digilib.uns.ac.id/studi-eks...digilib.uns.ac.id
TRANSCRIPT
1
1
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI
KETEBALAN TURBULATOR ( TIPE STRAIGHT TAPE STRIP )
TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS
PADA ALIRAN SILANG SUSUNAN SILINDER STAGGERED
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Oleh :
DARMAWAN NIM. I 1407502
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
v
v
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI KETEBALAN
TURBULATOR ( TIPE STRAIGHT TAPE STRIP ) TERHADAP
KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA ALIRAN SILANG
SUSUNAN SILINDER STAGGERED
Disusun Oleh
Darmawan NIM. I 1407502
Dosen Pembimbing I
Syamsul Hadi, ST. MT. NIP. 132 206 655
Dosen Pembimbing II
Budi Kristiawan, ST. MT. NIP. 132 233 154
Telah dipertahankan di depan Tim Dosen Penguji pada hari Senin tanggal 29 Juni 2009.
1. Ir. Santoso, M. Eng, Sc. NIP. 130 892 718 ........................................
2. Eko Prasetya Budiyana, ST. MT. NIP. 132 230 849 ........................................
3. Wibawa Endra Juwana, ST. MT. NIP. 132 258 059 ........................................
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Dody Ariawan, ST. MT. NIP. 132 230 848
Koordinator Tugas Akhir
Syamsul Hadi, ST. MT. NIP. 132 206 655
vi
vi
PENGHARGAAN
ALLAH SWT
Terima kasih atas segala Kenikmatan
yang telah Engkau limpahkan kepadaku
Bapak & Ibu tersayang
Untuk cinta dan kasih sayang tak bertepi
yang kalian berikan di setiap hari-hariku
kakakku
Untuk doa dan dukungan
yang telah kau berikan
Bpk. Syamsul Hadi, ST., MT.
Untuk bimbingan dan kesabarannya
Bpk. Budi Kristiawan, ST., MT.
Untuk bimbingan dan kesabarannya
vii
vii
MOTTO
“Berbuatlah yang terbaik untuk setiap detiknya Dan tak perlu kau pikirkan esok akan jadi apa”
”Ujilah batas kemampuan diri dan pastikan untuk selalu mendekatinya”
“marah lebih baik dari pada putus asa”
“tua sudah biasa tetapi dewasa adalah pilihan”
viii
viii
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI KETEBALAN
TURBULATOR ( TIPE STRAIGHT TAPE STRIP ) TERHADAP
KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA ALIRAN SILANG
SUSUNAN SILINDER STAGGERED
DARMAWAN
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan studi eksperimental tentang
pengaruh variasi ketebalan turbulator tipe pita lurus terhadap koefisien
perpindahan panas konveksi, angka Nusselt dan penurunan tekanan pada susunan
silinder staggered dengan arah aliran secara melintang.
Bahan yang digunakan adalah pipa tembaga f 7/8 inci, dengan aliran air
panas bertemperatur ± 60oC. Material turbulator adalah sheet mika dengan
panjang 150 mm dan lebar 5 mm, variasi ketebalan turbulator adalah 3,3 mm, 2,6
mm, 1,9 mm, 1,2 mm, 0,5 mm dan tanpa turbulator. Pemasangan turbulator
dilakukan secara simetris pada sudut 70o terhadap arah aliran. Pengujian
menggunakan Multi Purpose Air Duct dengan variasi kecepatan udara 1,0 m/s, 1,5
m/s, 2,0 m/s dan 2,5 m/s.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketebalan turbulator 0.5 mm
memberikan peningkatan koefisien perpindahan panas konveksi terbaik untuk
semua variasi kecepatan udara yaitu sebesar 299,86 W/m2.K, 449,82 W/m2.K,
599,92 W/m2.K dan 749,50 W/m2.K dengan prosentase peningkatan koefisien
perpindahan panas konveksi sebesar 16,64 %, 16,80 %, 16,99 % dan 17,01 %
terhadap variasi tanpa turbulator. Juga memberikan peningkatan angka Nusselt
terbaik dengan perumusan empirik adalah 9825.0998.0 PrRe02.0=Nu yaitu sebesar
242,05, 363,58, 484,83 dan 606,01 dengan prosentase peningkatan angka Nusselt
sebesar 16,78 %, 16,95 %, 17,02 % dan 17,01 % terhadap variasi tanpa
turbulator. Dan juga memberikan penurunan tekanan terkecil yaitu sebesar 4,87
Pa, 9,74 Pa, 19,47 Pa dan 30,83 Pa, dengan prosentase peningkatan penurunan
tekanan sebesar 25 %, 20 %, 20 % dan 11,8 % terhadap variasi tanpa turbulator.
Kata kunci : turbulator, tipe pita lurus, susunan selang-seling, aliran silang,
koefisien perpindahan panas konveksi, angka Nusselt, penurunan
tekanan
EXPERIMENTAL STUDY OF THE EFFECT OF VARIOUS THICKNESS
TURBULATOR ( TIPE STRAIGHT TAPE STRIP ) ON THE HEAT
TRANSFER CHARACTERISTICS IN CROSS FLOW OVER STAGGERED
TUBE BUNDLE
DARMAWAN
ABSTRACT
The purpose of this research was to know the effect of various thickness
turbulator ( type straight tape strip ) to the convection heat transfer coefficient,
Nusselt number and pressure drop in cross flow over staggered tube bundle.
The material of the cylinder was copper pipe diameter 7/8 inch, were hot
water current temperature ± 60oC. The material of turbulator was made from
mica, it were 150 mm length and 5 mm wide, with the various thickness of
turbulator were 3.3 mm, 2.6 mm, 1.9 mm, 1.2 mm, 0.5 mm and various without
turbulator. It was applied at angle of 70o symmetrically to the flow direction. The
research used multi purpose air duct at 1.0 m/s, 1.5 m/s, 2.0 m/s and 2.5 m/s.
The results showed that at turbulator 0.5 mm thickness had the best
convection heat transfer coefficient for all various air velocity, it were 299,86
W/m2.K, 449,82 W/m2.K, 599,92 W/m2.K and 749,50 W/m2.K respectively, with
percentage of enhancement were 16,64 %, 16,80 %, 16,99 % and 17,01 % in
comparison without addition of turbulator. Also had the best Nusselt number
value, which empirical correlation obtained was 9825.0998.0 PrRe02.0=Nu , it were
242,05, 363,58, 484,83 and 606,01 respectively, with percentage of enhancement
were 16,78 %, 16,95 %, 17,02 % and 17,01 % in comparison without addition of
turbulator. As well as provided smallest pressure drop, it were 4,87 Pa, 9,74 Pa,
19,47 Pa and 30,83 Pa respectively, with percentage of enhancement were 25 %,
20 %, 20 % and 11,8 % in comparison without addition of turbulator.
Keywords : turbulator, straight tape strip, staggered tube, cross flow, convection
heat transfer coefficient, Nusselt number, pressure drop
2
KATA PENGANTAR
Alkhamdulillaah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Studi Eksperimental Pengaruh Variasi
Ketebalan Turbulator (tipe Straight Tape Strip) Terhadap Karakteristik
Perpindahan Panas Pada Aliran Silang Susunan Silinder Staggered ” Sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, doa, dukungan dan semangat, baik moril maupun materiil
kepada :
1. Bapak Dody Ariawan, ST. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin UNS.
2. Bapak Syamsul Hadi, ST. MT. selaku Pembimbing I tugas akhir, atas
bimbingan, nasehat, kesabaran dan ilmu pengetahuan yang diajarkannya.
3. Bapak Budi Kristiawan, ST. MT. selaku Pembimbing II tugas akhir, atas
bimbingan, kesabaran, nasehat dan ilmu pengetahuan yang diajarkannya.
4. Bapak Budi Santoso, ST. MT. selaku Pembimbing Akademik 1, atas saran dan
nasehatnya selama ini.
5. Bapak Heru Sukanto, ST. MT. selaku Pembimbing Akademik 2, atas saran
dan nasehatnya.
6. Bapak-bapak dosen dan staf karyawan di lingkungan Teknik Mesin UNS, atas
didikan, nasehat, dan ilmu yang diajarkan.
7. Bapak dan Ibu, yang selalu mencintai, menyayangi, memperhatikan,
melindungi, dan membimbingku dengan penuh kesabaran, keikhlasan,
pengertian, pengorbanan dan selalu memenuhi kebutuhanku. Takkan pernah
habis kata tuk haturkan terima kasih banyak.
3
8. Teman-teman seangkatan Ferry, Dedy, Akhyar, Hendro, Fendi, Mujanto,
Petrus, Henry, Sugiono, Sunaris dan juga temen –temen seperjuangan dilab
Perpan, Eko, Adit, Safik, Mahmudin, Apras.
9. Teman-teman yang senantiasa memberi semangat untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
10. Semua pihak yang belum sempat disebutkan, yang telah membantu penelitian
dan penyusunan laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari akan masih banyaknya kekurangan dalam penulisan
laporan Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berharap akan adanya kritik,
saran, maupun masukkan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan
Skripsi ini.
Semoga laporan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii Penghargaan ..................................................................................................... iii Motto ................................................................................................................ iv Abstrak ............................................................................................................ v Kata Pengantar ................................................................................................ vii Daftar isi .......................................................................................................... ix Daftar Tabel ..................................................................................................... xii Daftar Gambar ................................................................................................. xiii Daftar Notasi .................................................................................................... xiv Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 2 1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 2 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 3 1.5 Sistematika Penulisan .................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4 2.2 Lapis Batas (Boundary layer)......................................................... 6 2.3 Angka Reynolds ............................................................................. 8 2.4 Separasi ......................................................................................... 8 2.5 Reattachment ................................................................................. 10 2.6 Turbulator ...................................................................................... 11 2.7 Karakteristik aliran melintasi staggered tube bundle secara
cross flow ....................................................................................... 11 2.8 Penukar Kalor ................................................................................ 13 2.9 Kalibrasi ........................................................................................ 15 2.10 Perpindahan Panas ......................................................................... 16 2.11 Kajian Eksperimental Karakteristik Perpindahan Panas ............... 17
2.11.1 Persamaan Untuk Variasi Tanpa Turbulator ..................... 17 2.11.1.1 Metode Pengukuran Temperatur Dinding .......... 17 2.11.1.2 Metode Koefisien Pemisah .................................. 19
2.11.2 Persamaan Untuk Variasi Ketebalan Turbulator ................ 22 2.11.2.1 Metode Pengukuran Temperatur Dinding ............ 22 2.11.2.2 Metode Koefisien Pemisah ................................... 23
2.11.3 Perumusan Empirik ............................................................. 25
5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian ............................................................................... 26
3.1.1 Multi Purpose Air Duct (MPAD) ........................................ 26 3.1.2 Pemanas Air (boiler) ............................................................ 26 3.1.3 Automatic Thermo-Controller .............................................. 26 3.1.4 Pompa Air ............................................................................. 27 3.1.5 Rotometer .......................................................................... 27 3.1.6 Instrumentasi dan Alat Ukur Temperatur.............................. 27 3.1.7 Anemometer Digital .............................................................. 27 3.1.8 Manometer miring ................................................................ 27 3.1.9 Stopwatch ............................................................................ 27
3.2 Bahan Penelitian ........................................................................... 28 3.2.1 PipaTembaga ....................................................................... 28 3.2.2 Akrilik .................................................................................. 28 3.2.3 Sheet Mika ............................................................................ 28 3.2.4 Gabus .................................................................................. 28 3.2.5 Seksi Uji .............................................................................. 28
3.3 Skema Susunan Pipa Pada Seksi Uji ............................................. 29 3.4 Skema Pemasangan Turbulator ...................................................... 29 3.5 Pemasangan Thermokopel ............................................................. 30 3.6 Skema Prinsip Kerja Alat Uji ......................................................... 30 3.7 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 31 3.8 Alur Penelitian ............................................................................... 32 3.9 Prosedur Dalam Pelaksanaan Penelitian ........................................ 33
BAB IV ANALISA DATA
4.1 Kalibrasi ............................................................................. 34 4.2 Perhitungan Eksperimental ............................................................. 36
4.2.1 Perhitungan Pada Variasi Tanpa Turbulator ......................... 36 4.2.1.1 Metode Pengukuran Temperatur Dinding ............... 37 4.2.1.2 Metode Koefisien Pemisah ...................................... 40
4.2.2 Perhitungan Pada Variasi Ketebalan Turbulator 0.5 mm ..... 41 4.2.2.1 Metode Pengukuran Temperatur Dinding ............... 42 4.2.2.2 Metode Koefisien Pemisah ...................................... 45
4.2.3 Perhitungan Empirik ............................................................. 48 4.3 Analisa Hasil Percobaan ................................................................. 52
4.3.1 Pengaruh Variasi Ketebalan Turbulator Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Konveksi ................................................ 52
4.3.2 Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Konveksi ................................................ 54
4.3.3 Pengaruh Variasi Ketebalan Turbulator Terhadap Angka Nusselt ...................................................................... 56
4.3.4 Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Angka Nusselt ..................................................................... 58
4.3.5 Pengaruh Variasi Ketebalan Turbulator Dan Variasi Kecepatan Udara Terhadap Penurunan Tekanan ................. 59
6
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 61 5.2 Saran .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. .... xvii LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas, Angka
Nusselt Dan Pressure Drop ............................................................ 47
Tabel 4.2 Data-data Untuk Perhitungan Perumusan Empirik Angka
Nusselt Variasi Tanpa Turbulator ................................................... 49
Tabel 4.3 Data-data Untuk Perhitungan Perumusan Empirik Angka
Nusselt Dengan Variasi Ketebalan Turbulator ................................ 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Nusselt number dan Heat transfer coefficient terhadap Re (Pethkool Somsak, dkk, 2006) .................................................. 4 Gambar 2.2 Perpindahan panas dan pressure drop pada circulat tube
(Hussein M Fahmy, dkk, 1989) .............................................. 5 Gambar 2.3 Karakteristik lapis batas (Munson, B.R., dkk., 2002) .............. 6 Gambar 2.4 Profil suhu lapis batas thermal (Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996) ............................... 7 Gambar 2.5 Karakteristik aliran melewati silinder (Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996) ............................... 9 Gambar 2.6 Profil kecepatan aliran melewati silinder (Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996) ............................... 9 Gambar 2.7 Pengaruh turbulensi terhadap titik separation (Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996) ............................... 10 Gambar 2.8 Bubble separation aliran laminar dengan reattachment aliran
turbulent (Cesini, G., dkk, 2001) ............................................. 10 Gambar 2.9 Pola aliran pada berkas pipa staggered
7
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996) ............................... 11 Gambar 2.10 Jenis-jenis penukar kalor aliran silang (Holman, J. P., 1994) ............................................................... 14 Gambar 3.1 Multi purpose air duct ............................................................. 26 Gambar 3.2 Instrumentasi dan alat pengukur temperatur ............................ 27 Gambar 3.3 Turbulator ............................................................................... 28 Gambar 3.4 Gabus ........................................................................................ 28 Gambar 3.5 Seksi uji .................................................................................... 28 Gambar 3.6 Skema susunan pipa pada seksi uji ........................................... 29 Gambar 3.7 Skema pemasangan turbulator .................................................. 29 Gambar 3.8 Gambar pemasangan thermokopel ............................................ 30 Gambar 3.9 Skema prinsip kerja alat uji ....................................................... 30 Gambar 3.10 Skema alat uji ........................................................................... 31 Gambar 4.1 Grafik koefisien perpindahan panas konveksi vs variasi ketebalan turbulator .................................................................. 52 Gambar 4.2 Grafik koefisien perpindahan panas konveksi vs angka Reynolds .................................................................................... 54 Gambar 4.3 Grafik angka Nusselt empirik vs variasi ketebalan turbulator... 56 Gambar 4.4 Grafik angka Nusselt empirik vs angka Reynolds .................... 58 Gambar 4.5 Grafik pressure drop vs angka Reynolds ................................. 59
DAFTAR NOTASI
A luas penampang duct (m2) α diffusivitas thermal (m2/s) ai luas sisi dalam pipa (m2) ao luas sisi luar pipa (m2) Cp panas jenis fluida (kJ/kgoK) Di diameter dalam pipa (m) Do diameter luar pipa (m)
hD perbedaan ketinggian level oli pada manometer miring (m)
PD pressure drop (Pa)
LMTDTD logarithmic mean temperature different ( oK ) g percepatan gravitasi (m/s2) hi koefisient perpindahan panas konveksi
di dalam pipa (W/m2.K)
oh koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata dinding luar pipa (W/m2 .K)
oh' koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa dengan metode separating coefficient (W/m2 .K)
qoh koefisien perpindahan panas konveksi lokal
dinding luar pipa (W/m2 .K) k konduktifitas termal material pipa (W/m.oK)
fk konduktivitas termal udara
8
berdasarkan temp. film (W/m2.oK) ki konduktifitas termal fluida di dalam pipa (W/m.oK) l panjang pipa uji (m) l lebar turbulator (m) o
m laju aliran massa fluida (kg/s) µ viskositas dinamik fluida (N.s/m2) N jumlah pipa uji n jumlah data Nui angka Nusselt di dalam pipa
oNu angka Nusselt rata-rata dinding luar pipa
oNu' angka Nusselt dinding luar pipa dengan metode separating coefficient
qoNu angka Nusselt lokal dinding luar pipa Pri angka Prandtl di dalam pipa Q(debit) debit aliran air di dalam pipa (m3/s)
udaraQ besar perpindahan panas (Watt) Rei angka Reynolds aliran di dalam pipa ReD angka Reynolds ReD, max angka Reynolds maximum ri jari-jari dalam pipa (m) ro jari-jari luar pipa (m)
ρ massa jenis fluida (kg/m3)
olir massa jenis oli pada manometer miring (kg/m3) SL longitudinal pitch (mm) ST transverse pitch (mm)
qsin sudut manometer miring (deg)
cT ≈ ¥T temperatur rata-rata udara duct (oK) Tc in tempudara duct sebelum melewati seksi uji (oK) Tc out temp udara duct setelah melewati seksi uji (oK)
fT temperatur film (oK)
Th in temp air panas sebelum masuk seksi uji (oK) Th out temp air panas setelah keluar seksi uji (oK)
woT temperatur permukaan dinding luar pipa (oK)
woT temperatur rata-rata dinding luar pipa (oK)
Uo koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan luar pipa (W/m2.K)
V kecepatan fluida (m/s) ν viskositas kinematik fluida (m2/s) Vmax kecepatan aliran udara maximum (m/s)
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Kalibrasi Pada Thermokopel Tcin dan Tcout
Lampiran 2 Data Kalibrasi Pada Thermokopel Tw 1 dan Tw 2
Lampiran 3 Data Kalibrasi Pada Thermokopel Tw 3 dan Tw 4
Lampiran 4 Data Kalibrasi Pada Thermokopel Tw 5 dan Tw 6
Lampiran 5 Data Kalibrasi Pada Thermometer digital Th 1 dan Th 2
Lampiran 6 Data-data Hasil Percobaan
Lampiran 7 Data-data Properties dan Hasil Perhitungan
Lampiran 8 Grafik Kalibrasi Pada Thermokopel Tcin dan Tcout
Lampiran 9 Grafik Kalibrasi Pada Thermokopel Tw 1 dan Tw 2
Lampiran 10 Grafik Kalibrasi Pada Thermokopel Tw 3 dan Tw 4
Lampiran 11 Grafik Kalibrasi Pada Thermokopel Tw 5 dan Tw 6
Lampiran 12 Grafik Kalibrasi Pada Thermometer digital Th 1 dan Th 2
Lampiran 13 Tabel Properties Udara
(Incropera, F.P. and DeWitt, D.Pd, 1996)
Lampiran 14 Tabel Konduktivitas Thermal Material
(Incropera, F.P. and DeWitt, D.Pd, 1996)
Lampiran 15 Tabel Properties Air
(Incropera, F.P. and DeWitt, D.Pd, 1996)
Lampiran 16 Tabel Properties Air
(Holman, J. P., 1994)
Lampiran 17 Perbandingan Perhitungan Qair - Qudara
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia industri banyak peralatan – peralatan yang bekerja
berdasarkan prinsip perpindahan panas (heat exchange), seperti ketel boiler, unit
condenser & evaporator pada mesin chiller, heater dll. Dimana alat tersebut
secara umum terdiri dari shell and tube. Telah banyak dikembangkan penelitian
untuk meningkatkan efek perpindahan panas guna memperbesar efektivitas alat
tersebut, baik pada struktur aliran secara searah (paralel flow), aliran berlawanan
(counter flow), ataupun aliran melintang (cross flow). Untuk aliran melintang
(cross flow) banyak dipakai dalam peralatan pemanas dan pendingin udara atau
gas, dalam hal ini udara atau gas dialirkan menyilang terhadap pipa (tube)
sedangkan fluida lain dialirkan di dalam pipa untuk memanaskan atau
mendinginkan.
Untuk meningkatkan perpindahan panas pada struktur aliran melintang
(cross flow) salah satu cara yang telah dikembangkan adalah dengan penambahan
alat pengganggu aliran separasi yang disebut turbulator yang dipasangkan pada
posisi depan daerah separasi, dengan alat ini aliran laminar dipaksa untuk berubah
menjadi aliran turbulent sebelum terjadi separasi sehingga akan ada penambahan
energi pada aliran yang menyebabkan aliran udara menjadi lebih sulit untuk
terlepas dari permukaan silinder. Kondisi aliran pada susunan silinder tersebut
dipengaruh oleh separasi lapis batas dan intensitas turbulensi, yang merupakan
fungsi dari kecepatan fluida, ukuran, dan susunan silinder yang akan
mempengaruhi besarnya perpindahan panas.
Sampai saat ini belum pernah ada penelitian yang dikembangkan
mengenai pengaruh dari ketebalan turbulator tersebut. Oleh karena itu perlu
dikembangkan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan. pengaruh variasi
11
ketebalan turbulator tipe pita lurus (straight tape strip) terhadap karakteristik
perpindahan panas pada aliran melintang (cross flow) susunan silinder staggered.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas timbul permasalahan yaitu bagaimana
pengaruh variasi ketebalan turbulator tipe pita lurus (straight tape strip) terhadap
koefisien perpindahan panas konveksi, Nusselt number dan penurunan tekanan
(pressure drop) pada susunan silinder staggered dengan arah aliran secara
melintang (cross flow).
1.3. Batasan Masalah
Untuk menentukan arah penelitian yang baik, ditentukan batasan masalah
sebagai berikut:
1. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multi Purpose Air Duct.
2. Pipa yang digunakan untuk seksi uji adalah pipa tembaga dengan f 7/8 inci.
3. Susunan pipa adalah susunan staggered pipe dengan ST =3.0D dan SL =2.0D,
blockage ratio (D/W) = 0.2
4. Suhu air panas diset pada temperatur 60o C.
5. Variasi ketebalan turbulator { tipe pita lurus / straight tape strip} yang
digunakan adalah tebal 0.5 mm, 1.2 mm, 1.9 mm, 2.6 mm, 3.3 mm (dengan
lebar 5mm) dan tanpa turbulator.
6. Variasi kecepatan aliran udara adalah 1.0 m/s, 1.5 m/s, 2.0 m/s dan 2.5 m/s.
7. Pemasangan turbulator dilakukan secara simetris pada sudut 70o terhadap
arah aliran.
8. Konduktivitas termal material pipa (k) dianggap konstan.
9. Perpindahan panas keadaan tunak (steady state).
10. Pengaruh radiasi diabaikan.
11. Aliran udara masuk saluran udara secara uniform dengan suhu konstan.
12. Permukaan silinder sangat halus.
13. Isolasi terhadap seksi uji dianggap sempurna.
14. Analisa berdasarkan temperatur film.
12
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh variasi ketebalan turbulator dan variasi kecepatan udara
terhadap koefisien perpindahan panas konveksi.
2. Mengetahui pengaruh variasi ketebalan turbulator dan variasi kecepatan udara
terhadap angka Nusselt.
3. Mengetahui pengaruh variasi ketebalan turbulator dan variasi kecepatan udara
terhadap penurunan tekanan (pressure drop).
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Diharapkan nantinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
bidang mekanika fluida khususnya aerodinamika dan perpindahan panas.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian
terdahulu, kajian teoritis boundary layer, angka Reynolds, separasi,
reattachment, turbulator, karakteristik aliran melintasi staggered tube
bandle secara cross flow, penukar kalor, kalibrasi, perpindahan panas
dan kajian eksperimental karakteristik perpindahan panas.
BAB III : Metodologi penelitian, berisi tentang alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian, skema prinsip kerja alat uji, waktu dan tempat
penelitian, alur penelitian yang dilakukan dan prosedur cara
pelaksanaan penelitian,.
13
BAB IV : Data dan analisis, berisi tentang perhitungan data-data yang diperoleh
setelah melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil-hasil yang
diperoleh.
BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang perlu
diperhatikan untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Pethkool Somsak dkk, (2006), melakukan penelitian tentang pengaruh
penambahan “Louvered” Strip pada a Concentric pipe heat exchanger terhadap
perpindahan panas. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa dengan
penambahan “louvered” strip turbulator pada parallel-flow concentric double
pipe heat exchanger dengan sudut 31° memberikan Nusselt number dan Heat
transfer coefficient yang maksimum untuk semua variasi angka Reynolds
dibandingkan dengan sudut 17° dan 26°, dengan trend line peningkatannya adalah
linier, dimana Nusselt number terrendah terlihat pada plain tube (smooth-surface
circular tube). Dengan penambahan “louvered” turbulator tersebut akan
meningkatkan resirkulasi aliran turbulent dan meningkatkan gangguan pada lapis
batas (boundary layer). Gambar 2.1. menunjukkan hasil dari Nusselt number vs
angka Reynolds dan Heat transfer coefficient vs angka Reynolds. Dengan
penambahan “louvered” strip turbulator juga akan meningkatkan pressure drop,
dengan trend line non linear terhadap peningkatan angka Reynolds.
Gambar 2.1. Nusselt number dan Heat transfer coefficient terhadap Re Pethkool Somsak dkk, 2006
5
Yongsiri Kittisak dkk, (2006), melakukan penelitian tentang pengaruh
dari aliran turbulent yang berputar terhadap peningkatan perpindahan panas dalam
suatu tabung. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa dengan
pembangkitan pusaran akan menghasilkan aliran turbulent atau aliran yang
berputar sehingga akan dapat memperpanjang waktu kontak udara dalam seksi uji
dan dapat meningkatkan laju perpindahan panas. Diperoleh juga bahwa dengan
penambahan D-nozzle turbulator maka Nusselt number terbesar terjadi pada pitch
ratio turbulator yang terkecil.
Hussein M Fahmy dkk, (1989), melakukan studi eksperimental mengenai
perpindahan panas dan penurunan tekanan untuk beberapa konfigurasi yang
berbeda (surface extended) pada susunan rangkum tabung in-line dan staggered
dengan arah aliran udara secara menyilang. Dari penelitian yang dilakukan
diperoleh bahwa dengan perluasan area permukaan (surface extended) akan dapat
meningkatkan perpindahan panas tetapi juga akan meningkatkan penurunan
tekanan (pressure drop). Pada susunan silinder staggered, terjadi peningkatan
perpindahan panas dan penurunan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susunan silinder in-line seperti terlihat pada gambar 2.2. dibawah ini.
Gambar 2.2. Perpindahan panas dan pressure drop pada circular tube Hussein M Fahmy dkk, 1989
6
Anggoro Wisnu, (2008), melakukan penelitian tentang pengaruh letak
turbulator terhadap perpindahan panas pada aliran silang susunan silinder
staggered. Dengan penambahan turbulator tidak akan selalu dapat meningkatkan
laju perpindahan panasnya, tetapi laju perpindahan panas akan bertambah nilainya
jika turbulator ditempatkan pada sudut yang tepat yaitu antara 70° - 80° (sebelum
separasi) dan pada kondisi kecepatan aliran udara yang rendah.
2.2. Lapis Batas (Boundary layer)
Boundary layer atau lapis batas pertama kali dikemukakan oleh Ludwig
Prandtl pada Konggres Matematika di Heidelberg, Jerman pada tahun 1904.
Ketika suatu aliran fluida mengalir melewati suatu permukaan dinding, fluida
tersebut akan berkurang kecepatannya akibat adanya gaya geser antara fluida yang
mempunyai viskositas dengan permukaan dinding. Bahkan kecepatan fluida
tersebut adalah nol pada permukaan dinding. Namun tebal perbedaan kecepatan
ini adalah sangat tipis dan inilah yang disebut boundary layer atau lapis batas.
Profil kecepatan semakin menjauhi permukaan dinding maka kecepatannya akan
mendekati kecepatan udara bebas yang bergerak tanpa terpengaruh adanya
gesekan dengan permukaan dinding.
Gambar 2.3. Karakteristik lapis batas (Munson, B.R. dan Young, D.F., 2002)
7
Jadi lapis batas (Boundary layer) adalah lapisan tipis dari aliran fluida
yang berdekatan dengan permukaan benda yang dilewatinya, dimana aliran
menjadi lambat karena adanya gesekan antara fluida dan permukaan benda
tersebut. Ketebalan lapis batas adalah jarak dari permukaan benda hingga
kecepatan fluida 99% dari kecepatan fluida pada aliran bebas.
Lapis batas (boundary layer) mungkin dapat berupa aliran laminar atau
turbulent ditentukan oleh besarnya bilangan Reynolds.
- Laminar Boundary Layer. Pada lapis batas laminar alirannya steady dan halus.
Sebagai hasilnya, lapisannya sangat tipis, dan skin friction sangat kecil.
- Turbulent Boundary Layer. Pada lapis batas turbulent alirannya unsteady dan
tidak halus, lapisannya sangat tebal dan skin friction besar.
Pada gambar 2.4. menunjukkan profil suhu lapis batas termal. Lapis batas
termal (thermal boundary layer) didefinisikan sebagai daerah di mana terdapat
gradien suhu. Gradien suhu terbentuk karena adanya proses pertukaran kalor
antara fluida dan dinding. Pada bagian tepi muka, profil suhu seragam dengan T(y)
= T∞. Partikel-partikel fluida menukar energi dengan permukaan dan gradient
suhu pada fluida berkembang. Dengan meningkatnya jarak dari tepi muka efek
dari perpindahan panas menembus ke dalam aliran bebas dan lapis batas termal
tumbuh.
Gambar 2.4. Profil suhu lapis batas termal (Incropera, F.P. and DeWitt, D.P., 1996)
8
mr DV
D =Ren
DV
2.3. Angka Reynolds
Dalam penelitiannya Reynolds melakukan visualisasi aliran cairan yang
dilewatkan pada terowongan pipa, dimana terdapat lapisan tipis yang disebut
sebagai dye. Dia menemukan bahwa, dye kadang-kadang mengalir melalui pipa
sebagai aliran kontinue (laminar), tapi kadang-kadang menjadi rusak atau terjadi
olakan (turbulent). Reynolds mengamati bahwa berat jenis, kekentalan, kecepatan
fluida, dan diameter pipa berperan penting dalam menentukan aliran tersebut
laminar atau turbulent.
Sehingga Reynolds menggabungkan pengaruh dari semua faktor tersebut
menjadi satu parameter non dimensional atau disebut sebagai Reynolds number
(Re).
(1)
=
Dimana :
ReD : angka Reynolds
ρ : massa jenis (kg/m3)
V : kecepatan fluida (m/s)
D : diameter (m)
µ : viskositas dinamik fluida (N.s/m2)
ν : viskositas kinematik fluida (m2/s)
(Incropera, F.P. and DeWitt, D.P., 1996)
2.4. Separasi
Bila energi kinetik fluida di dalam lapis batas tidak mampu lagi mengatasi
gradien tekanan dari arah yang berlawanan, maka akan terjadi pembalikan lokal
aliran di dalam lapis batas tersebut, di dekat titik ini lapis batas akan memisahkan
diri (separation). Di belakang titik perpisahan, aliran di dekat permukaan terdiri
dari pusaran-pusaran yang sangat tidak teratur (turbulent). Pada umumnya, lapis
batas turbulent ini tidak akan mudah berpisah seperti lapis batas laminar karena
memiliki energi kinetik partikel-partikel fluida yang lebih besar daripada lapisan
batas laminar.
9
Gambar 2.5. Karakteristik aliran melewati silinder (Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
Gambar 2.5. dan gambar 2.6. menunjukkan aliran viskous pada suatu
silinder, stream lines adalah simetris. Titik di mana profil kecepatan adalah nol
adalah titik stagnasi dan distribusi tekanan adalah maksimal, selanjutnya akan
membentuk suatu lapis batas. Dari titik stagnasi akan melintasi permukaan
silinder dan terjadi kenaikkan kecepatan yang akan menyebabkan penurunan
tekanan, selanjutnya pada suatu titik akan terjadi penurunan kecepatan yang
berarti kenaikan tekanan. Di mana pada titik tersebut energi kinetik fluida di
dalam lapis batas tidak mampu lagi mengatasi gradien tekanan dari arah yang
berlawanan sehingga mengakibatkan terpisahnya lapis batas dari dinding dan
terjadilah separasi lapis batas. Ketika aliran tersebut terus bergerak melewati titik
pisah maka terjadi fenomena aliran balik yang pada akhirnya pada daerah bagian
belakang silinder menjadi turbulen dan bergerak secara acak.
- Pada daerah favorable pressure gradient terjadi kenaikkan kecepatan
(du∞/dx >0) yang akan menyebabkan penurunan tekanan (dp/dx < 0).
- Pada daerah adverse pressure gradient terjadi penurunan kecepatan (du∞/dx
<0) yang berarti terjadi kenaikan tekanan (dp/dx > 0).
- Titik separasi terjadi apabila ( du/dy )s = 0.
Gambar 2.6. Profil kecepatan aliran melewati silinder (Incropera, F.P. and DeWitt, D.P., 1996)
10
Pada ReD ≤ 2.105 lapis batas adalah laminar dan titik separasi terjadi pada
posisi sudut sekitar θ ≈ 80o yang diukur dari titik stagnasi. Pada bilangan
Reynolds yang lebih besar daripada 105, titik separasi terjadi pada sudut θ ≈ 140o.
Gambar 2.7. Pengaruh turbulensi terhadap titik separation. (Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
2.5. Reattachment
Lapis batas aliran udara laminar yang melewati permukaan silinder,
umumnya pada titik tertentu akan mengalami transisi dari aliran laminar ke aliran
turbulent. Pada daerah transisi ini seringkali diikuti terjadinya fenomena yang
disebut sebagai gelembung separasi (bubble separation). Tiga karakteristik dari
gelembung separasi adalah titik separasi, gelembung separasi dan titik
reattachment. Gelembung separasi adalah gelembung yang disebabkan oleh
terjadinya gradien tekanan aliran yang meningkat pada lapis batas.
Ketika separasi terjadi, gangguan pada lapis batas menjadi besar dan
terbentuk bubble separation sementara gradien tekanan akan semakin besar,
kemudian lapis batas akan menempel kembali ke permukaan silinder
(reattachment) dalam bentuk aliran turbulent. Terjadinya gelembung separasi ini
akan menambah gaya hambat bentuk (form drag) dan fenomena ini sering terjadi
pada beberapa aplikasi dengan angka Reynolds yang rendah.
Gambar 2.8 Bubble separation aliran laminar dengan reattachment aliran turbulent.
(Cesini, G., dkk, 2001)
11
2.6. Turbulator
Turbulator adalah sebuah alat pengganggu aliran. Dalam hal aliran laminar
melintasi permukaan silinder, turbulator ditempatkan pada daerah sebelum
separasi untuk memaksa aliran laminar terseparasi lebih awal hingga aliran akan
menempel kembali ke permukaan (reattachment) dalam bentuk aliran turbulent.
2.7. Karakteristik aliran melintasi staggered tube bundle secara cross flow
Perpindahan panas aliran melewati berkas pipa (tube bundle) bergantung
sebagian besarnya pada pola aliran serta derajad turbulensinya, yang pada
gilirannya merupakan fungsi dari kecepatan fluida, ukuran serta susunan pipa-pipa
tersebut. Karakteristik aliran didominasi oleh effect separasi lapis batas dan
pengaruh dari wake dimana faktor tersebut mempengaruhi besarnya perpindahan
panas.
Gambar 2.9. Pola aliran pada berkas pipa staggered (Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
Pada gambar 2.9. terlihat pola aliran pada berkas pipa staggered yang lebih
berliku-liku apabila dibandingkan pada susunan in-line (aligned) juga pada
susunan staggered ini akan memberikan area permukaan untuk aliran yang lebih
besar sehingga akan memberikan pengaruh perpindahan panas yang lebih baik
terutama pada aliran dengan angka Reynold yang rendah.
Perhitungan besarnya angka Reynold (ReD) pada konfigurasi ini adalah
berdasarkan atas kecepatan maximum yang terjadi pada tube bundle yaitu
kecepatan yang melalui bidang aliran minimum.
12
nh
D
DVmaxmax,Re =
22
21
22 DSS
SS TTLD
+>
úúû
ù
êêë
é÷øö
çèæ+=
VDS
SV
T
T
-=max
ductkelilingductpenampangluas
PA 44
=
Sehingga rumusan ReD, maximum adalah :
(2)
Dimana :
ReD, max : angka Reynolds maximum
Vmax : kecepatan aliran udara maximum (m/s)
Dh : diameter hidraulik (m)
:
(Holman, J. P., 1994 )
ν : viskositas kinematik fluida (m2/s)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
Apabila (3)
Maka kecepatan fluida maximum (Vmax) di hitung menggunakan rumus :
(4)
Dimana :
V : kecepatan fluida (m/s)
D : diameter pipa (mm)
ST : transverse pitch (mm)
SL : longitudinal pitch (mm)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
13
αv
=Pr
fkhD
Nu =
Cpk .//
rrm
=kCp.m
=
Parameter-parameter tanpa dimensi adalah parameter yang sangat penting
dalam analisa perpindahan panas. Parameter-parameter ini digunakan untuk
mencari nilai koefisien perpindahan panas. Dengan diketahuinya koefisien
perpindahan panas maka keefektifitasan suatu alat penukar kalor dapat diketahui.
Parametet-parameter terkait tersebut adalah :
1. Angka Reynolds (Reynolds Number)
Angka Reynolds dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya inersia
dengan gaya kekentalan.
2. Angka Prandtl (Prandtl Number)
Bilangan Prandtl dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara diffusifitas
momentum (v) dengan diffusifitas termal (a).
(5)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
3. Angka Nusselt (Nusselt Number)
Angka Nusselt menyatakan gradien temperatur pada suatu permukaan. Angka
ini menyediakan sebuah pertimbangan tentang transfer panas konveksi yang
terjadi pada permukaan.
(6)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
2.8. Penukar Kalor
Penukar kalor adalah sebuah alat dimana kalor dipindahkan dari fluida
panas ke fluida dingin. Dalam hampir semua aplikasi, fluida-fluida tersebut tidak
tercampur tetapi perpindahan panas melalui sebuah dinding pemisah dengan
berbagai bentuk geometri. Klasifikasi penukar kalor berdasaran pola aliran fluida
panas dan fluida dingin, dapat berupa penukar kalor aliran searah (parallel flow
heat excharger), berlawanan arah (counter flow heat excharger), dan aliran silang
(cross flow heat excharger).
14
Penukar kalor aliran silang banyak dipakai dalam pemanasan dan
pendinginan udara atau gas. Pada penukar kalor aliran melintang dapat dibedakan
menjadi single pass cross flow heat excharger with both fluids unmixed (kedua
fluida tidak bercampur) dan cross flow heat excharger with one fluid mixed and
the other unmixed (fluida satu campur dan fluida yang lain tak campur).
Pada gambar 2.9. menunjukkan alat penukar kalor aliran silang (a),
fluida yang mengalir melintas tabung disebut arus campur (mixed stream), sedang
fluida di dalam tabung disebut arus tak campur (unmixed).
Gas dikatakan bercampur karena dapat bergerak dengan bebas di dalam alat
sambil menukar kalor. Fluida yang lain terkurung di dalam tabung saluran
penukar kalor dan tidak dapat bercampur selama proses perpindahan panas.
Penukar kalor aliran silang (b), gas mengalir melintas berkas tabung bersirip dan
karena terkurung di dalam saluran-saluran di antara sirip-sirip, tidak tercampur
pada waktu mengalir melalui penukar kalor.
(a) (b)
Gambar 2.10. Jenis-jenis penukar kalor aliran silang.
(Holman, J. P., 1994)
Jika fluida tak campur, terdapat gradien suhu pada arah sejajar dengan
aliran maupun arah normal terhadap aliran. Sedangkan jika fluida itu campur
terdapat kecenderungan untuk suhu itu menjadi sama pada arah normal terhadap
aliran, sebagai akibat dari percampuran.
15
baxy +=
( )( )( )å å
å åå-
-=
22ii
iiii
xxn
yxyxna
( )( ) ( )( )( )å å
åååå-
-=
22
2
ii
iiiii
xxn
xyxxyb
21
2
,2
1 úû
ùêë
é-=
y
xyr
ss
( )2
1
1
2
1úúúú
û
ù
êêêê
ë
é
-
-=
å=
n
yyn
imi
ys
úû
ùêë
é-=@
y
xyr
2
,2
2 1s
s
2.9. Kalibrasi
Kalibrasi merupakan hal mendasar yang perlu dilakukan sebelum
melaksanakan penelitian. Alat yang akan digunakan dalam penggambilan data
pada penelitian harus terlebih dahulu melalui proses kalibrasi agar data yang
dihasilkan akurat.Kalibrasi dapat dilakukan dengan membandingkan dua data dari
dua alat yang berbeda (salah satu alat sebagai acuan), dan dicari dengan
menggunakan metode least square, sehingga didapatkan persamaan :
(7)
y adalah data dari alat acuan
x adalah data dari alat yang dikalibrasi
(Holman, J. P., 1994 )
Untuk a dan b diperoleh dari :
(8)
(9)
dimana :
n : jumlah data
(Holman, J. P., 1994 )
Untuk mengecek keakuratan dari persamaan yang dihasilkan, kita perlu
mencari koefisien korelasi (r) dan apabila r = 0 maka persamaan yang dihasilkan
tidak akurat. Sedangkan apabila r mendekati 1 maka deviasi yang terjadi semakin
kecil dan persamaan dapat dipergunakan. Koefisien korelasi (r) dapat
didefinisikan sebagai :
(10)
(Holman, J. P., 1994 )
Untuk mencari ys yang merupakan standar deviasi y menggunakan rumus :
(11)
16
Lt
kAqD
=
( )fw TTAhq -= ..
n
yy i
må=
( )2
1
1
2
, 2úúúú
û
ù
êêêê
ë
é
-
-=
å=
n
yyn
iici
xys
dimana untuk (12)
(Holman, J. P., 1994 )
Dan untuk mencari xy ,s menggunakan rumus :
(13)
dimana untuk icy adalah hasil perhitungan dari persamaan yang telah diperoleh
(Holman, J. P., 1994 )
2.10. Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari
suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat beda temperature antara daerah-
daerah tersebut.
1. Perpindahan panas konduksi (hantaran) adalah perpindahan panas melalui
suatu bahan padat yang menyangkut pertukaran energi pada tingkat molekuler.
Rumus dasar perpindahan panas konduksi :
(14)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
2. Perpindahan panas konveksi adalah proses perpindahan panas yang terjadi
antara permukaan dengan fluida yang mengalir apabila keduanya memiliki
temperatur yang berbeda.
Perpindahan panas konveksi mempunyai rumus dasar :
(15)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
3. Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas melalui pancaran
gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang lain tanpa memalui perantara.
17
udaraudaradindingkonveksipipadindingkonduksidindingpanasfluidakonveksi QQQQ === --
( )inout
o
udarai TTCpmQ ¥¥ -= ..
udaraudaradindingkonveksi QQ =-
AVmo
..r=
o
m
2.11. Kajian Eksperimental Karakteristik Perpindahan Panas.
Dalam pengujian karakteristik perpindahan panas konveksi menggunakan
2 metode pengolahan data yaitu metode pengukuran temperatur dinding (wall
temperature measuring method) dan metode koefisien pemisah (separating
coefficient method).
2.11.1. Persamaan Untuk Variasi Tanpa Turbulator
2.11.1.1. Metode Pengukuran Temperatur Dinding (wall temperature
measuring method)
Dasar dari metode ini dalam menganalisa karakteristik perpindahan panas
konveksi dinding luar pipa adalah proses perpindahan panas konveksi yang terjadi
dari permukaan dinding luar pipa ke udara yang mengalir di dalam duct pada
kondisi steady. Proses perpindahan panas pada kondisi steady state yang terjadi,
dengan asumsi bahwa konduktivitas termal material pipa (k) dianggap konstan,
isolasi pada seksi uji dianggap sempurna.
Dengan persamaan energinya adalah :
Besar perpindahan panas Q pada kondisi steady adalah konstan, maka besar
perpindahan panas
Perumusan untuk mencari Qudara adalah :
(16)
(Holman, J. P., 1994 )
dan untuk mencari o
m menggunakan rumus :
(17) Dimana :
udaraQ : besar perpindahan panas (Watt)
: laju aliran massa udara duct (kg/s)
Cp : panas jenis udara duct (kJ/kgoK)
outT¥ : temperature udara duct setelah melewati seksi uji = Tc out (oK)
inT¥ : temperature udara duct sebelum melewati seksi uji = Tc in (oK)
18
( )¥- -= TTAhQ wowooudaradindingkonveksi ..
( )[ ] ( )¥-=
TTNlD
Qh
woo
udarao
....pq
å=
=N
noo h
Nh
1
1q
f
ooo k
DhNu
.qq =
r : massa jenis udara duct (kg/m3)
V : kecepatan fluida (m/s)
A : luas penampang duct (m2)
Perumusan untuk mencari Qkonveksi dinding – udara adalah :
(18)
(Holman, J. P., 1994 )
Untuk mencari koefisien perpindahan panas konveksi lokal dinding luar pipa
adalah dengan mensubstitusikan persamaan 16 dan 18 :
(19)
Dimana :
qoh : koefisien perpindahan panas konveksi lokal dinding luar pipa (W/m2 .K)
Do : diameter luar pipa (m)
l : panjang pipa uji (m)
N : jumlah pipa uji
woT : temperatur rata-rata dinding luar pipa (oK)
¥T : temperatur rata-rata udara duct = cT (oK)
Sehingga koefisien perpindahan panas rata-rata dinding luar pipa dapat ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut :
(20) Perumusan untuk mencari angka Nusselt lokal dinding luar pipa adalah :
(21)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
Dimana :
qoNu : angka Nusselt lokal dinding luar pipa
qoh : koefisien perpindahan panas konveksi lokal dinding luar pipa (W/m2.oK)
Do : diameter luar pipa (m)
fk : konduktivitas termal udara berdasarkan temp. film (W/m2.oK)
19
2¥+
=TT
Two
f
å=
=N
noo Nu
NNu
1
1q
( )000.10Re,160Pr7.0
PrRe023.0 3.08.0
>££= iiiNu
i
iii D
kNuh
.=
Untuk mencari temperatur film digunakan rumus :
(22)
Dan untuk mencari angka Nusselt rata-rata dinding luar pipa ditentukan dengan
persamaan :
(23)
2.11.1.2. Metode Koefisien Pemisah ( sparating coefficient method )
Analisa karakteristik perpindahan panas konveksi dinding luar pipa yang
dilakukan dengan metode ini dimulai dengan mengambil suatu persamaan empirik
yang berlaku untuk perpindahan panas internal flow. Berdasarkan pada laju aliran
air panas di dalam pipa uji dijaga konstan dan diset berupa fully developed
turbulent flow in smooth tube ( Re > 10.000), sehingga angka Nusselt pada aliran
dalam pipa (Nui ) dapat diperoleh dengan persamaan Dittus-Boelter :
(24)
(Holman, J. P., 1994 )
dimana :
Nui : angka Nusselt di dalam pipa
Rei : angka Reynolds di dalam pipa
Pri : angka Prandtl di dalam pipa
Koefisien perpindahan panas konveksi di dalam pipa ( hi ) dicari dengan
persamaan:
(25)
dimana :
hi : koefisient perpindahan panas di dalam pipa (W/m2.K)
Nui : angka Nusselt di dalam pipa
ki : konduktifitas termal fluida di dalam pipa (W/m.oK)
Di : diameter dalam pipa ( m )
20
LMTDwoo TAUQ D= ..
( )[ ] LMTDoo TNlD
QU
D=
....p
( ) ( )( ) ( )[ ]incouthoutcinh
incouthoutcinh
TTTT
TTTT
--
---
/ln:
oi
oo
i
o
i
o
hr
r
lk
a
a
a
h
U1
ln...2
11
++=
p
i
oo
ii
o
o
o
r
r
lk
a
ha
a
U
hln
...211
1'
p--
=
Untuk mencari koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan
dinding luar pipa (Uo) dapat dihitung melalui besar perpindahan panas Q pada
kondisi steady :
(26)
(Holman, J. P., 1994 )
sehingga untuk mencari (Uo) persamaannya menjadi :
(27)
dimana :
Q : besar perpindahan panas (W)
Uo : koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan luar pipa
(W/m2.K)
Do : diameter luar pipa (m)
l : panjang pipa uji (m)
N : jumlah pipa uji
LMTDTD : logarithmic mean temperature different ( oK )
(28)
(Holman, J. P., 1994 )
Uo dapat dinyatakan dalam bentuk lain yaitu :
(29)
(Holman, J. P., 1994 )
sehingga untuk mencari koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa
(h’o) adalah dengan memisahkan Uo dari persamaan (29) dan diperoleh persamaan
sebagai berikut :
(30)
21
qg sin.. hP D=D
qr sin... hgoli D=
f
ooo k
DhNu
.'' =
dimana :
oh' : koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa dengan metode
separating coefficient (W/m2.K)
Uo : koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan dinding luar
pipa (W/m2.K)
ao : luas sisi luar pipa (m2)
ai : luas sisi dalam pipa (m2)
ro : jari-jari luar pipa (m)
ri : jari-jari dalam pipa (m)
hi : koefisien perpindahan panas konveksi di dalam pipa (W/m2.K)
k : konduktivitas temal bahan pipa (W/m.oK)
l : panjang pipa uji (m)
Sehingga angka Nusselt dinding luar pipa dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
(31)
dimana :
oNu' : angka Nusselt dinding luar pipa dengan metode separating coefficient
oh' : koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa dengan metode
separating coefficient (W/m2.K)
Do : diameter luar pipa (m)
fk : konduktivitas termal udara berdasarkan temp. film rata-rata (W/m2.oK)
Untuk menghitung penurunan tekanan (pressure drop) dipergunakan rumus :
(34)
dimana :
PD : pressure drop
olir : massa jenis oli pada manometer miring (kg/m3)
g : percepatan gravitasi ( 9.81 m/s2)
hD : perbedaan ketinggian level oli pada manometer miring (m)
qsin : sudut manometer miring (deg)
22
( )inout
o
udarai TTCpmQ ¥¥ -= ..
udaraudaradindingkonveksi QQ =-
AVmo
..r=
o
m
( )¥- -= TTAhQ wowooudaradindingkonveksi ..
( ) ( )[ ]{ } ( )¥--=
TTNlD
Qh
woo
udarao
...2.. lpq
2.11.2. Persamaan Untuk Variasi Ketebalan Turbulator
2.11.2.1. Metode Pengukuran Temperatur Dinding (wall temperature
measuring method)
Besar perpindahan panas Q pada kondisi steady adalah konstan, maka besar
perpindahan panas
Perumusan untuk mencari Qudara adalah :
(35)
(Holman, J. P., 1994 )
dan untuk mencari o
m menggunakan rumus :
(36) Dimana :
udaraQ : besar perpindahan panas (Watt)
: laju aliran massa udara duct (kg/s)
Cp : panas jenis udara duct (kJ/kgoK)
outT¥ : temperature udara duct setelah melewati seksi uji = Tc out (oK)
inT¥ : temperature udara duct sebelum melewati seksi uji = Tc in (oK)
r : massa jenis udara duct (kg/m3)
V : kecepatan fluida (m/s)
A : luas penampang duct (m2)
Perumusan untuk mencari Qkonveksi dinding – udara adalah :
(37)
(Holman, J. P., 1994 )
Untuk mencari koefisien perpindahan panas konveksi lokal dengan pemasangan
turbulator adalah dengan mensubstitusikan persamaan 35 dan 37 :
(38)
dimana :
qoh : koefisien perpindahan panas konveksi lokal dinding luar pipa dengan
pemasangan turbulator (W/m2 .K)
23
å=
=N
noo h
Nh
1
1q
å=
=N
noo Nu
NNu
1
1q
f
ooo k
DhNu
.qq =
( )000.10Re,160Pr7.0
PrRe023.0 3.08.0
>££= iiiNu
Do : diameter luar pipa (m)
l : lebar turbulator (m)
l : panjang pipa uji (m)
N : jumlah pipa uji
woT : temperatur rata-rata dinding luar pipa (oK)
¥T : temperatur rata-rata udara duct = cT (oK)
Sehingga koefisien perpindahan panas rata-rata dinding luar pipa dengan
pemasangan turbulator dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
(39) Perumusan untuk mencari angka Nusselt lokal dinding luar pipa dengan
pemasangan turbulator adalah :
(40)
(Incropera, F.P., dan DeWitt, D.P., 1996)
dimana :
qoNu : angka Nusselt lokal dinding luar pipa dengan pemasangan turbulator
qoh : koefisien perpindahan panas konveksi lokal dinding luar pipa dengan
pemasangan turbulator (W/m2.oK)
Do : diameter luar pipa (m)
fk : konduktivitas termal udara berdasarkan temp.film (W/m2.oK)
Dan untuk mencari angka Nusselt rata-rata dinding luar pipa dengan pemasangan
turbulator ditentukan dengan persamaan :
(41)
2.11.2.2. Metode koefisien pemisah ( sparating coefficient method )
Persamaan Dittus-Boelter adalah :
(42)
(Holman, J. P., 1994 )
24
i
iii D
kNuh
.=
( ) ( )[ ]{ } LMTDoo TNlD
QU
D-=
...2.. lp
( ) ( )[ ]{ }( )
( ) ( )[ ]{ }i
oo
ii
o
o
o
rr
lkNlD
hNlDNlD
U
hln.
...2..2..1
....
..2..11
'
pp
pp ll -
--
-=
dimana :
Nui : angka Nusselt di dalam pipa
Rei : angka Reynolds di dalam pipa
Pri : angka Prandtl di dalam pipa
Koefisien perpindahan panas konveksi di dalam pipa (hi) dicari dengan
persamaan:
(43)
dimana :
hi : koefisient perpindahan panas di dalam pipa (W/m2.K)
Nui : angka Nusselt di dalam pipa
ki : konduktifitas termal fluida di dalam pipa (W/m.oK)
Di : diameter dalam pipa ( m )
Untuk mencari koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan
dinding luar pipa (Uo) dengan pemasangan turbulator dapat dihitung dengan
persamaan :
(44)
dimana :
Q : besar perpindahan panas (W)
Uo : koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan luar pipa
dengan pemasangan turbulator (W/m2.K)
Do : diameter luar pipa (m)
l : lebar turbulator (m)
l : panjang pipa uji (m)
N : jumlah pipa uji
LMTDTD : logarithmic mean temperature different ( oK )
Untuk mencari koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa (h’o)
dengan pemasangan turbulator adalah dengan mengurangkan luas sisi luar pipa
dengan luas pemasangan turbulator sehingga persamaan (30) menjadi :
(45)
25
nmCNu PrRe=
PrRe LognLogmCLogNuLog ++=
f
ooo k
DhNu
.'' =
dimana :
oh' : koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa dengan
pemasangan turbulator (metode separating coefficient) (W/m2.K)
Uo : koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan dinding luar
pipa dengan pemasangan turbulator (W/m2.K)
Do : diameter luar pipa (m) Di : diameter dalam pipa (m)
ro : jari-jari luar pipa (m)
ri : jari-jari dalam pipa (m)
l : lebar turbulator (m)
l : panjang pipa uji (m) N : jumlah pipa uji
hi : koefisien perpindahan panas konveksi di dalam pipa (W/m2.K)
k : konduktivitas temal bahan pipa (W/m.oK)
Sehingga angka Nusselt dinding luar pipa dengan pemasangan turbulator dapat
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
(47) dimana :
oNu' : angka Nusselt dinding luar pipa dengan pemasangan turbulator (metode
separating coefficient)
oh' : koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa dengan
pemasangan turbulator (metode separating coefficient) (W/m2.K)
Do : diameter luar pipa (m)
fk : konduktivitas termal udara berdasarkan temp. film rata-rata (W/m2.oK)
2.11.3. Perhitungan Empirik
Rumus umum dari perhitungan angka Nusselt empirik diberikan dalam
bentuk : (48)
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, maka dilakukan pelinieran terhadap
persamaan tersebut menjadi :
(49)
Dimana :
C, m dan n adalah konstanta yang ditentukan dari data percobaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat Penelitian
3.1.1 Multi Purpose Air Duct (MPAD)
Multi purpose air duct adalah alat yang dapat dipakai untuk barbagai
macam percobaan. Terbuat dari kayu dimana pada bagian permukaannya
dilapisi dengan cat tahan panas. Ukuran penampang melintang saluran ini
300 mm x 150 mm. Multi purpose air duct dilengkapi dengan fan
centrifugal tipe TKE dengan kapasitas 2500 ft3/menit pada tekanan Ps =
112,8 mm H2O. daya motor 1.1 kW, 3 f, 380 V, 2820 r/min
Gambar 3.1. Multi purpose air duct
3.1.2 Pemanas Air ( Boiler)
Digunakan sebagai penyedia air panas untuk proses perpindahan kalor.
Boiler terbuat dari bahan stainless steel dengan ukuran 400mm x 400mm x
400mm. Dilengkapi dengan pemanas listrik sebesar 3 x 1 kW, 3 f, 380 V.
3.1.3 Automatic Thermo-Controller
Digunakan sebagai alat untuk setting temperatur air boiler, digunakan tipe-
IL.70.110/220V dengan IL-80 EN Control egp, dilengkapi dengan
magnetic contactor mitsubishi S-K20 dan 2 buah termometer digital untuk
pengukuran temperatur air masuk dan keluar seksi uji, digunakan merek
ST-2 dengan ketelitian 0,1 oC, Range -50oC s/d 70 oC.
27
3.1.4 Pompa air
Digunakan untuk mensirkulasikan air panas melewati alat uji. Pompa air
yang digunakan adalah DAB, kapasitas 42 L/menit, heat total 33 m, daya
125 W, rpm 2850, 220V/50 Hz/1Ph.
3.1.5 Rotometer
Sebagai alat untuk mengukur debit aliran fluida panas. Rotometer yang
digunakan adalah tipe SK-11.
3.1.6 Instrumentasi & Alat Pengukur Temperatur
Dalam penelitian ini digunakan 6 buah thermokopel untuk pengukuran
temperatur dinding luar pipa dan 2 buah thermokopel untuk pengukuran
temperatur udara duct. Thermokopel yang digunakan untuk adalah tipe T
berdiameter 0.1 mm. Dilengkapi dengan conector, selector dan reader
indikator temperatur merek OMEGA dengan ketelitian 0.1 oC.
Pemasangan thermokopel pada dinding luar pipa menggunakan lem
Araldite yang terdiri dari pengeras (hardener) warna merah dan resin
(warna putih).
Gambar 3.2. Instrumentasi dan alat pengukur temperatur
3.1.7 Anemometer Digital
Anemometer adalah alat untuk mengukur kecepatan udara.
Spesifikasinya adalah :
- Merek : Testo 400
- Tipe : vane probe
- Ketelitian : 0,1 m/s
3.1.8 Manometer miring
Digunakan untuk mengukur pressure drop dengan skala pembacaan Δ h
3.1.9. Stopwatch
Digunakan untuk mengukur waktu.
28
3.2. Bahan Penelitian
3.2.1 Pipa Tembaga
Digunakan untuk membuat susunan pipa pada seksi uji, dengan Φ 7/8”
3.2.2. Akrilik
Digunakan untuk membuat seksi uji dengan ukuran penampang melintang
300 mm x 150 mm.
3.2.3 Sheet mika
Digunakan sebagai bahan untuk turbulator, dengan panjang 150 mm, lebar
5 mm, tebal 0.5 mm.
Gambar 3.3. Turbulator
3.2.4 Gabus
Digunakan sebagai isolator untuk mengisolasi sambungan pipa seksi uji.
Gambar 3.4. Gabus
3.2.5 Seksi uji
Dipergunakan sebagai alat penukar kalor untuk melakukan pengujian
perpindahan panas konveksi paksa.
Gambar 3.5. Seksi uji
29
3.3 Skema Susunan Pipa Pada Seksi Uji
Gambar 3.6. Skema susunan pipa pada seksi uji
Seksi uji terbuat dari bahan akrilik, dengan dimensi dan konfigurasi adalah
sebagai berikut :
1. Lebar : 150 mm
2. Tinggi : 300 mm
3. Panjang : 300 mm
4. Jumlah pipa : 18 buah
5. Diameter luar pipa : 22.2 mm
6. Diameter dalam pipa : 20 mm
7. Susunan pipa : Staggered
8. Jarak antar pipa : ST =3.0D ; SL =2.0D, (D/W) =0.2
9. Bahan pipa : Tembaga ( Copper )
3.4 Skema Pemasangan Turbulator
Gambar 3.7. Skema pemasangan turbulator
30
3.5 Pemasangan Thermokopel
Cara pemasangan thermokopel untuk mengukur temperatur dinding luar
pipa adalah dengan membuat alur (titik lubang) pada permukaan pipa
sebesar ujung dari thermokopel, setelah itu thermokopel ditempatkan pada
alur tersebut kemudian direkatkan dengan lem Araldite.
Gambar 3.8. Gambar pemasangan thermokopel
3.6 Skema Prinsip Kerja Alat Uji
Gambar 3.9. Skema prinsip kerja alat uji
31
Keterangan :
1. Automatic thermo-controller
2. Heater
3. Boiler
4. Pompa
5. Rotometer
6. Th in temp. fluida masuk seksi uji
7. Seksi uji
8. Th out temp. fluida keluar seksi uji
Gambar 3.10. Skema alat uji
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Laboratorium Termodinamika dan Perpindahan Panas, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret.
Waktu : 01 Maret – 31 Maret 2009.
32
tidak
ya
tidak
Analisa
Kesimpulan
Selesai
Mulai
Variasi awal ketebalan turbulator 3.3 mm.
ya
Memanaskan air hingga mencapai suhu ± 60° C
Δh manometer ; pengukuran (debit ? 350 L/jam); Th,i ; Th,o ; Tc,i ; Tc,o dan Tw out 1-6
Data
Variasi kecepatan udara : 1.5 m/s, 2.0 m/s, 2.5 m/s
Mempersiapkan multi purpose air duct dan alat-alat ukur percobaan.
Steady state
Menghidupkan fan centrifugal untuk variasi awal kecepatan udara 1 m/s
Memasang seksi uji pada Multi Purpose Air Duct
Mempersiapkan seksi uji.
Variasi ketebalan : 2.6 mm, 1.9 mm, 1.2 mm,
0.5 mm dan tanpa turbulator
3.8 Alur Penelitian
33
3.9 Prosedur Dalam Pelaksanaan Penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan alat pembacaan (reader dan selector) thermokopel.
2. Mempersiapkan seksi uji (untuk perubahan variasi ketebalan turbulator)
3. Mempersiapkan seksi uji pada Multi Purpose Air Duct.
- Mengisolasi celah sambungan seksi uji dengan Multi Purpose Air Duct
- Memasang isolator (gabus) pada kedua sisi sambungan pipa seksi uji.
4. Menghubungkan semua sistem dengan sumber listrik.
5. Menghidupkan heater pemanas air boiler dan mensetting Automatic thermo-
Controller hingga temperatur fluida panas masuk seksi uji ± 60° C.
6. Menghidupkan pompa fluida panas dan mengatur debit (skala rotometer)
dengan katup bay-pass hingga aliran dalam pipa adalah kembang penuh
(pada 350 L/jam).
7. Menghidupkan fan centrifugal.
8. Mengatur bukaan damper (sesuai variasi kecepatan aliran udara duct)
dengan skala pengukuran menggunakan anemometer.
9. Menunggu hingga sistem steady.
10. Mencatat ho manometer.
11. Mencatat h1 manometer.
12. Mencatat debit fluida panas ; Th in ; Th out ; Tc in ; Tc out dan Tw out 1-2 (sebagai
temp. pada θ= 90°), Tw out 3-4 (sebagai temp. pada θ= 0° / stagnasi), Tw out 5-6
(sebagai temp. pada θ= -90°) dalam selang waktu setiap 10 menit, hingga
diperoleh 3 data steady.
13. Melakukan variasi kecepatan aliran udara, dengan mengulangi langkah
percobaan pada no.8 s/d no. 12. (dilakukan variasi kecepatan aliran udara
sebanyak 4 variasi)
14. Setelah selesai melakukan percobaan, mematikan sistem dan melepas sistem
dari sumber listrik.
15. Mempersiapkan seksi uji untuk pengujian dengan variasi ketebalan
turbulator yang berbeda, setelah itu mengulangi langkah percobaan pada
no.3 s/d no.14. (dilakukan variasi ketebalan turbulator sebanyak 5 variasi
dan 1 variasi tanpa turbulator).
16. Setelah semua data diperoleh, maka melakukan pengolahan data, analisa
hasil dan penarikan kesimpulan.
( )( )( )å å
å åå-
-=
22ii
iiii
xxn
yxyxna
( )( ) ( )( )( )å å
åååå-
-=
22
2
ii
iiiii
xxn
xyxxyb
baxy +=
( )( )28.88282.6183314
8758.8825.6109514
-
-=
x
xx9600332.0=
( ) ( )( )28.88282.6183314
8.8825.6109582.61833875
-
-=
x
xx 96305.1=
96305.19600332.0 += xy
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1. Kalibrasi
Sebelum melakukan pengambilan data, untuk mendapatkan hasil yang
presisi atau valid, perlu dilakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang digunakan.
Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan alat ukur yang digunakan terhadap
thermometer air raksa (yang masih normal). Data-data temperatur yang diambil
dalam kalibrasi ini dengan rentang masing – masing pengambilan data 5 0C.
Kalibrasi dilakukan menggunakan metode least square, sehingga akan
didapat hubungan persamaan antara x dan y yaitu :
Sebagai contoh perhitungan adalah kalibrasi pada thermokopel Tcin
sebagai berikut :
untuk
Sehingga akan kita dapatkan hubungan antara x dan y yaitu :
Untuk mengetahui keakurasian persamaan tersebut, maka perlu dicari
koefisien kerelasi (r). Apabila r = 0 maka persamaan yang dihasilkan tidak akurat,
sedangkan apabila r mendekati 1 maka deviasi yang terjadi semakin kecil dan
persamaan tersebut dapat dipakai.
35
21
2
,2
1 úû
ùêë
é-=
y
xyr
ss
( )2
1
1
2
1úúúú
û
ù
êêêê
ë
é
-
-=
å=
n
yyn
imi
ys
( )2
1
1
2
, 2úúúú
û
ù
êêêê
ë
é
-
-=
å=
n
yyn
iici
xys
n
yy i
må=
5.6214875
==
21
1350.5687
úûù
êëé=ys
916501.20=
21
12623495.3
úûù
êëé=
549507.0=
( )( ) ú
û
ùêë
é-=
2
22
916501.20
549507.01r
9993.0=
úû
ùêë
é-=@
y
xyr
2
,2
2 1s
s
Koefisien kerelasi (r) didefinisikan sebagai :
Untuk ys adalah :
dengan
sehingga
Untuk xy ,s adalah :
Sehingga kita dapatkan nilai r adalah :
Dari hasil r yang didapatkan dapat kita ketahui bahwa deviasi yang terjadi
sangat kecil sehingga persamaan y = 0.9600332 x + 1.96305 dapat dipakai dalam
perhitungan. Untuk kalibrasi thermokopel yang lainnya dilakukan dengan cara
yang sama dengan kalibrasi thermokopel Tc in dan hasil selengkapnya seperti
terlihat pada lampiran 1 s/d 5 dan lampiran 8 s/d 12.
36
4.2. Perhitungan Eksperimental
Dalam perhitungan ini menggunakan batasan dimana nilai konduktifitas
thermal bahan adalah constan. Bahan pipa yang dipergunakan dalam penelitian
adalah tembaga (copper) sehingga diambil nilai konduktifitas thermal bahan pada
temperatur lingkungan berdasarkan tabel Incropera, F.P., and Dewitt, D.P.1990
(lampiran 14) diperoleh harga k pada temp. 3000K adalah 401 W/m.oK. Harga
inilah yang dipergunakan dalam perhitungan.
Data-data silinder pada seksi uji :
· Do = 22.2 mm ; ro = 11.1 mm
· Di = 20 mm ; ri = 10 mm
4.2.1. Perhitungan Pada Variasi Tanpa Turbulator.
Sebagai contoh, perhitungan adalah pada kecepatan aliran udara 1.0 m/s.
Data- data temperatur adalah temperatur rata-rata dari 3 data keadaan steady.
Data yang diperoleh adalah :
1. Temp air panas masuk (Th in) : 60.49 oC
2. Temp air panas keluar (Th out) : 59.57 oC
3. Temp udara masuk (Tc in) : 27.72 oC
4. Temp udara keluar (Tc out) : 32.32 oC
5. Temp dinding luar θ : 90o
- Temp ujung masuk (Two 1) : 56.80 oC
- Temp ujung keluar (Two 2) : 56.36 oC
6. Temp dinding luar θ : 0o (stagnasi)
- Temp ujung masuk (Two 3) : 56.49 oC
- Temp ujung keluar (Two 4) : 56.64 oC
7. Temp dinding luar θ : - 90o
- Temp ujung masuk (Two 5) : 55.50 oC
- Temp ujung keluar (Two 6) : 56.53 oC
8. ho manometer : 9.5 cm
9. h1 manometer : 9.62 cm
37
( )incoutc
o
udara TTCpmQ -= ..
Avmo
..r=
23 045.0./0.1./1513.1 msmmkgmo
=
skg /0518.0=
( )[ ] KKkgkJskgQ ooudara 27372.2732.32./00712.1./0518.0 +-=
skJ /4848.14=
Watt8.14484=
o
m
Dari data temperatur diatas dicari temperatur rata-rata dari ujung masuk dan
keluar, sehingga diperoleh :
1. outinhT - : 60.03 oC
2. outincT - : 30.02 oC
3. θ : 90o outinwoT - : 56.58 oC
4. θ : 0o outinwoT - : 56.56 oC
5. θ : - 90o outinwoT - : 56.01 oC
Properti air pada outinhT - = 60.03 oC adalah :
r : 983.28 kg/m3
m : 4.672 .10-4 kg/m.s
ki : 0.65364 W/m.oK
Pr : 2.9864
Cp : 4.1852 kJ/kgoK
Properti udara pada outincT - = 30.02 oC adalah :
r : 1.1513 kg/m3
Cp : 1.00712 kJ/kgoK
4.2.1.1 Metode Pengukuran Temperatur Dinding (wall temperature
measuring method)
Menghitung Qudara dengan persamaan (16) :
dan untuk mencari dihitung menggunakan persamaan (17) sebagai berikut :
Sehingga
38
f
oo
o k
DhNu
o
o
.90
90 =
KmW
mxKmWNu
oo o
./02751.0
0222.0./92.256 2
90=
36.207=
( ) ( )[ ] KmWatt
hoo o
27302.3058.56.18.15.0.0222.0.14.38.14484
290 +-=
KmW 2/92.256=
2¥+
=TT
Two
f
202.3058.56 CC
Too
f
+=
KC oo 30.31630.43 »=
( )[ ] ( )¥-=
TTNlD
Qh
woo
udarao o
....90 p
Menghitung koefisien perpindahan panas konveksi lokal dinding luar pipa pada
q : 90o dengan persamaan (19) sebagai berikut :
Dengan cara yang sama, dihitung koefisien perpindahan panas konveksi lokal
dinding luar pipa pada sudut θ : 0o dan -90o diperoleh hasil ooh
0= 256.93 W/m2.K
dan ooh
90-= 257.40 W/m2.K
Sehingga dapat dihitung koefisien perpindahan panas rata-rata dinding luar
pipa dengan persamaan (20) dan diperoleh hasil oh = 257.08 W/m2.K
Menghitung angka Nusselt lokal dinding luar pada q : 90o dengan persamaan (21)
dimana
fk = konduktivitas termal udara duct berdasarkan temp.film dihitung dengan
persamaan (22) sebagai berikut :
Sehingga
Dari tabel properties (lampiran 13) dengan cara interpolasi diperoleh harga kf =
0.02751 W/m.K
Sehingga
Dengan cara yang sama, dihitung angka Nusselt dinding luar pipa pada sudut θ :
0o dan -90o diperoleh hasil ooNu 0 = 207.37 dan ooNu 90- = 207.90
39
qg sin.. hP D=D
qr sin... hgoli D=
omsmmkg 20sin.0012.0./81.9./33.967 23=
Pa89.3=
21
22
2 úúû
ù
êêë
é÷ø
öçè
æ+= TLD
SSS
2
DST +
( ) mm5.552
6.664.44
21
22 =
úúû
ù
êêë
é÷øö
çèæ+=
VDS
SV
T
T
-=max
( ) smmm
mm/0.1
2.226.66
6.66
-=
sm /5.1=
nh
D
DVmaxmax,Re =
sm
msm
/10.7515.1
2.0./5.125-=
8.17123=
Sehingga dapat dihitung angka Nusselt rata-rata dinding luar pipa dengan
persamaan (23) dan diperoleh hasil oNu = 207.54
Diperoleh data properti pada fT = 316.20 oK adalah :
Pr : 0.70473
v : 1.7520.10-5 m2/s
Sehingga dapat dihitung Re max dengan langkah sebagai berikut :
Mencari Vmax dengan persamaan (3) dan (4) :
Untuk adalah 44.4 mm, karena hasilnya lebih kecil dari SD maka :
Jadi Re max dapat dihitung menggunakan persamaan (2) :
Untuk menghitung penurunan tekanan dipergunakan persamaan (34) :
Sehingga
40
ia
debitQV
)(=
24
35
10.14.3
/10.722.9
m
sm-
-
=
4
.
/3502
iD
jamL
p=
sm /30962.0=
mr i
i
DV ..Re =
smkg
msmmkg
./10.6718.4
020.0./30962.0./82.10164
3
-=
82.13477=
3.08.0 PrRe023.0 iiiNu =
( ) ( ) 3.08.0 9864.282.13477023.0=
264.64=
i
iii D
kNuh
.=
m
KmW o
020.0
)/(65364.0.264.64=
KmW ./26.2100 2=
( )[ ] LMTDoo TNlD
QU
D=
....p
( ) ( )( ) ( )[ ]incouthoutcinh
incouthoutcinhLMTD TTTT
TTTTT
--
---=D
/ln
( ) ( )( ) ( )[ ] KC oo 97.30297.29
72.2757.59/32.3249.60ln72.2757.5932.3249.60
»=--
---=
4.2.1.2 Metode Koefisien Pemisah ( sparating coefficient method )
Mencari kecepatan aliran air panas ( V )
Mencari angka Reynolds pada aliran dalam pipa dengan persamaan (1) :
Mencari angka Nusselt pada aliran dalam pipa (Nui) dengan persamaan (24):
Mencari koefisien perpindahan panas konveksi pada aliran dalam pipa (hi) dengan
persamaan (25):
Mencari koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan dinding luar
pipa (Uo) dengan persamaan (27) :
Untuk LMTDTD dihitung menggunakan persamaan (28) :
41
( )[ ] Km
WattU
oo 97.302.18.15.0.0222.0.14.3
8.144842
=
KmW ./0176.254 2=
i
oo
ii
o
o
o
r
r
lk
a
ha
a
U
hln
...211
1'
p--
=
mm
mxKmWxxm
KmWmm
KmW o 010.00111.0
ln15.0./40114.32
1882.0./26.2100
116956.01882.0
./0176.2541
12
22
2
2--
=
KmW ./232.299 2=
f
ooo k
DhNu
.'' =
KmW
mKmWo./02750.0
0222.0../232.299 2
=
85.241=
Sehingga
Mencari koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa (h’o) dengan
persamaan (30) :
Mencari angka Nusselt dinding luar pipa dengan persamaan (31) :
4.2.2. Perhitungan Pada Variasi Ketebalan Turbulator 0.5 mm.
Sebagai contoh, perhitungan adalah pada kecepatan aliran udara 1.0 m/s.
Data- data temperatur adalah temperatur rata-rata dari 3 data keadaan steady.
Data yang diperoleh adalah :
1. Temp air panas masuk (Th in) : 60.66 oC
2. Temp air panas keluar (Th out) : 58.77 oC
3. Temp udara masuk (Tc in) : 28.01 oC
4. Temp udara keluar (Tc out) : 32.26 oC
5. Temp dinding luar θ : 90o
- Temp ujung masuk (Two 1) : 56.29 oC
- Temp ujung keluar (Two 2) : 56.06 oC
42
( )incoutc
o
udara TTCpmQ -= ..
Avmo
..r=
o
m
6. Temp dinding luar θ : 0o (stagnasi)
- Temp ujung masuk (Two 3) : 56.25 oC
- Temp ujung keluar (Two 4) : 56.24 oC
7. Temp dinding luar θ : - 90o
- Temp ujung masuk (Two 5) : 56.47 oC
- Temp ujung keluar (Two 6) : 56.46 oC
8. ho manometer : 9.5 cm
9. h1 manometer : 9.65 cm
Dari data temperatur diatas dicari temperatur rata-rata dari ujung masuk dan
keluar, sehingga diperoleh :
1. outinhT - : 59.71 oC
2. outincT - : 30.13 oC
3. θ : 90o outinwoT - : 56.17 oC
4. θ : 0o outinwoT - : 56.25 oC
5. θ : - 90o outinwoT - : 56.47 oC
Properti air pada outinhT - = 59.71 oC adalah :
r : 983.42 kg/m3
m : 4.6945 .10-4 kg/m.s
ki : 0.65326 W/m.oK
Pr : 3.0034
Cp : 4.1851 kJ/kgoK
Properti udara pada outincT - = 30.13 oC adalah :
r : 1.1510 kg/m3
Cp : 1.00713 kJ/kgoK
4.2.2.1 Metode Pengukuran Temperatur Dinding (wall temperature
measuring method)
Menghitung Qudara dengan persamaan (35) :
dan untuk mencari dihitung menggunakan persamaan (36) sebagai berikut :
43
f
oo
o k
DhNu
o
o
.90
90 =
23 045.0./0.1./1510.1 msmmkgmo
=
skg /0518.0=
( )[ ] KKkgkJskgQ ooudara 27301.2826.32./00713.1./0518.0 +-=
skJ /4618.14=
Watt8.14461=
2¥+
=TT
Two
f
2
13.3017.56 CCT
oo
f
+=
KC oo 15.31615.43 »=
( ) ( )[ ]{ } ( )¥--=
TTNlD
Qh
woo
udarao o
...2..90 lp
( ) ( )[ ]{ } ( )[ ] KmWatt
o27313.3017.56.18.15.0.2.005.00222.0.14.38.14461
2 +--=
KmW ./98.299 2=
Sehingga
Menghitung koefisien perpindahan panas konveksi lokal dinding luar pipa pada
q : 90o dengan persamaan (38) sebagai berikut :
Dengan cara yang sama, dihitung koefisien perpindahan panas konveksi lokal
dinding luar pipa pada sudut θ : 0o dan -90o diperoleh hasil ooh
0= 299.91 W/m2.K
dan ooh
90-= 299.69 W/m2.K
Sehingga dapat dihitung koefisien perpindahan panas rata-rata dinding luar
pipa dengan pemasangan turbulator menggunakan persamaan (39) dan diperoleh
hasil oh = 299.86 W/m2.K
Menghitung angka Nusselt lokal dinding luar pada q : 90o dengan persamaan (40)
dimana
fk = konduktivitas termal udara duct berdasarkan temp.film dihitung dengan
persamaan (22) sebagai berikut :
Sehingga
Dari tabel properties (lampiran 13) dengan cara interpolasi diperoleh harga kf =
0.02750 W/m.K
44
KmW
mxKmWNu
oo o
./02750.0
0222.0./98.299 2
90=
21.242=
qg sin.. hP D=D
qr sin... hgoli D=
omsmmkg 20sin.0015.0./81.9./33.967 23=
Pa87.4=
VDS
SV
T
T
-=max
( ) smmm
mm/0.1
2.226.66
6.66
-=
sm /5.1=
nh
D
DVmaxmax,Re =
sm
msm
/10.7521.1
2.0./5.125-
=
1.17122=
Sehingga
Dengan cara yang sama, dihitung angka Nusselt dinding luar pipa pada sudut θ :
0o dan -90o diperoleh hasil ooNu 0 = 242.13 dan ooNu 90- = 241.88
Sehingga dapat dihitung angka Nusselt rata-rata dinding luar pipa dengan
pemasangan turbulator menggunakan persamaan (41) dan diperoleh hasil oNu =
242.07
Diperoleh data properti pada fT = 316.21 oK adalah :
Pr : 0.70473
v : 1.7521.10-5 m2/s
Sehingga dapat dihitung Re max dengan langkah sebagai berikut :
Mencari Vmax dengan persamaan (4) :
Jadi Re max dapat dihitung menggunakan persamaan (2) :
Untuk menghitung penurunan tekanan dipergunakan persamaan (34) :
Sehingga
45
ia
debitQV
)(=
24
35
10.14.3
/10.722.9
m
sm-
-
=
4
.
/3502
iD
jamL
p=
sm /30962.0=
mr i
i
DV ..Re =
smkg
msmmkg
./10.6945.4
020.0./30962.0./92.10164
3
-=
9.13413=
3.08.0 PrRe023.0 iiiNu =
( ) 3.08.0 0034.39.413.13023.0=
129.64=
i
iii D
kNuh
.=
m
KmW o
020.0
)/(65326.0.129.64=
KmW ./64.2094 2=
( ) ( )( ) ( )[ ]incouthoutcinh
incouthoutcinhLMTD TTTT
TTTTT
--
---=D
/ln
( ) ( )[ ]{ } LMTDoo TNlD
QU
D-=
...2.. lp
4.2.2.2 Metode Koefisien Pemisah ( sparating coefficient method )
Mencari kecepatan aliran air panas ( V )
Mencari angka Reynolds pada aliran dalam pipa dengan persamaan (1) :
Mencari angka Nusselt pada aliran dalam pipa (Nui) dengan persamaan (42):
Mencari koefisien perpindahan panas konveksi pada aliran dalam pipa (hi) dengan
persamaan (43):
Mencari koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan dinding luar
pipa (Uo) dengan persamaan (44) :
Untuk LMTDTD dihitung menggunakan persamaan (28) :
46
( ) ( )( ) ( )[ ] KC oo 57.30257.29
01.2877.58/26.3266.60ln01.2877.5826.3266.60
»=--
---=
KmW ./487.296 2=
mm
mxKmWxxm
KmWmm
KmW o 010.00111.0
ln15.0./40114.32
161212.0./64.2094
116956.0
161212.0./487.296
11
2
22
2
2--
=
KmW ./853.338 2=
f
ooo k
DhNu
.'' =
92.275./02750.0
0222.0../853.338 2
==KmW
mKmWo
( ) ( )[ ]{ } Km
WattU
oo 57.302.18.15.0.2.005.00222.0.14.3
8.144612-
=
( ) ( )[ ]{ }( )
( ) ( )[ ]{ }i
oo
ii
o
o
o
rr
lkNlD
hNlDNlD
U
hln.
...2..2..1
....
..2..11
'
pp
pp ll -
--
-=
Sehingga
Mencari koefisien perpindahan panas konveksi dinding luar pipa (h’o) dengan
persamaan (46) :
Mencari angka Nusselt dinding luar pipa dengan persamaan (47) :
Untuk hasil perhitungan dan properties selengkapnya dapat dilihat seperti pada
lampiran (7). Perbandingan hasil perhitungan koefisien perpindahan panas
konveksi dan angka Nusselt dengan menggunakan metode pengukuran temperatur
dinding dan koefisien pemisah dapat dilihat seperti terlihat pada tabel 4.1. sebagai
berikut :
47
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas,
Angka Nusselt Dan Pressure Drop
Perbandingan Hasil Perhitungan Tanpa Turbulator
Kecepatan udara ho rata-rata h'o Nuo rata-rata Nu'o
1.0 257.08 299.23 207.54 241.85 3.89 1.5 385.11 491.74 311.32 397.96 8.11 2.0 512.78 727.24 414.84 589.00 16.23 2.5 640.53 1015.25 518.59 822.91 27.59
Turbulator 0.5 mm
Kecepatan udara ho rata-rata h'o Nuo rata-rata Nu'o
1.0 299.86 338.85 242.07 273.86 4.87 1.5 449.82 575.45 363.49 465.54 9.74 2.0 599.92 852.17 484.95 689.63 19.47 2.5 749.50 1191.59 605.98 964.51 30.83
Turbulator 1.2 mm
Kecepatan udara ho rata-rata h'o Nuo rata-rata Nu'o
1.0 300.49 350.31 242.57 283.10 6.49 1.5 449.59 574.30 363.07 464.30 12.98 2.0 598.87 849.37 483.95 687.15 25.96 2.5 747.42 1185.47 604.23 959.43 40.57
Turbulator 1.9 mm
Kecepatan udara ho rata-rata h'o Nuo rata-rata Nu'o
1.0 300.52 349.94 242.86 283.11 8.11 1.5 449.86 574.36 363.60 464.75 14.61 2.0 599.07 846.92 484.65 685.93 29.21 2.5 748.75 1187.91 605.21 961.25 45.44
Turbulator 2.6 mm
Kecepatan udara ho rata-rata h'o Nuo rata-rata Nu'o
1.0 300.75 350.12 242.59 282.77 9.74 1.5 450.87 575.10 364.46 465.42 17.85 2.0 600.98 850.15 486.17 688.51 35.70 2.5 751.08 1189.46 607.90 963.90 53.55
Turbulator 3.3 mm
Kecepatan udara ho rata-rata h'o Nuo rata-rata Nu'o
1.0 300.93 349.47 243.29 282.85 11.36 1.5 450.81 574.47 364.46 464.96 22.72 2.0 600.69 845.84 486.21 685.41 42.19 2.5 750.90 1189.02 607.78 963.49 63.29
PD
PD
PD
PD
PD
PD
48
nmCNu PrRe=
PrRe LognLogmCLogNuLog ++=
Dari tabel 4.1. terlihat perbandingan hasil perhitungan antara metode
pengukuran temperatur dinding dan metode koefisien pemisah. Terlihat bahwa
nilai perhitungan dari metode koefisien pemisah lebih tinggi dari metode
pengukuran temperatur dinding. Hal tersebut terjadi karena dalam metode
koefisien pemisah tingkat keakurasiannya rendah dimana metode ini sering
dilakukan untuk mengetahui karakteristik perpindahan panas ketika penerapan
teknik pengukuran temperatur dinding sulit dilakukan sedangkan dengan metode
pengukuran temperatur dinding memiliki tingkat keakurasian yang lebih tinggi
karena dalam teknik ini dilakukan pengukuran temperatur dinding luar secara
langsung untuk mengetahui karakteristik perpindahan panasnya.
4.3. Perhitungan Empirik
Dalam perhitungan angka Nusselt empirik dilakukan berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan metode pengukuran temperatur dinding karena
metode tersebut memberikan hasil perhitungan karakteristik perpindahan panas
yang lebih akurat.
Perumusan umum untuk perhitungan angka Nusselt empirik diberikan
seperti pada persamaan (36) sebagai berikut :
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, maka dilakukan pelinieran terhadap
persamaan tersebut menjadi :
Dengan C, m dan n adalah konstanta yang diperoleh dari data percobaan. Untuk
bentuk persamaan diatas maka penyelesaiannya adalah dengan regresi linear
ganda karena log Nu adalah fungsi linear dari log Re dan log Pr.
Data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan persamaan angka Nusselt empirik
dapat dilihat seperti pada tabel 4.2. sebagai berikut :
49
ïïþ
ïïý
ü
ïïî
ïïí
ì
=ïþ
ïý
ü
ïî
ïí
ì
úúúú
û
ù
êêêê
ë
é
ååå
åååå åå
åå
YX
YX
Y
n
m
C
XXXX
XXXX
XXn
2
1
22212
212
11
21 log
ïþ
ïý
ü
ïî
ïí
ì
-=
ïþ
ïý
ü
ïî
ïí
ì
úúú
û
ù
êêê
ë
é
----
54096.1
26432.45
143020.10log
092325.070658.2607702.0
70658.24360.79815303.17
607702.0815303.174
n
m
C
627.0993.0 PrRe016.0=Nu
Tabel 4.2. Data-data Untuk Perhitungan Perumusan Empirik
Angka Nusselt Variasi Tanpa Turbulator :
Log Nu Log Re Log Pr X12 X2
2 X1X2 X1Y X2Y No
(Y) (X1) (X2)
1 2.317104 4.233599 -0.151976 17.9234 0.023097 -0.64340 9.80969 -0.35214
2 2.493208 4.410926 -0.151933 19.4563 0.023084 -0.67017 10.99736 -0.37880
3 2.617882 4.536571 -0.151909 20.5805 0.023076 -0.68915 11.87621 -0.39768
4 2.714827 4.634206 -0.151884 21.4759 0.023069 -0.70386 12.58107 -0.41234
n 10.143020 17.815303 -0.607702 79.4360 0.092325 -2.70658 45.26432 -1.54096
Dari data-data tersebut diatas kemudian disusun dalam bentuk matrik menjadi :
Sehingga tersusun menjadi :
Dengan eliminasi Gauss diperoleh hasil :
log C = -1.78991 Þ C = 0.0162
m = 0.99261
n = 0.6269
Sehingga perumusan empirik Nusselt number untuk variasi tanpa turbulator
adalah :
Sedangkan data untuk perumusan empirik angka Nusselt dengan variasi ketebalan
turbulator dapat dilihat seperti pada tabel 4.3. berikut :
50
Tabel 4.3. Data-data Untuk Perhitungan Perumusan Empirik Angka Nusselt Dengan Variasi Ketebalan Turbulator.
Log Nu Log Re Log Pr X1
2 X22 X1X2 X1Y X2Y
No (Y) (X1) (X2)
Turbulator 0.5 mm
1 2.383941 4.233557 -0.151977 17.9230 0.023097 -0.64340 10.09255 -0.36230
2 2.560495 4.410585 -0.151945 19.4533 0.023087 -0.67017 11.29328 -0.38905
3 2.685698 4.535827 -0.151934 20.5737 0.023084 -0.68915 12.18186 -0.40805
4 2.782456 4.632919 -0.151928 21.4639 0.023082 -0.70387 12.89089 -0.42273
n 10.41259 17.81289 -0.607785 79.4139 0.092351 -2.70659 46.45859 -1.58214
Turbulator 1.2 mm
1 2.384831 4.233514 -0.151979 17.9226 0.023098 -0.64340 10.09622 -0.36244
2 2.559993 4.409970 -0.151966 19.4478 0.023094 -0.67017 11.28949 -0.38903
3 2.684801 4.535542 -0.151944 20.5711 0.023087 -0.68915 12.17703 -0.40794
4 2.781203 4.632809 -0.151932 21.4629 0.023083 -0.70387 12.88478 -0.42255
n 10.41083 17.81183 -0.607821 79.4045 0.092362 -2.70659 46.44752 -1.58197
Turbulator 1.9 mm
1 2.385351 4.234535 -0.151943 17.9313 0.023087 -0.64341 10.10085 -0.36244
2 2.560620 4.410769 -0.151939 19.4549 0.023085 -0.67017 11.29430 -0.38906
3 2.685430 4.536570 -0.151909 20.5805 0.023076 -0.68915 12.18264 -0.40794
4 2.781905 4.632660 -0.151937 21.4615 0.023085 -0.70387 12.88762 -0.42267
n 10.41331 17.81453 -0.607728 79.4282 0.092333 -2.70659 46.46542 -1.58211
Turbulator 2.6 mm
1 2.384875 4.232941 -0.151999 17.9178 0.023104 -0.64340 10.09503 -0.36250
2 2.561655 4.410899 -0.151934 19.4560 0.023084 -0.67017 11.29920 -0.38920
3 2.686788 4.536527 -0.151910 20.5801 0.023077 -0.68915 12.18868 -0.40815
4 2.783829 4.633999 -0.151891 21.4739 0.023071 -0.70386 12.90026 -0.42284
n 10.41715 17.81437 -0.607734 79.4278 0.092335 -2.70658 46.48318 -1.58269
Turbulator 3.3 mm
1 2.386118 4.234917 -0.151930 17.9345 0.023083 -0.64341 10.10501 -0.36252
2 2.561652 4.411013 -0.151930 19.4570 0.023083 -0.67017 11.29948 -0.38919
3 2.686821 4.537042 -0.151893 20.5848 0.023071 -0.68914 12.19022 -0.40811
4 2.783750 4.633949 -0.151893 21.4735 0.023071 -0.70386 12.89975 -0.42283
n 10.41834 17.81692 -0.607646 79.4498 0.092308 -2.70658 46.49447 -1.58266
Dari data-data tersebut diatas kemudian untuk perhitungan setiap variasi ketebalan
turbulator disusun dalam bentuk matrik dan sebagai contoh perhitungan diambil
data untuk variasi turbulator 0.5 mm :
51
1574.0995.0 PrRe016.0=Nu
8665.0993.0 PrRe021.0=Nu
6053.0995.0 PrRe018.0=Nu8205.0996.0 PrRe02.0=Nu
9825.0998.0 PrRe02.0=Nu
ïþ
ïý
ü
ïî
ïí
ì
-=
ïþ
ïý
ü
ïî
ïí
ì
úúú
û
ù
êêê
ë
é
----
58214.1
45859.46
41259.10log
092351.070659.2607785.0
70659.24139.7981289.17
607785.081289.174
n
m
C
Dengan eliminasi Gauss diperoleh hasil :
log C = -1.6915 Þ C = 0.02035
m = 0.9979
n = 0.98252
Sehingga perumusan empirik angka Nusselt untuk variasi ketebalan turbulator 0.5
mm adalah :
Untuk variasi ketebalan turbulator yang lain dihitung dengan cara yang
sama dan hasil yang diperoleh sebagai berikut :
- turbulator 1.2 mm :
- turbulator 1.9 mm :
- turbulator 2.6 mm :
- turbulator 3.3 mm : Perumusan empirik tersebut diatas dengan batasan sebagai berikut :
§ Kecepatan aliran udara 1.0 m/s sampai 2.5 m/s
§ Temperatur air panas ± 60oC
§ Susunan silinder Staggered
§ Analisa berdasarkan temperatur film
§ Pengukuran Two pada -90o, 0o dan 90o
52
Grafik Koefisien Perpindahan Panas Konveksi vs Variasi Ketebalan turbulator
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5Ketebalan turbulator
hc
ra
ta-r
ata
(W
/m2 .K
)
Kec 2.5 m/s (koefisien pemisah)
Kec 2.0 m/s (koefisien pemisah)
Kec 1.5 m/s (koefisien pemisah)
Kec 1.0 m/s (koefisien pemisah)
Kec 2.5 m/s (pengukuran temp.dinding)
Kec 2.0 m/s (pengukuran temp.dinding)
Kec 1.5 m/s (pengukuran temp.dinding)
Kec 1.0 m/s (pengukuran temp.dinding)
Linear (Kec 2.5 m/s (pengukurantemp.dinding))Linear (Kec 2.0 m/s (pengukurantemp.dinding))Linear (Kec 1.5 m/s (pengukurantemp.dinding))Linear (Kec 1.0 m/s (pengukurantemp.dinding))
4.3. Analisa Hasil Percobaan
4.3.1. Pengaruh Variasi Ketebalan Turbulator Terhadap Koefisien
Perpindahan Panas Konveksi.
Gambar 4.1. Grafik koefisien perpindahan panas konveksi
vs variasi ketebalan turbulator
Gambar 4.1. menunjukkan grafik hubungan antara pengaruh variasi
ketebalan turbulator terhadap koefisien perpindahan panas konveksi dalam 4
variasi kecepatan udara.
Pada variasi kecepatan udara 1 m/s nilai koefisien perpindahan panas
konveksi dari variasi tanpa turbulator sampai dengan variasi ketebalan turbulator
3,3 mm berturut –turut adalah 257.08 W/m2.K, 299.86 W/m2.K, 300.49 W/m2.K,
300.52 W/m2.K, 300.75 W/m2.K, dan 300.93 W/m2.K. Terlihat adanya peningkatan
koefisien perpindahan panas konveksi yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 16.64 %.
Sedangkan pada penambahan variasi ketebalan turbulator hingga 3.3 mm
menunjukkan adanya peningkatan yang kurang signifikan, akan tetapi dapat
terlihat adanya trend yang semakin meningkat dengan penambahan variasi
ketebalan turbulator.
53
Pada variasi kecepatan udara 1.5 m/s nilai koefisien perpindahan panas
konveksi berturut-turut adalah 385.11 W/m2.K, 449.82 W/m2.K, 449.59 W/m2.K,
449.86 W/m2.K, 450.87 W/m2.K dan 450.81 W/m2.K. Terlihat adanya peningkatan
koefisien perpindahan panas konveksi yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 16.80 %.
Sedangkan pada penambahan variasi ketebalan turbulator hingga 3.3 mm terlihat
adanya sedikit penurunan nilai koefisien perpindahan panas konveksi pada
beberapa variasi ketebalan yaitu pada variasi ketebalan turbulator 1.2 mm dan 3.3
mm, akan tetepi secara keseluruhan masih dapat terlihat adanya trend yang
semakin meningkat dengan penambahan variasi ketebalan turbulator.
Pada variasi kecepatan udara 2.0 m/s nilai koefisien perpindahan panas
konveksi berturut-turut adalah 512.78 W/m2.K, 599.92 W/m2.K, 598.87 W/m2.K,
599.07 W/m2.K, 600.98 W/m2.K dan 600.69 W/m2.K. Terlihat adanya peningkatan
koefisien perpindahan panas konveksi yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 16.99 %.
Sedangkan pada penambahan variasi ketebalan turbulator hingga 3.3 mm terlihat
adanya sedikit penurunan nilai koefisien perpindahan panas konveksi pada
beberapa variasi ketebalan yaitu pada variasi ketebalan turbulator 1.2 mm dan 3.3
mm, akan tetepi secara keseluruhan masih dapat terlihat adanya trend yang
semakin meningkat dengan penambahan variasi ketebalan turbulator.
Pada variasi kecepatan udara 2.5 m/s nilai koefisien perpindahan panas
konveksi berturut-turut adalah 640.53 W/m2.K, 749.50 W/m2.K, 747.42 W/m2.K,
748.75 W/m2.K, 751.08 W/m2.K dan 750.90 W/m2.K. Terlihat adanya peningkatan
koefisien perpindahan panas konveksi yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 17.01 %.
Sedangkan pada penambahan variasi ketebalan turbulator hingga 3.3 mm terlihat
adanya sedikit penurunan nilai koefisien perpindahan panas konveksi pada
beberapa variasi ketebalan yaitu pada variasi ketebalan turbulator 1.2 mm dan 3.3
mm, akan tetepi secara keseluruhan masih dapat terlihat adanya trend yang
semakin meningkat dengan penambahan variasi ketebalan turbulator.
54
Grafik Koefisien Perpindahan Panas Konveksi vs Re max
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000
Re max
hc(W
/m2.K
)
3.3 mm (koefisien pemisah)
2.6 mm (koefisien pemisah)
1.9 mm (koefisien pemisah)
1.2 mm (koefisien pemisah)
0.5 mm (koefisien pemisah)
tanpa (koefisien pemisah)
3.3 mm (mengukur temp dinding)
2.6 mm (mengukur temp dinding)
1.9 mm (mengukur temp dinding)
1.2 mm (mengukur temp dinding)
0.5 mm (mengukur temp dinding)
tanpa (mengukur temp dinding)
Dari hasil tersebut diatas terlihat bahwa peningkatan koefisien
perpindahan panas konveksi terjadi cukup besar pada variasi tanpa turbulator dan
variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 16.64 – 17.01 %. Sedangkan
pada penambahan variasi ketebalan turbulator terlihat adanya kecenderungan
peningkatan koefisien perpindahan panas konveksi, akan tetapi peningkatan yang
terjadi tidak cukup besar. Hal tersebut terjadi karena turbulator yang berfungsi
sebagai alat pengganggu aliran udara, dimana aliran laminar dipaksa berubah
menjadi turbulent akan lebih efektif pada ketebalan yang minimum. Pada variasi
ketebalan turbulator 0.5 mm, reattachment yang terjadi lebih efektif dan
memungkinkan turbulensi wake yang terjadi kontak dengan permukaan silinder
pada daerah adverse pressure gradient. Hasil penelitian ini identik dengan
penelitian yang dilakukan Yongsiri Kittisak dkk, (2006) tentang pengaruh dari
pembangkitan aliran turbulent terhadap peningkatan perpindahan panas.
Dinyatakan bahwa dengan pembangkitan aliran turbulent atau aliran yang
berputar akan dapat memperpanjang waktu kontak udara dalam seksi uji dan
dapat meningkatkan laju perpindahan panasnya.
4.3.2. Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Koefisien Perpindahan
Panas Konveksi.
Gambar 4.2. Grafik koefisien perpindahan panas konveksi
vs angka Reynolds
55
Gambar 4.2. menunjukkan grafik hubungan antara pengaruh variasi
kecepatan udara terhadap koefisien perpindahan panas konveksi untuk 5 variasi
ketebalan turbulator dan variasi tanpa turbulator.
Pada variasi tanpa turbulator nilai koefisien perpindahan panas konveksi
dari variasi kecepatan udara 1.0 m/s sampai dengan 2.5 m/s berturut-turut adalah
257.08 W/m2.K, 385.11 W/m2.K, 512.78 W/m2.K dan 640.53 W/m2.K. Terlihat
bahwa koefisien perpindahan panas konveksi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya variasi kecepatan udara. Hal yang sama juga terlihat pada variasi
ketebalan turbulator dari ketebalan 0.5 mm sampai dengan ketebalan 3.3 mm.
Dimana nilai koefisien perpindahan panas konveksi untuk variasi ketebalan
turbulator 0.5 mm adalah 299.86 W/m2.K, 449.82 W/m2.K, 599.92 W/m2.K dan
749.50 W/m2.K.. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi untuk variasi
ketebalan turbulator 1.2 mm adalah 300.49 W/m2.K, 449.59 W/m2.K, 598.87
W/m2.K dan 747.42 W/m2.K. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi untuk
variasi ketebalan turbulator 1.9 mm adalah 300.52 W/m2.K, 449.86 W/m2.K,
599.07 W/m2.K dan 748.75 W/m2.K. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi
untuk variasi ketebalan turbulator 2.6 mm adalah 300.75 W/m2.K, 450.87 W/m2.K,
600.98 W/m2.K dan 751.08 W/m2.K. Dan nilai koefisien perpindahan panas
konveksi untuk variasi ketebalan turbulator 3.3 mm adalah 300.93 W/m2.K,
450.81 W/m2.K, 600.69 W/m2.K dan 750.90 W/m2.K.
Dari hasil tersebut diatas terlihat bahwa koefisien perpindahan panas
konveksi akan semakin meningkat dengan bertambahnya variasi kecepatan udara,
hal tersebut terjadi karena adanya turbulensi aliran yang semakin besar pada
daerah adverse pressure gradient sehingga akan meningkatkan koefisien
perpindahan panasnya. Hasil penelitian tersebut juga identik dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pethkool Somsak dkk, (2006) tentang pengaruh penambahan
“Louvered” turbulator terhadap perpindahan panas, dimana dinyatakan bahwa
trend line peningkatan heat transfer coefficient adalah linear terhadap variasi
bilangan Reynolds.
56
Grafik angka Nusselt vs Variasi Ketebalan turbulator
0
200
400
600
800
1000
1200
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5
Ketebalan turbulator
Nu
Kec 2.5 m/s (pengukuran temp.dinding)
Kec 2.0 m/s (pengukuran temp.dinding)
Kec 1.5 m/s (pengukuran temp.dinding)
Kec 1.0 m/s (pengukuran temp.dinding)
Kec 2.5 m/s (Nu empirik)
Kec 2.0 m/s (Nu empirik)
Kec 1.5 m/s (Nu empirik)
Kec 1.0 m/s (Nu empirik)
Linear (Kec 2.5 m/s (Nu empirik))
Linear (Kec 2.0 m/s (Nu empirik))
Linear (Kec 1.5 m/s (Nu empirik))
Linear (Kec 1.0 m/s (Nu empirik))
4.3.3. Pengaruh Variasi Ketebalan Turbulator Terhadap Angka Nusselt.
Gambar 4.3. Grafik angka Nusselt empirik vs variasi ketebalan turbulator
Gambar 4.3. menunjukkan grafik hubungan antara pengaruh variasi
ketebalan turbulator terhadap angka Nusselt empirik dalam 4 variasi kecepatan
udara. Pada variasi kecepatan udara 1 m/s besarnya angka Nusselt empirik dari
variasi tanpa turbulator sampai dengan variasi ketebalan turbulator 3,3 mm
berturut –turut adalah 207.28, 242.05, 242.60, 242.71, 242.54, dan 243.33.
Terlihat adanya peningkatan angka Nusselt yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 16.78 %.
Sedangkan pada penambahan variasi ketebalan turbulator 2.6 mm terlihat adanya
sedikit penurunan, akan tetepi secara keseluruhan dapat terlihat adanya trend yang
semakin meningkat dengan penambahan variasi ketebalan turbulator.
Pada variasi kecepatan udara 1.5 m/s besarnya angka Nusselt empirik
berturut –turut adalah 310.88, 363.58, 363.14, 363.51, 364.61, dan 364.41.
Terlihat adanya peningkatan angka Nusselt yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 16.95 %.
Sedangkan pada penambahan variasi ketebalan turbulator hingga 3.3 mm terlihat
adanya sedikit penurunan pada beberapa variasi ketebalan yaitu pada variasi
ketebalan turbulator 1.2 mm dan 3.3 mm, akan tetepi secara keseluruhan masih
dapat terlihat adanya trend yang semakin meningkat dengan penambahan variasi
ketebalan turbulator.
57
Pada variasi kecepatan udara 2.0 m/s besarnya angka Nusselt empirik
berturut –turut adalah 414.31, 484.83, 483.90, 485.01, 486.17, dan 486.57.
Terlihat adanya peningkatan angka Nusselt yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 17.02 %.
Sedangkan pada variasi ketebalan turbulator 1.2 mm terlihat adanya sedikit
penurunan angka Nusselt, akan tetepi secara keseluruhan masih dapat terlihat
adanya trend yang semakin meningkat dengan penambahan variasi ketebalan
turbulator.
Pada variasi kecepatan udara 2.5 m/s besarnya angka Nusselt empirik
berturut –turut adalah 517.92, 606.01, 604.40, 604.49, 607.79, dan 607.66.
Terlihat adanya peningkatan angka Nusselt yang cukup besar dari variasi tanpa
turbulator dan variasi ketebalan turbulator 0.5 mm yaitu sebesar 17.01 %.
Sedangkan pada penambahan variasi ketebalan turbulator hingga 3.3 mm terlihat
adanya sedikit penurunan angka Nusselt pada beberapa variasi ketebalan yaitu
pada variasi ketebalan turbulator 1.2 mm dan 3.3 mm, akan tetepi secara
keseluruhan masih dapat terlihat adanya trend yang semakin meningkat dengan
penambahan variasi ketebalan turbulator.
Dari hasil tersebut diatas terlihat bahwa grafik angka Nusselt empirik
identik sama dengan grafik koefisien perpindahan panas konveksi, hal tersebut
disebabkan oleh besarnya angka Nusselt empirik yang tidak jauh berbeda dengan
besarnya angka Nusselt rata-rata dimana besarnya angka nusselt rata-rata dan
koefisien perpindahan panas konveksi tergantung pada nilai konduktivitas termal
udara yang tidak jauh berbeda dari tiap-tiap sudut pengukuran maupun adanya
perubahan variasi ketebalan turbulator. Sehingga analisa hasil penelitian angka
Nusselt empirik adalah sama dengan analisa hasil pada grafik koefisien
perpindahan panas konveksi.
58
Grafik Nusselt number vs Re max
0
200
400
600
800
1000
1200
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000
Re max
Nu
3.3 mm (mengukur temp.dinding)
2.6 mm (mengukur temp.dinding)
1.9 mm (mengukur temp.dinding)
1.2 mm (mengukur temp.dinding)
0.5 mm (mengukur temp.dinding)
tanpa (mengukur temp.dinding)
Nu=0.02.Re^0.996.Pr^0.8205
Nu=0.018.Re^0.995.Pr^0.6053
Nu=0.016.Re^0.995.Pr^0.1574
Nu=0.021.Re^0.993.Pr^0.8665
Nu=0.02.Re^0.998.Pr^0.9825
Nu=0.016.Re^0.993.Pr^0.627
4.3.4. Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Angka Nusselt.
Gambar 4.4. Grafik angka Nusselt empirik vs angka Reynolds
Gambar 4.4. menunjukkan grafik hubungan antara pengaruh variasi
kecepatan udara terhadap angka Nusselt empirik untuk 5 variasi ketebalan
turbulator dan variasi tanpa turbulator. Pada variasi tanpa turbulator besarnya
angka Nusselt empirik dari variasi kecepatan udara 1.0 m/s sampai dengan 2.5 m/s
berturut-turut adalah 207.28, 310.88, 414.31 dan 517.92. Terlihat bahwa angka
Nusselt akan meningkat seiring dengan meningkatnya variasi kecepatan udara.
Hal yang sama juga terlihat pada variasi ketebalan turbulator dari ketebalan 0.5
mm sampai dengan ketebalan 3.3 mm.
Dimana besarnya angka Nusselt empirik untuk variasi ketebalan turbulator
0.5 mm adalah 242.05, 363.58, 484.83 dan 606.01. Besarnya angka Nusselt
empirik untuk variasi ketebalan turbulator 1.2 mm adalah 242.60, 363.14, 483.90
dan 604.40. Besarnya angka Nusselt empirik untuk variasi ketebalan turbulator
1.9 mm adalah 242.71, 363.51, 485.01 dan 604.49. Besarnya angka Nusselt
empirik untuk variasi ketebalan turbulator 2.6 mm adalah 242.54, 364.61, 486.17
dan 607.79. Dan besarnya angka Nusselt empirik untuk variasi ketebalan
turbulator 3.3 mm adalah 243.33, 364.41, 486.57 dan 607.66.
Dari hasil tersebut diatas terlihat bahwa angka Nusselt akan semakin
meningkat dengan bertambahnya variasi kecepatan udara, dan terlihat trend yang
sama pada grafik koefisien perpindahan panas konveksi.
59
Grafik Penurunan Tekanan (Pressure drop ) vs Re max
0
10
20
30
40
50
60
70
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000
Re max
Pre
ssur
e dr
op(
Pa)
3.3 mm
2.6 mm
1.9 mm
1.2 mm
0.5 mm
tanpa
4.3.5. Pengaruh Variasi Ketebalan Turbulator Dan Variasi Kecepatan Udara
Terhadap Penurunan Tekanan (Pressure drop)
Gambar 4.5. Grafik Pressure drop vs angka Reynolds
Gambar 4.5. menunjukkan grafik hubungan antara penurunan tekanan
(pressure drop) terhadap angka Reynolds, terlihat bahwa semakin meningkatnya
variasi kecepatan udara akan memberikan penurunan tekanan (pressure drop)
yang semakin tinggi pula. Dapat terlihat juga grafik hubungan antara variasi
ketebalan turbulator terhadap penurunan tekanan (pressure drop), terlihat bahwa
semakin tebal ukuran turbulator yang digunakan maka akan memberikan
penurunan tekanan (pressure drop) yang semakin tinggi pula.
Pada variasi kecepatan udara berturut-turut 1.0 m/s, 1.5 m/s, 2.0 m/s dan
2.5 m/s untuk variasi tanpa turbulator besarnya penurunan tekanan adalah 3.89
Pa, 8.11 Pa, 16.23 Pa dan 27.59 Pa. Sedang pada variasi ketebalan turbulator 0.5
mm besar penurunan tekanan adalah 4.87 Pa, 9.74 Pa, 19.47 Pa dan 30.83 Pa.
Pada variasi ketebalan turbulator 1.2 mm besar penurunan tekanan adalah 6.49
Pa, 12.98 Pa, 25.96 Pa dan 40.57 Pa. Pada variasi ketebalan turbulator 1.9 mm
besar penurunan tekanan adalah 8.11 Pa, 14.61 Pa, 29.21 Pa dan 45.44 Pa. Pada
variasi ketebalan turbulator 2.6 mm besar penurunan tekanan adalah 9.74 Pa,
17.85 Pa, 35.70 Pa dan 53.55 Pa. Dan pada variasi ketebalan turbulator 3.3 mm
besar penurunan tekanan adalah 11.36 Pa, 22.72 Pa, 42.19 Pa dan 63.29 Pa.
60
Dari hasil penelitian tersebut diatas terlihat bahwa dengan semakin
bertambahnya variasi kecepatan udara maka penurunan tekanan (pressure drop)
juga akan semakin meningkat, hal tersebut terjadi karena adanya turbulensi aliran
yang semakin besar pada daearah adverse pressure gradient sehingga akan
meningkatkan penurunan tekanan (pressure drop). Hasil penelitian tersebut juga
identik dengan penelitian yang dilakukan oleh Pethkool Somsak dkk, (2006)
tentang pengaruh penambahan “Louvered” turbulator terhadap perpindahan panas
dan penurunan tekanan, dimana dinyatakan bahwa trend line meningkatnya
penurunan tekanan (pressure drop) adalah non linear terhadap peningkatan
bilangan Reynolds.
Dari hasil tersebut diatas juga dapat terlihat bahwa semakin tebal ukuran
turbulator yang digunakan maka akan memberikan penurunan tekanan (pressure
drop) yang semakin tinggi pula. Hal tersebut terjadi karena semakin besar pula
perbedaan tekanan antara daerah favorable pressure gradient dengan daerah
adverse pressure gradient sehingga akan mengakibatkan peningkatan penurunan
tekanan (pressure drop). Dari hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa
hasil penelitian identik sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hussein M
Fahmy dkk, (1989) tentang pengaruh perluasan area permukaan (surface
extended) terhadap perpindahan panas dan penurunan tekanan, dimana dinyatakan
bahwa dengan perluasan area permukaan (surface extended) akan dapat
meningkatkan penurunan tekanan (pressure drop).
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari perbandingan hasil yang diperoleh pada tiap-tiap variasi ketebalan
turbulator dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan koefisien perpindahan panas konveksi terbaik dengan adanya
variasi ketebalan turbulator terjadi pada ketebalan turbulator 0.5 mm untuk
semua variasi kecepatan udara yaitu sebesar 299,86 W/m2.K, 449,82 W/m2.K,
599,92 W/m2.K dan 749,50 W/m2.K. Dengan prosentase peningkatan koefisien
perpindahan panas konveksi terhadap variasi tanpa turbulator adalah sebesar
16,64 %, 16,80 %, 16,99 % dan 17,01 %.
2. Peningkatan angka Nusselt empirik terbaik dengan adanya variasi
ketebalan turbulator terjadi pada ketebalan turbulator 0.5 mm untuk semua
variasi kecepatan udara, dengan perumusan empirik yang diperoleh adalah
9825.0998.0 PrRe02.0=Nu dan angka Nusselt empirik sebesar 242,05, 363,58,
484,83 dan 606,01. Dengan prosentase peningkatan angka Nusselt terhadap
variasi tanpa turbulator adalah sebesar 16,78 %, 16,95 %, 17,02 % dan 17,01 %.
3. Penurunan tekanan (pressure drop) terkecil dengan adanya variasi
ketebalan turbulator terjadi pada ketebalan turbulator 0.5 mm untuk semua
variasi kecepatan udara yaitu sebesar 4,87 Pa, 9,74 Pa, 19,47 Pa dan 30,83 Pa.
Dengan prosentase peningkatan penurunan tekanan terhadap variasi tanpa
turbulator adalah sebesar 25 %, 20 %, 20 % dan 11,8 %.
5.2. Saran
Dari pengujian yang telah dilaksanakan, penulis dapat memberikan
beberapa saran untuk lebih mengembangkan penelitian diantaranya adalah :
1. Mengganti material turbulator dengan bahan yang konduktif.
2. Memvariasikan letak turbulator pada daerah sebelum separasi lapis batas
laminar dengan variasi sudut pada kelipatan 5 o.
3. Memvariasikan ketebalan turbulator pada kelipatan 1 mm dan mengurangi
lebar pemasangan turbulator.
2
Daftar Pustaka
Anggoro Wisnu, 2008, pengaruh letak Turbulator terhadap perpindahan panas aliran silang di dalam susunan silinder staggered, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Cesini, G., Ricci, R., Montelpare, S., Silvi, E., 2001, A Thermographic Method To
Evaluate Laminar Bubble Phenomena On Airfoil Operating At Low Reynolds Number, Universita di Ancona, Dipartimento di Energetica, Italy.
Holman, J. P., 1994, Heat Transfer, 6th edition, McGraw-Hill, Ltd Holman, J. P., and Lloyd, J.R. 1994, Experimental Methods for Engineers. New
York: McGraw-Hill, Co Hussein M Fahmy dkk, 1989, Experimental Investigation of the Effect of
Extended Surface on the Performance of Tube Banks in Cross Flow, Mechanical Engineering Department, College of Engineering, King Saud University, P.O. Box 800, Riyadh 11421, Saudi Arabia
Incropera, F.P. and DeWitt, D.Pd, 1996, Introduction to Heat Transfer, John
Wiley and Sons Inc., USA Kreith, F., 1997, Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta. Lu, G., Wang, J., 2007, Experimental Investigation on Heat Transfer
Characteristic of Water Flow in a Narrow Annulus, School of Mechanical and Power Engineering, Shanghai Jiaotong University, 1954 Hua Shan Road, 200030 Shanghai, PR China
Munson B. R., Young D. F., and Okiishi T. H., 2002, Fundamentals of Fluid
Mechanics, 4th edition, John Wiley and Sons, Inc., USA Pethkool Somsak dkk, 2006, Effect of Louvered Strip on Heat Transfer in a
Concentric Pipe Heat Exchanger, Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, King Mongkut’s Institute of Technology Ladkrabang, Bangkok, 10520, Thailand
Yongsiri Kittisak dkk, 2006, Effect of Turbulent Decaying Swirl Flow on Heat
Transfer Enhancement in a Tube, Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, King Mongkut’s Institute of Technology Ladkrabang, Bangkok, 10520, Thailand
3
Lampiran 6 : Data-data Hasil Percobaan (Terkalibrasi dengan termometer air raksa normal) Variasi ketebalan turbulator : tanpa Variasi kecepatan udara : 1.0 m/s ho manometer : 9.5 cm h1 manometer : 9.62 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.49 59.57 27.79 32.38 56.90 56.32 56.52 56.70 55.50 56.56 2 60.49 59.57 27.69 32.29 56.80 56.42 56.52 56.61 55.50 56.56 3 60.49 59.57 27.69 32.29 56.69 56.32 56.42 56.61 55.50 56.46
rata" 60.49 59.57 27.72 32.32 56.80 56.36 56.49 56.64 55.50 56.53
Variasi kecepatan udara : 1.5 m/s ho manometer : 9.55 cm h1 manometer : 9.8 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.39 59.37 27.31 31.23 56.39 55.72 55.92 56.41 55.40 56.06 2 60.39 59.27 27.31 31.42 56.49 55.72 56.02 56.51 55.50 56.06 3 60.39 59.27 27.40 31.42 56.49 55.82 56.12 56.61 55.60 56.16
rata" 60.39 59.31 27.34 31.36 56.46 55.76 56.02 56.51 55.50 56.09 Variasi kecepatan udara : 2.0 m/s ho manometer : 9.6 cm h1 manometer : 10.1 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.29 58.47 27.31 30.75 56.29 55.52 55.82 56.21 55.10 55.86 2 60.19 58.47 27.21 30.75 56.29 55.52 55.82 56.21 55.10 55.86 3 60.19 58.47 27.31 30.75 56.29 55.62 55.92 56.31 55.20 55.96
rata" 60.22 58.47 27.28 30.75 56.29 55.56 55.85 56.24 55.14 55.89
4
Variasi kecepatan udara : 2.5 m/s ho manometer : 9.65 cm h1 manometer : 10.5 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.39 58.57 27.02 30.17 56.09 55.32 55.62 55.91 54.80 55.66 2 60.39 58.57 27.02 30.17 56.09 55.32 55.62 56.01 54.90 55.66 3 60.39 58.57 27.12 30.27 56.19 55.52 55.72 56.11 55.00 55.86
rata" 60.39 58.57 27.05 30.21 56.13 55.39 55.65 56.01 54.90 55.73 Lampiran 6 : (Lanjutan)
Variasi ketebalan turbulator : 0.5 mm Variasi kecepatan udara : 1.0 m/s ho manometer : 9.5 cm h1 manometer : 9.65 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.69 58.77 27.98 32.19 56.29 56.02 56.22 56.31 56.41 56.46 2 60.59 58.77 28.08 32.29 56.29 56.12 56.22 56.21 56.51 56.36 3 60.69 58.77 27.98 32.29 56.29 56.02 56.32 56.21 56.51 56.56
rata" 60.66 58.77 28.01 32.26 56.29 56.06 56.25 56.24 56.47 56.46
Variasi kecepatan udara : 1.5 m/s ho manometer : 9.55 cm h1 manometer : 9.85 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.59 58.67 27.50 31.52 56.29 55.52 56.12 56.11 56.31 56.26 2 60.59 58.67 27.40 31.71 56.19 55.62 56.12 56.11 56.21 56.26 3 60.59 58.57 27.50 31.71 56.29 55.72 56.12 56.31 56.31 56.36
rata" 60.59 58.64 27.47 31.65 56.26 55.62 56.12 56.17 56.27 56.29
5
Variasi kecepatan udara : 2.0 m/s ho manometer : 9.6 cm h1 manometer : 10.2 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.29 58.37 27.40 31.52 56.09 55.52 55.92 55.81 55.70 56.46 2 60.29 58.37 27.50 31.61 56.09 55.62 55.92 55.71 55.70 56.56 3 60.29 58.37 27.50 31.52 56.09 55.62 55.92 55.71 55.81 56.46
rata" 60.29 58.37 27.47 31.55 56.09 55.59 55.92 55.74 55.74 56.49
Variasi kecepatan udara : 2.5 m/s ho manometer : 9.65 cm h1 manometer : 10.6 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.19 58.07 27.69 31.42 55.99 55.22 55.82 55.61 55.60 56.26 2 60.19 58.17 27.60 31.42 55.99 55.22 55.82 55.61 55.60 56.26 3 60.19 58.17 27.69 31.42 55.99 55.22 55.82 55.61 55.60 56.26
rata" 60.19 58.14 27.66 31.42 55.99 55.22 55.82 55.61 55.60 56.26
Lampiran 6 : (Lanjutan)
Variasi ketebalan turbulator : 1.2 mm Variasi kecepatan udara : 1.0 m/s ho manometer : 9.5 cm h1 manometer : 9.7 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.69 58.67 27.79 32.48 56.69 56.22 56.22 56.51 55.30 56.26 2 60.69 58.57 27.88 32.67 56.59 56.22 56.22 56.51 55.40 56.36 3 60.69 58.57 27.88 32.67 56.70 56.22 56.52 56.51 55.40 56.36
rata" 60.69 58.61 27.85 32.61 56.66 56.22 56.32 56.51 55.37 56.33
6
Variasi kecepatan udara : 1.5 m/s ho manometer : 9.5 cm h1 manometer : 9.9 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.79 59.27 27.69 32.00 56.69 56.12 56.52 56.70 55.81 56.56 2 60.69 59.27 27.50 31.81 56.69 56.12 56.52 56.70 55.70 56.56 3 60.79 59.27 27.69 31.90 56.69 56.22 56.52 56.80 55.81 56.56
rata" 60.76 59.27 27.63 31.90 56.69 56.16 56.52 56.74 55.77 56.56 Variasi kecepatan udara : 2.0 m/s ho manometer : 9.6 cm h1 manometer : 10.4 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.19 58.57 27.88 31.52 56.59 55.92 55.92 56.21 55.30 56.06 2 60.29 58.87 27.79 31.42 56.59 55.92 55.92 56.21 55.40 56.06 3 60.29 58.57 27.88 31.52 56.59 55.92 55.92 56.21 55.20 55.96
rata" 60.25 58.67 27.85 31.49 56.59 55.92 55.92 56.21 55.30 56.03
Variasi kecepatan udara : 2.5 m/s ho manometer : 9.6 cm h1 manometer : 10.85 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.69 58.77 27.69 30.94 56.59 55.92 55.92 56.41 55.30 56.46 2 60.69 58.77 27.60 31.13 56.49 55.82 55.92 56.41 55.40 56.36 3 60.59 58.77 27.69 30.85 56.59 55.82 55.82 56.31 55.10 56.46
rata" 60.66 58.77 27.66 30.97 56.56 55.86 55.88 56.37 55.27 56.43
Lampiran 6 : (Lanjutan)
7
Variasi ketebalan turbulator : 1.9 mm Variasi kecepatan udara : 1.0 m/s ho manometer : 9.45 cm h1 manometer : 9.7 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.59 59.27 27.02 31.90 56.69 56.32 56.22 56.41 55.50 56.26 2 60.59 59.17 26.92 31.81 56.70 56.32 56.22 56.41 55.50 56.26 3 60.49 59.17 27.02 31.90 56.69 56.22 56.12 56.41 55.50 56.26
rata" 60.56 59.21 26.99 31.87 56.70 56.29 56.19 56.41 55.50 56.26
Variasi kecepatan udara : 1.5 m/s ho manometer : 9.5 cm h1 manometer : 9.95 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.59 59.07 27.50 31.61 56.49 55.82 55.82 56.21 55.40 56.16 2 60.49 59.27 27.60 31.52 56.49 55.92 55.92 56.21 55.40 56.16 3 60.49 58.97 27.40 31.52 56.59 55.82 55.92 56.31 55.40 56.06
rata" 60.52 59.11 27.50 31.55 56.53 55.86 55.88 56.24 55.40 56.13 Variasi kecepatan udara : 2.0 m/s ho manometer : 9.55 cm h1 manometer : 10.45 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.49 59.27 26.92 30.75 56.59 55.72 56.02 56.21 55.00 55.96 2 60.49 59.17 27.02 30.85 56.69 55.72 56.02 56.31 55.20 56.16 3 60.49 59.27 26.92 30.65 56.69 55.82 56.12 56.21 55.30 56.06
rata" 60.49 59.24 26.96 30.75 56.66 55.76 56.05 56.24 55.17 56.06
8
Variasi kecepatan udara : 2.5 m/s ho manometer : 9.55 cm h1 manometer : 10.95 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.49 59.17 27.50 31.23 56.59 55.52 56.12 55.61 55.10 56.16 2 60.49 59.17 27.40 31.23 56.59 55.52 56.02 55.61 55.00 56.06 3 60.59 59.17 27.40 31.33 56.59 55.52 56.02 55.61 55.20 56.06
rata" 60.52 59.17 27.44 31.26 56.59 55.52 56.05 55.61 55.10 56.09
Lampiran 6 : (Lanjutan)
Variasi ketebalan turbulator : 2.6 mm Variasi kecepatan udara : 1.0 m/s ho manometer : 9.5 cm h1 manometer : 9.8 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.69 59.17 28.27 33.15 56.39 56.12 56.22 56.41 55.70 56.16 2 60.69 59.27 28.36 33.34 56.39 56.22 56.32 56.51 55.81 56.36 3 60.69 59.17 28.36 33.25 56.39 56.22 56.32 56.51 55.81 56.36
rata" 60.69 59.21 28.33 33.25 56.39 56.19 56.29 56.47 55.77 56.29
Variasi kecepatan udara : 1.5 m/s ho manometer : 9.55 cm h1 manometer : 10.1 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.39 59.47 27.50 31.81 55.79 55.42 55.52 56.11 54.60 56.06 2 60.39 59.47 27.50 32.00 55.89 55.62 55.52 56.21 54.70 56.26 3 60.29 59.37 27.60 32.00 55.99 55.72 55.62 56.31 54.80 56.36
rata" 60.35 59.44 27.53 31.94 55.89 55.59 55.55 56.21 54.70 56.23
9
Variasi kecepatan udara : 2.0 m/s ho manometer : 9.6 cm h1 manometer : 10.7 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.19 59.07 27.50 31.42 55.79 55.32 55.32 55.91 53.90 55.76 2 60.19 59.07 27.40 31.61 55.89 55.42 55.32 55.91 53.90 55.96 3 60.19 59.07 27.40 31.52 55.89 55.52 55.42 55.91 54.00 56.06
rata" 60.19 59.07 27.44 31.52 55.86 55.42 55.35 55.91 53.93 55.93
Variasi kecepatan udara : 2.5 m/s ho manometer : 9.65 cm h1 manometer : 11.3 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.59 59.27 27.98 31.42 55.49 55.13 54.92 55.41 54.00 55.56 2 60.59 59.17 27.98 31.33 55.49 55.13 54.92 55.41 54.20 55.66 3 60.59 59.17 27.98 31.33 55.69 55.22 55.02 55.61 54.30 55.76
rata" 60.59 59.21 27.98 31.36 55.56 55.16 54.95 55.47 54.17 55.66
Lampiran 6 : (Lanjutan)
Variasi ketebalan turbulator : 3.3 mm Variasi kecepatan udara : 1.0 m/s ho manometer : 9.5 cm h1 manometer : 9.85 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.59 59.97 26.64 31.71 56.19 56.12 55.42 56.41 55.10 56.16 2 60.59 59.97 26.73 31.81 56.19 56.22 55.52 56.51 55.20 56.36 3 60.59 60.07 27.02 32.10 56.29 56.42 55.72 56.61 55.20 56.56
rata" 60.59 60.00 26.80 31.87 56.23 56.26 55.55 56.51 55.17 56.36
10
Variasi kecepatan udara : 1.5 m/s ho manometer : 9.55 cm h1 manometer : 10.25 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.39 59.77 27.40 31.71 55.99 55.82 55.02 56.21 54.90 56.06 2 60.39 59.77 27.31 31.81 56.09 56.09 55.12 56.21 55.00 56.16 3 60.39 59.77 27.40 31.90 56.09 56.09 55.12 56.21 55.00 56.26
rata" 60.39 59.77 27.37 31.81 56.06 56.00 55.08 56.21 54.97 56.16 Variasi kecepatan udara : 2.0 m/s ho manometer : 9.65 cm h1 manometer : 10.95 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.49 59.67 27.21 31.04 55.69 55.72 54.72 55.81 53.60 55.56 2 60.49 59.77 27.31 31.13 55.79 55.82 54.82 55.91 53.80 55.76 3 60.49 59.67 27.40 31.23 55.79 55.82 54.82 55.91 53.70 55.66
rata" 60.49 59.71 27.31 31.13 55.76 55.79 54.78 55.87 53.70 55.66
Variasi kecepatan udara : 2.5 m/s ho manometer : 9.7 cm h1 manometer : 11.65 cm Debit fluida panas : 350 L/jam
T90 deg Tstagnasi T - 90 deg No Th,in Th,out Tc,in Tc,out Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 5 Tw 6
1 60.19 59.27 27.98 31.42 55.09 55.72 54.61 55.61 53.10 55.36 2 60.19 59.07 27.98 31.33 54.99 55.52 54.51 55.51 52.79 55.36 3 60.19 59.17 27.98 31.33 54.99 55.42 54.41 55.41 52.79 55.16
rata" 60.19 59.17 27.98 31.36 55.02 55.56 54.51 55.51 52.89 55.30
11
Lampiran 7 : Data-data Properties dan Hasil Perhitungan Variasi ketebalan turbulator : tanpa
Data- data PropertiesUdara Udara - Dinding luar pipa Kec.
r Cp Tf (oK) Kf (W/moK) Pr
(m/s) (Kg/m3) (kJ/kgoK) q 90o q 0
o q - 90o rata-
rata q 90o q 0
o q - 90o rata-rata
1.0 1.1513 1.00712 316.30 316.29 316.02 316.20 0.02751 0.02751 0.02749 0.02750 0.70473
1.5 1.1536 1.00709 315.73 315.81 315.57 315.70 0.02746 0.02747 0.02745 0.02746 0.70480
2.0 1.1547 1.00708 315.47 315.53 315.26 315.42 0.02744 0.02745 0.02743 0.02744 0.70484
2.5 1.1560 1.00707 315.19 315.23 314.97 315.13 0.02742 0.02743 0.02741 0.02742 0.70488
Data- data Hasil PerhitunganUdara Mengukur Temp. Dinding
Kec. m Q udara Re max ho (W/m2oK) Nuo
(m/s) (Kg/s) (Watt) q 90o q 0
o q - 90o rata-rata q 90
o q 0o q - 90
o rata-rata
1.0 0.0518 14484.8 17123.8 256.92 256.93 257.40 257.08 207.36 207.37 207.90 207.54
1.5 0.0779 21723.6 25758.8 385.05 384.85 385.44 385.11 311.24 311.02 311.70 311.32
2.0 0.1039 28935.5 34401.0 512.61 512.41 513.32 512.78 414.65 414.42 415.45 414.84
2.5 0.1300 36166.9 43073.1 640.26 640.11 641.21 640.53 518.29 518.12 519.37 518.59
Variasi ketebalan turbulator : 0.5 mm Data- data Properties
Udara Udara - Dinding luar pipa Kec. r Cp Tf (
oK) Kf (W/moK) Pr
(m/s) (Kg/m3) (kJ/kgoK) q 90o q 0
o q - 90o rata-
rata q 90o q 0
o q - 90o rata-rata
1.0 1.1510 1.00713 316.15 316.19 316.30 316.21 0.02750 0.02750 0.02751 0.02750 0.70473
1.5 1.1529 1.00710 315.75 315.85 315.92 315.84 0.02747 0.02747 0.02748 0.02747 0.70478
2.0 1.1530 1.00710 315.68 315.67 315.81 315.72 0.02746 0.02746 0.02747 0.02746 0.70480
2.5 1.1529 1.00710 315.58 315.63 315.74 315.65 0.02745 0.02746 0.02746 0.02746 0.70481
Data- data Hasil PerhitunganUdara Mengukur Temp. Dinding
Kec. m Q udara Re max ho (W/m2oK) Nuo
(m/s) (Kg/s) (Watt) q 90o q 0
o q - 90o rata-rata q 90
o q 0o q - 90
o rata-rata
1.0 0.0518 14461.8 17122.1 299.98 299.91 299.69 299.86 242.21 242.13 241.88 242.07
1.5 0.0778 21723.3 25738.6 450.09 449.78 449.58 449.82 363.80 363.46 363.22 363.49
2.0 0.1038 28958.3 34342.1 600.10 600.12 599.55 599.92 485.15 485.18 484.53 484.95
2.5 0.1297 36152.7 42945.7 749.85 749.59 749.04 749.50 606.38 606.09 605.46 605.98
Lampiran 7 : (Lanjutan) Variasi ketebalan turbulator : 1.2 mm
12
Data- data PropertiesUdara Udara - Dinding luar pipa Kec.
r Cp Tf (oK) Kf (W/moK) Pr
(m/s) (Kg/m3) (kJ/kgoK) q 90o q 0
o q - 90o rata-
rata q 90o q 0
o q - 90o rata-rata
1.0 1.1507 1.00713 316.34 316.32 316.04 316.23 0.02751 0.02751 0.02749 0.02750 0.70473
1.5 1.1522 1.00711 316.10 316.20 315.97 316.09 0.02749 0.02750 0.02748 0.02749 0.70475
2.0 1.1525 1.00711 315.96 315.87 315.67 315.83 0.02748 0.02747 0.02746 0.02747 0.70478
2.5 1.1537 1.00709 315.76 315.72 315.58 315.69 0.02747 0.02746 0.02745 0.02746 0.70480
Data- data Hasil PerhitunganUdara Mengukur Temp. Dinding
Kec. m Q udara Re max ho (W/m2oK) Nuo
(m/s) (Kg/s) (Watt) q 90o q 0
o q - 90o rata-rata q 90
o q 0o q - 90
o rata-rata
1.0 0.0518 14484.5 17120.4 300.28 300.31 300.88 300.49 242.33 242.36 243.01 242.57
1.5 0.0778 21717.9 25702.2 449.57 449.26 449.96 449.59 363.04 362.69 363.48 363.07
2.0 0.1037 28898.3 34319.6 598.34 598.74 599.53 598.87 483.35 483.80 484.70 483.95
2.5 0.1298 36117.2 42934.7 747.06 747.26 747.96 747.42 603.82 604.04 604.84 604.23
Variasi ketebalan turbulator : 1.9 mm Data- data Properties
Udara Udara - Dinding luar pipa Kec. r Cp Tf (
oK) Kf (W/moK) Pr
(m/s) (Kg/m3) (kJ/kgoK) q 90o q 0
o q - 90o rata-
rata q 90o q 0
o q - 90o rata-rata
1.0 1.1533 1.00710 315.96 315.86 315.66 315.82 0.02748 0.02747 0.02746 0.02747 0.70478
1.5 1.1530 1.00710 315.86 315.79 315.65 315.77 0.02747 0.02747 0.02746 0.02747 0.70479
2.0 1.1552 1.00707 315.53 315.50 315.23 315.42 0.02745 0.02745 0.02743 0.02744 0.70484
2.5 1.1525 1.00711 315.86 315.75 315.63 315.75 0.02747 0.02747 0.02746 0.02747 0.70480
Data- data Hasil PerhitunganUdara Mengukur Temp. Dinding
Kec. m Q udara Re max ho (W/m2oK) Nuo
(m/s) (Kg/s) (Watt) q 90o q 0
o q - 90o rata-rata q 90
o q 0o q - 90
o rata-rata
1.0 0.0519 14524.3 17160.7 300.25 300.45 300.86 300.52 242.55 242.78 243.25 242.86
1.5 0.0778 21715.2 25749.5 449.58 449.77 450.22 449.86 363.28 363.50 364.01 363.60
2.0 0.1040 28982.2 34400.9 598.64 598.76 599.82 599.07 484.15 484.30 485.50 484.65
2.5 0.1297 36106.1 42920.0 748.18 748.75 749.33 748.75 604.55 605.21 605.86 605.21
Lampiran 7 : (Lanjutan)
13
Variasi ketebalan turbulator : 2.6 mm Data- data Properties
Udara Udara - Dinding luar pipa Kec. r Cp Tf (
oK) Kf (W/moK) Pr
(m/s) (Kg/m3) (kJ/kgoK) q 90o q 0
o q - 90o rata-
rata q 90o q 0
o q - 90o rata-rata
1.0 1.1488 1.00715 316.54 316.58 316.41 316.46 0.02752 0.02753 0.02751 0.02752 0.70470
1.5 1.1523 1.00711 315.74 315.81 315.60 315.71 0.02746 0.02747 0.02745 0.02746 0.70480
2.0 1.1532 1.00710 315.56 315.55 315.20 315.44 0.02745 0.02745 0.02743 0.02744 0.70484
2.5 1.1536 1.00709 315.35 315.28 315.13 315.21 0.02744 0.02743 0.02742 0.02743 0.70487
Data- data Hasil PerhitunganUdara Mengukur Temp. Dinding
Kec. m Q udara Re max ho (W/m2oK) Nuo
(m/s) (Kg/s) (Watt) q 90o q 0
o q - 90o rata-rata q 90
o q 0o q - 90
o rata-rata
1.0 0.0517 14469.7 17097.8 300.69 300.60 300.95 300.75 242.53 242.43 242.82 242.59
1.5 0.0778 21729.9 25757.2 450.79 450.59 451.21 450.87 364.38 364.15 364.86 364.46
2.0 0.1038 28960.9 34397.5 600.49 600.52 601.92 600.98 485.62 485.65 487.24 486.17
2.5 0.1298 36180.9 43052.6 750.58 750.95 751.70 751.08 607.33 607.75 608.60 607.90
Variasi ketebalan turbulator : 3.3 mm Data- data Properties
Udara Udara - Dinding luar pipa Kec. r Cp Tf (
oK) Kf (W/moK) Pr
(m/s) (Kg/m3) (kJ/kgoK) q 90o q 0
o q - 90o rata-
rata q 90o q 0
o q - 90o rata-rata
1.0 1.1536 1.00709 315.79 315.68 315.55 315.67 0.02747 0.02746 0.02745 0.02746 0.70481
1.5 1.1528 1.00710 315.81 315.62 315.58 315.67 0.02747 0.02746 0.02745 0.02746 0.70481
2.0 1.1541 1.00709 315.49 315.27 314.94 315.23 0.02745 0.02743 0.02741 0.02743 0.70487
2.5 1.1525 1.00711 315.48 315.34 314.88 315.23 0.02745 0.02744 0.02740 0.02743 0.70487
Data- data Hasil PerhitunganUdara Mengukur Temp. Dinding
Kec. m Q udara Re max ho (W/m2oK) Nuo
(m/s) (Kg/s) (Watt) q 90o q 0
o q - 90o rata-rata q 90
o q 0o q - 90
o rata-rata
1.0 0.0519 14538.3 17175.8 300.70 300.91 301.18 300.93 243.02 243.27 243.57 243.29
1.5 0.0778 21741.4 25764.0 450.38 450.96 451.08 450.81 363.98 364.64 364.77 364.46
2.0 0.1039 28959.9 34438.3 599.66 600.55 601.86 600.69 485.03 486.05 487.53 486.21
2.5 0.1297 36089.4 43047.6 749.66 750.36 752.67 750.90 606.38 607.18 609.80 607.78
14
Lampiran 17 : Perbandingan Perhitungan Qair - Qudara
Hasil Perhitungan Q Air panas - Q Udara Kec. 1.0 m/s Variasi Turbulator Q air panas Q udara Q lost % Q lost
Tanpa 109590.52 14484.76 95105.76 86.78 0.5 mm 109989.42 14461.78 95527.65 86.85 1.2 mm 110071.93 14484.52 95587.41 86.84 1.9 mm 109769.81 14524.26 95245.55 86.77 2.6 mm 109820.97 14469.72 95351.25 86.82 3.3 mm 109444.47 14538.26 94906.20 86.72
Kec. 1.5 m/s Variasi Turbulator Q air panas Q udara Q lost % Q lost
Tanpa 109665.90 21723.58 87942.32 80.19 0.5 mm 110019.62 21723.27 88296.35 80.26 1.2 mm 109818.49 21717.93 88100.56 80.22 1.9 mm 109798.85 21715.21 88083.63 80.22 2.6 mm 109595.49 21729.94 87865.55 80.17 3.3 mm 109467.92 21741.36 87726.57 80.14
Kec. 2.0 m/s Variasi Turbulator Q air panas Q udara Q lost % Q lost
Tanpa 109956.59 28935.51 81021.08 73.68 0.5 mm 110016.06 28958.28 81057.78 73.68 1.2 mm 109818.49 28898.29 80920.20 73.69 1.9 mm 109730.29 28982.18 80748.11 73.59 2.6 mm 109684.88 28960.92 80723.96 73.60 3.3 mm 109533.96 28959.90 80574.06 73.56
Kec. 2.5 m/s Variasi Turbulator Q air panas Q udara Q lost % Q lost
Tanpa 109880.95 36166.94 73714.02 67.09 0.5 mm 109799.27 36152.75 73646.52 67.07 1.2 mm 109978.33 36117.23 73861.11 67.16 1.9 mm 109927.18 36106.14 73821.03 67.15 2.6 mm 109952.75 36180.87 73771.89 67.09 3.3 mm 109799.27 36089.43 73709.84 67.13
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa hasil perhitungan perbandingan
Qudara dan Qair terdapat selisih yang cukup besar, hal tersebut berarti Qlost yang terjadi dalam sistem tersebut cukup besar.
Hal ini terjadi karena dalam penelitian tersebut terdapat variable variasi ketebalan turbulator ( yang menjadi objek penelitian ) sehingga alat uji sulit dikondisikan terisolasi secara permanen dan sempurna karena dalam setiap variasi ketebalan turbulator alat tersebut harus dibongkar secara keseluruhan untuk melakukan variasi, hal lain yang menyebabkan tingginya Qlost adalah konstruksi
15
alat uji pada sambungan-sambungan elbow yang sengaja dibuat agak memanjang sehingga diharapkan mempermudah dalam setiap pembongkaran.
Sehingga analisa dalam penelitian didasarkan pada Qudara terhadap Qkonveksi
dinding luar pipa – udara sedangkan perhitungan berdasarkan perpindahan panas menyeluruh yang dilakukan bersifat untuk membandingkan trend line yang ada.