-pbl-gondok

13
NAMA : KHOIRUN NISSA ANDIRA NPM : 1102010145 KELOMPOK : A-13 SKENARIO 2 GONDOK 1. Memahami dan menjelaskan anatomi kelenjar tiroid 1.1. Makro susunan letak kelenjar tiroid dan paratiroid Batas-batas lobus Anterolateral : M. sternohyoideus, venter superior m. omohyoideus, m. sternohyoideus, dan pinggir anterior m. sternocleidomastoideus.

Upload: doublejayd

Post on 24-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

-pbl-gondok

TRANSCRIPT

Page 1: -pbl-gondok

NAMA : KHOIRUN NISSA ANDIRA

NPM : 1102010145

KELOMPOK : A-13

SKENARIO 2

GONDOK

1. Memahami dan menjelaskan anatomi kelenjar tiroid

1.1. Makro susunan letak kelenjar tiroid dan paratiroid

Batas-batas lobus

Anterolateral : M. sternohyoideus, venter superior m. omohyoideus, m. sternohyoideus, dan

pinggir anterior m. sternocleidomastoideus.

Page 2: -pbl-gondok

Posterolateral : Selubung carotis dengan a. carotis communis, v. jugularis interna,

dan n. vagus.

Medial : Larynx, trachea, pharynx, dan oesophagus. Dekat dengan struktur-

struktur ini adalah m. cricothyroideus dan suplai sarafnya, n. laryngeus externus. Di alur antara

oesophagus dan trachea terdapat n. laryngeus recurrens.

Vaskularisasi Glandula Thyroidea

Arteri ke glandula thyroidea adalah:

A. thyroidea inferior, cabang dari a. carotis externa

thyroidea inferior, cabang dari truncus thyrocervicalis

A.thyroidea ima

Vena-vena dari glandula thyroidea adalah:

V. thyroidea superior, yang bermuara ke v. jugularis interna.

V. thyroidea media, yang bermuara ke v. jugularis interna.

V. thyroidea inferior

Aliran Limfe

ke lateral ke dalam nodi lymphoidei cervicalis profundi

Persarafan di Daerah Leher

n. laryngeus recurrensb dan truncus symphaticus.

1.2. Mikro hormon

Kelenjar tiroid terdiri dari 2 sel:

Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi suatu massa koloid. Sel

epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk kolumner katika folikel lebih aktif (seperti

perkembangan otot yang terus dilatih).

Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang berjauhan.

2. Memahami dan menjelaskan faal kelenjar tiroid

2.1. Fungsi

a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya

meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen

dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru

dan testes

b. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam

Page 3: -pbl-gondok

intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya

tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit

jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah

dilepaskan dari folikel kelenjar.

c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya

pertumbuhan saraf dan tulang

d. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin

e. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah

kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.

f. Merangsang pembentukan sel darah merah

g. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi

tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme

h. Bereaksi sebagai antagonis insulinTirokalsitonin mempunyai jaringan

sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum

dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang

mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar

kalsium serum yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin

dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang

pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan

sekresi gastrin di lambung.

2.2. Metabolisme

2.3. Efek primer

Efek Fisiologik Hormon Tiroid

pertumbuhan jaringan, pematangan otak, dan peningkatan produksi panas dan konsumsi oksigen

yang sebagian disebabkan oleh peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase.

Efek pada Perkembangan Janin

Efek pada Konsumsi Oksigen, Produksi panas, dan Pembentukan Radikal Bebas

Efek Kardiovaskular

Efek Simpatik

Efek Pulmonar

Efek Hematopoetik

Efek Gastrointestinal

Efek Skeletal

Efek Neuromuskular

Efek pada Lipid dan Metabolisme Karbohidrat

Efek Endokrin

Page 4: -pbl-gondok

2.4. Efek yodium dalam tiroid

Untuk pembentukan hormon tiroid yang normal, tubuh membutuhkan jumlah yodium yang cukup.

Bila yodium kurang, hormon ini tidak dapat diproduksi dalam julah cukup, sedangkan TSH terus

disekresikan sehingga kelanjar tiroid mengalami hiperplasia dan hipertrofi. Kelenjar yang

membesar dan terus terangsang ini dapat mengekstrasi residu yodida yang masih berada di

sirkulasi. Pada defisiensi yodium yang ringan sampai sedang, umumnya kelenjar tiroid dapat

memproduksi hormon dalam jumlah cukup, terutama T3. Tetapi bila defisiensi berat, akan terjadi

hipotiroidisme (pada orang dewasa) dan mungkin akan timbul kreatinisme.

Yodium yang dibutuhkan orang dewasa sekitar 1-2 mg/kgBB/hari. Di Amerika Serikat, kebutuhan

harian yodium untuk anak-anak adalah 40-120 mg/kgBB/hari, dewasa 150 mg, wanita hamil 220

mg dan wanita menyusui 270 mg. Makanan yang banyak mengandung yodium adalah makanan

yang berasal dari laut, sedangkan sayuran dan daging sedikit mengandung yodium.

2.5. Transport tiroid dalam darah

Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik dengan cepat berikatan

dengan beberapa protein plasma. Hanya sekitar 0,03% T4 dan 0,3% T3 yang berada dalam

keadaan bebas.

Dalam darah, hormon tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam bentuk ikatan non

kovalen. Tiga protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid :

a. TBG (thyroxine binding globuline) : globulin pengikat tiroksin, yang secara selektif mengikat

hormon tiroid. 55% dari T4 dan 65% dari T3 dalam sirkulasi.

b. Albumin : yang secara nonselektif mengikat banyak hormon lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan

35% dari T3.

c. Thyroxine binding prealbumin : suatu reinol binding protein, yang kadarnya lebih tinggi dari TGB

dan terutama mengikat T4 sebesar 35%.

T3 ikatannya sangat lemah dan mudah terlepas kembali, karenanya T3 mula kerjanya lebih cepat

dari T4, serta masa kerjanya lebih singkat dari T4.

Adanya ikatan hormon tiroid dengan protein plasma, menyebabkan tidak mudahnya hormon ini

dimetabolisme dan dieskresi, sehingga masa paruhnya cukup panjang.

Besarnya aktivitas biologik hormon tiroid ditentukan oleh jumlah hormon tiroid bebas dalam

plasma. Selama jumlah hormon tiroid bebas di plasma dalam batas normal, tidak akan timbul

gejala hipofungsi atau hiperfungsi tiroid.

Aktivitas metabolik hormon tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormon yang bebas. Karena afinitas

pengikatanya dengan protein plasma tinggi, makaadanya perubahan kadar protein plasma atau

afinitas ikatannya, akan mempengaruhi kadar total hormon dalam plasma.

2.6. Fisiologi hormon tiroid

TRH ( thyrotropin releasing hormon )

TRH disintesis di hipotalamus, dan disekresi ke sirkulasi portal hipotalamus-hipofisis, kemudian

bekerja pada reseptor tirotropin. Rangsangan reseptor ini menyebabkan sekresi TSH dari granul

sekretorisnya. TRH dan TSHdapat dihambat oleh somatotropin, dopamin, dan glukokortikoid.

TSH ( thyroid stimulating hormon )

TSH, hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah regulator fisiologis terpenting bagi sekresi

hormon tiroid.

Sel-sel tirotrop dari adenohipofisis mensekresi tirotropin atau TSH, yang merupakan hormon

glikoprotein. TSH disekresikan secara pulsatif dan bersifat sirkadian, kadarnya dalam sirkulasi

paling tinggi pada saat tidur malam hari. Sekresinya dibawah pengaruh TRH dari hipotalamus dan

kadar hormon tiroid yang bebas dalam sirkulasi.

Hampir semua langkah dalam pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH.

Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggungjawab untuk mempertahankan

integritas struktural kelenjar tiroid.

TSH dapat merangsang semua fase biosintesis dan proses sekresi hormon tiroid, mulai dari uptake

yodida dan organifikasinya sintesis hormon tiroid, endositosis dan akhirnya proteolisis koloid.

Semua efek diatas akan didahului oleh terikatnya TSH pada reseptornya di plasma membran sel-

sel kelenjar.

Page 5: -pbl-gondok

Efek TSH terhadap kelenjar tiroid :

Meningkatkan proteolisis tiroglobulin

Meningkatkan aktifitas pompa yodium

Meningkatkan iodinasi tirosin

Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid

Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid

Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid

Faktor yang diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan, dengan demikian, TSH dan hormon tiroid)

adalah pajanan dingin pada bayi, keadaan ini merupakan mekanisme yang sangat adaptif pada bayi

baru lahir.

Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid penghasil panas diperkirakan ikut berperan dalam

mempertahankan suhu tubuh dalam menghadapi penurunan mendadak suhu lingkungan pada saat

lahir, sewaktu bai berpindah dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang lebih dingin.

Berbagai jenis stress diketahui menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid melaui pengaruh saraf

pada hipotalamus.

Page 6: -pbl-gondok
Page 7: -pbl-gondok

2.7. Pengaruh hormon tiroid pada kelenjar / organ lain

Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi.

Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi,

mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat

(RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan

somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-

hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.

2.8. Sekresi dan feedback hormon tiroid

Page 8: -pbl-gondok

2.9. Biosintesis dan sekresi T3 dan T4 dan faktor yang mempengaruhi

Page 9: -pbl-gondok

2.10. Perubahan keadaan hipotiroid dan hipertiroid

a. Hipotiroid

Keadaan yang disebabkan oleh jumlah hormon tiroid yang tidak memenuhi kebutuhan semua

jaringan hidup.

Klasifikasi :

Primer : kelainan di kelenjar tiroid

Sekunder : kelainan di hipotalamus

Kongenital/didapat

Sporadis/endemis

1. Hipotiroid kongenital menetap

Primer: disgenesis (aplasia, hipoplasia, ektopik), dishormogenesis, iatrogenik (anak lahir dari

ibu yang mendapat terapi iodium radioaktif sehigga terjadi ablasia kelenjar tiroid janin)

Sekunder: kelainan perkembangan midbrain, defisiensi TSH, GH, atau ACTH

Resistensi jaringan terhadap tiroid

2. Hipotiroid kongenital sementara

Ibu mendapat terapi obat goitrogenik, iodium antiseptik akan melalui plasenta sehingga terjadi

gangguan sintesis hormon tiroid

Adanya antibodi anti tiroid dari ibu melalui plasenta

Defisiensi iodium

3. Hipotiroid didapat

Defisiensi iodium endemis

Penyakit tiroid autoimun

Respon jaringan terhadap hormon tiroid menurun

Obat goitrogenik

Setelah tiroidektomi atau radiasi

Penyakit sistemik: gangguan ginjal, sistinosis

Defisiensi TSH

Page 10: -pbl-gondok

b. Hipertiroid

Keadaan klinis yang menyebabkan hipersekresi kelenjar tiroid. Lebih banyak pada wanita.

Klasifikasi:

Penyakit grave anak

Penyakit grave neonatus

Etiologi :

Penyakit grave

Penyakit grave neonatus

Tiroiditis

Immune induced hyperthyroid

Neoplasma tiroid

Hipersekresi TSH

Patofisiologi :

Antibodi antitiroid termasuk antibodi terhadap reseptor TSH pada sel folikel keadaan yang

menyerupai hiperaktivitas TSH (hipertiroid, tiromegali).

Penyakit grave neonatus biasanya lahir dari ibu yang menderita penyakit grave antibodi

dari ibu melalui plasenta gangguan pada tiroid fetus hipersekresi hormon tiroid bayi.

2.11. Diagnosis kelainan pada kelenjar tiroid

3. Memahami dan menjelaskan nodule tiroid

3.1. Definisi

Adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan

glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.

Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat

mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid

terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea,

esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan

berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila

pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang

disertai kesulitan bernapas dan disfagia.

Page 11: -pbl-gondok

3.2. Patogenesis

Terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh

kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis

anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan.

TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar

(kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat

kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel

menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.

Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa

hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses

peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu

tumor atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya

thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma

non toksik (struma endemik).

3.3. Diagnosis dan pemeriksaan

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi

duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan

atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk

(diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada

permukaan pembengkakan.

Palpasi

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi

fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari

kedua tangan pada tengkuk penderita.

c. Pemeriksaan penunjang ( lab, USG, sidik tiroid, BAJAH )

Tes Fungsi Hormon

Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid untuk

mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur

dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang

secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.

Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada

pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan

autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga

memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur

kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.

Foto Rontgen leher

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat trakea

(jalan nafas).

Ultrasonografi (USG)

Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar TV.

USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang

mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis

dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.

Sidikan (Scan) tiroid

Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m dan

yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di

bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan

radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian

tiroid.

Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum

tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian

Page 12: -pbl-gondok

pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat.

Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif

palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.

3.4. Diagnosis banding

Struma difus toksik

Struma nodosa non toksik

Tiroiditis sub akut

Tiroiditis riedel

Struma hashimoto

Adenoma paratiroid

Karsinoma paratiroid

Metastasis tumor

Teratoma

Limfoma maligna

3.5. Terapi farmako hormon tiroid

Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa pertumbuhan

sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah

mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang

terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan

saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.

LEVOTIROKSIN

Pemberian levotiroksin pada nodul soliter dapat mensupresi TSH serum, diharapkan nodul tidak

akan membesar lagi dan ukurannya berkurang. Keberhasilan ini dapat dilihat dengan dengan

pemeriksaan kadar TSH serum dan radioisotop scanning. Bila TSH telah menurun, dilakukan

scanning ulangan (suppresion scan), dan bila ternyata ukuran nodul tidak berubah, levotiroksin

harus dihentikan.

Pada nodul yang dapat mengecil dengan terapi levotiroksin, terapi dapat dilanjutkan. Bila setelah

6-12 bulan terapi ukuran nodul menetap, obat harus dihentikan, dan diobservasi apakah bertambah

besar lagi. Bila nodul bertambah besar, harus dilakukan biopsi, bila perlu operasi.

3.6. Terapi bedah pada hormon tiroid ( indikasi dan resiko )

Operasi/Pembedahan

Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan dengan

yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau

mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid.

Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah

atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik

atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid

yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui

keadaan fungsi tiroid.

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan tidak perlu

pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat

tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam

jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4

minggu setelah tindakan pembedahan.

Yodium Radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga

menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium radioaktif

dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar

tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak

meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik.Yodium radioaktif diberikan dalam

bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan

empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.

1. Selama operasi pengangkatan kelenjar thyroid (thyroidectomy) :

• Arteri thyroidea superior diligasi dekat dengan kelenjar untuk mencegah cedera N. Laryngeus

externa yang berjalan bersama-sama denagn arteri tersebut.

Page 13: -pbl-gondok

• Arteri thyroidea inferior diligasi jauh dari kelenjar untuk menghindari cedera N. Laryngeus

recurrent yang berdekatan letaknya. bila dekat dengan kelenjar. Syaraf ini berjalan di depan/

belakang atau di antara cabang-cabang arteri tersebut.

• Ligasi juga dilakukan pada pembuluh darah yang terletak di antara kedua lapisan capsul untuk

mencegah perdarahan massif.

• Saat pengangkatan kelenjar lig. Suspensorium Berry harus dipotong agar kelenjar dapat

dimobilisasi dengan mudah.

2. Kelenjar thyroid bergerak saat menelan, hal ini dikarenakan adanya false capsule (yang berasal

dari lamina pretracheal) yang membentuk lig. Suspensorium Berry menambatkan kelenjar ini ke

cartilage cricoid. Informasi ini penting untuk menunjukkan terdapatnya pembengkakan pada

kelenjar thyroid bila pada proses menelan massa turut bergerak.

3. Pertumbuhan kelenjar thyroid condong kearah belakang sehingga dapat menyebabkan

penekanan pada trachea.

4. Selama operasi thyroidectomy partial sebaiknya bagian posterior kelenjar tidak diangkat untuk

menghindari terangkatnya kel. Parathyroid.

5. Selama pembesaran thyroid bisa terjadi gangguan pada jantung. Secara anatomi lamina

pretracheal yang membentuk outer false capsule bersambung dengan pericardium fibrosa.

Sehingga jika terjadi pembesaran kelenjar lamina pretracheal akan teregang/ tertarik yang

berakibat tertariknya pericardium fibrosa.

4. Memahami dan menjelaskan kecemasan dalam menghadapi operasi menurut Islam