fathoni0809.files.wordpress.com · web view... penggabungan dua ilmu tersebut dapat diartikan...
TRANSCRIPT
I. Tahapan Perkembangan Pertanian
1. Lahirnya Ilmu Ekonomi PertanianIlmu ekonomi pertanian adalah ilmu terapan yang digunakan mengkaji dan
memecahkan permasalahan aspek sosial ekonomi di bidang pertanian. Perkembangan
pertanian yang berawal dari aktivitas mengumpul untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang
terjadi sesaat hingga budidaya tanaman dan ternak secara komersial yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam tempo waktu yang lebih lama menyebabkan berbagai
permasalahan dalam aspek sosial ekonomi petani sering muncul. Perkembangan
perekonomian yang mengarah pada spesialisasi produksi tidak dapat diikuti oleh
perkembangan produksi di bidang pertanian. Teori Malthus sebagai misal mengatakan bahwa
kebutuhan akan bahan pangan bertumbuh dengan deret ukur sementara produksi bahan pangan
yang nota bene adalah dihasilkan oleh sektor pertanian bertumbuh dengan deret hitung.
Produksi pertanian harus dapat bertumbuh lebih cepat dengan berbagai permasalahan sosial
ekonomi yang ada didalamnya.
Kebutuhan ilmu pengetahuan yang dapat memecahkan permasalahan sosial ekonomi
petani menyebabkan beberapa ahli di bidang ilmu pertanian mulai mengajarkan ilmu ekonomi
pertanian di perguruan tinggi. Ilmu Ekonomi Pertanian ditengarai mulai berkembang di
kawasan benua Eropa yang diawali dari terbitnya buku yang ditulis oloeh Von Der Goltz yang
berjudul Handbuch der Landwirtschaftlichen Bertriebslehrepada tahun 1885. Pada fase
perkembangan berikutnya, mata pelajaran Rural Economics mulai diajarkan di Universitas
Ohio pada tahun 1892 dan dilanjutkan oleh lahirnya beberapa mata kuliah yang lebih spesifik
pada permasalahan sosial ekonomi pertanian seperti Economics of Agriculture, Agricultural
Economics, Farm Management, dan Agricultural Production Economics yang mulai diajarkan
pada beberapa perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat pada awal tahun 1900’an.
Ilmu Ekonomi Pertanian selanjutnya mulai diberikan pada beberapa Fakultas
Pertanian terkemuka di Indonesia oleh beberapa ilmuwan yang meneruskan aliran pengajaran
Eropa Barat sehinga ilmu ini lebih banyak berorientasi pada pengkajian permasalahan pada
aspek sosial ekonomi pertanian. Pada perkembangan selanjutnya Ilmu Ekonomi pertanian
tidak saja hanya dipelajari oleh mahasiswa Fakultas Pertanian tapi juga oleh mahasiswa
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
1
fakultas lain seperti Fakultas Ekonomi, Hukum dan Sosial Politik dengan penekanan lebih
sesuai dengan latar belakang keilmuan yang dipelajarinya.
2. Tahapan Perkembangan Pertanian.Sejak awal peradaban manusia, khususnya sejak Adam dan Hawa terusir dari Taman
Eden, manusia telah harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Manusia harus
berjuang memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis dan teologis. Kebutuhan manusia memiliki
sifat tidak terbatas dan harus dipenuhi dari sumberdaya yang terbatas.
a. Fase Savagery
Pada awal peradaban manusia kebutuhan pangan sebagai salah satu kebutuhan biologis
manusia dapat dipenuhi dengan relatif mudah. Manusia mengumpulkan hasil tumbuhan dan
hewan yang ada disekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Jumlah manusia yang
yang masih relatif sedikit menyebabkan lingkungan sekitar masih mampu memenuhi
kebutuhan pangan manusia. Manusia berkembang biak, jumlah penduduk dalam satu wilayah
tertentu semakin banyak sementara kapasitas alam menghasilkan buah dan hewan untuk
memenuhi kebutuhan serat dan protein bagi manusia relatif sama dari waktu kewaktu. Untuk
memenuhi kebuthannya, manusia terpaksa mencari dari luar wilayah tempat tinggalnya.
Manusia mulai berburu dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi
kebutuhan pangannya dan anggota keluarganya.
b. Fase Agriculture
Perjuangan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong manusia untuk
belajar dari pengalaman. Biji bijian yang tidak termakan oleh manusia dan terbuang disekitar
pemukiman kemudian tumbuh menjadi tanaman baru mengajarkan manusia untuk mulai
bercocok tanam. Pada fase ini manusia telah mulai memenuhi kebutuhannya dengan bercocok
tanam dan mememelihara ternak disekitar tempat tinggalnya. Pertanian subsisten telah dimulai
pada fase ini, dimana kebutuhan pangan petani dan anggota keluarganya dalam periode waktu
tertentu telah dapat dipenuhi dari usaha bercocok tanam dan beternak yang dilakukan.
c. Fase Agriculture and Manufacture
Kebutuhan manusia terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan
jumlah penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin bertumbuh tersebut, manusia
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
2
terus berupaya meningkatkan kemampuannya berusahatani dan mengolah hasil pertanian
kedalam bentuk lain yang dapat bertahan lebih lama sehingga kebutuhan petani dan anggota
keluarganya dapat terpenuhi hingga panen berikutnya. Petani mulai melakukan penjemuran,
pengasapan dan berbagai metode manufaktur lainnya dalam upayanya untuk memenuhi
kebutuhan yang sifatnya semakin meningkat.
d. Face Agriculture, Manufacture, and Trade
Kebutuhan manusia sudah semakin beraneka ragam sehingga setiap individu telah
semakin kesulitan untuk memenuhi dari hasil budidayanya sendiri. Kemampuan produksi
yang dimiliki bertumbuh lebih lambat dan terspesialisasi oleh lingkungan geografis, iklim
serta sumber daya yang tersedia. Secara alami setiap individu manusia adalah berbeda.
Perbedaan talenta dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu manusia menyebabkan
setiap orang lebih mampu menghasilkan barang tertentu sementara orang lain lebih lihai di
bidang lain. Seseorang yang secara rutin menanam padi sudah barang tertentu akan lebih
produktif dalam berusahatani padi dibandingkan individu lain yang memiliki talenta sebagai
tukang. Spesialisasi produksi semakin tidak dapat dihindari dalam perkembangan ekonomi.
Disisi lain kebutuhan semakin beraneka ragam. Manusia mulai membutuhkan
komoditas yang tidak dapat dihasilkannya sendiri, sementara orang lain dapat menghasilkan
komoditas tertentu melebihi apa yang dibutuhkannya untuk dikonsumsi sendiri. Pertukaran
barang hasil tangkapan dan atau hasil budidaya dan manufakturing pun mulai dilakukan.
Sistem barter merupakan upaya awal yang dilakukan dalam memperoleh komoditas tertentu
yang dibutuhkan tapi tidak dapat dihasilkan sendiri. Segantang padi ditukar dengan sehelai
baju, atau seekor rusa hasil tangkapan ditukar dengan seikat tembakau atau sepikul garam.
Pada kelompok sosial yang kecil, kesepakatan yang saling menguntungkan masih dapat
dijadikan sebagai dasar tukar menukar barang yang dibutuhkan.
Perkembangan kebudayaan yang semakin pesat menyebabkan aktivitas barter semakin
sulit untuk dilakukan. Seorang petani padi yang memerlukan cangkul atau alat pertanian
lainnya misalnya akan membutuhkan waktu dan tenaga untuk memikul padi yang dihasilkan
dan mencari pandai besi yang dapat menghasilkan cangkul dan sedang membutuhkan sepikul
padi. Uang mulai dilibatkan sebagai alat tukar untuk memudahkan pertukaran barang. Petani
padi tidak lagi harus memikul padi sambil berkeliling mencari pemburu kijang atau pemintal
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
3
benang atau pandai besi untuk memenuhi kebutuhannya. Petani padi cukup menjual padi yang
dihasilkan di pasar terdekat dan mengantongi duit hasil penjualan yang diperoleh untuk
kemudian secara ringkas membeli kebutuhan lain yang tidak dapat dihasilkannya sendiri.
Seorang petani menyadari bahwa korbanan yang diberikan untuk menghasilkan sepikul padi
ternyata tidak sama dengan modal yang dikeluarkan untuk menangkap sebakul ikan dari
sungai. Produk hasil pertanian kemudian dinilai dan diperdagangkan atas nilai korbanan yang
diberikan. Tataniaga hasil pertanian kemudian mulai berkembang.
3. Definisi PertanianSebagaimana diuraikan diatas bahwa pada awal peradabannya, manusia masih mampu
memenuhi kebutuhan pangannya dengan hanya mengambil, mengumpul dari hasil tumbuhan
dan hewan yang ada di sekitarnya. Namun seiring dengan semakin besarnya jumlah penduduk
dan kebudayaanpun semakin berkembang menyebabkan kebutuhan manusia baik dari jumlah
maupun jenisnya semakin bertumbuh. Alam dan pengalaman mengajarkan manusia untuk
membudidayakan tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan serat dan protein. Pertanian
sederhana telah mulai lahir dan berkembang hingga pertanian modern yang dilakukan petani
dewasa ini. Pertanian dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu usaha produksi yang
didasarkan pada pertumbuhan tanaman ataupun hewan pada sebidang tanah tertentu.
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
4
II. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi
2.1. Definisi EkonomiBerdasarkan pemahaman singkat pada Pokok Bahasan I, kini dapat kita pahami bahwa
Ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu terapan yang merupakan gabungan dari ilmu ekonomi
dan ilmu pertanian. Secara lebih khusus lagi, penggabungan dua ilmu tersebut dapat diartikan
sebagai penerapan ilmu ekonomi dalam bidang pertanian. Pengembangan ilmu ekonomi
pertanian ditujukan kearah upaya mengkaji dan memecahkan permasalahan aspek sosial
ekonomi di bidang pertanian. Dengan demikian, sebagai suatu ilmu yang merupakan
penggabungan dua ilmu, maka pemahaman ilmu ekonomi pertanian seyogianya diawali pada
pemahaman masing masing ilmu yang digabungkan tersebut.
Berbagai definisi ilmu ekonomi telah diberikan oleh para ekonom, namun secara garis
besar ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara manusia dalam
memenuhi kebutuhannya yang bersifat tidak terbatas dari sumberdaya yang sifatnya terbatas.
Pada dasarnya, kebutuhan manusia dapat dibedakan kedalam kebutuhan rohani dan jasmani.
Kebutuhan rohani manusia lebih bersifat maya dan berkaitan pada ketenangan batin hingga
pengharapan memperoleh sesuatu kepuasan setelah periode hidup di alam fana ini berakhir.
Pemuasan kebutuhan rohani tidak dapat diukur dengan kebendaan dan dengan demikian tidak
dapat dipenuhi dengan sumberdaya yang ada di dunia ini.
Kepuasan kebutuhan rohani lebih tergantung pada pandangan individu manusia
tentang hidup dan kehidupan setelah periode kehidupan yang dijalani sekarang. Dalam
kehidupan di dunia ini sering dapat ditemui orang yang memiliki sedikit harta benda lebih
berbahagia dari sesamanya yang jauh lebih kaya. Dalam kehidupan sehari hari disekitar kita,
dengan mudah dapat dijumpai seseorang yang memiliki harta duniawi yang telah sangat
banyak seperti misalnya rumah mewah berikut perabotannya yang serba mewah, fasilitas
komunikasi dan transportasi yang canggih dan mengikuti perkembangan jaman, serta berbagai
akses lainnya namun hidupnya terlihat tidak bahagia, selalu berkeluh kesah, tidak puas dengan
apa yang telah dimiliki, khawatir akan keselamatan hartanya sehingga tidurpun tidak nyenyak.
Sementara disekitarnya terdapat individu lainnya yang bisa puas dan berbahagia meskipun
tinggal di pondok, atau gubuk sederhana, makan seadanya, tanpa memiliki fasilitas
komunikasi dan transportasi yang memadai. Apakah memang tingkat kepuasan simiskin lebih
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
5
rendah dari sikaya? Jawabannya adalah kepuasan rohani tidak dapat diukur dengan harta
duniawi. Kepuasan pemenuhan kebutuhan rohani lebih tergantung pada pemahamannya
tentang makna hidup serta imannya kepada Tuhannya.
Telah dikatakan diatas bahwa salah satu terminologi dalam ilmu ekonomi adalah
kebutuhan yang tidak terbatas. Secara rohani, kepuasan atas kebutuhannya dapat dikatakan
telah tercapai apabila dia telah meyakini bahwa hidup di dunia hanya bersifat sementara dan
Tuhannya telah menyediakan tempat yang penuh kebahagiaan tanpa akhir kelak disisiNya.
Berbeda halnya dengan kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi selama hidup didunia.
Sebagai makluk individu dan sekaligus makluk sosial, manusia yang berorientasi pada usaha
memenuhi kebutuhan duniawi tidak akan pernah memperoleh kepuasan. Kekayaan duniawi
tidak ada batasnya. Bill Gate yang menurut majalah Forbes adalah orang terkaya dunia sejak
tahun 1994 hingga kini masih berupaya keras untuk menambah kekayaannya. Raja atau ratu
yang memerintah suatu kerajaan berjuang terus untuk meningkatkan kemuliaan yang telah
diraihnya. Berbagai upaya dilakukan oleh penguasa dunia untuk tetap duduk di singgahsana
yang telah didudukinya
Dilain sisi, sumberdaya yang tersedia didunia yang dapat digunakan sebagai sarana
memenuhi kebutuhan manusia sifatnya terbatas. Dunia yang ditempati oleh nenek moyang
kita pada jaman dahulu adalah dunia yang kita kuasai sekarang. Jumlahnya hanya satu dan
volumenya tetap sama. Berbagai pernyataan dipublikasikan bahwa para ahli tehnologi
menciptakan perangkat pemuas kebutuhan manusia. Para ahli tersebut tidak mencipta namun
menemukan berbagai formula untuk merubah bentuk dan memperbaiki kualitas sumber daya
yang telah tersedia sebelumnya. Kebutuhan duniawi manusia tidak terbatas, namun
sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut sifatnya adalah terbatas.
Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dari sumberdaya yang
terbatas seringkali harus berakhir pada pemilihan alternatif kombinasi penggunaan sumber
daya yang tersedia. Kebutuhan kemudian dirangking, kombinasi penggunaan sumber daya
yang paling efisien dan jenis kebutuhan yang diyakini paling penting dan diminati kemudian
menjadi perioritas. Upaya manusia dalam memilah milah kebutuhan yang tidak terbatas serta
memilih alternatif penggunaan sumberdaya yang paling efisien dipelajari dalam ilmu
ekonomi.
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
6
2.2. Aliran Barang Dan Jasa Barang dan jasa adalah dua kata kunci dalam kebutuhan manusia. Seluruh kebutuhan
manusia dapat dikelompokkan pada barang dan jasa. Padi, kentang, baju, cangkul, pupuk,
komputer adalah contoh barang yang dibutuhkan manusia, sementara keahlian bertukang,
pangkas rambut, tenaga kerja untuk mengolah tanah adalah contoh jasa yang dibutuhkan
manusia. Seluruh barang dan jasa tersebut sudah barang tentu tidak dapat dihasilkan oleh
setiap orang pada saat dibutuhkan. Individu lain harus menyediakannya untuk memenuhi
kebutuhannya. Masyarakat menjadi berkembang dan terspesialisasi menjadi produsen dan
konsumen. Produsen bertugas menghasilkan barang dan jasa dan menjualnya kepada
konsumen. Asumsikan bahwa perekonomian terbagi kedalam dua sektor, yakni pihak yang
memproduksi barang dan jasa yang selanjutnya disebut dengan perusahaan di satu sisi dan
rumah tangga yang menjadi konsumen barang dan jasa disisi yang lain sebagaimana pada
Gambar 2 berikut:
Perusahaan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Sebagai imbalannya, rumah tangga memberikan rupiah (uang) kepada perusahaan. Sementara
itu untuk dapat menghasilkan barang dan jasa, perusahaan membutuhkan faktor produksi
seperti tenaga kerja, bahan baku dan modal. Faktor produksi tersebut diperoleh perusahaan
dari rumah tangga dan sebagai imbalannya perusahaan memberikan rupiah (uang) kepada
rumah tangga. Dengan memasukkan pemilik perusahaan adalah juga rumah tangga maka
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
Faktor Produksi
Rupiah
Rupiah
Barang dan Jasa
PerusahaanRumah Tangga
Gambar 2. Siklus perekonomian dua sektor
7
jumlah uang yang diberikan oleh perusahaan kepada rumah tangga adalah sama dengan
jumlah uang yang diberikan oleh rumah tangga kepada perusahaan. Semakin besar jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan maka semakin besar jumlah uang beredar
yang dibutuhkan dalam sistem perekonomian tersebut.
Pada kenyataannya terdapat dua pelaku ekonomi lain dalam sistem perekonomian
yakni pemerintah dan lembaga keuangan. Sebagai pelaku ekonomi, pemerintah dapat
berfungsi sebagai produsen dan konsumen. Terdapat beberapa bidang usaha yang
menghasilkan barang dan jasa milik pemerintah dan atau menjadi tanggung jawab pemerintah.
Air minum, energi dan listrik adalah beberapa bentuk barang yang masih diproduksi oleh
perusahaan milik negara, sementara pegawai negeri seperti pegawai kantor departemen, guru,
petugas keamanan dan pertahanan adalah sebagai contoh dari jasa yang disediakan pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Khusus untuk jasa yang dihasilkan, pemerintah tidak
menerima imbalan secara langsung dari masyarakat yang memanfaatkan jasa tersebut. Untuk
membiayai operasional kerjanya, pemerintah memungut pajak dari penduduk. Pajak adalah
salah satu bentuk penerimaan pemerintah dari masyarakat tanpa imbalan langsung yang
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Selain sebagai produsen, pemerintah juga
berperan sebagai konsumen. Pemerintah membutuhkan tenaga kerja yang diperoleh dari
rumah tangga serta input produksi lain yang dihasilkan oleh perusahaan.
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
8
Pelaku ekonomi lain dalam suatu sistem perekonomian adalah lembaga keuangan.
Lembaga keuangan menyediakan modal bagi perusahaan untuk dapat digunakan
menghasilkan barang dan jasa. Sebagai imbalan dari modal yang dipinjamkan, perusahaan
membayar bunga kepada lembaga keuangan sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku di
pasar uang. Uang yang dipinjamkan oleh lembaga keuangan kepada perusahaan berasal dari
rumah tangga dalam bentuk tabungan masyarakat dan sebagai imbalannya masyarakat
memperoleh bunga atas uang yang ditabungkannya tersebut.
2.3. KonsumsiKonsumsi dalam pemahaman ekonomi adalah aktivitas seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya dengan menggunakan benda atau jasa. Sebagaimana disajikan pada Gambar 3,
konsumsi dilakukan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu sistem perekonomian. Rumah
tangga mengkonsumsi barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan, perusahaan
mengkonsumsi bahan baku, dan jasa tenaga kerja dari rumah tangga serta modal dari lembaga
keuangan, pemerintah juga melakukan konsumsi berupa sumberdaya manusia dari rumah
tangga serta barang dan jasa dari perusahaan. Secara filosopis, aktivitas konsumsi adalah
kegiatan ekonomi yang mendasari permintaan sebagai salah satu variabel utama dalam kajian
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
Barang Jasa dan Rupiah
Pajak Pajak
Faktor Produksi
Rupiah
Rupiah
Barang dan Jasa
PerusahaanRumah Tangga
Pemerintah
Gambar 3. Siklus perekonomian empat sektor
Lembaga Keuangan
Modal dan Dana; Tabungan
Bunga Bunga
9
teori ekonomi mikro. Sementara terminologi konsumsi lebih sering ditemui dalam kajian
ekonomi makro.
Untuk memudahkan pemahaman tentang konsumsi ada baiknya sistem perekonomian
diasumsikan terdiri dari dua sektor yaitu perusahaan dan rumah tangga masyarakat. Rumah
tangga memperoleh pendapatan dari hasil penjualan barang dan jasa kepada perusahaan.
Pendapatan rumah tangga umumnya digunakan untuk konsumsi dan investasi yang dilakukan
oleh rumah tangga guna meningkatkan kualitas kesejahteraan hidup dari anggota rumah
tangganya.
Y = C + I ……………………………………………………………………………(1)
Dengan mengasumsikan bahwa investasi yang dilakukan oleh masyarakat adalah
konstan ( ) dalam arti jumlah dana yang diinvestasikan oleh rumah tangga tidak dipengaruhi
secara nyata oleh besar kecilnya pendapatan yang diperoleh maka besarnya pendapatan rumah
tangga akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang dilakukan. Anggota masyarakat yang
memiliki pendapat lebih besar cenderung akan membelanjakan pendapatan untuk konsumsi
semakin besar. Semakin tinggi pendapatan anggota rumah tangga maka semakin besar
proporsi dari pendapatan tersebut yang digunakan untuk belanja konsumsi.
C = cY …………………………………………………………………………………………(2)
Secara alami, setiap individu manusia sudah melakukan konsumsi sejak lahir. Pada
saat pendapatan masih 0 (nol) individu sudah mengkonsumsi sebesar Co, sehingga persamaan
2 dapat ditulis kembali sebagai berikut:
C = cY + Co…...………………………………………………………………………………(3)
Pada persamaan konsumsi diatas, c adalah angka yang menunjukkan besarnya
perubahan consumsi akibat perubahan satu satuan pendapatan nasional atau disebut dengan
marginal propensity to consume, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
……………………………………………………………………..(4)
Sifat manusia yang mengutamakan penggunaan pendapatan untuk konsumsi maka
MPC umumnya lebih besar dari 0,5. Namun karena tidak seluruh perolehan pendapatan
masyarakat dapat digunakan untuk konsumsi maka nilai MPC juga hendaknya lebih kecil dari
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
10
angka 1 (satu). Karakteristik lain dari MPC adalah bertanda positip yang berarti setiap
peningkatan pendapatan akan diikuti oleh meningkatnya pengeluaran untuk konsumsi.
0,5 < c < 0,1 …………………………………………………………………………(5)
Secara grafis fungsi konsumsi dapat digambarkan sebagai berikut:
2.4. Teori Produksi Apabila perilaku rumah tangga didekati dengan teori konsumsi, maka perilaku
produsen atau perusahaan umumnya didekati dengan teori produksi. Secara sederhana
terminologi produksi dapat diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang dan jasa dengan
memadukan beberapa faktor produksi. Sebagai misal untuk memproduksi sejumlah padi
dibutuhkan sejumlah tenaga kerja apakah itu berupa tenaga kerja manusia, hewan atau mesin,
sebidang lahan pertanian (sawah), benih padi, pupuk, obat, serta alat alat pertanian. Dalam
ilmu ekonomi, padi yang dihasilkan disebut dengan output, sementara tenaga kerja, benih,
pupuk, obat dan alat alat pertanian disebut dengan faktor produksi atau input.
Pola hubungan fisik antara faktor faktor produksi (input) dengan hasil produksi
(output) dapat dijelaskan dengan menggunakan fungsi produksi. Apabila output dapat
dilambangkan dengan Y, sementara input dilambangkan dengan X, maka secara matematis
fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = Yo + a1Y1 + a2Y2 + a3Y3 + a4Y4 + a..Y.. + µ1 …………………………………(6)
dimana:
Y = Jumlah padi yang dihasilkan (ton)
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
Y
Co
C = Co + cYC
0
Gambar 4. Fungsi konsumsi
11
X1.. = Jumlah penggunan input X1, X2, X3, X4, ………
Fungsi produksi yang dituliskan secara matematis diatas menunjukkan bahwa jumlah
output, katakanlah misalnya padi dihasilkan oleh kerjasama beberapa faktor produksi seperti
lahan pertanian (X1), benih (X2), dan lain sebagainya. Pola keterkaitan fisik antara input dan
output dalam teori produksi sebagaimana disajikan pada fungsi matetis diatas juga dapat
dijelaskan dengan menggunakan grafis. Agar dapat digambarkan pada panel dua demensi atau
dua sumbu (X,Y) maka hanya salah satu variabel input yang dapat dijadikan sebagai variabel
independen, sementara variabel lainnya dianggap konstan.
Proses produksi di bidang pertanian memiliki pola hubungan antara output dan input
yang khas. Penambahan satu satuan input secara bertahap akan mengakibatkan output yang
dihasilkan meningkat dengan pertambahan yang semakin besar hingga penggunaan input pada
titik optimum. Setelah melampaui titik optimum, penambahan output masih terus dapat
diperoleh walau dengan pola pertambahan yang semakin rendah hingga penggunaan input
pada titik maksimum. Apabila titik maksimum pada fungsi produksi telah tercapai maka
penambahan input justru akan mengakibatkan output yang dihasilkan semakin sedikit. Gambar
5 menunjukkan pola hubungan output (Y) dengan salah satu variabel input (X1) dengan asumsi
penggunaan input lain adalah konstan. Sebagai misal, hubungan antara jumlah penggunaan
benih dan hasil produksi pada usahatani padi sawah. Dampak penggunaan jumlah benih
terhadap produksi padi sawah dapat dilihat dengan mengaplikasikan beberapa ulangan jumlah
benih yang berbeda pada luas lahan, jumlah pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja yang sama
sebagaimana disajikan pada tabel data hipotetis berikut:
Tabel 1. Data hipotetis jumlah penggunaan input benih dan produksi padi sawah pada jumlah luas lahan, pupuk, obat obatan, dan tenaga kerja yang sama.
Ulangan Benih (Kg) Input lain Produksi (Kg)
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
MaksY= f(X)
O X
Gambar 5. Fungsi Produksi
Y
12
1 20 Tetap 250
2 30 Tetap 260
3 40 Tetap 280
4 50 Tetap 310
5 60 Tetap 330
6 70 Tetap 340
7 80 Tetap 330
Apabila jumlah benih yang digunakan sedikit maka output yang dihasilkan masih
sedikit. Pada penggunaan input benih dengan jumlah yang lebih tinggi terlihat output juga
semakin banyak hingga pada suatu titik tertentu, titik maksimum pada Gambar 5 atau ulangan
6 pada Tabel 1, penambahan input benih berakibat pada berkurangnya output yang dihasilkan.
Sekarang coba anda pikirkan kenapa kita membutuhkan areal tanam padi sawah yang sangat
luas untuk mencapai swasembada? Apa yang terjadi pada produksi yang akan dihasilkan jika
penggunaan bibit atau pupuk per hektar ditingkatkan secara terus menerus ? Jawabannya
adalah produksi akan meningkat secara perlahan seiring dengan peningkatan penggunaan
input hingga akan kembali menuju nol setelah penggunaan input mencapai titik jenuh.
Produksi akan nol jika tak satu individu tanaman pun yang dapat tumbuh akibat kebanyakan
pupuk atau benih sehingga tak satu milli lahanpun yang terbuka buat benih untuk tumbuh.
Pertanyaan berikut yang harus dijawab adalah hingga jumlah input berapa yang sebaiknya
digunakan agar usahatani memberikan keuntungan maksimum kepada petani produsen.
Jawabannya sangat tergantung pada harga input dan output yang dihasilkan. Apabila
tambahan nilai produksi yang dihasilkan telah lebih kecil dari tambahan biaya yang harus
dikorbankan maka penambahan input sudah layak untuk dipertimbangkan.
2.5. Harga
Pada zaman sistem ekonomi barter, harga dapat diartikan sebagai jumlah barang
tertentu yang dapat disetarakan dengan barang lain. Sebagai misal, apabila sepikul padi dapat
ditukar dengan seekor rusa jantan maka harga sepikul padi adalah seekor rusa jantan.
Bannock, at al (1984) dalam Dictionary of Economics mengartikan harga sebagai sesuatu yang
harus diberikan untuk dapat memperoleh sesuatu. Harga umumnya dinyatakan dalam jumlah
uang per satu satuan barang atau jasa. Secara lebih spesifik Lipsey, at al (1984) mengatakan
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
13
bahwa harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan dalam membeli satu unit barang
tertentu. Dalam aktivitas perekonomian sehari hari kita sering mendengar istilah harga apel,
harga beras kualitas A, harga jeruk besar di pasar Angso Duo, harga gabah di tingkat petani,
dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa harga sangat terkait pada jenis dan kualitas
komoditas yang diperdagangkan, pelaku pasar dan bahkan lokasi pasar.
Harga suatu barang secara teoritis dapat terjadi sesuai dengan sistem perekonomian
yang dianut dalam suatu wilayah. Pada suatu negara yang menganut sistem perekonomian
terpimpin yang sangat rigit seperti pada negara-negara sosialis misalnya, harga setiap
komoditas dapat dikatakan ditentukan secara langsung oleh pemerintah. Kasus harga
ditentukan oleh pemerintah atau produsen secara sepihak pada dasarnya tidak hanya dapat
ditemui pada negara yang menganut sistem perekonomian sosialis terpimpin saja. Pada
negara yang menganut prinsip liberalis tapi mengamini monopoli produksi komoditas tertentu
juga terjadi penentuan harga secara sepihak oleh produsen. Sebagai contoh di Indonesia kita
masih menemukan harga komoditas tertentu seperti air, listrik, serta migas masih sangat
tergantung pada ketentuan yang dibuat oleh pemerintah.
Pada sistem perekonomian pasar sebagaimana yang dianut oleh negara negara liberalis, harga
suatu barang atau jasa sangat tergantung pada kekuatan pasar. Jumlah produksi yang
ditawarkan oleh produsen serta jumlah permintaan yang dilakukan oleh konsumen akan
menentukan harga suatu barang dan atau jasa sebagaimana disajikan pada Gambar 6 berikut:
Pada Gambar 6, keseimbangan antara jumlah barang yang ditawarkan (S) dan barang
yang diminta konsumen (D) adalah sebesar Q pada harga P. Pada pasar persaingan sempurna
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
S
D
e
Q0
P
Gambar 6. Keseimbangan penawaran (S) dan permintaan (D)
14
umumnya akan ditemui perilaku alami dari pelaku pasar dimana pada tingkat harga yang
semakin tinggi produsen akan menghasilkan barang dan jasa lebih banyak. Sifat alami
produsen ini menyebabkan fungsi penawaran naik dari kiri kekanan atas. Disisi lain,
konsumen memiliki perilaku alami yang berbeda dari produsen. Pada tingkat harga yang
rendah konsumen akan meminta banyak dan akan mengurangi permintaan seiring dengan
meningkatnya harga. Perilaku konsumen yang sedemikian rupa menyebabkan fungsi
permintaan konsumen memiliki slope negatif atau turun dari kiri atas ke kanan bawah.
Hal ini juga yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menjelaskan perilaku pasar di
sektor pertanian. Khususnya di sektor pertanian, pada saat panen raya dimana jumlah barang
yang ditawarkan menjadi sangat besar harga menjadi sangat rendah. Jumlah barang yang
ditawarkan lebih besar dari jumlah barang yang diminta oleh konsumen sehingga terjadi
kelebihan penawaran atau ekses suply yang berdampak pada turunnya harga. Sebagai
ilustrasi, petani akan cenderung memilih untuk mengobral hasil panennya asalkan dapat terjual
dari pada membawa barang yang dihasilkan tersebut ke rumah dan menyimpannya di gudang
dengan resiko tinggi lebih. Terciptanya harga harga barang dan jasa diyakini sangat
dipengaruhi oleh dua perilaku alami produsen dan konsumen yang saling bergerak kearah
yang berbeda tersebut sebagaimana disajikan pada Gambar 7 berikut:
.
Pendekatan Cobb Web atau sarang laba laba secara teoritis diyakini dapat digunakan
sebagai salah satu pendekatan dalam menentukan terciptanya harga barang dan jasa
berdasarkan kekuatan pasar. Pada harga barang sebesar P1, produsen akan bersedia
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
P1
Pe
P2
S
D
e
Q2 Qe Q10
Gambar 7. Proses terciptanya keseimbangan penawaran (S) dan permintaan (D) mengikuti konsep pendekatan Cobb Web
15
menawarkan barang dan jasa sebesar Q1 sesuai dengan kurva penawaran yang dimiliki.
Namun konsumen, sesuai dengan kurva permintaan yang dimiliki hanya bersedia membayar
P2 agar jumlah barang Q1 yang ditawarkan habis diminta. Jika ka harga P2 dimana P2 < P1
produsen hanya bersedia menghasilkan barang sebesar Q2 sesuai dengan kurva penawaran S.
Apabila barang yang tersedia dipasar hanya sejumlah Q2 konsumen akan kekuarangan barang
untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan demikian akan bersedia membayar harga yang
lebih tinggi dari Pe untuk memperoleh barang tersebut. Proses tersebut akan terus berulang
hingga akhirnya produsen dan konsumen akan berhenti pada jumlah barang Qe pada harga Pe.
Keadaan pasar dimana jumlah penawaran sama dengan jumlah permintaan sebagaimana
digambarkan pada Gambar 6 dan 7 disebut sebagai perekonomian berda pada titik
keseimbangan atau equilibrium.
2.6. Pendapatan Nasional
Pada posisi ekonomi berada pada titik keseimbangan, maka jumlah barang yang
dihasilkan oleh produsen sama dengan jumlah barang yang digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen (Qe ). Dengan asumsi harga produsen sama dengan harga konsumen (Pe) maka nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen sama dengan nilai barang yang digunakan oleh
konsumen yakni Pe * Qe. Dalam analisis sistem perekonomian dua sektor sebagaimana
dibahas pada sub bab 2.2 nilai barang yang dihasilkan oleh sektor perusahaan pada dasarnya
adalah sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual oleh sektor keluarga ke sektor
perusahaan. Apabila diasumsikan bahwa seluruh produsen dan konsumen adalah penduduk
dari satu negara tertentu, maka total nilai barang dan jasa yang di dihasilkan oleh produsen {∑
(Pe*Qe)} adalah merupakan total pendapatan nasional dari negara tersebut.
Pendapatan nasional adalah total nilai produk barang dan jasa yang dapat dihasilkan
oleh suatu negara dalam kurun waktu satu tahun. Oleh karena itu, pendapatan nasional suatu
negara sering kali digunakan sebagai salah satu tolok ukur dari kemajuan suatu negara.
Semakin maju perekonomian suatu negara maka semakin besar daya kemampuan negara
tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa yang berarti semakin besar nilai pendapatan
nasional negara tersebut. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3,
perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan
sebagaimana juga yang umum disajikan dalam berbagai literatur Ilmu Ekonomi makro yaitu:
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
16
1. nilai hasil produksi perusahaan,
2. total pendapatan per kapita rumah tangga, dan
3. total pengeluaran
Pendekatan pendapatan nasional yang pertama juga sering dikenal dengan istilah
product approach. Pendekatan ini dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan
nasional dengan cara menjumlahkan hasil penjualan akhir barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu negara pada suatu kurun waktu tertentu, umumnya dalam satu tahun. Dengan
mengasumsikan total jumlah barang kesatu adalah Q1 dan harga barang tersebut pada
konsumen terakhir adalah P1 dan seterusnya untuk barang kedua dan ke-n maka total
pendapatan nasional negara tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
NI = P1Q1 + P2Q2 +P3Q3 +…………..+PnQn ……………………………………….(7)
NI = (PiQi) …………………………………………………………………….. (8)
Pendekatan penghitungan pendapatan nasional juga dapat dilakukan dengan
menghitung seluruh pendapatan perkapita penduduk suatu negara pada periode waktu satu
tahun. Hal ini dapat dilakukan dengan mendata pendapatan keluarga atau anggota keluarga
rumah tangga. Sebagaimana diuraikan pada subbab 2.2, pendapatan rumah tangga dapat
diperoleh atas penggunaan sumberdaya yang dimiliki rumah tangga oleh perusahaan dalam
menghasilkan barang dan jasa. Pendapatan rumah tangga tersebut dapat berupa upah dan gaji
(Yw) anggota keluarga, sewa atas penggunaan barang milik rumah tangga (Yr), bunga
sumberdaya modal rumahtangga yang digunakan perusahaan (Yi) dan atau pendapatan laba
(Yp) yakni berupa selisih nilai produksi dan biaya yang diperoleh perusahaan dan diserahkan
ke rumahtangga pemilik perusahaan tersebut. Jumlah pendapatan dari empat komponen
pendapatan tersebut dari seluruh rumah tangga dalam suatu negara adalah merupakan
pendapat nasional yang dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = Yw + Yr + Yi + Yp ……………………………………………………………. (9)
Oleh karena pendapatan rumah tangga tersebut adalah merupakan peneriman
rumahtangga dari perusahaan atas penggunaan faktor produksi yang digunakan oleh
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
17
perusahaan maka pendekatan pendapatan tersebut juga sering dikenal dengan istilah at factor
income approach (Y at factor).
Pendekatan lainnya yang lazim digunakan dalam menghitung pendapatan nasional
adalah pendekatan pengeluaran atau expenditure approach. Pendekatan ini dilakukan dengan
menghitung seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh pelaku ekonomi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang siap dikonsumsi oleh konsumen terakhir. Dengan
mengasumsikan bahwa produsen barang dan jasa dihasilkan oleh sektor perusahaan, rumah
tangga, dan pemerintah, maka total pengeluaran adalah penjumlahan pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan yakni berupa investasi (I), pengeluaran konsumsi rumahtangga (C )
dan pengeluaran pemerintah (G). Dengan demikian total pendapatan nasional dapat dituliskan
sebagai berikut:
Y = C + I + G …………………………………………………………………….(10)
Dalam bahasan yang lebih detail, pelaku ekonomi lain dalam sektor perekonomian
adalah sektor perdagangan luar negeri. Perolehan pendapatan nasional dari sektor perdagangan
luar negeri adalah berupa selisih netto antara perdagangan ekspor (X) dan impor (M). Dengan
memasukkan sektor perdagangan luar negeri, maka pendapatan nasional dalam persamaan 10
dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
Y = C + I + G + (X – M)…………………………………………………………….(10)
Pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dengan demikian
adalah penjumlahan pengeluaran rumahtangga ( C ), pengeluaran investasi oleh perusahaan
(I), pengeluaran consumsi oleh pemerintah (G), dan total perolehan bersih dari perdagangan
luar negeri (X – M).
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
18
PB.III. Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional
3.1. Gambaran umum Pembangunan Pertanian Indonesia
Sebagaimana telah dibahas dalam sub bab terdahulu, aktivitas ekonomi berawal dari
upaya memenuhi kebutuhan pangan yang bertumbuh lebih pesat dari sumberdaya yang
tersedia. Aktivitas ekonomi pada hakekatnya dapat dikatakan berawal dari fase kegiatan di
sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan. Hal ini dapat diyakini mengingat
bahan pangan adalah merupakan kebutuhan yang paling pokok bagi setiap mahluk untuk dapat
mempertahankan hidup.
“It is in the agriculture sector that the battle for long term economic development will
be won or lost” (Gunnar Myrdal). Validitas pernyataan Myrdal tersebut telah diuji dalam
sejarah pembangunan pertanian di permukaan bumi ini. Setiap negara dapat dikatakan
mengawali perjalanan panjang pembangunan perekonomian mereka dari kerja keras
membangun sektor pertanian. Penduduk Eropa bermigrasi ke Benua Amerika bertujuan
mencari lahan pertanian. Hingga tahun 1790 Amerika Serikat masih merupakan negara
pertanian dimana sekitar 90 % dari total penduduk yang bermukim di negara ini hidup dari
sektor pertanian. Perkembangan teknologi yang terjadi pada era Revolusi Industri pada
pertengahan abad ke-19 menyebabkan industri berbasis pertanian tumbuh pesat di negara
tersebut. Pada tahun 1890 dan 1990 penduduk Amerika Serikat yang hidup dari sektor
pertanian masing masing hanya 43 % dan 4,6 % dari total penduduknya.
Sama seperti Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya di kawasan Benua
Eropa dan Asia, Indonesia juga memulai pembangunan ekonomi dari sektor pertanian. Upaya
memajukan sektor pertanian bahkan telah dilakukan sejak jaman pemerintahan Hindia
Belanda yakni dengan didirikannya Departemen Van Landbouw pada tahun 1905.
Perbedaannya adalah upaya pembangunan yang telah diawali sejak seratus tahun yang lalu
tersebut belum dapat mengurangi jumlah penduduk yang hidup dari sektor pertanian hingga
setengahnya sebagaimana yang dicapai oleh Amerika Serikat pada tahun 1890 setelah satu
abad membangun pertanian.
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
19
Pembangunan pertanian di Indonesia pada dasarnya telah direncanakan dengan baik
dan terpola. Plan Kasimo adalah program pembangunan pertanian Indonesia pertama sejak
menagalami kemerdekaan. Program ini merupakan rencana pembangunan pertanian 3
tahunan yang dimulai pada tahun 1948-1950. Belum genap satu periode, pemerintah
kemudian menggabungkannya dengan Rencana Wisaksono yang kemudian dikenal dengan
Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI). Salah satu misi yang hendak dicapai oleh RKI adalah
mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengadaan beras yang memadai. Misi yang
diemban oleh RKI diwujudkan dengan melaksanakan perbanyakan produksi benih unggul,
penataan sistem pengairan, penggunaan pupuk kimia dan pembrantasan hama penyakit pada
lahan usahatani padi serta pendidikan pertanian bagi masyarakat desa di tingkat kabupaten.
Pada tahun 1962 pemerintah berupaya memacu pembangunan pertanian melalui konsep
Panca Usaha yang meliputi 1) penyediaan air untuk sawah, 2) pengadaan bibit unggul, 3)
pemupukan, 4) pengendalian hama terpadu, dan 5) cara bercocok tanam yang baik pada
usahatani padi sawah. Program penerapan Panca Usaha diawali dengan pengadaan pilot
projek di Kerawang yang kemudian dilanjukkan dengan Program Demonstrasi Massal
(Demas) pada musim tanam 1964/1965.
Program pembagunan pertanian yang utamanya ditujukan untuk peningkatan taraf
hidup petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi terus dilanjutkan
oleh pemerintah. Pemerintah Orde Baru mencanangkan pencapaian swasembada beras dalam
program pembangunan pertanian. Sistem Demas yang lebih berorientasi pada pengadaan
petak petak percontohan kemudian ditingkatkan dengan Program Bimbingan Massal (Bimas).
Program Bimas kemudian diikuti dengan Program Intensifikasi Khusus (Insus) yang
merupakan pelaksanaan program Bimas pada lahan sehamparan hingga Indonesia dengan
bangga berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984.
Pasca swasembada beras yang sangat disayangkan tidak dapat dipertahankan tersebut,
program pembangunan pertanian terus dilanjutkan oleh pemerintah. Intentensifikasi padi
kemudian diperluas hingga ke lahan lahan marginal seperti lahan kering (padi ladang), sawah
pasang surut, dan lebak. Selain itu, intensifikasi pertanian juga ditopang oleh introduksi
teknologi baru melalui penyuluhan yang diikuti dengan pembentukan WKPP, Unit Supra
Insus, serta berbagai program yang bertujuan mencapai dan menjaga ketahanan pangan
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
20
nasional. Program pembangunan pertanian telah dilakukan secara berkesinambungan, namun
satu hal yang perlu direnungkan adalah Indonesia masih tetap merupakan negara pertanian.
3.2. Cakupan sektor pertanian di Indonesia
Meskipun secara umum digambarkan diatas bahwa pembangunan pertanian lebih
diorientasikan pada peningkatan produksi dan produktivitas usahatani tanaman pangan
khususnya beras, pada hakekatnya pembangunan sektor pertanian tidak hanya dilakukan pada
sub sektor tanaman pangan melainkan juga pada empat sub sektor lainnya dalam lingkup
sektor pertanian. Dalam pemahaman yang lebih luas, sektor pertanian meliputi 5 sub-sektor
yakni:
1. Pertanian tanaman pangan,
2. Perkebunan,
3. Kehutanan,
4. Peternakan, dan
5. Perikanan
3.2.1. Subsektor Pertanian Tanaman Pangan
Subsektor tanaman pangan adalah salah satu bentuk pertanian diusahakan dengan
tujuan menghasilkan komoditas bahan pangan utama seperti beras, palawija, buah dan
sayuran. Konsep subsektor pertanian tanaman pangan seringkali dijumpai dalam berbagai
literatur diartikan sebagai pertanian rakyat atau pertanian rumahtangga (household farming
system). Identifikasi sub sektor tanaman pangan kedalam sektor pertanian rakyat ataupun
pertanian rumah tangga terjadi karena aktivitas produksi pada sub sektor ini sering dilakukan
oleh petani rakyat dengan skala usaha yang kecil.
Sebagaimana yang dapat diamati hampir di seluruh penjuru Indonesia, areal tanaman
pangan yang diusahakan petani tergolong relatif sempit dan dikelola secara subsisten.
Berbagai macam komoditas pangan seperti padi, jaugung, ubi kayu, bahkan buahbuahan dan
sayuran masih dikelola oleh rumah tangga petani dengan motif memenuhi kebutuhan
konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sejumlah besar keluarga petani padi
sawah di berbagai daerah di Sumatera hanya memiliki lahan padi sawah kurang dari 0,5 hektar
bahkan dibawah 0,3 hektar di Pulau Jawa. Dengan rata-rata produktivitas 2,91 dan 5,14 ton/ha
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
21
masing masing di pulau Sumatera dan Pulau Jawa, total produksi padi yang dapat dihasilkan
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga selama satu musim
tanam. Dengan rata rata kemampuan produksi 1 ton padi atau 0,6 ton beras per keluarga per
musim tanam maka dapat dikatakan petani tidak akan memiliki kesempatan untuk menjual
sebahagian dari hasil produksi usahatani padi yang diperolehnya tersebut. Usahatani tanaman
pangan di Indonesia masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga.
Gambaran umum lain yang dapat dilihat dari usahatani tanaman pangan yang dikelola
oleh rumah tangga petani adalah lahan pertanian yang diusahakan secara multi komoditi.
Kecuali pada lahan usahatani padi sawah, lahan pertanian tanaman pangan lain seperti lahan
pekarangan, ladang, tegal dan huma umumnya diusahakan petani dengan berbagai jenis
tanaman baik secara tumpang sari ataupun bergiliran. Bahkan di beberapa daerah tertentu,
lahan pertanian sawah pun sudah kerap kali ditemui diusahakan petani dengan sistem mina
padi atau bergilir dengan tanaman palawija seperti jagung, kedele, dan berbagai jenis tanaman
sayuran lainya. Pilihan petani untuk mengusahakan tanaman pangan khususnya beras
terutama didasarkan atas kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan petani berikut
anggota keluarganya.
Sementara pilihan komoditas tanaman pangan lain lebih didasarkan pada kondisi iklim
serta modal yang dimiliki oleh keluarga petani. Tanaman pangan non padi umumnya
diusahakan petani dengan maksud untuk memperoleh pendapatan berupa uang yang dapat
digunakan untuk membeli keperluan rumah tangga dan atau beras pada musim paceklik.
Keterbatasan modal sering menjadi kendala bagi petani tanaman pangan untuk dapat mampu
mengusahakan lahan pertanian yang dimiliki dengan motif komersil. Keterbatasan modal
yang dimiliki petani menyebabkan mereka lebih responsif terhadap resiko (risk avert)
sehingga petani dalam beberapa kesempatan terpaksa mengusahakan tanaman pangan yang
mudah diusahakan, tanpa butuh modal besar, dan dapat dipasarkan di lokasi petani.
Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu
22