-pbl-gondok
DESCRIPTION
-pbl-gondokTRANSCRIPT
![Page 1: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/1.jpg)
NAMA : KHOIRUN NISSA ANDIRA
NPM : 1102010145
KELOMPOK : A-13
SKENARIO 2
GONDOK
1. Memahami dan menjelaskan anatomi kelenjar tiroid
1.1. Makro susunan letak kelenjar tiroid dan paratiroid
Batas-batas lobus
Anterolateral : M. sternohyoideus, venter superior m. omohyoideus, m. sternohyoideus, dan
pinggir anterior m. sternocleidomastoideus.
![Page 2: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/2.jpg)
Posterolateral : Selubung carotis dengan a. carotis communis, v. jugularis interna,
dan n. vagus.
Medial : Larynx, trachea, pharynx, dan oesophagus. Dekat dengan struktur-
struktur ini adalah m. cricothyroideus dan suplai sarafnya, n. laryngeus externus. Di alur antara
oesophagus dan trachea terdapat n. laryngeus recurrens.
Vaskularisasi Glandula Thyroidea
Arteri ke glandula thyroidea adalah:
A. thyroidea inferior, cabang dari a. carotis externa
thyroidea inferior, cabang dari truncus thyrocervicalis
A.thyroidea ima
Vena-vena dari glandula thyroidea adalah:
V. thyroidea superior, yang bermuara ke v. jugularis interna.
V. thyroidea media, yang bermuara ke v. jugularis interna.
V. thyroidea inferior
Aliran Limfe
ke lateral ke dalam nodi lymphoidei cervicalis profundi
Persarafan di Daerah Leher
n. laryngeus recurrensb dan truncus symphaticus.
1.2. Mikro hormon
Kelenjar tiroid terdiri dari 2 sel:
Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi suatu massa koloid. Sel
epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk kolumner katika folikel lebih aktif (seperti
perkembangan otot yang terus dilatih).
Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang berjauhan.
2. Memahami dan menjelaskan faal kelenjar tiroid
2.1. Fungsi
a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya
meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen
dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru
dan testes
b. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
![Page 3: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/3.jpg)
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya
tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit
jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah
dilepaskan dari folikel kelenjar.
c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
d. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
f. Merangsang pembentukan sel darah merah
g. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi
tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme
h. Bereaksi sebagai antagonis insulinTirokalsitonin mempunyai jaringan
sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum
dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar
kalsium serum yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin
dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang
pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.
2.2. Metabolisme
2.3. Efek primer
Efek Fisiologik Hormon Tiroid
pertumbuhan jaringan, pematangan otak, dan peningkatan produksi panas dan konsumsi oksigen
yang sebagian disebabkan oleh peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase.
Efek pada Perkembangan Janin
Efek pada Konsumsi Oksigen, Produksi panas, dan Pembentukan Radikal Bebas
Efek Kardiovaskular
Efek Simpatik
Efek Pulmonar
Efek Hematopoetik
Efek Gastrointestinal
Efek Skeletal
Efek Neuromuskular
Efek pada Lipid dan Metabolisme Karbohidrat
Efek Endokrin
![Page 4: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/4.jpg)
2.4. Efek yodium dalam tiroid
Untuk pembentukan hormon tiroid yang normal, tubuh membutuhkan jumlah yodium yang cukup.
Bila yodium kurang, hormon ini tidak dapat diproduksi dalam julah cukup, sedangkan TSH terus
disekresikan sehingga kelanjar tiroid mengalami hiperplasia dan hipertrofi. Kelenjar yang
membesar dan terus terangsang ini dapat mengekstrasi residu yodida yang masih berada di
sirkulasi. Pada defisiensi yodium yang ringan sampai sedang, umumnya kelenjar tiroid dapat
memproduksi hormon dalam jumlah cukup, terutama T3. Tetapi bila defisiensi berat, akan terjadi
hipotiroidisme (pada orang dewasa) dan mungkin akan timbul kreatinisme.
Yodium yang dibutuhkan orang dewasa sekitar 1-2 mg/kgBB/hari. Di Amerika Serikat, kebutuhan
harian yodium untuk anak-anak adalah 40-120 mg/kgBB/hari, dewasa 150 mg, wanita hamil 220
mg dan wanita menyusui 270 mg. Makanan yang banyak mengandung yodium adalah makanan
yang berasal dari laut, sedangkan sayuran dan daging sedikit mengandung yodium.
2.5. Transport tiroid dalam darah
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik dengan cepat berikatan
dengan beberapa protein plasma. Hanya sekitar 0,03% T4 dan 0,3% T3 yang berada dalam
keadaan bebas.
Dalam darah, hormon tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam bentuk ikatan non
kovalen. Tiga protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid :
a. TBG (thyroxine binding globuline) : globulin pengikat tiroksin, yang secara selektif mengikat
hormon tiroid. 55% dari T4 dan 65% dari T3 dalam sirkulasi.
b. Albumin : yang secara nonselektif mengikat banyak hormon lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan
35% dari T3.
c. Thyroxine binding prealbumin : suatu reinol binding protein, yang kadarnya lebih tinggi dari TGB
dan terutama mengikat T4 sebesar 35%.
T3 ikatannya sangat lemah dan mudah terlepas kembali, karenanya T3 mula kerjanya lebih cepat
dari T4, serta masa kerjanya lebih singkat dari T4.
Adanya ikatan hormon tiroid dengan protein plasma, menyebabkan tidak mudahnya hormon ini
dimetabolisme dan dieskresi, sehingga masa paruhnya cukup panjang.
Besarnya aktivitas biologik hormon tiroid ditentukan oleh jumlah hormon tiroid bebas dalam
plasma. Selama jumlah hormon tiroid bebas di plasma dalam batas normal, tidak akan timbul
gejala hipofungsi atau hiperfungsi tiroid.
Aktivitas metabolik hormon tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormon yang bebas. Karena afinitas
pengikatanya dengan protein plasma tinggi, makaadanya perubahan kadar protein plasma atau
afinitas ikatannya, akan mempengaruhi kadar total hormon dalam plasma.
2.6. Fisiologi hormon tiroid
TRH ( thyrotropin releasing hormon )
TRH disintesis di hipotalamus, dan disekresi ke sirkulasi portal hipotalamus-hipofisis, kemudian
bekerja pada reseptor tirotropin. Rangsangan reseptor ini menyebabkan sekresi TSH dari granul
sekretorisnya. TRH dan TSHdapat dihambat oleh somatotropin, dopamin, dan glukokortikoid.
TSH ( thyroid stimulating hormon )
TSH, hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah regulator fisiologis terpenting bagi sekresi
hormon tiroid.
Sel-sel tirotrop dari adenohipofisis mensekresi tirotropin atau TSH, yang merupakan hormon
glikoprotein. TSH disekresikan secara pulsatif dan bersifat sirkadian, kadarnya dalam sirkulasi
paling tinggi pada saat tidur malam hari. Sekresinya dibawah pengaruh TRH dari hipotalamus dan
kadar hormon tiroid yang bebas dalam sirkulasi.
Hampir semua langkah dalam pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH.
Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggungjawab untuk mempertahankan
integritas struktural kelenjar tiroid.
TSH dapat merangsang semua fase biosintesis dan proses sekresi hormon tiroid, mulai dari uptake
yodida dan organifikasinya sintesis hormon tiroid, endositosis dan akhirnya proteolisis koloid.
Semua efek diatas akan didahului oleh terikatnya TSH pada reseptornya di plasma membran sel-
sel kelenjar.
![Page 5: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/5.jpg)
Efek TSH terhadap kelenjar tiroid :
Meningkatkan proteolisis tiroglobulin
Meningkatkan aktifitas pompa yodium
Meningkatkan iodinasi tirosin
Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid
Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid
Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid
Faktor yang diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan, dengan demikian, TSH dan hormon tiroid)
adalah pajanan dingin pada bayi, keadaan ini merupakan mekanisme yang sangat adaptif pada bayi
baru lahir.
Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid penghasil panas diperkirakan ikut berperan dalam
mempertahankan suhu tubuh dalam menghadapi penurunan mendadak suhu lingkungan pada saat
lahir, sewaktu bai berpindah dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang lebih dingin.
Berbagai jenis stress diketahui menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid melaui pengaruh saraf
pada hipotalamus.
![Page 6: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/6.jpg)
![Page 7: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/7.jpg)
2.7. Pengaruh hormon tiroid pada kelenjar / organ lain
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi.
Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi,
mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat
(RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan
somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-
hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.
2.8. Sekresi dan feedback hormon tiroid
![Page 8: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/8.jpg)
2.9. Biosintesis dan sekresi T3 dan T4 dan faktor yang mempengaruhi
![Page 9: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/9.jpg)
2.10. Perubahan keadaan hipotiroid dan hipertiroid
a. Hipotiroid
Keadaan yang disebabkan oleh jumlah hormon tiroid yang tidak memenuhi kebutuhan semua
jaringan hidup.
Klasifikasi :
Primer : kelainan di kelenjar tiroid
Sekunder : kelainan di hipotalamus
Kongenital/didapat
Sporadis/endemis
1. Hipotiroid kongenital menetap
Primer: disgenesis (aplasia, hipoplasia, ektopik), dishormogenesis, iatrogenik (anak lahir dari
ibu yang mendapat terapi iodium radioaktif sehigga terjadi ablasia kelenjar tiroid janin)
Sekunder: kelainan perkembangan midbrain, defisiensi TSH, GH, atau ACTH
Resistensi jaringan terhadap tiroid
2. Hipotiroid kongenital sementara
Ibu mendapat terapi obat goitrogenik, iodium antiseptik akan melalui plasenta sehingga terjadi
gangguan sintesis hormon tiroid
Adanya antibodi anti tiroid dari ibu melalui plasenta
Defisiensi iodium
3. Hipotiroid didapat
Defisiensi iodium endemis
Penyakit tiroid autoimun
Respon jaringan terhadap hormon tiroid menurun
Obat goitrogenik
Setelah tiroidektomi atau radiasi
Penyakit sistemik: gangguan ginjal, sistinosis
Defisiensi TSH
![Page 10: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/10.jpg)
b. Hipertiroid
Keadaan klinis yang menyebabkan hipersekresi kelenjar tiroid. Lebih banyak pada wanita.
Klasifikasi:
Penyakit grave anak
Penyakit grave neonatus
Etiologi :
Penyakit grave
Penyakit grave neonatus
Tiroiditis
Immune induced hyperthyroid
Neoplasma tiroid
Hipersekresi TSH
Patofisiologi :
Antibodi antitiroid termasuk antibodi terhadap reseptor TSH pada sel folikel keadaan yang
menyerupai hiperaktivitas TSH (hipertiroid, tiromegali).
Penyakit grave neonatus biasanya lahir dari ibu yang menderita penyakit grave antibodi
dari ibu melalui plasenta gangguan pada tiroid fetus hipersekresi hormon tiroid bayi.
2.11. Diagnosis kelainan pada kelenjar tiroid
3. Memahami dan menjelaskan nodule tiroid
3.1. Definisi
Adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid
terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea,
esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila
pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang
disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
![Page 11: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/11.jpg)
3.2. Patogenesis
Terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis
anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan.
TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar
(kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat
kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel
menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.
Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses
peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu
tumor atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma
non toksik (struma endemik).
3.3. Diagnosis dan pemeriksaan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi
duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan
atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk
(diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada
permukaan pembengkakan.
Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi
fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari
kedua tangan pada tengkuk penderita.
c. Pemeriksaan penunjang ( lab, USG, sidik tiroid, BAJAH )
Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid untuk
mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur
dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang
secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada
pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan
autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga
memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur
kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat trakea
(jalan nafas).
Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar TV.
USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang
mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis
dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m dan
yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di
bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan
radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian
tiroid.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum
tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian
![Page 12: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/12.jpg)
pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat.
Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif
palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.
3.4. Diagnosis banding
Struma difus toksik
Struma nodosa non toksik
Tiroiditis sub akut
Tiroiditis riedel
Struma hashimoto
Adenoma paratiroid
Karsinoma paratiroid
Metastasis tumor
Teratoma
Limfoma maligna
3.5. Terapi farmako hormon tiroid
Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa pertumbuhan
sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah
mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang
terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan
saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
LEVOTIROKSIN
Pemberian levotiroksin pada nodul soliter dapat mensupresi TSH serum, diharapkan nodul tidak
akan membesar lagi dan ukurannya berkurang. Keberhasilan ini dapat dilihat dengan dengan
pemeriksaan kadar TSH serum dan radioisotop scanning. Bila TSH telah menurun, dilakukan
scanning ulangan (suppresion scan), dan bila ternyata ukuran nodul tidak berubah, levotiroksin
harus dihentikan.
Pada nodul yang dapat mengecil dengan terapi levotiroksin, terapi dapat dilanjutkan. Bila setelah
6-12 bulan terapi ukuran nodul menetap, obat harus dihentikan, dan diobservasi apakah bertambah
besar lagi. Bila nodul bertambah besar, harus dilakukan biopsi, bila perlu operasi.
3.6. Terapi bedah pada hormon tiroid ( indikasi dan resiko )
Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan dengan
yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau
mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid.
Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah
atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik
atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid
yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui
keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan tidak perlu
pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat
tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam
jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4
minggu setelah tindakan pembedahan.
Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga
menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium radioaktif
dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar
tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik.Yodium radioaktif diberikan dalam
bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan
empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.
1. Selama operasi pengangkatan kelenjar thyroid (thyroidectomy) :
• Arteri thyroidea superior diligasi dekat dengan kelenjar untuk mencegah cedera N. Laryngeus
externa yang berjalan bersama-sama denagn arteri tersebut.
![Page 13: -pbl-gondok](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042820/55cf9ab1550346d033a2ee7f/html5/thumbnails/13.jpg)
• Arteri thyroidea inferior diligasi jauh dari kelenjar untuk menghindari cedera N. Laryngeus
recurrent yang berdekatan letaknya. bila dekat dengan kelenjar. Syaraf ini berjalan di depan/
belakang atau di antara cabang-cabang arteri tersebut.
• Ligasi juga dilakukan pada pembuluh darah yang terletak di antara kedua lapisan capsul untuk
mencegah perdarahan massif.
• Saat pengangkatan kelenjar lig. Suspensorium Berry harus dipotong agar kelenjar dapat
dimobilisasi dengan mudah.
2. Kelenjar thyroid bergerak saat menelan, hal ini dikarenakan adanya false capsule (yang berasal
dari lamina pretracheal) yang membentuk lig. Suspensorium Berry menambatkan kelenjar ini ke
cartilage cricoid. Informasi ini penting untuk menunjukkan terdapatnya pembengkakan pada
kelenjar thyroid bila pada proses menelan massa turut bergerak.
3. Pertumbuhan kelenjar thyroid condong kearah belakang sehingga dapat menyebabkan
penekanan pada trachea.
4. Selama operasi thyroidectomy partial sebaiknya bagian posterior kelenjar tidak diangkat untuk
menghindari terangkatnya kel. Parathyroid.
5. Selama pembesaran thyroid bisa terjadi gangguan pada jantung. Secara anatomi lamina
pretracheal yang membentuk outer false capsule bersambung dengan pericardium fibrosa.
Sehingga jika terjadi pembesaran kelenjar lamina pretracheal akan teregang/ tertarik yang
berakibat tertariknya pericardium fibrosa.
4. Memahami dan menjelaskan kecemasan dalam menghadapi operasi menurut Islam