· web viewjumlah angkatan kerja di berbagai daerah pada tahun 1983 dan 1988 dan kenaikan jumlah...
TRANSCRIPT
BAB TENAGA KERJA
16
BAB 16
TENAGA KERJA I. PENDAHULUAN
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa
perluasan dan pemerataan kesempatan kerja, serta peningkat-
an mutu dan perlindungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan
pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Dalam hubung-
an ini program-program pembangunan sektoral maupun regional
perlu selalu mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan
kerja sebanyak mungkin. Dengan jalan demikian maka di samping
peningkatan produksi sekaligus dapat dicapai pemerataan ke-
giatan pembangunan dan hasil-hasilnya. Selanjutnya perlu di-
ambil langkah-langkah di berbagai sektor secara terkoordinasi
dan terpadu untuk membina dan mengembangkan kemampuan tenaga
kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sehubungan dengan
itu perlu lebih ditingkatkan perencanaan ketenaga kerjaan yang
terpadu.
Kebijaksanaan ketenaga kerjaan juga diarahkan kepada
penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja yang le-
bih baik dengan jalan pembinaan dan peningkatan ketrampilan
terutama bagi angkatan kerja usia muda. Di samping itu juga
perlu dikembangkan dan disempurnakan sistem informasi ketena-
ga kerjaan. Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja
ditujukan kepada perbaikan upah, syarat kerja, kondisi kerja
dan hubungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta
jaminan sosial lainnya di dalam rangka perbaikan kesejahtera-
an tenaga kerja secara menyeluruh.
311
Pembinaan hubungan perburuhan perlu diarahkan kepada ter-
ciptanya kerjasama yang serasi antara buruh dan pengusaha
yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, di-
mana masing-masing pihak saling menghormati, saling membutuh-
kan, saling mengerti peranan serta hak dan melaksanakan ke-
wajiban masing-masing dalam keseluruhan proses produksi, ser-
ta dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pem-
bangunan.
Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efisiensi dan ke-
langsungan hidup perusahaan, pengusaha perlu menjamin pem-
berian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan sesuai de-
ngan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh buruh. Di samping
itu perusahaan wajib memperhatikan peningkatan kesejahteraan
buruh berdasarkan kemampuan dan sesuai dengan kemajuan yang
dicapai perusahaan. Perusahaan juga berkewajiban bersama-sama
dengan Serikat Buruh, di samping tugas Serikat Buruh memper-
hatikan nasib buruh, mengusahakan agar buruh memiliki kesa-
daran dalam turut bertanggung jawab atas kelancaran, kemaju-
an dan kelangsungan hidup perusahaan. Pemerintah mengusahakan
terciptanya dan tetap terbinanya hubungan yang serasi antara
pengusaha dan buruh, yang akan lebih mendorong tercapainya
kelancaran, efisiensi serta kelangsungan hidup perusahaan,
dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan kesejahteraan buruh
dalam perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan perkembangan
dan kemajuan perusahaan.
Kebijaksanaan upah di samping memperhatikan peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi, perlu
diarahkan kepada peningkatan. kesejahteraan dan peningkatan
daya beli golongan penerima upah yang rendah.
312
II. KEADAAN DAN MASALAH
Selama Repelita III telah dilaksanakan berbagai langkah
dan kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah di bidang
tenaga kerja. Langkah-langkah ini adalah usaha-usaha khusus
yang ditujukan untuk meningkatkan dan memperluas kesempatan
kerja di berbagai sektor, meningkatkan produktivitas tenaga
kerja melalui latihan ketrampilan serta langkah-langkah me-
nyebarkan dan memanfaatkan tenaga kerja. Selain itu dilaksa-
nakan pula kegiatan-kegiatan pembinaan lembaga-lembaga kete-
naga kerjaan dan hubungan perburuhan serta perlindungan tenaga
kerja.
Di bidang perluasan lapangan kerja dilaksanakan Proyek
Padat Karya Gaya Baru. Usaha ini banyak menciptakan kesempat-
an kerja baru khususnya di daerah pedesaan yang miskin, padat
penduduk, daerah yang dilanda bencana alam, daerah irigasi
dan daerah yang mengalami penurunan harga komoditi hasil
pertanian. Kegiatan proyek ditujukan untuk memperluas lapang-
an kerja produktif melalui pembangunan prasarana jalan desa,
saluran irigasi, penghijauan, pencetakan sawah baru, tambak
ikan, pembangunan/rehabilitasi embung penampung air dimusim
hujan, perbaikan lingkungan pemukiman, termasuk penanganan
persampahan dan lain-lain kegiatan yang bersifat padat karya
dan produktif. Selama Repelita III telah dimanfaatkan sekitar
1.193.571 orang atau rata-rata 238.701 orang per hari selama
3 - 6 bulan pada waktu masyarakat kekurangan lapangan kerja
sebagaimana terlihat pada Tabel 16 - 1.
Hasil-hasil fisik yang dicapai melalui kegiatan Proyek
Padat Karya Gaya Baru meliputi sekitar 119.300 km jalan de-
sa, dan sekitar 314.600 km saluran irigasi tertier.
313
Selama Repelita III pelaksanaan kegiatan bantuan pemba-
ngunan telah memperluas kesempatan kerja baik secara langsung
maupun tak langsung sebelum dan sesudah proyek dilaksanakan.
Melalui program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Pro-
gram Inpres Dati II) dilaksanakan pembangunan fasilitas umum
berupa prasarana jalan, pasar, terminal angkutan umum, jemba-
tan dan sebagainya. Kegiatan program Inpres Dati II meman-
faatkan bahan lokal dan tenaga kerja sekitar proyek sebanyak
mungkin. Selain dari hasil-hasil fisik yang dicapai, dicipta-
kan lapangan kerja sekitar rata-rata 57,5 juta hari kerja se-
tiap tahun dalam Repelita III. Selanjutnya melalui Inpres Re-
boisasi dan Penghijauan telah dapat diciptakan kesempatan
kerja 23,8 juta hari kerja produktif selama Repelita III. Ke-
giatan-kegiatan proyek Inpres lainnya meliputi bantuan-bantu-
an pembangunan Sekolah Dasar, Desa, Pusat Kesehatan Masyara-
kat. Kegiatan-kegiatan ini juga telah memberi dampak perlua-
san lapangan kerja yang amat berarti. Demikian juga pembangu-
nan di berbagai sektor telah dapat menyerap tenaga kerja da-
lam jumlah yang cukup besar.
Selain dari penciptaan lapangan kerja, pelaksanaan pro-
yek-proyek juga diusahakan untuk meningkatkan kemampuan swa-
daya, swakarya dan peranserta masyarakat, dan mengembangkan
usaha-usaha pembangunan proyek-proyek sederhana di pedesaan.
Lebih dari 100.000 tenaga kerja telah dilatih di pedesaan me-
lalui "Mobile Training Unit", khususnya tenaga kerja usia
muda dan wanita. Peningkatan kemampuan melalui latihan ketram-
pilan sangat penting dalam rangka perluasan dan pemerataan
lapangan kerja, peningkatan produktivitas dan pemerataan da-
lam Repelita III.
314
TABEL 16 - 1JUMLAH KECAMATAN DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA PER HARI
PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU,
1979/80 - 1983/84
Tahun Jumlah Kecamatanl) Pemanfaatan Tenaga Kerjaper hari
1979/80 502 244.7092)
1980/81 604 211.8802)
1981/82 742 202.8882)
1982/83 895 276.7302)
1983/84 1.084 257.3643)
Jumlah : 3.229 1.193.5713)
Catatan : 1) Tidak termasuk Padat Karya Jaringan Tertier dan Bencana Alam
2) Termasuk Padat Karya Jaringan Tertier di Daerah Irigasi.3) Angka sementara.
315
Dalam rangka pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya
pemuda, sarjana dan sarjana muda untuk mengisi kekosongan te-
naga terdidik dan terlatih di daerah pedesaan, maka selama
Repelita III telah disebarkan dan ditugaskan 10.238 Tenaga
Kerja Sukarela (TKS)-BUTSI ke daerah pedesaan, di kecamatan-
kecamatan Unit Daerah Kerja Pembangunan. Penugasan TKS-BUTSI
sangat dirasakan manfaatnya untuk memacu gerak pembangunan.
Sejalan dengan usaha pemanfaatan tenaga terdidik selama Repe-
lita III telah diikut sertakan sekitar 56.137 mahasiswa ting-
kat terakhir dalam proses pembangunan melalui Kuliah Kerja
Nyata (KKN).
Sejalan dengan kebijaksanaan perluasan lapangan kerja dan
peningkatan pemanfaatan tenaga kerja Indonesia pada usaha-
usaha baik PMA, maupun PMDN telah dilaksanakan pembatasan
penggunaan tenaga asing di 23 jenis lapangan usaha yang men-
cakup 3.722 jenis jabatan. Di antara 3.722 jenis jabatan ter-
sebut, 1.384 dinyatakan tertutup bagi tenaga kerja warga ne-
gara asing pendatang, 2.105 diizinkan untuk waktu tertentu,
dan 233 jenis jabatan terbuka untuk sementara waktu.
Dalam rangka meningkatkan mobilitas tenaga kerja baik an-
tar jabatan maupun antar daerah telah dikumpulkan dan dise-
barkan informasi melalui media massa mengenai kebutuhan tena-
ga kerja, antara lain berbentuk Bursa Tenaga Kerja. Selama
Repelita III telah disalurkan rata-rata per tahun sejumlah
lebih kurang 75.000 orang baik melalui mekanisme Antar Kerja
Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), dan Antar Kerja
Antar Negara (AKAN).
316
Usaha lain yang telah dilaksanakan selama Repelita III
adalah meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan ketrampil-
an tenaga kerja. Latihan-latihan ditujukan untuk memberikan
ketrampilan yang bersifat kejuruan baik bagi pencari kerja
yang belum memiliki ketrampilan, maupun yang sudah bekerja
dan ingin meningkatkan ketrampilannya. Latihan kepemimpinan
dan kewiraswastaan juga diberikan, khususnya bagi tenaga ker-
ja golongan ekonomi lemah. Dalam hubungan ini fasilitas la-
tihan terus ditambah, sehingga daya tampung serta kualitas
latihan juga relatif meningkat. Jumlah siswa yang dilatih da-
lam Repelita III setiap tahun rata-rata mencapai 60.000
orang untuk ketrampilan kejuruan industri, pertanian dan ke-
wiraswastaan/manajemen. Selain itu bimbingan kepada lembaga
latihan swasta juga diberikan antara lain berupa pengelolaan
metodologi dan teknik administrasi latihan.
Di bidang hubungan dan perlindungan tenaga kerja langkah
dan kebijaksanaan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja secara menyeluruh dan menciptakan kerjasama yang
serasi antara buruh dan pengusaha yang dijiwai oleh Pancasila
dan UUD 1945. Dalam hubungan ini dilaksanakan perbaikan upah,
syarat kerja, kondisi kerja dan hubungan kerja, keselamatan
dan kesehatan kerja, serta jaminan sosial lainnya. Kebijaksa-
naan pokok yang mendasari pengaturan pengupahan adalah agar
upah untuk jabatan yang sama tidak jauh berbeda, baik antar
sektor maupun antar wilayah dan juga kesenjangan antara upah
tertinggi dan terendah dalam satu sektor atau perusahaan di-
kurangi. Kesenjangan upah pekerja di pedesaan dan upah peker-
ja di perkotaan juga diusahakan agar jangan terlalu besar.
Secara kumulatif telah ditetapkan 11 upah minimum regional,
317
55 upah minimum sektoral regional, dan 291 upah minimum sub
sektoral regional. Selain itu fungsi Dewan Penelitian Peng-
upahan Nasional juga ditingkatkan.
Dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan
pengawasan terhadap keracunan, pengaruh radiasi, dan penggu-
naan bahan di tempat-tempat kerja, pelayanan dan pengujian
iklim kerja dan kebisingan. Selain itu diadakan pemeriksaan-
pemeriksaan paru-paru, tumor, kelainan kulit akibat kerja,
pengujian kesesuaian pekerjaan, penilaian tingkat keracunan
dan lain-lain. Untuk melaksanakan perundang-undangan yang
berlaku telah dibentuk Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di tingkat nasional dan 19 buah di tingkat propinsi. Anggota
dewan terdiri dari unsur-unsur pemerintah, pengusaha dan bu-
ruh. Di tingkat perusahaan dibentuk Panitia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur bu-
ruh dan pengusaha. Dalam rangka meningkatkan jaminan sosial
bagi buruh, didirikan Perum ASTEK yang menangani asuransi
kecelakaan kerja dan tabungan hari tua yang dikaitkan dengan
tunjangan kematian. Jumlah perusahaan peserta program ASTEK
telah mencapai 7.625 buah dengan tenaga kerja 1,6 juta orang.
Jumlah iuran yang diterima mencapai Rp. 117.600 juta dari
seluruh program ASTEK.
Di bidang hubungan perburuhan, dilaksanakan usaha-usaha
pembinaan organisasi buruh yang jumlahnya mencapai 10.188 bu-
ah, serta usaha-usaha pendayagunaan lembaga-lembaga kerjasama
buruh dan pengusaha (bi-partite), lembaga tri-partite dan Pa-
nitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat dan Daerah
(P4P dan P4D). Selain itu jumlah perusahaan yang mengadakan
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) terus ditingkatkan. Secara ku-
318
mulatif telah dibentuk 2.972 Perjanjian Kerja Bersama yang
mencakup 4.671 perusahaan. Sejalan dengan pembinaan lembaga
ketenaga kerjaan di perusahaan-perusahaan dilaksanakan pula
pembentukan koperasi buruh yang jumlahnya telah mencapai 157
buah. Demikian juga digalakkan keikut sertaan serikat buruh
dalam pendidikan perburuhan. Pendidikan perburuhan ditujukan
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peraturan perundang-
undangan di bidang ketenaga kerjaan dan Hubungan Perburuhan
Pancasila. Selama Repelita III telah dididik 56.045 orang
yang terdiri dari unsur-unsur buruh, pengusaha dan pemerintah.
Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk perluasan dan
pemerataan kesempatan kerja baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, namun masalah-masalah struktural di bidang kete-
naga kerjaan masih tetap mendesak. Oleh karena itu diusahakan
langkah-langkah dan kebijaksanaan khusus untuk mengatasinya.
Pemuda kelompok umur 10 - 24 tahun, baik yang putus seko-
lah maupun yang lulus dan tidak melanjutkan masih cukup besar
jumlahnya. Pada tahun 1983 jumlah ini adalah sekitar 18,6 ju-
ta atau 29% dari seluruh angkatan kerja. Setiap tahun angkat-
an kerja baru diperkirakan akan bertambah lebih dari 1,86 ju-
ta orang. Tingkat pendidikan angkatan kerja baru yang memasu-
ki lapangan kerja cenderung meningkat, khususnya di kota-kota.
Selain dari pengangguran terbuka, dalam Repelita IV diha-
dapi masalah besarnya kekurangan lapangan kerja secara umum.
Setengah pengangguran masih tetap menjadi pusat perhatian,
khususnya di kalangan kelompok penduduk yang tidak mempunyai
tanah atau tanahnya yang semakin menyempit di daerah pedesaan.
Kelompok ini sebagian besar bermukim di daerah-daerah pulau
Jawa dan Bali yang padat penduduknya.
319
Selain itu para nelayan juga menghadapi kekurangan lapangan kerja karena masih adanya persaingan dari perusahaan-perusa- haan penangkapan ikan yang menggunakan alat-alat yang lebih modern, dan berkurangnya sumber ikan. Para nelayan kecil yang produktivitasnya rendah membutuhkan bantuan untuk peningkatan produktivitas, fasilitas dan pemerataan pendapatan.
Salah satu masalah tenaga kerja dalam Repelita IV ialah adanya ketimpangan dalam penyebaran lapangan kerja produktif baik menurut daerah maupun menurut sektor. Ketimpangan ini berkaitan erat dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan ang- katan kerja.
Dalam hubungan ini maka dilaksanakan peningkatan latihan baik bagi mereka yang sudah bekerja, maupun bagi angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Bagi yang sudah be- kerja sasaran latihan adalah meningkatkan produktivitas kerja serta peningkatan mutu pekerjaan. Jenis dan cara latihan di-sesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Bagi mereka yang be- lum bekerja latihan terutama ditujukan untuk memperluas ke-mungkinan kesempatan mendapatkan pekerjaan, baik dalam hubu- ngan kerja maupun untuk usaha sendiri. Masalah yang dihadapi pada jenis latihan terakhir ini bukan hanya menyangkut cara dan isi latihan ketrampilan, tetapi juga menumbuhkan etika kerja dan meningkatkan motivasi, kreativitas, kemampuan serta kemauan kerja agar dapat mulai berusaha sendiri secara efi- sien.
Masalah lain yang penting di bidang latihan ialah mening-katkan mekanisme peran serta masyarakat dalam perencanaan la-tihan, penyelenggaraan dan pembiayaan latihan. Dalam Repelita IV diperkirakan setidak-tidaknya 4,8 juta tenaga yang perlu
320
dilatih. Dari jumlah tersebut, sebagian besar tenaga kerja dibutuhkan dalam rangka mengisi kesempatan kerja yang terbuka dalam kegiatan pembangunan dan sebagian untuk menggantikan tenaga kerja yang disebabkan oleh karena pensiun, meninggal dunia dan lain-lain. Dalam hubungan ini diperlukan mekanisme yang berhasil guna untuk mengikut sertakan para pemakai tena- ga kerja baik instansi pemerintah, swasta dan berbagai golo- ngan masyarakat yang mendapat manfaat langsung dari hasil la- tihan di dalam menanggung beban biaya latihan. Penghimpunan dana bagi pembiayaan latihan merupakan masalah yang mendesak dalam Repelita IV.
Belum adanya pembakuan kurikulum, metodik, tingkat ke-trampilan dan sebagainya menimbulkan kesangsian pemberi kerja mengenai mutu tenaga terlatih yang dihasilkan. Selain itu hal ini juga menyebabkan dorongan mengejar mutu di sementara pe-nyelenggara latihan menjadi berkurang.
Adanya ketidak seimbangan penyebaran tenaga kerja di an- tara daerah-daerah di Indonesia, di antara pulau satu dan pu- lau lainnya, kota dan desa, serta di antara berbagai jabatan merupakan kendala bagi pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara optimal bagi pembangunan. Semakin me-ningkatnya jumlah angkatan kerja di Jawa dan Bali cenderung berakibat penyediaan sumber alam semakin mengecil, khususnya lahan pertanian dan kawasan hutan. Selain itu usaha-usaha me- ningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan buruh umumnya serta upah khususnya menjadi semakin sulit.
Sebaliknya daerah-daerah di luar Jawa dan Bali dihadapkan pada kekurangan tenaga kerja yang juga menghambat pemanfaatan sumber daya alam secara optimal. Mengalirnya perpindahan pen-
321
duduk yang umumnya berusia muda dan relatif terdidik dari de-
sa ke kota juga menimbulkan masalah penyediaan dan perluasan
lapangan kerja di kota-kota, walaupun tingkat bekerja penuh di kota selama ini cenderung meningkat. Selain itu perpindah-
an tersebut mengakibatkan berkurangnya sumber daya manusia
dan unsur angkatan kerja yang dinamis di pedesaan, sehingga
usaha pembangunan dan perluasan lapangan kerja mengalami
hambatan. Justru karena itu masalah-masalah yang berhubungan
dengan penyebaran tenaga kerja, baik antar daerah, desa dan
kota, maupun antar jabatan tetap merupakan salah satu masalah
ketenaga kerjaan yang mendesak dalam Repelita IV.
I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa
perluasan dan pemerataan kesempatan kerja serta peningkatan
mutu dan perlindungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan
pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Dalam hubung-
an ini program-program pembangunan sektoral maupun regional
perlu selalu mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan
kerja sebanyak mungkin. Dengan jalan demikian maka di samping
peningkatan produksi sekaligus dapat dicapai pemerataan ke-
giatan pembangunan dan hasil-hasilnya. Selanjutnya perlu di-
ambil langkah-langkah di berbagai sektor secara terkoordinasi
dan terpadu untuk membina dan mengembangkan kemampuan tenaga
kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sehubungan dengan
itu perlu ditingkatkan perencanaan ketenaga kerjaan yang ter-
padu.
Kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang tenaga kerja
dalam Repelita IV juga ditujukan agar struktur angkatan kerja
322
berdasarkan pendidikan dan keahlian makin seimbang. Dalam hu-
bungan ini angkatan kerja dengan pendidikan dan keahlian yang
bersifat profesional diusahakan makin meningkat, sesuai de-
ngan kebutuhan pembangunan. Sejalan dengan itu angkatan kerja
yang bekerja di sektor pertanian secara relatif akan makin
berkurang sedangkan angkatan kerja yang bekerja di sektor in-
dustri dan jasa akan makin meningkat. Produktivitas tenaga
kerja diusahakan makin meningkat dan tingkat pengangguran
yang terbuka maupun tersembunyi merupakan bagian yang semakin
kecil dari seluruh angkatan kerja.
Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa dalam rangka
meningkatkan perencanaan tenaga kerja yang terpadu maka sasa-
ran kebijaksanaan tenaga kerja dalam Repelita IV meliputi
hal-hal sebagai berikut.
Pertama, perluasan lapangan kerja dalam jumlah yang mema-
dai sehingga mampu memberi lapangan kerja kepada angkatan ker-
ja baru dan sekaligus dapat mengurangi tingkat pengangguran
yang ada. Perluasan lapangan kerja ini dapat dicapai dengan
mengusahakan agar pelaksanaan setiap program pembangunan meng-
hasilkan lapangan kerja produktif semaksimal mungkin. Jumlah
angkatan kerja di berbagai daerah pada tahun 1983 dan 1988 dan
kenaikan jumlah angkatan kerja dapat dilihat pada Tabel 16-2.
Kedua, pembinaan dan pengembangan angkatan kerja dalam
jumlah yang sesuai dengan pertambahan angkatan kerja baru di
berbagai sektor dan daerah. Hal ini dicapai terutama dengan
pengembangan sistem pendidikan dan latihan yang mampu mengha-
silkan tenaga kerja dengan kualifikasi dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan.
323
Ketiga, pembinaan, perlindungan dan pengembangan angkatan
kerja yang sudah bekerja untuk meningkatkan produktivitas me-
reka dan mewujudkan stabilitas yang dinamis di perusahaan-
perusahaan melalui hubungan perburuhan yang serasi antara bu-
ruh dan pengusaha yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Un-
dang Dasar 1945.
Keempat, meningkatkan berfungsinya pasar kerja sehingga
penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja dapat
terlaksana dengan lebih baik. Hal ini dicapai antara lain de-
ngan peningkatan ketrampilan tenaga kerja terutama yang beru-sia muda dan pengembangan dan penyempurnaan sistem informasi
tenaga kerja.
Kelima, perencanaan tenaga kerja yang terpadu juga ditu-
jukan untuk mengurangi laju pertumbuhannya serta meningkatkan
mutu tenaga kerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan
sumber daya manusia.
Dalam rangka mengusahakan terciptanya lapangan kerja yang
seluas-luasnya melalui pelaksanaan program-program pembangun-
an sektoral maupun daerah, maka dalam Repelita IV ditempuh
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan langkah-langkah yang menyelu-
ruh dan terpadu. Langkah-langkah yang menyeluruh dan terpadu
ini meliputi langkah-langkah yang bersifat umum, sektoral,
regional, dan khusus. Langkah-langkah ini ditujukan untuk
mendorong agar hasil produksi barang dan jasa dari berbagai
program maupun cara-cara yang dipilih dalam menghasilkan ba-
rang-barang dan jasa bersangkutan bersifat padat karya se-
hingga dengan pelaksanaan program-program bersangkutan dapat
dihasilkan lapangan kerja produktif semaksimal mungkin.
324
TABEL 16 - 2
PERKIRAAN ANGKATAN KERJA MENURUT PROPINSI,1983 - 1988
Tahun Kenaikan Angkatan Kerja
Propinsi 1983(ribuan)
1988(ribuan)
Jumlah(ribuan)
Tingkat kenaikan(persentase)
1. D.I. Aceh 1.030 1.203 173 3,22. Sumatera Utara 3.610 4.107 497 2,63. Sumatera Barat 1.346 1.537 191 2,74. R i a u 822 912 90 2,1S. J a m b i 619 734 115 3,56. Sumatera Selatan 1.989 2.287 298 2,87. Bengkulu 370 480 110 5,38. Lampung 2.034 2.713 679 5,9
S U M A T E R A 11.820 13.973 2.153 3,4
9. DKI Jakarta 2.538 3.194 656 4,710. Jawa Barat 10.453 12.102 1.649 3,011. Jawa Tengah 12.193 13.876 1.683 2,612. D.I. Yogyakarta 1.485 1.629 144 1,913. Jawa Timur 13.693 15.147 1.454 2,0
J A W A 40.362 45.948 5.586 2,6
14. Kalimantan Barat 1.171 1.280 109 1,815. Kalimantan Tengah 483 636 153 5,716. Kalimantan Selatan 893 993 100 2,117. Kalimantan Timur 499 672 173 6,1
KALIMANTAN 3.046 3.581 535 3,3
18. Sulawesi Utara 842 1.020 178 3,919. Sulawesi Tengah 523 607 84 3,020. Sulawesi Selatan 1.938 2.146 208 2,121. Sulawesi Tenggara 340 398 58 3,2
S U L A W E S I 3.643 4.171 528 2,7
22. B a 1 i 1.170 1.336 166 2,723. Nusatenggara Barat 1.075 1.189 114 2,024. Nusatenggara Timur 1.170 1.208 38 0,6
BALI 6 NUSATENGGARA 3.415 3.733 318 1,8
25. M a l u k u 503 604 101 3,726. Irian Jaya 453 544 91 3,727. Timor Timur 237 245 8 0,7
MALUKU, IRIAN JAYADAN TIMOR TIMUR 1.193 1.393 200 3,1
I N D O N E S I A 63.479 72.799 9.320 2,8
325
Kebijaksanaan perluasan lapangan kerja yang bersifat umum
ditujukan agar berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi disa-
tu pihak cukup stabil sehingga menciptakan derajat kepastian
yang lebih tinggi bagi semua pelaku ekonomi tetapi di lain
pihak cukup luwes sehingga dapat menyerap perkembangan-per-
kembangan penting yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Dalam
keadaan stabilitas yang dinamis ini maka struktur harga fak-
tor-faktor produksi dijaga agar tetap menggambarkan kelangka-
an faktor-faktor produksi tersebut dalam masyarakat. Di lain
pihak, kebijaksanaan umum ini juga diarahkan agar pola kon-
sumsi masyarakat dapat lebih tertuju kepada jenis-jenis pro-
duksi dalam negeri yang bersifat padat karya. Selain itu ke-
bijaksanaan perluasan kesempatan kerja langsung dikaitkan de-
ngan pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pembagian
pendapatan serta pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh
wilayah tanah air, terutama di daerah pedesaan dan pertanian.
Langkah-langkah yang bersifat umum meliputi antara lain, ke-
bijaksanaan di bidang harga, upah, nilai tukar uang, kredit,
perlindungan terhadap produksi dalam negeri, pengeluaran pe-
merintah, teknologi dan investasi.
Kebijaksanaan lapangan kerja sektoral meliputi langkah-
langkah pada masing-masing sektor yang direncanakan dalam
rangka perluasan lapangan kerja. Sektor-sektor ini meliputi
sektor pertanian, industri, perhubungan, perdagangan, pendi-
dikan dan latihan, perumahan dan pemukiman dan lain-lain. Pa-
da dasarnya kebijaksanaan di berbagai sektor ini ditujukan
agar pelaksanaan berbagai program pembangunan dapat memper-
luas lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak lang-
sung. Hal ini menghendaki agar peranan masing-masing sektor
326
dalam keseluruhan usaha pembangunan disesuaikan secara tepat
dalam rangka usaha penyerapan tenaga kerja secara maksimal dan
produktif.
Dalam hubungan ini maka sektor pertanian tetap merupakan
sektor utama dalam ekonomi Indonesia. Sektor pertanian bukan
saja memberikan lapangan kerja bagi sebagian besar angkatan
kerja Indonesia tetapi juga memegang peranan penting dalam
penyerapan tambahan angkatan kerja. Peningkatan produktivitas
lapangan kerja sektor pertanian merupakan dasar bagi perluas-
an lapangan kerja di sektor-sektor lain, khususnya di sektor
industri. Dengan demikian sasaran kebijaksanaan lapangan ker-
ja di sektor pertanian ialah perluasan lapangan kerja secara
kuantitatif sehingga sektor pertanian dapat menyumbang upaya
penyerapan tambahan tenaga kerja selama Repelita IV. Selain
Itu kebijaksanaan dan langkah-langkah ditujukan agar produk-
tivitas rata-rata tenaga kerja di sektor pertanian dapat me-
ningkat sehingga memberi dasar bagi perluasan lapangan kerja
di sektor lain, khususnya di sektor industri.
Dalam hubungan ini maka kebijaksanaan pokok di sektor
pertanian adalah tetap mengutamakan program-program intensi-
fikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi di bi-
dang pertanian pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan
kehutanan terus dilanjutkan dalam Repelita IV. Di samping itu
ditingkatkan penanganan produksi pertanian non beras yang pa-
dat karya khususnya palawija, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Peranan dari berbagai sektor serta kebijaksanaan-kebijaksana-
an yang perlu dalam rangka perluasan lapangan kerja dikemuka-
kan dalam Bab Perluasan Kesempatan Kerja dan pada masing-ma-
sing Bab yang berhubungan dengan sektor bersangkutan.
327
Agar pelaksanaan program-program pembangunan dapat menye- rap tenaga kerja semaksimal mungkin secara produktif, maka aspek daerah penting peranannya oleh karena masalah-masalah tenaga kerja banyak ditentukan oleh keadaan di masing-masing daerah. Oleh karena itu berbagai langkah kebijaksanaan per-luasan lapangan kerja perlu disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masing-masing daerah.
Di daerah-daerah yang langka tanah tetapi padat penduduk-nya maka pelaksanaan program-program pembangunan ditekankan bagi pemanfaatan tanah dengan cara seefisien mungkin. Dalam kaitan ini maka pemanfaatan lahan pertanian di pulau Jawa di-tujukan agar hasil per satuan luas dapat ditingkatkan seopti- mal mungkin. Untuk itu maka usaha-usaha intensifikasi, diver-sifikasi dan rehabilitasi akan terus diprioritaskan di daerah yang padat penduduk. Di samping itu usaha dan pembudidayaan tanaman bernilai komersial tinggi dan padat karya akan diberi prioritas di daerah-daerah dengan penduduk yang padat dan jaringan infrastruktur yang memadai. Dengan demikian akibat perluasan lapangan kerja dari pada tanah dan modal dapat lebih dioptimalkan.
Demikian pula, perluasan usaha industri yang padat karya tetapi tidak membutuhkan lahan yang luas akan tetap diberi prioritas di daerah-daerah padat penduduk dan tanah yang re-latif langka.
Secara lebih terperinci peranan daerah dalam rangka pem-bangunan dan perluasan lapangan kerja dikemukakan pada Bab Perluasan Kesempatan Kerja dan Bab Pembangunan Daerah.
Di samping langkah-langkah yang bersifat umum, sektoral dan regional, dalam Repelita IV dimantapkan dan ditingkatkan
328
kebijaksanaan khusus di bidang tenaga kerja. Kebijaksanaan
dan langkah-langkah khusus ditujukan dalam rangka mengatasi
masalah-masalah di bidang penyediaan tenaga kerja maupun
dalam rangka meningkatkan perluasan lapangan kerja. Sasaran
kebijaksanaan khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah
lapangan kerja dan memperbaiki penghasilan kelompok-kelompok
masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan penghasilan
yang rendah. Kelompok tersebut terdiri dari buruh tani, petani
pemilik tanah yang sangat kecil, nelayan, pengrajin, angkatan
kerja yang bermukim di daerah-daerah minus dan padat penduduk-
nya, kelompok usia muda terdidik yang belum atau sulit menda-
patkan lapangan kerja disebabkan kurang sesuainya ketrampilan
yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja pada waktu terten-
tu. Kebijaksanaan khusus juga ditujukan untuk mengatasi masa-
lah lapangan kerja yang sewaktu-waktu muncul oleh karena ben-
cana alam seperti banjir, musim kemarau yang berkepanjangan
dan di daerah monokultur yang mengalami kemerosotan harga
jual, dan lain-lain.
Di dalam tahun 1983 angkatan kerja berjumlah 63,5 juta.
Pada akhir Repelita IV (1988) angkatan kerja diperkirakan
berjumlah 72,8 juta orang. Jadi selama Repelita IV angkatan
kerja akan bertambah dengan 9,3 juta orang. Apabila selama
Repelita IV dapat dicapai pertumbuhan ekonomi rata-rata sebe-
sar 5% setahun dan pola investasi diarahkan kepada kegiatan
yang banyak menyerap tenaga kerja, maka diperkirakan akan
dapat diciptakan lapangan kerja untuk sekitar 9 juta orang.
Lapangan kerja untuk sekitar 9 juta orang tersebut hanya
akan tercapai apabila dana investasi yang ada secara sadar
diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang banyak menciptakan
329
lapangan kerja, dan apabila di dalam pembangunan setiap proyek
benar-benar dipergunakan cara-cara pelaksanaan yang banyak
menggunakan tenaga kerja. Dengan demikian pola penggunaan
biaya pembangunan perlu dengan sungguh-sungguh diarahkan agar
menghasilkan lapangan kerja sebesar mungkin. Di samping itu
dapat diperkirakan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi rata-rata
selama Repelita IV berhasil mencapai lebih dari 5% dan penggu-
naan biaya pembangunan benar-benar diarahkan untuk mencipta-
kan lapangan kerja sebesar mungkin, maka selama Repelita IV
akan dapat tersedia tambahan lapangan kerja untuk sekitar 9,5
juta orang.
Lapangan kerja baru selama Repelita IV diperkirakan akan
membutuhkan tenaga terdidik yang semakin meningkat. Diperki-
rakan bahwa angkatan kerja dengan pendidikan Sekolah Dasar
akan semakin berkurang sedangkan angkatan kerja yang berpen-
didikan Sekolah Lanjutan dan Universitas, akan semakin ber-
tambah dalam struktur angkatan kerja yang bekerja. Dalam hu-
bungan ini kebutuhan tenaga kerja lulusan Sekolah Lanjutan
Atas Kejuruan diperkirakan meningkat dengan cukup pesat. Da-
lam Repelita IV diperkirakan akan meningkat kebutuhan berba-
gai jenis tenaga kejuruan dan tenaga profesional baik pada
tingkat Sekolah Lanjutan Atas maupun tingkat Universitas an-
tara lain tenaga-tenaga jasa asuransi, ahli statistik, pene-
liti bidang industri, ahli pengeboran minyak, ahli perbankan
dan lain-lain. Dalam hubungan ini maka usaha pembangunan se-
kolah-sekolah kejuruan, politeknik dan berbagai latihan keju-
ruan akan terus ditingkatkan selama Repelita IV.
IV. PROGRAM-PROGRAM
Adapun program-program di bidang tenaga kerja mencakup
330
Program Pembangunan Desa, Program Penempatan dan Penyebaran
Tenaga Kerja, Program Latihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja,
Program Pembinaan Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja,
Program Generasi Muda, Program Peningkatan Peranan Wanita,
Program Pendidikan Tenaga Kerja, Program Penelitian Tenaga
Kerja, dan Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerin-
tah dan Pengawasan.
1. Program Pembangunan Desa
GBHN mengemukakan bahwa dalam rangka memeratakan pembangu-
nan ke seluruh wilayah Indonesia, pembangunan pedesaan diarah-
kan kepada perluasan kesempatan kerja, pembinaan dan pengem-
bangan lingkungan pemukiman pedesaan dan perkotaan yang sehat
serta peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sum-
ber-sumber kekayaan alam dan penanggulangan masalah-masalah
yang mendesak. Berbagai kebijaksanaan dan program pembangunan
sektoral perlu diserasikan dengan potensi dan permasalahan
masing-masing daerah. Daerah-daerah minus dan daerah padat
penduduknya tetap mendapat perhatian khusus, antara lain da-
lam rangka mengurangi derasnya perpindahan penduduk ke kota-
kota besar. Sehubungan dengan itu maka pembangunan prasarana
ekonomi dan sosial secara lebih merata ke seluruh wilayah ta-
nah air perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan.
Masalah pokok yang dihadapi daerah pedesaan yang padat
penduduk, sumber alam terbatas, kegiatan ekonomi yang mono-
kultural dan sering dilanda bencana alam seperti kekeringan
dan banjir serta menurunnya kegiatan ekonomi adalah tingginya
tingkat pengangguran, dan rendahnya produktivitas yang berke-
lanjutan dengan rendahnya pendapatan. Perluasan kesempatan
331
kerja menjadi lebih sulit bila prasarana ekonomi pedesaan
seperti jalan, saluran pengairan/tertier berada dalam keadaan
rusak dan tidak dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.
Untuk mengatasi masalah tersebut pembangunan pedesaan dan
pembangunan sektoral yang dapat menciptakan lapangan kerja
baru lebih diintensifkan dalam Repelita IV dan dilaksanakan
selaras dan terpadu sesuai dengan potensi dan prioritas dae-
rah. Dalam hubungan ini kemampuan dan peranan aparat perenca-
naan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan di daerah pede-
saan serta camat sebagai koordinator pembangunan di wilayah-
nya ditingkatkan. Bantuan teknis di bidang perencanaan dan
pengawasan pembangunan yang sudah dirintis akan ditingkatkan
dan dimantapkan dalam Repelita IV. Bantuan teknis diutamakan
di kecamatan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) yang miskin
dan padat penduduk. Di desa-desa kecamatan miskin dilaksana-
kan pembangunan/rehabilitasi jalan desa, saluran pengairan
dan prasarana ekonomi lainnya.
Proyek Padat Karya Gaya Baru (PKGB) yang dilaksanakan da-
lam Repelita III ditingkatkan dan dikembangkan melalui pem-
bangunan prasarana ekonomi dan sosial yang bermanfaat bagi
masyarakat setempat serta merupakan bagian yang saling menun-jang dengan usaha pengembangan lingkungan pemukiman yang se- hat seperti penanganan persampahan, pembersihan saluran-salu-
ran air hujan di kota, dan lain-lain. Penyempurnaan terus di-
lakukan baik dalam perencanaan, pelaksanaan teknis, maupun
pengendalian dan pengorganisasian serta tata kerja proyek.
Tenaga Kerja Sukarela yang selesai masa kerja dan berminat
bekerja pada PKGB diberikan tambahan latihan untuk ditugaskan
sebagai petugas lapangan proyek.
332
Proyek PKGB ditujukan untuk mengatasi masalah kekurangan
lapangan kerja yang dihadapi oleh kelompok-kelompok tenaga
kerja tertentu dalam masyarakat seperti petani tanpa tanah atau
tanahnya sangat sempit, nelayan, transmigran, suku ter-
asing, tenaga kerja usia muda termasuk pemuda putus sekolah
di daerah-daerah padat penduduk dan miskin di pedesaan maupun
perkotaan serta untuk mengatasi masalah kekurangan lapangan
kerja yang sewaktu-waktu timbul oleh karena terjadinya benca-
na alam atau menurunnya kegiatan ekonomi. Di samping itu di
daerah-daerah irigasi yang memerlukan pembuatan/rehabilitasi
saluran-saluran tertier akan dilaksanakan pula proyek PKGB.
Sasaran yang ingin dicapai adalah memanfaatkan sumber daya
manusia dengan memperluas kesempatan kerja produktif dengan
imbalan yang memadai bagi tenaga kerja penganggur/setengah
penganggur baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka pan-
jang dan mempersiapkan mental tenaga kerja usia muda agar
menjadi tenaga kerja yang berdisiplin dan produktif serta mau
menghargai semua jenis pekerjaan yang halal.
Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi pembangunan dan
rehabilitasi prasarana ekonomi dan sosial yang dapat berfung-
si dan bermanfaat bagi peningkatan produksi, taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat seperti pembuatan dan rehabilitasi
saluran air, waduk, jalan, terasering, perbaikan lingkungan
pemukiman pedesaan dan perkotaan yang sehat dan sebagainya.
Proyek-proyek yang dapat memberikan kesempatan kerja yang le-
bih luas dan permanen akan lebih dikembangkan.
Kegiatan-kegiatan PKGB dalam Repelita IV direncanakan ber-
lokasi di kecamatan-kecamatan padat penduduk dan miskin baik
di daerah perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wila-
333
yah-wilayah yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan eko-
nomi yang menurun. Sejauh mungkin pelaksanaan kegiatan PKGB
dipadukan dengan pembangunan wilayah Kecamatan UDKP.
Selama Repelita IV setiap tahun kegiatan PKGB dilaksana-
kan sekurang-kurangnya pada 1.250 kecamatan dan 6 kota de-
ngan mengerahkan tenaga kerja setidak-tidaknya 377.600 tenaga
kerja setiap hari selama 3-6 bulan seperti terlihat pada Ta-
bel 16 - 3.Tenaga kerja yang dikerahkan diutamakan tenaga kerja pe-
nganggur dan setengah penganggur yang memerlukan pekerjaan
atau tambahan pekerjaan. Proyek dilaksanakan pada waktu seng-
gang atau sepi pekerjaan di masing-masing daerah.
Selain kegiatan PKGB yang secara langsung dapat memperlu-
as lapangan kerja, di kecamatan-kecamatan miskin dan padat
penduduk, terus dikembangkan dan ditingkatkan sistem teknologi
padat karya yang telah mulai dilaksanakan pada Repelita III.
Dalam Repelita IV setiap tahun sekurang-kurangnya dikembang-
kan 6 jenis teknologi melalui kegiatan-kegiatan latihan,
pembuatan atau pengadaan prototype dan bantuan lainnya agar
masyarakat dapat menerapkan sistem teknologi padat karya baik
dalam bidang pertanian maupun non pertanian. Teknologi yang
dikembangkan adalah teknologi yang dapat meningkatkan mutu
produksi yang sudah ada, serasi dengan lingkungan, pengetahu-
an budaya masyarakat, dan bersifat padat karya. Janis tekno-
logi yang dikembangkan meliputi teknologi air pedesaan, pe-ngolahan hasil pertanian seperti kedele, ubi kayu, kerupuk,
kelapa, dan anyaman serta pemanfaatan bahan-bahan yang terse-
dia seperti gerabah. Sehubungan dengan itu ditingkatkan sara-
na penunjang berupa pusat atau bengkel teknologi dan pengem-
bangan sistem padat karya. Dalam rangka penyebar luasan tek-
334
TABEL 16 - 3
PELAKSANAAN PROYEK_ PADAT KARYA GAYA BARU,1984/1985 - 1988/1989
Tahun J u m l a h Jumlah tenaga kerja/hariKota Kecamatan
1984/85 6 1.250 377.600
1985/86 8 1.500 454.000
1986/87 10 1.750 531.000
1987/88 12 2.000 605.000
1988/89 14 2.250 685.400
Jumlah : 50 8.750 2 .654 .000
335
nologi padat karya, TKS-BUTSI juga diarahkan untuk mendorong dan membantu masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan dalam usaha memperluas kesempatan kerja di desa.
Dalam Repelita IV juga didorong dan dikembangkan usaha-usaha yang bersifat mandiri yang dapat memperluas lapangan
kerja baik di daerah pedesaan maupun perkotaan dalam berbagai bidang usaha seperti usaha jasa, industri rumah tangga dan sebagainya.
Dalam rangka perluasan kesempatan kerja produktif, proyek Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dilanjutkan dan diper- luas serta disempurnakan pelaksanaannya. Kegiatan program ini ditujukan untuk membangun fasilitas umum yang diserasikan de-ngan potensi dan permasalahan masing-masing daerah, misalnya pasar, terminal angkutan umum, jalan, saluran pengairan, jem-batan dan sebagainya. Kegiatan proyek diarahkan agar sebanyak mungkin memanfaatkan bahan lokal dan tenaga kerja sekitar proyek, sehingga proyek secara langsung dan tidak langsung meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat.
2. Program Penempatan dan Penyebaran Tenaga Kerja.
Dalam GBHN dikemukakan bahwa kebijaksanaan tenaga kerja juga diarahkan kepada penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja yang lebih baik dengan jalan pembinaan dan pe-ningkatan ketrampilan terutama bagi angkatan kerja usia muda. Di samping itu juga perlu dikembangkan dan disempurnakan in-formasi ketenaga kerjaan. Dalam hubungan ini kegiatan penye-baran dan pemanfaatan sumber daya manusia, khususnya tenaga kerja muda terdidik ke daerah pedesaan melalui Proyek Penge-rahan Tenaga Kerja Sukarela Pelopor Pembaharuan dan Pemba- ngunan terus dilanjutkan dan disempurnakan.
336
Pelaksanaan proyek ini di samping bertujuan untuk membina
daya kreasi, idealisme, kepribadian, disiplin dan ketrampilan
para pemuda, sekaligus juga untuk membantu proses pembaharuan
dan pembangunan masyarakat di daerah pedesaan.
Tugas pokok para Tenaga Kerja Sukarela (TKS) adalah dalam
bidang spiritual, kesehatan, gizi, keluarga berencana, pro-
duksi, transmigrasi, koperasi, industri dan memanfaatkan ser-
ta membantu memelihara kelestarian sumber alam. Selain itu,
para TKS ditugasi pula untuk melaksanakan program pemberanta-
san buta huruf, dan membentuk kader-kader pelopor pembaharuan
dan pembangunan, bertindak sebagai penghubung untuk lebih me-lancarkan pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan pembangunan di
pedesaan serta mendorong penggunaan dan penerapan teknologi
padat karya.
Sebelum ditugaskan di pedesaan TKS terlebih dahulu diberi
informasi latar belakang desa tempat berbakti dan latihan
pra-tugas. Setelah satu tahun bertugas, para TKS diberi la-
tihan ketrampilan praktis dan pengetahuan pemecahan masalah
yang nyata dihadapi di pedesaan untuk menunaikan tugasnya
termasuk menerapkan teknologi padat karya. Bagi TKS yang te-
lah menjalani masa bakti selama dua tahun, diberikan kesem-
patan untuk mendapatkan latihan tambahan yang intensif. Ada-
pun bidang-bidang lapangan kerja yang dapat dipilih meliputi
Pembantu Perencana Pembangunan Desa, Pembina Transmigrasi,
Pembina Koperasi, Wiraswasta dan lain-lain.
Berdasarkan minat, bidang kejuruan dan lapangan kerja ser-
ta bakat yang dimiliki, TKS disalurkan dan dimanfaatkan se-
suai dengan kebutuhan pembangunan. Dengan demikian masa bakti
sebagai TKS merupakan latihan sambil bekerja yang bersifat
337
non-formal bagi angkatan kerja usia muda. Dalam hubungan ini
maka pembinaan dan latihan bagi para TKS wiraswasta lebih di-
tingkatkan dan dikembangkan agar yang bersangkutan dapat man-
diri dan memperluas kesempatan kerja setelah menyelesaikan
masa bakti sebagai TKS. Untuk mengembangkan perencanaan dari
bawah, selama Repelita IV di kecamatan-kecamatan UDKP akan
ditugaskan sekitar 2.000 TKS Pembantu Perencanaan Pembangunan
Desa.
Selama Repelita IV direncanakan untuk menugaskan sebanyak
35.000 TKS baru di samping melanjutkan penugasan 79.500 TKS
lama, dengan perincian sebagaimana terlihat pada Tabel 16 - 4.
Selain dari penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan TKS
melalui BUTSI, maka dalam Repelita IV kegiatan ekstra-kuriku-
ler perguruan tinggi yang dikenal sebagai Kuliah Kerja Nyata
(KKN) dalam rangka Tri Dharma Perguruan Tinggi, dilanjutkan
dan ditingkatkan menjadi kegiatan intra-kurikuler. Sasaran
kegiatan ini adalah untuk melibatkan para mahasiswa yang akan
menyelesaikan pendidikannya agar berjiwa penuh pengabdian
serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap masa depan bangsa
dan negara Indonesia. Melalui KKN para mahasiswa mendapatkan
pengalaman dan ketrampilan yang berharga, sehingga lebih ma-
tang dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
bangku kuliah serta mendapatkan kesempatan mengembangkan ke-
pemimpinan dalam pelaksanaan pembangunan. Kepada mahasiswa
KKN sebelum bertugas diberi informasi latar belakang mengenai
desa yang akan dikunjungi.
Demikian pula anggota ABRI, termasuk POLRI, dan Pegawai Negeri Sipil yang memasuki Masa Persiapan Pensiun OOP) dan
338
TABEL 16 - 4
PENUGASAN TENAGA KERJA SUKARELA LANJUTAN
DAN TENAGA KERJA SUKARELA BARU,
1984/85 - 1988/89
Tahun TKS LANJUTAN TKS BARU (ORANG) (ORANG)
JUMLAH(ORANG)
1984/85 11.000 5.000 16.000
1985/86 13.500 6.000 19.500
1986/87 16.000 7.000 23.000
1987/88 18.000 8.000 26.000
1988/89 21.000 9.000 30.000
Jumlah: : 79.500 35.000 114.500
339
GRAFIK 16 - 1PENUGASAN TENAGA KERJA SUKARELA LANJUTAN
DAN TENAGA KERJA SUKARELA BARU,1984/85 - 1988/
340
tenaga kerja tua yang masih mampu baik fisik maupun mentalnya dan Para penyandang cacat dan tenaga kerja gelandangan yang berkeinginan turut aktif menyumbangkan tenaganya dalam pemba-ngunan diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, ketram-pilan dan kewiraswastaan di balai-balai latihan kejuruan yang ada. Bagi yang berminat bekerja di luar negeri disalurkan me-lalui mekanisme Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Selain itu bagi yang ingin dimanfaatkan secara produktif untuk pembangu-nan wilayah, dapat disalurkan melalui Antar Kerja Antar Dae-rah (AKAD) atau transmigrasi.
Kegiatan penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja melalui Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN) ditunjang dengan pemberian dan peningkat-an ketrampilan serta latihan mengenai disiplin kerja di balai-balai latihan kejuruan yang ada. Bagi tenaga kerja yang diki-rim ke luar negeri terlebih dahulu diseleksi baik kemampuan teknis operasional maupun mental psikologis, agar di satu pi-hak tidak mengganggu tenaga terlatih bagi kebutuhan di dalam negeri dan di lain pihak sesuai dengan lapangan kerja yang dibutuhkan di luar negeri. Untuk itu dilaksanakan pengawasan yang lebih ketat dan disempurnakan aparatur antar kerja yang menyangkut organisasi, tata kerja, mutu pengantar kerja, dan lainnya sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat, tepat dan luas. Demikian pula, akan ditingkatkan kemampuan atas perburuhan Indonesia di luar negeri.
Selama Repelita IV direncanakan untuk menyalurkan dan me-nyebarkan serta memanfaatkan tenaga kerja melalui AKAD seba-nyak 500.000 orang dan AKAN sebanyak 225.000 orang, dengan perincian sebagaimana terlihat pada Tabel 16 - 5.
341
Dalam rangka perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia, maka dilaksanakan pembatasan bagi warga negara
asing pendatang bekerja di Indonesia. Langkah-langkah dan ke-
bijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita III dilanjutkan dan
disempurnakan sesuai dengan Keppres No. 23 Tahun 1974. Ada
tiga bentuk pembatasan bagi warga negara asing pendatang.
Pertama, jabatan yang tertutup dan hanya terbuka bagi warga
negara Indonesia. Kedua, jabatan yang diizinkan untuk waktu
tertentu, dan ketiga jabatan yang terbuka untuk sementara
waktu bagi warga negara asing pendatang. Selama Repelita III,
1.384 jenis jabatan ditetapkan tertutup bagi warga negara
asing pendatang dan hanya terbuka bagi warga negara Indonesia.
Selain pembatasan bagi warga negara asing pendatang, di-
tentukan quota yang merupakan jumlah tertinggi yang dapat di-
isi tenaga kerja warga negara asing pendatang. Selanjutnya
pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan Keppres No.
23 Tahun 1974, khususnya mengenai kewajiban perusahaan untuk
melatih tenaga kerja Indonesia yang pada waktunya mengganti-
kan tenaga kerja asing dilancarkan lebih intensif melalui
koordinasi antar instansi teknis yang berwenang. Selama Repe-
lita IV setiap tahun sekurang-kurangnya 2.000 orang dapat di-
ganti dan dicegah masuknya tenaga kerja warga negara asing
pendatang.
Pemanfaatan sumber daya manusia secara penuh, produktif,
dengan imbalan yang layak dan menimbulkan perasaan tenteram
serta harga diri, merupakan unsur-unsur penting dalam pemba-
ngunan. Untuk itu perlu dikumpulkan, diukur dan dianalisa ma-
salah-masalah kekurangan kesempatan kerja dan kebutuhan tena-
ga kerja serta masalah-masalah ketenaga kerjaan lainnya yang
342
TABEL 16 - 5
PENYALURAN TENAGA KERJA MELALUIANTAR KERJA ANTAR DAERAH (AKAD) DAN ANTAR KERJA ANTAR NEGARA (AKAN),
1984/85 - 1988/89
TAHUN AKAD (ORANG) AKAN (ORANG) JUMLAH (ORANG)
1984/85 80.000 35.000 115.000
1985/86 90.000 40.000 130.000
1986/87 100.000 45.000 145.000
1987/88 110.000 50.000 160.000
1988/89 120.000 55.000 175.000
Jumlah 500.000 225.000 725.000
343
GRAFIK 16 - 2
PENYALURAN TENAGA KERJA MELALUI
ANTAR KERJA ANTAR DAERAH (AKAD) DAN ANTAR KERJA ANTAR NEGARA (AKAN),
1984/85 - 1988/89
344
ada dan yang diperkirakan akan terjadi. Sehubungan dengan itu
lebih ditingkatkan perencanaan tenaga kerja yang menyeluruh,
terkoordinasi dan terpadu mencakup semua sektor pembangunan
pemerintah dan swasta baik untuk seluruh wilayah negara, mau-
pun untuk tiap-tiap Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.
Perencanaan tenaga kerja memuat perkiraan penciptaan ke-
sempatan kerja. Selanjutnya perencanaan tenaga kerja di satu
pihak memuat perkiraan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
pembangunan, terperinci menurut sektor dan lokasi, serta per-
syaratan jenis dan tingkat pendidikan/keahliannya. Di lain
pihak perencanaan tenaga kerja memuat perkiraan penyediaan
tenaga kerja, terperinci menurut jenis dan tingkat pendidi-
kan, keahlian dan penyebarannya.
Hasil analisa perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dikaitkan
dengan analisa jabatan dimanfaatkan untuk perumusan kebijak-
sanaan di bidang pendidikan dan latihan nasional serta kebi-
jaksanaan perluasan kesempatan kerja dalam pembangunan. Untuk
itu analisa jabatan perlu diselenggarakan di seluruh instansi
dan penyusunan Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI), kamus
jabatan serta spesifikasi jabatan untuk perencanaan tenaga
kerja, latihan dan pendidikan dilanjutkan dan disempurnakan,
serta kemampuan tenaga analis jabatan ditingkatkan.
Selanjutnya GBHN juga mengemukakan, bahwa sistem informa-
si ketenaga kerjaan perlu dikembangkan dan disempurnakan. In-
formasi pasar kerja mencakup informasi lowongan dan pencari
kerja, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya
jumlah lowongan dan pencari kerja tersebut. Penyebar luasan
informasi ketenaga kerjaan melalui bursa kesempatan kerja
mempercepat usaha pengisian lowongan dan penempatan pencari
345
kerja. Sehubungan dengan itu mekanisme bursa kesempatan kerja
sebagai Pusat Informasi Pasar Kerja akan disempurnakan.
Salah satu masalah yang menyangkut informasi ketenaga
kerjaan adalah masalah keterpaduan, yaitu keterpaduan data
yang dikumpulkan dan disajikan di bidang tenaga kerja dan la-
pangan kerja dengan data di bidang-bidang lain yang merupakan
unsur-unsur yang tak terpisahkan dari keadaan lapangan kerja
dan tenaga kerja. Sehubungan dengan itu maka dalam Repelita
IV ditingkatkan usaha-usaha pengumpulan data statistik tenaga
kerja secara teratur dan terpadu dengan statistik pendapatan,
pendidikan, gizi, dan jenis jabatan dan pekerjaan.
Lowongan dan kesempatan kerja yang tersebar di semua sek-
tor dan daerah dipengaruhi berbagai kebijaksanaan Pemerintah,
termasuk alokasi anggaran dalam proyek-proyek Pemerintah, ke-
bijaksanaan investasi, perijinan, produksi, moneter, fiskal
dan distribusi. Oleh sebab itu informasi ketenaga kerjaan da-
pat dimanfaatkan untuk penyusunan proyek perluasan kesempatan
kerja (seperti Padat Karya), umpan balik perencanaan pemba-
ngunan dan untuk penyusunan berbagai kebijaksanaan. Informasi
ketenaga kerjaan dari hasil survai dan lain-lainnya merupakan
unsur penting perencanaan tenaga kerja. Oleh karena itu pe-
ngumpulan informasi mengenai penawaran tenaga kerja dan ke-
sempatan kerja baik dari rumah tangga maupun perusahaan di-
laksanakan secara teratur dan terus menerus. Selanjutnya de-
ngan adanya informasi ketenaga kerjaan bimbingan dan penyuluh-
an jabatan bagi tenaga kerja usia muda yang akan memasuki pa-
sar kerja terus digalakkan. Selain itu penyusunan pola bakat
jabatan yang merupakan sarana penting dalam bimbingan jabatan
yang telah dirintis dalam Repelita III dilanjutkan. Untuk itu
346
dikembangkan sarana-sarana test psikologi dan saran penera-
ngan jabatan. Untuk meningkatkan efektivitas penempatan dan
penyebaran tenaga kerja, maka tata kerja dan pelaksanaan Kep-
pres No. 4 Tahun 1980 tentang wajib lapor lowongan disempur-
nakan.
3. Program Latihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja.
Peningkatan produktivitas melalui peningkatan latihan dan
ketrampilan serta kewiraswastaan merupakan sumber peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang penting. Dalam rangka pembinaan sum-
ber daya manusia peningkatan latihan dalam Repelita IV akan
lebih diarahkan untuk mempersiapkan tenaga kerja baru usia
muda yang akan masuk dalam dunia kerja, dan meningkatkan ke-
trampilan serta prestasi tenaga kerja yang sudah bekerja da-
lam rangka penyesuaian dengan kemajuan teknologi.
Peningkatan latihan dalam Repelita IV juga diarahkan untuk
menumbuhkan etika kerja dan meningkatkan motivasi, krea-
tivitas, kemauan kerja agar dapat mulai berusaha secara man-
diri serta membentuk tenaga kerja yang disiplin dan efisien.
Sejalan dengan itu perlu ditanamkan sikap mental yang positif
terhadap setiap jenis pekerjaan baik yang "halus" maupun yang
"kasar", yang mementingkan hasil karya berdasarkan keahlian
atau ketrampilan. Selain itu usaha latihan juga ditujukan un-
tuk mendukung program pembangunan desa, pembangunan industri
kecil dan usaha mandiri yang terbuka dalam proses pembangun-
an, penggantian tenaga kerja warga negara asing pendatang de-
ngan tenaga kerja Indonesia serta pengiriman tenaga kerja ke
luar negeri.
Jumlah tenaga kerja yang akan dilatih selama Repelita IV
347
cukup besar, antara lain untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor jasa dan usaha sejenis, di sektor industri pengola-han, di sektor pertanian, di sektor bangunan, di sektor per-tambangan, dan di sektor pengangkutan. Kegiatan latihan di-arahkan untuk menghasilkan tenaga kepemimpinan dan ketata laksanaan, tenaga produksi dan sejenis, tenaga usaha penjual- an, tenaga usaha pertanian, tenaga administrasi dan usaha kantor, dan tenaga usaha jasa. Latihan dilaksanakan di balai-balai latihan kerja pemerintah, swasta dan perusahaan-perusa-haan. Jumlah yang dilatih melalui Balai-balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja dapat dilihat pada Tabel 16 - 6.
Untuk maksud tersebut lembaga latihan swasta dan perusa- haan sebagai bagian dari sistem latihan nasional diikut ser-takan dalam penyelenggaraan latihan ketrampilan. Peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan melalui pungutan biaya latihan yang wajar bagi peserta latihan yang mampu. Bagi go-longan yang kurang mampu pembayaran diperingan. Pembinaan terhadap lembaga latihan swasta, baik mengenai kurikulum, fasilitas, pengelolaan maupun instrukturnya yang telah di- rintis dalam tahun-tahun sebelumnya dimantapkan dalam Repe- lita IV. Di samping itu juga dikembangkan sistem latihan permagangan dan latihan dalam pekerjaan di perusahaan. Demi- kian pula kegiatan-kegiatan yang memberikan kemampuan pra-ja-batan dan pra-kejuruan didorong dan dikembangkan. Dalam hubu-ngan ini dirumuskan sistem insentif bagi perusahaan yang me-nyelenggarakan latihan ketrampilan.
Sejalan dengan peningkatan peran serta lembaga latihan swasta dan perusahaan, balai latihan kerja ditingkatkan baik mutu maupun peranannya. Oleh karena itu timbulnya lembaga
348
TABEL 16 - 6
PERKIRAAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG DILATIH
MELALUI BALAI-BALAI LATIHAN KERJA,
1984/85 - 1988/89
(orang)
Tahun Jumlah yang dilatih
1984/85 90.000
1985/86 110.000
1986/87 130.000
1987/88 150.000
1988/89 170.000
Jumlah : 650.000
349
GRAFIK 16 - 3PERKIRAAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG
DILATIH MELALUI BALAI-BALAI LATIHAN KERJA, 1984/85 - 1988/89
1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89
350
latihan swasta akan makin didorong sesuai dengan kebutuhan
yang berkembang. Demikian pula koordinasi penyelenggaraan la-
tihan oleh berbagai instansi ditingkatkan agar lebih efisien
dan menghindari pemborosan. Kegiatan latihan pada balai lati-
han kerja disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan kesem-
patan kerja daerah setempat. Pengadaan dan peningkatan kemam-
puan serta motivasi instruktur lebih dikembangkan melalui
kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan, penataran dan
penghargaan profesi. Selama Repelita IV jumlah instruktur
yang perlu dilatih baik dalam rangka pengadaan maupun pening-
katan kemampuan berkisar sebanyak 12.500 orang.
Peningkatan peranan balai latihan kerja pemerintah dalam
Repelita IV akan dilakukan melalui peningkatan fasilitas la-
tihan dan perluasan fungsinya yang sesuai dengan pembangunan
tiap daerah yang bersangkutan. Lulusan balai latihan kerja
ditelusuri dan dianalisa untuk dijadikan umpan balik pening-
katan mutu dan keserasian sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Untuk beberapa balai latihan kerja yang memenuhi syarat dite-
rapkan sistem modul ketrampilan kerja. Penambahan dan perleng-
kapan fasilitas balai latihan kerja juga terus ditingkatkan
untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan pembangunan.
Pengendalian mutu dan kesesuaian hasil latihan kerja de-
ngan kebutuhan tenaga trampil dalam Repelita IV dilakukan me-
lalui akreditasi, pembakuan dan sertifikasi latihan kerja.
Pembakuan mencakup berbagai jenis program latihan. Penjenja-
ngan latihan serta sertifikasi didasarkan pada klasifikasi
jabatan Indonesia, hasil analisa pekerjaan dan masukan-masu-
kan lain dari dunia usaha, lembaga latihan swasta dan pihak
lain yang bersangkutan. Sertifikasi latihan dilakukan melalui
351
uji ketrampilan. Bimbingan dan penyuluhan jabatan kepada para peserta latihan ditingkatkan untuk mengembangkan bakat dan ke-mampuannya.
Untuk lebih menjamin kesesuaian hasil latihan kerja de- ngan kebutuhan pasar kerja, perencanaan kegiatan latihan se-cara operasional dikaitkan dengan Bursa Kesempatan Kerja dan perencanaan tenaga kerja pada umumnya, baik di tingkat pusat maupun daerah. Demikian pula ditingkatkan keterpaduan antara pendidikan, latihan kerja institusional dan latihan dalam pe-kerjaan. Sehubungan dengan itu dibentuk Dewan Latihan Kerja Nasional dan Daerah. Dewan antara lain bertugas memberikan nasihat dalam perencanaan, akreditasi, pembakuan dan sertifi-kasi latihan.
Guna mendukung pencapaian tujuan penyebaran tenaga kerja yang lebih serasi baik antar daerah maupun antar kota dan de-sa, maka kegiatan latihan ketrampilan ditingkatkan dan dikem-bangkan di kota-kota yang merupakan pusat-pusat pembangunan daerah transmigrasi dan di kota-kota sedang dan kecil lainnya yang terpilih.
Guna mendukung peningkatan kegiatan latihan ketrampilan dalam Repelita IV dikembangkan adanya tenaga perencana, penge-lola dan pembina latihan kerja, baik di pusat maupun di dae-rah. Diharapkan selama Repelita IV dapat diadakan tenaga pe-rencana, pengelola dan pembina latihan sebanyak 3.000 orang.Untuk memperlancar pelaksanaan penyelenggaraan latihan kerja dalam Repelita IV disusun Undang-undang Latihan Kerja.
Selanjutnya dalam rangka menciptakan dan memperluas peran serta masyarakat untuk perbaikan kualitas hidup non fisik dan
352
peningkatan produktivitas tenaga kerja digalakkan penyuluhan
mengenai etos kerja. Demikian pula Latihan Motivasi Peningkat-
an Produktivitas (LMPP) yang sesuai dengan kondisi Indonesia
secara terpadu disebarluaskan bagi buruh/karyawan maupun pen-
cari kerja dengan mengikut sertakan semua potensi yang ada.
Sehubungan dengan itu peranan Dewan Produktivitas Nasional da-
lam mencari dan memberi masukan penyusunan kebijaksanaan untuk
memasyarakatkan etos kerja, disiplin kerja, mutu kerja dan un-
sur produktivitas lainnya lebih dimantapkan dalam Repelita IV.
Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya diutama-
kan segi-segi pembinaan dan peningkatan motivasi sikap serta
daya tahan mental, di samping pembinaan keahlian dan ketrampi-
lan serta ketangguhan jasmani dan rohani.
4. Program Pembinaan Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Dalam GBHN dikemukakan bahwa pembinaan hubungan perburuh-
an perlu diarahkan kepada terciptanya kerjasama yang serasi
antara buruh dan pengusaha yang dijiwai Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945, di mana masing-masing pihak, saling meng-
hormati, saling membutuhkan, saling mengerti peranan serta
hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan
proses produksi, serta dalam usaha meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Perusahaan juga berkewajiban
bersama-sama dengan Serikat Buruh, di samping tugas Serikat
Buruh memperhatikan nasib buruh, mengusahakan agar karyawan
memiliki kesadaran dalam turut bertanggungjawab atas kelanca-
ran, kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan. Pemerintah
mengusahakan terciptanya dan tetap terbinanya hubungan yang
serasi antara pengusaha dan buruh yang akan mendorong terca-
353
painya efisiensi serta kelangsungan hidup perusahaan, dan se-
kaligus dapat memenuhi kebutuhan kesejahteraan hidup buruh
dan karyawan dalam perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan perusahaan.
Dengan semakin meluas dan berkembangnya kegiatan pemba-
ngunan, masalah-masalah hubungan ketenaga kerjaan dan kesejah-
teraan buruh dan karyawan diperkirakan akan meningkat pula.
Dalam hubungan ini, kebijaksanaan dan langkah-langkah yang
ditempuh dalam Repelita III akan dilanjutkan, disempurnakan
dan ditingkatkan dalam Repelita IV.
Dalam rangka mewujudkan dan meningkatkan pelaksanaan hu-
bungan perburuhan berdasarkan Pancasila di tingkat nasional/
daerah dan di perusahaan-perusahaan sangat penting peranan
lembaga tri-partite, lembaga bi-partite, Perjanjian Kerja
Bersama, dan lembaga arbitrasi perburuhan. Lembaga bi-partite
di perusahaan dimanfaatkan sebagai forum konsultasi untuk men-
capai efisiensi serta kelangsungan hidup perusahaan yang meru-
pakan tanggung jawab bersama. Selain itu untuk mendukung ter-
laksananya hubungan yang serasi dimantapkan dan disempurnakan
peraturan perundangan dan ditingkatkan penyuluhan, pendidikan
dan pembinaan ketenaga kerjaan lainnya.
Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan sumber daya ma-
nusia, pembinaan terhadap buruh/karyawan dan pengusaha beser-
ta organisasinya masing-masing melalui peningkatan motivasi
dan disiplin kerja, mutu kerja, etika atau moral kerja dan
cara-cara kerja, diarahkan untuk meningkatkan kemampuan kerja,
sehingga produksi dan produktivitas kerja meningkat. Organisa-
si buruh didorong untuk mengembangkan keahlian, ketrampilan,
kepemimpinan dan lainnya bagi para anggotanya. Selain itu di-
354
kembangkan sistem penilaian prestasi dan pola jenjang karier
di perusahaan-perusahaan yang menunjang kemajuan dan kelangsu-
ngan hidup perusahaan. Dalam Repelita IV juga akan lebih dido-
rong terbentuk dan terbinanya koperasi-koperasi buruh, perbai-
kan gizi serta pengembangan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera di kalangan tenaga kerja dengan melaksanakan program
keluarga kecil bahagia (KKB) di perusahaan dalam rangka me-
ningkatkan kesejahteraan buruh dan karyawan pada umumnya. Ba-
gi koperasi-koperasi buruh yang telah maju, para anggotanya
akan didorong untuk memiliki saham perusahaan bersangkutan,
khususnya di perusahaan-perusahaan yang berkembang pesat.
Upaya meningkatkan fungsi lembaga-lembaga ketenaga kerja-
an baik di pusat maupun di daerah, diselenggarakan melalui pe-
ningkatan pendidikan dan penyuluhan terhadap pimpinan lembaga-
lembaga ketenaga kerjaan, sehingga dapat lebih mampu dan ber-
fungsi dalam menampung, menanggapi, melayani, menyalurkan dan
menyelesaikan masalah-masalah ketenaga kerjaan yang dilandasi
hubungan perburuhan Pancasila. Penyuluhan kepada buruh/karya-
wan dan pengusaha dimaksudkan agar di satu pihak peserta hu-
bungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan pada
umumnya dan perusahaan pada khususnya, dan di lain pihak un-
tuk menumbuhkan dan mengembangkan citra saling menghormati,
saling membutuhkan, saling mengerti peranan serta hak dan me-
laksanakan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan proses
produksi. Pengusaha didorong agar bersikap terbuka dalam
menghadapi keluhan dan permasalahan ketenaga kerjaan. Selan-
jutnya pembinaan dan penyuluhan juga mencakup tenaga kerja
dan organisasi tenaga kerja tani, nelayan, di sektor tradisi-
onal.dan sektor informal lainnya.
355
Dalam rangka memasyarakatkan P4 dan hubungan perburuhan
yang serasi di kalangan buruh dan pengusaha baik di sektor
formal, maupun informal dan tradisional, maka disempurnakan
dan ditingkatkan sistem pendidikan perburuhan yang dilaksana-
kan selama ini dengan mengikut sertakan pengusaha. Dalam Repe-
lita IV sekurang-kurangnya 100.000 orang dari unsur buruh, pe-
ngusaha dan pemerintah diikut sertakan dalam pendidikan perbu-
ruhan.
Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efisiensi dan ke-
langsungan hidup perusahaan, pengusaha perlu menjamin pembe-
rian imbalan yang layak secara kemanusiaan dan sesuai dengan
sumbangan jasa yang dihasilkan oleh buruh. Sejalan dengan itu
upah mempunyai kedudukan yang sentral dan strategis. Di satu
pihak upah merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan
yang mempengaruhi kesejahteraan buruh secara langsung, di lain
pihak upah juga mempengaruhi biaya produksi, produktivitas te-
naga kerja, dan tingkat harga yang pada gilirannya berakibat
pada pertumbuhan produksi, perluasan dan pemerataan kesempatan
kerja. Dengan demikian upah juga mempengaruhi kesejahteraan
buruh secara tidak langsung. Selain itu upah juga merupakan
sumber dari sebagian besar keresahan dan perselisihan ketenaga
kerjaan. Dalam hubungan ini maka dalam Repelita IV ditangani
masalah upah dengan lebih terpadu secara lintas sektoral, da-
lam rangka mewujudkan kesejahteraan buruh beserta keluarganya.
Dalam GBHN dikemukakan bahwa kebijaksanaan upah di sam-
ping memperhatikan peningkatan produktivitas tenaga kerja dan
pertumbuhan produksi, perlu diarahkan kepada Peningkatan ke-
sejahteraan dan peningkatan daya beli golongan penerima upah
yang rendah. Dalam hal ini kebijaksanaan penetapan upah mini-
356
mum terus diperluas dan ditingkatkan dalam Repelita IV baik
di sektor formal maupun sektor informal dan tradisional dan
mencakup buruh tani, nelayan, buruh maritim dan lain-lain.
Upah minimum di semua sektor ditetapkan atas dasar tingkat
upah tenaga kerja tidak terdidik di daerah tersebut. Perbedaan
upah minimum di antara berbagai jenis pekerjaan ditentukan
oleh beban fisik yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut. Perbedaan upah di antara pekerjaan "halus" dan pe-
kerjaan "kasar" pada saat ini masih besar. Kecenderungan mem-
beri penilaian yang relatif tinggi pada pekerjaan "halus" tu-
rut mempengaruhi tingginya tingkat pengangguran, khususnya di
kalangan tenaga terdidik lulusan Sekolah Menengah Tingkat
Atas. Sehubungan dengan itu salah satu unsur kebijaksanaan
upah ialah memperkecil perbedaan upah bagi pekerjaan "halus"
dan pekerjaan "kasar". Selain itu akan ditingkatkan usaha-usa-
ha penyuluhan kepada orang tua dan siswa mengenai perlunya pe-
nilaian yang wajar terhadap pekerjaan tanpa membedakan peker-
jaan "halus" atau "kasar".
Demikian pula perbedaan upah tenaga kerja tak terdidik di
kota dan di desa diusahakan agar tidak berlebihan. Adanya per-
bedaan oleh karena relatif tingginya biaya hidup yang wajar
di kota kiranya dapat dibenarkan. Bagi tenaga kerja yang di-
butuhkan keahlian dan ketrampilannya di desa, diusahakan agar
upah yang diterima cukup tinggi agar menarik bagi tenaga ker-
ja untuk bekerja di desa. Upah tinggi bagi daerah-daerah yang
kekurangan tenaga kerja tetap dipertahankan untuk mendorong
tenaga kerja dari daerah padat tenaga kerja pindah ke daerah
yang kekurangan penduduk dan tenaga kerjanya. Selain itu pe-
nyempurnaan sistem pengupahan juga diarahkan untuk memperkuat
357
daya tarik dan daya rangsang jabatan profesi dan jabatan tek-
nis serta operasional pada tingkatan menengah.
Dewan Pengaturan Pengupahan Nasional diupayakan menjadi
lembaga penasehat yang berbobot dalam memberikan masukan da-
lam rangka merumuskan kebijaksanaan pengupahan. Dalam rangka
kebijaksanaan pengupahan nasional atau regional dan sektoral
yang menuju ke arah perbaikan kesejahteraan buruh dan keluar-
ganya, pengumpulan statistik pengupahan ditingkatkan dalam
Repelita IV. Selain itu disusun pedoman umum skala upah dan
komponen, struktur dan sistem pengupahan yang diarahkan pada
peningkatan produktivitas tenaga kerja, pertumbuhan produksi,
peningkatan kesejahteraan dan peningkatan daya beli golongan
penerima upah yang rendah.
Unsur penting di dalam menciptakan kerjasama yang serasi
antara buruh dan pengusaha ialah adanya kebutuhan saling meng-
hormati, saling mengerti peranan serta hak dan melaksanakan
kewajiban masing-masing dalam proses produksi dan hubungan
kerja. Hal ini erat kaitannya dengan adanya syarat-syarat ker-
ja yang wajar dan dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja
bersama, perjanjian kerja dan peraturan perusahaan. Untuk mem-
perlancar perluasan dan penyempurnaan perjanjian kerja bersama
oleh buruh dan pengusaha, disusun pola dasar perjanjian kerja
bersama baik menurut sektor, maupun menurut tingkat kemampuan
perusahaan. Perjanjian kerja bersama sekurang-kurangnya memuat aspek-aspek utama dalam hubungan kerja seperti upah, lembur,
jam kerja, dan lain-lain. Dengan demikian salah pengertian dan
perselisihan dapat dikurangi dan dihindari. Perusahaan-perusa-
haan yang belum memiliki serikat buruh diusahakan agar mener-
bitkan peraturan perusahaan yang berisikan petunjuk mengenai
358
hak dan kewajiban buruh dan pengusaha.
Langkah-langkah kebijaksanaan selanjutnya adalah mengura-
ngi dan sejauh mungkin menghindarkan terjadinya keresahan-ke-
resahan, perselisihan-perselisihan, pemogokan dan pemutusan
hubungan kerja yang mengakibatkan gangguan bagi stabilitas
produksi. Untuk itu usaha-usaha deteksi dini ditingkatkan dan
peranan pegawai perantara ditingkatkan agar dapat berfungsi
lebih baik.
Upaya menyelesaikan perselisihan perburuhan yang cepat,
cermat, tepat, konsisten, adil dan murah adalah salah satu
usaha untuk memelihara ketenangan kerja, sehingga dapat me-
ningkatkan produksi dan produktivitas kerja, dan memperluas
kesempatan kerja. Sehubungan dengan itu fungsi, tugas dan
struktur organisasi lembaga Panitia Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan Pusat dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perbu-
ruhan Daerah dikembangkan dan dimantapkan dalam Repelita IV.
Dalam GBHN dikemukakan bahwa kebijaksanaan di bidang per-
lindungan tenaga kerja ditujukan kepada perbaikan upah, syarat
kerja, kondisi dan hubungan kerja, keselamatan kerja, serta
jaminan sosial lainnya di dalam rangka perbaikan dan peningkatan
tenaga kerja secara menyeluruh.
Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang cakupannya se-
lama ini terbatas pada perusahaan yang buruhnya berjumlah 100
orang atau lebih atau dengan pengeluaran upah Rp 5 juta sebu-
lan atau lebih dalam Repelita IV diperluas jangkauannya se-
hingga memberikan perlindungan bagi buruh di perusahaan-peru-
sahaan yang lebih kecil. Di samping itu materi yang dicakup
juga dikembangkan secara bertahap sehingga meliputi asuransi
359
sakit, pensiun, dan jaminan pesangon selain dari asuransi ke-celakaan kerja dan tabungan hari tua. Dana yang terhimpun se-lain dikelola untuk memenuhi kewajiban pembayaran bagi tenaga kerja, juga diarahkan pada bidang-bidang yang langsung ber-manfaat bagi tenaga kerja, seperti pembangunan perumahan, po-liklinik, koperasi dan pembelian saham perusahaan tanpa me-ninggalkan prinsip keamanan dana. Pembinaan terhadap badan-badan swasta yang menghimpun dana investasi untuk jaminan so-sial tenaga kerja yang dirintis dalam Repelita III dilanjut-kan dan di tingkatkan dalam Repelita IV.
Salah satu hal yang penting dalam perbaikan dan peningka-tan kesejahteraan tenaga kerja adalah pengawasan yang efektif agar norma-norma keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan secara wajar. Untuk itu ditingkatkan pengawasan dan penyuluh-an norma-norma perlindungan, khususnya yang menyangkut hak dan kewajiban buruh dan pengusaha. Sasaran pengawasan secara khu-sus ditujukan kepada sarana hubungan perburuhan Pancasila se-perti Perjanjian Kerja Bersama, Peraturan Perusahaan, pengupa-han, asuransi sosial tenaga kerja, dan lain-lainnya sesuai de-ngan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu ditingkatkan pengawasan dan pelaksanaan tunjangan yang lebih adil sehubungan dengan kecelakaan kerja. Dalam hubungan ini peran serta organisasi-organisasi buruh dan pengusaha le-bih digalakkan. Pembentukan dan pembinaan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tingkat daerah dan Panitia Pembina Ke-selamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan-perusahaan diin-tensifkan, khususnya di perusahaan-perusahaan yang banyak me-nyerap tenaga kerja serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang banyak mengandung resiko bahaya dan kecelakaan.
360
Selanjutnya ditumbuhkan dan ditingkatkan kesadaran masya-
rakat akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja antara
lain melalui organisasi profesi dan kerjasama antar instansi.
Jumlah pengawas perburuhan dan pengawas keselamatan kerja ma-
sing-masing ditambah sekitar 300 orang selama Repelita IV dan
mutu tenaga pengawas yang ada ditingkatkan sesuai dengan per-
kembangan ilmu dan teknologi.
Upaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja anak-
anak dilanjutkan dan dikembangkan di perusahaan-perusahaan
yang banyak mempekerjakan anak-anak. Bagi anak-anak yang buta
aksara dibina melalui program Bekerja Sambil Belajar, "KEJAR",
agar kecerdasan dan pengetahuan yang didapat sekurang-kurang-
nya sejajar dengan tingkat sekolah dasar.
Perlindungan tenaga kerja wanita yang juga ibu rumah tang-
ga ditingkatkan melalui penyediaan fasilitas Tempat Penitipan
Anak dan fasilitas keluarga berencana oleh perusahaan-perusa-
haan. Selain itu dihindarkan diskriminasi terhadap tenaga
kerja anak-anak dan wanita.
Jangkauan Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPER-
KES), gizi kerja, dan lingkungan kerja yang sehat diperluas
ke semua sektor. Selain itu diletakkan landasan bagi pengem-
bangan cara-cara pelayanan kesejahteraan tenaga kerja di sek-
tor informal. HIPERKES bertujuan agar tenaga kerja sehat dan
produktif melalui pemeliharaan dan peningkatan derajat kese-
hatan serta penyerasian tenaga kerja terhadap teknologi dan
pekerjaannya. Untuk itu dilaksanakan bimbingan terapan tekno-
logi yang meliputi teknologi pengendalian dalam hal pengaruh
faktor-faktor fisik dan kimia kepada buruh/karyawan di tempat
kerja, penggunaan pemonitoran bio-medis serta penerapan tata
361
dan sistem kerja.
Ergonomi sebagai komponen HIPERKES juga dikembangkan da- lam Repelita IV sesuai dengan pertumbuhan sektor industri per-mesinan. Demikian juga dilaksanakan pengendalian terhadap kan-ker akibat kerja dan penerapan toksikologi syaraf dan perila- ku. Selain itu penyelenggaraan latihan dan penataran bagi pe-ningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang hygiene pe-rusahaan dan kesehatan kerja dilanjutkan. Fasilitas laborato- ria pengujian yang ada juga ditingkatkan.
Sejalan dengan usaha pengawasan norma-norma keselamatan kerja dan kesehatan kerja peraturan perundang-undangan yang kurang sesuai disempurnakan. Penyempurnaan dilakukan baik me-ngenai norma-norma umum yang menyangkut waktu kerja, istira- hat, lembur dan sebagainya, maupun norma-norma teknis seperti penggunaan alat-alat mesin, pesawat-pesawat, dan bahan-bahan baku di dalam produksi yang memungkinkan resiko bahaya keba-karan, peledakan dan penyakit akibat kerja.
Selanjutnya penerapan tata dan sistem kerja usaha-usaha produktif dalam rangka perbaikan kesejahteraan buruh dan ke-luarganya akan lebih dikembangkan di daerah-daerah pedesaan yang cukup memiliki potensi sumber daya alam.
Berbagai usaha di bidang hubungan perburuhan dan perlin-dungan tenaga kerja berkaitan erat dengan usaha mengurangi laju pertumbuhan angkatan kerja dan meningkatkan mutu angkat- an kerja, termasuk angkatan kerja di masa akan datang. Dalam kaitan ini dapat dikemukakan bahwa usaha-usaha di bidang pro-gram keluarga berencana dipadukan dengan usaha perlindungan tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja wanita dalam rangka
362
menciptakan keluarga kecil, sehat dan sejahtera. Program ke-
luarga berencana ditujukan untuk mengurangi tingkat kelahiran
yang pada gilirannya memperbaiki kesehatan buruh dan mening-
katkan produktivitas tenaga kerja. Melalui organisasi buruh
maupun pengusaha atau secara langsung di perusahaan-perusahaan
digalakkan usaha-usaha penyuluhan dan pelayanan keluarga be-
rencana. Perusahaan-perusahaan didorong berperanserta dalam
menyediakan fasilitas keluarga berencana dan imbalan yang me-
madai bagi buruh-buruh yang berprestasi di bidang keluarga
berencana. Melalui Perjanjian Kerja Bersama buruh wanita yang
bekerja, terutama buruh yang sudah berkeluarga diusahakan agar
dapat menerima upah diatas upah minimum. Dengan demikian pen-
dapatan buruh wanita dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Tingkat pendapatan keluarga amat penting peranannya dalam me-
nentukan status gizi dan kesehatan termasuk khususnya status
gizi bayi dan anak-anak dibawah lima tahun. Hal ini penting
bagi peningkatan mutu angkatan kerja di masa akan datang.
5. Program Generasi Muda
Dalam Repelita IV lebih dari 27% dari angkatan kerja ber-
usia 10 - 24 tahun. Kelompok angkatan kerja ini pada umumnya
kurang trampil dan pengalaman. Kebijaksanaan ketenaga kerjaan,
terutama bagi angkatan kerja usia muda juga diarahkan antara
lain kepada pemanfaatan tenaga kerja yang lebih baik dengan
jalan peningkatan ketrampilan serta mengembangkan kepemimpi-
nan. Usaha-usaha ini terutama ditujukan untuk generasi muda
agar lebih mudah mendapatkan lapangan kerja, lebih berprestasi
melaksanakan pekerjaan atau lebih mampu untuk berusaha mandiri
sebagai wiraswasta.
363
Selain itu dilaksanakan pembinaan melalui penyuluhan me-
ngenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja, keselamatan kerja
dan lain-lainnya bagi generasi muda yang akan memasuki pasar
kerja. Perhatian ditujukan kepada para pemuda putus sekolah
dan generasi muda dari golongan masyarakat berpendapatan ren-
dah seperti anak petani miskin, nelayan, buruh dan lain-lain-
nya. Sistem latihan kejuruan, kewiraswastaan dan penyuluhan
mengenai perburuhan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja
generasi muda dan kebutuhan pembangunan. Selain itu bimbingan
dan latihan juga dimanfaatkan untuk mengisi lapangan kerja
yang terbuka melalui mekanisme Antar Kerja Lokal, Antar Kerja
Antar Daerah dan Antar Kerja Antar Negara.
6. Program Peningkatan Peranan Wanita
Dalam GBHN dikemukakan bahwa wanita mempunyai hak, kewa-
jiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta
dalam segala kegiatan pembangunan. Peranan wanita dalam pem-
bangunan berkembang selaras dan serasi dengan perkembangan
tanggungjawab peranannya dalam mewujudkan dan mengembangkan
keluarga sehat dan sejahtera. Dalam rangka memantapkan peran-
an dan tanggungjawab wanita, maka usaha meningkatkan pengeta-
huan dan ketrampilan wanita terus dilaksanakan dalam Repeli-
ta IV.
Kesempatan kerja bagi wanita di sektor non-pertanian di-
dorong dan perlindungan bagi tenaga kerja wanita dilaksanakan
lebih intensif. Dalam hubungan ini perlu dijaga agar tenaga
kerja wanita tidak mengalami perlakuan yang berbeda di pasar
kerja. Norma-norma perlindungan tenaga kerja yang dapat mem-
bahayakan keselamatan dan kesehatan kerja wanita dikembangkan
364
dalam Repelita IV. Dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan
keluarga sehat dan sejahtera serta peran masyarakat, bagi wa-
nita yang merangkap tugas ganda sebagai ibu rumah tangga dan
pekerja, maka pengusaha didorong untuk menyediakan fasilitas
penitipan anak, fasilitas pelayanan keluarga berencana dan
memanfaatkan organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK). Produktivitas tenaga kerja wanita juga ditingkatkan
melalui latihan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan dan
harkat wanita tanpa mengurangi peranan dan tanggung jawab me-
reka dalam pembangunan bangsa. Selain itu bagi tenaga kerja
wanita yang masih buta aksara diberikan kesempatan untuk
mengikuti Kegiatan Bekerja Sambil Belajar (Program "KEJAR")
di perusahaan.
7. Program Pendidikan Tenaga Kerja
Kegiatan pembangunan yang makin meluas dan meningkat,
membutuhkan penyempurnaan di bidang kelembagaan dan ketata-
laksanaan. Sejalan dengan itu dibutuhkan karyawan yang cakap,
penuh pengabdian, dan disiplin untuk melaksanakan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan di bidang-bidang perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian program-program dan proyek-pro-
yek pembangunan. Dalam memenuhi kebutuhan baik tenaga admi-
nistratif maupun tenaga operasional dilaksanakan latihan dan
penataran karyawan.
Pada dasarnya ada dua jenis pendidikan dan penataran. Per-
tama pendidikan dan latihan bagi pegawai baru. Kedua, penata-
ran teknis operasional, agar karyawan lebih mampu dan trampil
dalam rangka tugas dan pengembangan karier pegawai yang ber-
sangkutan. Jenis mata pelajaran mencakup kelompok administrasi
pembangunan dan kelompok pengetahuan teknis ketenaga kerjaan
365
sesuai dengan fungsi dan tugas pokok masing-masing karyawan.
8. Program Penelitian Tenaga Kerja
Dalam rangka menunjang kebijaksanaan ke tenaga kerjaan di
bidang perluasan dan pemerataan kesempatan kerja, serta pe-
ningkatan mutu dan perlindungan tenaga kerja, maka dalam Re-
pelita IV ditingkatkan berbagai usaha penelitian.
Penelitian-penelitian ditujukan untuk pengembangan kebi-
jaksanaan umum, kebijaksanaan sektor, kebijaksanaan daerah
dan kebijaksanaan khusus. Di bidang kebijaksanaan umum dila-
kukan monitoring dan analisa di bidang ekonomi keuangan seca-
ra teratur yang ditujukan bagi perluasan dan pemerataan ke-
sempatan kerja. Penelitian di bidang kebijaksanaan sektor di-
tujukan untuk mendeteksi dan menginventarisasi secara terpe-
rinci dan operasional cara-cara produksi dan produk yang le-
bih padat karya. Penelitian di bidang khusus ditujukan untuk
menilai manfaat dari kegiatan-kegiatan khusus yang dilaksana-
kan bagi kelompok sasaran tenaga kerja seperti petani tanpa
tanah, buruh, nelayan, tenaga kerja usia muda, dan tenaga
kerja wanita. Selain itu penelitian kebijaksanaan khusus juga
ditujukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan program yang
ada, serta menciptakan program-program khusus yang bermanfaat
bagi kelompok sasaran tenaga kerja dan lingkungannya. Peneli-
tian kebijaksanaan daerah terutama ditujukan untuk memperluas
kesempatan kerja dan meningkatkan mutu tenaga kerja, terutama
di daerah-daerah yang relatif terbelakang, daerah perbatasan,
daerah minus dan daerah padat penduduk.
366
9. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan.
Dalam rangka pembinaan, penyempurnaan dan penertiban apa-
ratur pemerintah ditingkatkan pengawasan agar pelaksanaan ke-
giatan rutin dan pembangunan di bidang tenaga kerja terlaksa-
na lebih efektif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah dite-
tapkan. Peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan
tuntutan pembangunan dan semua perijinan di bidang tenaga ker-
ja ditinjau kembali dan disempurnakan baik materi maupun pro-
sedur dan tata kerjanya. Ijin yang tidak sesuai lagi dihapus-
kan dan ijin yang masih diperlukan akan disederhanakan.
367
TABEL 16 - 7
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,1984/85 - 1988/89
(dalam jutaan rupiah)
TENAGA KERJA
1984/85 1984/85-1988/89No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran
Pembangunan)(AnggaranPembangunan)
06 SEKTOR TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 675.060,0 4.551.842,1
06.1 Sub Sektor Tenaga Kerja 98.296,4 727.480,2- - - - - - - - - - - —— -----
06.1.01 Program Latihan Dan Ketrampilan Tenaga Kerja 50.285,0 497.522,7
06.1.02 Program Penggunaan Dan Penyebaran Tenaga Kerja 38.167,4 165.427,3
06.1.03 Program Pembinaan Hubungan dan PerlindunganTenaga Kerja 9.844,0 64.530,2
368