digilib.uns.ac.id/valuasi...digilib.uns.ac.id

126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i SKRIPSI Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta) Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: DWI HARJONO SAPUTRO F0108057 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: vuhuong

Post on 23-Aug-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

SKRIPSI

Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo

(Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta)

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

DWI HARJONO SAPUTRO

F0108057

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

v Hidup adalah rintangan yang harus dihadapi, perjuangan

yang harus dimenangkan, rahasia yang harus digali dan

anugerah yang harus dipergunakan

v Tuhan mempunyai rencana yang beda untuk hamba-Nya dan

yakinlah bahwa Tuhan telah menyiapkan rencana indah untuk

setiap hamba-Nya

v Hal kecil membentuk kesempurnaan tetapi kesempurnaan

bukanlah hal kecil

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini

untuk keluarga dan orang-orang terdekatku

yang selalu memberikan

harapan, semangat dan cinta dengan

sepenuh hati

Page 5: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta)

DWI HARJONO SAPUTRO

F0108057

Banjir Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir di wilayah Eks Karisidenan Surakarta yang rawan terjadinya bencana banjir. Penelitian valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir dilakukan dengan menggunakan contingent valuation methods (CVM). Penghitungan besarnya willingness to pay (WTP) untuk mengurangi risiko bencana banjir dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP dengan pendekatan CVM. Subjek penelitian ini adalah warga sekitar daerah aliran sungai Bengawan Solo di Eks karisidenan Surakarta meliputi Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar dan Sragen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jarak dan tinggi genanggan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Sedangkan usia mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 10%. Jadi variabel usia, jarak dan tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi bencana banjir.

Agar tindakan mitigasi dapat berjalan dengan baik upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi.

Kata kunci : mitigasi, usia, jarak, tinggi genangan, fisik dan non-fisik, contingent valuation methods (CVM), willingness to pay (WTP),

Page 6: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul VALUASI

EKONOMI MITIGASI BENCANA BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO (Studi

Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta). Skripsi ini disusun untuk

memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan,

masukan, serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Dr. Suryanto, S.E, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis

dengan penuh perhatian, kesabaran dan memberikan pengarahan yang sangat

berharga bagi penulis.

2. Dr. Wisnu Untoro, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Drs. Supriyono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Nurul Istiqomah, S.E, M.Si., selaku pembimbing akademis.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Page 7: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

6. Kedua orang tua, kakak, dan adik atas kasih sayangnya dan tak hentinya

memberi doa, nasehat, semangat, dan dukungan untuk menyelesaikan studi.

7. Sahabat-sahabat seperjuanganku EP 2008, yang telah memberi dukungan baik

moril maupun materiil.

8. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses pembuatan hingga

skripsi ini selesai.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan serta pihak-pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Juli 2012

Dwi Harjono Saputro

Page 8: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bencana ................................................................. 11

2.2 Konsep Bencana Banjir .......................................................... 12

2.3 Manajemen Resiko Bencana……………………………… ... 13

2.4 Partisipasi Masyarakat ............................................................ 21

2.5 Konsep Masyarakat Tahan Bencana ....................................... 22

2.6 Mitigasi Bencana..................................................................... 23

2.7 Valuasi Ekonomi ..................................................................... 27

2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................... 30

2.9 Kerangka Pemikiran................................................................ 35

2.10 Hipotesis……………………………………………………. 35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 36

3.2 Tehnik Pengambilan Sampel ................................................. 37

Page 9: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

3.3 Desain penelitian ................................................................... 38

3.4 Definisi Operasional Variabel ............................................... 38

3.5 Tehnik Analisis Data ............................................................. 40

a. Analisis Deskriptif Kualitatif ............................................. 40

b. Regresi Linier Berganda .................................................... 40

1. Uji F ............................................................................ 43

2. Uji .......................................................................... 44

3. Uji t ............................................................................. 44

4. Multikolinieritas ......................................................... 46

5. Heteroskedastisitas...................................................... 46

6. Autokorelasi ................................................................ 47

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo ........................... 49

a. Kondisi Geografis................................................................. 49

b. Luas Sungai Bengawan Solo ................................................ 49

c. Kondisi Meterologi Sungai Bengawan Solo ........................ 50

d. Kondisi Topograi Sungai Bengawan Solo ........................... 51

e. Kondisi Geologi Sungai Bengawan Solo ............................. 52

4.2 Karakteristik Responden .................................................. 53

a. Pendapatan .......................................................................... 53

b. Tingkat Pendidikan ............................................................ 54

c. Usia ..................................................................................... 54

d. Jumlah Anggota Keluarga .................................................. 55

e. Jarak .................................................................................... 56

f. Tinggi Genanga................................................................... 57

4.3 Analisis Deskriptis Penelitian ............................................ 58

a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo ................................ 58

b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo.............................. 59

c. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah .................. 63

1. Pengendalian Tata Ruang ................................................... 66

Page 10: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2. Pengaturan Debit Banjir...................................................... 66

3. Peningkatan Peran Masyarakat ........................................... 67

4. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air ................................... 68

5. Penyediaa Dana................................................................... 68

6. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan

Rencana Tindak Darurat ................................................... 68

4.4 Analisis Data Kuantitatif ................................................... 72

a. Regresi Linier Berganda .................................................... 72

b. Uji Asumsi Klasik.............................................................. 73

1. Multikolinieritas ......................................................... 73

2. Heteroskedastisitas...................................................... 74

3. Autokorelasi ................................................................ 75

4. Uji F ............................................................................ 75

5. Uji .......................................................................... 76

6. Uji t ............................................................................. 76

4.5 Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi .................. 82

a. Pengaruh pendapatan terhadap kemampuan untuk membayar

(WTP) ............................................................................... 82

b. Pengaruh pendidikan terhadap kemampuan untuk membayar

(WTP) ............................................................................... 83

c. Pengaruh usia terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)

................................................................................ 84

d. Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap kemampuan untuk

membayar (WTP) ............................................................. 84

e. Pengaruh jarak terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)

................................................................................ 85

f. Pengaruh tinggi genangan terhadap kemampuan untuk membayar

(WTP) ............................................................................... 85

Page 11: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 87

B. Saran ....................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 12: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Bencana di Indonesia Pada Tahun 2012........................................ 3

Tabel 1.2 Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta

....................................................................................................... 6

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan............. 53

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................ 54

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia ........................... 55

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga...... 55

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jarak ....................................... 56

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan .................... 57

Tabel 4.3 Tindakan Mitigasi Masyarakat ...................................................... 65

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)

....................................................................................................... 73

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression ......... 74

Tabel 4.8 Uji White........................................................................................ 74

Tabel 4.9 Uji B-G Test................................................................................... 75

Page 13: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo ........................................................ 3

Gambar 2.1. Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia................. 28

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35

Gambar 3.1 Kurva Distribusi Normal ................................................................ 45

Gambar 4.1 Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi...................................... 58

Gambar 4.2 Proses Penanganan Bencana .......................................................... 61

Gambar 4.3 Alur Tindakan Mitigasi.................................................................. 63

Gambar 4.4 Uji T Untuk Variabel Pendapatan.................................................. 77

Gambar 4.5 Uji T Untuk Variabel Pendidikan ................................................... 78

Gambar 4.6 Uji T Untuk Variabel Usia............................................................. 79

Gambar 4.7 Uji T Untuk Variabel Jumlah Anggota Keluarga .......................... 80

Gambar 4.8 Uji T Untuk Variabel Jarak............................................................ 81

Gambar 4.9 Uji T Untuk Variabel Tinggi Genangan ........................................ 82

Page 14: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta)

DWI HARJONO SAPUTRO

F0108057

Banjir Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir di wilayah Eks Karisidenan Surakarta yang rawan terjadinya bencana banjir. Penelitian valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir dilakukan dengan menggunakan contingent valuation methods (CVM). Penghitungan besarnya willingness to pay (WTP) untuk mengurangi risiko bencana banjir dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP dengan pendekatan CVM. Subjek penelitian ini adalah warga sekitar daerah aliran sungai Bengawan Solo di Eks karisidenan Surakarta meliputi Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar dan Sragen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jarak dan tinggi genanggan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Sedangkan usia mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 10%. Jadi variabel usia, jarak dan tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi bencana banjir.

Agar tindakan mitigasi dapat berjalan dengan baik upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi.

Kata kunci : mitigasi, usia, jarak, tinggi genangan, fisik dan non-fisik, contingent valuation methods (CVM), willingness to pay (WTP),

Page 15: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Jateng mulai merasakan bencana

banjir. Sejumlah waduk mengalami penyusutan debit air, dan ribuan hektar sawah

mengalami puso dan terancam gagal panen akibat tergenang air. Di tingkat

nasional terdapat 3 wilayah di Jateng yang mengalami kerusakan terparah akibat

banjir selama kurun waktu 2005 sampai 2009 yaitu Wonogiri, Grobogan dan

Gunung Kidul (DIBI, 2009).

Kondisi tersebut di akibatkan oleh iklim tropis Provinsi Jawa Tengah yang

terletak antara 5o40'-8o30' LS dan antara 108o30'-111o30' BT menjadikan potensi

dan ancaman bencana. Dampak dari bahaya iklim tersebut adalah banjir,

kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin. Kejadian bencana alam karena

iklim dalam sepuluh tahun terakhir diantaranya adalah banjir di Demak,

Semarang, Brebes, Cilacap, Kebumen dan Purworejo; kekeringan di Demak,

Grobogan dan Wonogiri; kebakaran lahan di lereng Lawu, Merbabu, Merapi,

Sumbing dan Slamet; terjadi pula badai angin terjadi di Kabupaten Karanganyar,

Boyolali, Klaten dan bagian selatan Provinsi Jawa Tengah. (Bappeda Provinsi

Jawa Tengah, 2008).

Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah Sungai

Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di Provinsi

Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari seluruh

Page 16: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT dan 6o49’LS

sampai 8o08’ LS. Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat

alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai.

Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 19.778 km2, terdiri dari

4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas ±

16.100 km2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan seluas ± 1.517 km2,

DAS kecil di kawasan pantai utara seluas ± 1.441 km2 dan DAS Kali Lamong

seluas ± 720 km2. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di WS

Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali

Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan

sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing ± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2.

Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung

berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142

m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo

Hilir adalah ± 6.273 km2. Secara administratif WS Bengawan Solo mencakup 17

(tujuh belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu:

Kabupaten : Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar,

Sragen,Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi,

Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik dan Pacitan.

Kota : Surakarta, Madiun dan Surabaya

Page 17: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo (Sumber: BBWS Surakarta)

Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi pada saat ini. Lebih

lanjut disebutkan bahwa banjir di Indonesia pada tahun 2012 adalah bencana yang

terbesar yaitu 32% yaitu 4.188 dari keseluruhan bencana di Indonesia, hal tersebut

digambarkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Bencana di Indonesia pada tahun 2012

Jenis bencana Datacard

Meninggal

Luka-luka

Hilang Rumah rusak berat

Rumah rusak ringan

Menderita mengungsi

Aksi Teror / Sabotase

28 324 1233 0 0 0 0 4

Banjir 4188 18581 194574 2480 125307 202414 12080646 3851301

Banjir Dan Tanah Longsor

351 2190 40353 5256 42835 63043 446902 418735

Gelombang Pasang / Abrasi

195 148 217 46 3645 3781 32163 26538

Gempa Bumi 412 15551 70035 1513 503180 709609 604564 2877500

Gempa Bumi Dan Tsunami

38 167768 3979 6333 324908 97221 4327068 462272

Hama Tanaman 18 40 0 0 0 0 0 0

+ 26,1% wilayah Propinsi

Jateng 27,5% wilayah Propinsi

Jatim

Page 18: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(Sumber: DIBI 2012, data diolah)

Contoh banjir yang terjadi di indonesia yaitu: Banjir di Banyumas dan

Purworejo akibat luapan Sungai Ijo dan Sungai Kecepak, Banjir di Sumatra Utara

akibat luapan Sungai Batang Serangan Tanjungpura, Banjir di Jakarta Utara

akibat dari luapan sungai Cisadane dan Ciliwung, termasuk banjir di Surakarta

akibat dari luapan sungai Bengawan Solo.

Bengawan Solo salah satu DAS yang sering terlanda banjir, curah hujan

yang tinggi menyebabkan sungai tidak mampu menampung aliran permukaan

(runoff), sehingga terjadi banjir luapan. Pada tahun 2004 terdapat 760.771,3

hektar lahan kritis di Jawa Tengah, Surakarta menempati urutan Urutan kedua di

DAS Bengawan Solo (194.086,34 hektar) utamanya di wilayah Kabupaten

Kebakaran 2124 302 1270 6 28069 1613 80574 80831

Kebakaran Hutan Dan Lahan

119 8 13483 0 9 0 1690 2264

Kecelakaan Industri

26 73 38005 2 10432 0 840 19509

Kecelakaan Transportasi

167 2172 2245 1620 2 13 788 0

Kekeringan 1413 2 0 0 0 0 172 0

Kelaparan 2 55 112 0 0 0 0 0

Klb 119 1515 41080 0 0 0 6248 0

Konflik / Kerusuhan Sosial

95 5995 3986 476 4485 31481 296838 55759

Letusan Gunung Api

122 78598 2171 7 402 3877 16210 163908

Perubahan Iklim 17 137 55 0 0 1 0 0

Puting Beliung 1898 239 2178 7 29376 35198 176199 22373

Tanah Longsor 1709 1707 1943 141 9585 7095 19412 39881

Tsunami 13 3519 273 2957 20079 630 0 238

Page 19: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Wonogiri (84.068,57 hektar). Wilayah rawan banjir sungai bengawan solo di eks

Karisidenan Surakarta adalah: Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen.

Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan

volume air akibat hujan deras, luapan air sungai atau pecahnya bendungan. Banjir

juga dapat terjadi di daerah yang gersang dengan daya serap tanah terhadap air

yang buruk atau jumlah curah hujan melebihi kapasitas serapan air. Pada bagian

lain, sempadan sungai banyak digunakan untuk hal–hal diluar peruntukannya,

sehingga mengakibatkan kapasitas basah sungai menurun. Berkurangnya

kemampuan dan fungsi DAS tersebut mengakibatkan banjir di daerah hilir

(BBWS Surakarta). Kejadian banjir itu sangat merugikan warga, mulai dari

kerugian material maupun non-material. Kerugian-kerugian yang ditimbulkan

dari kerusakan fasilitas umum antara lain: Rusaknya prasarana pengairan

(bendungan, irigasi, tanggul), rusaknya prasarana transportasi umum, rusaknya

pemukiman dan pertanian (rumah tinggal, sawah, tambak, dst), kegagalan panen,

gangguan kesehatan, timbulnya korban jiwa, pengungsian penduduk,

terganggunya pelaksanaan pendidikan, dan pelayanan umum yang lainnya.

Berikut ini catatan kejadian dan dampak banjir yang terjadi di Provinsi Jawa

Tengah khususnya di eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 yang diperoleh Dinas

Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada

tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut:

Page 20: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Tabel 1.3 Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta

No. Tanggal

Lokasi Korban Jiwa Kerugian Rumah Rusak Berat

Keterangan Kabupaten/

Kota Wil.Terkena

Dampak Mening

gal Pengungsi

(juta Rp)

1 19/04/2007 Sragen 8 Kec. - - > 4000 - -

2 Des-07 Sragen 18 Kec. 5 12.96

6 7.035 83 -

3 Des-07 Surakarta 3 Kec. - 745 21.004 3.761 -

4 Des-07 Sukoharjo 6 Kec. - 2.415 10.919 182 -

(Sumber:Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah 2007)

Pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Sragen melaporkan kerugian

material akibat banjir yang melanda wilayah Sragen mencapai Rp 192 miliar.

Kerugian terbanyak disebabkan oleh rusaknya pertanian dan infrastruktur seperti

jalan, jembatan serta sekolah yang terendam banjir. Selain itu banjir yang berasal

dari luapan Bengawan Solo itu telah merendam tidak kurang dari 9.000 rumah

penduduk di 97 desa yang tersebar di 14 kecamatan. Ratusan rumah di antaranya

tenggelam dan saat genangan air surut, terhitung sedikitnya 57 rumah yang roboh

dan sama sekali tidak bisa ditempati.

Sektor pertanian merasakan dampak yang paling parah dari banjir

tersebut. Selain membuat 7.389 hektar tanaman padi puso, jaringan irigasi juga

mengalami kerusakan cukup parah, 10.729 hektare areal pertanian yang terendam

air berhari-hari sehingga membuat tanaman musnah. “Total kerugian sementara

dari sektor pertanian mencapai Rp 44 miliar lebih. Banjir juga merusakkan 36

Page 21: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

jembatan penghubung antar desa di Sragen rusak. Sementara sarana pendidikan

yang tidak bisa lagi dipergunakan untuk proses belajar mengajar mencapai 33 unit

(Tempo Interaktif, 2008).

Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008 mengalami kerugian akibat

Banjir dan Tanah Longsor: Data sementara kerugian bencana di Karanganyar

yaitu prasarana jalan Rp 11,234 miliar, prasarana jembatan, talut dan gorong-

gorong Rp 22,733 miliar, prasarana irigasi Rp 23 miliar, prasarana drainase Rp

3,118 miliar, prasarana pendidikan Rp 9,493 miliar, total Rp 69,578 miliar.

Kerusakan lahan pertanian akibat bencana alam: Tasikmadu 17 hektare Padi

akibat banjir, Kebakkramat 52 hektare Padi akibat banjir, 4 hektare kacang tanah

akibat banjir, Gondangrejo 6 hektare padi akibat banjir, Mojogedang 32 hektare

padi akibat banjir, Jatiyoso 82,97 hektare padi, jagung, sayuran akibat tanah

longsor, Tawangmangu 0,4 hektare ubi kayu akibat tanah longsor, 200 rumpun

pisang akibat tanah longsor, Karangpandan 0,5 hektare padi akibat tanah longsor,

Kerjo 0,3 hektare padi akibat tanah longsor (Solo Pos, 2008).

Kota Surakarta mengalami kerugian akibat luapan Sungai Bengawan Solo

ditaksir kerugian mencapai Rp 22 milliar lebih. Kerugian yang paling besar akibat

banjir tersebut di daerah bantaran sungai bengawan solo (Solo Pos, 2008).

Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukoharjo

memperkirakan kerugian meteril akibat banjir di Kecamatan Mojolaban dan

Grogol mendekati Rp. 1 miliar. Dari data sementara diketahui kerugian terutama

disebabkan adanya kerusakan insfrastruktur. Kabupaten Wonogiri mengalami

Page 22: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kerugian mencapai Rp 700 juta di mana rumah yang terendam mencapai 219

buah, tanaman yang rusak 58 hektare dan 158 ribu ekor lele yang hanyut terbawa

banjir.

Berdasarkan paparan yang telah disebutkan banjir Bengawan Solo sudah

seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-

upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban

banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin

bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir

adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah disebutkan,

diketahui bahwa bencana banjir yang sering terjadi dalam suatu wilayah daerah

aliran sungai (DAS) dan banjir sering terjadi saat musim penghujan pada setiap

tahunnya. Bencana ini menimbulkan kerugian harta dan benda bahkan korban

jiwa yang sangat besar. Kerugian tersebut dapat diminimalisir apabila kita

melakukan persiapan sebelum datangnya banjir. Dalam rangka mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan serta menghindari terjadinya dampak bencana

yang lebih luas, maka upaya pengelolaan DAS perlu diselenggarakan secara

terpadu dengan menggunakan konsep mitigasi perlu dilakukan. Oleh karena itu

untuk menangani resiko harus melibatkan partisipasi masyarakat. Untuk itu

dibutuhkan penelitian mengenai kesediaan masyarakat untuk menghindari

Page 23: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kerugian yang lebih besar, karena penelitian mengenai mitigasi bencana banjir

belum banyak dilakukan.

1.3 Tujuan Penelitian

Bertolak dari hal tersebut maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian

ini adalah:

1. Mendeskripsikan wilayah rawan banjir di kota eks Karisidenan

Surakarta ditinjau dari kondisi sosial, ekonomi masyarakat terkena

resiko banjir.

2. Melakukan Valuasi Ekonomi Mitigasi risiko bencana banjir wilayah

eks Karisidenan Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar pihak–pihak yang berkepentingan dapat

memperoleh data tentang valuasi ekonomi mitigasi penanganan banjir daerah

penelitian dan upaya yang dilakukan pada daerah aliran sungai tersebut, oleh

karena itu manfaat yang dapat diperoleh antara lain :

1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi dalam melakukan mitigasi saat terjadi bencana banjir.

Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan dasar dalam melakukan diagnosis bencana banjir secara cepat,

obyektif, tepat dan rasional. Selain itu hasil penelitian ini dapat

membantu pihak-pihak terkait yang menangani DAS di daerah

Page 24: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

penelitian dalam upaya mengelola DAS secara terpadu dan

berkelanjutan.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

tentang daerah rawan banjir dan kerentanannya, sehingga diharapkan

akan memiliki kesadaran dan dapat berpartisipasi aktif dalam

melestarikan ekosistem DAS.

3. Sebagai masukan untuk pengembangan kajian ilmiah maupun studi

lanjutan tentang banjir pada suatu sungai dan upaya pengelolaan DAS.

Page 25: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bencana

Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor

non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

Pengertian secara khusus dijelaskan dalam UU No.27 tahun 2007, sebagai

kejadian akibat peristiwa alam atau karena perbuatan orang, yang menimbulkan

perubahan sifat fisik dan atau hayati pesisir, dan mengakibatkan korban jiwa,

harta, dan atau kerusakan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dua makna

bencana baik secara umum maupun secara khusus, mengandung arti bahwa tinggi

rendahnya risiko dampak bencana bergantung pada kerentanan setiap komponen

yang terkena dampak. Mileti dan Gottschlich dalam Hardoyo, dkk.,(2011)

sebelumnya telah mengungkap tentang 3 sistem utama yang mengalami kerugian

akibat bencana yaitu lingkungan fisik (physical environment), sosial

kependudukan (socio-demographic), dan lingkungan terbangun (built

environment). Karakteristik dari ketiga sistem tersebut menentukan derajat atau

tingkat kerugian dari sebuah bencana alam.

a. Lingkungan fisik

Page 26: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Sistem ini berkaitan dengan proses fisik alami bumi yang selalu

berubah dan dinamis, seperti perubahan iklim dan proses geologi.

Kedinamisan pada sistem ini berimplikasi pada kondisi yang tidak menentu

pada suatu lingkungan hidup.

b. Sosial kependudukan

Sistem ini berkaitan dengan distribusi dan komposisi penduduk yang

mempengaruhi jumlah dan karakteristik penduduk yang terkena bencana.

c. Lingkungan terbangun

Sistem ini berkaitan dengan kepadatan bangunan dan fasilitas umum

yang menentukan besarnya kerusakan yang akan terjadi dalam sebuah

peristiwa alam.

2.2 Konsep Bencana Banjir

Menurut Dolcemascolo (2004) bencana banjir dapat dibedakan menjadi

tiga kelompok yaitu banjir meteorologi (meteorological drought), banjir hidrologi

(hydrological drought), dan banjir pertanian (agricultural drought). Banjir

meteorologi mengacu pada kesalahan perkiraan hujan akan berakhir tetapi

biasanya kejadian seperti ini dianggap sebagai bencana. Jenis banjir hidrologi dan

pertanian keduanya berdampak pada kehidupan manusia pada umumnya. Banjir

hidrologi berhubungan dengan berkurangnya cadangan air tetapi ini tergantung

juga pada permintaan lokal. Banjir pertanian mengacu pada kesalahan waktu,

frekuensi dan intensitas hujan di mana hal itu akan berdampak pada sektor

pertanian.

Page 27: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Lokasi banjir adalah lokasi yang biasanya berhubungan dengan tanah yang

marginal, pertanian subsistem, kurangnya cadangan bibit. Daerah banjir biasanya

juga amat tergantung pada sistem cuaca yang lain guna mendapatkan sumber-

sumber daya air. Selain hal tersebut, daerah-daerah tersebut memiliki

penyimpangan kelembaban tanah yang rendah.

Dampak yang ditimbulkan dengan adanya bencana banjir adalah

berkurangnya pendapatan untuk para petani, berkurangnya daya beli dari sektor

pertanian, meningkatnya harga makanan pokok, naiknya tingkat inflasi,

memburuknya status gizi, kelaparan, penyakit, kematian, berkurangnya sumber

air minum, migrasi, meledaknya komunitas, hilangnya ternak.

2.3 Manajemen Risiko Bencana

Menurut Spengler (dalam Susanto, 2010), manajemen risiko patut

diterapkan dan dikembangkan dan merupakan salah satu langkah preventif dalam

aktivitas akuatik. Tindakan pencegahan dilakukan untuk meminimalisir

kemungkinan risiko yang lebih parah yaitu kematian.

Menurut Wijayanti (2008) secara umum manajemen risiko bencana alam

dapat dilaksanakan melalui beberapa cara berikut:

a. Pengaturan pemanfaatan ruang (spasial)

Pengaturan pemanfaatan ruang dapat dimulai dengan pemetaan daerah

rawan bencana, kemudian mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk

pembangunan berintensitas tinggi ke luar area rawan bencana, sedangkan

pemanfaatan ruang di daerah rawan bencana diatur secara tepat dan optimal.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Keteknikan

Umumnya berupa rekayasa teknis terhadap lahan, bangunan, dan

infrastruktur yang disesuaikan dengan kondisi, keterbatasan, dan ancaman

bencana.

c. Peningkatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat

Mengingat permasalahan akibat bencana alam cukup rumit, bahkan

seringkali menimpa kawasan dengan kondisi masyarakat yang cukup rentan

terhadap kemiskinan, kuragnya kewaspadaan, ketidakberdayaan, berlokasi

jauh dari pusat pemerintahan dan sulitnya aksesibilitas, maka dalam

manajemen risiko bencana alam hal ini dapat diatasi melalui peningkatan

pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi tingkat

kerentanan dan keterisolasian mereka. Untuk mewujudkannya, diperlukan

elemen berikut:

1. Adanya tokoh penggerak masyarakat.

2. Tersedianya konsep penanggulangan dan penanganan bencana alam yang

jelas.

3. Adanya objek aktivitas masyarakat yang jelas.

4. Kuatnya kohesivitas masyarakat setempat.

5. Bahasa komunikasi kerakyatan yang tepat berbasis pada kearifan budaya

lokal.

6. Jaringan informasi yang setiap saat mudah diakses.

d. Kelembagaan

Page 29: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Terkai dengan kelembagaan ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Struktur organisasi dan tata cara kerja yag jelas.

2. Fungsi perencanaan, pelaksaaan, dan pengawasan yang aplikatif.

3. Tercukupinya ketersediaan sumberdaya manusia, pembiayaan dan

perlengkapan.

Untuk mewujudkan kelembagaan manajemen risiko bencana secara

optimal, diperlukan kerja sama berbagai institusi, berdasarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2005, telah dibentuk badan Koordinasi

Nasional Penaganan Bencana (Bakornas PB) pada level nasional, Satuan

Koordinasi Pelaksana (Satkoriak) PB di tingkat provinsi, dan Satuan Pelaksana

(Satiak) PB di tingkat kota/kabupaten.

Menurut Siswoko (2005) Upaya pengelolaan dataran banjir (flood plain

management) merupakan salah satu komponen kegiatan non-struktur (non

structural measures) dalam rangka mengatasi masalah banjir. Komponen lainnya

antara lain penanggulangan banjir (flood fighting) yang merupakan komponen

kegiatan Satkorlak/Satlak penanggulangan bencana, prakiraan dan peringatan

dini, konservasi tanah dan air (penghijauan dan reboisasi, pengendalian erosi)

penataan ruang di DAS (daerah aliran sungai) hulu dan penataan permukiman,

flood proofing, penetapan sempadan sungai, penegakan hukum, penyuluhan,

manajemen sampah dan sebagainya.

Page 30: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Upaya non-struktur yang berupa pengelolaan dataran banjir (flood plain

management). Dalam kaitan ini terdapat tiga kondisi alternatif yang dapat

ditempuh, yakni:

a) Dataran banjir yang belum dikembangkan sehingga penataan

ruang/pembudidayaannya dapat mengikuti pola pengelolaan dataran banjir

yang benar sehingga risiko atau kerugian apabila terjadi genangan/banjir

minimal. Perangkat lunak yang diperlukan berupa peta zona dataran banjir

(flood zone map) untuk masukan bagi revisi penataan ruang yang telah

ada.

b) Dataran banjir yang telah terlanjur berkembang dan penataan ruangnya

tidak mungkin untuk direvisi. Untuk itu perlu upaya-upaya khusus seperti

melakukan flood proofing terhadap bangunan, serta memodifikasi atau

menyesuaikan peruntukan bangunan/ruangan yang berisiko tinggi

tergenang banjir.

Berbagai upaya flood proofing antara lain dengan meninggikan

lantai bangunan, memodifikasi bangunan, membangun tanggul keliling

dilengkapi pompa, meninggikan jalan, membangun jalan layang.

Perangkat lunak yang diperlukan berupa peta risiko banjir (flood risk map)

dan rambu-rambu peringatan yang menunjukkan ketinggian/kedalaman

genangan banjir yang telah lewat maupun kemungkinan bisa terjadi.

c) Penertiban lahan yang berupa daerah manfaat sungai/daerah sempadan

sungai termasuk bantaran sungai yang merupakan zona terlarang untuk

Page 31: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dibudidayakan. Upaya ini boleh jadi merupakan upaya paling sulit

dilaksanakan mengingat lahan di sepanjang kanan kiri tebing sungai pada

umumnya telah dipenuhi bangunan baik yang legal maupun ilegal dari

permanen maupun berupa gubuk-gubuk sederhana.

Menurut Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, Sinergi antara

penanganan fisik dan non-fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat

diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut:

a. Pengendalian tata ruang.

Pengendalian tata ruang dilakukan dengan menggunakan perencanaan

penggunaan ruang sesuai dengan kemampuannya untuk mempertimbangkan

permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya serta

penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah

memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

b. Pengaturan debit banjir

Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan fisik

berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem drainase

perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir. Pengaturan daerah

rawan banjir. Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:

1. Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).

2. Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan

sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan di

sepanjang aliran sungai.

Page 32: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3. Peningkatan peran masyarakat.

Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir

diwujudkan dalam:

a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini ysmg Berbasis Masyarakat

b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun

dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.

c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak

melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang

untuk:

1) Mengubah aliran sungai.

2) Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di

dalam atau melintas sungai.

3) Membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun

yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang

diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,

4) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau

bahan lainnya.

5) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat

(melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi,

rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas-fasilitas umum,

Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat

lainnya dan lain-lain)

Page 33: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

d) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air

Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir

antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan:

1) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan,

kawasan budidaya dan kawasan lindung).

2) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak.

3) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia,

maupun mekanis.

4) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.

e) Penyediaan Dana

Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:

1) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan

dikelola sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir.

2) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang

rawan banjir

3) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

f) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan

Rencana Tindak Darurat

Agar efektif, di masa yang akan datang sistem peringatan dini

datangnya banjir di WS Bengawan Solo harus berpusat secara kuat

pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir

Page 34: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

sampai hulu. Dengan penerapan sistem ini, akan dapat memberikan

informasi lebih dini bagi masyarakat yang kemungkinan akan terkena

bencana sehingga ada kesempatan bagi masyarakat untuk

menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya.

Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh

sehingga dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi

ketika diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan

mudah dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai

kondisi dan tingkat resiko bencana. Komponen inti sistem peringatan

dini datangnya banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari:

1) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan top-

down.

2) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini.

3) Pendekatan multi bencana.

4) Pembangunan kesadaran masyarakat.

Mendasari semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan

politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi

masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang

terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan

didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk

menanggapi harus diciptakan melekat dalam masyarakat.

Page 35: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2.4 Partisipasi Masyarakat

Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

hidup, apabila berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan

pemerintah dan apabila setiap masyarakat menjalankan secara objektif dan tidak

hanya mengutamakan kepentingan dirinya atau kelompoknya saja, maka kerugian

yang akan timbul tidak akan berarti dibandingkan manfaatnya (Suratmo,

1990:157)

Manfaat pertisipasi masyarakat:

a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana pembangunan

didaerah, sehingga dapat mengetahui dampak apa yang akan terjadi baik yang

positif maupun yang negatif, dan cara menanggulangi dampak negatif yang

akan dan harus dilakukan.

b. Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuannya mengenai masalah lingkungan,

pembangunan dan hubungan, sehingga pemerintah dapat menumbuhkan dan

mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawabnya dalam

pengelolaan lingkungan hidup.

c. Masyarakt dapat menyampaikan informasi dan pendapatan atau persepsinya

kepada pemerintah terutama masyarakat di tempat proyek yang akan terkena

dampak.

d. Pemerintah mendapatkan informasi-informasi dari masyarakat yang belum

atau tidak ada dalam laporan Amdal, sehingga kebijaksanaan atau keputusan

yang akan diambil akan lebih tepat.

Page 36: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

e. Apabila masyarakat telah mengetahui cukup banyak mengenai proyek

tersebut termasuk dampak (positif dan negatif) dan usaha-usaha apa saja yang

akan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif, sedangkan dari pihak

pemerintah dan pemrakarsa proyek mengetahui pendapat-pendapat

masyarakat serta keinginanya atau hal-hal apa yang diperlukan, sehingga

salah paham atau terjadinya konflik dapat dihindari.

f. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan

dapat dinikmati dan apabila mungkin meningkatkan manfaat tersebut (dampak

positif) dan ikut menekan atau menghindari diri terkena dampak negatif.

g. Dengan adanya ikut aktifnya masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup

sejak tahap penyusunan Amdal, biasanya perhatian dari instasi pemerintah

yang bertanggungjawab dan pemrakarsa proyek pada masyarakat akan

meningkat.

2.5 Konsep Masyarakat Tahan Bencana

Twigg (2007) menyatakan pengurangan risiko bencana (PRB)

merupakan sebuah konsep yang luas dan relatif baru. Ada beberapa

definisi berbeda dari istilah ini dalam literatur teknis, tetapi PRB secara umum

dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakan-

kebijakan, strategi-strategi dan praktik-praktik guna untuk meminimalkan

kerentanan dan risiko bencana di masyarakat. PRB adalah sebuah pendekatan

sistematis untuk mengidentifikasi, mengkaji dan mengurangi risiko-risiko

bencana. PRB bertujuan untuk mengurangi kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi

Page 37: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

terhadap bencana dan menangani bahaya-bahaya lingkungan maupun bahaya-

bahaya lain yang menimbulkan kerentanan.

Banyak upaya telah dilakukan untuk mendefinisikan ‘ketahanan’.

Berbagai macam definisi dan konsep akademis yang ada dapat membingungkan.

Agar lebih mudah bila kita bekerja dengan definisi-definisi luas dan karakteristik-

karakteristik yang umum dipahami. Dengan pendekatan ini, system atau

ketahanan masyarakat dapat dipahami sebagai:

a. Kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang

menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi

b. kapasitas untuk mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan struktur-

struktur dasar tertentu, selama kejadian-kejadian yang mendatangkan

malapetaka

c. kapasitas untuk memulihkan diri atau ‘melenting balik’ setelah suatu

kejadian

‘Ketahanan’ pada umumnya dipandang sebagai suatu konsep yang lebih

luas dari pada ‘kapasitas’ karena konsep ini memiliki makna yang lebih tinggi

dari pada sekedar perilaku, strategi-strategi dan langkah-langkah pengurangan

serta manajemen risiko tertentu yang biasa dipahami sebagai kapasitas.

2.6 Mitigasi banjir

Coburn et al. (1992) mendefinisikan mitigasi bencana sebagai

pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh suatu

bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang

Page 38: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

luas dari aktifitas-aktifitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin

diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat,

sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk

menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.

Dalam usaha mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, seringkali

penanganan masalah banjir ditekankan pada usaha struktural dan dibebankan

secara keseluruhan kepada pemerintah. Hal ini tentunya harus dihindari karena

masyarakat merupakan elemen penting. Seperti kasus di kota Jakarta, dalam

mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, usaha pemerintah berupa perbaikan

sistem pembuangan air, normalisasi saluran, dan pembangunan tanggul, apabila

tidak didukung oleh kesadaran masyarakat dalam memeliharanya, maka tidak

akan berjalan optimal.

Daerah tidak akan bisa dikatakan bebas dari banjir karena kemungkinan

terjadi debit yang sama atau bahkan melampui debit rencana akan selalu ada

dalam setiap tahunnya, karenanya usaha yang bisa dilakukan dalam mengatasi

banjir adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh banjir atau yang

lebih dikenal sebagai mitigasi (Farid, 2010).

Banjir adalah jenis bencana yang sebenarnya dapat diantisipasi oleh

masyarakat. Kasus-kasus bencana alam seperti halnya banjir tidak mungkin

dihadapi oleh individu-individu. Corbun, et al. (1992) juga menyatakan bahwa

mitigasi bencana hanya dapat berhasil jika ada satu konsensus bahwa hal tersebut

memang dikehendaki, masuk akal, dan dapat diupayakan. Di banyak tempat,

Page 39: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

bahaya-bahaya individual yang mengancam tidak pernah diketahui. Langkah-

langkah yang dapat diambil untuk melindungi mereka tidak diketahui dan

tuntutan masyarakat agar diri mereka dilindungi tidak kunjung datang.

Perencanaan mitigasi harus bertujuan untuk mengembangkan “kultur keamanan”

bencana di mana orang-orang sadar secara penuh akan bahaya-bahaya yang

mereka hadapi, melindungi diri mereka sejauh mereka dapat lakukan dan secara

penuh mendukung upaya-upaya yang dibuat demi perlindungan bagi mereka.

Langkah-langkah yang dilakukan di dalam mitigasi banjir meliputi usaha

struktural dan usaha non-structural, Rahayu, 2008 (dalam Farid, 2010). Usaha

struktural terkait dengan pembangunan maupun pemeliharaan sarana dan

prasarana fisik dari bangunan pengendali banjir seperti saluran, pompa, dan pintu

air. Sedangkan yang termasuk usaha non-struktural dalam mitigasi banjir

biasanya menyangkut kebijakan seperti pengendalian tata ruang, peningkatan

kesadaran masyarakat, dan sistem peringatan dini.

Menurut Worosuprojo, (2012) pada seminar nasional “Manajemen

Bencana Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan

Masyarakat yang Harmonis dengan Alam di Indonesia” mitigasi bencana dapat

dibedakan menjadi 2 pendekatan yakni:

a. Mitigasi Struktural (pembangunan fisik) yang terdiri dari:

1. Penataan Ruang: konservasi hutan mangrove, hutan pantai, terumbu

karang, gumuk pasir.

Page 40: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2. Pembangunan Infrastruktur: pembangunan rumah aman gempa, tanggul

laut, pemecah gelombang talud tebing, rumah panggung, dll.

b. Mitigasi non-struktural (penyadaran & peningkatan kemampuan masyarakat)

yang terdiri dari:

1. Pendidikan dan pelatihan,

2. Penyuluhan/sosialisasi,

3. Simulasi/gladi lapangan.

Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi pra bencana,

tanggap darurat, dan pasca bencana.

a. Tahap sebelum kejadian (Pra-bencana); terdiri dari kewaspadaan dan

kesiapsiagaan Pembacaan tanda-tanda alam; dengan cara :

b. Dengan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), contoh: pemetaan

bencana, sistem deteksi, sistem peringatan dini, dan sistem informasi kilat.

c. Secara Alamiah, contoh mengenali: perubahan suhu, hembusan angin, sifat

gelombang, perilaku hewan, dan tanda-tanda lain.

d. Persiapan fisik dan mental

Antisipasi Prasarana Fisik, contoh pembuatan jalur pengungsian,

penyediaan tempat pengungsian, sistem trans & evakuasi, penyediaan air bersih

(MCK), penyediaan makanan & obat, penyediaan tenda, tandu, tikar, dll.

Sosialisasi Penanggulangan Bencana; contohnya kenal dan sadar bencana,

penggalangan komitmen, perencanaan penanggulangan, penyuluhan pelatihan

gladi lapangan.

Page 41: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

a. Tahap saat kejadian (saat bencana): kesigapan tanggap darurat.

1. Penyelamatan diri.

2. Bertahan hidup (survival).

b. Tahap Setelah kejadian (Pasca bencana); semangat dan kegigihan.

1. Perbaikan (rehabilitasi), mencakup 2 hal:

Rehabilitasi Orang (korban), contoh: mental/kejiwaan,

fisik/kesehatan, kegiatan keseharian, mobilitas sosial. Rehabilitasi

Fasilitas Fisik, contoh: hunian sementara, sanitasi, fasilitas keseharian,

prasarana mobilitas.

2. Pembangunan kembali (rekonstruksi), mencakup 2 hal:

Rekonstruksi Fisik; contoh rumah & lingkungan, prasarana

transport, prasarana ekonomi, prasaran pendidikan, prasarana ibadah.

Rekonstruksi Non-fisik; contoh tekad, semangat, keuletan, kegigihan,

kebersamaan.

Macam informasi bencana yang diperlukan dalam manajemen bencana

adalah: kerawanan (susceptibility), bahaya (hazard), bencana (disaster), risiko

(risk), tata ruang berbasis bencana, infrastruktur pendukung evakuasi, sosialisasi

dan pelatihan.

2.7 Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi lingkungan digunakan untuk memudahkan perbandingan

antara nilai lingkungan hidup (environmental value) dan nilai pembangunan

(development values) (Kurniawan, dkk.,2009).

Page 42: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Menurut Sanim, 2006 (dalam Kurniawan, dkk.,2009) valuasi ekonomi

lingkungan seharusnya merupakan suatu bagian integral dari prioritas

pembangunan sektoral dalam menentukan keseimbangan antara konservasi dan

pembangunan, serta dalam memilih standar lingkungan.

Valuasi pada dasarnya adalah member nilai moneter kepada sumber daya

alam dan lingkungan. Teknik valuasi diperlukan karena ketidaktersediaan harga

sumber daya alam dan lingkungan di pasar (Fauzi, 2006). Teknik yang sering

digunakan untuk valuasi ekonomi adalah teknik contingent valuation. Menurut

Patunru (1994) mendefinisikan contingent valuation sebagai suatu pendekatan

survei untuk valuasi barang dan jasa non market berdasarkan kuesioner untuk

mendapatkan informasi tentang nilai barang dan jasa dalam pertanyaan. Nilai

yang diperoleh untuk barang dan jasa dikatakan contingent atas sifat pasar yang

dibangun (hipotetis atau disimulasi) dan barang dan jasa digambarkan dalam

skenario survei.

Gambar 2.1. Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia (Freeman, 1979)

EFEK LANGSUNG Melalui system kehidupan – mekanisme

biologis

Kesehatan manusia: kematian , trauma, stress akibat banjir, khawatir akan banjir

Produktifitas ekonomi dari ekosistem: menurunnya permintaan akan developer, menurunnya

Dampak ekosistem lainnya: penggunaan rekreasional menurun, keberagaman

EFEK TIDAK LANGSUNG Melalui system kehidupan

Kerusakan akibat banjir pada property, peningkatan biaya produksi, meningkatnya waktu perja lanan

Ketegangan antar komunitas, waktu/usaha/energi

Rasa estetika daerah yang terkena banjir

Page 43: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Contingent valuation method merupakan suatu metode untuk

mendapatkan estimasi nilai terutama jumlah yang mau dibayarkan individu atau

rumah tangga untuk barang lingkungan tertentu. Freeman (1979)

mengklasifikasikan banyak alur di mana kualitas lingkungan berdampak pada

manusia, seperti tingkat risiko banjir, banjir, dan gempabumi. Ia menyatakan

bahwa efek ini mungkin bersifat langsung atau tidak langsung melalui sistem

organisme lain. Gambar 2.1. menunjukkan sumber potensial dari efek langsung

dan tidak langsung tersebut.

Teori utilitas dasar digunakan dalam studi ini untuk memberi pedoman

model teoritis dalam menggambarkan willingness to pay (WTP) untuk

pengendalian banjir dan perbaikan ekologi. Diasumsikan bahwa individu

mamaksimumkan utilitasnya dengan kendala anggaran yang dimiliki. Dalam studi

ini, utilitas rumah tangga dapat digambarkan dengan suatu vektor market goods,

X, dan nonmarket goods, Z. Nilai barang public nonmarket, yang tidak memiliki

harga dan hanya dapat disediakan dalam jumlah tetap, ditunjukkan oleh WTP

untuk nonmarket goods, yang akan berhubungan dengan surplus konsumen atau

area di bawah kurva permintaan bagi nonmarket goods (Samuelson, 1954).

Problem optimisasi ini ditunjukkan dengan persamaan:

Maksimumkan U(X,Z) subject to 3i Pi, Xi < Y (1)

Di mana Y adalah pendapatan dan P adalah vektor harga untuk barang yang

dipasarkan dalam vektor X untuk menyelesaikan problem optimisasi ini, maka

Page 44: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dibuat fungsi permintaan untuk market good, yang ditunjukkan dengan

persamaan:

Xi = Xi (P,Z,Y) (2)

Sementara itu untuk meminimumkan fungsi pengeluaran, dengan level utilitas

given, ditunjukkan oleh persamaan (3) yang dapat digunakan untuk menurunkan

fungsi WTP:

Minimumkan 3iPi, Xi = M subject to U(X,Z) = U* (3)

U* merupakan reference level dari utilitas dan M adalah pengeluaran uang

minimum yang diperlukan untuk mencapai U*. Dengan memecahkan persamaan

(3), maka diperoleh fungsi pengeluaran rumah tangga:

E = E (P,Z,U*)

2.8 Penelitian Terdahulu

Kim (2002) penelitian Kim menggunakan menggunakan metode analisis

CVM. Studi ini menemukan bahwa faktor individu (pendapatan, pendidikan,

informasi, dan keterikatan masyarakat), kualitas air faktor daerah (lokasi

perumahan dan kedekatan dengan sungai) memiliki dampak positif pada kemauan

untuk membayar dan faktor daerah lebih kuat dari faktor individu dalam

memprediksi kemauan untuk membayar kualitas air. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa orang-orang hilir memiliki perhatian yang lebih besar untuk

perlindungan lingkungan sehingga memiliki WTP yang lebih rendah untuk

mempertahankan dan meningkatkan kualitas air. Sebaliknya, orang yang hidup

Page 45: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

hulu yang memiliki masalah lingkungan yang lebih rendah memiliki WTP yang

lebih tinggi untuk kualitas air.

Yapin (2003) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis

CVM dan TCM. Hasil dari penelitian ini investigasi biaya perjalanan, telah

menunjukkan bahwa kualitas air yang lebih baik menggeser kurva permintaan ke

luar. Sedikit perbedaan kelengkungan dari fungsi permintaan utama.

Perkiraan CVM telah mengambarkan mirip tren. Tapi tindakan tersebut lebih

tinggi dari nilai yang diperkirakan melalui biaya perjalanan. Sebagian

besar menunjukkan nilai penggunaan situs rekreasi sebagai konsumsi yang baik

kecuali keperluan rekreasi. Danau telah melayani tujuan lain seperti budidaya

ikan dan pasokan air, nilai tersebut tidak tercermin baik dalam pengukuran biaya

perjalanan atau nilai-nilai CV, karena itu percaya bahwa kedua perkiraan

mengecilkan nilai guna sebenarnya dari danau. Penilaian Kontinjensi adalah

variable independen dari biaya perjalanan dan jumlah pengunjung.

Responden sebenarnya bergantung pada pendapatan, pendidikan, dan

penghakiman responden terhadap kualitas air danau. Umur dan jenis

kelamin tampaknya tidak memiliki banyak dampak pada kontingen penilaian.

Cho dan Kim (2004) penelitian ini menggunakan menggunakan metode

analisis CVM. Hasil dari penelitan ini dimana variabel jenis kelamin, umur,

pendapatan dan pembelian air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP.

Variabel tahun dan ukuran rumah (famno) menunjukan hasil tidak signifikan

terhadap WTP. Penelitian ini menjelaskan bahwa WTP diperkirakan akan cukup

Page 46: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

untuk membayar penuh biaya penyediaan kualitas air daerah-

daerah metropolitan Seoul yang lebih baik . Penelitian ini memfokuskan

pada biaya ekonomi dan manfaat bagi peningkatan kualitas air rumah

tangga Paldang Reservoir di Korea.

Saptutyningsih dan Suryanto (2009) penelitian ini menggunakan

menggunakan metode analisis SIG dan Hedonic Price. Tingkat kerawanan

wilayah banjir tertinggi di DIY adalah Kabupaten Kulonprogo khususnya di

Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, dan Kecamatan Panjatan. Kecamatan

Temon tingkat kerentanan tertinggi adalah pada sawah irigasi, Kecamatan Wates

tingkat kerentanan tertinggi adalah tegalan dan kebun, serta Kecamatan Panjatan

tingkat kerentanan tertinggi pada tegalan dan kebun juga. Dalam penelitian ini

terdapat variabel karakteristik properti dan tanah, lingkungan, risiko banjir,

kesadaran masyarakat, dan sosial ekonomi. Penelitian menunjukkan bahwa semua

koefisien-koefisien secara signifikan berbeda dari nol. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa tinggi tingkat genangan banjir dapat menekan harga dari

properti dan nilai tanah. Rata-rata kesediaan membayar (MWTP) untuk

penurunan unit ketinggian tingkat genangan banjir diperkirakan mencapai jumlah

yang wajar Rp 2.175.00. Berdasarkan ukuran rendah (MWTP) tidak

ada pengaruhnya terhadap variabel sosial ekonomi, untuk itu perlu

menyosialisasikan pada masyarakat tentang kesadaran risiko bencana. Hal ini

dimaksudkan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran terhadap risiko

Page 47: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

bencana banjir, sehingga dampak yang disebabkan oleh bencana banjir dapat

diminimalkan di masa depan.

Simmons, et al. (2002) penelitian ini menggunakan menggunakan metode

analisis Hedonic Price. Hasil dari penelitian ini adalah dari kedua

model menunjukkan bahwa mitigasi, baik retrofit (tirai badai) dan konstruksi

(SII), sangat signifikan terhadap harga penjualan kembali rumah. Variable

individu signifikan terhadap jenis asuransi diri untuk melakukan tindakan mitigasi

dan variabel struktural dalam model retrofit menunjukan hubungan

signifikan. Koefisien pada tirai badai menggambrakan bahwa rata-rata harga

untuk rumah sekitar $ 80.000, dengan adanya badai tirai menambahkan lebih dari

5% harga jual. Namun, pesan dari penelitian ini adalah bahwa ada ruang

kebijakan untuk memberikan tindakan mitigasi dengan sukarela dan secara

insentif bagi penduduk

Harahap dan Hartono (2007) penelitian ini menggunakan menggunakan

metode analisis Hedonic Price. Hasil dari penelitian ini dihasilkan bahwa: (i)

ketersediaan fasilitas air minum dan air pompa mempengaruhi harga rumah di

perkotaan, sementara ketersediaan fasilitas toilet yang dilengkapi dengan tangki

septik mempengaruhi harga rumah baik di perkotaan maupun di perdesaan; (ii)

penanganan sampah yang baik yaitu melalui pengumpulan oleh dinas terkait

mempengaruhi harga rumah di perkotaan dan perdesaan; (iii) besarnya kesediaan

membayar untuk air perpipaan dan air pompa di perkotaan sebesar Rp.6850 per

bulan, sementara kesediaan membayar untuk ketersediaan fasilitas toilet dengan

Page 48: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tangki septik mencapai Rp.15.800 per bulan, dan kesediaan membayar untuk

pengangkutan sampah oleh Dinas terkait mencapai Rp.1.950 per bulan. Dalam

regresi model logistik dihasilkan bahwa kondisi sosial ekonomi rumah tangga

yaitu umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala keluarga dan

pengeluaran per kapita mempengaruhi kemungkinan kepemilikan fasilitas air

minum yang baik yaitu air perpipaan atau air pompa, fasilitas sanitasi yang baik

berupa toilet dengan tangki septik dan fasilitas pengelolaan sampah dengan

diangkut Dinas terkait. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga,

semakin tinggi kemungkinan kepemilikan fasilitas air minum dan sanitasi yang

baik.

Kurniawan, dkk. (2009) penelitian ini menggunakan analisis pendukung

spasial dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), sedangkan untuk menghitung

Valuasi ekonomi menggunakan pendekatan Willingness to Pay (WTP) dan Travel

Cost Method (TCM) untuk mengetahui manfaat barang dan jasa yang dihasilkan.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan air, biaya

dikeluarkan masyarakat sekitar KKMP, jumlah produksi, harga bahan baku

PDAM, luas sawah dan keuntungan produksi per luasan (hektar). Dari analisa

data yang dilakukan dapat diketahui setiap tahunnya menghasilkan nilai guna

langsung (direct use value) sebesar Rp. 1.199.918.615.100,- nilai guna tak

langsung (indirect use velue) sebesar Rp. 808.117.741.600. Nilai ekonomi total

dari sebagian jasa lingkungan KKMP setiap tahunnya adalah sebesar Rp.

2.072.501.086.700,-.

Page 49: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2.9 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

2.10 Hipotesis

Berdasarkan penelitan-penelitian yang sudah pernah dilakukan, maka

dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Variabel pendapatan mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi.

2. Variabel pendidikan mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi.

3. Variabel usia mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi.

4. Variabel jumlah anggota keluarga mempengaruhi secara positif terhadap WTP

mitigasi.

5. Variabel jarak pemukiman mempengaruhi secara positif terhadap WTP

mitigasi.

6. Variabel tinggi genangan mempengaruhi secara positif terhadap WTP

mitigasi.

Pendapatan

Pendidikan

Usia

Jumlah Anggota Keluarga

Jarak

Tinggi Genangan

Tindakan Mitigasi Bencana

Page 50: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data. Metode yang

digunakan untuk memperoleh data primer adalah metode survei dengan teknik

wawancara langsung (direct interview) dengan dibantu daftar pertanyaan

(kuesioner).

Data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi dan lembaga-

lembaga terkait di wilayah banjir di eks Karisidenan Surakarta maupun literatur

pendukung lainnya. Instansi-instansi tersebut antara lain: Badan Pusat Statistik

(BPS), Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS), Badan Perencana

Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Bakornas,

dan lain-lain.

Jenis data sekunder yang diperlukan antara lain:

a. Data jumlah penduduk di eks Karisidenan Surakarta.

b. Karakteristik lokasi daerah rawan bencana di eks Karisidenan Surakarta.

c. Data sosial ekonomi masyarakat di eks Karisidenan Surakarta.

d. Data musyawarah desa di setiap kabupaten rawan banjir di eks Karisidenan

Surakarta.

Page 51: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dareah rawan banjir yang

tersebar di Eks Karisidenan Surakarta. Jumlah Kepala Keluarga daerah rawan

banjir yang berada di pemukiman sebanyak 2663 Kepala Keluarga.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

area proportional random sampling yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel

dimana setiap anggota populasi di tiap daerah mempunyai peluang yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

rumus Slovin yaitu (Djarwanto dan Subagyo, 1996):

Dimana:

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang bisa ditolerir

1 : angka konstanta

Sesuai dengan rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yang akan

diambil dengan tingkat ketepatan 90% dalam penelitian ini adalah :

= 96,38074557 dibulatkan menjadi 100 responden

Page 52: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Berdasarkan penghitungan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 100 Kepala Keluarga daerah rawan banjir yang berada di pemukiman

tersebar di seluruh Eks Karisidenan Surakarta yaitu: Kabupaten Wonogiri,

Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Surakarta.

3.3 Desain Penelitian

Metode contingent valuation ini penerapannya dengan menggunakan

teknik survey sehingga disebut metode survey contingent valuation, dilakukan

dengan memberikan daftar kuisioner atau daftar pertanyaan kepada responden

tersampling. Pengisian kuisioner yang dirancang harus diisi oleh kepala rumah

tangga, mengingat variabel pendapatan keluarga dan juga keputusan jumlah biaya

maksimum yang ingin dibayar (WTP) merupakan variabel yang sangat diperlukan

validitasnya. Namun dengan demikian dimungkinkan untuk beberapa kasus

responden yang bukan kepala keluarga dapat mengisi kuisioner dengan catatan

telah mendapat persetujuan dari kepala keluarga.

3.4 Definisi Operasional Variabel

a. Dependent Variable

Variabel dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah Willingness to pay adalah jumlah maksimum yang

mau dibayarkan oleh responden untuk mengurangi dampak banjir.

Page 53: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

b. Independent variable

Variabel independen (variabel bebas) yaitu variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.

Variabel-variabel independen dalam penelitian adalah:

1. Pendapatan

Pendapatan setiap responden perbulan yang terkena dampak banjir

bengawan solo.

2. Usia

Usia responden yang terkena dampak banjir bengawan solo.

3. Pendidikan

Pendidikan terakhir responden yang terkena dampak banjir bengawan

solo.

4. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh setiap responden yang berada

di daerah rawan banjir sungai bengawan solo.

5. Jarak

Lokasi pemukiman yaitu seberapa dekat pemukiman responden dengan

sungai bengawan solo.

6. Tinggi genangan

Tinggi genangan yang terjadi selama banjir didaerah rawan banjir sungai

bengawan solo.

Page 54: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

5.5 Tehnik Alat Analisis

a. Analisis Deskriptif Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Nazir, (2005) metode deskriptif adalah suatu set kondisi, suatu

sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripdi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendapatkan informasi

tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan

terhadap pelaksanaan program perkuatan serta kondisi lingkungan sosial

ekonomi dan daerah sampel. Analisis kualitatif merupakan cerminan keadaan

atau kondisi riil dilapang yang berupa data dan angka diperoleh dari pendapat-

pendapat berbagai unsur yang terlibat langsung dengan masyarakat yang

terkena dampak bencana banjir Bengawan Solo dengan kondisi ideal yang

diperoleh dari studi pustaka.

b. Regresi Linier Berganda

Hasil dari analisis diskriptif kuantitatif akan dinilai dengan

menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). CVM adalah metode

survei langsung pada sampel dengan populasi yang sesuai tentang willingness

to pay dan willingness to accept (WTA). CVM mempunyai dua keuntungan

dibandingkan metode tidak langsung. Pertama, CVM dapat mengambil dua

Page 55: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

nilai sekaligus use value dan non-use value. Kedua, CVM jawaban pertanyaan

tentang WTP atau WTA dapat secara langsung dikoreksi secara teori dengan

ukuran moneter pada tingkat perubahannya (Lee, 1999 : 114). Aplikasi CVM

dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Identifikasi masalah

2. Membuat kerangka masalah

3. Merumuskan pemecahan masalah

4. Merumuskan cara untuk pemecahan masalah (payment vehicle)

5. Mempersiapkan alat survei untuk mengetahui WTP/WTA secara individu,

yang terdiri dari pembuatan skenario hipotesis; pertanyaan tentang

WTP/WTA; dan membuat skenario tentang biaya kompensasi.

6. Menggunakan alat survei dengan sampel dari populasi yang sesuai

7. Menganalisis respon yang diperoleh sewaktu survei, yaitu dengan

menggunakan data sampel untuk mengestimasi survei yang akurat.

8. Menanggapi jawaban responden yang tidak sesuai dengan kenyataan

(protest responses)

Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur

pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap

variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan sebagai penyelesaian

adalah regresi linear berganda atas variabel dependen dengan variabel

independen dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Rumus:

Page 56: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Y= +

Di mana , adalah koefisien atau parameter

model. Model regresi linier berganda untuk populasi diatas dapat ditaksir

berdasarkan sebuah sempel acak yang berukuran n dengan model regresi

linier berganda untuk sampel, yaitu:

Dimana:

Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:

WTP= f(

WTP = Kesesuaian responden untuk membayar

X1 = Pendapatan

X2 = Pendidikan

X3 = Usia

X4 = Jumlah anggota keluarga

X5 = Jarak pemukiman

X6 = Tinggi genangan

=Konstanta

=Standard error

Page 57: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

c. Uji F (F-test)

Untuk menguji apakah variabel independen secara keseluruhan

berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji F dengan

rumus (Gujarati, 2003: 183) :

Dimana: R2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen termasuk konstanta.

N = jumlah responden

Hipotesis yang digunakan untuk uji F, dirumuskan sebagai berikut:

H0 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0, secara bersama-sama variabel

Pendapatan, Pendidikan, Usia, Jumlah Anggota Keluarga, Jarak, Tinggi

Genangan terhadap kemauan membayar untuk mengurangi dampak banjir.

Ha ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0, secara bersama-sama variabel

Pendapatan, Pendidikan, Usia, Jumlah Anggota Keluarga, Jarak, Tinggi

terhadap kemauan membayar untuk mengurangi dampak banjir.

Apabila nilai probabilitas F hitung lebih besar dari level signifikansi,

maka H0 diterima dan bila nilai probabilitas F hitung lebih kecil dari level

signifikansi, maka H0 ditolak yang berarti bahwa input-input yang digunakan

berpengaruh secara bersama-sama terhadap hasil produksi.

Page 58: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

d. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel independen terhadap naik turunnya variabel dependen

atau menunjukkan berapa persen (%) variasi variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat ketepatan regresi ditunjukkan

oleh besarnya koefisien determinasi (R2) yang besarnya antara 0 ≤ R2 ≤ 1.

Koefisien determinasi 0 berarti variabel independen sama sekali tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen dan jika mendekati 1 variabel

independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen (Rahayu, 2007:

53)

e. Uji t (t-test)

Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang bertujuan

untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen.

Dengan menggunakan rumus t hitung (Rahayu, 2007: 50) :

keterangan : = koefisien regresi

Se = standart error

Untuk hipotesisnya menggunakan rumus:

Ho = = β2 = β3 = β4 = β5 = 0

Page 59: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Artinya: semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependent.

Ha = ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ ≠0

Artinya: semua variabel independent merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependent.

1. Penghitungan nilai t, yaitu:

α = 0,05

df = N – k

dimana N merupakan jumlah observasi dan k adalah jumlah input atau

variabel independen termasuk konstanta.

2. Kriteria pengujian

Daerah tolak daerah tolak

-t (α/2; n-k) t (α/2; n-k)

Gambar 3.1 Kurva Distribusi Normal

3. Kesimpulan:

-t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel berarti H0 diterima. Ini berarti variabel

independen tidak mempengaruhi variabel dependen. t hitung > t tabel atau t

hitung < -t tabel berarti H0 ditolak. Ini berarti variabel independen mempengaruhi

variabel dependen.

daerah terima

Page 60: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

f. Uji asumsi klasik

1. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan

yang linear atau mendekati linear diantara variabel-variabel penjelas.

Akibat adanya multikolinearitas (Priyatno, 2009: 59-60) :

a) Nilai standard error untuk tiap koefisien menjadi tinggi, sehingga t

hitung menjadi rendah.

b) Standard error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya

variabel independen.

c) Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

adalah dengan menggunakan metode Auxiliary Regression dengan

pendekatan Koutsiyannis, yaitu membandingkan nilai r2 dengan nilai R2.

Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas jika nilai r2 < R2

(Rahayu, 2007: 109).

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Apabila varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini

heteroskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan Uji White. Uji

Page 61: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

White dilakukan dengan cara membandingkan nilai Obs*R-Squared

dengan nilai χ2 tabel. Nilai χ2 tabel dalam penelitian ini sebesar 18,3

dengan df = 10 dan α = 5%. Model dikatakan terbebas dari masalah

heteroskedastisitas apabila nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari nilai χ2

tabel (Rahayu, 2007: 104).

3. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang

(data cross section). Secara sederhana dapat dikatakan model klasik

mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan

observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang

berhubungan dengan pengamatan lain.

Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan

menggunakan Uji Breusch-Godfrey (B-G Test). Langkah-langkah

pengujian Uji Breusch-Godfrey (B-G Test) sebagai berikut (Rahayu, 2007:

103) :

a) Mengestimasi persamaan regresi untuk mendapatkan nilai residual

( ).

b) Meregres terhadap variabel bebas dan ...

c) Menghitung nilai (n-p) R2 – X2. Apabila lebih besar dari tabel chi-

square dengan df p, menolah hipotesa bahwa setidaknya ada satu

koefisien autokorelasi yang berbeda dengan 0.

Page 62: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Jika regresi dilakukan dengan menggunakan Eviews maka dapat

dilihat dari nilai probabilitasnya. Model dikatakan terbebas dari

autokorelasi apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05.

Page 63: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo

a. Kondisi Geografis

Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di

Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12%

dari seluruh wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT

dan 6o49’LS sampai 8o08’ LS.

Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat

alamnya Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat

alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang

melalui wilayah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal

dari hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanan dan

pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam

sekeliling berdasarkan keseimbangan daerah tersebut merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak sungai.

b. Luas Sungai Bengawan Solo

Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 19.778 km2, terdiri

dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo

dengan luas ± 16.100 km2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan

Page 64: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

seluas ± 1.517 km2, DAS kecil di kawasan pantai utara seluas ± 1.441 km2 dan

DAS Kali Lamong seluas ± 720 km2. DAS Bengawan Solo merupakan DAS

terluas di WS Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu,

Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS

Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing

± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun

mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi

(± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142 m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m),

sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo Hilir adalah ± 6.273 km2. Secara

administratif WS Bengawan Solo mencakup 17 (tujuh belas) kabupaten dan 3

(tiga) kota, yaitu: Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri,

Karanganyar, Sragen,Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi,

Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik dan Pacitan. Kota yang dilalui sungai

Bengawan Solo adalah Surakarta, Madiun dan Surabaya.

c. Kondisi Meteorologi Sungai Bengawan Solo

Wilayah Sungai (WS) Bengawan Solo merupakan daerah yang

beriklim tropis, dimana musim kemarau terjadi sekitar bulan Mei – Oktober

sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Nopember – April, dengan kelem-

baban rata-rata 80%, suhu bulanan rata-rata 26,7°C, lama penyinaran

rata-rata bulanan 6,3 jam, kecepatan angin rata-rata bulanan 1,2 m/det .

(Departemen Pekerjaan Umum, 2008)

Page 65: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

d. Kondisi Topografi Sungai Bengawan Solo

Sungai Bengawan Solo dan tiga wilayah sekitarnya, i) Sub Wilayah

Kali Lamong, ii) Kawasan Pantai Utara dan iii) Sub Wilayah Kali Grindulu

dan Kali Lorog. Wilayah Sungai Bengawan Solo dibagi menjadi dua bagian

wilayah utama, yaitu Wilayah Sungai Bengawan Solo Hulu dan Wilayah

Sungai Bengawan Solo Hilir, pada pertemuan dengan Kali Madiun. Wilayah

atasnya terbagi menjadi dua sub bagian wilayah : Sub SWS Bengawan Solo

Hulu dan Kali Madiun dengan luas masing-masing 6.072 km2 dan 3.755 km2,

oleh gunung Lawu.

Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng

gunung berbentuk kerucut, yakni gunung Merapi (2,914 m), gunung Merbabu

(3,142 m) dan gunung Lawu (3,265 m). Anak-anak sungainya banyak

membawa material sedimen dari hasil erosi pada lereng-lerengnya, sehingga

mengakibatkan sedimentasi yang tinggi di Bengawan Solo.

Wilayah Sungai Bengawan Solo Hilir mempunyai DPS seluas 6.273

km2 dan panjang alur sungai kira-kira 300 km mulai dari pertemuan dengan

Kali Madiun. Sungainya membentuk alur yang lebar dengan kemiringan

kecil/landai, melalui dataran aluvial dan menjadi daerah yang sering

digenangi banjir. Didekat muara, wilayahnya berawa dan luas, disebut Rawa

Jabung dan Bengawan Jero. Sebelah selatan Sub SWS Kali Madiun terdapat

Sub SWS Kali Grindulu dan Kali Lorog dengan luas 1.520 km2. Wilayahnya

dikelilingi oleh pegunungan Sewu dan Samudera Indonesia. Daerahnya

Page 66: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

curam, sehingga sungai-sungai di wilayahnya memiliki kemiringan yang

besar dengan arus yang cepat.

Sebelah utara Sub SWS Bengawan Solo Hilir terletak Kawasan Pantai

Utara, dengan sekumpulan sungai-sungai kecil mengalir dalam wilayah

sungai yang kecil di antara bukit-bukit di Rembang dan pantai utara Pulau

Jawa. Kawasan ini mempunyai luas sekitar 1.440 km2.

e. Kondisi Geologi Sungai Bengawan Solo

Ada 6 (enam) zone geo-morfologi memanjang dari Timur-Barat,

sejajar dengan garis pantai pulau Jawa yaitu: Zona Semarang-Rembang,

Rembang, Randublatung, Kendeng, Solo dan Pegunungan di selatan. Dimana

6 zona membentuk secara berselang zona tertekan dan zona terangkat,

disebabkan oleh aktivitas tektonik. Zona-zona Semarang-Rembang,

Randublatung dan Solo (daerah rendah) terbentuk oleh batuan dasar yang

terdepresi, dan tertutup endapan muda. Gunung api tunggal terdapat di zona-

zona Semarang-Rembang dan Solo. Zona Rembang dan Kendeng

(perbukitan) terbentuk oleh terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier (30-2

juta tahun yang lalu), sehingga, pada zona-zona tersebut tersebar batuan

sangat lunak dan tertutup material lepas tipis.

Pegunungan di sebelah selatan membentuk topografi yang curam oleh

terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier. Batuan dasar pada di wilayah ini

relatif keras dan keadaan bukit-bukit yang bergelombang terbentuk oleh erosi

dalam jangka lama pada batuan dasar tersebut.

Page 67: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

4.2 Karakteristik Responden

Penelitian yang berjudul Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir di Eks

Karisidenan Surakarta dengan mengambil sampel sebanyak 102 responden yang

tersebar di 5 desa yakni Langenharjo, Sawahan, Mbutuh, Kedungringin, Nglogok

dan Dungwuluh. Karakteristik responden diuraikan di bawah ini:

a. Pendapatan

Tabel 4.1 menunjukan jumlah pendapatan yang diperoleh reponden

per bulannya. Persentase pendapatan responden yang paling banyak Rp

500.000,- sampai dengan kurang dari Rp 1.000.0000,- per bulan 50%

sebanyak 52 orang, sisanya kurang dari 500.000,- per bulan sebanyak 2 orang,

Rp 1.000.000,- sampai dengan kurang dari Rp 2.000.0000,- per bulan

sebanyak 37 orang, Rp 2.000.000,- sampai dengan kurang dari Rp

3.000.0000,- per bulan sebanyak 7 orang, dan lebih besar dari Rp 5.000.000,-

sebanyak 4 orang. Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata penduduk

didaerah rawan banjir adalah masyarakat tidak mampu atau kalangan bawah.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan

No. Pendapatan (Rupiah) Jumlah Responden Prosentase (%)

1. < 500.000 2 2

2. 500.000-<1.000.0000 52 50

3. 1.000.000-<2.000.000 37 36

4. 2.000.000-<3.000.000 7 7

5. >5.000.000 4 4

Jumlah 102 100

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Page 68: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

b. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan tingkat pendidikan atau lama

responden dalam mendapatkan pendidikan formal. Dari 102 responden yang

paling dominan berpendidikan sekolah dasar adalah 54%. Tingkat pendidikan

dapat mempengaruhi pola pikir responden terhadap tindakan mitigasi

responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir

responden semakin rasional.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%)

1. Tamat SD 55 54

2. Tamat SMP 11 11

3. Tamat SMA 29 28

4. Diploma 3 3

5. Sarjana 4 4

Jumlah 102 100

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berpendidikan

SD sebanyak sebanyak 55 responden dengan rincian yang berpendidikan SMP

sebanyak 11 responden, SMA sebanyak 29 responden, Diploma 3 responden

dan Sarjana 4 responden. Rata-rata pendidikan responden hanya lulus SD.

c. Usia

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, usia responden didaerah

rawan banjir yang termuda berumur 27 tahun dan yang tertua berumur 87

Page 69: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

tahun. Pada Tabel 4.4 menggambarkan bahwa rata-rata responden di daerah

rawan banjir berada pada tingkat kelompok usia 51 – 60 tahun yakni sebanyak

32% dari total 102 responden yang telah diteliti. Hal itu membuktikan bahwa

rata-rata responden yang berada di daerah rawan banjir eks Karisidenan

Surakarta berada pada fase usia yang tidak produktif.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia

No. Tingkat Usia (tahun) Jumlah Responden Prosentase (%)

1. < 40 21 21

2. 41 – 50 29 28

3. 51 – 60 32 32

4. 61 – 70 16 15

5. > 70 4 4

Jumlah 102 100

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

d. Jumlah Anggota Keluarga

Pada Tabel 4.4 menunjukkan jumlah anggota keluarga yang berada di

daerah rawan banjir yaitu dusun Langenharjo, Mbutuh, Sawahan,

Kedungringin, Nglogok dan Dungwuluh. Dari 102 responden yang jumlah

anggota keluarga sebanyak 429 orang yang paling besar berada di desa

Langenharjo 23% sebanyak 100 orang dan sisanya di dusun Mbutuh 78 orang,

Sawahan 88 orang, Kedungringin sebanyak 73 orang, Nglogok dan

Dungwuluh 90 orang.

Page 70: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga

No. Daerah Jumlah Anggota Keluarga Prosentase (%)

1. Langenharjo 100 23

2. Mbutuh 78 18

3. Sawahan 88 21

4. Kedungringin 73 17

5. Nglogok dan Dungwuluh

90 21

Jumlah 429 100

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Jumlah anggota keluarga responden sebagian besar lebih dari satu

kepala keluarga (kk) yang tinggal di satu rumah, meski ada beberapa

responden yang satu rumah satu kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga

yang paling sedikit 2 orang, sedangkan yang paling banyak 9 orang.

Jumlah anggota keluarga menunjukan kepadatan penduduk di daerah

rawan banjir eks Karisidenan Surakarta. Diharapkan jumlah anggota keluarga

dapat mempengaruhi responden terhadap tindakan mitigasi responden.

Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang berada dirumah diharapkan

dapat mempengaruhi responden terhadap tindakan mitigasi responden.

e. Jarak

Jarak yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam satuan

meter (m). Jauh dekatnya rumah responden dengan sungai Bengawan Solo

berpengaruh pada tindakan mitigasi yang digunakan responden.

Page 71: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo

semakin tinggi resiko terkena banjir dari dengan sungai Bengawan Solo.

Tidak semua penduduk yang jaraknya dekat melakukan tindakan mitigasi.

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jarak

No. Jarak (m) Jumlah Responden Prosentase (%)

1. <50 32 31

2. 51-00 7 7

3. 101-300 28 27

4. 301-500 13 13

5. >500 22 22

Jumlah 102 100

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Pada Tabel 4.5 menjelaskan bahwa rata-rata jarak rumah responden

sungai Bengawan Solo kurang dari 50 m yang artinya mayoritas responden

berada pada jarak ini. Jarak terdekat 5 m yang, sedangkan jarak terjauh 1000

m dengan sungai Bengawan Solo.

f. Tinggi Genangan

Tinggi genangan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan

dalam satuan centi meter (cm). Jauh dekatnya rumah responden dengan

Sungai Bengawa Solo berpengaruh pada tindakan mitigasi yang digunakan

responden.

Semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo

semakin tinggi resiko terkena banjir dari dengan sungai Bengawan Solo.

Page 72: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan

No. Tinggi Genangan (cm) Jumlah Responden Prosentase (%)

1. <50 38 37

2. 51-100 54 53

3. 101-200 5 5

4. >200 5 5

Jumlah 102 100

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Pada Tabel 4.6 menjelaskan bahwa rata-rata tinggi genang dirumah

responden antara 51-100 cm yang artinya mayoritas responden berada pada

ketinggian ini. Ketinggian banjir yang paling dangkal adalah 30 cm,

sedangkan yang paling tinggi 300 cm.

4.3 Analisis Deskriptif Penelitian

a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa

(600 km) yang mengalir dari Pegunungan Sewu di Barat sampai Selatan

Surakarta ke Laut Jawa di utara Surabaya, dengan luas DAS 16.100 .

Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi pada saat ini. Bengawan

Solo salah satu DAS yang sering terlanda banjir, curah hujan yang tinggi

menyebabkan sungai tidak mampu menampung aliran permukaan (runoff),

sehingga terjadi banjir luapan. Banjir bengawan solo terjadi sejak dari dulu,

banjir yang terbesar terjadi pada tahun 1966. Pada saat itu pemerintah

Page 73: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

melakukan tindakan mitigasi dengan membangun waduk di Wonogiri yang

bernama waduk Gajah Mungkur dan juga melakukan normalisasi Sungai

Bengawan Solo dengan pelurusan struktur sungai, mengurangi pendangkalan

dan pembuatan tanggul baru di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo.

Setelah adanya tindakan mitigasi yang dilakukan pemerintah banjir berkurang,

baru pada tahun 2007 terjadi banjir besar lagi sampai tahun 2012. Kejadian

tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi (Sumber: Data primer diolah, 2012)

Gambar 4.1 merupakan sejarah banjir Sungai Bengawan Solo dari

tahun 1966 sampai dengan 2007 yang di mana banjir besar terulang kembali.

seperti yang dituturkan Pak Wiyono berikut ini:

Kejadian 1966 banjir gedhe (besar), sampai di sekitar Kraton dan Sriwedari. Setelah bendungan Wonogiri itu jadi agak lama tidak banjir, hanya saja kalau disini hujan deras bersamaan dari seputar kali Dengkeng (Klaten), Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali baru bisa terjadi banjir. Baru tahun 2007 terjadi banjir besar lagi sampai sekarang.

Banjir tersebut disebabkan oleh intensitas atau curah hujan yang tinggi

di berbagai daerah yang dilalui sungai Bengawan Solo, akibat terjadinya hujan

di bagian hulu dengan intensitas tinggi disertai pendangkalan sungai dan

perubahan struktur sungai di daerah Sub DAS Bengawan Solo Hulu maka

Banjir Besar Membuat Waduk

Banjir Kecil

Pendangkalan dan Perubahan Struktur

Sungai

Banjir Besar 2007-2012

Page 74: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

terjadi banjir besar di seluruh DAS Bengawan Solo mulai tanggal 26

Desember 2007.

b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo

Banjir tahun 2007 adalah salah satu banjir besar yang terjadi di Sungai

Bengawan Solo. Seperti yang telah dipaparkan di atas terjadi banyak kerugian

material dan non-material, hal tersebut dikarenakan kurangnya kewaspadaan

dan kesiapan dari masyarakat di sepanjang Sungai Bengawan Solo.

Masyarakat menganggap bahwa setelah dibangunnya Waduk Gajah Mungkur

tidak akan terjadi banjir besar lagi, masyarakat sudah merasa aman dengan

adanya waduk tersebut. Bahkan masyarakat meremehkan peringatan dari

pemerintah maupun sanak saudara yang tinggal hulu Sungai Bengawan Solo,

seperti yang dituturkan Pak Wiyono warga dusun Sawahan Kecamatan

Sangkrah:

Yang jelas nggak nyangka mas, apa iya terjadi banjir. Padahal saya sudah dapat informasi dari Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Sukoharjo hati-hati pak atas sudah banjir (Radio komunikasi). jam 4 pagi air baru naik ke bibir sungai.

Kejadian banjir besar tersebut melanda kabupaten/kota di sepanjang

aliran sungai Bengawan Solo di antaranya yaitu : Solo, Sukoharjo,

Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Ponorogo, Madiun, Cepu, Bojonegoro,

Tuban, Babat, Lamongan, Gresik dan daerah di sekitarnya yang menimbulkan

kerusakan. Akibat banjir besar seperti tergenangnya perumahan, fasilitas

umum, kantor, tempat ibadah, sawah/tegalan, dan jalan Nasional, Propinsi,

Page 75: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Kabupaten di kota dan daerah disekitar sungai Bengawan Solo, di mana

kondisi itu mempengaruhi aktifitas masyarakat dan perekonomian. Hal

tersebut juga dirasakan oleh Pak Kino warga dusun Nglogok Kecamatan

Ngadirojo yang mengungkapkan:

Nggih banjir bandang katah kerugiane lembu nggih mendo nggih dalem, tigo dalem ambruk. Ten wuntoronadi kaleh welas meninggal. (iya banjir bandang banyak kerugianya sapi, kambing dan rumah, tiga rumah hancur. Di wuntoronadi dua belas meninggal) Dari kejadian tersebut perlunya tindakan panangganan bencana yang

baik dan benar untuk menghindari kerugian atau korban yang lebih besar,

berikut ini proses penanganan bencana yang berhasil diungkap berdasar

penelitian lapangan.

Gambar 4.2 Proses Penanganan Bencana (Sumber: Data primer diolah, 2012)

Peringatan dari BPBD

Kepala Desa Informasi Penduduk

RT & RW

Lembaga non Pemerintah

Masyarakat

Pemerintah

Bantuan

Evakuasi Dapur Umum

Posko Bencana

Informasi

Page 76: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 4.2 menunjukkan proses penanganan bencana yang terjadi di

lapangan yang di mana bermula dari informasi yang berasal dari pemerintah

dan penduduk lokal, peringatan dari pemerintah menggunakan indikator

tinggi air di pintu sungai yang mana air sudah melampau tingkat normal selain

itu juga pemerintah menggunakan sirine tanda bahwa bencana banjir yang di

pasang di titik daerah rawan banjir. Sedangkan dari penduduk lokal ada yang

menggunakan radio komunikasi yang terhubung secara individu di hulu,

penduduk juga menggunakan peringatan yang berasal dari alam yaitu dengan

melihat kejernihan air Sungai Bengawan Solo, curah hujan yang tinggi seperti

yang diungkapkan oleh Pak Parmin warga dusun Tlumpuk Kecamatan Waru:

Biasane niku sampun do ngertos sonten pun jawah deres, trus mboten saged tilem. (biasanya itu sudah pada tahu, sore sudah hujan lebat terus tidak bisa tidur) Kemudian dari pemerintah langsung berkoordinasi dengan Kepala

Desa setempat segera memberitahukan warganya agar segera mengungsi, di

mana Kepala Desa juga berkoordinasi dengan Rukun Tangga dan Rukun

Warga. Penduduk lokal memberi tahu peringatan kepada Rukun Tangga dan

Rukun Warga agar segera memberitahukan warganya untutk mengungsi

kemudian Rukun Tangga dan Rukun Warga berkoordinasi dengan Kepala

Desa dan Pemerintah agar dapat memberi bantuan kepada pengungsi melalui

Posko Bencana dan warga langsung membuat dapur umum, sebagian

membantu evakuasi. Posko Bencana diharapkan bantuan dapat mengalir

kepada warga pengungsi, karena dalam Posko mempunyai informasi yang

Page 77: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

cukup lengkap apabila masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan

Pemerintah memberikan bantuan agar tepat sasaran. Karena apabila tidak

tepat sasaran dikhawatirkan dapat memperkeruh masalah seperti yang

diungkap Pak Purwoko warga dusun Langenharjo Kecamatan Grogol:

Pas banjir masyarakat mriki gotong royong mboten ngarep saking pemerintah, kadang malah marai emosi. Sekaline bantu kuwi ae ra roto tur salah sasaran. (waktu banjir ,masyarakat sini gotong royong tidak mengharap dari pemerintah, kadang malah bikin emosi. Sekali membantu itu saja tidak merata itupun salah sasaran)

Terlihat bahwa kekecewan Pak Purwoko terhadap bantuan pemerintah

yang di mana kurang baiknya koordinasi dari tempat Posko Bencana. Jadi

proses penanganan yang tepat dan baik dapat mengurangi kerugian material

dan non-material.

c. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah

Coburn et al. (1992) mendefinisikan mitigasi bencana sebagai

pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh suatu

bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan

yang luas dari aktifitas-aktifitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang

mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan

yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang

baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan

lahan. Dalam usaha mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, seringkali

penanganan masalah banjir ditekankan pada usaha struktural dan dibebankan

Page 78: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

secara keseluruhan kepada pemerintah. Sama halnya tindakan mitigasi di

daerah Sawahan Kecamatan Sangkrah yakni dengan melakukan relokasi

masyarakat di dalam bantaran Sungai Bengawan solo.

Gambar 4.3 Alur Tindakan Mitigasi (Sumber: Data primer diolah, 2012)

Tindakan relokasi perlu dilakukan karena dearah tersebut berada di

dalam bantaran Sungai Bengawan Solo yang di mana sangat rawan akan

banjir, dari segi keselamatan juga keputusan yang paling tepat dan rasional

adalah relokasi. Sampai sekarang proses relokasi masih dalam proses

negosiasi antara pemeritah dan masyarakat seperti yang diungkap Pak joko

warga dusun Sawahan Kecamatan Sangkrah selaku Rukun Tangga dan

pemimpin dari organisasi masyarakat di Dusun Sawahan:

Sudah ada program relokasi mas, ini baru proses negosiasi. Tanahnya dihargai 400-600 ribu kalau warga sini harga terendah sudah mau, cuman yang belum setuju nilai bangunan dihargai 8,5 juta warga belum setuju.

Hasil dari penelitian ini upaya untuk melakukan tindakan mitigasi,

masyarakat cenderung pasrah akan keadaan yang terjadi karena banyak faktor

yang menyebabkan hal yang demikian di antaranya seperti himpitan ekonomi,

Banjir Besar 2007-2012

Konsolidasi dan Sosialisasi

Pemerintah daerah

Tindakan Mitigasi

Organisasi Masyarakat (MPRS)

Masyarakat

Relokasi

DPR Daerah

Page 79: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

lokasi atau tempat dimana masyarakat tinggal, kondisi sosial ekonomi, jarak

rumah dengan sungai dan tinggi genangan. Adapun tindakan mitigasi

masyarakat yang dilakukan guna mengurangi kerugian, berikut ini beberapa

warga yang melakukan tindakan mitigasi sesuai dengan situasi kondisi dan

kemampuan yang dimiliki.

Tabel 4.3 Tindakan Mitigasi Masyarakat

No. Nama Alamat Jenis Tindakan Mitigasi

1. Ahmadi Kedungrinngin RT10 RW 02, Waru

Meninggikan rumah

2. Priyo Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo

Membuat plapon di atap rumah

3. Hari Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo

Menanam pohon

4. Wiyono Sawahan RT02/10, Sangkrah

Persiapan tenda

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Kejadian bencana yang terjadi di masyarakat pandangan negatif pada

Pemerintah, menganggap penanggulangan banjir oleh pemerintah dirasa

masih belum optimal. Hal ini sesuai dengan penuturan Pak Parmin warga

dusun Tlumpuk kecamatan Waru yakni:

Ngantos dugi seprene mboten wonten perkembangane blas. (sampai sekarang tidak ada perkembangan sama sekali)

Pak Parmin menganggap bahwa pemerintah ada tindakan yang nyata

untuk menanggulangi banjir dari dulu sampai sekarang tidak. Pemerintah

sebenarnya sudah melakukan tindakan mitigasi seperti pembuatan tanggul,

Page 80: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

normalisasi, pemasangan sirine tanda bahaya banjir diberbagai titik rawan

banjir (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Kesalah pahaman antara pihak

pemerintah dengan masyarakat ini disebabkan kurangnya sosialisasi oleh

pemerintah tentang tindakan mitigasi sedangkan masyarakat tidak paham

terhadap program yang dilakukan oleh pemerintah.

Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo upaya

pengendalian banjir harus dengan keterpaduan antara upaya fisik teknis dan

non-teknis seperti perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan,

perubahan tata ruang secara massive di kawasan budidaya yang menyebabkan

daya dukung lingkungan menurun drastis, serta pesatnya pertumbuhan

permukiman dan industri yang mengubah keseimbangan fungsi lingkungan

sehingga menyebabkan kawasan retensi banjir (retarding basin) berkurang.

Penanganan fisik dan non-fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat

diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengendalian tata ruang.

Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan

penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mempertimbangkan

permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya

serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang

telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

2. Pengaturan debit banjir

Page 81: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan

fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem

drainase perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir.

Pengaturan daerah rawan banjir.

Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:

a) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).

b) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan

sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan

di sepanjang aliran sungai.

3. Peningkatan peran masyarakat.

Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir

diwujudkan dalam:

a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat

b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun

dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.

c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak

melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang

untuk:

d) mengubah aliran sungai;

e) mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di

dalam atau melintas sungai.

Page 82: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

f) membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun

yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang

diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,

g) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau bahan

lainnya.

h) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat

(melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi,

rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum, Melakukan

penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lain-

lain)

4. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air

Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir

antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan:

a) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan,

kawasan budidaya dan kawasan lindung)

b) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak

c) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia,

maupun mekanis

d) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.

5. Penyediaan Dana

Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:

Page 83: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

a) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola

sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir.

b) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan

banjir

c) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan Pemerintah

Daerah.

6. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan Rencana Tindak Darurat

Sistem peringatan dini datangnya banjir WS Bengawan Solo di

masa yang akan datang harus berpusat secara kuat pada masyarakat yang

tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu. Dengan penerapan

sistem ini, akan dapat memberikan informasi lebih dini bagi masyarakat

yang kemungkinan akan terkena bencana sehingga ada kesempatan bagi

masyarakat untuk menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya.

Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh sehingga

dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi ketika

diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan mudah

dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai kondisi dan

tingkat resiko bencana. Komponen inti sistem peringatan dini datangnya

banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari:

a) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan top-down;

b) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini;

c) Pendekatan multi bencana; dan

Page 84: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

d) Pembangunan kesadaran masyarakat.

Mendasari semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan

politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi

masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang

terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan

didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk menanggapi

harus diciptakan melekat dalam masyarakat.

Untuk menciptakan sistem peringatan dini datangnya banjir yang

efektif di WS Bengawan Solo, yang berpusat secara kuat pada masyarakat

yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu masih banyak

hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:

1) Membuat peta rawan banjir yang dapat menunjukkan ketinggian

genangan, tempat yang aman untuk berlindung serta rute untuk

penyelamatan.

2) Melakukan survei kerentanan masyarakat yang tinggal di lereng

bukit yang rawan longsor.

3) Membantu lembaga nasional yang terkait dengan cuaca dengan

mengakses data cuaca dan citra satelit internasional/global.

4) Mendukung masyarakat terpencil dengan memasang alat duga

muka air elektronis yang sederhana dan sistem siaga untuk

memberikan peringatan banjir.

Page 85: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

5) Meningkatkan keinginan melakukan penelitian dan pelatihan

tentang ilmu pengetahuan dan teknologi peringatan dini modern.

6) Melaksanakan kajian bagaimana masyarakat meng-akses dan

menginterpretasikan peringatan dini dan kemudian

mengaplikasikannya pada saat proses diseminasi.

7) Mengembangkan, menguji dan menyempurnakan skenario

evakuasi untuk berbagai kondisi siaga khususnya di daerah yang

padat penduduk.

8) Mengembangkan sistem-sistem berbasis masyarakat untuk

menguji anggota masyarakat yang berusia lanjut dan penyandang

cacat ketika dilakukan peramalan banjir.

9) Mengembangkan standar dan pedoman untuk berbagai jenis

sistem peringatan dini.

10) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

11) Pengelolaan kawasan yang berpotensi mendorong perkembangan

kawasan sekitar dan/atau berpengaruh terhadap perkembangan

wilayah Propinsi secara umum.

12) Pengelolaan kawasan perbatasan dalam satu kesatuan arahan dan

kebijakan yang saling bersinergi.

13) Mendorong perkembangan/revitalisasi potensi wilayah yang

belum berkembang.

Page 86: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

14) Penempatan pengelolaan kawasan diprioritaskan dalam kebijakan

utama pembangunan daerah.

15) Mendorong tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan.

16) Peningkatan kontrol terhadap kawasan yang diprioritaskan.

17) Mendorong terbentuknya badan pengelolaan kawasan yang

diprioritaskan.

Dari paparan diatas pada masa yang akan datang upaya

pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik

saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang

menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi

masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih

optimal.

4.4 Analisis Data Kuantitatif

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabel independen dalam hal ini pendapatan, pendidikan, usia, jumlah

anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan mempengaruhi kemampuan

untuk membayar mitigasi bencana sebagai variabel dependen.

Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:

WTP= +

Keterangan :

WTP :Kemampuan untuk membayar mitigasi bencana

Page 87: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

X1 :Pendapatan yang di terima responden tiap bulan

X2 :Pendidikan terakhir responden

X3 :Usia responden

X4 :Jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden

X5 :Jarak pemukiman dengan sungai bengawan solo

X6 :Tinggi genangan banjir di daerah responden

:Konstanta

:Koefisien regresi

:Standard error

Dengan menggunakan program Eviews 3.1 data yang telah diolah

menghasilkan output sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)

No Nama Variabel Koefisien t hitung Prob.

1

2

3

4

5

6

7

Konstan

Pendapatan

Pedidikan

Usia

Anggota keluarga

Jarak

Tinggi genanangan

-9.4468

2.1473

0.0307

0.3855

-0.0571

0.0019

-0.0156

-1.0047

1.3631

1.2893

1.8135

-0.3180

2.0232

-3.2867

0.3176

0.1761

0.2004

0.0729 *

0.7512

0.0459**

0.0014**

R-squared

Adjusted R-squared

0.2624

0.2158

F-statistic

Prob (F-statistic)

5.6335

0.0000

Page 88: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Durbin-Watson stat 1.6917

(Sumber: Data primer diolah, 2012) *: Signifikan pada level 10% **: Signifikan pada level 5%

Persamaan regresi yang diperoleh:

log WTP = -12.1329+ 2.1205log X1 + 2.4586X2 + 4.4009X3 + (1.3631) (1.2893) (1.8135)

-0.1008X4 + 0.9277X5+-3.0150X6

(-0.3180) (2.0232) (-3.2867)

Persamaan di atas menunjukkan hubungan antara pendapatan,

pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan

terhadap kemampuan untuk membayar mitigasi bencana. Langkah selanjutnya

dari hasil regresi tersebut dilakukan uji asumsi klasik dan uji statistik.

b. Uji Asumsi Klasik

1. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan

yang linear atau mendekati linear diantara variabel-variabel penjelas.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah

dengan menggunakan metode Auxiliary Regression dengan pendekatan

Koutsoyiannis, yaitu membandingkan nilai r2 dengan nilai R2. Model

dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas jika nilai r2 < R2.

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression

Page 89: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Variabel Nilai r2 Nilai R2 Keterangan

Pendapatan

Pendidikan

Usia

Anggota keluarga

Jarak

Tinggi genangan

0.0658

0.0048

0.0658

0.0030

0.0840

0.1316

0.2624

0.2624

0.2624

0.2624

0.2624

0.2624

Bebas Multikolinearitas

Bebas Multikolinearitas

Bebas Multikolinearitas

Bebas Multikolinearitas

Bebas Multikolinearitas

Bebas Multikolinearitas

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Dari Tabel 4.7 didapat nilai r2 berada di bawah R2 hasil regresi

awalnya (R2 = 0.2352) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model

terbebas dari masalah multikolinearitas.

2. Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya

heteroskedastisitas dilakukan dengan metode Uji White. Uji White

dilakukan dengan cara membandingkan nilai Obs*R-Squared dengan nilai

χ2 tabel. Nilai χ2 tabel dalam penelitian ini sebesar 21,02 dengan df = 12

dan α = 5%.

Tabel 4.8 Uji White

White Heteroskedacity Test :

F-statistic

Obs*R-squared

1.1875

14.0780

Probability

Probability

0.3043

0.2957

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Page 90: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh nilai Obs*R-

Squared lebih kecil dari χ2 Tabel (14.0780< 21,02) yang artinya model

terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

3. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang

(data cross section). Untuk memastikan ada tidaknya autokorelasi dalam

model, dilakukan metode Breusch-Godfrey Test (B-G tes) sebagai berikut:

Tabel 4.9 Uji B-G Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test :

F-statistic

Obs*R-squared

2.1384

2.2688

Probability

Probability

0.1469

0.1320

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas

Obs*R-Squared lebih besar dari nilai signifikansi yakni 0,05 sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa model terbebas dari masalah

autokorelasi.

c. Uji Statistik

1. Uji F

Nilai F hitung yang diperoleh sebesar 5.6335 dengan nilai

probabilitasnya 0.0000 dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05

serta nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat diambil

Page 91: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

kesimpulan variabel pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota

keluarga, jarak dan tinggi genangan secara bersama-sama memiliki

pengaruh terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) tindakan mitigasi

bencana banjir di eks Karisidenan Surakarta.

2. Uji R2

Uji R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen (%) variasi

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen.

Besarnya nilai Adjusted R Squared yang diperoleh dari regresi linier

sebesar 0.2624 yang artinya sekitar 26,24% variasi variabel dependen

dalam hal ini WTP (Willingness to pay) dapat dijelaskan oleh variabel

independen dalam hal ini pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota

keluarga, jarak dan tinggi genagan. Sisanya sebanyak 73,76% dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

3. Uji t

Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang

bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel

independen. Hasil dari uji t. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat

signifikan ) 0,05 dan df = 102.:

a. Pengujian terhadap (variabel pendapatan)

1) Menentukan Hipotesis

Page 92: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Ha : = 0 ( variabel pendapatan tidak signifikan mempengaruhi

besarnya WTP mitigasi)

Ha : 0 (variabel pendapatan signifikan mempengaruhi

besarnya WTP mitigasi)

2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05

3) Penghitungan uji t

Nilai t hitung = 1.3631 (Tabel 4.6)

Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)

Gambar 4.4 uji t untuk variabel pendapatan

4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.3631 < 1,96

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05, karena t hitung (1.3631) lebih kecil dari t tabel

(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel

pendapatan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap

kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.

b. Pengujian terhadap (variabel pendidikan)

1) Menentukan Hipotesis

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

- t (-1,96) t (1,96)

Page 93: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Ha : = 0 ( variabel pendidikan tidak signifikan mempengaruhi

besarnya WTP mitigasi)

Ha : 0 (variabel pendidikan signifikan mempengaruhi

besarnya WTP mitigasi)

2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05

3) Penghitungan uji t

Nilai t hitung = 1.2893 (Tabel 4.6)

Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)

Gambar 4.5 uji t untuk variabel pendidikan

4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.2893 < 1,96

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05, karena t hitung (1.2893) lebih kecil dari t tabel

(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel

pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap

kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.

c. Pengujian terhadap (variabel usia)

1) Menentukan Hipotesis

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

- t (-1,96) t (1,96)

Page 94: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Ha : = 0 ( variabel usia tidak signifikan mempengaruhi

besarnya WTP mitigasi)

Ha : 0 (variabel usia signifikan mempengaruhi besarnya

WTP mitigasi)

2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05

3) Penghitungan uji t

Nilai t hitung = 1.8135 (Tabel 4.6)

Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)

Gambar 4.6 uji t untuk variabel usia

4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.8135 < 1,96

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05, karena t hitung (1.8135) lebih kecil dari t tabel

(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel

usia mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap

kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.

d. Pengujian terhadap (variabel jumlah anggota keluarga)

1) Menentukan Hipotesis

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

- t (-1,96) t (1,96)

Page 95: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Ha : = 0 ( variabel jumlah anggota keluarga tidak signifikan

mempengaruhi besarnya WTP mitigasi)

Ha : 0 (variabel jumlah anggota keluarga signifikan

mempengaruhi besarnya WTP mitigasi)

2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05

3) Penghitungan uji t

Nilai t hitung = -0.3180 (Tabel 4.6)

Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)

Gambar 4.7 uji t untuk variabel jumlah anggota keluarga

4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau -0.3180 < 1,96

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05, karena t hitung (-0.3180) lebih kecil dari t tabel

(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel

jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.

e. Pengujian terhadap (variabel jarak)

1) Menentukan Hipotesis

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

- t (-1,96) t (1,96)

Page 96: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Ha : = 0 ( variabel jarak tidak signifikan mempengaruhi

besarnya WTP mitigasi)

Ha : 0 (variabel jarak signifikan mempengaruhi besarnya

WTP mitigasi)

2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05

3) Penghitungan uji t

Nilai t hitung = 2.0232 (Tabel 4.6)

Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)

Gambar 4.8 uji t untuk variabel jarak

4) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau 2.0232 > 1,96

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05, karena t hitung (2.0232) lebih besar dari t tabel

(1,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya variabel

jarak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

untuk membayar (WTP) mitigasi.

f. Pengujian terhadap (variabel tinggi genangan)

1) Menentukan Hipotesis

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

- t (-1,96) t (1,96)

Page 97: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Ha : = 0 ( variabel tinggi genangan tidak signifikan

mempengaruhi besarnya WTP mitigasi)

Ha : 0 (variabel tinggi genangan signifikan mempengaruhi

besarnya WTP mitigasi)

2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05

3) Penghitungan uji t

Nilai t hitung = -3.2867 (Tabel 4.6)

Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)

Gambar 4.9 uji t untuk variabel tinggi genangan

4) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau -3.2867 > -1,96

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05, karena t hitung (-3.2867) lebih besar dari t tabel

(1,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya variabel

tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.

4.5 Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi

a. Pengaruh pendapatan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)

Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak

- t (-1,96) t (1,96)

Page 98: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Nilai koefisien regresi variabel pendapatan adalah sebesar 2.1473

dengan nilai probabilitas sebesar 0.1761, sehingga variabel pendapatan pada

responden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

untuk membayar melakukan tindakan mitigasi. Berbeda dengan penelitian

Cho dan Kim (2004) yang berjudul The Cost-Benefit Analysis of the

Improvement of Water Quality of the Paldang Reservoir in Korea. Hasil dari

penelitan ini di mana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian

air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP.

Dalam penelitian ini semakin tinggi pendapatan yang diperoleh belum

tentu digunakan untuk melakukan tindakan mitigasi. Hal ini dikarenakan

adanya kekhawatiran responden terhadap program relokasi yang dicanangkan

oleh pemerintah. Kemudian di tambah dengan tingkat pendapatan responden

yang dapat dilihat di Tabel 4.1 dimana rata-rata pendapatan berada di antara

500.000,- sampai dengan kurang dari Rp 1.000.0000,- per bulan 50%

sebanyak 52 orang dari total respoden 102. Hasil tersebut menunjukan bahwa

rata-rata pendapatan penduduk didaerah rawan banjir adalah masyarakat tidak

mampu atau kalangan bawah.

b. Pengaruh pendidikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)

Variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan

terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel

pendidikan adalah sebesar 0.0307 dengan nilai probabilitas sebesar 0.2004,

sehingga tingkat pendidikan pada responden tidak mempunyai pengaruh yang

Page 99: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan

mitigasi. Hal yang berbeda dipaparkan oleh Yapin (2003) di mana

penelitiannya menyebutkan bahwa responden sebenarnya bergantung

pada pendapatan, pendidikan, dan penghakiman responden terhadap kualitas

air danau yang artinya pendapatan, pendidikan dan penghakiman berpengaruh

positif terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Sehingga tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir responden terhadap tindakan

mitigasi responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir

responden semakin rasional.

c. Pengaruh usia terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)

Nilai koefisien regresi variabel usia adalah sebesar 0.3855 dengan nilai

probabilitas sebesar 0.0729, sehingga variabel usia pada responden dengan

): 10% mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk

membayar melakukan tindakan mitigasi, temuan ini berarti sesuai degan

hipotesis yang diajukan.

Berbeda dengan itu Yapin (2003) menyebutkan bahwa Umur dan jenis

kelamin tampaknya tidak memiliki banyak dampak pada kontingen penilaian

atau tidak signifikan. Sedangkan dengan Cho dan Kim (2004) penelitian ini

menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Hasil dari penelitan ini

dimana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian air

menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP. Sehingga semakin tua usia

Page 100: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

responden, diharapkan semakin mempunyai keinginan melakukan tindakan

mitigasi bencana banjir, karena sering mengalami bencana banjir.

d. Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)

Nilai koefisien regresi variabel jumlah anggota keluarga adalah

sebesar -0.0571 dengan nilai probabilitas sebesar 0.7512, sehingga variabel

jumlah anggota keluarga pada responden tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan

mitigasi. Jumlah anggota keluarga tidak signifikan karena semakin banyak

anggota keluarga maka kemampuan untuk membayar berkurang bahkan tidak

ada, Sedangkan mayoritas responden berada di kalangan menengah kebawah

dengan tuntuntan biaya hidup yang tinggi sehingga tidak melakukan tindakan

mitigasi.

e. Pengaruh jarak terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)

Variabel jarak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel jarak

adalah sebesar 0.0019 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0459, sehingga

variabel jarak pada responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi, yang artinya

apabila semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo

maka akan meningkatkan kemampuan untuk membayar dengan asumsi

variabel yang lain konstan, sebaliknya apabila jarak rumah responden

terlampau jauh maka semakin kecil kesadaran membayar untuk melakukan

Page 101: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

tindakan mitigasi becana. Perbedaan jarak rumah responden dengan sungai

Bengawan Solo menyebabkan perbedaan tindakan mitigasi yang dilakukan

responden. Jenis tindakan mitigasi yang dilakukan responden yang jaraknya

dekat dengan membuat plapon diatap rumah dan melakukan penanaman

pohon ditepi sungai untuk mengurangi arus sungai dan erosi. Sedangkan yang

jaraknya jauh tindakan mitigasi yang dilakukan meninggikan rumah.

f. Pengaruh tinggi genangan terhadap kemampuan untuk membayar

(WTP)

Variabel tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel

tinggi genangan adalah sebesar -0.0156 dengan nilai probabilitas sebesar

0.0014, sehingga variabel tinggi genangan pada responden mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan

tindakan mitigasi, yang artinya apabila semakin tinggi genangan akan

menyebabkan semakin tinggi kemampuan untuk membayar (WTP) dengan

asumsi variabel yang lain konstan. Dengan semakin tinggi genangan yang

dialami responden sangat berpengaruh terhadap tindakan mitigasi yang akan

dilakukan oleh responden. Semakin rendah genangan yang dialami maka

responden akan miningkatkan tindakan mitigasi, sedangkan semakin tinggi

genangan yang dialami maka semakin rendah responden akan melakukan

tindakan mitigasi karena dianggap tidak efektif. Tinggi rendahnya air

tergantung dari struktur tanah dan pola aliran sungai Bengwan Solo. Pada

Page 102: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

daerah yang pola aliran sungai dibelokan terluar ketinggian air akan tinggi dan

diikuti dengan erosi tanah. Tindakan mitigasi yang dilakukan dengan

pelurusan pola aliran sungai hal tersebut akan dapat menekan risiko banjir dan

ketinggian banjir yang akan terjadi.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Saptutyningsih

dan Suryanto (2009) hasil dari penelitian menunjukan bahwa tinggi

tingkat genangan banjir dapat menekan harga dari properti dan nilai tanah,

yang artinya tingkat tinggi genangan berpengaruh signifikan terhadak

kemampuan untuk membayar (WTP).

Page 103: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bagian ini merupakan rangkuman dari hasil analisis yang telah dilakukan

pada beberapa bab sebelumnya dan sebagai jawaban atas permasalahan serta

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Berdasarkan atas hasil

pengujian dan temuan empiris dari analisis data yang telah dilakukan, diperoleh

kesimpulan dari penelitian tentang Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir di

eks Karisidenan Surakarta ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini upaya untuk melakukan tindakan mitigasi

masyarakat cenderung pasrah akan keadaan yang terjadi, karena banyak

faktor yang menyebabkan untuk tidak melakukan tindakan mitigasi di

antaranya seperti himpitan ekonomi, lokasi atau tempat dimana

masyarakat tinggal, kondisi sosial ekonomi, jarak rumah dengan sungai

dan tinggi genangan. Tindakan mitigasi dari masyarakat kurang begitu

efektif maka perlunya peran serta pemerintah melakukan tindakan mitigasi

untuk meminimalkan kerugian.

2. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan model Regresi

Linier Berganda dengan pendekatan Contingent valuation method (CVM)

Variabel Pendapatan, Pendidikan, Usia dan Jumlah Anggota Keluarga

menjelaskan pengaruhnya terhadap willingness to pay atau kemampuan

Page 104: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

untuk membayar (WTP). Sedangkan Usia, Jarak dan Tinggi Genangan

menjelaskan pengaruhnya terhadap willingness to pay atau kemampuan

untuk membayar (WTP) untuk melakukan tindakan mitigasi bencana

banjir. Adapun secara lebih lengkap hasil estimasi model yang sudah

dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel jarak mempunyai pengaruh yang signifikan secara

statistik pada derajat kepercayaan 5%. Semakin dekat jarak rumah

responden dengan Sungai Begawan Solo maka semakin besar

kesadaran kemampuan untuk membayar melakukan tindakan

mitigasi bencana, sebaliknya apabila jarak rumah responden

terlampau jauh maka semakin kecil kesadaran membayar untuk

melakukan tindakan mitigasi becana.

b. Variabel tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan

secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Dengan semakin

tinggi genangan yang dialami responden sangat berpengaruh

terhadap tindakan mitigasi yang akan dilakukan oleh responden.

Semakin rendah genangan yang dialami maka responden akan

miningkatkan tindakan mitigasi, sedangkan semakin tinggi

genangan yang dialami maka semakin rendah responden akan

melakukan tindakan mitigasi karena dianggap percuma dan tidak

efektif.

Page 105: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka penulis memberikan

beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saran tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir khususnya yang dibantaran

sungai Bengawan Solo untuk segera direlokasi tanpa ada gejolak yang

terjadi. variabel jarak dan tinggi genangan yang menjadi pertimbangan

untuk melakukan tindakan mitigasi bencana. Semakin dekat jarak dan

tinggi genangan banjir maka akan semakin mengurangi tindakan mitigasi,

sehingga masyarakat beserta pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus

mampu berkerjasama untuk mengurangi resiko dan dampak yang terjadi

akibat banjir sungai Bengawan Solo.

2. Pada masa yang akan datang upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya

difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga

dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi

munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai

suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan

tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta

dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi.

Page 106: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana. 2005. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. BAKORNAS PB. Jakarta.

Badan Perancanaa dan Pembangunan daerah. 2008. Potensi Dan Kejadian Bencana Provinsi Jawa Tengah. Bappeda Jawa Tengah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukoharjo. 2008. Kejadian bencana disukharjo. BPBD Sukoharjo.

Boontho, Chutarat. 2007. Khon Kaen Households’ Willingness To Pay For Environmental Taxes , Thailand. Hawaii, USA. 2007.

Cho, Yongsung. and Kim, Hong J. 2004.” The Cost-Benefit Analysis of the Improvement of Water Quality of the Paldang Reservoir in Korea”, May 10, 2004.

Clark, Jeremy. and Friesen,, Lana. 2006. The Causes of Order Effects in Contingent Valuation Surveys: An Experimental Investigation. New Zealand.

Data data Informasi Bencana Indonesia.2009. Bencana di Indonesia Tahun 2009.

_______.2012. Bencana di Indonesia Tahun 2012

Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2007. ‘Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Provinsi JawaTengah”. Semarang: Kesbang Limas dan Bapeda.

Dinas Pertanian, Kantor Informasi & Komunikasi Karanganyar. 2008. “Kerugian Akibat Bencana Di Karanganyar Capai Rp 69 M” dalam Solo Pos (http: www/ Solo Pos.co.id)

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Profil Sungai Bengawan Solo. Jakarta: DPU

Djarwanto, dan Subagyo. 1996. Statistik Induktif. Edisi Keempat. Yogyakarta

Dolcemascolo, Glenn. 2004. Environmental Degradation and disaster risk. ADPC-SIDA-Embassy of Sweden, ADPC. Bangkok.

Farid, Mohammad. 2010. “Banjir: Proses, Karakteristik, dan Upaya Mengatasinya”. Inovasi Online Vol. 18 / XXII /November 2010.

Page 107: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Freeman, Linton C. 1979. “The Gatekeeper, Pair-Dependency and Structural Centrality”, Elsevier Scientific Publishing Company. University of Callifornia.

Hardoyo, dkk.,2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan, RedCarpet Studio, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Harahap, Bilang Nauli dan Hartono, Djoni. 2007. Analisis Kesedian Membayar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Fasilitas Air Minum dan Sanitasi di Indonesia Aplikasi Model Hedonic Price dan Model Logistik, Depok.

John Twigg. 2007. Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana, http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/projects/communitydrrindicators/community_drr_indicators_index.htm. diakses tanggal 10 Maret 2012.

Kim, Kiwhan. 2002. “Water Quality Measurement: W H At Makes ‘Willingness To Pay’ Different?”, International Review of Public Administration 2002, Vol. 7, No. 2.

Khan, M. S. A. 2008. ”Disaster preparedness for sustainable development in Bangladesh”, Disaster Prevention and Management Vol. 17 No. 5, 2008 pp. 662-67.

Kurniawan, Rachman.,dkk.,2009. “Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan Kawasan Karst Marcos-Pangkep”. Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol.13/No.1/2009.

Lee, J. A. 1999. Natural Resources and Environmental Economic, 2nd Edition, Pearson Education Limited. London.

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Oktober 2005.

Patunru, Arianto A. 1994. Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

Priyatno, Dwi. 2009. “SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate”. Gava media. yogyakarta

Rahayu, Siti Aisyah Tri. 2007. Modul Laboratorium Ekonometrika. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Saptutyningsih, Endah dan Suryanto. 2009. “Pemetaan Banjir di Kulonprogo”, Hasil Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2009. Tidak dipublikasikan.Simmons, et al. (2002).

Page 108: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Samuelson, Kevin M, et.al. 1954. “Valuing Mitigation: Real Estate Market Response to Hurricane Loss Reduction Measures”, Southern Economic Journal 2002, 68(3), 660-671.

Siswoko. 2005. “Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya”. Makalah Pelantikan Pengurus HATHI Cabang Sulsel Periode 2005-2008. Makasar, 19 Maret 2005.

Suparmoko . 2006. Panduan dan Analisis Valuasi Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.

Susanto, Ermawan. 2010. “Empowering Community Of Code's River Flowing Area In Covering Flood Disarter”, Jurnal Penelitian Humaniora. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negri Yogyakarta.

Suratmo, Gunawan F. 1990. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”. Universitas Gajah Mada.

Watson, C.J, et.al. 1993. Statistic for Management and Economics. Englewood Cliffs. NJ, USA. Prentice Hall Inc.

Widiati, Ati. 2008. “Aplikasi Manajemen Risiko Bencana Alam Dalam Penataan Ruang Kebupaten Nabire”, Jurnal Sain dan Teknolgi Indonesia Vol.10/No.1/April 2008.

Worosuprojo, Suratman. 2012. “Manajemen Bencana Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang Harmonis Dengan Alam di Indonesia”. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pj dan Sig 2012.

Yapin, Du. 2003. “The Value Of Improved Water Quality For Recreation In East

Lake, Wuhan, China: An Application Of Contingent Valuation And Travel

Cost Methods”, Wuhan, China.

Page 109: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LAMPIRAN

Page 110: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 1

PANDUAN KUESIONER

UNTUK VALUASI EKONOMI MITIGASI BANJIR

VALUASI EKONOMI MITIGASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO

(Studi Kasus Di Daerah Rawan Banjir eks Karisidenan Surakarta)

I. Identitas Responden

1) Nama :

2) Umur :

3) Jenis Kelamin : ( ) Pria ( ) Wanita

4) Alamat :

II. Variabel Sosial Ekonomi

1) Berapa pendapatan bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………

2) Pendidikan: ( ) SD ( ) D1 ( ) S2 ( ) SMP ( ) D3 ( ) S3 ( ) SMA ( ) S1

3) Pekerjaan: ( ) Swasta ( ) PNS ( ) Pelajar/mahasiswa ( ) Lainnya: ……………

4) Berapa jumlah anggota keluarga bapak/ibu/sdr?……………

5) Pengeluaran respoden sebagai pendekatan berapa pendapatan responden.

a. Berapa biaya konsumsi bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………

b. Berapa biaya pendidikan anak bapak/ibu/sdr tiapbulan?Rp…………

Page 111: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Berapa biaya listrik bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………

d. Berapa biaya air bersih bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………

e. Berapa biaya transportasi bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………

f. Berapa biaya hiburan bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp………… +

Jumlah pendapatan Rp…………

III. Variabel Fisik

1) Berapa jarak rumah bapak/ibu/sdr dengan sungai bengawan solo?…………m

2) Apakah rumah bapak/ibu/sdr tergolong masih dalam kawasan pemukiman?

( ) Ya ( ) Tidak

Apakah rumah bapak/ibu/sdr tergolong daerah rawan banjir?

( ) Ya ( ) Tidak

3) Berapa kerugian yang bapak/ibu/sdr harus tanggung rata-rata per tahun jika

rumah tergenang banjir?

4) Berapa Tinggi genangan banjir didaerah bapak/ibu/sdr?………cm

5) Berapa lama genangan banjir didaerah bapak/ibu/sdr? …………

6) Berapa sering didearah bapak/ibu/sdr terjadi banjir?…………

IV. Variabel Willengness To Pay (WTP)

1) Dalam bentuk apa bapak/ibu/sdr melakukan tindakan mitigasi

bencana?…………

Page 112: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Berapa kemampuan membayar bapak/ibu/sdr untuk melakukan tindakan mitigasi

untuk mengurangi risiko dampak banjir? Rp…………

Page 113: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 2

WTP Pendapatan Usia Pendidikan Anggota Keluarga

Jarak (m)

Tinggi Genangan

(cm)

200.000 1.200.000 56 SD 8 100 75

250.000 985.000 63 SD 4 100 30

100.000 1.300.000 37 SMA 4 10 50

150.000 960.000 38 SMA 3 10 75

8.000.000 3.000.000 35 SMA 6 50 75

750.000 870.000 63 SD 7 5 75

300.000 1.800.000 61 SMP 2 30 50

3.000.000 744.000 34 SMA 2 10 50

0 750.000 27 SD 9 5 50

0 810.000 45 SD 3 5 50

15.000 620.000 63 SD 2 15 75

45.000 670.000 32 SMA 6 15 75

10.000.000 810.000 48 SMA 4 15 75

10.000.000 1.550.000 50 SMA 7 15 75

0 810.000 70 SD 8 10 75

101.000 950.000 43 SD 6 15 50

100.000 1.000.000 34 SMP 4 5 50

0 1.520.000 38 SMP 5 20 50

0 1.500.000 40 SD 4 10 30

750.000 720.000 65 SD 6 10 75

400.000 1.070.000 60 SD 7 10 50

0 858.000 84 SD 3 10 30

101.000 1.500.000 48 SD 6 20 50

30.000.000 1.240.000 53 SMP 4 150 50

10.000.000 1.365.000 66 D3 3 100 50

300.000 627.000 55 SD 4 56 50

5.000.000 510.000 33 SD 5 200 75

10.000.000 900.000 70 SD 2 5 50

5.000.000 720.000 60 SD 2 200 50

12.000.000 1.050.000 52 SMP 3 150 75

3.000.000 1.027.000 71 SD 4 50 75

8.000.000 490.000 33 SMP 2 100 75

30.000.000 2.300.000 50 SMA 3 15 75

Page 115: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15.000.000 1.560.000 87 SMA 5 100 75

13.000.000 2.465.000 43 SD 6 15 75

10.000.000 500.000 65 SD 5 300 50

2.500.000 1.200.000 40 SMP 3 500 50

10.000.000 5.000.000 54 SMA 4 200 75

5.000.000 1.235.000 50 SD 3 200 75

7.000.000 640.000 64 SD 4 150 75

8.000.000 1.340.000 54 D2 2 500 100

8.000.000 1.230.000 46 SMP 5 100 50

0 1.455.000 49 SMA 5 400 50

0 910.000 41 SD 3 10 300

0 930.000 44 SD 5 10 300

0 900.000 40 SMP 4 150 150

300.000 650.000 53 SD 4 150 150

0 915.000 43 SMA 3 200 100

0 1.075.000 33 SMA 3 10 300

0 1.205.000 46 SMA 3 20 100

250.000 770.000 62 SMA 3 20 100

0 785.000 37 SD 5 200 100

200.000 1.500.000 51 SD 5 150 150

0 635.000 59 SD 2 150 150

0 950.000 43 SMA 4 5 300

0 1.055.000 62 SD 4 200 100

0 1.055.000 60 SD 4 20 300

300.000 780.000 53 SD 3 200 100

0 780.000 45 SMA 4 150 100

0 620.000 50 SD 3 200 100

300.000 790.000 45 SMA 5 200 100

250.000 1.030.000 37 SD 5 200 100

10.000.000 2.540.000 35 SMA 4 1000 50

10.000.000 1.200.000 55 SD 3 1000 50

5.000.000 1.500.000 44 SD 4 1000 50

8.000.000 620.000 65 SD 4 700 50

8.000.000 780.000 50 SD 2 800 50

10.000.000 1.300.000 51 SMA 4 500 100

2.500.000 920.000 56 SMP 6 600 100

10.000.000 1.800.000 57 SD 5 700 75

7.000.000 744.000 62 SD 3 500 100

5.000.000 810.000 57 SMA 4 550 75

Page 116: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5.000.000 620.000 55 SD 2 650 75

10.000.000 2.500.000 45 S1 4 700 75

3.000.000 858.000 52 SMA 5 800 50

8.000.000 720.000 43 SD 2 750 50

4.000.000 1.240.000 39 SD 4 600 100

10.000.000 810.000 47 SMA 6 700 100

15.000.000 780.000 58 SD 4 700 75

8.000.000 920.000 64 SMP 3 600 100

3.000.000 635.000 72 SD 4 500 100

30.000.000 3.200.000 42 S1 4 500 100

10.000.000 1.055.000 51 SD 5 400 50

7.000.000 1.030.000 42 SMA 4 300 50

5.000.000 785.000 58 SD 4 400 50

15.000.000 3.200.000 44 S1 5 600 50

5.000.000 1.027.000 41 D3 5 200 100

2.500.000 770.000 61 SD 6 250 100

0 785.000 53 SD 6 300 100

5.000.000 1.500.000 42 SD 5 600 35

0 910.000 55 SD 6 400 35

0 930.000 54 SD 4 700 35

10.000.000 2.300.000 45 SMA 4 500 75

7.000.000 1.560.000 50 SMA 4 200 100

5.000.000 2.465.000 43 SMA 4 200 150

12.000.000 3.500.000 35 S1 3 200 100

5.000.000 1.055.000 49 SD 7 200 100

0 790.000 54 SD 6 500 75

3.500.000 1.340.000 40 SMA 3 600 50

5.000.000 1.230.000 38 SMA 4 550 50

0 627.000 54 SD 2 500 57 0 960.000 56 SD 3 550 100

Page 117: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 3

Bencana di Indonesia pada tahun 2012

Jenis bencana Datacard

Meninggal

Luka-luka

Hilang Rumah rusak berat

Rumah rusak ringan

Menderita mengungsi

Aksi Teror / Sabotase

28 324 1233 0 0 0 0 4

Banjir 4188 18581 194574 2480 125307 202414 12080646 3851301 Banjir Dan Tanah Longsor

351 2190 40353 5256 42835 63043 446902 418735

Gelombang Pasang / Abrasi

195 148 217 46 3645 3781 32163 26538

Gempa Bumi 412 15551 70035 1513 503180 709609 604564 2877500 Gempa Bumi Dan Tsunami

38 167768 3979 6333 324908 97221 4327068 462272

Hama Tanaman 18 40 0 0 0 0 0 0 Kebakaran 2124 302 1270 6 28069 1613 80574 80831 Kebakaran Hutan Dan Lahan

119 8 13483 0 9 0 1690 2264

Kecelakaan Industri

26 73 38005 2 10432 0 840 19509

Kecelakaan Transportasi

167 2172 2245 1620 2 13 788 0

Kekeringan 1413 2 0 0 0 0 172 0 Kelaparan 2 55 112 0 0 0 0 0 Klb 119 1515 41080 0 0 0 6248 0 Konflik / Kerusuhan Sosial

95 5995 3986 476 4485 31481 296838 55759

Letusan Gunung Api

122 78598 2171 7 402 3877 16210 163908

Perubahan Iklim 17 137 55 0 0 1 0 0 Puting Beliung 1898 239 2178 7 29376 35198 176199 22373 Tanah Longsor 1709 1707 1943 141 9585 7095 19412 39881 Tsunami 13 3519 273 2957 20079 630 0 238

Page 118: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 4

Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta

No. Tanggal

Lokasi Korban Jiwa Kerugian Rumah Rusak Berat

Keterangan Kabupaten/

Kota Wil.Terkena

Dampak Mening

gal Pengungsi

(juta Rp)

1 19/04/2007 Sragen 8 Kec. - - > 4000 - -

2 Des-07 Sragen 18 Kec. 5 12.96

6 7.035 83 -

3 Des-07 Surakarta 3 Kec. - 745 21.004 3.761 -

4 Des-07 Sukoharjo 6 Kec. - 2.415 10.919 182 -

Page 119: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 5

Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan

No. Pendapatan (Rupiah) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. < 500.000 2 2 2. 500.000-<1.000.0000 52 50 3. 1.000.000-<2.000.000 37 36 4. 2.000.000-<3.000.000 7 7

5. >5.000.000 4 4 Jumlah 102 100

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%) 1. Tamat SD 55 54 2. Tamat SMP 11 11 3. Tamat SMA 29 28 4. Diploma 3 3 5. Sarjana 4 4

Jumlah 102 100

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia

No. Tingkat Usia (tahun) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. < 40 21 21 2. 41 – 50 29 28 3. 51 – 60 32 32 4. 61 – 70 16 15 5. > 70 4 4

Jumlah 102 100

Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga

No. Daerah Jumlah Anggota Keluarga Prosentase (%)

1. Langenharjo 100 23 2. Mbutuh 78 18 3. Sawahan 88 21 4. Kedungringin 73 17 5. Nglogok dan

Dungwuluh 90 21

Jumlah 429 100

Page 120: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karakteristik Responden Menurut Jarak

No. Jarak (m) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. <50 32 31 2. 51-00 7 7 3. 101-300 28 27 4. 301-500 13 13 5. >500 22 22

Jumlah 102 100

Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan

No. Tinggi Genangan (cm) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. <50 38 37 2. 51-100 54 53 3. 101-200 5 5 4. >200 5 5

Jumlah 102 100

Page 121: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 6

Tindakan Mitigasi Masyarakat

No. Nama Alamat Jenis Tindakan Mitigasi

1. Ahmadi Kedungrinngin RT10 RW 02, Waru

Meninggikan rumah

2. Priyo Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo

Membuat plapon diatap rumah

3. Hari Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo

Menanam pohon

4. Wiyono Sawahan RT02/10, Sangkrah

Persiapan tenda

Lampiran 7

Regresi Linier Berganda

Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)

No Nama Variabel Koefisien t hitung Prob.

1 2 3 4 5 6 7

Konstan Pendapatan Pedidikan Usia Anggota keluarga Jarak Tinggi genanangan

-9.4468 2.1473 0.0307 0.3855 -0.0571 0.0019 -0.0156

-1.0047 1.3631 1.2893 1.8135 -0.3180 2.0232 -3.2867

0.3176 0.1761 0.2004 0.0729 * 0.7512 0.0459** 0.0014**

R-squared Adjusted R-squared Durbin-Watson stat

0.2624 0.2158 1.6917

F-statistic Prob (F-statistic)

5.6335 0.0000

Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression

Variabel Nilai r2 Nilai R2 Keterangan Pendapatan Pendidikan Usia Anggota keluarga Jarak Tinggi genangan

0.0658 0.0048 0.0658 0.0030 0.0840 0.1316

0.2624 0.2624 0.2624 0.2624 0.2624 0.2624

Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas

Page 122: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Uji White

White Heteroskedacity Test : F-statistic

Obs*R-squared 1.1875 14.0780

Probability Probability

0.3043 0.2957

Uji B-G Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test : F-statistic Obs*R-squared

2.1384 2.2688

Probability Probability

0.1469 0.1320

Page 123: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 8

Aliran Sungai Bengawan Solo

+ 26,1% wilayah Propinsi

Jateng 27,5% wilayah Propinsi

Jatim

Page 124: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 9

Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia

Lampiran 10

Kerangka Pemikiran

Lampiran 11

Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi

EFEK LANGSUNG Melalui system kehidupan – mekanisme biologis

Kesehatan manusia: kematian , trauma, stress akibat banjir, khawatir akan banjir

Produktifitas ekonomi dari ekosistem: menurunnya permintaan akan developer, menurunnya nila i properti

Dampak ekosistem lainnya: penggunaan rekreasional menurun, keberagaman ekologi,

EFEK TIDAK LANGSUNG Melalui system kehidupan

Kerusakan akibat banjir pada property, peningkatan biaya produksi, meningkatnya waktu perja lanan

Ketegangan antar komunitas, waktu/usaha/energi politisi

Rasa estetika daerah yang terkena banjir

Pra Bencana Manajemen

Bencana/Tindakan Mitigasi

Bencana Paska Bencana

Fisik dan Non-Fisik

Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana

Banjir Besar Membuat Waduk

Banjir Kecil

Pendangkalan dan Perubahan Struktur

Sungai

Banjir Besar 2007-2012

Page 125: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 12

Alur Tindakan Mitigasi

Banjir Besar 2007-2012

Konsolidasi dan Sosialisasi

Pemerintah daerah

Tindakan Mitigasi

Organisasi Masyarakat (MPRS)

Masyarakat

Relokasi

DPR Daerah

Page 126: digilib.uns.ac.id/Valuasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 13

Proses Penanganan Bencana

Peringatan dari BPBD

Kepala Desa Informasi Penduduk Lokal

RT & RW

Lembaga non Pemerintah

Masyarakat

Pemerintah

Bantuan

Evakuasi Dapur Umum

Posko Bencana

Informasi