karyailmiah.polnes.ac.idkaryailmiah.polnes.ac.id/images/download-pdf/dr. la ode... · 2020. 8....
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENGURUSAN KEUANGAN NEGARA
DAN KEUANGAN DAERAH
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini diperkenalkan kepada mahasiswa tentang
tugas dan kewenangan pemerintah dalam pengurusan keuangan
negara secara umum.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Tugas Pemerintah
Sebuah negara yang didirikan tentu mempunyai tujuan,
yakni ingin memajukan kesejahteraan, melindungi, dan menye-
diakan kebutuhan rakyat yang mendiami seluruh pelosok tanah
air Indosesia. Adapun tugas-tugas pemerintah atau fungsi negara
adalah sebagai berikut.
1. Fungsi reguleren, yang terdiri atas:
a. negara sebagai political state
b. negara sebagai legal state
c. negara sebagai administrative state
d. negara negara sebagai diplomatic state
2. Fungsi Agent of development, yang meliputi:
a. pemerintah sebagai stabilisator
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat
mengetahui dan memahami hal-hal sebagai berikut.
a. Mengetahui tugas pemerintah yang terdiri atas:
1) fungsi reguleren
2) fungsi agen of development
b. Memahami pengurusan keuangan negara terdiri atas:
1) pengurusan umum,
2) pengurusan khusus
3) latihan soal-soal.
2 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
b. pemerintah sebagai investor
ad.1. Fungsi negara atau tugas pemerintah akan diuraikan se-
bagai berikut.
1) Fungsi reguler adalah pemerintah menjalankan fungsi
utamanya, yaitu melaksanakan tugas yang membawa
dampak langsung dirasakan oleh masyarakatnya.
2) Negara sebagai political state, yakni pemerintah men-
jalankan fungsi pokoknya meliputi pemeliharaan kete-
nangan, ketertiban, pertahanan, dan keamanan.
3) Negara sebagai legal state bertujuan untuk mengatur
tata cara kehidupan bernegara dan bermasyarakat,
apabila terjadi suatu konflik dalam kehidupan berma-
syarakat maka pemerintahlah yang akan menyelesaikan
konflik tersebut melalui jalur hukum.
4) Negara sebagai administrative state, yakni pemerintah
lebih menitikberatkan fungsi pemerintah pada asas
demokrasi, yaitu kekuasaan berada di tangan rakyat
dan pemerintah hanya menerima pendelegasian dari
rakyat melalui DPR, baik ditingkat pusat maupun
daerah.
5) Negara sebagai diplomatic state bertujuan untuk men-
jalin persahabatan dan memelihara hubungan kerja-
sama bilateral antara satu negara dengan negara
lainnya.
ad.2. Fungsi agent of development
Dalam pembangunan suatu negara, pemerintah mem-
punyai peran yang sangat besar. Peran pemerintah tersebut
antara lain adalah sebagai pendorong inisiatif atau pendo-
rong motivasi rakyat dalam mengembangkan usaha-nya,
sehingga dapat meningkatkan kehidupan rakyat menuju
pada kehidupan yang lebih baik. Adapun fungsi-fungsi
pemerintah yang dimaksudkan tersebut adalah sebagai
berikut.
3
a. Pemerintah sebagai stabilisator mempunyai fungsi seba-
gai stabilisator apabila di dalam pembangun-an tidak
terjadi suatu kestabilan, maka pemerintahlah yang akan
menyelesaikan kestabilan tersebut, baik bidang politik,
ekonomi, maupun sosial budaya.
b. Pemerintah sebagai inovator artinya pemerintah harus
dapat mengadakan penemuan-penemuan baru baik
metode maupun sistem dalam rangka menyukseskan
pembangunan masyarakat dan negara.
B. Pengurusan Keuangan Negara
Masalah yang akan dibahas dalam materi ini menyangkut
pengurusan keuangan negara yang langsung dikelola oleh
pemerintah saja, sebab keuangan negara dipisahkan pengelola-
annya karena mempunyai tata aturan tersendiri sebagaimana
perusahaan-perusahaan yang telah berdiri sendiri. Pada pem-
bahasan pengelolaan keuangan negara yang dikelola langsung
oleh pemerintah dikenal dua jenis pengurusan sebagai berikut.
1. Pengurusan umum
Pengurusan umum adalah pengurusan pemerintah yang
berhubungan dengan penyelenggaraan tugas negara di segala
bidang yang berhubungan dengan pengeluaran dan penerimaan
negara. Penyelenggaraan pengurusan umum ini dilaksanakan
oleh dua pihak/kelompok.
a. Otorisator
Fungsi otorisator dipegang oleh presiden. Fungsi otorisator
ini disebut juga sebagai fungsi primer. Fungsi primer ini sesuai
dengan Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut undang-undang.
Adapun yang dimaksud dengan otorisasi adalah wewenang
presiden berupa kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan
dan pengeluaran yang diwujudkan dengan perintah, persetujuan,
dan pengesahan. Hak otorisator ini diberikan oleh presiden untuk
4 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
melakukan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan keuangan
di bidang pengeluaran dan penerimaan negara yang dapat
mengakibatkan timbulnya utang piutang negara. Jika dilihat dari
segi sifatnya yang berhubungan otorisasi dapat dibedakan
menjadi dua bagian.
Otorisasi yang bersifat luas
Otorisasi yang bersifat luas, permanen, dan dikeluarkan oleh
pemerintah dalam bentuk peraturan-peraturan, seperti:
1) undang-undang
2) peraturan pemerintah pengganti undang-undang
3) keputusan presiden
Otorisasi yang bersifat sempit
Otorisasi jenis bersifat insidentil atau bersifat khusus dan
dikeluarkan dalam bentuk “Surat Keputusan”, seperti:
1) SK pengangkatan pegawai negeri
2) SK penunjukan bendaharawan
3) SK pemberian penghargaan
4) SK penghapusan uang/barang
b. Ordonatur
Fungsi ordonatur di Indonesia dipegang oleh Menteri
Keuangan. Ini berarti bahwa segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh penguasa lain yang membawa akibat pengeluaran
negara terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari
Menteri Keuangan. Fungsi ordonatur ini disebut juga sebagai
fungsi sekunder. Otorisator mempunyai wewenang yang menye-
babkan pengeluaran dan penerimaan negara, sedangkan ordona-
tur bertindak sebagai pengawas segala tindakan atau kegiatan
yang dapat mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran negara.
2. Pengurusan khusus
Pengurusan khusus dilaksanakan oleh bendaharawan
yang dibebani tugas pengurusan dan penyimpanan sebagian dari
kekayaan negara berupa uang dan barang. Bendaharawan adalah
orang-orang dan badan-badan yang ditugaskan untuk menerima,
5
penyimpan, membayar (mengeluarkan) atau menyerahkan uang,
kertas-kertas berharga, dan barang-barang milik negara di dalam
gudang atau penyimpanan pada tempat-tempat lain.
Berdasarkan objek pengurusan maka bendaharawan dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. bendaharawan uang
b. bendaharawan barang
ad.a. Bendaharawan uang
Bendaharawan uang mempunyai tugas melakukan
pengurusan uang, sedangkan yang dimaksud dengan uang di sini
adalah uang milik negara, seperti uang milik pihak ketiga yang
dikuasai oleh negara, seperti uang milik penabung yang berada
pada bank tabungan negara, dan juga surat-surat berharga lai-
nya, seperti cek, bea meterai, perangko, dan termasuk surat
perintah pembayar.
Bendaharawan uang dapat dikelompokkan menjadi:
a) Bendaharawan umum
Bendaharawan umum adalah kepala kantor kas negara. Bila tidak
terdapat kantor kas negara di suatu tempat, maka
bendaharawan umum dijabat oleh kepala kantor pos dan giro
atau kepala cabang bank-bank pemerintah yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan.
b) Bendaharawan khusus untuk penerimaan pendapatan ter-
tentu. Bendaharawan ini merupakan penengah antara pihak
pembayar pendapatan tertentu dengan kas negara. Benda-
harawan ini hanya menerima pendapatan-pendapatan ter-
tentu saja dan selanjutnya menyetorkannya kepada kas
negara sehingga bendaharawan ini disebut juga sebagai ben-
daharawan tetap atau penyetor tetap.
c) Bendaharawan khusus pengeluaran tertentu. Bendaharawan
ini biasanya disebut juga sebagai bendaharawan pemegang
UUDP, yakni uang yang disediakan kepada bendaharawan dan
6 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
penggunaannya baru dapat dilakukan setelah diterimanya
surat bukti tagihan dari pihak kreditor yang sah.
ad.b. Bendaharawan barang
Bendaharawan barang mempunyai tugas untuk mengelola,
menyimpan, mengeluarkan, dan membuat perhitungan (memper-
tanggungjawabkan barang-barang tersebut, baik yang berada
dalam gudang maupun di tempat lain yang dikuasai negara.
Untuk dapat mengelola barang milik negara dengan baik
maka dikenal adanya suatu sistem pengelolaan barang yaitu
berfungsi sebagai logistik, yang mempunyai fungsi sebagai beri-
kut.
a) Fungsi perencanaan (planning)
b) Penentuan kebutuhan (requirement)
c) Penganggaran (budgeting)
d) Pengadaan (procurement)
e) Penyimpanan dan penyaluran (stirage and distibution),
f) Pemeliharaan (maintenance)
g) Penghapusan (disposal)
h) Pengendalian (controlling)
c. Barang milik negara dapat digolongkan menjadi empat
macam.
a) Barang-barang bergerak
Yang termasuk barang bergerak adalah peralatan-per-
alatan kantor, inventaris perpustakaan, alat-alat pengang-
kutan, inventaris perlengkapan rumah sakit, juga terma-
suk alat-alat besar untuk pembangunan, seperti traktor,
buldoser, peralatan-peralatan pabrik, peralatan-peralatan
pembangkit tenaga listrik dan lain-lain.
b) Barang tidak bergerak
Yang termasuk barang tidak bergerak adalah tanah
pertanian, kehutanan, jalan-jalan negara, jalan kereta api,
lapangan-lapangan udara dan olah raga, gedung-gedung
7
pabrik, rumah dinas, monumen-monumen sejarah, dan
candi-candi atau peninggalan kuno lainnya.
c) Hewan-hewan
Yang dimaksud dengan hewan di sini adalah hewan-hewan
milik negara yang dipelihara dengan maksud untuk
dikembangkan maupun pemeliharaan terhadap kelestarian
hewan langka (margasatwa).
d) Barang-barang persediaan
Yang termasuk dalam kategori barang-barang persediaan
milik negara adalah barang-barang persediaan milik
pemerintah yang disimpan di dalam gudang, veem (gudang
pelabuhan), dan di tempat-tempat penyimpanan lainnya.
Selain itu, yang mempunyai kekuasaan terhadap barang-
barang milik negara adalah menteri yang membawahi
bendaharawan barang tersebut, yang dalam pelaksana-
annya diserahkan kepada sekretaris jenderal yang disebut
sebagai pembantu kuasa barang.
C. Soal Latihan
a. Sebutkan dan jelaskan tugas pemerintah atau pembagian
fungsi negara berikut ini.
1) Fungsi reguler
2) Fungsi agent development
b. Sebut dan jelaskan pembagian kedua fungsi negara tersebut.
c. Di dalam pengurusan keuangan negara terdapat dua peng-
urusan, yaitu pengurusan umum dan khusus. Jelaskan apa
yang dimaksud dengan:
a) Pengurusan umum
b) Pengurusan khusus
d. Sebutkan penyelenggaran pengurusan umum ini dilaksa-
nakan oleh siapa?
e. Di dalam pengurusan keuangan negara kita kenal adanya
fungsi otorisator dan irdonatur, sebutkan siapa yamg meme-
gang kedua fungsi tersebut?
8 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
f. Sebutkan kepanjangan dari istilah berikut: SPMU, UUDP,
PO, SKO, SPM, dan UYDP.
g. Berdasarkan objeknya kepengurusan bendahara dapat diba-
gi menjadi dua bagian, sebutkan kedua bagian tersebut.
h. Sebutkan bendaharawan uang dikelompokkan pula menjadi
berapa bagian?
i. Sebutkan empat macam barang-barang yang dimiliki oleh
negara?
Akuntansi Sektor Publik Bab II
9
BAB II
ANGGARAN DAN KEUANGAN NEGARA
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini diperkenalkan kepada mahasiswa hal-hal yang
berhubungandengan anggaran negara, fungsi anggaran, baik yang
berhubungan dengan siklus maupun penyusunan anggaran seca-
ra umum.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Pengertian Anggaran Negara
Secara umum, anggaran dapat diartikan sebagai rencana
keuangan yang mencerminkan pilihan kebijaksanaan untuk
periode yang akan datang. Dalam pengertian umum, hal ini
mencakup baik anggaran perusahaan, anggaran negara, maupun
anggaran lembaga-lembaga lainnya. Khusus anggaran negara
dikemukakan pengertian anggaran sebagai berikut.
Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang perkira-
an pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi
dalam suatu periode di masa depan, serta data dari pengeluaran
dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa lalu.
Secara lebih rinci, anggaran dapat pula dinyatakan sebagai
berikut.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat
mengetahui dan memahami hal-hal sebagai berikut.
a. mengetahui anggaran negara
b. memahami fungsi-fungsi anggaran negara
c. menjelaskan sistem penyusunan angaran negara
d. memahami siklus penyusunan anggaran
e. memahami siklus penyusunan anggaran APBN
f. memahami penyusunan anggaran negara
g. mampu menyelesaikan soal-soal dalam bab ini
10 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
a. Anggran negara adalah gambaran dari kebijaksanaan peme-
rintah yang dinyatakan dalam jumlah uang yang meliputi
kebijaksanaan penerimaan dan pengeluaran pemerintah un-
tuk masa yang akan datang.
b. Di samping mengungkapkan kebijaksanaan pemerintah untuk
suatu periode di masa yang akan datang, anggaran negara
juga dapat untuk mengetahui jumlah realisasi pelaksanaan
kebijaksanaan pemerintah di masa yang akan datang.
c. Dengan anggaran negara dapat diketahui tercapai atau tidak-
nya pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah
di masa lalu, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran
dalam menjalankan pelaksanaan anggaran tersebut.
B. Fungsi Anggaran Negara
Di atas telah dijelaskan lebih mendalam tentang pengertian
anggaran, maka hal yang dapat dipertanyakan adalah bagaima-
nakah pelaksanaan kebijakan anggaran tersebut dijalankan
pemerintah dihubungkan dengan fungsi anggaran. Mengingat
fungsi anggaran negara sangat berkaitan erat dengan tujuan
pembangunan ke depan maka fungsi anggaran adalah sebagai
berikut.
a. Anggaran negara berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah
dalam pengelolaan keuangan negara dalam satu periode di
masa yang akan datang.
b. Sebelum anggaran negara dijalankan, terlebih dahulu harus
mendapatkan pengesahan dari Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Hal ini menunjukkan bahwa anggaran negara juga
berfungsi sebagai alat pengawasan bagi masyarakat terhadap
kebijaksanaan yang telah dipilih oleh pemerintah.
c. Pada akhirnya, setiap anggaran negara harus dipertang-
gungjawabkan pelaksanaannya oleh pemerintah kepada
lembaga permusyawaratan rakyat, yang berarti anggaran
negara juga berfungsi sebagai alat pengawasan bagi masya-
Akuntansi Sektor Publik Bab II
11
rakat terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan
kebijaksanaan yang telah dipilihnya.
C. Sistem Anggaran Negara
Tiap negara menggunakan sistem anggaran yang berbeda-
beda, namun perbedaan ini di samping akan menyebabkan
timbulnya perbedaan dalam orientasi penekanannya, juga akan
menyebabkan timbulnya perbedaan dalam sistem akuntansinya.
Dalam proses perkembangan hingga saat ini, dikenal adanya tiga
sistem anggaran negara sebagai berikut.
a. Sistem anggaran tradisional
b. Sistem anggaran kinerja
c. Sistem anggaran program (SAP)
ad.a. Sistem anggaran tradisional
Sistem ini dikenal pula sebagai sistem anggaran
berdasarkan objek pengeluaran. Titik berat perhatian pada sistem
anggaran ini terletak pada segi pelaksanaan dan pengawasan
pelaksanaan anggarannya.
ad.b. Sistem anggaran kinerja
Sistem anggaran kinerja (performance budgeting system)
merupakan penyempurnaan daripada sistem anggaran tradisio-
nal. Pengembangan sistem anggaran ini diprakarsai oleh Amerika
Serikat pada tahun 1951. Sebagai penyempurnaan dari sistem
anggaran tradisional, maka titik berat perhatiannya, ini diletak-
kan pada segi manajemen anggaran, dan hasil fisik yang dicapai-
nya. Walaupun sistem anggaran kinerja lebih baik daripada
anggaran tradisional, namun penerapannya masih banyak meng-
alami kesulitan-kesulitan sebagai berikut.
1) Terbatasnya tenaga ahli dalam anggaran dan akuntansinya
yang dimiliki oleh berbagai pemerintahan.
2) Kegiatan dan jasa pemerintah pada umumnya tidak dapat
diukur (dalam arti output yang dihasilkan), jika dihubungkan
dengan beban negara yang dikeluarkan.
12 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
3) Klasifikasi rekening pemerintah pada umumnya tidak dibuat
berdasarkan klasifikasi anggaran dan tidak didasarkan pada
klasifikasi akuntansi biaya sehingga dapat mengakibatkan
pengelolaan keuangan yang semakin sulit dan rumit.
ad.c. Sistem Anggaran Program (SAP)
Sebagaimana sistem anggaran kinerja, sistem anggaran
program (planning programming budgeting system) juga diprakar-
sai oleh Amerika Serikat. Sistem anggaran program ini merupa-
kan penyempurnaan lebih lanjut daripada sistem anggaran kiner-
ja. Berdasarkan namanya, sistem anggaran program ini meliputi
beberapa tahapan sebagai berikut.
1) Perencanaan
2) Penyusunan program
3) Penyusunan anggaran
4) Pengendalian yang meliputi pengawasan dan penilaian, baik
terhadap pelaksanaan program maupun pelaksanaan ang-
garannya.
D. Siklus Anggaran
Anggaran di Indonesia diklasifikasikan menjadi beberapa
macam untuk mempermudah penyusunan, pelaksanaan, dan
pengawasannya. Adapun tujuan daripada klasifikasi anggaran
adalah sebagai berikut.
1. Mempermudah penyusunan anggaran sehingga mempermu-
dah perumusan sasaran pembangunan.
2. Mempermudah pelaksanaan anggaran sehingga mampu meni-
ngkatkan efisiensi pencapaian sasaran-sasaran pembangun-
an.
3. Meningkatkan pemeriksaan realisasi anggaran sehingga
pengawasan anggaran dapat ditingkatkan. Klasifikasi anggar-
an pada umumnya ada enam jenis.
1) Klasifikasi organik
2) Klasifikasi objek
3) Klasifikasi fungsional
Akuntansi Sektor Publik Bab II
13
4) Klasifikasi Ekonomi
5) Klasifikasi performance
6) Klasifikasi program
Berikut akan diuraikan mengenai keenam jenis klasifikasi
anggaran.
ad.1.Klasifikasi organik
Klasifikasi organik lebih menitikberatkan pada organisasi
negara, baik lembaga negara non departemen maupun depar-
temen, sedangkan pemungutan pendapatan yang dianggarkan
didasarkan pada hak masing-masing departemen/lembaga ne-
gara. Klasifikasi ini terdiri atas tiga tingkatan sebagai berikut.
1. Tingkat pertama, yaitu departemen/lembaga yang menguasai
bagian anggaran, rincian anggarannya disebut “bagian”.
2. Tingkat kedua, yaitu unit departemen/lembaga negara yang
terdiri atas sekretaris jenderal/direktorat jenderal/inspektorat
jenderal, rincian anggarannya disebut “pos”.
3. Tingkat ketiga, yaitu unsur-unsur dari unit departe-
men/lembaga negara yang terdiri atas direktorat/biro/kantor
wilayah. Rincian anggarannya disebut “pasal”. Secara ske-
matis, klasifikasi ini dapat digambarkan sebagai berikut.
14 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Gamar 2.1 Skema Klasifikasi Organik
Jalannya pengumpulan data untuk penyusunan anggaran.
Departemen/lembaga negara adalah sebagai berikut.
Tingkat ke-3 Tingkat ke-2 Tingkat ke-1
Gambar 2.2 Urutan Penyusunan Anggaran pada Klasifikasi
Organik
Keterangan:
a. A: adalah data-data dari tingkat ketiga (direktorat/biro/kantor
wilayah) yang memuat berapa besarnya pengeluaran dan
pendapatan yang diperkirakan dapat dipungut (bila suatu
departemen mempunyai jenis penerimaan). Setelah data-data
tersebut disusun, dikirimkan ke tingkat kedua.
A A
C
A
B
Anggaran Depar-
temen Lembaga
Negara
D
B
Departemen/Lembaga
Negara
Sekretaris Jenderal/Direktorat
Jenderal/Inspektorat Jenderal
Direktorat/Biro
Kantor Wilayah/
Jawatan
Direktorat/Biro
Kantor Wilayah/ Jawatan
Tingkat ke-1
Tingkat ke-3
Tingkat ke-2
Pasal
Pos
Bagian
Akuntansi Sektor Publik Bab II
15
b. B: adalah data-data dari tingkat kedua yang memuat tentang
berapa anggaran pengeluaran dan pendapatan di tingkatnya.
Pada tingkat kedua ini, data A dihimpun dan B dibuat. Setelah
selesai disusun data A dan data B dikirim ke tingkat pertama
untuk diolah lebih lanjut.
c. C: adalah data-data dari tingkat pertama yang memuat
jumlah pengeluaran dan penerimaan yang dianggarkan di
tingkatnya. Pada tingkat pertama ini, data A dan data B
dihimpun dan data C dibuat.
Setelah data C selesai dibuat, disusunlah suatu anggaran
keseluruhan yang datanya merupakan gabungan dari data A, B,
dan C. Anggaran inilah yang disebut dengan anggaran depar-
emen/lembaga negara. D. Jenis klasifikasi yang sampai saat ini
masih tetap digunakan mengingat masih adanya departemen-
lembaga negara yang ada pada organisasi pemerintah Republik
Indonesia
Kebaikan klasifikasi ini adalah sebagai berikut.
1) Mempermudah penyusunan.
2) dan pengawasan anggaran pada tiap-tiap departemen lembaga
negara.
Kelemahan klasifikasi ini adalah sebagai berikut.
1) Penyusunan anggaran tidak dapat dikaitkan dengan sasaran
atau prestasi yang akan diperoleh dari hasil pengeluaran
tersebut.
2) Pelaksanaan pengeluaran negara seringkali terjadi overlaping
artinya pengeluaran yang seharusnya hanya dilakukan oleh
satu departemen/lembaga negara, masih dikeluarkan lagi
departemen/lembaga negara lain. Misalnya, pengeluaran dana
pendidikan yang seharusnya hanya dikeluarkan oleh Dep-
diknas, tetapi departemen/lembaga negara lain masih juga
mengeluarkan biaya pendidikan.
16 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
ad.2. Klasifikasi objek
Klasifikasi ini menekankan pada rincian pengeluaran yang
dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis pengeluaran yang dibagi
ke dalam sub-sub jenis pengeluaran yang disebut dengan “mata
anggaran”.
Dalam struktur APBN, klasifikasi anggaran objek ini dapat
dilihat dengan adanya pembagian jenis-jenis belanja yang dibagi
ke dalam subjenis belanja (mata anggaran). Misalnya, dalam hal
“pengeluaran rutin” yang terdiri atas beberapa hal berikut.
1. Jenis belanja pegawai yang dibagi ke dalam beberapa mata
anggaran:
1) gaji/pensiun
2) tunjangan beras
3) tunjangan keluarga
4) biaya makan lauk pauk
5) lain-lain belanja pegawai dalam negeri
6) belanja pegawai luar negeri
2. Jenis belanja barang dibagi ke dalam beberapa mata ang-
garan, seperti:
1) belanja barang dalam negara
2) belanja barang luar negeri
Kelebihan klasifikasi objek
Sebagai suatu alat untuk mempermudah perencanaan,
pelaksanaan pengeluaran, pengawasan dan mengadakan evaluasi
pengeluaran, tiap-tiap mata anggaran.
Kelemahan klasifikasi Objek
Tidak mempunyai kaitan yang erat antara biaya yang
dikeluarkan dengan prestasi yang dicapai dalam rangka penyele-
saian tugas dan fungsi departemen/lembaga negara. Dan yang
dipentingkan disini adalah kebenaran pengeluaran secara formil
dan teknis pelaksanaan anggarannya saja.
Akuntansi Sektor Publik Bab II
17
ad.3.Klasifikasi fungsional
Klasifikasi fungsional dilakukan untuk menghilangkan
adanya overlapping (tumpang tindih) antartugas masing-masing
departemen/lembaga negara. Dalam klasifikasi ini semua tugas
pemerintah dikelompokkan ke dalam beberapa sektor, dari
beberapa sektor dibagi lagi ke dalam beberapa sub sektor, dan
dari beberapa sub sektor dibagi lagi ke dalam beberapa program.
Secara ringkas dapat digambarkan skematis klasifikasi fungsional
ini sebagai berikut.
Gambar 2.3 Skematis Klasifikasi Fungsional
Contoh rincian belanja rutin/pembangunan yang dikelompokkan
berdasarkan fungsi adalah sebagai berikut.
a. Subsektor pertanian
1) Program intensifikasi pertanian
2) Program penyuluhan pertanian
b. Subsektor pengairan
1) Program irigasi
2) Program pembangunan DAS (daerah aliran sungai)
Kelebihan Klasifikasi Fungsional
1) Menghilangkan terjadinya tumpang tindih
2) Mempermudah pengendalian dan pengevaluasian setiap peng-
eluaran antara departemen dengan departemen lainnya.
Belanja Rutin/Pembangunan
Sektor Sektor
Sub Sektor
Sub Sektor
Sub Sektor
Sub Sektor
Sub Sektor
Sub Sektor
Program
Program
18 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
3) Mengetahui dengan mudah berapa jumlah kebutuhan yang
sebenarnya dari suatu fungsi pemerintah.
Kelemahan Klasifikasi Fungsional
1) Sulit untuk menentukan rincian jenis program
2) Departemen atau lembaga negara yang seharusnya melaksa-
nakan fungsi aslinya tidak dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
Misalnya, dalam bidang pendidikan, depdiknas seharusnya dapat
menyediakan sarjana/tenaga ahli siap pakai yang dapat diguna-
kan oleh departemen/lembaga lain. Karena depdiknas tidak
mampu melaksanakan tugas tersebut maka terpaksa masing-
masing departemen/lembaga negara mendirikan institusi-institusi
lain sebagai berikut.
1) Departemen Keuangan Mendirikan Sekolah Tinggi Akuntan
Negara (STAN)
2) Departemen Hankam mendirikan Akmil, Akpol, dan AAL.
3) Departemen Dalam Negeri, mendirikan APDN, dan IIP.
ad.4.Klasifikasi Ekonomi
Klasifikasi ekonomi dibuat dengan tujuan agar anggaran
yang disusun menggambarkan secara jelas kebijaksanaan peme-
rintah dalam bidang ekonomi. Jika dilaksanakan anggaran yang
mengalokasikan biaya bersifat ekonomi dan nonekonomis.
Dengan adanya kedua sifat alokasi biaya ini, akan menye-
babkan adanya perbedaan dalam klasifikasi ekonomi yang meng-
gambarkan kebijakan pemerintah sebagai berikut.
1) Pengaturan pengeluaran rutin bersifat konsumtif, seperti
pengeluaran untuk belanja pegawai, pensiun, veteran, dan
sosial.
2) Pengaturan pengeluaran pembangunan, seperti pembangunan
infrastruktur.
Kelebihan daripada klasifikasi ekonomis
1) Mempermudah penentuan sasaran pembangunan
2) Mempermudah penentuan prioritas pembangunan
Akuntansi Sektor Publik Bab II
19
Kelemahan daripada klasifikasi ekonomis
1) Kadang-kadang terjadi kesulitan dalam menentukan alokasi
biaya.
2) Sering terjadi pemborosan biaya dalam pelaksanaan loka-
karya, seminar, dan sebagainya.
ad.5.Klasifikasi performance
Klasifikasi performance merupakan bentuk perwujudan
sistem anggaran yang menitikberatkan pada unsur pengendalian
anggaran (manajemen kontrol) yang dilaksanakan secara efektif
dan efisien serta ditetapkannya suatu standar untuk memper-
mudah pelaksanaan pekerjaan.
Kelebihan klasifikasi
1) Mempermudah evaluasi hasil pekerjaan suatu departemen-
/lembaga negara, dilihat dari segi efektif dan efisiensi.
2) Mempermudah pengalokasian biaya secara lebih efisien untuk
pengeluaran yang bersifat konsumtif, investasi, dan sosial.
Kelemahan klasifikasi
Sulitnya penentuan standar (tolak ukur) keberhasilan peker-
jaan kadang kala berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi.
ad.6.Klasifikasi program
Klasifikasi program ini merupakan alat untuk menghubung-
kan antara langkah-langkah yang akan ditempuh dengan tujuan
yang hendak dicapai. Pelaksanaan klasifikasi program di negara
kita dijumpai dalam anggaran belanja rutin pembangunan dengan
menggunakan daftar isian kegiatan (DIK) dan daftar isian proyek
(DIP). Dalam DIK dan DIP tersebut dirinci mengenai pengeluaran
dengan ditentukan alokasi serta menyebutkan sumber pembiaya-
an. Untuk pelaksanaan DIP dilakukan dengan cara mengelom-
pokkan jenis-jenis pengeluaran ke dalam proyek-proyek dan
dikelompokkan ke dalam program, kemudian program-program
20 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
ini dihimpun menjadi subsektor, dari subsektor dihimpun men-
jadi sektor, dan dari sektor dihimpun lagi ke dalam bidang.
E. Siklus Anggaran APBN
Secara garis besar proses penyelenggaraan anggaran pen-
dapatan dan belanja negara meliputi empat tahap kegiatan yang
harus dilakukan.
1) Penyusunan rencana anggaran oleh pemerintah.
2) Pengesahan rencana anggaran oleh DPR.
3) Pelaksanaan anggaran oleh pemerintah.
4) Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran di hadapan DPR
oleh pemerintah dan pengesahan perhitungan anggaran.
Urutan-urutan penyelenggaraan anggaran pendapatan dan
belanja negara ini meliputi jangka waktu sekitar 27 bulan, secara
keseluruhan dapat diuraikan sebagai berikut.
1) 6 bulan untuk tahap penyusunan
2) 3 bulan untuk tahap pengesahan
3) 12 bulan untuk tahap pelaksanaan
4) 6 bulan untuk tahap pertanggungjawaban
Dalam penyusunan tahapan anggaran pendapatan dan
belanja negara di atas maka perlu dibedakan dengan jangka
waktu tahun anggaran yang meliputi 12 bulan tahap pelaksanaan
APBN, yakni hanya merupakan jangka waktu daur anggaran
pendapatan dan belanja negara.
F. Penyusunan Anggaran Negara
Sebagaimana telah disebutkan bahwa siklus anggaran
merupakan tahapan-tahapan anggaran, dengan demikian siklus
anggaran terdiri atas beberapa tahap (fase) sebagai berikut.
1) Tahap penyusunan anggaran
2) Tahap pengesahan anggaran
3) Tahap pelaksanaan anggaran
4) Tahap pengawasan anggaran
5) Tahap perhitungan anggaran
Akuntansi Sektor Publik Bab II
21
ad.a. Tahap penyusunan anggaran
Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara
(RAPBN) dimulai dari penyusunan anggaran masing-masing
departemen/lembaga negara. Masing-masing departemen/lem-
baga negara hanya dapat mengajukan satu anggaran yang men-
cakup anggaran rutin dan anggaran pembangunan yang disebut
“bagian anggaran”.
Penyusunan RAPBN ini berdasarkan atas kebijaksanaan
APBN yang telah digariskan oleh Menteri Keuangan dan Bap-
penas. Tahap penyusunan anggaran ini, terdiri atas beberapa
kegiatan pokok sebagai berikut.
1) Permintaan daftar usulan kegiatan (DUK) dan daftar usulan
proyek (DUP). Menteri Keuangan menyampaikan SE, minta
sumbangan anggaran dari tiap-tiap departemen/lembaga
negara dengan cara menyampaikan DUK (untuk anggaran
belanja rutin) dan DUP (untuk anggaran belanja pembangun-
an), dalam SE tersebut dilengkapi dengan petunjuk cara
pengisian DUK dan DUP.
2) Penyampaian DUK dan DUK
Menteri/ketua lembaga setelah menerima dan mempelajari
SE, Menteri Keuangan meminta kepada seluruh aparatnya
untuk menyampaikan program mereka masing-masing yang
dilengkapi dengan komponen pembiayaannya. Selanjutnya,
sekretaris jenderal dari departemen/lembaga negara akan
menyusun DUK dan DUP yang telah disusun tersebut dikirim
kepada Departemen Keuangan Cq. Direktorat Jenderal Ang-
garan (untuk DUK dan DUP) dan Bappenas (untuk DUP).
3) Penelitian dan Pembahasan DUK dan DUP
Direktorat jenderal anggaran (direktorat pembinaan
anggaran rutin) meneliti DUK dan DUP. Setelah ditandatangani
dengan daftar isian kegiatan (DIK) yang sedang berjalan, sebagai
bahan pertimbangan bersama dengan wakil-wakil dari depar-
22 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
temen/lembaga yang bersangkutan. Direktorat jenderal anggaran
(direktorat pembinaan anggaran pembangunan) melaksanakan
hal yang sama untuk DUP. Demikian pula halnya dengan
Bappenas. Selanjutnya, berdasarkan catatan-catatan penelitian
tersebut dilakukan pembahasan DUK dan DUP antara Depar-
temen Keuangan, Bappenas dan wakil-wakil dari departemen-
/lembaga negara pembuat DUK dan DIP. Berikut akan diberikan
skema pengajuan DUK dan DUP.
DUK yang diteliti dan dibahas disebut dengan DIK, sedangkan
DUP berubah menjadi DIP.
4) Penyusunan APBN setelah DUK/DUP dibahas dan berubah
menjadi DIK/DIP maka berdasarkan DIK disusun anggaran
belanja rutin dan berdasarkan DIP disusun anggaran pem-
bangunan. Kedua jenis anggaran tersebut kemudian diga-
bungkan menjadi rancangan anggaran belanja negara dalam
(RAPBN). Di Indonesia, anggaran disusun berdasarkan “asas
bruto” di mana departemen/lembaga negara tidak hanya men-
cantumkan perkiraan jumlah pengeluaran (belanja) yang
diusulkan, melainkan juga mencantumkan perkiraan jumlah
pendapatan (penerimaan) yang mungkin akan diperoleh dalam
tahun yang bersangkutan.
DUK
DUP
Dirjen
Anggaran
DIK
Dirjen
Anggaran
Bappenas
DIP
DUP Diteliti
Dibahas
dan Dibahas
Akuntansi Sektor Publik Bab II
23
a. Tahap pengesahan anggaran
b. Tahap pelaksanaan anggaran
c. Tahap pengawasan anggaran
d. Tahap perhitungan anggaran
G. Soal-soal Latihan
1. Coba sebutkan dan jelaskan pengertian dan fungsi-fungsi
anggaran negara yang Saudara ketahui.
2. Dari sistem anggaran yang Anda ketahui maka sistem
anggaran manakah yang paling cocok diterapkan saat ini,
kemukakan beserta alasannya dari sistem anggaran yang
Anda pilih.
3. Jelaskan tujuan dari klasifikasi yang anggaran yang Anda
ketahui, dan jelaskan kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing klasifikasi anggaran tersebut?
4. Sebutkan menurut Anda, ada berapa tahapan penyusunan
APBN.
5. Sebutkan dan jelaskan perbedaan DUP dan DUK.
24 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
BAB III
HUBUNGAN KEUANGAN NEGARA
DAN KEUANGAN DAERAH
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini diperkenalkan kepada pembaca hubungan
keuangan negara dengan keuangan daerah, baik dalam kerangka
otoda maupun kerangka pelaporan keuangan daerah secara
keseluruhan.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Hubungan Keuangan Negara dengan Keuangan Daerah
Sesuai dengan asas negara kesatuan, saat daerah adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia, maka antara keuangan negara dengan keuangan
daerah terdapat hubungan yang sangat erat. Hubungan tersebut
bukan hanya hubungan keuangan antara lembaga pemerintahan
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat
mengetahui dan memaami hal-hal sebagai berikut.
a. mengetahui hubungan keuangan negara dengan keuangan
daerah
b. memahami hubungan keuangan negara dan daerah dalam
kerangka otonomi daerah
c. memahami kerangka pelaporan keuangan daerah
d. mampu membuat laporan keuangan dinas atau setingkat
dinas
e. mampu menyusun laporan keuangan konsolidasi pemerintah
daerah.
f. mampu menjawab soal-soal latihan bab ini.
Akuntansi Sektor Publik Bab III
25
tetapi mencakup pula faktor strategi pembangunan keuangan
daerah yang dapat dirinci dalam tiga aspek.
a. Aspek penyelenggaraan pemerintah di daerah.
b. Aspek pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan.
c. Aspek pengawasan.
ad.a. Aspek penyelenggaraan pemerintah di daerah
Penyelenggaraan pemerintah di daerah didasarkan pada
prinsip-prinsip pemberian otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab, di dalam pelaksanaan dilakukan secara bersama-sama
antara asas desentralisasi, dekosentrasi, dan asas tugas pem-
bantuan. Di samping itu, masyarakat daerah dan kebutuhannya
akan semakin berkembang pula sebagai hasil pembangunan yang
telah dilaksanakan. Hal ini menyebabkan tugas daerah semakin
bertambah dan berat. Hal ini disadari oleh pemerintah pusat se-
hingga pemerintah pusat disalurkan berbagai dana yang bersum-
ber dari APBN, antara lain:
1) pos bagi hasil pajak
2) pos bagi hasil bukan pajak
3) pos dana alokasi umum
4) pos dana alokasi khusus
5) pos dana darurat
Dana-dana tersebut menjadi sumber penerimaan APBD
untuk digunakan pada belanja daerah dalam rangka penyeleng-
garaan pemerintahan di daerah. Penyaluran dana tersebut meru-
pakan kebijaksanaan keuangan negara dan merupakan bagian
daripada kebijaksanaan pemerintah pada umumnya. Penyaluran
dana tersebut dari APBN ke APBD melalui mekanisme penguru-
san keuangan negara. Selanjutnya, pada realisasi pengeluarannya
di daerah melalui mekanisme pengurusan keuangan daerah.
26 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
ad.b. Aspek Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembangunan
Kebijaksanaan pembangunan ditetapkan dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, selalu berdasarkan pada trilogi pem-
bangunan sebagai berikut.
1) Pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya yang menu-
ju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3) Stabilitas pembangunan yang sehat dan dinamis.
Dalam rangkaian itu ditingkatkan keselarasan antara pem-
bangunan sektoral dan pembangunan daerah. Di samping itu,
digariskan pula bahwa dalam rangka pemerataan pembangunan
ke seluruh wilayah Indonesia, perlu dilanjutkan pembangunan
daerah dan pembangunan pedesaan. Kebijaksanaan pembangun-
an ini dituangkan ke dalam kebijaksanaan keuangan negara yang
diselenggarakan melalui APBN.
ad.c. Aspek Pengawasan
Di dalam penyelenggaraan keuangan negara dan daerah,
fungsi pengawasan sangat penting, karena pengawasan merupa-
kan usaha untuk menjamin adanya keserasian antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan antarpemerintah daerah serta
untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan
secara berdaya guna dan berhasil guna. Dalam rangka peng-
awasan, maka pengesahan APBD provinsi dilakukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. Pertimbangan
yang perlu diperhatikan adalah adanya sinergi program antar-
lembaga pemerintahan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
erat antara keuangan negara dan keuangan daerah.
B. Hubungan Keuangan Negara dan Daerah dalam Kerangka
Otonomi Daerah
Hubungan yang erat antara keuangan negara dan
keuangan daerah merupakan dasar pengelolaan keuangan dae-
rah. Dengan demikian, baik dalam penyusunan APBD dan
Akuntansi Sektor Publik Bab III
27
pelaporan keuangan daerah maupun pelaksanaan otonomi daerah
secara nyata dan bertanggung jawab mencakup hal-hal sebagai
berikut.
a. Harus serasi dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa.
b. Harus dapat menjamin hubungan yang serasi antara pemerin-
tah pusat dan pemerintah daerah atas dasar keutuhan negara
kesatuan.
c. Harus dapat menjamin perkembangan pembangunan daerah,
termasuk prinsip-prinsip pembagian sumber-sumber keuang-
an yang adil dan merata.
d. Mampu memperdayakan dan meningkatkan perekonomian
daerah.
e. Dapat menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil,
proporsional, rasional, transparan, partisipatif, bertanggung
jawab (akuntabel), dan pasti.
f. Semakin mempertegas sistem pertanggungjawaban keuangan
oleh pemerintah daerah.
C. Hubungan Keuangan Negara dan Daerah dalam Rangka
Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan yang diterapkan nantinya akan meng-
arah kepada pelaporan keuangan tiap-tiap entitas pemerintah.
Artinya, setiap unit kerja, dinas, departemen, atau entitas pengen-
dali atau pengendalian lainnya akan menghasilkan laporan ke-
uangan masing-masing dan kemudian diintegrasikan melalui pro-
ses konsolidasi laporan keuangan. Proses ini dimulai dari entitas
pemerintah daerah kabupaten/kota, yaitu bupati/walikota, sam-
pai ke pemerintah pusat yaitu presiden sehingga akan terwujud
laporan keuangan daerah yang merupakan konsolidasi dari
laporan keuangan dan entitas-entitas pemerintah yang ada di
pusat dan daerah. Deskripsi kewenangan pemerintah pusat dan
daerah dapat dilihat pada gambar berikut.
28 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Sumber: Yuni, 2005:1-2
Sumber: Yani, 2005:1-2
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Presiden
Sebagai kepala
pemerintahan
di Negara
Dikuasakan
kepada Menteri Keuangan
- mengelola
fiskal
- wakil
pemerintah
dalam kepemilikan
kekayaan
negara yang
dipisahkan
(chief financial-officer)
Diserahkan kepada
gubernur/bupati/ walikota selaku.
- kepala pemerintah
daerah.
- wakil pemerintah
daerah dalam
kepemilikan kekayaan
daerah yg
dipisahkan
Dikuasakan kepada:
menteri/pimpinan lembaga
-pengguna anggaran
/barang (chief ope- rational officer) bidang tertentu
pemerintah
Akuntansi Sektor Publik Bab III
29
Sumber: Yani, 2005:1-2
Secara nasional kebijakan keuangan negara dan kebijakan
keuangan daerah dapat di lihat pada gambar berikut.
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kepala Daerah
selaku Kepala
Pemerintahan
Daerah
Dilaksanakan oleh
kepala satuan kerja perangkat daerah
selaku pejabat
pengelola APBD
Dilaksanakan oleh
kepala satuan kerja perangkat
daerah selaku
pejabat pengguna
anggaran/barang
daerah
30 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Sumber: Yani, 2005:1-2
Ruang lingkup penyusunan keuangan daerah melalui proses
sebagai berikut.
1. Proses penyusunan, pelaksanaan, dan perhitungan APBD
2. Jenis laporan keuangan dan analisisnya.
3. Siklus akuntansi dengan penjelasan kertas kerja.
4. Chart of account disertai bukti-bukti transaksi yang ada.
Kebijakan Fiskan Nasional
Kewenangan
Pemerintah
Pusat
Pemerintah
Daerah
Sumber
Pendanaan
Dana perimbangan
DAU
PHB & BP
Lain-lain PAD
APBD
Belanja
Surplus/defisit
Penerimaan
pembiayaan
DAK
PAD
APBD
APBN
Silpa
tahun lalu
Dana Cadangan
Penj. kekayaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Pinjaman
daerah
Dekosntrasi
Tugas
pembangunan
pemerintah
pusat
kepada daerah/
desa
Desentralisasi
Akuntansi Sektor Publik Bab III
31
5. Proses penyajian laporan keuangan dan bukti-bukti pendu-
kungnya.
6. Laporan keuangan konsolidasi.
4.2. Proses Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah
Dalam hal ini akan dikemukakan mengenai hal-hal sebagai
berikut.
1. Bentuk dan susunan APBD beserta penjelasannya.
2. Prinsip dan asas anggaran.
3. Perencanaan strategi dan perencanaan anggaran daerah.
4. Model perencanaan anggaran tahunan dan anggaran daerah
serta pertanggungjawaban keuangan daerah yang berorientasi
pada kepentingan publik.
5. Jadwal penyusunan APBD dan kerja sama terhadap pihak-
pihak yang berkaitan dengan APBD tersebut, seperti panitia
anggaran DPRD yang maksudnya agar disiplin anggaran dapat
ditegakkan sehingga dapat diselenggarakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
6. Penetapan dan pengesahan APBD serta dikemukakan pula
petunjuk penelitian APBD Kabupaten/Kotamadya dalam rang-
ka pengesahannya.
7. Perubahan APBD yang mencakup saat perubahan bentuk dan
susunan perubahan serta cara pengisian penetapan dan
pemberitahuan kepada Menteri Dalam Negeri/Otoda.
8. Kemudian diuraikan pula pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja daerah.
Uraian Mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
1) Berdasarkan sistem pengurusan keuangan daerah, perlu
ditegaskan mengenai pelimpahan wewenang di bidang pen-
dapatan daerah.
2) Bentuk/susunan cara pengisian dan kegunaan anggaran kas
pendapatan.
32 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
3) Tata laksana penetapan, penagihan/pemungutan pendapatan
daerah, dan penyetorannya ke kas daerah.
4) Hal-hal tentang pendapatan, laporan/pertanggungjawaban,
dan pelaksanaan verifikasi.
5) Selanjutnya, uraian mengenai pelaksanaan anggaran belanja
daerah meliputi hal-hal sebagai berikut.
Menguraikan mengenai sistem pengurusan keuangan daerah
yang mengharuskan adanya pelimpahan wewenang dengan
memerhatikan larangan perangkapan jabatan.
Kegunaan anggaran kas, hubungannya dengan Dikda/Dipda
yang mengenai dasar penerbitan, bentuk dan cara penyusu-
nannya.
Tentang Dikda/Dipda, yaitu mengenai dasar penerbitan,
bentuk, dan cara penyusunannya.
Proses penerbitan dan lain-lain SKO, SPP, dan SPMU.
Cara pelaksanaan tugas pemegang kas daerah.
Selanjutnya, diuraikan penyusunan mengenai tata cara pem-
bukuan APBD sebagai berikut.
1) Dasar hukum dan pengertian tata pembukuan APBD
2) Unit-unit organisasi yang menyelenggarakan tata cara
pembukuan APBD.
3) Tata cara pembukuan APBD yang diselenggarakan oleh
bendaharawan, baik pemegang kas maupun bendaharawan
barang.
4) Hal-hal mengenai daftar pembukuan administratif.
5) Bentuk dan tata cara pengisian buku-buku, register-register,
dan kartu-kartu yang digunakan.
D. Kerangka Pelaporan Keuangan Daerah
Kerangka penyusunan laporan keuangan daerah berisi
tentang tujuan dan ruang lingkup penyusunan laporan keuangan.
Kerangka penyusunan laporan keuangan daerah sangat penting
karena akan dijadikan acuan dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Kerangka pelaporan sangat penting dalam proses un-
Akuntansi Sektor Publik Bab III
33
tuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
berkualitas tinggi. Kerangka penyusunan laporan keuangan dae-
rah merupakan perpaduan dari Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) dan adaptasi IPSAS. Kemudian, kerangka tersebut disusun
tidak hanya untuk para penyusun laporan keuangan daerah,
tetapi juga bagi para pengguna (users) laporan keuangan daerah.
Dengan demikian, users dapat memahami dan menerjemahkan
laporan keuangan yang disusun sehingga laporan keuangan tidak
hanya digunakan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
tetapi juga proses pengambilan keputusan politik dan sosial.
E. Laporan Keuangan Dinas dan Setingkat Dinas
Proses penyusunan laporan keuangan dinas atau setingkat dinas
dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
1) Jenis laporan keuangan yang ada di sektor publik beserta
analisis laporan keuangannya.
2) Siklus akuntansi yang membahas mengenai alur logika pen-
catatan di akuntansi sampai pada tahap penyusunan kertas
kerja.
3) Bukti yang ada merupakan deskripsi dari bukti-bukti yang
dapat digunakan dalam proses pencatatan secara manual.
4) Kertas kerja dan penjelasan yang merupakan deskripsi dari
bagian-bagian yang ada di dalam proses penyajian laporan ke-
uangan.
5) Penyajian laporan keuangan yang terdiri atas laporan ke-
uangan konsolidasi posisi keuangan. Laporan konsolidasi
kinerja keuangan, laporan perubahan aktiva/ekuitas neto,
laporan konsolidasi arus kas, dan perhitungan anggaran.
F. Laporan Keuangan Konsolidasi Pemerintah Daerah
Mengembangkan sistem dan penyusunan akuntansi ke-
uangan daerah sekaligus konsolidasi laporan keuangan pemerin-
tah daerah. Untuk lebih meningkatkan pemahaman standar
akuntansi keuangan pemerintah (SAKP) dan struktur organisasi
34 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
keuangan dalam pemerintah daerah, chart of account, adalah
rekening yang dibuat untuk memudahkan proses klasifikasi
rekening. Chart of account yang merupakan penyesuaian dari
kodering yang berlaku di APBD selama ini. Sehingga diharapkan
tidak terjadi perubahan yang besar dan mendasar dalam proses
pembuatan kodering. Chart of account dalam hal ini dapat
disajikan secara terpisah, karena peranannya dalam hal proses
penyajian laporan keuangan secara komputerisasi dianggap
signifikan. Kerangka konsep akuntansi keuangan pemerintah
daerah yang dirumuskan dan dikembangkan oleh Indra Bastian
(2001) dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Konsep Teori untuk Menunjang Penyusunan Laporan Ke-
uangan Daerah
1) Penyusunan secara manual pertanggung jawaban
keuangan daerah.
2) Pandangan umum tentang keuangan daerah.
3) Sistematika penyusunan keuangan daerah.
4) Pencatatan transaksi anggaran daerah.
2. Kerangka Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Daerah
1) Kerangka penyusunan laporan keuangan daerah.
2) Jenis-jenis laporan keuangan daerah dan analisisnya.
3) Penyusunan laporan keuangan daerah.
4) Penyajian laporan kinerja keuangan daerah.
5) Laporan arus kas untuk entitas pemerintah daerah.
6) Perubahan aktiva/ekuitas neto.
7) Tujuan pelaporan keuangan menurut teori akuntansi
keuangan daerah.
3. Pencatatan dan Pertanggungjawaban SKPD Terkait
1) Siklus akuntansinya.
2) Kertas kerja.
Akuntansi Sektor Publik Bab III
35
3) Penerimaan dinas-dinas di luar pajak dan retribusi daerah
yang dimaksud di sini adalah DHI. Hasil usaha dinas yang
bersangkutan.
4) Proses pencatatan akuntansi keuangan dinas/satuan kerja
pemerintah daerah.
5) Proses pelaporan keuangan dinas/satuan kerja pemerin-
tah (SKPD).
6) Pencatatan transaksi pada bagian/biro keuangan.
4. Pelaporan Keuangan Konsolidasi Pemerintah Daerah
1) Istilah yang dipakai dalam laporan keuangan konsolidasi.
2) Penyajian laporan keuangan konsolidasi.
3) Lingkup laporan keuangan konsolidasi.
4) Prosedur konsolidasi.
5) Dinas dan entitas pengendalian.
6) Laporan keuangan konsolidasi pada tanggal pembentukan
konsolidasi.
G. Soal Latihan
1) Sebutkan aspek-aspek pembangunan keuangan daerah.
2) Jelaskan hubungan yang erat antara keuangan daerah
dan keuangan negara.
3) Sebutkan minimal lima proses anggaran dari delapan pro-
ses anggaran yang ada.
4) Sebutkan proses penyusunan laporan keuangan tingkat
dinas yang ada sekarang ini (setelah) otonomi daerah.
5) Jelaskan secara rinci tentang laporan keuangan konsoli-
dasi yang ada pada daerah/kabupaten kota yang ada saat
ini.
36 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
BAB IV
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
DAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini diperkenalkan kepada mahasiswa tentang akun-
tansi keuangan daerah, baik pengertian akuntansi, laporan
keuangan, laporan perhitungan APBD, neraca daerah, laporan
arus kas, dan bentuk-bentuk pencatatan yang ada di
pemerintah daerah.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat mengetahui atau memahami hal-hal sebagai berikut.
a. Mengetahui akuntansi keuangan daerah dan laporan
keuangan yang terdiri atas:
1. pengertian akuntansi 2. laporan keuangan, yang terdiri atas:
1) laporan realisasi anggaran
2) neraca daerah 3) laporan arus kas
4) catatan atas laporan keuangan
b. Memahami transaksi keuangan daerah dalam pelaksanaan APBD, yaitu:
1. transaksi penerimaan kas
2. transaksi pengeluaran kas 3. transaksi selain kas
c. Menjelaskan media akuntansi yang digunakan.
d. Memahami bentuk catatan akuntansi yang digunakan,
seperti: 1. buku jurnal.
2. buku besar
3. buku pembantu. e. Memahami klasifikasi dan nama rekening.
f. Melakukan pencatatan akuntansi berpasangan.
g. Mampu menyelesaikan soal-soal latihan dalam bab ini.
Akuntansi Sektor Bisnis Bab IV
37
A. Akuntansi Keuangan Daerah
1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi dapat didefinisikan berdasarkan beberapa
sudut pandang, misalnya american institute of cerified public
accounting (AICPA) mendefinisikan akuntansi sebagai seni men-
catat, menggolongkan, meringkas transaksi atau peristiwa yang
dilakukan sedemikian rupa dalam bentuk uang, atau paling tidak
memiliki sifat keuangan dan menginterprestasikan hasilnya.
Definisi tersebut menekankan bahwa akuntansi sebagai seni, atau
tata cara, dan proses bukan sebagai body of knowledge. Ber-
dasarkan definisi tersebut, setidaknya ada empat tahapan dalam
proses akuntansi, yaitu:
1) pencatatan
2) penggolongan
3) peringkasan
4) pengintrepretasian laporan (hasil pencatatan dan peringkasan
transaksi)
Pembahasan dalam materi ini lebih dititikberatkan pada
materi mengenai proses pencatatan, penggolongan, dan pering-
kasan transaksi atau peristiwa keuangan, khususnya dalam
rangka pencatatan dan pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD). Sedangkan materi penyusunan laporan
keuangan akan dibahas pada bab selanjutnya.
2. Laporan Keuangan
Berdasarkan definisi akuntansi tersebut bahwa hasil dari
proses akuntansi adalah memberikan informasi keuangan yang
disajikan dalam bentuk laporan. Laporan keuangan pemerintah
daerah sekaligus sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
yang terdiri atas:
38 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
Laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan disajikan oleh setiap entitas
pelaporan. Hal ini berarti setiap gubernur/bupati/walikota wajib
menyusun dan menyajikan keempat laporan keuangan tersebut.
Sedangkan laporan arus kas hanya disajikan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan (bendahara umum negara-
/kuasa). Bendahara umum negara dan bendahara umum daerah-
/kuasa bendahara umum daerah. Dengan demikian kepala SKPD
sebagai entitas akuntansi tidak menyusun dan menyajikan lapor-
an arus kas.
Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu
entitas pelaporan diperkenankan menyajikan laporan kinerja ke-
uangan berbasis akrual dan laporan perubahan ekuitas. Laporan
kinerja keuangan adalah laporan yang menyajikan pendapatan
dan beban serta surplus/defisit selama suatu periode yang
disusun berdasarkan basis akrual. Laporan perubahan ekuitas
adalah laporan yang menyajikan mutasi atau perubahan saldo
ekuitas dana pemerintah selama suatu periode.
1) Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menggambarkan realisasi pen-
dapatan, belanja, dan pembiayaan selama suatu periode. Laporan
realisasi anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan
Laporan
Realisasi APBD
Neraca Daerah
Catatan atas
Lap.Keuangan
Laporan Arus
Kas
Dilampiri dengan
Laporan Keuangan
Perusahaan
Daerah
Akuntansi Sektor Bisnis Bab IV
39
pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. LRA menggam-
barkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam
satu periode pelaporan. Laporan realisasi anggaran sekurang-
kurangnya dapat menyajikan unsur-unsur berikut.
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum
negara/daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Tabel 4.1
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah
Pemerintah Kabupaten “C” Tahun 2000A
No Uraian/Keterangan
Anggaran
dalam
(Rp)
Realisasi
dalam
(Rp.)
(=/+/-%)
1 Pajak hotel 1.000 900 (90% -)
2 Pajak restoran 1.100 1.000 (90,91% -)
3 Pajak hiburan 1.000 1.100 (110% +)
4 Pajak reklame 1.200 1.700 (141,67% +)
5 Pajak penerangan jalan 1.200 1.100 (91,67% -)
6 Pajak galian golongan C 1.500 1.900 (126,67% +)
Jumlah 7.000 7.700 (110% +)
Sumber: BPKAD Kabupaten “C” telah diolah
B. Transaksi Keuangan dalam Pelaksanaan Anggaran Pen
dapatan Belanja Daerah
Transaksi atau peristiwa keuangan dalam rangka pelaksa-
naan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang terdiri atas
hal-hal sebagai berikut.
40 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
1. Transaksi penerimaan kas, yaitu semua penerimaan daerah
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Transaksi pengeluaran kas, yaitu semua pengeluaran kas
daerah dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
3. Transaksi Selain Kas, yaitu semua transaki keuangan selain
penerimaan kas daerah dan pengeluaran kas daerah dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan. Misalnya, pertang-
gungjawaban pengeluaran pengisian kas.
C. Media Akuntansi
Media yang digunakan untuk melaksanakan proses
akuntansi meliputi media-media sebagai berikut.
a. Dokumen atau bukti transaksi
b. Buku jurnal
c. Buku besar
d. Buku pembantu
e. ad. Dokumen atau Bukti Transaksi
Dokumen bukti transaksi adalah formulir-formulir yang
digunakan sebagai tanda bukti terjadinya suatu transaksi atau
adanya suatu peristiwa keuangan yang menjadi dasar pencatatan
dalam akuntansi.
Contoh, formulir pada setiap jenis transaksi keuangan dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) adalah sebagai berikut.
No. Transaksi Keuangan Dokumen/Bukti
1. Penerimaan kas
Surat keputusan pajak daerah,
surat keputusan retribusi daerah,
surat tanda bukti setoran, kuita-
nsi penerimaan kas, dan lain-lain.
2. Pengeluaran kas Kuitansi pengeluaran kas, faktur-
/nota pembelian.
3. Selain kas Bukti memorial
Akuntansi Sektor Bisnis Bab IV
41
D. Catatan Akuntansi
Adapun catatan akuntansi yang sebagaimana telah di-
sebutkan sebelumnya adalah sebagai beikut.
1. Buku Jurnal
Buku jurnal merupakan catatan akuntansi yang dilaksa-
nakan oleh fungsi akuntansi dan berfungsi sebagai media untuk:
(1) mencatat transaksi keuangan penerimaan kas berdasarkan
dokumen transaksi yang sah
(2) menggolongkan transaksi keuangan ke dalam rekening-
rekening (akun).
Transaksi keuangan yang telah dicatat dan digolongkan ke
dalam buku jurnal, selanjutnya secara periodik dilakukan posting
ke dalam buku besar masing-masing.
2. Buku Besar
Buku besar merupakan catatan akuntansi yang dilaksana-
kan oleh fungsi akuntansi sebagai media untuk:
(1) meringkas catatan transaksi keuangan yang telah digolongkan
ke rekening-tekening (akun) tertentu.
(2) memberikan informasi dalam buku besar dan selanjutnya
secara periodik disusun ke dalam laporan keuangan.
3. Buku Pembantu
Buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang dilaksana-
kan oleh fungsi akuntansi sebagai media untuk.
(1) melengkapi (merinci dan menjabarkan) informasi rekening
tertentu dalam buku besar.
(2) menjadi alat uji silang terhadap rekening tertentu yang
dimaksukan ke dalam buku besar.
E. Klasifikasi dan Nama Rekening
Kumpulan rekening (akun) dalam buku besar, sebagaimana
telah disebutkan bahwa salah satu media akuntansi untuk
meringkas transaksi yang telah di catat dan digolongkan dalam
buku jurnal. Penggolongan transaksi keuangan ke dalam rekeni-
42 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
ng-rekening diberi nama sesuai dengan kebutuhan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan (pos-pos laporan keuangan).
Sesuai dengan jenis informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan maka rekening-rekening dalam buku besar, diklasifika-
sikan dan diberi nama ke dalam pos-pos, seperti:
1) pendapatan daerah
2) penerimaan daerah
3) belanja daerah
4) pengeluaran daerah
5) pembiayaan daerah
6) aktiva daerah
7) utang daerah
8) equitas dana daerah
ad.a.Pendapatan daerah
Pendapatan daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah
periode anggaran tertentu yang menjadi hak Daerah. Pos
Pendapatan Daerah dirinci menurut Kelompok Pendapatan yang
meliputi:
1) pendapatan asli daerah
2) dana perimbangan
3) lain-lain pendapatan yang sah
Setiap kelompok pendapatan dirinci ke dalam beberapa
jenis pendaptan, misalnya pendapatan asli daerah, dirinci ke
dalam jenis pendapatan yang terdiri atas:
1) pajak daerah
2) retribusi daerah
3) hasil perusahaan milik daerah
4) pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
5) dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
ad.b. Penerimaan Daerah merupakan semua unsur penerimaan
daerah, baik yang bersumber dari pendapatan yang berasal dari
poin ad.a. maupun penerimaan yang diperoleh dari pinjaman
Akuntansi Sektor Bisnis Bab IV
43
daerah. Jadi penerimaan daerah ini tidak menambah ekuitas
daerah dan boleh jadi akan dapat mengurangi ekuitas daerah.
ad.c. Belanja Daerah merupakan semua bentuk pengeluaran kas
daerah dalam periode anggaran tertentu yang menjadi beban
daerah. Pos belanja daerah dapat dikelompokkan sesuai dengan
unit organisasi. Perangkat daerah sebagai satuan kerja perangkat
daerah dan pengguna anggaran, misalnya sekretaris daerah,
dinas pendapatan daerah, badan perencanaan dan pembangunan
daerah, dan seluruh SKPD terkait.
Di samping itu, pos belanja daerah juga diklasifikasi ber-
dasarkan fungsi (bidang pemerintahan) sebagai kewenangan
pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh masing-masing unit
organisasi perangkat daerah.
a. Fungsi bidang pemerintahan, sebagai kewenangan pemerintah
daerah yang diselenggarakan oleh masing-masing unit organi-
sasi perangkat daerah.
b. Fungsi administrasi umum pemerintahan dilaksanakan oleh
unit-unit organisasi perangkat daerah yang terdiri atas:
1) DPRD
2) kepala daerah
3) wakil kepala daerah
4) sekretaris dewan perwakilan rakyat daerah
5) dinas/setingkat dinas
6) badan/setingkat badan
7) kantor/setingkat kantor
8) dan lain-lain.
F. Pencatatan Akuntansi Berpasangan
Basis Pencatatan yang digunakan adalah basis kas
modifikasi yang merupakan kombinasi antara kas basis dan
akrual basis.
Berdasarkan basis kas modifikasi, realisasi APBD dicatat
dengan basis kas. Digolongkan dan diringkas ke dalam rekening-
44 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
rekening APBD (pendapatan, belanja daerah, dan pembiayaan).
Selanjutnya, disajikan dalam laporan perhitungan APBD dan
laporan arus kas. Sedangkan penyajian di neraca daerah
digunakan akrual basis dengan penyesuaian terhadap rekening
aktiva, utang, dan ekuitas dana.
Persamaan Struktur APBD
(Pendapatan) P – B (Belanja) = S/D (Surplus/Defisit)
s/d dalam struktur APBD ditutup oleh pos pembiayaan, artinya
adalah sebagai berikut.
1. Jika terjadi surplus (P > B) maka dialokasikan ke pos
pembiayaan berupa pengeluaran daerah (Pg-D).
2. Jika terjadi defisit (P < B) maka ditutup dari pos
pembiayaan berupa penerimaan daerah (Pn-D), berupa
pajak dan retribusi daerah.
Sehingga persamaan (1) dapat di kembangkan menjadi:
Di mana empat penggolongan rekening APBD yaitu:
P = pendapatan
B = belanja
Pn-D = penerimaan daerah
Pg-D = pengeluaran daerah
Akuntansi keuangan daerah Kabupaten ”C” menggunakan
sistem pencatatan berpasangan (double entry system), artinya
pencatatan transaksi pelaksanaan APBD dari salah satu dari em-
P – B = PnD + PgD
atau
P + PnD = B + PgD
Akuntansi Sektor Bisnis Bab IV
45
pat golongan rekening APBD harus disandingkan (berpasangan)
dengan golongan rekening yang lain.
Oleh karena pencatatan APBD menggunakan kas basis
maka rekening yang menjadi pasangan atas salah satu dari empat
golongan rekening APBD tersebut adalah rekening kas daerah
kabupaten ”C”.
Contoh Latihan
Kasus 1
Terjadi transaksi penerimaan kas daerah yang berasal dari
pajak daerah sebesar Rp4.000.000.000.00, maka pencatatan
akuntansi sebagai berikut.
Kasus 2
Terjadi transaksi penerimaan kas daerah yang berasal dari
retribusi daerah sebesar Rp2.500.000.000.00, maka pencatatan
akuntansi sbb.
Kasus 3
Terjadi transaksi penerimaan kas daerah yang berasal dari
retribusi pasar grosir sebesar Rp1.500.000.000.00, maka pen-
catatan akuntansi sebagai berikut.
Rekening
KAS
KAS
Rekening APBD
P
Keterangan P+PnD = B+PgD
+ 4.000.000.000.00 + 4 .000.000.000.00 (P) Pajak Hotel dan Restoran
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
P
Keterangan P+PnD = B+PgD
+ 2.500.000.000.00 + 2 .500.000.000.00 (P) Retribusi daerah
46 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
Kasus 4
Terjadi transaksi penerimaan kas daerah yang berasal dari
Laba Perusda sebesar Rp7.500.000.000.00, maka pencatatan
akuntansi sebagai berikut.
Kasus 5
Terjadi transaksi penerimaan kas berasal dari dana alokasi
umum (DAU) sebesar Rp4.500.000.000.00, maka pencatatan
akuntansi sebagai berikut.
Kasus 6
Terjadi transaksi penerimaan kas berasal dari pinjaman
daerah sebesar Rp4.500.000.000.00, maka pencatatan akuntansi
sebagai berikut.
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
P
Keterangan
P+PnD = B+PgD
+ 4.500.000.000.00 +4.500.000.000.00 (P) Dana Alokasi Umum (DAU)
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
P
Keterangan P+PnD = B+PgD
+ 1.500.000.000.00 + 1 .500.000.000.00 (P) Retribusi pasar grosir
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
P
Keterangan P+PnD = B+PgD
+ 7.500.000.000.00 + 7 .500.000.000.00 (P) Bagian Laba Perusda
Akuntansi Sektor Bisnis Bab IV
47
Kasus 7
Terjadi transaksi penerimaan kas berupa transfer dana
cadangan dari Provisi sebesar Rp3.150.000.000.00, maka pen-
catatan akuntansi sebagai berikut.
Kasus 8
Terjadi transaksi pengeluaran kas untuk belanja alat tulis
kantor sebesar Rp2.250.000.000.00, maka pencatatan akuntansi
sebagai berikut.
Kasus 9
Terjadi transaksi pengeluaran kas untuk belanja peme-
liharaan bangunan gedung kantor Pemda sebesar Rp4.500-
.000.000.00, maka pencatatan akuntansi sebagai berikut.
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
PnD
Keterangan
P+PnD = B+PgD
+ 4.500.000.000.00 + 4.500.000.000.00 PnD Pembiayaan Penerimaan Pinjaman
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
PnD
Keterangan P+PnD = B+PgD
+ 3.150.000.000.00 + 3.150.000.000.00 PnD Pembiayaan Trasfer dari dana cadangan
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
B
Keterangan P+PnD = B+PgD
- 2.250.000.000.00 + 2.250.000.000.00 (B) Belanja alat tulis Kantor
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
B
Keterangan P+PnD = B+PgD
- 4.500.000.000.000.00 + 4.500.000.000.000.00 (B) Belanja Pembiayaan pemeliharaan gedung kantor
48 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
Kasus 10
Terjadi transaksi pengeluaran kas untuk belanja membeli
sebidang tanah sebesar Rp500.000.000.00, maka pencatatan
akuntansi sebagai berikut..
Kasus 11
Terjadi transaksi pengeluaran kas untuk membayar utang
pokok sebesar Rp725.000.000.00, maka pencatatan akuntansi
sebagai berikut.
Kasus 12
Terjadi transaksi pengeluaran kas berupa TRASFER DANA
CADANGAN sebesar Rp2.500.000.000.00, maka pencatatan akun-
tansi sebagai berikut.
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
B
Keterangan P+PnD = B+PgD
- 500.000.000.00 + 500.000.000.00 (B) Belanja modal tanah
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
PgD
Keterangan P+PnD = B+PgD
- 725.000.000.000.00 + 725.000.000.000.00 PgD Pengeluaran pembiayaan utang pokok
Rekening KAS
KAS
Rekening APBD
PgD
Keterangan
P+PnD = B+PgD
- 2.500.000.000.0
0
+ 2.500.000.000.00
PgD Pembiayaan pengeluaran daerah
Akuntansi Sektor Bisnis Bab IV
49
Kasus 13
Terjadi transaksi penerimaan bantuan berupa seperangkat
peralatan Komputer senilai Rp76.500.000.00, maka pencatatan
akuntansi sebagai berikut.
Kasus 14
Terjadi transaksi pengeluaran kas daerag bantuan bencana
alam kepada kecamatan ”A” peralatan sebesar Rp16.500.000.00,
maka pencatatan akuntansi sebagai berikut.
Kasus 15
Terjadi transaksi pengeluaran kas daerah bantuan panti
jompo ”Pemerhati” sebesar Rp21.500.000.00, maka pencatatan
akuntansi sebagai berikut.
Rekening EQUITAS
Equitas
Rekening AKTIVA
Aktiva
Keterangan P+PnD = B+PgD
+ 76.500.000.00 + 76.500.000.00 ( ) Equitas, bantuan perangkat
komputer
Rekening EQUITAS
Equitas
Rekening AKTIVA
Aktiva
Keterangan
P+PnD = B+PgD
- 16.500.000.00 - 16.500.000.00 ( ) Bantuan bencana alam
kecamatan A
Rekening EQUITAS
Equitas
Rekening AKTIVA
Aktiva
Keterangan
P+PnD = B+PgD
- 21.500.000.00 - 21.500.000.00 ( ) Bantuan panti Jompo
Pemerhati
50 Akuntansi Sektor Bisnis La Ode Hasiara
G. Soal latihan
Berdasarkan transaksi berikut anda dimintah untuk mela-
kukan pencatatan (a) dalam persamaan akuntansi keuangan
pemerintah daerah, (b) Lakukan penjurnalan, adapaun transaksi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanggal 02 Januari 2000A terjadi transaksi penerimaan kas
yang berasal dari PAD, dengan rincian sebagai berikut: (a)
Pajak daerah sebesar Rp1.500.000.000,- (b) Retribusi daerah
sebesar Rp 1.250.000.000,-
2. Tanggal 01 Januari 2000A terjadi penerimaan kas yang
berasal dari dana perimbagan, terdiri atas (a) DAU sebesar Rp
11.500.000.000,-(b) DAK sebesar Rp 9.500.000.000,- (c) Dana
Bagi Hasil Pajak sebesar Rp 7.500.000.000,- dan (d) Dana
Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp. 4.500.000.000,-
3. Tanggal 5 Januari 2000A terjadi penerimaan kas yang berasal
dari (a) Pinjaman dari Pemerintah Pusat sebesar Rp. 9.500.-
000.000,-(b) Pemerintah Provisis sebesar Rp 7.500.000.000,-(c)
Pemerintah Daerah lain sebesar Rp 5.250.000.000,-
4. Tanggal 13 Januari 2000A terjadi penerimaan kas berupa
tansfer dari dana cadangan sebesar Rp 2.750.000.000,-
5. 15 Januari 2000A terjadi pengeluaran kas yang terdiri atas (a)
belanja alat tulis kantor sebesar Rp 2.500.000,- (b) belanja
modal pengadaan buku perpustakaan daerah sebesar Rp
15.000.000,- (c) belanja modal pengadaan bercorak kesenian
sebesar Rp 10.000.000,-
6. Tanggal 17 Januari terjadi transaksi penegeluaran kas untuk
belanja (a) pemeliharaan bangunan kantor Bupati sebesar
Rp150.000.000,-(b) kantor Bappeda sebesar Rp 125.000.000,-
dan (c) kantor Dinas Pendapatan Daerah sebesar Rp
95.000.000,-
7. Tanggal 21 Januari 2000A terjadi pengeluaran kan untuk
belanja modal (a) dan pengadaan komputer sebesar Rp
21.000.000,-(b)pengadaanmebeulairsebesar Rp15.000.000,- (c)
pengadaan peralatan dapur bupati sebesar Rp 57.000.000,- (d)
pengadaan Alat-alat studio sebesar Rp 15.750.000,- dan (e)
pengadaan alat-alat kedoteran sebesar Rp 75.000.000,-
Akuntansi Sektor Publik Bab V
51
BAB V
KOMPONEN PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN PEMERINTAH DAERAH
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini diperkenalkan kepada mahasiswa jenis-jenis
pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah secara umum
sehingga dapat memahami secara umum.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah
dalam periode anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Pos
pendapatan daerah dirinci menurut kolompok pendapatan yang
meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-
lain pendapatan yang sah. Setiap kelompok pendapatan dirinci
di dalam beberapa jenis pendapatan. Misal, kelompok pendapat-
an asli daerah dirinci ke dalam jenis pendapatan yang terdiri
atas: pajak daerah, retribusi daerah, bagi hasil perusahaan milik
daerah, bagi hasil pengeloloan kekayaan daerah yang dipisahkan,
DAU, dan DAK serta lain-lain PAD yang sah.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelas-
kan serta mampu menjawab hal-hal sebagai berikut.
a. menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan pen-
dapatan daerah
b. menjelaskan komponen-komponen belanja daerah
c. menjelaskan jenis-jenis pembiayaan daerah secara
umum
d. menjelaskan jenis-jenis aktiva yang dimiliki pemerintah
daerah
e. menjelaskan manfaat bagan dan kode rekenig
f. mampu menjawab soal-soal dalam bab ini
g.
52 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Setiap jenis pendapatan selanjutnya dirinci de dalam bebe-
rapa objek pendapatan, misal jenis pendapatan berupa pajak
daerah dirinci ke dalam objek pendapatan yang terdiri atas: pajak
hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak rekalame dan sebagai-
nya. Setiap objek pendapatan kemudian dirinci ke dalam bebera-
pa objek pendapatan, misalnya, objek pendapatan berupa pajak
hotel dapat dirinci kedalam rincian objek pendapatan yang terdiri
atas: pajak hotel berbintang dan pajak hotel non bintang (Melati).
Jenis pendapatan daerah dapat dikelompokkan menjadi:
1. Hasil Pajak Daerah, yang dibagi atas:
1.1.Khusus Pajak Hotel dikelompokkan atas.
Pajak hotel bintang berlian
Hotel bintang lima
Hotel bintang empat
Hotel bintang tiga
Hotel bintang dua
Hotel bintang satu
Hotel melati tiga
Hotel melati satu
Motel
Cottage
Losmen/Rumah penginapan
Rumah kos
Wisma pariwisata
1.2. Pajak Restoran dibagi atas:
Restoran
Rumah makan
Café
Kantin
Katering
1.3. Pajak Hiburan dibagi menjadi:
Tontonan film/bioskop
Akuntansi Sektor Publik Bab V
53
Pagelaran kesenian musik
Pagelaran kesenian tari
Pagelaran seni busana
Kontes kecantikan
Diskotik
Karaoke
Klub malam
Permainan biliar
Permainan golf
Permainan ketangkasan
Panti pijat/refleksi
Mandi uap/spa
Pameran
Pacuan kuda
Balap kendaraan bermotor
Permainan bowling
Pertandingan olah raga
Pusat kebugaran
Kontes binaraga
1.4. Pajak Reklame dikelompokan menjadi.
Reklame papan/bill board
Reklame kain
Reklame stiker/melekat
Reklame selebaran
Reklame berjalan/keliling
Reklame udara
Relame apung
Reklame suara
Reklame film/silide
Reklame peragaan
1.5. Pajak Penerangan Jalan:
Pajak penerangan jalan PLN,
Dst …………………………
54 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1.6. Pajak Bahan Galian Golongan C
Asbes
Batu tulis
Batu eetengah permata
Batu kapur
Batu apung
Batu padas
1.7. Pajak Parkir
Pajak parkir
Dst ………………………..
1.8. Pajak Air Bawah Tanah
Pajak air bawah tanah
Dst ………………………..
1.9. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet
Dst ………………………..
2. Retribusi Daerah dibagi atas:
2.1. Retribusi Jasa Umum dibagi atas.
Retribusi pelayayan pendididikan
Retribusi pelayanan kesehatan
Retribusi pelayanan kesebersihan (sampah)
Retribusi penggantian biaya cetak KTP & akta catatan sipil
Retribbusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
Retribusi pelayanan pasar
Retribusi pengujian kendaraan bermotor
Retribusi pemerikasaan alat pemadam kebakaran
Retribusi penggantian biaya cetak peta daerah
Retribusi pelayayan pendididikan
2.2. Retribusi Jasa Usaha dibagi atas.
Retribusi pemakaian pekayaan daerah
Retribusi pasar grosir/pertokoan
Akuntansi Sektor Publik Bab V
55
Retribusi tempat pelelangan ikan
Retribusi terminal
Retribusi tempat khusus parkir
Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
Retribusi penyediaan penyedotak kakus
Retribusi rumah potong hewa
Retribusi pelayanan pelabuhan
Retribusi tempat rekreasi dan olah raga
Retribusi penyediaan penyeberangan di atas air
Retribusi pengelolaan produski usaha daerah.
2.3. Retribusi Perizinan Tempat tertentu dibagi atas.
Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkool
Retribusi izin gangguan atau keramaian
Retribusi izin trayek
Retribusi izin usaha perikanan
3.Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri atas:
3.1. Hasil Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan adalah.
Pelepasan hak atas tanah
Penjualan peralatan/perlengkapan kantor tidak terpakai
Penjualan mesin/alat-alat tidak terpakai
Penjualan rumah jabatan rumah dinas
Penjualan kendaraan dinas roda dua
Penjualan kendaraan dinas roda empat
Penjualan lampu hias bekas
Penjualan bahan-bahan bekas Bangunan
Penjualan perlengkapan lalu lintas
Penjualan obat-obatan hasil farmasi
Penjualan hasil pertanian
Penjualan hasi perkebunan
Penjualan hasil kehutanan
56 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Penjualan hasil peternakan
Penjualan hasil perikanan
3.2. Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pe-
kerjaan terdiri atas.
Dinas pendidikan
Dinas kesehatan
Dinas pekerjaaan umum
Dinas perumahan dan pemukiman
Dinas tata ruang dan tata kota
Dinas perhubungan
Dinas tenaga kerja dan pariwisata
Dinas pendapatan daerah
Badan perencanaan pembangunan
Badan kepegawaian daerah
Badan pengelolaan dan aset daerah
Dinas pertanian
2.4. Pendapatan Denda Keterlambatan Pajak, terdiri atas.
Pendapatan denda keterlambatan pajak hotel
Pendapatan denda keterlambatan pajak restoran
Pendapatan denda keterlambatan pajak hiburan
Pendapatan denda keterlambatan pajak reklame
Pendapatan denda keterlambatan pajak penerangan jalan
Pendapatan denda keterlambatan pajak pengambilan bahan
galian C
Pendapatan denda keterlambatan pajak parkir
Pendapatan denda keterlambatan pajak air bawah tanah
Pendapatan denda keterlambatan pajak sarang burung walet
3.4. Pendapatan Denda Keterlambatan Retribusi, terdiri atas.
Pendapatan denda keterlambatan pembayaran retribusi jasa
Akuntansi Sektor Publik Bab V
57
umum
Pendapatan denda keterlambatan pembayaran retribusi jasa
usaha
Pendapatan denda keterlambatan pembayaran retribusi
perizinan tertentu
3.5. Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan
Hasil eksekusi jaminan atas pelaksanaan pekerjaan
Hasil eksekusi jaminan atas pembongkaran reklame
Hasil eksekusi jaminan atas KTP musiman.
3.6. Pendapatan dari Pengembalian
Pendapatan dari pengembalian PPh Pasal 21
Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran
asuransi kesehatan
Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji
dan tunjangan
Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran
perjalanan dinas
Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran
uang muka
Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran
asuransi kesehatan
3.7. Pendapatan dari Penggunaan Fasilitas Sosial dan Umum
Fasilitas sosial,
Fasilitas umum.
3.8.Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pela
tihan
Uang pendaftran/ujian masuk
Uang sekolah/penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
Uang ujian kenaikan kelas
58 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
3.9. Pendapatan dari Angsuran Cicilan Barang Milik Daerah
Angsuran/cicilan penjualan rumah
Angsuran/cicilan penjualan kendaraan roda dua
Angsuran/cicilan penjualan kendaraan roda empat
3.10. Dana Perimbangan
Bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak
Bagi hasil pajak
Bagi hasil pajak bumi dan bangunan
Bagi hasil dari bea hak atas tanah dan bangunan
Bagi Hasil PPH Pasal 21,25 dan 29
3.11. Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
Bagi hasil dari iuran pengusahaan hutan
Bagi hasil dari provisi sumber daya hutan
Bagi hasil dari dana reboisasi
Bagi hasil dari iuran tetap (lend-rent)
Bagi hasil dari iuran eksplorasi dan eksploitasi (Roayalti)
Bahi hasil dari pungutan pengusahaan perikanan
Bagi hasil dari pungutan hasil perikanan
Bagi hasil dari pertambangan minyak bumi
Bagi hasil dari pertambagan gas bumi
Bagi hasil dari pertambagan panas bumi
3.12. Dana Alokasi Umum dan Khusus
Dana alokasi umum
Dana alokasi khsus
3.13. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
3.14. Pendapatan Hibah
Pendapatan hibah dari pemerintah
Pemerintah pusat
Pemerintah provinsi
Akuntansi Sektor Publik Bab V
59
3.15. Pendapatan Hibah dari Luar Negeri
Pendapatan hibah dari bilateral
Pendapatan hibah dari multilateral
Pendapatan hibah dari donor lainnya
3.16. Bagi Hasil dari Provisi dan Pemerintah Daerah lainnya
Bagi hasil dari pajak kendaraan bermotor
Bagi hasil dari pajak kendaraan bermotor di atas air
Bagi hasil dari bea balik nama kendaraan bermotor
Bagi hasil dari bea balik nama kendaraan bermotor di
atas air
Bagi hasil dari pajak bahan bakar kendaraan bermotor
Bagi hasil dari pajak pengambilan dan pemanfaatan air
bawah tanah
Bagi hasil dari pajak pengambilan dan pemanfaatan air
permukaan
Dan lain-lain masih banyak jenis bantuan yang datang
dari berbagai sumber
B. Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah
dalam periode anggaran tertentu yang menjadi beban daerah.
pos belanja daerah dapat diklaifikaikan menurut organisasi,
fungsi (Bidang Pemerintahan), dan jenis belanja. Pos belanja
daerah diklasifikasikan sesuai dengan unit organisasi daerah,
dinas pendapatan daerah, badan perencanaan daerah, dan dinas
pertanian. Disamping itu, pos belanja daerah juga diklasifikasi
berdassarkan fungsi (bidang pemerintahan)sebagai kewenangan
pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh masing-maisng
unit organisasi perangkat daerah, missal: fungsi (Bidang)
Administrasi Umum Pemerintahan) dilaksanakan oleh unit-unit
organisasi perangakt daerah antara antara lain: DPRD, Kepala
Daerah dan wakil Kepala Daerah, Sekretariat Daerah, Sekretariat
60 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
DPRD, Dispenda, Bappeda, Bawasda, dan sebagainya. Pos
Belanja pada setiap unit organisasi dan Fungsi (Bidang Pemerin-
tahan) yang dilaksanakannya, diklasifikasi berdasarkan bagian
belanja daerah yang terdiri atas: bagian belanja aparatur daerah,
bagian belanja pelayanan publik, bagian belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan, dan bagian belanja tidak tersangka. Bagian
belanja aparatur daerah dan bagian belanja pelayanan publik,
masing-masing diklasifikasi kedalam kelompok Belanja yang
terdiri atas: belanja administrasi umum, belanja operasi dan
pemeliharaan, serta belanja modal.
Kelompok belanja administrasi umum dan belanja operasi
dan pemeliharaan, masing-masing dirinci ke dsalam jenis belanja
pemeliharaan, dan belanja perjalanan dinas. Setiap jenis belanja
tersebut selanjutnya dirinci kedalam beberapa obyek belanja.
missal, jenis belanja berupa belanja pegawai/ personalia dirinci
kedalam obyek belanja yang terdiri atas: gaji dan tunjangan,
biaya perawatan dan pengobatan, biaya pengembangan sumber
daya manusia. Setiap objek belanja kemudian dirinci kedalam
beberapa rincian objek belanja. Misalnya, objek belanja berupa
gaji dan tunjangan dapat dirinci ke dalam rincian obyek belanja
yang terdiri atas: gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan
jabatan, tunjangan fungsional, tunjangan kesejahteraan dsb.
unsur belanja dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
(1) Belanja tidak langsung dan belanja langsung.
1. Belanja Tidak Langsung
1.1.Belanja tidak Langsung terdiri atas:
1.1.1. Belanja Pegawai mencakup.
Gaji dan tunjangan,
Gaji pokok PNS
Tunjangan peluarga
Tunjangan jabatan
Tunjangan fungsional
Akuntansi Sektor Publik Bab V
61
Tunjangan beras
Tunjangan PPh Pasal 21
Iuran asuransi kesehatan
Tunjangan komisi
Tunjangan panitia musyawarah
Tunjangan panitia anggaran
Tunjangan perumahan
Uang duka/tewas
Uang jasa pengabdian
1.1.2. Tambahan Penghasilan PNS
Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja
Tambahan penghasilan berdasarkan tempat tugas
Tambahan penghasilan berdasarkan tempat kondisi kerja
Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi
Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja
1.2. Belanja Umum Daerah
Belanja penerimaan lainnya pimpinan DPRD/BKDH/ WKDH
Belanja penunjang operasional Ketua DPRD
Belanja penunjang operasional Wakil Ketua DPRD
Belanja penunjang operasional Wakil Ketua I DPRD
Belanja penunjang operasional Wakil Ketua II DPRD
Belanja penunjang operasional Kepala Daerah
Belanja penunjang operasional Wakil Kepala Daerah
Belanja penunjang Sekretaris Daerah
1.3. Belanja Bunga
1.3.1. Jenis Bunga Utang Pinjaman dapat dibagi atas:
Bunga utang pinjaman kepada pemerintah pusat
Bunga utang pinjaman kepada pemerintah provinsi
Bunga utang pinjaman kepada pemerintah daerah
Bunga utang pinjaman kepada lembaga keuangan bank
Bunga utang pinjaman kepada lembaga keuangan non bank
62 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1.4. Belanja Bahan Habis Pakai
1.4.1.Jenis Belanja alat tulis kantor dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
Belanja dokumen/ administrasi tender
Belanja alat listrik dan elektronik (lampu pijar, baterai
kering)
Belanja perangko, materai dan benda pos lainnya
Belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih
Belanja bahan bakar minyak/ gas
Belanja pengisian tabung pemadam kebakaran
Belanja pengisian tabung gas
1.4.2.Belanja Bahan/ Material
Belanja bahan baku bangunan
Belanja bahan/bibit tanaman
Belanja bibit ternak
Belanja bahan obat-obatan
Belanja bahan kimia
1.4.3.Belanja Jasa Kantor dapat dikelompokkan menjadi.
Belanja telepon
Belanja air
Belanja listrik
Belanja jasa pengumuman lelang/ pemenang lelang
Belanja surat kabar/majalah
Belanja kawat/faksimili/internet
Belanja paket/pengiriman
Belanja sertifikasi
Belanja jasa tansaksi keuangan
Belanja jasa administrasi pungutan pajak penerangan
jalan uUmum
Belanja jasa administrasi pungutan pajak bahan bakar
Kendaraan bermotor
Akuntansi Sektor Publik Bab V
63
Dan lain-masih banyak jenis belanja yang belum sempat
disajikan dalam buku ini
1.5. Belanja Modal
1.5.1.Belanja Modal Pengadaan Tanah
Belanja modal pengadaan tanah kantor
Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan
rumah sakit
Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan
puskesmas
Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan
poliklinik
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan
taman kanak-kanak
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan
sekolah dasar
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan
menengah umum dan kejuruan
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan
menengah lanjutan dan kejuruan
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan luar
biasa/khusus
Belanja modal pengadaan tanah sarana pendidikan
pelatihan dan kursus
Belanja modal pengadaan tanah sarana sosial panti
asuhan
Belanja modal pengadaan tanah sarana sosial panti
jompo
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum terminal
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum dermaga
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum lapangan
terbang perintis
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum rumah
potong hewan
64 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum tempat
pelelangan ikan
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum pasar
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum tempat
pembuangan akhir sampah
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum taman,
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum pusat
hiburan rakyat
Belanja modal pengadaan tanah sarana umum ibadah
Belanja modal pengadaan tanah sarana stadion olah-
raga
Belanja modal pengadaan tanah perumahan
Belanja modal pengadaan tanah pertanian
Belanja modal pengadaan tanah perkebunan
Belanja modal pengadaan tanah perikanan
Belanja modal pengadaan tanah peternakan
Belanja modal pengadaan tanah perkampungan
Belanja modal pengadaan tanah pergudangan/tempat
penimbunan material bahan baku
1.5.2. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat
Belanja modal pengadaan traktor
Belanja modal pengadaan buldozer
Belanja modal pengadaan stoom wals
Belanja modal pengadaan eskavator
Belanja modal pengadaan dump truk
Belanja modal pengadaan crane
Belanja modal pengadaan kendaraan pengapu jalan
Belanja modal pengadaan mesin pengolah semen
Belanja modal pengadaan mesin pengolah air bersih
1.5.3. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Bermotor
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
Akuntansi Sektor Publik Bab V
65
motor sedan
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor jeep
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat
bermotor station wagon
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat
bermotor bus
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor micro bus
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor truk
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor (tangki air, minyak, tinja)
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor boks
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor pick up
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor ambulans
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor pemadam kebakaran
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor sepeda motor,
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor lift/elevator
Belanja modal pengadaan alat-alat angkutan darat ber-
motor tangga berjalan
1.5.4. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat
Tidak Bermotor
Belanja modal pengadaan grobak
Belanja modal pengadaan pedati/delma/dokar/bendi/
cidom
Belanja modal pengadaan becak
66 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Belanja modal pengadaan sepeda
Belanja modal pengadaan karavan
1.5.5. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Atas
Air Bermotor
Belanja modal pengadaan kapal
Belanja modal pengadaan kapal feri
Belanja modal pengadaan kapal speed boat
Belanja modal pengadaan kapal motor boat/motor tempel
Belanja modal pengadaan kapal hydro foil
Belanja modal pengadaan kapal kapal tug boat
Belanja modal pengadaan kapal kapal tanker
Belanja modal pengadaan kapal kargo
Belanja modal pengadaan kapal
1.5.6. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di Atas
Air Tidak Bermotor
Belanja modal pengadaan perahu layar
Belanja modal pengadaan perahu sampan
Belanja modal pengadaan perahu tongkang
Belanja modal pengadaan perahu karet
Belanja modal pengadaan perahu rakit
Belanja modal pengadaan perahu sekot
1.5.7. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Udara
Belanja modal pengadaan pesawat kargo
Belanja modal pengadaan pesawat penumpang
Belanja modal pengadaan pesawat helikopter
Belanja modal pengadaan pesawat pemadam kebakaran
Belanja modal pengadaan pesawat capung
Belanja modal pengadaan pesawat terbang ampibi
Belanja modal pengadaan pesawat terbang layang
Akuntansi Sektor Publik Bab V
67
1.5.8. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Bengkel
Belanja modal pengadaan mesin las
Belanja modal pengadaan mesin bubut
Belanja modal pengadaan mesin dongkrak
Belanja modal pengadaan mesin kompresor
Belanja modal pengadaan mesin penghancur sampah
1.5.9. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolaan
Pertanian dan Peternakan
Belanja modal pengadaan penggiling hasil pertanian
Belanja modal pengadaan pengering gabah
Belanja modal pengadaan mesin bajak
Belanja modal pengadaan alat penetas telur
1.5.10.Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
Belanja modal pengadaan mesin ketik
Belanja modal pengadaan mesin hitung
Belanja modal pengadaan mesin stensil
Belanja modal pengadaan mesin foto copy
Belanja modal pengadaan mesin cetak
Belanja modal pengadaan mesin jilid
Belanja modal pengadaan mesin potong kertas
Belanja modal pengadaan mesin pengancur kertas
Belanja modal pengadaan mesin tulis elektronik
Belanja modal pengadaan mesin visual elektronik
Belanja modal pengadaan mesin tabung pemadam
kebakaran
1.5.11.Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan Kantor
Belanja modal pengadaan meja gambar
Belanja modal pengadaan almari
Belanja modal pengadaan branka
Belanja modal pengadaan filing kabinet
Belanja modal pengadaan white board
68 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Belanja modal pengadaan penunjuk waktu
1.5.12.Belanja Modal Pengadaan Komputer
Belanja modal pengadaan komputer mainframe/server
Belanja modal pengadaan komputer/PC
Belanja modal pengadaan komputer note boo
Belanja modal pengadaan printer
Belanja modal pengadaan scaner
Belanja modal pengadaan monitor/display
Belanja modal pengadaan CPU
Belanja modal pengadaan komputer UPS/stabilisator
Belanja modal pengadaan komputer kelengkapan
komputer (flash disk,mouse,keyboard hardisk, speaker)
Belanja modal pengadaan pealatan jaringan komputer
1.5.13.Belanja Modal Pengadaan Mebeulair
Belanja modal pengadaan meja kerja
Belanja modal pengadaan meja rapat
Belanja modal pengadaan meja makan
Belanja modal pengadaan kursi kerja
Belanja modal pengadaan kursi rapat
Belanja modal pengadaan kursi makan
Belanja modal pengadaan tempat tidur
Belanja modal pengadaan sofa
Belanja modal pengadaan rak bku/tv/kembang
1.5.14.Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur
Belanja modal pengadaan tabung gas
Belanja modal pengadaan kompor gas
Belanja modal pengadaan lemari makan
Belanja modal pengadaan dispenser
Belanja modal pengadaan kulkas
Belanja modal pengadaan rak piring
Belanja modal pengadaan piring/gelas/mangkok/cangkir/
sendok/garpu/pisau
Akuntansi Sektor Publik Bab V
69
1.5.15. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Komunikasi
Belanja modal pengadaan telepon
Belanja modal pengadaan faximili
Belanja modal pengadaan radio SSB
Belanja modal pengadaan radio HF/FM (handy talkie)
Belanja modal pengadaan radio VHF
Belanja modal pengadaan UHF
Belanja modal pengadaan alat sandi
1.5.16. Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur
Belanja modal pengadaan timbangan
Belanja modal pengadaan teodolite
Belanja modal pengadaan alat uji emisi
Belanja modal pengadaan alat GPS
Belanja modal pengadaan kompas/peralatan navigasi
Belanja modal pengadaan bejana ukur
Belanja modal pengadaan barometer
Belanja modal pengadaan seismograph
Belanja modal pengadaan ultrasonograph
1.5.17.Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran umum
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran gigi
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran THT
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran mata
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran bedah
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran anak
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran kebidanan
dan penyakit kandungan
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran kulit dan
kelami
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran,
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran kardiologi
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran neurologi
70 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran orthopedi
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran hewan
Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran farmasi
Belanja modal pengadaan alat-alat penyakit
dalam/internis
1.5.18.Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Laboratoriumn
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium biologi
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium
fisika/geologi/geodesi
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium kimia
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium pertanian
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium
peternakan
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium
perkebuna
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium perikanan
Belanja modal pengadaan alat-alat laboratorium biasa,
Belanja modal pengadaan alat-alat peraga/praktik sekolah
1.5.19.Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan
Belanja modal pengadaan konstruksi jalan
Belanja modal pengadaan konstruksi jalan fly over
Belanja modal pengadaan konstruksi under pass
1.5.20.Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan gantung
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan ponton
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan penyebe-
rangan orang
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan
penyeberangan di atas air
Akuntansi Sektor Publik Bab V
71
1.5.21.Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air
Belanja modal pengadaan konstruksi bendungan
Belanja modal pengadaan konstruksi waduk
Belanja modal pengadaan konstruksi kanal permukaan
Belanja modal pengadaan konstruksi kanal bawah tanah
Belanja modal pengadaan konstruksi jaringan irigasi
Belanja modal pengadaan konstruksi jaringan air
bersih/air minum
Belanja modal pengadaan konstruksi reservoir
Belanja modal pengadaan konstruksi pintu air
1.5.22. Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan,Taman
dan Hutan Kota
Belanja modal pengadaan lampu hias jalan
Belanja modal pengadaan lampu hias taman
Belanja modal pengadaan lampu penerang hutan kota.
1.5.23.Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian
Bangunan
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian gedung
kantor
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian rumah
jabatan
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian rumah
dinas
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian gedung
gudang
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian bangun-
an bersejarah
Belanja modal pengadaan konstruksi/pembelian bangun-
an monumen
Belanja modal pengadaan konstruksi tugu peringatan.
72 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1.5.24. Belanja Modal Pengadaan Buku Perpustakaan
Belanja modal pengadaan buku matematika
Belanja modal pengadaan buku fisika
Belanja modal pengadaan buku kimia
Belanja modal pengadaan buku biologi
Belanja modal pengadaan buku biografi
Belanja modal pengadaan buku geografi
Belanja modal pengadaan buku astronomi
Belanja modal pengadaan buku arkeologi
Belanja modal pengadaan buku bahasa dan sastra
Belanja modal pengadaan buku keagamaan
Belanja modal pengadaan buku sejarah
Belanja modal pengadaan buku seni dan budaya
Belanja modal pengadaan buku ilmu pengetahuan umum
Belanja modal pengadaan buku ilmu pengetahuan sosial
Belanja modal pengadaan buku ilmu politik dan ketata-
negaraan
Belanja modal pengadaan buku ilmu pengetahuan dan
teknologi
Belanja modal pengadaan buku ensiklopedia
Belanja modal pengadaan buku kamus bahasa
Belanja modal pengadaan buku ekonomi dan keuangan
Belanja modal pengadaan buku industri dan perdagangan
Belanja modal pengadaan buku peraturan perudang-
undangan,
Belanja modal pengadaan buku naskah
Belanja modal pengadaan buku terbitan berkalah(jurnal
compact disk)
Belanja modal pengadaan buku mikrofilm
Belanja modal pengadaan buku peta/atlas/globe
Akuntansi Sektor Publik Bab V
73
1.5.25.Belanja Modal Pengadaan Bercorak Kesenian,
Kebudayaan
Belanja modal pengadaan lukisan/foto
Belanja modal pengadaan patung,
Belanja modal pengadaan ukiran
Belanja modal pengadaan pahatan
Belanja modal pengadaan batu alam
Belanja modal pengadaan maket/miniatur/diorama
C. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang
dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan Daerah
dan belanja daerah. Pos pembiayaan dirinci menurut Kelompok
Pembiayaan yang meliputi: Penerimaan daerah (sumber pembia-
yaan untuk menutup defisit) dan pengeluaran daerah (sumber
pembiayaan untuk mengalokasikan surplus). Kelompok pembia-
yaan berupa penerimaan daerah dirinci kedalam beberapa jenis
Pembiayaan yang terdiri atas: sisa lebih perhitungan anggaran
tahun lalu, transfer dari dana cadangan, penerimaan pinjaman
dan obligasi, penerimaan piutang, dan hasil penjualan aset dae-
rah yang dipisahkan. Kelompok pembiayaan berupa pengeluaran
daerh dirinci kedalam beberapa jenis Pembiayaan yang terdiri
atas: transfer ke dana cadangan, penyertaan modal, Pembayaran
utang pokok yang jatuh tempo, dan sisa Lebih perhitungan
anggaran tahun berjalan.
1.6.Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebe-
lumnya
1.6.1.Pelampauan Penerimaan PAD terdiri atas:
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
74 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1.6.2. Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan
Bagi hasil pajak
Bagi Hasil bukan pajak/sumber daya alam
1.6.3. Sisa Penghematan Belanja atau akibat Lainnya
Belanja pegawai dari belanja tidak langsung
Belanja pegawai dari belanja langsung
Belanja barang dan Jasa
Belanja modal
Belanja bunga
Belanja Subsudi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja bagi hasil
Belanja bantuan keuangan
Belanja tidak terduga
1.6.4.Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir
tahun belum terselesaikan
Uang jaminan
Potongan taspen
Potongan beras
Askes
Dan lain masih banyak jenis pembiayaan yang tidak dima-
sukkan dalam buku ini.
D. Aktiva
Aktiva adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki atau
dikuasai dan dapat dengan satuan uang. Tidak termasuk dalam
pengertian sumber daya ekonomis tersebut adalah sumber daya
alam seperti hutan, sungai, danau/rawa, kekayaan diatas laut,
kandungan pertambangan, dan harta peninggalan sejarah seperti
candi. Pos aktiva dirinci menjadi beberapa kelompok aktiva yang
Akuntansi Sektor Publik Bab V
75
meliputi: aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap,
dana cadangan, dan aktiva lain-lain.
Aktiva lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan
dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam
periode akuntansi. Kelompok aktiva lancer dirinci kedalam
beberapa jenis aktiva lancer, yaitu: kas, bank, deposito, piutang,
persediaan, dsb. Invastasi jangka panjang adalah penyertaan
modal yang dimaksudkan untuk memperoleh mamfaat ekonomis
dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Kelompok
investasi jangka panjang terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
penyertaan modal pemerintah pada badan usaha milik daerah
(BUMD), lembaga keuangan daerah, badan international dan
badan usaha lainnya yang bukan milik daerah. Pinjaman kepada
BUMD, lembaga keuangan daerah, pemerintah daerah otonom
atau sebaliknya dan pihak lainnya yang diterus pinjamkan.
Investasi jangka panjang lainnya yang dimiliki untuk menghasil-
kan pendapatan.
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa
mamfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan layanan publik. Aktiva
tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari sebagian
atau seluruh APBD melalui pembelian, pembangunan, donasi,
dan pertukaran dengan aktiva lainnya. Kelompok aktiva tetap
terdiri dari beberapa jenis, antara lain: tanah, jalan dan
Jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan, gedung, mesin
dan peralatan, kendaraan, meubel dan perlengkapan, buku per-
pustakaan. Dana cadangan adalah dana yang disishkan untuk
menampung kebutuhan yang membutuhkan dana yang relatif
cukup besar yang tidak dapat dibebankan pada satu periode
akuntansi. Aktiva lain-lain adalah aktiva tang tidak dapat dike-
lompokkon kedalam aktiva lancer, investasi jangka penjang,
aktiva tetap, dan dana cadangan. Kelompok aktiva lain-lain terdiri
76 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
dari beberapa jenis, antara lain: piutang angsuran, built, operate
and transfer(BOT), dan bangunan dalam pengerjaan.
1. Kas dan Setara Kas
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang
setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerin-
tahan. Setiap entitas pelaporan wajib menyajikan saldo kasnya
pada saat menyusun neraca. Uang tunai terdiri atas uang kertas
dan logam. Kas juga meliputi seluruh Uang Persediaan (UP) yang
belum dipertanggungjawabkan hingga tanggal neraca awal. Saldo
simpanan di bank yang dapat dikategorikan sebagai kas adalah
saldo simpanan atau rekening di bank yang setiap saat dapat
ditarik atau digunakan untuk melakukan pembayaran. Dalam
pengertian kas ini juga termasuk setara kas yaitu investasi
jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi
kas yang mempunyai masa jatuh tempo yang pendek, yaitu 3
(tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Kas Pemda
mencakup kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung
jawab bendahara umum daerah (BUD) dan kas yang dikuasai,
dikelola dan di bawah tanggung jawab selain BUD. Kas Pemda
yang dikuasai dan di bawah tanggung jawab BUD dicatat dan
disajikan oleh satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD),
yang terdiri atas:
a. Saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening-rekening
pada bank yang ditentukan oleh gubernur, bupati/walikota
untuk menampung penerimaan dan pengeluaran,
b. Setara kas, antara lain berupa surat utang negara (SUN)/
obligasi dan deposito kurang dari 3 bulan, yang dikelola oleh
bendahara umum daerah,
c. Uang tunai di BUD.
Untuk menentukan nilai saldo awal kas di rekening kas
daerah, Pemda dapat meminta bank terkait untuk mengirim reke-
ning koran Pemda per tanggal neraca. Nilai setara kas ditentukan
sebesar nilai nominal deposito atau surat utang negara. Menurut
Akuntansi Sektor Publik Bab V
77
Undang-Undang nomor 1 tahun 2004, Pemda dalam rangka
manajemen kas hanya dapat melakukan investasi dalam bentuk
SUN. Namun demikian, dalam praktiknya ada kemungkinan
Pemda telah menanamkan saldo kas berlebih dalam bentuk
deposito berjangka. Dengan demikian, saldo awal kas Pemda juga
termasuk deposito berjangka dengan jangka waktu kurang dari 3
bulan. Rincian kas di kas daerah diung-kapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar
nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, dikon-
versi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral
pada tanggal neraca. Dalam saldo kas juga termasuk penerimaan
yang harus disetorkan kepada pihak ketiga berupa utang
perhitungan fihak ketiga (PFK). Oleh karena itu, jurnal untuk
utang PFK disatukan dalam jurnal kas daerah.
Contoh:
Berdasarkan hasil inventarisasi fisik dan perhitungan saldo
rekening koran diperoleh nilai kas daerah sebesar Rp15.000.-
000.000. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa masih terdapat
potongan pajak penghasilan Pasal 21 sebesar Rp3.000.000, Askes
Rp.1.500.000, dan Taperum Rp.500.000 yang belum disetor ke
pihak ketiga.
Jumlah potongan sebesar Rp.5.000.000 (Rp.3.000.000 +
Rp.1.500.000 + Rp.500.000) disajikan di neraca sebagai utang
PFK dalam kelompok kewajiban jangka pendek. Selisih sebesar
Rp.10.000.000,- merupakan SiLPA.
Jurnal untuk mencatat hasil inventarisasi di atas adalah:
Kode Akun Uraian Debit Kredit
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 15.000.000.000,-
2.1.1 Utang PFK 5.000.000,-
3.1.1 SiLPA 10.000.000,-
78 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Kas Pemda yang dikuasai dan di bawah tanggung jawab
selain BUD dicatat dan disajikan oleh satuan kerja perangkat
daerah (SKPD), yang terdiri atas:
a. Kas di bendahara pengeluaran
b. Kas di bendahara penerimaan.
Kas di bendahara pengeluaran merupakan kas yang men-
jadi tanggung jawab/dikelola oleh bendahara pengeluaran yang
berasal dari sisa uang muka kerja/uang persediaan (UP) yang
belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca. Kas di ben-
dahara pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening bendahara
pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas. Akun
kas di bendahara pengeluaran yang disajikan dalam neraca
Pemda harus mencerminkan kas yang benar-benar ada pada
tanggal neraca. Apabila terdapat kas dalam valuta asing dikon-
versi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral
pada tanggal neraca. Untuk mendapatkan saldo kas di bendahara
pengeluaran perlu dilakukan:
a. Inventarisasi fisik kas untuk mendapatkan saldo kas per
tanggal neraca atas seluruh uang kartal (uang kertas dan
logam) yang ada di tangan seluruh Bendahara Pengeluaran
(sisa UP).
b. Kumpulkan saldo rekening koran seluruh bendahara
pengeluaran per tanggal neraca awal sehingga diketahui saldo
seluruh uang giral yang menjadi tanggung jawab seluruh
bendahara pengeluaran yang berasal dari sisa UP.
c. Lakukan rekonsiliasi hasil pada butir 1 dan 2 dengan catatan
yang ada di bendahara pengeluaran/pemegang kas sehingga
diketahui sisa uang muka kerja yang seharusnya dengan
benar. Jurnal untuk mencatat saldo awal kas di bendahara
pengeluaran oleh SKPD adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Debit Kredit
XXXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
XXXX Uang Muka dari BUD XXX
Akuntansi Sektor Publik Bab V
79
Keterangan uang muka dari BUD merupakan bagian dari
utang jangka pendek pada neraca SKPD. Pada saat peng-
gabungan neraca SKPD menjadi neraca Pemda, akun uang muka
dari BUD dieliminasi dan ditutup ke akun SiLPA.
Kas di bendahara penerimaan mencakup seluruh kas, baik
itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada
di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang sum-
bernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan dari ben-
dahara penerimaan yang bersangkutan. Saldo kas ini mencer-
minkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima
oleh bendahara penerimaan dari setoran para wajib pajak yang
belum disetorkan ke kas daerah. Akun kas di bendahara pene-
rimaan yang disajikan dalam neraca harus mencerminkan kas
yang benar-benar ada pada tanggal neraca. Apabila terdapat kas
dalam valuta asing dikonversi menjadi ru-piah menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal nera-ca. Meskipun dalam
ketentuannya para bendahara penerimaan wajib menyetor
seluruh penerimaan paling lambat dalam satu hari kerja, namun
tidak tertutup kemungkinan terdapat saldo penerimaan yang
belum disetorkan.
2. Piutang
Piutang adalah hak Pemda untuk menerima pembayaran
dari entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Piutang dikelompokkan menjadi
bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar pinja-
man kepada BUMN/BUMD, bagian lancar tuntutan perbenda-
haraan/tuntutan ganti rugi, piutang pajak, piutang retribusi,
piutang denda, dan piutang lainnya.
Pemda seringkali melakukan penjualan aset tetap yang
dimiliki, misalnya lelang kendaraan roda dua/empat atau pen-
jualan angsuran rumah dinas. Biasanya penjualan dilakukan
secara terpusat oleh Sekretariat Daerah kepada pegawai dengan
cara mengangsur. Penjualan aset yang tidak dipisahkan pengelo-
80 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
laannya dan biasanya diangsur lebih dari 12 (dua belas) bulan
disebut sebagai tagihan penjualan angsuran. Bagian lancar
tagihan penjualan angsuran merupakan reklasifikasi tagihan
penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka
pendek. Reklasifikasi ini karena adanya tagihan angsuran jangka
panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan. Reklasifikasi ini
dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena
pembayaran atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi
akun tagihan penjualan angsuran bukan bagian lancar tagihan
penjualan angsuran. Seluruh tagihan penjualan angsuran yang
jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui
sebagai bagian lancar tagihan penjualan angsuran. Bagian lancar
tagihan penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu
sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam
waktu satu tahun.
2.1.Piutang Pajak
Piutang pajak dicatat berdasarkan surat ketetapan pajak
yang pembayarannya belum diterima. Dalam penyusunan neraca,
surat ketetapan pajak yang pembayarannya belum diterima
dicatat sebagai piutang pajak. sebesar nilai nominal yaitu sebesar
nilai rupiah pajak-pajak yang belum dilunasi. Informasi mengenai
saldo piutang pajak dapat diperoleh dari dinas pendapatan atau
unit yang menerbitkan surat ketetapan pajak. Akun ini hanya
dicatat dan disajikan oleh SKPKD.
2.2.Piutang Lainnya
Akun piutang lainnya digunakan untuk mencatat transaksi
yang berkaitan dengan pengakuan piutang di luar bagian lancar
tagihan penjualan angsuran, bagian lancar pinjaman kepada
BUMN/BUMD, bagian lancar tuntutan perbendaharaan, bagian
lancar tuntutan ganti rugi, dan piutang pajak. Piutang lainnya
dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah piutang
yang belum dilunasi. Informasi mengenai piutang lainnya dapat
Akuntansi Sektor Publik Bab V
81
diperoleh dari seluruh satuan kerja yang berhubungan. Akun ini
dicatat dan disajikan baik oleh SKPKD maupun SKPD.
3. Persediaan
Persediaan adalah aset dalam bentuk barang atau perleng-
kapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud untuk mendu-
kung kegiatan operasional Pemda dan barang-barang yang tidak
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat dalam waktu 12 (dua belas) bulan
dari tanggal pelaporan. Persediaan dicatat sebesar biaya peroleh-
an apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar apabila
diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila
diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi.
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Nilai
pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan
yang terakhir diperoleh.
4. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas)
bulan atau kurang. Investasi jangka pendek Pemda harus meme-
nuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan,
b. Ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan
c. Berisiko rendah.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pen-
dek, antara sebagai berikut.
a. Deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas)
bulan,
b. Pembelian Obligasi/Surat Utang Negara (SUN) pemerintah
jangka pendek oleh pemerintah pusat maupun daerah.
c. Investasi jangka pendek lainnya.
82 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
4.1. Deposito Jangka Pendek
Deposito merupakan simpanan berjangka yang hanya dapat
dicairkan pada tanggal jatuh tempo. Dalam hal ini yang dimak-
sud dengan investasi jangka pendek adalah deposito yang jatuh
temponya antara 3 (tiga) sampai dengan12 (dua belas) bulan.
Investasi jangka pendek dalam bentuk deposito jangka pendek
dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.
Pada Pemda investasi jangka pendek dikelola oleh SKPKD
selaku BUD. Dokumen pendukung sebagai dasar pencatatan
deposito antara lain berbentuk sertifikat deposito. Apabila dalam
pengelolaan kas Pemda terdapat dana yang ditanamkan dalam
deposito jangka pendek, maka harus dipisahkan deposito yang
berjangka waktu kurang dari 3 (tiga) bulan dengan deposito yang
berjangka waktu antara 3 (tiga) bulan hingga 12 (dua belas)
bulan. Untuk deposito berjangka waktu kurang dari 3 (tiga) bulan
diklasifikasikan dalam setara kas, sedangkan deposito berjangka
waktu antara 3 (tiga) bulan hingga 12 (dua belas) bulan diklasifi-
kasikan dalam investasi jangka pendek.
4.2. Obligasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek dalam obligasi/Surat Perbenda-
haraan Negara (SPN) adalah investasi yang dilakukan oleh
Pemda yang membeli obligasi/SUN pemerintah pusat. Obligasi/
SPN dimaksud adalah surat utang negara kepada pihak ketiga
yang berjangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan.
Investasi jangka pendek dalam bentuk pembelian obligasi/
SPN dicatat sebesar nilai perolehan. Pada Pemda manajemen kas
terhadap investasi jangka pendek dikelola oleh BUD. Dokumen
pendukung sebagai dasar pencatatan adalah Sertifikat Surat
Perbendaharaan Negara.
4.3.Investasi Jangka Pendek Lainnya
Investasi Jangka Pendek Lainnya merupakan Investasi yang
dilakukan oleh Pemda dalam bentuk selain dari deposito dan
Akuntansi Sektor Publik Bab V
83
obligasi yang berjangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan.
Investasi jangka pendek ini dicatat sebesar nilai perolehan. Pada
pemerintah daerah, manajemen kas terhadap investasi jangka
pendek dikelola oleh BUD. Dokumen pendukung sebagai dasar
pencatatan adalah Surat Perintah Membayar (SPM).
5. Utang
Utang adalah kewajiban kepada pihak ketiga sebagai akibat
transaksi keuangan masa lalu. Pos utang dikelompokkan menjadi
utang jangka pendek dan utang jangka panjang.Utang jangka
pendek (Lancar) merupakan utang yang harus dibayar kembali
atau jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. Kelompok utang
jangka pendek terdiri dari beberapa jenis, antara lain: bagian
lancar utang jangka panjang dan utang perhitungan Fihak ketiga
(PFK). Utang jangka panjang adalah utang yang harus dibayar
kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi.
Kelompok utang jangka panjang terdiri dari beberapa jenis antara
lain: pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
6. Ekuitas Dana
Ekuitas dana adalah jumlah kekayaan bersih yang merupa-
kan selisih antara jumlah aktiva dengan jumlah utang. Pos
ekuitas dana terdiri dari beberapa kelompok, yaitu: ekuitas dana
umum, ekuitas dana dicadangkan dan ekuitas dana donasi.
Ekuitas dana umum adalah jumlah kekayaan bersih tidah
termasuk aktiva yang berasal dari donasi dan dana cadangan.
Ekuitas dana dicadangkan adalah jumlah kekayaan bersih
berupa aktiva yang dicadangkan. Ekuitas dana donasi adalah
jumlah kekayaan bersih berupa aktiva yang berasal dari donasi.
E. Bagan dan Kode Rekening
Klasifikasi dan Nama Rekening (akun) dalam buku besar,
sebagai mana telah disebutkan sebelumnya, menunjukkan
susunan pos, Kelompok, Jenis, Objek dan Rincian Obyek yang
dapat digambarkan dalam suatu bagan rekenig. Untuk memu-
84 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
dahkan teknis pencatatan, penggolongan dan peringkasan tran-
saksi keuangan, setiap rekening diberi kode berupa angka
numeric. Berikut ini adalah Bagan Kode
(Nomor) Rekening:
Struktur Kode Rekening Akuntansi Keuangan Daerah Berdasar-
kan Permendagri No.13/2006. Keterangan Pemberian Kode Pos,
Misalnya. Dinas Pendidikan 1.01.01, dan penjelasan lebih lanjut
ada pada bab VI buku ini.
F. Soal Latihan
1. Saudara sebagai kepala SKPD dalam suatu instansi peme-
rintah Daerah Kabupaten “A” berdasarkan pengalaman sau-
dara diminta untuk menyusun rencana anggaran (a) ang-
garan pendapatan dan belanja daerah, (b) Rencana ang-
garan belanja, (c) Rencana Anggaran Pembiayaan, (d) Renc-
ana anggaran minimal satu tahun anggaran
xx
x
xx xx xx xx xx xx xx xx
Kode Objek APBD
Kode Rincian Objek
APBD
Urusan Pemerintah
Daerah
Kode Organisasi
Kode Program
Kode Kegiatan
Kode Akun APBD
Kode Kelompok APBD
Kode Jenis APBD
Akuntansi Sektor Publik Bab V
85
2. Uraikan semua penerimaan kas daerah yang anda ketahui
dalam periode anggaran tertentu yang menjadi hak daerah.
3. Coba lakukan perincian jenis-jenis pendapatan daerah
dirinci menurut kolompok pendapatan yang anda ketahui
4. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam pendapatan asli
daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang
sah.
5. Sebutkan dan jelaskan persediaan dalam bentuk barang
atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud
untuk mendukung kegiatan operasional Pemda.
86 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
BAB VI
KODE REKENING
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Bab ini bertujuan untuk memberikan pemahaman/ petun-
juk kepada mahasiswa agar memahami kode rekening, sehingga
dapat menyelesaikan kasus-kasus yang akan diselesaikan pada
bab-bab selanjutnya, khususnya kasus yang berkaitan dengan
proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah,
misalnya laporan realisasi anggaran, neraca daerah, laporan arus
kas, dan cacatan atas laporan keuangan pemerintah daerah.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Kode Rekening Masing-masing SKPD
Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
menjadi satu kesatuan dengan pendapatan dan belanja daerah
(PAD) belanja daerah serta pembiayaan daerah secara keselu-
ruhan. Di dalam Kepemendagri No.13/2006 dengan jelas menya-
takan bahwa struktur APBD dapat diklasifikasikan menurut: (a)
fungsi, (b) organisasi, (c) program, (d) kegiatan, (e) kelompok, (f)
jenis.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mengoperasional-kan dan hal-hal sebagai berikut.
a. mengoperasionalkan kode rekening masing-masing SKPD
b. melakukan pencatatan nomor rekening sesuai dengan
urusan masing-masing SKPD, baik urusan wajib maupun
urusan pilihan
c. menggunakan nomor perkiraan sesuai dengan perun-
tukannya
d. mampu menyelesaikan soal latihan dalam bab ini
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
87
Pengklasifikasian tersebut disajikan dalam rencana kerja
dan anggaran satuan kerja pemerintah daerah (RKA-SKPD)
dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja pemerintah daerah
(DPA-SKPD) serta APBD dapat menggunakan rekening. Darise
(2007: 60) mengemukakan bahwa penggunaan rekening-rekening
tersebut dapat digunakan, seperti.
a. Kode rekening fungsi
b. Organisasi
c. Program dan
d. Kegiatan.
Sedangkan menurut Kepemndagri No.13/2006 mengurai-
kan tentang prioritas program, dasar pertimbangan penentuan
besaran pagu indikator untuk mencapai sasaran program serta
hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian utama dari SKPD
dalam menjabarkan program lebih lanjut kepada masing-masing
kegiatan yang akan dilakukan kedepan.
B. Flapon Anggaran Menurut Organisasi Pemerintah Daerah
Dalam flapon anggaran tersebut hanya terdapat dua urusan
yang dilaksanakan oleh masing-masing fungsi organisasi, yaitu
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib diberi kode 1, dan
urusan pilihan diberi kode 2 dalam kode rekening organisasi
pemerintah daerah. Untuk memberikan gambaran memadai
berikut diberikan pencantuman masing organisasi SKPD terkait,
adalah sebagai berikut:
K O D E R E K E N I N G URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH
1 URUSAN WAJIB
1 01 PENDIDIKAN
1 01 01 Dinas pendidikan
1 01 02 Kantor perpustakaan daerah
1 01 03 Dst .......................................
88 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 02 Kesehatan
1 02 01 Dinas kesehatan
1 02 02 Rumah sakit umum daerah
1 02 03 Rumah sakit jiwa
1 02 04 Rumah sakit paru-paru
1 02 05 Rumah sakit ketergantungan obta
1 02 06 Dst ..........................................
1 03 Pekerjaan umum
1 03 01 Dinas pekerjaan umum
1 03 02 Dinas bina marga
1 03 03 Dinas pengairan
1 03 04 Dinas pengawasan bangunan dan tata kota
1 03 05 Dinas cipta karya
1 03 06 Dst ...........................................
1 04 Perumahan
1 04 01 Dinas pemukiman
1 04 02 Dinas pemadam kebakaran
1 04 03 Dinas pemakaman
1 04 04 Dst ..........................................
1 05 Penataan ruang
1 05 01 Dinas tata ruang dan rata kota
1 05 02 Dst ..........................................
1 06 Perencanaan pembangunan
1 06 01 Bappebda
1 06 02 Dst ..........................................
1 07 Perhubungan
1 07 01 Dinas perubungan
1 07 02 Dst ..........................................
1 08 Lingkungan hidup
1 08 01 Dinas lingkungan hidup
1 08 02 Badan pengendalian dampak lingkungan
1 08 03 Dinas pertamanan
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
89
1 08 04 Dinas kebersihan
1 08 05 Dst ..........................................
1 09 Pertahanan
1 09 01 Badan pertanahan paerah
1 09 02 Dst ..........................................
1 10 Kependudukan dan catatan sipil
1 10 01 Dinas kependudukan dan catatan sipil
1 10 02 Dst ..........................................
1 11 Pemberdayaan perempuan
1 11 01 Dinas pemberdayaan perempuan
1 11 02 Dst ..........................................
1 12 Keluarga berencana dan keluarga sejahtera
1 12 01 BKKBD
1 12 02 Dst ..........................................
1 13 Sosial
1 13 01 Dinas sosial
1 13 02 Dst ..........................................
1 14 Tenaga kerja
1 14 01 Dinas tenaga kerja
1 14 02 Dst ..........................................
1 15 Koperasi dan usaha kecil menengah
1 15 01 Dinas koperasi dan UKM
1 15 02 Dst ..........................................
1 16 Penaman modal
1 16 01 Badan penanaman modal daerah
1 16 02 Dst ..........................................
1 17 Kebudayaan
1 17 01 Permeseuman
1 17 02 Dst ..........................................
1 18 Pemuda dan olahraga
1 18 01 Dinas pemuda dan olahraga
1 18 02 Dst ..........................................
90 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 19 Kesatuan Bangsa Politik dalam Negeri
1 19 01 Dinas kesbang linmas
1 19 02 Dinas ketentraman dan ketertiban
1 19 03 Kantor polisi pamong praja
1 19 04 Dst ..........................................
1 20 Pemerintaha umum daerah
1 20 01 DPRD
1 20 02 KD & WKDH
1 20 03 Sekretaris daerah
1 20 04 Sekretaris DPRD
1 20 05 Badan pengelolaan keuangan daerah
1 20 06 Badan penelitian dan pengembangan
1 20 07 Badan pengawasan daerah
1 20 08 Kantor penghubung
1 20 09 Kecamatan
1 20 10 Kelurahan
1 20 11 Dst ...........................
1 21 Kepegawaian
1 21 01 Badan pendidikan dan pelatian
1 21 02 Badan kepegawaian daerah
1 21 03 Dst .........................
1 22 Pemberdayaan masyarakat dan desa
1 22 01 Badan pemberdayaan masyarakat desa
1 22 02 Dst .........................
1 23 Statistik
1 23 01 Badan statistik
1 23 02 Kantor statistik daerah
1 23 03 Dst .........................
1 24 Kearsipan
1 24 01 Kantor arsip daerah
1 24 02 Dst .........................
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
91
1 25 Komunikasi dan Informatika
1 25 01 Dinas informasi dan komunikasi
1 25 02 Kantor pengelolaan data elektronik
1 25 03 Dst .........................
2 Urusan Pilihan
2 01 Pertanian
2 01 01 Dinas pertanian
2 01 02 Dinas perkebunan
2 01 03 Dinas peternakan
2 01 04 Dinas ketahanan pangan
2 01 05 Dst ............................
2 02 Kehutanan
2 02 01 Dinas kehutanan
2 02 02 Dst ............................
2 03 Energi dan sumber daya mineral
2 03 01 Dinas pertambangan
2 03 02 Dst ............................
2 04 Pariwisata
2 04 01 Dinas pariwisata
2 04 02 Kebun binatang
2 04 03 Dst ............................
2 05 Kelautan dan perikanan
2 05 01 Dinas kelautan dan perikanan
2 05 02 Dst ............................
2 06 Perdagangan
2 06 01 Dinas perdagangan
2 06 02 Dinas pasar
2 06 03 Dst ............................
2 07 Perindustrian
2 07 01 Dinas perindustrian
2 07 02 Dst ............................
92 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
2 08 Transmigrasi
2 08 01 Dinas transmigrasi
2 08 01 Dst ............................
C. Kode Rekening Pendapatan Asli Daerah
KODE KETERANGAN
4 1 Pendapatan asli daerah
4 1 1 Hasil pajak daerah
4 1 1 01 01 Pajak hotel bintang berlian
4 1 1 01 02 Hotel bintang lima
4 1 1 01 03 Hotel bintang empat
4 1 1 01 04 Hotel bintang tiga
4 1 1 01 05 Hotel bintang dua
4 1 1 01 06 Hotel bintang satu
4 1 1 01 07 Hotel melati tiga
4 1 1 01 08 Hotel melati dua
4 1 1 01 09 Hotel melati satu
4 1 1 01 10 Motel
4 1 1 01 11 Cottage
4 1 1 01 12 Losmen/rumah penginapan
4 1 1 01 14 Rumah kos
4 1 1 01 15 Wisma pariwisata
4 1 1 01 16 Dst……………………………..
4 1 1 02 Pajak restoran
4 1 1 02 01 Restoran
4 1 1 02 02 Rumah makan
4 1 1 02 03 Café
4 1 1 02 04 Kantin
4 1 1 02 05 Katering
4 1 1 02 06 Dst ………………………..
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
93
4 1 1 03 Pajak hiburan
4 1 1 03 01 Tontonan film/bioskop
4 1 1 03 02 Pagelaran kesenian musik
4 1 1 03 03 Pagelaran kesenian tari
4 1 1 03 04 Pagelaran seni busana
4 1 1 03 05 Kontes kecantikan
4 1 1 03 06 Diskotik
4 1 1 03 07 Karaoke
4 1 1 03 08 Klub malam
4 1 1 03 09 Permainan bilyar
4 1 1 03 10 Permainan golf
4 1 1 03 11 Permainan ketangkasan
4 1 1 03 12 Panti pijat/refleksi
4 1 1 03 13 Mandi uap/spa
4 1 1 03 14 Pameran
4 1 1 03 15 Pacuan kuda
4 1 1 03 16 Balap kendaraan bermotor
4 1 1 03 17 Permainan bowling
4 1 1 03 18 Pertandingan olahraga
4 1 1 03 19 Pusat kebugaran
4 1 1 03 20 Kontes bBinaraga
4 1 1 03 21 Dst …………………………..
4 1 1 04 Pajak reklame
4 1 1 04 01 Reklame papan/bill board
4 1 1 04 02 Reklame kain
4 1 1 04 03 Reklame stiker/melekat
4 1 1 04 04 Reklame selebaran
4 1 1 04 05 Reklame berjalan/keliling
4 1 1 04 06 Reklame udara
4 1 1 04 07 Relame apung
94 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
4 1 1 04 08 Reklame suara
4 1 1 04 09 Reklame film/silide
4 1 1 04 10 Reklame peragaan
4 1 1 04 11 Dst …………………………..
4 1 1 05 Pajak penerangan jalan
4 1 1 05 01 Pajak penerangan jalan PLN
4 1 1 05 02 Dst …………………………
4 1 1 06 Pajak bahan galian golongan C
4 1 1 06 01 Asbes
4 1 1 06 02 Batu tulis
4 1 1 06 03 Batu setengah pPermata
4 1 1 06 04 Batu kapus
4 1 1 06 05 Batu apung
4 1 1 06 06 Batu padas
4 1 1 06 07 Dst ………………………..
4 1 1 07 Pajak parkir
4 1 1 07 01 Pajak parkir
4 1 1 07 02 Dst ………………………..
4 1 1 08 Pajak air bawah tanah
4 1 1 08 01 Pajak air bawah tanah
4 1 1 08 02 Dst ………………………..
4 1 1 09 Pajak sarang burung walet
4 1 1 09 01 Pajak sarang burung walet
4 1 1 09 02 Dst ………………………..
4 1 1 10 Dst pajak daerah
4 1 2 Retribusi Daerah
4 1 2 01 Retribusi jasa umum
4 1 2 01 01 Retribusi pelayanan pendididikan
4 1 2 01 02 Retribusi pelayanan kesehatan
4 1 2 01 03 Retribusi pelayanan kesebersihan
(sampah)
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
95
4 1 2
01 04
Retribusi penggantian biaya cetak
KTP & akta catatan sipil
4 1 2 01 05 Retribbusi pelayanan pemakaman
dan pengabuan mayat
4 1 2 01 06 Retribusi pelayanan parkir di tepi
jalan umum
4 1 2 01 07 Retribusi pelayanan pasar
4 1 2 01 08 Retribusi pengujian kendaraan
bermotor
4 1 2 01 09 Retribusi pemerikasaan alat
pemadan kebakaran
4 1 2 01 10 Retribusi penggantian biaya cetak
peta daerah
4 1 2 01 11 Retribusi pelayanan pendididikan
4 1 2 01 12 Dst ……………………………………….
4 1 2 02 Retribusi jasa usaha
4 1 2 02 01 Retribusi pemakaian kekayaan
daerah
4 1 2 02 02 Retribusi pasar grosir/Pertokoan
4 1 2 02 03 Retribusi tempat pelelangan Ikan
4 1 2 02 04 Retribusi terminal
4 1 2 02 05 Retribusi tempat khusus parkir
4 1 2 02 06 Retribusi tempat penginapan/-
pesanggrahan/villa
4 1 2 02 07 Retribusi penyediaan penyedotak
kakus
4 1 2 02 08 Retribusi rumah potong hewan
4 1 2 02 09 Retribusi pelayananpelabuhan
4 1 2 02 10 Retribusi tempat rekreasi dan olah
raga
4 1 2 02 11 Retribusi penyediaan penyeberan di
atas air
4 1 2 02 12 Retribusi pengelolaan produski
usaha daerah
4 1 2 02 13 Dst ………………………..
4 1 2 03 Retribusi perizinan tempat tertentu
4 1 2 03 01 Retribusi izin tempat penjualan
minuman beralkohol
96 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
4 1 2 03 02
Retribusi izin gangguan atau
keramaian
4 1 2 03 03 Retribusi izin trayek
4 1 2 03 04 Retribusi Izin usaha perikanan
4 1 2 03 05 Dst ………………………..
4 1 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Dae-
rah yang Dipisahkan
4 1 3 01 Bagian laba atas penyertaan modal
pada perusda(BUMD)
4 1 3 01 01 Badan usaha milik daerah (BUMD)
4 1 3 01 02 Perusahaan milik daerah
4 1 3 01 03 Dst …………………….
4 1 3
Bagian laba atas penyertaan modal
pada perusahaan
4 1 3 02 Milik pemerintah (BUMN)
4 1 3 02 01 BUMN
4 1 3 02 02 Dst …………………….
4 1 3 03 Bagian laba atas penyertaan modal
pada perusahaan milik
4 1 3 04
Milik swasta (milik kelompok usaha
masyarakat)
4 1 3 03 01 Perusahaan
4 1 3 03 02 Dst ………………………
4 1 4
Lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah
4 1 4 01
Hasil penjualan aset daerah yang
tidak dipisahkan
4 1 4 01 01 Pelepasan hak atas tanah
4 1 4 01 02 Penjualan peralatan/perlengkapan
kantor tidak terpakai
4 1 4 01 03 Penjualan mesin/alat-alat tidak
terpakai
4 1 4 01 04 Penjualan rumah jabatan rumah
dinas
4 1 4 01 05 Penjualan kendaraan dinas roda
dua
4 1 4 01 06 Penjualan kendaraan dinas roda
empat
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
97
4 1 4 01 07 Penjualan lampu hias bekas
4 1 4 01 08 Penjualan bahan-bahan bekas
bangunan
4 1 4 01 09 Penjualan perlengkapan lalu lintas
4 1 4 01 10 Penjualan obat-obatan hasil farmasi
4 1 4 01 11 Penjualan hasil pertanian
4 1 4 01 12 Penjualan hasi hasil perkebunan
4 1 4 01 13 Penjualan hasil kehutanan
4 1 4 01 14 Penjualan hasil peternakan
4 1 4 01 15 Penjualan hasil perikanan
4 1 4 01 16 Dst ………………………………………..
4 1 4 02 Penerimaan jasa giro
4 1 4 02 01 Jasa giro kas daerah
4 1 4 02 02 Jasa dana cadangan
4 1 4 02 03 Dst …………………………..
4 1 4 03 Pendapatan bunga deposito
4 1 4 03 01 Rekening deposito pada bank
tertentu
4 1 4 03 02 Dst ………………….
4 1 4 04 Tuntutan ganti kerugian daerah
4 1 4 04 01 kerugian uang
4 1 4 04 02 Kerugian barang
4 1 4 04 03 Dst ………………….
4 1 4 05 Komisi, potongan selisih nilai tukar
uang rupiah
4 1 4 05 01 Penerimaan komisi dari
penempatan kas daerah
4 1 4 05 02 Penerimaan keuantunagn dari
selisih nilai tukar uang rupiah
4 1 4 05 03 Dst ………………………..
4 1 4 06 Pendapatan denda atas Keterlambatan pelaksanaan
Pekerjaan
4 1 4 06 01 Dinas pendidikan
4 1 4 06 02 Dinas kesehatan
98 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
4 1 4 06 03 Dinas pekerjaaan umum
4 1 4 06 04 Dinas perumahan dan pemukiman
4 1 4 06 05 Dinas tata ruang dan tata kota
4 1 4 06 06 Dinas perhubungan
4 1 4 06 07 Dinas tenaga kerja dan pariwisata
4 1 4 06 08 Dinas pendapatan daerah
4 1 4 06 09 Badan perencanaan pembangunan
4 1 4 06 10 Badan kepegawaian daerah
4 1 4 06 11 Badan pengelolaan dan aset daerah
4 1 4 06 12 Dinas pertanian
4 1 4 06 13 Dst ………………………………..
4 1 4 07 Pendapatan denda keterlambatan
pajak
4 1 4 07 01 Pendapatan denda keterlambatan
pajak hotel
4 1 4 07 02 Pendapatan denda keterlambatan
pajak Restoran
4 1 4 07 03 Pendapatan denda keterlambatan
pajak hiburan
4 1 4 07 04 Pendapatan denda keterlambatan
pajak reklame
4 1 4 07 05 Pendapatan denda keterlambatan
pajak penerangan jalan
4 1 4 07 06 Pendapatan denda keterlambatan
pajak pengambilan bahan galian C
4 1 4 07 07 Pendapatan denda keterlambatan
pajak parkir
4 1 4 07 08 Pendapatan denda keterlambatan
pajak air bawah tanah
4 1 4 07 09 Pendapatan denda keterlambatan
pajak sarang burung walet
4 1 4 07 10 Dst …………………………
4 1 4 08 Pendapatan denda keterlambatan
Retribusi
4 1 4 08 01 Pendapatan denda keterlambatan
pembayaran retribusi jasa umum
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
99
4 1 4 08 02 Pendapatan denda keterlambatan
pembayaran retribusi jasa usaha
4 1 4 08 03
Pendapatan denda keterlambatan
pembayaran retribusi perizinan
tertentu
4 1 4 08 04 Dst …………………………
4 1 4 09 Pendapatan hasil eksekusi atas
jaminan
4 1 4 09 01 Hasil eksekusi jaminan atas
pelaksanaan pekerjaan
4 1 4 09 02 Hasil eksekusi jaminan atas
pembongkaran reklame
4 1 4 09 03 Hasil eksekusi jaminan atas KTP
musiman
4 1 4 09 04 Dst ………………………………………..
4 1 4 10 Pendapatan dari pengembalian
4 1 4 10 01 Pendapatan dari pengembalian PPh
pasal 21
4 1 4 10 02
Pendapatan dari pengembalian
kelebihan pembayaran asuransi
kesehatan
4 1 4 10 03
Pendapatan dari pengembalian
Kelebihan pembayaran gaji dan
tunjangan
4 1 4 10 04
Pendapatan dari pengembalian
Kelebihan pembayaran Perjalanan
Dinas
4 1 4 10 05 Pendapatan dari pengembalian
kelebihan pembayaran uang muka
4 1 4 10 06
Pendapatan dari pengembalian
Kelebihan pembayaran asuransi
kesehatan
4 1 4 10 07 Dst ………………………………………..
4 1 4 11
Pendapatan dari penggunaan
fasilitas sosial dan umum
4 1 4 11 01 Fasilitas sosial
4 1 4 11 02 Fasilitas umum
4 1 4 11 03 Dst …………………….
100 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
4 1 4 12 Pendapatan dari penyelenggaraan
Pendidikan dan pelatihan
4 1 4 12 01 Uang pendaftran/ujian masuk
4 1 4 12 02 Uang sekolah/penyelenggaran
pendidikan dan pelatihan
4 1 4 12 03 Uang ujian kenaikan kelas
4 1 4 12 04 Dst …………………….
4 1 4 13
Pendapatan dari angsuran cicilan
barang milik daerah
4 1 4 13 01 Angsuran/cicilan penjualan rumah
4 1 4 13 02 Angsuran/cicilan penjualan
kendaraan roda dua
4 1 4 13 03 Angsuran/cicilan penjualan
kendaraan roda empat
4 1 4 13 04 Dst …………………….
4 2 Dana perimbangan
4 2 1 Bagi hasil pajak/bagi hasil bukan
pajak
4 2 1 01 Bagi hasil pajak
4 2 1 01 01 Bagi hasil pajak bumi dan
bangunan
4 2 1 01 02 Bagi hasil dari bea perolehan Hak
atas tanah dan bangunan
4 2 1 01 03 Bagi hasil PPh Pasal 21,25 dan 29
4 2 1 01 04 Dst …………………….
4 2 1 02
Bagi hasil bukan pajak/sumber
daya alam
4 2 1 02 01
Bagi hasil dari iuran pengusahaan
hutan
4 2 1 02 02 Bagi hasil dari provinsi sumber daya
hutan
4 2 1 02 03 Bagi hasil dari dana reboisasi
4 2 1 02 04 Bagi hasil dari iuran tetap (lend-
rent)
4 2 1 02 05 Bagi hasil dari iuran eksplorasi dan
eksploitasi (royalti)
4 2 1 02 06 Bagi hasil dari pungutan
pengusahaan perikanan
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
101
4 2 1 02 07 Bagi hasil dari pungutan hasil
perikanan
4 2 1 02 08 Bagi hasil dari pertambangan
minyak bumi
4 2 1 02 09 Bagi hasil dari pertambagan gas
bumi
4 2 1 02 10 Bagi hasil dari pertambagan panas
bumi
4 2 1 02 11 Dst …………………….
4 2 2 Dana alokasi umum
4 2 2 01 Dana alokasi umum
4 2 2 01 01 Dana alokasi umum
4 2 3 Dana alokasi khsus
4 2 3 01 Dana alokasi khsus
4 2 3 01 01 Dana alokasi khsus
4 2 3 01 02 Dst …………………
4 3
Lain-lain pendapatan daerah yang
sah
4 2 1 Pendapatan hibah
4 2 1 01 Pendapatan hibah dari pemerintah
4 2 1 01 01 Pemerintah pusat
4 2 1 01 02 Pemerintah provinsi
4 2 1 01 03 Dst ……………………….
4 3 1 02
Pendapatan hibah dari pemerintah
daerah lainnya
4 3 1 02 01 Pemerintah daerah tertentu
4 3 1 02 02 Dst ……………………….
4 3 1 03 Pendapatan hibah dari lembaga
organisasi swasta
4 3 1 03 01 Badan lembaga organisasi swasta
4 3 1 03 02 Dst ……………………….
4 3 1 04
Pendapatan hibah dari kelompok
masyarakat/perorangan
4 3 1 04 01 Kelompok masyarakat/perorangan
102 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
4 3 1 04 02 Dst ……………………….
4 3 1 05 Pendapatan hiba dari luar negeri
4 3 1 05 01 Pendapatan hibah dari bilateral
4 3 1 05 02 Pendapatan hibah dari multilateral
4 3 1 05 03
Pendapatan hibah dari donor
lainnya
4 3 1 05 04 Dst ……………………….
4 3 2 Dana darurat
4 3 2 01 Penanggulangan korban
Kerusakan/akibat bencana alam
4 3 2 01 01 Korban kerusahan/akibat bencana
alam
4 3 2 01 02 Dst ……………………….
4 3 3
Bagi hasil dari provisi dan
Pemerintah daerah lainnya
4 3 3 01 Dana bagi hasil pajak dari provisi-1
4 3 3 01 01 Bagi hasil dari pajak kendaraan
bermotor
4 3 3 01 02
Bagi hasil dari pajak kendaraan
bermotor di atas air
4 3 3 01 03 Bagi hasil dari bea balik nama
kendaraan bermotor
4 3 3 01 04 Bagi hasil dari bea balik nama
kendaraan bermotor di atas air
4 3 3 01 05 Bagi hasil dari pajak bahan bakar
kendaraan bermotor
4 3 3 01 06 Bagi hasil dari pajak pengambilan
dan pemanfaatan air bawah tanah
4 3 3 01 07 Bagi hasil dari pajak pengambilan
dan pemanfaatan air permukaan
4 3 3 01 08 Dst ……………………….
4 3 3 02 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provisi-2
4 3 3 02 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provisi
tertentu
4 3 3 02 02 Dst ……………………….
4 3 3 03 Dana bagi hasil pajak dari kabupa-
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
103
ten-3
4 3 3 03 01 Dana bagi hasil pajak dari kabupa-
ten
4 3 3 03 02 Dst ……………………….
4 3 3 04 Dana bagi hasil pajak dari kota-3
4 3 3 04 01 Dana bagi hasil pajak dari Kota
4 3 3 04 02 Dst ……………………….
4 3 4
Dana penyesuaian dari otonomi
khusus
4 3 4 01 Dana penyesuaian
4 3 4 01 01 Dana penyesuaian
4 3 4 01 02 Dst ……………………….
4 3 5
Bantuan keuangan dari provinsi
atau daerah lainnya
4 3 5 01 Bantuan keuangan dari provinsi
4 3 5 01 01 Bantuan keuangan dari provinsi
4 3 5 01 02 Dst ……………………….
4 3 5 02 Bantuan keuangan dari kabuapen
4 3 5 02 01 Bantuan keuangan dari provinsi
4 3 5 02 02 Dst ……………………….
4 3 5 03 Bantuan keuangan dari kota
4 3 5 03 01 Bantuan keuangan dari kota
4 3 5 03 02 Dst ……………………….
D. Kode Rekening Belanja Daerah
KODE REKENING U R A I A N
5 BELANJA DAERAH
5 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
5 1 1 Belanja pegawai
5 1 2 Belanja bunga
104 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 1 3 Belanja subsidi
5 1 4 Belanja hibah
5 1 5 Belanja bantuan sosial
5 1 6 Belanja bagi hasil
5 1 7 Belanja bantuan keuangan
5 1 8 Belanja tidak terduaga
5 2 BELANJA LANGSUNG
5 2 1 Belanja pegawai
5 2 2 Belanja barang dan jasa
5 2 3 Belanja modal
1. Gaji pokok PNS,
2. Tunjangan keluarga,
3. Tunjangan jabatan,
4. Tunjangan fungsional,
5. Tunjangan pajak penghasilan,
6. Iuran askes,
7. Uang konsumsi,
8. Uang paket,
9. Tunjangan panitia musyawarah,
10.Tunjangan panitia anggaran.
11. Dts ……………………………
KODE REKENING BELANJA
Kode
Rekening KETERANGAN
5 BELANJA DAERAH
5 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
5 1 1 BELANJA PEGAWAI
5 1 1 01 Gaji dan tunjangan
5 1 1 01 01 Gaji pokok PNS
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
105
5 1 1 01 02 Tunjangan keluarga
5 1 1 01 03 Tunjangan jabatan
5 1 1 01 04 Tunjangan fungsional
5 1 1 01 05 Tunjangan beras
5 1 1 01 06 Tunjangan PPh Pasal 21
5 1 1 01 07 Iuran asuransi kesehatan
5 1 1 01 08 Tunjangan komisi
5 1 1 01 09 Tunjangan panitia musyawarah
5 1 1 01 10 Tunjangan panitia anggaran
5 1 1 01 11 Tunjangan perumahan
5 1 1 01 12 Uang duka/tewas
5 1 1 01 13 Uang jasa pengabdian
5 1 1 01 14 Dst ……………………………..
5 1 1 02 Tambahan penghasilan PNS
5 1 1 02 01 Tambahan penghasilan berdasarkan
beban kerja
5 1 1 02 02 Tambahan penghasilan berdasarkan
tempat tugas
5 1 1 02 03 Tambahan penghasilan berdasarkan
tempat kondisi kerja
5 1 1 02 04 Tambahan penghasilan berdasarkan
kelangkaan profesi
5 1 1 02 05 Tambahan penghasilan berdasarkan
prestasi kerja
5 1 1 02 06 Dst ………………….
5 1 1 03 Belanja penerimaan lainnya pimpinan
DPRD/BKDH/WKDH
5 1 1 03 01 Belanja penunjang operasional ketua
DPRD
5 1 1 03 02 Belanja penunjang operasional wakil
ketua DPRD
5 1 1 03 03 Belanja penunjang operasional wakil
ketua I DPRD
5 1 1 03 04 Belanja penunjang operasional wakil
ketua II DPRD
106 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 1 1 03 05 Belanja penunjang operasional kepala
daerah
5 1 1 03 06 Belanja penunjang operasional wakil
kepala daerah
5 1 1 03 07 Belanja penunjang sekretaris daerah
5 1 1 03 08 Dst …………………………..
5 1 1 04 Biaya pemungutan pajak daerah
5 1 1 04 01 Biaya pemungutan pajak bumi dan
bangunan (PBB)
5 1 1 04 02 Biaya pemungutan pajak daerah
5 1 1 04 03 baya pemungutan retribusi daerah
5 1 1 04 04 Dst …………………………..
5 1 2 BELANJA BUNGA
5 1 2 01 Bunga utang pinjaman
5 1 2 01 01 Bunga utang pinjaman kepada
Pemerintah pusat
5 1 2 01 02 Bunga utang pinjaman kepada
Pemerintah provisi
5 1 2 01 03 Bunga utang pinjaman kepada
Pemerintah daerah
5 1 2 01 04 Bunga utang pinjaman kepada
lembaga keuangan bank
5 1 2 01 05 Bunga utang pinjaman kepada
lembaga keuangan non bank
5 1 2 01 06 Dst …………………………..
5 1 2 02 Bunga utang obligasi
5 1 2 02 01 Bunga utang obligasi
5 1 2 02 02 Dst …………………………..
5 1 3 BELANJA SUBSIDI
5 1 3 01 Belanja subsidi kepada
perusahaan/lembaga
5 1 3 01 01 Belanja subsidi kepada perusahaan
5 1 3 01 02 Belanja subsidi kepada lembaga
5 1 3 01 03 Dst …………………………..
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
107
5 1 4 BELANJA HIBAH
5 1 4 01 Belanja hibah kepada pemerintah
pusat
5 1 4 01 01 Pemerintah pusat
5 1 4 01 02 Dst ………………….
5 1 4 02 Belanja hibah kepada pemerintah
daera lainnya-3
5 1 4 02 01 Pemerintah daerah
5 1 4 02 02 Dst ………………….
5 1 4 03 Belanja hiba kepada pemerintah desa
5 1 4 03 01 Pemerintah desa
5 1 4 03 02 Dst ………………….
5 1 4 04 Belanja hibah kepada perusahaan
daerah (BUMD)/dan BUMN
5 1 4 04 01 Belanja hibah kepada perusahaan
daerah (BUMD)
5 1 4 04 02 Belanja hibah kepada perusahaan
negara (BUMN)
5 1 4 04 03 Dst ………………….
5 1 4 05 Belanja hibah kepada
badan/lembaga/organisasi swasta
5 1 4 05 01 Belanja hibah kepada lembaga swasta
5 1 4 05 02 Belanja hibah kepada badan swasta
5 1 4 05 03 Dst ………………….
5 1 4 06 Belanja hibah kepada
Badan/lembaga/organisasi swasta
5 1 4 06 01 Belanja hibah kepada kelompok
masyarakat
5 1 4 06 02 Belanja hibah kepada usaha
perorangan
5 1 4 06 03 Dst ………………….
5 1 5 BELANJA BANTUAN SOSIAL
108 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 1 5 01 Belanja bantuan sosial organisasi
kemasyarakatan
5 1 5 01 01 Belanja bantuan sosial organisasi
kemasyarakatan
5 1 5 01 02 Dst ………………….
5 1 5 Belanja bantuan partai politik
5 1 5 02 01 Belanja bantuan partai politik
5 1 5 02 02 Dst ………………….
5 1 6 BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KAB/KOTA DAN DESA
5 1 6 01 01 Belanja bagi hasil pajak kepada
pemerintahan provinsi
5 1 6 01 02 Dst ………………….
5 1 6 02 Belanja bagi hasil pajak kepada
pemerintahan kabupaten
5 1 6 02 01 Belanja bagi hasil pajak kepada
pemerintahan kabupaten
5 1 6 02 02 Dst ………………….
5 1 6 03 Belanja dagi hasil pajak kepada
pemerintahan kota
5 1 6 03 01 Belanja bagi hasil pajak kepada
pemerintahan kota
5 1 6 03 02 Dst ………………….
5 1 6 04 Belanja bagi hasil pajak kepada
pemerintahan desa
5 1 6 04 01 Belanja bagi hasil pajak kepada
pemerintahan desa
5 1 6 04 02 Dst ………………….
5 1 6 05 Belanja bagi hasil retribusi kepada
pemerintahan kabupaten/kota/ desa
5 1 6 05 01 Belanja bagi hasil retribusi kepada
pemerintah kabupaten
5 1 6 05 02 Dst ………………….
5 1 6 06 Belanja bagi hasil retribusi kepada
pemerintahan kota
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
109
5 1 6 06 01 Belanja bagi hasil retribusi kepada
pemerintah kota
5 1 6 06 02 Dst ………………….
5 1 6 07 Belanja bagi hasil retribusi kepada
pemerintahan desa
5 1 6 07 01 Belanja bagi hasil retribusi kepada
pemerintah desa
5 1 6 07 02 Dst ………………….
5 1 7
BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KAPADA PROVINSI/ KABUPATEN/
KOTA DAN PEMERINTA DESA
5 1 7 01 Belanja bantuan keuangan kepada
provinsi
5 1 7 01 01 Belanja bantuan keuangan kepada
provinsi…….
5 1 7 01 02 Dst…..
5 1 7 02 Belanja bantuan keuangan kepada
kabupaten/ kota
5 1 7 02 01 Belanja bantuan keuangan kepada
kabupaten/ kota…
5 1 7 02 02 Dst…
5 1 7 03 Belanja bantuan keuangan kepada
desa
5 1 7 03 01 Belanja bantuan keuangan kepada
desa……
5 1 7 03 02 Dst…
5 1 7 04
Belanja bantuan keuangan kepada
pemerintah daerah/ pemerintahan
desa lainnya
5 1 7 04 01 Belanja bantuan keuangan kepada
provinsi…
5 1 7 04 02 Belanja bantuan keuangan kepada
kabupaten/ kota..
5 1 7 04 03 Belanja bantuan keuangan kepada
pemerintahan desa…
5 1 7 04 04 Dst…
110 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 1 8 BELANJA TIDAK TERDUGA
5 1 8 01 Belanja tidak terduga
5 1 8 01 01 Belanja tidak terduga
5 2 BELANJA LANGSUNG
5 2 1 BELANJA PEGAWAI
5 2 1 01 Honorarium PNS
5 2 1 01 01
Honorarium panitia pelaksana
kegiatan
5 2 1 01 02 Honorarium tim pengadaan barang
dan jasa
5 2 1 01 03 Dst…
5 2 1 02 Honorarium non PNS
5 2 1 02 01 Honorarium tenaga ahli/
Instruktur/ narasumber
5 2 1 02 02 Honorarium pegawai honorer/ tidak
tetap
5 2 1 02 03 Dst…
5 2 1 03 Uang lembur
5 2 1 03 01 Uang lembur PNS
5 2 1 03 02 Uang lembur non PNS
5 2 1 04 Belanja beasiswa pendidikan PNS
5 2 1 04 01 Belanja beasiswa tugas belajar D3
5 2 1 04 02 Belanja beasiswa tugas belajar S1
5 2 1 04 03 Belanja beasiswa tugas belajar S2
5 2 1 04 04 Belanja beasiswa tugas belajar S3
5 2 1 05
Belanja kursus, pelatian, sosialisasi
dan bimbingan teknis PNS
5 2 1 05 01 Belanja kursus-kursus singkat/
pelatihan
5 2 1 05 02 Belanja sosialisasi
5 2 1 05 03 Belanja bimbingan teknis
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
111
5 2 1 05 04 Dst…
5 2 2 BELANJA BARANG DAN JASA
5 2 2 01 Belanja bahan habis pakai
5 2 2 01 01 Belanja alat tulis kantor
5 2 2 01 02 Belanja dokumen/ administrasi
tender
5 2 2 01 03 Belanja alat listrik dan elektronik
(lampu pijar, battery kering)
5 2 2 01 04 Belanja perangko, materai dan
benda pos lainnya
5 2 2 01 05 Belanja peralatan kebersihan dan
bahan pembersih
5 2 2 01 06 Belanja bahan bakar minyak/ gas
5 2 2 01 07 Belanja pengisian tabung pemadam
kebakaran
5 2 2 01 08 Belanja pengisian tabung gas
5 2 2 01 09 Dst…
5 2 2 02 Belanja bahan/material
5 2 2 02 01 Belanja bahan baku bangunan
5 2 2 02 02 Belanja bahan/bibit tanaman
5 2 2 02 03 Belanja bibit ternak
5 2 2 02 04 Belanja bahan obat-obatan
5 2 2 02 05 Belanja bahan kimia
5 2 2 02 06 Dst…
5 2 2 03 Belanja jasa kantor
5 2 2 03 01 Belanja telepon
5 2 2 03 02 Belanja air
5 2 2 03 03 Belanja listrik
5 2 2 03 04 Belanja jasa pengumuman lelang/
pemenang lelang
5 2 2 03 05 Belanja surat kabar/majalah
5 2 2 03 06 Belanja kawat/faksimili/internet
112 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 2 2 03 07 Belanja paket/pengiriman
5 2 2 03 08 Belanja sertifikasi
5 2 2 03 09 Belanja jasa transaksi keuangan
5 2 2 03 10 Belanja jasa administrasi pungutan
Pajak penerangan jalan umum
5 2 2 03 11
Belanja jasa administrasi pungutan
pajak bahan bakar kendaraan
bermotor
5 2 2 03 12 Dst…
5 2 2 04 Belanja Premi Asuransi
5 2 2 04 01 Belanja Premi Asuransi Kesehatan
5 2 2 04 02 Belanja Premi Asuransi Barang
Milik Daerah
5 2 2 04 03 Dst…
5 2 2 05 Belanja pemeliharaan/perawatan
gedung
5 2 2 05 01 Gedung kantor
5 2 2 05 02 Gedung perpustakaan
5 2 2 05 03 Gedung arsip daerah
5 2 2 05 04 Gedung sekolah taman kanak-
kanak
5 2 2 05 05 Gedung sekolah dasar/MIN
5 2 2 05 05 Gedung sekolah menengan
Pertama/madrasah tsanawiyah
5 2 2 05 05 Gedung sekolah menengah
atas/kejuruan
5 2 2 05 06 Dst…
5 2 2 06 Belanja perawatan kendaraan
bermotor
5 2 2 06 01 Belanja jasa service
5 2 2 06 02 Belanja penggantian suku cadang
5 2 2 06 03 Belanja bahan bakar minyak/gas
dan pelumas
5 2 2 06 04 Belanja jasa KIR
5 2 2 06 05 Belanja surat tanda nomor
kendaraan
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
113
5 2 2 06 06 Belanja perpanjangan surat ijin
mengemudi
5 2 2 06 07 Dst…
5 2 2 07 Belanja cetak dan penggandaan
5 2 2 07 01 Belanja cetak
5 2 2 07 02 Belanja penggandaan
5 2 2 07 03 Dst…
5 2 2 08 Belanja sewa
Rumah/gedung/gudang/parkir
5 2 2 08 01 Belanja sewa rumah jabatan/rumah
dinas
5 2 2 08 02 Belanja sewa gedung/
kantor/tempat
5 2 2 08 03 Belanja sewa ruang
rapat/pertemuan
5 2 2 08 04 Belanja sewa tempat parkir/uang
tambat/sanggar sarana mobilitas
5 2 2 08 05 Dst..
5 2 2 09 Belanja sewa sarana mobilitas
5 2 2 09 01 Belanja sewa sarana mobilitas darat
5 2 2 09 02 Belanja sewa sarana mobilitas Air
5 2 2 09 03 Belanja sewa sarana mobilitas
udara
5 2 2 09 04 Dst…………………………
5 2 2 10 Belanja sewa alat berat
5 2 2 10 01 Belanja sewa eskavator
5 2 2 10 02 Belanja sewa buldoser
5 2 2 10 03 Dst…………………………
5 2 2 11 Belanja sewa perlengkapan dan
peralatan kantor
5 2 2 11 01 Belanja sewa meja kursi
5 2 2 11 02 Belanja sewa komputer dan printer
5 2 2 11 03 Belanja sewa proyektor
5 2 2 11 04 Belanja sewa generator
114 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 2 2 11 05 Belanja sewa tenda
5 2 2 11 06 Belanja sewa pakaian
adat/tradisional
5 2 2 11 07 Dst…………………………
5 2 2 12 Belanja makanan dan minuman
5 2 2 12 01 Belanja makanan dan minuman
harian pegawai
5 2 2 12 02 Belanja makanan dan minuman
rapat
5 2 2 12 03 Belanja makanan dan minuman
tamu
5 2 2 12 04 Dst…………………………
5 2 2 13 Belanja pakaian dinas dan
atributnya
5 2 2 13 01 Belanja pakaian dinas KDH dan
WKDH
5 2 2 13 02 Belanja pakaian sipil harian (PSH)
5 2 2 13 03 Belanja pakaian sipil lengkap (PSL)
5 2 2 13 04 Belanja pakaian dinas harian (PSH)
5 2 2 13 05 Belanja pakaian dinas upacara
(PDU)
5 2 2 13 06 Dst…………………………
5 2 2 14 Belanja pakaian kerja
5 2 2 14 01 Belanja pakaian kerja lapangan
5 2 2 14 02 Dst…………………………
5 2 2 15 Belanja pakaian khusus dan hari-
hari tertentu
5 2 2 15 01 Belanja pakaian KORPRI
5 2 2 15 02 Belanja pakaian adat
5 2 2 15 03 Belanja pakaian batik tradisional
5 2 2 15 04 Belanja pakaian olah raga
5 2 2 15 05 Dst…………………………
5 2 2 16 Belanja perjalanan dinas
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
115
5 2 2 16 01 Belanja perjalanan dinas dalam
daerah
5 2 2 16 02 Belanja perjalanan dinas luar
daerah
5 2 2 16 03 Dst…………………………
5 2 2 17 Belanja perjalanan pinda tugas
5 2 2 17 01 Belanja perjalanan pindah tugas
dalam negeri
5 2 2 17 02 Belanja perjalanan pindah tugas
luar negeri
5 2 2 17 03 Dst…………………………
5 2 2 18 Belanja pemulangan pegawai
5 2 2 18 01 Belanja pemulangan pegawai yang
pensiun dalam daerah
5 2 2 18 02 Belanja pemulangan pegawai yang
pensiun luar daerah
5 2 2 18 03 Belanja pemulangan pegawai yang
tewas dalam melaksanakan tugas
5 2 2 18 04 Dst…………………………
5 2 3 BELANJA MODAL
5 2 3 01 Belanja modal pengadaan tanah
5 2 3 01 01 Belanja modal pengadaan tanah
kantor
5 2 3 01 02 Belanja modal pengadaan tanah
sarana kesehatan rumah sakit
5 2 3 01 03 Belanja modal pengadaan tanah
sarana kesehatan puskesmas
5 2 3 01 04 Belanja modal pengadaan tanah
sarana kesehatan poliklinik
5 2 3 01 05
Belanja modal pengadaan tanah
sarana pendidikan taman kanak-
kanak
5 2 3 01 06 Belanja modal pengadaan tanah
sarana pendidikan sekolah dasar
5 2 3 01 07
Belanja modal pengadaan tanah
sarana pendidikan menengah
umum dan kejuruan
5 2 3 01 08 Belanja modal pengadaan tanah
sarana pendidikan menengah
116 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
lanjutan dan kejuruan
5 2 3 01 09
Belanja modal pengadaan tanah
sarana pendidikan luar
biasa/khusus
5 2 3 01 10
Belanja modal pengadaan tanah
sarana pendidikan pelatihan dan
kursus
5 2 3 01 11 Belanja modal pengadaan tanah
sarana sosial panti asuhan
5 2 3 01 12 Belanja modal pengadaan tanah
sarana sosial panti jompo
5 2 3 01 13 Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum terminal
5 2 3 01 14 Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum dermaga
5 2 3 01 15
Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum lapangan terbang
perintis
5 2 3 01 16 Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum rumah potong hewan
5 2 3 01 17
Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum tempat pelelangan
ikan
5 2 3 01 18
Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum pasar
5 2 3 01 19
Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum tempat pembuangan
akhir sampah
5 2 3 01 20
Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum taman
5 2 3 01 21 Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum pusat hiburan rakyat
5 2 3 01 22
Belanja modal pengadaan tanah
sarana umum ibadah
5 2 3 01 23
Belanja modal pengadaan tanah
sarana stadion olahraga
5 2 3 01 24
Belanja modal pengadaan tanah
perumahan
5 2 3 01 25
Belanja modal pengadaan tanah
pertanian
5 2 3 01 26
Belanja modal pengadaan tanah
perkebunan
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
117
5 2 3 01 27
Belanja modal pengadaan tanah
perikanan
5 2 3 01 28
Belanja modal pengadaan tanah
peternakan
5 2 3 01 29
Belanja modal pengadaan tanah
perkampungan
5 2 3 01 30
Belanja modal pengadaan tanah
pergudangan/tempat penimbunan
material bahan baku
5 2 3 01 31 Dst ……………………………….
5 2 2
Belanja modal pengadaan alat-alat
berat
5 2 2 02 01 Belanja modal pengadaan traktor
5 2 2 02 02 Belanja modal pengadaan buldozer
5 2 2 02 03 Belanja modal pengadaan stoom
wals
5 2 2 02 04 Belanja modal pengadaan eskavator
5 2 2 02 05
Belanja modal pengadaan dump
truk
5 2 2 02 06 Belanja modal pengadaan crane
5 2 2 02 07 Belanja modal pengadaan
kendaraan pengapu jalan
5 2 2 02 08 Belanja modal pengadaan mesin
pengolah semen
5 2 2 02 09 Belanja modal pengadaan mesin
pengolah air bersih
5 2 2 02 10 Dst ……………………………….
5 2 3 03
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor
5 2 3 03 01 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor sedan
5 2 3 03 02 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor jeep
5 2 3 03 03
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor station
wagon
5 2 3 03 04 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor bus
5 2 3 03 05 Belanja modal pengadaan alat-alat
118 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
angkutan darat bermotor micro bus
5 2 3 03 06 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor truk
5 2 3 03 07
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor (tangki
air, minyak, tinja)
5 2 3 03 08 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor boks
5 2 3 03 09 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor pick up
5 2 3 03 10 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor ambulans
5 2 3 03 11
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor pemadam
kebakaran
5 2 3 03 12
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor sepeda
motor
5 2 3 03 13
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor
lift/elevator
5 2 3 03 14
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat bermotor tangga
berjalan
5 2 3 03 15 Dst ……………………………….
5 2 3
Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan darat tidak bermotor
5 2 3 04 01 Belanja modal pengadaan grobak
5 2 3 04 02 Belanja modal pengadaan
pedati/delman/dokar/bendi/cidomo
5 2 3 04 03 Belanja modal pengadaan becak
5 2 3 04 04 Belanja modal pengadaan sepeda
5 2 3 04 05 Belanja modal pengadaan karavan
5 2 3 04 06 Dst ……………………………….
5 2 3 05 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan di atas air bermotor
5 2 3 05 01 Belanja modal pengadaan kapal
5 2 3 05 02 Belanja modal pengadaan kapal feri
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
119
5 2 3 05 03 Belanja modal pengadaan kapal
speed boat
5 2 3 05 04 Belanja modal pengadaan kapal
motor boat/motor tempel
5 2 3 05 05 Belanja modal pengadaan kapal
hydro foil
5 2 3 05 06 Belanja modal pengadaan kapal
kapal tug boat
5 2 3 05 07 Belanja modal pengadaan kapal
kapal tanker
5 2 3 05 08 Belanja modal pengadaan kapal
kargo
5 2 3 05 09 Belanja modal pengadaan kapal
5 2 3 05 10 Dst ……………………………….
5 2 3 06 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan di atas air tidak bermotor
5 2 3 06 01 Belanja modal pengadaan perahu
layar
5 2 3 06 02 Belanja modal pengadaan perahu
sampan
5 2 3 06 03 Belanja modal pengadaan perahu
tongkang
5 2 3 06 04 Belanja modal pengadaan perahu
karet
5 2 3 06 05 Belanja modal pengadaan perahu
rakit
5 2 3 06 06 Belanja modal pengadaan perahu
sekot
5 2 3 06 07 Dst ……………………………….
5 2 3 07 Belanja modal pengadaan alat-alat
angkutan udara
5 2 3 07 01 Belanja modal pengadaan pesawat
kargo
5 2 3 07 02 Belanja modal pengadaan pesawat
penumpang
5 2 3 07 03 Belanja modal pengadaan pesawat
helikopter
5 2 3 07 04 Belanja modal pengadaan pesawat
pemadam kebakaran
120 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 2 3 07 05 Belanja modal pengadaan pesawat
capung
5 2 3 07 06 Belanja modal pengadaan pesawat
terbang ampibi
5 2 3 07 07 Belanja modal pengadaan pesawat
terbang layang
5 2 3 07 08 Dst ……………………………….
5 2 3 08 Belanja modal pengadaan alat-alat
bengkel
5 2 3 08 01 Belanja modal pengadaan mesin las
5 2 3 08 02 Belanja modal pengadaan mesin
bubut
5 2 3 08 03 Belanja modal pengadaan mesin
dongkrak
5 2 3 08 04 Belanja modal pengadaan mesin
kompresor
5 2 3 08 05 Belanja modal pengadaan mesin
5 2 3 08 06 Dst ……………………………….
5 2 3 09 Belanja modal pengadaan alat-alat
pengolaan pertanian dan peternakan
5 2 3 09 01 Belanja modal pengadaan penggiling
hasil pertanian
5 2 3 09 02 Belanja modal pengadaan pengering
gabah
5 2 3 09 03 Belanja modal pengadaan mesin
bajak
5 2 3 09 04 Belanja modal pengadaan alat penetas
telur
5 2 3 09 05 Dst ……………………………….
5 2 3 10 Belanja Modal Pengadaan Peralatan
Kantor
5 2 3 10 01 Belanja modal pengadaan mesin ketik
5 2 3 10 02 Belanja modal pengadaan mesin
hitung
5 2 3 10 03 Belanja modal pengadaan mesin
stensil
5 2 3 10 04 Belanja modal pengadaan mesin foto
copy
5 2 3 10 05 Belanja modal pengadaan mesin cetak
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
121
5 2 3 10 06 Belanja modal pengadaan mesin jilid
5 2 3 10 07 Belanja modal pengadaan mesin
potong kertas
5 2 3 10 08 Belanja modal pengadaan mesin
penghancur kertas
5 2 3 10 09 Belanja modal pengadaan mesin tulis
elektronik
5 2 3 10 10 Belanja modal pengadaan mesin
visual elektronik
5 2 3 10 11 Belanja modal pengadaan mesin
tabung pemadam kebakaran
5 2 3 10 12 Dst ……………………………….
5 2 3 11 Belanja modal pengadaan perleng-
kapan kantor
5 2 3 11 01 Belanja modal pengadaan meja
gambar
5 2 3 11 02 Belanja modal pengadaan almari
5 2 3 11 03 Belanja modal pengadaan brankas
5 2 3 11 04 Belanja modal pengadaan filing
kabinet
5 2 3 11 05 Belanja modal pengadaan white board
5 2 3 11 06 Belanja modal pengadaan penunjuk
waktu
5 2 3 11 07 Dst ……………………………….
5 2 3 12 Belanja modal pengadaan komputer
5 2 3 12 01 Belanja modal pengadaan komputer
mainframe/server
5 2 3 12 02 Belanja modal pengadaan
komputer/PC
5 2 3 12 03 Belanja modal pengadaan komputer
note book
5 2 3 12 04 Belanja modal pengadaan printer
5 2 3 12 05 Belanja modal pengadaan scaner
5 2 3 12 06 Belanja modal pengadaan
monitor/display
5 2 3 12 07 Belanja modal pengadaan CPU
5 2 3 12 08 Belanja modal pengadaan komputer
UPS/stabilisator
122 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 2 3 12 09
Belanja modal pengadaan komputer kelengkapan komputer (flash
disk,mouse,keyboard hardisk,
speaker)
5 2 3 12 10 Belanja modal pengadaan peralatan
jaringan komputer
5 2 3 12 11 Dst ……………………………….
5 2 3 13 Belanja modal pengadaan mebeulair
5 2 3 13 01 Belanja modal pengadaan meja kerja
5 2 3 13 02 Belanja modal pengadaan meja rapat
5 2 3 13 03 Belanja modal pengadaan meja maka
5 2 3 13 04 Belanja modal pengadaan kursi kerja
5 2 3 13 05 Belanja modal pengadaan kursi rapat
5 2 3 13 06 Belanja modal pengadaan kursi
makan
5 2 3 13 07 Belanja modal pengadaan tempat
tidur
5 2 3 13 08 Belanja modal pengadaan sofa
5 2 3 13 09 Belanja modal pengadaan rak
buku/tv/kembang
5 2 3 13 10 Dst ……………………………….
5 2 3 14 Belanja modal pengadaan peralatan
dapur
5 2 3 14 01 Belanja modal pengadaan tabung gas
5 2 3 14 02 Belanja modal pengadaan kompor gas
5 2 3 14 03
Belanja modal pengadaan lemari
makan
5 2 3 14 04 Belanja modal pengadaan dispenser
5 2 3 14 05 Belanja modal pengadaan kulkas
5 2 3 14 06 Belanja modal pengadaan rak piring
5 2 3 14 07 Belanja modal pengadaan piring,gelas,
Mangkok,cangkir,sendok,garpuk,pisau
5 2 3 14 08 Dst ……………………………….
5 2 3 15
Belanja modal pengadaan penghias
ruangan rumah tangga
5 2 3 15 01 Belanja modal pngadaan lampu hias
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
123
5 2 3 15 02
Belanja modal pengadaan jam
dinding/meja
5 2 3 15 03 Dst ……………………………….
5 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Studio
5 2 3 16 01 Belanja modal pengadaan kamera
5 2 3 16 02 Belanja modal pengadaan handycam
5 2 3 16 03 Belanja modal pengadaan proyektor
5 2 3 16 04 Dst ……………………………….
5 2 3 17 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Komunikasi
5 2 3 17 01 Belanja modal pengadaan telepon
5 2 3 17 02 Belanja modal pengadaan faximili
5 2 3 17 03 Belanja modal pengadaan radio SSB
5 2 3 17 04 Belanja modal pengadaan radio
HF/FM (handy talkie)
5 2 3 17 05 Belanja modal pengadaan radio VHF
5 2 3 17 06 Belanja modal pengadaan UHF
5 2 3 17 07 Belanja modal pengadaan alat sandi
5 2 3 17 08 Dst ……………………………….
5 2 3 18 Belanja modal pengadaan alat-alat
ukur
5 2 3 18 01 Belanja modal pengadaan timbangan
5 2 3 18 02 Belanja modal pengadaan teodolite
5 2 3 18 03 Belanja modal pengadaan alat uji
emisi
5 2 3 18 04 Belanja modal pengadaan alat GPS
5 2 3 18 05 Belanja modal pengadaan
kompas/peralatan navigasi
5 2 3 18 06 Belanja modal pengadaan bejana ukur
5 2 3 18 07 Belanja modal pengadaan barometer
5 2 3 18 08 Belanja modal pengadaan
seismograph
5 2 3 18 09 Belanja modal pengadaan
124 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
ultrasonograph
5 2 3 18 10 Dst ……………………………….
5 2 3 19 Belanja modal pengadaan alat-alat
Kedokteran
5 2 3 19 01 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran umum
5 2 3 19 02 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran gigi
5 2 3 19 03 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran THT
5 2 3 19 04 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran mata
5 2 3 19 05 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran bedah
5 2 3 19 06 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran anak
5 2 3 19 07
Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran kebidanan dan penyakit
kandungan
5 2 3 19 08 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran kulit dan kelamin
5 2 3 19 09 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran
5 2 3 19 10 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran kardiologi
5 2 3 19 11 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran neurologi
5 2 3 19 12 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran orthopedi
5 2 3 19 13 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran hewan
5 2 3 19 14 Belanja modal pengadaan alat-alat
kedokteran farmasi
5 2 3 19 15 Belanja modal pengadaan alat-alat
penyakit dalam/internis
5 2 3 19 16 Dst ……………………………….
5 2 3 20 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium
5 2 3 20 01 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium biologi
5 2 3 20 02 Belanja modal pengadaan alat-alat
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
125
laboratorium fisika/geologi/geodesi
5 2 3 20 03 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium kimia
5 2 3 20 04 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium pertanian
5 2 3 20 05 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium peternakan
5 2 3 20 06 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium perkebunan
5 2 3 20 07 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium perikanan
5 2 3 20 08 Belanja modal pengadaan alat-alat
laboratorium basa
5 2 3 20 09 Belanja modal pengadaan alat-alat
peraga/praktik sekolah
5 2 3 20 10 Dst ……………………………….
5 2 3 21 Belanja modal pengadaan konstruksi
Jalan
5 2 3 21 01 Belanja modal pengadaan konstruksi
jalan
5 2 3 21 02 Belanja modal pengadaan konstruksi
jalan fly over
5 2 3 21 03 Belanja modal pengadaan konstruksi
under pass
5 2 3 21 04 Dst ……………………………….
5 2 3 22 Belanja modal pengadaan konstruksi
jembatan
5 2 3 22 01 Belanja modal pengadaan konstruksi
jembatan gantung
5 2 3 22 02 Belanja modal pengadaan konstruksi
jembatan ponton
5 2 3 22 03 Belanja modal pengadaan konstruksi
jembatan penyeberangan orang
5 2 3 22 04 Belanja modal pengadaan konstruksi
jembatan penyeberangan di atas air
5 2 3 22 05 Dst ……………………………….
5 2 3 23 Belanja modal pengadaan konstruksi
jaringan air
5 2 3 23 01 Belanja modal pengadaan konstruksi
bendungan
126 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 2 3 23 02 Belanja modal pengadaan konstruksi
waduk
5 2 3 23 03 Belanja modal pengadaan konstruksi
kanal permukaan
5 2 3 23 04 Belanja modal pengadaan konstruksi
kanal bawah tanah
5 2 3 23 05 Belanja modal pengadaan konstruksi
jaringan irigasi
5 2 3 23 06 Belanja modal pengadaan konstruksi
jaringan air bersih/air minum
5 2 3 23 07 Belanja modal pengadaan konstruksi
reservoir
5 2 3 23 08 Belanja modal pengadaan konstruksi
pintu air
5 2 3 23 09 Dst ……………………………….
5 2 3 24 Belanja modal pengadaan penerangan
jalan,taman dan hutan kota
5 2 3 24 01 Belanja modal pengadaan lampu hias
jalan
5 2 3 24 02 Belanja modal pengadaan lampu hias
taman
5 2 3 24 03 Belanja modal pengadaan lampu
penerang hutan kota
5 2 3 24 04 Dst ……………………………….
5 2 3 25 Belanja modal pengadaan instalasi
listrik dan telepon
5 2 3 25 01 Belanja modal pengadaan listrik
5 2 3 25 02 Belanja modal pengadaan instalasi
telepon
5 2 3 25 03 Dst ……………………………….
5 2 3 26 Belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian bangunan
5 2 3 26 01 Belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian gedung kantor
5 2 3 26 02 Belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian rumah jabatan
5 2 3 26 03 Belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian rumah dinas
5 2 3 26 04 Belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian gedung gudang
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
127
5 2 3 26 05
Belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian bangunan
bersejarah
5 2 3 26 06
Belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian bangunan
monumen
5 2 3 26 07 Belanja modal pengadaan konstruksi
tugu peringatan
5 2 3 26 08 Dst ……………………………….
5 2 3 27 Belanja modal pengadaan buku
Perpustakaan
5 2 3 27 01 Belanja modal pengadaan buku
matematika
5 2 3 27 02 Belanja modal pengadaan buku fisika
5 2 3 27 03 Belanja modal pengadaan buku kimia
5 2 3 27 04 Belanja modal pengadaan buku biologi
5 2 3 27 05 Belanja modal pengadaan buku
biografi
5 2 3 27 06 Belanja modal pengadaan buku
geografi
5 2 3 27 07 Belanja modal pengadaan buku
astronomi
5 2 3 27 08 Belanja modal pengadaan buku
arkeologi
5 2 3 27 09 Belanja modal pengadaan buku
bahasa dan sastra
5 2 3 27 10 Belanja modal pengadaan buku
keagamaan
5 2 3 27 11 Belanja modal pengadaan buku
sejarah
5 2 3 27 12 Belanja modal pengadaan buku seni
dan budaya
5 2 3 27 13 Belanja modal pengadaan buku ilmu
pengetahuan umum
5 2 3 27 14 Belanja modal pengadaan buku ilmu
pengetahuan social
5 2 3 27 15 Belanja modal pengadaan buku ilmu
politik dan ketatanegaraan
5 2 3 27 16 Belanja modal pengadaan buku ilmu
pengetahuan dan teknologi
128 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5 2 3 27 17 Belanja modal pengadaan buku
ensiklopedia
5 2 3 27 18 Belanja modal pengadaan buku
kamus bahasa
5 2 3 27 19 Belanja modal pengadaan buku
ekonomi dan keuangan
5 2 3 27 20 Belanja modal pengadaan buku
industri dan perdagangan
5 2 3 27 21 Belanja modal pengadaan buku
peraturan perundang-undangan
5 2 3 27 22 Belanja modal pengadaan buku
naskah
5 2 3 27 23 Belanja modal pengadaan buku
terbitan berkalah(jurnal compact Disk)
5 2 3 27 24 Belanja modal pengadaan buku
mikrofilm
5 2 3 27 25 Belanja modal pengadaan buku
peta/atlas/globe
5 2 3 27 26 Dst ……………………………….
5 2 3 28 Belanja Modal Pengadaan Bercorak
Kesenian, Kebudayaan
5 2 3 28 01 Belanja modal pengadaan lukisan/foto
5 2 3 28 02 Belanja modal pengadaan patung
5 2 3 28 03 Belanja modal pengadaan ukiran
5 2 3 28 04 Belanja modal pengadaan pahatan
5 2 3 28 05 Belanja modal pengadaan batu alam
5 2 3 28 06 Belanja modal pengadaan
maket/miniatur/diorama
5 2 3 28 07 Dst ……………………………….
5 2 3 29 Belanja modal pengadaan
Hewan/ternak dan tanaman
5 2 3 29 01 Belanja modal pengadaan hewan
kebun binatang
5 2 3 29 02 Belanja modal pengadaan ternak
5 2 3 29 03 Belanja modal pengadaan tanaman
5 2 3 29 04 Dst ……………………………….
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
129
5 2 3 30 Belanja modal pengadaan alat-alat
persenjataan/keamanan
5 2 3 30 01 Belanja modal pengadaan senjata api
5 2 3 30 02 Belanja modal pengadaan radar
5 2 3 30 03 Belanja modal pengadaan mobil water
canon
5 2 3 30 04 Belanja modal pengadaan borgol
5 2 3 30 05 Belanja modal pengadaan
sangkur/bayonet
5 2 3 30 06 Belanja modal pengadaan
perisai/temeng
5 2 3 30 07 Belanja modal pengadaan
detektor/logam
5 2 3 30 08 Belanja modal pengadaan rompimanti
peluruh
5 2 3 30 09 Belanja modal pengadaan pentungan
5 2 3 30 10 Belanja modal pengadaan helm
5 2 3 30 11 Belanja modal pengadaan
alaram/sirene
5 2 3 30 12 Belanja modal pengadaan
sentolop/senter
5 2 3 30 13 Dst ……………………………….
E. Kode Rekening Pembiayaan Daerah
KODE REKENING KETERANGAN
6 PEMBIAYAAN DAERAH
6 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN (Kelompok
Pembiayaan)
6 1 1 Sisa Lebih tahun anggaran sebelumnya
(jenis pembiayaan)
6 1 2 Pencairan dana cadangan
6 1 3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan
6 1 4 Penerimaan pinjaman
6 1 5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman
130 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
6 2 Penerimaan piutang daerah
6 2 1 PENGELUARAN PEMBIAYAAN (kelompok
pembiayaan)
6 2 2 Pembentukan dana cadangan (jenis
pembiayaan)
6 2 3 Penyertaan modal
6 2 4 Pembayaran pokok utang
6 2 5 Pemberian pinjaman daerah
KODE
REKENING KETERANGAN
6 PEMBIAYAAN DAERAH
6 1 Penerimaan pembiayaan daerah
6 1 1 Sisa lebi perhitungan anggaran
Tahun anggaran sebelumnya
6 1 1 01 Pelampauan penerimaan PAD
6 1 1 01 01 Pajak daerah
6 1 1 01 02 Retribusi daerah
6 1 1 01 03 Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan
6 1 1 01 04 Lain-lain PAD yang sah
6 1 1 02 Pelampauan penerimaan dana
perimbangan
6 1 1 02 01 Bagi hasil pajak
6 1 1 02 02 Bagi hasil bukan pajak/sumber daya
alam
6 1 1 02 03 Dst …………………..
6 1 1 03 01 Pelampauan penerimaan Lain-lain
pendapatan daerah yang sah
6 1 1 03 02 Dst …………………..
6 1 1 04 Sisa penghematan belanja atau
akibat lainnya
6 1 1 04 01 Belanja pegawai dari belanja tidak
langsung
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
131
6 1 1 04 02 Belanja pegawai dari belanja
langsung
6 1 1 04 03 Belanja barang dan Jasa
6 1 1 04 04 Belanja modal
6 1 1 04 05 Belanja bunga
6 1 1 04 06 Belanja subsudi
6 1 1 04 07 Belanja hibah
6 1 1 04 08 Belanja bantuan sSosial
6 1 1 04 09 Belanja bagi hasil
6 1 1 04 10 Belanja bantuan keuangan
6 1 1 04 11 Belanja tidak terduga
6 1 1 05
Kewajiban kepada pihak ketiga
sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan
6 1 1 05 01 Uang jaminan
6 1 1 05 02 Potongan taspen
6 1 1 05 03 Potongan beras
6 1 1 05 04 Askes
6 1 1 05 05 Dst …………………..
6 1 1 06 Kegiatan lanjutan
6 1 1 06 01 Kegiatan lanjutan
6 1 1 06 02 Dst …………………..
6 1 2 Pencairan dana cadangan
6 1 2 01 Pencairan dana cadangan
6 1 2 01 01 Pencairan dana cadangan nomor
6 1 2 01 02 Dst …………………..
6 1 3 Hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan
6 1 3 01 Hasil penjualan perusahaan milik
daerah/BUMD
6 1 3 01 01 BUMD ……
6 1 3 01 02 Dst …………………..
132 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
6 1 3 02
Hasil penjualan aset milik
pemerintah daerah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga
6 1 3 02 01
Hasil penjualan aset milik
pemerintah daerah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga
6 1 3 02 02 Dst …………………..
6 1 4 Penerimaan pinjaman daerah
6 1 4 01 01 Penerimaan pinjaman daerah dari
Pemerintah
6 1 4 01 02 Penerusan pinjaman
6 1 4 02 Penerimaan pinjaman daerah dari
Pemerintah daerah lain
6 1 4 02 01 Pemerintah daerah……..
6 1 4 02 02 Dst …………………..
6 1 4 03 Penerimaan pinjaman daerah dari
Lembaga keuangan bank
6 1 4 03 01 Lembaga keuangan bank
6 1 4 03 02 Dst …………………..
6 1 4 04 Penerimaan pinjaman daerah dari
lembaga keuangan bukan bank
6 1 4 04 01 Lembaga keuangan bukan bank
6 1 4 04 02 Dst …………………..
6 1 4 05 Penerimaan hasil penerbitan obligasi
daerah
6 1 4 05 01 Obligasi atas nama
6 1 4 05 02 Obligasi nomor
6 1 4 05 03 Dst …………………..
6 1 5 Penerimaan kembali pemberian
pinjaman
6 1 5 01 01 Penerimaan kembali penerimaan
Pinjaman
6 1 5 01 02 Penerimaan kembali penerimaan
pinjaman
6 1 5 01 03 Dst …………………..
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
133
6 1 6 Penerimaan piutang daerah
6 1 6 01 Penerimaan piutang daerah dari
pendapatan daerah
6 1 6 01 01 Penerimaan piutang daerah dari
pendapatan pajak daerah
6 1 6 01 02 Penerimaan piutang daerah dari
pendapatan retribusi daerah
6 1 6 01 03 Penerimaan piutang daerah dari lain-
lain pendapatan yang sah
6 1 6 02 Penerimaan piutang daerah dari
pemerintah
6 1 6 02 01 Penerimaan piutang daerah dari
pemerintah
6 1 6 02 02 Dst …………………..
6 1 6 03 Penerimaan piutang daerah dari
pemerintah daerah lain
6 1 6 03 01 Pemerintah daerah
6 1 6 03 02 Dst …………………..
6 1 6 04 Penerimaan piutang daerah dari
lembaga keuangan bank
6 1 6 04 01 Bank
6 1 6 04 02 Dst …………………..
6 1 6 05 Penerimaan piutang daerah dari
lembaga keuangan bukan bank
6 1 6 05 01 Lembaga keuangan bukan bank……..
6 1 6 05 02 Dst …………………..
6 2 Pengeluaran pembiayaan
6 2 1 Pembentukan dana cadangan
6 2 1 01 Pembentukan dana cadangan
6 2 1 01 01 Pembentukan dana cadangan
nomor……..
6 2 1 01 02 Dst …………………..
6 2 2 Penyertaan modal (investasi)
Pemerinta daerah
6 2 2 01 Badan usaha milik pemerintah
134 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
(BUMN)
6 2 2 01 01 BUMN ……….
6 2 2 01 02 Dst …………………..
6 2 2 02 Badan usaha milik pemerintah (BUM)
6 2 2 02 01 BUMB………
6 2 2 02 02 Dst …………………..
6 2 2 03 Badan usaha milik swasta
6 2 2 03 01 Badan…..
6 2 2 03 02 Dst …………………..
6 2 3 Pembayaran pokok utang
6 2 3 01 Pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo kepada pemerintah
6 2 3 01 01 Penerusan pinjaman
6 2 3 01 02 Dst …………………..
6 2 3 02
Pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo kepada pemerintah daerah
lain
6 2 3 02 01 Pemerintah daerah
6 2 3 02 02 Dst …………………..
6 2 3 03
Pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo kepada lembaga keuangan
bank
6 2 3 03 01 Bank
6 2 3 03 02 Dst …………………..
6 2 3 04
Pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo kepada lembaga keuangan
bukan bank
6 2 3 04 Lembaga keuangan bank
6 2 3 04 Dst …………………..
6 2 3 05 Pembayaran pokok utang sebelum
jatuh tempo kepada pemerintah
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
135
6 2 3 05 01 Penerusan pinjaman
6 2 3 05 02 Dst …………………..
6 2 3 06 Pembayaran pokok utang jatuh
tempo kepada pemerinta daerah lain
6 2 3 06 01 Pemerintah daerah
6 2 3 06 02 Dst …………………..
6 2 3 07
Pembayaran pokok utang sebelum
jatuh tempo kepada lembaga
keuangan bank
6 2 3 07 01 Bank
6 2 3 07 02 Dst …………………..
6 2 3 08
Pembayaran pokok utang sebelum
jatuh tempo kepada lembaga
keuangan bukan bank
6 2 3 08 01 Lembaga keuangan bukan bank
6 2 3 08 02 Dst …………………..
6 2 3 09 Pelunasan obligasi daerah pada saat
jatuh tempo
6 2 3 09 01 Obligasi atas nama
6 2 3 09 02 Obligasi nomor
6 2 3 09 03 Dst …………………..
6 2 3 10 Pelunasan obligasi daerah pada
sebelum jatuh tempo
6 2 3 10 01 Obligasi atas nama
6 2 3 10 02 Obligasi nomor
6 2 3 10 03 Dst …………………..
6 2 4 Pemberian pinjaman daerah
6 2 4 01 Pemberian pinjaman daerah kepada
Pemerintah
6 2 4 01 01 Pemerintah
6 2 4 01 02 Dst …………………..
6 2 4 02 Pemberian pinjaman daerah kepada
Pemerintah daerah lain
136 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
6 2 4 02 01 Pemerintah daerah
6 2 4 02 02 Dst …………………..
6 3 Sisa lebih pembiayaan anggaran
tahun berkenaan
F. Kode Rekening Aset Daerah
KODE REKENING KETERANGAN
1 ASET
1 1 ASET LANCAR
1 1 1 Kas
1 1 1 01 Kas di kas daerah
1 1 1 01 01 Kas di kas daerah
1 1 1 02 Kas di bendahara penerimaan
1 1 1 02 01 Kas di bendahara penerimaan
1 1 1 03 Kas di bendahara pengeluaran
1 1 1 03 01 Kas di bendahara pengeluaran
1 1 2 Investasi jangka pendek
1 1 2 01 Investasi dalam saham
1 1 2 01 01 Investasi dalam saham
1 1 2 01 02 Dst ……………
1 1 2 02 Investasi dalam obligasi
1 1 2 02 01 Investasi dalam obligasi
1 1 2 02 02 Dst ……………
1 1 3 Piutang
1 1 3 01 Piutang pajak
1 1 3 01 01 Piutang pajak
1 1 3 01 02 Dst ……………
1 1 3 02 Piutang retribusi
1 1 3 02 01 Piutang retribusi
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
137
1 1 3 02 02 Dst ……………
1 1 3 03 Piutang dana bagi hasil
1 1 3 03 01 Piutang dana bagi hasil pajak
1 1 3 03 02 Piutang dana bagi hasil bukan
pajak
1 1 3 03 03 Dst ……………
1 1 3 04 Piutang dana alokasi umum
1 1 3 04 01 Piutang dana alokasi umum
1 1 3 05 Piutang dana alokasi khusus
1 1 3 05 01 Piutang dana alokasi khusus
1 1 3 05 02 Dst ……………
1 1 4 01 Piutang lain-lain
1 1 4 01 01 Piutang bagian lancar penjualan
angsuran
1 1 4 01 02
Piutang bagian lancar penjualan
angsuran cicilan kendaraan
bermotor
1 1 4 01 03 Piutang bagian lancar penjualan
angsuran cicilan rumah
1 1 4 01 04 Dst ……………
1 1 4 02 Piutang ganti rugi atas kekayaan
daerah
1 1 4 02 01 Piutang ganti rugi atas kekayaan
daerah
1 1 4 02 02 Dst ……………
1 1 4 03 Piutang asil penjualan barang milik
daerah
1 1 4 03 01 Piutang asil penjualan barang milik
daerah
1 1 4 03 02 Dst ……………
1 1 4 04 01 Piutang dividen
1 1 4 04 02 Dst ……………
1 1 4 05 Piutang bagi hasil usaha perusaaan
daerah
138 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 1 4 05 01 Piutang bagi hasil usaha perusa-
haan daerah
1 1 4 05 02 Dst ……………
1 1 4 06 Piutang fasilitas sosial dan fasilitas
umum
1 1 4 06 01 Piutang fasilitas sosial dan fasilitas
umum
1 1 4 06 02 Dst ……………
1 1 5 Persediaan
1 1 5 01 Persediaan alat tulis kantor
1 1 5 01 01 Persediaan alat tulis kantor
1 1 5 01 02 Dst ……………
1 1 5 02 Persediaan alat listrik
1 1 5 02 01 Persediaan alat listrik
1 1 5 02 02 Dst ……………
1 1 5 03 Persediaan material/bahan
1 1 5 03 01 Persediaan bahan baku bangunan
1 1 5 03 02 Persediaan suku cadang sarana
mobilitas
1 1 5 03 03 Persediaan bahan/bibit ternak
1 1 5 03 04 Persediaan bibit ternak
1 1 5 03 05 Persediaan obat-obatan
1 1 5 03 06 Persediaan bahan kimia
1 1 5 03 07 Dst ……………
1 1 5 04 Persediaan benda pos
1 1 5 04 01 Persediaan perangko
1 1 5 04 02 Persediaan materai
1 1 5 04 03 Persediaan kertas segel
1 1 5 04 04 Dst ……………
1 1 5 05 Persediaan bahan bakar
1 1 5 05 01 Persediaan bahan bakar minyak
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
139
1 1 5 05 02 Dst ……………
1 1 5 06 Persediaan bahan makanan pokok
1 1 5 06 01 Persediaan bahan makanan pokok
1 1 5 06 02 Dst ……………
1 2 INVESTASI JANGKA PANJANG
1 2 1 Investasi non permanen
1 2 1 01 Pinjaman kepada perusahaan
negara
1 2 1 01 01 Pinjaman kepada perusahaan
negara
1 2 1 01 02 Dst ……………
1 2 1 02 Pinjaman kepada perusahaan
daerah
1 2 1 02 01 Pinjaman kepada perusahaan
daerah
1 2 1 02 02 Dst ……………
1 2 1 03 Pinjaman kepada perusahaan
daerah lainnya
1 2 1 03 01 Pinjaman kepada perusahaan
daerah lainnya
1 2 1 03 02 Dst ……………
1 2 1 04 Investasi dalam surat utang negara
1 2 1 04 01 Investasi dalam surat utang negara
1 2 1 04 02 Dst ……………
1 2 1 05 Investasi non permanen lainnya
1 2 1 05 01 Investasi non permanen lainnya
1 2 1 05 02 Dst ……………
1 2 2 Investasi permanen
1 2 2 01 Penyertaan modal pemerintah
daerah
1 2 2 01 01 Penyertaan modal pemerintah
daerah
1 2 2 01 02 Dst ……………
140 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 2 2 02 1 Penyertaan modal dalam proyek
pembangunan
1 2 2 02 01 Penyertaan modal dalam proyek
pembangunan
1 2 2 02 02 Dst ……………
1 2 2 03 Penyertaan modal dalam
perusahaan patungan
1 2 2 03 01 Penyertaan modal dalam
perusahaan patungan
1 2 2 03 02 Dst ……………
1 2 2 04 Investasi permanen lainnya
1 2 2 04 01 Investasi permanen lainnya
1 2 2 04 02 Dst ……………
1 3 AKTIVA TETAP
1 3 1 Tanah
1 3 1 01 Tanah kantor
1 3 1 01 01 Tanah kantor
1 3 1 01 02 Dst ……………
1 3 1 02 Tanah sarana kesehatan rumah
sakit
1 3 1 02 01 Tanah sarana kesehatan rumah
sakit
1 3 1 02 02 Dst ……………
1 3 1 02 Tanah sarana kesehatan rumah
sakit
1 3 1 03 Tanah sarana kesehatan puskesmas
1 3 1 03 01 Tanah sarana kesehatan puskesmas
1 3 1 03 02 Dst ……………
1 3 1 04 Tanah sarana kesehatan poliklinik
1 3 1 04 01 Tanah sarana kesehatan poliklinik
1 3 1 04 02 Dst ……………
1 3 1 04 Tanah sarana kesehatan poliklinik
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
141
1 3 1 05 Tanah sarana pendidikan taman
kanak-kanak
1 3 1 05 01 Tanah sarana pendidikan taman
kanak-kanak
1 3 1 05 02 Dst ……………
1 3 1 06 Tanah sarana pendidikan sekolah
dasar
1 3 1 06 01 Tanah sarana pendidikan sekolah
dasar
1 3 1 06 02 Dst ……………
1 3 1 07 Tanah sarana pendidikan sekolah
menengah umum dan kejuruan
1 3 1 07 01 Tanah sarana pendidikan sekolah
menengah umum dan kejuruan
1 3 1 08
Tanah sarana pendidikan sekolah
menengah lanjutan atas dan
kejuruan
1 3 1 08 01
Tanah sarana pendidikan sekolah
menengah lanjutan atas dan
kejuruan
1 3 1 08 02 Dst ……………
1 3 1 09 Tanah sarana pendidikan luar
biasa/khusus
1 3 1 09 01 Tanah sarana pendidikan luar
biasa
1 3 1 09 02 Tanah sarana pendidikan luar
khusus
1 3 1 09 03 Dst ……………
1 3 1 10 Tanah sarana pendidikan
pelatihan dan kursus
1 3 1 10 01 Tanah sarana pendidikan
pelatihan
1 3 1 10 02 Tanah sarana pendidikan kursus
1 3 1 10 03 Dst ……………
1 3 1 11 Tanah sarana sosial panti asuhan
1 3 1 11 01 Tanah sarana sosial panti asuhan
1 3 1 11 02 Dst ……………
1 3 1 12 Tanah sarana sosial panti jompo
1 3 1 12 01 Tanah sarana sosial panti jompo
142 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 3 1 12 02 Dst ……………
1 3 1 13 Sarana umum terminal
1 3 1 13 01 Sarana umum terminal
1 3 1 13 02 Dst ……………
1 3 1 14 Tanah sarana umum dermaga
1 3 1 14 01 Tanah sarana umum dermaga
1 3 1 14 02 Dst ……………
1 3 1 15 Tanah sarana umum lapangan
terbang perintis
1 3 1 15 01 Tanah sarana umum lapangan
terbang perintis
1 3 1 15 02 Dst ……………
1 3 1 16 Tanah sarana umum rumah
potong hewan
1 3 1 16 01 Tanah sarana umum rumah
potong hewan
1 3 1 16 02 Dst ……………
1 3 1 17 Tanah sarana umum tempat
pelelangan ikan
1 3 1 17 01 Tanah sarana umum tempat
pelelangan ikan
1 3 1 17 02 Dst ……………
1 3 1 18 Tanah sarana umum pasar
1 3 1 18 01 Tanah sarana umum pasar
1 3 1 18 Tanah sarana umum pasar
1 3 1 19 Tanah sarana umum tempat
pembuangan akhir sampah
1 3 1 19 01 Tanah sarana umum tempat
pembuangan akhir sampah
1 3 1 20 Tanah sarana umum taman
1 3 1 20 01 Tanah sarana umum taman
1 3 1 20 02 Dst ……………
1 3 1 21 Tanah sarana umum pusat
hiburan rakyat
1 3 1 21 01 Tanah sarana umum pusat
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
143
hiburan rakyat
1 3 1 21 02 Dst ……………
1 3 1 22 Tanah sarana umum ibadah
1 3 1 22 01 Tanah sarana umum ibadah
1 3 1 22 02 Dst ……………
1 3 1 23 Sarana stadion olah raga
1 3 1 23 01 Sarana stadion olah raga
1 3 1 23 02 Dst ……………
1 3 1 24 Tanah perumahan
1 3 1 24 01 Tanah perumahan
1 3 1 24 02 Dst ……………
1 3 1 25 Tanah pertanian
1 3 1 25 01 Tanah pertanian
1 3 1 25 02 Dst ……………
1 3 1 26 Tanah perkebunan
1 3 1 26 01 Tanah perkebunan
1 3 1 26 02 Dst ……………
1 3 1 27 Tanah perikanan
1 3 1 27 01 Tanah perikanan
1 3 1 27 02 Dst ……………
1 3 1 28 Tanah peternakan
1 3 1 28 01 Tanah peternakan
1 3 1 28 02 Dst ……………
1 3 1 29 Tanah perkampungan
1 3 1 29 01 Tanah perkampungan
1 3 1 29 02 Dst ……………
1 3 1 30 Tanah pergudangan/tempat
Penimbunan material bahan baku
1 3 1 30 01 Tanah pergudangan/tempat
penimbunan material bahan baku
1 3 1 30 02 Dst ……………
144 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 3 2 Peralatan dan mesin
1 3 2 01 Alat-alat berat
1 3 2 01 01 Traktor
1 3 2 01 02 Buldozer
1 3 2 01 03 Stoom wals
1 3 2 01 04 Eskavator
1 3 2 01 05 Dump truk
1 3 2 01 06 Crane
1 3 2 01 07 Kendaraan penyapu jalan
1 3 2 01 08 Mesin pengolah semen
1 3 2 01 09 Mesin pengolah air bersih
(reservoir osmosis)
1 3 2 01 10 Dst ……………
1 3 2 02 Alat-alat angkutan darat bermotor
1 3 2 02 01 Alat angkutan darat bermotor sedan
1 3 2 02 02 Alat angkutan darat bermotor jeep
1 3 2 02 03 Alat angkutan darat bermotor station wagon
1 3 2 02 04 Alat angkutan darat bermotor bus
1 3 2 02 05 Alat angkutan darat bemotor micro bus
1 3 2 02 06 Alat angkutan darat bemotor truck
1 3 2 02 07 Alat angkutan darat bemotor tangki
1 3 2 02 08 Alat angkutan darat bemotor boks
1 3 2 02 09 Alat angkutan darat bemotor pick up
1 3 2 02 10 Alat angkutan darat bemotor amblas
1 3 2 02 11 Alat angkutan darat bemotor pemadan kebakaran
1 3 2 02 12 Alat angkutan darat bemotor sepeda motor
1 3 2 02 13 Alat angkutan darat bemotor lift/elevator
1 3 2 02 14 Alat angkutan darat bemotor
tangga bejalan
1 3 2 02 15 Dst ...........
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
145
1 3 2 03 Alat-alat Angkutan Darat Tidak Bermotor
1 3 2 03 01 Gerobak
1 3 2 03 02 Pedati/delman/dokar/bendi/cidomo
andong
1 3 2 03 03 Dst ………………
1 3 2 04 Alat-alat angkutan di air bermotor
1 3 2 04 01 Kapal motor
1 3 2 04 02 Kapal feri
1 3 2 04 03 Speed boad
1 3 2 04 04 Motor boad/motor tempel
1 3 2 04 05 Hydro foil
1 3 2 04 06 Jet foil
1 3 2 04 07 Kapal tog boat
1 3 2 04 08 Kapal tanker
1 3 2 04 09 Kapal kargo
1 3 2 04 10 Dst ………………
1 3 2 05 Alat-alat angkutan di air tidak
bermotor
1 3 2 05 01 Perahu layar
1 3 2 05 02 Perahu sampan
1 3 2 05 03 Perahu tongkang
1 3 2 05 04 Perahu karet
1 3 2 05 05 Perahu rakit
1 3 2 05 06 Perahu sekoci
1 3 2 05 07 Dst ………………
1 3 2 06 Alat-alat angkutan udara
1 3 2 06 01 Pesawat kargo
1 3 2 06 02 Pesawat penumpang
1 3 2 06 03 Pesawat helokopter
1 3 2 06 04 Pesawat pemadam kebakaran
146 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 3 2 06 05 Pesawat capung
1 3 2 06 06 Pesawat terbang ampimbi
1 3 2 06 07 Pesawat terbang layang
1 3 2 06 08 Dst ………………
1 3 2 07 Alat-alat bengkel
1 3 2 07 01 Mesin las
1 3 2 07 02 Mesin bubut
1 3 2 07 03 Mesin dongkrak
1 3 2 07 04 Mesin kompresor
1 3 2 07 05 Dst ………………
1 3 2 08 Alat pengolahan pertanian dan
Peternakan
1 3 2 08 01 Penggilingan hasil pertanian
1 3 2 08 02 Alat pengering gabah
1 3 2 08 03 Mesin bajak
1 3 2 08 04 Alat penetas telur
1 3 2 08 05 Dst ………………
1 3 2 09 Peralatan kantor
1 3 2 09 01 Mesin ketik
1 3 2 09 02 Mesin itung
1 3 2 09 03 Mesin stensil
1 3 2 09 04 Mesin foto copy
1 3 2 09 05 Mesin cetak
1 3 2 09 06 Mesin jilid
1 3 2 09 07 Mesin potong kertas
1 3 2 09 08 Mesin penghancur kertas
1 3 2 09 09 Papan tulis elektronik
1 3 2 09 10 Poapan visual elektronik
1 3 2 09 11 Tabung pemadam kebakaran
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
147
1 3 2 09 12 Dst ………………
1 3 2 10 Perlengkapan kantor
1 3 2 10 01 Meja gambar
1 3 2 10 02 Almari
1 3 2 10 03 Brangkas
1 3 2 10 04 Filing kabinet
1 3 2 10 05 White board
1 3 2 10 06 Penunjuk waktu
1 3 2 10 07 Dst ………………
1 3 2 11 Komputer
1 3 2 11 01 Komputer mainframe/server
1 3 2 11 02 Komputer/PC
1 3 2 11 03 Komputer note book
1 3 2 11 04 Printer
1 3 2 11 05 Scaner
1 3 2 11 06 Monitor/display
1 3 2 11 07 CPU
1 3 2 11 08 UPS/Stabilisator
1 3 2 11 09 Kelengkapan komputer (flash disk,
mouse, keyboard, hardisk, speaker)
1 3 2 11 10 Peralatan jaringan komputer
1 3 2 11 11 Dst ………………
1 3 2 12 Meubelair
1 3 2 12 01 Meja kerja
1 3 2 12 02 Meja rapat
1 3 2 12 03 Meja makan
1 3 2 12 04 Tempat tidur
1 3 2 12 05 Sofa
1 3 2 12 06 Rak buku/tv/kembang
148 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 3 2 12 07 Dst ………………
1 3 2 13 Peralatan dapur
1 3 2 13 01 Tabung gas
1 3 2 13 02 Kompor gas
1 3 2 13 03 Lemari makan
1 3 2 13 04 Dispenser
1 3 2 13 05 Kulkas
1 3 2 13 06 Rak piring
1 3 2 13 07 Piring,gelas,mangkok,cangkir,sendok garpuk,pisau
1 3 2 13 08 Dst ………………
1 3 2 14 Pengias ruangan rumah tangga
1 3 2 14 01 Lampu hias
1 3 2 14 02 Jam dinding/meja
1 3 2 14 03 Dst ………………
1 3 2 15 Alat-alat studio
1 3 2 15 01 Kamera
1 3 2 15 02 Handycam
1 3 2 15 03 Proyektor
1 3 2 15 04 Dst ……………….
1 3 2 16 Alat-alat komunikasi
1 3 2 16 01 Telepon
1 3 2 16 02 Faximili
1 3 2 16 03 Radio
1 3 2 16 04 Radio HF/FM (handy talkie)
1 3 2 16 05 Radio VHF
1 3 2 16 06 Radio UHF
1 3 2 16 07 Alat sandi
1 3 2 16 08 Dst ……………….
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
149
1 3 2 17 Alat-alat ukur
1 3 2 17 01 Timbangan
1 3 2 17 02 Teodolite
1 3 2 17 03 Alat uji emisi
1 3 2 17 04 Alat GPS
1 3 2 17 05 Kompas/peralatan navigasi
1 3 2 17 06 Bejanaukur
1 3 2 17 07 Barometer
1 3 2 17 08 Seismograph
1 3 2 17 09 Ultrasonograp
1 3 2 17 10 Dst ……………….
1 3 2 18 Alat-alat kedokteran
1 3 2 18 01 Alat-alat kedokteran umum
1 3 2 18 02 Alat-alat kedokteran gigi
1 3 2 18 03 Alat-alat kedokteran tht
1 3 2 18 04 Alat-alat kedokteran mata
1 3 2 18 05 Alat-alat kedokteran bedah
1 3 2 18 06 Alat-alat kedokteran anak
1 3 2 18 07 Alat-alat kedokteran kebidanan dan
penyakit kandungan
1 3 2 18 08 Alat-alat kedokteran kulit dan kelamin
1 3 2 18 09 Alat-alat kedokteran kardiologi
1 3 2 18 10 Alat-alat kedokteran neurologi
1 3 2 18 11 Alat-alat kedokteran orthopedi
1 3 2 18 12 Alat-alat kedokteran hewan
1 3 2 18 13 Alat-alat farmasi
1 3 2 18 14 Alat-alat penyakit dalam/internis
1 3 2 18 15 Dst ……………….
1 3 2 19 Alat-alat laboratorium
1 3 2 19 01 Alat-alat laboratorium biologi
150 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 3 2 19 02 Alat-alat laboratorium fisika/geologi/geodesi
1 3 2 19 03 Alat-alat laboratorium kimia
1 3 2 19 04 Alat-alat laboratorium pertanian
1 3 2 19 05 Alat-alat laboratorium peternakan
1 3 2 19 06 Alat-alat laboratorium perkebunan
1 3 2 19 07 Alat-alat laboratorium perikanan
1 3 2 19 08 Alat-alat laboratorium bahasa
1 3 2 19 09 Alat-alat peraga/praktik sekolah
1 3 2 19 10 Dst ……………….
1 3 2 20 Alat-alat persenjataan/kemanan
1 3 2 20 01 Senjata api
1 3 2 20 02 Mobil water canon
1 3 2 20 03 Borgol
1 3 2 20 04 Sangkur/bayonet
1 3 2 20 05 Perisai/tameng
1 3 2 20 06 Detektor logam
1 3 2 20 07 Rompi anti peluru
1 3 2 20 08 Pentungan
1 3 2 20 09 Helm
1 3 2 20 10 Alarm/sirene
1 3 2 20 11 Sentolop/senter
1 3 2 20 12 Dst ……………….
1 3 3 Gedung dan bangunan
1 3 3 01 Gedung kantor
1 3 3 01 01 Gedung kantor
1 3 3 01 02 Dst ……………….
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
151
1 3 3 02 Gedung rumah jabatan
1 3 3 02 01 Gedung rumah jabatan
1 3 3 02 02 Dst ……………….
1 3 3 03 Gedung rumah dinas
1 3 3 03 01 Gedung rumah dinas
1 3 3 03 02 Dst ……………….
1 3 3 04 Gedung gudang
1 3 3 04 01 Gedung gudang
1 3 3 04 02 Dst ……………….
1 3 3 05 Bangunan bersejarah
1 3 3 05 01 Bangunan bersejarah
1 3 3 05 02 Dst ……………….
1 3 3 06 Bangunan monumen
1 3 3 06 01 Bangunan monumen
1 3 3 06 02 Dst ……………….
1 3 3 07 Tugu peringatan
1 3 3 07 01 Tugu peringatan
1 3 3 07 02 Dst ……………….
1 3 4 Jalan, jaringan dan Instalasi
1 3 4 01 Jalan
1 3 4 01 01 Jalan
1 3 4 01 02 Jalan fly over
1 3 4 01 03 Jalan under pass
1 3 4 01 04 Dst ……………….
1 3 4 02 Jembatan
1 3 4 02 01 Jembatan gantung
1 3 4 02 02 Jembatan ponton
1 3 4 02 03 Jembatan penyeberangan orang
152 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 3 4 02 04 Jembatan penyeberangan di atas air
1 3 4 02 05 Dst ……………….
1 3 4 03 Jaringan air
1 3 4 03 01 Jaringan irigasi/waduk/bendungan
1 3 4 03 02 Jaringan air bersih/air minum
1 3 4 03 03 Resevoir
1 3 4 03 04 Pintu air
1 3 4 03 05 Dst ……………….
1 3 4 04 Penerangan jalan, taman dan hutan
kota
1 3 4 04 01 Lampu hias jalan
1 3 4 04 02 Lampu hias taman
1 3 4 04 03 Lampu penerang hutang kota
1 3 4 04 04 Dst ……………….
1 3 4 05 Instalasi listrik dan telepon
1 3 4 05 01 Instalasi listrik
1 3 4 05 02 Instalasi telepon
1 3 4 05 03 Dst ……………….
1 3 5 Aset tetap lainnya
1 3 5 05 01 Buku dan kepustakaan
1 3 5 03 02 Buku matematika
1 3 5 03 03 Buku fisika
1 3 5 03 04 Buku kimia
1 3 5 01 05 Buku biologi
1 3 5 01 06 Buku geografi
1 3 5 01 07 Buku astronomi
1 3 5 01 08 Buku arkeologi
1 3 5 01 09 Buku bahasa dan sastra
1 3 5 01 10 Buku keagamaan
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
153
1 3 5 01 11 Buku sejarah
1 3 5 01 12 Buku seni dan buadaya
1 3 5 01 13 Buku ilmu pengetahuan umum
1 3 5 01 14 Buku ilmu pengetahuan sosial
1 3 5 01 15 Buku ilmu politik dan katatanegaraan
1 3 5 01 16 Buku ilmu pengetahuan dan teknologi
1 3 5 01 17 Buku ensiklopedia
1 3 5 01 18 Buku kamus bahasa
1 3 5 01 19 Buku ekonomi dan keuangan
1 3 5 01 20 Buku peraturan perundang-
undangan
1 3 5 01 21 Buku naskah
1 3 5 01 22 Terbitan berkalah (jurnal, compact
disk)
1 3 5 01 23 Mikrofim
1 3 5 01 24 Peta/atlas/globe
1 3 5 01 25 Buku
1 3 5 01 26 Dst ……………….
1 3 5 02 Barang bercorak kesenian, kebudayaan
1 3 5 02 01 Lukisan/foto
1 3 5 02 02 Patung
1 3 5 02 03 Ukiran
1 3 5 02 04 Pahatan
1 3 5 02 05 Batu alam
1 3 5 02 06 Paket/miniatur/diorama
1 3 5 02 07 Dst ……………….
1 3 5 03 Hewan/ternak dan tanaman
1 3 5 03 01 Hewan kebun binatang
1 3 5 03 02 Ternak
1 3 5 03 03 Tanaman
154 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
1 3 5 03 04 Dst ……………….
1 3 6 Konstruksi dalam pengerjaan
1 3 6 01 01 Konstruksi dalam pengerjaan
1 3 6 01 02 Konstruksi dalam pengerjaan
1 3 6 01 03 Dst ……………….
1 3 7 Akumulasi penyusutan
1 3 6 01 01 Akumulasi penyusutan aktiva tetap
1 3 6 01 02 Akumulasi penyusutan aktiva tetap
1 3 6 01 03 Dst ……………….
1 4 DANA CADANGAN
1 4 1 Dana cadangan
1 4 1 01 Dana cadangan
1 4 1 01 01 Dana cadangan
1 4 1 01 02 Dst ……………….
1 5 ASET LAINNYA
1 5 1 Tagihan piutang penjualan angsuran
1 5 1 01 Tagihan penjualan angsuran
cicilan Kendaraan Bermotor
1 5 1 01 01 Tagihan penjualan angsuran
cicilan Kendaraan Bermotor
1 5 1 01 02 Dst ……………….
1 5 1 02 Tagihan penjualan angsuran
cicilan rumah
1 5 1 02 01 Tagihan penjualan angsuran
cicilan rumah
1 5 1 02 02 Dst ……………….
1 5 2 Tagihan tuntutan ganti kerugian
daerah
1 5 2 01 Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
1 5 2 01 01 Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
1 5 2 01 02 Dst ……………….
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
155
1 5 3 Kemitraan dengan pihak ketiga
1 5 3 02 Bangun serah guna (build, transfer
and operate/BOT)
1 5 3 02 01 Bangun serah guna (Build, transfer
and operate/BOT)
1 5 3 02 02 Dst ……………….
1 5 3 Kerjasama operasi (KSO)
1 5 3 03 01 Kerjasama operasi (KSO)
1 5 3 03 02 Dst ……………….
1 5 4 Aset tidak berwujud
1 5 4 04 01 Aset tidak berwujud
1 5 4 04 02 Dst ……………….
1 5 5 Aset lain-lain
1 5 5 01 Aset lain-lain
1 5 5 01 01 Aset lain-lain
1 5 5 01 02 Dst ……………….
G. Kode Rekenng Kewajiban Daerah
KODE REKENING KETERANGAN
2 KEWAJIBAN
2 1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2 1 1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga
2 1 1 01 Utang Taspen
2 1 1 01 01 Utang Taspen
2 1 1 02 Utang Askes
2 1 1 02 01 Utang Askes
2 1 1 03 Utang PPh Pusat
2 1 1 03 01 Utang PPh Pusat
2 1 1 04 Utang PPN Pusat
2 1 1 04 01 Utang PPN Pusat
156 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
2 1 1 05 Utang Taperum
2 1 1 05 01 Utang Taperum
2 1 1 Utang Perhitungan Pihak Ke-3 lainnya
2 1 1 06 01 Utang pihak keiga lainnya
2 1 1 06 02 Dts...............
2 1 2 Utang Bunga
2 1 2 01 Utang Bunga kepada Pempus
2 1 2 01 01 Utang bunga kepada pempus
2 1 2 01 02 Dts...............
2 1 2 02 Utang Bunga kepada Daerah Otonomi
lainnya
2 1 2 01 01 Utang buna kepada Daerah otonomi
lainnya
2 1 2 01 02 Dts...............
2 1 2 03 Utang Bunga kepada BUMN/BUMD
2 1 2 03
01 Utang bunga kepada BUMN
2 1 2 03
02 Utang bunga kepada BUMD
2 1 2 03
03 Dts...............
2 1 2 04 Utang Bunga kepada Bank/Lem-
baga Keuangan
2 1 2 04 01 Utang bunga kepada bank
2 1 2 04 02 Utang bunga kepada lembaga
keuangan
2 1 2 04 03 Dts...............
2 1 2 05 Utang Bunga dalam Negeri Lainnya
2 1 2 05 01 Utang bunga dalam negeri lainnya
2 1 2 05 02 Dts...............
2 1 2 06 Utang bUnga Dalam Negeri
2 1 2 06 01 Utang bunga dalam negeri
2 1 2 06 02 Dts...............
2 1 3 Utang Pajak
2 1 3 01 01 Utang pemotongan PPh Pasal 21
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
157
2 1 3 01 02 Dts...............
2 1 3 02 Utang Pemotongan PPh Pasal 22
2 1 3 02 01 Utang pemotongan PPh Pasal 22
2 1 3 02 02 Dts...............
2 1 4 Bagian Utang Lancar Jangka
Panjan
2 1 4 01 Utang Bank
2 1 4 01 01 Utang bank
2 1 4 01 02 Dts...............
2 1 4 02 Utang Obligasi
2 1 4 02 01 Utang obligasi
2 1 4 02 02 Dts...............
2 1 4 03 Utang Pemerintah Pusat
2 1 3 03 01 Utang pemerintah pusat
2 1 3 03 02 Dts...............
2 1 3 04 Utang Pemerintah Provinsi
2 1 3 04 01 Utang pemerintah provinsi
2 1 3 04 02 Dts...............
2 1 4 05 Utang Pemkab/Pemkot
2 1 4 05 01 Utang pemerintah kabpaten
2 1 4 05 02 Utang pemerintah kota
2 1 4 05 03 Dts...............
2 1 5 Pendapatan Diterima Dimuka
2 1 5 01 Setoran kelebihan pembayaran
Kepada Pihak III
2 1 5 01 01 Setoran kelebihan pembayaran
kepada pihak III
2 1 5 01 02 Dts...............
2 1 5 02 Uang Muka Produk Pemda dari
Pikah III
2 1 5 02 01 Uang muka produk Pemda dari
pikah III
2 1 5 02 02 Dts...............
158 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
2 1 5 03 Uang Muka Lelang Penjualan Aset
Daerah
2 1 5 03 01 Uang muka lelang penjualan aset
daerah
2 1 5 03 02 Dts...............
2 1 6 Utang Jangka Panjang Lainnya
2 1 6 01 Utang Jangka Panjang Lainnya
2 1 6 01 01 Utang jangka panjang lainnya
2 1 6 01 02 Dts...............
2 2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
2 2 1 Utang Dalam Negeri
2 2 1 01 Utang Dalam Negeri Sek. Perbankan
2 2 1 01 01 Utang dalam negeri sek. perbankan
2 2 1 01 02 Dts...............
2 2 1 02 Utang Dalam Negeri-Obligasi
2 2 1 02 01 Utang dalam negeri-obligasi
2 2 1 02 02 Dts...............
2 2 1 03 Utang Pemerintah Pusat
2 2 1 03 01 Utang pemerintah pusat
2 2 1 02 02 Dts...............
2 2 1 04 Utang Pemerintah Provinsi
2 2 1 04 01 Utang pemerintah provinsi
2 2 1 04 02 Dts...............
2 2 1 05 Utang Pemerintah Kabupaten/Kota
2 2 1 04 01 Utang pemerintah kabupaten/kota
2 2 1 04 02 Dts...............
2 2 2 Utang Dalam Negeri
2 2 2 01 Utang Luar Negeri-Sek. Perbankan
2 2 2 01 01 Utang luar negeri-sek. perbankan
2 2 2 01 02 Dts...............
H. Kode Rekening Ekuitas Dana Daerah
Akuntansi Sektor Publik Bab VI
159
KODE REKENING EKUITAS DANA
3 EKUITAS DANA
3 1 EKUITAS DANA LANCAR
3 1 1 Sisa Lebih Pembiayaan Angaran
(SILPA)
3 1 2 Cadangan piutang
3 1 2 01 Cadangan piutang
3 1 2 01 01 Cadangan piutang
3 1 3 Cadangan persediaan
3 1 3 01 Cadangan persediaan
3 1 3 01 01 Cadangan persediaan
3 1 3 Dana yang harus disediakan untuk
Pembiayaan utang Jangka Pendek
3 1 3 01 Dana yang harus disediakan untuk
Pembiayaan utang Jangka Pendek
3 1 3 01 01 Dana yang harus disediakan untuk
Pembiayaan utang Jangka Pendek
3 2 EKUITAS DANA INVESTIGASI
3 2 1 Diinvestasikan dalam investasi
jangka panjang
3 2 1 01 Diinvestasikan dalam investasi
jangka panjang
3 2 1 01 01 Diinvestasikan dalam jnvestasi
jangka panjang
3 2 2 Diinvestasikan dalam aset tetap
3 2 2 01 Diinvestasikan dalam aset tetap
3 2 2 01 01 Diinvestasikan dalam aset tetap
3 2 3 Diinvestasikan dalam aset lainnya
(tidak termasuk dana cadangan)
3 2 3 01 Diinvestasikan dalam aset lainnya
(tidak termasuk dana cadangan)
3 2 3 01 01 Diinvestasikan dalam aset lainnya
(tidak termasuk dana cadangan)
3 2 4 Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang jangka panjang
160 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
3 2 4 01 Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang jangka panjang
3 2 4 01 01 Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang jangka panjang
3 3 EKUITAS DANA CADANGAN
3 3 1 Diinvestasikan dalam dana
cadangan
3 3 1 01 Diinvestasikan dalam dana
cadangan
3 3 1 01 01 Diinvestasikan dalam dana
cadangan
162 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
BAB VII
KASUS DAN PEMBAHASANNYA
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini mengantarkan kepada mahasiswa untuk menge-
nal lebih dalam masalah-masalah akuntansi keuangan dae-
rah berdasarkan implementasi sesungguhnya terjadi di la-
pangan. Walaupun materi ini tidak persis sama dengan
pelaksanaan yang sesunggunya terjadi minimal materi ini
dapat mengantarkan pembaca untuk memahami pencatatan
transaksi ke jurnal penerimaan kas, pengeluaran kas, jurnal
umum, posting ke buku besar, buku pembantu serta neraca
saldo. Perlu disadari bahwa praktik akuntansi keuangan
daerah bukan di sini, tetapi praktik akuntansi keuangan
daerah ada di SKPD masing-masing. Materi ini sekedar
mengenalkan sepintas masalah-masalah akuntansi keuangan
daerah secara garis besar.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Contoh Kasus
Berdasarkan informasi yang disajikan di bawah ini, saudara di-
minta untuk melakukan hal sebagai berikut:
1. Mencatat Transaksi ke Jurnal Penerimaan Kas
2. Mencatat transaksi ke jurnal pengeluaran kas
3. Mencatat ke jurunal umum (dan bukti memorial)
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan
dapat melakukan pencatatan atas laporan keuangan.
a. melakukan pencatatan transaksi ke jurnal penerimaan
kas
b. melakukan pencatatan transaksi ke jurnal pengeluaran
kas
c. melakukan pencatatan transaksi ke jurnal umum
d. melakukan posting ke buku besar
e. melakukan pencatatan ke buku pembantu masing-
masing dan membuat neraca saldo per 31 Januari 2000A
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
163
4. Melakukan posting ke buku besar
5. Mencatat transaksi ke buku pembantu
6. Membuat neraca saldo
7. Untuk menentukan kode perkiraan masing-masing atas
transaksi di bawah pembaca harus berpedoman pada kode
rekening pada bab sebelumnya.
Untuk memberikan pemahaman bagi pembaca, apartur peme-
rintah daerah berikut diberikan pemahaman kode perkiraan/
kode rekening pada masing-masing SKPD adalah sebagai berikut.
B. Transaksi Harian
Tanggal, 1 Januari 2000A, dst.
1. Bendahara umum daerah / kas daerah ( BUD / Kasda )
menerima pajak hotel yang dipungut oleh dinas penda-pat-
an daerah sebesar Rp500.000.000,- yang terdiri atas :
pajak hotel bintang satu sebesar Rp200.000.000,- dan
Pajak hotel non bintang sebesar Rp300.000.000,-
2. BUD/Kasda mengeluarkan cek/uang atas SPM BT ang-
garan belanja dinas pendidikan untuk bantuan dana
kepada desa “A” untuk perbaikan sarana pendidikan) se-
besar Rp50.000.000,-
3. BUD/Kasda menerima dana alokasi umum (DAU) sebesar
Rp10.000.000.000,- yang telah dianggarkan oleh sekretaris daerah,
terdiri atas : piutang DAU sebesar Rp1.350.000.000,- dan Penda-
patan DAU periode berjalan Rp8.650.000.000,-
4. BUD/Kasda menerima uang atas piutang bagi hasil pajak
yang telah dianggarkan oleh dinas pendapatan daerah
sebesar Rp650.000.000,- terdiri atas : piutang bagi hasil
pajak bumi dan bangunan sebesar Rp300.000.000,- dan
piutang bagi hasil pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal
21) sebesar Rp350.000.000,-
5. BUD/Kasda mengeluarkan cek/uang atas SPM BT mata
anggaran belanja dinas pendidikan yang digunakan untuk
membeli kendaraan dinas jabatan senilai Rp 675.000.000,-
164 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
yang terdiri atas: 2 buah sedang, seharga Rp 375.000.000,-
dengan nomor polisi D 212 WS dan D 313 WS dan 3 buah
jeep Rp 300.000.000,- dengan nomor polisi D 444 WS, D
555 WS, dan D 666 WS.
6. BUD/Kasda menerima uang retribusi tempat rekreasi yang
telah dianggarkan oleh dinas pariwisata sebesar Rp
50.000.000,-
7. BUD/Kasda mengeluarkan cek/uang sebesar Rp700.000.000,- untuk
membiayai pembangunan rumah sakit yang telah dianggarkan oleh
dinas kesehatan senilai Rp1.200.000.000,- sisanya dipenuhi dari
pinjaman dalam negeri dalam bentuk material bangunan dan tenaga
teknis.
8. BUD/Kasda mengeluarkan cek/uang untuk mata ang-
garan belanja pelatihan akuntansi bagi guru SMU yang
diselenggarakan oleh dinas pendidikan nasional sebesar
Rp400.000.000,- dengan rincian belanja langsung sebagai
berikut :
a. Honor penyelenggara Rp 20.000.000,-
b. Honor instruktur Rp 40.000.000,-
c. Fotocopy bahan pelatihan Rp240.000.000,-
d. Sewa tempat Rp 20.000.000,-
e. Konsumsi Rp 80.000.000,-
9. BUD/Kasda mengeluarkan cek/uang atas SPM BT mata
anggaran belanja dinas pendidikan yang terdiri atas :
a. Gaji dan tunjangan pegawai daerah sebesar
Rp 200.000.000. terdiri atas :
- Gaji pokok
Rp 75.000.000,- (aparatur)
Rp 75.000.000,- (publik)
- Tunjangan keluarga
Rp 5.000.000,- (aparatur)
Rp 5.000.000,- (publik)
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
165
- Tunjangan
Rp 20.000.000,- (aparatur)
Rp 20.000.000,- (publik)
b. Barang pakai habis kantor sebesar
Rp 100.000.000,- terdiri atas:
- Biaya Alat Tulis
Rp 25.000.000,- (aparatur)
Rp 25.000.000,- (publik)
- Biaya materai & perangko
Rp 15.000.000,- (aparatur)
Rp 15.000.000,- (publik)
- Biaya peralatan kebersihan
Rp 10.000.000,- (aparatur)
Rp 10.000.000,- (publik)
10. BUD/Kasda menerima cek/uang bagi hasil pajak (PPh
pasal 21) sebesar Rp 2.000.000.000,- yang telah diang-
garkan oleh sekretariat Daerah.
11. BUD/Kasda mengelurkan cek untuk membiayai mata
anggaran belanja kampanye suami Siaga sebesar Rp
800.000.000,- yang diselenggarakan oleh dinas kesehatan,
dengan rincian biaya sebagai berikut :
a. Biaya cetak bahan kampanye Rp 400.000.000,-
b. Honorarium penyuluh Rp 300.000.000,-
c. Biaya sewa kendaraan Rp 100.000.000,-
12. BUD/Kasda membayar SPM PK pada satuan pemegang
kas dinas kesehatan sebesar Rp 250.000.000,- dengan
rincian anggaran sebagai berikut:
a. Biaya pemeliharaan gedung :
- Pemeliharaaan pintu dan jendela
Rp 20.000.000,- (aparatur)
Rp 30.000.000,- (publik)
- Pemeliharaan atap
Rp 24.000.000,- (aparatur)
Rp 36.000.000,- (publik)
166 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
- Pemeliharaan lantai
Rp 16.000.000,- (aparatur)
Rp 24.000.000,- (publik)
b. Biaya perjalanan dinas :
- Perjalanan dinas luar daerah
Rp 28.000.000,- (aparatur)
Rp 48.000.000,- (publik)
- Perjalanan dinas dalam daerah
Rp 12.000.000,- (aparatur)
Rp 12.000.000,- (publik)
13. Bendahara umum daerah/Kasda menerima transfer uang
sejumlah Rp 200.000.000,- sebagai bagian Laba Perusda A
yang telah dianggarkan oleh Sekretariat Daerah.
14. Bendahara umum daerah/Kasda menerima sumbangan
dari UNICEF berupa 30 (tiga puluh) unit komputer senilai
Rp. 150.000.000,- untuk dinas pendidikan.
15. Bendahar umum daerah/Kasda mengeluarkan cek/uang
atas SPM BT Sekretariat Daerah yang digunakan untuk
membiayai perbaikan jembatan yang rusak akibat bencana
alam sebesar Rp.900.000.000,- atas beban anggaran
belanja tidak tersangka.
16. BUD/Kasda membayar utang belanja listrik sebesar
Rp.400.000.000. atas beban Sekretariat Daerah.
17. BUD/Kasda membayar utang-utang atas beban sekretariat
daerah dengan rincian sebagai berikut:
a. Utang jangka panjang yang telah jatuh tempo (bagian
lancar utang jangka panjang) sebesar Rp920.000.000,-
b. Utang pajak pertambahan nilai Rp.600.000.000,-
18. Bendahara umum daerah/Kasda membayar cek/uang
sewa kantor ruang rapat sebesar Rp25.000.000. atas be-
ban belanja Sekretariat Daerah.
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
167
19. Dinas kesehatan mempertanggungjawabkan pengeluaran
pada transaksi butir 12 sesuai dengan rencana penggu-
naannya.
Berdasarkan Kode rekening SKPD masing-masing dalam
contoh lebih didominasi dinas pendidikan nasional.
C. Jawaban/Penyelesaian
a. Penyelesaian Pertama
Jurnal Penerimaan Kas
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
JURNAL PENERIMAAN KAS
Kode SKPD :
Tgl Kode Rek URAIAN Ref Jumlah Rp Akumulasi Rp
2000A
Jan 1
4.1.1.01.06
4.1.1.01.07
Pajak Hotel
Hotel bintang 1 Rp 200 jt
Hotel Nonbintang Rp 300 jt
500.000.000
500.000.000
3 1.1.03
1.1.03.04.01
Piutang Dana Perimbangan
DAU
1.350.000.000
8.650.000.000
1.850.000.000
10.500.000.000
4 1.1.03 Piutang dana perimbangan 650.000.000 11.150.000.000
6 4.1.2.02.01 Ret. Pemakaian Aset
Daerah
50.000.000 11.200.000.000
10 6.1.1.02.02
4.1.3.01
Dana bagi hasil pajak
Bagian Laba Persda
2.000.000.000
200.000.000
13.200.000.000
13.400.000.000
168 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
b. Penyelesaian Kedua
Jurnal Pengeluaran Kas
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
JURNAL PENGELUARAN KAS
Kode SKPD :
Tgl Kode Rek URAIAN Ref Jumlah Rp Akumulasi Rp
2000A
Jan- 2
5.1.3.01.02
Belanja bantuan ke
Uangan desa ”A” 50.000.000 50.000.000
Jan-5 5.2.3.03 Alat angkutan/kendaraan 675.000.000 725.000.000
Jan-7 5.2.3.26.01 Bangunan dalam proses 700.000.000 1.425.000.000
Jan-8
5.2.1.01.01
5.2.1.02.01
5.2.2.06.01
5.2.2.07.03
5.2.2.11.02
Honor penyelenggara
Honor instruktur
Biaya cetak & pengadaan
Biaya Sewa
Biaya makan & minum
20.000.000
40.000.000
240.000.000
20.000.000
80.000.000
1.445.000.000
1.485.000.000
1.725.000.000
1.745.000.000
1.825.000.000
Jan-9
5.1.1.01.01
5.1.1.01.02
5.2.2.01.01
5.2.2.01.09
Gaji & tunjangan pegawai
Gaji & tunjangan pegawai
Bahan habis pakai Kantor
Bahan habis pakai
100.000.000
100.000.000
50.000.000
50.000.000
1.925.000.000
2.025.000.000
2.075.000.000
2.125.000.000
Jan-11
5.2.2.02.01
5.2.1.02.01
5.2.2.09.01
Biaya cetak &
penggandaan
Honor penyuluh
Biaya sewa kendaraan
400.000.000
300.000.000
100.000.000
2.525.000.000
2.825.000.000
2.925.000.000
Jan-12
5.2.2.02.01
5.2.2.05.01
5.2.2.15.01
5.2.2.15.02
Biaya pemeliharaan
gedung
Biaya pemeliharaan
gedung
Biaya perjalanan dinas
Biaya perjalanan dinas
60.000.000
90.000.000
40.000.000
66.000.000
2.985.000.000
3.075.000.000
3.115.000.000
3.181.000.000
Jan-15 5.1.8.01.01 Biaya tidak terduga 900.000.000 4.081.000.000
Jan-16 5.2.2.03.03 Biaya listrik 400.000.000 4.481.000.000
Jan-17 6.2.3.02.01
2.1.3.03.01
Bgian utang lancar jangka
Panjang
Utang PPN
920.000.000
600.000.000
5.401.000.000
6.001.000.000
18 5.2.2.08.03 Biaya sewa ruang rapat 25.000.000 6.026.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
169
c. Penyelesaian Ketiga
Pembuatan Jurnal Umum
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
JURNAL UMUM
Kode SKPD :
Tgl Kode Rek URAIAN Ref Jumlah Rp Akumulasi Rp
2000A
Jan-7
5.2.3.26.01
2.1.4.03.01
Bangunan dalam proses
Utang dalam negeri/pst 500.000.000 500.000.000
Jan-14 1.3.2.11.02
4.2.3.01.01
Alat kantor & Rumah
Tangga
Ekuitas Dana Donasi
150.000.000
150.000.000
d. Penyelesaian Keempat
Posting ke buku besar
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Kas
Kode Perkiraan : 1.1.1.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-31
Jan-31
Saldo awal
JTK
JPK
H-1
H-1
-
13.400.000.000
-
-
-
6.026.000.000
961.000.000
14.361.000.000
8.335.000.000
170 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nana SKPD : Dinas Pendidikan Nasional
Nama Perkiraan : Piutang Pajak
Kode Perkiraan : 1.1.3.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - - 359.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Piutang Retribusi
Kode Perkiraan : 1.1.3.02.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Saldo awal -
- 398.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Piutang Dana Perimbangan
Kode Perkiraan : 1.1.3.04.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-3
Jan-4
Saldo awal
JTK
JTK
H-1
H-1
-
-
-
1.350.000.000
650.000.000
2.000.000.000
650.000.000
-
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
171
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Persediaan Bahan Pakai Habis
Kode Perkiraan : 1.1.5.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Saldo awal - - 422.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Belanja dibayar di muka
Kode Perkiraan :
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
25.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Investasi dalam saham
Kode Perkiraan : 1.1.2.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
1.200.000.000
172 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Dana Cadangan
Kode Perkiraan : 1.4.1.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
500.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Tanah
Kode Perkiraan : 1.3.1
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal
- - 3.975.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Jalan
Kode Perkiraan : 1.3.4.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
3.2000.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
173
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Jalan dan Jembatan
Kode Perkiraan : 1.3.4.02.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
1.1000.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Bangunan Air
Kode Perkiraan : 1.3.4.03.02
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
2.752.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Bangunan Gedung
Kode Perkiraan : 1.3.02.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
4.300.000.000
174 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Alat-alat Tracktor
Kode Perkiraan : 1.3.2.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal
- - 3.755.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Alat Angkutan (Kendaraan)
Kode Perkiraan : 1.3.2.02.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-5
Saldo awal
JPK
H-1
-
675.000.000
-
-
2.650.000.000
3.325.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Peralatan dan Mesin
Kode Perkiraan : 1.3.2
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-14
Saldo awal
JU
H-1
-
150.000.000
-
-
1.438.000.000
1.588.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
175
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Built Operated and Transfer (BOT)
Kode Perkiraan : 1.5.3.02.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - -
1.225.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Bangunan Dalam Pengerjaan
Kode Perkiraan : 1.3.6.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-7
Jan-7
Saldo awal
JPK
JU
H-1
H-1
-
700.000.000
500.000.000
-
-
-
1.225.000.000
1.585.000.000
2.085.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Kode Perkiraan : 2.1.4.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-17
Saldo awal
JPK
H-1
-
920.000.000
-
-
1.225.000.000
600.000.000
176 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Utang belanja
Kode Perkiraan : 2.1.4.05.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-16
Saldo awal
JPK
H-1
-
400.000.000
-
-
575.000.000
175.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Utang Pajak
Kode Perkiraan : 2.1.3
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-17
Saldo awal
JPK
H-1
-
600.000.000
-
-
855.000.000
250.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Utang Dalam Negeri
Kode Perkiraan : 2.2.1
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-7
Saldo awal
JU
H-1
-
-
-
500.000.000
7.213.000.000
7.713.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
177
PEMERINTA KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Ekuits Dana Umum
Kode Perkiraan : 3.1.1
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal - - 20.956.000.000
PEMERINTA KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Ekuitas Dana diCadangan
Kode Perkiraan : 3.1.3.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Saldo awal
-
-
500.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Ekuita Dana Donasi
Kode Perkiraan : 3.1.2.2.01.02
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1
Jan-14
Saldo awal
JU
H-1
-
-
-
150.000.000
81.000.000
231.000.000
178 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Pajak Hotel
Kode Perkiraan : 4.1.1.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 Saldo awal H-1 - - 500.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Kode Perkiraan : 4.1.2.02.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-6 JTK H-1 - 50.000.000 50.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Bagian Laba Perusda
Kode Perkiraan : 4.1.3.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-6 JTK H-1 - 200.000.000 200.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
179
PEMERINTA KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Bagian Hasil Pajak
Kode Perkiraan : 4.2.1.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-1 JTK H-1 - 2-000.000.000 2.000.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Dana Alokasi Umum
Kode Perkiraan : 4.2.2.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-3 JTK H-1 - 8.650.000.000 8.650.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Gaji dan Tunjangan Pegawai
Kode Perkiraan : 5.1.1.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-8 JPK H-1 100.000.000 - 100.000.000
180 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Honorarium
Kode Perkiraan : 5.2.1.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-8 JPK H-1 20.000.000 - 20.000.000
PEMERINTA KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Bahan Habis Pakai Kantor
Kode Perkiraan : 5.2.2.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-8 JPK H-1 50.000.000 - 50.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Cetak dan Pengadaan
Kode Perkiraan : 5.2.2.07.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-8 JPK H-1 240.000.000 - 240.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
181
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Sewa
Kode Perkiraan : 5.2.2.08.02
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-18 JPK H-1 25.000.000 - 25.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Sewa
Kode Perkiraan : 5.2.2.08.03
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-8 JPK H-1 20.000.000 - 20.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Makanan dan Minuman
Kode Perkiraan : 5.2.2.11
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-8 JPK H-1 80.000.000 - 80.000.000
182 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Pemeliaraan Gedung
Kode Perkiraan : 5.2.2.05
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-12 JPK H-1 60.000.000 - 60.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Perjalanan Dinas
Kode Perkiraan : 5.2.2.15
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-12 JPK H-1 40.000.000 - 40.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Gaji dan Tunjangan Pegawai
Kode Perkiraan : 5.1.1.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-12 JPK H-1 100.000.000 - 100.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
183
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Honorarium
Kode Perkiraan : 5.2.1.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-8
Jan-11
JPK
JPK
H-1
H-1
40.000.000
300.000.000
-
40.000.000
340.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Bahan Pakai Habis
Kode Perkiraan : 5.2.2.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-11 JPK H-1 50.000.000 - 50.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Cetak dan Pengandaan
Kode Perkiraan : 5.2.2.07
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-11 JPK H-1 50.000.000 - 50.000.000
184 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Sewa
Kode Perkiraan : 5.2.2.08
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-11 JPK H-1 100.000.000 - 100.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Perjalanan Dinas
Kode Perkiraan : 5.2.2.15
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-12 JPK H-1 66.000.000 - 66.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung
Kode Perkiraan : 5.2.2.05
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-12 JPK H-1 90.000.000 - 90.000.000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
185
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa ”A”
Kode Perkiraan : 5.1.7.03.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-2 JPK H-1 50.000.000 - 50.000.000
PEMERINTAH KABUPATEN ”C”
BUKU BESAR
Nama Perkiraan : Belanja Tidak Tersangka-Jembatan
Kode Perkiraan : 5.1.8.01.01
Tgl Uraian Ref Debit Rp Kredit Rp Saldo Rp
Jan-2 JPK H-1 900.000.000 - 900.000.000
186
e. Penyelesaian Keempat Posting ke buku besar
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU
Nama Rekening : Alat Angkutan (Objek)
Unit Kerja : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Perkiraan : 5.2.3.03
Tanggal
Sedan, Jeep, Station Wagon Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total
Rupiah
Ref. No.Perk.5.2.3.03.01 No.Perk.5.2.3.03.02
Kode Perk. Kode Perk.
Rp Rupiah Rupiah
No. Polisi Rupiah 2,650,000,000 2,650,000,000
Nomor Polisi Rupiah
Jan-05 D 212 WS & D 315 WS 375,000,000 375,000,000
D 444 WS, D 555 WS, D 666 WS
300,000,000 300,000,000
JUMLAH 3,325,000,000 3,325,000,000
187
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Gaji dan Tunjangan Pegawai
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan
Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Rek. : 5.1.1.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Tunjanga Jabatan Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.5.1.1.01.01 No.Rek.5.1.1.01.02 No.Rek.5.1.1.01.03 No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp Jan-09 75,000,000 5,000,000 20,000,000 100,000,000
JUMLAH 75,000,000 5,000,000 20,000,000 100,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Gaji dan Tunjangan Pegawai
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan
Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Rek. : 5.1.1.02
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Tunjanga Jabatan Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.5.1.1.02.01 No.Rek.5.1.1.02.02 No.Rek.5.1.1.02.03 No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp Jan-09 75,000,000 5,000,000 20,000,000 100,000,000
JUMLAH 75,000,000 5,000,000 20,000,000 100,000,000
188
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Biaya Bahan Pakai Habis Kantor
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Rek. : 5.2.2.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Tunjanga Jabatan Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.5.2.2.01.01 No.Rek.5.2.2.01.03 No.Rek.5.2.2.01.05 No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Jan-09 25,000,000 15,000,000 10,000,000 50,000,000
JUMLAH 25,000,000 15,000,000 10,000,000 50,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Biaya Bahan Pakai Habis Kantor
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Rek. : 5.2.2.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Tunjanga Jabatan Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.5.2.2.01.01 No.Rek.5.2.2.01.03 No.Rek.5.2.01.05 No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Jan-09 25,000,000 15,000,000 10,000,000 50,000,000
JUMLAH 25,000,000 15,000,000 10,000,000 50,000,000
189
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Perjalanan Dinas
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Rek. : 5.2.2.15
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.5.2.2.15.01 No.Rek.5.2.2.15.02 No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Jan-12 18,000,000 48,000,000 66,000,000
JUMLAH 18,000,000 48,000,000 66,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Perjalanan Dinas
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Rek. : 5.2.2.15
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.5.2.2.15.01 No.Rek.5.2.2.15.02 No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Jan-12 18,000,000 48,000,000 66,000,000
JUMLAH 18,000,000 48,000,000 66,000,000
190
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Unit Kerja : Dinas Pariwisata Kode Unit Kerja : 2.04.01
Kode Rek. : 4.1.4.02.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.4.1.2.02.10 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Jan-06 50,000,000 50,000,000
JUMLAH 50,000,000 50,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Piutang Pajak
Unit Kerja : Dinas Pendapatan Daerah
Kode Unit Kerja : 1.20.06
Kode Rek. : 1.1.3.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek. No.Rek.1.1.3.01 No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 359,000,000 359,000,000
Nama dan Kode Rp
JUMLAH 359,000,000 359,000,000
191
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Piutang Dana Perimbangan
Unit Kerja :Dinas Pendapatan Daerah Kode Unit Kerja :1.20.06
Kode Rek. : 1.1.3.04
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Tunjanga Jabatan Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.1.1.3.03.01 No.Rek.1.1.3.02 No.Rek.1.1.4.01 No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 300,000,000 350,000,000 1,350,000,000 - 2,000,000,000
Jan-03 - - (1,350,000,000) -
Jan-04 (30,000,000) (350,000,000) - - (650,000,000)
JUMLAH - - - - -
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Belanja di Bayar di Muka
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 1.1.4.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.1.1.01.04 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp Saldo Awal 25,000,000 25,000,000
JUMLAH 25,000,000 25,000,000
192
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Utang Belanja
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 2.1.2.03
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.2.1.2.03.03 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 575,000,000 575,000,000
Jan-16 (400,000,000) (400,000,000)
JUMLAH 175,000,000 175,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 2.1.4.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.2.1.4.01.01 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 1,520,000,000 1,520,000,000
(920,000,000) (920,000,000)
JUMLAH 600,000,000 600,000,000
193
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Utang Pajak
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 2.1.3
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.2.1.3.03.01 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 850,000,000 850,000,000
Jan-17 (600,000,000) (600,000,000)
JUMLAH 250,000,000 250,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Jalan dan Jembatan
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 1.3.4
Tanggal Ref. Gaji Pokok Tunjanga Keluarga Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.1.3.4.01.01 No.Rek.1.3.4.02.01 No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 3,300,000,000 1,000,000,000 4,300,000,000
JUMLAH 3,300,000,000 1,000,000,000 4,300,000,000
194
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek.Bangunan Gedung
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 1.3.3
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.1.3.3.01.01 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 3,850,000,000 3,850,000,000
JUMLAH 3,850,000,000 3,850,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Bangunan Gedung
Unit Kerja : Dinas Kesehatan
Kode Unit Kerja : 1.02.01
Kode Rek. : 1.3.3.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.1.3.3.01.01 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 1,000,000,000 1,000,000,000
JUMLAH 1,000,000,000 1,000,000,000
195
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Persediaan Bahan Pakai Habis
Unit Kerja : Dinas Kesehatan Kode Unit Kerja : 1.02.01
Kode Rek. : 1.1.5.01
Tanggal Ref. Gaji Pokok Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.1.1.01.01 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 422,000,000 422,000,000
JUMLAH 422,000,000 422,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Perlengkapan Kantor
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Kode Unit Kerja : 1.01.01
Kode Rek. : 1.3.2.10.11
Tanggal Ref. Meja Kerja Komputer UPS Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.1.3.2.12.01 No.Rek.1.3.2.11.02 No.Rek.1.3.2.11.08 No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 500,000,000 500,000,000 438,000,000 1,438,000,000
Jan-14 150.000.000 150,000,000
JUMLAH 500,000,000 650,000,000 438,000,000 1,588,000,000
196
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek.Utang Dalam Negeri
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 2.1.4.01
Tanggal Ref. Utang Bank Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.2.1.4.01.01 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 7,213,000,000 7,213,000,000
Jan-7 500,000,000 500,000,000
JUMLAH 7,713,000,000 7,713,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Ekuitas dan Donasi
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 3.2.1.01
Tanggal Ref. Hibah Tunjanga Keluarga Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.3.2.1.01.01 No.Rek.3.2.2.01.01 No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo Awal 81,000,000 - 81,000,000
Jan-07 - 150,000,000 150,000,000
JUMLAH 81,000,000 150,000,000 231,000,000
197
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Bagian Laba Perusda
Unit Kerja : Sekretariat Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.03
Kode Rek. : 4.1.3.01
Tanggal Ref. Perusda A Perusda B Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.4.1.3.01.01 No.Rek. No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Jan-13 200,000,000 200,000,000
JUMLAH 200,000,000 200,000,000
Format BP
PEMERINTAH KABUPATEN "C"
BUKU PEMBANTU Nama Rek. Bagi Hasil Pajak
Unit Kerja : Dinas Pendapatan Daerah Kode Unit Kerja : 1.20.06
Kode Rek. : 4.2.1.01
Tanggal Ref. PBB PPh Psl.21 Nama Rincian Objek Nama Rincian Objek Total Rp
No.Rek.4.2.1.01.01 No.Rek.4.2.1.01.03 No.Rek. No.Rek.
Rp Rp Rp Rp Rp
Jan-10 - 2,000,000,000 2,000,000,000
JUMLAH 2,000,000,000 2,000,000,000
198
198 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
f. Penyelesaian Keenam
Nerca Saldo per 31 Januari 200A
Nama Perkiraan Saldo Akhir
2 3
Debit Kredit
Kas 8,335,000,000 -
Piutang pajak 359,000,000 -
Piutan retribusi 398,000,000 -
Piutang dana perimbangan - -
Persediaan bahan pakai habis 422,000,000 -
Persediaan bahan baku bangunan 25,000,000 -
Investasi dalam saham 1,200,000,000 -
Dana cadangan 500,000,000 -
Tanah 3,975,000,000 -
Jalan dan jembatan 3.200.000.000 -
Jembatan 1.100.000.000
Bangunan air 2,752,000,000 -
Bangunan gedung 4,850,000,000 -
Alat-alat besar 3,755,000,000 -
Alat angkutan kendaraan 3,325,000,000 -
Alat kantor dan alat rumah tangga 1,588,000,000 -
Built, operate and ttanfer (BOT) 1,225,000,000 -
Bangunan dalam pengerjaan 2,085,000,000 -
Bagian lancar utang jangka panjang - 600,000,000
Utang belanja - 175,000,000
Utang pajak - 250,000,000
Utang dalam negeri - 7,713,000,000
Equitas dana umum - 20,956,000,000
Equitas dana cadangan - 500,000,000
Equitas dana donasi - 231,000,000
Pajak hotel - 500,000,000
Retribusi pemakaian kekayaan daerah - 50,000,000
Bagian laba Perusda - 200,000,000
Bagi hasil pajak - 2,000,000,000
Dana alokasi umum - 8,650,000,000
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
199
Gaji dan tunjangan pegawai 100,000,000 -
Honorarium 20,000,000 -
Biaya bahan pakai habis 50,000,000 -
Biaya cetak dan penggandaan 240,000,000 -
Biaya sewa 25,000,000 -
Biaya sewa 20,000,000 -
Biaya makanan dan minuman 80,000,000 -
Biaya pemeliharaan gedung 60,000,000 -
Biaya perjalanan dinas 40,000,000 -
Honorarium 340,000,000 -
Gaji dan tunjangan pegawai 100,000,000 -
Biaya bahan pakai habis 50,000,000 -
Biaya cetak dan penggandaan 400,000,000 -
Biaya sewa 100,000,000 -
Biaya perjalanan dinas 66,000,000 -
Biaya pemeliharaan bangunan gedung 90,000,000 -
Biaya banuan keuangan kepada
organisasi 50,000,000 -
Belanja tidak tersangka-sangka 900,000,000 -
Total 41.825.000.000 41.825.000.000
D. Soal Latihan Contoh Kasus
Berdasarkan informasi yang disajikan di bawah ini, saudara di-
minta untuk melakukan hal sebagai berikut:
1. Mencatat transaksi ke jurnal penerimaan kas (lihat No.
perkiraan bab 6)
2. Mencatat transaksi ke jurnal pengeluaran kas (lihat No.
perkiraan bab 6)
3. Mencatat ke jurunal jmum (dan bukti memorial) (lihat No.
perkiraan bab 6)
4. Melakukan posting ke buku besar (lihat No.perkiraan bab 6)
5. Mencatat transaksi ke buku pembantu (lihat No. perkiraan
bab 6)
6. Membuat nraca saldo (lihat nomor erkiraan bab 6)
7. Untuk menentukan kode perkiraan masing-masing atas
transaksi di bawah pembaca harus berpedoman pada kode
rekenig pada bab 6.
200 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Catatan penyelesaian kasus di bawah dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu:
A. Necara saldo yang ada pada bulan Januari 2000A merupa-kan
saldoawal dalam buku besar untuk menyelesaikan ka-sus di
bawah ini.
B. Tidak berhubungan dengan kasus contoh di atas, dengan
asumsi kasus di bawah merupakan daerah baru peme-karan
sehingga laporan keuangan yang akan dibuat meru-pakan
laporan keuangan yang pertama dibuat oleh peme-rintah
daerah.
Transaksi sbb:
Tanggal, 1 Maret 2000B, dst.
1. Bendahara umum daerah/Kas daerah (BUD/Kasda) me-
nerima pajak hotel yang dipungut oleh dinas pendapatan
Daerah sebesar Rp500.000.000,- yang terdiri atas : pajak hotel
bintang lima sebesar Rp700.000.000,- dan pajak hotel bintang
empat sebesar Rp500.000.000,-
2. Bendahara umum daerah/Kasda mengeluarkan cek/uang
atas SPM BT angga-ran belanja dinas pendidikan untuk
bantuan dana kepada desa “B” untuk perbaikan sarana
Pendidikan) sebesar Rp500.000.000,-
3. Bendahara umum daerah/Kasda menerima dana alokasi
umum (DAU) sebesar Rp20.000.000.000,- yang telah diang-
garkan oleh Sekretaris Daerah, terdiri atas: piutang DAU
sebesar Rp2.700.000.000,- dan pendapatan DAU periode
berjalan Rp17.300.000.000,-
4. Bendahara umum daerah/Kasda menerima uang atas piutang
bagi hasil pajak yang telah dianggarkan oleh dinas pen-
dapatan daerah sebesar Rp650.000.000,- terdiri atas: piutang
bagi hasil pajak bumi & bangunan sebesar Rp 300.000.000,-
dan piutang bagi hasil pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal
21) sebesar Rp350.000.000,-
5. BUD/Kasda mengeluarkan cek/uang atas SPM BT mata
anggaran belanja dinas pendidikan yang digunakan untuk
membeli kendaraan dinas jabatan senilai Rp675.000.000,-
yang terdiri atas: 2 buah sedang, seharga Rp375.000.000,-
dengan nomor polisi D 212 WS dan D 313 WS dan 3 buah jeep
Rp300.000.000,- dengan nomor polisi D 444 WS, D 555 WS,
dan D 666 WS.
6. Bendaara umum daerah/Kasda menerima uang retribusi
tempat rekreasi yang telah dianggarkan oleh dinas pariwisata
sebesar Rp50.000.000,-
Akuntansi Sektor Publik Bab VII
201
7. Bendahara umum daerah/Kasda mengeluarkan cek/uang se-
besar Rp500.000.000,- untuk membiayai pembangunan ru-
mah sakit yang telah dianggarkan oleh dinas kesehatan senilai
Rp1.900.000.000,- sisanya dipenuhi dari pinjaman dalam
negeri dalam bentuk material bangunan dan tenaga teknis.
8. Bendahara umum daerah/Kasda mengeluarkan cek/uang
untuk mata anggaran belanja pelatihan akuntansi bagi guru
SMU yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan sebesar
Rp1.840.000.000,- dengan rincian belanja langsung sebagai
berikut:
Honor penyelenggara Rp150.000.000,-
Honor instruktur Rp400.000.000,-
Fotocopy bahan pelatihan Rp240.000.000,-
Sewa Tempat Rp250.000.000,-
Konsumsi Rp800.000.000,-
9. Bendahara umum daerah/Kasda mengeluarkan cek/uang
atas SPM BT mata anggaran belanja dinas pendidikan untuk
gaji dan tunjangan sebesar Rp1.200.000.000, dengan perin-
cian sebagai berikut:
Gaji Pokok Rp950.000.000,-
Tunjangan keluarga Rp150.000.000,-
Tunjangan jabatan Rp100.000.000,-
10. Bendahara umum daerah/Kasda menerima cek/uang bagi
hasil pajak (PPh pasal 21) sebesar Rp2.750.000.000,- yang
telah dianggarkan oleh sekretariat daerah BUD/Kasda meng-
elurkan cek untuk membiayai pemeliharaan kantor dinas
kesehatan sebesar Rp1.800.000.000,- yang diselenggarakan
oleh dinas kesehatan.
11. Bendahara umum daerah/Kasda membayar SPM PK pada
satuan pemegang kas dinas kesehatan daerah sebesar
Rp550.000.000,-
12. Bendahara umum daerah/Kasda menerima transfer uang
sejumlah Rp1.500.000.000,- sebagai bagian laba Perusda A
sebesar Rp800.000.000. Perusda B sebesar Rp700.000.000,-
yang telah dianggarkan oleh sekretariat daerah.
13. Bendahara umum daerah/Kasda menerima sumbangan dari
UNICEF berupa 50 unit komputer senilai Rp375.000.000,-
untuk dinas pendidikan.
14. Bendahara umum daerah/Kasda mengeluarkan cek/uang
atas SPM BT sekretariat daerah yang digunakan untuk mem-
biayai perbaikan jembatan yang rusak akibat bencana alam
202 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
sebesar Rp1.900.000.000,- atas beban anggaran belanja tidak
tersangka.
15. Bendahara umum daerah/Kasda membayar utang belanja
sarana ibadah sebesar Rp5.400.000.000,- yang telah diang-
garkan Sekretariat Daerah.
16. Bendahara umum daerah/Kasda membayar pajak atas beban
sekretariat daerah dengan rincian sebagai berikut :
Utang PPh Pasal 21 sebesar Rp275.000.000,-
Utang pajak pertambahan nilai sebesar Rp1.600.000.000,-
17. Bendahara umum/Kasda membayar cek/uang sewa kantor
ruang rapat sebesar Rp250.000.000,- atas beban belanja
sekretariat daerah.
18. Bendahara umum daerah/Kasda menerima dana perimbangan
sebesar Rp25.000.000.000,- dengan rincian sbb: (a) Bagi hasil
pajak sebesar Rp3.000.000.000,- (b) Bagi hasil bukan pajak
sebesar Rp2.000.000.000,- (c) DAU sebesarRp15.000.000.000.
Kasda besar Rp5.000.000.000,-
19. Dinas kesehatan mempertanggungjawabkan pengeluaran pada
transaksi tanggal 11 Maret 2000B sesuai dengan rencana
peng-gunaannya.
202 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
BAB VIII
PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini mengantarkankepada mahasiswa untuk menge-
nal lebih jauh masalah-masalah pengelolaan PAD. Dan mema-
dukannya dalam konsep perilaku dan psikologi dan psikologi
soail.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Pengantar
Keberhasilan aparatur dalam penerimaan pajak dan retribu-
si daerah sangat ditentukan kekompakan tim aparatur dalam
melakukan berbagai hal sehingga rencana anggaran pendapatan
dan belanja daerah dapat dicapai.
Selain itu, sumber daya manusia sebagai penentu utama
dalam merealisasikan berbagai sumber-sumber penerimaan dae-
rah Kabupaten Buton yang dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
(1) Realisasi penerimaan pendapatan yang bersumber dari pajak
daerah, misalnya pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, pajak
penerangan jalan, dan galian golongan C. (2) Realisasi penerimaan
pendapatan daerah yang bersumber dari retribusi daerah. Sum-
ber penerimaan tersebut cukup banyak dan dapat dilihat pada
Tabel 8.2. (3) Realisasi penerimaan pendapatan daerah yang ber-
Setelah mempelajari Bab ini, pembaca akan dapat mengetahui
dan memahami hal-hal sebagai berikut:
a. mengantar mahasiswa dalam pengelolaan PAD
b. melakukan telaah aparatur pemerintah daerah sebagai
pengelola pendapatan asli daerah
c. memberikan pemahaman konsep psikologi sosial atas sikap
dan perilaku aparatur pemerintah daerah
d. memahami ini buku ini sebagai kesimpulan
e. mampu menyelesaikan soal-soal dalam bab ini
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
203
sumber dari pendapatan daerah yang dipisahkan, ini bersumber
dari perusahaan daerah air minum, dan bank pembangunan
daerah (BPD) dapat dilihat pada Tabel 8.3. (4) Realisasi lain-lain
PAD yang sah bersumber dari penjualan aset daerah, penerimaan
jasa giro, sumbangan pihak ketiga, dan dapat dilihat pada Tabel
8.4. (5) Realisasi bagi hasil pajak dan penerimaan bukan pajak
dapat dilihat pada Tabel 8.5. Untuk lebih jelasnya, dapat diper-
hatikan pada penjelasan selanjutnya yang akan membahas tuntas
semua yang berkaitan dengan aspek sikap dan perilaku aparatur
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton.
1. Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah
Sikap postif Pemerintah Daerah Kabupaten Buton dari feno-
mena yang dapat diamati dan hasil wawancara dengan kepala
subbidang akuntansi umum (Wa Ode Sitty Raymuna) Menyatakan
bahwa sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Buton sadar akan
kemampuan sumber daya aparaturnya sehingga pada tahun 2006
dapat mengikutsertakan sebanyak tiga puluh orang pegawainya
dalam pelatihan akuntansi keuangan daerah. Pada tahun 2007
juga mengikutsertakan aparaturnya untuk mengikuti pelatihan
kursus akuntansi keuangan daerah sebanyak 52 (lima puluh dua)
orang dan menyebar di beberapa SKPD di seluruh Kabupaten
Buton.
Tentu untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam
pengelolaan keuangan suatu organisasi tentu dapat dicapai
dengan beberapa cara, ada yang mengikuti pendidikan berupa
pelatihan dan kursus, sebagaimana telah dilakukan pemerintah
daerah Kabupaten Buton. Castello (1992: 127) Menyatakan bahwa
pelatihan bukan merupakan fenomena baru, karena pelatihan
sangat penting untuk pengembangan keterampilan pegawai se-
cara spesifik.
Sampai saat ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Buton telah
mengikutsertakan 84 orang pegawainya, dalam mengikuti pendi-
dikan pelatihan akuntansi keuangan daerah di Makassar.
204 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti pegawai tersebut merupa-
kan perwujudan implementasi pasal 31 Undang-Undang No.45/
1999 tentang Perubahan Undang-Undang No.8/1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian dan Peraturan Pemerintah Nomor 101
tahun 2001 tentang Diklat Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai negeri adalah
sebagai berikut. (1) Meningkatkan pengetahuan, keahlian, kete-
rampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika
pegawai sesuai dengan kebutuhan instansi. (2) Menciptakan
aparatur yang mampu berperan sebagai pembantu dan perekat
persatuan dan kesatuan bangsa. (3) Memantapkan sikap dan
semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat. (4) Menciptakan kesamaan visi-misi
dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang lebih
baik.
Selain tujuan yang telah disebutkan tersebut juga pendidi-
kan dan pelatihan memiliki prinsip-prinsip yang perlu diperhati-
kan adalah sebagai berikut. (1) Pelaksanaan diklat dikaitkan
dengan pengembangan karier bagi pegawai negeri yang bersang-
kutan, artinya dalam perencanaan dan pelaksanaan diklat menga-
cu kepada upaya pengembangan karier ke depan bagi pegawai
negeri yang bersangkutan. (2) Pelaksanaan diklat harus didasar-
kan atau diarahkan pada pembentukan kemampuan maupun
kompetensi pegawai yang dilatih dalam meningkatkan
profesionalisme. (3) Diklat yang direncanakan dan dilaksanakan
harus didasarkan pada kebutuhan organisasi atau unit kerja
(training needs).
Secara psikologi, pasar global terjadi karena adanya per-
ubahan pola pikir masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari, yaitu semakin maju perekonomian suatu
daerah, juga dilandasi dengan adanya sistem informasi yang
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
205
semakin maju pula maka tuntutan kehidupan masyarakat juga
semakin berkembang dan sesuai dengan tuntutan zaman.
Kekuatan yang mendorong manusia, untuk kebutuhan hidupnya
mencerminkan psikologi manusia yang tumbuh menjadi kekuatan
penggerak manusia dalam memenuhi tuntutan hidupnya (Walgito,
2004: 3). Adanya dorongan yang muncul dalam diri aparatur,
lebih disebabkan adanya tanggung jawab yang tinggi bagi pribadi
aparatur pemerintah daerah.
Selanjutnya, pada tanggal 28 Juli 2008 pemerintah daerah
memberangkatkan aparaturnya untuk mengikuti pelatihan.
Berdasarkan hasil konfirmasi penulis melalui wawancara dengan
Wa Ode Sitty Raymuna, pada tanggal 9 Februari 2009, pukul
11.05 wita, tentang jumlah peserta pelatihan yang diberangkatkan
pada tanggal 28 Juli 2008 lalu adalah sebanyak dua orang pega-
wai yang mengikuti pelatihan akuntansi keuangan daerah, yaitu
kepala bagian akuntansi dan kepala bagian aset daerah. Keikut-
sertaan aparatur dalam berbagai pelatihan akuntansi ke-uangan
daerah dan kursus keuangan daerah (KKD) di Makassar, di sam-
ping sebagai perwujudan Peraturan Pemerintah No.101/ 2000
tentang pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil,
juga memperkuat kemampuan kompetensi, dan karakteris-tik
yang dimiliki oleh pegawai negeri sipil. Dengan demikian, sumber
daya manusia (aparatur) dapat menyelenggarakan sistem
akuntansi keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik.
Lembaga yang dituju dalam pelatihan akuntansi keuangan
daerah adalah Universitas Hasanuddin di Makassar, karena
Unhas sebagai satu-satunya pusat pendidikan yang diandalkan
khususnya kawasan Indonesia Timur. Dengan adanya pelatihan
semacam ini, menunjukkan adanya perhatian yang serius bagi
pemerintah daerah untuk meningkatkan sumber daya manusia
sehingga ketertinggalan bagi pihak aparaturnya dapat diatasi
dengan baik. Tujuan utama pemerintah daerah mengikutsertakan
aparaturnya dalam berbagai kegiatan pelatihan adalah agar tidak
206 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
mengalami kesulitan dalam penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton.
Sikap positif individu dalam pemahaman psikologi sosial
merupakan satu kesatuan pemahaman dan perhatian bagi apara-
tur terhadap lingkungan tempat mereka berada. Hal ini terasa
penting, ketika mereka mengondisikan posisinya sebagai aparatur
pemerintah daerah dan memiliki kewajiban untuk menyelesaikan
tugas laporan pertanggungjawaban di wilayah kerja masing-
masing. Selain tujuan tersebut, juga diharapkan bagi aparatur
pemerintah daerah dapat melakukan pencatatan/ pembukuan
atas penggunaan dana penerimaan PAD dalam wilayah kerja
masing-masing sehingga pengelolaan PAD tidak mengalami
kesulitan, terutama dalam pencatatan, pelaporan, dan pertang-
gungjawaban.
Keseriusan dan kesungguhan hati bagi aparatur pemerintah
daerah dalam menyelesaikan tugas, seperti: (1) pencatatan, (2)
pelaporan, dan (3) pertanggungjawaban, sikap seperti ini adalah
positif karena aparatur dalam menghadapi berbagai tuntutan
pekerjaan dalam lingkungan kerja dihadapi dengan sikap tulus
dan ikhlas dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan. Ibu Wa Ode
Sitti Raymuna menyadari akan kelemahan-kelemahan yang
dimiliki oleh semua aparatur BPKAD maupun semua pemegang
kas di jajaran masing-masing dinas terkait. Akan tetapi, beliau
Menyatakan satu kata kunci, yang dijadikan pegangan dalam
pekerjaan bahwa tidak ada pekerjaan yang sulit untuk dikerjakan
kecuali malas. Alasan kedua bagi beliau adalah banyak tempat
untuk bertanya, tetapi malu dan malas.
Seiring dengan apa yang telah disampaikan maka pemerin-
tah daerah cukup tanggap dalam meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia yang dimiliki daerah saat ini. Tujuan uta-
ma dalam mengikutkan berbagai pelatihan adalah semata-mata
untuk pengembangan diri bagi individu secara pribadi dan secara
institusi sebagai kepentingan organisasi pemerintah daerah.
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
207
Supryadi (2003: 7) mengungkapkan bahwa pekerjaan sangat
bervariasi dan banyak orang mengartikan. Pertama, kerja sebagai
sebuah ibadah, berarti kerja merupakan pernyataan syukur atas
kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan seakan-akan kepada dan
bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada manusia. Oleh
karena itu, orang yang bekerja atas dasar ibadah adalah bekerja
penuh dengan antusias yang tinggi. Kedua, kerja adalah suci,
berarti kerja harus dihormati dan jangan dicemarkan dengan
perbuatan dosa sehingga dapat mengakibatkan pelanggaran dan
kejahatan. Ketiga, kerja adalah pengabdian kepada sesama,
berarti kerja harus tulus tanpa pamrih. Keempat, kerja adalah
panggilan jiwa. Pengertian kerja di sini adalah bakat yang dimiliki
seseorang. Dari sini tumbuh tingkat profesionalisme yang tinggi,
dan pengabdian pada pekerjaan sangat dicintai karena merupa-
kan bakat seseorang sebagai panggilan jiwa.
2. Aparatur Pemerintah Daerah sebagai Pengelola PAD
Sikap positif dan kemampuan aparatur demi suksesnya
pelaksanaan penagihan, pemungutan, dan penerimaan penda-
patan asli daerah (PAD) pada masing-masing SKPD maka Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Buton harus lebih meningkatkan
koordinasi pada masing-masing SKPD. Di Kabupaten Buton terda-
pat sembilan belas SKPD yang dapat melakukan pemungutan
pajak dan retribusi daerah, yaitu: (1) dinas pendapatan daerah
sebagai koordinator, (2) dinas pekerjaan umum, (3) dinas tata ru-
ang, (4) dinas kesehatan, (5) dinas pendidikan nasional, (6) dinas
pertanian, (7) dinas kehutanan, (8) dinas koperasi, UKM, dan
PMD, (9) dinas pertambangan, (10) dinas tenaga kerja, (11) dinas
perhubungan, (12) kelautan, (13) badan pengelolaan lingkungan
hidup, (14) kantor catatan sipil, (15) rumah sakit umum, (16)
badan ketahanan pangan, dan pelaksanaan pertanian, perikanan
dan kehutanan, (17) dinas kebudayaan dan pariwisata, (18) badan
informasi PDE dan arsip, serta (19) bagian perekonomian Kabu-
paten Buton. Kesembilan belas SKPD tersebut dapat ditunjukkan
208 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
melalui tabel sehingga dapat dicermati lebih dalam tentang
capaian pajak maupun retribusi daerah. Sebelum menyajikan
daftar tabel dari masing-masing PAD, penulis menyajikan
beberapa indikator penerimaan PAD, yaitu: (C) jika penerimaan
hanya mencapai 69% s.d. 79% dikatakan kurang, diberi simbol
persentase negatif (%-), (B) penerimaan PAD mencapai 80% s.d.
100% dikatakan mencapai target, diberi simbol persentase sama
dengan (%=), dan (A) penerimaan PAD melampaui target mencapai
100% ke atas diberi simbol persentase positif (%+).
Suriasumantri (2003) Menyatakan bahwa kategorisasi
simbol-simbol persentase dan angka-angka dikemukakan tersebut
belum memiliki arti apa-apa, jika kita tidak memberikan arti
tentang simbol persentase dan angka-angka tersebut.
Selanjutnya Ndraha, (2005: 31); Marshal (2006: 92); dan Azwar
(2009: 41-43) menambahkan bahwa simbol (+) dan simbol (-)
memotivasi ada atau tidaknya kepedulian. Pendapat senada
disampaikan dalam LAKIP Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) Kabupaten Buton tahun anggaran 2007, berda-
sarkan tupoksi masing-masing mencapai (98%) itu dikategorikan
sangat baik. Sementara hasil pengukuran indikator kinerja atau
pencapaian sasaran, yang ditetapkan realisasi sebesar 100%
Berarti, jika ini yang diterapkan sebagai sasaran indikator kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton maka capaian 98% sangat
pantas dikatakan sangat baik. Simbol tersebut sebagai rujukan
penulis dalam memberikan indikator persentase sebagai berikut.
(C) Jika penerimaan hanya mencapai 69% s.d. 79% dikatakan
kurang, dan diberi simbol persentase negatif (%-), (B) penerimaan
PAD menca-pai 80% s.d. 100% dikatakan mencapai target (baik)
ini diberi simbol persentase sama dengan (%=), dan (A)
penerimaan PAD melampaui target mencapai 100% ke atas diberi
simbol persen-tase positif (%+). Indikator inilah yang dijadikan
acuan keberha-silan aparatur pemerintah daerah dalam mereali-
sasikan sumber-sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Buton
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
209
secara keselu-ruhan. Berikut dapat disajikan tabel anggaran dan
realisasi pajak daerah Kabupaten Buton.
Tabel 8.1
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah
Pemerintah Kabupaten Buton Tahun 2007
No Uraian/Keterangan
Anggaran dalam (xxx)
Realisasi dalam (xxx)
(=/+/-%)
1 Pajak hotel xxx xxx (% -)
2 Pajak restoran xxx xxx (% -)
3 Pajak hiburan xxx xxx (% +)
4 Pajak reklame xxx xxx (% +)
5 Pajak penerangan jalan xxx xxx (% -)
6 Pajak galian golongan C xxx xxx (% +)
Jumlah xxx xxx (% +)
Sumber: BPKAD Kabupaten Buton telah diolah
Keterangan:
1. Penerimaan pajak hotel, restoran, dan penerangan jalan me-
nunjukkan persentase negatif (%-) ini menandakan bahwa
penerimaan pajak dari objek pajak tersebut tidak mencapai
target yang dianggarkan.
2. Penerimaan pajak hiburan, reklame, dan galian golongan C
menunjukkan persentase positif (%+), ini menandakan bahwa
penerimaan pajak tersebut dapat melebihi target yang telah
ditentukan. Jumlah penerimaan pajak secara keseluruhan,
jika dirata-ratakan masih melampaui target sehingga secara
keseluruhan diberi simbol persentase positif (%+). Selanjutnya,
akan menyajikan anggaran pendapatan retribusi daerah
Kabupaten Buton untuk tahun 2007 adalah sebagai berikut.
Tabel. 8.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah
210 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Sumber: BPKAD Kabupaten Buton telah diolah tahun 2007
No Uraian keterangan
Ang.
dlm
(xxx)
R.Ang.
(xxx)
%(+/-
)
1 Retribusi pelayanan kesehatan xxx xxx (% +)
2 Retribusi penggantian biaya KTP &
Akte Capil xxx xxx (% +)
3 Retribusi pelayanan parkir di tepi
jalan umum xxx xxx (% +)
4 Retribusi pelayanan pasar xxx xxx (% =)
5 Retribusi pengujian kendaraan
bermotor xxx xxx (% =)
6 Retribusi pengujian kapal perikanan xxx xxx (% +)
7 Retribusi pemakaian kekayaan
daerah xxx xxx (% =)
8 Retribusi pasir grosir pertokoan xxx xxx (% +)
9 Retribusi terminal xxx xxx (% +)
10 Retribusi izin pendirian koperasi xxx xxx (% +)
11 Retribusi pelayanan kepelabuhanan
(tambat & labuh) xxx xxx (% -)
12 Retribusi izin usaha konstruksi xxx xxx (% +)
13 Retribusi izin kelayakan lingkungan xxx xxx (% +)
14 Retribusi jasa tenaga kerja pada
perusahaan xxx xxx (% =)
15 Retribusi penjualan aspal xxx xxx (% +)
16 Retribusi mendirikan bangunan xxx xxx (% =)
17 Retribusi izin tempat penjualan
minuman beralkohol xxx xxx (% -)
18 Retribusi izin trayek xxx xxx (% =)
19 Retribusi izin usaha perikanan xxx xxx (% +)
20 Retribusi peruntukan penggunaan
tanah xxx xxx (% +)
21 Retribusi izin usaha perdagangan
(SIUP) xxx xxx (% +)
22 Retribusi izin retribusi wajib daftar
CV xxx xxx (% +)
23 Retribusi izin usaha perorangan xxx xxx (% =)
24 Retribusi izin usaha bahan galian xxx xxx (% +)
Jumlah xxx xxx (% +)
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
211
1. Jika terdapat lima belas objek penerimaan pendapatan
retribusi daerah maka menunjukkan simbol persentase positif
(%+), ini menandakan bahwa penerimaan pendapatan retribu-
si melampaui target yang telah ditetapkan pemerintah daerah
tahun 2007.
2. Jika terdapat tujuh objek penerimaan pendapatan retribusi
daerah, menunjukkan persentase sama antara anggaran
dengan capaian sehingga diberi simbol persentase sama
dengan (%=) ini menandakan bahwa penerimaan pendapatan
retribusi daerah yang dicapai sesuai dengan target.
3. Sementara ada dua objek penerimaan pendapatan retribusi
daerah yang tidak mencapai target, yakni retribusi pelayanan
kepelabuhanan (tambat dan labu) dan retribusi izin tempat
penjualan minuman beralkohol. Kedua objek retribusi ini
menunjukkan simbol persentase negatif (%-), namun jika
dirata-ratakan masih melampaui target anggaran secara
keseluruhan sehingga kelebihan itu diberikan simbol persen-
tase positif (%+).
Secara keseluruhan Tabel 7.2 menunjukkan penerimaan
pendapatan asli daerah (PAD) dari aspek retribusi daerah Kabu-
paten Buton untuk tahun 2007. Persentase tersebut masih
menandakan persentase yang menggembirakan bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Buton. Selanjutnya, akan disajikan anggaran
dan realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan Kabupaten Buton untuk tahun 2007 sebagai berikut.
212 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Tabel 8.3
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah yang dipisahkan
Pemerintah Kabupaten Buton Tahun 2007
No Uraian/keterangan
Anggaran
dalam
(xxx)
Realisasi
dalam
(xxx)
(=/+/-%)
1 Perusahaan Daerah Air
Minum xxx xxx (% =)
2 Bank BPD xxx xxx (% =)
Jumlah xxx xxx (% =)
Sumber: BPKAD Kabupaten Buton telah diolah
Keterangan:
1. Kedua objek penerimaan pendapatan hasil pengelolaan keka-
yaan daerah yang dipisahkan pemerintah daerah tahun 2007
menunjukkan persentase antara rencana dengan capaian dan
diberi simbol persentase sama dengan (%=). Selanjutnya, akan
disajikan anggaran dan realisasi lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah untuk tahun 2007 adalah sebagai berikut.
Tabel 8.4
Anggaran dan Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah
Pemerintah Kabupaten Buton Tahun 2007
No Uraian/keterangan
Anggaran
dalam (xxx)
Realisasi
dalam (xxx)
(=/+/-
%)
1 Penjualan aset daerah
tidak dipisah xxx xxx (%-)
2 Penerimaan jasa giro xxx xxx (%=)
3 Sumbangan pihak ketiga xxx xxx (%+)
Jumlah xxx xxx (%+)
Sumber: BPKAD Kabupaten Buton telah diolah
Keterangan:
a. Penerimaan penjualan aset daerah menunjukkan simbol per-
sentase negatif (%-), ini berarti antara rencana penerimaan
dengan realisasi tidak mencapai target sehingga diberi simbol
persentase negatif (%).
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
213
b. Penerimaan pendapatan jasa giro menunjukkan simbol per-
sentase sama dengan (%=) ini menunjukkan bahwa rencana
penerimaan dengan realisasi dapat melampaui target yang
ditetapkan.
c. Dan sumbangan pihak ketiga menunjukkan simbol persentase
positif (%+) yang menandakan bahwa rencana penerimaan
dengan realisasinya melampaui target yang ditetapkan. Jika
dirata-ratakan dari tiga objek retribusi tersebut menandakan
masih terjadi kelebihan realisasi jika dibandingkan dengan
perencanaan, yang dianggarkan.
Terakhir, disajikan rencana anggaran dan realisasi lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah untuk tahun 2007 sebagai
berikut.
Tabel 8.5
Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Pemerintah Kabupaten Buton Tahun 2007
No Uraian/Keterangan
Anggaran
dalam
(xxx)
Realisasi
dalam
(xxx)
(=/+/-%)
1 Bagi Hasil Pajak xxx xxx (% +)
2 Bagi Hasil Bukan Pajak
(SDA) xxx xxx (% +)
Jumlah xxx xxx (% +)
Sumber: BPKAD Kabupaten Buton telah diolah
Keterangan:
a. Penerimaan bagi hasil pajak daerah menunjukkan simbol
persentase positif (%+) ini berarti antara rencana penerimaan
dengan realisasi melebihi target yang direncanakan.
b. Sedangkan penerimaan bagi hasil bukan pajak (SDA) menun-
jukkan persentase positif (%+), ini menandakan bahwa ren-
cana penerimaan dengan realisasi dapat melampaui target
yang telah ditetapkan.
Penerimaan pendapatan asli daerah yang melampaui target
diberi simbol persentase positif (%+), ini menunjukkan bahwa
214 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
penerimaan pendapatan asli daerah yang diperoleh melampaui
target yang dianggarkan. Kemudian penerimaan pendapatan asli
daerah sama antara rencana dan realisasi, diberi simbol persen-
tase sama dengan (%=). Terakhir, penerimaan pendapatan asli
daerah tidak mencapai target diberi simbol persentase negatif (%).
Penerimaan pendapatan asli daerah sebagaimana dikemuka-
kan tersebut merupakan sumber informasi bagi internal peme-
rintah daerah dan merupakan sumber informasi untuk masyara-
kat umum. Dari sisi aparatur maupun masyarakat umum,
informasi ini ditangkap melalui beberapa hal, seperti: (1) pengli-
hatan, melalui mata, (2) pendengaran melalui telinga, dan (3)
kemudian diproses melalui otak sehingga menghasilkan psikologi
kepribadian dari masing-masing aparatur sebagai unsur pengelola
keuangan daerah dan masyarakat sebagai pengamat atau penilai.
B. Telaah Aparatur Pemerintah Daerah sebagai Pengelola PAD
Perilaku/aktivitas yang dilakukan oleh aparatur pemerintah
daerah dapat ditandai dengan adanya bukti nyata tercapainya
PAD setiap tahun. Bahkan, mengalami peningkatan yang begitu
besar dan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat
dalam melaksanakan kewajiban, baik pada daerah maupun
negara. Berikut, disajikan hasil wawancara dengan informan kun-
ci. Kutipan hasil wawancara dengan Kasub Dinas Pembukuan dan
Penagihan Bapak La Nasiri, S.Sos, pada hari Sabtu, tanggal 2
Agustus 2008. Beliau Menyatakan bahwa dinas pendapatan
daerah adalah koordinator dalam pengelolaan pendapatan asli
daerah sehingga semua dinas yang terkait dalam pemungutan
dan penagihan pajak dan retribusi daerah melaporkan pada dinas
penda-patan daerah, tetapi ada tembusan yang disam-paikan
kepada badan pengelola keuangan dan aset daerah melalui
sekretaris BPKAD.
Dari lima jenis objek penerimaan PAD, untuk Kabupaten
Buton, pada tahun 2007 dapat tersebar di beberapa SKPD terkait,
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
215
hal ini dapat ditelaah berdasarkan realisasi penerimaan pendapa-
tan asli daerah yang terdiri atas beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, pajak daerah. (1) Penerimaan pajak hotel dicapai
dengan simbol persentase negatif (%-), kondisi ini menandakan
bahwa anggaran pajak hotel tidak tercapai. (2) Penerimaan pajak
restoran juga dicapai dengan simbol persentase negatif (%-) hal
ini menandakan bahwa penerimaan pajak dari restoran juga tidak
tercapai. (3) Penerimaan pajak hiburan dicapai dengan simbol
persentase positif (%+) yang menandakan bahwa penerimaan
pajak hiburan melampaui target. (4) Penerimaan pajak reklame
dicapai dengan simbol persentase positif (%+) karena penerimaan
pajak reklame dapat melampaui target. (5) Penerimaan pajak
penerangan jalan dicapai sesuai target sehingga diberi simbol
persentase sama dengan (%=) karena penerimaan pajak pene-
rangan jalan capaian sesuai dengan rencana anggaran. (6) Peneri-
maan pajak galian golongan C dicapai dengan simbol persentase
positif (%+) yang menandakan bahwa penerimaan pajak galian
golongan C dapat melampaui target.
Sejumlah objek pajak tersebut dapat dikatakan bahwa dari
enam objek penerimaan pendapatan pajak daerah tersebut, jika
dirata-ratakan mendominasi persentase rata-rata penerimaan
pajak daerah yang dicapai dengan simbol persentase positif (%+).
Ini sebagai bukti nyata yang menunjukkan adanya kerja keras
semua pihak terkait, baik aparatur pemerintah daerah, maupun
kesadaran tinggi dari masyarakat wajib pajak yang begitu tinggi
sehingga penerimaan daerah untuk tahun 2007 melampaui
rencana anggaran keseluruhan dari ketetapan pemerintah.
Kedua, retribusi daerah yang terdiri atas hal-hal sebagai
berikut. (1) Penerimaan pendapatan retribusi pelayanan keseha-
tan dicapai dengan simbol persentase positif (%+). Ini menun-
jukkan bahwa penerimaan retribusi pelayanan kesehatan dapat
melebihi target sehingga diberi simbol persentase positif. (2)
Penerimaan pendapatan retribusi penggantian biaya KTP dan akte
216 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
catatan sipil dicapai dengan simbol persentase positif (%+). Ini
menunjukkan bahwa penerimaan retribusi dari penggantian biaya
KTP dapat melampaui target. (3) penerimaan pendapatan retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum dicapai dengan simbol
persentase positif (%+). Ini menunjukkan bahwa penerimaan
retribusi pelayanan parkir di tepi jalan melampaui target. (4)
Penerimaan retribusi pendapatan pelayanan pasar dicapai dengan
simbol persentase yang sama, antara rencana dan realisasi se-
hingga diberi simbol persentase sama dengan (%=). (5) Penerimaan
pendapatan retribusi pengujian kendaraan bermotor dicapai
dengan simbol persentase yang sama antara rencana dan realisasi
sehingga diberi simbol persentase sama dengan (%=). (6) Peneri-
maan pendapatan retribusi pengujian kapal perikanan dicapai
dengan simbol persentase positif (%+). Ini menandakan bahwa
penerimaan retribusi pengujian kapal perikanan dapat melampaui
target. (7) Penerimaan pendapatan retribusi pemakai-an kekayaan
daerah dicapai dengan simbol persentase yang sama antara
rencana dan realisasi sehingga diberi simbol persentase sama
dengan (%=). (8) Penerimaan pendapatan retribusi pasar grosir/
pertokoan dicapai dengan simbol persentase positif (%+). (9) Pene-
rimaan pendapatan retribusi terminal dicapai dengan simbol per-
sentase positif (%+). (10) Penerimaan pendapatan retribusi pendi-
rian koperasi dicapai dengan simbol persentase positif (%+). (11)
Penerimaan pendapatan dari retribusi pelayanan kepelabu-hanan
(tambat dan labuh) dicapai dengan simbol persentase negatif (%-).
(12) Penerimaan pendapatan retribusi izin usaha konstruksi
dicapai dengan simbol persentase positif (%+). (13) Penerimaan
pendapatan retribusi izin kelayakan lingkungan dicapai dengan
simbol persentase positif (%+). (14) Penerimaan pendapatan
retribusi jasa tenaga kerja pada perusahaan dicapai dengan
simbol persentase sama dengan, artinya antara rencana dan
realisasi adalah sama sehingga di sini diberi simbol persentase
sama dengan (%=). (15) Penerimaan pendapatan dari retribusi
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
217
penjualan aspal dicapai dengan simbol persentase positif (%+).
(16) Penerimaan pendapatan retribusi izin mendirikan bangunan
dicapai dengan simbol persentase sama dengan, artinya antara
rencana dan realisasi adalah sama, sehingga diberi simbol
persentase sama dengan (%=). (17) Penerimaan pendapatan retri-
busi izin tempat penjualan minuman beralkohol dicapai dengan
simbol persentase negatif (%-). (18) Penerimaan pendapatan
retribusi izin trayek, dicapai dengan simbol persentase sama
dengan (%=), artinya antara rencana dan realisasi menunjukkan
jumlah yang sama. (19) Penerimaan pendapatan retribusi izin
usaha perikanan dicapai dengan simbol persentase positif (%+).
(20) Penerimaan pendapatan retribusi peruntukan penggunaan
tanah, dicapai dengan simbol persentase positif (%+). (21)
Penerimaan pendapatan retribusi izin usaha perdagangan (SIUP)
dicapai dengan simbol persentase positif (%+). (22) Penerimaan
pendapatan retribusi izin wajib daftar CV diperoleh dengan simbol
persentase positif (%+). (23) Penerimaan pendapatan retribusi izin
usaha perorangan dicapai dengan simbol persentase positif (%=).
(24) Retribusi izin usaha bahan galian dicapai dengan simbol
persentase positif (%+).
Dapat dikatakan bahwa dari 24 objek penerimaan penda-
patan retribusi daerah mendominasi simbol persentase positif
(%+). Hal ini merupakan bukti nyata adanya unsur kerja keras
semua aparatur terkait, baik aparatur pemerintah daerah mau-
pun kesadaran yang tinggi dari masyarakat wajib pajak sehingga
penerimaan pendapatan asli daerah, dari retribusi untuk tahun
2007 melampaui rencana anggaran yang telah ditetapkan
pemerintah daerah.
Ketiga, pendapatan asli daerah yang dipisahkan dan terdiri
atas hal-hal sebagai berikut. (1) Penerimaan pendapatan daerah
dari perusahaan air minum menunjukkan persentase yang sama
antara rencana dengan realisasi (%=). (2) Penerimaan pendapatan
yang diperoleh dari jasa BPD dicapai dengan simbol persentase
218 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
sama dengan (%=), artinya antara rencana dengan realisasi yang
dicapai adalah sama.
Demikian pula penerimaan daerah yang dipisahkan, tampak
bahwa dari dua objek penerimaan pendapatan asli daerah yang
dipisahkan yakni rencana penerimaan dan realisasi adalah sama
dengan capaian sehingga diberi simbol persentase sama dengan
(%=). Ini menunjukkan adanya unsur kerja keras semua aparatur
terkait, baik aparatur pemerintah daerah maupun tingkat
kesadaran masyarakat wajib pajak yang begitu tinggi sehingga
penerimaan pendapatan daerah yang dipisahkan untuk tahun
2007 mencapai target sesuai rencana anggaran yang telah ditetap-
kan pemerintah daerah sama dengan realisasi yang dicapai.
Keempat, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan
terdiri atas hal-hal sebagai berikut. (1) Penerimaan pendapatan
daerah dari penjualan aset daerah menunjukkan simbol persen-
tase yang negatif (%-). (2) Penerimaan pendapatan yang diperoleh
dari jasa giro dicapai dengan simbol persentase sama dengan
(%=). (3) Penerimaan pendapatan yang diperoleh dari sumbangan
pihak ketiga dicapai dengan simbol persentase positif (%+). Semua
jenis pendapatan asli daerah tersebut dapat dikatakan menun-
jukkan persentase penjualan aset daerah yang dicapai dengan
simbol persentase negatif (%-). Ini menunjukkan bahwa aset yang
dimiliki pemerintah daerah Kabupaten Buton, dimiliki bukan
tujuan untuk dijual.
Sedangkan penerimaan lain-lain pendapatan dari jasa giro
menunjukkan simbol persentase sama dengan. Artinya antara
rencana dan realisasi adalah sama sehingga diberi simbol
persentase sama dengan (%=). Kemudian lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah dari sumbangan pihak ketiga menunjukkan
simbol persentase positif (%+). Penerimaan lain-lain PAD yang sah
untuk tahun 2007, kelihatannya mencapai target, walaupun dari
sisi penjualan aset kelihatannya tidak mencapai target, tetapi itu
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
219
bukan tujuan akhir dari Pemerintah Daerah Kabupaten Buton
untuk menjual semua aset yang dimiliki pemerintah daerah.
Kelima, penerimaan pendapatan asli daerah, dari bagi hasil
pajak dan bukan pajak terdiri atas hal-hal sebagai berikut. (1)
Penerimaan pendapatan daerah dari bagi hasil pajak mencapai
simbol persentase positif (%+). (2) Penerimaan pendapatan yang
diperoleh dari bagi hasil bukan pajak mencapai simbol persentase
positif (%+) sehingga dapat dikatakan bahwa baik objek penerima-
an pendapatan asli daerah dari bagi hasil pajak maupun bagi
hasil bukan pajak, keduanya menunjukkan simbol persen-tase
positif (%+).
Untuk penerimaan pendapatan asli daerah dari bagi hasil
pajak menunjukkan adanya unsur kerja keras semua aparatur
terkait dan kesadaran masyarakat wajib pajak yang begitu tinggi,
khususnya pembayaran pajak bumi dan bangunan, sehingga
penerimaan pendapatan daerah dari bagi hasil pajak untuk tahun
2007 juga melampaui target. Selain itu, penerimaan pendapatan
dari bagi hasil bukan pajak (SDA) juga mengalami peningkatan
sehingga penerimaan pendapatan daerah dari bagi hasil bukan
pajak tahun 2007 juga melampaui target.
Berdasarkan pengungkapan dari semua jenis penerimaan
pendapatan asli daerah Kabupaten Buton, tampak bahwa semua
penerimaan mendominasi simbol persentase positif (%+). Dari se-
kian objek penerimaan pendapatan asli daerah khusus retribusi
yang masih relatif kecil adalah penerimaan kepelabuhanan dan
penjualan minuman beralkohol, karena minuman itu banyak
mengandung mudharat daripada manfaatnya sehingga pemerin-
tah daerah betul-betul melakukan pengawasan ketat terhadap
jenis retribusi ini. Retribusi penerimaan penambatan pelabuhan
juga kecil, karena terbatasnya kapal-kapal berlabuh/bertambat di
pelabuhan Kabupaten Buton di Pasarwajo.
220 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Dengan adanya kekompakan tim sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 8.1. di atas, tampak adanya kelompok sosial yang
fundamental, karena sudah terbina sejak awal tahun anggaran
sampai memasuki lapangan (objek pajak daerah). Membangun tim
adalah sesuatu yang fundamental, khususnya dalam membangun
tim-tim yang saling melengkapi, di mana kekuatan-kekuatan indi-
vidu menjadi produktif dan kelemahan-kelemahan individu yang
lain menjadi tertutupi, karena adanya saling kerjasama Covey
(2005: 367).
Dari gambaran tersebut dapat dimaknai bahwa manusia
harus sadar akan kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Oleh kare-
na itu, pantas kiranya jika manusia dapat dikatakan sebagai
makhluk sosial, tidak hidup sendiri tanpa ada bantuan dari ma-
nusia/individu lainnya. Atas terbentuknya kerja tim manusia
dapat memenuhi harapan/tuntutan, di mana individu tersebut
bekerja. Ketercapaian dari apa yang diharapkan oleh atasan
mereka itu merupakan manifestasi desakan jiwa dari kelompok
tim, Walgito (2004) menyebutnya sebagai satu kesatuan dalam
kelompok psikologi sosial.
Berdasarkan capaian penerimaan pajak dan retribusi daerah
tersebut maka tampak jelas peranan Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Buton, sangat penting atas keberhasilan pemungutan
Keberhasila penerimaan pen-
dapatan pajak dan retribusi daerah
karena adanya kerjasama kekom-
pakan teamwork dalam pemungutan
pajak tersebut. Hal tersebut tampak
pada persenta-se masing-masing
objek, baik pajak maupun retribusi
melam-paui target yang telah dite-
tapkan pada anggaran pendapatan
dan belanja daerah Kabupaten Bu-
ton, tahun 2007
Gambar 8.1 Kekompakan Tim Kerja
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
221
pajak dan retribusi yang dicapai. Oleh karena itu, perlu, untuk
ditingkatkan lagi penerangan tentang pentingnya pajak daerah
dan retribusi daerah yang disampaikan kepada masyarakat secara
langsung dari petugas dinas terkait di bawah koordinasi dinas
pendapatan daerah. Informasi yang diperoleh dari kasubid
penagihan dan pembukuan tersebut, peneliti mencoba melakukan
uji validitas informasi dengan cara melakukan konfirmasi dengan
kasubid akuntansi di BPKAD, serta mencocokkan dengan bukti
dokumennya, ternyata informasi yang diperoleh dari dinas
pendapatan daerah adalah benar adanya.
Sebetulnya, ada lima jenis yang tergolong dalam kategori
pendapatan asli daerah, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah.
Kelima jenis pendapatan asli daerah tersebut memiliki pengertian
yang berbeda-beda. Pertama, pajak daerah merupakan iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung, dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang yang
berlaku, dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan peme-
rintahan dan pembangunan di daerah. Kedua, retribusi daerah
merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan, di mana pembayar retribusi mendapat imbalan jasa secara
langsung dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang Hasiara
(2008). Selanjutnya, undang-undang sebagai pendongkrak terba-
yarnya pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Buton adalah
Undang-Undang No. 34/2000. Pada Pasal 6 undang-undang ter-
sebut, Waluyo (2007: 6) menyebutkan bahwa retribusi daerah
merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang disediakan dan/atau diberikan
pemerintah daerah, untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Ketiga, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan
hasil penjualan aset tetap daerah dan jasa giro. Keempat,
penerimaan bagi hasil pajak, yaitu bagian daerah dari penerimaan
pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan
222 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
bangunan dan penerimaan sumber daya alam (Bratakusumah,
2002: 174).
Mengenai hasil kerja aparatur, Covey (2005: 201) menga-
takan bahwa pekerjaan yang efektif, apabila mencapai hasil yang
maksimal. Selain itu, pekerjaan dikatakan maksimal, jika atasan
mengharapkan stafnya, untuk memikirkan masalah-masalah
yang dihadapi. Kemudian hasil pemikiran tersebut terbukti dapat
mendatangkan penerimaan pajak, retribusi, pendapatan daerah
yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah, hasil bagi pajak, dan
bukan pajak. Ungkapan ini dapat ditunjukkan capaian kerja
aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Buton melalui tabel 8.1,
8.2, 8.3,8.4, dan 8.5 yang menunjukkan persentase positif atas
keberhasilan aparatur Pemerintah Kabupaten Buton dalam
perolehan PAD tahun 2007.
Secara keseluruhan penerimaan pendapatan asli daerah,
khususnya yang bersumber dari pajak daerah Kabupaten Buton
tahun 2007 mengalami peningkatan rata-rata di atas target
anggaran, jika dipersentasekan secara umum menunjukkan
simbol persentase positif (%+). Berdasarkan hasil temuan lapang-
an bahwa pajak daerah menunjukkan adanya kekompakan dan
respons positif dan/atau tanggapan positif bagi aparatur pemerin-
tah daerah dalam melakukan pungutan pajak daerah.
Perilaku tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan
indikator sebagaimana disebutkan. Sebelumnya, telah ditetapkan
indikator penilaian persentase dari masing-masing capaian.
Pertama, indikator (A) Jika penerimaan pendapatan asli daerah
dari pajak daerah mencapai 100% ke atas diberi simbol persen-
tase positif (%+). Artinya, pihak aparatur pemerintah daerah pada
saat melakukan pemungutan pajak daerah sangat antusias yang
disebabkan adanya dorongan atau motivasi tinggi dalam jiwa
aparatur sehingga penerimaan pajak daerah dapat melampaui
target.
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
223
Kedua, indikator (B) penerimaan pendapatan asli daerah
dari pajak daerah yang dicapai mulai dari 80% s.d. 100% diberi
simbol persentase sama dengan (%=), artinya rencana penerimaan
pendapatan pajak daerah sama dengan realisasi penerimaan
pendapatan pajak daerah yang dicapai. Jika kondisi ini terjadi,
menunjukkan bahwa aparatur telah berusaha secara maksimal,
walaupun hasil yang dicapai sebatas rencana. Kondisi penerimaan
pendapatan pajak daerah dapat dikatakan masih baik, karena
rencana pendapatan asli dari pajak daerah tercapai.
Ketiga, indikator (C), yakni penerimaan pendapatan asli
daerah dari pajak daerah dikatakan kurang, jika persentase
penerimaan hanya mencapai antara 69% s.d. 79%. Pendapatan
dari pajak daerah seperti ini diberikan simbol persentase negatif
(%-), artinya walaupun aparatur telah mengeluarkan berbagai
upaya yang ditempuh untuk meningkatkan penerimaan pajak
daerah, tetapi tidak mendapatkan hasil yang diharapkan.
Kondisi ini dikategorikan aparatur tidak tanggap dalam
melihat momen-momen yang dapat digunakan untuk melakukan
penagihan pajak sehingga persentase penerimaan pajak daerah
tidak tercapai. Berikut disajikan gambar capaian dari enam objek
pajak daerah.
Retribusi
Daerah
Indikator C
2 Objek %-Pajak
Daerah
Indikator B
1 Objek %=Pajak
Daerah
Indikator A3 Objek %+
Pajak
Daerah
Rata-rata
PajakDaerah A
%+
Ka
rena
mela
mp
auita
rget
,
mak
adib
eri
kan
jem
pol
Gambar 8.2 Persentase Rata-rata Penerimaan Pajak Daerah
memberikan jempol positif (%+)
224 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
sumsi minuman beralkohol sehingga dapat merusak mental selu-
ruh lapisan masyarakat secara umum. Rusaknya mental apa-
ratur dan masyarakat pada akhirnya merusak seluruh tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bagi penulis, sumber penerimaan retribusi daerah ber-
sumber dari retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol.
Namun, tidak menjadi masalah, karena dengan rendahnya izin
tempat penjualan minuman beralkohol akan memperoleh hikmah
dari pajak yang lain, yaitu mengalami peningkatan yang luar
biasa. Di sinilah keagungan dan kebesaran Allah swt, atas segala
kehendak-Nya. Penerimaan retribusi pendapatan asli daerah yang
berasal dari pelayanan kepelabuhanan memiliki persentase yang
cukup rendah dan hanya memperlihatkan simbol persentase
negatif (%-), tetapi bukan berarti bahwa aparatur tidak respons
atas sumber-sumber penerimaan daerah dari jasa kepelabuhan-
an. Hal itu disebabkan atas kurangnya para pengguna kapal yang
bertambat di pelabuhan Ibukota Kabupaten Buton, mengingat
saat ini masih relatif baru hijrah dari Kota Bau-bau sekitar tahun
2003 yang membuat Ibukota Kabupaten Buton menjadi sunyi,
namun turunnya retribusi dari penambatan jasa kepelabuhanan
dapat diimbangi dengan sumber-sumber PAD yang lain.
Di Kabupaten Buton saat ini hanya ada 24 sumber peneri-
maan pendapatan dari retribusi. Dari jumlah tersebut hanya ada
dua jenis retribusi yang mengalami penurunan, yaitu: (1) retribusi
izin tempat penjualan minuman beralkohol, menunjukkan
persentase negatif (%-) dan (2) retribusi jasa penambatan jasa
kepelabuhanan hanya dicapai dengan simbol persentase negatif
(%-). Jadi masih ada 22 jenis retribusi yang menunjukkan
penerimaan pendapatan dari retribusi yang menunjukkan simbol
persentase positif (%+). Jika dirata-ratakan secara keseluruhan,
penerimaan pendapatan asli daerah dari retribusi daerah menca-
pai persentase yang membanggakan, yaitu indikator A, dengan
simbol persentase positif (%+).
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
225
Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah, hendaknya
dapat disesuaikan dengan peraturan pemerintah nomor 65 Tahun
2001, tentang pajak daerah. Peraturan pemerintah yang dimak-
sud adalah memberikan gambaran terhadap pemerintah daerah
untuk melakukan upaya-upaya peningkatan penerimaan pajak
dan retribusi daerah, dan jangan sampai menambah beban
masyarakat sehingga dapat menimbulkan distorsi ekonomi, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Pilihan terbaik bagi
pemerintah daerah adalah, melakukan upaya-upaya penyeder-
hanaan berupa pemungutan efisiensi biaya administrasi dan
pemungutan untuk memperkecil jumlah tunggakan, dan jangan
lupa untuk menegakkan sanksi hukum bagi para penghindar
pajak.
Penurunan penerimaan kedua jenis (objek) retribusi ini tidak
menyebabkan penurunan pendapatan asli daerah secara keselu-
ruhan. Oleh karena itu, dukungan atau respons dari peran serta
aparatur dalam memberikan berbagai penyuluhan, terutama
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Kedua sumber
penerimaan pendapatan asli daerah, seperti pajak dan retribusi
daerah harus dikembangkan sehingga daerah memiliki keter-
sediaan dana untuk membiayai kebutuhan daerah sendiri.
Jika daerah memiliki kemampuan keuangan memadai maka
daerah dengan leluasa untuk menggunakan dana tersebut,
sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Buton, yang menunjukkan bahwa laporan
keuangan berupa neraca daerah dapat diketahui dengan pasti
bahwa Kabupaten Buton mempunyai kekuatan maupun kelemah-
an-kelemahan yang dimiliki daerah melalui neraca daerah,
sebagaimana ditampilkan pada Bab 9 Tabel 9.3.
Untuk menjaga kesinambungan, penerimaan pendapatan
pajak daerah dan penerimaan pendapatan dari retribusi daerah,
Harun (2003) mengusulkan agar penerangan atau penyuluhan
kepada seluruh lapisan masyarakat wajib pajak terus diting-
226 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
katkan. Jika penerangan tersebut dilakukan, sebaiknya aparatur
yang memiliki kompetensi yang memadai, terutama pemahaman
dari masing-masing jenis pajak harus dipahami secara memadai.
Demikian pula penerimaan pendapatan dari retribusi dae-
rah, hasil temuan lapangan menunjukkan adanya respons positif
(tanggapan positif) bagi aparatur pemerintah daerah sehingga
penerimaan pendapatan dari retribusi daerah mengalami pening-
katan. Oleh karena begitu luasnya objek retribusi daerah ini maka
penulis menggunakan indikator keberhasilan pemerintah daerah
dalam menangani retribusi daerah sebagai berikut. (A) Persentase
penerimaan pendapatan retribusi daerah 100% ke atas diberi
simbol respons positif (%+), yakni pemaknaan penerimaan penda-
patan dari retribusi daerah sangat baik (sangat respons). (B)
persentase penerimaan pendapatan retribusi daerah yang dicapai
80% s.d. 100% disebut baik, yakni pemaknaan penerimaan pen-
dapatan dari retribusi daerah adalah baik, ini menunjukkan ada-
nya respons kondisi diberi simbol persentase sama dengan (%=).
(C) sedangkan penerimaan pendapatan retribusi daerah dengan
persentase 69% s.d. 79% jika penerimaan pendapatan daerah
seperti ini, diberi simbol persentase negatif (%-), yakni pemaknaan
penerimaan pendapatan dari retribusi daerah adalah kurang.
Dari indikator-indikator tersebut, jika ditayangkan melalui
gambar dapat dilihat sebagai berikut.
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
227
Gambar 8.3 Persentase Rata-Rata Penerimaan Retribusi Daerah
Memberikan Jempol Positif (%+)
Berdasarkan rata-rata capaian penerimaan pajak daerah
sebagaimana tampak pada gambar tersebut menunjukkan bahwa
penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Buton dikategorikan
sangat baik. Itu disebabkan adanya (respons), positif dari apa-
ratur sehingga persentase penerimaan memberikan simbol per-
sentase positif (%+). Tingginya capaian persentase tersebut
disebabkan adanya kerja keras aparatur dalam melakukan pena-
gihan pajak sehingga dapat mencapai keberhasilan yang luar
biasa dalam mengumpulkan penerimaan pendapatan daerah yang
berasal dari retribusi daerah. Di atas Marshall (2006) Menyatakan
bahwa simbol positif (+) menunjukkan adanya motivasi, sedang-
kan simbol negatif menunjukkan tidak ada motivasi dalam diri
aparatur. Oleh karena itu, persentase capaian penerimaan retri-
busi daerah sebagaimana terlihat pada Gambar 8.3 menunjukkan
capaian rata-rata yang dapat menduduki indikator sangat baik
dengan nilai A dengan simbol persentase positif (%+), menunjuk-
kan bahwa aparatur yang melakukan penagihan pajak mempu-
Retribusi Daerah
Indikator C 2 Objek Retribusi Daerah
Indikator B 7 Objek
Retribusi Daerah
Indikator A 15 Objek Retribusi Daerah
Rata-rata Retribusi Daerah peroleh
indikator A
%+
Kar
ena
mel
ampau
i ta
rget
,
mak
a dib
erik
an j
empol
%-
%+
%=
228 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
nyai motivasi tinggi sehingga penerimaan retribusi dapat melam-
paui target penerimaan retribusi daerah.
C. Konsep Psikologi Sosial atas Sikap dan Perilaku Aparatur Pemda
Psikologi sosial dan sikap positif bagi aparatur merupakan
satu kesatuan yang utuh, jika dilakukan pengkajian mendalam
tentang hakikat manusia sebagai aparatur dalam lingkungan
kehidupan sehari-hari. Manusia dalam lingkungan kehidupan
sehari-hari selain memiliki saling ketergantungan terhadap sesa-
manya, juga terhadap lingkungan di mana manusia itu berada.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa sikap dapat dibagi menjadi
dua kategori, yaitu (a) sikap positif dan (b) sikap negatif. Namun,
ada yang Menyatakan bahwa kedua sikap tersebut dapat dibentuk
oleh manusia itu sendiri. Pembentuk sikap, perilaku, sosiologi,
psikologi, maupun gabungan dari psikologi sosial adalah kata-
kata atau kalimat maupun simbol-simbol tertentu yang dapat
melahirkan pemaknaan atas kejadian/peristiwa tertentu yang
dipengaruhi oleh mindset manusia itu sendiri.
Pembentukan manusia terhadap kedua sikap tersebut
sangat ditentukan oleh mindset manusia yang sangat tergantung
kepada beberapa hal, seperti: (a) latar belakang pendidikan, (b)
sosial keluarga, (c) ekonomi, dan (d) lingkungan di mana manusia
tersebut berada. Sikap positif, umumnya disimbolkan dengan
berbagai cara, misalnya dengan menganggukkan kepala yang
dimaknai bahwa individu tersebut setuju dengan apa yang dilihat,
didengar, dikerjakan oleh lingkungan di mana individu tersebut
telah dan/atau sudah melakukan suatu tindakan.
Sementara itu, pada sikap negatif umumnya tidak menun-
jukkan adanya gejolak tertentu, namun dapat menunjukkan
adanya simbol tertentu, baik itu dilihat, didengar, dan dirasakan
namun individu tersebut dapat menunjukkan adanya tanda-tanda
yang dapat dibaca dari perilaku individu tertentu, dan dapat
dilihat pada kedua gambar berikut. Gambar 8.4 ini meru-
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
229
pakan gambar atau simbol-simbol menunjukkan adanya sikap
positif terhadap berbagai hal. Selanjutnya, gambar atau simbol
yang menunjukkan tidak adanya respons terhadap berbagai
kegiatan yang dapat mendatangkan penerimaan daerah dapat
ditunjukkan pada gambar 8.5. berikut ini
Keterangan:
a. Gambar 8.4 adalah simbol yang memberikan respons terhadap
semua pekerjaan yang diberikan oleh atasan dan tidak enggan
melakukannya dengan berbagai cara untuk mencapai kesuk-
sesan pekerjaan tersebut. Selain itu, ada semacam beban yang
diletakkan atasan di atas kepala bawahan (aparatur) untuk
melaksanakan pekerjaan. Aparatur tersebut respons positif
atas beban yang diserahkan atasan terhadapnya.
b. Gambar 8.5 adalah simbol yang tidak memberikan respons
(tidak menanggapi) terhadap pekerjaan yang diberikan atasan dan
enggan (merasa berat) untuk melakukannya sehingga pekerjaan
tersebut tidak dapat dilakukan. Oleh karena merasa terpaksa,
akibatnya tidak maksimal, karena tidak maksimal maka hasil
yang didapat dari pekerjaan tersebut tidak tercapai. Gambar 8.4
dan 8.5 mirip, tetapi tidak sama, kedua gambar tersebut
menunjukkan adanya persamaan dan perbe-daan. Persamaannya
terletak pada beban yang dijunjung pada Gambar 8.4 dan 8.5,
tetapi perbedaannya dapat dicermati dari mulut kedua individu
(aparatur) tersebut sangat berbeda antara aparatur yang memiliki
respons positif dibandingkan dengan aparatur yang tidak memiliki
respons terhadap stimulus yang diterima (diadaptasi dari Bastian,
2006: 33).
Pemberian makna dari gambar pertama adalah mulutnya
melengkung ke bawah, sedangkan gambar kedua mulutnya me-
lengkung ke atas. Artinya, jika mulut melengkung ke bawah
menunjukkan bahwa individu tersebut mempunyai respons positif
terhadap apa yang akan dikerjakan, apa yang dilihat, apa yang
230 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
dirasakan, dan lain-lain maka orang tersebut setuju terhadap
sesuatu yang akan dikerjakan.
Namun pada gambar kedua, dengan simbol mulut meleng-
kung ke atas menunjukkan bahwa orang/individu tersebut tidak
menanggapi terhadap apa yang akan dikerjakan, apa yang dilihat,
apa yang dirasakan, dan lain-lain maka orang tersebut tidak
memiliki tanggapan atau respons terhadap berbagai hal dan sifat
orang seperti ini adalah acuh atau tidak peduli (Bastian, 2006:
33). Kedua gambar tersebut, sebetulnya bisa dibentuk agar
melahirkan tanggapan positif terhadap berbagai hal yang muncul
dalam pandangan mereka. Keduanya dapat membentuk perilaku
positif terhadap apa yang diterima melalui pancaindra manusia
dan/atau individu tersebut. Antara sikap dan perilaku tersebut
dapat dilakukan penelusuran maupun penyelidikan lebih lanjut
sehingga dapat menerangkan kegiatan-kegiatan manusia pada
umumnya. Kondisi ini masuk dalam wilayah psikologi khusus
yang mengkaji dan menyelidiki masalah-masalah yang berhu-
bungan dengan kegiatan dalam jiwa manusia itu sendiri (indivi-
du/aparatur) pemerintah daerah.
Psikologi khusus ini masuk dalam wilayah psikologi sosial
yang berkaitan dengan situasi sosial. Situasi sosial dapat diben-
tuk dari berbagai interaksi sosial (hubungan timbal balik), yaitu
antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan buda-
ya, antara manusia dengan lingkungannya, dan antara manusia
(aparatur) dengan organisasi, di mana individu/ manusia/
aparatur tersebut berada (Gerungan, 2004: 31).
1. Konsep Psikologi Sosial atas PAD
Berdasarkan uraian tersebut bahwa lingkup psikologi sosial
adalah menguraikan dan menerangkan kegiatan-kegiatan manu-
sia, khususnya kegiatan dalam situasi sosial. Situasi sosial
dibentuk dari berbagai interaksi sosial (hubungan timbal balik),
yaitu antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
231
budaya, dan antara manusia dengan lingkungan di mana manu-
sia tersebut berada (Gerungan, 2004: 31).
Pandangan ini dapat kita kaitkan dengan pajak daerah,
keberhasilan dalam pemungutan pajak daerah oleh aparatur
pemerintah daerah yang lebih mengarah pada kegiatan sosial
untuk kemaslahatan masyarakat di daerah. Kemaslahatan yang
dimaksudkan di sini, tentu berkaitan erat dengan besar kecilnya
pendapatan asli daerah yang dipungut dan dikelola oleh pemerin-
tah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah. Kesejahteraan masyarakat daerah dapat dicapai apabila
pendapatan asli daerah dapat memenuhi target yang telah dite-
tapkan berdasarkan RAPB yang telah direncanakan sebe-lumnya.
2. Konsep Psikologi Sosial atas Penerimaan Pajak Daerah
Pajak daerah dipungut dari penerimaan pajak hotel dan
restoran, hasil penerimaan pajak tersebut sebagai sebuah infor-
masi. Analisis informasi penerimaan pajak daerah dari perspektif
psikologi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: (a) informasi
kesan menguat dan (b) informasi kesan melemah (Gerungan,
2004).
Informasi kesan menguat terhadap penerimaan pajak daerah
menunjukkan adanya respons positif terhadap penerimaan
pendapatan asli daerah, baik pajak hotel maupun restoran.
Berdasarkan informasi kesan menguat ini, secara psikologi dapat
diterjemahkan bahwa aparatur merasa bangga, baik kepada diri
sendiri, maupun kepada sesama aparatur, dan kemungkinan
akan bangga kepada atasan. Jika semua pekerjaan aparatur
diawali dengan doa dan serahkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, tentu individu yang bersangkutan lebih bangga dan
bersyukur kepada Allah swt. atas segala upaya yang dilakukan
selama ini. Informasi kesan menguat sebagaimana dijelaskan
tersebut dapat dilihat pada pemberian makna dari simbol
persentase positif (%+), artinya penerimaan pendapatan dari pajak
daerah dapat melampaui target yang telah ditetapkan.
232 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Sebaliknya, informasi kesan melemah dari penerimaan pen-
dapatan asli daerah dapat memberikan pemaknaan bagi banyak
orang (aparatur) dengan simbol persentase negatif (%-) ini mena-
ndakan bahwa penerimaan pendapatan dari pajak daerah tidak
atau belum mencapai target yang diinginkan sehingga informasi
semacam ini dapat melemahkan semangat kita, mengi-ngat upa-
ya-upaya dilakukan selama ini ternyata tidak membuah-kan hasil
yang diharapkan.
Implikasi negatif atas informasi kesan melemah akan meng-
akibatkan rasa putus asa, jika seseorang tidak memiliki dasar
agama yang kuat maka akan mengakibatkan frustasi. Akan tetapi,
jika seseorang memiliki fondasi agama yang kuat maka aparatur
tersebut akan Menyatakan bahwa keberuntungan belum memi-
hak padanya. Jika manusia memiliki mindset yang positif maka
manusia tersebut akan berkata bahwa Allah belum menga-bulkan
segala upaya dilakukan selama ini dan aparatur/manusia sadar
sesegera mungkin untuk melakukan introspeksi diri, barangkali
ada sesuatu tidak disadari selama ini dan atau kemungkinan
melanggar hal-hal yang dilarang oleh Allah swt. sehingga hal itu
merupakan peringatan/teguran kepada apa-ratur/manusia terse-
but sebagai makhluk sosial dan beriman kepada Allah swt.
Karena sebagai makhluk sosial dan beriman kepada Allah
maka akan tercipta kerja sama yang baik antarsesama manusia
dalam organisasi. Dengan adanya kerjasama ini akan melahirkan
gagasan atau ide-ide baru yang ditempuh oleh individu untuk
meningkatkan penerimaan pendapatan daerah dari aspek pajak
daerah, seperti pajak hotel, restoran, dan daerah lainnya.
Pendapat tersebut disambut oleh Saleh (2005) yang menga-
takan bahwa manusia hanya pandai berusaha dan berencana,
namun yang menentukan segalanya adalah kehendak dari Allah
swt. Pendapat senada disampaikan oleh Taimiyah dalam Kamal
(2006), yakni di sinilah telak keadilan Allah swt. dan di sini
pulalah terciptanya neraca yang diciptakan oleh Allah swt.,
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
233
karena tidak ada positif kalau tidak ada negatif, demikian pasti
silih berganti.
Berdasarkan Gambar 8. 6 menunjukkan adanya persepsi
yang berbeda, jika kita amati secara mendalam dari kedua simbol
itu akan menimbulkan perbedaan persepsi seseorang terhadap
kedua simbol tersebut. Dari perbedaan persepsi dari kedua ga-
mbar tersebut, kebanyakan orang tentu lebih merespons/ memi-
hak kepada simbol persentase positif (%+A), jika konteksnya
adalah persentase penerimaan pendapatan asli daerah yang
bersumber dari pajak daerah. Gambar sebelah kanan menun-
jukkan simbol persentase (%+A) yang menandakan bahwa pene-
rimaan pendapatan dari pajak daerah mengalami peningkatan.
Berdasarkan rata-rata persentase penerimaan pajak daerah seba-
gaimana ditunjukkan pada Gambar 8.2 bahwa penerimaan pajak
daerah dapat melampaui target. Berarti, dapat dikatakan bahwa
penerimaan pajak daerah di atas 100%, dengan indikator (A),
sebagaimana pada Gambar 8.6 sebelah kanan.
Pada gambar sebelah kiri menunjukkan simbol persentase
negatif (%-). Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pajak
daerah tidak mencapai target sehingga diberi simbol persentase
negatif (%-). Simbol ini memberikan pemahaman kepada banyak
orang bahwa aparatur pemerintah daerah tidak becus dalam
memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki sehingga peneri-
maan pendapatan asli daerah tidak mencapai target simbol
(% -) PPD
C
(% +) PPD
A
Gambar 8.6 Persentase Penerimaan Pajak Daerah
234 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
aparatur pemungut pajak daerah ditunjukkan pada Gambar 8.7
tidak menunjukkan adanya respons sehingga simbol yang didapat
adalah seperti Gambar 8.7.
Sebaliknya, pada persentase penerimaan pendapatan asli
daerah yang bersumber dari pajak daerah menunjukkan adanya
peningkatan yang disimbolkan dengan persentase positif (%+A).
Simbol ini memberikan tanggapan banyak orang bahwa, aparatur
dalam menangani pajak cukup koorperatif. Aparatur yang memi-
liki sifat koorperatif atau respons yang tinggi terhadap pemu-
ngutan pajak daerah dapat ditunjukkan pada gambar aparatur,
seperti pada Gambar 8.8 menunjukkan adanya respons
positif terhadap penerimaan pajak daerah.
3. Psikologi Sosial atas Penerimaan Retribusi Daerah
Retribusi daerah dipungut dari berbagai sumber penerimaan
retribusi daerah sebagai sebuah informasi. Telaah informasi pene-
rimaan retribusi daerah dari perspektif psikologi sama dengan
analisis informasi pada penerimaan pajak daerah sebagai berikut.
(a) Informasi kesan menguat dapat menghasilkan informasi bahwa
pendapatan asli daerah yang diperoleh dari retribusi dapat me-
lampaui target. (b) Informasi kesan melemah menggambarkan
informasi dari pendapatan asli daerah yang diperoleh dari retri-
busi tidak mencapai target (diadaptasi dari konsep psikologi, Ge-
rungan, 2004).
Informasi kesan menguat terhadap penerimaan retribusi
daerah menunjukkan adanya respons positif terhadap penerima-
an pendapatan asli daerah berupa retribusi daerah dapat
melampaui target yang telah ditetapkan pemerintah. Berdasarkan
informasi kesan menguat secara psikologi dapat diterjemahkan
bahwa aparatur merasa bangga, baik kepada diri sendiri maupun
kepada sesama aparatur terlebih kepada atasannya, apabila
semua pekerjaan yang dilakukan oleh aparatur dipasrahkan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, setelah aparatur yang bersang-
kutan telah menggunakan segala upaya yang ditempuh untuk
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
235
mencapai keberhasilan. Jika aparatur memiliki fondasi agama
yang kuat, tentu aparatur yang bersangkutan lebih bangga dan
bersyukur kepada Allah swt. karena segala upaya yang dilakukan
selama ini dapat dikabulkan oleh Allah swt. Informasi kesan
menguat sebagaimana dijelaskan dengan simbol persentase positif
(%+A).
Sebaliknya, informasi penerimaan pendapatan asli daerah
dari aspek retribusi daerah memberikan kesan melemah maka pe-
maknaan banyak orang atau (aparatur) terhadap informasi kesan
melemah menunjukkan penerimaan pendapatan dari retribusi
daerah tidak mencapai target sehingga diberi simbol persentase
negatif (%-). Informasi kesan melemah sekaligus dapat melemah-
kan semangat, baik kepala SKPD tertentu maupun tanggapan
banyak orang bahwa pemerintah daerah tidak berhasil dalam
melakukan pemungutan retribusi daerah, mengingat semua
upaya telah dilakukan selama ini ternyata tidak membuahkan
hasil maksimal (tidak mencapai target).
Implikasi negatif atas informasi kesan melemah dari penda-
patan asli daerah dari aspek retribusi tentu akan mengakibatkan
rasa putus asa, jika seseorang tidak memiliki dasar fondasi agama
yang kuat. Akan tetapi, jika seseorang memiliki fondasi agama
yang kuat maka aparatur tersebut hanya akan Menyatakan
keberuntungan belum memihak padanya. Jika manusia memiliki
mindset yang positif maka akan berkata Allah belum mengabul-
kan segala upaya dilakukan selama ini. Kemudian aparatur/
manusia tersebut segera melakukan introspeksi diri, barangkali
ada hal-hal tidak disadari selama ini melanggar hal-hal yang
dilarang oleh Tuhan sehingga menjadikan peringatan/teguran
bagi aparatur sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, akan tercipta adanya kerjasama
yang baik antarsesama aparatur yang ada dalam organisasi.
Dengan adanya kerjasama akan melahirkan gagasan atau ide-ide
baru yang akan ditempuh oleh para individu (manusia) untuk
236 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
meningkatkan penerimaan daerah dari aspek retribusi daerah,
seperti retribusi pasar dan retribusi lainnya sebagai unsur PAD.
Untuk lebih memperkuat pandangan tersebut, Saleh (2005)
Menyatakan bahwa manusia hanya pandai berusaha dan beren-
cana namun yang menentukan segalanya berpulang kepada ke-
hendak dari Tuhan sebagai penentu segalanya. Pendapat senada
juga disampaikan oleh Taimiyah dalam Kamal (2006) menyam-
paikan bahwa di sinilah telak keadilan Allah swt. Di sini akan
tercipta neraca yang diciptakan Tuhan, yaitu tidak mungkin ada
positif jika tidak ada negatif, demikian pasti silih-berganti.
Sebetulnya, neraca yang dimaksudkan di sini bukan hanya
yang diartikan pada sebatas neraca yang terdapat dalam laporan
keuangan, melainkan neraca keadilan yang telah ditentukan oleh
Tuhan. Neraca keadilan yang dimaksud di sini adalah terciptanya
keseimbangan dan/atau keadilan yang diciptakan Allah swt.,
seperti: (a) siang keseimbangannya adalah malam, (b) laki-laki
keseimbangannya perempuan, (c) jantan keseimbangannya betina,
(d) tinggi keseimbangannya rendah, dan masih banyak lagi
contoh-contoh keseimbangan yang diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Berdasarkan gambar 8.8 di atas menunjukkan ada nya
persepsi yang berbeda, dari penerimaan retribusi daerah menga-
lami adanya perbedaan persepsi seseorang atau banyak orang
tentang penerimaan kedua simbol tersebut. Perbedaan persepsi
itu wajar dan harus ada pada setiap orang. Kedua Gambar ter-
sebut banyak orang merespons atau memihak kepada simbol
persentase positif (%+A) dan jika konteksnya adalah persentase
penerimaan pendapatan daerah dari retribusi daerah. Gambar
sebelah kanan tersebut menunjukkan simbol persentase positif
dengan simbol (%+A) simbol ini menandakan bahwa, penerimaan
pendapatan daerah dari retribusi daerah mengalami peningkatan.
Jika melihat rata-rata penerimaan retribusi daerah sebagaimana
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
237
tampak pada Gambar 8.3 menunjukkan penerimaan retribusi
daerah di atas 100% dengan indikator (A).
Sedangkan pada gambar sebelah kiri di atas, menunjukkan
penerimaan pendapatan retribusi daerah tidak mencapai target
sehingga persentase capaian diberikan dengan simbol persentase
negatif (%-). Kondisi ini menandakan bahwa penerimaan retribusi
daerah menunjukkan pemahaman kepada banyak orang bahwa
aparatur pemerintah daerah tidak becus dalam memberdayakan
seluruh komponen sehingga penerimaan pendapatan asli daerah
dari retribusi tidak mencapai target (%-). Akibat tidak tercapainya
target yang diterima dapat mengakibatkan rasa penyesalan atas
segala upaya dilakukan. Keadaan seperti ini secara psikologi
dapat menimbulkan rasa apatis atau pesimistis, orang-orang yang
merasa pesimis tampak pada Gambar 8.10 berikut ini.
Sebaliknya, pada persentase penerimaan pendapatan asli
daerah yang bersumber dari retribusi daerah menunjukkan
adanya peningkatan, yang disimbolkan dengan persentase positif
(%+A). Simbol ini memberikan tanggapan kepada banyak orang
bahwa aparatur dalam menangani pemungutan pajak kooperatif,
dan orang yang memiliki sifat kooperatif (optimisme/antusias)
tinggi dapat dilihat pada Gambar 8.9 inilah simbol yang me-
warnai kehidupan masa depan, dengan semangat yang bernilai
positif, secara psikologi orang yang memiliki sikap positif, akan
menambah gairah maupun 8.10.
Kedua gambar tersebut tampak adanya perbedaan antara
Gambar 8.9 dengan Gambar 8.10. Gambar 8.9 memperlihatkan
adanya sifat optimisme yang tinggi terhadap pekerjaan yang
dibebankan padanya. Gambar 8.10 sangat berbeda dari Gambar
8.10, yang menunjukkan sifat pesimistis bagi orang yang bersang-
kutan dan enggan untuk melakukan pekerjaan dibebankan kepa-
danya. Berbeda dari Gambar 8.9. sebelah kanan menunjukkan
persentase capaian penerimaan pajak dan retribusi melampaui
target sehingga diberi simbol
238 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
persentase positif (%+). Jika kita cermati Gambar 8.6 dan
8.9 digabung menjadi satu akan menimbulkan berbagai persepsi
yang beraneka ragam. Perbedaan persepsi tersebut dipengaruhi
oleh banyak unsur yang melekat pada diri pemersepsi itu sendiri.
Gambar 8.11 Kepala Dinas Pendapatan sedang Menghitung PAD
Kepala dinas pendapatan daerah lagi
memikirkan mengapa terjadi perbedaan
antara persentase penerimaan pajak
daerah pada wilayah satu dengan wilayah
tiga tidak sama, apa penyebabnya. Demi-
kian pula persentase penerimaan retribusi
daerah antara wilayah dua dengan pene-
rimaan retribusi pada wilayah empat juga
terjadi perbedaan. Dengan adanya perbe-
daan tersebut.
Kepala dinas setiap awal tahun anggaran selalu membe-
rikan penjelasan kepada setiap dinas terkait dalam pengelolaan
pajak dan retri-busi daerah. Tujuan penjelasan pada setiap awal
tahun ini dimaksudkan untuk memberikan bekal ketika para
Gambar 8.12. Pejelasan Kepala Dinas Pendapatan
1
3 2
4
(% -)
PRD
(% +)
PRD
A
(% -)
PPD
(% +)
PPD
A
Kenapa disini terjadi penerimaan pajak persentase yang negatif kenapa tidak sama dengan di atas.
Sedangkan disini terjadi penerimaan retribusi menunjukkan ersentase positif ?
Ko disini terjadi penerimaan pajak ersentase
positif ?
Lagi hitung kenapa penerimaan retribusi daerah menunjukan
persentase negatif ?
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
239
aparatur terjun ke lapangan, untuk melakukan pemungutan dan
pena-gihan pajak daerah.
Secara psikologi, Gambar 8.11 dapat dijelaskan sebagai
berikut. (1) persentase penerimaan pendapatan asli daerah yang
bersumber dari pajak daerah menunjukkan simbol persentase
negatif (%-). Simbol ini secara psikologi dapat memengaruhi
tanggapan banyak orang pada pemikiran pesimistis, mengingat
target penerimaan pendapatan asli daerah yang bersumber dari
pajak daerah maupun retribusi daerah tidak tercapai dan
persentasenya negatif (%-).
Sebaliknya, pada gambar tersebut dijelaskan pada sisi
penerimaan retribusi maupun pajak daerah menunjukkan simbol
persentase positif (%+A). Secara psikologi, simbol ini memengaruhi
tangga-pan banyak orang pada pemikiran oportunistis, karena
target penerimaan pendapatan asli daerah
yang bersumber dari pajak maupun retribusi daerah dapat
tercapai.
Gambar 8.14 yang tampak
pada sebelah kanan ada-
lah gambar pertemuan ru-
tin yang diadakan setiap
bulan, tujuannya adalah
membahas kendala-ken-
dala yang dihadapi Petu-
gas pajak di lapangan. Rapat pertemuan rutin ini umumnya
dipimpin langsung oleh kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupa-
ten Buton. Jika kepala dinas berhalangan, maka dapat digantikan
oleh kepala bidang dinas pendapatan daerah yang membidangi
pemungutan/penagihan dan pembukuan.
Pada gambar tersebut dapat dijelaskan melalui Gambar 8.14
persentase penerimaan pendapatan asli daerah. Tujuan diadakan
pertemuan setiap bulan dipimpin langsung oleh kepala dinas
pendapatan daerah adalah memberikan bimbingan atas kebun-
Gambar 8.13. Rapat dengan aparatur lapangan
240 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
tuan-kebuntuan yang tidak dapat diselesaikan secara individu
tentang masalah-masalah dihadapi aparatur di lapangan selama
satu bulan. Pertemuan yang digelar setiap bulan diarahkan pada
upaya-upaya dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak
dan retribusi daerah.
Dapat dipahami bahwa timbulnya semangat dari dalam diri
individu aparatur dapat ditandai melalui beberapa hal, antara
lain: mau, tidak malu bertanya, tidak kenal lelah, kerja keras,
sportif, dan mengakui kelemahan/kekurangan dimiliki.
Pernyataan merupakan salah satu ungkapan yang disampaikan
oleh kepala bagian akuntansi keuangan daerah Kabupaten Buton.
Selain itu, juga dapat ditandai dengan keberhasilan aparatur
(bendahara) pembantu di masing-masing unit kerja, melakukan
penagihan/pengumpulan terhadap PAD di bawah koordinasi
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buton, berikut ungkapan
informan kunci. Bpk. Nasiri, S.Sos, 6 Agustus, 2008 mengungkap-
kan keberhasilan dari sembilan belas badan, dinas, kantor, bagi-
an, dan UPTD dalam melakukan penagihan/pengumpulan pajak
dan retribusi daerah sebagai unsur pendapatan asli daerah (PAD)
itu atas dasar kerja sama yang baik dilakukan seluruh jajaran
pemerintahan mulai dari pemerintah daerah sampai pada tingkat
desa/kelurahan.
Bapak Nasiri, S.Sos. sebagai kepala bidang penerimaan
pajak pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Buton. Beliau Menyatakan bahwa pekerjaan ini me-
mang tidak mudah, karena selalu berbenturan dengan masyara-
kat yang tidak paham masalah pajak. Di situ sempat minta pen-
dapat pada peneliti bahwa apa yang harus dilakukan sehingga
mereka mau mengerti dengan pekerjaan kami di daerah. Peneliti
Menyatakan tidak ada yang bagus untuk dilakukan kecuali,
penyuluhan secara terus menerus. Pertama, penyuluhan kepada
masyarakat sehingga masyarakat memahami kehidupan berbang-
sa dan bernegara, apalagi sumber keuangan negara sebetulnya
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
241
dari masyarakat secara keseluruhan. Kedua, jika aparatur mela-
kukan penyuluhan jangan melibatkan aparatur yang tidak
mengerti. Keterlibatan aparatur yang mengerti tentang manfaat/
fungsi dari PAD akan membawa manfaat karena masyarakat kita
sekarang sudah pada pintar sehingga penjelasan-penjelasan yang
diberikan dapat meyakinkan masyarakat yang lebih menyentuh
kehidupan masyarakat. Untuk dapat memberikan keyakinan pada
masyarakat pendekatan yang digunakan bukan pendekatan
aparatur sebagai staf pemerintahan yang bekerja di daerah,
melainkan pendekatan yang paling cocok adalah pendekatan se-
cara kekeluargaan. Ucapan yang tepat adalah ya saudaraku
bantulah pekerjaan saya. Keberhasilan saya sangat tergantung
pada bantuan masyarakat secara keseluruhan dan uang yang
kami tagih adalah uang dari masyarakat. Oleh karena itu, masya-
rakat sebagai pemegang kunci keberhasilan, aparatur sebagai
pemungut pajak dan retribusi daerah.
Ketiga, jangan pernah menakut-nakuti masyarakat ketika
melakukan penagihan pajak, karena masyarakat sekarang tidak
ada lagi masyarakat yang takut kepada pemerintah. Hal ini pene-
liti ketahui ketika sedang bincang-bincang kepada masyarakat,
mereka berkata bahwa saya keluarkan uang untuk bayar pajak,
saya juga dapat marah, untuk apa bayar pajak mereka enak saja,
dan mereka punya gaji ko, itu ketika peneliti melakukan wawan-
cara, dengan salah seorang masyarakat di Kabupaten Buton.
Sudah menjadi tradisi bahwa mereka tidak memahami tentang
pajak maka anggapan mereka bahwa semua jenis pembayaran
kepada negara adalah pajak. Jika ada aparatur yang menjelaskan
lebih rinci tentang pajak, berdasarkan jenis masing-masing
lembaga pemungutnya, akan semakin baik, dan dapat dipahami
dengan jelas.
Secara psikologi, banyak pakar yang Menyatakan bahwa
sikap perilaku positif maupun negatif yang dapat memersepsikan
sesuatu sangat dipengaruhi oleh: unsur usia, unsur pendidikan,
242 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
unsur pengalaman, unsur pengetahuan, unsur keterampilan yang
dimiliki, dan unsur ilmu pengetahuan, dan (g) unsur lingkungan
yang melekat pada individu tersebut. Dengan berbagai kemam-
puan yang ada dapat meningkatkan penerimaan pajak dan retri-
busi daerah.
D. Kesimpulan
Berdasarkan sikap positif yang ditampilkan pada pemba-
hasan tersebut, terlihat adanya perilaku atau kemauan dari
masing-masing aparatur pemerintah daerah. Dengan adanya
sikap atau kemampuan aparatur melakukan penagian karena di
dorong oleh perilaku atau kemauan yang dimiliki oleh individu
aparatur pemerintah daerah serta diikuti dengan perbuatan,
seperti mau bertanya terhadap hal-hal yang tidak/belum dipa-
hami, itu dapat memberikan pemahaman terhadap pengelolaan
keuangan daerah secara keseluruhan.
Perilaku atau kemauan bagi aparatur ditunjukkan melalui
keberhasilan dalam pemupukan penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Buton sebagai sumber pendapatan
asli daerah (PAD). Keberhasilan aparatur terhadap pemungutan
pendapatan asli daerah merupakan wujud kerja keras adanya
kekompakan tim aparatur pemerintah daerah selama satu periode
anggaran, hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.2 realisasi anggaran
tahun 2007.
Untuk membuktikan pernyataan tersebut, dapat dilihat
pada Bab 8 Tabel 8.2 laporan realisasi anggaran, tahun 2007.
Pada tabel tersebut dapat ditunjukkan melalui no. urut 411
tentang pendapatan pajak daerah dan no. urut 412 tentang
pendapatan retribusi daerah. Kedua jenis pendapatan asli daerah
tersebut menunjukkan simbol persentase positif (%+).
Besar kecilnya penerimaan pajak dan retribusi daerah
sangat ditentukan oleh kemampuan individu aparatur dalam
memberikan berbagai pemahaman maupun penyuluhan yang
memadai bagi wajib pajak maupun wajib retribusi sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran yang tinggi bagi wajib pajak untuk
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
243
membayar pajak maupun retribusi daerah sebagai sumber
pendapatan asli daerah (PAD). Dengan terealisasinya pendapatan
asli daerah akan berdampak pada peningkatan anggaran penda-
patan dan belanja daerah (APBD) sehingga keseluruhan dapat
meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana demi pening-
katan berbagai jenis pelayanan masyarakat yang ada di daerah.
Penentu utama berbagai aktivitas dilakukan organisasi
sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusia yang
dimilikinya. Kemampuan sumber daya manusia dapat ditandai
dari aspek pencapaian tupoksi masing-masing. Pencapaian tupok-
si bagi aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Buton dapat dili-
hat pada Tabel 8.1 tentang realisasi pendapatan pajak daerah,
Tabel 8.2 tentang realisasi pendapatan retribusi daerah, Tabel 8.3
tentang realisasi pendapatan daerah yang dipisahkan, Tabel 8.4
tentang realisasi lain-lain PAD yang sah, dan Tabel 8.5 tentang
realisasi bagi hasil pajak dan bukan pajak.
Berdasarkan realisasi pendapatan dari Tabel 8.1. s.d. 8.5
tersebut, jika dirata-rata menunjukkan simbol persentase positif
(%+) ini artinya bahwa rata-rata pendapatan yang berhasil
direalisasi. Selain tabel tersebut, juga dapat dilihat pada Gambar
8.1 tentang terbentuknya tim yang kompak sehingga dapat
meningkatkan PAD. Demikian pula pada Gambar 8.2 tentang
rata-rata penerimaan pajak daerah menunjukkan indikator A, itu
artinya bahwa penerimaan pendapatan asli daerah yang ber-
sumber dari pajak daerah melampaui target sehingga pada
gambar tersebut diberi simbol persentase positif (%+). Demikian
pula Gambar 8.3 tentang retribusi daerah menunjukkan pening-
katan pendapatan asli daerah yang bersumber dari retribusi
daerah juga menunjukkan simbol persentase positif (%+) simbol
ini menunjukkan penerimaan retribusi daerah dari aspek retribusi
daerah melampaui target. Ketiga simbol yang ditunjukkan terse-
but jika ditinjau dari aspek psikologi dan kerja keras aparatur
lebih disebabkan adanya sentuhan jiwa bagi masing-masing
aparatur sehingga penerimaan PAD, dapat melampaui target.
244 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Terealisasinya anggaran sebagaimana dikemukakan tersebut
menunjukkan adanya respons positif dari semua aparatur
sehingga penerimaan pendapatan asli daerah dapat melampaui
target. Dengan terlampauinya target sebagaimana ditunjukkan
pada tabel dan gambar tersebut menandakan bahwa informasi
yang disampaikan kepada semua pihak terkait dapat memberikan
informasi kesan menguat, artinya aparatur dalam melakukan
berbagai aktivitasnya, selalu ditanggapi dengan sikap optimisme
yang tinggi terhadap semua tugas penagihan pajak maupun
retribusi daerah. Dari berbagai aspek yang telah dikemukakan
tersebut akan dirangkai untuk membentuk berbagai pandangan
seperti (1) sikap, (2) persepsi, (3) sosiolog, dan (4) psikologi sehing-
ga terbentuklah: konsep akuntansi keperilakuan pemerintah
daerah, konsep sosiologi akuntansi, dan konsep psikologi akun-
tansi. Intisari dapat menjelaskan poin penting, terhadap kajian
masing-masing yang ada keterkaitan pada objek/kajian yang telah
dibahas dapat mewarnai keberlangsungan pembangunan dalam
suatu daerah.
E. Soal Latian
Uraian APBD REALISASI
TOTAL %
Pendapatan Pajak Daerah 81,200,- 97,440,- 120%
Pendapatan Retribusi Daerah 40,896,- 44,986,- 110%
Bagian Laba BUMD 1,180,- 1,416,- 120%
Lain - lain PAD 24,000, 22,800,- 95%
Total 147,276,- 166,642,- 113%
Dana Bagi Hasil Pajak 75,360,- 75,360,- 100%
Dana Alokasi Umum 867,360,- 867,360,- 100%
Dana Alokasi Khusus 1,920,- 1,920,- 100%
Total 944,640,- 944,640,- 100%
Dana Penyesuaian 28,800,- 28,800,- 100%
Total 28,800,- 28,800,- 100%
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 51,494,- 51,494,- 100%
Total 51,494,- 51,494,4- 100%
Dana Darurat 23,040,- 23,040,- 100%
Akuntansi Sektor Publik Bab VIII
245
Total 23,040,- 23,040,- 100%
Total Pendapatan 1,195,252,- 1,214,616,- 102%
Belanja Pegawai 636,672,- 320,981,- 50%
Belanja Barang dan jasa 158,400,- 48,169,- 30%
Belanja Bunga 1,600,- 11,424,- 714%
Belanja Subsidi 11,424,- 14,976,- 131%
Belanja Hibah 14,976,- 39,552,- 264%
Belanja Bantuan Sosial 39,552,- 624,102,- 1578%
Total 862,624,- 1,059,206,- 123%
Belanja Peralatan dan Mesin 21,088,- 21,088,- 100%
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 128,000,- 128,000,- 100%
Total 149,088,- 149,088,- 100%
Total 2,496,- 1,497,- 60%
Total Belanja 1,014,208,- 1,209,791,- 119%
Bagi Hasil Pajak ke Desa 79,104,- 79,104,- 100%
Total Bagi Hasil Pendapatan ke Desa 79,104,- 79,104,- 100%
SURPLUS/DEFISIT 101,939,- (74,279,-) -73%
Estimasi Penggunaan SILPA 4,060,- - 0%
Pencairan Dana Cadangan 4,000,- 4,000,- 100%
Total Penerimaan Pembiayaan 8,060,- 4,000,0- 50%
Pengeluaran Penyertaan kepada
BUMD 64,000,- 32,000,- 50%
Pembayaran Pokok Pinjaman kepada
Pemerintah Pusat 16,000,- 16,000,- 100%
Pengeluaran Pinjaman Kepada PDAM 30,000,- 18,000,- 60%
Total Pengeluaran Pembiayaan 110,000,- 66,000,- 60%
Pertanyaan
Berdasarkan laporan realisasi anggaran tersebut diminta
kepada saudara untuk melakukan kajian dari berbagai aspek
berikut di bawah ini.
1. Aspek sosial,
2. Aspek keperilakuan,
3. Aspek psikologi,
4. Aspek psikologi sosial,
5. Buat grafik yang menunjukkan adanya peningkatan maupun
penurunan PAD
6. Jelaskan pula pada titik-titik yang menunjukkan adanya
peningkatan, kestabilan, dan penurunan PAD.
248 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
BAB IX
LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SIMBOL
PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH DAERAH
1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Pada bab ini mengantarkan kepada mahasiswa untuk menge-
nal lebih dalam masalah-masalah akuntansi keuangan daerah
berdasarkan implementasi sesungguhnya terjadi di lapangan
dan kemudian dikaitkan dengan psikologi. Walaupun materi
ini tidak persis sama dengan pelaksanaan yang sesunggunya
terjadi minimal materi ini dapat mengantarkan pembaca un-
tuk memahami laporan keuangan pemerintah daerah secara
menyeluruh.
2. Pendekatan untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (Isi)
A. Pengantar
Sumber daya keuangan merupakan salah satu penentu suk-
ses tidaknya penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan pen-
dukung utama pelaksanaan pembangunan di daerah.
Namun untuk menunjang kegiatan pemerintahan di daerah harus
didukung sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
profesional sebagai pemegang peranan penting dalam berbagai
kegiatan pembangunan. Jika sumber daya manusia (SDM) adalah
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat mengeta-
hui dan memahami hal-hal sebagai berikut.
a. mengantarkan pembaca untuk lebih memahami sumber
daya keuangan dalam menjalan operasional SKPD
b. menjelaskan realisasi anggaran di BPKAD dan dikaitkan
dengan keperilakuan,
c. menjelaskan kebijakan akuntansi yang diterapkan di
Kabupaten Buton,
d. menjelaskan neraca Daerah Kabupaten Buton ditinjau
dari aspek psikologi,
e. menjelaskan laporan arus kas daerah Kabupaten Buton
f. menjelaskan Catatan atas laporan keuangan Kabupaten
Buton,
g. perspektif laporan keuangan daerah dari aspek psikologi
sosial,
h. mampu menyelesaikan soal latihan dalam bab ini
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
249
pemegang peran penting maka harus memiliki berbagai kompe-
tensi yang memadai. Sukses tidaknya suatu pekerjaan, harus
didukung kemampuan sumber daya manusia yang baik, seperti
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan ditunjang dengan pengala-
man memadai sehingga penggunaan sumber daya keuangan
dapat memenuhi sasaran yang diharapkan pemerintah daerah.
Sumber-sumber kemampuan yang telah dikemukakan tidak
memiliki nilai apa-apa, jika sumber daya manusia (SDM) sebagai
pelaku utama dalam berbagai komponen tidak diberdayakan sepe-
nuhnya. Fungsi utama yang mendasar dalam pelaksanaan otono-
mi daerah adalah terbinanya mental spiritual diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam pengelolaan keuangan
daerah, sebagai tugas utama aparatur pemerintah daerah.
Bagi aparatur pemerintah daerah selaku pengelola keuangan
daerah, adalah berfungsinya moral/etika yang membentuk nilai-
nilai kemanusiaan harus lebih dikedepankan, karena manusia
memiliki dua fungsi pokok, baik sebagai pengelola keuangan
daerah maupun manusia sebagai pelayan masyarakat di daerah
Kabupaten Buton.
B. Laporan Realisasi Anggaran di BPKAD
Realisasi anggaran dapat menetapkan dasar-dasar penyajian
laporan realisasi anggaran pemerintah daerah kabupaten Buton,
yakni untuk memenuhi akuntabilitas Pemerintah Daerah Kabupa-
ten Buton secara keseluruhan. Adapun tujuan utama laporan
realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Buton ada-
lah untuk memberikan informasi realisasi anggaran yang dicapai
pemerintah daerah Kabupaten Buton.
Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan berbagai
informasi penerimaan pendapatan dan belanja daerah yang
mengalami surplus/defisit pembiayaan masing-masing SKPD di
seluruh Kabupaten Buton. Dari informasi tersebut dapat member-
kan manfaat bagi pengguna laporan untuk mengevaluasi berbagai
keputusan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi yang
dapat mewujudkan cita-cita pemerintah daerah secara berkesina-
mbungan, baik dalam program jangka pendek, jangka menengah,
maupun program jangka panjang.
250 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Pendapat senada disampaikan Nordiawan (2006) mengata-
kan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah memuat kompo-
nen-komponen, seperti laporan realisasi anggaran, neraca daerah,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Lebih lan-
jut, Nordiawan (2006) menyampaikan bahwa komponen laporan
keuangan tersebut dapat disajikan pada setiap entitas pelayanan,
kecuali laporan arus kas yang hanya disajikan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan
dimaksud adalah perbendaharaan BPKAD.
Kemudian unit yang memiliki tambahan fungsi perbenda-
haraan adalah unit bendahara umum daerah, sebagai kuasa
bendahara umum daerah. Laporan keuangan ini dapat memberi-
kan informasi tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban
entitas pelaporan pada tanggal tertentu selama periode berjalan
Nordiawan, (2006).
Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan berbagai
informasi, seperti: (1) informasi mengenai sumber dana, (2) alokasi
dana, (3) penggunaan dana sebagai sumber daya ekonomi dapat
dimanfaatkan sesuai dengan anggaran prioritas, dan (4) laporan
informasi secara menyeluruh dan bermanfaat dalam mengeva-
luasi, mulai dari kinerja aparatur sampai pada hasil kinerja
aparatur termasuk pada pencapaian target dalam merealisasikan
anggaran pendapatan dan belanja daerah secara menyeluruh.
Tentu untuk dapat menciptakan realisasi penerimaan dan belanja
daerah harus didukung oleh adanya pengendalian, untuk pencip-
taan efisiensi, dan efektivitas melalui penghematan-penghematan
memadai sehingga menciptakan efisiensi anggaran.
Aparatur menyajikan laporan realisasi anggaran, di samping
sebagai sebuah sumber informasi, juga berfungsi sebagai dasar
untuk memprediksikan sumber-sumber pendapatan dan belanja
daerah di masa yang akan datang dan dapat memberikan
informasi menyeluruh tentang sumber-sumber daya ekonomi yang
dapat mendukung kegiatan operasional Pemerintah Daerah Kabu-
paten Buton. Selanjutnya Nordiawan (2006) menambahkan bahwa
laporan realisasi anggaran merupakan informasi yang sangat
diperlukan oleh pengguna. Pengguna dapat melakukan penilaian
kemampuan entitas dalam menyelenggarakan kegiatan pemerin-
tahan, baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
251
Untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Buton
saat ini dapat dinilai berdasarkan laporan keuangan pemerintah
daerah. Misalnya, laporan realisasi anggaran tahun 2007, sebagai
bahan bagi pemerintah dalam memprediksi: (1) rencana penda-
patan, (2) rencana belanja, dan (3) rencana pembiayaan yang da-
pat disusun berdasarkan klasifikasi tertentu selama satu periode
anggaran, umumnya selama satu tahun anggaran.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah, merupakan ren-
cana keuangan tahunan oleh pemerintah daerah yang disetujui
oleh anggota dewan perwakilan rakyat daerah. Tentu persetujuan
dewan perwakilan rakyat di sini tidak serta merta, tetapi melalui
proses yang lebih panjang dan rumit, baru dapat disetujui sebagai
dasar anggaran yang dapat dijadikan pegangan dalam pengelolaan
keuangan daerah secara keseluruhan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Buton.
Dalam menjalankan kegiatan pemerintahan di masa yang
akan datang, tentu saja akan sangat tergantung pada kekuatan
anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah saat ini.
Kekuatan anggaran lebih berperan dalam berbagai kegiatan peme-
rintahan daerah, apabila didukung oleh keuangan yang memadai.
Keuangan dikatakan memadai, jika keuangan yang dimiliki
daerah, cukup untuk membiayai semua aktivitas kegiatan yang
direncanakan pemerintah daerah sesuai program prioritas SKPD
masing-masing. Selanjutnya, Nordiawan (2006: 36) menambahkan
bahwa jika pemerintah daerah menyampaikan laporan pertang-
gungjawaban secara lancar merupakan kemajuan yang luar biasa
dan ini merupakan sebuah informasi yang sangat membantu dari
sejumlah sumber daya ekonomi. Sumber daya ekonomi berman-
faat apabila kegiatan entitas pemerintah daerah dapat member-
kan manfaat bagi kepentingan banyak orang. Tentu pelaksanaan
berbagai kegiatan dan laporan realisasi anggaran pemerintah
harus disampaikan melalui pertanggungjawaban setiap tahun.
Pada laporan harus disampaikan berapa jumlah anggaran dan
berapa realisasi anggaran yang dapat dicapai (lihat SAP No.24/
2005). Capaian jumlah anggaran, menunjukkan kemampuan
kinerja sumber daya manusia (aparataur) dalam mencapai ang-
garan, terutamap asli daerah (PAD), yang bersumber dari pajak
dan retribusi daerah. Penggunaan pendapatan dan belanja daerah
252 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
harus dipertanggungjawabkan, melalui laporan keuangan peme-
rintah daerah. Hal ini merupakan hasil akhir proses akuntansi
atas transaksi-transaksi kejadian keuangan di pemerintah
daerah. Pendapat senada disampaikan Yuwono (2008: 432) bahwa
laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi.
Dengan terealisasinya anggaran, berarti telah tersedia dana
untuk menjalankan berbagai aktivitas Pemerintah Daerah Kabu-
paten Buton. Sedangkan bantuan dari pemerintah pusat berupa
dana perimbangan serta pendapatan bagi hasil dari provinsi
merupakan bagian dari dana perimbangan. Dana perimbangan
adalah dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK),
dana bagi hasil dari pajak bumi dan bangunan (PBB), bea pero-
lehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak penghasilan
(PPh), dan pembagian dari hasil bukan pajak (SDA). Penggunaan
dana bagi pemerintah daerah adalah belanja operasi, modal,
pembiayaan, serta distribusi bagi hasil atas pendapatan kepada
daerah bawahan.
Pendistribusian terhadap daerah bawahan merupakan pen-
distribusian dana sebagian kepada pemerintah kecamatan, kelu-
rahan, maupun desa, sebagai pelengkap terciptanya daerah kabu-
paten/kota yang ada di Indonesia. Dikatakan demikian, karena
pembentukan kecamatan itu harus didukung minimal 5 s.d. 7
kelurahan. Demikian pula pembentukan kabupaten/kota, mini-
mal dalam kabupaten yang akan dimekarkan memiliki sekurang-
kurangnya 5 s.d. 7 kecamatan yang ada. Untuk itu, sangat pantas
kiranya, jika pemerintah daerah tidak melupakan distribusi
anggaran terhadap kelurahan/desa, karena keberadaan kelurah-
an/desa sebagai persyaratan dan pelengkap terbentuknya daerah
kabupaten/kota yang ada di Indonesia.
Dengan adanya laporan realisasi anggaran, akan melahirkan
berbagai persepsi, terutama dari aspek perilaku, sosiologi, psiko-
logi, maupun psikologi sosial. Terbentuknya berbagai persepsi
tersebut melahirkan berbagai kondisi seperti: perilaku, sosiologi,
psikologi, maupun psikologi sosial. Kondisi tersebut dibentuk dari
kata-kata, kalimat maupun simbol-simbol tertentu. Ungkapan
peneliti sebagaimana disampaikan itu didapat dari hasil renungan
setelah melakukan shalat malam, tepatnya Senin, tanggal 17
November 2008.
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
253
Laporan realisasi anggaran dimaksudkan di sini, tentu
merupakan realisasi atas capaian anggaran yang telah deprogram-
kan pemerintah sehingga ada kewajiban pemerintah membuat
laporan realisasi penerimaan anggaran. Laporan realisasi anggar-
an menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber-
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah daerah sehingga
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya
dalam satu periode pelaporan (Yuwono, 2006: 432).
Berdasarkan standar akuntansi pemerintah (SAP) yang men-
jelaskan secara langsung bahwa laporan realisasi anggaran men-
cakup pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan masing-
masing unsur yang dapat diartikan sebagai berikut. (1) Penda-
patan basis kas, yaitu penerimaan bendahara umum daerah. (2)
Pendapatan basis akrual, yaitu hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. (3) Belanja basis
kas yaitu semua pengeluaran bendahara umum daerah mengu-
rangi entitas dana lancar dalam periode tahun yang bersang-
kutan. (4) Belanja basis akrual yaitu kewajiban pemerin-tah
diakui sebagai pengurang kekayaan bersih. (5) Transfer merupa-
kan penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan yang lain. (6) Pembiayaan (finan-
cing), yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayarkan kembali,
baik tahun anggaran yang bersangkutan maupun berikutnya.
Dengan catatan pembiayaan tersebut telah dianggar-kan untuk
menutup defisit atas pemanfaatan surplus anggaran pemerintah
dari tahun-tahun sebelumnya (PP RI No. 24, paragraf: 57-58).
Semua jenis penerimaan dan pembiayaan Pemerintah Dae-
rah Kabupaten Buton juga dipertegas melalui PP No. 6/2006
Pasal 7 Ayat 1 yang menyatakan bahwa laporan realisasi anggar-
an menyajikan pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang bertu-
juan untuk membandingkan antara anggaran dengan realisasi
periode sebelumnya. Untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang laporan realisasi anggaran maka ada penjabaran
dari (PP No. 24 paragraf: 57-58) maupun penegasan dari PP No.
6/2006 Pasal 7 Ayat 1. Kedua norma hukum tersebut dapat
memperkuat laporan realisasi anggaran yang akan dibuat peme-
rintah daerah atas norma hukum tersebut maka Yuwono, at al.
254 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
(2006) memberikan contoh, laporan realisasi anggaran, seperti
pada Tabel 9.1 berikut.
Daftar Laporan Realisasi Anggaran
Pada Kabupaten C
Tahun 2000A
Keterangan Anggaran Realisasi
Pendapatan
Belanja
Surplus/Defisit
Pembiayaan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Dari contoh laporan realisasi anggaran tersebut terlihat
adanya perbedaan yang mendasar dengan laporan realisasi ang-
garan pada sektor publik yang lainnya, terutama pada sektor
publik yang berorientasi pada laba. Formulasi daftar laporan
realisasi anggaran tresebut adalah untuk memberikan gambaran,
bahwa isi utama dalam laporan realisasi anggaran hanya memuat
unsur pendapatan dan belanja daerah. Rakyat sebagai subjek
yang sering dicabut namanya dalam setiap pembahasan anggaran
setiap tahun.
Setiap ada kebijakan anggaran yang dirancang setiap tahun,
sebaiknya rakyat ikut terlibat sampai pembahasan pada tingkat
provinsi. Namun sepertinya DPRD, telah mewakili rakyar yang ada
di daerah. Keterwakilan rakyat melalui dewan perwakilan rakyat
daerah saat ini sangat diragukan keberadaannya, mengingat
keberadaan DPRD saat ini hanya merupakan simbol semata.
Kondisi perekonomian saat ini masih melilit sebagian nasib
bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kabupaten
Buton khususnya. Tampaknya tak putus dirundung malang,
masih berpegang pada kekuatannya sendiri untuk keluar dari
gencetan krisis ekonomi sampai saat ini sebagian masyarakat di
Kabupaten Buton masih ada yang merasa menderita. Sementara
para wakil rakyat mestinya mau menahan diri dan memiliki sence
of crisis yang tinggi. Sebenarnya, tidak salah jika masyarakat
berharap bahwa keputusan yang melahirkan kebijakan dan
peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) akan lebih responsif jika mengedepankan kepen-
tingan masyarakat sebagaimana yang didengung-dengungkan
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
255
otonomi daerah sehingga harapan masyarakat yang didambakan
selama ini dapat terwujud. Selain pendapatan dari daerah sendiri
juga ada dana yang bersumber dari pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi. Pendapatan yang dimaksud adalah dana
alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), serta dana bagi
hasil pajak dan bukan pajak sumber daya alam (SDA). Untuk
memberikan pemahaman bagi semua pihak bahwa laporan
realisasi anggaran akan disajikan dalam bentuk simbol-simbol
tertentu. Suriasumantri (2003) Menyatakan bahwa simbol-simbol
tersebut tidak memiliki arti apa-apa, kecuali manusia dapat
memberikan arti dan makna dalam simbol-simbol tersebut.
Sementara Marshal (2006:92) Menyatakan bahwa simbol (+)
menunjukkan banyak makna, seperti adanya respon positif terha-
dap capaian, motivasi positif terhadap capaian, dan hasrat untuk
berbuat yang lebih baik. Sebaliknya, simbol (-) menunjukkan sifat
pesimistik kurang gairah, tidak ada motivasi, dan tidak peduli
terhadap sesuatu yang telah dicapai (acuh).
Simbol-simbol yang dipaparkan pada laporan realisasi ang-
garan dapat ditunjukkan sebagai berikut. (1) Simboll (xxx+) me-
nandakan bahwa sosialisasi penerimaan anggaran lebih besar
dibandingkan dengan rencana anggaran. (2) Simbol persentase
positif (%+) menandakan bahwa persentase realisasi penerimaan
lebih besar dibandingkan dengan persentase yang dianggarkan.
(3) Simbol (xxx-) menandakan bahwa realisasi penerimaan
anggaran lebih kecil realisasi dibandingkan dengan rencana
anggaran (4) Simbol persentase negatif (%-)menandakan bahwa
persentase realisasi penerimaan lebih kecil dibandingkan dengan
persentase yang dianggarkan. (5) Simbol (xxx=) menunjukkan
bahwa realisasi penerimaan sama dengan anggaran. (6) Simbol
persentase sama dengan (%=)menunjukkan bahwa persentase
penerimaan sama dengan persentase anggaran.
Untuk dapat memberikan gambaran tentang informasi
laporan realisasi anggaran yang dicapai oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Buton berikut digambarkan pada Tabel 9.2.
256 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2007
Rupiah diberi simbol (Rp) dan angka diberi simbol (XXX)
No.
Urut Uraian
Jumlah (RpXXX) Ber (+),/ber (-)
Anggrn. Realiasi XXX +/- % +/-
1 2 3 4 5 6
4 Pendapatan
41 Pendapatan asli daerah XXX XXX XXX(+) (%+)
411 Pendapatan pajal daerah XXX XXX XXX(+) (%+)
412 Pendapatan retribusi daerah XXX XXX XXX(+) (%+)
413 Pend. hasil kekayaan daerah XXX XXX XXX(-) (% -)
414 Lain-PAD yang sah XXX XXX XXX(-) (% -)
42 Pendapatan transfer XXX XXX XXX(+) (%+)
421 Transfer pemerintah pusat dan
perimbangan
XXX XXX XXX(+) (%+)
4211 Dana bagi hasil pajak XXX XXX XXX(+) (%+)
4212 Dana bagi hasil bukan pajak XXX XXX XXX(+) (%+)
4213 Dana alokasi umum XXX XXX XXX (=) (%=)
4214 Dana alokasi khusus XXX XXX XXX (=) (%=)
422 Transfer pemerintah pusat
lainnya
XXX XXX XXX (=) (%=)
4221 Dana otonomi khusus XXX XXX XXX (=) (%=)
4222 Dana penyesuaian XXX XXX XXX (=) (%=)
423 Transfer pemerintah provinsi XXX XXX XXX(+) (%+)
4231 Pendapatan bagi hasil pajak XXX XXX XXX(+) (%+)
4232 Pendapatan lainnya XXX XXX XXX (=) (%=)
43 Lain-lain pendapatan daerah
yang sah
- XXX XXX(+) (%+)
433 Pendapatan lainnya - XXX XXX(+) (%+)
Jumlah Pendapatan daerah XXX XXX XXX(+) (%+)
5 Belanja daerah
51 Belanja operasi XXX XXX XXX(-) (%-)
511 Belanja pegawai XXX XXX XXX(-) (% -)
512 Belanja barang dan jasa XXX XXX XXX(-) (% -)
516 Belanja bantuan sosial XXX XXX XXX(-) (% -)
517 Belanja bantua keuangan XXX XXX XXX(-) (% -)
52 Belanja Modal XXX XXX XXX(-) (% -)
521 Belanja tanah XXX XXX XXX(-) (% -)
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
257
522 Belanja peralatan dan mesin XXX XXX XXX(-) (% -)
523 Belanja gedung dan bangunan XXX XXX XXX(-) (% -)
524 Belanja jalan, irigasi dan jaringan XXX XXX XXX(-) (% -)
525 Belanja aset tetap lainnya XXX XXX XXX(-) (% -)
53 Belanja tidak terduga XXX XXX XXX(-) (% -)
531 Belanja tidak terduka XXX XXX XXX(-) (% -)
Jumlah belanja daerah XXX XXX XXX(-) (% -)
Jumlah belanja daerah (surplus/defisit) XXX(-) XXX(+) XXX(+) (% -)
6 Pembiayaan daerah
61 Penerimaan pembiayaan daerah XXX XXX XXX (=) (%=)
611 Sisa lebih perhtungan
anggaran th.sebelumnya
XXX XXX XXX(=) (%=)
612 Pencairan dana cadangan - XXX XXX (=) (%=)
617 Penerimaan pajak XXX XXX XXX (=) (%=)
Jumlah Belanja daerah (surplus/defisit) XXX(+) XXX(+) XXX(+) (%+)
62 Pengeluaran pembiayaan
daerah
XXX XXX XXX (=) (%=)
622 Penyetoran modal (investasi)
pemda
XXX XXX XXX (-) (% -)
623 Pembayaran poko utang XXX XXX XXX (=) (%=)
625 Pembayaran pajak - XXX(+) XXX(+) (%+)
Jumlah pengeluaran pembiayaan daerah XXX(+) XXX(+) XXX(+) (%+)
Pembiaan Netto XXX(+) XXX(+) XXX(+) (%+)
63 Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran th ybs.
XXX(+) XXX(+) XXX(+) (%+)
Sumber : BPKAD kabupaten Buton, tahun 2007
Keterangan :
Anggaran kolom 3 = xxx total anggaran yang direncanakan.
Anggaran kolom 4 = xxx total anggaran yang direalisasikan.
Anggaran kolom 5 = xxx (+) total kelebihan anggaran yang
direalisasikan.
Anggaran kolom 5 = xxx (-) total anggaran yang tidak dicapai.
Anggaran kolom 5 = xxx (=) total anggaran sama dengan realisasi
anggaran.
Anggaran kolom 6 = % (+) kelebihan persentase realisasi di atas
anggaran
Anggaran kolom 6 = % (-) tidak mencapai persentase yang
dianggarkan.
258 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Anggaran kolom 5 = % (=) sama dengan persentase yang
dianggarkan
Berdasarkan laporan realisasi anggaran tersebut, mengga-
mbarkan bahwa betapapun tingginya persentase sumber-sumber
ekonomi yang muncul di daerah, tetap merujuk kepada kemam-
puan sumber daya aparatur dalam mengimplementasikan sumber
daya yang ada. Kemampuan sumber daya manusia (aparatur)
yang dapat diandalkan adalah yang memiliki motivasi dan kema-
uan yang tinggi.
Semua sumber penerimaan daerah dapat direalisasikan
karena adanya perilaku positif sebagai motivator utama dalam
menjalankan operasional organisasi secara keseluruhan. Ringka-
san laporan realisasi anggaran menurut urusan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Buton tahun 2007, dikelompokkan menjadi
dua bagian utama, yaitu: (a) urusan wajib dan (b) urusan pilihan.
Dikatakan urusan wajib karena merupakan kewajiban bagi
pemerintah daerah untuk mengupayakan semaksimal mungkin
harus ada alokasi anggaran, dan membiayai tiga mata anggaran
utama, yaitu belanja pegawai, barang dan jasa, serta modal.
Sedangkan urusan pilihan merupakan urusan yang jika tidak
dianggarkan tidak apa-apa, tetapi jika anggaran tidak mencukupi
maka anggaran pilihan ini masih bisa ditangguhkan untuk
periode berikutnya. Urusan wajib dibagi sebagai berikut.
1. Pendidikan, dibagi lagi menjadi lima bagian, yaitu: (a) dinas
pendidikan, (b) sekolah menengah umum, (c) sekolah mene-
ngah pertama, (d) UPTD dinas, dan (e) sanggar kegiatan bela-
jar. Kelima bagian tersebut, masing-masing ada anggaran
pegawainya, anggaran belanja barang dan jasa, dan anggaran
belanja modal.
2. Kesehatan, yang dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu: (a)
dinas kesehatan, dan (b) rumah sakit umum. Kedua bagian
ini masing-masing ada anggaran pegawai, anggaran belanja
barang dan jasa, serta anggaran belanja modal.
3. Pekerjaan umum hanya dikelompokkan dalam dinas peker-
jaan umum yang memiliki anggaran pegawai, anggaran belan-
ja barang dan jasa, serta anggaran belanja modal.
4. Penata ruang, hanya terdiri dari satu bagian, yaitu dinas
penata ruang yang memiliki belanja pegawai, belanja barang
dan jasa, serta belanja modal.
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
259
5. Perencanaan pembangunan, yaitu masuk dalam badan peren-
canaan pembangunan daerah yang memiliki belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, anggaran belanja modal.
6. Perhubungan, masuk dalam dinas perhubungan dan tersedia
adanya belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta ang-
garan belanja modal.
7. Lingkungan hidup yang dapat dikelompokkan menjadi: (a)
dinas lingkungan hidup, (b) kantor kebersihan, pertamanan,
dan pemakaman, (c) kantor pemadam kebakaran. Kegiatan
bagian urusan tersebut, masing-masing teralokasi anggaran
belanja pegawai, anggaran belanja barang dan jasa, serta
anggaran belanja modal.
8. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera yang masuk dalam
badan keluarga berencana, kependudukan dan catatan sipil,
juga teralokasi anggaran belanja pegawai, anggaran belanja
barang dan jasa, serta anggaran belanja modal.
9. Tenaga kerja masuk dalam dinas tenaga kerja dan transmi-
grasi, di sini tersedia pula alokasi anggaran belanja pegawai,
anggaran belanja barang dan jasa, serta anggaran belanja
modal.
10. Koperasi dan usaha kecil menengah masuk dalam lingkup
dinas koperasi, usaha kecil menengah, juga disediakan ang-
garan belanja pegawai, anggaran belanja barang dan jasa,
serta belanja modal.
11. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri dapat dikelom-
pokkan menjadi (a) badan kesatuan bangsa dan limnas dan (b)
kantor satuan polisi pamong praja. Sudah barang tentu, di
bagian ini juga disediakan anggaran belanja pegawai,
anggaran belanja barang dan jasa, serta anggaran belanja
modal.
12. Pemerintahan umum, dapat dibagi menjadi: (a) dewan perwa-
kilan rakyat daerah, (b) kepala daerah, dan wakil kepala
daerah, (c) sekretaris daerah, (d) sekretaris dewan perwakilan
rakyat daerah, (e) badan pengelola keuangan dan aset daerah,
(f) badan pengawasan daerah, (g) kecamatan, dan (h) dinas
pendapatan daerah. Pemerintahan daerah terdiri atas delapan
bagian, yang teralokasi dana belanja pegawai, belanja barang
dan jasa, dan anggaran belanja modal, kecuali dewan
perwakilan rakyat daerah, kepala daerah dan wakil kepala
daerah tidak tersedia belanja modal dengan alasan bahwa
kedua bagian ini merupakan kepala pemerintahan, kedua-
260 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
duanya sebagai penyelenggara kegiatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Buton.
13. Kepegawaian masuk dalam badan kepegawaian daerah, juga
tersedia anggaran belanja pegawai, anggaran belanja barang
dan jasa, serta anggaran belanja modal.
14. Pemberdayaan masyarakat dan desa masuk dalam badan
pemberdayaan masyarakat, juga tersedia anggaran belanja
pegawai, anggaran belanja barang dan jasa, serta anggaran
belanja modal.
Kemudian urusan pilihan, dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut:
a. Pertanian dibagi lagi menjadi: (a) dinas pertanian, dan (b)
kantor ketahanan pangan dan penyuluh pertanian, juga terse-
dia anggaran belanja pegawai, anggaran belanja barang dan
jasa, serta anggaran belanja modal.
b. Kehutanan masuk dalam dinas kehutanan, juga tersedia ang-
garan belanja pegawai, anggaran belanja barang dan jasa, serta
anggaran belanja modal.
c. Energi sumber daya mineral masuk dalam lingkup dinas per-
tambangan, juga tersedia anggaran belanja pegawai, anggaran
belanja barang dan jasa, serta anggaran belanja modal.
d. Kelautan dan perikanan masuk dalam dinas kelautan dan
perikanan, juga tersedia anggaran belanja pegawai, anggaran
belanja barang dan jasa, serta anggaran belanja modal.
C. Kebijakan Akuntansi Keuangan Daerah Kabupaten Buton
Kebijakan akuntansi yang dianut oleh pemerintah daerah
tentu tidak menyimpang dari rambu-rambu yang telah ditentukan
oleh pemerintah yang lebih tinggi. Rambu-rambu perangkat hu-
kum merupakan acuan yang tidak boleh dilanggar oleh pengambil
kebijakan akuntansi di Pemerintah Daerah. Perangkat hukum
yang menjadi acuan dalam menjalankan kebijakan akuntansi oleh
pemerintahan yang ada di daerah adalah PSAP No.1, tentang
Penyajian Laporan Keuangan PSAP No.2 tentang Laporan Reali-
sasi Anggaran, PSAP No.3 tentang Laporan Arus Kas, PSAP No.4
tentang Catatan atas Laporan Keuangan, PSAP No.5 tentang
Akuntansi Persediaan, PSAP No.6 tentang Akuntansi Investasi,
PSAP No.7 tentang Akuntansi Aset Tetap, PSAP No.8 tentang
Akuntansi Konstruksi dan Akuntansi dalam Pengerjaan, PSAP
No.9 tentang Akuntansi Kewajiban, PSAP No.10 tentang Koreksi
Kesalahan. Kecuali PSAP No.11 tentang Laporan Keuangan Kon-
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
261
solidasi, karena di Kabupaten Buton tidak ada Laporan Keuangan
Konsolidasi, mengingat laporan keuangan di Kabupaten Buton
dibuat secara terpusat di BPKAD.
Penyajian neraca daerah Kabupaten Buton merupakan
laporan yang menggambarkan posisi keuangan daerah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca
daerah merupakan salah satu komponen pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten
Buton, dalam rangka akuntabilitas kinerja dan transparansi
pemerintah dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
daerah. Selain kebijakan yang telah disebutkan tersebut masih
banyak kebijakan lain yang harus dipegang teguh oleh pemerintah
daerah dalam menjalankan berbagai kebijakan pemerintahan di
daerah. Kebijakan ini memuat kebijakan pengadaan barang dan
investasi daerah yang dimuat dalam Kepres No.80/2003 tentang
pengadaan barang/jasa termasuk investasi daerah. Selanjutnya,
kebijakan tersebut telah dilakukan penyempurnaan sebanyak
tujuh kali, yaitu: Kepres No.61/2004, Kepres No.32/2005, Kepres
No.70/2005, Kepres No.8/2006, Kepres No.79/2006, dan Kepres
No.85/2006, Kepres No.95/2007. Semua dasar kebijakan tersebut
semata-mata bertujuan untuk menghindari adanya penyimpang-
an penggunaan keuangan negara/daerah di seluruh wilayah
Republik Indonesia, tanpa kecuali.
Jika pemerintah daerah tidak merujuk kepada rambu-
rambu yang telah digariskan oleh pemerintahan yang lebih tinggi
maka dapat dianggap sebagai penyimpangan terhadap penyeleng-
garaan keuangan daerah atas barang/jasa maupun investasi yang
dilakukan di daerah tertentu. Jadi rambu-rambu inilah yang
digunakan oleh aparatur pemerintah daerah dalam melakukan
pembiayaan dan pembelanjaan berbagai kebutuhan di daerah.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton adalah menganut basis kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan,
serta basis akrual untuk pengakuan aset kewajiban dan ekuitas
dana. Transaksi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan
diakui pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Sedangkan transaksi aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
pada saat transaksi dan peristiwa yang terjadi tanpa harus
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Dalam neraca Daerah Kabupaten Buton, angka-angka yang
262 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
disajikan dengan ukuran mata uang rupiah sampai dengan 2 digit
di belakang koma (sen).
Selanjutnya, aset dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar,
yang dapat berupa hal-hal sebagai berikut. (1) Diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam
waktu dua belas bulan sejak tanggal pelaporan dibuat. (2) Berupa
kas dan setara kas. Selain aset yang termasuk dalam (1) dan (2)
dapat juga diklasifikasikan sebagai aset nonlancar. Aset diakui
pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton yang mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal pada saat aset diterima
atau pemilikannya dan/atau penguasaannya berpindah.
Pengakuan aset daerah Kabupaten Buton, yang dapat
digunakan antara lain (1) kas dicatat sebesar nilai nominal, (2)
investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan, (3)
piutang daerah dicatat sebesar nilai nominal, dan (4) persediaan
dicatat sebesar: (a) biaya perolehan apabila diperoleh dengan
pembelian, (b) biaya standar apabila diperoleh dengan mempro-
duksi sendiri, dan (c) nilai wajar apabila diperoleh dengan cara
lainnya seperti donasi.
Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan.
Aset tetap adalah aset berwujud, mempunyai masa manfaat lebih
dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintah
Daerah Kabupaten Buton atau dimanfaatkan masyarakat umum.
Aset tetap dikelompokkan menjadi: (1) tanah, (2) peralatan, (3)
mesin, (4) gedung dan bangunan, (5) jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset
tetap dicatat sebesar biaya perolehan atau didasarkan pada nilai
wajar pada saat perolehan.
Aset tetap selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton menetapkan penyusutan
menggunakan metode garis lurus dengan persentase (%) antara
lain. (1) peralatan dan mesin 10% pertahun, (2) gedung dan
bangunan 5% pertahun, (3) jalan, irigasi dan jaringan 5% per-
tahun, dan (4) aset tetap lainnya 10% pertahun.
Selanjutnya, penetapan biaya pemeliharaan dan perbaikan
aset tetap (belanja pemeliharaan) telah ditetapkan dalam
kelompok belanja operasi pada anggaran pendapatan dan belanja
daerah yang tidak dikapitalisasi, sedangkan biaya pemugaran,
penggantian utama, dan penambahan aset tetap yang nilainya
material dapat dikelompokkan dalam belanja modal pada
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
263
anggaran pendapatan dan belanja daerah dikapitalisasi dengan
menambah nilai perolehan aset tetap yang bersangkutan.
Kemudian, kewajiban dapat diklasifikasi sebagai kewajiban
jangka pendek, jika pembayaran dalam waktu dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasi
sebagai kewajiban jangka panjang jika pembayarannya lebih dari
satu tahun. Kewajiban diakui, jika besar kemungkinan bahwa
penge-luaran sumber daya ekonomi akan atau telah dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang dan peruba-
han atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang
dapat diukur dengan andal. Kemudian kewajiban dicatat sebesar
nilai nominal. Jika kewajiban dalam mata uang asing, maka
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Ekuitas dana menunjukkan jumlah kekayaan yang meru-
pakan selisih antara jumlah aset dengan jumlah kewajiban.
Ekuitas dana terdiri atas ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investasi, dan ekuitas dana cadangan. Ekuitas dana lancar adalah
selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas
dana lancar antara lain: (1) sisa lebih pembiayaan anggaran, (2)
cadangan piutang, (3) cadangan persediaan, dan (4) cadangan
yang disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.
Sedangkan ekuitas dana investasi dapat mencerminkan
kekayaan pemerintah daerah yang tertanam dalam investasi jang-
ka panjang, aset tetap, dan aset lainnya dikurangi dengan kewa-
jiban jangka panjang. Dan ekuitas dana cadangan dapat mencer-
minkan kekayaan pemerintah Kabupaten Buton yang dicadang-
kan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
D. Neraca Daerah Kabupaten Buton
Neraca mengindikasikan adanya kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki daerah. Kekuatan dan kelemahan dimaksudkan da-
lam pemahaman ini adalah, neraca dapat memberikan informasi
tentang tanggal jatuh tempo. Aset maupun kewajiban keuangan
bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas
pelaporan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton.
Laporan keuangan atau bisa disebut dengan neraca atau
laporan aktiva dan kewajiban adalah laporan keuangan yang
menyajikan posisi aktiva, utang, dan ekuitas dana pada satu saat
tertentu (Bastian, 2006: 247). Laporan keuangan dikemukakan
264 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
tersebut, mengandung unsur laporan keuangan yang bersifat
komersil.
Selanjutnya, neraca dari persepsi (SAP No.24/Th.2005)
adalah menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan entitas dana pada tanggal tertentu.
Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu,
dan masa sekarang dari manfaat ekonomi sosial di masa depan
dapat diharapkan, baik pemerintah maupun masyarakat.
Sedangkan kewajiban merupakan utang yang timbul dari
peristiwa masa lalu, dalam penyelesaiannya menyebabkan aliran
sumber daya ekonomi pemerintah menjadi berkurang. Sedangkan
ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban.
Berdasarkan kedua konsep tersebut jelas bahwa ada
perbedaan yang sangat mendasar antara ”akuntansi sektor
publik” dengan ”akuntansi keuangan daerah” dan disini banyak
orang mempersepsikan bahwa akuntansi sektor publik itu adalah
akuntansi keuangan daerah. Oleh karena itu, perlu dicerna
dengan baik tentang masing-masing konsep tersebut.
Neraca memuat Informasi tentang tanggal penyelesaian
kewajiban, seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat
untuk mengetahui apakah aset diklasifikasikan sebagai aset
lancar atau tidak lancar, dan juga termasuk kewajiban dapat di-
klasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka pan-
jang. Oleh karena neraca memuat sebuah informasi, tentu semua
isi kandungan neraca dapat memberikan berbagai infor-masi, baik
sebagian maupun seluruhnya. Neraca daerah di Kabu-paten
Buton menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi peme-
rintah daerah. Posisi keuangan dalam neraca daerah kabupaten
Buton yang dapat memuat hal-hal sebagai berikut.
1. Aset lancar, dan aset lancar ini dapat dikelompokkan menjadi
(1) kas yang dapat dapat dibagi lagi menjadi: (a) bendahara
daerah, (b) bendahara pengeluaran, dan (c) bendahara
penerimaan; (2) piutang, dapat dikelompokkan menjadi: (a)
piutang pajak, (b) piutang retribusi, (c) piutang tuntutan ganti
rugi, (d) piutang lainnya; dan (3) persediaan; (4) belanja
dibayar dimuka.
2. Investasi jangka panjang, memuat: (1) investasi nonpermanen;
(2) pinjaman kepada perusahaan daerah; (3) investasi non-
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
265
permanen lainnya; (4) investasi permanen; (5) penyertaan
modal pemerintah daerah.
3. Aset tetap, dapat dibagi menjadi: (1) tanah; (2) peralatan dan
mesin; (3) gedung dan bangunan; (4) jalan, irigasi, dan jaring-
an; (5) aset tetap lainnya; (6) konstruksi dalam pengerjaan;
dan (7) akumulasi penyusutan.
4. Kewajiban, memuat kewajiban jangka pendek, terdiri atas: (1)
utang perhitungan pihak ketiga; dan (2) utang jangka pendek
lainnya.
5. Ekuitas dana, terdiri atas: (1) ekuitas dana lancar dan (2)
ekuitas dana investasi. Laporan keuangan daerah dapat me-
mbentuk berbagai persepsi, seperti: perilaku, sosiologi, psi-
kologi, maupun psikologi sosial.
Berbagai sikap tersebut dibentuk dari kata-kata, kalimat,
maupun simbol. Konsep tersebut di dapatkan dari hasil renungan
setelah melakukan shalat malam senin, tanggal 17 November
2008. Ternyata ilmu keperilakuan, ilmu sosiologi, dan ilmu psiko-
logi mampu menggabungkan keduanya, yakni sosiologi dan psiko-
logi menjadi psikologi sosial. Kedua penggabungan ini dibentuk
dari ”kata-kata, kalimat, maupun simbol-simbol” tertentu. Setiap
kata-kata, kalimat, maupun simbol-simbol tertentu akan
melahirkan berbagai persepsi yang berbeda harus dipapahami
berdasarkan konteks masing-masing. Demikian pula sosiologi
akuntansi terlahir dari interaksi individu, maupun organisasi
yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga laporan
keuangan berupa neraca dapat tercipta. Begitu pula dengan
psikologi akuntansi dibentuk dari hasil-hasil laporan keuangan
yang telah tercipta sebelumnya.
Tentu laporan keuangan dimaksud adalah laporan keuangan
daerah yang telah dibuat oleh pemerintah daerah kabupaten
Buton. Laporan keuangan Daerah Kabupaten Buton dapat
berupa: (1) laporan realisasi anggaran, (2) neraca daerah, (3)
laporan arus kas, dan (4) catatan atas laporan keuangan daerah.
Suriasumantri (2003) Menyatakan bahwa keempat laporan
keuangan tersebut, tentu dapat menunjukkan adanya ”kata-kata,
kalimat, angka-angka, dan simbol-simbol”. Kata-kata, kalimat,
angka-angka, maupun simbol tertentu dapat melahirkan persepsi
yang berbeda-beda, tergantung dari pemahaman seseorang.
Selanjutnya, Marshall (2006: 92) Menyatakan bahwa simbol (+)
dan (-) menunjukkan kuat dan lemahnya motivasi seseorang
terhadap angka-angka laporan keuangan.
266 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Untuk mempresepsikan isi kandungan laporan keuangan
kita harus mulai dari mengubah persepsi dengan kriteria sebagai
berikut. Pertama aparatur melakukan seleksi terhadap laporan
keuangan. Dalam konteks ini pemersepsi harus mampu membeda-
kan antara simbol positif (+) dilihat dalam ranah pendapatan dan
simbol negatif (-) pada ranah pembiayaan atau pengeluaran. Selain
itu, ada pula simbol-simbol yang menunjukkan sama dengan (=).
Kedua, interpretasi berupa pengalaman, sistem nilai yang dianut
dapat berupa. (1) Simboll positif (+) pada aspek pendapatan dapat
diinterpretasikan capaian penerimaan pendapatan daerah dapat
melampaui target. (2) Simbol negatif (-) pada aspek pendapatan
daerah dapat diinterpretasikan bahwa capaian penerimaan penda-
patan daerah tidak mencapai target. (3) Simbol sama dengan (=)
yang menunjukan bahwa pada aspek pendapatan daerah dapat
diinterpretasikan capaian penerimaan pendapatan daerah sama
dengan rencana. Namun, hati-hati dalam memersepsikan sesuatu,
seperti belanja, beban, pembiayaan yang menunjukkan hal
berlawanan dengan ketika memersepsikan pendapatan.
Untuk menginterpretasikan simbol-simbol yang ada pada
neraca daerah 2006 dan 2007 dapat disajikan conto-contoh sebagai
berikut. (1) Aset lancar, diberi simbol xxx 2007, dibandingkan
dengan simbol xxx 2006 yang menunjukkan simbol positif (+),
simbol tersebut artinya aset lancar tahun 2007 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan aset lancar tahun 2006. (2)
Investasi jangka panjang dengan simbol xxx 2007 dibandingkan
dengan simbol xxx 2007 yang menunjukkan simbol (-) ini artinya,
investasi jangka panjang tahun 2007 lebih kecil dari pada investasi
jangka panjang tahun 2006. Namun, secara keseluruhan dalam
neraca daerah terlihat selisih antara jumlah kewajiban dengan
ekuitas dana menunjukkan adanya simbol positif (+). Artinya, saldo
kas akhir tahun 2007 menunjukkan surplus anggaran sehingga
masih ada saldo kas akhir tahun 2007. Selanjutnya, simbol xxx
merupakan simbol dari satuan uang rupiah (Rpxxx). Simbol Rpxxx
pada semua tampilan yang ada dalam disertasi ini dapat dimaknai
dengan lambang atau simbol satuan uang rupiah. Untuk memberi-
kan gambaran yang jelas mengenai laporan keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Buton dapat digambarkan pada tabel 9.3.
Necara daerah Kabupaten Buton, adalah sebagai berikut.
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
267
Neraca Daerah Kabupaten Buton Per 31 Desember 2006 s.d.2007
(dalam Rp) disimbolkan dengan XXX
Uraian/Keterangan 2007 XXX
2006 XXX
Nk/trn (+/-)
1 2 3 4 ASET ASETA LANCAR XXX XXX (+) Kas XXX XXX (+) Kas di bendahara daerah XXX XXX (+) Kas di bendahara pengeluaran XXX XXX (+) Kas di bendahara penerimaan XXX XXX (+) Piutang XXX XXX (+) Piutang pajak XXX XXX (+) Piutang retribusi XXX XXX (+) Bagian tuntutan ganti rugi XXX XXX (-) Piutang lainnya XXX XXX (+) Persediaan XXX XXX (+) Belanja dibayar dimuka XXX XXX (-) INVESTASI JANGKA PANJANG XXX XXX (-) Investasi nonpermanen XXX XXX (-) Pinjaman kepada perusahaan daerah XXX XXX (-) Investasi nonpermanen lainnya XXX XXX (-) Investasi Permanen XXX XXX (-) Penyertaan modal pemerintah daerah XXX XXX (-) ASET TETAP XXX XXX (+) Tanah XXX XXX (+) Peralatan dan Mesin XXX XXX (+) Gedung dan Bangunan XXX XXX (+) Jalan, Irigasi, dan Jaringan XXX XXX (+) Aset tetap lainnya XXX XXX (+) Konstruksi dalam pengerjaan XXX XXX (+) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap XXX - (+) JUMLAH ASET XXX XXX (+) KEWAJIBAN KEWAJIABN JANGKA PENDEK XXX XXX (+) Utang perhitungan pihak ketiga (PPK) XXX XXX (+) Utang jangka pendek lainnya XXX XXX (+) JUMLAH KEWAJIBAN XXX XXX (+) EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR XXX XXX (+) Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) XXX XXX (+) Pendapatan yang ditangguhkan XXX XXX (+) Cadangan piutang XXX XXX (+) Cadangan persediaan XXX XXX (+) Dana yang harus disediakan untuk utg jk.pendek XXX XXX (+) EKUITAS DANA INVESTASI XXX XXX (+) Diinvestasikan dalam Investasi jangka panjang XXX XXX (+) Diinvestasikan dalam aset tetap XXX XXX (+) JUMLAH EKUITAS DANA XXX XXX (+)
Sumber : Neraca daerah kabupaten Buton, tahun 2006, dan tahun 2007
268 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Keterangan :
Kolom 1 = menyatakan dalam bentuk harta, utang dan modal
Kolom 2 = nilai neraca tahun yang bersangkutan.
Kolom 3 = nilai neraca tahun sebelumnya.
Kolom 4 = (+) melampaui nilai neraca tahun sebelumnya, berarti
peningkatan.
Kolom 4 = (-) tidak melampauhi nilai neraca tahun sebelumnya,
berarti penurunan, yang menunjukkan adanya penu-
runan jika hal itu berupa aset, tetapi peningkatan
unsur pembiayaan.
Berdasarkan gambaran neraca tersebut, secara keseluruhan
bahwa Kabupaten Buton memiliki keuangan yang cukup kuat.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama, tahun 2006 dan
2007 mempunyai sisa lebih anggaran (Silpa). Kedua, jumlah
kewajiban dan ekuitas dana menunjukkan nilai positif (+) ini
berarti, baik tahun 2006 maupun 2007 menunjukkan ekuitas
dana yang dimiliki daerah kabupaten Buton lebih besar.
Kelebihan ekuitas dana tersebut menunjukkan bahwa penggu-
naan dana telah dilakukan secara efektif dan efisiensi yang tepat
sasaran (Tadjuddin Nor, 19 Juli 2008). Adanya kelebihan dana
tersebut, secara bersama-sama Marshall (2006: 92) dan Subur
(2008) Menyatakan bahwa simbol positif (+) dapat memberikan
motivasi bagi aparatur dalam meningkatkan kinerja mereka,
terutama berkaitan dengan usaha-usaha peningkatan penerimaan
pendapatan asli daerah.
E. Laporan Arus Kas Daerah Kabupaten Buton
Unsur-unsur yang termasuk dalam laporan arus kas terdiri
atas penerimaan kas dan pengeluaran kas. Unsur-unsur peneri-
maan kas dapat berupa semua aliran kas yang masuk ke benda-
hara umum daerah (BUD), sedangkan unsur-unsur pengeluaran
kas adalah semua pengeluaran kas yang keluar dari bendahara
umum daerah guna melakukan berbagai kegiatan operasional
yang segera dilakukan masing-masing SKPD terkait (lihat SAP
No.24/2005).
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
269
Laporan arus kas menyajikan, informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasional yang telah dilakukan Pemerintah
Kabupaten Buton adalah (1) realisasi penerimaan pendapatan asli
daerah yang bersumber dari pajak daerah, (2) realisasi penerima-
an realisasi pendapatan asli daerah yang bersumber dari retribusi
daerah, (3) realisasi penerimaan pendapatan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, (4) realisasi lain-lain penda-
patan asli daerah yang sah, dan (5) realisasi penerimaan bagi ha-
sil pajak dan bukan pajak. Untuk memberikan gambaran mema-
dai tentang laporan arus kas tahun 2007, Pemerintah Daerah
Kabupaten Buton dapat dilihat pada Tabel 9.4 sebagai berikut.
Pemerintah Kabupaten Buton
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir s.d. 31 Desember 2007
(Metode Langsung)
U R A I A N 2007
Arus Kas dari Aktivitas Operasi :
Arus kas masuk xxx
Arus kas Keluar xxx
Arus kas bersih dari Aktivitas Operasi xxx (+)
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan :
Arus kas masuk xxx
Arus kas Keluar xxx
Arus kas bersih dari Aktivitas Invesasi xxx (-)
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan :
Arus masuk kas xxx
Arus Keluar kas xxx
Arus kas bersih dari Aktivitas Pembiayaan xxx (-)
Arus kas bersih dari Aktivitas Nonanggaran :
Arus masuk kas xxx
Arus Keluar kas xxx
Arus kas bersih dari Aktivitas Nonanggaran xxx (+)
Kenaikan/(Penurunan) kas xxx
Saldo awal kas di BUD/kas daerah xxx
Saldo akhir kas di BUD/kas daerah xxx (+)
Saldo akhir kas di bendaharan pengeluaran xxx
Saldo akhir kas di bendaharan penerimaan xxx
Saldo Akhir Kas xxx (+)
Sumber : Laporan arus kas kabupaten Buton, 2007
270 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Keterangan :
a. Arus kas dari aktivitas operasi, jika arus kas masuk lebih be-
sar dari aktivitas arus kas keluar, menunjukan adanya kele-
bihan kas masuk, dan diberi disimbol positif (+).
b. Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan, jika arus
kas masuk lebih kecil dari aktivitas arus kas keluar, menun-
jukkan investasi yang ditanamkan tidak kembali sehingga
diberi simbol negatif (-).
c. Arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran, jika arus kas
masuk lebih besar dari aktivitas arus kas keluar menun-
jukkan adanya kelebihan kas masuk, dari nonanggaran, dan
dilambangkan dengan simbol positif (+).
d. Kenaikan kas plus saldo awal kas di BUD daerah menun-
jukkan adanya saldo kas sehingga di atas diberi simbol positif
(+).
e. Saldo akhir kas di bendahara pengeluaran diselisihkan dengan
saldo akhir kas dibendahara penerimaan, masih menunjukan
saldo akhir kas positif sehingga diberi simbol positif (+).
Adapun pernyataan standar laporan arus kas tersebut ada-
lah mengatur penyajian laporan arus kas yang memberikan
informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu
entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasar-
kan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan,
dan nonanggaran selama satu periode akuntansi.
Tujuan pelaporan arus kas tersebut adalah memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setara kas selama suatu periode akuntansi, serta saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Berdasarkan
simbol-simbol yang telah diberikan tersebut Marshall (2006: 92)
Menyatakan bahwa simbol itu mempunyai makna positif, yaitu
dapat memberikan motivasi bagi aparatur yang membidangi tugas
dan tanggung jawab masing-masing.
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
271
F. Catatan Atas Laporan Keuangan Daerah Kabupaten Buton
Catatan atas laporan keuangan dimaksudkan, agar dapat
dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca laporan tertentu, maupun manajemen entitas pelaporan.
Oleh karena itu, laporan keuangan mengandung informasi yang
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya.
Untuk menghindari kesalahpahaman ini, laporan keuangan harus
dibuat catatan atas laporan yang berisi informasi untuk memu-
dahkan pengguna dalam memahami laporan keuangan tersebut.
Kesalahpahaman dapat saja terjadi, karena disebabkan
persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa
dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung melihat
laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusa-
haan. Untuk itu, diperlukan pembahasan secara umum dan refe-
rensi yang memadai, bagi pembaca laporan keuangan tertentu.
Memang dalam membaca laporan keuangan daerah ada ber-
bedaan mendasar dibandingkan laporan keuangan komersial yang
disebabkan oleh tujuan penyajian dan orientasi dari masing-masi-
ng. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi,kebijakan akun-
tansi yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat
menghindari adanya kesalahpahaman dalam membaca laporan
keuangan. Di samping itu, pembaca laporan keuangan harus
memahami konteks masing-masing pelaporan dari entitas penyaji
laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan daerah merupakan catatan
yang dapat menjelaskan secara naratif tentang perincian dari ang-
ka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca daerah,
dan arus kas. Catatan atas laporan keuangan dapat memberikan
berbagai informasi kebijakan akuntansi yang digunakan oleh
pemerintah dalam menyajikan laporan keuangan setiap tahun.
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton dalam menya-jikan laporan
keuangan tetap merujuk pada standar akuntansi pemerintah
(SAP). Catatan atas laporan keuangan tersebut dapat mengung-
kap-kan beberapa hal yang berkaitan dengan realisasi anggaran,
neraca, dan laporan arus kas. Ketiga jenis laporan tersebut dapat
272 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
memberikan informasi yang memadai bagi pengguna laporan
keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton. Informasi ke-
uangan daerah Kabupaten Buton dapat menyajikan hal-hal yang
berkaitan dengan kebijakan perpajakan secara mikro karena
hanya menyangkut pajak daerah, sedangkan kebijakan ekonomi
yang ada di daerah itu menyangkut kebijakan ekonomi secara
makro.
Catatan atas laporan keuangan juga menjelaskan sampai
sejauh mana kinerja keuangan yang dicapai. Kinerja keuangan
tersebut tentu dapat digambarkan melalui realisasi anggaran
secara keseluruhan, apakah rencana anggaran dapat dicapai atau
tidak. Pusat perhatian utama bagi pemerintah daerah adalah
ketika ada anggaran yang tidak terealisasi, pemerintah mencari
berbagai alternatif pemecahan masalah tersebut sehingga
hambatan-hambatan dari berbagai kendala dapat teratasi.
Jika semua hambatan dapat diatasi maka boleh jadi reali-
sasi anggaran tahun berikutnya dapat dicapai yang tentunya
harus dilandasi dengan kerja keras aparatur pemerintah daerah,
terutama aparatur yang membidangi, bidang pendapatan asli
daerah (PAD).
G. Perspektif Laporan Keuangan Daerah dari Aspek Psikologi
Sosial
Laporan realisasi anggaran menggambarkan perbandingan
antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelapor-
an. Untuk memberikan pemahaman tentang laporan realisasi
anggaran tersebut, dapat dijelaskan melalui catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan dapat menjelaskan
berbagai hal yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran,
serta hal-hal yang berhubungan dengan berbagai kendala atau
hambatan-hambatan bagi aparatur dalam pencapaian realisasi
anggaran, terutama anggaran pendapatan asli daerah (PAD).
Berdasarkan realisasi yang dicapai, menunjukkan adanya surplus
yang artinya penerimaan lebih besar dari pada pembiayaan.
Kondisi ini Marshall (2006:92) Menyatakan bahwa jika pendapat-
an asli daerah meningkat akan memberikan motivasi yang tinggi
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
273
bagi aparatur untuk lebih meningkatkan upaya-upaya ditempuh
agar penerimaan pajak dan retribusi pada tahun-tahun berikut-
nya lebih meningkat lagi. Pendapat yang senada disampaikan
Subur (2008) yang Menyatakan bahwa jika pendapatan asli
daerah meningkat, maka akan menambah motivasi bagi aparatur
untuk meningkatkan upaya-upaya agar penerimaan di tahun-
tahun berikutnya mengalami peningkatan lebih dari tahun-tahun
sebelumnya. Secara psikologi, Abidin (2006) Menyatakan bahwa
jika penerimaan pendapatan asli daerah meningkat dapat mena-
mbah keyakinan dan akan menambah semangat bagi aparatur
untuk selalu berusaha semaksimal mungkin agar PAD mengalami
peningkatan setiap tahun. Selanjutnya, Boerre (2008:22) menga-
takan bahwa jika pendapatan yang dicapai pada tahun tertentu
dapat meningkatkan harapan positif bagi aparatur agar peneri-
maan di tahun-tahun mendatang mengalami peningkatan seperti
tahun sebelumnya. Lebih lanjut, Boerre (2008: 22) Menyatakan
bahwa keadaan demikian secara psikologi dapat melegakan
ketenangan jiwa sehingga tidak merasa ada beban yang tidak
terselesaikan.
Demikian pula neraca daerah merupakan bagian dari
pertanggungjawaban pemerintah daerah, karena neraca mengga-
mbarkan posisi keuangan bagi pemerintah daerah mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Isi laporan
keuangan berupa neraca daerah, mengalami equitas dana yang
memadai secara psikologi akan menambah keyakinan daerah
bahwa masih mempunyai kekuatan yang cukup sehingga
pemerintah tidak merasa khawatir atas dana yang dimiliki daerah.
1. Perspektif Laporan Realisasi Anggaran dari Aspek Sosiologi
Dalam tabel 8.2 realisasi anggaran tersebut dapat ditunjuk-
kan dengan enam kolom. Kolom tersebut menjelaskan bahwa
kolom pertama memuat nomor urut, kolom kedua memuat uraian
mata anggaran, kolom ketiga memuat jumlah anggaran, kolom
keempat menunjukkan realisasi anggaran, dan kelima menunjuk-
kan adanya selisih lebih atau kurang terhadap anggaran yang
dapat dicapai. Khusus kolom ini diberi simbol-simbol pemaknaan
274 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
tertentu. Kolom keenam, menunjukkan adanya persentase perbe-
daan antara rencana anggaran terhadap realisasi anggaran.
Kolom tersebut menunjukan selisih dalam persentase anggaran.
Kolom kelima memperlihatkan simbol xxx(-/+), ini menandakan
penerimaan realisasi anggaran (tidak mencapai dan/atau lebih
target anggaran)
Sementara itu, kolom keenam memperlihatkan simbol per-
sentase rencana penerimaan anggaran terhadap realisasi anggar-
an disimbolkan seperti ini (%-/+) yang menandakan persentase
penerimaan kurang dan/atau lebih dari target anggaran yang
dicapai dan/atau tidak.
Secara sosiologi, tercapainya anggaran disebabkan adanya
kebersamaan aparatur pemerintah daerah. Memberdayakan ber-
bagai potensi yang dimiliki daerah sehingga penerimaan penda-
patan asli daerah dapat tercapai. Tercapainya realisasi anggaran
pendapatan asli daerah di samping kerja keras dari aparatur
pemerintah daerah juga adanya kesadaran dari wajib pajak
daerah, sehingga target anggaran PAD dapat dicapai. Jika diamati
dari selurh komponen penerimaan pajak dan retribusi daerah,
Marshall (2006: 92) Menyatakan bahwa simbol positif (+) akan
menambah motivasi dan semangat yang lebih tinggi bagi aparatur
yang membidangi PAD secara keseluruhan. Akibat peningkatan
penerimaan tersebut secara bersama-sama bagian penerimaan
PAD lebih meningkatkan koordinasi secara berkesinambungan
sehingga penerimaan PDA terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tingginya kesadaran wajib pajak disebabkan adanya kerja
keras aparatur pemerintah daerah dalam berbagai hal, seperti
penyuluhan kepada seluruh masyarakat wajib pajak, dan pema-
haman tentang fungsi-fungsi penerimaan PAD, bagi daerah.
Kesadaran masyarakat wajib pajak akan membawa manfaat yang
cukup besar bagi tercapainya program kerja pemerintah daerah.
Tercapainya program kerja pemerintah daerah akan mening-
katkan kesejahteraan masyarakat secara umum. Peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara umum merupakan kebanggaan
bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Buton, karena pemerintah
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
275
daerah telah berhasil menyejahterakan masyarakat. Hal ini salah
satu yang dapat ditandai terealisasinya semua program kerja
pemerintah telah tercapai.
Tercapainya semua program kerja pemerintah itu merupa-
kan perwujudan dari semua anggota kelompok masyarakat seba-
gai satu kesatuan kelompok sosial, menjunjung tinggi kesatuan
visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi pemerintah sehingga
program kerja pemerintah daerah dapat dicapai, dengan memper-
hatikan asas kemanfaatan bagi semua pihak.
Berdasarkan kebersamaan tersebut Sherif dalam Saragin
(2004, 78) Menyatakan bahwa situasi sosial dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan utama. (1) Situasi kebersamaan. Pada situ-
asi ini individu belum mempunyai saling hubungan yang teratur
seperti dalam situasi kelompok sosial. Situasi kebersamaan
merupakan situasi di mana individu berada pada sutau tempat
mereka tidak atau belum merupakan satu keseluruhan yang
utuh. Pada keadaan tersebut mereka mereka bukan mengadakan
interaksi sosial yang mendalam, melainkan mereka mempunyai
kepentingan bersama untuk mencapai target sosial yang telah
ditetapkan. Target sosial yang diharapkan aparatur adalah
bagaimana upaya-upaya yang ditempuh oleh aparatur sehingga
penerimaan pajak untuk kepentingan pemerintah daerah dapat
tercapai. Jika pajak yang diharapkan tercapai maka target sosial
untuk meningkatkan sarana dan prasarana tercapai. Sebagai
situasi kelompok sosial bahwa keberadaan aparatur dalam suatu
tempat bukan semata-mata untuk mengadakan interaksi sosial
antar satu dengan lainnya, melainkan mereka berada di tempat
itu karena mempunyai kepentingan bersama, sehingga aparatur
memberikan penyuluhan. Jadi hubungan situasi sosial yang terja-
di dalam situasi kebersamaan itu, biasanya berkisar pada imitasi
dan sugesti. Dan (2) Situasi kelompok sosial yang merupakan
situasi kelompok sosial tempat aparatur berinteraksi dan merupa-
kan keseluruhan untuk mencapai visi, misi, tujuan, maupun
sasaran organisasi secara keseluruhan berdasarkan rencana yang
ditetapkan sebelumnya.
276 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Sebagai contoh dalam organisasi pemerintah daerah, yang
terdiri atas beberapa instansi tertentu, di dalamnya terdapat
kepala kantor atau kepala bidang dan kepala bagian yang bertu-
juan untuk mencapai visi, misi, tujuan, maupun sasaran organi-
sasi secara keseluruhan diharapkan dapat dicapai oleh anggota
kelompok organisasi tersebut.
2. Perspektif Laporan Realisasi Anggaran dari Aspek Psikologi
Pada Bab 8 telah dijelaskan bahwa jika realisasi anggaran
melampaui target berarti menunjukkan adanya respon positif
terhadap PAD. Tampak adanya perbedaan respon positif dan
respon negatif secara keseluruhan, untuk menjelaskan hal ini
dapat dilihat pada laporan realisasi anggaran sebagaimana ditam-
pilkan pada Tabel 9.2 dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut.
1. No 4 Tabel 9.2. Pendapatan daerah, Sub 41 Pendapatan Asli
Daerah terdiri atas pendapatan pajak daerah, pendapatan
retribusi daerah, pendapatan hasil pengelola-an kekayaan
daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Secara
keseluruhan menunjukkan adanya simbol positif (xxx+) yang
menandakan bahwa pendapatan melampaui target anggaran.
Sebaliknya, jika disimbolkan xxx(-) menandakan rencana
anggaran tidak tercapai. Kemudian kolom 6, Tabel 9.2
menunjukkan persentase positif (%+) yang menandakan kele-
bihan persentase penerimaan anggaran di atas rencana ang-
garan. Secara psikologi hal tersebut dapat meningkatkan
gairah aparatur dan meningkatkan kepercayaan pimpinan
organisasi dan masyarakat secara umum. Sehingga mening-
katan peneri-maan pendapatan daerah. Dengan adanya kerja
sama yang baik, antar dinas terkait dalam pengelolaan PAD
maka penerimaan daerah menunjukkan persentase positif
(%+) juga menunjukkan persentase negatif (%-). Simbol ini
menandakan rendahnya persentase penerimaan anggaran
yang dicapai secara sosiologi menandakan rendahnya pene-
rimaan pendapatan daerah karena tidak adanya kerja sama
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
277
yang baik antardinas terkait dalam pengelolaan PAD, akhir-
nya dapat mengakibatkan penurunan PAD.
2. Sub 42. Tabel 9.2, yakni pendapatan transfer. Tabel 9.2
hanya terlihat ada dua simbol, yaitu: transfer dari pusat dana
perimbangan, dana bagi hasil pajak, dan dana bukan pajak
(SDA). Dana tersebut merupakan transfer dari pemerintah
pusat. Sedangkan transfer dana dari provinsi, seperti : penda-
patan bagi hasi pajak, dan pendapatan lainnya menunjukkan
simbol positif (xxx+). Ini berarti pendapatan transfer dianggar-
kan mengalami peningkatan, secara persentase dapat disi-
mbolkan persentase positif (%+). Selain itu, ada pula peneri-
maan dana transfer sama dengan rencana anggaran, seperti:
dana alokasi umum, dana alokasi khusus, transfer peme-
rintah pusat lainnya, dana otonomi khusus, dan dana penye-
suaian menunjuk-kan nilai yang sama antara realisasi dengan
anggaran sehingga diberi simbol sama dengan (xxx=), secara
persentase diberi simbol persentase sama dengan (%=).
3. Sub 43,Tabel 9.2. Pendapatan lainnya tidak dianggarkan,
tetapi pada saat realisasi ternyata ada penerimaan dari dana
tersebut sehingga diberi simbol (xxx+), secara persentase juga
diberi simbol persentase positif (%+). Secara keseluruhan, jika
diselisihkan dari ketiga simbol tersebut menunjukkan simbol
persentase positif (%+).
4. No.5.Tabel 9.2, yakni belanja daerah. Sub 5 No. 51, yakni
belanja operasi terdiri atas: belanja pegawai, belanja barang,
belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan modal. Secara
keseluruhan jenis belanja tersebut diberi simbol negatif (xxx-),
simbol belanja operasional tersebut juga memberikan infor-
masi yang baik, mengingat belanja operasi yang telah dike-
luarkan mengalami efisiensi. Secara persentase belanja opera-
sional di atas diberi simbol persentase negatif (%-). Sub. 5
No.52, belanja modal terdiri atas belanja tanah, peralatan
dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan,
serta aset tetap lainnya juga menunjukkan simbol negatif (xxx-
). Simbol benja modal tersebut juga memberikan infor-masi
278 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
yang baik, mengingat belanja modal yang telah dike-luarkan
pemerintah mengalami efisiensi, secara persentase belanja
modal di atas diberi simbol persentase negatif (%-). Sub 5
No.53, belanja tidak terduga menunjukkan simbol negatif
(xxx-) memberikan informasi yang baik, mengingat belanja
tidak terduga yang telah dikeluarkan pemerintah juga
mengalami efisiensi, secara persentase belanja di atas diberi
simbol persentase negati (%-). Perlu diketahui bahwa bebera-
pa simbol negatif tersebut, seperti (xxx-) dan (%-), Penulis
menyarankan agar pembaca tidak terjebak dalam pemikiran
persentase negatif tanpa melihat konteksnya. Jadi penulis
sangat menganjurkan agar pembaca lebih melihat pada
konteks, lalu mengaitkan dengan pemaknaan dari masing-
masing simbol sehingga pemersepsi tidak terjebak dalam
pemikiran nilai dan persentase negatif dan atau positif, tetapi
Slebih melihat pada konteksnya.
5. No. 6 Tabel. 9.2. Pembiayaan Daerah. Sub.6 No.61, yakni
pembiayaan daerah terdiri atas pencairan dana cadangan, dan
penerimaan pajak, keduanya memperlihatkan jumlah yang
sama antara rencana dengan realisasi (xxx=). Jika informasi
tersebut diberi simbol persentase sama dengan (%=), simbol
ini menandakan adanya kestabilan antara rencana dengan
realisasi adalah sama (No.62). Pengeluaran pembiayaan
daerah, terdiri atas penyetoran modal (investasi pemda),
pembayaran pokok utang, dan pembayaran pajak menunjuk-
kan jumlah yang sama antara rencana dengan realisasi (xxx=).
Jika realisasi sama dengan rencana maka akan diberi simbol
persentase sama dengan (%=) yang menunjukkan adanya
kestabilan antara rencana dengan realisasi artinya khusus
simbol ini menandakan utang dibayar lunas sesuai jumlah
yang harus dibayar (No. 63) Sisa lebih pembayaran tahun
bersangkutan menunjukkan adanya surplus anggaran.
Secara keseluruhan, jika dipersentasekan menunjukkan
simbol persentase positif (%+). Suriasumantri (2003)
Menyatakan bahwa simbol-simbol dalam matematika
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
279
sebagaimana ditampilkan tersebut tidak memiliki arti apa-apa
jika kita tidak memberikan arti tentang simbol-simbol tersebut
Sementara Subur (2008) mengungkapkan bahwa simbol positif
(+), secara psikologi dapat meningkatkan support atau
motivasi seseorang terhadap sesuatu yang diharapkan di
kemudian hari. Selanjutnya, Subur (2008) menambahkan
bahwa simbol positif (+) diberikan kepada seseorang yang
mengalami keterpurukan sekalipun bisa bangkit. Oleh karena
adanya support dari seseorang, dengan ungkapan bangkitlah.
Anda pasti bisa, dan yang penting kita tetap berusaha, dan
berdoa. Tuhan pun Menyatakan bahwa Allah akan selalu
memberikan rezeki kepada hambanya yang selalu berusaha
dan berdoa selalu mengingat kepada-Ku.
3. Perspektif Neraca dari Aspek Sosiologi
Secara sosiologi laporan keuangan berupa neraca daerah
tidak akan tercapai, jika tidak ada dukungan dan partisipasi dari
seluruh SKPD terkait. Keberhasilan aparatur dalam menyusun
laporan keuangan daerah sangat ditentukan oleh keterlibatan
semua aparatur terkait. Keterlibatan aparatur dimaksudkan disini
menyangkut beberapa hal. (1) Adanya informasi dari BUD tentang
penerimaan, baik dari pusat daerah. BUD secara rutin melapor-
kan semua jenis penerimaan kepada bagian akuntansi untuk
dibukukan, demikian pula pengeluaran untuk semua SKPD (2)
Penerimaan dari PAD didukung adanya kerja keras serta
koordinasi dari masing-masing dinas terkait. (3) Koordinasi di
bidang investasi, baik permanen maupun tidak secara rutin
memberikan laporan kepada bagian akuntansi, sehingga investasi
tersebut dapat dibukukan. (4) Adanya informasi dari masing-
masing dinas terkait atas pembiayaan yang dilakukan secara
kredit, baik jangka pendek maupun jangka panjang selalu
dilaporkan kepada bidang akuntansi agar dapat melakukan
pembukuan. Unsur kerja sama tim, sangat mendukung dalam
merealisasikan anggaran penerimaan daerah Kabupaten Buton
secara keseluruhan.
280 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Dari semua jenis informasi yang telah dikemukakan tersebut
Soekanto (2005) berpendapat bahwa informasi disalurkan untuk
kepentingan seorang individu, kelompok bersama, dan untuk
kepentingan organisasi maka informasi semacam ini merupakan
informasi yang berharga. Jika informasi dari individu atau kelom-
pok ditujukan kepada seseorang yang mempunyai kedudukan, itu
sama dengan informasi yang meletakkan interaksi antara satu
dengan lainnya (Soekanto, 2005).
Secara filosofis menghendaki agar informasi yang kita terima
harus disebarluaskan kepada semua anggota tim yang terlibat
dalam kelompok dan itu merupakan komitmen untuk menenang-
kan “hati dan pikiran” agar kita dapat mengidentifikasikan diri
dengan organisasi. Amstrong (2003) berpendapat bahwa tujuan
untuk meletakan diri sendiri pada organisasi lebih berpihak
kepada kepentingan organisasi secara keseluruhan. Dari berbagai
sumber informasi tersebut dapat dikatakan bahwa neraca daerah
tidak dapat disusun oleh bagian akuntansi di BPKAD semata,
melainkan adanya bantuan dari SKPD lain. Kaitan ini dihubung-
kan dengan penyusunan laporan keuangan neraca daerah sehing-
ga bantuan teman dari SKPD terkait sangat ditentukan, terutama
sesama aparatur yang terlibat langsung dengan pengelolaan
keuangan daerah.
4. Perspektif Neraca dari Aspek Psikologi
Neraca sebagaimana tercantum pada Tabel 9.3 terlihat
adanya simbol positif (+) dan negatif (-) dari akun-akun neraca
tersebut. Untuk memberikan gambaran tentang perspektif neraca
dari aspek psikologi, penulis hanya membahas akun-akun aset
lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban, dan
ekuitas dana. Perspektif neraca dari aspek psikologi dikelompok-
kan menjadi sebagai berikut. Pertama, aset lancar dapat dirinci
menjadi: kas dibendahara daerah, dibendahara pengeluaran, di
bendahara penerimaan, piutang pajak, piutang retribusi, piutang
lainnya, dan persediaan. Semua jenis aset lancar tersebut,
menandakan simbol positif (+) yang mengandung makna bahwa
secara umum kas tahun 2007 lebih besar daripada kas tahun
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
281
2006. Kedua, investasi jangka panjang menunjukkan simbol
negatif (-) yang menandakan bahwa investasi tahun 2007
mengalami penurunan. Penurunan ini bukan berarti pemerintah
tidak melakukan investasi jangka panjang, tetapi lebih memilih
pada kebutuhan yang sifatnya mendesak. Ketiga, Investasi dalam
aktiva tetap mengalami peningkatan sehingga diberi simbol positif
(+) seperti investasi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunnan, jalan, irigasi, dan jaringan, aktiva tetap lainnya, serta
konstruksi dalam pelaksanaan. Tingginya investasi dalam aktiva
tetap disini lebih dititkberatkan pada pembangunan gedung,
seperti sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan.
Secara ekono-mis lebih menguntungkan pemerintah daerah
atas pembayaran PPh Pasal 22, jika terlambat. Keuntungan ini
akan nampak jika diselisihkan antara bunga bank dengan utang
PPh Pasal 22. Kelima, Jumlah ekuitas dana mengalami
peningkatan antara tahun 2007 dibandingkan dengan ekuitas
dana tahun 2006, peningkatan ini diberi simbol positif (+) yang
menandakan bahwa kelebihan ekuitas dana akan menambah
keyakinan aparatur pemerintah daerah terhadap berbagai upaya
dilakukan selama ini ternyata terjadi efisiensi penggunaan dana
sehingga mengakibat-kan adanya ekuitas dana yang tersimpan di
kas daerah.
Secara psikologis, dengan adanya ekuitas dana yang tersim-
pan pada kas daerah akan menambah kepercayaan bagi aparatur
sekaligus meningkatkan motivasi dan semangat kerja.
Peningkatan motivasi kerja lebih kepada motivasi intrinsik, me-
ngingat kemampuan yang melekat pada diri aparatur lebih kepada
pengembangan sikap, serta motivasi yang perlu dikembangkan
pada saat yang memungkinkan melalui pemenuhan kebutuhan
bagi aparatur, pemberian tugas-tugas yang menantang, dan
menanamkan harapan-harapan untuk sukses.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa simpol-simbol
positif (+) yang telah ditampilkan tersebut dapat menambah moti-
vasi semua apartatur yang terlibat dalam pengumpulan serta pe-
nagihan pajak dan retribusi daerah, Subur (2008)
282 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
5. Perspektif Laporan Arus Kas dari Aspek Sosiologi
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan laporan keu-
angan berupa neraca daerah tersebut, keberhasilan laporan arus
kas sangat ditentukan oleh partisipasi dan kerja keras dinas ter-
kait, terutama informasi yang bersumber dari bendahara umum
daerah (BUD).
Selain itu, juga adanya partisipasi dan kerja keras dari dinas
pemungut pajak daerah maupun retribusi daerah dalam tahun
2007, serta adanya partisipasi dari bendahara umum daerah
(BUD) untuk selalu memberikan informasi kepada bagian akun-
tansi bahwa realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
yang dipisahkan telah diterima BUD sehingga dapat dibukukan
bagian akuntansi. BUD sekaligus melaporkan penerimaan reali-
sasi lain-lain PAD yang sah, termasuk penerimaan realisasi bagi
hasil pajak dan bukan pajak serta penerimaan sumber kekayaan
alam yang ditransfer dari pemerintah pusat secara rutin. Jika ada
penerimaan maka BUD tetap melaporkan kepada bidang akuntan-
si sehingga bidang akuntansi dapat melakukan pembu-kuan dan
penyusunan laporan arus kas. Adanya unsur kerja sama dan
kekompakan tim anggota masing-masing organisasi terkait sangat
diperlukan sehingga tujuan organisasi dapat terca-pai dengan
baik. Kerja sama semua kelompok dapat diwujudkan jika semua
jenis informasi dapat disampaikan. Soekanto (2005) berpendapat
bahwa informasi dapat disalurkan dengan baik, jika individu/
kelompok meletakkan kepentingan organisasi di atas segalanya.
Jika informasi organisasi telah diletakkan di atas segalanya maka
semua cita-cita kelompok menurut Soekanto (2005) akan terla-
ksana dengan baik.
6. Perspektif Laporan Arus Kas dari Aspek Psikologi
Tidak jauh berbeda dari pemaknaan pada tataran laporan
realisasi anggaran maupun pada pemaknaan laporan neraca
daerah. Simbol-simbol pemaknaan pada laporan arus kas, sebe-
tulnya sama saja dengan simbol-simbol pemaknaan yang diberi-
kan pada laporan realisasi anggaran maupun pada laporan neraca
daerah.
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
283
Sebagai contoh, arus kas dari aktivitas operasi, antara arus
kas masuk dan keluar masih menunjukkan arus kas bersih dari
aktivitas operasi positif (+) sehingga simbol ini dapat memberikan
makna bahwa dari sekian jumlah pengeluaran yang telah dike-
luarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton masih menunjuk-
kan adanya selisih lebih kas masuk.
Begitu pula arus kas dari aktivitas investasi aset non-
keuangan menunjukkan adanya selisih negatif, antara arus kas
masuk dibandingkan dengan arus kas keluar. Perbedaan ini tidak
dapat dikatakan bahwa kondisi ini jelek karena harus dipahami
secara mendalam bahwa investasi yang telah ditanamkan itu
tidak kembali sehingga diberi simbol negatif (-). Simbol tersebut
dapat dimaknai bahwa aparatur pemerintah daerah tidak berhasil
dalam pengelolaan investasi nonkeuangan. Selanjutnya, terjadi
arus kas dari aktivitas pembiayaan lebih besar dari kas masuk
sehingga menunjukkan arus kas pembiayaan disimbolkan dengan
simbol negatif (-). Kondisi ini dapat memberikan informasi yang
lebih baik mengingat simbol tersebut menunjukkan adanya unsur
penghematan pembiayaan tahun 2007 lebih baik dibandingkan
tahun 2006. Berikutnya adalah arus kas bersih dari aktivitas
nonanggaran, antara arus kas masuk dan keluar menunjukkan
adanya kelebihan anggaran sehingga dalam laporan arus kas
diberi simbol positif (+).
Selain informasi tersebut juga ada informasi tambahan
berupa adanya kenaikan kas masuk tahun 2007 ditambah
dengan saldo awal kas di bendahara umum daerah menunjukkan
informasi yang cukup baik sehingga diberi simbol positif positif
(+). Terakhir, jika kita melihat saldo akhir kas yang ada di ben-
dahara pengeluaran dan diselisihkan dengan saldo akhir peneri-
maan masih menunjukkan saldo akhir kas menunjukkan saldo
positif sehingga diberi simbol positif (+).
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditangkap enam
informasi. Di antara enam informasi tersebut, ternyata ada lima
informasi yang dikategorikan sebagai informasi kesan menguat,
karena jika dipahami pada konteks psikologis memberikan gam-
284 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
baran adanya motivasi yang tinggi bagi aparatur. Ternyata apa
yang mereka lakukan selama ini berimplikasi positif terhadap per-
sepsi banyak orang karena persepsi itu dibentuk dari hal-hal
yang positif dan negatif, sangat tergantung dari pemersepsi itu
sendiri. Dan pemersepsi juga sangat ditentukan oleh banyak hal,
seperti unsur pengalaman, usia, pengetahuan, ilmu pengetahuan,
lingkungan, dan norma-norma.
6. Perspektif Catatan atas Laporan Keuangan dari Aspek
Sosiologi
Mengingat catatan atas laporan keuangan dapat memberi-
kan berbagai informasi, tentang kebijakan akuntansi yang digu-
nakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Buton. Tentu pemerin-
tah daerah tersebut menyajikan laporan keuangan setiap tahun,
merujuk pada standar akuntansi pemerintah (SAP). Catatan
laporan keuangan sangat penting, mengingat catatan atas laporan
keuangan dapat mengungkapkan beberapa informasi berkaitan
dengan realisasi anggaran, neraca daerah, dan laporan arus kas.
Ketiga jenis laporan ini dapat memberikan informasi bagi peng-
guna laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton.
Secara sosiologis ketiga informasi laporan keuangan ini telah
disajikan dalam bentuk simbol-simbol yang dapat memberikan
pemaknaan yang memadai, jika pemresepsi dapat memahami
tentang konteks yang diintrepretasikan, tentu sangat tergantung
pada pemahaman pemersepsi itu sendiri. Oleh karena itu, tulisan
ini menganjurkan pada pembaca agar tidak terjebak pada simbol-
simbol tertentu, pemersepsi harus memerhatikan konteksnya.
Informasi keuangan daerah Kabupaten Buton dapat menya-
jikan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan perpajakan secara
mikro. Tercapainya PAD Kabupaten Buton secara sosiologis,
menandakan adanya kerja sama yang baik sesama petugas pajak,
dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat wajib pajak terhadap
kewajiban pajak dan retribusi daerah yang harus dibayar oleh
masyarakat tepat pada waktunya.
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
285
8. Perspektif Catatan atas Laporan Keuangan dari Aspek
Psikologi
Mengingat catatan atas laporan keuangan dapat memberi-
kan berbagai informasi tentang kebijakan akuntansi yang diguna-
kan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Buton. Secara psikologis,
informasi laporan keuangan yang telah disajikan Pemerintah
Daerah Kabupaten Buton dapat diketahui melalui simbol-simbol
yang telah disajikan tersebut. Tentu laporan keuangan Pemerin-
tah Daerah Kabupaten Buton Tahun 2007, secara psikologis telah
disusun dengan baik, walaupun masih banyak kelemahan-kele-
mahan yang harus dimininasi.
Konsep pencegahan yang penting dalam program sadar dan
keselamatan merupakan konsep yang diajarkan dalam Al-Qur’an,
dalam Hasan (2008: 214). Konsep sadar keselamatan merupakan
konsep pencegahan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
karena meramalkan sesuatu yang belum terjadi bukan hal yang
mudah.
9. Kesimpulan
Berdasarkan gambaran yang telah dikemukakan tersebut
maka dapat diambil intisari pembahasan dari awal hingga akhir.
Intisari dari semua aspek yang dikaji dalam pembahasan ini
sebagai berikut. (1) Manusia sebagai penggerak dari semua apa
yang dilakukan pemerintah sangat tergantung dari siapa orang-
nya. Jadi sumber daya manusia yang lebih berperan penuh dalam
semua kegiatan dilakukan pemerintah daerah. (2) Laporan reali-
sasi anggaran yang dicapai, itu sebagai hasil upaya yang telah
dicapai oleh aparatur pemerintah daerah, dalam berbagai
upaya/langkah yang ditempuh sehingga anggaran yang telah
direncanakan dapat tercapai, tentu keterlibatan SDM-nya, sangat
menentukan. (3) Kebijakan akuntansi keuangan daerah yang
diterapkan adalah kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,
transfer, pembiayaan. Sementara basis akrual untuk pengeluaran
aset kewajiban, dan ekuitas dana. (4) Demikian pula dengan
neraca daerah merupakan paket laporan keuangan daerah secara
keseluruhan yang dapat dibuat, kerena adanya kerja sama untuk
286 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
semua komponen khususnya aparatur yang ada dalam
lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton. (5) Termasuk
laporan arus kas dibentuk karena adanya kekompakan tim
aparatur pemerintah daerah, terutama aparatur yang membidangi
pemungutan PAD secara keseluruhan. (6) Semua apa yang telah
di lakukan didasarkan adanya kerja keras semua aparatur
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton. Kerja sama apartur ini
dapat dibuktikan dengan adanya laporan realisasi anggaran
sebagaimana terlihat pada Tabel 9.2, yaitu laporan realisasi
anggaran jauh lebih besar dari pada rencana yang dianggarkan
pemerintah daerah, kondisi demikian menunjukkan keberhasilan
pemerintah daerah dalam semua potensi yang ada sehingga PAD
dapat tercapai. (7) Laporan arus kas dapat digambarkan dari
laporan realisasi anggaran, respon positif dari aparatur
pemerintah daerah dapat terlihat dari semua komponen yang
telah dikemukakan di atas, seperti: (a) laporan realisasi anggaran,
(b) neraca daerah, dan (c) laporan arus kas yang dapat
mencerminan informasi yang menguat, atau dengan kata lain
semua informasi yang digambarkan kepada publik adalah
informasi yang mengandung nilai positif, terutama pada tataran
kinerja aparatur pemerintah daerah lebih baik.
H. Soal Latihan
Berdasarkan Laporan Keuangan (Necara) Daerah Kabupa-
ten tersebut dimintah kepada saudara untuk melakukan kajian
dari berbagai aspek berikut di bawah ini.
1. Aspek sosial didukung pendapatan para ahli, tidak termasuk
dalam daftar rujukan dalam buku ini
2. Aspek keperilakuan, sama dengan permintaan soal nomor
satu di atas
3. Aspek psikologi, sama dengan permintaan soal nomor satu di
atas
4. Aspek psikologi sosial, sama dengan permintaan soal nomor
satu di atas
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
287
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Zainal. 2006. Fisafat Manusia, Memahami manusia melalui filsafat. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Abdul, Irawati. 2008. Dampak Informasi Asimetri Teradap Budgetary Slack pada Sektor Publik dengan Komitmen Organisasi sebagai Penghubung. Journal Teknologi dan Ma-najemen Informatika. Vol.6 Edisi Khusus. September 2008.
Armstrong, Michael. 2003. The Art Of Hard. Strategic Human Re-cources Manage-ment. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik Panduan Praktis untuk bertindak (Menerjemah : Cahayani, Ati). Jakarta : Penerbit PT Gra-media.
Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Penerbit Erlangga (Anggota IKAPI).
Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Penerbit Salema Empat.
Bastian, Indra. 2001. Manual Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Penerbit Salema Empat.
Boerre, C. George. 2008. Psikologi Sosial. (Penerjemah: Taniputera, Ivan, 2008) Yogyakarta : Penerbit Prisma Shopie.
Bratakusumah, Deddy Supriady. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Capra, Fritjof. 2002. Jaring-jaring Kehidupan (Penerjemah: Pasa-ribu, Saut). Yogyakarta. Penerbit : Fajar Pustaka Baru.
Castello. Richard T. 1992. School Personnel Administration : A Practioner’s Guide. Allyn and Bacon. Boston London Toronto Sydney Tokyo Singapore.
Covey, Stephen R.2005. The 8th Habit : Melampaui Efektivitas, Menggapai
Keagungan.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Darise Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). DKI : Penerbit. PT Indeks.
Departemen Dalam Negeri R.I. 2007. Sistem dan Prosedur Penge-lolaan Keuangan Daerah : Surat Edaran BAKD. Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pela-poran dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Ban-dung : Penerbit Fokus Media.
Gerungan, W.A. 2004. Psychologi Sosial. (editor Bahasa: Budhi, Januar). Bandung : Penerbit PT Refika Aditama.
Halim, Abdul. 2005. Pengaruh Faktor-faktor Rasional, Politik dan Kultur Organisasi Terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja Instansi Pemerintah Daerah. SNA VIII. Solo, 15-16 Septe-mber 2005.
Harun, H.Rochjat. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Pelati-han. Bandung : Penerbit CV Mandar Maju.
Harun, H.Hamrolie. 2003. Penetapkan Program Sosialisasi Untuk Peningkatan PAD. Edisi Pertama. Yogyakarta : Penerbit BPFE. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.
Hasan, Aliah B Purwakania. 2008. Pengantar Psikologi Kesehatan Islam. Jakarta : Penerbit PT Rajagrafindo Persada.
288 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Hasiara, La Ode. 2008. Ilmu Pengetahuan Teknologi Informasi dan Kepedulian Pemerintah. Jurnal Teknologi dan Manajemen Informatika, Vol.6,hal.134-153.
Hasiara, La Ode. 2008. Eksekutif. Journal Of Business And Mana-gement. Vol. 5, (3) : 533-546.
IAI, Kompartemen Akuntan Publik. 2005. Standar Profesional Akun-tan Publik. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Yani, Ahmad.2005. Modul Pelatihan Pedoman Teknis Pelaksanaan Anggaran Daerah pada Tahun 2005. Diselenggarakan oleh Kerukunan Pensiunan Departemen Keuangan Pusat bekerja sama dengan Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Anggaran dan Perimbangan Keuangan BPKP di Samarinda.
Yowono. Sony, Utomo. Dwi Cahyo, Zein. H. Suheiry, A.R.Azrafiany. 2008. Memahami Anggaran Pendapatan dan Belanja Dae-rah, dan Permasa-lahannya. Panduang Pengelolaan Ke-uangan Daerah. Malang : Penerbit Bayu Media.
Kamal. Zainun. 2006. Ibn Taimiyah Versus Para Filosof : Polemik Logika. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawas-an Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggar-an Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Mardiasmo. 2002. Value for Money Audit dalam Pemeriksaan Ke-uangan Daerah Sebagai Upaya Memperkuat Akuntabilitas Publik, Makalah Seminar Strategi Pemeriksaan Keuangan Daerah yang Ekonomis, Efisien, dan Efektif dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Marshall, Ian. Zohar, Danah. 2006. Spiritual Capital : Memberda-yakan SQ di Dunia Bisnis. (Penerjemah: Mustofa Helmi). Bandung. Penerbit: PT Mizan Pustaka.
Mulyasa,E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karak-tersitik dan Implementasi. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikat Guru. Ban-dung : Penerbit PT Remaja Rosda Karya.
Nasution, S. 1996. Metde Penelitian Naturalistik-Kuantitatif. Pe-nerbit Tarsito. Bandung.
Nasution,S. 2003. Metde Penelitian Naturalistik-Kuantitatif. Pener-bit Tarsito. Ban-dung.
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Pener-bit Salemba Empat.
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta. Pe-nerbit Rineka cipta.
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2008. Bandung : Penerbit Fokus Media.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 Pinjaman Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Akuntansi Sektor Publik Bab IX
289
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah
Peraturan Pemerintah No. 110/2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD.
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.
Peraturan Pemerinath No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Ren-cana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lemba-ga;
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Peng-hapusan Piutang Negara/Daerah, sebagaimana telah di-ubah dengan PP No. 33/2006.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2005, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keungan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Ke-uangan BLU.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Dae-rah.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Perimbangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Ke-uangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penga-daan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerus-an Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Ba-rang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Ke-uangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Peraturan Peme-rintah tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Dae-rah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung- jawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerin-tahan Daerah Kepada Masyarakat.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang Investasi Peme-rintah.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerin-tah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupa-ten/Kota.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007, tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Perubahan Peratu-ran Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006. Bandung : Penerbit Fokusmedia.
290 Akuntansi Sektor Publik La Ode Hasiara
Pidarta, Made.2007.Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendi-dikan Bercorak Indonesia. Jakarta. Penerbit : Rineka Cipta.
Saleh, Abdul Rahman.2008. Psikologi, Suatu Pengentar dalam Perspektif Islam. Jakarta. Peenerbit Kencana Prenada Media Group.
Saragih Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi Daerah. Jakarta : Penerbit Ghalia Inodonesia.
Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah. 2007. Surat Edaran BAKD. Pedoman Sistem dan Prosedur Penata-usahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. Bandung : Penerbit Fokus Media.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Supriyadi, Gering. Guno Tri. 2003. Budaya Kerja Organisasi Peme-rintah : Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar Harapan
Subur, Jumadi. 2008. 99 Ideas for happy life. Bandung: Penerbit Zip Books.
Tim.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.
Tim. 2008. Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Pasca-sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.
Tim Rrima Pena.(2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Cita Media Press.
Waluyo.2007.Perpajakan Indonesia, pembahasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan dan aturan pelaksanaan perpajakan terbaru. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Repblik Indonesia No. 17 Tahun 2003 tentang Ke-uangan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2004 tentang Per-bendaharaan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembanguna Nasional.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah