pristikarachma.files.wordpress.com€¦ · web viewpembedaan antara novel dan cerpen yang pertama...
TRANSCRIPT
Judul : Nilai-Nilai Religius Dalam Novel Memoar Of Jeddah Karya Jihan
Davincka: Tinjauan Semiotik
A. Latar Belakang
Karya sastra adalah hasil cipta kreatif manusia melalui perasaan
dan pengalaman yang dialaminya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Al
Ma’aruf (2006:2) yang menyatakan bahwa karya sastra merupakan dunia
imajinatif yang merupakan hasil kreasi pengarang setelah merefleksi
lingkungan sosial kehidupannya. Dunia dalam karya sastra dikreasikan
dan sekaligus ditafsirkan lazimnya melalui bahasa. Apapun yang
dipaparkan pengarang dalam karyanya kemudian ditafsirkan oleh
pembaca, berkaitan dengan bahasa.
Bicara masalah karya sastra, jenis karya sastra dapat dibagi
menjadi dua yaitu fiksi dan nonfiksi. Karya sastra jenis fiksi adalah karya
sastra yang tidak menyaran pada kebenaran. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:2) bahwa fiksi berarti cerita
rekaan (disingkat: cerkan) atau cerita khayalan. Karya fiksi dengan
demikian menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatau yang
bersifat rekaan, khayalan, sesuatau yang tidak ada dan terjadi sungguh-
dungguh sehingga ia tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata
(Nurgiyantoro, 2010:2).
Karya fiksi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yatu novel
dan cerpen. Pembedaan antara novel dan cerpen yang pertama (dan yang
paling terutama) dapat dilihat drai segi formalitas bentuk, segi panjang
cerita (Nurgiyantoro, 2010:10). Dengan demikian secara kasat mata kita
dapat membedakan antara novel dan cerpen dari banyaknya isi atau cerita.
Jadi secara mudahnya atau singkatnya kita dapat membedakan antara
cerpen dengan novel dilihat dari segi banyaknya bacaan.
Novel sebagai salah satu karya sastra diharapkan dapat
memberikan efek atau nilai-nilai positif bagi pembacanya, sehinggga
pembaca peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sosial dan mendorong untuk berprilaku yang baik. Novel dapat
1
dijadikan bahan perenungan untuk mencari pengalaman karena novel
mengandung nilai-nilai kehidupan, pendidikan serta pesan moral. Selain
itu, novel juga berisi tentang kisah kehidupan tokoh, sehingga pembaca
dapat merasakan pengalaman batin yang tersendiri saat membaca novel.
Salah satu nilai yang dapat diambil dalam sebuah novel adalah
nilai religius atau nilai yang berhubungan dengan keagamaan. Nilai
religius biasanya terdapat dalam novel yang mengandung unsur agama
atau mengangkat masalah keagamaan. Salah satu novel yang mengandung
unsur religius adalah novel Memoar Of Jeddah Karya Jihan Davincka.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dibahas di atas ada beberapa rumusan
masalah yang dapat dibuat :
1. Bagaimana unsur-unsur dalam Novel Memoar Of Jeddah Karya Jihan
Davincka?
2. Apa saja nilai-nilai religius yang terkandung dalam Novel Memoar Of
Jeddah Karya Jihan Davincka?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang sudah dibuat di atas kita dapat
menentukan tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui nilai edukatif apa saja yang ada dalam Novel
Memoar Of Jeddah Karya Jihan Davincka.
2. Untuk mengetahui unsur apa saja yang ada dalam Novel Memoar Of
Jeddah Karya Jihan Davincka.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat
mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan
hasilnya dapat bermanfaat bagi orang lain. Ada dua manfaat yang
2
diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Mafaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu
tentang sastra atau teori sastra terutama dalam pengakjian novel
dengan pendekatan semiotika.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat menambah atau
memperluas wawasan apresiasi pembaca sastra Indonesia terhadap
aspek moral dalam sebuah novel. Selain itu hasil penelitian ini dapat
digunakan untul menambah referensi penelitian karya sastra di
Indonesia dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti sastra
selanjutnya.
E. Sistematika Laporan Penelitian
Penulisan laporan penelitian ini dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Laporan
Penelitian. Bab II membahas Kajian Pustaka, dan Landasan Teori. Isi dalam
Bab II ini merupakan landasan yang akan dipakai sebagai dasar dalam
mengkaji permasalahan.
Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini meliputi
beberapa hal, yaitu Lokasi dan Waktu Penelitian, Pendekatan dan Strategi
Penelitian, Objek dan Subjek Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Validasi Data, dan Teknik Analisis Data. Bab IV
merupakan pembahasan dari permasalahan penelitian ini berisi deskripsi
unsur-unsur pembangun novel Memoar Of Jeddah Karya Jihan Davincka
dan analisis nilai-nilai religius dalam novel tersebut. Bab V berupa penutup
dengan simpulan dan saran.
3
F. Penelitian yang Relevan
Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan
tentang penelitian yang relevan dan analisis sebelumnya yang telah
dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian dan analisis sebelumnya
akan dipaparkan sebagai berikut.
Aji Wicaksono (2007) berjudul “Aspek Religius Puisi dalam
Mantra Orang Jawa Karya Sapardi Djoko Damono: Tinjauan
Semiotik” yang menitikberatkan pada analisis struktur dalam puisi
yaitu metode puisi (diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif,
rima, ritma) dan hakikat puisi (tema, nada, perasaan, dan amanat).
Dalam analisis aspek religius puisi tersebut, peneliti menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Riffatere (pembacaan heuristik dan
hermeneutik), semiotika Barthes dalam mitos yang telah dijelaskan
melalui diagram, dan semiotika Pierce (dengan ikon, indeks, dan
simbol). Namun yang membedakan dengan penelitian ini yaitu
acuannya. Aji menggunakan puisi sebagai acuannya sedangkan
penelitian ini menggunakan novel sebagai acuannya.
Sekar Nugraheni (2007) meneliti “Aspek Sufistik dalam
Kumpulan Cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril Karya Danarto:
Tinjauan Semiotik”. Penelitian tersebut membahas aspek sufistik
dalam karya sastra dengan tinjauan semiotik. Dalam analisisnya, untuk
sampai pada pemaknaan kumpulan cerpen, maka peneliti
menggunakan teori Preminger yang menyatakan semiotik adalah ilmu
tentang tanda-tanda, semiotik yang mempelajari sistem-sistem, aturan-
aturan, konvensikonvensi yang memungkinkan tanda tersebut
mempunyai arti. Namun yang membedakan dengan penelitian ini
adalah jenis kajian dan acuannya. Sekar menggunakan kajian aspek
sufistik dan menjadikan cerpen sebagai acuannya. Sedangkan
penelitian ini menggunakan kajian aspek religius dan novel sebagai
bahan acuannya.
4
Skripsi Syahdara Anisa Makruf (2011) mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam
Film Sang Pencerah”. Skripsi ini menjelaskan penggunaan film Sang
Pencerah sebagai alat bantu dalam pendidikan Islam sangat relevan
dengan kondisi masyarakat muslim saat Indonesia saat ini. film Sang
Pencerh berbicara tentang Islam yang berprogresif, Islam yang
aktualitatuf, yang tidak hanya berbicara masalah syariat, melainkan
juga kemaslahatan umat dalam kerangka menegakan tauhid Islam
secara murni. Film Sang Pencerah juga mengajarkan kepada umat
Islam Indonesia untuk melembagakan amal saleh serta fungsional dan
solutif, untuk ikut serta bertanggungjawab atas problematika
kehidupan sosial, dengan memecahkan problem keumatan yang
berorientasi kekinian dan masa depan, termasuk dalamnya pendidikan,
kemiskinan, sosial budaya, pengangguran maupun politik. Namun
yang membedakan dengan penelitian ini adalah jenis kajian dan
acuannya. Syahdara mengkajian nilai pendidikan islam dan
menjadikan film Sang Pencerah sebagai acuannya. Sedangkan
penelitian ini menggunakan kajian aspek religius dan novel sebagai
bahan acuannya.
G. Landasan Teori
Pengkajian data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori
dari para pakar atau ahli. Teori-teori tersebut dijadikan landasan dalam
analisis pembahasan.
a. Teori Semiotik
Tujuan analisis karya sastra adalah mengungkapkan makna.
Karya sastra hanyalah karya yang bersifat artefak jika tidak
diketahui makna yang terkandung di dalamnya. Suatu karya sastra
dalam hal ini novel, merupakan struktur tanda-tanda yang
bermakna. Sesuai dengan konvensi ketandaan maka analisis
struktur tidak dapat dilepaskan dari analisis semiotik. Hal ini sesuai
5
dengan pendapat Pradopo (2008:108-109), sesungguhnya
strukturalisme berhubungan erat atau bahkan tak terpisahkan
dengan semiotik sebagai sarana untuk memahami karya sastra.
Untuk menangkap (merebut) makna unsur-unsur struktur karya
sastra harus memerhatikan sistem tanda yang dipergunakan dalam
karya sastra. Dapat dikatakan struktur karya sastra merupakan
struktur sistem tanda yang bermakna.
Semiotik atau yang sering disebut dengan semiotika atau
semiologi pada hakikatnya adalah sama. Semiotika digunakan oleh
Pierce dan sedangkan semiologi digunakan oleh Sausurre. Van
Zoest (1993:1) berkata bahwa semiotika berasala dari kata Yunani
semeion yang berarti tanda, maka semiotika berarti ilmu tentng
tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan
pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi
penggunaan tanda.
Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan
kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik memelajari
sistemsistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang
meyakinkan tanda-tanda itu mempunyai arti. Dalam kritik sastra,
penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah
penggunaan bahasa yang bergantung (ditentukan) pada konvensi-
konvensi tambahan dan meneliti ciri (sifatsifat) yang menyebabkan
bermacam-macam cara agar wacana memiliki makna (Pradopo,
2008:119). Hal ini berarti penekanan pendekatan semiotik adalah
pemahaman makna karya sastra melalui tanda-tanda dalam karya
sastra.
Pierce (dalam Nurgiyantoro, 2010:42) membedakan
hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis
hubungan, yaitu: (1) Ikon adalah tanda yang menggunakan
6
kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang
dimaksudkannya; (2) Indeks adalah suatu tanda yang memiliki
kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya; (3) Simbol (tanda yang
sesuai) adalah hubungan antara penanda dengan petanda yang tidak
bersifat alamiah melainkan merupakan kesepakatan masyarakat
semata-mata.
Barthes (dalam Al-Ma’ruf, 2006:45) mengemukakan bahwa
di dalam karya sastra sebagai sistem semiotik tahap kedua terdapat
tiga aspek, yaitu penanda, petanda, dan tanda. Dalam sistem tanda
yaitu asosiasi total antara konsep dan imajinasi yang menduduki
posisi sebagai penanda dalam sistem yang kedua. Barthes
memaparkan skema sebagai berikut.
1. Penanda 2. Petanda
3. Tanda
I. PENANDA II. PETANDA
III. TANDA
Semiotik berhubungan erat dengan strukturalisme sebagai
sarana untuk menganalisis karya sastra. Hal ini sesuai dengan
pendapat Pradopo (2008:108-109) yang mengemukakan bahwa
strukturalisme berhubungan erat atau bahkan tak terpisahkan
dengan semiotik sebagai sarana untuk memahami karya sastra.
Karya sastra adalah sebuah struktur yang komplek. Oleh karena
itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra itu dianalisis.
Dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur
pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra
akan dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu
adalah sebuah karya sastra yang utuh. Di samping itu, sebuah
struktur sebagai satu kesatuan yang utuh dapat dipahami makna
keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan
7
saling hubungan di antaranya dengan keseluruhannya. (Pradopo,
2008:108)
Strukturalisme dapat dipandang sebagi salah satu
pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan
antarunsur pembangun karya sastra yang bersangkkutan. Analisis
struktural karya sastra dalam hal ini fiksi dapat dilakukan dengan
mengidentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan
hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
(Nurgyiantoro, 2010:60)
Menurut Teeuw (dalam Ratna, 2008:103), khususnya dalam
ilmu sastra, strukturalisme berkembang melalui tradisi formalism.
Artinya, hasil-hasil yang dicapai melalui tradisi formalis sebagian
besar dilanjutkan dalam strukturalis. Secara definitif,
strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur
itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, di satu
pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya.
Sebuah karya sastra, fiksi, atau puisi, menurut kaum
strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara
koherensif oleh berbagai unsur (pembangunnya). Strukturalisme
dapat dipandang sebagi salah satu pendekatan (baca: penelitian)
kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur
pembangun karya sastra yang bersangkkutan. Analisis struktural
karya sastra dalam hal ini fiksi dapat dilakukan dengan
mengidentifikasika, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan
hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan
(Nurgiyantoro, 2010:61)
Stanton (2007:22) mendeskripsikan unsur-unsur pembagian
struktur fiksi terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Tema
merupakan makna penting atau gagasan utama dalam sebuah
cerita. Fakta cerita merupakan aspek cerita yang berfungsi sebagai
elemen-elemen catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Fakta
8
cerita terdiri atas alur, tokoh, dan latar. Sarana cerita adalah metode
pengarang dalam memilih dan menyusun detil agar tercapai
polapola yang bermakna. Fungsi sarana sastra adalah memadukan
fakta cerita dan tema sehingga makna sastra dapat dipahami
dengan jelas. Sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa
dan suasana, simbol-simbol, imajinasi, dan juga cara-cara
pemilihan judul di dalam karya sastra.
b. Nilai Religius
Mangunwijaya (dalam Lathief, 2008:175) mengemukakan
bahwa segala sastra adalah religius. Religius diambil dari bahasa
Latin relego, dimaksudkan dengan menimbang kembali atau prihatin
tentang (sesuatu hal). Seorang yang religius dapat diartikan sebagai
manusia yang berarti, yang berhati nurani serius, saleh, teliti, dan
penuh dengan pertimbangan spiritual (Lathief, 2008:175)
Religiusitas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’,
moving in the deep hart, riak getaran hati nurani pribadi, sikap
personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain.
Dengan demikian sikap religius ini lebih mengajuk pada pribadi
seseorang dengan Khaliqnya, bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan.
(Lathief, 2008:175).
Islitah religius membawa konotasi pada makna agama.
Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan
dapat elebur dalam satu kesatuan. Namun sebenarnya keduanya
menyaran pada makna yang berbeda (Nurgiyantoro, 2010:326-
327). Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah
suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bhkan sastra tumbuh dari
sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah
religius (Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro, 2010:326).
Agama (Din atau religi) menurut Anshari (dalam Al-
Ma’aruf, 2006:120) adalah: (1) sistem credo (tata keimanan atau
keyakinan) atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar manusia; (2)
9
ritus atau tata peribadatan, yakni tata aturan dari Pencipta (khaliq)
untguk dijalankan oleh ciptaan-Nya (makhluq); (3) norma (tata
kaidah atau aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia, manusia dengan alam lainnya sesuai dengan tata
keimanan dan tata peribadatan. Dengan istilah lain, agama itu
meliputi aqidah, ibadah, dan muamalah. Manurut Al-Ma’aruf
mengemukakan bahwa agama adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan tata keimanan/ keyakina, tata peribadatan terhap Tuhan,
dan kaidah mengenai hubungan manusia dengan sesama manusia
dan alam (2006:120).
c. Hakikat Novel
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang
menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata, yang
memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasannya
menceritakan tentang kehidupan manusia dengan bermacam-
macam masalah dalam interaksi dengan lingkungan da sesamanya.
Seorang pengarang berusaha meaksimalkan mengarahkan pembaca
kepada gambaran-gambaran realiata kehidupan lewat cerita yang
ada dalam novel tersebut.
Menurut Nurgiyantoro (2007:4) bahwa novel sebagai suatu
karya fiksi menawarkan suatu dunia yaitu dunia yang berisi suatu
modek yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun malalui
berbagai sistem intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh
(penokohan), latar, sudut pandang, dan nilai-nilai yang semuanya
tentu saja bersifat imajiner. Novel adalah suatu cerita fiksi yang
tidak selesai dibaca sekali duduk dan terdiri dari tema, alur, plot
dan penokohan. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang
berbentuk fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula yang merupakan
kisah nyata (Nurgiyantoro, 2000:18).
Menurut Stanton (2007:90) novel mampu menghadirkan
perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungn
10
yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai
peristiwa rumit yang terjadi beberapa tahun silam secara mendetail.
Ciri khas novel ada pada kemampuannya untuk menciptakan suatu
semesta yang elngkap sekaligus rumit.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode
kualitatif. Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang
berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan-
kutipan. Menurut Moleong (dalam Arikunto, 2002: 6), metode
kualitatif yang bersifat deskriptif dimaksudkan adalah bahwa data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif lebih mengutamakan proses
daripada hasil, analisis data cenderung induktif, dan makna merupakan
hal yang esensial (Semi, 1993: 59). Proses dalam penelitian kualitatif
lebih diutamakan karena hubungan antar bagian-bagian yang sedang
diteliti jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Dalam
pelaksanaannya, metode deskriptif kualitatif menuntut peneliti untuk
menangkap aspek penelitian secara akurat serta memperhatikan secara
cermat apa saja yang menjadi fokus penelitian sehingga pemberian
interpretasi dapat lebih mendalam.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian novel Memoar of
Jeddah karya Jihan Davincka ini adalah pendekatan semiotik.
Pendekatan semiotik bertolak dari anggapan bahwa fenomena sosial
atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Hal ini
berarti penekanan pendekatan semiotik dalam penelitian ini adalah
pemahaman makna novel novel Memoar of Jeddah karya Jihan
Davincka melalui tanda-tanda dalam karya sastra.
2. Objek Penelitian
Menurut Sangidu (dalam Wardani.2011:29) objek penelitian sastra
adalah pokok atau topik penelitian dapat berupa individu, benda,
11
bahasa, karya sastra budaya, perilaku dan sebagainya. Disini objek
penelitiannya adalah nilai-nilai religius dalam novel Memoar of
Jeddah karya Jihan Davincka: tinjauan semiotik.
3. Data dan Sumber Data
Data merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban terhadap
masalah yang dikaji (Subroto dalam Al-Ma’ruf, 2009: 11). Data penelitian
sastra adalah unsur-unsur sastra yang terdapat dalam teks sastra yang
berkaitan langsung dengan masalah penelitian. Data penelitian demikian
substansinya dipandang berkualifikasi valid (shahih) dan reliable
(terandal) (Al-Ma’ruf, 2009: 11).
Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Wujud data dalam
penelitian ini berupa berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kata-
kata, frasa, kalimat atau wacana yang terdapat dalam novel Memoar of
Jeddah karya Jihan Davincka.
Data primer penelitian ini adalah kata-kata atau ungkapan yang
berkaitan dengan nilai religius dalam novel Memoar of Jeddah karya
Jihan Davincka. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel
Memoar of Jeddah karya Jihan Davincka. Sumber data sekunder,
berupa informasi tertulis yang berupa artikel dan tulisan-tulisan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian ini sebagai
bahan referensi. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
hasil penelitian atau telaah yang dilakukan oleh orang lain yang terdapat
dalam berbagai pustaka seperti majalah, buku kritik sastra, makalah
artikel pada jurnal sastra, hasil seminar sastra, dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data
dilakukan dengan pembacaan novel Memoar of Jeddah karya Jihan
Davincka secara cermat, terarah, dan teliti. Pada saat melakukan
pembacaan tersebut, peneliti mencatat data-data tentang nilai-nilai religius
yang ditemukan dalam novel Memoar of Jeddah karya Jihan Davincka.
12
Selain itu teknik pengumpulan data yang digunakan disini adalah
dengan mencari buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian
kemudian membaca buku-buku tersebut, lalu menulis atau mencatat
hal-hal yang kita butuhkan dan menyimulkannya. Kemudian menulis
daftar pustaka dari buku yang kita kutip.
5. Teknik Validasi Data
Validasi data dilakukan sebagai tahapan terakhir dalam proses
penelitian. Validasi data bertujuan untuk agar penafsiran dan analisis data
dapat dipertanggungjawabkan dan memeriksa apakah data yang diolah
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan masalah. Adapun teknik yang
digunakan dalam proses validasi data dikenal dengan nama triangulasi.
Terdapat empat jenis triangulasi, yaitu: (1) triangulasi data, (2) triangulasi
metode, (3) triangulasi teori, (4) triangulasi peneliti. (Siswantoro, 2010:
79).
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi metode
yaitu pendiskusian dengan ahli (dosen pembimbing) dengan tujuan untuk
membantu mengecek kevalidan data. Kemudian melakukan diskusi
dengan teman sejawat yang peneliti anggap tahu akan masalah yang
diangkat.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Maelong (dalam Wardani, 2012:23)
adalah proses mengatur urutan data menggolongkannya kedalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Kegiatan analisis data itu
dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah
mulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara
intensif. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model
pembacaan semiotik, yaitu heuristik dan hermeneutik. Model
pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh
pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra lewat tanda-tanda
linguistik. Pembacaan hermeneutik merupakan kelanjutan dari
pembacaan heuristik yaitu untuk mencari makna.
13
Daftar Pustaka
Al Ma’ruf, Ali Imron. 2006. Dimensi Sosial keagamaan dalam Fiksi Indonesia
Modern. Solo: Smart Media.
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Lathief, Supaat I. 208. Sastra: Eksistensialisme – Mistisisme Religius. Lamongan:
Pustaka Ilalang
Makruf, Syahdara Anisa. 2011. “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Film Sang
Pencerah”. Skipsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nugraheni, Sekar. 2007. “Aspek Sufistik dalam Kumpulan Cerpen Setangkai
Melati di Sayap Jibril Karya Danarto: Tinjauan Semiotik”. Surakarta.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wardani, Elia Praditya Kusuma. 2011. ‘Niai-Nilai Edukatif dalam Novel Sang
Pemimpi”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
14
Wicaksono, Aji. 2007. “Aspek Religius Puisi dalam Mantra Orang Jawa Karya
Sapardi Djoko Damono: Tinjauan Semiotik”. Surakarta. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.
Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang
Kita Lakukan Dengannya/ Aart Van Zoest; penerjemah, Ani Soekawati.
Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
15