v/'7 f(lj) p laporan hasil...
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENELITIAN
. v<9oCfJ
6?>/'7r l cU
F(lj)p
PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI JAKARTA
TERHADAP PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG
(Studi Kasus Penduduk Tepian Sungai Ciliwungdi Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan)
Oleh:AMIR FADHILAH, s. Sos.
NIP. 150. 293.244
LEMBAGA PENELITIANUIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2002/2003
!II
LEMBAR PENGESAHAN
Kepala Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, mengesahkan Penelitian Individual dengan judul Judul Penelitian :
"PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI JAKARTA TERHADAP
PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG" (Studi Kasus Penduduk Tepian
Sungai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan), yang dilaksanakan
oleh:
Oleh:
Amir Fadhilah, S. Sos.NIP. 150 293 244
. Mengesahkan :AIN. R~kto.r UIN Syarif Hidayatullah
r·· Kep~:~elitian
.. .;~;\.;;~;y ~DR>RUSMIN TUMANGGOR MA
NIP. 150060949
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2002
IV
ABSTRAKSI PENELITIAN
Penelitian ini mengkaji tentang "PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI
JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG" (Studi Kasus
Penduduk Tepian Sungai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan).
Penelitian ini bertujuan : (a). Untuk memperoleh data deskriptif tentang Faktor-faktor
apa yang mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian Sungai Ciliwung
dalam menggunakan air sehari-hari . (b). Untuk memperoleh data deskriptif tentang
pengaruh status sosial ekonomi dan pengetahuan akan air bersih terhadap perilaku
dan sikap dalam penggunaan air sungai Ciliwung. (c). Untuk memperoleh data
deskriptif tentang usaha-usaha yang telah ditempuh masyarakat dalam bidang.,
pelestarian Iingkungan Sungai Ciliwung. .' ,
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bukitduri Kecamatan Teb~t Kodya
Jakarta Selatan. Sasaran penelitian ini (responden) adalah penduduk di' tepian
Sungai Ciliwung. Metode .. penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan. ,.
pendekatan survai, sehing£la pengumpulan datanya menggunakan kuesioner
sebagai instrumen pertama yang didukung dengan metode wawancara m'endalam
dan observasi serta pemanfaatan data sekunder, Sumber data yang dipakai adalah, .
(1) Metode pengambilan sample menggunakan tehnik Sampel acak sederhana,
dengan sasaran penelitian penduduk yang ada di wilayah penelitian, yaitu sebanyak
30 responden. Sedangkan. metode analisa yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan menampilkan tabel frekuensi untuk menggambarkan karakteristk
sample, agar memudahkan dalam menganalisa data sehingga akan memperjelas
hasil penelitian .
Melalui penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian Sungai
Ciliwung dalam memanfaatkan air sungai dalam kehidupannya di samping
dipengaruhi oleh status sosial ekonomi dan pengetahuan terhadap kebersihan
lingkungan juga tidak lepas dari faktor-faktor intem yang ada dalam diri manusia
(seperti kemauan, perasaan, kebutuhan dan lain-lain) dan disisi lain faktor-faktor
v
ektern (seperti Iingkungan tempat tinggal, kebiasaan dan tradisi di Iingkungan
sekitarnya) berpengaruh terhadap perilaku mereka.
2. Penduduk di daerah tepian Sungai Ciliwung cenderung mempunyai
pengetahuan yang rend8h terhadap kebersihan dan kesehatan Iingkungan.
Disisi lain rendahnya status sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki
tersebut, mengakibatkan mereka mempunyai sifat tertentu (dalam hal ini setuju)
terhadap penggunaan air sungai untuk kehidupan sehari-hari.
3. Pemanfaatan sungai dalam kehidupan masyarakat khususnya penduduk di
teplan sungai Ciliwung tidak lepas dari beragam pandangan yang melandasi
mereka. Ada empat pola pemanfaatan air sungai oleh penduduk di tepian Sungai
Ciliwung, yaitu : untuk maMi, memasak, mencuci, dan sebagai jamban. Dengan
karakteristik pemanfaatan· melalui pola : (1) pola menggelontor; (2) pola.' .\
membersihkan; (3) pola merebus dan (4) pola bersuci.
Saran yang diberikan' adalah : (1). Adanya "persepsi masyarakat di tepian
Sunagi Ciliwung yang tidak. tepat mengenai Iingkungan dan kualitas Iingkungan,
maka harus dibangun dulu persepsi yang benar di kalangan mereka. Masyarakat
harus dilibatkan dan diperhatikan persepsinya dalam pengelolaan Iingkungan,
sebab masyarakat memiliki peran ganda, yaitu sebagai obyek dan subyek. Sebagai
obyek mereka harus menikmati hasil pengelolaan secara adil dan merata, sedang
sebagai subyek mereka perlu terus meningkatkan dan ditingkatkan kualitasnya agar
dapat menjadi pengelola yang baik. (2). Untuk mengendalikan kualitas air sungai,
perlu mengupayakan pengendalian sumber-sumber pencemarnya. Dengan
demikian untuk dapat mengendalikan kualitas air sungai sangat diperlukan data
jumlah beban dari miising-masing sumber pencemar, yaitu :industri, domestik
(rumah tangga), pertanian. ;:Jeternakan dan pemotongan hewan. Hal ini berartl
perlu dilakukannya studi Iintas bidang ilmu sehingga akan dapat menghasilkan
rumusan kebijakan yang tepal.
V1
KATA PENGANTAR
Bismillahrrahmanirrahim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu
dilimpahkan kepada Rasullah SAW.
Penelitian dengan judul "PERSEPSI DAN SIKAP PENDUDUK DKI
JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN AIR SUNGAI CILlWUNG" (Studi Kasus
Penduduk Tepian Sungai Ciliwung di Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan),
mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap penduduk
yang bermukim di tepian Sungai Ciliwung dalam menggunakan air Sungai Ciliwung
dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini dapat diselesaikan atas kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak, dalam kesempatan ini penulis sampai terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada penduduk di kawasan tepian Sungai Ciliwung Kelurahan Bukitduri
Kecamatan Tebet Kodya Jakarta Selatan yang telah bersedia menjadi responden
penelitian ini. Selanjutnya terimakasih peneliti sampai juga sampaikan kepada
DR. Armai Arief, MA yang telah memberikan arahannya sebagai konsultan
penelitian ini. Demikian juga kepada Kepala Lembaga beserta staff Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan dana demi terlaksananya penelitian ini. Dan semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan semua yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Jakarta, Nopember 2002
Peneli!i
Vll
DAFTARISI
Halaman
Halaman Sampul .
Lembar Persetujuan..
Lembar Pengesahan.
Abstraksi Penelitian .
ii
iii
iv
Kata Pengantar... vi
Daftar Isi........................................... vii
Daftar Tabel ix
D~ar~m~r............................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah.... . 1
B. Perumusan Masalah........ 4
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian................................. 5
D. Hipatesis.............................................................................. 6
BAB II T1NJAUAN PUSTAKAA. Pemanfaatan Sumber daya Air................................ 7
B. Persepsi dan Sikap Sasial... 9
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Penentuan Lakasi Penelitian .
B. Papulasi dan Sampel Penelitian ..
C. Tehnik Pengambilan Sampel. .
D. Pendekatan Data ..
E. Tehnik Pengambilan Data .
F. Sumber Data ..
G. Teknik Pengalahan Data .
16
16
16
16
17
18
18
18
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA
A. Selayang Pandang Sunagi Ciliwung 19
B. Deskripsi Wilayah...................................................... 20
C. Identitas Responden...................................................................... 24
D. Pembahasan dan Analisa Data...................................................... 27
1. Persepsi masyarakat Bukitduri tepian Sungai Terhadap
Penggunaan Air Sungai Ciliwung........ 27
2. Persepsi dan sikap tentang kebersihan dan kesehatan
lingkungan. 34
3. Hubungan antara status sosial ekonomi dan pengetahuan
tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan terhadap
sikap dan penggunaan air Sungai Ciliwung.............. ...... .......... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. I<esimpulan 42
B. Saran-saran................ 43
Daftar Puslaka
Lampiran-Iampiran
VIII
IX
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel1. Penggunaan Air untuk Pemukiman di Pulau Jawa............................. 8
Tabel2. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Bukitduri Berdasarkan
Mata Pencaharian............................................................................. 21
Tabel3. Jumlah Penduduk Kelurahan Bukitduri Menurut Agama.................... 22
Tabel4. Jumlah Sarana Peribadatan di Kelurahan Bukitduri........................... 23
Tabel5. Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kelurahan Bukitduri............... 23
Tabel6. Jumlah Sarana Kesehatan menurut Kelurahan di Wilayah
Kelurahan Bukirduri....... 24
Tabel7. Karakteristik Umur Responden........................................................... 24
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden Penelitian.......................................... 25
Tabel 9. Karakteristik Responden Menurut Waktu Lamanya Tinggal di Lokasi
Penelitian.. 26
Tabel10. Karakteristik Sistem Mata Pencaharian Responden........................... 26
Tabel11. Pola Pemanfaatan Air Sungai Ciliwung Menurut Responden............ 28
Tabel12. Alasan-alasan yang Mendorong Warga Tepian Sungai Ciliwung
Bukitduri dalam Pemanfaatan Air Sungai Ciliwung Menurut
Responden.......................................................................................... 31
Tabel13. Sikap Responden Terhadap Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan
sebagai Tanggungjawab Bersama...................................................... 34
Tabel14. Sikap Responden Terhadap Perilaku Membuang SampahKe Sungai..... 35
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Proses terbentuknya persepsi 11
Gambar 2. Skema Alur Pemikiran Penelitian.................................................. 15
1
BABI
PENOAHULUAN
A. Latar Belakang
Ounia semakin padat, pertumbuhan penduduk dunia sangat eepat. Salah
satu aspek yang turut mempengaruhi kepadatan penduduk adalah adanya
fenomena urbanisasi. Urbanisasi merupakan fenomena yang umum terjadi di
dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Urbanisasi
eenderung meningkat sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dari
negara yang bersangkutan, karena menurut data ada hubungan yang
nyata antara jumlah penduduk perkotaan dengan GNP per kapita (Siswono,
1991 .1)
Jumlah pendatang yang eukup besar tidak hanya menyibukkan
pemerintah di segi penyediaan lapangan pekerjaan saja, tetapi juga di bidang
penyediaan pemukiman. Pemukiman dalam konteks ini adalah suatu
lingkungan yang terdiri dari perumahan tempat tinggal manusia dilengkapi
dengan berbagai sarana dan prasara kehidupan masyarakat.
Oi lain pihak lahan tanah di OKI Jakarta sangat terbatas dan juga sudah
digunakan untuk berbagai fasilitas kehidupan baik untuk gedung
perkantoran, industri maupun berbagai bidang lainnya, maka seeara tidak
langsung akan menyebabkan harga tanah melambung tinggi mengikuti
hukum permintaan dan penawaran. Oi lain pihak sistem ekonomi kota yang
eenderung bersifat dualistis ditambah dengan rendahnya kualifikasi yang
dimiliki oleh pam pendatang, maka sebagian besar mereka bekerja di sektor
informal ataupun pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khsusus.
Para pendatang dan penduduk OKI Jakarta yang berpenghasilan keeil
hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, akibatnya
mereka tidak mampu untuk membeli atau mengontrak tempat tinggal yang
layak. Salah satu akibat dari fenomena ini adalah bahw8 mereka sering
menempuh eara-eara yang menyimpang dan mengganggu dalam mendirikan
2
pemukiman (Patrick Mc. Aus/an, '/986 : 2-3). Biasanya mereka bermukim
bertahun-tahun dengan fasilitas hidup seadanya.
Tepian sungai salah satu contohnya, dengan penduduknya yang rata-rata
berasal dari golongan miskin, make sarana sungai yang ada didaerah
tersebut sering dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup, dari
membuang sampah, MCK dan berbagai aktifitas lainnya. Selain itu adapula
penduduk yang menggunakan pompa akhir di pinggir bantaran sungai
dengan kondisi kualitas air yang tidak terjamin unsur kesehatannya.
Pencemaran air dapat menimbulkan berbagai macam penyakit yang
menular melalui air (waterborne diseases), seperti : kolera, desentri, lypus,
paratypus, hepatitis A, dan infeksi intensial parasitic (the Wold Bank, 1994).
Menurunnnya kualitas air sungai seperti itu dapat berkaitan dengan factor
psikologis dan social budaya masyarakat. Persepsi yang salah terhadap air
sungai misalnya, bisa menyebabkan seseorang menjadi pencen;Jar air sungai.
Sebaliknya persepsi yang benar terhadap air sungai, dapat mendorong
seseorang untuk menjadi pengelola air sungai yang baik.
Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan hidup seperti
merosotnya kualitas air sungai sudah mulai tumbuh, akan tetapi kesadaran ini
belum secara maksimal diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari. Hasil
penelitian Asisten I Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1986) di
Jakarta menunjukkan bahwa sikap positip masyarakat terhadap pembuangan
sampah tidak disertai tindakan yang mendukung sikap tersebut.
Senada dengan hal tersebut menurut Haeruman H. (1982) menyatakan
bahwa walau kesadaran masyarakat tentang pentingnya memelihara
Iingkungan semakin meningkat, kesadaran untuk berbuat sesuatu guna
mencegah perusakan dan pencemaran lingkungan masih merupakan
kelemahan utama.
Menyadari menurunnya kualitas sungai di berbagai tempat di Indonesia,
sejak tahun 1989 pemerintah telah melakukan penanggulangan melalui
Program Kali Bersih (Prokasih) dan Program Penilaian Kinerja PerUsahaan di
Lingkungan Prokasih (Proper Prokasih) sejak tahun 1994 (BAPEDAL, 1996).
3
Tujuan utama Prokasih adalah menurunkan beban pencemaran Iimbah yang
masuk ke sungai dan meningkatkan kualitas air sungai. Namun demikian
usaha tersebut belum berjalan secara maksimal. Mencermati kondisi
demikian kita dapat melihat sikap masyarakat terhadap program
pengelolaaan kualitas air sungai (prokasih) mungkin sudah cukup baik,
namun partisipasi mereka sebagai suatu tindakan nyata dapat tidak
konsisten dengan sikapnya.
Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota
Jakarta dan memiliki nilai historis bagi penduduk Jakarta, sebab sejak dulu
sungai ini telah berfungsi sebagai urat nadi perdagangan dan pintu
pertahanan serta menjadi salah satu sumber air yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari. Namun dalam perkembangan sekarang ini kondisi
Sungai Ciliwung sangat memprihatinkan karena sudah tercemar baik oleh
Iimbah industri maupun limbah rumah tangga.
Kondisi ini senada dengan hasil penelitian Sri Saeni (1986)
menyatakan bahwa kualitas air sungai Ciliwung untuk daerah hulu tergolong
tercemar, di daerah tengah tergolong tercemar parah dan daerah hilir
tergolong tercemar sangat parah.
Kondisi demikian mengakibatkan Sungai Ciliwung mengalami
pencemaran yang sangat memprihatinkan, mengingat beratnya beban
pencemaran sungai tersebut, maka sudah selayaknya air Sungai Ciliwung
tidak lagi dipergunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari. Namun
dalam kenyataannya masih banyak penduduk yang menetap ditepian sungai
Ciliwung yang memanfaatkan air tersebut untuk keperluan hidup sehari-hari.
Kondisi demikian tidak lepas dari suatu persepsi yang salah mengenai
lingkungan dan kualitas lingkungan dapat menyebabkan baku kualitas
lingkungan menjadi rendah, tidak layak secara fisik, kimia, biologi maupun
social. Sebagai contoh masyarakat yang hidup di pinggiran sungai di kota
kota besar yang mampu beradaptasi dengan air sungai yang kotor dan
tercemar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti itu. Persepsi
demikian tidaklah dapal dilerima dan dianggap tidak umum serla lidak dapat
4
dipakai sebagai ukuran, sebab hidup dengan menggunakan air yang kotor
dan tercemar jelas tidak sehat. Kondisi demikian menurut Oto Soemarwoto
(1991) merupakan suatu adaptasi yang dapat dianggap sebagai 'rna!
adaptasF dan tidak dapat diterima.
Jika persepsi masyarakat mengenai lingkungan dan kualita,s lingkungan
masih salah, maka harus dibangun dulu persepsi yang benar di kalangan
mereka. Masyarakat harus di!ibatkan dan diperhatikan persepsinya dalam
pengelolaan lingkungan, sebab masyarakat memiliki peran ganda, yaitu
sebagai obyek dan subyek (Untung, 1995). Sebagai obyek mereka harus
menikmati hasi! pengelolaan secara adi! dan merata, sedang sebagai subyek
mereka perlu terus meningkatkan dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat
menjadi pengelola yang baik. Fenomena ini merupakan wacana yang
menarik untuk dilakukan kajian secara mendalam melalui suatu penelitian.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, seperti kita ketahui bahwa Sungai
Ciliwung mengalami pencemaran yang sangat memprihatinkan, dan
mengingat beratnya beban pencemaran sungai tersebut, maka sudah
selayaknya air Sungai Ciliwung tidak lagi dipergunakan oleh penduduk untuk
keperluan sehari-hari. Namun dalam prakteknya masih banyak penduduk
yang menetap ditepian sungai Ciliwung yang memanfaatkan air tersebut
untuk keperluan hidup sehari-hari.
Dari itu pertanyaan pokok penelitian ini adalah :" Bagaimana sikap dan
peri!aku penduduk OK! Jakarta terhadap penggunaanair Sungai Ciliwung ?".
Untuk itu pertanyaan yang mesh terjawab dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian
Sungai Ciliwung dalam menggunakan air sehari-hari ?
2. Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh status sasial ekonomi dan
pengetahuan mereka tentang air bersih ?
5
3. Apakah benar faktor-faktor tersebut membentuk sikap tertentu dalam diri
mereka terhadap air yang bersih dan sehat ?
4. Apakah orang yang tinggal di tepian Sungai Ciliwung memiliki sikap dan
persepsi yang sama terhadap penggunaan air SUIl9~i Ciliwung ?
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Untuk memperoleh data deskriptif tentang Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian Sungai Ciliwung
dalam menggunakan air sehari-hari
b. Untuk memperoleh data deskriptif tentang pengaruh status sosial
ekonomi dan pengetahuan akan air bersih terhadap perilaku dan sikap
dalam penggunaan air sungai Ciliwung
c. Untuk memperoleh data deskriptif tentang usaha-usaha yang telah
ditempuh masyarakat dalam bidang pelestarian lingkungan Sungai
Ciliwung
2. Signifikansi Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagaiberikut :
a. Manfaat praktis bagi Pemda DKI Jakarta (instansi terkait) adalah
tersedianya data empirik yang berguna dalam upaya pembinaan
penduduk tepian sungai guna menunjang terwujudnya pembangunan
yang berwawasan lingkungan hidup.
b. Sedangkan manfaat akademis adalah sebagai bahan penambahan
referensi dan peningkatan wawasan akademis serta sebagai bahan
pijakan untuk melaksanakan penelitian lanjutan.
6
D. Hipotesis
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Semakin tinggi status sosial ekonomi penduduk dapat menyebabkan
semakin berkurang penggunaan air sungai Ciliwung
2. Semakin tinggi tingkat pengetahuan penduduk mengenai kebersihan dan
kesehatan lingkungan dapat menyebabkan semakin berkurang
penggunaan air Sungai Ciliwung.
3. Semakin tinggi status sosial ekonomi penduduk dan semakin tinggi tingkat
pengetahuan penduduk, dapat menyebabkan semakin tidak setuju sikap
mereka dalam penggunan air sungai Ciliwung untuk keperluan sehari-hari.
"
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemanfaatan Sumber Daya Air
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia. Secara
langsung air dapat dipergunakan bagi percukupan kebutuhan sehari-hari,
sedang secara tidak langsung air dapat dimanfaatkan bagi upaya
pengembangan lingkungan hidupnya.
Meningkatnya kuantitas dan kualitas air yang diperlukan dari waktu ke
waktu sangat ditentukan oleh perkembangan kependudukan serta
perkembangan tingkat kesejahteraan manusia (Badrudin Mahbub, 1990: 63).
Sementara itu kita menghadapi kenyataan bahwa kuantitas sumber daya air
tidak mungkin ditingkatkan, sedangkan keterdapatan dan penyebaran sumber
daya air tidak mungkin ditingkatkan. Kualitas air bagi peruntukannya
ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan kandungan bakteri di dalamnya. Kualitas
air ini dapat berubah-rubah karena terpengaruh oleh kegiatan alam ataupun
oleh kegiatan manusia.
Majunya teknologi dan meningkatnya kesejahteraan penduduk menuntut
kebutuhan air yang berkualitas tinggi. Sedangkan dilain pihak terdapat
kecenderungan terus menurunnya kualitas air karena meningkatnya
pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai aktivitas kehidupan manusia
seperti : limbah bunagn rumah tangga ataupun indiustri, limbah aktivitas
pertambangan, intensifikasi pertanian serta berbagai aktivitas lainnya.
Akibat bungan limbah banyak sungai-sungai di pulau Jawa dan Sumatera
telah tercemar oleh berbagai limbah dalam bentuk bahan organik dan
bakteri.
Pencemaran lingkungan akan mengakibatkan menurunnya kualitas
lingkungan dan terganggunya kesehatan mahluk hidup, termasuk di
dalamnya manusia. Unsur-unsur yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran dapat digolongkan menjadi dua hal, yaitu : Pertama, yang
bersifat kuantitatif, terdiri dari unsur-unsur yang secara alamiah telah terdapat
8
di alam, tetapi jumlahnya telah bertambah sekian banyaknya sehingga
membuat peneemaran lingkungan. Kedua, yang bersifat kualitatif, terdiri dari
unsur-unsur yang terjadi akibat langsung persenyawaan yang dibuat seeara
sintesis, seperti pestisida, deterjen dan lain-Iainnya (Supardi, 1983 : 19).
Penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga (pemukiman) sekarang ini
terbatas, dan dibandingkan untuk pertanian penggunaannnya lebih asedikit.
Jumlah air yang digunsakan untuk pemukiman perkotaan dan pedesaan
adalah 1,26 milyar M3, yaitu sekitar 1% dari potensi sumber air atau kurang
lebih 2% dari air yang digunakan untuk pertanian (Suma T. Djajadiningrat,
1990: 69). Sekitar duapertiga air untuk pemukiman berasal dari sungai dan
sepertiganya dari mata air. Pada saat ini jumlah kapasitas penyediaan air
bersih pada kota-kota di Indonesia adalah 43 M3 per detik dengan sumber air
terbesar (60,6%) bersal dari air sungai. Penggunaan air diperkotaan di pulau
Jawa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Penggunaan Air untuk Pemukiman di Pulau Jawa
I Propinsi Perkotaan PedesaanM"/det Juta M' M'/det Juta M"
Jawa Barat 4,67 147,6 5,8 183,0DKI Jakarta 16,75 213,4 0,76 24,0Jawa Tengah 4,00 128,2 5,29 167,2Jawa Timur 6,24 197,2 6,33 202,1
Total 21,66 686,4 18,18 574,3Sumber: Dlrektora/ Jendera/ Clpta Karya (da/am KLH, 1990)
Sesuai dengan peruntukkannya Pemerintah Indonesia melalui Peraturan
No. 20 tahun 1990 menetapkan air menjadi empat golongan (A,B,C dan D).
Air golongan A adalah air yang dapat digunakan sebagai air minum seera
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Air golongan B adalah air yang
dapat digunakan sebagai air baku air minum. Air golongan C adalah air yang
dapat digunakan untuk keperluan perikanan, dan air golongan D adalah air
yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan
untuk usaha perkotaan, industri serta pembangkit listrik (Bapeda/, 1997b).
Baku mutu untuk masing-masing golongan air ini ditetapkan berdasarkan
, 9
ukuran obyektif, Namun untuk mencapai suatu kualitas sungai optimal
sebaiknya diperlihatikan pula persepsi masyarakat penggunanya sebagai
ukuran subyektif (Herihanto, 2001 : 45).
Secara obyektif kualitas air sungai biasanya diukur melalui sejumlah
parameter: fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktivitas. Parameter fisik yang
biasa digunakan adalah cahaya, kecerahan dan kekeruhan, suhu, warna,
konduktivitas (daya hantar listrik) dan padatan (total, terlarut, tersuspensi).
Parameter yang biasa digunakan adalah pH, oksigen terlarut, karbondioksida,
alkalinitas, kesadahan dan bahan organic (TOC, BOD, dan COD). Parameter
mikrobiologi yang biasa digunakan adalah koliform tinja dan total koliform.
Sedangkan parameter radioaktifvitasnya biasanya digunakan adalah aktivitas
alpha dan aktivitas beta (Effendi dan Soebrata, 1997).
Sementara itu menurut Wagner & Lanoix ( 1959) air yang aman untuk
keperluan rumah tangga harus mempunyai 3 syarat, yaitu : (1) tidak
terkontaminasi oleh penyakit-penyakit yang dapat disebarkan lewat air (water
borne disease). (2). Bebas dari zat-zat beracun. (3) bebas dari kandungan
mineral dan bahan organic yang berlebihan.
Secara khusus pencemaran air dapat didefinisikan sebagai perubahan
alami atau terinduksi pada kualitas air, sehingga air tersebut tidak dapat
dipakai atau membahayakan dipandang dari kesehatan manusia dan hewan
sebagai sumber makanan, keperluan industri, pertanian, perikanan atau
keperluan rekreasi.
2. Persepsi dan Sikap Sosial
Persepsi sosial dalam perspektif psikologi merupakan proses pencarian
informasi untuk dipahami (Sarlito, 1999 : 94). Alat untuk memperoleh
informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran,
perabaan dan penciuman), sedangkan alat untuk memahaminya adalah
kesadaran (kognisi).
Orang cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang/pihak lain
berdasarkan informasi yang terbatas. Pengetahuan kita tentang harapan atas
10
orang/pihak lain pertama kali ditentukan oleh kesan yang kita bentuk dari
mereka. Pandangan sepintas pada potret seseorang atau pihak lain yang
lewat di jalan baik itu untuk berdemonstrasi, unjuk rasa maupun aktivitas
lainnya. Akan memberikan gambaran tentang bagaimana mereka.
Orang menggunakan informasi apa saja yang dapat diperoleh guna
membentuk kesan terhadap orang atau pihak lain dalam rangka menilai dan
menyimpulkan kepribadian mereka. Proses demikian biasa biasa disebut
sebagai persepsi diri, yaitu proses bagaimana kita memebuat kesan pertama,
prasangka apa yang mempengaruhi mereka, jenis informasi apa yang dipakai
untuk sampai pada kesan tersebut dan bagaimana akuratnya pesan tersebut
(David O. Sears dkk, 1994.95).
Sedangkan menurut Sarlito (1999 : 95) persepsi mengenai orang
tersebut atau pihak lain serta untuk mengetahui dan memahaminya disebut
persepsi sosial. Ada dua hal yang ingin diketahui dalam persepsi sosial, yaitu
keadaan dan perasaan orang atau pihak lain pada saat itu, ditempat tersebut
melalui komunikasi baik lisan maupun non lisan.
Persepsi sosial dalam prakteknya kadang-kadang serupa, sama bahkan
seragam, dan sebaliknya kadang-kadang juga berbeda. Menurut Kenny DA
dalam bukunya Interpersonal Perception. A Social Relations Analysis (dalam
Sarlito, 1999) bahwa ada per,bedaan antara persepsi tentang orang (person
perception) dan persepsi dalam hubungan antar pribadi (interpersonal
perception). Dalam konteks pertama objeknya adalah lebih abstrak
sehingga orang cenderung memberi persepsi yang sama, sedangkan pada·
konteks kedua objeknya lebih konkret sehingga lebih banyak faktor yang
mempengaruhinya, seperti : motif ataupun perilaku serta adanya sikap yang
berbeda.
Proses pembentukan persepsi menurut Gibson (dalam Sarwono, 1992 :
46) dapat dijelaskan melalui pendekatan ekologik. Menurut pendekatan ini
individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya
karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri
dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Persepsi terjadi
11
secara spontan dan langsung. Spontanitas terjadi karena setiap organisme
selalu menjajagi (menekplorasi) lingkungannya. Dalam penjajagan ini ia
melibatkan setiapobyek yang ada di lingkungan, dan setiap obyek
menonjolkan sifat-sifatnya yang khas. Sebuah sungai dengan airnya yang
jernih dan mengalir perlahan misalnya menampilkan makna bagi manusia
sebagai tempat yang nyaman untuk mandi dan berenang, dan menampilkan
makna sebagai habitat yang nyaman bagi sejumlah satwa air. Sifat-sifat yang
menampilkan makna seperti itu disebut affordances (afford = memberikan,
menghasilkan, bermanfaat). Dengan kata lain, obyek-obyek atau stimulus itu
aktif berinteraksi dengan organisme yang menginderanya sehingga timbullah
makna-makna spontan.
Mengacu pada pendekatan ini, manusia merupakan makluk yang dapat
mengubah kemanfatan suatu stimulus sesuai dengan keinginannya sehingga
lebih memenuhi keperluannya (sendiri). Untuk iebih memahami proses yang
terjadi sejak individu bersentuhan melalui inderanya dengan obyek di
lingkungannya sampai terjadinya reaksi oleh Paul A. Bell dkk (dalam Sarlito)
dapat dilihat pada skema sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Proses terbentuknya persepsi (sumber Sarlito, 1992)
Efel<lanjutan
AdaptasilAdjustmen
Sukses
Homeo statis
i-J>I Stress
Oalam batasoptimal
Oi luar batasoptimal
]2
Mengacu pada skema di atas terlihat bahwa proses terbentuknya persepsi
di awali dengan koritak fisik manusai dengan obyek lingkungannya. Obyek
tampil dengan kemanfaatannya, manusia dating dengan sifat-sifat
individualnya seperti pengalkaman, bakat, minat, sikap dan berbagai cirri
kepribadiannya. Hasil interaksi ini menimbulkan persepsi individu atas obyek."
Jika persepsi itu ada dalam batas optimal, maka individu dalam I,eadaaan
'homoeslalis, yang biasanya ingin dipertahankan karena menimbulkan
perasaan senang. Sebaliknya, jika persepsi ada di luar batas optimal (seperti
: terlalu kotor, terlalu keruh, terlalu berbau, dan sebagainya), maka individu
akan mengalami stress. Tekanan energi dalam dirinya meningkat, sehingga
harus melakukan 'coping' untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atau
menyesusaikan lingkungan dengan kondisi dirinya. Orang dari daerah
pegunungan yang biasa melihat dan mandi di sungai yang airnya jernih
mempersepsikan air sungai itu dalam batas optimal. Akan tetapi ketika ia
dating ke pemukiman kumuh di pinggir sungai di kota-kota. besar dan melihat
sungai yang airnya keruh, kotor dan penuh sampah, maka persepsinya
terhadap air di luar batas optimal, sehingga mengalkami stress yang tampil
dalam bentuk terkejut, heran dan semacamnya. Selanjutnya ia melakukan
penyesuaian diri (coping behavior), misalnya memilih untuk tidak mandi dari
pada harus mandi di sunagi yang airnya kotor, atau sebaliknya terpaksa
mandi daripada tidak mandi sama sekali.
Hasil perilaku coping itu ada dua. Per/ama, tidak membawa hasil seperti
yang diharapkan. Kegagal'iln ini menyebabkan stress berlanjut dan bisa
berdampak pada! kondisi individu maupun persepsinya. Kegagalan yang
berulang-ulang akan meningkatkan kewaspadaan. Akan tetapi pada suatu
titik akan terjadi ganguan mental yang serius, seperti putus asa, bosari,
perasaan tak berdaya dan menurunnya prestasi. Kedua, perilaku coping
berhasil. Terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungannya
(adaplasi) , atau penyesuaia keadaan lingkungan dengan diri individu
(adjusmenl). Keberhasilan yang berulang-ulang dapat menurunkan tingkat
kemampuan untuk menghadapi stimulus berikutnya.
13
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena
itu, sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah.
Sikap berbeda dengan sifat yang lebih merupakan bawaan dan sulit diubah.
Menurut Sarlito (1999 : 232) Sikap memiliki Giri-Giri khas antara lain: (1).
Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi,benda dan
sebagainya). (2). Mengandung penilaian (setuju tidak setuju, suka tidak
suka).
Sikap merupakan kesediaan bereaksi terhadap suatu objek atau hal.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1. Komponen kognitif, yaitu pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
2. Komponen afeksi, yaitu hubungan emosi terhadap suatu objek yang dapat
dirasakan sebagai suatu yang disukai atau tidak suka, sehingga tumbuh
perasaan positif dan negatif pada suatu objek.
3. Komponen tingkah laku, yaitu kecenderungan untuk bertindak, sesual
dengan kognisi dan afeksinya terhadap sikap (Mar'at, 1981: 13)
Peranan sikap dalam kehidupan manusia besar sekali, sebab apabila
sudah terbentuk maka sikap akan turut menentukan cara-cara tingkah laku
manusia terhadap objek-objeknya. Selain itu sikap juga memegang peranan
penting dalam interaksi manusia dan akan terbentuk pada diri manusia
melalui proses sosialisasi.
Menurut David O. Sears dkk (1994 : 169) pendekatan yang sering
digunakan ada tiga pendekatan yang biasa digunakan dalam disiplin
Psikologi sosial untuk menganalisa sikap manusia, yaitu: teori belajar, teori
insentif dan pendekatan kognisi.
Pertama, teori belajar dengan asumsi dasarnya yang melatar belakangi,
pendekatan ini adalah bahwa sikap dipelajat-i dengan cara yang sama seperti
kebiasaan lainnya. Orang memperoleh informasi dan fakta-fakta, mereka juga
mempelajari perasaan-perasaan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan fakta
tersebut. Hal ini berarti bahwa proses-proses dasar terjadinya belajar dapat
diterapkan pada pembentukan sikap. Dimana individu dapat memperoleh
f
14
nformasi dan perasaan melalui proses asosiasi. Dalam kontek ini asosiasi
:erbentuk bila stimulus. mljncul pada saat dan tempat yang sama. Proses
lainnya dalam pendekatan belajar adalah adanya peneguhan kembali dan
proses imitasi.
Kedua, pendekatan insentif yang memandang pembentukan sikap
sebagai proses menimbang baik buruknya berbagai kemungkinan posisi dan
kemudian mengambil 91ternatif yang terbaik. Pendekatan ini mempunyai
kesamaan dengan pendekatan belajar dalam pengertian bahwa sedikit
banyak sikap ditentukan oleh jumlah dari unsur negatif dan positif.
Sedangkan letak perbeqaanya adalah bahwa teori insentif mengabaikan asal
usul sikap dan hanya mempertimbangkan keseimbangan insentif yang terjadi.
Perbedaan lainnya jika teori intensif menekankan keuntungan atau kerugian
apa yang akan dialami seseorang bila mengambil posisi tertentu. Sebaliknya
pendekatan belajar memperlakukan orang sebagai reflektor lingkungan yang
pasif
Ketiga, pendekatan kognitif yang memandang orang sebagai makhluk
yang berusaha mempertahankan konsistensi antara berbagai sikap mereka,
antara afeksi dan kognitif mereka terhadap objek tertentu, serta antara sikap
dan perilaku mereka.
Sikap dalam konteks penelitian ini terutama ditujukan pada sikap
penduduk tepian Sungai Ciliwung terhadap berbagai aktivitas pemanfaatan
air sungai tersebut. Ada berbagai factor yang dapat mempengaruhi sikap
manusia, menurut Jonathan L. Freedman (1970: 250) salah satu factor yang
dapat mempengaruhi sikap adalah factor sosial ekonomi.Mengacu pada
pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa factor sosial ekonomi dalam
hal ini status sosial ekonomi dapat menetukan sikap penduduk tepian sungai
dalam menggunakan air Sungai Ciliwung.
Mengacu pada kerangka pemikiran di atas ada beberapa asumsi yang
muncul, yaitu :
1. Penduduk yang bermukim di tepi sungai pada umumnya mempunyai
status sosial ekonomi yang relatif rendah.
15
2. Penduduk di daerah tersebut cenderung mempunyai pengetahuan yang
rendah terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
3. Rendahnya status sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki tersebut,
mengakibatkan mereka mempunyai sifat tertentu (dalam hal ini mungkin
dapat diartikan setuju) terhadap penggunaan air sungai untuk kehidupan
sehari-hari.
Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan
dalam skema sebagai berikut :
Status SosialI-
Ekonomi
Pengetahllallteutang
KebersihallI-
danKesehatan
Lillgkungall
Sikap danPersepsi •
Pellggunaanail' SUlIgaiCiliwung
Gambar 2. Skema Alur Pemikiran penelitian
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah tepian Sungai Ciliwung
Kelurahan Bukitduri Keeamatan Tebet Jakarta Selatan. Hal ini sesuai
dengan maksud penelitian , yaitu Persepsi dan Sikap Penduduk OKI Jakarta
Terhadap Penggunaan Air Sungai Ciliwung (Studi Kasus Penduduk Tepian
Sungai Ci/iwung di Kel~rahan Bukitduri Jakarta Selatan).
Alasan pemilihan lokasi adalah bahwa Kelurahan Bukitduri merupakan
salah satu wi/ayah yang di OKI Jakarta yang dilalui aliran Sungai Ciliwung.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi sasaran penelitian (responden) adalah penduduk yang tinggal di
tepian Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Bukitduri Jakarta Selatan
Tehnik Pengambilan Sampel
Metode pengambi/an sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Sampel aeak sederhana (Sample Random Sampling), yaitu sebuah sampel
yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitianl satuan
elementer dari populasinya mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel (Masri Singarimbun, 1989. 155).
Pendekatan Data
Metode penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dengan pendekatan survai.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
17
penelitian (orang, lembaga, masyarakat dan lainnya) berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 1995 : 63).
Penelitian ini tidak untuk membuktikan hipotesis melainkan menganalisa data
lapangan, sebab hipotesis yang diajukan sebagai pijakan awal dalam
menggali dan menganalisa data penelitian sehingga akan menghasilkan data
deskriptif ucapan ataupun perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu
sendiri.
Tehnik Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data dalam bentuk daftar
pertanyaan terstruktur, agar responden dapaf memberikan jawa6an
secara lebih bebas dengan menggunakan istilah mereka sendiri dan
menulis ulasan-ulasan yang dianggap penting dalam ruang yang telah
disediakan.
2. Wawancara
Wawancara dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan pada
masalah tertentu atau pusat perhatian untuk mendapatkan informasi
dengan bertanya langsung pada responden .
3. Observasi
Observasi merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui gejala-gejala
yang ada hubungannya dengan masalah penelitian yang sedang diteliti
melalui pengamatan dari dekat dengan harapan akan memperoleh suatu
kelenakaoan data.
18
4. Pemanfaatan Data Sekunder
Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data melalui pencatatan data
sekunder yang tercatat pada instansi terkait, mengenai data yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden situasi-
situasi sosial melalui metode wawancara, kuesioner dan observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dipero!eh dari catatan-catanl dokumen
yang berkaitan dengan penelitian baik diperoleh di lokasi penelitian
maupun instansi terkait lainnya.
Tehnik Pengolahan Data
Tehnik pengolahan data yang akan digunakan adalah dengan
pembuatan table frekuensi dan table silang dengan cara tabulasi langsung.
Dalam hal ini data langsung ditabulasikan dari kuesioner ke kerangka table
yang telah disiapkan.
. Tehnik Analisa Data
Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah deskriplif
kualilatif dengan menampilakn label frekuensi untuk menggambarkan
karakteristik sampel, agar memudahkan dalam menganalisa dan
membahasnya sehingga akan memperjelas hasil penelitian.
19
BABIV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
SELAYANG PANDANG SUNGAI CILlWUNG
Seeara geografis Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung di batasi oleh Sub
DAS Cisadane di sebelah Barat dan Selatan, DAS Citarum sebelah Timur dan
Sub DAS Cibeet di sebelah Utara. Sungai Ciliwung berhulu di Gunung
Mandalawangi (danau Telaga) dan bermuara di teluk Jakarta. Sungai ini
mengalir dari Selatan ke Utara, melewati wilayah Kabupaten Bogor (keeamatan
Cisarua, Ciawi, Kedung Halang, dan Cibinong), Kota Bogor, Kota Depok dan
Wilayah DKI Jakarta.
Luas DAS Ciliwung dari hulu sampai Manggarai sekitar 347 Km2 (Mus/im
Munaf, 1992 :6) yang terdiri dari 3 bagian : (a). DAS Ciliwung bagaian I seluas
sekitar 146 Km2, mulai dari hulu sampai stasiun pengamat Katulampa meliputi :
Keeamatan Kedunghalang, Cisarua dan Ciawi. (b). DAS Ciliwung bagian II
seluas 95 Km 2, mulai dari stasiun pengamat Katulama sampai stasiun pengamat
Ratujaya (Depok) meluputi keeamatan Kedunghalang dan Keeamatan Cibinong
Kabupaten Bogor, Kodya Bogor dan Keeamatan Paneoranmas Depok. (3) DAS
Ciliwung bagian III seluas 82 KM2, mulai dari stasiun pengamat Ratujaya Depok
sampai stasiun pengamat Rajawali (Kalibata) meliputi wilayah Keeamatan
Cimanggis, Keeamatan Pancoranmas(Depok), dan DKI Jakarta.
Das Ciliwung bag ian I terbagi atas empat Sub DAS. Pertama, Sub DAS
Ciseek seluas 3.457 Ha dengan anak sungai anatar lain: Cinangka, Cirangrang,
Ciguntur, Ciesek dan Cipaseban. Kedua Sub DAS Cibogo/Cisarua seluas 3.975
Ha dengan anak sungai antara lain : Citeko, Cisarua, Cijulang dan Cibogo.
Ketiga, Sub DAS Ciseuseupan / Cisukabirus seluas 2.991 Ha dengan anak
sungai antara lain: Cigadog, Cijambe, Ciseuseupan dan Cisukabirus (Sub BLKT
Bogar, '/986). DAS Ciliwung bagian I memiliki eiri sungai pegunungan yang
20
Jerarus deras, banyak tebing curam dengan dasar batu, pasir dan kerikil serta
alur sungai yang berbelok-belok.
Pada DAS Ciliwung bagian II banyak dijumpai daerah depresi antara
bukit-bukit dimana anak sungai mengalir dan bermuara, di wilayah ini dijumpai
dua anak sungai utama, yaitu Cikampay dan Ciluar. Sedangkan pada DAS
Ciliwung bagian III yang mempunyai topografi datar, aliran sungai Ciliwung
semakin lambat, tetapi dengan volume air yang semakin besar karena
merupakan penampungan dari aliran bagian I dan II.
Kondisi iklim di DAS Ciliwung secara umum adalah tropis basah, dengan
temperatur berkisar antara 21,80 sampai 330C dan kelembaban udara berkisar
antara 51 sampai 99% (Mus/im Munaf, 1992. 12).
Curah hujan di sepanjang DAS Ci!iwung cukup bervariatif. Di DAS
Ciliwung bagian I curah hujan berkisar antara 128 - 698 mm/bulan. Bulan basah
berkisar antara 8 - 10 bulan (Agustus - Mei) dan bulan terbasah pada bulan
Desember. Sedangkan bulan lembab berkisar 2-4 bulan (Juni - September),
dengan bulan terkering pada bulan Juni. Sedangkan di DAS Ciliwung bagian II
curah hujan berkisar antara 119 - 513 mm/bulan.Bulan basah 10-12 bulan
(Januari - Desember), dengan bulan lembab berkisar 1-2 bulan (Juni-Agustus)
sedangkan bulan kering tidak ada. Sementara itu untuk DAS Ciliwung III curah
hujan berkisar antara 54 - 399 mm/bulan. Bulan basah 2-4 bulan (Desember
Maret) dengan bulan terbasah pada bulan Januari, bulan lembab 3 bulan (April
Mei-November) dan bulan kering 5-7 bulan (April - Oktober) dengan bulan
terkering bulan Juli (Erni Susanti, 1989).
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
1. Kondisi Geografis
Kelurahan Bukitduri merupakan salah satu kelurahan yang berada di dalam
wilayah Kecamatan Tebet Kotamadya Jakarta Selatan, dengan batas-batas
wilayah sebagaiberikut :
21
-. Utara
-. Timur
-. Bar·at
-. Selatan
Kelurahan Manggarai dan kali Ciliwung
Kelurahan Kampung Melayu dan Kali Ciliwung
Kelurahan Kelurahan Manggarai Selatan
Kelurahan Kebon Baru dan Kelurahan Tebet Timur
Kelurahan Bukitduri terletak di atas ketinggian 26,2 DPL, dengan luas
wilayah 107,70 Ha. yang terbagi ke dalam 81,21 Ha untuk pemukirnan dan
26,49 Ha untuk kategori lain (fasilitas umurn).
2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Bukitduri
Penduduk di Kelurahan Bukitduri sejurnlah 49.668 jiwa, terdiri dari :
25.675 laki-Iaki dan 23.993 perempuan.
Distribusi penduduk (Kepala Keluarga) Kelurahan Bukitduri berdasarkan
mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan BukitduriBerdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase...
1. Pertanian -2. Industri 862 8.193. Bangunan 753 7.164. Transportasi I Komunikasi 1.042 9.905. Keuangan I Perbankan 588 5.596. Perdagangan 2.644 25.137. Pemerintahan 2.324 22.098. Jasa 1.263 12.019. Lain-lain 1.045 9.93JUMLAH TOTAL 10521 100.00
..Sumber: Surval Flslk Kelurahan BPS Kodya Jakarta Selalan 1999
Mengacu pada table 2 di atas, mata pencaharian penduduk
Kelurahan Bukitduri sebagian besar adalah dalam bidang perdagangan, yaitu
2.644 orang atau sekitar 25,13 %. Kemudian disusul dalam bidang
pemerintahan sebanyak 2.324 orang atau sekitar 22,09 %. 8idang
pemerintahan dalam konteks ini adalah sebagai PNS, TNI/POLRI atau staf
lainnya yang bekerja di lembaga pemerintahan untuk semua sektor
22
kehidupan. Mata pencaharian lainnya adalah bidang jasa sebanyak 1.263
orang atau sekitar 12,01 %, bidang transportasi/komunikasi sebanyak 1.042
orang atau sekitar 9,90 %, bidang industri sebanyak 862 orang atausekitar
8,19%, bidang bangunan sebanyak 753 orang atau sekitar7,16% dan bidang,kategori lain-lain (seperti buruh ataupun pekerjaa·n kasar lainnya) sebanyak
1.045 orang atau sekitar 9,93%.
Penduduk Menurut Agama
Komposisi penduduk Kelurahan Bukitduri menurut agama yang dianutnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel3. Jumlah Penduduk Kelurahan Bukitduri Menurut Agama
No PEMELUK AGAMA JUMLAH PERSENTASE
1 Islam 46.561 93,74
2 Katholik 1.441 2,90
3 Protestan 1.279 2,58,
4 Hindu 223 0,45
5 Budha 164 0,33
TOTAL 49.668 100,00
Sumber: Surval Flslk Kelurahan BPS Kodya Jakarta Selatan 1999
Berdasarkan pada tabel di atas, teriihat bahwa mayoritas penduduk
Kelurahan Bukirduri adalah beragama Islam, yaitu sebahyak 46.561 orang
atau sekitar 93,74 %. Penganut agama Kristen Katolik, yaitu 1.441 atau
sekitar 2,90 persen. Agama Kristen Protestan sejumlah 1.279 atau sekitar
2,58 persen. Agama Hindu sejumlah 223 atau sekitar 0,45 persen. Penganut
agama Budha sebanyak 164 atau sebesar 0,33 persen.
23
2. Sarana dan Prasarana Masyarakat Kelurahan Bukitduri
1/. Sarana Peribadatan
Untuk mengetahui jumlah sarana peribadatan masyarakat
KecamatanTebet dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel4. Jumlah Sarana Peribadatan di Kelurahan Bukitdufi
No SARANA PERIBADATAN JUMLAH PERSENTASE
1 Masjid 8 16,00
2 Mushola 41 82,00
3 Gereja 1 2,0
4 Lainnya , - 0,00
Total 50 100,00
Sumber. Surval Flslk Keiurahan BPS Kodya Jakarta Selatan 1999
b. Sarana Pendidikan
Untuk mengetahui jumlah sarana pendidikan yang ada di wilayah
Kelurahan Bukitduri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan di Wi/ayah KelurahanBukitduri
No SARANA PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE
1 TK 10 32,26
2 SD 18 58,06
3 SLTP 1 3,23
4 SLTA 2 6,45
Total 31 ~ 100,00..
Sumber: Surval F,slk Kelurahan BPS Kodya Jakarta Selatan
c. Sarana Kesehatan
Untuk mengetahui jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah
Kecamatan Tebet dapat dilihat pada tabel berikut :
24
Tabel6. Jumlah Sarana Kesehatan di Wi/ayah Kelurahan Bukir Duri
No SARANA KESEHATAN JUMLAH PERSENTASE
1 Rumah Sakit - -
2 PUSKESMAS 1 1,54
3 POSYANDU 26 40,00
4 Dokter Praktek 12 18,46
5 Lain-lain 26 40,00
Total 65 100,00..
Sumber: SUlVal Flslk Keturahan BPS Kodya Jakarta Seta/an
IDENTITAS RESPONDEN
Populasi penelitian ini adalah penduduk di tepian Sungai' Ciliwung di
Kelurahan Bukitduri Keeamatan Tebet Kodya Jakarta Selatari, dalam penelitian
ini peneliti mengambil sampel 30 keluarga yang kami tentukan seeara Beak,
kemudian diambil 1 orang sebagai wakil keluarga tersebut.
1. Umur Responden
Umur responden penelitian ini eukup bervariasi berkisar antara 15 _. 59
tahun, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik umur responden
dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Karakteristik Umur Responden
No UMUR RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
1 15 - 25 tahun 2 6,662 26 - 35 tahun 7 23,333 36 - 45 tahun 9 30,004 46 - 55 tahun 8 26,665 > 56 tahun "- 4 31,33- , --- --
Total 30 100,00Sumber: Data Pnmer yang diolah
25
Mengacu pada tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa 2 orang atau sekitar 6,66
persen responden berumur antara 15 -25 tahun, 7 orang responden atau
sekitar 23,33 persen responden berumur antara 26 - 35 tahun, 9 orang atau
sekitar 30,00 persen responden berumur 36 - 45 tahun, 8 orang atau sekitar
26,66 persen responden berumur 46 - 55 tahun, dan sisanya 4 orang atu
sekitar 31,33 persen berumur di atas 56 tahun.
2. Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagaian besar responden
penelitian adalah berpendidikan SLTA. Hal ini berarti mereka cukup memiliki
kemampuan dalam memberikan berbagai informasi data yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Untuk mengetahui komposisi responden rnenurut
tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden Penelitian
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase1. TarnatSD 6 20,002. TarnatSLTP 19 63,333. TamatSLTA 5 16,674. Tamat Perguruan Tinggi - -
Jumlah 100,00Surnber : Data pnmer yang dlolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar
responden adalah tarnat SLTP, yaitu 19 orang atau sekitar 63,33 persen
responden. Sisanya tamat SLTA sebanyak 5 orang atau sekitar 16,67 persen
dan SD sebanyak 6 orang atau sekitar 20,00 persen responden.
3. Status Kependudukan Responden
Populasi penelitian ini adalah penduduk tetap yang berada di lokasi
penelitian, yaitu Tepian Sungai Ciliwung Kelurahan Bukitduri Kecamatan
26
Tebet Kodya Jakarta Selatan. Hal ini dibuktikan sesuai dengan tempat
domisili responden penelitian inl. Untuk mengetahui komposisi status
kependudukan responden penelitian ini menurut lamanya waktu tinggal di
lokasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Karakteristik Responden Menurut Waktu LamanyaTinggal di Lokasi Pene/itian
No. Lamanya Tinggal Frekuensi Persentase1. 1 - 5 tahun 6 20,002. 6 - 9 tahun 13 43,333. > 10 tahun 11 36,67
Jumlah 30 100,00Sumber : Data pnmer yang dJolah
Berdasarkan pada tabel 9 di atas dapat dilihi:lt bahwa sebagian besar
responden sudah cukup lama tinggal di lokasi penelitian dengan sebaran
data 6 orang atau sekitar 20,00 persen responden sudah tinggal ditepian
Sungai Ciliwung sekitar 1 - 5 tahun, 13 orang atau sekitar 43,33 persen
responden sudah tinggal di tepiang Sungai Ciliwung sekitar 6 - 9 tahun, dan
sisanya 11 orang atau sekitar 36,67 persen responden sudah tinggal
ditepian Sungai Ciliwung lebih dari 10 tahun. Pada umumnya mereka yang
telah tinggal lenih dari 10 tahun ada yang asH penduduk Bukitduri sejak kecii.
4. Sistem Mata Pencaharian Responden
Untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik responden menurut sistem mata
pencahariannya di masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel10. Karakteristik Sistem Mata Pencaharian Responden
No. Sistem Mata Pencaharian Frekuensi Persentase1. Pedagang 3 10,002. Sapir 5 16,67r,----
~9gangKaki iima / asangan 9 30,~3.I-'c'-"-
64. Tukang kayu /bangunan 20,005. Karyawan 4 13,336. Tukang Parkir 3 10,00
Jumlah 30 100,00
27
Mengacu pada tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas
responden bekerja pada sektor informal dengan. sebaran data sE;bagai
berikut : sebagai pedagang (sayur, buah-buahan,) sebanyak 3 orang atau
sekitar 10,00 persen responden, 5 orang atau sekitar 16,67 persen
responden sebagai sopir, 9 orang atau sekitar 30,00 persen responden
sebagai pedagang kaki lima ataupun asongan, 6 orang atau sekitar 20,00 .
persen I"esponden sebagai tukang kayu ataupun bangunan, sebagai
karyawan sebanyak 4 orang atau sekitar 13,33 persen responden, dan sisa 3
orang atau sekitar 10,00 persen responden sebagai tukang parkir.
PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
1. Persepsi Masyarakat Bukitduri Tepian Sungai Terhadap Penggunaan
Air Sungai Ciliwung
Persepsi orang terhadap air sungai pada dasarnya memiliki nuansa
penilaian tersendiri. Sebab sering kali persepsi manusia dipengaruhi oleh
faktor-faktor intern yang ada dalam diri manusia (sepertikemauan, perasaan,
kebutuhan dan lain-lain) dan disisi lain faktor-faktor ektern (seperti
lingkungan tempat tinggal, kebiasaan dan tradisi di Iingkungan sekitarnya)
berpengaruh juga.
Mengacu pada data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa
persepsi dan sikap warga masyarakat Tepian Sungai Ciliwung Bukitduri
terhadap pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari cukup
beragam, mayoritas responden menyatakan pemanfaatan air sungai dalam
kehidupan dengan tingkat intensitas dan pola yang beragam. Untuk
mengetahui pola pemanfaatan air sungai Ciliwung oleh responden dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
28
Tabel11. Pola Pemanfaatan Air Sungai Ciliwung Mel1urut Responden
N BENTUK INTENSITAS PEMANFAATAN0 PEMANFAATA SERING KADANG- TIDAK JUMLAH
N KADANG PERNAH TOTALN % N % N % N %
1 Mandi 26 86,67 4 13,33 - - 30 100,0
2 Memasak 6 20,00 14 46,67 10 33,33 15 100,0, .
3 Mencuci 24 80,0 6 20,0 - - 15 100,0
4 Jamban 4 13,33 24 80,0 2 6,67 15 100,0
Sumber.' Data pnmer yang dlolah
Berdasarkan pada tabel 11 dapat dilihat bahwa ada empat pola
pemanfaatan air sungai dalam kehidupan responden, yaitu : untuk mandi,
memasak, Illencuci, dan sebagai jamban.
Pertallla, untuk Illandi sebagailllana dinyatakan oleh responden
dengan intensitas pelllanfaatan dalalll kategori sering (hampir tiap hari)
sebanyak 26 orang atau sekitar 86,67 persen responden, dan dalalll
kategori kadang-kadang sebanyak 4 orang atau sekitar 13,33 persen
responden.
Kedua, untuk Illelllasak dengan sebaran jawaban dalalll kategori
sering sebanyak 6 orang atau sekitar 20,0 persen responden, kategori
kadang-kadang sebanyak 14 orang atau sekitar46,67 persen responden
dan kategori tidak pernah 10 orang atau sekitar 33,33 persen responden.
Penggunaan air untuk Illelllasak dalam kontek ini adalah untuk merebus
bahan makanan yang ada kulitnya, seperti singkong, jagung ataupun lainnya
yang Illasih ada kulitnya., sedangkan untuk bahan makanan yang tidak
berkulit seperti sayuran, beras ataupun lainnya tidak rnenggunakan air
sungai Ciliwung, delllikian juga untuk minulll pendudukdi tepian sungai
Ciliwung tidak Illenggunakannya, namun air tersebut ditampungdan
29
diendapkan terlebih dulu dengan diberi tawas, sebagaimana penuturan
Rahman salah satu responden penelitian sebagai berikut :
"... Penggunaan air Kali Citiwung dalam kegiatan memasak sifatnyakadangkala tidak terus langsung mengambit dari sungai langsungdipakai, tetapi kami endapkan di bak penampung (drum bekas),kemudian kami campuri dengan tawas agar aimya bening terutamabita musim kemarau dengan kondisi air yang keruh dan agak berbau,namun setelah diproses sebagaimana disebutkan tadi .. .al hamdullllahaimya dapat kami pakai termasuk untuk memasak, namun demikiankami tidak setiap hari demikian, hanya pada saat-saat tertentu ".
Ketiga, untuk mencuci baik untuk pakaian maupun peralatan dapur,
dengan sebaran jawaban dalam kategori sering sebanyak 24 orang atau
sekitar 80,0 persen responden, kategori kadang-kadang sebanyak 6 orang
atau sekitar 20,0 persen responden dan untuk kategori tidak pernah tidak
ada responden yang menjawab kategori ini.
Keempat,untuk jamban terdapat sebaran jawaban dalam kategori
sering sebanyak 2 orang atau sekitar 13,33 persen responden, kategori
kadang-kadang sebanyak 24 orang atau sekitar 80,0 persen responden dan
untuk kategori tidak pernah sebanyak 2 orang atau sekitar 6,67 persen
responden.
Pemanfaatan sungai \Jalam kehidupan masyarakat khususnya bagi
penduduk tepian sungai Ciliwung tidak lepas dari beragam pandangan yang
melandasi mereka. Berdasarkan pemaparan data di atas pola pemanfaatan
air Sungai Ciliwung oleh warga tepian Sungai Ciliwung dapat dikategorikan .
menjadi empat pola'pemanfaatan, yaitu (1) pola menggelontor; (2) pola
membersihkan; (3) pola merebus dan (4) pola bersuci.
Pertama, pola menggelontor. Dalam konteks ini adalah mengalirkan
sampah dan tinja ke sungai yang dilakukan oleh penduduk di tepian sungai
Ciliwung. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia menggelontor adalah
menyiram dengan air banyak-banyak supaya hanyut (Poerwodarminta,
1985). Dalam pandangan mereka setiap sampah yang dibuang ke sungai,
sampah segera dibawa arus ke hilir dan tempat sampah mereka boleh
30
dibilang segera bersih kembali. Demikian juga halnya dengan tinja yang
masuk ke situ. Kotoran tersebut segera di bawa arus sungai. Dengan begitu
lingkungan sekitarnya mereka anggap bersih.
Pola kedua adalah membersihkan. Dalam konteks ini air sungai
Ciliwung digunakan untuk mandi, mencuci dan menggososk gigi. Air yang
digunakan untuk membersihkan di sini pada dasarnya mempunyai fungsi
menggelontor kotoran juga.
Mengacu pada fenomena tersebut, tampaknya mereka berasumsi
bahwa air sungai dapat digunakan untuk menggelontorkan berbagai kotoran
dan sampah rumah tangga, dalam konteks lebih jauh penduduk di tepian
Sungai Ciliwung menganggap sungai memiliki fungsi sebagai pembersih
segala sampah dan kotoran yang ada di lingkungannya. Aktivitas untuk
mandi biasanya dilakukan mulai Subuh, terutama bagi meraka yang akan
bekerja. Sedangkan ibu-ibu rata-rata sekitar pukul 6.30 sId. 8 pagi dan pukul
16 - 17 sore hari. Jam mandi di lokasi penelitian dapat dibedakan menurut
golongan pemakainaya, yaitu : mandi anak-anak dengan sebaran waktu lebih
banyak, mandi orang dewasa dengan sebaran waktu pada waktu-waktu
tertentu. Dan lebih jauh pola pun masih dibedakan antara laki-Iaki dan
perempuan. Para laki-Iaki pada umumnya mandi dengan menjeburkan diri
ke sungai selama beberapa menit dan sekaligs berendam untuk
menyegarkan badan. Selain untuk mandi juga untuk mencuci, baik p"!kaian
maupuin perabot rumah tangga. Aktivila smencuci ini ada umumnya
dilakukan olek para wanita, 'yang berlangsung pada siang dan sore hari
sekitar pul~ul 16.00.
Po/a ketiga, merebus. Merebus dengan menggunakan air Sungai
Ciliwung terutama dilakukan oleh mereka yang membuat tempe dan tahu.
Setelah kedelai mereka cuci dengan air sungai beberapa kali, kemudian
mereka rebus dengan air sungai setelah itu mereka cuci lagi dengan air
sungai baru stelah itu mereka cuci dengan air sumur.
31
Pole keempet, bersuci. Bersuei dalam konteks ini terutama untuk air
wudhu bagi mereka yang memeluk agama Islam. Dalam konteks ini air
sungai dianggap sebagai simbol sarana penyuei. Pandangan tersebut tidak
lepas dari anggapan yang memamndang air sungai Ciliwung merupakan air
yang mengalir sehingga ,mereka anggap sebagai air suei. Penggunaan air
untuk wudhu dapat diamati dari tindakan para ibu-ibu, sehabis mandi
biasanya mereka berwudhu.
Mengaeu pada pemaparan data di atas, menunjukkan bahwa Sungai
Ciliwung memiliki peranan penting dalam kehidupan responden dan
keluarganya. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi responden
untuk memanfaatkan air Sungai Ciliwung dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel12. A/asan-a/asan yang Mendorong Warga Tepian SungaiCiliwung Bukitduri da/am Pemanfaatan Air SungaiCiliwung Menurut Responden
.. --
NO ALASAN KRITERIA PENILAIAN RESPONDENPEMANFAATAN
SETUJU TIDAK RAGU- JUMLAHSETUJU RAGU TOTAL
N % N % N % N %
1 Tidak memerlukan 30 100,0 . . I _ - 30 100biaya I
2 Tidak lTlengeluarkan 20 66,67 2 6,67 8 26,66 30 100tenaga yang banyak
3 Tidak berbau karat 24 80,0 - - 6 20,0 30 100,0
4 Tidak memiliki sUlTlur 12 40,00 10 33,33 8 26,66 30 100,0
5 Pada waktu Illusilll 26 86,67 - - 4 13,33 30 100,0keillarau
Sumber. data pruner yang dlOlal1
Mengaeu pada tabel 12 dapat dilihat bahwa ada beberapa alasan
yang mendorong peillanfaatan air sungai dalam kehidupan responden, yaitu
32
: tidak rnernerlukan biaya, tanpa rnengeluarkan t~naga yang banyak, tidak
berbau karat, karena tidak rnerniliki surnur,ketika rnusirn kernarau dengan
asurnsi penilaian yang beragarn.
Alasan pertarna tidak perlu rnengeluarkan biaya, sernua responden
setuju dengan asurnsi tersebut sebagairnana dinyatakan oleh 30 orang atau
100 persen responden. Alasan tersebut berdasarkan anggapan bahwa air
sungai telah tersedia dengan gratis tinggal rnernanfaatkan saja tanpa harus
rnengeluakan biaya.
Alasan kedua, tidak rnengeluarkan tenaga banyak,rnerniliki sebaran
jawaban untuk kategori setuju sebanyak 20 orang atau sekitar 66,67 persen
responden, kategori tidak setuju sebanyak 2 orang atau sekitar 6,67 persen
responden dan kategori ragu-ragu 8 orang atau sekitar 26,66 persen
responden. Asurnsi dasar dari alasan ini harnpir sarna dengan alasan di atas
yaitu rnernanfaatkan air sungai lebih rnenghernat tenaga. Asurnsi dasar dari
alasan ini harnpir sarna dengan alasan di atas yaitu bahwa air sungai sudah
tersedia sehingga tinggal rnengarnbil rnernariftaatkan sesuai dengan
kebutuhannya
Alasan ketiga tidak berbau karat, rnerniliki sebaran jawaban untuk
kategori setuju sebanyak 24 orang atau sekitar 80,00 persen responden, .
kategori tidak setuju tidak ada responden yang rnernilih kriteria ini, dan untuk
kategori ragu-ragu 6 orang atau sekitar 20,00 persen responden. Asurnsi
dasar dari alasan ini terutarna untuk penggunaan surnur pompa air ataupun
sarana yang rnernakai pipa air dari besi seringkali airnya terkena lunturan
karat ataupun bau karat besi , sehingga responden lebih rnemilih
menggunakan air sungai untuk rnenyuplai kebutuhan hidupnya.
Alasan keernpat untuk kategori tidak memiliki sumur, terdapat
sebaran jawaban sebagai berikut : untuk kategori setuju terdapat jaViiaban
sebanyak 12 orang atau sekitar 40,00 persen responden, kategori tidak
setuju sebanyak 10 orang atau sekitar 33,33 persen responden dan untuk
kategori ragu-ragu 8 orang atau sekitar 26,66 persen responden. Asurnsi
33
dasar. Asumsi ini berdasarkan kenyataan yang ada bahwa penduduk di
tepian Sungai Ciliwung memiliki sumur di sekitar tempat tinggalnya, namun
mereka lebih memilih ke sungai. Kondisi ini tidak lepas dari kebiasaan yang
ada di lingkungan responden yang berlangsung sejak. dulu. Kondisi ini
sebagaimana yang digambar oleh Romdoni yang menjadi salah satu
responden dan sekaligus informan penelitian ini sebagaiberikut :
"... Kebiasaan memanfaatkan air sungai bagi warga di tepian KaliCiliwung sudah ada sejak saya keeil hingga sekarang. Kita lebihsenang ke sungai walaupun memiliki sumur di rumah. Pada waktu kitake sungai kita dapat berjumpa dengan tetangga-tetangga kitasehingga dapat bertegur sapa seeara langsung dan seringkali menjadipertemuan informal di kalangan warga yang dapat saling bertukarinformasi. Jadi ada manfaat lebih keUka kiti;J ke sungai... "
Alasan kelima adalah pada waktu musim kemarau, memiliki sebaran
jawaban untuk kategori setuju seb:,nyak 26 orang atau sekitar 86,67 persen
responden, kategori tidak setuju lidak ada responden yang memilih alternatif
jawaban ini, dan untuk kategori ragu-ragu sebanyak 40rang atau sekitar
13,33 persen responden. Asumsi ini tidak lepas dari kebiasaan yang ada di
wilayah Tepian Sungai Ciliwung Bukitduri yang menggunakan air sungai
Ciliwung sebagai alternatif utama untuk menyuplai kebutuhan air ketika
berlangsung musim kemarau.
Berdasarkan pemaparan data di atas dapat kita lihat bahwa factor
faktor tersebut berpengaruhi terhadap sikap dan persepsi responden dalam
memanfaatkan air Sungai Ciliwung. Peranan sikap dalam kehidupan
manusia besar sekali, sebab apabila sudah terbentuk maka sikap akan turut
menetukan cara-cara tingkahlaku manusia terhadap objek-objeknya.
Pengalaman pribadi yang diperoleh responden membuat mereka lebih
banyak memikirkan dan membicarakannya dibandingkan bila ia jauh dari
objek tersebut.
Pengalaman langsung masa lalu yang berkaitan dengan kebiasaan
akan memperkuat sikap tersebut, dan oleh karena itu meningkatkan
34
kekuatan sikap seseorang terhadap perilakunya (David 0 Sears, 1994 :
151). Jadi sumber kekuatan sikap responden yang lain nampaknya muncull
dari kebutuhan akan suplai air dalam kehidupannya. Selain itu sikap juga
memegang peranan penting dalam interaksi manusia dan dalam interaksi
manusia dan akan terbentuk pada diri manusia melalui sosiolisasi.
2. Persepsi dan Sikap Tentang Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan
Orang cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain
berdasarkan informasi terbatas sesuai yang diterima oleh masing-rnasing
individu. Salah satu faktor yang berkaitan dengan masalah penelitian adalah
tentang persepsi dan sikap masyarakat terhadap aspek kebersihan dan
kelestarian lingkungan, khususnya sungai Ciliwung. Untuk mengetahui
persepsi dan sikap responden terhadap tanggungjawab terhadap kebersihan
dan kelestarian dapat dilihat padJ faiJel berikut ini :
Tabe/13. Sikap Responden Terhadap Kebersi/Jan dan Ke/estarianL' k b'r, . bBIngJ unqan se aqal anqqunmawa ersama
NO SIKAP RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE
1 Setuju 24 80,0
2 Tidak setuju - -
3 Raqu-raqu 6 20,0
TOTAL 30 100,00Sumber : data primer yang dlolah
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden setuju terhadap statemen bahwa kebersihan den kelestarian
lingkungan sebagai tanggungjawab bersama sebagaimana yang dinyatakan
oleh 12 orang atau sekitar 80,00 persen responden. Sedangkan sisanya 3
orang atau sekitar 20,0 persen responden menjawab ragu-ragu.
Mengacu pada data tersebut secara tersirat dapat dikatakan bahwa
penduduk di tepian Sungai Ciliwung memiliki sikap yang sama terhadap
35
kebersihan dan kelestarian Iingkungan (dalam hal ini sungai) sebagai.
tanggungjawab bersama. Namun dalam prakteknya mereka menyimpang
dari sikap tersebut. Fenomena demikian menurut Ancok (1986) dikarenakan
perilaku manusia seseorang tidak selalu konsekuen dengan sikapnya.
Dalam kontek ini Schuman H. dan MP. Johson dalam bukunya 'Attitude and
Behavior' (da/am Harihanto, 2001 30) menyatakan bahwa keterkaitan
antara sikap dan perilaku dibatasi oleh berbagai keadaan dan obyek dari
sikap dan perilaku tersebut. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi faktor
faktor lainnya seperti : kebiasaan, norma sosial dan pandangan mengenai
akibat dari perilaku yang akan dilakukan.
Kebiasaan merupakan tindakan yang secara otomatis dilakukan oleh
seseorang pada keadaan tertentu, tanpa atau dengan dasar pemikiran yang
sangat terbatas (Taryoto, 1991). Kebiasaan merupakan suatu perilaku yang
memiliki sifat khas, sehingga seringkali antara orang yang satu dengan
lainnya perilakunya berbeda. Kebiasaan dalam konteks ini adalah kebiasaan
yang biasa dilakukan oleh penduduk di tepian Sungai Ciliwung dalam
memelihara kebersihan lingkungannya, terutama kebiasaan membuang
sampall di sungai.
Salah satu bentuk pencemaran terhadap sungai adalah membuang
sampah ke dalamnya, untuk mengetahui persepsi dan sikap responden
terhadap perilaku membuang sampah di sungai dapat di lihat pada tabel
berikut ini :
Tabe/14. Sikap Responden Terhadap Peri/aku Membuang SampahKe Sungai
-
SIKAP RESPONDEN I_.
I PEI~SENT~§£NO JUMLAH
1 _§etuj~_ .24 80,00---~~
2 Tidak setuju 2 6,67
3 Ragu-ragu 4 13,37
TOTAL 30 100,00Sumber : data primer yang dlolah
36
Berdasarkan tabel 14 di atas dapat di lihat bahwa sebagian besar
responden setuju membuang sampah di sungai sebagaimana yang
dinyatakan oleh 24 orang atau sekitar 80,00 persen responden. Umumnya
mereka yang menjawab setuju berpandangan bahwa air sungai mengalir
sehingga di anggap dapat menghanyutkan sampah yang mereka buang, ke
hilir tanpa berpikir apakah hal tersebut akan mencemarinya air sungai.
Sedangkan yang menjawab tidak setuju ada 2 orang atau sekitar 6,67
persen responden, sikap mereka pada dasarnya lebih dipengaruhi oleh
kepercayaan lokal jika di sungai Ciliwung ada 'penunggunya', bagi yang
mempercayainya mereka tidak berani melanggar. Fenomena ini
sebagaimana dituturkan oleh Mak Icih salah satu resoponden penelitian ini
sebagaiberikut :
a... kami kagak (tidak) berani sembarangan membuang Sampah KeKali Ci/iwung, sebab menurllt kakek nenek kami du/u terutama didaerah hli/ll kite kagak bo/eh membuang sampah sembarangan,sebab ntar yang nunggu ka/i (mak/uk ha/us) akan marah. Emang sihtidak semua orang percaya padaha/ tersebut, namun bagi kami yangas/i dari sini sampe sekarang kagak berani me/anggamya"
Sementara itu 4 orang atau sekitar 13,37 persen responden bersikap
ragu-ragu, sebab kadang-kadang mereka ikut membuang sampah juga ke kali,
walaupun dalam frekuensi tidak setiap hari.
Membuang segala jenis sampah ke sungai dalam pandangan
penduduk di tepian sungai Ciliwung di anggap bukan tindakan mengotori
sungai sebab dalam pandangan mereka, bersih tidaknya sungai bukan
tergantung pada kebiasaan mereka membuang sampah tetapi tergantung pada
musim. Jika musim hujan biasanya sungai banjir, maka air sungai keruh dan
banyak mengandung lumpur sehingga seringkali mereka anggap 'kotor'.
Fenomena ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Maman salah satu
responden penelitian ini sebagaiberikut :
a... Ketika banjir datang dan air Sungai Ci/iwung menjadi kerllh, makapada saat itu/ah air ka/i kami anggap kotor karena keruh dan penllh/lImpuh, bukan disebabkan o/eh sampah yang kami bllang, sebab pada
37
saat sunga; meluap dan banjir kotorannya meningkat baik dalam bentuklumpu maupun sampah dari berbagai penjuru".
Kesadaran akan bahaya dari dampak pembuangan sampah
sembarangan belum dipikirkan oleh mereka, kondisi ini yang memperparah
proses peneemaran pada Sungai Ciliwung. Fenomena tersebut senada derigan
hasil penelitian KP2L OKI yang menyatakan bahwa Sungai Ciliwung ternyata
kontribusi peneemaran dari Beban Limbah Industri hanya keeil saja, yaitu
Biochemical Oxigen Demand (BOD) hanya 0,34 % dan Chemical Oxigen
Demand (COD) hanya 1,73 % saja, dan yang lebih dominan adalah limbah
non industri antara lain limbah domistik dari rumah tangga (E. Budiraharjo,
1991.' 7).
Keprihatinan terhadap makin memburuknya kualitas air sungai dengan
segala sebab dan akibatnya mendorong Pemda OKI meneanangkan Program
Kali Bersih (PROKASIH) di Jakarta yang meneaku~ berbagai upaya
mengurangi tingkat peneemaran sungai. Namun usaha ini belum memberikan
hasil yang maksimal. Fenomena ini dapat dilihat dari besarnya volume Iimbah
rumah tangga yang masuk ke sungai yang lebih tinggi (sekitar 70%) daripada
limbah dari kegiatan instansional (30%) seperti industri, bengkel, hotel,
restoran, perkantoran, rumah sakit, rumah potong hewan dan sebagainya
(Biro BLH OKI, 1993).
Untuk meneapai kualitas air yang diinginkan diperlukan adanya ukuran
tertentu sesuai dengan tujuan penggunaan air tersebut, SK Gubernur OKI No.
1608 tahun 1988 yang menentukan peruntukan Sungai Ciliwung menyatakan
bahwa karena air sungai Ciliwung merupakan baku air minum dengan
kualifikasi A, maka BOD air tersebut tidak boleh melebihi 10 mg/1, dan angka
COO-nya tidak lebih dari 20 mg/1 (Akbar, 1989: 32).
Senada dengan data di atas, hasil pemantauan oleh Pusat
Pengendalian dan Pemantauan Peneemaran Lingkungan (P4L) s618ma
beberapa tahun berturut-turut (1981 sid 1986) menunjukkan bahwa kualitas air
sungai di wilyah OKI Jakarta, baik pada musim hujan atapun musim kemarau,
38
sudah tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan peruntukkannya (Ediyono,
1989 78). Fenomena ini menunjukkan bahwa air sungai di Jakarta sudah
tidak sesuai lagi untuk sumber baku air minum.·
Sementara itu hasil penelitian Heddy Shri Ahimsa Putra (1997 : 65 - 70)
menyebutkan ada enam dimensi yang digunakan warga masyarakat di tepian
Sungai Ciliwung dalam mengklasifikasikan air, yaitu : dimensi sumber, warna,
bau, gera/<, tujuan dan cara memperolehnya.
Pertama dimensi 'sumber'. Dimensi ini merupakan dimensi yang banyak
digunakan dan mudah diketemukan dimasyarakat. Penduduk pada umumnya
mengenal adanya empat macam kategori, yaitu (1) air sungai , (2) air pompa,
(3) air PAM/ledeng, (4) air hujan.
Kedua dimensi 'warna'. Dalam konteks ini masyarakat
mengkategorikan air menjadi tiga, yaitu : air bening, air /<eruh, dan air /<otor.
Dalam hal ini definisi bening dan keruh bersifat relatif, dan kebanyakan
penduduk hanya menggunakan I<ategori ini untuk melihat air sungai. Air sungai
Ciliwung dikatakan 'bening' bila masih tampak kehijau-hijauan' dan tidak terlalu
coklat. Sedangkan untuk kategori air kotor adalah ketika air Sungai Ciliwung
berwarna hitam.
Ketiga, dimensi bau. Dalam konteks ini masyarakat di tepian sungai
Ciliwung mengenal dua jenis air, yaitu air yang berbau dan air yang tidak
berbau. Air yang berbau dibedakan lagi menjadi air berbau karat, bau tanah
dan bau amis. Berbau karat dan tanah biasanya air yang berasal dari pompa
air, sedang air berbau amis merupakan air yang terjadi akibat banjir dan
mereka tidak dapat untuk mengurasnya selama beberapa hari.
j<eempat dimensi 'gera/<'. Gerak merupakan salah satu kriteria yang
dipakai penduduk di tepian Sungai Ciliwung. Atas dasarnya geraknya warga
setempat membedakan air menjadi : banjir, air yang mengalir biasa, air yang
mampet. Banjir merupakan air sungai yang mengalir dengan cepat dengan
volume yang lebih besar dari pada biasanya. Air yang mengalir biasa
merupakan air Sungai Ciliwung yang mengalir seperti biasanya, tidak terlalu
39
deras tetapi juga tidak sangat lamban. Sedangkan air mampet merupakan air
yang tidak mengalir, yang kadang-kadang terdapat di selokan di kampung dan
tempat tinggal mereka.
Ke/ima dimensi guna, yaitu kegunaan air tertentu untuk suatu tujuan
tertentu, misalnya untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya.
Keenam dimensi cara mempero/ehnya. Dimensi ini paling tidak
menyangkut empat aspek, yaitu : (1) tanpa biaya dan tenaga, (2) tanpa biaya
dengan tenaga, (3) dengan biaya tanpa tenaga, (4) dengan biaya dengan
tenaga. Termasuk dalam kategori pertama adalah air Sungai Ciliwung. Air ini
dapat diperoleh secara cuma-cuma dalam jumlah tidak terbatas, dan tanpa
tenaga artinya tidak perlu memompa untuk memperoleh air. Kategori kedua
untuk air di MCK, sedangkan bila penduduk di tarik iuran maka dapat
dikategorikan keempat. Sedangkan kategori ketiga adalah air dari PAM.
Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan dan hasil analisa ada
beberapa hal yang patut menjadi catatan, yaitu : pertama, Penduduk di daerah
tepian Sungai Ciliwung cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah
terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan. Kedua, Rendahnya status
sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki tersebut, mengakibatkan
mereka mempunyai sifat tertentu (dalam hal ini mungkin dapat diartikan
setuju) terhadap penggunaan air sungai untuk kehidupan sehari-hari.
3. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Tentang
Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Terhadap Sikap dan
Penggunaan Air Sungai Ciliwung
Persepsi orang terhadap air sungai pada dasarnya memiliki nuaJisa
penilaian tersendiri. Sebab sering kali persepsi manusia dipenga\uhi oleh
faktor-faktor intern yang ada dalam diri manusia (seperti kemauan, perasaan,
kebutuhan dan lain-lain) dan disisi lain faktor-faktor ektern (seperti
40
lingkungan tempat tinggal, kebiasaan dan tradisi di lingkungan sekitarnya)
berpengaruh juga
Sementara itu menurut Jonathan L. Freedman (da/am Endah S.,1991)
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah faktor sosial
ekonomi. Mengacu pada pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa
faktor sosial ekonomi dalam hal ini status sosial ekonomi dapat berpengaruh
terhadap sikap penduduk tepian sungai dalam menggunakan air Sungai
Ciliwung.
Berdasarkan pemaparan data di atas dapat di asumsikan (simpulkan )
bahwa penduduk yang bermukim di tepi sungai Ciliwung pada umumnya
mempunyai status sosial ekonomi yang relatif rendah. Fenomena ini dapat
dilihat dari hasil pendapatan mereka yang hanya mencukupi untuk kebutuhan
hidup semata. Hal ini tidak lepas dari pekerjaan mereka yang hanya mampu
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, baik sebagai pedagang sayur,
tukang batu/kayu, pedagang asongan, tukang parkir, sopir dan pekerjaan
lainnya di sektor informal (Iihat tabel 10)
Rendahnya pendapatan penduduk di tepian Sungai Ciliwung mau tidak
mau mendorong mereka untuk memanfaatkan air sungai dalam
kehidupannya. Disamping itu pada umumnya penduduk di daerah tepian
Sungai Ciliwung cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungan sebagaimana tercermin dari perilaku
mereka yang membuang sampah ke sungai, pada hal sungai itu sendiri
sebagai salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Rendahnya status sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki
tersebut, mengakibatkan penduduk di tepian Sungai Ciliwung mempunyai
sifat tertentu dalam hal ini dapat diartikan setuju terhadap penggunaan air
sungai untuk kehidupan sehari-hari.
Resiko dan dampak dari mengkonsumsi air yang tidak memnuhi syarat
kesehatan tersebut, nampaknya tidak dirisaukan oleh kalangan penduduk di
tepian Sungai Ciliwung. Pada hal air yang aman untl:Jk keperluan rumah
41
tangga harus mempunyai tiga syarat, yaitu : (1). Tidak terkontaminasi oleh
penyakit-penyakit yang dapat disebarkan lewat air (water borne disease). (2).
Bebas dari zat-zat beracun. (3) bebas dari kandungan mineral dan bahan
organik yang berlebihan (Wagner & Lanoix, 1959).
Ketersediaan air bersih merupakan salah satu masalah penting yang
dihadapi oleh penduduk Jakarta dan belum sepenuhnya terpecahkan.
Padahal kebutuhan air bersih masyarakat Kota Jakarta diperkirakan akan
terus menerus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk. Untuk mengatasi masalah ini PEMDA DKI Jakarta
berusaha keras meningkatkan kapasistas dan pelayanan Perusahaan
Daerah Air Minum (POAM). Namun dalam prakteknya hanya mampu
memenuhi sekitar 44,94 persen dari seluruh kebutuhan akan air bersih (Biro
BLH OKI, 1993 : 39)
Fenomena ini tidak lepas dari gejala umum yang melanda negara
negara tropis yang sedang berkembang, dimana kebutuhan air bersih
dibatasi oleh beberapa hal antara lain: (1). Penduduk umumnya sangat
miskin, sehingga tidak mampu memiliki air bersih di rumah. (2).
Perbandingan beaya yang kembali dengan beaya yang dikeluarkan
pemerintah untuk tujuan kesehatan lingkungan sangat kecil. (3). Dana yang
tersedia masih jauh dari cukup untuk persediaan air yang memadai,
sehingga hanya sebagian penduduk yang mendapatkan air bersih. (4).
Banyak sekali penyakit yang berhubungan dengan persediaan air, jauh lebih
banyak dibandingkan dengan negara-negara di daerah beriklim sedang.
(Feachem etl., 1977)
42
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang telah dilakukan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk yang bermukim di tepian
Sungai Ciliwung dalam memanfaatkan air sungai dalam kehidupannya di
sampmg dipengaruhi oleh status sosial ekonomi dan pengetahuan
terhadap kebersihan lingkungan juga tidak lepas dari faktor-faktor intern
yang ada dalam diri manusia (seperti kemauan, perasaan, kebutuhan dan
lain-lain) dan disisi lain faktor-faktor ektern (seperti lingkungan tempat
tinggal, kebiasaan dan tradisi di lingkungan sekitarnya) berpengaruh
terhadap perilaku mereka.
2. Penduduk di daerah tepian Sungai Ciliwung cenderung mempunyai
pengetahuan yang rendah terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Disisi lain rendahnya status sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki
tersebut, mengakibatkan mereka mempunyai sifat tertentu (dalam hal ini
setuju) terhadap penggunaan air sungai untuk kehidupan sehari-hari.
3. Pemanfaatan sungai dalam kehidupan masyarakat khususnya penduduk di
tepian sungai Ciliwung tidak lepas dari beragam pandangan yang
melandasi mereka. Ada empat pola pemanfaatan air sungai oleh penduduk
di tepian Sungai Ciliwung, yaitu : untuk mandi, memasak, mencuci, dan
sebagai jamban. Dengaq karakteristik pemanfaatan melalui pola : (1) pola
menggelontor; (2) pola membersihkan; (3) pola merebus dan (4) pola
bersuci.
43
B. Saran
I. Adanya persepsi masyarakat di tepian Sunagi Ciliwung yang tidak tepat
mengenai lingkungan dan kualitas lingkungan, maka harus dibangun dulu
persepsi yang benar di kalangan mereka. Masyarakat harus dilibatkan dan
diperhatikan persepsinya dalam pengelolaan lingkungan, sebab masyarakat
memiliki peran ganda, yaitu sebagai obyek dan subyek. Sebagai obyek
mereka harus menikmati hasil pengelolaan secara adil dan merata, sedang
sebagai subyek mereka perlu terus meningkatkan dan ditingkatkan
kualitasnya agar dapat menjadi pengelola yang baik
2. Untuk mengendalikan kualitas air sungai, perlu mengupayakan pengendalian
sumber-sumber pencemarnya. Dengan demikian untuk dapat mengendalikan
kualitas air sungai sangat diperlukan data jumlah beban dari masing-masing
sumber pencemar, yaitu : industri, domestik (rumah tangga), pertanian,
peternakan dan pemotongan hewan. Hal ini berarti perlu dilakukannya studi
lintas bidang ilmu sehingga akan dapat menghasilkan rumusan kebijakan
yangtepat.
44
DAFTAR PUSTAKA
Akbar A, 1989, Pengelolaan Limbah Domestik dan Industri di DAS Ciliwung,Jurnal Widyapura NO.5 Tahun VI 1989
Ancok Dj., 1986, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Pusat PenelitianKependudukan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Badan Pengendali Oampak Lingkungan, 1996, Himpunan Peraturan TentangDampak Lingkungan ; Seri II, Kantor Menteri Negara Kependudukan danLingkungan Hidup, Jakarta
Badan Pengendali Oampak Lingkungan, 1997, Himpunan Peraturan TentangDampak Lingkungan ; Seri VII, Kantor Menteri Negara Kependudukan danLingkungan Hidup, Jakarta
Badruddin Mahbub, 1990, Potensi Berbagai Sumberdaya Air, dalam Surha T.Djajadiningrat, dkk. (ed.) 1990, Kualitas Lingkungan di Indonesia 1990,Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta
Badan Pusat Statistik, 1999, Tebet Dalam Angka ; Survei Fisik Kelurahan, BPSKotamadya Jakarta Selatan
Biro Bina Lingkungan Hidup (BLH) DKI, 1993, Neraca Kua/itas Lingkungan HidupDaerah ; Buku I ; Analisis Kebijaksanaan, PEMOA OKI Jakarta, Jakarta
David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Pepplau, 1994, Psikologi Sosial,(terjemahan dari Social Psychology; oleh Michael Adryanto), Penerbit AirLangga, Jakarta
E. Budiraharjo, 1991, Cara Perhitungan Sederhana dar Beban Limbah IndustriTerhadap Sungai-sungai di DKI Jakarta, Oalam Himpunan KarahganIlmiah di Bidang Perkotaan dan Lingkungan, Vol. 3 Limbah Industri, PusatPenelitian dan Pengembangan Perkotaan dan Lingkung~n, Jakarta
Ediyono, S.H., 1989, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kua/itasAir untuk AirBaku InstaJasi Air Bersih Pejompongan, Jurnal Widyapura NO.5 TahunVI, Jakarta
Effendi, H. dan B.M. Soebrata, 1997, PengelolaanKua/itas Air, OepartemenPendidikan dan Kebudayaan Oirektorat Jenderal Pendidikah Tinggi ProyekPengembanganPusat Studi Lingkungan, Jakarta
45
Endah Suwandhini, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap PendudukTerhadap Penggunaan Air Sungai Ciliwung : Studi Kasus di KelurahanKampung Melayu Jakarta Timur, Jurnal Ilmu-i1mu Sosial (JIIS) Vol. 1,Kerjasama Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu-ilmu, Sosial UniversitasIndonesia (PAU-IS-UI) dengan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Erni Susanti, 1989, Analisis Parameter Hidrometeorologi di Daerah AliranSungai Ciliwung, Propgram Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Feachem, MG. Garry, Mara, 1977, Water - Wates and Health in Hot Climates,John Wiley & Sons, New York
Hadari Nawawi, Prof. Dr., 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta
Haeruman, H., 1982, Analisa Dampak Lingkungan Bagi Penentuan KebijakanPemerintah dalam Pembangunan Nasional, Kantor Menteri NegaraKependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta
Harihanto, 2001, Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai: Kasus di DAS Kaligarang Jawa Tengall, Program Pasca Sarjana IPB,Bogor
Heddy Shri Ahimsa Putra, 1997, Sungai dan Air Ciliwung Sebuah KajianEtnoekologi, Prisma NO.1 Januari
Jonathan L. Fredman, et ai, 1970, Sosial Psychology, Prentice Hall Inc, NewJersey
Mar'at, 1981, Sikap lV1anusia Perubahan dan Pengukurannya, Ghalia Indonesia,Jakarta
Masri Singarimbun, Sofian Efendi, Prof. Dr. (Ed.), 1989, Metode p'enelitianSurvai, L P 3 E S, Jakarta
M. Soerjani, 1989, Air dan Kehidupan, Jurnal Widyapura NO.5 Tahun VI, Jakarta
M. Sri Saeni, 1986, Kemampuan Saringan Pasir ljuk dan Arang dalamNleningkatkan Kualitas Fisik dan Kimia Air DAS Ciliwung, DisertasiProgram Pasca Sarjana IPB, Bogor
Muslim Munaf, 1992, Kajian Sifat Aliran Sungai Ciliwung, Propgram PascaSarjana IPS, Bogar
46
Otto Soemarwoto, 1991, Ekologi, Linglwngan Hidup dan Pembangunan,Penerbit Djambatan, Jakarta
Patrick Mc. Auslan, 1986, Tanah Perkotaan dan Perlindungan Rakyat Jelata,terjemahan Canisyus Maran, Gramedia, Jakarta
Sarlito W.S, Prof. Dr., 1999, Psikologi Sosial, Balai Pustaka, Jakarta
Sarlito, W.S., 1992, Psikologi Lingkungan, Grasindo, Jakarta
Sub BLKT Bogor, 1986, Rencana Teknik Lapangan Rehabifitasi Lahan danKonservasi Tanah DAS Cifiwung Hulu Bogor.
Surna 1. Djajadiningrat, dkk. (ed) 1990, Kuafitas Lingkungan di Indonesia 1990,Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta.
Taryoto, A.H, 1991, Konsumsi Bahan Pangan : Suatu Ti!!jauan Sikap danPerilaku Individu, Jurnal Pangan NO.9
The World Bank, 1994, Indonesia Environment and Development, A World BankCountry Study, Washington
Untung K., 1995, Mekanisme Kemitraan Pemerintah, Dunia Usaha danMasyarakat dalam Perencanaan dan Pelaksanaan PembangunanLingkungan Hidup. Pra Sidang Rapat Koordinasi Nasional I PengelolaanLingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
Wagner, E.G. & J.N. Lanoix, 1959, Water Supply for Rural Areas and SmallCommunities, WHO Genewa
LAMPIRAN ",LAMPIRAN
KUISIONER PENELITIAN
II. Persepsi Masyarakal Terhadap Penggunaau Air Sungai
1. Sudah berapa lama Bapaklibu tinggal di tepian Sungai Ciliwung ? .
2. Apakah Kondisi sungai Ciliwung masih baik ?a. Ya b. Tidak
Alasan anda ."
3. Apakah anda memanfaatkan air sungai dalam kehidupan sehari-haria. Ya b. Tidak
4. a. Jika jawaban Ya, sebutkan untuk apa s~a ?
48.
b. Jika jawaban tidak, maim faktor-faktor apa yang mendorong anda tidak
memanfaatkannya ? ..
5. Pola pemanfaatan air sungai di lingkungan Bapak/lbu/ Sdr. ?
--No. BENTUK PEMANFAATAN KRITERIA PEMANFAATAN
(Berilah landa chekllst ( v) pada kolomjawaban sesual dengan pilihan Bapak/lbu)
·.···.. Xi Ii?, ••••• iTjd~k.:.... i" .. r.,·ii I··•••·• ri .• i ...•.. ' ··ii ........ I ..... "",nan ......
1- Mandl
2. Memasak
3. Mencllcl
f--.4. Jarnban
----
KUISIONER PENELITIAN 49
6. Menurut BapaklIbu/Sdr. Faktor-faktor apa yang mendorong warga masyarakatTepian Sungai Ciliwung mell1anfaatkan sungai dalall1 memenuhi kehidupansehari-hari ?
-_. --
No. ALASAN PEMANFAATAN KRITERIA PEMANFAATAN
(Bcrilah tanda cheklist ( v) pada kolomsesuai i pilihan Bapakllbu)
1"'Sefuju•.••••.••••",-' .•.<••• ".,,;,,." .•.•I ..... .....', ,,"J' /R~du-ragu
1. Tidak perlu biaya
2. Tanpa mengeluarkan tenaga
3. Tidak berbau karat
4 Tidak memiliki sumur._---
5 Pada waktu musim kemarau
7. Selain dati sungai, sUll1ber suplai kebutuhan air di lingkungan Bapaldlbu/Sdr.diperoleh dari mana?
No, SUMBER SUPLAI KRITERIA PEMANFAATAN
KEBUTUHAN AIR (Berilah tanda cheklist ( v ) pada kolomjawaban sesuai dengan pilihan
Bapakilbu/Sdr,)••••• 1\\ \ .............................. ~~':.,"' .. 1\';;"7"'~ 111~all""
.' '-,'-'~ J'''' ,,,,., .--~~
1. Sumur bor
2, Sumur biasa
3, Ledeng ( PAM)
III. Perscpsi dan sika)) tcntang kcbcl'sihall dan kesehatan lingkungan
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr. apakah kebersillan dan kelestarian lingkungan (termasukstmgai) mempakan tanggtmgjawab semua anggota masyarakat ?
a, setuju b, Tidak setuju c, Ragu-ragu
KUISIONER PENELITIAN
9. Membllffilg sampah di sllngai merupakan pcrbuatan yffilg tercela ?a. setllju b. Tidak setruu c. Ragu-ragu
50
10. Apakah adat istiadat (kebiasaan) masyarakat di lingkungffi1 Bap~J<!Ibu/Sdr.
melarang membuang sampah ke sungai ?a. Ya b. Tidak
1I. Jika Jawabffil Ya, apakah ada sffilksinya bagi yffi1g melanggar ?a. Ada b. Tidal( ada
12. Jikajawabffi1a. setuju
tidal(, apal(all ffi1da setuju dengffi1 perbuatan tersebut ?b. Tidak setuju c. Ragu-ragu
karunia Ilam yffi1g patut elisyukuri dffil di jaga kebersihffi1 dffi113. Sungai 111erupakankelestariannya?
a. setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu
14. Mengotoria. setuj u
sungai merupakan perbuatan yang melanggar norma~norma agal1la ?b. Tidak setuju c. Ragu-ragu
15. Lingklll1gffil rusak dan tercemar (termasuk di dalamnya sungai) sffilgatmembahayakrU) kehiclupan manusia ?a. setuju b. Tidak setruu c. Ragu-ragu
16. Menurut ffilda apakall kelestariffi1 lingktmgffil (termasuk sungai) mempakan
tanggungjawab semua anggota masyarakat ?
a. setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu
J7. Lingkungffil rusak dffi1 tercemar (temlasuk eli dalamnya sungai) sangat
membahayal(ffi1 kehidupffi1 mffimsia ?
a. setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu
KUISIONER PENEUTIAN
18. Menuru! Bapak/lbu/Sdr. keadaan tersebut di atas, disebabkan oleh :
No. FAKTOR PENYEBAB KRITERIA PENILAIAN
(Berilah tanda cheklist ( v ) pada kolom
, I jawaban sesuai ; pi'lihan Bapak/lbu)
f'-1 M",,"' mom"""",
.s~WH!··· •••·•• •••• ;,.;"U.t"CCLi···· .... ,;,,;,.••~...I .... 'i it?' i i.' t·,:,,,,, ,,,,,
sampah
I sembarangan
t-;i Terlalu banya k hutan yang
ditebang
3. Pemerintah tidak peduii terhadap Ikelestarian lingkungan
4. Terlalu banyak Iimbah industri
dan kendaraan bermotor
5. Penggunaan racun yang
berlebihan
f---
6. Manusia terlalu mementingkan
dirinya sendiri
..
7. Manusia sudah melupakan
tuntunan ajaran agama
8. Lain-iain : . . ..... " .. ,. ..... .. n ••
................ .......................... ....
51
KUISIONER PENELITIAN
19. Untllk mengatasai hal tersehut sehaiknya dilakukan hal-hal sehagai herikut :
No. ALTERNATIF KRITERIA PENILAIAN
PEMECAHAN MASALAH (Berilah tanda cheklist ( V) pada kalam
L1NGKUNGAN jawaban sesllai dengan pilihan Bapakllbu)
Setuju> ,~~i.;;......
""-"'~'. ·7.,c~J
1. Gatang royang masyarakat
ditingkatkan
-,",-_.-_.
2, Masyarakat yang sembarangan
membllangsampah didenda
0 Peratllran tentang pengelalaanv,
lingkungan hidup dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya
4. Terlalll banyak limbah industri Idan kendaraan bermatar
,5, Penggllnaan Obatan-abatan
beracun dibatasi
--6, Pendidikan agama ditingkatkan
.
7, Lain-lain: .................................
..... " ...... ............ ......... , .........
. .. ...... ............ ...... . ,.... .
52
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA
53
I. lelentitas Responelen .a. Namab. DOlllisili
c. Penelielikan terakhir
2. Menurllt Bapak/lbul Sallelara bagailllana konelisi sungai sekarang ini?
3. Menurut Sauelara siapakah yang harlls bertanggllngjawabterhadapkelestarian elan kebersihan lingkllngan (tennasllk slmgai) ?
4. Bagaimana pula pemanfaatan air SUl1gai Ciliwung di lingkungan Bapak/lbu ? .
5. Untuk Illewluudkan lingkungan yang bersih eli l11asyarakat, hal-hal apa yang perludilakllkan ? . . . .
1111 aktivitas6. Apakab selmnalingkungan anda? .
Jika belul11, faktor apa yang l11enyebabkannya ?
tersebut berjalan di
7.kelestarirul
Bagail11ana peranrul tokoh l11asyarakat dalam mewujudkanlingkungan?