riyanislawyer.files.wordpress.com · web viewkeseriusan dan komitmen dari pemerintah kabupaten...
TRANSCRIPT
PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS
DALAM MEMANFAATKAN PAJAK INDUSTRI ROKOK
UNTUK PENYEDIAAN TEMPAT KHUSUS MEROKOK DI
RUANG PUBLIK BAGI MASYARAKAT
Oleh:Muhammad Arif Riyan
8111409249
Fakultas HukumUniversitas Negeri Semarang
2013
Kampus Sekaran, Gd. C-4, Gunungpati, SemarangEmail: [email protected]
PENGESAHAN
Artikel dengan judul Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus Dalam
Memanfaatkan Pajak Industri Rokok untuk Penyediaan Tempat Khusus
Merokok di Ruang Publik yang ditulis oleh Muhammad Arif Riyan NIM
8111409249 ini telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing
Ristina Yudhanti, S.H., M.Hum NIP. 19741026200912 2 001
PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS DALAM MEMANFAATKAN PAJAK INDUSTRI ROKOK
UNTUK PENYEDIAAN TEMPAT KHUSUS MEROKOK DI RUANG PUBLIK BAGI MASYARAKAT
Muhammad Arif Riyan, Ristina Yudhanti, Saru ArifinFAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGEmail : [email protected]
ABSTRAK
Tempat Khusus Merokok adalah tempat dimana hanya di khususkan bagi orang yang merokok. Seiring berjalannya waktu, munculah banyak larangan merokok di tempat-tempat umum maupun di dalam gedung. Pada tanggal 17 April 2012 Mahkamah Konstitusi memutus perkara nomor 57/PUU-IX/2011 tentang Permohonan Pengujian Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 115 ayat (1) Undang-Undang Kesehatan mengatur semula “Khusus bagi tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok” menjadi berbunyi “Khusus bagi tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya menyediakan tempat khusus untuk merokok” sehingga mewajibkan setiap Pemerintah Daerah untuk menyediakan tempat khusus merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjawab 1) Trend (5th) Perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau di Kabupaten Kudus dari Pajak Industri Rokok? 2) Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam memanfaatkan Pajak Industri Rokok untuk Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Ruang Publik bagi Masyarakat? 3) Kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah di Kabupaten Kudus dalam menyediakan tempat khusus merokok. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, dengan menggunakan data primer dan data sekunder yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif. Hasil dari penelitian ini yakni 1) Trend (5th) Perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau di Kabupaten Kudus dari Pajak Industri Rokok Rata-Rata mencapai 60 Milyar/Tahun. 2) Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Ruang Publik Meliputi: Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Bagian Humas Sekertariat Daerah Kabupaten Kudus, Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Kudus dan Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kabupaten Kudus. 3) Kendala Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam Menyediakan Tempat Khusus Merokok Yakni Anggaran Kurang Memadai, Penentuan Lokasi Masih Belum Pasti, Penyediaan Tempat Khusus Merokok Masih Dinilai Kurang Efektif, Belum Ada Keseriusan Atau Komitmen dari Pemerintah Daerah Dalam Membuat Aturan dan Larangan Merokok di Tempat Umum atau Ruang Publik dan Kurang Adanya Dorongan dari Masyarakat. Simpulan dalam penelitian ini 1) Peruntukan alokasi
dana bagi hasil untuk penyediaan tempat khusus merokok sebesar Rp. 50.000.000,-/Tahun 2) Peran pemerintah daerah Kabupaten Kudus dalam penyediaan tempat khusus merokok di ruang publik bagi masyarakat sudah dilakukan namun belum menyeluruh, untuk kebutuhan ditempat umum seperti di Pasar, mall, rumah sakit serta di terminal belum tersedianya tempat khusus merokok. 3) Kendala menyediakan tempat khusus merokok masih banyak yang harus dibenahi, Penentuan lokasi penyediaan tempat khusus merokok di ruang publik masih belum pasti dan ditentukan, Penyediaan tempat khusus merokok masih dinilai kurang efektif, Belum adanya keseriusan atau komitmen dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus untuk membuat peraturan larangan merokok di tempat umum, Kurang adanya dorongan dari seluruh masyarakat. Saran dalam penelitian ini 1) anggaran tempat khusus merokok harus dimaksimalkan secara efektif dan tepat sasaran. 2) Kurang terorganisir dalam pemanfaatannya dan tempat khusus merokok yang tidak dimanfaatkan dengan baik untuk di pindahkan ke ruang publik yang lebih membutuhkan seperti halnya pasar maupun terminal bus yang banyak dimana lebih terdapat banyak orang untuk berkumpul dan beraktifitas di ruang publik. 3) Belum adanya komitmen dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus untuk membuat peraturan larangan merokok di tempat umum karena hal ini menjadikan salah satu kunci keberhasilan dalam hal penyediaan tempat khusus merokok di ruang publik serta aturan yang jelas mengenai sanksi administratifnya.
Kata Kunci: Pemerintah Kabupaten Kudus, Pajak Industri Rokok, Tempat Khusus Merokok, Di Ruang Publik.
ABSTRACT
Dedicated smoking areas is a place where only in dedicated for people who smoke. Over time, comes the ban on smoking in many public places as well as inside the building. At the date of 17 April 2012 the Constitutional Court decided the case number on the Petition for Judicial 57/PUU-IX/2011 Law Number 36 Year 2009 on Health. Article 115 paragraph (1) Health Act set the original "Especially for workplaces, public places, and other places may provide special places for smoking" as to read "Special for workplaces, public places, and other places provide special places for smoking "that requires each local government to provide dedicated smoking areas. This study aims to determine and answer 1) Trend (5th) Acquisition revenue (PAD) of revenue-sharing in Kudus Regency Tobacco Excise Tax, Cigarette Industry? 2) The Role of Local Government in utilizing Kudus Cigarette Industry Tax Provision Place for Smoking in Public Spaces for the People? 3) The constraints faced by local government in Kudus Regency in providing a dedicated smoking areas. This study uses a socio-juridical approach, using primary data and secondary data were then analyzed using qualitative data analysis. Results from this study that 1) Trend (5th) Acquisition revenue (PAD) of revenue-sharing in Kudus Regency Tobacco Excise Tax, Cigarette Industry average reached 60 billion/year. 2) The Role of Local
Government in the Provision Kudus Regency Place Smoking in Public Spaces include: Provision of Smoking in Places of Public Relations Secretariat Holy District, Provision of Smoking in Places Training Center (BLK) and Kudus Smoking Provision place in the Directorate General Kudus Regency Customs and Excise. 3) Constraints in the Holy District Government Designated Smoking Places That Provide Insufficient Budgets, Siting Still Not Sure, Providing The Smoking Still Rated Less Effective, Yet There seriousness or commitment of the Government in Creating Rules and Ban Smoking in Public Places or Public Space and Less The thrust of the Society. The conclusions in this study 1) Allotment of funds allocated to the results for the provision of dedicated smoking areas of Rp. 50,000,000,-/year 2) The role of local government in the provision of Kudus dedicated smoking areas in public spaces for the community but has not been done thoroughly, to the needs of public places such as markets, malls, hospitals as well as in terminal unavailability of dedicated smoking areas. 3) Constraints provide dedicated smoking areas much remains to be addressed, providing location determination where smoking in public spaces is still uncertain and determined, Provision of dedicated smoking areas are still considered less effective, yet the seriousness or commitment of the Holy District Government to make rules ban on smoking in public places, less the encouragement of the whole society. Suggestions in this study 1) budget dedicated smoking areas should be maximized in an effective and well targeted. 2) Utilization and less organized in dedicated smoking areas are not utilized properly for the move to a more public space in need as well as market and bus terminal is a lot where there are a lot more people to get together and indulge in public spaces. 3) The lack of commitment of the Holy District Government to make laws banning smoking in public places because it is make one of the keys to success in the provision of dedicated smoking areas in public spaces as well as clear rules concerning administrative sanctions.
Keywords: Holy County Government, Tax Cigarette Industry, The Smoking, In Public Spaces.
Pendahuluan
Kudus merupakan salah satu Kabupaten terbesar yang memproduksi rokok di
Indonesia. Pada Periode tahun anggaran 2008 Kudus memperoleh dana bagi hasil
rokok sebesar Rp. 17.207.191.000 (Bappeda Kudus, 2012). Melihat banyaknya
dana bagi hasil rokok yang telah masuk dalam kas daerah tersebut diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang sepadan kepada masyarakat untuk mengurangi
dan mengatasi dampak yang di timbulkan dari rokok tersebut, sehingga tempat
khusus merokok dirasa sangat dibutuhkan bagi masyarakat khususnya yang
berada di tempat-tempat umum.
Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di
dunia. Adapun penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker,
penyakit jantung, paru-paru, dan stroke (Fawzani & Triratnawati, 2005).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008,
bahwa Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan tingkat perokok
terbesar setelah China dan India pada sepuluh negara perokok terbesar dunia.
Jumlah perokok Indonesia mencapai 65 juta penduduk. Sementara itu China
mencapai 390 juta perokok dan India 144 juta perokok (Endrawanch, 2009).
Terkait dengan permasalahan tersebut, Mahkamah Konstitusi memutuskan
perkara Nomor 57/PUU-IX/2011 terkait dengan Pasal 115 ayat 1 Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Putusan tersebut sebagai berikut
“Khusus bagi tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya dapat menyediakan
tempat khusus untuk merokok” menjadi berbunyi “Khusus bagi tempat kerja,
tempat umum, dan tempat lainnya menyediakan tempat khusus untuk merokok”.
Mahkamah konstitusi dalam amar putusannya menyatakan kata “dapat”
dihapus dalam Penjelasan Pasal 115 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. Akibatnya, pada tempat kerja, tempat umum, dan tempat
lainnya wajib disediakan tempat khusus merokok (Putusan Nomor
57/PUU-IX/2011, 17 April 2012).
Sebagaimana diketahui bahwa pengujian Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 Pasal 115 ayat 1 tentang Kesehatan diajukan oleh Enryo Oktavian
(Karyawan Swasta), Abhisam Demosa makahekum (Karyawan Swasta) dan Irwan
Sofwan (Pelajar/Mahasiswa) (Bisnis Indonesia, 29/04/2012). Para pemohon ini
menguji penjelasan Pasal 115 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
khususnya tentang Kesehatan yang mengatur tempat-tempat yang dinyatakan
sebagai kawasan tanpa asap rokok.
Pasal 115 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan itu menyebutkan, kawasan tanpa rokok yakni :
a) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
b) Tempat Proses Belajar Mengajar
c) Tempat Anak Bermain
d) Tempat Ibadah
e) Angkutan Umum
f) Tempat Kerja
g) dan Tempat Umum Lainnya.
Penetapan kawasan tanpa rokok itu wajib dilakukan oleh pemerintah
daerah. Penjelasan kata “dapat” dalam pasal itu dihapus karena bertentangan
dengan Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” dan
Pasal 28D ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Sehingga nantinya ada hak atau
perlindungan bagi setiap masyarakat dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat.
Dengan diputuskannya Perkara Nomor 57/PUU-IX/2011 oleh Mahkamah
Konstitusi tersebut, maka Kudus sebagai salah satu Kabupaten terbesar yang
memproduksi rokok harus juga melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi itu
sebagaimana mestinya. Hal ini merupakan kepentingan bersama dan untuk
kesejahteraan masyarakat Kudus. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Kudus belum
menyediakan tempat khusus merokok diberbagai ruang publik seperti : Tempat
Fasilitas Kesehatan, Tempat Proses Belajar Mengajar, Tempat Anak Bermain,
Tempat Ibadah, Angkutan Umum, Tempat Kerja dan Tempat Umum Lainnya
sebagaimana dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan ini guna dapat menemukan
fakta yang ada dilapangan sebagai masukan dan juga evaluasi bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Kudus nantinya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka ditemukan beberapa permasalahan
yang menarik untuk dikaji. Permasalahan tersebut adalah:
1) Bagaimana Trend (5th) Perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dana
Bagi Hasil Cukai Tembakau di Kabupaten Kudus dari Pajak Industri Rokok ?
2) Bagaimakah Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam
memanfaatkan Pajak Industri Rokok untuk Penyediaan Tempat Khusus
Merokok di Ruang Publik bagi Masyarakat ?
3) Apa Saja Kendala yang Dihadapi Pemerintah Daerah di Kabupaten Kudus
dalam Menyediakan Tempat Khusus Merokok.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan hukum ini adalah :
1) Untuk Mengetahui Trend (5th) Perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari
Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau di Kabupaten Kudus dari Pajak Industri
Rokok.
2) Untuk Mengetahui Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam
memanfaatkan Pajak Industri Rokok untuk Penyediaan Tempat Khusus
Merokok di Ruang Publik bagi Masyarakat.
3) Untuk Mengetahui Kendala-Kendala yang Dihadapi Pemerintah Daerah di
Kabupaten Kudus dalam Menyediakan Tempat Khusus Merokok.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Yuridis Sosiologis, yakni penelitian hukum
yang menggunakan data sekunder sebagai data awalnya, yang kemudian
dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan, Meneliti efektivitas suatu
Undang-Undang dan Penelitian yang ingin mencari hubungan (korelasi) antara
berbagai gejala atau variabel sebagai alat pengumpul datanya terdiri dari studi
dokumen, pengamatan (observasi), dan wawancara (interview) (Amiruddin,
2012). Berdasarkan jenis penelitian ini, maka penulis ingin melihat dari segi
efektivitas Undang-Undang dengan melihat langsung dilapangan dari Pasal 115
ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasca putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 57/PUU-IX/2011 17 April 2012, mengenai
kewajiban penyediaan tempat khusus merokok di ruang publik oleh Pemerintah
Daerah khususnya yang ada di Kabupaten Kudus.
Jenis Data Penelitian Pertama Data Primer :
a) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan narasumber dari Bappeda Kudus, Dinas
Kesehatan Kudus dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kudus dengan
maksud menguatkan data dan memperoleh informasi yang lebih mendalam
mengenai permasalahan yang ada.
b) Pengamatan (Observasi)
Melakukan pengamatan terhadap efektivitas adanya tempat khusus merokok
yang telah disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dengan
melihat dari segi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kudus.
c) Catatan Lapangan
Dalam penelitian ini yang menjadi catatan lapangan, yakni orang yang sedang
merokok dan orang yang tidak sedang merokok di ruangan publik.
Jenis Penelitian Kedua Data Sekunder :
a) Studi Dokumen
Penulis melakukan studi dokumen terhadap buku-buku dan literatur-literatur
yang berhubungan dengan penelitian ini untuk memperoleh landasan teoritis
yang dapat digunakan untuk menganalisis Peran Pemerintah Daerah
Kabupaten Kudus dalam Memanfaatkan Pajak Industri Rokok untuk
Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Ruang Publik Bagi Masyarakat.
b) Bahan Hukum
Bahan penelitian yang berasal dari peraturan perUndang-Undangan yang
berkaitan dengan penulisan yang dilakukan.
c) Bahan Hukum Tersier atau Bahan Hukum Penunjang
Bahan hukum yang memberikani informasi dan penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Trend (5th) Perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dana Bagi Hasil
Cukai Tembakau
Tempat khusus merokok merupakan solusi ide terbaik untuk menghindari
asap rokok bagi para perokok yang merokok di tempat-tempat umum. Karena
selain menjamin para perokok untuk memperoleh haknya untuk merokok di ruang
publik atau didalam ruangan gedung karena merokok merupakan perbuatan yang
mana tidak dilarang/dilegalkan dilain pihak orang yang tidak merokok tidak
merasa terganggu dengan adanya para perokok tersebut karena terdapat ruangan
khusus untuk para perokok.
Dana bagi hasil dari cukai tembakau yang diperoleh tidaklah kecil selain
itu di Kudus dana bagi hasil cukai juga dibuat program sistematis untuk
mengalihkan buruh pabrik rokok ke pelatihan menjahit, memasak, dan salon
kecantikan. Padahal Kabupaten Kudus mendapat alokasi terbesar untuk Jawa
Tengah yaitu Rp 70,3 miliar (Suara Merdeka, 14/06/2013).Berikut jumlah pendapatan daerah Kabupaten Kudus dari dana bagi hasil
cukai tembakau Tahun 2008 – 2012 :
Tahun Alokasi DBHCT Realisasi SisaSumber Rp
2008 -Alokasi Defisit 2008 17.207.191.987,- 14.050.644.158,- 3.156.546.842,-2009 -Sisa 2008
-Selisih Alokasi Definitif 2008 dgn APBD 2009-Alokasi Definitif 2009
3.156.546.842,- 978,-
82.409.330.847,-
65.244.366.416,- 4.486.334.584,-
2010 -Sisa 2009-Selisih Alokasi Definitif 2009 dgn APBD 2010-Alokasi Definitif 2010
4.486.334.584,-15.835.177.667,-
53.262.539.633,-
60.503.948.880,- 4.251.379.120,-
2011 -Sisa 2010-Selisih Alokasi Definitif 2010 dgn APBD 2011-Alokasi Definitif 2011
4.251.379.120,- 8.828.723.884,-
60.824.479.283,-
41.401.649.015,- 11.052.250.985,-
2012 -Sisa 2011-Selisih Alokasi Definitif 2011 dgn APBD 2012-Alokasi Definitif 2012
11.052.250.985,-21.450.682.287,-
52.579.441.278,-
50.043.206.298,- 20.261.693.702,-
Sumber : DPPKD Kabupaten Kudus 201
Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam memanfaatkan Pajak Industri
Rokok untuk Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Ruang Publik bagi
Masyarakat
Dari hasil penelitian belum terlihat adanya keseriusan yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Kudus dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat mengenai
penyediaan tempat khusus merokok tersebut.
Belum adanya penyediaan fasilitas tempat khusus merokok yang memadai di ruang
publik/umum seperti halnya tempat fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, tempat angkutan umum, tempat kerja dan
tempat umum lainnya juga menjadi suatu permasalahan dari Pemerintah Daerah kabupaten
Kudus yang perlu diselesaikan namun terdapat beberapa tempat khusus merokok yang
telah disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus yakni :
1) Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Bagian Humas Sekertariat Daerah Kabupaten
Kudus
Penyediaan tempat khusus merokok yang pertama terdapat di Bagian Humas Setda,
Anggaran untuk membuat Tempat Khusus Merokok tersebut Menghabiskan dana Sebesar
Rp. 25.000.000 Juta Rupiah saat peninjauan kelokasi pintu masuk ruangan tersebut dalam
keadaan tertutup dan terkunci dan didalamnya terdapat barang-barang perlengkapan
kegiatan seperti tape dll. Kondisi keadaan seperti tidak terawat dan tidak pernah digunakan
sebagaimana mestinya sehingga tidak sesuai dengan tujuan awal di bangunnya tempat
khusus perokok tersebut yakni untuk merokok dan para perokok pun lebih memilih
merokok di luar ruangan dengan duduk di kursi yang disediakan.
Berdasarkan hasil wawancara melalui sumber pegawai Humas Setda yang tidak ingin
disebut namanya tersebut mengatakan pada 1 April 2013) mengatakan:
“Alasan tempat khusus merokok tersebut dikunci karena pernah
ada barang yang hilang dicuri seperti salah satunya asbak
aluminium untuk pembuangan rokok dan tidak ada yang
bertanggung jawab apabila ada barang yang hilang sehingga
tempat tersebut selalu di kunci dan alasan mengapa barang-barang
seperti halnya tape. Itu ada disana karena tempat tersebut dialihkan
fungsi untuk mengingatkan pegawai saat mau sholat dhuhur
dengan membunyikan suara ayat-ayat suci Al-quran/ Murottal”.
2) Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Kudus
Ruang khusus merokok yang kedua di bangun di kawasan Balai Latihan Kerja (BLK)
Kabupaten Kudus yang berada di Desa Conge Ngembalrejo Kecematan Bae, Tempat
Khusus Merokok yang anggrannya sebesar Rp. 25.000.000,- Juta Rupiah Tersebut
keadaan hampir sama dengan peninjauan kelokasi yang pertama pintunya tidak dapat
dibuka/terkunci dengan alasan tidak ada yg merawat dan keadaan saat itu sepi dan
sepertinya hampir tidak pernah digunakan sebagaimana mestinya ruang bagi para perokok
tersebut karena banyak debu & kotor. Hal itu dibenarkan oleh salah satu satpam yang saat
itu bersedia membukakan pintu tempat khusus merokok tersebut. Satpam tersebut
mengaku bernama Herry Yulianto yang selama ini menjaga tempat khusus merokok
tersebut.
3) Penyediaan Tempat Khusus Merokok di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kabupaten Kudus
Tempat Khusus Merokok yang ada di dalam Ruangan kantor di Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Kabupaten Kudus keadaan di lokasi dari sebelum sebelumnya sangat
berbeda karena lebih terawat serta terlihat nyaman untuk merokok di tempat khusus
merokok tersebut berbeda dengan penyediaan dua unit tempat khusus merokok
sebelumnya yang sedikit tidak terawat dan kurang efektif, penyediaan tempat khusus
merokok di Direktorat Jenderal Pajak Menghabiskan dana sekitar Rp. 35.000.000,- Juta
Rupiah. Anggaran yang di keluarkan lebih mahal mengingat penyediaan fasilitas
ruangannya yang lebih nyaman serta terkesan modern. Sehingga tak mengherankan
apabila para perokok lebih nyaman merokok di tempat tersebut yang mana telah
disediakan dan digunakan sebagaimana mestinya.
Berikut Hasil hasil wawancara dengan salah satu pegawai yang berada di tempat
tersebut yang bernama Nia pada tanggal 30 April 2013.
“Tempat bagi para perokok tersebut masih berfungsi dengan baik kok
mas, biasanya para pengunjung yang datang kesini apabila mereka
sedang ingin menghisap rokok juga mereka suka merokok di dalam
ruangan tersebut yang telah di sediakan bagi orang yang ingin merokok
dan digunakan sebagaimana mestinya”.
Kendala yang Dihadapi Pemerintah Daerah di Kabupaten Kudus dalam
Menyediakan Tempat Khusus Merokok
Ada beberapa kendala yang ada dalam hal penyediaan tempat khusus merokok di
Ruang Publik yang didapatkan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus:
1) Anggaran Kurang Memadai
Salah satu faktor penyebab utamanya adalah anggaran yang masih sedikit atau kurang
memadai dalam hal mendukung pelaksanaan penyediaan tempat khusus merokok ini,
besar anggaran yang dialokasikan hanya sebesar 50 juta pertahun dirasa jumlah
tersebut sangat kecil karena hanya dapat digunakan membangun 1-2 tempat khusus
merokok, sehingga anggaran perlu ditambahkan lebih besar lagi untuk mewujudkan
setidaknya 4-6 tempat khusus merokok setiap tahunnya dan hal itu setidaknya
diperlukan 100-150 juta pertahun guna mempercepat pembangunan dalam
pelaksanaan penyediaan tempat khusus merokok ini sehingga nantinya diharapkan
dapat meningkatnya tingkat kenyamanan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup
yang lebih baik bagi masyarakat Kudus saat berada di ruang publik.
2) Penentuan Lokasi Masih Belum Pasti
Penentuan lokasi dalam penyediaan tempat khusus merokok tersebut belum pasti,
anggaran yang dialokasikan tersebut bersifat kondisional yakni ketika ada yang
membutuhkan anggaran untuk penyediaan tempat khusus merokok baru diberikan,
dalam hal ini Pemerintah Daerah kabupaten kudus terkesan masih menunggu dan
menjemput bola sehingga kurang aktif dalam memetakan lokasi yang seharusnya
segera diberikan tempat khusus merokok seperti halnya ditempat pusat perbelanjaan
seperti halnya Mall maupun Pasar serta disekitar terminal bus.
3) Penyediaan Tempat Khusus Merokok Masih Dinilai Kurang Efektif
Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus menilai bahwa penyediaan tempat khusus
merokok ini di rasa masih kurang efektif sehingga hanya berdampak pada
pembebanan alokasi anggaran, hal ini didasari pada tempat khusus merokok yang
telah disediakan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Kudus yang mana tempat khusus
merokok tersebut belum sesuai harapan dari tujuan dari penyediaan tempat khusus
merokok tersebut dan ada beberapa tempat khusus merokok yang jarang untuk dipakai
dan digunakan sebagaimana mestinya.
4) Belum Ada Keseriusan Atau Komiten Dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus
Dalam Membuat Aturan Larangan Merokok di Tempat Umum atau Ruang Publik
Keseriusan dan Komitmen dari Pemerintah Kabupaten Kudus untuk turut serta
membuat aturan larangan merokok agar meningkatkan kesejahteraan, perlindungan
dan meningkatkan kesehatan masyarakat belum dapat di maksimalkan, hal ini dapat
dibuktikan dengan belum adanya pondasi hukum yang kuat untuk mengaturnya
misalnya aturan dan sanksi yang jelas bagi para perokok yang merokok di tempat
umum. Aturan yang demikian sangat penting mengingat masih banyaknya para
perokok yang tetap merokok di ruang publik sehingga hal ini setidaknya dapat
menjadikan salah satu kunci keberhasilan dalam hal penyediaan tempat khusus
merokok di ruang publik nantinya.
5) Kurang Adanya Dorongan Dari Seluruh Masyarakat
Dorongan serta peran masyarakat untuk mendukung penyediaan tempat khusus
merokok ini sangat kecil sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus merasa
enggan dan tidak terpacu untuk menyediakan tempat khusus merokok. Dan akibatnya
pelayanan untuk penyediaan tempat khusus merokok lambat dan seadanya sehingga
terkesan jadi akhirnya kurang terurus dan belum diberikannya pelayanan yang baik,
sehingga hasilnya kurang maksimal.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Trend (5th) perolehan pendapatan asli daerah (PAD) dari dana bagi hasil cukai
tembakau di Kabupaten Kudus dari pajak Industri Rokok dalam hal ini realisasi
pendapatan cenderung melampaui target yang telah ditetapkan artinya bahwa
pendapatan daerah dari dana bagi hasil hampir setiap tahun terus mengalami
peningkatan, kecuali pada tahun 2010 yang hanya mencapai 91,77 % atau sebesar Rp.
38.663.812.507,- dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 42.160.681.000. Hal ini
dikarenakan adanya penurunan Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan terus meningkatnya dana
bagi hasil yang di peroleh oleh pemerintah kabupaten setiap tahun tersebut seharusnya
diimbangi dengan meningkatnya pelayanan di ruang publik dalam hal penyediaan
tempat khusus merokok.
Rata-rata pendapatan lebih dari 1 Triliun perbulan hasil penjualan pita rokok
oleh 10 Perusahaan Besar Rokok di Kabupaten Kudus yakni hasil penjualan cukai
terbanyak di peroleh dari PT. Djarum yakni sebesar Rp. 915.057.469.000,-/Bulan dan
di susul oleh PT. Nojorono Tobacco Industry yakni sebesar Rp.
324.985.200.000,-/Bulan.
2. Peran pemerintah daerah Kabupaten Kudus dalam memanfaatkan pajak industri rokok
untuk penyediaan tempat khusus merokok di ruang publik bagi masyarakat sudah
dilakukan namun belum menyeluruh hanya di tempat-tempat tertentu saja seperti di
puskesmas serta kantor pemerintahan Kabupaten Kudus, sementara ditempat umum
seperti di Pasar, mall, rumah sakit serta di terminal belum tersedianya tempat khusus
merokok di tempat-tempat tersebut.
3. Kendala yang dihadapi pemerintah daerah di Kabupaten Kudus dalam menyediakan
tempat khusus merokok antara lain, dari segi anggaran dianggarkan Rp.
50.000.000,-/Tahun, penentuan lokasi penyediaan tempat khusus merokok di ruang
publik masih belum pasti dan ditentukan, penyediaan tempat khusus merokok masih
dinilai kurang efektif oleh Pemerintah Kabupaten Kudus karena penyediaan tempat
khusus merokok hanya membebani anggaran dan lebih baik dianggarkan untuk hal
yang lebih penting, seperti melakukan pelatihan dan keterampilan.
Saran yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dikemukakan sebagai berikut:
1. Peruntukan alokasi dana bagi hasil sebesar Rp. 50.000.000,- (lima Puluh Juta Rupiah)
untuk membangun tempat khusus merokok dirasa kurang mencukupi kebutuhan akan
tetapi anggaran tersebut harus dimaksimalkan secara efektif dan tepat sasaran.
2. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam menyediakan tempat khusus
merokok sudah dilakukan akan tetapi kurang adanya komiten yang baik dari
Pemerintah Daerah Kudus dalam mengelola penyediakan tempat khusus merokok
dalam menyediakan tempat khusus merokok kurang terorganisir dalam
pemanfaatannya dan untuk tempat khusus merokok yang tidak dimanfaatkan dengan
baik untuk di pindahkan ke tempat-tempat/ruang publik yang membutuhkan seperti
halnya pasar maupun terminal bus yang banyak dimana lebih terdapat banyak orang
untuk berkumpul dan beraktifitas di ruang publik.
3. Belum adanya keseriusan atau komitmen dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus
untuk membuat peraturan larangan merokok di tempat umum karena hal ini
menjadikan salah satu kunci keberhasilan dalam hal penyediaan tempat khusus
merokok di ruang publik nantinya dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus harus
memiliki komitmen dan kesanggupan dalam melakukan pelayananannya yakni untuk
menyediakan tempat/ruang khusus untuk merokok karena masih banyak tempat yang
membutuhkan tempat khusus merokok tersebut seperti pasar, terminal bus, mall dan
rumah sakit dan apabila ada tempat khusus untuk merokok yang tidak dipergunakan
sebagaimana mestinya untuk segera di ambil dan di pindahkan di tempat yang
sekiranya lebih membutuhkan penyediaan tempat khusus merokok sehingga
penyediaan tempat khusus merokok di ruang publik menjadi lebih efektif, pembuatan
tempat khusus merokok harus lebih diperluas ruang geraknya dan lebih layak sehingga
orang yang merokok di dalamnya merasa lega dan nyaman serta harus ada pemetaan
lokasi yang jelas sekiranya dapat di rencanakan terlebih dahulu dan dipilihlah tempat
yang lebih strategis serta efektif untuk digunakan dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Kudus dapat membuat peraturan yang jelas mengenai larangan merokok di tempat
umum/publik serta aturan yang jelas mengenai sanksi administratifnya.
Ucapan Terimakasih
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Sartono Sahlan, M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Sutrisno Purwohadi M., M.Hum., Penguji Utama
4. Ristina Yudhanti, S.H.,M.Hum., Saru Arifin, S.H, L.L.M., Dosen Pembimbing I dan II
Daftar Pustaka
Buku
Amiruddin. 2012. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Endrawanch. (2009). 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia. Diakses pada tanggal 20 Desember 2012 jam 15.19 wib dari http://www.lintasberita.com/Dunia/BeritaDunia/10_Negara_dengan_Jumlah_Perokok_Terbesar_di_Dunia.
Fawzani & Triratnawati, (2005). Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat).Diakses pada tanggal 18 Desember 2012 jam 15.13 wib dari http://www.wonosari.com/t7548-berhentimerokok-bisa-mengurangi-stres
Laporan Kinerja Mahkamah Konstitusi 2012Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.Soekanto. 1986. Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Putusan Nomor 57/PUU-IX/2011