repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/bab ii.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #;...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
1. Pengertian Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata
hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti darah
(Wahyu P, 2009).
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya sekitar 6-8% dari
berat badan total. Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5 liter
sedangkan pada perempuan dewasa sekitar 4,5 liter. Manusia memiliki sistem
peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah
dan disirkulasikan oleh jantung. Sirkulasi darah adalah sistem transpor yang
menggambarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
gastrointestinal menuju jaringan, serta mengembalikan CO2 ke paru - paru
dan hasil metabolisme lainnya menuju ke ginjal (Wahyu P,2009 ,Pearce E
P,2006 , Sadikin M,2013).
http://repository.unimus.ac.id
7
2. Fungsi Darah
Fungsi darah di dalam metabolisme tubuh antara lain transportasi (sari
makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air), termoregulasi (pengatur
suhu tubuh), imunologi (pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri),
homeostasis (mengatur keseimbangan zat,pengatur pH tubuh) (Seri edukasi
Prodia, 2010).
3. Komposisi Darah
Darah terdiri dari sekitar 55% plasma dan 45% komponen sel. Plasma
terdiri dari 90% air dan 10% sisanya dari protein plasma, elektrolit, gas
terlarut, berbagai produk sampah metabolisme, nutrien, vitamin dan
kolesterol. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel
serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi
lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit (Wahyu
P, 2009, Elizabeth C, 2009).
Komponen sel darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit) sekitar
99%, sisanya 1% adalah sel darah putih (leukosit) dan keping darah
(trombosit). Sel darah merah mengandung banyak hemoglobin. Sel darah
merah dihasilkan di limpa , hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel
darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Sel darah merah
atau eritrosit berbentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua permukaannya
(bionkaf). Eritrosit berfungsi mengedarkan oksigen dan karbondioksida.
Eritrosit dibentuk di sumsum tulang yang disebut eritropoesis. Masa hidup
eritrosit rata-rata 120 hari (Wahyu P, 2009, Elizabeth C, 2009).
http://repository.unimus.ac.id
8
Sel darah putih berperan dalam membentuk sistem pertahanan tubuh
terhadap penyakit. Sel darah putih dibagi menjadi agranulosit dan granulosit.
Agranulosit adalah leukost yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya.
Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Granulosit adalah
leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Granulosit dibedakan
menjadi tiga, yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil. Masa hidup leukosit
berbeda - beda, granulosit sekitar 12 jam, monosit sulit dinilai karena selalu
mengembara, tetapi diduga selama beberapa minggu atau bulan, limfosit
umumnya bertahan selama 100 – 300 hari (Wahyu P, 2009).
Keping darah atau disebut trombosit adalah sel darah yang berperan
dalam penggumpalan darah. Trombosit berbentuk cakram dan tidak berinti.
Masa hidupnya sekitar 8 - 10 hari. Setelah itu, trombosit akan dibawa ke
limpa untuk dihancurkan (Wahyu P, 2009).
B. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Pemeriksaan laboratorium hematologi merupakan pemeriksaan cairan
darah yang berhubungan dengan sel - sel darah dan biokimiawi yang
berhubungan dengan sel darah. Pemeriksaan laboratorium hematologi
bertujuan untuk :
a. Mengkonfirmasi suatu dugaan klinis atau menetapkan diagnosis
penyakit, misalnya hemoglobin untuk anemia.
b. Menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian penyakit.
c. Mengikuti perjalanan penyakit.
d. Penapisan suatu penyakit.
http://repository.unimus.ac.id
9
e. Menentukan status kesehatan secara umum.
Pemeriksaan darah (hematologi) meliputi : pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan darah khusus, faal hemostasis.
Persiapan, jenis spesimen (bahan pemeriksaan), cara pengambilan dan
pengumpulan spesimen, antikoagulan (zat anti pembekuan darah) dan
pengawasan mutu harus diperhatikan agar pemeriksaan tersebut dapat
bermanfaat untuk kepentingan klinis (Riswanto, 2013).
1. Macam Darah Untuk Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi (darah) biasanya dipakai darah kapiler atau
darah vena.
a. Darah kapiler
Pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dilakukan pada ujung
jari tangan atau anak daun telinga. Pengambilan darah kapiler pada bayi dan
anak kecil dapat dilakukan pada tumit atau jari kaki. Tempat yang dipilih
tidak boleh memperlihatkan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat.
b. Darah vena
Pengambilan darah vena pada orang dewasa dilakukan pada salah satu
vena dalam fossa cubiti , sedangkan pada bayi dilakukan pada vena jugularis
superficialis atau juga darah dari sinus sagitalis superior. Terdapat 2 cara
dalam pengambilan darah vena,yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe), sedangkan cara
vakum dengan menggunakan tabung vakum (Seri Edukasi Prodia, 2010,
Riswanto, 2013).
http://repository.unimus.ac.id
10
Antikoagulan Untuk Pemeriksaan Hematologi
Antikoagulan adalah zat yang mencegah pembekuan darah dengan
cara mengikat (khelasi) atau mengendapkan (presipitasi) kalsium, atau
dengan cara menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin.
Terdapat berbagai jenis antikoagulan untuk pemeriksaan hematologi,
antara lain :
a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra-Acetat)
EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam Natrium atau Kalium,
mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium (Ca2+)
dalam darah. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yg
lain, yaitu tidak mempengaruhi sel - sel darah, sehingga ideal untuk
kebanyakan pengujian hematologi seperti penentuan kadar hemoglobin,
penentuan hematokrit, hitung sel darah, penentuan laju endap darah (LED),
pembuatan hapusan darah dan penentuan golongan darah. EDTA yg
digunakan dalam praktek laboratorium ada 3 macam, yaitu dinatrium
(Na2EDTA), dipotassium K2EDTA), dan tripotassium (K3EDTA). Na2EDTA
dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA
dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yg
paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for
Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standars
Institute). Pemakaian antikoagulan ini adalah 1 mg K2EDTA untuk 1 ml
darah. Pemakaian dalam bentuk cair dapat dilakukan dengan membuat
http://repository.unimus.ac.id
11
larutan 10%. Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara
(vacutainer tube) dengan tutup lavender (purple) atau merah muda (Riswanto,
2013).
Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal terdapat dalam tubuh.
Antikoagulan ini adalah asam mukopolisakarida yg bekerja dengan cara
menghambat pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan
pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada 3 macam heparin, yaitu ammonium
heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Heparin (terutama lithium
heparin) banyak digunakan pada pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
resistensi eritrosit, penghitungan sel - sel darah, golongan darah, dan transfusi
darah. Tabung heparin dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa udara
(vakum) dengan tutup berwarna hijau (Riswanto, 2013).
Sitrat
Sitrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Dalam
bentuk larutan 3,8% yaitu larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai
untuk beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah cara
Westergreen. Dapat dilakukan untuk pemeriksaan sistem pembekuan darah
(1 bagian Na-sitrat + 9 bagian darah), pemeriksaan LED (1 bagian Na-sitrat +
4 bagian darah), penentuan golongan darah, dan transfusi darah. Tabung sitrat
dapat dijumpai dalam bentuk hampa udara (vakum) dengan tutup berwarna
biru terang (Riswanto, 2013, Gandasoebrata , 2007).
http://repository.unimus.ac.id
12
Oksalat
Oksalat mencegah pembekuan darah dengan cara mengendapkan
kalsium dalam darah. Antikoagulan ini dapat dijumpai sebagai ammonium,
lithium, kalium dan natrium. Natrium oksalat 0,1 N digunakan untuk
pengujian faktor pembekuan darah dengan perbandingan 9 bagian darah
ditambah 1 bagian Na oksalat. Tabung oksalat dapat dijumpai dalam bentuk
tabung hampa udara (vakum) dengan tutup berwarna abu - abu (Riswanto,
2013).
C. Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin merupakan pemeriksaan penunjang diagnosis.
Pemeriksaan darah rutin terdiri dari (Liswanti Y,2014) : pemeriksaan kadar
hemoglobin (Hb), pemeriksaan hitung jumlah leukosit, pemeriksaan hitung
jenis leukosit (differential counting), pemeriksaan laju endap darah (LED).
D. Laju Endap Darah
1. Definisi Laju Endap Darah
Laju endap darah (LED) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam
darah yang telah diberi antikoagulan) ke dasar tabung vertikal dalam waktu
tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam. Laju endap darah (LED)
disebut juga : kecepatan endap darah (KED), laju sedimentasi eritrosit
(erithrocyte sedimentation rate)/ESR, blood bezenking snelbeia (BBS), blood
sedimentation (BS), blood sedimentation rate (BSR), blood sedimentation
erythrocyte (BSE). Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena
pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi diimbangi oleh tekanan ke atas
http://repository.unimus.ac.id
13
akibat perpindahan. Bila viskositas plasma tinggi atau kadar kolesterol
meningkat tekanan keatas mungkin dapat menetralisasi tarikan ke bawah
terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang
meningkatkan penggumpalan atau perletakan satu dengan yang lain akan
meningkatkan LED (Riswanto, 2013; Wayan N, 2014).
Eritrosit mempunyai muatan listrik negatif yang disebut dengan
“potensial zeta”. Daya tolak muatan negatif ini biasanya membantu agar sel
darah merah tetap terpisah dan terdapat sebgai suspensi dalam plasma
(Kumta S et al, 2011).
Laju endap darah adalah tes yang murah dan sederhana untuk
mengevaluasi respon akut maupun inflamasi. LED adalah tes yang paling
banyak digunakan untuk mengukur aktivitas dari suatu penyakit dalam
kedokteran klinis, dan masih dianggap berguna untuk memantau penyakit
inflamantory khususnya rheumatoid arthritis. LED tidak memiliki spesifitas
tetapi bisa efektif dalam menentukan prognosis dan memantau aktivitas pada
penyakit apapun (Haswani et al, 2013).
Laju pengendapan yang cepat (LED meningkat) menunjukkan
meningkatnya kadar imunoglobulin atau protein pase akut, yang
menyebabkan eritrosit melekat satu sama lain. Peningkatan LED oleh
karenanya merupakan penanda non spesifik dari adanya radang atau infeksi.
LED biasanya sangat tinggi pada mioloma multiple, lupus erittosus sistemik
(SLE), artoritis temporatis, polimialgia reomatika, kanker atau infeksi kronis,
termasuk tuberkulosis (Wayan N , 2014).
http://repository.unimus.ac.id
14
Laju endap darah ditemukan pada tahun 1897 oleh Dokter Edmund
Bienarcki sehingga di beberapa tempat di dunia kemudian menyebutnya
sebagai Tes Bienarcki. Tahun 1918 ahli Patologi Swedia Robert Sanno
Fahreus mendeklarasikan hal yang sama bersama dengan Alf Vilhelm
Albertsson Westergreen yang kemudian dinamakan Tes Fahreus - Westergren
yang menggunakan spesimen Natrium sitrat (Kumta S et al, 2011).
2. Fase - Fase Pengendapan LED
Pertama fase pengendapan lambat pertama (Stage of Aggregation)
yaitu fase pembentukan rouleaux, eritrosit baru saling menyatukan diri,
waktu yang diperlukan untuk fase pertama ini kurang dari 15 menit.
Kedua fase pengendapan maksimal (Stage of Sedimentation) yaitu fase
pengendaan eritrosit dengan kecepatan konstan karena partikel - partikel
eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga
lebih cepat mengendap. Lama waktu yang diperlukan fase ini adalah 30 menit.
Ketiga fase pengendapan lambat kedua (Stage of Packing) yaitu fase
pengendapan eritrosit sehingga sel-sel eritrosit mengalami pemampatan pada
dasar tabung, kecepatan mengendapnya mulai berkurang sampai sangat pelan
Fase ini sampai berjalan kurang lebih 15 menit (Kumta S et al, 2011).
http://repository.unimus.ac.id
15
3. Kegunaan LED
LED memiliki 3 kegunaan utama (Kumta S et al, 2011) :
1. Mendeteksi suatu proses peradangan.
2. Memantau perjalanan atau aktivitas penyakit.
3. Sebagai pemeriksaan penapisan untuk peradangan atau neoplasma yang
tersembunyi.
Faktor Yang Mempengaruhi LED
Laju endap darah dipengaruhi oleh :
a. Kempuan eritrosit membentuk rouleaux.
Rouleaux adalah gumpalan sel - sel darah merah yg disatukan
bukan oleh antibodi atau ikatan kovalen, tetapi semata - mata oleh gaya
tarik permukaan. Pada anisositosis (ukuran eritrosit bervariasi),
pembentukan rouleaux terhambat sehingga LED menurun.
b. Luas permukaan/ukuran eritrosit.
Semakin luas permukaan eritrosit, LED semakin meningkat.
Darah yang didominasi oleh mikrosit lebih lambat mengendap (LED
rendah) dibandingkan normosit. Darah yang didominasi makrosit dan
sferosit lebih cepat mengendap (LED meningkat) dibandingkan normosit.
c. Bentuk eritrosit : Sel sabit (sickle cell) gagal membentuk rouleaux
sehingga LED nya rendah.
d. Rasio eritrosit terhadap plasma : anemia, LED meningkat. Pada
polisitemia (jumlah eritrosit meningkat) LED rendah.
http://repository.unimus.ac.id
16
e. Konsentrasi makromolekul dalam plasma
Peningkatan kadar globulin atau fibrinogen menyebabkan
peningkatan pembentukan rouleaux sehingga pengendapan eritrosit juga
lebih cepat (LED meningkat). Kadar kolesterol yang tinggi
menyebabkan tarikan ke bawah atau gumpalan sel - sel darah merah
sehingga kecepatan pengendapan meningkat (LED meningkat). Kadar
fibrinogen rendah (misal pada bayi baru lahir), gula darah tinggi,
albumin rendah dapat menyebabkan penurunan LED.
f. Viskositas (kekentalan) plasma
Viskositas plasma yang tinggi menetralkan tarikan ke bawah atau
gumpalan sel - sel darah merah sehingga kecepatan pengendapan
berkurang (LED rendah).
g. Faktor teknis
Letak posisi pipet;pipet yang diletakkan miring meningkatkan
kecepatan pengendapan eritrosit (LED meningkat). Penampang pipet;
semakin besar diameter pipet makin tinggi kecepatan pengendapan
eritrosit (LED meningkat). Temperatur; semakin tinggi suhu, semakin
tinggi kecepatan pengendapan eritrosit (LED meningkat). Kelebihan
antikoagulan dapat menyebabkan penurunan LED (Gandasoebrata.,
2007).
Faktor pra analitik, analitik dan post analitik juga harus
diperhatikan karena dapat mempengaruhi pemeriksaan LED. Faktor pra
analitik antara lain : bendungan terlalu lama, antikoagulan tidak tepat,
http://repository.unimus.ac.id
17
spesimen tidak homogen, perbandingan darah dan antikoagulan tidak
tepat (Sulasmi , 2012).
Faktor analitik antara lain : metode, kedudukan pipet, waktu
pembacaan hasil tidak tepat 1 jam, getaran, sinar matahari, suhu tidak
18 sampai 25°C (Sulasmi , 2012).
Faktor pasca analitik antara lain : salah membaca hasil pemeriksaan,
salah menulis hasil pemeriksaan, salah melaporkan hasil pemeriksaan
(Sulasmi , 2012).
E. Arti Klinis LED
1. Peningkatan LED
Peningkatan LED dapat dijumpai pada :
a. Peradangan (inflamasi) akut maupun kronis, seperti pada artritis
reumatoid, demam rematik, endokarditis bakterial, gout, hepatitis, sirosis
hati, inflamasi panggul akut, sifilis, glomerulonefritis, serta neoplasma.
b. Menstruasi dan kehamilan.
c. Diskrasia sel plasma, seperti mieloma multipel (multiple myeloma/MM).
d. Penyakit kolagen - vaskuler, keganasan, kanker, dan tuberkulosis.
e. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
f. Penyakit Sistemic Lupus Erythematosus (SLE).
Pengaruh obat : Dextran, metildopa, metilsergid, penisilamin, prokainamid,
teofilin, kontrasepsi oral, vitamin A (Riswanto, 2013).
http://repository.unimus.ac.id
18
Penurunan LED
Penurunan LED dapat dijumpai pada (Riswanto, 2013) : polisitemia
vera, Chronic heart failure (CHF), anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa,
defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris, pengaruh obat :
Etambutol, kinin, salisilat, kortison, prednison.
F. Metode Pemeriksaan LED
1. Metode Westergren
Pemeriksaan LED Metode Wetergren sampel yang digunakan adalah
darah vena yang dicampur dengan antikoagulan larutan Natrium Sitrat 0,0109
M dengan perbandingan 4 : 1, atau dapat juga dipakai darah EDTA yang
diencerkan dengan larutan Sodium sitrat 0,0109 M atau NaCl 0,9% dengan
perbandingan 4 : 1.
Prinsip : Darah dengan antikoagulan dengan perbandingan tertentu dan
dimasukkan dalam tabung khusus (Westergreen) yang diletakkan tegak lurus
dan dibiarkan selama 1 jam, maka eritrosit akan mengendap. Tinggi endapan
eritrosit mencerminkan kecepatan endap darah dan dinyatakan dalam
mm/jam. Nilai Normal : Wanita 0 - 15 mm/jam dan Pria 0 - 10 mm/jam.
(Riswanto , 2013. Gandasoebrata, 2007).
http://repository.unimus.ac.id
19
2. Metode Wintrobe
Metode Wintrobe sampel yang digunakan adalah darah dengan
antikoagulan EDTA dengan perbandingan darah vena 1ml ditambah 10 µl
EDTA 10%.
Nilai Normal : Wanita 0 - 20 mm/jam dan Pria 0 - 10 mm/jam. Oleh
karena LED dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, maka ada yg menghendaki
supaya nilai laju endap darah cara Wintrobe dikoreksi terhadap nilai
hematokrit (Seri Edukasi Prodia, 2010).
Hasil pemeriksaan LED memakai cara Westergren dan cara Wintrobe
tidak seberapa selisihnya jika LED itu dalam batas normal, tetapi nilai itu
berselisih jauh pada keadaan mencepatnya LED. Cara Westergreen didapat
nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan pipet Westergren yg hampir dua
kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan tadi menyebabkan para klinisi lebih
menyukai cara Westergren daripada cara Wintrobe (Gandasoebrata, 2007).
3. Metode Automatic
Pemeriksaan LED Metode Automatic sampel yang digunakan adalah
darah vena yang dicampur dengan EDTA.
Prinsip : Darah yang dikumpulkan di dalam cuvette khusus secara hati
- hati diaduk oleh operator dan kemudian dibiarkan untuk mengendap di
dalam sepuluh posisi di dalam alat. Dengan batnaun sensor digital (opto -
electronic unit) alat secara otomatis menentukan tingkat endapan eritrosit,
mengikuti data mana yang diproses dan kemudian secara otomatis dicetak
atau ditunjukkan pada layar dalam waktu 20 menit dalam mm/jam. Nilai
http://repository.unimus.ac.id
20
Normal : Wanita 0 - 15 mm/jam dan Pria 0 - 10 mm/jam (Diesse Diagnostic
Senese S.p.a Vesmatic-Easy Automatic Instrument).
Metode pemeriksaan yang mendapat rekomendasi dari International
Council for Standardization in Hematology (ICSH) maupun National
Comittee for Clinical Laboratory Standars (NCCLS) adalah metode
Westergreen. Metode ini yang akan digunakan oleh penulis untuk melakukan
penelitian.
http://repository.unimus.ac.id
21
G. Diagram balok alat VESMATIC EASY
Gambar 1 “Diagram balok – VESMATIC EASY”
Alat Vesmatic Easy terdiri dari : 1.Papan CPU,2.Layar,3.Keyboard ,4.Unit
sensor pembaca,5.Unit motor pembaca optik ,6.Interface printer, 7.Printer,
8.Tombol ON/OFF, 9.Interface sambungan eksternal , 10.Sambungan eksternal
[Opsional]
Pada metode automatic ini darah dimasukan ke dalam tabung khusus dan
dicampur secara hati-hati, sampel kemudian dimasukan ke dalam alat dan
didiamkan dalam waktu tertentu. Tabung dimiringkan 18° sehingga
menyebabkan proses pengendapan dipercepat. LED jam pertama dibaca dalam
waktu 20 menit . Sistemnya memakai Infrared dengan menembakkan sinar,
kemudian diterima oleh detektor dan disampaikan ke motherboard alat dan
dibaca sebagai hasil led, setiap lubang terdapat penembak sinar dan detektor
yang otomatis akan membaca di awal dan akhir pembacaan alat.
http://repository.unimus.ac.id
22
1. Penjelasan alat
CENTRAL UNIT
Unit ini mengendalikan dan memproses data yang masuk dari sensor dan
mengatur periferal yang terhubung, termasuk FLASIH EPROM yang
berisi program. Unit ini juga berisi EEPROM dimana semua parameter
alat disimpan.
UNIT PEMBACAAN OPTIK
Unit yang terdiri dari 10 pasangan photodiode + phototransistor.
UNIT MOTOR PEMBACA OPTIK
Unit ini memerlukan kehati-hatian mengangkat unit pembaca optik untuk
memerika cuvette yang ada atau dimasukkan secara salah, dengan darah
yang tidak memadai atau berlebihan, dan juga mendeteksi tingkat
endapan.
KEYBOARD
Terdiri dari 4 tombol melalui mana fungsi VESMATIC
EASYdilaksanakan.
PEMEGANG - CUVETTE
Pemegang-cuvette terdiri dari sepuluh posisi yang dinomori dengan
poros kemiringan 18oC untuk memasukkan cuvette.
SINYAL AKUSTIK
Sinyal ini membantu tujuan menarik perhatian operator selama tahap
spesifik melakukan siklus kerja.
Mengeluarkan suara “bip” setelah tombol ditekan pada keyboard.
http://repository.unimus.ac.id
23
PRINTER
Mencetak hasil dari analisis pada akhir dari setiap siklus pemprosesan.
LAYAR
Layar menunjukkan semua pesan dari alat
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Manual dan Automatic
1. Kelebihan Metode Manual : biaya lebih murah.
Kekurangan metoda Manual
a. Hasil memerlukan waktu lama yaitu 1 jam
b. Prosedur kerja lebih rumit (adanya gelembung udara,gumpalan
darah,kondisi tempat (kemiringan tabung)
c. Pembacaan hasil masih secara manual
d. Kemungkinan resiko terpajan pada petugas terhadap cemaran bahan
infeksius lebih besar
Kelebihan Metode Automatic
a. Mengetahui hasil perlu waktu yang lebih cepat yaitu 20 menit
b. Prosedur kerja lebih praktis
c. Kemungkinan resiko terpajan pada petugas terhadap cemaran bahan
infeksius lebih kecil
Kekurangan Metode Automatic : biaya lebih mahal.
http://repository.unimus.ac.id
24
I. Spesimen untuk Pemeriksaan LED Metode Wetergren
1. Darah dengan antikogulan Na Sitrat 3,8%
Antikoagulan Natrium sitrat sering digunakan dalam bentuk larutan
isotonis dengan konsentrasi 3,8% dan 3,2%. Pemeriksaan LED metode
Westergren digunakan perbandingan 1 bagian Natrium sitrat 3,8% dan 4
bagian darah. Antikoagulan Natrium sitrat 3,8% dan 3,2% tidak bisa
digunakan bila mengalami kekeruhan (Liswanti Y, 2014).
Keuntungan antikoagulan Natrium sitrat 3,8% yaitu bersifat tidak
toksis maka sering digunakan dalam unit transfuse darah ACD (Acid Citric
Dextrose) dan LED. Kerugiannya yaitu pemakaian terbatas dalam
pemeriksaan hematologi. Natrium sitrat 3,8% dalam pemeriksaan LED
Westergren berperan sebagai antikoagulan & pengencer (Liswanti Y, 2014).
2. Darah dengan antikoagulan EDTA ditambah NaCl 0,85%
EDTA yg dipakai dalam bentuk garam kalium (K2EDTA) dan garam
natrium (Na2EDTA). EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk
eritrosit juga terhadap bentuk leukosit, selain itu EDTA juga mencegah
trombosit menggumpal. Pemakaian darah dengan antikoagulan harus tepat
karena bila antikoagulan berlebih akan mempengaruhi bentuk eritrosit
sehingga eritrosit akan mengkerut maka nilai hematokrit menjadi rendah
yang akan menyebabkan LED menjadi rendah. Keuntungan EDTA yaitu
tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan leukosit,
mencegah trombosit menggumpal, dan dapat digunakan berbagai macam
http://repository.unimus.ac.id
25
pemeriksaan hematologi. Kerugiannya yaitu lambat larut karena sering
digunakan dalam bentuk kering sehingga harus menggoncangkan dulu yg
berisi EDTA selama 1 - 2 menit (Liswanti Y, 2014).
NaCl 0,85% merupakan larutan fisiologis yg terdapat dalam tubuh,
oleh karena itu maka larutan ini tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas
terhadap tubuh. Larutan fisiologis ini merupakan larutan isotonis aman untuk
tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering. NaCl
fisiologis dipakai untuk mengencerkan EDTA pada pemeriksaan LED.
Semakin berkembangnya teknologi maka banyak pipet LED Westergren
disposable yang digunakan di laboratorium-laboratorium (Liswanti Y, 2014).
http://repository.unimus.ac.id
26
J. Kerangka Teori
Pra Analitik :
a) Bendungan terlalu lama
b) Spesimen tidak homogen
c) Perbandingan antikoagulan
dan darah tidak tepat
Analitik :a) Metodeb) Kedudukantabung
c) Waktupembacaan
d) Getarane) Suhuf) Sinarmatahari
Pasca Analitik :
a) Pembacaan
hasil
b) Penulisan
hasil
c) Pelaporan
hasil
Darah VenaPemeriksaan
LED manual,
automatic
Nilai LED
a) Luas permukaaneritrosit
b) Bentuk eritrosit
c) Rasio eritrositterhadap plasma
d) Viskositas plasma
e) Kemampuan eritrositmembentuk rouleaux
f) Konsentrasimakromolekul dalamplasma
Antikoagulan:
-EDTA
-Na sitrat
http://repository.unimus.ac.id
27
K. Kerangka Konsep
L. Hipotesis
Terdapat perbedaan laju endap darah metode manual dan automatic.
.
Metode manual
dan automatic
LED
http://repository.unimus.ac.id