digilib.uns.ac.id/valuasi...digilib.uns.ac.id
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
SKRIPSI
Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo
(Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta)
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
DWI HARJONO SAPUTRO
F0108057
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
v Hidup adalah rintangan yang harus dihadapi, perjuangan
yang harus dimenangkan, rahasia yang harus digali dan
anugerah yang harus dipergunakan
v Tuhan mempunyai rencana yang beda untuk hamba-Nya dan
yakinlah bahwa Tuhan telah menyiapkan rencana indah untuk
setiap hamba-Nya
v Hal kecil membentuk kesempurnaan tetapi kesempurnaan
bukanlah hal kecil
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini
untuk keluarga dan orang-orang terdekatku
yang selalu memberikan
harapan, semangat dan cinta dengan
sepenuh hati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta)
DWI HARJONO SAPUTRO
F0108057
Banjir Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir di wilayah Eks Karisidenan Surakarta yang rawan terjadinya bencana banjir. Penelitian valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir dilakukan dengan menggunakan contingent valuation methods (CVM). Penghitungan besarnya willingness to pay (WTP) untuk mengurangi risiko bencana banjir dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP dengan pendekatan CVM. Subjek penelitian ini adalah warga sekitar daerah aliran sungai Bengawan Solo di Eks karisidenan Surakarta meliputi Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar dan Sragen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jarak dan tinggi genanggan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Sedangkan usia mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 10%. Jadi variabel usia, jarak dan tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi bencana banjir.
Agar tindakan mitigasi dapat berjalan dengan baik upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi.
Kata kunci : mitigasi, usia, jarak, tinggi genangan, fisik dan non-fisik, contingent valuation methods (CVM), willingness to pay (WTP),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul VALUASI
EKONOMI MITIGASI BENCANA BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO (Studi
Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta). Skripsi ini disusun untuk
memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan,
masukan, serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Dr. Suryanto, S.E, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
dengan penuh perhatian, kesabaran dan memberikan pengarahan yang sangat
berharga bagi penulis.
2. Dr. Wisnu Untoro, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. Supriyono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Nurul Istiqomah, S.E, M.Si., selaku pembimbing akademis.
5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Kedua orang tua, kakak, dan adik atas kasih sayangnya dan tak hentinya
memberi doa, nasehat, semangat, dan dukungan untuk menyelesaikan studi.
7. Sahabat-sahabat seperjuanganku EP 2008, yang telah memberi dukungan baik
moril maupun materiil.
8. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses pembuatan hingga
skripsi ini selesai.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan serta pihak-pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juli 2012
Dwi Harjono Saputro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bencana ................................................................. 11
2.2 Konsep Bencana Banjir .......................................................... 12
2.3 Manajemen Resiko Bencana……………………………… ... 13
2.4 Partisipasi Masyarakat ............................................................ 21
2.5 Konsep Masyarakat Tahan Bencana ....................................... 22
2.6 Mitigasi Bencana..................................................................... 23
2.7 Valuasi Ekonomi ..................................................................... 27
2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................... 30
2.9 Kerangka Pemikiran................................................................ 35
2.10 Hipotesis……………………………………………………. 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 36
3.2 Tehnik Pengambilan Sampel ................................................. 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
3.3 Desain penelitian ................................................................... 38
3.4 Definisi Operasional Variabel ............................................... 38
3.5 Tehnik Analisis Data ............................................................. 40
a. Analisis Deskriptif Kualitatif ............................................. 40
b. Regresi Linier Berganda .................................................... 40
1. Uji F ............................................................................ 43
2. Uji .......................................................................... 44
3. Uji t ............................................................................. 44
4. Multikolinieritas ......................................................... 46
5. Heteroskedastisitas...................................................... 46
6. Autokorelasi ................................................................ 47
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo ........................... 49
a. Kondisi Geografis................................................................. 49
b. Luas Sungai Bengawan Solo ................................................ 49
c. Kondisi Meterologi Sungai Bengawan Solo ........................ 50
d. Kondisi Topograi Sungai Bengawan Solo ........................... 51
e. Kondisi Geologi Sungai Bengawan Solo ............................. 52
4.2 Karakteristik Responden .................................................. 53
a. Pendapatan .......................................................................... 53
b. Tingkat Pendidikan ............................................................ 54
c. Usia ..................................................................................... 54
d. Jumlah Anggota Keluarga .................................................. 55
e. Jarak .................................................................................... 56
f. Tinggi Genanga................................................................... 57
4.3 Analisis Deskriptis Penelitian ............................................ 58
a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo ................................ 58
b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo.............................. 59
c. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah .................. 63
1. Pengendalian Tata Ruang ................................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2. Pengaturan Debit Banjir...................................................... 66
3. Peningkatan Peran Masyarakat ........................................... 67
4. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air ................................... 68
5. Penyediaa Dana................................................................... 68
6. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan
Rencana Tindak Darurat ................................................... 68
4.4 Analisis Data Kuantitatif ................................................... 72
a. Regresi Linier Berganda .................................................... 72
b. Uji Asumsi Klasik.............................................................. 73
1. Multikolinieritas ......................................................... 73
2. Heteroskedastisitas...................................................... 74
3. Autokorelasi ................................................................ 75
4. Uji F ............................................................................ 75
5. Uji .......................................................................... 76
6. Uji t ............................................................................. 76
4.5 Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi .................. 82
a. Pengaruh pendapatan terhadap kemampuan untuk membayar
(WTP) ............................................................................... 82
b. Pengaruh pendidikan terhadap kemampuan untuk membayar
(WTP) ............................................................................... 83
c. Pengaruh usia terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)
................................................................................ 84
d. Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap kemampuan untuk
membayar (WTP) ............................................................. 84
e. Pengaruh jarak terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)
................................................................................ 85
f. Pengaruh tinggi genangan terhadap kemampuan untuk membayar
(WTP) ............................................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 87
B. Saran ....................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Bencana di Indonesia Pada Tahun 2012........................................ 3
Tabel 1.2 Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta
....................................................................................................... 6
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan............. 53
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................ 54
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia ........................... 55
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga...... 55
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jarak ....................................... 56
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan .................... 57
Tabel 4.3 Tindakan Mitigasi Masyarakat ...................................................... 65
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)
....................................................................................................... 73
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression ......... 74
Tabel 4.8 Uji White........................................................................................ 74
Tabel 4.9 Uji B-G Test................................................................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo ........................................................ 3
Gambar 2.1. Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia................. 28
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35
Gambar 3.1 Kurva Distribusi Normal ................................................................ 45
Gambar 4.1 Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi...................................... 58
Gambar 4.2 Proses Penanganan Bencana .......................................................... 61
Gambar 4.3 Alur Tindakan Mitigasi.................................................................. 63
Gambar 4.4 Uji T Untuk Variabel Pendapatan.................................................. 77
Gambar 4.5 Uji T Untuk Variabel Pendidikan ................................................... 78
Gambar 4.6 Uji T Untuk Variabel Usia............................................................. 79
Gambar 4.7 Uji T Untuk Variabel Jumlah Anggota Keluarga .......................... 80
Gambar 4.8 Uji T Untuk Variabel Jarak............................................................ 81
Gambar 4.9 Uji T Untuk Variabel Tinggi Genangan ........................................ 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta)
DWI HARJONO SAPUTRO
F0108057
Banjir Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir di wilayah Eks Karisidenan Surakarta yang rawan terjadinya bencana banjir. Penelitian valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir dilakukan dengan menggunakan contingent valuation methods (CVM). Penghitungan besarnya willingness to pay (WTP) untuk mengurangi risiko bencana banjir dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP dengan pendekatan CVM. Subjek penelitian ini adalah warga sekitar daerah aliran sungai Bengawan Solo di Eks karisidenan Surakarta meliputi Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar dan Sragen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jarak dan tinggi genanggan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Sedangkan usia mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 10%. Jadi variabel usia, jarak dan tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi bencana banjir.
Agar tindakan mitigasi dapat berjalan dengan baik upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi.
Kata kunci : mitigasi, usia, jarak, tinggi genangan, fisik dan non-fisik, contingent valuation methods (CVM), willingness to pay (WTP),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Jateng mulai merasakan bencana
banjir. Sejumlah waduk mengalami penyusutan debit air, dan ribuan hektar sawah
mengalami puso dan terancam gagal panen akibat tergenang air. Di tingkat
nasional terdapat 3 wilayah di Jateng yang mengalami kerusakan terparah akibat
banjir selama kurun waktu 2005 sampai 2009 yaitu Wonogiri, Grobogan dan
Gunung Kidul (DIBI, 2009).
Kondisi tersebut di akibatkan oleh iklim tropis Provinsi Jawa Tengah yang
terletak antara 5o40'-8o30' LS dan antara 108o30'-111o30' BT menjadikan potensi
dan ancaman bencana. Dampak dari bahaya iklim tersebut adalah banjir,
kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin. Kejadian bencana alam karena
iklim dalam sepuluh tahun terakhir diantaranya adalah banjir di Demak,
Semarang, Brebes, Cilacap, Kebumen dan Purworejo; kekeringan di Demak,
Grobogan dan Wonogiri; kebakaran lahan di lereng Lawu, Merbabu, Merapi,
Sumbing dan Slamet; terjadi pula badai angin terjadi di Kabupaten Karanganyar,
Boyolali, Klaten dan bagian selatan Provinsi Jawa Tengah. (Bappeda Provinsi
Jawa Tengah, 2008).
Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah Sungai
Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di Provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT dan 6o49’LS
sampai 8o08’ LS. Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat
alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai.
Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 19.778 km2, terdiri dari
4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas ±
16.100 km2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan seluas ± 1.517 km2,
DAS kecil di kawasan pantai utara seluas ± 1.441 km2 dan DAS Kali Lamong
seluas ± 720 km2. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di WS
Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali
Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan
sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing ± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2.
Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung
berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142
m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo
Hilir adalah ± 6.273 km2. Secara administratif WS Bengawan Solo mencakup 17
(tujuh belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu:
Kabupaten : Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar,
Sragen,Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi,
Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik dan Pacitan.
Kota : Surakarta, Madiun dan Surabaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo (Sumber: BBWS Surakarta)
Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi pada saat ini. Lebih
lanjut disebutkan bahwa banjir di Indonesia pada tahun 2012 adalah bencana yang
terbesar yaitu 32% yaitu 4.188 dari keseluruhan bencana di Indonesia, hal tersebut
digambarkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Bencana di Indonesia pada tahun 2012
Jenis bencana Datacard
Meninggal
Luka-luka
Hilang Rumah rusak berat
Rumah rusak ringan
Menderita mengungsi
Aksi Teror / Sabotase
28 324 1233 0 0 0 0 4
Banjir 4188 18581 194574 2480 125307 202414 12080646 3851301
Banjir Dan Tanah Longsor
351 2190 40353 5256 42835 63043 446902 418735
Gelombang Pasang / Abrasi
195 148 217 46 3645 3781 32163 26538
Gempa Bumi 412 15551 70035 1513 503180 709609 604564 2877500
Gempa Bumi Dan Tsunami
38 167768 3979 6333 324908 97221 4327068 462272
Hama Tanaman 18 40 0 0 0 0 0 0
+ 26,1% wilayah Propinsi
Jateng 27,5% wilayah Propinsi
Jatim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(Sumber: DIBI 2012, data diolah)
Contoh banjir yang terjadi di indonesia yaitu: Banjir di Banyumas dan
Purworejo akibat luapan Sungai Ijo dan Sungai Kecepak, Banjir di Sumatra Utara
akibat luapan Sungai Batang Serangan Tanjungpura, Banjir di Jakarta Utara
akibat dari luapan sungai Cisadane dan Ciliwung, termasuk banjir di Surakarta
akibat dari luapan sungai Bengawan Solo.
Bengawan Solo salah satu DAS yang sering terlanda banjir, curah hujan
yang tinggi menyebabkan sungai tidak mampu menampung aliran permukaan
(runoff), sehingga terjadi banjir luapan. Pada tahun 2004 terdapat 760.771,3
hektar lahan kritis di Jawa Tengah, Surakarta menempati urutan Urutan kedua di
DAS Bengawan Solo (194.086,34 hektar) utamanya di wilayah Kabupaten
Kebakaran 2124 302 1270 6 28069 1613 80574 80831
Kebakaran Hutan Dan Lahan
119 8 13483 0 9 0 1690 2264
Kecelakaan Industri
26 73 38005 2 10432 0 840 19509
Kecelakaan Transportasi
167 2172 2245 1620 2 13 788 0
Kekeringan 1413 2 0 0 0 0 172 0
Kelaparan 2 55 112 0 0 0 0 0
Klb 119 1515 41080 0 0 0 6248 0
Konflik / Kerusuhan Sosial
95 5995 3986 476 4485 31481 296838 55759
Letusan Gunung Api
122 78598 2171 7 402 3877 16210 163908
Perubahan Iklim 17 137 55 0 0 1 0 0
Puting Beliung 1898 239 2178 7 29376 35198 176199 22373
Tanah Longsor 1709 1707 1943 141 9585 7095 19412 39881
Tsunami 13 3519 273 2957 20079 630 0 238
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Wonogiri (84.068,57 hektar). Wilayah rawan banjir sungai bengawan solo di eks
Karisidenan Surakarta adalah: Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen.
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan
volume air akibat hujan deras, luapan air sungai atau pecahnya bendungan. Banjir
juga dapat terjadi di daerah yang gersang dengan daya serap tanah terhadap air
yang buruk atau jumlah curah hujan melebihi kapasitas serapan air. Pada bagian
lain, sempadan sungai banyak digunakan untuk hal–hal diluar peruntukannya,
sehingga mengakibatkan kapasitas basah sungai menurun. Berkurangnya
kemampuan dan fungsi DAS tersebut mengakibatkan banjir di daerah hilir
(BBWS Surakarta). Kejadian banjir itu sangat merugikan warga, mulai dari
kerugian material maupun non-material. Kerugian-kerugian yang ditimbulkan
dari kerusakan fasilitas umum antara lain: Rusaknya prasarana pengairan
(bendungan, irigasi, tanggul), rusaknya prasarana transportasi umum, rusaknya
pemukiman dan pertanian (rumah tinggal, sawah, tambak, dst), kegagalan panen,
gangguan kesehatan, timbulnya korban jiwa, pengungsian penduduk,
terganggunya pelaksanaan pendidikan, dan pelayanan umum yang lainnya.
Berikut ini catatan kejadian dan dampak banjir yang terjadi di Provinsi Jawa
Tengah khususnya di eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 yang diperoleh Dinas
Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tabel 1.3 Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta
No. Tanggal
Lokasi Korban Jiwa Kerugian Rumah Rusak Berat
Keterangan Kabupaten/
Kota Wil.Terkena
Dampak Mening
gal Pengungsi
(juta Rp)
1 19/04/2007 Sragen 8 Kec. - - > 4000 - -
2 Des-07 Sragen 18 Kec. 5 12.96
6 7.035 83 -
3 Des-07 Surakarta 3 Kec. - 745 21.004 3.761 -
4 Des-07 Sukoharjo 6 Kec. - 2.415 10.919 182 -
(Sumber:Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah 2007)
Pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Sragen melaporkan kerugian
material akibat banjir yang melanda wilayah Sragen mencapai Rp 192 miliar.
Kerugian terbanyak disebabkan oleh rusaknya pertanian dan infrastruktur seperti
jalan, jembatan serta sekolah yang terendam banjir. Selain itu banjir yang berasal
dari luapan Bengawan Solo itu telah merendam tidak kurang dari 9.000 rumah
penduduk di 97 desa yang tersebar di 14 kecamatan. Ratusan rumah di antaranya
tenggelam dan saat genangan air surut, terhitung sedikitnya 57 rumah yang roboh
dan sama sekali tidak bisa ditempati.
Sektor pertanian merasakan dampak yang paling parah dari banjir
tersebut. Selain membuat 7.389 hektar tanaman padi puso, jaringan irigasi juga
mengalami kerusakan cukup parah, 10.729 hektare areal pertanian yang terendam
air berhari-hari sehingga membuat tanaman musnah. “Total kerugian sementara
dari sektor pertanian mencapai Rp 44 miliar lebih. Banjir juga merusakkan 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
jembatan penghubung antar desa di Sragen rusak. Sementara sarana pendidikan
yang tidak bisa lagi dipergunakan untuk proses belajar mengajar mencapai 33 unit
(Tempo Interaktif, 2008).
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008 mengalami kerugian akibat
Banjir dan Tanah Longsor: Data sementara kerugian bencana di Karanganyar
yaitu prasarana jalan Rp 11,234 miliar, prasarana jembatan, talut dan gorong-
gorong Rp 22,733 miliar, prasarana irigasi Rp 23 miliar, prasarana drainase Rp
3,118 miliar, prasarana pendidikan Rp 9,493 miliar, total Rp 69,578 miliar.
Kerusakan lahan pertanian akibat bencana alam: Tasikmadu 17 hektare Padi
akibat banjir, Kebakkramat 52 hektare Padi akibat banjir, 4 hektare kacang tanah
akibat banjir, Gondangrejo 6 hektare padi akibat banjir, Mojogedang 32 hektare
padi akibat banjir, Jatiyoso 82,97 hektare padi, jagung, sayuran akibat tanah
longsor, Tawangmangu 0,4 hektare ubi kayu akibat tanah longsor, 200 rumpun
pisang akibat tanah longsor, Karangpandan 0,5 hektare padi akibat tanah longsor,
Kerjo 0,3 hektare padi akibat tanah longsor (Solo Pos, 2008).
Kota Surakarta mengalami kerugian akibat luapan Sungai Bengawan Solo
ditaksir kerugian mencapai Rp 22 milliar lebih. Kerugian yang paling besar akibat
banjir tersebut di daerah bantaran sungai bengawan solo (Solo Pos, 2008).
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukoharjo
memperkirakan kerugian meteril akibat banjir di Kecamatan Mojolaban dan
Grogol mendekati Rp. 1 miliar. Dari data sementara diketahui kerugian terutama
disebabkan adanya kerusakan insfrastruktur. Kabupaten Wonogiri mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kerugian mencapai Rp 700 juta di mana rumah yang terendam mencapai 219
buah, tanaman yang rusak 58 hektare dan 158 ribu ekor lele yang hanyut terbawa
banjir.
Berdasarkan paparan yang telah disebutkan banjir Bengawan Solo sudah
seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-
upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban
banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin
bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir
adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah disebutkan,
diketahui bahwa bencana banjir yang sering terjadi dalam suatu wilayah daerah
aliran sungai (DAS) dan banjir sering terjadi saat musim penghujan pada setiap
tahunnya. Bencana ini menimbulkan kerugian harta dan benda bahkan korban
jiwa yang sangat besar. Kerugian tersebut dapat diminimalisir apabila kita
melakukan persiapan sebelum datangnya banjir. Dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan serta menghindari terjadinya dampak bencana
yang lebih luas, maka upaya pengelolaan DAS perlu diselenggarakan secara
terpadu dengan menggunakan konsep mitigasi perlu dilakukan. Oleh karena itu
untuk menangani resiko harus melibatkan partisipasi masyarakat. Untuk itu
dibutuhkan penelitian mengenai kesediaan masyarakat untuk menghindari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kerugian yang lebih besar, karena penelitian mengenai mitigasi bencana banjir
belum banyak dilakukan.
1.3 Tujuan Penelitian
Bertolak dari hal tersebut maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian
ini adalah:
1. Mendeskripsikan wilayah rawan banjir di kota eks Karisidenan
Surakarta ditinjau dari kondisi sosial, ekonomi masyarakat terkena
resiko banjir.
2. Melakukan Valuasi Ekonomi Mitigasi risiko bencana banjir wilayah
eks Karisidenan Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar pihak–pihak yang berkepentingan dapat
memperoleh data tentang valuasi ekonomi mitigasi penanganan banjir daerah
penelitian dan upaya yang dilakukan pada daerah aliran sungai tersebut, oleh
karena itu manfaat yang dapat diperoleh antara lain :
1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi dalam melakukan mitigasi saat terjadi bencana banjir.
Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan dasar dalam melakukan diagnosis bencana banjir secara cepat,
obyektif, tepat dan rasional. Selain itu hasil penelitian ini dapat
membantu pihak-pihak terkait yang menangani DAS di daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
penelitian dalam upaya mengelola DAS secara terpadu dan
berkelanjutan.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang daerah rawan banjir dan kerentanannya, sehingga diharapkan
akan memiliki kesadaran dan dapat berpartisipasi aktif dalam
melestarikan ekosistem DAS.
3. Sebagai masukan untuk pengembangan kajian ilmiah maupun studi
lanjutan tentang banjir pada suatu sungai dan upaya pengelolaan DAS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bencana
Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor
non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Pengertian secara khusus dijelaskan dalam UU No.27 tahun 2007, sebagai
kejadian akibat peristiwa alam atau karena perbuatan orang, yang menimbulkan
perubahan sifat fisik dan atau hayati pesisir, dan mengakibatkan korban jiwa,
harta, dan atau kerusakan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dua makna
bencana baik secara umum maupun secara khusus, mengandung arti bahwa tinggi
rendahnya risiko dampak bencana bergantung pada kerentanan setiap komponen
yang terkena dampak. Mileti dan Gottschlich dalam Hardoyo, dkk.,(2011)
sebelumnya telah mengungkap tentang 3 sistem utama yang mengalami kerugian
akibat bencana yaitu lingkungan fisik (physical environment), sosial
kependudukan (socio-demographic), dan lingkungan terbangun (built
environment). Karakteristik dari ketiga sistem tersebut menentukan derajat atau
tingkat kerugian dari sebuah bencana alam.
a. Lingkungan fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sistem ini berkaitan dengan proses fisik alami bumi yang selalu
berubah dan dinamis, seperti perubahan iklim dan proses geologi.
Kedinamisan pada sistem ini berimplikasi pada kondisi yang tidak menentu
pada suatu lingkungan hidup.
b. Sosial kependudukan
Sistem ini berkaitan dengan distribusi dan komposisi penduduk yang
mempengaruhi jumlah dan karakteristik penduduk yang terkena bencana.
c. Lingkungan terbangun
Sistem ini berkaitan dengan kepadatan bangunan dan fasilitas umum
yang menentukan besarnya kerusakan yang akan terjadi dalam sebuah
peristiwa alam.
2.2 Konsep Bencana Banjir
Menurut Dolcemascolo (2004) bencana banjir dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok yaitu banjir meteorologi (meteorological drought), banjir hidrologi
(hydrological drought), dan banjir pertanian (agricultural drought). Banjir
meteorologi mengacu pada kesalahan perkiraan hujan akan berakhir tetapi
biasanya kejadian seperti ini dianggap sebagai bencana. Jenis banjir hidrologi dan
pertanian keduanya berdampak pada kehidupan manusia pada umumnya. Banjir
hidrologi berhubungan dengan berkurangnya cadangan air tetapi ini tergantung
juga pada permintaan lokal. Banjir pertanian mengacu pada kesalahan waktu,
frekuensi dan intensitas hujan di mana hal itu akan berdampak pada sektor
pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Lokasi banjir adalah lokasi yang biasanya berhubungan dengan tanah yang
marginal, pertanian subsistem, kurangnya cadangan bibit. Daerah banjir biasanya
juga amat tergantung pada sistem cuaca yang lain guna mendapatkan sumber-
sumber daya air. Selain hal tersebut, daerah-daerah tersebut memiliki
penyimpangan kelembaban tanah yang rendah.
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya bencana banjir adalah
berkurangnya pendapatan untuk para petani, berkurangnya daya beli dari sektor
pertanian, meningkatnya harga makanan pokok, naiknya tingkat inflasi,
memburuknya status gizi, kelaparan, penyakit, kematian, berkurangnya sumber
air minum, migrasi, meledaknya komunitas, hilangnya ternak.
2.3 Manajemen Risiko Bencana
Menurut Spengler (dalam Susanto, 2010), manajemen risiko patut
diterapkan dan dikembangkan dan merupakan salah satu langkah preventif dalam
aktivitas akuatik. Tindakan pencegahan dilakukan untuk meminimalisir
kemungkinan risiko yang lebih parah yaitu kematian.
Menurut Wijayanti (2008) secara umum manajemen risiko bencana alam
dapat dilaksanakan melalui beberapa cara berikut:
a. Pengaturan pemanfaatan ruang (spasial)
Pengaturan pemanfaatan ruang dapat dimulai dengan pemetaan daerah
rawan bencana, kemudian mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk
pembangunan berintensitas tinggi ke luar area rawan bencana, sedangkan
pemanfaatan ruang di daerah rawan bencana diatur secara tepat dan optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Keteknikan
Umumnya berupa rekayasa teknis terhadap lahan, bangunan, dan
infrastruktur yang disesuaikan dengan kondisi, keterbatasan, dan ancaman
bencana.
c. Peningkatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat
Mengingat permasalahan akibat bencana alam cukup rumit, bahkan
seringkali menimpa kawasan dengan kondisi masyarakat yang cukup rentan
terhadap kemiskinan, kuragnya kewaspadaan, ketidakberdayaan, berlokasi
jauh dari pusat pemerintahan dan sulitnya aksesibilitas, maka dalam
manajemen risiko bencana alam hal ini dapat diatasi melalui peningkatan
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi tingkat
kerentanan dan keterisolasian mereka. Untuk mewujudkannya, diperlukan
elemen berikut:
1. Adanya tokoh penggerak masyarakat.
2. Tersedianya konsep penanggulangan dan penanganan bencana alam yang
jelas.
3. Adanya objek aktivitas masyarakat yang jelas.
4. Kuatnya kohesivitas masyarakat setempat.
5. Bahasa komunikasi kerakyatan yang tepat berbasis pada kearifan budaya
lokal.
6. Jaringan informasi yang setiap saat mudah diakses.
d. Kelembagaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Terkai dengan kelembagaan ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Struktur organisasi dan tata cara kerja yag jelas.
2. Fungsi perencanaan, pelaksaaan, dan pengawasan yang aplikatif.
3. Tercukupinya ketersediaan sumberdaya manusia, pembiayaan dan
perlengkapan.
Untuk mewujudkan kelembagaan manajemen risiko bencana secara
optimal, diperlukan kerja sama berbagai institusi, berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2005, telah dibentuk badan Koordinasi
Nasional Penaganan Bencana (Bakornas PB) pada level nasional, Satuan
Koordinasi Pelaksana (Satkoriak) PB di tingkat provinsi, dan Satuan Pelaksana
(Satiak) PB di tingkat kota/kabupaten.
Menurut Siswoko (2005) Upaya pengelolaan dataran banjir (flood plain
management) merupakan salah satu komponen kegiatan non-struktur (non
structural measures) dalam rangka mengatasi masalah banjir. Komponen lainnya
antara lain penanggulangan banjir (flood fighting) yang merupakan komponen
kegiatan Satkorlak/Satlak penanggulangan bencana, prakiraan dan peringatan
dini, konservasi tanah dan air (penghijauan dan reboisasi, pengendalian erosi)
penataan ruang di DAS (daerah aliran sungai) hulu dan penataan permukiman,
flood proofing, penetapan sempadan sungai, penegakan hukum, penyuluhan,
manajemen sampah dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Upaya non-struktur yang berupa pengelolaan dataran banjir (flood plain
management). Dalam kaitan ini terdapat tiga kondisi alternatif yang dapat
ditempuh, yakni:
a) Dataran banjir yang belum dikembangkan sehingga penataan
ruang/pembudidayaannya dapat mengikuti pola pengelolaan dataran banjir
yang benar sehingga risiko atau kerugian apabila terjadi genangan/banjir
minimal. Perangkat lunak yang diperlukan berupa peta zona dataran banjir
(flood zone map) untuk masukan bagi revisi penataan ruang yang telah
ada.
b) Dataran banjir yang telah terlanjur berkembang dan penataan ruangnya
tidak mungkin untuk direvisi. Untuk itu perlu upaya-upaya khusus seperti
melakukan flood proofing terhadap bangunan, serta memodifikasi atau
menyesuaikan peruntukan bangunan/ruangan yang berisiko tinggi
tergenang banjir.
Berbagai upaya flood proofing antara lain dengan meninggikan
lantai bangunan, memodifikasi bangunan, membangun tanggul keliling
dilengkapi pompa, meninggikan jalan, membangun jalan layang.
Perangkat lunak yang diperlukan berupa peta risiko banjir (flood risk map)
dan rambu-rambu peringatan yang menunjukkan ketinggian/kedalaman
genangan banjir yang telah lewat maupun kemungkinan bisa terjadi.
c) Penertiban lahan yang berupa daerah manfaat sungai/daerah sempadan
sungai termasuk bantaran sungai yang merupakan zona terlarang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dibudidayakan. Upaya ini boleh jadi merupakan upaya paling sulit
dilaksanakan mengingat lahan di sepanjang kanan kiri tebing sungai pada
umumnya telah dipenuhi bangunan baik yang legal maupun ilegal dari
permanen maupun berupa gubuk-gubuk sederhana.
Menurut Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, Sinergi antara
penanganan fisik dan non-fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat
diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut:
a. Pengendalian tata ruang.
Pengendalian tata ruang dilakukan dengan menggunakan perencanaan
penggunaan ruang sesuai dengan kemampuannya untuk mempertimbangkan
permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya serta
penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah
memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.
b. Pengaturan debit banjir
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan fisik
berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem drainase
perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir. Pengaturan daerah
rawan banjir. Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:
1. Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).
2. Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan
sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan di
sepanjang aliran sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Peningkatan peran masyarakat.
Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir
diwujudkan dalam:
a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini ysmg Berbasis Masyarakat
b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun
dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.
c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak
melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang
untuk:
1) Mengubah aliran sungai.
2) Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di
dalam atau melintas sungai.
3) Membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun
yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang
diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,
4) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau
bahan lainnya.
5) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat
(melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi,
rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas-fasilitas umum,
Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat
lainnya dan lain-lain)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir
antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan:
1) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan,
kawasan budidaya dan kawasan lindung).
2) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak.
3) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia,
maupun mekanis.
4) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.
e) Penyediaan Dana
Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan
dikelola sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir.
2) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang
rawan banjir
3) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
f) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan
Rencana Tindak Darurat
Agar efektif, di masa yang akan datang sistem peringatan dini
datangnya banjir di WS Bengawan Solo harus berpusat secara kuat
pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sampai hulu. Dengan penerapan sistem ini, akan dapat memberikan
informasi lebih dini bagi masyarakat yang kemungkinan akan terkena
bencana sehingga ada kesempatan bagi masyarakat untuk
menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya.
Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh
sehingga dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi
ketika diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan
mudah dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai
kondisi dan tingkat resiko bencana. Komponen inti sistem peringatan
dini datangnya banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari:
1) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan top-
down.
2) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini.
3) Pendekatan multi bencana.
4) Pembangunan kesadaran masyarakat.
Mendasari semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan
politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi
masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang
terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan
didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk
menanggapi harus diciptakan melekat dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2.4 Partisipasi Masyarakat
Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup, apabila berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
pemerintah dan apabila setiap masyarakat menjalankan secara objektif dan tidak
hanya mengutamakan kepentingan dirinya atau kelompoknya saja, maka kerugian
yang akan timbul tidak akan berarti dibandingkan manfaatnya (Suratmo,
1990:157)
Manfaat pertisipasi masyarakat:
a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana pembangunan
didaerah, sehingga dapat mengetahui dampak apa yang akan terjadi baik yang
positif maupun yang negatif, dan cara menanggulangi dampak negatif yang
akan dan harus dilakukan.
b. Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuannya mengenai masalah lingkungan,
pembangunan dan hubungan, sehingga pemerintah dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawabnya dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
c. Masyarakt dapat menyampaikan informasi dan pendapatan atau persepsinya
kepada pemerintah terutama masyarakat di tempat proyek yang akan terkena
dampak.
d. Pemerintah mendapatkan informasi-informasi dari masyarakat yang belum
atau tidak ada dalam laporan Amdal, sehingga kebijaksanaan atau keputusan
yang akan diambil akan lebih tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
e. Apabila masyarakat telah mengetahui cukup banyak mengenai proyek
tersebut termasuk dampak (positif dan negatif) dan usaha-usaha apa saja yang
akan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif, sedangkan dari pihak
pemerintah dan pemrakarsa proyek mengetahui pendapat-pendapat
masyarakat serta keinginanya atau hal-hal apa yang diperlukan, sehingga
salah paham atau terjadinya konflik dapat dihindari.
f. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan
dapat dinikmati dan apabila mungkin meningkatkan manfaat tersebut (dampak
positif) dan ikut menekan atau menghindari diri terkena dampak negatif.
g. Dengan adanya ikut aktifnya masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
sejak tahap penyusunan Amdal, biasanya perhatian dari instasi pemerintah
yang bertanggungjawab dan pemrakarsa proyek pada masyarakat akan
meningkat.
2.5 Konsep Masyarakat Tahan Bencana
Twigg (2007) menyatakan pengurangan risiko bencana (PRB)
merupakan sebuah konsep yang luas dan relatif baru. Ada beberapa
definisi berbeda dari istilah ini dalam literatur teknis, tetapi PRB secara umum
dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakan-
kebijakan, strategi-strategi dan praktik-praktik guna untuk meminimalkan
kerentanan dan risiko bencana di masyarakat. PRB adalah sebuah pendekatan
sistematis untuk mengidentifikasi, mengkaji dan mengurangi risiko-risiko
bencana. PRB bertujuan untuk mengurangi kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
terhadap bencana dan menangani bahaya-bahaya lingkungan maupun bahaya-
bahaya lain yang menimbulkan kerentanan.
Banyak upaya telah dilakukan untuk mendefinisikan ‘ketahanan’.
Berbagai macam definisi dan konsep akademis yang ada dapat membingungkan.
Agar lebih mudah bila kita bekerja dengan definisi-definisi luas dan karakteristik-
karakteristik yang umum dipahami. Dengan pendekatan ini, system atau
ketahanan masyarakat dapat dipahami sebagai:
a. Kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang
menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi
b. kapasitas untuk mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan struktur-
struktur dasar tertentu, selama kejadian-kejadian yang mendatangkan
malapetaka
c. kapasitas untuk memulihkan diri atau ‘melenting balik’ setelah suatu
kejadian
‘Ketahanan’ pada umumnya dipandang sebagai suatu konsep yang lebih
luas dari pada ‘kapasitas’ karena konsep ini memiliki makna yang lebih tinggi
dari pada sekedar perilaku, strategi-strategi dan langkah-langkah pengurangan
serta manajemen risiko tertentu yang biasa dipahami sebagai kapasitas.
2.6 Mitigasi banjir
Coburn et al. (1992) mendefinisikan mitigasi bencana sebagai
pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh suatu
bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
luas dari aktifitas-aktifitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin
diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat,
sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk
menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.
Dalam usaha mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, seringkali
penanganan masalah banjir ditekankan pada usaha struktural dan dibebankan
secara keseluruhan kepada pemerintah. Hal ini tentunya harus dihindari karena
masyarakat merupakan elemen penting. Seperti kasus di kota Jakarta, dalam
mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, usaha pemerintah berupa perbaikan
sistem pembuangan air, normalisasi saluran, dan pembangunan tanggul, apabila
tidak didukung oleh kesadaran masyarakat dalam memeliharanya, maka tidak
akan berjalan optimal.
Daerah tidak akan bisa dikatakan bebas dari banjir karena kemungkinan
terjadi debit yang sama atau bahkan melampui debit rencana akan selalu ada
dalam setiap tahunnya, karenanya usaha yang bisa dilakukan dalam mengatasi
banjir adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh banjir atau yang
lebih dikenal sebagai mitigasi (Farid, 2010).
Banjir adalah jenis bencana yang sebenarnya dapat diantisipasi oleh
masyarakat. Kasus-kasus bencana alam seperti halnya banjir tidak mungkin
dihadapi oleh individu-individu. Corbun, et al. (1992) juga menyatakan bahwa
mitigasi bencana hanya dapat berhasil jika ada satu konsensus bahwa hal tersebut
memang dikehendaki, masuk akal, dan dapat diupayakan. Di banyak tempat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bahaya-bahaya individual yang mengancam tidak pernah diketahui. Langkah-
langkah yang dapat diambil untuk melindungi mereka tidak diketahui dan
tuntutan masyarakat agar diri mereka dilindungi tidak kunjung datang.
Perencanaan mitigasi harus bertujuan untuk mengembangkan “kultur keamanan”
bencana di mana orang-orang sadar secara penuh akan bahaya-bahaya yang
mereka hadapi, melindungi diri mereka sejauh mereka dapat lakukan dan secara
penuh mendukung upaya-upaya yang dibuat demi perlindungan bagi mereka.
Langkah-langkah yang dilakukan di dalam mitigasi banjir meliputi usaha
struktural dan usaha non-structural, Rahayu, 2008 (dalam Farid, 2010). Usaha
struktural terkait dengan pembangunan maupun pemeliharaan sarana dan
prasarana fisik dari bangunan pengendali banjir seperti saluran, pompa, dan pintu
air. Sedangkan yang termasuk usaha non-struktural dalam mitigasi banjir
biasanya menyangkut kebijakan seperti pengendalian tata ruang, peningkatan
kesadaran masyarakat, dan sistem peringatan dini.
Menurut Worosuprojo, (2012) pada seminar nasional “Manajemen
Bencana Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan
Masyarakat yang Harmonis dengan Alam di Indonesia” mitigasi bencana dapat
dibedakan menjadi 2 pendekatan yakni:
a. Mitigasi Struktural (pembangunan fisik) yang terdiri dari:
1. Penataan Ruang: konservasi hutan mangrove, hutan pantai, terumbu
karang, gumuk pasir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Pembangunan Infrastruktur: pembangunan rumah aman gempa, tanggul
laut, pemecah gelombang talud tebing, rumah panggung, dll.
b. Mitigasi non-struktural (penyadaran & peningkatan kemampuan masyarakat)
yang terdiri dari:
1. Pendidikan dan pelatihan,
2. Penyuluhan/sosialisasi,
3. Simulasi/gladi lapangan.
Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi pra bencana,
tanggap darurat, dan pasca bencana.
a. Tahap sebelum kejadian (Pra-bencana); terdiri dari kewaspadaan dan
kesiapsiagaan Pembacaan tanda-tanda alam; dengan cara :
b. Dengan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), contoh: pemetaan
bencana, sistem deteksi, sistem peringatan dini, dan sistem informasi kilat.
c. Secara Alamiah, contoh mengenali: perubahan suhu, hembusan angin, sifat
gelombang, perilaku hewan, dan tanda-tanda lain.
d. Persiapan fisik dan mental
Antisipasi Prasarana Fisik, contoh pembuatan jalur pengungsian,
penyediaan tempat pengungsian, sistem trans & evakuasi, penyediaan air bersih
(MCK), penyediaan makanan & obat, penyediaan tenda, tandu, tikar, dll.
Sosialisasi Penanggulangan Bencana; contohnya kenal dan sadar bencana,
penggalangan komitmen, perencanaan penanggulangan, penyuluhan pelatihan
gladi lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
a. Tahap saat kejadian (saat bencana): kesigapan tanggap darurat.
1. Penyelamatan diri.
2. Bertahan hidup (survival).
b. Tahap Setelah kejadian (Pasca bencana); semangat dan kegigihan.
1. Perbaikan (rehabilitasi), mencakup 2 hal:
Rehabilitasi Orang (korban), contoh: mental/kejiwaan,
fisik/kesehatan, kegiatan keseharian, mobilitas sosial. Rehabilitasi
Fasilitas Fisik, contoh: hunian sementara, sanitasi, fasilitas keseharian,
prasarana mobilitas.
2. Pembangunan kembali (rekonstruksi), mencakup 2 hal:
Rekonstruksi Fisik; contoh rumah & lingkungan, prasarana
transport, prasarana ekonomi, prasaran pendidikan, prasarana ibadah.
Rekonstruksi Non-fisik; contoh tekad, semangat, keuletan, kegigihan,
kebersamaan.
Macam informasi bencana yang diperlukan dalam manajemen bencana
adalah: kerawanan (susceptibility), bahaya (hazard), bencana (disaster), risiko
(risk), tata ruang berbasis bencana, infrastruktur pendukung evakuasi, sosialisasi
dan pelatihan.
2.7 Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi lingkungan digunakan untuk memudahkan perbandingan
antara nilai lingkungan hidup (environmental value) dan nilai pembangunan
(development values) (Kurniawan, dkk.,2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Menurut Sanim, 2006 (dalam Kurniawan, dkk.,2009) valuasi ekonomi
lingkungan seharusnya merupakan suatu bagian integral dari prioritas
pembangunan sektoral dalam menentukan keseimbangan antara konservasi dan
pembangunan, serta dalam memilih standar lingkungan.
Valuasi pada dasarnya adalah member nilai moneter kepada sumber daya
alam dan lingkungan. Teknik valuasi diperlukan karena ketidaktersediaan harga
sumber daya alam dan lingkungan di pasar (Fauzi, 2006). Teknik yang sering
digunakan untuk valuasi ekonomi adalah teknik contingent valuation. Menurut
Patunru (1994) mendefinisikan contingent valuation sebagai suatu pendekatan
survei untuk valuasi barang dan jasa non market berdasarkan kuesioner untuk
mendapatkan informasi tentang nilai barang dan jasa dalam pertanyaan. Nilai
yang diperoleh untuk barang dan jasa dikatakan contingent atas sifat pasar yang
dibangun (hipotetis atau disimulasi) dan barang dan jasa digambarkan dalam
skenario survei.
Gambar 2.1. Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia (Freeman, 1979)
EFEK LANGSUNG Melalui system kehidupan – mekanisme
biologis
Kesehatan manusia: kematian , trauma, stress akibat banjir, khawatir akan banjir
Produktifitas ekonomi dari ekosistem: menurunnya permintaan akan developer, menurunnya
Dampak ekosistem lainnya: penggunaan rekreasional menurun, keberagaman
EFEK TIDAK LANGSUNG Melalui system kehidupan
Kerusakan akibat banjir pada property, peningkatan biaya produksi, meningkatnya waktu perja lanan
Ketegangan antar komunitas, waktu/usaha/energi
Rasa estetika daerah yang terkena banjir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Contingent valuation method merupakan suatu metode untuk
mendapatkan estimasi nilai terutama jumlah yang mau dibayarkan individu atau
rumah tangga untuk barang lingkungan tertentu. Freeman (1979)
mengklasifikasikan banyak alur di mana kualitas lingkungan berdampak pada
manusia, seperti tingkat risiko banjir, banjir, dan gempabumi. Ia menyatakan
bahwa efek ini mungkin bersifat langsung atau tidak langsung melalui sistem
organisme lain. Gambar 2.1. menunjukkan sumber potensial dari efek langsung
dan tidak langsung tersebut.
Teori utilitas dasar digunakan dalam studi ini untuk memberi pedoman
model teoritis dalam menggambarkan willingness to pay (WTP) untuk
pengendalian banjir dan perbaikan ekologi. Diasumsikan bahwa individu
mamaksimumkan utilitasnya dengan kendala anggaran yang dimiliki. Dalam studi
ini, utilitas rumah tangga dapat digambarkan dengan suatu vektor market goods,
X, dan nonmarket goods, Z. Nilai barang public nonmarket, yang tidak memiliki
harga dan hanya dapat disediakan dalam jumlah tetap, ditunjukkan oleh WTP
untuk nonmarket goods, yang akan berhubungan dengan surplus konsumen atau
area di bawah kurva permintaan bagi nonmarket goods (Samuelson, 1954).
Problem optimisasi ini ditunjukkan dengan persamaan:
Maksimumkan U(X,Z) subject to 3i Pi, Xi < Y (1)
Di mana Y adalah pendapatan dan P adalah vektor harga untuk barang yang
dipasarkan dalam vektor X untuk menyelesaikan problem optimisasi ini, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dibuat fungsi permintaan untuk market good, yang ditunjukkan dengan
persamaan:
Xi = Xi (P,Z,Y) (2)
Sementara itu untuk meminimumkan fungsi pengeluaran, dengan level utilitas
given, ditunjukkan oleh persamaan (3) yang dapat digunakan untuk menurunkan
fungsi WTP:
Minimumkan 3iPi, Xi = M subject to U(X,Z) = U* (3)
U* merupakan reference level dari utilitas dan M adalah pengeluaran uang
minimum yang diperlukan untuk mencapai U*. Dengan memecahkan persamaan
(3), maka diperoleh fungsi pengeluaran rumah tangga:
E = E (P,Z,U*)
2.8 Penelitian Terdahulu
Kim (2002) penelitian Kim menggunakan menggunakan metode analisis
CVM. Studi ini menemukan bahwa faktor individu (pendapatan, pendidikan,
informasi, dan keterikatan masyarakat), kualitas air faktor daerah (lokasi
perumahan dan kedekatan dengan sungai) memiliki dampak positif pada kemauan
untuk membayar dan faktor daerah lebih kuat dari faktor individu dalam
memprediksi kemauan untuk membayar kualitas air. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa orang-orang hilir memiliki perhatian yang lebih besar untuk
perlindungan lingkungan sehingga memiliki WTP yang lebih rendah untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas air. Sebaliknya, orang yang hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
hulu yang memiliki masalah lingkungan yang lebih rendah memiliki WTP yang
lebih tinggi untuk kualitas air.
Yapin (2003) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis
CVM dan TCM. Hasil dari penelitian ini investigasi biaya perjalanan, telah
menunjukkan bahwa kualitas air yang lebih baik menggeser kurva permintaan ke
luar. Sedikit perbedaan kelengkungan dari fungsi permintaan utama.
Perkiraan CVM telah mengambarkan mirip tren. Tapi tindakan tersebut lebih
tinggi dari nilai yang diperkirakan melalui biaya perjalanan. Sebagian
besar menunjukkan nilai penggunaan situs rekreasi sebagai konsumsi yang baik
kecuali keperluan rekreasi. Danau telah melayani tujuan lain seperti budidaya
ikan dan pasokan air, nilai tersebut tidak tercermin baik dalam pengukuran biaya
perjalanan atau nilai-nilai CV, karena itu percaya bahwa kedua perkiraan
mengecilkan nilai guna sebenarnya dari danau. Penilaian Kontinjensi adalah
variable independen dari biaya perjalanan dan jumlah pengunjung.
Responden sebenarnya bergantung pada pendapatan, pendidikan, dan
penghakiman responden terhadap kualitas air danau. Umur dan jenis
kelamin tampaknya tidak memiliki banyak dampak pada kontingen penilaian.
Cho dan Kim (2004) penelitian ini menggunakan menggunakan metode
analisis CVM. Hasil dari penelitan ini dimana variabel jenis kelamin, umur,
pendapatan dan pembelian air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP.
Variabel tahun dan ukuran rumah (famno) menunjukan hasil tidak signifikan
terhadap WTP. Penelitian ini menjelaskan bahwa WTP diperkirakan akan cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
untuk membayar penuh biaya penyediaan kualitas air daerah-
daerah metropolitan Seoul yang lebih baik . Penelitian ini memfokuskan
pada biaya ekonomi dan manfaat bagi peningkatan kualitas air rumah
tangga Paldang Reservoir di Korea.
Saptutyningsih dan Suryanto (2009) penelitian ini menggunakan
menggunakan metode analisis SIG dan Hedonic Price. Tingkat kerawanan
wilayah banjir tertinggi di DIY adalah Kabupaten Kulonprogo khususnya di
Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, dan Kecamatan Panjatan. Kecamatan
Temon tingkat kerentanan tertinggi adalah pada sawah irigasi, Kecamatan Wates
tingkat kerentanan tertinggi adalah tegalan dan kebun, serta Kecamatan Panjatan
tingkat kerentanan tertinggi pada tegalan dan kebun juga. Dalam penelitian ini
terdapat variabel karakteristik properti dan tanah, lingkungan, risiko banjir,
kesadaran masyarakat, dan sosial ekonomi. Penelitian menunjukkan bahwa semua
koefisien-koefisien secara signifikan berbeda dari nol. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa tinggi tingkat genangan banjir dapat menekan harga dari
properti dan nilai tanah. Rata-rata kesediaan membayar (MWTP) untuk
penurunan unit ketinggian tingkat genangan banjir diperkirakan mencapai jumlah
yang wajar Rp 2.175.00. Berdasarkan ukuran rendah (MWTP) tidak
ada pengaruhnya terhadap variabel sosial ekonomi, untuk itu perlu
menyosialisasikan pada masyarakat tentang kesadaran risiko bencana. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran terhadap risiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
bencana banjir, sehingga dampak yang disebabkan oleh bencana banjir dapat
diminimalkan di masa depan.
Simmons, et al. (2002) penelitian ini menggunakan menggunakan metode
analisis Hedonic Price. Hasil dari penelitian ini adalah dari kedua
model menunjukkan bahwa mitigasi, baik retrofit (tirai badai) dan konstruksi
(SII), sangat signifikan terhadap harga penjualan kembali rumah. Variable
individu signifikan terhadap jenis asuransi diri untuk melakukan tindakan mitigasi
dan variabel struktural dalam model retrofit menunjukan hubungan
signifikan. Koefisien pada tirai badai menggambrakan bahwa rata-rata harga
untuk rumah sekitar $ 80.000, dengan adanya badai tirai menambahkan lebih dari
5% harga jual. Namun, pesan dari penelitian ini adalah bahwa ada ruang
kebijakan untuk memberikan tindakan mitigasi dengan sukarela dan secara
insentif bagi penduduk
Harahap dan Hartono (2007) penelitian ini menggunakan menggunakan
metode analisis Hedonic Price. Hasil dari penelitian ini dihasilkan bahwa: (i)
ketersediaan fasilitas air minum dan air pompa mempengaruhi harga rumah di
perkotaan, sementara ketersediaan fasilitas toilet yang dilengkapi dengan tangki
septik mempengaruhi harga rumah baik di perkotaan maupun di perdesaan; (ii)
penanganan sampah yang baik yaitu melalui pengumpulan oleh dinas terkait
mempengaruhi harga rumah di perkotaan dan perdesaan; (iii) besarnya kesediaan
membayar untuk air perpipaan dan air pompa di perkotaan sebesar Rp.6850 per
bulan, sementara kesediaan membayar untuk ketersediaan fasilitas toilet dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
tangki septik mencapai Rp.15.800 per bulan, dan kesediaan membayar untuk
pengangkutan sampah oleh Dinas terkait mencapai Rp.1.950 per bulan. Dalam
regresi model logistik dihasilkan bahwa kondisi sosial ekonomi rumah tangga
yaitu umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala keluarga dan
pengeluaran per kapita mempengaruhi kemungkinan kepemilikan fasilitas air
minum yang baik yaitu air perpipaan atau air pompa, fasilitas sanitasi yang baik
berupa toilet dengan tangki septik dan fasilitas pengelolaan sampah dengan
diangkut Dinas terkait. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga,
semakin tinggi kemungkinan kepemilikan fasilitas air minum dan sanitasi yang
baik.
Kurniawan, dkk. (2009) penelitian ini menggunakan analisis pendukung
spasial dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), sedangkan untuk menghitung
Valuasi ekonomi menggunakan pendekatan Willingness to Pay (WTP) dan Travel
Cost Method (TCM) untuk mengetahui manfaat barang dan jasa yang dihasilkan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan air, biaya
dikeluarkan masyarakat sekitar KKMP, jumlah produksi, harga bahan baku
PDAM, luas sawah dan keuntungan produksi per luasan (hektar). Dari analisa
data yang dilakukan dapat diketahui setiap tahunnya menghasilkan nilai guna
langsung (direct use value) sebesar Rp. 1.199.918.615.100,- nilai guna tak
langsung (indirect use velue) sebesar Rp. 808.117.741.600. Nilai ekonomi total
dari sebagian jasa lingkungan KKMP setiap tahunnya adalah sebesar Rp.
2.072.501.086.700,-.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2.9 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
2.10 Hipotesis
Berdasarkan penelitan-penelitian yang sudah pernah dilakukan, maka
dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Variabel pendapatan mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi.
2. Variabel pendidikan mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi.
3. Variabel usia mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi.
4. Variabel jumlah anggota keluarga mempengaruhi secara positif terhadap WTP
mitigasi.
5. Variabel jarak pemukiman mempengaruhi secara positif terhadap WTP
mitigasi.
6. Variabel tinggi genangan mempengaruhi secara positif terhadap WTP
mitigasi.
Pendapatan
Pendidikan
Usia
Jumlah Anggota Keluarga
Jarak
Tinggi Genangan
Tindakan Mitigasi Bencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data. Metode yang
digunakan untuk memperoleh data primer adalah metode survei dengan teknik
wawancara langsung (direct interview) dengan dibantu daftar pertanyaan
(kuesioner).
Data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi dan lembaga-
lembaga terkait di wilayah banjir di eks Karisidenan Surakarta maupun literatur
pendukung lainnya. Instansi-instansi tersebut antara lain: Badan Pusat Statistik
(BPS), Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS), Badan Perencana
Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Bakornas,
dan lain-lain.
Jenis data sekunder yang diperlukan antara lain:
a. Data jumlah penduduk di eks Karisidenan Surakarta.
b. Karakteristik lokasi daerah rawan bencana di eks Karisidenan Surakarta.
c. Data sosial ekonomi masyarakat di eks Karisidenan Surakarta.
d. Data musyawarah desa di setiap kabupaten rawan banjir di eks Karisidenan
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dareah rawan banjir yang
tersebar di Eks Karisidenan Surakarta. Jumlah Kepala Keluarga daerah rawan
banjir yang berada di pemukiman sebanyak 2663 Kepala Keluarga.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
area proportional random sampling yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel
dimana setiap anggota populasi di tiap daerah mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Slovin yaitu (Djarwanto dan Subagyo, 1996):
Dimana:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang bisa ditolerir
1 : angka konstanta
Sesuai dengan rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yang akan
diambil dengan tingkat ketepatan 90% dalam penelitian ini adalah :
= 96,38074557 dibulatkan menjadi 100 responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berdasarkan penghitungan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 100 Kepala Keluarga daerah rawan banjir yang berada di pemukiman
tersebar di seluruh Eks Karisidenan Surakarta yaitu: Kabupaten Wonogiri,
Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Surakarta.
3.3 Desain Penelitian
Metode contingent valuation ini penerapannya dengan menggunakan
teknik survey sehingga disebut metode survey contingent valuation, dilakukan
dengan memberikan daftar kuisioner atau daftar pertanyaan kepada responden
tersampling. Pengisian kuisioner yang dirancang harus diisi oleh kepala rumah
tangga, mengingat variabel pendapatan keluarga dan juga keputusan jumlah biaya
maksimum yang ingin dibayar (WTP) merupakan variabel yang sangat diperlukan
validitasnya. Namun dengan demikian dimungkinkan untuk beberapa kasus
responden yang bukan kepala keluarga dapat mengisi kuisioner dengan catatan
telah mendapat persetujuan dari kepala keluarga.
3.4 Definisi Operasional Variabel
a. Dependent Variable
Variabel dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Willingness to pay adalah jumlah maksimum yang
mau dibayarkan oleh responden untuk mengurangi dampak banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Independent variable
Variabel independen (variabel bebas) yaitu variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.
Variabel-variabel independen dalam penelitian adalah:
1. Pendapatan
Pendapatan setiap responden perbulan yang terkena dampak banjir
bengawan solo.
2. Usia
Usia responden yang terkena dampak banjir bengawan solo.
3. Pendidikan
Pendidikan terakhir responden yang terkena dampak banjir bengawan
solo.
4. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh setiap responden yang berada
di daerah rawan banjir sungai bengawan solo.
5. Jarak
Lokasi pemukiman yaitu seberapa dekat pemukiman responden dengan
sungai bengawan solo.
6. Tinggi genangan
Tinggi genangan yang terjadi selama banjir didaerah rawan banjir sungai
bengawan solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
5.5 Tehnik Alat Analisis
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Nazir, (2005) metode deskriptif adalah suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripdi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendapatkan informasi
tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan
terhadap pelaksanaan program perkuatan serta kondisi lingkungan sosial
ekonomi dan daerah sampel. Analisis kualitatif merupakan cerminan keadaan
atau kondisi riil dilapang yang berupa data dan angka diperoleh dari pendapat-
pendapat berbagai unsur yang terlibat langsung dengan masyarakat yang
terkena dampak bencana banjir Bengawan Solo dengan kondisi ideal yang
diperoleh dari studi pustaka.
b. Regresi Linier Berganda
Hasil dari analisis diskriptif kuantitatif akan dinilai dengan
menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). CVM adalah metode
survei langsung pada sampel dengan populasi yang sesuai tentang willingness
to pay dan willingness to accept (WTA). CVM mempunyai dua keuntungan
dibandingkan metode tidak langsung. Pertama, CVM dapat mengambil dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
nilai sekaligus use value dan non-use value. Kedua, CVM jawaban pertanyaan
tentang WTP atau WTA dapat secara langsung dikoreksi secara teori dengan
ukuran moneter pada tingkat perubahannya (Lee, 1999 : 114). Aplikasi CVM
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.
1. Identifikasi masalah
2. Membuat kerangka masalah
3. Merumuskan pemecahan masalah
4. Merumuskan cara untuk pemecahan masalah (payment vehicle)
5. Mempersiapkan alat survei untuk mengetahui WTP/WTA secara individu,
yang terdiri dari pembuatan skenario hipotesis; pertanyaan tentang
WTP/WTA; dan membuat skenario tentang biaya kompensasi.
6. Menggunakan alat survei dengan sampel dari populasi yang sesuai
7. Menganalisis respon yang diperoleh sewaktu survei, yaitu dengan
menggunakan data sampel untuk mengestimasi survei yang akurat.
8. Menanggapi jawaban responden yang tidak sesuai dengan kenyataan
(protest responses)
Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur
pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap
variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan sebagai penyelesaian
adalah regresi linear berganda atas variabel dependen dengan variabel
independen dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Rumus:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Y= +
Di mana , adalah koefisien atau parameter
model. Model regresi linier berganda untuk populasi diatas dapat ditaksir
berdasarkan sebuah sempel acak yang berukuran n dengan model regresi
linier berganda untuk sampel, yaitu:
Dimana:
Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
WTP= f(
WTP = Kesesuaian responden untuk membayar
X1 = Pendapatan
X2 = Pendidikan
X3 = Usia
X4 = Jumlah anggota keluarga
X5 = Jarak pemukiman
X6 = Tinggi genangan
=Konstanta
=Standard error
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Uji F (F-test)
Untuk menguji apakah variabel independen secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji F dengan
rumus (Gujarati, 2003: 183) :
Dimana: R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen termasuk konstanta.
N = jumlah responden
Hipotesis yang digunakan untuk uji F, dirumuskan sebagai berikut:
H0 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0, secara bersama-sama variabel
Pendapatan, Pendidikan, Usia, Jumlah Anggota Keluarga, Jarak, Tinggi
Genangan terhadap kemauan membayar untuk mengurangi dampak banjir.
Ha ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0, secara bersama-sama variabel
Pendapatan, Pendidikan, Usia, Jumlah Anggota Keluarga, Jarak, Tinggi
terhadap kemauan membayar untuk mengurangi dampak banjir.
Apabila nilai probabilitas F hitung lebih besar dari level signifikansi,
maka H0 diterima dan bila nilai probabilitas F hitung lebih kecil dari level
signifikansi, maka H0 ditolak yang berarti bahwa input-input yang digunakan
berpengaruh secara bersama-sama terhadap hasil produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap naik turunnya variabel dependen
atau menunjukkan berapa persen (%) variasi variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat ketepatan regresi ditunjukkan
oleh besarnya koefisien determinasi (R2) yang besarnya antara 0 ≤ R2 ≤ 1.
Koefisien determinasi 0 berarti variabel independen sama sekali tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen dan jika mendekati 1 variabel
independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen (Rahayu, 2007:
53)
e. Uji t (t-test)
Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang bertujuan
untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen.
Dengan menggunakan rumus t hitung (Rahayu, 2007: 50) :
keterangan : = koefisien regresi
Se = standart error
Untuk hipotesisnya menggunakan rumus:
Ho = = β2 = β3 = β4 = β5 = 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Artinya: semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependent.
Ha = ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ ≠0
Artinya: semua variabel independent merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependent.
1. Penghitungan nilai t, yaitu:
α = 0,05
df = N – k
dimana N merupakan jumlah observasi dan k adalah jumlah input atau
variabel independen termasuk konstanta.
2. Kriteria pengujian
Daerah tolak daerah tolak
-t (α/2; n-k) t (α/2; n-k)
Gambar 3.1 Kurva Distribusi Normal
3. Kesimpulan:
-t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel berarti H0 diterima. Ini berarti variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen. t hitung > t tabel atau t
hitung < -t tabel berarti H0 ditolak. Ini berarti variabel independen mempengaruhi
variabel dependen.
daerah terima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
f. Uji asumsi klasik
1. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan
yang linear atau mendekati linear diantara variabel-variabel penjelas.
Akibat adanya multikolinearitas (Priyatno, 2009: 59-60) :
a) Nilai standard error untuk tiap koefisien menjadi tinggi, sehingga t
hitung menjadi rendah.
b) Standard error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya
variabel independen.
c) Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas
adalah dengan menggunakan metode Auxiliary Regression dengan
pendekatan Koutsiyannis, yaitu membandingkan nilai r2 dengan nilai R2.
Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas jika nilai r2 < R2
(Rahayu, 2007: 109).
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Apabila varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini
heteroskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan Uji White. Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
White dilakukan dengan cara membandingkan nilai Obs*R-Squared
dengan nilai χ2 tabel. Nilai χ2 tabel dalam penelitian ini sebesar 18,3
dengan df = 10 dan α = 5%. Model dikatakan terbebas dari masalah
heteroskedastisitas apabila nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari nilai χ2
tabel (Rahayu, 2007: 104).
3. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang
(data cross section). Secara sederhana dapat dikatakan model klasik
mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan
observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang
berhubungan dengan pengamatan lain.
Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan
menggunakan Uji Breusch-Godfrey (B-G Test). Langkah-langkah
pengujian Uji Breusch-Godfrey (B-G Test) sebagai berikut (Rahayu, 2007:
103) :
a) Mengestimasi persamaan regresi untuk mendapatkan nilai residual
( ).
b) Meregres terhadap variabel bebas dan ...
c) Menghitung nilai (n-p) R2 – X2. Apabila lebih besar dari tabel chi-
square dengan df p, menolah hipotesa bahwa setidaknya ada satu
koefisien autokorelasi yang berbeda dengan 0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Jika regresi dilakukan dengan menggunakan Eviews maka dapat
dilihat dari nilai probabilitasnya. Model dikatakan terbebas dari
autokorelasi apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo
a. Kondisi Geografis
Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah
Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12%
dari seluruh wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT
dan 6o49’LS sampai 8o08’ LS.
Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat
alamnya Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat
alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang
melalui wilayah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal
dari hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanan dan
pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam
sekeliling berdasarkan keseimbangan daerah tersebut merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak sungai.
b. Luas Sungai Bengawan Solo
Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 19.778 km2, terdiri
dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo
dengan luas ± 16.100 km2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
seluas ± 1.517 km2, DAS kecil di kawasan pantai utara seluas ± 1.441 km2 dan
DAS Kali Lamong seluas ± 720 km2. DAS Bengawan Solo merupakan DAS
terluas di WS Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu,
Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS
Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing
± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun
mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi
(± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142 m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m),
sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo Hilir adalah ± 6.273 km2. Secara
administratif WS Bengawan Solo mencakup 17 (tujuh belas) kabupaten dan 3
(tiga) kota, yaitu: Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri,
Karanganyar, Sragen,Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi,
Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik dan Pacitan. Kota yang dilalui sungai
Bengawan Solo adalah Surakarta, Madiun dan Surabaya.
c. Kondisi Meteorologi Sungai Bengawan Solo
Wilayah Sungai (WS) Bengawan Solo merupakan daerah yang
beriklim tropis, dimana musim kemarau terjadi sekitar bulan Mei – Oktober
sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Nopember – April, dengan kelem-
baban rata-rata 80%, suhu bulanan rata-rata 26,7°C, lama penyinaran
rata-rata bulanan 6,3 jam, kecepatan angin rata-rata bulanan 1,2 m/det .
(Departemen Pekerjaan Umum, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
d. Kondisi Topografi Sungai Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo dan tiga wilayah sekitarnya, i) Sub Wilayah
Kali Lamong, ii) Kawasan Pantai Utara dan iii) Sub Wilayah Kali Grindulu
dan Kali Lorog. Wilayah Sungai Bengawan Solo dibagi menjadi dua bagian
wilayah utama, yaitu Wilayah Sungai Bengawan Solo Hulu dan Wilayah
Sungai Bengawan Solo Hilir, pada pertemuan dengan Kali Madiun. Wilayah
atasnya terbagi menjadi dua sub bagian wilayah : Sub SWS Bengawan Solo
Hulu dan Kali Madiun dengan luas masing-masing 6.072 km2 dan 3.755 km2,
oleh gunung Lawu.
Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng
gunung berbentuk kerucut, yakni gunung Merapi (2,914 m), gunung Merbabu
(3,142 m) dan gunung Lawu (3,265 m). Anak-anak sungainya banyak
membawa material sedimen dari hasil erosi pada lereng-lerengnya, sehingga
mengakibatkan sedimentasi yang tinggi di Bengawan Solo.
Wilayah Sungai Bengawan Solo Hilir mempunyai DPS seluas 6.273
km2 dan panjang alur sungai kira-kira 300 km mulai dari pertemuan dengan
Kali Madiun. Sungainya membentuk alur yang lebar dengan kemiringan
kecil/landai, melalui dataran aluvial dan menjadi daerah yang sering
digenangi banjir. Didekat muara, wilayahnya berawa dan luas, disebut Rawa
Jabung dan Bengawan Jero. Sebelah selatan Sub SWS Kali Madiun terdapat
Sub SWS Kali Grindulu dan Kali Lorog dengan luas 1.520 km2. Wilayahnya
dikelilingi oleh pegunungan Sewu dan Samudera Indonesia. Daerahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
curam, sehingga sungai-sungai di wilayahnya memiliki kemiringan yang
besar dengan arus yang cepat.
Sebelah utara Sub SWS Bengawan Solo Hilir terletak Kawasan Pantai
Utara, dengan sekumpulan sungai-sungai kecil mengalir dalam wilayah
sungai yang kecil di antara bukit-bukit di Rembang dan pantai utara Pulau
Jawa. Kawasan ini mempunyai luas sekitar 1.440 km2.
e. Kondisi Geologi Sungai Bengawan Solo
Ada 6 (enam) zone geo-morfologi memanjang dari Timur-Barat,
sejajar dengan garis pantai pulau Jawa yaitu: Zona Semarang-Rembang,
Rembang, Randublatung, Kendeng, Solo dan Pegunungan di selatan. Dimana
6 zona membentuk secara berselang zona tertekan dan zona terangkat,
disebabkan oleh aktivitas tektonik. Zona-zona Semarang-Rembang,
Randublatung dan Solo (daerah rendah) terbentuk oleh batuan dasar yang
terdepresi, dan tertutup endapan muda. Gunung api tunggal terdapat di zona-
zona Semarang-Rembang dan Solo. Zona Rembang dan Kendeng
(perbukitan) terbentuk oleh terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier (30-2
juta tahun yang lalu), sehingga, pada zona-zona tersebut tersebar batuan
sangat lunak dan tertutup material lepas tipis.
Pegunungan di sebelah selatan membentuk topografi yang curam oleh
terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier. Batuan dasar pada di wilayah ini
relatif keras dan keadaan bukit-bukit yang bergelombang terbentuk oleh erosi
dalam jangka lama pada batuan dasar tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4.2 Karakteristik Responden
Penelitian yang berjudul Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir di Eks
Karisidenan Surakarta dengan mengambil sampel sebanyak 102 responden yang
tersebar di 5 desa yakni Langenharjo, Sawahan, Mbutuh, Kedungringin, Nglogok
dan Dungwuluh. Karakteristik responden diuraikan di bawah ini:
a. Pendapatan
Tabel 4.1 menunjukan jumlah pendapatan yang diperoleh reponden
per bulannya. Persentase pendapatan responden yang paling banyak Rp
500.000,- sampai dengan kurang dari Rp 1.000.0000,- per bulan 50%
sebanyak 52 orang, sisanya kurang dari 500.000,- per bulan sebanyak 2 orang,
Rp 1.000.000,- sampai dengan kurang dari Rp 2.000.0000,- per bulan
sebanyak 37 orang, Rp 2.000.000,- sampai dengan kurang dari Rp
3.000.0000,- per bulan sebanyak 7 orang, dan lebih besar dari Rp 5.000.000,-
sebanyak 4 orang. Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata penduduk
didaerah rawan banjir adalah masyarakat tidak mampu atau kalangan bawah.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan
No. Pendapatan (Rupiah) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 500.000 2 2
2. 500.000-<1.000.0000 52 50
3. 1.000.000-<2.000.000 37 36
4. 2.000.000-<3.000.000 7 7
5. >5.000.000 4 4
Jumlah 102 100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan tingkat pendidikan atau lama
responden dalam mendapatkan pendidikan formal. Dari 102 responden yang
paling dominan berpendidikan sekolah dasar adalah 54%. Tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi pola pikir responden terhadap tindakan mitigasi
responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir
responden semakin rasional.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%)
1. Tamat SD 55 54
2. Tamat SMP 11 11
3. Tamat SMA 29 28
4. Diploma 3 3
5. Sarjana 4 4
Jumlah 102 100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berpendidikan
SD sebanyak sebanyak 55 responden dengan rincian yang berpendidikan SMP
sebanyak 11 responden, SMA sebanyak 29 responden, Diploma 3 responden
dan Sarjana 4 responden. Rata-rata pendidikan responden hanya lulus SD.
c. Usia
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, usia responden didaerah
rawan banjir yang termuda berumur 27 tahun dan yang tertua berumur 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
tahun. Pada Tabel 4.4 menggambarkan bahwa rata-rata responden di daerah
rawan banjir berada pada tingkat kelompok usia 51 – 60 tahun yakni sebanyak
32% dari total 102 responden yang telah diteliti. Hal itu membuktikan bahwa
rata-rata responden yang berada di daerah rawan banjir eks Karisidenan
Surakarta berada pada fase usia yang tidak produktif.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia
No. Tingkat Usia (tahun) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 40 21 21
2. 41 – 50 29 28
3. 51 – 60 32 32
4. 61 – 70 16 15
5. > 70 4 4
Jumlah 102 100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
d. Jumlah Anggota Keluarga
Pada Tabel 4.4 menunjukkan jumlah anggota keluarga yang berada di
daerah rawan banjir yaitu dusun Langenharjo, Mbutuh, Sawahan,
Kedungringin, Nglogok dan Dungwuluh. Dari 102 responden yang jumlah
anggota keluarga sebanyak 429 orang yang paling besar berada di desa
Langenharjo 23% sebanyak 100 orang dan sisanya di dusun Mbutuh 78 orang,
Sawahan 88 orang, Kedungringin sebanyak 73 orang, Nglogok dan
Dungwuluh 90 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
No. Daerah Jumlah Anggota Keluarga Prosentase (%)
1. Langenharjo 100 23
2. Mbutuh 78 18
3. Sawahan 88 21
4. Kedungringin 73 17
5. Nglogok dan Dungwuluh
90 21
Jumlah 429 100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Jumlah anggota keluarga responden sebagian besar lebih dari satu
kepala keluarga (kk) yang tinggal di satu rumah, meski ada beberapa
responden yang satu rumah satu kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga
yang paling sedikit 2 orang, sedangkan yang paling banyak 9 orang.
Jumlah anggota keluarga menunjukan kepadatan penduduk di daerah
rawan banjir eks Karisidenan Surakarta. Diharapkan jumlah anggota keluarga
dapat mempengaruhi responden terhadap tindakan mitigasi responden.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang berada dirumah diharapkan
dapat mempengaruhi responden terhadap tindakan mitigasi responden.
e. Jarak
Jarak yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam satuan
meter (m). Jauh dekatnya rumah responden dengan sungai Bengawan Solo
berpengaruh pada tindakan mitigasi yang digunakan responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo
semakin tinggi resiko terkena banjir dari dengan sungai Bengawan Solo.
Tidak semua penduduk yang jaraknya dekat melakukan tindakan mitigasi.
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jarak
No. Jarak (m) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. <50 32 31
2. 51-00 7 7
3. 101-300 28 27
4. 301-500 13 13
5. >500 22 22
Jumlah 102 100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Pada Tabel 4.5 menjelaskan bahwa rata-rata jarak rumah responden
sungai Bengawan Solo kurang dari 50 m yang artinya mayoritas responden
berada pada jarak ini. Jarak terdekat 5 m yang, sedangkan jarak terjauh 1000
m dengan sungai Bengawan Solo.
f. Tinggi Genangan
Tinggi genangan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan
dalam satuan centi meter (cm). Jauh dekatnya rumah responden dengan
Sungai Bengawa Solo berpengaruh pada tindakan mitigasi yang digunakan
responden.
Semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo
semakin tinggi resiko terkena banjir dari dengan sungai Bengawan Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan
No. Tinggi Genangan (cm) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. <50 38 37
2. 51-100 54 53
3. 101-200 5 5
4. >200 5 5
Jumlah 102 100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Pada Tabel 4.6 menjelaskan bahwa rata-rata tinggi genang dirumah
responden antara 51-100 cm yang artinya mayoritas responden berada pada
ketinggian ini. Ketinggian banjir yang paling dangkal adalah 30 cm,
sedangkan yang paling tinggi 300 cm.
4.3 Analisis Deskriptif Penelitian
a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa
(600 km) yang mengalir dari Pegunungan Sewu di Barat sampai Selatan
Surakarta ke Laut Jawa di utara Surabaya, dengan luas DAS 16.100 .
Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi pada saat ini. Bengawan
Solo salah satu DAS yang sering terlanda banjir, curah hujan yang tinggi
menyebabkan sungai tidak mampu menampung aliran permukaan (runoff),
sehingga terjadi banjir luapan. Banjir bengawan solo terjadi sejak dari dulu,
banjir yang terbesar terjadi pada tahun 1966. Pada saat itu pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
melakukan tindakan mitigasi dengan membangun waduk di Wonogiri yang
bernama waduk Gajah Mungkur dan juga melakukan normalisasi Sungai
Bengawan Solo dengan pelurusan struktur sungai, mengurangi pendangkalan
dan pembuatan tanggul baru di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo.
Setelah adanya tindakan mitigasi yang dilakukan pemerintah banjir berkurang,
baru pada tahun 2007 terjadi banjir besar lagi sampai tahun 2012. Kejadian
tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Gambar 4.1 merupakan sejarah banjir Sungai Bengawan Solo dari
tahun 1966 sampai dengan 2007 yang di mana banjir besar terulang kembali.
seperti yang dituturkan Pak Wiyono berikut ini:
Kejadian 1966 banjir gedhe (besar), sampai di sekitar Kraton dan Sriwedari. Setelah bendungan Wonogiri itu jadi agak lama tidak banjir, hanya saja kalau disini hujan deras bersamaan dari seputar kali Dengkeng (Klaten), Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali baru bisa terjadi banjir. Baru tahun 2007 terjadi banjir besar lagi sampai sekarang.
Banjir tersebut disebabkan oleh intensitas atau curah hujan yang tinggi
di berbagai daerah yang dilalui sungai Bengawan Solo, akibat terjadinya hujan
di bagian hulu dengan intensitas tinggi disertai pendangkalan sungai dan
perubahan struktur sungai di daerah Sub DAS Bengawan Solo Hulu maka
Banjir Besar Membuat Waduk
Banjir Kecil
Pendangkalan dan Perubahan Struktur
Sungai
Banjir Besar 2007-2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
terjadi banjir besar di seluruh DAS Bengawan Solo mulai tanggal 26
Desember 2007.
b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo
Banjir tahun 2007 adalah salah satu banjir besar yang terjadi di Sungai
Bengawan Solo. Seperti yang telah dipaparkan di atas terjadi banyak kerugian
material dan non-material, hal tersebut dikarenakan kurangnya kewaspadaan
dan kesiapan dari masyarakat di sepanjang Sungai Bengawan Solo.
Masyarakat menganggap bahwa setelah dibangunnya Waduk Gajah Mungkur
tidak akan terjadi banjir besar lagi, masyarakat sudah merasa aman dengan
adanya waduk tersebut. Bahkan masyarakat meremehkan peringatan dari
pemerintah maupun sanak saudara yang tinggal hulu Sungai Bengawan Solo,
seperti yang dituturkan Pak Wiyono warga dusun Sawahan Kecamatan
Sangkrah:
Yang jelas nggak nyangka mas, apa iya terjadi banjir. Padahal saya sudah dapat informasi dari Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Sukoharjo hati-hati pak atas sudah banjir (Radio komunikasi). jam 4 pagi air baru naik ke bibir sungai.
Kejadian banjir besar tersebut melanda kabupaten/kota di sepanjang
aliran sungai Bengawan Solo di antaranya yaitu : Solo, Sukoharjo,
Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Ponorogo, Madiun, Cepu, Bojonegoro,
Tuban, Babat, Lamongan, Gresik dan daerah di sekitarnya yang menimbulkan
kerusakan. Akibat banjir besar seperti tergenangnya perumahan, fasilitas
umum, kantor, tempat ibadah, sawah/tegalan, dan jalan Nasional, Propinsi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Kabupaten di kota dan daerah disekitar sungai Bengawan Solo, di mana
kondisi itu mempengaruhi aktifitas masyarakat dan perekonomian. Hal
tersebut juga dirasakan oleh Pak Kino warga dusun Nglogok Kecamatan
Ngadirojo yang mengungkapkan:
Nggih banjir bandang katah kerugiane lembu nggih mendo nggih dalem, tigo dalem ambruk. Ten wuntoronadi kaleh welas meninggal. (iya banjir bandang banyak kerugianya sapi, kambing dan rumah, tiga rumah hancur. Di wuntoronadi dua belas meninggal) Dari kejadian tersebut perlunya tindakan panangganan bencana yang
baik dan benar untuk menghindari kerugian atau korban yang lebih besar,
berikut ini proses penanganan bencana yang berhasil diungkap berdasar
penelitian lapangan.
Gambar 4.2 Proses Penanganan Bencana (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Peringatan dari BPBD
Kepala Desa Informasi Penduduk
RT & RW
Lembaga non Pemerintah
Masyarakat
Pemerintah
Bantuan
Evakuasi Dapur Umum
Posko Bencana
Informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.2 menunjukkan proses penanganan bencana yang terjadi di
lapangan yang di mana bermula dari informasi yang berasal dari pemerintah
dan penduduk lokal, peringatan dari pemerintah menggunakan indikator
tinggi air di pintu sungai yang mana air sudah melampau tingkat normal selain
itu juga pemerintah menggunakan sirine tanda bahwa bencana banjir yang di
pasang di titik daerah rawan banjir. Sedangkan dari penduduk lokal ada yang
menggunakan radio komunikasi yang terhubung secara individu di hulu,
penduduk juga menggunakan peringatan yang berasal dari alam yaitu dengan
melihat kejernihan air Sungai Bengawan Solo, curah hujan yang tinggi seperti
yang diungkapkan oleh Pak Parmin warga dusun Tlumpuk Kecamatan Waru:
Biasane niku sampun do ngertos sonten pun jawah deres, trus mboten saged tilem. (biasanya itu sudah pada tahu, sore sudah hujan lebat terus tidak bisa tidur) Kemudian dari pemerintah langsung berkoordinasi dengan Kepala
Desa setempat segera memberitahukan warganya agar segera mengungsi, di
mana Kepala Desa juga berkoordinasi dengan Rukun Tangga dan Rukun
Warga. Penduduk lokal memberi tahu peringatan kepada Rukun Tangga dan
Rukun Warga agar segera memberitahukan warganya untutk mengungsi
kemudian Rukun Tangga dan Rukun Warga berkoordinasi dengan Kepala
Desa dan Pemerintah agar dapat memberi bantuan kepada pengungsi melalui
Posko Bencana dan warga langsung membuat dapur umum, sebagian
membantu evakuasi. Posko Bencana diharapkan bantuan dapat mengalir
kepada warga pengungsi, karena dalam Posko mempunyai informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
cukup lengkap apabila masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan
Pemerintah memberikan bantuan agar tepat sasaran. Karena apabila tidak
tepat sasaran dikhawatirkan dapat memperkeruh masalah seperti yang
diungkap Pak Purwoko warga dusun Langenharjo Kecamatan Grogol:
Pas banjir masyarakat mriki gotong royong mboten ngarep saking pemerintah, kadang malah marai emosi. Sekaline bantu kuwi ae ra roto tur salah sasaran. (waktu banjir ,masyarakat sini gotong royong tidak mengharap dari pemerintah, kadang malah bikin emosi. Sekali membantu itu saja tidak merata itupun salah sasaran)
Terlihat bahwa kekecewan Pak Purwoko terhadap bantuan pemerintah
yang di mana kurang baiknya koordinasi dari tempat Posko Bencana. Jadi
proses penanganan yang tepat dan baik dapat mengurangi kerugian material
dan non-material.
c. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah
Coburn et al. (1992) mendefinisikan mitigasi bencana sebagai
pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh suatu
bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan
yang luas dari aktifitas-aktifitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang
mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan
yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang
baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan
lahan. Dalam usaha mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, seringkali
penanganan masalah banjir ditekankan pada usaha struktural dan dibebankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
secara keseluruhan kepada pemerintah. Sama halnya tindakan mitigasi di
daerah Sawahan Kecamatan Sangkrah yakni dengan melakukan relokasi
masyarakat di dalam bantaran Sungai Bengawan solo.
Gambar 4.3 Alur Tindakan Mitigasi (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Tindakan relokasi perlu dilakukan karena dearah tersebut berada di
dalam bantaran Sungai Bengawan Solo yang di mana sangat rawan akan
banjir, dari segi keselamatan juga keputusan yang paling tepat dan rasional
adalah relokasi. Sampai sekarang proses relokasi masih dalam proses
negosiasi antara pemeritah dan masyarakat seperti yang diungkap Pak joko
warga dusun Sawahan Kecamatan Sangkrah selaku Rukun Tangga dan
pemimpin dari organisasi masyarakat di Dusun Sawahan:
Sudah ada program relokasi mas, ini baru proses negosiasi. Tanahnya dihargai 400-600 ribu kalau warga sini harga terendah sudah mau, cuman yang belum setuju nilai bangunan dihargai 8,5 juta warga belum setuju.
Hasil dari penelitian ini upaya untuk melakukan tindakan mitigasi,
masyarakat cenderung pasrah akan keadaan yang terjadi karena banyak faktor
yang menyebabkan hal yang demikian di antaranya seperti himpitan ekonomi,
Banjir Besar 2007-2012
Konsolidasi dan Sosialisasi
Pemerintah daerah
Tindakan Mitigasi
Organisasi Masyarakat (MPRS)
Masyarakat
Relokasi
DPR Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
lokasi atau tempat dimana masyarakat tinggal, kondisi sosial ekonomi, jarak
rumah dengan sungai dan tinggi genangan. Adapun tindakan mitigasi
masyarakat yang dilakukan guna mengurangi kerugian, berikut ini beberapa
warga yang melakukan tindakan mitigasi sesuai dengan situasi kondisi dan
kemampuan yang dimiliki.
Tabel 4.3 Tindakan Mitigasi Masyarakat
No. Nama Alamat Jenis Tindakan Mitigasi
1. Ahmadi Kedungrinngin RT10 RW 02, Waru
Meninggikan rumah
2. Priyo Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo
Membuat plapon di atap rumah
3. Hari Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo
Menanam pohon
4. Wiyono Sawahan RT02/10, Sangkrah
Persiapan tenda
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Kejadian bencana yang terjadi di masyarakat pandangan negatif pada
Pemerintah, menganggap penanggulangan banjir oleh pemerintah dirasa
masih belum optimal. Hal ini sesuai dengan penuturan Pak Parmin warga
dusun Tlumpuk kecamatan Waru yakni:
Ngantos dugi seprene mboten wonten perkembangane blas. (sampai sekarang tidak ada perkembangan sama sekali)
Pak Parmin menganggap bahwa pemerintah ada tindakan yang nyata
untuk menanggulangi banjir dari dulu sampai sekarang tidak. Pemerintah
sebenarnya sudah melakukan tindakan mitigasi seperti pembuatan tanggul,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
normalisasi, pemasangan sirine tanda bahaya banjir diberbagai titik rawan
banjir (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Kesalah pahaman antara pihak
pemerintah dengan masyarakat ini disebabkan kurangnya sosialisasi oleh
pemerintah tentang tindakan mitigasi sedangkan masyarakat tidak paham
terhadap program yang dilakukan oleh pemerintah.
Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo upaya
pengendalian banjir harus dengan keterpaduan antara upaya fisik teknis dan
non-teknis seperti perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan,
perubahan tata ruang secara massive di kawasan budidaya yang menyebabkan
daya dukung lingkungan menurun drastis, serta pesatnya pertumbuhan
permukiman dan industri yang mengubah keseimbangan fungsi lingkungan
sehingga menyebabkan kawasan retensi banjir (retarding basin) berkurang.
Penanganan fisik dan non-fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat
diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian tata ruang.
Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan
penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mempertimbangkan
permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya
serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang
telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.
2. Pengaturan debit banjir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan
fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem
drainase perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir.
Pengaturan daerah rawan banjir.
Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:
a) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).
b) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan
sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan
di sepanjang aliran sungai.
3. Peningkatan peran masyarakat.
Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir
diwujudkan dalam:
a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat
b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun
dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.
c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak
melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang
untuk:
d) mengubah aliran sungai;
e) mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di
dalam atau melintas sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
f) membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun
yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang
diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,
g) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau bahan
lainnya.
h) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat
(melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi,
rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum, Melakukan
penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lain-
lain)
4. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir
antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan:
a) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan,
kawasan budidaya dan kawasan lindung)
b) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak
c) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia,
maupun mekanis
d) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.
5. Penyediaan Dana
Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
a) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola
sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir.
b) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan
banjir
c) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
6. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan Rencana Tindak Darurat
Sistem peringatan dini datangnya banjir WS Bengawan Solo di
masa yang akan datang harus berpusat secara kuat pada masyarakat yang
tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu. Dengan penerapan
sistem ini, akan dapat memberikan informasi lebih dini bagi masyarakat
yang kemungkinan akan terkena bencana sehingga ada kesempatan bagi
masyarakat untuk menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya.
Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh sehingga
dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi ketika
diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan mudah
dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai kondisi dan
tingkat resiko bencana. Komponen inti sistem peringatan dini datangnya
banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari:
a) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan top-down;
b) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini;
c) Pendekatan multi bencana; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
d) Pembangunan kesadaran masyarakat.
Mendasari semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan
politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi
masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang
terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan
didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk menanggapi
harus diciptakan melekat dalam masyarakat.
Untuk menciptakan sistem peringatan dini datangnya banjir yang
efektif di WS Bengawan Solo, yang berpusat secara kuat pada masyarakat
yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu masih banyak
hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
1) Membuat peta rawan banjir yang dapat menunjukkan ketinggian
genangan, tempat yang aman untuk berlindung serta rute untuk
penyelamatan.
2) Melakukan survei kerentanan masyarakat yang tinggal di lereng
bukit yang rawan longsor.
3) Membantu lembaga nasional yang terkait dengan cuaca dengan
mengakses data cuaca dan citra satelit internasional/global.
4) Mendukung masyarakat terpencil dengan memasang alat duga
muka air elektronis yang sederhana dan sistem siaga untuk
memberikan peringatan banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
5) Meningkatkan keinginan melakukan penelitian dan pelatihan
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi peringatan dini modern.
6) Melaksanakan kajian bagaimana masyarakat meng-akses dan
menginterpretasikan peringatan dini dan kemudian
mengaplikasikannya pada saat proses diseminasi.
7) Mengembangkan, menguji dan menyempurnakan skenario
evakuasi untuk berbagai kondisi siaga khususnya di daerah yang
padat penduduk.
8) Mengembangkan sistem-sistem berbasis masyarakat untuk
menguji anggota masyarakat yang berusia lanjut dan penyandang
cacat ketika dilakukan peramalan banjir.
9) Mengembangkan standar dan pedoman untuk berbagai jenis
sistem peringatan dini.
10) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
11) Pengelolaan kawasan yang berpotensi mendorong perkembangan
kawasan sekitar dan/atau berpengaruh terhadap perkembangan
wilayah Propinsi secara umum.
12) Pengelolaan kawasan perbatasan dalam satu kesatuan arahan dan
kebijakan yang saling bersinergi.
13) Mendorong perkembangan/revitalisasi potensi wilayah yang
belum berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
14) Penempatan pengelolaan kawasan diprioritaskan dalam kebijakan
utama pembangunan daerah.
15) Mendorong tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan.
16) Peningkatan kontrol terhadap kawasan yang diprioritaskan.
17) Mendorong terbentuknya badan pengelolaan kawasan yang
diprioritaskan.
Dari paparan diatas pada masa yang akan datang upaya
pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik
saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang
menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi
masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih
optimal.
4.4 Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabel independen dalam hal ini pendapatan, pendidikan, usia, jumlah
anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan mempengaruhi kemampuan
untuk membayar mitigasi bencana sebagai variabel dependen.
Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
WTP= +
Keterangan :
WTP :Kemampuan untuk membayar mitigasi bencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
X1 :Pendapatan yang di terima responden tiap bulan
X2 :Pendidikan terakhir responden
X3 :Usia responden
X4 :Jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden
X5 :Jarak pemukiman dengan sungai bengawan solo
X6 :Tinggi genangan banjir di daerah responden
:Konstanta
:Koefisien regresi
:Standard error
Dengan menggunakan program Eviews 3.1 data yang telah diolah
menghasilkan output sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)
No Nama Variabel Koefisien t hitung Prob.
1
2
3
4
5
6
7
Konstan
Pendapatan
Pedidikan
Usia
Anggota keluarga
Jarak
Tinggi genanangan
-9.4468
2.1473
0.0307
0.3855
-0.0571
0.0019
-0.0156
-1.0047
1.3631
1.2893
1.8135
-0.3180
2.0232
-3.2867
0.3176
0.1761
0.2004
0.0729 *
0.7512
0.0459**
0.0014**
R-squared
Adjusted R-squared
0.2624
0.2158
F-statistic
Prob (F-statistic)
5.6335
0.0000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Durbin-Watson stat 1.6917
(Sumber: Data primer diolah, 2012) *: Signifikan pada level 10% **: Signifikan pada level 5%
Persamaan regresi yang diperoleh:
log WTP = -12.1329+ 2.1205log X1 + 2.4586X2 + 4.4009X3 + (1.3631) (1.2893) (1.8135)
-0.1008X4 + 0.9277X5+-3.0150X6
(-0.3180) (2.0232) (-3.2867)
Persamaan di atas menunjukkan hubungan antara pendapatan,
pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan
terhadap kemampuan untuk membayar mitigasi bencana. Langkah selanjutnya
dari hasil regresi tersebut dilakukan uji asumsi klasik dan uji statistik.
b. Uji Asumsi Klasik
1. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan
yang linear atau mendekati linear diantara variabel-variabel penjelas.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah
dengan menggunakan metode Auxiliary Regression dengan pendekatan
Koutsoyiannis, yaitu membandingkan nilai r2 dengan nilai R2. Model
dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas jika nilai r2 < R2.
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Variabel Nilai r2 Nilai R2 Keterangan
Pendapatan
Pendidikan
Usia
Anggota keluarga
Jarak
Tinggi genangan
0.0658
0.0048
0.0658
0.0030
0.0840
0.1316
0.2624
0.2624
0.2624
0.2624
0.2624
0.2624
Bebas Multikolinearitas
Bebas Multikolinearitas
Bebas Multikolinearitas
Bebas Multikolinearitas
Bebas Multikolinearitas
Bebas Multikolinearitas
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Dari Tabel 4.7 didapat nilai r2 berada di bawah R2 hasil regresi
awalnya (R2 = 0.2352) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model
terbebas dari masalah multikolinearitas.
2. Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan metode Uji White. Uji White
dilakukan dengan cara membandingkan nilai Obs*R-Squared dengan nilai
χ2 tabel. Nilai χ2 tabel dalam penelitian ini sebesar 21,02 dengan df = 12
dan α = 5%.
Tabel 4.8 Uji White
White Heteroskedacity Test :
F-statistic
Obs*R-squared
1.1875
14.0780
Probability
Probability
0.3043
0.2957
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh nilai Obs*R-
Squared lebih kecil dari χ2 Tabel (14.0780< 21,02) yang artinya model
terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang
(data cross section). Untuk memastikan ada tidaknya autokorelasi dalam
model, dilakukan metode Breusch-Godfrey Test (B-G tes) sebagai berikut:
Tabel 4.9 Uji B-G Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test :
F-statistic
Obs*R-squared
2.1384
2.2688
Probability
Probability
0.1469
0.1320
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
Obs*R-Squared lebih besar dari nilai signifikansi yakni 0,05 sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa model terbebas dari masalah
autokorelasi.
c. Uji Statistik
1. Uji F
Nilai F hitung yang diperoleh sebesar 5.6335 dengan nilai
probabilitasnya 0.0000 dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
serta nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat diambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kesimpulan variabel pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota
keluarga, jarak dan tinggi genangan secara bersama-sama memiliki
pengaruh terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) tindakan mitigasi
bencana banjir di eks Karisidenan Surakarta.
2. Uji R2
Uji R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen (%) variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen.
Besarnya nilai Adjusted R Squared yang diperoleh dari regresi linier
sebesar 0.2624 yang artinya sekitar 26,24% variasi variabel dependen
dalam hal ini WTP (Willingness to pay) dapat dijelaskan oleh variabel
independen dalam hal ini pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota
keluarga, jarak dan tinggi genagan. Sisanya sebanyak 73,76% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
3. Uji t
Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang
bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen. Hasil dari uji t. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat
signifikan ) 0,05 dan df = 102.:
a. Pengujian terhadap (variabel pendapatan)
1) Menentukan Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Ha : = 0 ( variabel pendapatan tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi)
Ha : 0 (variabel pendapatan signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi)
2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05
3) Penghitungan uji t
Nilai t hitung = 1.3631 (Tabel 4.6)
Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Gambar 4.4 uji t untuk variabel pendapatan
4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.3631 < 1,96
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05, karena t hitung (1.3631) lebih kecil dari t tabel
(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel
pendapatan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.
b. Pengujian terhadap (variabel pendidikan)
1) Menentukan Hipotesis
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
- t (-1,96) t (1,96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Ha : = 0 ( variabel pendidikan tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi)
Ha : 0 (variabel pendidikan signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi)
2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05
3) Penghitungan uji t
Nilai t hitung = 1.2893 (Tabel 4.6)
Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Gambar 4.5 uji t untuk variabel pendidikan
4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.2893 < 1,96
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05, karena t hitung (1.2893) lebih kecil dari t tabel
(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel
pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.
c. Pengujian terhadap (variabel usia)
1) Menentukan Hipotesis
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
- t (-1,96) t (1,96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Ha : = 0 ( variabel usia tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi)
Ha : 0 (variabel usia signifikan mempengaruhi besarnya
WTP mitigasi)
2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05
3) Penghitungan uji t
Nilai t hitung = 1.8135 (Tabel 4.6)
Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Gambar 4.6 uji t untuk variabel usia
4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.8135 < 1,96
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05, karena t hitung (1.8135) lebih kecil dari t tabel
(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel
usia mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.
d. Pengujian terhadap (variabel jumlah anggota keluarga)
1) Menentukan Hipotesis
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
- t (-1,96) t (1,96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Ha : = 0 ( variabel jumlah anggota keluarga tidak signifikan
mempengaruhi besarnya WTP mitigasi)
Ha : 0 (variabel jumlah anggota keluarga signifikan
mempengaruhi besarnya WTP mitigasi)
2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05
3) Penghitungan uji t
Nilai t hitung = -0.3180 (Tabel 4.6)
Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Gambar 4.7 uji t untuk variabel jumlah anggota keluarga
4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau -0.3180 < 1,96
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05, karena t hitung (-0.3180) lebih kecil dari t tabel
(1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel
jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.
e. Pengujian terhadap (variabel jarak)
1) Menentukan Hipotesis
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
- t (-1,96) t (1,96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Ha : = 0 ( variabel jarak tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi)
Ha : 0 (variabel jarak signifikan mempengaruhi besarnya
WTP mitigasi)
2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05
3) Penghitungan uji t
Nilai t hitung = 2.0232 (Tabel 4.6)
Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Gambar 4.8 uji t untuk variabel jarak
4) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau 2.0232 > 1,96
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05, karena t hitung (2.0232) lebih besar dari t tabel
(1,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya variabel
jarak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
untuk membayar (WTP) mitigasi.
f. Pengujian terhadap (variabel tinggi genangan)
1) Menentukan Hipotesis
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
- t (-1,96) t (1,96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Ha : = 0 ( variabel tinggi genangan tidak signifikan
mempengaruhi besarnya WTP mitigasi)
Ha : 0 (variabel tinggi genangan signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi)
2) Menentukan derajat signifikan ) = 0,05
3) Penghitungan uji t
Nilai t hitung = -3.2867 (Tabel 4.6)
Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Gambar 4.9 uji t untuk variabel tinggi genangan
4) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau -3.2867 > -1,96
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05, karena t hitung (-3.2867) lebih besar dari t tabel
(1,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya variabel
tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.
4.5 Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi
a. Pengaruh pendapatan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)
Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
- t (-1,96) t (1,96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Nilai koefisien regresi variabel pendapatan adalah sebesar 2.1473
dengan nilai probabilitas sebesar 0.1761, sehingga variabel pendapatan pada
responden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
untuk membayar melakukan tindakan mitigasi. Berbeda dengan penelitian
Cho dan Kim (2004) yang berjudul The Cost-Benefit Analysis of the
Improvement of Water Quality of the Paldang Reservoir in Korea. Hasil dari
penelitan ini di mana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian
air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP.
Dalam penelitian ini semakin tinggi pendapatan yang diperoleh belum
tentu digunakan untuk melakukan tindakan mitigasi. Hal ini dikarenakan
adanya kekhawatiran responden terhadap program relokasi yang dicanangkan
oleh pemerintah. Kemudian di tambah dengan tingkat pendapatan responden
yang dapat dilihat di Tabel 4.1 dimana rata-rata pendapatan berada di antara
500.000,- sampai dengan kurang dari Rp 1.000.0000,- per bulan 50%
sebanyak 52 orang dari total respoden 102. Hasil tersebut menunjukan bahwa
rata-rata pendapatan penduduk didaerah rawan banjir adalah masyarakat tidak
mampu atau kalangan bawah.
b. Pengaruh pendidikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)
Variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel
pendidikan adalah sebesar 0.0307 dengan nilai probabilitas sebesar 0.2004,
sehingga tingkat pendidikan pada responden tidak mempunyai pengaruh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan
mitigasi. Hal yang berbeda dipaparkan oleh Yapin (2003) di mana
penelitiannya menyebutkan bahwa responden sebenarnya bergantung
pada pendapatan, pendidikan, dan penghakiman responden terhadap kualitas
air danau yang artinya pendapatan, pendidikan dan penghakiman berpengaruh
positif terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Sehingga tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir responden terhadap tindakan
mitigasi responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir
responden semakin rasional.
c. Pengaruh usia terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)
Nilai koefisien regresi variabel usia adalah sebesar 0.3855 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0729, sehingga variabel usia pada responden dengan
): 10% mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk
membayar melakukan tindakan mitigasi, temuan ini berarti sesuai degan
hipotesis yang diajukan.
Berbeda dengan itu Yapin (2003) menyebutkan bahwa Umur dan jenis
kelamin tampaknya tidak memiliki banyak dampak pada kontingen penilaian
atau tidak signifikan. Sedangkan dengan Cho dan Kim (2004) penelitian ini
menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Hasil dari penelitan ini
dimana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian air
menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP. Sehingga semakin tua usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
responden, diharapkan semakin mempunyai keinginan melakukan tindakan
mitigasi bencana banjir, karena sering mengalami bencana banjir.
d. Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)
Nilai koefisien regresi variabel jumlah anggota keluarga adalah
sebesar -0.0571 dengan nilai probabilitas sebesar 0.7512, sehingga variabel
jumlah anggota keluarga pada responden tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan
mitigasi. Jumlah anggota keluarga tidak signifikan karena semakin banyak
anggota keluarga maka kemampuan untuk membayar berkurang bahkan tidak
ada, Sedangkan mayoritas responden berada di kalangan menengah kebawah
dengan tuntuntan biaya hidup yang tinggi sehingga tidak melakukan tindakan
mitigasi.
e. Pengaruh jarak terhadap kemampuan untuk membayar (WTP)
Variabel jarak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel jarak
adalah sebesar 0.0019 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0459, sehingga
variabel jarak pada responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi, yang artinya
apabila semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo
maka akan meningkatkan kemampuan untuk membayar dengan asumsi
variabel yang lain konstan, sebaliknya apabila jarak rumah responden
terlampau jauh maka semakin kecil kesadaran membayar untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tindakan mitigasi becana. Perbedaan jarak rumah responden dengan sungai
Bengawan Solo menyebabkan perbedaan tindakan mitigasi yang dilakukan
responden. Jenis tindakan mitigasi yang dilakukan responden yang jaraknya
dekat dengan membuat plapon diatap rumah dan melakukan penanaman
pohon ditepi sungai untuk mengurangi arus sungai dan erosi. Sedangkan yang
jaraknya jauh tindakan mitigasi yang dilakukan meninggikan rumah.
f. Pengaruh tinggi genangan terhadap kemampuan untuk membayar
(WTP)
Variabel tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel
tinggi genangan adalah sebesar -0.0156 dengan nilai probabilitas sebesar
0.0014, sehingga variabel tinggi genangan pada responden mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan
tindakan mitigasi, yang artinya apabila semakin tinggi genangan akan
menyebabkan semakin tinggi kemampuan untuk membayar (WTP) dengan
asumsi variabel yang lain konstan. Dengan semakin tinggi genangan yang
dialami responden sangat berpengaruh terhadap tindakan mitigasi yang akan
dilakukan oleh responden. Semakin rendah genangan yang dialami maka
responden akan miningkatkan tindakan mitigasi, sedangkan semakin tinggi
genangan yang dialami maka semakin rendah responden akan melakukan
tindakan mitigasi karena dianggap tidak efektif. Tinggi rendahnya air
tergantung dari struktur tanah dan pola aliran sungai Bengwan Solo. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
daerah yang pola aliran sungai dibelokan terluar ketinggian air akan tinggi dan
diikuti dengan erosi tanah. Tindakan mitigasi yang dilakukan dengan
pelurusan pola aliran sungai hal tersebut akan dapat menekan risiko banjir dan
ketinggian banjir yang akan terjadi.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Saptutyningsih
dan Suryanto (2009) hasil dari penelitian menunjukan bahwa tinggi
tingkat genangan banjir dapat menekan harga dari properti dan nilai tanah,
yang artinya tingkat tinggi genangan berpengaruh signifikan terhadak
kemampuan untuk membayar (WTP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bagian ini merupakan rangkuman dari hasil analisis yang telah dilakukan
pada beberapa bab sebelumnya dan sebagai jawaban atas permasalahan serta
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Berdasarkan atas hasil
pengujian dan temuan empiris dari analisis data yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan dari penelitian tentang Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir di
eks Karisidenan Surakarta ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini upaya untuk melakukan tindakan mitigasi
masyarakat cenderung pasrah akan keadaan yang terjadi, karena banyak
faktor yang menyebabkan untuk tidak melakukan tindakan mitigasi di
antaranya seperti himpitan ekonomi, lokasi atau tempat dimana
masyarakat tinggal, kondisi sosial ekonomi, jarak rumah dengan sungai
dan tinggi genangan. Tindakan mitigasi dari masyarakat kurang begitu
efektif maka perlunya peran serta pemerintah melakukan tindakan mitigasi
untuk meminimalkan kerugian.
2. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan model Regresi
Linier Berganda dengan pendekatan Contingent valuation method (CVM)
Variabel Pendapatan, Pendidikan, Usia dan Jumlah Anggota Keluarga
menjelaskan pengaruhnya terhadap willingness to pay atau kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
untuk membayar (WTP). Sedangkan Usia, Jarak dan Tinggi Genangan
menjelaskan pengaruhnya terhadap willingness to pay atau kemampuan
untuk membayar (WTP) untuk melakukan tindakan mitigasi bencana
banjir. Adapun secara lebih lengkap hasil estimasi model yang sudah
dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Variabel jarak mempunyai pengaruh yang signifikan secara
statistik pada derajat kepercayaan 5%. Semakin dekat jarak rumah
responden dengan Sungai Begawan Solo maka semakin besar
kesadaran kemampuan untuk membayar melakukan tindakan
mitigasi bencana, sebaliknya apabila jarak rumah responden
terlampau jauh maka semakin kecil kesadaran membayar untuk
melakukan tindakan mitigasi becana.
b. Variabel tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan
secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Dengan semakin
tinggi genangan yang dialami responden sangat berpengaruh
terhadap tindakan mitigasi yang akan dilakukan oleh responden.
Semakin rendah genangan yang dialami maka responden akan
miningkatkan tindakan mitigasi, sedangkan semakin tinggi
genangan yang dialami maka semakin rendah responden akan
melakukan tindakan mitigasi karena dianggap percuma dan tidak
efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka penulis memberikan
beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saran tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir khususnya yang dibantaran
sungai Bengawan Solo untuk segera direlokasi tanpa ada gejolak yang
terjadi. variabel jarak dan tinggi genangan yang menjadi pertimbangan
untuk melakukan tindakan mitigasi bencana. Semakin dekat jarak dan
tinggi genangan banjir maka akan semakin mengurangi tindakan mitigasi,
sehingga masyarakat beserta pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus
mampu berkerjasama untuk mengurangi resiko dan dampak yang terjadi
akibat banjir sungai Bengawan Solo.
2. Pada masa yang akan datang upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya
difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga
dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi
munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai
suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan
tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta
dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana. 2005. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. BAKORNAS PB. Jakarta.
Badan Perancanaa dan Pembangunan daerah. 2008. Potensi Dan Kejadian Bencana Provinsi Jawa Tengah. Bappeda Jawa Tengah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukoharjo. 2008. Kejadian bencana disukharjo. BPBD Sukoharjo.
Boontho, Chutarat. 2007. Khon Kaen Households’ Willingness To Pay For Environmental Taxes , Thailand. Hawaii, USA. 2007.
Cho, Yongsung. and Kim, Hong J. 2004.” The Cost-Benefit Analysis of the Improvement of Water Quality of the Paldang Reservoir in Korea”, May 10, 2004.
Clark, Jeremy. and Friesen,, Lana. 2006. The Causes of Order Effects in Contingent Valuation Surveys: An Experimental Investigation. New Zealand.
Data data Informasi Bencana Indonesia.2009. Bencana di Indonesia Tahun 2009.
_______.2012. Bencana di Indonesia Tahun 2012
Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2007. ‘Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Provinsi JawaTengah”. Semarang: Kesbang Limas dan Bapeda.
Dinas Pertanian, Kantor Informasi & Komunikasi Karanganyar. 2008. “Kerugian Akibat Bencana Di Karanganyar Capai Rp 69 M” dalam Solo Pos (http: www/ Solo Pos.co.id)
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Profil Sungai Bengawan Solo. Jakarta: DPU
Djarwanto, dan Subagyo. 1996. Statistik Induktif. Edisi Keempat. Yogyakarta
Dolcemascolo, Glenn. 2004. Environmental Degradation and disaster risk. ADPC-SIDA-Embassy of Sweden, ADPC. Bangkok.
Farid, Mohammad. 2010. “Banjir: Proses, Karakteristik, dan Upaya Mengatasinya”. Inovasi Online Vol. 18 / XXII /November 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Freeman, Linton C. 1979. “The Gatekeeper, Pair-Dependency and Structural Centrality”, Elsevier Scientific Publishing Company. University of Callifornia.
Hardoyo, dkk.,2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan, RedCarpet Studio, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Harahap, Bilang Nauli dan Hartono, Djoni. 2007. Analisis Kesedian Membayar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Fasilitas Air Minum dan Sanitasi di Indonesia Aplikasi Model Hedonic Price dan Model Logistik, Depok.
John Twigg. 2007. Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana, http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/projects/communitydrrindicators/community_drr_indicators_index.htm. diakses tanggal 10 Maret 2012.
Kim, Kiwhan. 2002. “Water Quality Measurement: W H At Makes ‘Willingness To Pay’ Different?”, International Review of Public Administration 2002, Vol. 7, No. 2.
Khan, M. S. A. 2008. ”Disaster preparedness for sustainable development in Bangladesh”, Disaster Prevention and Management Vol. 17 No. 5, 2008 pp. 662-67.
Kurniawan, Rachman.,dkk.,2009. “Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan Kawasan Karst Marcos-Pangkep”. Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol.13/No.1/2009.
Lee, J. A. 1999. Natural Resources and Environmental Economic, 2nd Edition, Pearson Education Limited. London.
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Oktober 2005.
Patunru, Arianto A. 1994. Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.
Priyatno, Dwi. 2009. “SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate”. Gava media. yogyakarta
Rahayu, Siti Aisyah Tri. 2007. Modul Laboratorium Ekonometrika. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Saptutyningsih, Endah dan Suryanto. 2009. “Pemetaan Banjir di Kulonprogo”, Hasil Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2009. Tidak dipublikasikan.Simmons, et al. (2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Samuelson, Kevin M, et.al. 1954. “Valuing Mitigation: Real Estate Market Response to Hurricane Loss Reduction Measures”, Southern Economic Journal 2002, 68(3), 660-671.
Siswoko. 2005. “Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya”. Makalah Pelantikan Pengurus HATHI Cabang Sulsel Periode 2005-2008. Makasar, 19 Maret 2005.
Suparmoko . 2006. Panduan dan Analisis Valuasi Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.
Susanto, Ermawan. 2010. “Empowering Community Of Code's River Flowing Area In Covering Flood Disarter”, Jurnal Penelitian Humaniora. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negri Yogyakarta.
Suratmo, Gunawan F. 1990. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”. Universitas Gajah Mada.
Watson, C.J, et.al. 1993. Statistic for Management and Economics. Englewood Cliffs. NJ, USA. Prentice Hall Inc.
Widiati, Ati. 2008. “Aplikasi Manajemen Risiko Bencana Alam Dalam Penataan Ruang Kebupaten Nabire”, Jurnal Sain dan Teknolgi Indonesia Vol.10/No.1/April 2008.
Worosuprojo, Suratman. 2012. “Manajemen Bencana Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang Harmonis Dengan Alam di Indonesia”. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pj dan Sig 2012.
Yapin, Du. 2003. “The Value Of Improved Water Quality For Recreation In East
Lake, Wuhan, China: An Application Of Contingent Valuation And Travel
Cost Methods”, Wuhan, China.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 1
PANDUAN KUESIONER
UNTUK VALUASI EKONOMI MITIGASI BANJIR
VALUASI EKONOMI MITIGASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO
(Studi Kasus Di Daerah Rawan Banjir eks Karisidenan Surakarta)
I. Identitas Responden
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis Kelamin : ( ) Pria ( ) Wanita
4) Alamat :
II. Variabel Sosial Ekonomi
1) Berapa pendapatan bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………
2) Pendidikan: ( ) SD ( ) D1 ( ) S2 ( ) SMP ( ) D3 ( ) S3 ( ) SMA ( ) S1
3) Pekerjaan: ( ) Swasta ( ) PNS ( ) Pelajar/mahasiswa ( ) Lainnya: ……………
4) Berapa jumlah anggota keluarga bapak/ibu/sdr?……………
5) Pengeluaran respoden sebagai pendekatan berapa pendapatan responden.
a. Berapa biaya konsumsi bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………
b. Berapa biaya pendidikan anak bapak/ibu/sdr tiapbulan?Rp…………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Berapa biaya listrik bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………
d. Berapa biaya air bersih bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………
e. Berapa biaya transportasi bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp…………
f. Berapa biaya hiburan bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp………… +
Jumlah pendapatan Rp…………
III. Variabel Fisik
1) Berapa jarak rumah bapak/ibu/sdr dengan sungai bengawan solo?…………m
2) Apakah rumah bapak/ibu/sdr tergolong masih dalam kawasan pemukiman?
( ) Ya ( ) Tidak
Apakah rumah bapak/ibu/sdr tergolong daerah rawan banjir?
( ) Ya ( ) Tidak
3) Berapa kerugian yang bapak/ibu/sdr harus tanggung rata-rata per tahun jika
rumah tergenang banjir?
4) Berapa Tinggi genangan banjir didaerah bapak/ibu/sdr?………cm
5) Berapa lama genangan banjir didaerah bapak/ibu/sdr? …………
6) Berapa sering didearah bapak/ibu/sdr terjadi banjir?…………
IV. Variabel Willengness To Pay (WTP)
1) Dalam bentuk apa bapak/ibu/sdr melakukan tindakan mitigasi
bencana?…………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Berapa kemampuan membayar bapak/ibu/sdr untuk melakukan tindakan mitigasi
untuk mengurangi risiko dampak banjir? Rp…………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 2
WTP Pendapatan Usia Pendidikan Anggota Keluarga
Jarak (m)
Tinggi Genangan
(cm)
200.000 1.200.000 56 SD 8 100 75
250.000 985.000 63 SD 4 100 30
100.000 1.300.000 37 SMA 4 10 50
150.000 960.000 38 SMA 3 10 75
8.000.000 3.000.000 35 SMA 6 50 75
750.000 870.000 63 SD 7 5 75
300.000 1.800.000 61 SMP 2 30 50
3.000.000 744.000 34 SMA 2 10 50
0 750.000 27 SD 9 5 50
0 810.000 45 SD 3 5 50
15.000 620.000 63 SD 2 15 75
45.000 670.000 32 SMA 6 15 75
10.000.000 810.000 48 SMA 4 15 75
10.000.000 1.550.000 50 SMA 7 15 75
0 810.000 70 SD 8 10 75
101.000 950.000 43 SD 6 15 50
100.000 1.000.000 34 SMP 4 5 50
0 1.520.000 38 SMP 5 20 50
0 1.500.000 40 SD 4 10 30
750.000 720.000 65 SD 6 10 75
400.000 1.070.000 60 SD 7 10 50
0 858.000 84 SD 3 10 30
101.000 1.500.000 48 SD 6 20 50
30.000.000 1.240.000 53 SMP 4 150 50
10.000.000 1.365.000 66 D3 3 100 50
300.000 627.000 55 SD 4 56 50
5.000.000 510.000 33 SD 5 200 75
10.000.000 900.000 70 SD 2 5 50
5.000.000 720.000 60 SD 2 200 50
12.000.000 1.050.000 52 SMP 3 150 75
3.000.000 1.027.000 71 SD 4 50 75
8.000.000 490.000 33 SMP 2 100 75
30.000.000 2.300.000 50 SMA 3 15 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15.000.000 1.560.000 87 SMA 5 100 75
13.000.000 2.465.000 43 SD 6 15 75
10.000.000 500.000 65 SD 5 300 50
2.500.000 1.200.000 40 SMP 3 500 50
10.000.000 5.000.000 54 SMA 4 200 75
5.000.000 1.235.000 50 SD 3 200 75
7.000.000 640.000 64 SD 4 150 75
8.000.000 1.340.000 54 D2 2 500 100
8.000.000 1.230.000 46 SMP 5 100 50
0 1.455.000 49 SMA 5 400 50
0 910.000 41 SD 3 10 300
0 930.000 44 SD 5 10 300
0 900.000 40 SMP 4 150 150
300.000 650.000 53 SD 4 150 150
0 915.000 43 SMA 3 200 100
0 1.075.000 33 SMA 3 10 300
0 1.205.000 46 SMA 3 20 100
250.000 770.000 62 SMA 3 20 100
0 785.000 37 SD 5 200 100
200.000 1.500.000 51 SD 5 150 150
0 635.000 59 SD 2 150 150
0 950.000 43 SMA 4 5 300
0 1.055.000 62 SD 4 200 100
0 1.055.000 60 SD 4 20 300
300.000 780.000 53 SD 3 200 100
0 780.000 45 SMA 4 150 100
0 620.000 50 SD 3 200 100
300.000 790.000 45 SMA 5 200 100
250.000 1.030.000 37 SD 5 200 100
10.000.000 2.540.000 35 SMA 4 1000 50
10.000.000 1.200.000 55 SD 3 1000 50
5.000.000 1.500.000 44 SD 4 1000 50
8.000.000 620.000 65 SD 4 700 50
8.000.000 780.000 50 SD 2 800 50
10.000.000 1.300.000 51 SMA 4 500 100
2.500.000 920.000 56 SMP 6 600 100
10.000.000 1.800.000 57 SD 5 700 75
7.000.000 744.000 62 SD 3 500 100
5.000.000 810.000 57 SMA 4 550 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5.000.000 620.000 55 SD 2 650 75
10.000.000 2.500.000 45 S1 4 700 75
3.000.000 858.000 52 SMA 5 800 50
8.000.000 720.000 43 SD 2 750 50
4.000.000 1.240.000 39 SD 4 600 100
10.000.000 810.000 47 SMA 6 700 100
15.000.000 780.000 58 SD 4 700 75
8.000.000 920.000 64 SMP 3 600 100
3.000.000 635.000 72 SD 4 500 100
30.000.000 3.200.000 42 S1 4 500 100
10.000.000 1.055.000 51 SD 5 400 50
7.000.000 1.030.000 42 SMA 4 300 50
5.000.000 785.000 58 SD 4 400 50
15.000.000 3.200.000 44 S1 5 600 50
5.000.000 1.027.000 41 D3 5 200 100
2.500.000 770.000 61 SD 6 250 100
0 785.000 53 SD 6 300 100
5.000.000 1.500.000 42 SD 5 600 35
0 910.000 55 SD 6 400 35
0 930.000 54 SD 4 700 35
10.000.000 2.300.000 45 SMA 4 500 75
7.000.000 1.560.000 50 SMA 4 200 100
5.000.000 2.465.000 43 SMA 4 200 150
12.000.000 3.500.000 35 S1 3 200 100
5.000.000 1.055.000 49 SD 7 200 100
0 790.000 54 SD 6 500 75
3.500.000 1.340.000 40 SMA 3 600 50
5.000.000 1.230.000 38 SMA 4 550 50
0 627.000 54 SD 2 500 57 0 960.000 56 SD 3 550 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 3
Bencana di Indonesia pada tahun 2012
Jenis bencana Datacard
Meninggal
Luka-luka
Hilang Rumah rusak berat
Rumah rusak ringan
Menderita mengungsi
Aksi Teror / Sabotase
28 324 1233 0 0 0 0 4
Banjir 4188 18581 194574 2480 125307 202414 12080646 3851301 Banjir Dan Tanah Longsor
351 2190 40353 5256 42835 63043 446902 418735
Gelombang Pasang / Abrasi
195 148 217 46 3645 3781 32163 26538
Gempa Bumi 412 15551 70035 1513 503180 709609 604564 2877500 Gempa Bumi Dan Tsunami
38 167768 3979 6333 324908 97221 4327068 462272
Hama Tanaman 18 40 0 0 0 0 0 0 Kebakaran 2124 302 1270 6 28069 1613 80574 80831 Kebakaran Hutan Dan Lahan
119 8 13483 0 9 0 1690 2264
Kecelakaan Industri
26 73 38005 2 10432 0 840 19509
Kecelakaan Transportasi
167 2172 2245 1620 2 13 788 0
Kekeringan 1413 2 0 0 0 0 172 0 Kelaparan 2 55 112 0 0 0 0 0 Klb 119 1515 41080 0 0 0 6248 0 Konflik / Kerusuhan Sosial
95 5995 3986 476 4485 31481 296838 55759
Letusan Gunung Api
122 78598 2171 7 402 3877 16210 163908
Perubahan Iklim 17 137 55 0 0 1 0 0 Puting Beliung 1898 239 2178 7 29376 35198 176199 22373 Tanah Longsor 1709 1707 1943 141 9585 7095 19412 39881 Tsunami 13 3519 273 2957 20079 630 0 238
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 4
Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta
No. Tanggal
Lokasi Korban Jiwa Kerugian Rumah Rusak Berat
Keterangan Kabupaten/
Kota Wil.Terkena
Dampak Mening
gal Pengungsi
(juta Rp)
1 19/04/2007 Sragen 8 Kec. - - > 4000 - -
2 Des-07 Sragen 18 Kec. 5 12.96
6 7.035 83 -
3 Des-07 Surakarta 3 Kec. - 745 21.004 3.761 -
4 Des-07 Sukoharjo 6 Kec. - 2.415 10.919 182 -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 5
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan
No. Pendapatan (Rupiah) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. < 500.000 2 2 2. 500.000-<1.000.0000 52 50 3. 1.000.000-<2.000.000 37 36 4. 2.000.000-<3.000.000 7 7
5. >5.000.000 4 4 Jumlah 102 100
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%) 1. Tamat SD 55 54 2. Tamat SMP 11 11 3. Tamat SMA 29 28 4. Diploma 3 3 5. Sarjana 4 4
Jumlah 102 100
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia
No. Tingkat Usia (tahun) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. < 40 21 21 2. 41 – 50 29 28 3. 51 – 60 32 32 4. 61 – 70 16 15 5. > 70 4 4
Jumlah 102 100
Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
No. Daerah Jumlah Anggota Keluarga Prosentase (%)
1. Langenharjo 100 23 2. Mbutuh 78 18 3. Sawahan 88 21 4. Kedungringin 73 17 5. Nglogok dan
Dungwuluh 90 21
Jumlah 429 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karakteristik Responden Menurut Jarak
No. Jarak (m) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. <50 32 31 2. 51-00 7 7 3. 101-300 28 27 4. 301-500 13 13 5. >500 22 22
Jumlah 102 100
Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan
No. Tinggi Genangan (cm) Jumlah Responden Prosentase (%) 1. <50 38 37 2. 51-100 54 53 3. 101-200 5 5 4. >200 5 5
Jumlah 102 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 6
Tindakan Mitigasi Masyarakat
No. Nama Alamat Jenis Tindakan Mitigasi
1. Ahmadi Kedungrinngin RT10 RW 02, Waru
Meninggikan rumah
2. Priyo Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo
Membuat plapon diatap rumah
3. Hari Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo
Menanam pohon
4. Wiyono Sawahan RT02/10, Sangkrah
Persiapan tenda
Lampiran 7
Regresi Linier Berganda
Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)
No Nama Variabel Koefisien t hitung Prob.
1 2 3 4 5 6 7
Konstan Pendapatan Pedidikan Usia Anggota keluarga Jarak Tinggi genanangan
-9.4468 2.1473 0.0307 0.3855 -0.0571 0.0019 -0.0156
-1.0047 1.3631 1.2893 1.8135 -0.3180 2.0232 -3.2867
0.3176 0.1761 0.2004 0.0729 * 0.7512 0.0459** 0.0014**
R-squared Adjusted R-squared Durbin-Watson stat
0.2624 0.2158 1.6917
F-statistic Prob (F-statistic)
5.6335 0.0000
Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression
Variabel Nilai r2 Nilai R2 Keterangan Pendapatan Pendidikan Usia Anggota keluarga Jarak Tinggi genangan
0.0658 0.0048 0.0658 0.0030 0.0840 0.1316
0.2624 0.2624 0.2624 0.2624 0.2624 0.2624
Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uji White
White Heteroskedacity Test : F-statistic
Obs*R-squared 1.1875 14.0780
Probability Probability
0.3043 0.2957
Uji B-G Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test : F-statistic Obs*R-squared
2.1384 2.2688
Probability Probability
0.1469 0.1320
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 8
Aliran Sungai Bengawan Solo
+ 26,1% wilayah Propinsi
Jateng 27,5% wilayah Propinsi
Jatim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 9
Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia
Lampiran 10
Kerangka Pemikiran
Lampiran 11
Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi
EFEK LANGSUNG Melalui system kehidupan – mekanisme biologis
Kesehatan manusia: kematian , trauma, stress akibat banjir, khawatir akan banjir
Produktifitas ekonomi dari ekosistem: menurunnya permintaan akan developer, menurunnya nila i properti
Dampak ekosistem lainnya: penggunaan rekreasional menurun, keberagaman ekologi,
EFEK TIDAK LANGSUNG Melalui system kehidupan
Kerusakan akibat banjir pada property, peningkatan biaya produksi, meningkatnya waktu perja lanan
Ketegangan antar komunitas, waktu/usaha/energi politisi
Rasa estetika daerah yang terkena banjir
Pra Bencana Manajemen
Bencana/Tindakan Mitigasi
Bencana Paska Bencana
Fisik dan Non-Fisik
Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana
Banjir Besar Membuat Waduk
Banjir Kecil
Pendangkalan dan Perubahan Struktur
Sungai
Banjir Besar 2007-2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 12
Alur Tindakan Mitigasi
Banjir Besar 2007-2012
Konsolidasi dan Sosialisasi
Pemerintah daerah
Tindakan Mitigasi
Organisasi Masyarakat (MPRS)
Masyarakat
Relokasi
DPR Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 13
Proses Penanganan Bencana
Peringatan dari BPBD
Kepala Desa Informasi Penduduk Lokal
RT & RW
Lembaga non Pemerintah
Masyarakat
Pemerintah
Bantuan
Evakuasi Dapur Umum
Posko Bencana
Informasi