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan

Problem Solving

Penelitian ini mengkombinasikan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving dengan tujuan untuk

melengkapi kekurangan yang ada sehingga menjadi lebih sempurna.

Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu

pendekatan dalam pembelajaran matematika. Pendekatan ini menekankan

pembelajaran untuk berpikir tentang cara memecahkan masalah dan

pemrosesan informasi matematika dalam menghadapi masalah

matematika. Siswa harus melakukan analisis dan interpretasi informasi

sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam

memecahkan masalah matematika siswa harus menguasai cara

mengaplikasikan konsep-konsep dan menggunakan keterampilan

komputasi dalam berbagai situasi baru yang berbeda-beda (Mulyono

Abdurrahman, 2003: 255). Sementara menurut Erman Suherman dkk.

(2001: 83) pemecahan masalah (problem solving) merupakan bagian dari

kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses

pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan

memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan

yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang

bersifat tidak rutin. Sejalan dengan itu, Daneshamooz et al. (2011: 313)

mengemukakan bahwa The art of problem solving is the heart of

mathematics. Mathematical problem solving is a complex cognitive

activity involving a number of processes and strategies.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

19

Keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan

melalui pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan pemecahan masalah

merupakan tingkat tertinggi dari delapan tingkat belajar yaitu: signal

learning, stimulus respon learning, chaining, verbal association,

discrimination learning, concept learning, rule learning dan problem

solving (Gagne dalam Erman Suherman, 2001: 83). Sementara menurut

Polya (Erman Suherman dkk., 2001: 84) solusi soal dengan pemecahan

masalah terdiri dari empat langkah yaitu :

1) Memahami masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa

tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah dengan benar.

2) Merencanakan penyelesaian

Langkah ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam

menyelesaikan masalah. Pengalaman dapat diperoleh dengan banyak

mengerjakan latihan soal yang ada. Pada umumnya, semakin banyak

pengalaman mereka ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam

menyusun rencana penyelesaian suatu masalah

3) Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana

4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah

dilakukan.

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah

matematika berkaitan dengan tingkat perkembangannya. Oleh karena itu

tingkat kesulitan soal harus diperhatikan dengan baik. Berbagai strategi

dapat diajarkan kepada siswa dengan maksud untuk memberikan

pengalaman agar mereka dapat memanfaatkannya saat menghadapi

berbagai variasi masalah matematika. Siswa juga harus dihadapkan pada

berbagai permasalahan matematika yang tidak dapat diselesaikan secara

cepat sehingga memerlukan upaya untuk mencoba berbagai alternatif

penyelesaian. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan problem solving langkah-langkah pembelajarannya sebagai

berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

20

1) Guru mempersiapkan soal-soal dan tugas yang merangsang siswa

untuk berpikir kritis dan mengembangkan daya nalar.

2) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara

heterogen (berdasarkan prestasi, jenis kelamin, etnis).

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyajikan

pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

4) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menjawab soal sesuai dengan

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan guru. Semua anggota

kelompok mengerjakan bagiannya masing-masing. Anggota

kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota

lainnya sampai anggota lain dalam kelompok tersebut mengerti.

5) Setiap masalah yang ditemukan siswa diidentifikasi, dieksplorasi,

diinvestigasi, diduga dan ditemukan solusinya dengan:

a) Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik

b) Menentukan yang diketahui, ditanyakan dan informasi yang

diperlukan

c) Menyelesaikan masalah yang mirip atau lebih mudah

d) Memeriksa kembali (looking back).

6) Guru memberikan bimbingan kepada kelompok atau kelas.

7) Guru membahas dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.

8) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

menjawab tidak boleh saling membantu.

9) Soal-soal yang diberikan sebagai kuis merupakan soal-soal yang

membutuhkan penguasaan konsep yang baik dan merangsang siswa

untuk berpikir kritis dan memiliki nalar.

10) Memberi evaluasi.

11) Kesimpulan.

e. Model Pembelajaran Konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensi yang berarti pemufakatan

umum/kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konvensional

adalah tradisional. Sedangkan tradisional sendiri diartikan sikap atau cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

21

berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan

adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Oleh karena itu

konvensional dapat juga disebut tradisional.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran konvensional adalah suatu model pembelajaran yang

berpegang teguh pada adat kebiasaan yang ada. Model pembelajaran

konvensional berpusat pada guru sedang siswa hanya memperhatikan dan

membuat catatan seperlunya. Menurut Erman Suherman dkk. (2001: 90)

gambaran model pembelajaran konvensional dalam pelajaran matematika

adalah :

a) Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar

b) Definisi dan rumus diberikan oleh guru

c) Pembuktian teorema dilakukan sendiri oleh guru

d) Siswa diberitahukan apa yang harus dikerjakan dan disimpulkan

e) Contoh soal diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru

f) Langkah pengerjaan soal diikuti dengan teliti oleh siswa

g) Siswa meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh

guru.

Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran

yang masih banyak digunakan oleh guru pada umumnya. Ini mungkin

dikarenakan anggapan bahwa model pembelajaran ini paling mudah

untuk dilaksanakan. Jika bahan pelajaran telah dikuasai dengan baik oleh

guru dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya maka guru tinggal

menyajikannya di depan kelas. Siswa memperhatikan guru berbicara,

mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan.

1) Langkah-langkah model pembelajaran konvensional

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b) Guru menyajikan pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran

yang telah dibuat secara klasikal di depan kelas.

c) Guru mengerjakan contoh soal di papan tulis dan diperhatikan

oleh seluruh siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

22

d) Siswa bekerja secara individu untuk mengerjakan latihan soal

yang diberikan guru.

e) Guru membahas dan mengevaluasi hasil kerja siswa.

f) Guru memberi tugas kepada seluruh siswa untuk dikerjakan di

rumah.

2) Kelebihan/kekurangan model pembelajaran konvensional

Beberapa kelebihan model pembelajaran konvensional antara lain:

a) Dapat menampung kelas besar, siswa memiliki kesempatan yang

sama untuk mendengarkan sehingga biaya yang diperlukan relatif

menjadi lebih murah

b) Konsep yang disajikan secara hierarkhi akan memberikan fasilitas

belajar kepada siswa

c) Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting

sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin

d) Isi silabus dapat diselesaikan lebih mudah karena guru tidak harus

menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa

e) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu

pelajaran tidak menghambat dilaksanakannya proses

pembelajaran.

Selain kelebihan di atas, model pembelajaran konvensional juga

mempunyai kekurangan yaitu :

a) Pembelajaran berjalan membosankan, siswa menjadi pasif karena

tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

Siswa hanya aktif membuat catatan.

b) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan berakibat siswa tidak

mampu menguasai bahan yang diajarkan

c) Pengetahuan yang diperoleh lebih cepat untuk dilupakan

d)

mengakibatkan timbulnya pengertian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

23

4. Aktivitas Belajar Siswa

Menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Untuk mencapai hasil belajar

yang optimal kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Tugas pendidik adalah

membimbing dan menyediakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan

bakat dan potensinya. Dalam hal ini, siswalah yang beraktivitas, berbuat dan

harus aktif. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang

mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan

dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus

merupakan proses yang membuat siswa harus aktif (Sardiman, 2011: 100)

Sementara itu Montessori (Sardiman, 2011: 95) menegaskan bahwa anak-

anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri dan membentuk

sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati

bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini

memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam

pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan

bimbingan dan merencanakan segala keinginan yang akan diperbuat oleh

anak didik. Aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan salah satu

indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar siswa

merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama pembelajaran.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada

proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-

tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa

lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Dierich (Sardiman, 2011: 101) menggolongkan kegiatan siswa

sebagai aktivitas belajar sebagai berikut:

a. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan, diskusi, musik, pidato.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

24

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar siswa adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yaitu

kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan

bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas

yang diberikan.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian Laila Fitriana (2010) menunjukkan bahwa model pembelajaran

cooperatif tipe GI memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model

pembelajaran cooperatif tipe STAD. Sementara penelitian Srihono (2009)

menunjukkan model pembelajaran kooperatif jigsaw memberikan prestasi belajar

yang sama baiknya dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams

Achievement Divisions (STAD). Di lain pihak, penelitian Seri Ningsih (2010)

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran Direct

Instruction dan siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar

lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah demikian pula siswa

dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa

dengan aktivitas belajar rendah. Sementara itu siswa dengan aktivitas belajar

tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa dengan aktivitas

belajar sedang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

25

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan STAD memberikan efek

positif terhadap prestasi belajar matematika (Tarim & Akdeniz, 2007). Setelah

dilakukan uji lanjut terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Demikian pula dengan penelitian Daneshamooz et al. (2011)

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar

lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Sementara itu, penelitian

Tarim (2009) menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah (problem

solving) dengan menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik dibanding

dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Keterampilan bekerjasama,

berbagi, menghargai orang lain, bertanggungjawab secara individu dalam

kelompok dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif dengan pemecahan

masalah (problem solving). Selanjutnya Boesen et al., (2010) menunjukkan para

siswa menyelesaikan suatu tes dengan mengingat fakta atau algoritmanya.

Beberapa jenis tes tidak memerlukan pemahaman konseptual tetapi beberapa jenis

tes menumbuhkan pemikiran kreatif. Penyelesaian jenis tugas seperti ini dilihat

dari alasan yang diberikan.

Callejo dan Vila (2009) mengidentifikasikan perbedaan pendekatan

terhadap permasalahan yang menentukan tingkah laku siswa dalam proses

pemecahan masalah. Penelitian ini menemukan dua aspek yang menjelaskan

pendekatan siswa dalam pemecahan masalah yaitu kepercayaan siswa yang

berasal dari pengalaman di sekolah dan motivasi yang dihubungkan dengan

tingkat kepercayaan siswa tersebut. Penelitian ini menunjukkan hubungan yang

kompleks antara kepercayaan siswa dengan pendekatan pemecahan masalah.

Tidak mungkin untuk menetapkan hubungan sebab akibat antara tingkat

kepercayaan tentang sifat alami matematika dan aktivitas pemecahan masalah.

Sementara Cai dan Wong (2010) menunjukkan bahwa guru di Amerika dan Cina

memiliki perspektif yang berbeda tentang pembelajaran matematika yang efektif.

Guru di Amerika menekankan pada kemampuan mengelola kelas, selera humor

dan meningkatkan pemahaman siswa dengan contoh konkret, sedangkan guru di

Cina menekankan pada pengetahuan dan buku yang digunakan, meningkatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

26

pemahaman siswa dengan pemikiran abstrak setelah memberikan contoh konkret.

Guru di Amerika dan Cina sepakat bahwa ingatan dan pemahaman tidak dapat

dipisahkan walaupun berbeda mana yang lebih dulu. Semua itu diakibatkan oleh

adanya perbedaan budaya.

C. Kerangka Pikir

1. Kaitan Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membawa pembelajaran

matematika bersifat interaktif yakni terjadi komunikasi dua arah antara siswa

dan guru. Hal ini akan mendorong rasa ingin tahu siswa karena keterbatasan

jarak antara guru dengan siswa sangatlah pendek. Kepercayaan diri siswa

akan jauh lebih besar karena mereka merasa informasi dapat mereka peroleh

lewat siapa saja. Dengan demikian, siswa akan masuk dalam suasana nyaman

dalam belajar sehingga bagi siswa kondisi seperti ini akan lebih

menyenangkan. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD lebih menekankan pada learning community yang akan

memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

matematika akan lebih bermakna. Dengan bekerjasama dalam kelompok,

siswa akan terlibat langsung secara personal maupun secara kelompok dalam

proses pembelajaran matematika. Model pembelajaran ini juga memberikan

kebebasan pada siswa untuk mengkonstruksi informasi dalam

pengetahuannya lewat tanya jawab, belajar kelompok maupun bertanya pada

guru. Oleh karenanya, pengalaman belajar yang diperoleh melalui

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan mampu

mengubah komponen kognisi, afeksi, dan konasi yang dimiliki siswa sebagai

unsur untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan jika

menggunakan model pembelajaran konvensional.

Pendekatan problem solving merupakan salah satu pendekatan dalam

pembelajaran matematika yang menekankan tentang cara memecahkan

masalah dan pemrosesan informasi matematika. Pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

27

problem solving akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik karena

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving

dapat membangkitkan motivasi, mengembangkan keterampilan,

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, akan lebih merangsang

indera dan akan membawa kesan yang mendalam sehingga lebih lama

tersimpan dalam diri siswa, sehingga patut diduga model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan

prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan model pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran

kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional.

2. Kaitan Kategori Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Belajar memerlukan adanya aktivitas sebagai bentuk perbuatan yang

membantu keberhasilan siswa dalam peningkatan prestasi. Setiap siswa

memiliki tingkat aktivitas belajar yang berbeda-beda. Upaya meningkatkan

prestasi belajar akan terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang

dipelajari menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan

dalam belajar. Aktivitas belajar siswa antara lain bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan

bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas

yang diberikan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan

interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri.

Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif,

dimana masing masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal

mungkin dalam aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa

akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada peningkatan prestasi belajar.

Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi akan lebih banyak

bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa dengan aktivitas

belajar sedang dan rendah. Demikian pula siswa dengan aktivitas belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

28

sedang akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa

dengan aktivitas belajar rendah. Perbedaan aktivitas belajar yang dimiliki

setiap siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar, sehingga patut diduga

siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik

daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa

dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada

siswa dengan aktivitas belajar rendah.

3. Kaitan Model Pembelajaran Pada Masing-Masing Kategori Aktivitas

Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar

Belajar memerlukan adanya aktivitas sebagai bentuk perbuatan yang

membantu keberhasilan siswa dalam peningkatan prestasi. Setiap siswa

memiliki tingkat aktivitas belajar yang berbeda-beda. Upaya meningkatkan

prestasi belajar akan terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang

dipelajari menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan

dalam belajar. Aktivitas belajar siswa antara lain bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan

bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas

yang diberikan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan

interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri.

Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif,

dimana masing masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal

mungkin dalam aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa

akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada peningkatan prestasi belajar.

Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi akan lebih banyak

bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa dengan aktivitas

belajar sedang dan rendah. Demikian pula siswa dengan aktivitas belajar

sedang akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

29

dengan aktivitas belajar rendah. Perbedaan aktivitas belajar yang dimiliki

setiap siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada

learning community sebab setiap individu akan lebih peduli terhadap terhadap

satu sama lain dan lebih berkomitmen terhadap keberhasilan satu sama lain

ketika mereka bekerja bersama secara kooperatif. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan kebebasan pada siswa

untuk mengkonstruksi informasi dalam pengetahuannya lewat tanya jawab,

belajar kelompok maupun bertanya pada guru. Oleh karenanya, pengalaman

belajar yang diperoleh melalui pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD

dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD akan mampu mengubah komponen kognisi, afeksi, dan konasi yang

dimiliki siswa sebagai unsur untuk memperoleh prestasi belajar matematika

yang lebih baik. Di lain pihak, dengan menggunakan pendekatan problem

solving akan dapat membangkitkan motivasi, meningkatkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi, akan lebih merangsang indera dan akan membawa

kesan yang mendalam sehingga lebih lama tersimpan dalam diri siswa dan

menguasai cara mengaplikasikan konsep matematika dan mengembangkan

keterampilan komputasi dalam pemecahan masalah matematika. Di lain

pihak, pada model pembelajaran konvensional, pembelajaran berjalan

membosankan, siswa menjadi pasif karena tidak berkesempatan menemukan

sendiri konsep yang diajarkan, siswa hanya aktif membuat catatan, siswa

tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan, pengetahuan yang diperoleh

mengakibatkan timbulnya pengertian, sehingga patut diduga:

a. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi

belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

model pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

30

kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada

model pembelajaran konvensional.

b. Pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan

prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara model

pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih

baik daripada model pembelajaran konvensional.

c. Pada siswa dengan aktivitas belajar rendah, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan

prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara model

pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih

baik daripada model pembelajaran konvensional.

4. Kaitan Kategori Aktivitas Belajar Siswa Pada Masing-Masing Model

Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan

pada learning community sebab setiap individu akan lebih peduli terhadap

terhadap satu sama lain dan lebih berkomitmen terhadap keberhasilan satu

sama lain ketika mereka bekerja bersama secara kooperatif, sementara dengan

menggunakan pendekatan problem solving akan dapat membangkitkan

motivasi, meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, akan lebih

merangsang indera dan akan membawa kesan yang mendalam sehingga lebih

lama tersimpan dalam diri siswa dan menguasai cara mengaplikasikan konsep

matematika dan mengembangkan keterampilan komputasi dalam pemecahan

masalah matematika. Di lain pihak, pada model pembelajaran konvensional,

pembelajaran berjalan membosankan, siswa menjadi pasif karena tidak

berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan, siswa hanya aktif

membuat catatan, siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

31

.

Selain pengaruh model pembelajaran yang digunakan, keberhasilan

pembelajaran ditentukan juga oleh aktivitas belajar siswa. Keaktifan siswa

dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru

dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing masing siswa

dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin dalam aktivitas

belajar. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan

terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada

peningkatan prestasi belajar. Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi

akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat, rajin mengerjakan tugas-

tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan guru dibanding siswa

dengan aktivitas belajar sedang dan rendah. Demikian pula siswa dengan

aktivitas belajar sedang akan lebih banyak bertanya, mengajukan pendapat,

rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan

guru dibanding siswa dengan aktivitas belajar rendah, sehingga patut diduga:

a. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi

belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan

rendah, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki

prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.

b. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas

belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan

aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa dengan aktivitas

belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan

aktivitas belajar rendah.

c. Pada model pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar

tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan

aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa dengan aktivitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

32

belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan

aktivitas belajar rendah.

Dari pemikiran di atas dapat digambarkan pola pemikiran dalam

penelitian ini sebagai berikut:

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih

baik daripada model pembelajaran konvensional.

2. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik

daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara siswa

dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada

siswa dengan aktivitas belajar rendah.

3. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi belajar

lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model

pembelajaran konvensional, sementara model pembelajaran kooperatif tipe

STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional. Pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara

Model Pembelajaran

Aktivitas Belajar

Prestasi Belajar Matematika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

33

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih

baik daripada model pembelajaran konvensional. Pada siswa dengan aktivitas

belajar rendah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional,

sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi

belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih

baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, sementara

siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik

daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Pada model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi

belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah,

sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar

lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Pada model

pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki

prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan

rendah, sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi

belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA/MA Negeri dan Swasta di Kabupaten

Merauke Provinsi Papua. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X

SMA/MA.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013

dengan tahapan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tahapan Waktu Penelitian

B. Jenis, Rancangan dan Prosedur Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kelompok jenis penelitian eksperimental semu

(quasi experimental research) karena penelitian tidak mungkin untuk

mengontrol semua variabel yang ada. Budiyono (2003: 82-83) menjelaskan

bahwa:

informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Pengajuan Judul2 Penyusunan Proposal3 Pembuatan Instrumen4 Ujian Proposal5 Perbaikan Proposal6 Pengajuan Ijin Penelitian7 Uji Coba Instrumen8 Pelaksanaan Penelitian9 Pengumpulan Data10 Analisis Data11 Penyusunan Tesis12 Ujian Tesis13 Perbaikan Tesis

Januari

BulanNo April Mei Juni Juli Oktober November DesemberTahapan P enelit ian Agustus September

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

35

Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving sebagai kelompok

eksperimen pertama, model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai

kelompok eksperimen kedua dan model pembelajaran konvensional sebagai

kelompok kontrol, sedangkan variabel bebas lain yang mungkin ikut

mempengaruhi tidak diperhitungkan.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial

(factorial design). Budiyono (2003: 98) menjelaskan bahwa informasi yang

diberikan oleh sebuah eksperimen dapat ditingkatkan secara nyata dengan

jalan menegaskan efek simultan dari dua atau lebih variabel bebas

menggunakan rancangan faktorial. Dalam rancangan faktorial, dua atau lebih

variabel bebas secara simultan diselidiki pengaruhnya masing-masing

terhadap variabel terikat, disamping juga interaksi antara beberapa variabel

tersebut. Rancangan faktorial yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 × 3, seperti tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 Rancangan Faktorial 3 × 3

Model Pembelajaran Aktivitas belajar

Tinggi 1 Sedang 2

Rendah 3 STAD dengan pendekatan

problem solving 1 11 12 13

STAD 2 21 22 23 Konvensional 3 31 32 33

3. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan dengan urutan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Menentukan populasi dan mempelajari karakteristik populasi.

b. Menyusun peringkat sekolah berdasarkan hasil Ujian Nasional mata

pelajaran matematika SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 kemudian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

36

mengambil tiga sekolah secara random untuk masing-masing tingkatan

yaitu peringkat tinggi, sedang dan rendah.

c. Mengambil secara random kelompok yang akan digunakan untuk

penelitian.

d. Melakukan ujicoba instrumen baik tes maupun angket

e. Mengambil nilai hasil Ujian Nasional SMP mata pelajaran matematika

Tahun Pelajaran 2012/2013 untuk uji keseimbangan, kemudian

melakukan uji keseimbangan.

f. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving untuk kelompok eksperimen 1, model pembelajaran kooperatif

tipe STAD untuk kelompok eksperimen 2 dan model pembelajaran

konvensional untuk kelompok kontrol.

g. Mengukur aktivitas belajar dengan menggunakan angket untuk ketiga

kelompok penelitian dan mengukur prestasi hasil belajar siswa dengan

menggunakan tes prestasi belajar yang sama untuk ketiga kelompok

penelitian.

h. Melakukan analisis data untuk melihat ada tidaknya perbedaan efek

antara model pembelajaran dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.

i. Melakukan uji lanjut anava untuk melihat model pembelajaran mana dan

aktivitas belajar mana yang memberikan efek lebih baik terhadap prestasi

belajar.

j. Membuat pembahasan mengenai hasil penelitian dan membuat

kesimpulan dari penelitian.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

X SMA/MA di Kabupaten Merauke Provinsi Papua semester ganjil Tahun

Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 14 sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

37

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama

dengan populasi (Nana dan Ibrahim, 2010: 85). Sukardi (2005: 54)

berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih

untuk sumber data. Sementara Sugiyono (2010: 81) berpendapat bahwa

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Budiyono (2003: 34) menyatakan bahwa kelompok kecil yang

diambil dari populasi, kemudian diteliti dinamakan sampel atau cuplikan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah

sebagian dari populasi yang akan diteliti dan secara representatif dapat

mewakili semua sifat yang ada pada populasi. Dalam penelitian ini

pengambilan sampel menggunakan stratified cluster random sampling

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendata semua SMA/MA yang berada di Kabupaten Merauke kemudian

disusun berdasarkan peringkat tinggi, sedang dan rendah berdasarkan

hasil Ujian Nasional mata pelajaran matematika Tahun Pelajaran

2011/2012 dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.3 Data r Peringkaぷ SMA/MA di Kabupaぷen Merauke Berdasarkan

Ujian Nasional Pelajaran Maぷemaぼk a Tahun 2011

No Nama Sekolah Rerata Peringkat

1 SMA Negeri 3 Merauke 9,23 Tinggi 2 SMA Negeri 1 Merauke 8,88 Tinggi 3 MA Annajah Yamra 8,66 Tinggi 4 SMA YPPK Yoanes 23 8,46 Tinggi 5 MA DDI Lampu Satu 8,32 Sedang 6 SMA Negeri 2 Merauke 8,30 Sedang 7 SMA YPPK Yos Sudarso 8,29 Sedang 8 MA Al-Munawwaroh 8,15 Sedang 9 KPG Khas Papua Merauke 8,09 Sedang

10 MA Al-Hikmah 8,09 Sedang 11 SMA Negeri 4 Merauke 7,31 Rendah 12 SMA YPK Merauke 6,72 Rendah 13 SMA Negeri Plus Urumb 5,86 Rendah 14 SMA Negeri 1 Kurik 5,75 Rendah Rerata ( ) 7,87

Sumber : Puspendik Kementerian Pendidikan Nasional, 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

38

Tabel 3.4 Kategori Pembagian Sekolah

Nilai Kategori > + 12 Tinggi 12 + 12 Sedang < 12 Rendah

Keterangan :

: Rerata nilai yang diperoleh

: Rerata dari rerata nilai yang diperoleh

: Standar deviasi dari rerata nilai yang diperoleh

Sumber : Budiyono, 2011

b. Berdasarkan data tersebut, diambil secara random satu sekolah untuk

masing-masing kategori. Hasilnya diperoleh SMA Negeri 3 Merauke

untuk sekolah dengan kategori sedang dan SMA YPK Merauke untuk

sekolah dengan kategori rendah.

c. Dari masing-masing sekolah sebagai sampel dipilih tiga kelas secara

random untuk dijadikan kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen

2 dan kelompok kontrol. Hasilnya untuk SMA Negeri 3 Merauke dari 8

kelas yang ada maka kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas

X-1, X-2 dan X-5. Sementara untuk KPG Kha

kelas yang ada maka kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas

X-1, X-2 dan X-3. Sedangkan untuk SMA YPK Merauke dari 3 kelas

yang ada semuanya digunakan untuk penelitian yaitu kelas X-1, X-2 dan

X-3.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat mengelompokkan suatu

objek pengamatan ke dalam dua atau lebih kelompok (Budiyono, 2003: 27).

Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2010: 38) variabel adalah atribut

seseorang atau obyek yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

39

yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Sugiyono (2010: 38)

berpendapat bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent

variable) dan 1 variabel terikat (dependent variable). Sebagai variabel bebas

pertama adalah model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, dan variabel bebas kedua

adalah aktivitas belajar siswa. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi

belajar matematika.

a. Variabel Bebas

1) Model Pembelajaran

a) Definisi operasional: model pembelajaran merupakan suatu

pola/cara yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas berisi prosedur baku yang

berupa tahap-tahap pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional.

b) Indikator: Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving pada kelompok

eksperimen pertama, model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada kelompok eksperimen kedua dan model pembelajaran

konvensional pada kelompok kontrol.

c) Skala pengukuran: skala nominal

d) Kategori dengan = 1,2,3 1 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan problem solving 2 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD 3 : Model pembelajaran konvensional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

40

2) Aktivitas Belajar Siswa

a) Definisi operasional: aktivitas belajar siswa adalah aktivitas

yang bersifat fisik maupun mental yaitu kegiatan yang

mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan

guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung

jawab terhadap tugas yang diberikan.

b) Indikator: Skor angket aktivitas belajar siswa

c) Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke dalam skala

ordinal yang terdiri dari 3 kategori yaitu kelompok tinggi,

sedang dan rendah dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategori Siswa Berdasarkan Skor Angket Aktivitas Belajar Siswa

Skor Kategori > + 12 Tinggi 12 + 12 Sedang < 12 Rendah

Keterangan :

: skor angket yang diperoleh

: rerata skor angket yang diperoleh

: standar deviasi dari skor angket yang diperoleh

Sumber : Budiyono, 2011

d) Kategori : , dengan = 1,2,3

1 : Siswa dengan aktivitas belajar tinggi 2 : Siswa dengan aktivitas belajar sedang 3 : Siswa dengan aktivitas belajar rendah

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.

a) Definisi operasional: prestasi belajar matematika merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan

usaha belajar yang mencakup perhitungan matematis (mathematics

calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

41

b) Indikator : nilai tes prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bentuk

pangkat, akar dan logaritma.

c) Skala pengukuran : skala interval

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengambilan data

adalah sebagai berikut:

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan

melihat dalam dokumen-dokumen yang telah ada. Dokumen-dokumen

tersebut biasanya merupakan dokumen resmi yang telah terjamin

keakuratannya (Budiyono, 2003: 54). Metode dokumentasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang

kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai Ujian Nasional SMP Mata

Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012.

b. Metode Angket

Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada subjek penelitian, responden,

atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis

(Budiyono, 2003: 47). Dalam penelitian ini metode angket yang

digunakan adalah angket aktivitas belajar yang digunakan untuk

memperoleh data mengenai aktivitas belajar siswa. Angket dalam

penelitian ini terdiri dari 35 item dengan 5 pilihan jawaban yaitu sangat

setuju, setuju, tidak tahu/netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Untuk

item yang bersifat positif maupun negatif skor diberikan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Pemberian Skor Instrumen Angket Aktivitas Belajar Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Skor

Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju 5 Setuju Tidak Setuju 4

Tidak tahu/netral Tidak tahu/netral 3 Tidak Setuju Setuju 2

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

42

c. Metode Tes

Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan

sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada subyek penelitian (Budiyono,

2003: 54). Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

prestasi belajar matematika untuk memperoleh data tentang prestasi

belajar matematika. Menurut Nana dan Ibrahim (2010: 100) tes prestasi

belajar mengukur penguasaan atau abilitas tertentu sebagai hasil dari

proses belajar, sedangkan menurut Sukardi (2005: 139) tes prestasi pada

umumnya mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah

mereka selama waktu tertentu menerima proses pembelajaran dan

digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan dan kemampuan siswa

secara individual dalam cakupan dan ilmu pengetahuan yang telah

ditentukan oleh para pendidik. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tes tertulis yang disusun oleh peneliti sendiri sesuai dengan

materi yang akan diajarkan yaitu bentuk pangkat, akar dan logaritma yang

terdiri dari 40 soal obyektif pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban.

3. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini harus diuji terlebih dahulu. Tujuan uji coba adalah untuk

melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar valid dan benar-

benar reliabel atau tidak, melihat derajat kesukaran, dan indeks daya

pembeda, melihat keterbacaan instrumen, melihat apakah waktu yang

direncanakan telah cukup atau tidak, dan apakah masih diperlukan alat-alat

atau hal-hal lain (Budiyono, 2003: 55).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan angket aktivitas belajar dan tes prestasi

belajar.

a. Angket Aktivitas Belajar

1) Uji Validitas Isi

Budiyono (2003: 59) mengemukakan bahwa untuk menilai

apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, biasanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

43

dilakukan melalui expert judgment yaitu penelaahan validasi

dilakukan oleh pakar. Dalam penyusunan dan pengembangan

instrumen, pengujian validitas isi suatu instrumen dalam menjalankan

fungsi ukurnya seringkali dapat dilakukan dengan melihat sejauh

mana kesesuaian antara hasil ukur instrumen tersebut dengan hasil

instrumen lain yang sudah teruji kualitasnya atau dengan ukuran-

ukuran yang dianggap reliabel. Penilaian instrumen angket

mempunyai validitas isi dilakukan oleh pakar atau validator, sehingga

suatu butir angket dikatakan valid jika sudah dilakukan penilaian oleh

validator.

2) Konsistensi Internal

Konsistensi internal menunjukkan adanya korelasi positif antara

skor masing-masing butir angket, artinya butir-butir tersebut harus

mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang

sama. Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi

antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang

digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson

sebagai berikut : = 2 2 2 2 dengan

: indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

: banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)

: Skor untuk butir ke-i

: Total skor

(Budiyono, 2003: 69)

Item angket yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang

memiliki indeks konsistensi internal dengan > 0,3.

3) Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keajegan atau

kemantapan hasil dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

44

Hasil pengukuran itu diharapkan akan sama apabila pengukuran itu

diulangi (Sumarna Surapranata, 2009: 89-90). Reliabilitas angket

aktivitas belajar diuji dengan menggunakan Teknik Alpha sebagai

berikut :

11 = 1 1 22 dengan 11 : indeks reliabilitas angket

: banyaknya butir angket 2 : Variansi butir ke-i, i = 1,2,..., n 2 : Variansi dari skor total

(Budiyono, 2003: 70)

Instrumen angket yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah

yang memiliki indeks reliabilitas dengan 11 0,7.

b. Tes Prestasi Belajar

1) Uji Validitas Isi

Validitas isi (content validity) seringpula dinamakan validitas

kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang

valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur

(Sumarna Surapranata, 2009: 50). Uji validitas isi dilakukan melalui

expert judgment yaitu penelaahan validasi dilakukan oleh pakar atau

validator, sehingga tes prestasi belajar dikatakan valid jika sudah

dilakukan penilaian oleh validator.

2) Daya Beda

Menurut Sumarna Surapranata (2009: 23), indeks yang digunakan

dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi

dengan peserta tes yang berkemampuan rendah adalah indeks daya

pembeda (item discrimination). Indeks ini menunjukkan kesesuaian

antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan

demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya

dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

45

dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda berkisar antara 1 sampai

dengan +1. Tanda negatif menunjukkan bahwa peserta tes yang

kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta tes

yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Daya pembeda menurut

indeks daya pembeda dapat dicari dengan menggunakan persamaan : = = 2 2 2 2 dengan

: indeks daya pembeda

: banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)

: Skor untuk butir ke-i

: Total skor

(Budiyono, 2003: 69)

Item tes yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang

memiliki indeks daya beda dengan = > 0,3.

3) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui proporsi jawaban

benar, yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal

yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya.

Persamaan yang digunakan adalah : = dengan

: Tingkat kesukaran

: Banyak peserta tes yang menjawab benar

: jumlah peserta tes

(Sumarna Surapranata, 2009: 12)

Item tes yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang

memiliki tingkat kesukaran sedang yaitu jika 0,3 < < 0,7.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

46

4) Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes prestasi belajar dapat diuji dengan menggunakan

rumus KR-20 sebagai berikut :

11 = 1 2 2 dengan 11 : indeks reliabilitas tes

: banyaknya butir tes

: proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i

= 1 2 : Variansi total

(Budiyono, 2003: 69)

Instrumen tes yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah yang

memiliki indeks reliabilitas dengan 11 0,7.

4. Teknik Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Cara yang digunakan

untuk uji normalitas adalah dengan metode Lilliefors. Prosedur uji

normalitas dalam Budiyono (2009: 170-171) sebagai berikut:

1) Hipotesis 0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal 1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2) Taraf signifikansi = 5%

3) Statistik uji =

dengan = ; ~ 0,1 = proporsi cacah terhadap seluruh

4) Daerah kritik = > ; dengan ; diperoleh dari tabel Lilliefors

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

47

5) Keputusan uji 0 ditolak jika

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel

berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama atau tidak.

Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett. Menurut

Budiyono (2009: 176-177) prosedur uji homogenitas adalah sebagai

berikut:

1) Hipotesis 0 12 = 22 = 32 (variansi populasi homogen) 1 tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)

2) Taraf signifikansi = 5%

3) Statistik uji

= 12 1 1 22 2 1 2 1 12

2 = 1 2=1 dengan 2 : Variansi gabungan

: Banyaknya seluruh nilai (ukuran)

: Banyaknya kelas

: Banyaknya nilai kelas ke-i 2 : Variansi kelas ke-i

4) Daerah kritik = > ; 1, 2, ,

Dengan ; 1, 2, , = 1 ; 1 + 2 ; 2 + + ;

5) Keputusan uji 0 ditolak jika

(Budiyono, 2009: 175)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

48

c. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

ini memiliki kemampuan awal yang sama. Untuk menguji keseimbangan

digunakan Analisis Variansi (Anava) satu jalan dengan sel tak sama.

Model datanya dapat dinyatakan sebagai berikut : = + + dengan

: Data ke-i pada perlakuan ke-j

: Rerata seluruh data (rerata besar, grand mean)

= : efek perlakuan ke-j pada variabel terikat

= : deviasi data terhadap rerata populasinya yang

berdistribusi normal dengan rerata 0

= 1,2, , ; = 1,2, ,

: Cacah populasi

1) Hipotesis 0 : 1 = 2 = 3 1 : Paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama

2) Taraf signifikansi = 5%

3) Statistik uji: =

yang merupakan nilai dari variabel random berdistribusi dengan

derajat kebebasan 1 dan

4) Komputasi

a) Notasi dan Tata Letak Data

1 2 3 Total Cacah data 1 2 3 Jumlah Data 1 2 3 Rerata 1 2 3 Jumlah kuadrat 12 22 32 2, Suku koreksi 121 222 323

2

Variansi 1 2 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

49

b) Besaran-besaran 1 = 2 ; 2 = 2 ; 3 = 2,

= 3 (1) dan = 1 = 2 (3) dan = = 2 (1) dan = 1 = dan =

5) Daerah kritik = > ; 1;

6) Rangkuman Anava

Sumber Perlakuan 1

<

atau > Galat Total 1

Keterangan : adalah probabilitas amatan

adalah nilai yang diperoleh dari tabel

7) Keputusan uji 0 ditolak jika

(Budiyono, 2009: 151)

d. Analisis Variansi (Anava)

Analisis Variansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

variansi (Anava) dua jalan dengan sel yang tak sama. Model datanya

dinyatakan sebagai berikut: = + + + + dengan

: data ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

: Rerata besar atau rerata seluruh data

= . : efek baris ke-i pada variabel terikat

= . : efek kolom ke-j pada variabel terikat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

50

= + + : interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada

variabel terikat

: deviasi data terhadap rerata populasinya yang

berdistribusi normal dengan rerata 0

= 1,2, , ; banyaknya baris

= 1,2, , ; banyaknya kolom

= 1,2, , ; banyaknya data amatan pada baris ke-i dan

kolom ke-j

1) Hipotesis

Hipotesis 1 0 : = 0 untuk setiap = 1,2,3, ,

(tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) 1 : paling sedikit ada satu yang tidak nol

(ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat)

Hipotesis 2 0 : = 0 untuk setiap = 1,2,3, ,

(tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) 1 : paling sedikit ada satu yang tidak nol

(ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)

Hipotesis 3 0 : = 0 untuk setiap = 1,2,3, , dan = 1,2,3, ,

(tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel

terikat) 1 : paling sedikit ada satu yang tidak nol

(ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat)

2) Taraf signifikansi = 5%

3) Komputasi

a) Notasi dan Tata Letak Data

Tabel 3.7 Rerata Sel dan Rerata Marginal

Model Pembelajaran ( ) Aktivitas belajar ( ) Rerata Marginal 1 2 3 1 1 1 1 2 1 3 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3

Rerata Marginal 1 2 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

51

Tabel 3.8 Data Amatan, Rerata dan Jumlah Kuadrat Deviasi

Model Pembelajaran

Aktivitas Belajar Siswa Tinggi ( 1) Sedang ( 2) Rendah 3

Student Teams Achievement

Divisions (STAD) dengan pendekatan

problem solving 1

Cacah data 11 12 13 Jumlah Data 11 12 13 Rataan 11 12 13 Jumlah kuadrat 112 122 132 Suku Korelasi 11 12 13 Variansi 11 12 13

Student Teams Achievement

Divisions (STAD) 2

Cacah data 21 22 23 Jumlah Data 21 22 23 Rataan 21 22 23 Jumlah kuadrat 212 222 232 Suku Korelasi 21 22 23 Variansi 21 22 23

Konvensional 3

Cacah data 31 32 33 Jumlah Data 31 32 33 Rataan 31 32 33 Jumlah kuadrat 312 322 332 Suku Korelasi 31 32 33 Variansi 31 32 33

dengan = dan = 2

Pada Anava dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-

notasi sebagai berikut:

: ukuran sel (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)

= 1, : rerata harmonik frekuensi seluruh sel

= 1, : banyaknya seluruh data amatan

= 2 2 2

: jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel

: rerata pada sel

= : jumlah rerata pada baris ke-i

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

52

= : jumlah rerata pada baris ke-j

= , : jumlah rerata semua sel

b) Komponen Jumlah Kuadrat 1 = 2 2 = , 3 = 2

4 = 2 5 = 2,

c) Jumlah Kuadrat = 3 1 = 4 1 = 1 + 5 3 (4) = (2) = + + +

Derajat kebebasan : = 1 = 1 = 1 ( 1) = = 1

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-

masing diperoleh rerata kuadrat berikut : = =

= =

4) Statistik uji

a) Untuk 0 adalah = yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi dengan derajat kebebasan 1 dan

.

b) Untuk 0 adalah = yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi dengan derajat kebebasan 1 dan

.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

53

c) Untuk 0 adalah = yang merupakan nilai dari

variabel random yang berdistribusi dengan derajat kebebasan 1 1 dan .

5) Daerah kritis

Untuk masing-masing nilai di atas, daerah kritisnya adalah :

a) Daerah kritis untuk adalah = > ; 1;

b) Daerah kritis untuk adalah = > ; 1;

c) Daerah kritis untuk adalah = > ; 1 1 ;

6) Keputusan uji

a) 0 ditolak jika

b) 0 ditolak jika

c) 0 ditolak jika

7) Rangkuman Anava dua jalan

Sumber JK dk RK Baris (A) JKA 1 RKA tabel Kolom (B) JKB 1 RKB tabel Interaksi (AB) JKAB 1 1 RKAB tabel Galat JKG RKG Total JKT 1

(Budiyono, 2009: 229-233)

e. Uji Lanjut Anava

Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari anava

yang dilakukan apabila hasilnya menunjukkan bahwa hipotesis nol

ditolak. Tujuan dari uji lanjut adalah untuk melakukan pelacakan terhadap

perbedaan rerata setiap pasangan kolom, baris, dan setiap pasangan sel.

Untuk uji lanjut setelah anava ini, digunakan metode Scheffe karena

metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikan

yang kecil. Prosedur pengujian menggunakan metode Scheffe adalah:

1) Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rerata.

2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3) Menentukan taraf signifikansi = 5 %

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

54

4) Mencari harga statistik uji untuk :

a) Komparasi rerata antar baris

Jika 0 ditolak maka perlu dilakukan komparasi rerata antar

baris. Hipotesis yang akan diuji adalah: 0 : = . 1 : . Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar baris adalah:

. . = . . 21. + 1. dengan . . : nilai pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j

. : rerata pada baris ke-i

. : rerata pada baris ke-j

: rerata kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan Anava . : ukuran sampel baris ke-i . : ukuran sampel baris ke-j

Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;

Keputusan uji : 0 ditolak jika

(Budiyono, 2009: 215)

b) Komparasi rerata antar kolom

Jika 0 ditolak maka perlu dilakukan komparasi rerata antar

kolom. Hipotesis yang akan diuji yaitu: 0 : = . 1 : .

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah:

. . = . . 21. + 1. dengan . . : nilai pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

. : rerata pada kolom ke-i

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

55

. : rerata pada kolom ke-j

: rerata kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan Anava . : ukuran sampel kolom ke-i . : ukuran sampel kolom ke-j

Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;

Keputusan uji : 0 ditolak jika

(Budiyono, 2009: 216)

c) Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

Hipotesis yang akan diuji adalah 0: = 1:

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

adalah:

= 21 + 1 dengan

: nilai pada pembandingan rerata pada sel dan sel

: rerata pada sel

: rerata pada sel

: ukuran sel

: ukuran sel

Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;

Keputusan uji : 0 ditolak jika

(Budiyono, 2009: 217)

d) Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama

Hipotesis yang akan diuji adalah 0: = 1:

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

adalah:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

56

= 21 + 1 dengan

: nilai pada pembandingan rerata pada sel dan sel

: rerata pada sel

: rerata pada sel

: ukuran sel

: ukuran sel

Daerah kritisnya adalah = > 1 ; 1;

Keputusan uji : 0 ditolak jika

(Budiyono, 2009: 216)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti. Hasil penelitian yang dibahas adalah meliputi hasil uji coba instrumen,

deskripsi data, pengujian syarat analisis variansi (Anava), pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket aktivitas

belajar dan tes prestasi belajar siswa pada materi bentuk pangkat, akar dan

logaritma. Kedua instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk

mengetahui kelayakan penggunaan instrumen pada pelaksanaan penelitian.

Uji coba instrumen baik angket maupun tes prestasi belajar dilaksanakan

pada 30 siswa kelas X-4 KPG Khas Papua Merauke Tahun Pelajaran 2012/2013.

Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 September 2012.

1. Uji Coba Angket Aktivitas Belajar

a. Validitas Isi

Uji validitas isi dilakukan oleh 5 orang validator yaitu Dessy R. Suryani,

S.Pd selaku guru Matematika di SMA Negeri 3 Merauke, Seni

Patandianan, ST selaku guru Matematika di KPG Khas Papua Merauke,

Elysabeth K. Aju k, SP selaku guru Matematika di SMA YPK Merauke

dan Dorothea Rangkoli, S.Pd., M.Si dan Yenni P. Pasaribu, ST., M.Si

selaku Dosen dari Universitas Musamus Merauke. Angket aktivitas

belajar terdiri dari 35 butir angket. Berdasarkan uji validitas isi yang

dilakukan oleh kelima validator maka 35 butir angket aktivitas belajar

semuanya dinyatakan valid dan memenuhi kriteria yang diberikan

sehingga layak digunakan sebagai instrumen penelitian tentang aktivitas

belajar siswa. Lembar validasi uji coba angket aktivitas belajar oleh

validator dapat dilihat pada Lampiran 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

58

b. Konsistensi Internal

Uji coba angket aktivitas belajar dilaksanakan pada Tanggal 14

September 2012 kepada 30 siswa kelas X-4 KPG Khas Papua Merauke

Tahun Pelajaran 2012/2013 selama 60 menit. Hasilnya kemudian diuji

konsistensi internalnya dengan menggunakan rumus korelasi momen

produk dari Karl Pearson. Dari 35 butir angket yang diujicobakan terdapat

5 butir angket yang tidak konsisten sebab < 0,30 yaitu butir ke 6, 11,

18, 19 dan 32. Jadi terdapat 30 butir angket yang konsisten dan layak

untuk digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 2.

c. Reliabilitas

Dari 30 butir angket yang konsisten dan layak digunakan dalam penelitian

kemudian diuji reliabilitasnya dengan menggunakan Teknik Alpha

diperoleh 11 = 0,919. Instrumen angket aktivitas belajar ini dikatakan

reliabel sebab 11 0,7 . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 2.

2. Uji Coba Tes Prestasi Belajar

a. Validitas isi

Uji validitas isi dilakukan oleh 5 orang validator yaitu Dessy R. Suryani,

S.Pd selaku guru Matematika di SMA Negeri 3 Merauke, Seni

Patandianan, ST selaku guru Matematika di KPG Khas Papua Merauke,

Elysabeth K. Aju k, SP selaku guru Matematika di SMA YPK Merauke

dan Dorothea Rangkoli, S.Pd.,M,Si dan Yenni P. Pasaribu, ST.,M,Si

selaku Dosen dari Universitas Musamus Merauke. Tes prestasi belajar

terdiri dari 40 butir soal pilihan ganda. Berdasarkan uji validitas isi yang

dilakukan oleh kelima validator maka 40 butir soal tes prestasi belajar

semuanya dinyatakan valid dan memenuhi kriteria yang diberikan

sehingga layak digunakan sebagai instrumen penelitian tentang prestasi

belajar siswa. Lembar validasi uji coba tes prestasi belajar oleh validator

dapat dilihat pada Lampiran 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

59

b. Tingkat Kesukaran

Uji coba tes prestasi belajar dilaksanakan pada Tanggal 15 September

2012 kepada 30 siswa kelas X-4 KPG Khas Papua Merauke Tahun

Pelajaran 2012/2013 selama 120 menit. Hasilnya kemudian diuji tingkat

kesukarannya menggunakan rumus = . Hasil pengujian

menunjukkan bahwa dari 40 butir soal terdapat satu soal dengan kategori

mudah > 0,70 , 9 soal dengan kategori sukar ( < 0,30) dan 30 soal

dengan kategori sedang (0,30 0,70) Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 3.

c. Daya Beda

Hasil uji daya beda menggunakan rumus korelasi momen produk dari

Karl Pearson menunjukkan bahwa dari 40 butir soal terdapat 5 butir soal

yang daya bedanya kurang baik sebab 0,3 dan 35 butir soal yang

memiliki daya beda baik sebab > 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 3.

d. Reliabilitas

Dari 30 butir soal yang memiliki daya beda baik dan tingkat kesukaran

sedang kemudian diuji reliabilitasnya dengan menggunakan Rumus KR-

20 diperoleh 11 = 0,912. Instrumen tes prestasi belajar ini dikatakan

reliabel sebab 11 0,7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 3.

B. Deskripsi Data

Data yang digunakan adalah data skor angket aktivitas belajar dan data

nilai tes prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving pada kelompok eksperimen 1,

model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelompok eksperimen 2 dan

model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Banyaknya data

keseluruhan adalah 291 siswa dengan rincian 98 siswa pada kelompok eksperimen

1, 100 siswa pada kelompok eksperimen 2 dan 93 siswa pada kelompok kontrol.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

60

1. Data Skor Aktivitas Belajar

Data skor aktivitas belajar diperoleh dari angket aktivitas belajar yang

dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kelompok dengan aktivitas belajar

tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil perhitungan diperoleh rerata skor

angket = 115,30 dan standar deviasi dari skor angket = 14,82.

Tabel 4.1 Kategori Aktivitas Belajar Siswa Skor Kategori > + 12 Tinggi 12 + 12 Sedang < 12 Rendah

Keterangan :

: skor angket yang diperoleh

: rerata skor angket yang diperoleh

: standar deviasi dari skor angket yang diperoleh

Dari hasil perhitungan diperoleh skor dikategorikan tinggi jika > 122,70, kategori sedang jika 107,89 122,70 dan kategori

rendah jika < 107,89. Berdasarkan hasil perhitungan pada kelompok

dengan kategori aktivitas belajar tinggi terdapat 96 siswa, kelompok dengan

kategori aktivitas belajar sedang terdapat 120 siswa dan kelompok dengan

kategori aktivitas belajar rendah terdapat 75 siswa.

2. Data Nilai Tes Prestasi Belajar

Data nilai tes prestasi belajar diperoleh dari tes prestasi belajar setelah

diberi perlakuan yaitu kelompok eksperimen 1 menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving,

kelompok eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran

konvensional. Untuk memperoleh gambaran umum tentang skor prestasi

belajar hasil penelitian, berikut disajikan ukuran tendensi sentral dan ukuran

dispersi data skor prestasi belajar sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

61

Tabel 4.2 Ukuran Tendensi Sentral dan Ukuran Dispersi Nilai Tes Prestasi Belajar

Kelompok Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi

Modus Median Min Maks N s

Eksperimen 1 6,78 7,00 6,84 4,00 9,33 98 1,36 Eksperimen 2 6,14 6,33 6,33 3,67 9,00 100 1,40

Kontrol 5,56 5,00 5,67 3,00 8,67 93 1,38

C. Uji Keseimbangan

Sebelum peneliti mengadakan penelitian terlebih dahulu diadakan uji

keseimbangan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok

kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Sebelum dilakukan uji

keseimbangan masing-masing kelompok diuji normalitas dan homogenitas

terlebih dahulu. Data yang digunakan untuk pengujian adalah data nilai hasil

Ujian Nasional SMP mata pelajaran matematika Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kelompok eksperimen 1 dengan dengan jumlah 98 siswa diperoleh rerata 6,58

dan variansi 1,43 sementara kelompok eksperimen 2 dengan jumlah 100 siswa

diperoleh rerata 6,44 dan variansi 1,23 sedang kelompok kontrol dengan 93 siswa

diperoleh rerata 6,38 dan variansi 1,26.

Hasil uji normalitas kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Uji normalitas 0,05 ; Keputusan Kesimpulan

Kelompok eksperimen 1 0,0789 0,0895 0 diterima Normal

Kelompok eksperimen 2 0,0850 0,0886 0 diterima Normal

Kelompok kontrol 0,0911 0,0919 0 diterima Normal

Berdasarkan Tabel di atas, untuk masing-masing kelompok ternyata <0,05 ; sehingga 0 diterima. Ini berarti masing-masing kelompok berasal dari

populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 5.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

62

Hasil uji homogenitas kemampuan awal kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa Sampel k 0,05 ;98 ;100 ;93 Keputusan Kesimpulan

Kelompok 3 0,998 0,979 0 diterima Homogen

Berdasarkan Tabel di atas, > 0,05 ;98 ;100 ;93 sehingga 0 diterima. Ini berarti

ketiga kelompok memiliki variansi yang sama (homogen). Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 4.5 Notasi dan Tata Letak Data Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol Total

Cacah Data 98 100 93 291 Jumlah Data 645,25 642,50 593,25 1881,00

Rerata 6,58 6,43 6,38 6,46 Jumlah Kuadrat 4387,56 4248,63 3936,69 12572,88 Suku Korelasi 4248,44 4128,06 3784,36 12160,87

Variansi 139,12 120,56 152,33 412,01

Hasil dari uji keseimbangan dengan menggunakan Anava satu jalan dengan sel tak

sama disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Rangkuman Anava Satu Jalan dengan sel tak sama Sumber JK dK RK p Model

Pembelajaran (A) 2,239 2 1,120 0,783 3,027 < 0,05

Galat 412,01 288 1,431 Total 414,25 290

Berdasarkan Tabel di atas, < sehingga 0 diterima. Ini berarti ketiga

kelompok memiliki rerata yang sama (ketiga kelompok seimbang). Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

63

D. Pengujian Syarat Analisis Variansi (Anava)

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors dengan taraf

signifikansi 5% disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa

No Uji Normalitas 0,05 ; Keputusan Kesimpulan

1 Kelompok eksperimen 1 0,0799 0,0895 0 diterima Normal

2 Kelompok eksperimen 2 0,0731 0,0886 0 diterima Normal

3 Kelompok kontrol 0,0892 0,0919 0 diterima Normal

4 Kelompok dengan

aktivitas belajar tinggi

0,0614 0,0904 0 diterima Normal

5 Kelompok dengan

aktivitas belajar sedang

0,0740 0,0809 0 diterima Normal

6 Kelompok dengan

aktivitas belajar rendah

0,0990 0,1023 0 diterima Normal

Berdasarkan Tabel di atas, tampak bahwa < 0,05 ; dari masing-masing

kelompok sehingga 0 diterima. Ini berarti masing-masing kelompok berasal

dari populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 6.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan baik untuk kelompok dengan kategori

model pembelajaran yang digunakan maupun kelompok dengan kategori

aktivitas belajar dilakukan menggunakan metode Bartlett dengan taraf

signifikansi 5%.

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa

Sampel k 0,05 ; 1 ; 2 ; 3 Keputusan Kesimpulan

Model Pembelajaran

3 0,9997 0,9792 0 diterima Homogen

Aktivitas belajar 3 0,9951 0,9798 0 diterima Homogen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

64

Berdasarkan Tabel di atas, > 0,05 ; 1 ; 2 ; 3 sehingga 0 diterima. Ini

berarti sampel memiliki variansi yang sama (homogen). Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

E. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama

Notasi dan tata letak data yang digunakan dalam komputasi analisis

variansi dua jalan dengan sel tak sama sebagai berikut :

Tabel 4.9 Notasi dan Tata Letak Data

Model Pembelajaran Aktivitas Belajar Siswa

Tinggi ( 1) Sedang ( 2) Rendah 3

Student Teams Achievement

Divisions (STAD) dengan pendekatan

problem solving 1

Cacah data 31 45 22 Jumlah Data 238,00 297,00 129,67 Rataan 7,68 6,60 5,89

Jumlah kuadrat 1880,49 2024,24 781,80

Suku Korelasi 1827,23 1960,20 764,29

Variansi 53,26 64,04 17,51

Student Teams Achievement

Divisions (STAD) 2

Cacah data 34 40 26

Jumlah Data 226,67 232,67 155,00

Rataan 6,67 5,82 5,96

Jumlah kuadrat 1571,56 1423,78 971,67

Suku Korelasi 1511,16 1353,38 924,04 Variansi 60,40 70,39 47,63

Konvensional 3

Cacah data 31 35 27 Jumlah Data 194,00 200,00 123,00 Rataan 6,26 5,71 4,56 Jumlah kuadrat 1267,56 1231,78 586,56 Suku Korelasi 1214,06 1142,86 560,33 Variansi 53,49 88,92 26,22

Tabel 4.10 Rerata Sel dan Rerata Marginal Model Pembelajaran ( ) Aktivitas Belajar ( )

Rerata Marginal 1 2 3 1 7,68 6,60 5,89 6,78 2 6,67 5,82 5,96 6,14 3 6,26 5,71 4,56 5,56 Rerata Marginal 6,86 6,08 5,44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

65

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan

sebagai berikut:

Tabel 4.11 Rangkuman Anava

Sumber JK dk RK Keputusan Model Pembelajaran (A) 68,571 2 34,286 20,064 3,028 0 ditolak Aktivitas Belajar (B) 91,614 2 45,807 26,807 3,028 0 ditolak Interaksi (AB) 17,964 4 4,491 2,628 2,404 0 ditolak Galat 481,877 282 1,709 Total 660,026 290

Tabel di atas menunjukkan bahwa :

a. Pada efek utama baris (A) 0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan efek

antar model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.

b. Pada efek utama kolom (B) 0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan

efek antar kategori aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.

c. Pada efek utama interaksi (AB) 0 ditolak. Ini berarti terdapat interaksi

antara model pembelajaran dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar

siswa.

2. Uji Lanjut Anava

a. 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan efek antar model pembelajaran

terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu dilakukan uji lanjut Anava.

Uji lanjut Anava yang dilakukan adalah komparasi rerata antar baris.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 4.12 Hasil Uji Komparasi rerata antar baris

0 tabel Keputusan 1 = 2. 11,825 6,056 0 ditolak 1 = 3. 41,782 6,056 0 ditolak 2 = 3. 9,626 6,056 0 ditolak Tabel di atas menunjukkan bahwa :

1) 0 1 = 2. ditolak. Ini berarti rerata kelompok dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving tidak sama dengan rerata kelompok dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelompok dengan model

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

66

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving memiliki rerata marginal 6,78 sementara kelompok dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rerata marginal

6,14. Dari sini disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving memberikan prestasi

belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) 0 1 = 3. ditolak. Ini berarti rerata kelompok dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving tidak sama dengan rerata kelompok dengan model

pembelajaran konvensional. Kelompok dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving memiliki

rerata marginal 6,78 sementara kelompok dengan model pembelajaran

konvensional memiliki rerata marginal 5,56. Dari sini disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada

model pembelajaran konvensional.

3) 0 2 = 3. ditolak. Ini berarti rerata kelompok dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak sama dengan rerata

kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Kelompok

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rerata

marginal 6,14 sementara kelompok dengan model pembelajaran

konvensional memiliki rerata marginal 5,56. Dari sini disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

b. 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan efek antar kategori aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu dilakukan uji lanjut

Anava. Uji lanjut Anava yang dilakukan adalah komparasi rerata antar

kolom. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

67

Tabel 4.13 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom

0 tabel Keputusan 1 = .2 19,016 6,056 0 ditolak 1 = .3 50,074 6,056 0 ditolak 2 = .3 11,236 6,056 0 ditolak Tabel di atas menunjukkan bahwa :

1) 0 1 = .2 ditolak. Ini berarti rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan rerata kelompok siswa

dengan aktivitas belajar sedang. Kelompok siswa dengan aktivitas

belajar tinggi memiliki rerata marginal 6,86 sementara kelompok

siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki rerata marginal 6,08.

Dari sini disimpulkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi

memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas

belajar sedang.

2) 0 1 = .3 ditolak. Ini berarti rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan rerata kelompok siswa

dengan aktivitas belajar rendah. Kelompok siswa dengan aktivitas

belajar tinggi memiliki rerata marginal 6,86 sementara kelompok

siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki rerata marginal 5,44.

Dari sini disimpulkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi

memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas

belajar rendah.

3) 0 2 = .3 ditolak. Ini berarti rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar sedang tidak sama dengan rerata kelompok siswa

dengan aktivitas belajar rendah. Kelompok siswa dengan aktivitas

belajar sedang memiliki rerata marginal 6,08 sementara kelompok

siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki rerata marginal 5,44.

Dari sini disimpulkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar sedang

memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas

belajar rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

68

c. 0 ditolak, berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran dan

aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar sehingga perlu dilakukan

uji lanjut Anava. Uji lanjut Anava yang dilakukan adalah komparasi rerata

antar sel pada baris yang sama dan komparasi rerata antar sel pada kolom

yang sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 4.14 Hasil Uji Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama 0 tabel Keputusan 11 = 12 12,469 15,768 0 diterima 11 = 13 23,949 15,768 0 ditolak 12 = 13 4,309 15,768 0 diterima 21 = 22 7,771 15,768 0 diterima 21 = 23 4,288 15,768 0 diterima 22 = 23 0,193 15,768 0 diterima 31 = 32 2,845 15,768 0 diterima 31 = 33 24,479 15,768 0 ditolak 32 = 33 11,976 15,768 0 diterima

Tabel di atas menunjukkan bahwa :

1) 0 11 = 12 diterima berarti pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving, rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi sama

dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar sedang.

Disimpulkan bahwa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving, siswa dengan

aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya

dengan siswa dengan aktivitas belajar sedang.

2) 0 11 = 13 ditolak berarti pada penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving, rerata

kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi tidak sama dengan

rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah. Kelompok

siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki rerata 7,68 dan

kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah memiliki rerata 5,89.

Disimpulkan bahwa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

69

tipe STAD dengan pendekatan problem solving, siswa dengan

aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada

siswa dengan aktivitas belajar rendah.

3) 0 12 = 13 diterima berarti pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving, rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar sedang sama

dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah.

Disimpulkan bahwa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving, siswa dengan

aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar yang sama baiknya

dengan siswa dengan aktivitas belajar rendah.

4) 0 21 = 22 diterima berarti pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar tinggi sama dengan rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar sedang. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar

tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa

dengan aktivitas belajar sedang.

5) 0 21 = 23 diterima berarti pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar tinggi sama dengan rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar rendah. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar

tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa

dengan aktivitas belajar rendah.

6) 0 22 = 23 diterima berarti pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar sedang sama dengan rerata kelompok siswa dengan

aktivitas belajar rendah. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan aktivitas belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

70

sedang memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa

dengan aktivitas belajar rendah.

7) 0 31 = 32 diterima berarti pada penggunaan model

pembelajaran konvensional, rerata kelompok siswa dengan aktivitas

belajar tinggi sama dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas

belajar sedang. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model

pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi

memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa dengan

aktivitas belajar sedang.

8) 0 31 = 33 ditolak berarti pada penggunaan model pembelajaran

konvensional, rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi

tidak sama dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas belajar

rendah. Kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki

rerata 6,26 sementara kelompok siswa dengan aktivitas belajar rendah

memiliki rerata 4,56. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model

pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar tinggi

memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas

belajar rendah.

9) 0 32 = 33 diterima berarti pada penggunaan model

pembelajaran konvensional, rerata kelompok siswa dengan aktivitas

belajar sedang sama dengan rerata kelompok siswa dengan aktivitas

belajar rendah. Disimpulkan bahwa pada penggunaan model

pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar sedang

memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa dengan

aktivitas belajar rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

71

Tabel 4.15 Hasil Uji Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama 0 tabel Keputusan 11 = 21 9,691 15,768 0 diterima 11 = 31 18,271 15,768 0 ditolak 21 = 31 1,585 15,768 0 diterima 12 = 22 7,602 15,768 0 diterima 12 = 32 9,037 15,768 0 diterima 22 = 32 0,115 15,768 0 diterima 13 = 23 0,032 15,768 0 diterima 13 = 33 12,079 15,768 0 diterima 23 = 33 15,321 15,768 0 diterima

Tabel di atas menunjukkan bahwa :

1) 0 11 = 21 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

tinggi, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata

kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) 0 11 = 31 ditolak berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

tinggi, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving tidak sama dengan rerata

kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Kelompok

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving reratanya adalah 7,68 dan kelompok dengan model

pembelajaran konvensional reratanya adalah 6,26. Disimpulkan bahwa

pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

72

3) 0 21 = 31 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

tinggi, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sama dengan rerata kelompok dengan model pembelajaran

konvensional. Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar

tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi

belajar yang sama baiknya dengan model pembelajaran konvensional .

4) 0 12 = 22 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

sedang, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata

kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar sedang,

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5) 0 12 = 32 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

sedang, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata

kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Disimpulkan

bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model

pembelajaran konvensional.

6) 0 22 = 32 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

sedang, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sama dengan rerata kelompok dengan model pembelajaran

konvensional. Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar

sedang, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

prestasi belajar yang sama baiknya dengan model pembelajaran

konvensional.

7) 0 13 = 23 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

rendah, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

73

STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata

kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar rendah, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

8) 0 13 = 33 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

rendah, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan problem solving sama dengan rerata

kelompok dengan model pembelajaran konvensional. Disimpulkan

bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar rendah, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving

memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model

pembelajaran konvensional.

9) 0 23 = 33 diterima berarti pada siswa dengan aktivitas belajar

rendah, rerata kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sama dengan rerata kelompok dengan model pembelajaran

konvensional. Disimpulkan bahwa pada siswa dengan aktivitas belajar

rendah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

prestasi belajar yang sama baiknya dengan model pembelajaran

konvensional.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hipotesis Pertama

Hasil analisis variansi menunjukkan 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan

efek antar model pembelajaran terhadap prestasi belajar. Kemudian dilakukan

uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar baris yang hasilnya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional, sementara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

74

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar lebih

baik daripada model pembelajaran konvensional.

Hal ini sesuai dengan penelitian Tarim & Akdeniz (2007), yang

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD memberikan efek

positif terhadap prestasi belajar matematika dan penelitian Daneshamooz et

al. (2011) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional. Demikian pula dengan penelitian Tarim (2009), yang

menunjukkan bahwa pemecahan masalah (problem solving) dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik daripada menggunakan

pembelajaran konvensional. Keterampilan bekerjasama, berbagi, menghargai

orang lain, bertanggungjawab secara individu dalam kelompok dapat

ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif dengan pemecahan masalah

(problem solving). Hal ini memang dikarenakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving maupun model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada learning

community yang dapat membangkitkan motivasi, mengembangkan

keterampilan, meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, lebih

merangsang indera dan akan membawa kesan yang mendalam sehingga lebih

lama tersimpan dalam diri siswa sehingga prestasi belajar yang dihasilkan

akan lebih baik.

2. Hipotesis Kedua

Hasil analisis variansi menunjukkan 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan

efek antar kategori aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa. Kemudian

dilakukan uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar kolom yang hasilnya

siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik

daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah sementara itu

siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik

daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.

Hal ini sesuai dengan penelitian Seri Ningsih (2010) yang menunjukkan

bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

75

baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah demikian pula siswa

dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada

siswa dengan aktivitas belajar rendah. Demikian pula dengan pendapat

Montessori (Sardiman, 2011) yang menegaskan bahwa yang lebih banyak

melakukan aktivitas belajar dalam pembentukan diri adalah siswa itu sendiri,

sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala

keinginan yang akan diperbuat oleh anak didiknya. Hal ini memang

dikarenakan aktivitas belajar merupakan bentuk perbuatan yang membantu

siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Upaya meningkatkan prestasi

belajar akan terpenuhi ketika siswa merasakan bahwa apa yang dipelajari

menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap tingkat keaktifan dalam

belajar. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi

yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini

akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana

masing masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin

dalam aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang timbul akan mengakibatkan

terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada

peningkatan prestasi belajar.

3. Hipotesis ketiga

Hasil uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama

menunjukkan:

a. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving sama baik dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD sama baik dengan model pembelajaran konvensional tetapi

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

b. Pada siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, penggunaan

masing-masing model pembelajaran memberikan prestasi belajar yang

sama baiknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

76

Hal ini kurang sesuai dengan penelitian Tarim & Akdeniz (2007), yang

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD memberikan efek

positif terhadap prestasi belajar matematika dan penelitian Daneshamooz et

al. (2011) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional. Demikian pula dengan penelitian Tarim (2009), yang

menunjukkan bahwa pemecahan masalah (problem solving) dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik daripada menggunakan

pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan upaya peningkatan prestasi

belajar juga dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa itu sendiri. Sesuai dengan

pendapat Montessori (Sardiman, 2011) yang menegaskan bahwa yang lebih

banyak melakukan aktivitas belajar dalam pembentukan diri adalah siswa itu

sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan

segala keinginan yang akan diperbuat oleh anak didiknya. Keaktifan siswa

dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru

dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing masing siswa

dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin dalam aktivitas

belajar. Aktivitas belajar yang timbul akan mengakibatkan terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan

prestasi belajar. Dengan demikian terdapat interaksi antara model

pembelajaran yang digunakan oleh guru dan tingkat aktivitas belajar yang

dimiliki oleh siswa terhadap prestasi belajar yang dihasilkan.

4. Hipotesis keempat

Hasil uji lanjut anava yaitu komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

menunjukkan:

a. Pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan problem solving dan model pembelajaran konvensional, siswa

dengan aktivitas belajar tinggi dan siswa dengan aktivitas belajar sedang

memiliki prestasi belajar yang sama baik demikian pula siswa dengan

aktivitas belajar sedang dan siswa dengan aktivitas belajar rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

77

memiliki prestasi belajar yang sama baik, tetapi siswa dengan aktivitas

belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan

aktivitas belajar rendah.

b. Pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, masing-

masing kategori aktivitas belajar siswa memiliki prestasi belajar yang

sama baiknya.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Seri Ningsih (2010) yang

menunjukkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi

belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah demikian

pula siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih

baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Hal ini dikarenakan

upaya peningkatan prestasi belajar juga dipengaruhi oleh model pembelajaran

yang digunakan guru. Sesuai dengan pendapat Montessori (Sardiman, 2011)

yang menegaskan bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas belajar

dalam pembentukan diri adalah siswa itu sendiri, sedangkan pendidik

memberikan bimbingan dan merencanakan segala keinginan yang akan

diperbuat oleh anak didiknya. Keaktifan siswa dalam pembelajaran akan

menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar

siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar

dan kondusif, dimana masing masing siswa dapat melibatkan

kemampuannya semaksimal mungkin dalam aktivitas belajar. Aktivitas

belajar yang timbul akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan

keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar. Dengan

demikian terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan oleh

guru dan tingkat aktivitas belajar yang dimiliki oleh siswa terhadap prestasi

belajar yang dihasilkan.

G. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat berbagai faktor

yang menjadi keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Keterbatasan-

keterbatasan tersebut antara lain :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

78

1. Siswa tidak dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, masalah ini

muncul pada awal pembelajaran kooperatif yang mengakibatkan

terhambatnya kerjasama dalam kelompok sehingga tujuan yang diharapkan

tidak tercapai.

2. Perlunya banyak waktu untuk adaptasi di kelompok eksperimen terhadap

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving yang relatif baru bagi siswa dalam mata pelajaran matematika.

3. Kurang disiplinnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas

sehingga berakibat prestasi belajar yang diperoleh kurang optimal.

4. Ketidakhadiran siswa, menjadi masalah dalam pembelajaran kooperatif

karena siswa saling tergantung satu dengan lainnya.

5. Materi prasyarat seperti perkalian, pembagian, operasi pecahan belum

dikuasai siswa dengan baik.

6. Timbulnya para pembonceng/pengikut, masalah ini muncul jika siswa yang

memiliki kemampuan matematika baik menyelesaikan sebagian atau

keseluruhan tugas/pekerjaan kelompok, akibatnya tujuan yang diharapkan

tidak tercapai.

7. Kemungkinan pada saat pelaksanaan tes masih terdapat siswa yang

bekerjasama dalam pengerjaannya sehingga berakibat data untuk nilai

prestasi belajar pada penelitian ini menjadi kurang murni. Demikian juga

dalam pengisian angket aktivitas belajar masih kurang jujur yang berakibat

pembagian kategori aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah kurang akurat.

8. Kemungkinan pada saat pelaksanaan tes tidak bersamaan waktunya sehingga

tidak menutup kemungkinan terjadi kebocoran soal sehingga berakibat data

penelitian yang diperoleh kurang murni.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

79

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian yang telah

dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai jawaban dari hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Sementara itu

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang

lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

2. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik

daripada siswa dengan kategori aktivitas belajar sedang dan rendah,

sementara siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar

lebih baik daripada siswa dengan kategori aktivitas belajar rendah.

3. Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan problem solving dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar yang sama baik,

sementara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model

pembelajaran konvensional memberikan prestasi belajar yang sama baik,

tetapi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

problem solving memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional. Sementara itu, pada siswa dengan kategori

aktivitas belajar sedang dan rendah, ketiga model pembelajaran memberikan

prestasi belajar yang sama baik.

4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem

solving dan model pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas belajar

tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar yang sama baik, sementara siswa

dengan aktivitas belajar sedang dan rendah memiliki prestasi belajar yang

sama baik, tetapi siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

80

belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Sementara

itu, pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, semua kategori aktivitas

belajar siswa memiliki prestasi belajar yang sama baik.

B. Implikasi

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian ini, maka penulis akan

menyampaikan implikasi yang diharapkan berguna baik secara teoritis maupun

praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika. Implikasi teoritis

berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan model pembelajaran konvensional pada materi bentuk pangkat,

akar dan logaritma. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan pendekatan problem solving dapat diterapkan dalam proses pembelajaran

di kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari penelitian juga diketahui

bahwa prestasi belajar matematika siswa pada materi bentuk pangkat, akar dan

logaritma terkait dengan tingkat aktivitas belajar yang dimiliki siswa.

Implikasi praktis berdasarkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan masukan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran

dan prestasi belajar siswa. Guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat

sesuai dengan materi yang akan diberikan untuk mengoptimalkan aktivitas belajar

siswa dalam membangun learning community dengan komunikasi yang aktif

antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sebagai fasilitator.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas,

maka berikut beberapa saran dari penelitian ini :

1. Bagi para peneliti yang akan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dalam penelitiannya untuk dapat mengembangkan penelitian yang

lebih inovatif dan kreatif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: digilib.uns.ac.id/Eksperimentasi-Model...digilib.uns.ac.id

81

2. Bagi para guru matematika yang akan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan problem solving dalam proses

pembelajaran, sebaiknya menyusun perangkat pembelajaran yang efisien

untuk mengoptimalkan aktivitas belajar siswa.

3. Bagi pihak-pihak terkait untuk lebih memberikan perhatian dalam

peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan dan seminar tentang

penggunaan model-model pembelajaran khususnya model-model

pembelajaran kooperatif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user