eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6040/1/skripsi.docx · web viewramdani (2012: 48) mengemukakan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mutlak
diperlukan oleh semua lapisan masyarakat sebab salah satu faktor yang
menentukan kemajuan suatu bangsa adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sejalan dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, perkembangan
ilmu dan teknologi akan semakin cepat. Perkembangan ini tentunya perlu
didukung oleh sumber daya manusia yang kompoten. Kompoten dalam arti
memiliki keterampilan dan kemampuan yang tinggi dalam mengelola, memilih,
memperoleh informasi untuk bertahan pada era yang kompetitif. Keterampilan
dan kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis, logis dan kreatif. Salah
satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan cara berpikir seperti ini adalah
matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diterima
oleh siswa di semua jenjang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu atau
pelayan bagi ilmu lainnya yang berarti matematika adalah sebagai sumber dari
ilmu lainnya. Dalam pembelajaran matematika diupayakan agar siswa mampu
secara aktif dan terampil menggunakan matematika serta memberi bekal dalam
menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat. Selain itu, matematika juga
merupakan media dalam melatih kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi
siswa baik dalam mata pelajaran matematika maupun dalam kehidupan sehari-
2
hari. Chilmiyah (2014) mengatakan bahwa dalam pembelajaran matematika
diupayakan agar siswa mampu secara aktif dan mandiri untuk menemukan,
memahami dan menerapkan konsep-konsep matematika, sehingga akan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah-
masalah matematika. oleh karena itu, kemampuan mempelajari dan memahami
matematika sangat penting dimiliki oleh semua peserta didik.
Salah satu hal yang mampu melatih kemampuan pemecahan masalah dan
meningkatkan keterampilan berpikir siswa yaitu soal cerita. Soal cerita penting
diberikan kepada siswa yang mempelajari matematika. Hal ini berguna melatih
siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya
mempelajari soal cerita tersebut dapat memberikan gambaran tentang
mempelajari matematika bukan hanya sebatas perhitungan angka-angka saja
melainkan juga berhubungan erat dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Soal
terapan yang berbentuk soal cerita banyak dijumpai pada soal-soal matematika
baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi,
masih banyak siswa yang belum mampu menerjemahkan dan menyelesaikan
soal cerita ke dalam model matematika.
Model matematika merupakan suatu cara sederhana untuk
menerjemahkan suatu masalah ke dalam bahasa matematika dengan
menggunakan persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan, fungsi atau
lainnya. Dalam hal ini, membuat model matematika sebagai aktivitas pemecahan
masalah matematika sehingga penyelesaian masalah matematika dianggap
sebagai hal utama dalam pendidikan matematika (Parlaungan, 2008). Oleh
3
karena itu, sebelum membuat kesimpulan dari permasalahan matematika perlu
menerjemahkan permasalahan matematika tersebut ke dalam kalimat
matematika. Menurut Isnawati (2015) mengungkapkan bahwa tanpa memiliki
kemampuan membuat model matematika dengan benar, siswa akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang akan mengakibatkan siswa
juga tidak terampil dalam mengoperasikan hitungan.
Hal ini juga sejalan dengan tujuan pendidikan matematika di Indonesia
yang tertuang pada (kurikulum matematika SMA) yang dikutip oleh Parlaungan
(2008) bahwa pendidikan matematika bertujuan untuk memiliki kemampuan
bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis,
logis, sistematis, dan memiliki sifat jujur, disiplin dalam memecahkan satu
permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang ilmu lain maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
Survei TIMSS, yang dilakukan oleh The International Association for the
Evaluation and Educational Achievement (IAE) berkedudukan di Amsterdam,
mengambil fokus pada domain isi matematika dan kognitif siswa. Domain isi
meliputi bilangan, aljabar, Geomatri, Data dan Peluang, sedangkan domain
kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, dan penalaran. Survei yang dilakukan
setiap 4 (empat) tahun yang diadakan mulai tahun 1999 tersebut menempatkan
Indonesia pada posisi 34 dari 48 negara, tahun 2003 pada posisi 35 dari 46
negara, tahun 2007 pada posisi 36 dari 49 negara, dan pada tahun 2011 pada
posisi 36 dari 40 negara.
4
Sementara itu studi tiga (3) tahunan PISA, yang diselenggarakan oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) sebuah
badan PBB yang berkedudukan di Paris, bertujuan untuk mengetahui literasi
matematika siswa. Fokus studi PISA adalah kemampuan siswa mengidentifikasi
dan memahami serta menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Studi yang dilakukan mulai tahun 2000
menempatkan Indonesia pada posisi 39 dari 41 negara, tahun 2003 pada posisi
38 dari 40 negara, tahun 2006 pada posisi 50 dari 57 negara, tahun 2009 pada
posisi 61 dari 65 negara, dan yang terakhir tahun 2012 pada posisi 64 dari 65
negara.
Studi TIMSS dan PISA tersebut intinya terletak pada kekuatan penalaran
matematis siswa serta kemampuan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini menunjukkan kelemahan siswa dalam menghubungkan konsep-konsep
matematika yang bersifat formal dengan permasalahan dalam dunia nyata.
Selain hal di atas, penulis juga menemukan kenyataan yang ditemui
dilapangan dalam proses pembelajaran matematika. Banyak siswa yang
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Salah satu kendalanya
adalah sulit memecahkan masalah dan memahami soal-soal pemecahan masalah
seperti soal cerita matematika. Menurut Ningrum (2015) Pada umumnya siswa
dapat menyelesaikan soal cerita yang modelnya sejenis dengan contoh yang ada
di dalam buku panduan, sehingga siswa yang menemukan soal cerita tidak sama
modelnya seperti contoh akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.
Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan siswa dalam memilih langkah-
5
langkah yang tepat dalam menyelesaikannya atau bahkan ketidaktahuan siswa
tentang adanya langkah lain yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan soal
cerita. Selain itu, menurut Rahayu (2003) penyebab lainnya karena untuk
menyelesaikan soal cerita diperlukan berbagai kemampuan matematika antara
lain kemampuan memahami soal, kemampuan membuat model matematika,
kemampuan melakukan komputasi dan selanjutnya menyelesaikan persoalan
dengan benar. Penyelesaian soal cerita tidak hanya memperhatikan jawaban
akhir perhitungan, tetapi juga harus diperhatikan proses penyelesaiannya,
sehingga terlihat alur berpikirnya dan pemahaman siswa terhadap konsep yang
digunakan dalam menyelesaikan soal cerita tersebut
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Deskripsi Kemampuan Siswa Membuat Model Matematika
pada Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Penalaran Matematis Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Bajeng Tahun Ajaran 2016/2017.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana deskripsi kemampuan siswa membuat model matematika pada
soal cerita matematika ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa
kelas X SMA Negeri 1 Bajeng Tahun Ajaran 2016/2017. Secara khusus
dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
6
1. Bagaimana kemampuan siswa yang memiliki penalaran matematis tinggi
dalam membuat model matematika pada soal cerita matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Bajeng?
2. Bagaimana kemampuan siswa yang memiliki penalaran matematis sedang
dalam membuat model matematika pada soal cerita matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Bajeng?
3. Bagaimana kemampuan siswa yang memiliki penalaran matematis rendah
dalam membuat model matematika pada soal cerita amatematika siswa kelas
X SMA Negeri 1 Bajeng?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kemampuan siswa yang memiliki penalaran matematis tinggi
dalam membuat model matematika pada soal cerita matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Bajeng.
2. Mengetahui kemampuan siswa yang memiliki penalaran matematis sedang
dalam membuat model matematika pada soal cerita matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Bajeng.
3. Mengetahui kemampuan siswa yang memiliki penalaran matematis rendah
dalam membuat model matematika pada soal cerita matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Bajeng.
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, calon guru, dan
siswa pada umumnya. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi guru atau calon
guru tentang kemampuan siswa membuat model matematika pada soal cerita
ditinjau dari penalaran matematisnya, sehingga diperlukan perhatian guru
untuk mengakomodasi perbedaan penalaran matematis siswa agar
kemampuan siswa membuat model matematika pada soal cerita dapat
terwadahi.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi guru sebagai bahan
evaluasi untuk menyempurnakan kualitas pembelajaran, yaitu dengan
memilih metode pengajaran yang tepat.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi siswa subjek penelitian
untuk mengetahui kemampuannya membuat model matematika pada soal
cerita.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi peneliti
untuk mengembangkan penelitian selanjutnya terutama terkait dengan
penelitian ini.
8
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan istilah sebagai
berikut:
1. Deskripsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah menggambarkan
atau menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai keadaan
objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau sebagaimana adanya.
2. Soal cerita matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal
matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan keadaan
dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa dan terkandung konsep
matematika di dalamnya yang dapat dicari oenyelesaiannya dengan
menggunakan kalimat matematika.
3. Kemampuan membuat model matematika yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah kecakapan seorang individu dalam menginterpretasikan
soal cerita matematika ke dalam bahasa/simbol matematika.
4. Kemampuan penalaran matematis yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah kecakapan seorang individu berpikir secara logis, analitik, dan
sistematis dalam menghubungkan fakta atau pernyataan yang telah
diasumsikan benar menuju suatu kesimpulan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Matematika
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan
hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Yuhasrianti (2012:81)
mengemukakan bahwa Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang
memegang peranan penting baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi maupun dalam bentuk kepribadian manusia. Peranan Matematika telah
merasuk ke semua sendi kehidupan manusia. Matematika sebagai alat bantu
telah banyak di aplikasikan untuk mempermudah, mengefektifkan dan
mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasi yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan. Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman),
mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau
mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari istilah lain mathematica, yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike, yang berarti “relating to
learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu (Zulfadli, 2016). Menurut Hudojo (Hasratuddin, 2014:
30) mengemukakan bahwa matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol tersusun secara hirarki dan penalarannya dedukti, sehingga
belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. sedangkan
10
James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa Matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga
bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Selanjutnya Soedjadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa
definisi atau pengertian matematika, yaitu:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik;
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi;
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan;
4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang
ruang dan bentuk;
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic;
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Sumardyono (Jainuri, 2014) secara umum definisi Matematika dapat
dideskripsiskan sebagai berikut:
1) Matematika sebagai struktur yang terorganisir. Agak berbeda dengan ilmu
pengetahuan lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang
terorganisir. Sebagai suatu struktur ia terdiri atas beberapa komponen yang
meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema.
2) Matematika sebagai alat. Matematika juga sering dipandang sebagai alat
dalam mencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
11
3) Matematika sebagai pola pikir deduktif. Matematika merupakan pengetahuan
yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam
matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara
deduktif (umum).
4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking). Matematika dapat
pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal,
seperti matematika memuat cara pembuktian yang valid, rumus-rumus atau
aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
5) Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol merupakan ciri yang paling
menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang
bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
6) Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta
perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kretaif dan menakjubkan, maka
matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni
berpikir yang kreatif.
Berdasarkan uraian tentang beberapa pengertian matematika, maka
matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah disiplin ilmu
pengetahuan sebagai sarana berpikir yang meliputi penalaran logik, bilangan,
kalkulasi, dan fakta-fakta kuantitatif yang terorganisir secara sistematik.
B. Kemampuan Membuat Model Matematika pada Soal Cerita
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan atau kekuatan dalam melakukan sesuatu. Seseorang
dikatakan mampu ketika ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
12
Robbins (Ma’rufah, 2016: 9) berpendapat bahwa kemampuan adalah suatu
kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugasnya sehingga bisa
menjadi penilaian atau ukuran mengenai apa yang dilakukan oleh orang tersebut.
Sedangkan Faiqoh (2011: 11) mengemukakan bahwa kemampuan juga bisa
disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa inggris
“competence” yang berarti ability, power, authority, skill, knowladge dan
kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetensi dari kata
compotent yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas untuk melakukan
sesuatu dalam batas ilmunya tersebut. Lebih lanjut, Robbins (Faiqoh: 2011: 12)
menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
1) Kemampuan Intelektual, kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktifitas mental, berpikir, menalar dan memecahkan masalah;
2) Kemampuan Fisik, kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina,
keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka kemampuan yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan atau kapasitas intelektual
seseorang dalam mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Salah satu kemampuan matematika yang harus dimiliki oleh seorang
siswa adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita. Hal ini berguna untuk
menerapkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya.
Soal cerita biasa digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
pembelajaran pemecahan masalah matematika. Menurut Mardjuki (Faiqoh,
13
2011: 7) soal cerita matematika adalah soal matematika yang disajikan dalam
bahasa atau cerita berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Raharjo dan Astuti (Yudharina, 2015) juga berpendapat bahwa soal cerita yang
terdapat dalam matematika merupakan persoalan-persoalan yang terkait dengan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicari
penyelesaiannya dengan menggunakan kalimat matematika.
Selain itu, penyelesaian soal cerita merupakan kegiatan pemecahan
masalah dan pemecahan masalah dalam suatu soal cerita matematika merupakan
suatu proses yang berisikan langkah-langkah yang benar dan logis untuk
mendapatkan penyelesaian, (Jonassen dalam Yudharina, 2015: 8).
Dari beberapa pendapat tersebut, maka yang dimaksud soal cerita yang
dibahas dalam penelitian ini adalah soal matematika yang disajikan dalam
bentuk cerita dan berkaitan dengan keadaan dalam kehidupan sehari-hari yang
dialami oleh siswa dan terkandung konsep matematika di dalamnya.
Dalam konteks soal cerita, pembelajaran untuk memahami masalah
adalah kemampuan siswa mengubah cerita tersebut menjadi model matematika.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan soal
cerita adalah kemampuan mengubah permasalahan dalam soal cerita ke dalam
model matematika. Menurut Isnawati (2016:8) tanpa memiliki kemampuan
membuat model matematika yang benar siswa akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita yang akan mengakibatkan siswa juga tidak terampil
dalam mengoperasikan hitungan dalam soal cerita. Semakin sulit soal cerita
yang diberikan maka semakin sulit pula model yang dibuat, begitupun
14
sebaliknya semakin mudah soal cerita yang diberikam maka modelnya pun akan
mudah.
Model matematika merupakan suatu rumusan (dapat berupa persamaan,
pertidaksamaan atau fungsi) yang diperoleh dari suatu penafsiran ketika
menerjemahkan suatu soal verbal. Menurut Jujun S. Suriasumantri (Isnawati,
2016: 8) mendefinisikan bahwa model matematika merupakan suatu usaha untuk
mendeskripsikan beberapa bagian dari dunia nyata ke dalam istilah matematika.
Confrey (Sokolowski, 2015) menguraikan pendapatnya tentang model
yang mengatakan:
“Model was operationally defined as a mathematical construct designed and
formulated to study a particular real word system or phenomenon”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa model itu secara operasional
didefinisikan sebagai konstruk matematika yang dirancang dan dirumuskan
untuk mempelajari sistem dunia nyata atau fenomena.
GAIMME (Hernandez, Marial dkk: 2016) juga menguraikan
pendapatnya tentang model matematika yang mengatakan: “The authors of the
GAIMME report define it as -a process that uses mathematics to represent,
analyze, make predictions or other wise provide insight into real-word
phenomena.” GAIMME menjelaskan bahwa pemodelan matematika sebagai
suatu proses yang menggunakan matematika untuk menganalisis, membuat
prediksi atau lainnya. Sedangkan Confrey & Maloney (Sokolowski, 2015)
mendefinisikan pemodelan matematika, yaitu:
15
“Mathematical modelling is a process of encountering a situation,
problematizing it, and bringing inquiry, reasoning, and mathematical structures
to transform the situation.”
Pemodelan matematika adalah sebuah proses menghadapi situasi,
problematika, dan membawa penyelidikan, penalaran dan struktur matematika
untuk mengubah situasi. Kemudian, Graveimeijer (Sokolowski, 2015)
menggambarkan dua jenis aktivitas pemodelan matematika: “Translating the
real-world system into mathematical terms for the purpose of solving a problem
or for the purpose of analyzing a situation by applying various steps associated
with accomplishing that goal”. Menurut Graveimeijer, dua jenis aktivitas
pemodelan matematika yaitu menerjemahkan sistem dunia nyata ke dalam istilah
matematika untuk tujuan pemecahan masalah atau untuk tujuan menganalisis
situasi dengan menerapkan berbagai langkah-langkah terkait dengan mencapai
tujuan itu. Jadi, model matematika merupakan suatu model terdiri dari konsep-
konsep matematika seperti konstanta-konstanta, variabel-variabel, fungsi,
persamaan, ketaksamaan dan sebagainya.
Blum (1995) memandang proses pemodelan keseluruhan adalah penting
dan menyatakan proses tersebut adalah sebagai berikut: “... sembari
memodelkan dunia real, pemodel akan bergerak antara realita dan ilmu
matematika. Proses pemodelan akan dimulai dengan masalah dunia nyata.
Dengan menyederhanakan, menstrukturisasi dan mengidealisasi, masalah ini
akan mendapatkan model real. Matematisasi model real akan mengarah atau
melahirkan suatu model matematika. Dengan bekerja dalam kerangka ilmu
16
matematika, solusi matematis dapat diperoleh. Solusi ini harus lebih dulu
diinterpretasikan dan selanjutnya divalidasi (Parlaungan, 2008:25).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka model matematika yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah usaha mengubah kalimat sehari-sehari
ke dalam simbol-simbol matematika baik berupa konstanta, variabel, fungsi,
persamaan, pertidaksamaan dan lain sebagainya.
Kemudian, ada beberapa komponen model yang dijelaskan oleh
Parlaungan (2008) beberapa komponen model tersebut adalah: (a) Variabel tak
bebas (hasil atau ukuran keefektifan); (b) Variabel bebas (alternatif atau unsur
mutlak); (c) konstanta dan parameter; (d) hubungan antara variabel. Nah, dari
beberapa komponen tersebut, Parlaungan (2008: 66) menjelaskan bahwa semua
komponen tidak selamanya dimuat tergantung kepada masalah realnya. Variabel
tak bebas dapat berupa hasil yang didapat dari memasangkan alternatif tertentu
dan pengukuran keefektifan (states of nature) yang menggabungkan dua atau
lebih hasil yang mungkin ke dalam suatu kriteria keputusan, nilai variabel bebas
dipengaruhi oleh alternatif san states of nature. Alternatif keputusan disebut
variabel bebas yang dapat dikontrol dan states of nature disebuat variabel bebas
yang tidak dapat dikontrol. Kemudian, konstanta merupakan sebuah kesatuan
yang sering digunakan dalam matematika, parameter berubah menurut aplikasi
tertentu atau harus ditentukan/ditaksir oleh pemodel. Nah, konstanta dan
parameter ini membantu menyatakan hubungan antara variabel. Hubungan
variabel dalam model matematika adalah ekspresi yang jelas yang membatasi
B. Situasi dunia nyata C. Model Matematika
D. Solusi Matematika
F. EvaluasiE. Arti solusi masalah nyata
G. Pelaporan
Ruang masalah dunia nyata
17
variabel bebas dan tak bebas. Keseluruhan dari sistem hubungan tersebut disebut
dengan sebuah model.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pemodelan matematika adalah
aktifitas utama dalam pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu, untuk
mengetahui kemampuan siswa membuat model matematika pada soal cerita
terdapat langkah-langkah dalam pemecahan masalah. Terdapat berbagai diagram
yang berbeda dibuat para ahli tentang proses atau aktivitas pemodelan
matematika, diantaranya model skema proses pemodelan matematika menurut
Galbraith & Stillman 2006 (Parlaungan: 2008: 27) sebagai berikut:
Gambar 2.1 Proses pemodelan oleh Galbraith & Stillman 2006 (Parlaungan: 2008)
Dari proses pemodelan diatas, Parlaungan (2008) menerjemahkan siklus
proses pemodelan menurut Galbraith & Stilman yaitu:
A → B: memahami, strukturisasi, penyederhanaan dan interpretasi konteks
B → C: mangasumsikan, merumuskan dan matematisasi
C → D: bekerja secara matematis
18
D → E: memahami output matematika
E → F: membandingkan, mengkritisi dan memvalidasi
F → G: mengkomunikasikan, membenarkan, melaporkan secara tertulis atau
F → B: merevisi proses pemodelan.
dan mengklasifikasikan proses pemodelan tersebut seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Aktivitas siswa dalam pemodelan
No Entri
Tahap Pemodelan Aktivitas siswa dalam pemodelan
1 A→B
Kemampuan Mengidentifikasi Masalah
Subjek mampu memahami informasi yang disajikan.
Subjek mampu mengasumsikan masalah; menyederhanakan masalah
2. B→C
Matematisasi/kemampuan pembentukan model matematika
Subjek memberi notasi dan variabel
Subjek mampu mengasumsikan hubungan variabel, memberi kuantitas, membuat gambar, grafik, tabel, menarik kesimpulan, hingga mampu merumuskan matematika/model matematika.
3. C→D
Solusi matematika/kemampuan bekerja dengan matematika
Subjek mampu melakukan langkah-langkah penyelesaian soal cerita matematika dengan sistematis dan tepat sesuai dengan rencana sebelumnya.
Subjek mampu menemukan solusi yang tepat dari model matematika tersebut.
4. D→E
Interpretasi hasil/Kemampuan mengartikan solusi matematika
Subjek melakukan pengecekan kembali atau memeriksa kembali hasil perhitungan yang telah dilakukan.
Subjek mampu menginterpretasikan hasil yang telah diperoleh untuk menjawab pertanyaan dalam soal cerita matematika.
19
5. E→F
Validasi/evaluasi
subjek memeriksa, mengkritisi merefleksikan, menerima atau menolak solusi dengan mengkaji ulang masalah atau sebahagian model, dengan merefleksikan cara lain.
6. F→G
Pelaporan/persentase
Subjek mengkomunikasikan, mempublikasikan, mendokumentasikan.
Sementara itu, Simanullang & Clara (2006) memberikan mekanisme
pembentukan model secara umum dan pembentukan model matematika
sederhana.
1. Mekanisme Pembentukan model matematika secara umum
Berikut ini proses pembentukan model atau sering disebut pemodelan
matematika.
a. Tahap 1. Masalah
Adanya masalah nyata yang ingin dicari solusinya merupakan awal
kegiatan penyelidikan. Masalah tersebut harus diidentifikasi secara jelas,
diperiksa dengan teliti menurut kepentingannya.
b. Tahap 2. Karakterisasi masalah
Masalah yang diteliti diperlukan karakterisasi masalahnya yaitu pengertian
yang mendasar tentang masalah yang dihadapi termasuk pemilihan
variabel yang relevan dalam pembentukan model serta keterkaitannya.
c. Tahap 3. Formulasi model matematik
Formulasi model merupakan penterjemahan dari masalah ke dalam
persamaan matematik yang menghasilkan model matematik. Makin paham
20
akan masalah yang dihadapi dan kokoh penguasaan matematik seseorang
akan sangat membantu memudahkan dalam mencari modelnya.
d. Tahap 4. Analisis
Analisis matematik kemudian dilakukan dengan pendugaan parameter
serta deduksi sifat-sifat yang diperoleh dari model yang digunakan.
e. Tahap 5. Validasi
Model umumnya merupakan abstraksi masalah yang sudah
disederhanakan, sehingga hasilnya mungkin berbeda dengan kenyataan
yang diperoleh. Untuk itu model yang diperoleh perlu divalidasi yaitu
sejauh mana model itu dapat dianggap memadai dalam merepresentasikan
masalah yang dihadapi.
f. Tahap 6. Perubahan
Apabila model yang dibuat dianggap tidak memadai maka terdapat
kemungkinan bahwa formulasi model yang digunakan atau karakterisasi
masalah masih banyak belum layak, sehingga perlu diadakan perubahan
untuk kemudian ke tahap berikutnya.
g. Tahap 7. Model memadai
Bila model yang dibuat sudah memadai, maka tahap berikutnya dapat
dilakukan. Model tersebut dapat digunakan untuk mencari solusi masalah
yang diinginkan.
Keseluruhan tahap di atas dapat dilihat pada skema berikut:
21
Gambar 2.2 proses pemodelan oleh Simanullang & Clara (2006)
2. Mekanisme pembentukan model matematika sederhana
Dalam masalah yang sifatnya sederhanah, diberikan indikator
pembentukan model matematika sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah: siswa mampu menentukan apa yang diketahui,
apa yang belum diketahui dan apa yang dicari dengan menuliskan
informasi tersebut secara lengkap.
Masalah nyata
Karakteristik masalah
Model memadai
Validasi
Formulasi model matematika
Analisis
Solusi matematika
22
b. Menggunakan variabel: siswa mampu menyatakan apa yang dicari atau
ditanyakan.
c. Mengkontruksi diagram/bagan/gambar: siswa mampu mensketsa untuk
memudahkan atau menentukan hubungan yang ada antara unsur-unsur dan
variabel yang diketahui.
d. Menyatakan model matematika: siswa mampu menyatakan model
matematik yang dicari dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan atau
sistem persamaan.
Dengan mempelajari proses pemodelan diatas, bahwa inti dari
pemodelan matematika memilki pesan yang sama sehingga peneliti
menggunakan indikator pemodelan matematika sederhana menurut Simanullang
& Clara. Maka kemampuan siswa dalam membuat model matematika pada soal
cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Entri pertama pemodelan: Mengidendifikasi Masalah
Siswa dikatakan memahami entri pertama tahap pemodelan apabila
siswa telah mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang ada pada konteks
atau situasi dunia nyata/soal cerita yaitu mampu menentukan hal-hal yang
diketahui dengan tepat dan mampu menentukan hal yang ditanyakan sesuai
dengan konteks cerita.
b) Entri kedua pemodelan: Menggunakan Variabel
Pada tahap ini, siswa menggunakan pemikiran matematisnya misalnya
penggunaan simbol yang tepat, kemampuan menemukan sendiri dan strategi
pemecahan masalahnya. Siswa dikatakan telah memahami proses kemampuan
23
menggunakan variabel apabila siswa dapat menggunakan notasi & variabel apa
yang dicari dengan tepat dan mampu mengasumsikan hubungan variabel.
c) Entri ketiga pemodelan: Mengkontruksi gambar
Pada tahap ini, siswa dikatakan telah dapat mengkontruksi gambar
apabila siswa menunjukkan gambar dengan tepat yang sesuai dengan konteks
dunia nyata serta mampu menentukan hubungan yang ada antara unsur-unsur
dan variabel yang diketahui.
d) Entri keempat pemodelan: Menyatakan model matematika
Pada tahap ini, setalah melalui beberapa tahap pemodelan diatas, siswa
dikatakan telah memahami proses pembentukan model matematika apabila
siswa dapat menemukan formula matematika yang bersesuaian dengan situasi
dunia nyatanya.
Berdasarkan uraian diatas, maka kemampuan siswa membuat model
matematika pada soal cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kecakapan seorang individu dalam menginterpretasikan soal cerita matematika
ke dalam bahasa/simbol matematika.
C. Kemampuan penalaran matematis
a) Penalaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penalaran adalah
cara menggunakan nalar atau cara berpikir logis. Menurut NCTM (2000),
keampuan bernalar berperan penting dalam memahami matematika. Bernalar
secara matematis merupakan suatu kebiasaan berpikir dan layaknya suatu
24
kebiasaan maka penalaran semestinya menjadi bagian yang konsisten dalam
setiap pengalaman-pengalaman matematis siswa. Arini & Rosyidi (2016)
penalaran adalah topik yang sangat erat berhubungan dengan aspek-aspek
yang secara umum disebut berpikir. Sejalan dengan itu, Sariningsih (2014)
penalaran merupakan proses berpikir untuk mengelola sekumpulan informasi
tentang suatu permasalahan dengan menggunakan prinsip-prinsip logika
untuk memperoleh suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Bjuland
(2007) mengemukakan bahwa penalaran bersasarkan pada tiga model
pemecahan masalah Polya. Menurutya, penalaran merupakan lima proses
yang saling terkait dari aktifitas berpikir matematik yang dikategorikan
sebagai sense-making, conjecturing, convincing, reflecting, dan generalizing.
Sense making terkait erat dengan kemampuan membangun skema
permasalahan dan merepresentasikan pengetahuan yang dimiliki. Ketika
memahami situasi matematik kemudian mencoba dikomunikasikan kedalam
simbol atau bahasa matematik maka pada saat itu juga terjadi proses sense
making melalui proses adaptasi dan pengaitan informasi baru yang saling
berhubungan dalam struktur pengetahuannya. Conjecturing berarti aktifitas
memprediksi suatu kesimpulan dan teori yang didasarkan pada fakta yang
belum lengkap dan produk dari proses conjecturing adalah strategi
penyelesaian. Convincing berarti melakukan atau mengimplementasikan
strategi penyelesaian yang didsarkan pada kedua proses sebelumnya.
Reflecting berupa aktifitas mengevaluasi kembali ketiga proses yang sudah
dilakukan dengan melihat kembali keterkaitannya dengan teori-teori yang
25
dianggap relevan. Kesimpulan akhir yang diperoleh dari keseluruhan proses
kemudian diidentifikasi dan digeneralisasi dalam suatu proses yang disebut
generalising.
Ramdani (2012: 48) mengemukakan bahwa secara garis besar
penalaran dibagi menjadi dua yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Penalaran induktif adalah proses penalaran yang menurunkan prinsip atau
aturan umum dari pengamatan hal-hal atau contoh-contoh kasus. Sedangkan
penalaran deduktif adalah proses penalaran dari pengetahuan prinsip atau
pengalaman yang umum yang menuntun kita memperoleh kesimpulan untuk
sesuatu yang khusus.
Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning. Afif (2016)
mengatakan bahwa penalaran merupakan salah satu standar proses
matematika disamping komunikasi, koneksi matematika dan pemecahan
masalah. Penalaran juga merupakan proses mental dalam mengembangkan
pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Shurter dan Pierce (Danapriyanto,
2013) penalaran didefinisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis
berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Adapun ciri-ciri penalaran menurut Danapriyanto (2013) adalah (1)
adanya suatu pola pikir yang disebut logika. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. (2) proses
berpikirnya bersifat analitik. Penalaran merupakan suatu kegiatan yang
mengandalkan diri pada suatu analitik, dalam kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analitik tersebut adalah logika penalaran yang
26
bersangkutan. Kemudian, Lithner (2008) penalaran merupakan pemikiran
yang diadopsi untuk menghasilkan pernyataan dan mencapai kesimpulan
pada pemecahan masalah yang tidak selalu didasarkan pada logika formal
sehingga tiak terbatas pada bukti.
Jadi, jadi penalaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, suatu
proses, suatu aktivitas berpikir untuk meanrik kesimpulan atau membuat
pernyataan baru yang benar dan berdasarkan pada pernyataan yang
kebenarannya sudah dibuktikan atau sudah diasumsikan sebelumnya.
b) Kemampuan Penalaran matematis
Penalaran matematis adalah menghubungkan pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang dimiliki dan sesungguhnya mengatur kembali
pengetahuan yang didapatkan (Brodie dkk, 2009). Menurut Hudojo (2003)
penalaran matematis adalah penalaran deduktif. Ball, Lewis & Thamel
(Burais, 2016) penalaran matematis adalah fondasi untuk mendapatkan atau
mengkontruksi pengetahuan matematika.
Pada peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
506/C/Kep/PP/2004 yang dikutip oleh Wardhani (Afif, 2016) bahwa
indikator siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis yaitu
1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan
diagram;
2) Mengajukan dugaan;
3) Melakukan manipulasi matematika;
27
4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi;
5) Menarik kesimpulan dari pernyataan;
6) Memeriksa kesahihan suatu argumen dan
7) Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.
Adapun indikator kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo
(Lestari & Yudhanegara, 2015:82) yaitu:
1) Menarik kesimpulan logis
2) Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan.
3) Memperkirakan jawaban dan proses solusi.
4) Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau
membuat analogi dan generalisasi
5) Menyusun dan menguji konjektur
6) Membuat counter example (kontra contoh)
7) Mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas argumen
8) Menyusun argumen yang valid
9) Menyusun pembuktian langsung, tidak langsung, dan menggunakan
induksi matematika.
Sedangkan NCTM (dalam Johar, 2006) menyatakan bahwa penalaran
matematika terjadi ketika siswa (1) mengamati pola atau keteraturan (2)
menemukan generalisasi dan konjektur berkenaan dengan keteraturan yang
diamati (3) menilai/menguji konjektur (4) mengkonstruk dan menilai
28
argumen matematika dan (5) menggambarkan (menvalidasi) konklusi logis
tentang sejumlah ide dan keterkaitannya.
Jadi, Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan penalaran
matematis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan seorang
individu berpikir secara logis, analitik, dan sistematis dalam menghubungkan
fakta atau pernyataan yang telah diasumsikan benar menuju suatu
kesimpulan.
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan peneliti hanya
mengambil lima indikator yang termuat dalam indikator menurut peraturan
Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 dan dua indikator
menurut Sumarmo yang telah dijelaskan diatas yaitu:
1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar
dan diagram. Terkait dengan materi yang diangkat dalam penelitian ini
adalah kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis
berupa gambar/diagram.
2) Mengajukan dugaan. Kemampuan siswa mencari atau menemukan
beberapa alternatif cara penyelesaian suatu soal yang berbeda sehingga
mendapatkan hasil yang berbeda meskipun terkadang hasil yang
didapatkan sama.
3) Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi
matematik. Kemampuan siswa menggunakan pola-pola yang diketahui,
kemudian menghubungkannya untuk menganalisa situasi matematik yang
terjadi;
29
4) Menyusun argumen yang valid. Kemampuan siswa dapat menyusun
argumen yang valid dengan menggunakan langkah penyelesaian yang
sistematis;
5) Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan. Kemampuan siswa untuk
membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya yang telah dibuktikan atau diasumsikan
sebelumnya.
Indikator-indikator diatas digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan penalaran matematis siswa dengan melihat hasil pekerjaannya.
D. Materi Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu trigonon yang berarti
segitiga dan metro yang berarti ukuran. Jadi trigonometri dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran dalam segitiga. Sedangkan, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Trigonometri diartikan sebagai bagian dari
matematika yang mempelajari tentang ulmu ukur sudut dan batasan-batasan
dalam segitiga. Jadi dapat disimpulkan bahwa Trigonometri adalah bagian dari
ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan antara sisi dan sudut suatu
segitiga serta fungsi dasar yang muncul dari relasi tersebut.
Trigonometri diberikan di SMA dikarenakan trigonometri merupakan
ilmu yang sangat penting dan sangat dekat dengan keseharian siswa.
Trigonometri memiliki peran yang sangat besar dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya dalam astronomi. Dengan menggunakan Trigonometri,
A
B
30
rahasia alam jagad raya dapat diungkapkan yaitu dapat memperkirakan dan
menghitung jarak suatu planet atau bintang-bintang terdekat terhadap bumi.
Selain itu trigonometri dapat juga digunakan dalam sistem navigasi satelit.
Diberikannya Trigonometri di tingkat SMA diharapkan mampu memberikan
bekal pengetahuan yang cukup bagi siswa ketika akan melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi sesuai dengan minat mereka. Di tingkat SMA, Trigonometri
mulai dikenalkan di kelas X semester 2 yang meliputi: ukuran sudut,
perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, perbandingan trigonometri
sudut-sudut istimewa, perbandingan trigonometri sudut-sudut di semua kuadran,
dan grafik fungsi Trigonometri.
1. Ukuran Sudut (Derajat dan Radian)
Pada umumnya, ada dua ukuran yang digunakan untuk menentukan
besar suatu sudut yaitu derajat dan radian. Tanda “⁰” dan “rad” berturut-turut
menyatakan simbol derajat dan radian. Singkatnya, putaran penuh = 360⁰,
atau 1⁰ didefinisikan sebagai besarnya sudut yang dibentuk oleh 1
360 kali
putaran penuh.
Satu radian diartikan sebagai ukuran sudut pusat ∝ yang panjang
busurnya sama dengan jari-jari.
Jika besar ∆ AOb=∝ ,AB = OA = OB, maka ∝= ABr
=1 radian .
O
31
Jika panjang busur tidak sama dengan r, maka cara menentukan besar sudut
tersebut dalam satu radian diselesaikan menggunakan rumus perbandingan.
Dalam kajian geometris, sudut didefinisikan sebagai hasil rotasi dari sisi awal
(initial side) ke sisi akhir (terminal side). Selain itu, arah putaran memiliki
makna dalam sudut. Suatu sudut bertanda “positif” jika arah putarannya
berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dan bertanda “negatif” jika arah
putarannya searah dengan jarum jam. Arah putaran sudut juga dapat
diperhatikan pada posisi sisi akhir terhadap sisi awal. Untuk
memudahkannya, perhatikan deskripsi berikut:
Dalam koordinat kartesius, jika sisi awal berimpit dengan sumbu x dan sisi
terminal terletak pada salah satu kuadran pada koordinat kartesius, disebut
sudut standar (baku). Jika sudut akhir berada pada salah satu sumbu pada
koordinat tersebut, sudut yang seperti ini disebut pembatas kuadran, yaitu 0 ,⁰
90 , 180⁰ ⁰, 270⁰ dan 360⁰. Sebagai catatan bahwa untuk menyatakan suatu
sudut, lazimnya menggunakan huruf yunani seperti ∝ , β , γ ,θ dan juga
menggunakan huruf-huruf kapital seperti A, B, C, D. Selain itu, jika sudut
yang dihasilkan sebesar αmaka sudut β disebut sebagai sudut koterminal,
seperti yang dideskripsikan pada gambar berikut:
BD
F
C E Gα
A
32
Sudut-sudut koterminal adalah dua sudut ditempatkan pada posisi standar,
memiliki sisi-sisi akhir (terminal side) yang berimpit.
2. Perbandingan Trigonometri
Perhatikan Gambar berikut.
Diketahui sudut lancip α . Pada salah satu kakinya ditetapkan titik-titik B, D,
F,..., dan seterusnya. Kemudian, titik-titik tersebut diproyeksikan kepada kaki
yang lain dari α hingga terbentuk segitiga siku-siku
∆ ABC , ∆ ADE ,∆ AFG , …,dan seterusnya. ∆ ABC ∆ ADE ∆ AFG,..., dan
seterusnya. (tanda “ dibaca: “sebangun”).
Karena ∆ ABC ∆ ADE ∆ AFG maka:
BCAB
=DEAD
=FGAF
; BCAC
=DEAE
= FGAG
;dan ACAB
= AEAD
= AGAF
.
0
B (x,y)
C
B
A Cα
ry
x
ac
b
33
Selama sudut α tetap, harga perbandingan-perbandingan tersebut juga tetap.
Oleh karena itu, harga perbandingan-perbandingan tersebut bergantung pada
besarnya sudut α . perbandingan-perbandingan panjang tiap-tiap dua sisi
itulah yang disebut perbandingan Trigonometri. Perbandingan Trigonometri
pada segitiga siku-siku didefinisikan dengan menggunakan gambar berikut. (
∆ ABCditempatkan pada koordinat Cartecius, A berimpit di 0 dan C pada
sumbu x).
sin α= panjang sisi depan αpanjang sisi miring
atausin α=ac= y
r
cos α= panjang sisi yang mengapit αpanjang sisimiring
ataucosα=bc= x
r
tan α= panjangsisi di depanαpanjang sisi yangmengapit α
atau tan α=ab= y
x
secanα= panjang sisi miringpanjang sisi yang mengapit α
atau sec α= cb= r
x
cosecan α= panjang sisimiringpanjang sisidi depan α
atau cosec α= ca= r
y
cotangen α= panjang sisi yangmengapit αpanjang sisidi depanα
ataucotan α=ba= x
y
B
A D C
2
P
34
Dari definisi perbandingan Trigonometri, diperoleh hubungan kebalikan
sebagai berikut.
sec α= 1cos α
cosec α= 1sin α
cotan α= 1tan α
tan α= sin αcos α
cotan α=cos αsin α
a. Nilai perbandingan trigonometri sudut istimewa
Jenis sudut yang merupakan sudut-sudut istimewa adalah sudut
0 ° ,30 ° , 45 ° ,60 ° , dan 90 °. Nilai perbandingan sudut 30 ° dan 60 °
diperoleh dengan memanfaatkan segitiga sama sisi, (gambar a). Sedangkan
nilai perbandingan trigonometri sudut 45 ° diperoleh dengan
memanfaatkan segitiga siku-siku sama kaki, (gambar b).
1
(a) (b)
√3
Y
X
P
1
35
Untuk menentukan perbandingan trigonometri untuk 0 ° dan 90°
digunakan lingkaran satuan di koordinat Cartesius. Perhatikan gambar
berikut:
θ °=0 ° atau garis OP berimpit dengan sumbu x maka koordinat P adalah
(1, 0), sehingga: sin 0 °= y=0 , cos0 °=x=1 , dan tan 0 °= yx=0
1=0.
Selanjutnya jika θ=90 ° maka garis OP berimpit dengan sumbu y maka
koordinat P adalah (0,1), sehingga: sin
90 °= y=1 ,cos 90 °=x=0 , dan tan 90 °=10={tak terdefinisi }. Jadi, nilai
perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa dapat dilihat dalam tabel
berikut:
α 0 ° 30 ° 45 ° 60 ° 90 °
Sin 0 12
12 √2 1
2 √3 1
Cos 1 12 √3 1
2 √2 12
0
Tan 0 13 √3 1 √3 ∞
Cotan ∞ √3 1 13 √3 0
1
x
Y
X
P, (x,y)P2x
r y
x P1O
cos ( 90°−α )=sin α
36
b. Perbandingan Trigonometri Sudut Berelasi
1) Sudut α di kuadran I (0 °<α <90°)
Perhatikan gambar berikut ini:
β=90 °−α
sin β= xr
sin (90 °−α )= xr
cos α= xr
cos β= yr
cos ( 90°−α )= yr
sin α= yr
Jadi,
sin (90 °−α )=cosα tan (90 °−α )=cotan α
sin (90 °−α )=cosα
Y
X
yr
xOαα
β
P' (−x , y ) P(x,y)
P1' -x
37
cos ( 90°−α )=sin α cotan ( 90°−α )=tan α
2) Sudut α di kuadran II (90 °<α <180 °)
Perhatikan gambar berikut, Titik P (x,y) di kuadran I dicerminkan
terhadap sumbu-y, di dapat P' (−x , y ) di kuadran II.
PO P1=α ,
P' O P1' =α ,
XO P'=β=180 °−α
sin α= yr
sin β= yr=sin (180°−α )=sin α
cos α= xr
cos β=−xr
=cos (180 °−α )=−cosα
tan α= yx
tan β= y−x
=tan (180 °−α )=−tan α
P' (−x ,− y )
αα
βr
y
xO
-y
-x
P(x,y)
P1
P1'
P(x,y)
βr
y
38
cotan α= xy
cotan β=−xy
=cotan (180°−α )=−cotan α
Jadi,
sin (180 °−α )=sin α tan (180 °−α )=−tan α
cos (180 °−α )=−cosα cotan (180 °−α )=−cotan α
3) Sudut α di kuadran III (180 °<α<270° )
Perhatikan gambar berikut:
Jadi,
sin (180 °+α )=−sin α tan (180 °+α )=tan α
cos (180 °+α )=−cos α cotan (180 °+α )=cotanα
4) Sudut α di kuadran IV (270 °<α <360° )
Perhatikan gambar berikut:
P' (−x ,− y )
O
α
α-y
39
PO P1=α ,
P1O P'=α
XO P'=β=360 °−α
sin α= yr
sin β=¿ sin (180 °−α )=− yr
¿
= −sin α
cos α= xr
cos β=cos (360 °−α )= xr=cosα
tan α= yx
tan β=tan (360 °−α )= y−x
=−tan α
cotan α= xy
cotan β=cotan (360 °−α )=−xy
=−cotan α
Jadi,
sin (360 °−α )=−sin α tan (360 °−α )=−tan α
cos (360 °−α )=cosα cotan (360°−α )=−cotan α
270⁰
0⁰/
90⁰
180⁰
Kuadran III
Tangen positif
Kuadran IV
Kosinus positif
P(x,y)
P' (x ' ,− y ')
r
r’
α-α
40
Salah satu cara untuk menentukan nilai sin, cos, dan tan di berbagai
kuadran adalah menggunakan sistem kuadran seperti pada gambar
berikut:
Bila menggunakan garis mendatar sebagai sudut batas yaitu 0⁰,
180⁰ dan 360⁰ maka nama fungsi trigonometri tidak berubah. Bila
menggunakan garis tegak sebagai sudut batas yaitu 90⁰ dan 270⁰ maka
nama fungsi trigonometri berubah yaitu sinus menjadi kosinus, kosinus
menjadi sinus, dan tangen menjadi cotangen.
5) Sudut-sudut Negatif
perhatikan gambar berikut:
sin (−α )=sin (360 °−α )= y '
r ' =− y
r=−sin α
Kuadran 1
Semua positif
Kuadran II
Sinus positif
41
cos (−α )=cos (360 °−α )= x '
r ' =xr=cosα
tan (−α )=tan (360 °−α )= y '
x ' =− y
r=−tan α
cotan (−α )=cotan (360 °−α )= y '
y ' =x
− y=−cotan α
Jadi, disimpulkan bahwa:
sin (−α )=−sin α tan (−α )=−tan α
cos (−α )=cosα cotan (−α )=−cotan α
6) Sudut-sudut yang lebih besar dari 360⁰
Perbandingan sinus dan kosinus dengan sudut lebih besar dari 360⁰
atau tangen dan cotangen dengan sudut lebih besar 180⁰ tidak dapat
diperoleh dengan aturan segitiga. Untuk memperoleh nilai
perbandingan trigonometrinya digunakan aturan:
sin α=sin (k .360°+α ) cos α=cos (k .360°+α)
tan α=tan (k .180 °+α ) cotan α=cotan(k .180 °+α )
c. Perbandingan Trigonometri Sudut dengan Satuan Radian
Ada dua macam satuan ukuran sudut yaitu derajat dan radian.
1 putaran penuh = 360⁰ 1 °= 1360°
× satu putaran penuh.
Sudut pusat lingkaran (1 putaran penuh) = 2 πr
rradian=2π radian.
Jadi,
360 °=2π rad
42
180 °=π rad
90 °= π2
rad
60 °= π3
rad dan seterusnya.
Dengan mengubah satuan sudut dari radian ke derajat maka dapat
ditentukan nilai perbandingan trigonometrinya.
3. Sudut Elevasi dan Sudut Depresi
Sudut antara garis pandang dengan garis horizontal dari objek ke mata
pengamat dinamakan sudut elevasi. Jika seseorang mengamati objek
dibawahnya, sudut antara garis pandang dengan garis horizontal dinamakan
sudut depresi.
4. Fungsi Trigonometri
Fungsi yang terbentuk f(x) = sin x, f(x) = cos x, dan f(x) = tan x
merupakan beberapa contoh fungsi trigonometri. Seperti fungsi yang lain,
fungsi trigonometri dapat dinyatakan dengan grafik pada bidang koordinat.
Sumbu koordinat grafik fungsi trigonometri untuk sumbu x merupakan garis
bilangan real yang menyatakan besar sudut dengan satuan panjang busur
lingkaran satuan (lingkaran dengan jari-jari r = 1 satuan) dan sumbu y
merupakan garis bilangan real yang menyatakan nilai fungsi tersebut. Satuan
ini disebut juga radian.
43
Menggambar grafik fungsi trigonometri dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Membuat daftar nilai fungsi (tabel) dan
b) Membuat lingkaran satuan yaitu lingkaran berjari-jari 1 satuan.
5. Penerapan Konsep Trigonometri dalam Penyelesaian Masalah
Bila kita mengukur tinggi pohon atau bangunan secara langsung, kita
akan mendapat kesulitan karena harus memanjat pohon atau bangunan
tersebut terlebih dulu. Permasalahan itu merupakan sebagian contoh masalah
nyata yang dapat diselesaikan dengan perbandingan trigonometri. Beberapa
permasalahan lain dalam kehidupan sehari-hari dapat pula diselesaikan
dengan menggunakan konsep trigonometri.
Agar memahami penerapan konsep perbandingan trigonometri dalam
penyelesaian masalah nyata, berikut diberikan contoh soal yang berkaitan
dengan konsep tersebut dan juga berkaitan dengan kemampuan membuat
model matematika dan keterkaitan jawaban dengan indikator kemampuan
membuat model matematika.
Contoh:
Ahmad akan mengukur tinggi suatu pohon. Kemudian ia berdiri berjarak 5
meter dari pohon tersebut dan melihat pucuk pohon dengan sudut elevasi 45⁰.
Jika tinggi badan Ahmad adalah 160 cm. Tentukanlah tinggi pohon tersebut
yang dinyatakan dalam bentuk model matematika.
Penyelesaian:
Step 1) Mengidentifikasi masalah
Diketahui: Jarak Ahmad dari pohon adalah 5 meter.
44
Sudut elevasi yang terbentuk adalah 45⁰.
Tinggi Ahmad yaitu 160 cm.
Ditanyakan: Model matematika yang menyatakan tinggi pohon dan
penyelesaian modelnya.
Step 2) Menggunakan Variabel.
Misalkan tinggi pohon adalah x.
Step 2) Mengkontruksi gambar
Step 3) Menyatakan model matematika
Perhatikan ∆ CDF . Maka diperoleh hubungan tangen yaitu
tan 45 °=CF5
=1 -> Model matematika
Berdasarkan model matematika yang diperoleh maka, tinggi pohon adalah
x=Tinggi Ahmad+CF
¿1,6+5=6,6
jadi tinggi pohon tersebut adalah 6,6 meter.
D
C
A 5 meter
160 cm
x45⁰
B
F
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini berjudul Deskripsi Kemampuan Siswa Membuat Model
Matematika pada Soal Cerita di tinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bajeng Tahun Ajaran 2016/2017 merupakan jenis
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian
yang menggunakan data kualitatif kemudian mendeskripsikan data tersebut
untuk mengungkap seluruh gejala atau keadaan yang terjadi saat penelitian
dilakukan tentang kemampuan siswa membuat model matematika pada soal
cerita di tinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.
B. Subjek Penelitian
46
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bajeng dengan subjek pada
penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 7 semester genap tahun pelajaran
2016/2017 yang telah menyelesaikan materi Trigonometri. Pengambilan subjek
penelitian dengan melihat hasil tes penalaran matematis siswa hingga
memperoleh subjek penelitian yang diinginkan. Berdasarkan hasil analisis
pengelompokan tingkat kemampuan penalaran matematis siswa yang diberikan
kepada 33 siswa, diperoleh sebanyak 4 siswa termasuk kelompok penalaran
tinggi, 25 siswa termasuk kelompok penalaran sedang dan 3 siswa termasuk
kelompok penalaran rendah.
Selanjutnya dari kelompok penalaran tinggi, penalaran sedang dan
penalaran rendah, dipilih secara purposive masing-masing kelompok sebanyak 2
siswa yang akan dideskripsikan kemampuannya membuat model matematika.
Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan guru dengan memperhatikan
kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat atau jalan pikirannya secara
lisan. Subjek yang akan dianalisis sebanyak 6 siswa yang terdiri dari 2 siswa
dengan penalaran tinggi, 2 siswa dengan penalaran sedang dan 2 siswa dengan
penalaran rendah.
Adapun subjek yang terpilih dalam penelitian ini diperlihatkan pada tabel
3.1 berikut:
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No Subjek Subjek Tingkat
1 SNR Tinggi2 NAZ Tinggi3 JMR Sedang4 AMR Sedang
47
5 MFR Rendah6 NRM Rendah
Untuk lebih jelasnya, Secara sistematik langkah-langkah pemilihan
subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. sebagai berikut:
Keterangan:
KT: Kelompok Tinggi
Pemilihan 2 orang subjek pada masing-masing tingkat kemampuan penalaran
matematis
KT KS KR
Pengelompokkan
Memeriksa hasil tes
Memberikan tes kemampuan
48
KS: Kelompok SedangKR: Kelompok Rendah
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang ditetapkan berfungsi untuk mengarahkan peneliti
sehingga dapat mencurahkan perhatian secara jelas terhadap apa yang
semestinya. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian dengan baik, maka
fokus penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau memaparkan
kemampuan siswa membuat model matematika ditinjau dari penalaran
matematis siswa kelas X IPA 7 SMA Negeri 1 Bajeng.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen utama. Peneliti
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir
data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti sebagai
instrumen utama juga dibantu dengan instrumen pendukung, yaitu:
1. Tes Penalaran Matematis
Tes penalaran matematis dalam penelitian ini digunakan dalam
memilih subjek penelitian untuk setiap tingkat kemampuan penalaran
matematis tinggi, kemampuan penalaran matematis sedang dan kemampuan
penalaran matematis rendah. Tes ini berupa tes tertulis yang berisikan soal-
soal cerita berbentuk essai/uraian dengan menggunakan soal yang
terstandarisasi. Sebelum digunakan kepada subjek penelitian, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas konstruk dan isi sehingga soal mampu
49
mengukur penalaran matematis siswa. Tingkat kemampuan penalaran
matematis dalam penelitian ini adalah pengelompokan tingkat kemampuan
penalaran matematis siswa didasarkan pada hasil perolehan tes kemampuan
penalaran matematis yang dikonversikan pada kategori tinggi, sedang dan
rendah. Pengkategorian siswa dengan masing-masing tingkat penalaran
menurut Suherman dan Sukjaya (Afif, 2016) adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Penalaran matematis tinggi:nilai≥ x+1S
b. Kelompok Penalaran matematis sedang: x−1 S<nilai<x+1 S
c. Kelompok Penalaran matematis rendah: nilai≤ x−1 S
keterangan:
x : rata-rata hasil tes kemampuan penalaran matematis
S : simpangan baku hasil tes kemampuan penalaran matematis
Setelah pengelompokan berdasarkan tingkat kemampuan penalaran
matematis, selanjutnya siswa diberikan tes kemampuan membuat model
matematika.
2. Tes Kemampuan Membuat Model Matematika pada Soal Cerita
Tes kemampuan membuat model matematika pada penelitian ini
menggunakan soal cerita pada materi Trigonometri. Peneliti menggunakan
bentuk soal tes tipe subjektif yaitu essay (uraian). Tes diberikan kepada
enam subjek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan
tingkat kemampuan penalaran matematisnya yaitu tinggi, sedang dan
rendah.
3. Pedoman Wawancara
50
Penggalian data melalui wawancara dilakukan dengan wawancara semi
terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah wawancara bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Dengan kata lain, pada wawancara semi terstruktur, pertanyaan
tidak disusun terlebih dahulu tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri
dari subjek. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara nantinya berkaitan
dengan jawaban subjek terhadap tes soal cerita matematika pada materi
Trigonometri.
Langkah-langkah mengembangkan pedoman wawancara adalah sebagai
berikut.
a) Merancang pedoman wawancara untuk mendeskripsikan kemampuan
siswa dalam membuat model matematika pada soal cerita matematika.
Pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen dikembangkan pada
pertanyaan yang meminta subjek untuk mengkonfirmasi jawaban
subjek dalam model matematika pada soal cerita dengan tujuan
mengungkap lebih mendalam informasi mengenai kemampuan siswa
dalam membuat model matematika pada soal cerita. Metode wawancara
yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur dengan ketentuan.
1. Pertanyaan wawancara yang diajukan disesuaikan dengan kondisi
jawaban terhadap soal yang diberikan kepada subjek (tulisan
maupun penjelasannya).
51
2. Pertanyaan yang diajukan tidak harus sama dengan yang tertulis
pada pedoman wawancara tetapi memuat inti permasalahan yang
sama.
3. Apabila siswa mengalami kesulitan dengan pertanyaan tertentu,
mereka akan didorong dengan pertanyaan dengan kalimat lebih
sederhana tanpa menghilangkan inti permasalahan.
b) Melakukan validasi isi dan konstruk kepada validator yang dipandang
ahli atau berpengalaman dalam mengembangkan instrumen penelitian.
c) Mendiskusikan hasil validasi ahli.
d) Diperoleh pedoman wawancara yang layak untuk digunakan.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis yang berisi tentang apa yang
didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data
dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan
berisi dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif. Deskriptif berisi gambaran
tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan. Reflektif berisi
tentang kerangka berpikir dan pendapat peneliti serta gagasan peneliti.
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian dibagi menjadi dua tahap,
yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Orientasi lapangan (tempat penelitian)
52
b. Merancang instrumen penelitian
c. Validasi instrumen oleh ahli
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian, yaitu:
a. Memberikan tes penalaran matematis kepada siswa kelas X IPA 7 yang
kemudian, sesuai dengan hasil tesnya, akan dikategorikan ke dalam tiga
tingkatan penalaran matematis, yaitu penalaran matematis tinggi,
penalaran matematis sedang, dan penalaran matematis rendah.
b. Memberikan tes soal membuat model matematika materi Trigonometri
kepada seluruh subjek penelitian.
c. Melakukan wawancara dengan subjek penelitian untuk mengklarifikasi
jawaban yang telah diberikan sehingga dapat memberikan informasi
lebih lanjut tentang kemampuan siswa dalam membuat model
matematika pada soal cerita materi Trigonometri.
d. Melakukan pengumpulan data dari hasil tes membuat model
matematika pada soal cerita materi Trigonometri dan hasil wawancara
dengan subjek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis
data yang diperoleh.
e. Menyusun laporan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
53
Tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data, untuk itu
diperlukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara.
1. Tes
Dalam penelitian ini dilakukan tes penalaran matematis dan tes
kemampuan membuat model matematika pada soal cerita. Tes penalaran
matematis untuk keperluan pengkategorian subjek penelitian dalam masing-
masing kategori penalaran matematis dan tes kemampuan membuat model
pada soal cerita untuk mengetahui sejauh mana kemampuan subjek
penelitian membuat model matematika pada soal cerita.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada subjek penelitian setelah pengerjaan tes
kemampuan membuat model matematika oleh subjek penelitian. Seperti
yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa wawancara yang akan dilakukan
pada penelitian ini adalah jenis wawancara semi terstruktur. Wawancara
dilakukan setelah data hasil tes soal kemampuan membuat model
matematika pada soal cerita diperoleh. Tujuannya adalah untuk
mengklarifikasi jawaban yang telah diberikan oleh subjek penelitian
sehingga dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kemampuan
membuat model matematika pada soal cerita.
Skema teknik pengumpulan data dapat dilihat dibawah ini:
Identifikasi siswa telah mempelajari materi Trigonometri
Tes Kemampuan Penalaran matematis
Kemampuan penalaran matematika tinggi
Kemampuan penalaran matematika tinggi
Kemampuan penalaran matematika tinggi
WawancaraTes soal membuat model
matematika pada soal cerita
Triangulasi teknik
Temuan penting Apakah data valid? data konsisten
54
Gambar 3.2
55
G. Hasil Validasi Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama didukung oleh
beberapa instrumen pendukung diantaranya tes penalaran matematis, tes
kemampuan membuat model, pedoman wawancara dan catatan lapangan.
1. Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran
Instrumen pertama dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang bertujuan
untuk mengukur tingkat kemampuan penalaran siswa. Tingkat kemampuan
penalaran matematis siswa terbagi dalam 3 kelompok yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Tes penalaran matematis yang digunakan merupakan instrumen yang
baku dan valid yang relevan dengan tujuan. Tes tersebut kemudian dilakukan
validasi isi dan konstruk oleh dua orang pakar di bidang pendidikan
matematika dari Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Makassar
agar tujuan dari pemberian tes ini dapat tercapai. Data yang diperoleh
56
digunakan untuk mengelompokkan subjek berdasarkan tingkat penalarannya.
Adapun hasil review validator menyatakan bahwa soal yang termuat di dalam
tes kemampuan penalaran matematis perlu beberapa perbaikan. Validator
pertama mengarahkan untuk memperjelas tiap butir soal agar sesuai dengan
aspek yang akan diukur kemudian mengarahkan untuk menuliskan petunjuk
pada tes sesuai dengan aspek yang akan diukur. Validator kedua
menyarankan perbaikan pada penggunaan kata dan bahasa. Setelah di revisi,
validator menyatakan bahwa tes penalaran matematis layak digunakan pada
penelitian ini.
2. Hasil Validasi Tes Kemampuan Membuat Model Matematika
Tes kemampuan membuat model matematika digunakan untuk
mengumpulkan data kemampuan membuat model matematika dalam
menyelesaikan permasalahan trigonometri. Tes ini merupakan tes berbasis
pemecahan masalah yang dikemas dalam bentuk soal cerita. Untuk
mengumpulkan data tersebut, maka disusunlah soal yang relevan dengan
tujuan. Kemudian dilakukan validitas isi dan konstruk oleh validator terhadap
soal tersebut agar tes tersebut benar-benar valid. Adapun hasil validasi
sebagai berikut: validator pertama mengungkapkan bahwa tes kemampuan
membuat model matematika sudah baik dan relevan untuk digunakan serta
telah memenuhi indikator atau aspek yang diukur, validator kedua
menyarankan beberapa revisi seperti penggunaan kata dan bahasa. hasil
57
review validator menyatakan bahwa tes kemampuan membuat model
matematika layak digunakan dalam penelitian ini.
3. Hasil Validasi Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi garis-garis besar pertanyaan yang akan
diajukan saat wawancara. Pertanyaan-pertanyaan khusus/spesifik akan
berkembang berdasarkan temuan-temuan pada jawaban tes kemampuan
membuat model matematika masing-masing subjek penelitian. Butir-butir
pertanyaan yang diajukan tidak harus sama untuk setiap subjek penelitian,
tergantung dari jawaban yang diberikan subjek penelitian pada setiap
pertanyaan. Selanjutnya dilakukan validasi dan adapun hasil validasi oleh dua
orang validator bahwa validator pertama menyarankan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarahkan siswa mengungkap kemampuan membuat model
matematika sementara validator kedua mengarahkan untuk menambahkan
identitas subjek yang akan diwawancarai. Beberapa revisi juga dilakukan
tentang penggunaan kata dan bahasa. Setelah revisi maka pedoman
wawancara dinyatakan layak untuk digunakan.
H. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, maka digunakan
teknik triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan waktu. Terdapat tiga macam triangulasi, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu
58
Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data yang berbeda
yaitu tes kemampuan membuat model matematika pada soal cerita dan
wawancara. Dari data hasil tes membuat model matematika pada soal cerita
nantinya akan dicocokkan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara.
Kemudian ditarik kesimpulan dari data hasil tes kemampuan membuat model
matematika dan data hasil wawancara.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan 3 langkah,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang dilanjutkan
dengan verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu kegiatan/aktivitas merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi
data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapaianya, dalam
59
penelitian ini tujuannya adalah mengetahui kemampuan siswa membuat
model matematika ditinjau dari tingkat kemampuan penalaran
matematisnya. Apabila terdapat data yang tidak valid, maka data itu
dikumpulkan tersendiri dan mungkin dapat digunakan sebagai verifikasi
ataupun hasil-hasil samping lainnya.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data kualitatif adalah
dengan bentuk teks yang bersifat naratif. Penyajian data dalam penelitian ini
menuliskan kumpulan data-data yang telah ditemukan dalam hasil tes dan
wawancara siswa ke dalam bentuk naratif atau dapat juga berupa grafik dan
bentuk lainnya. Penyajian data yang terorganisir ini akan memudahkan
dalam menarik kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan penelitian dari data yang sudah dikumpulkan dan
memverifikasi kesimpulan tersebut. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah adanya temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya yang
diperoleh dari hasil tes dan wawancara siswa dan deskripsi kemampuan
siswa membuat model matematika pada soal cerita. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran tentang objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap setelah diteliti menjadi jelas.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan data hasil penelitian dan pembahasan tentang
kemampuan siswa membuat model matematika pada soal cerita matematika ditinjau
dari kemampuan penalaran matematis siswa kelas X SMA Negeri 1 Bajeng tahun
ajaran 2016/2017. Siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah siswa kelas X
IPA 7 SMA Negeri 1 Bajeng pada materi trigonometri. Pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui tes dan wawancara. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan
hasil tes penalaran matematis siswa. Selanjutnya peneliti menganalisis skor hasil tes
penalaran siswa yang sesuai dengan teknik pedoman penskoran kemampuan
penalaran matematis dan mengelompokkan ke dalam kategori kelompok penalaran
61
tinggi, sedang dan rendah. Kemudian, peneliti memberikan tes kemampuan membuat
model matematika kepada siswa dimana tes ini merupakan tes berbasis pemecahan
masalah yang dikemas dalam bentuk soal cerita matematika. Tes ini dilakukan
dengan tujuan untuk melihat bagaimana kemampuan siswa membuat model
matematika pada materi trigonometri.
Data penelitian ini dianalisis melalui petikan jawaban subjek yang diberi kode
dengan mengacu pada kode petikan jawaban subjek dalam petikan wawancara. Kode
petikan jawaban subjek terdiri atas enam huruf diawali dengan huruf “KT”, “KS”,
dan “KR” yang menyatakan kemampuan tinggi (KT), kemampuan sedang (KS) dan
kemampuan rendah (KR), kemudian diikuti oleh empat digit angka. Digit ketiga
menyatakan urutan subjek, digit keempat menyatakan urutan soal dan dua digit
terakhir menyatakan urutan petikan pertanyaan/jawaban pada setiap tugas. Misalnya,
petikan jawaban “KS12-21” berarti petikan pertanyaan/jawaban ke-21 untuk subjek
ke-1 pada tugas/soal 2.
A. Paparan Data dan Analisis Data
Pada bagian ini akan dilakukan paparan data dan analisis data hasil
penelitian tentang kemampuan siswa membuat model matematika pada soal
cerita materi Trigonometri ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.
1. Paparan Data Kemampuan Membuat Model Matematika Siswa
Kemampuan Penalaran Tinggi
a. Subjek Pertama (KT1)
1) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal pertama
62
Soal 1
Dari sebuah titik dipermukaan tanah, puncak dari sebuah menara
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jarak horizontal dari titik itu ke
menara adalah 8 meter. Formulasikanlah bentuk matematis atau
model matematika yang menyatakan tinggi menara dan tentukan
penyelesaiannya untuk mengetahui tinggi menara.
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.1 Jawaban KT1 soal pertama
Berdasarkan hasil tes tertulis kemampuan membuat model
matematika untuk subjek pertama kelompok tinggi tersebut diatas
diperoleh bahwa:
1. Subjek tinggi mampu memahami masalah pada konteks soal
cerita yang diberikan dengan cara menuliskan hal-hal yang
diketahui dan hal yang ditanyakan. Subjek tinggi pertama
terlihat menuliskan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan
dengan benar. Dengan demikian, subjek tinggi dikatakan telah
mampu mengidentifikasi masalah.
63
2. Tampak bahwa, subjek tinggi dalam menentukan model
matematika pada masalah tersebut mampu menggunakan sebuah
variabel apa yang dicari dengan tepat. Subjek tinggi
memberikan variabel x sebagai tinggi menara yang nampak
pada gambar subjek. Dengan demikian, subjek tinggi pertama
dikatakan mampu melakukan tahap kedua proses pembentukan
model matematika yaitu menggunakan variabel.
3. Subjek juga mampu mensketsa gambar dengan benar sesuai
konteks cerita. Subjek tinggi melengkapi gambar dengan semua
informasi hal diketahui dan ditanyakan sebelumnya. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa subjek telah mampu
mengkontruksi gambar pada konteks soal cerita.
4. Selanjutnya, subjek KT1 mampu menyatakan model matematika
untuk soal pertama. Dapat dilihat bahwa subjek mengkotakkan
model matematika yang ia peroleh. Kemudian, setelah
menemukan modelnya, subjek KT1 juga mampu menyelesaikan
modelnya untuk mencari tinggi menara sesuai yang diinginkan
pada masalah. Jadi subjek KT1 mampu membuat model
64
matematika dengan benar dan juga mampu menyelesaikan
modelnya dengan solusi yang benar.
b) Hasil Wawancara
Kemudian, untuk mengklarifikasi kemampuan subjek
membuat model matematika tersebut diatas, maka dilakukan
wawancara dengan berbagai pertanyaan yang kemudian direduksi
menjadi petikan wawancara sebagaimana terlampir.
Berikut paparan data hasil wawancara subjek KT1 untuk soal
pertama:
Tabel 4.1 Petikan wawancara KT1 pada soal pertama
Kode P/J Wawancara
P11-01 P Nomor satu dulu dek, apa yang adik pahami pada soal?
KT11-01 J Yang ditanyakan itu tinggi menara dan bentuk matematisnya dan yang diketahui itu sudut elevasi dari tanah itu ke puncak menara adalah 60⁰. Terus, jarak dari tanah ee dari titik ke dasar menara adalah 8 meter.
P11-02 P Mengertijaki maksudnya itu apa yang dicari?
KT11-02 J Iye kak
P11-03 P Apa maksudnya?
65
KT11-03 J Intinya kak tingginya menara dalam bentuk model matematikanya dan penyelesaian modelnya itu
P11-04 P Apa yang dimaksud model matematika?
KT11-04 J Menurutku persamaannya, intinya untuk menentukan itu tingginya
P11-05 P Jadi informasi yang ada di soal itu, menurut adik cukupmi ini untuk dapatkan penyelesaiannya?
KT11-05 J Sangat cukup kak.
P11-06 P Berarti bisajaki buatki model matematikanya?
KT11-06 J iye kak. Yang inimi modelnya kak (menunjuk
jawaban)
P11-07 P Cobaki jelaskan bagaimana carata dapatkan modelnya?
KT11-07 J Karena yang diketahui disini sudut elevasi 60⁰, jaraknya dari sudut tersebut ke menara itu 8 meter dan yang ditanyakan itu adalah x (sambil menjelaskan gambar) jadi bisa digambarkan yang diketahui itu depan sama samping. Depan sama samping itu bisa dinyatakan dalam tan.
Berarti tan600= x8 . Dimana x adalah tinggi
menara dan 8 adalah jarak dari sudut tersebut ke dasar menara.
P11-09 P Apa tujuannya disini dek kita kasi x?
KT11-09 J Sebagai simbolis
P11-10 P Jadi berdasarkan ini model matematika bisamaki dapatkan tingginya menara?
KT11-10 J Iye kak. dari tan600= x8 . tan 60⁰ itu √3= x
8 terus
dikali silangki kak jadi di dapatmi x nya itu 8√3 .
66
P11-11 P Ini kan kulihat kita gambarki,
jadi ini kita dapat tan 60 derajat = x/8 berdasarkan gambarnya atau langsungmi kita tahu dari hanya membaca soal?
KT11-11 J Mmm kalau menurutku kak kalau mengertimaki disini pasti bisamaki gambarki disini kak. Jadi kugambarki kak supaya mudah.
Berdasarkan hasil wawancara subjek KT1, diperoleh bahwa:
1. Sesuai dengan jawabannya pada paparan data hasil tes, setelah
dilakukan wawancara subjek memang mengetahui maksud dari
soal cerita sehingga mampu menjawab permasalahan dengan
benar. Subjek menjelaskan dengan baik apa yang ia ketahui
pada soal dan menjelaskan apa yang harus dicari pada soal.
Subjek KT1 memahami apa yang harus dicari pada masalah dan
mampu membuat model matematikanya, (KT11-01).
67
2. Selanjutnya pada kutipan wawancara (KT11-07 dan KT11-09)
subjek memang mampu menyatakan sebuah variabel apa yang
dicari, dengan tujuan penggunaan variabel adalah sebagai
simbolis dalam menjawab masalah.
3. Subjek juga memberikan gambar untuk menjawab
permasalahan, dengan mengkontruksi gambar subjek lebih
mudah dalam penentuan model matematika karena dengan
gambar ia mampu menggambarkan sisi samping dan sisi depan
sesuai dengan informasi pada soal, (KT11-11).
4. Kemudian, pada kutipan wawancara (KT11-08) Subjek mampu
menunjukkan model matematika yang ia peroleh dengan benar.
Subjek memperoleh model matematika dengan menghubungkan
gambar dengan hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan.
Dari hubungan tersebut, subjek lalu menarik kesimpulan untuk
menggunakan konsep perbandingan trigonometri sehingga
subjek KT1 memperoleh model matematikanya. Setelah itu,
berdasarkan model matematika yang ia peroleh, subjek mampu
menjelaskan penyelesaian dari model matematika tersebut untuk
menentukan tinggi menara.
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal pertama, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua teknik metode
68
pengambilan data. Siswa mampu memahami permasalahan dengan
baik yang ditandai dengan mampu mengidentifikasi masalah yaitu
menuliskan hal diketahui dan ditanyakan, menyatakan variabel
dengan benar, mengkonstruksi gambar dengan baik yang sesuai
dengan konteks soal cerita serta menentukan model matematika
dengan benar kemudian menyelesaikannya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KT1 mampu membuat model matematika pada
soal nomor 1. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat model
matematika yang dilakukan subjek secara benar. Subjek mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik. Kemudian subjek mampu
menggunakan variabel serta mengkontruksi gambar secara tepat.
Selanjutnya subjek mampu menyatakan model matematika dan
menyelesaikan model matematika dengan perhitungan yang benar.
2) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal kedua
Soal 2
Lulu berjalan lurus di jalan yang datar ke arah gedung. Dari lokasi A,
ujung gedung itu terlihat dengan sudut elevasi 30⁰. Kemudian Lulu
berjalan lurus lagi sejauh 20 meter ke lokasi B. Dari lokasi B gedung
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jika tinggi Lulu adalah 1,6 meter.
69
Nyatakan tinggi gedung tersebut dengan formulasi model matematika
dan selesaikanlah modelnya!
a) Hasil Pengerjaan
Berdasarkan hasil kerja tes tertulis pada soal kedua
kemampuan membuat model matematika, diperoleh bahwa:
1. Subjek mampu memahami masalah dengan menuliskan
informasi pada soal. Subjek menuliskan hal diketahui dan
ditanyakan dengan tepat kemudian menghubungkannya dengan
Gambar 4.2 Jawaban KT1 Soal kedua
70
gambar. Dengan demikian, dikatakan siswa mampu
mengidentifikasi masalah pada konteks soal cerita.
2. Subjek memberikan variabel x sebagai hal yang dicari dan juga
memberikan variabel a untuk mencari jarak dari lokasi A ke
gedung. Dengan demikian, subjek KT1 mampu menyatakan
sebuah variabel untuk menentukan model matematika soal
kedua.
3. Subjek KT1 juga memahami soal. Tampak bahwa subjek
memahami dengan mensketsa gambar dengan benar dan jelas.
4. Subjek mampu menyatakan model matematika pada masalah
kemudian mampu menyelesaikan model matematikanya dengan
benar.
b) Hasil Wawancara
Berikut paparan data hasil wawancara subjek KT1 untuk soal
kedua:
Tabel 4.2 Petikan wawancara KT1 pada soal kedua
Kode P/J Wawancara
P12-15 P Apa yang dipahami dari soal tersebut?
KT12-15 J Ee katanya Lulu ini dari lokasi A berjalan ke lokasi B sejauh 20 meter, nah dari lokasi A itu sudut pandangnya lulu ke puncak menara itu sudutnya 30⁰ sedangkan di lokasi B pandangannya ke sudut menara itu sebesar 60⁰. Berarti ada dua sudutyang diketahui terus tingginya lulu itu 1,6 meter. Jadi yang diketahui Cuma itu kak.
P12-16 P Jadi apa yang dicari disitu?
71
KT12-16 J Yang dicari itu x dalam bentuk model matematikanya sama dari lokasi A ke lokasi gedung atau jarak dari lokasi A ke gedung.
P12-17 P Jadi harus dicari dulu jaraknya dari lokasi A ke gedung?
KT12-17 J Iye
P12-18 P Kenapa harus dicari?
KT12-18 J Karena supaya bisa didapat tingginya ini haruski dicari sampingnya.
P12-19 P Jadi di soal ini bisamaki buatkan gambarnya?
KT12-019 J Iye
P12-20 P Bisamaki buatkan apa yang didapat dari gambarnya itu bisamaki buatkanki model matematikanya?
KT12-20 J Mm iye
P12-21 P Bagaimana caranya?
KT12-21 J Kalau saya pakai tan karena sudah adami disini diketahui sampingnya dari lokasi A ke lokasi B
P12-22 P Terus apa ini a?
KT12-22 J Jarak dari lokasi A ke gedung.
P12-23 P Kalau x?
KT12-23 J Tinggi gedung dikurangi tinggi lulu
P12-24 P Terus setelah dapat ini?
72
KT12-24 J Setelah itu, di carimi kak, a nya dulu yang dicari
P12-25 P Jadi dapat a nya berapa?
KT12-25 J
A nya itu x akar tiga.
P12-27 P Oh oke. setelah dapat a?
KT12-27 J Ee bukanpi nilainya a kak masih rumusnya a.
P12-28 P Terus?
KT12-28 J Terus sudah itu tan 60 lagi kak untuk dapat x.
P12-29 P Terus?
KT12-29 J Tan 60 kan sama dengan depan per sampingnya to kak. Jadi tan 60 sama dengan x/a-20. A kan dari lokasi ini kesini, tapi ini kan dari siniji ke sini to kak jadi a-20. (menjelaskan gambar). Terus kak di dapatmi x sama dengan akar tiga dikali a-20. x sama dengan akar tiga dikali x akar tiga-20. Ku kali masukmi kak, jadi 3x – 20 akar tiga. Terus ku kerja dan didapatmi x kak itu 10 akar tiga.
Terus kak didapatmi x. Baru kan tingginya menara yang dicari sedangkan x itu cuma tinggi dari kepalanya lulu jadi karena sudahmi diketahui tingginya lulu itu 1,6
73
meter makanya tinggi gedung itu = x ditambah tinggi lulu.
P12-30 P Jadi kan di dapatmi tinggi menara, jadi yang mana disini model matematikanya?
KT12-30 J Menurutku ini kak yang saya kasi kotak kak.
P12-31 P Oh iye. Jadi strategi apa yang terpikirkan dek atau kita gunakan untuk cari modelnya dan penyelesaiannya?
KT12-31 J Itumi kak saya gambarki dulu supaya mudah baru ku misalkanmi kak sampai dapatmi kak itu modelnya.
Berdasarkan hasil wawancara subjek KT1 soal kedua,
diperoleh bahwa:
1. Subjek memang mampu menjelaskan hal-hal diketahui dan
ditanyakan pada soal cerita dengan lengkap. Dengan demikian
subjek dikatakan mampu mengidentifikasi masalah, (KT12-15
dan KT12-16).
2. Subjek memang mampu menyatakan variabel yaitu memberikan
variabel x sebagai tinggi menara dan juga memberikan variabel
a untuk mencari jarak dari lokasi A ke gedung. (KT12-22 dan
KT12-23).
74
3. Subjek KT1 mampu memahami masalah dengan mensketsa
gambar dengan baik untuk mempermudah memperoleh
penyelesaian masalah, (KT12-19 dan KT12-31).
4. Subjek mampu menunjukkan dan menjelaskan model
matematika pada masalah kemudian mampu menjelaskan
penyelesaian model matematikanya dengan benar (KT12-30).
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal kedua, diketahui bahwa subjek KT1 memiliki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua metode
pengambilan data. Siswa mampu mengidentifikasi masalah dengan
baik, menyatakan variabel, mengkontruksi gambar dengan benar
serta mampu membuat model matematika dengan tepat dan
menyelesaikan model matematikanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data tersebut valid.
d) Analisis data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KT1 mampu memecahkan permasalahan pada
soal nomor 2. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat model
matematika yang dilakukan secara benar. Siswa mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik. Kemudian subjek mampu
menggunakan variabel apa yang dicari serta mampu mengkontruksi
gambar yang sesuai konteks cerita secara tepat. selanjutnya subjek
75
mampu menyatakan model matematikanya dengan benar dan juga
mampu menyelesaikannya.
b. Subjek Kedua (KT2)
1) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal pertama
Soal 1
Dari sebuah titik dipermukaan tanah, puncak dari sebuah menara
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jarak horizontal dari titik itu ke
menara adalah 8 meter. Formulasikanlah bentuk matematis atau
model matematika yang menyatakan tinggi menara dan tentukan
penyelesaiannya untuk mengetahui tinggi menara.
76
a) Hasil Pengerjaan
Berdasarkan hasil tes kemampuan membuat model
matematika soal pertama untuk subjek kedua kelompok tinggi
diperoleh bahwa:
1. Subjek mampu memahami masalah dengan menentukan hal-hal
yang diketahui dengan tepat. Subjek juga mampu menentukan
hal yang ditanyakan pada masalah yang diberikan. Dengan
Gambar 4.3 Jawaban KT2 Soal Pertama
77
demikian, subjek dikatakan telah mampu mengidentifikasi
masalah.
2. Subjek mampu menggunakan variabel apa yang ditanyakan atau
yang dicari pada konteks soal cerita/masalah yang diberikan.
Subjek memberikan notasi ataupun variabel yang ditunjukkan
pada gambar untuk digunakan pada proses memperoleh model
matematika.
3. Subjek mampu memberikan gambar atau mensketsa gambar
yang sesuai pada konteks cerita/masalah untuk memudahkan
subjek mengenali masalah dan penyelesaian.
4. Subjek menghubungkan hal-hal yang diketahui, ditanyakan,
menggunakan variabel hingga mengkontruksi gambar sehingga
subjek mampu melakukan proses penyelesaian model
matematika. Dalam hal ini subjek mampu menyatakan masalah
dalam bentuk model matematika dengan benar, mampu
menyelesaikan model matematika dan melakukan perhitungan
dengan benar. Dengan demikian, subjek dikatakan telah mampu
membuat model matematika pada masalah pertama yang
diberikan.
78
b) Hasil Wawancara
Tabel 4.3 Petikan wawancara KT2 pada soal pertama
Kode P/J Wawancara
P21-01 P Okey, nomor satu dulu dek, apa yang dipahami dari soal?
KT21-01 J Em yang dipahami itu kak yang pertama itu yang diketahui puncak sebuah menara yang disimbolkan dengan T itu 60⁰. Terus jarak dari titik ke menara adalah 8 meter.itu kak.
P21-02 P Terus apa yang ditanyakan?
KT21-02 J Yang ditanyakan itu tinggi menara dan dinyatakan dalam bentuk model matematika
P21-03 P Jadi bagaimana carata dapatkan itu model matematikanya?
KT21-03 J Caranya itu kak kan yang pertama itu kak formulasikan bentuk matematis atau model matematikanya untuk menyatakan tinggi menara. Jadi yang pertama kak ditentukanki anunya kak model matematikanya dulu untuk mencari tinggi menara. Terus karena sesuai dengan trigonometri to kak dipakeki sin cos tan, terus saya pilihki kak tan karena kurasa kak itu lebih mudah. Itumi kak jawabannya jadi ku pakeki kak itu tan. Oh iya, sebelumnya itu kak digambarki dulu supaya lebih gampang kak. Terus didapatmi begini gambarnya jadi dicarimi itu kak tan 60 eh tan 60 disini kak karena satuji sudutnya diketahui. Jadi dipakeki kak tan 60, kan rumusnya tan 60 itu kak depan/samping , jadi tan 60 itu kak BC/AB.
P21-05 P Terus?
79
KT21-05 J Ee terus setelah itu kak diubahmi kak, kan diketahui itu kak AB itu jaraknya jarak titi ke menara itu kak 8 meter, jadi digantimi itu kak jaraknya AB menjadi 8. Jadi inimi kak model matematikanya tan 60 derajat = BC (tinggi menara) dibagi 8.
P21-06 P Apa tujuannya kita kasi ini disini A, B dan C? (menunjuk gambar)?
KT21-06 J Supaya lebih mudah lagi kak untuk dipahami. Karena kalau misalnya kak anggaplah kalau dituliski lagi kak disitu titik permukaan tanah, lebih panjangki lagi kak.
P21-07 P Jadi berdasarkan ini model matematikanya bisamaki selesaikanki?
KT21-07 J Iye kak
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek pada soal
pertama, diperoleh bahwa:
1. Subjek mampu menjelaskan dengan tepat hal-hal yang
diketahui pada masalah dan mampu memahami dengan baik
hal yang ditanyakan pada masalah. Subjek mampu memahami
maksud model matematika yang menyatakan tinggi menara
tersebut, (KT21-01 dan KT21-02).
80
2. Subjek mampu menyatakan sebuah variabel untuk
mempermudah prosesnya dalam mencari model matematika,
(KT21-06).
3. Subjek mengkontruksi gambar sebelum merumuskan formulasi
matematis atau model matematika, (KT21-03).
4. Subjek mampu menjelaskan dengan tepat model matematika
yang subjek peroleh pada masalah, (KT21-05).
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 1, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua metode
pengambilan data. Siswa mampu mengidentifikasi masalah dengan
tepat, menyatakan variabel dan mengkontruksi gambar serta
membuat model matematika dengan benar kemudian mampu
menyelesaikan model matematikanya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KT2 mampu membuat model matematika pada
soal nomor 1. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat model
yang dilakukan subjek dengan benar. Subjek mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik. Kemudian mampu
menggunakan variabel dengan tepat dan mengkontruksi gambar
81
dengan benar. Selanjutnya subjek KT2 mampu menyatakan model
matematikanya dengan benar dan menyelesaikan modelnya.
2) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal kedua
Soal 2
Lulu berjalan lurus di jalan yang datar ke arah gedung. Dari lokasi A,
ujung gedung itu terlihat dengan sudut elevasi 30⁰. Kemudian Lulu
berjalan lurus lagi sejauh 20 meter ke lokasi B. Dari lokasi B gedung
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jika tinggi Lulu adalah 1,6 meter.
Nyatakan tinggi gedung tersebut dengan formulasi model matematika
dan selesaikanlah modelnya!
a) Hasil Pengerjaan
82
Berdasarkan hasil kerja tes tertulis pada soal kedua
kemampuan membuat model matematika, diperoleh bahwa:
Untuk soal nomor 2, subjek KT2 mampu menunjukkan
dengan benar hal-hal yang diketahui dan hal ditanyakan pada soal.
Dalam hal ini, subjek dikatakan telah mampu mengidentifikasi
masalah pada konteks soal cerita nomor 2.
Gambar 4.4 Jawaban KT2 Soal Kedua
83
Selanjutnya, subjek mampu membuat gambar atau
mengkontruksi gambar yang sesuai pada konteks soal cerita.
Tampak bahwa, subjek menuliskan informasi yang lengkap dari
hasil identifikasi masalah pada gambar sehingga gambar terlihat
lebih jelas dan mudah dipahami. Kemudian, subjek juga mampu
menyatakan sebuah variabel untuk menjawab permasalahan.
Subjek memberikan variabel a, b dan c seperti yang terlihat pada
gambar.
Dari soal pertama, subjek juga mampu membuat model
matematika untuk soal kedua. Tampak bahwa, bagian (a) yang
terlihat pada gambar diatas merupakan jawaban dari model
matematika yang diinginkan. Subjek mampu memformulasikan
model matematika yang ditunjukkan pada persamaan (1) dan (2)
lalu subjek KT2 menyederhanakan lagi model tersebut dengan cara
menyamakan antara persamaan (1) dan (2) sehingga subjek
84
memperoleh model matematika untuk menyatakan tinggi menara.
Dengan demikian, subjek KT2 mampu membuat model matematika
dengan benar. Kemudian, tak hanya mampu membuat model
matematika, subjek KT2 juga mampu menyelesaikan model
matematika yang ia peroleh, seperti berikut:
dan ia memberikan proses penyelesaian dengan tepat dan jelas
sehingga memperoleh solusi dengan benar untuk tinggi menara.
b) Hasil Wawancara
Berikut paparan data hasil wawancara subjek KT2 untuk soal
kedua:
Tabel 4.4 Petikan Wawancara KT2 Soal Kedua
Kode P/J Wawancara
P22-16 P Oiye, okey dek, kita lanjut ke soal nomor 2. Apa yang dipahami dari soal nomor 2?
KT22-16 J Yang dipahami itu kak dari lokasi A atau dianggapmi kak itu titik A gedung terlihat sudut elevasi 30⁰. Lulu berjalan lurus lagi ke lokasi B sejauh 20 m. Terus dari lokasi B gedung terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Terus diketahui tinggi lulu itu 1,6 meter.
85
P22-17 P Apa yang dicari?
KT22-17 J Yang ditanyakan tinggi gedung dengan formulasi model matematika
P22-18 P Bagaimana carata dapatki model matematikanya?
KT22-18 J Yang pertama itu kak kalau menurutku saya digambarki dulu kak.
P22-20 P Mengertijaki toh apa yang ditanyakan ini?
KT22-20 J Iye
P22-21 P Mengertijaki apa maksudnya ini formulasi model matematikanya?
KT22-21 J Kurangi ia kak karena kalau jawab soal matematika biasanya langsungji ku kerja kak baru tidak diperhatikanji model matematikanya.
P22-22 P jadi bagaimana carata dapatki ini tadi model matematikanya?
KT22-22 J Ee yang pertama itu kak kugambarki dulu supaya lebih mudahki diketahui. Jadi beginimi ini kak gambarnya
Ku gambar orang sebagai lulu, kugambarki titik A baru titik B terus kan ini kak titik A membentuk sudut elevasi 30⁰ dari puncak gedung terus ini titik B 60⁰ terus tinggi lulu itu kak 1,6 meter terus jarak dari titik A ke B itu 20 m.
P22-23 P Oo jadi berdasarkan ini gambar adami strategi penyelesaian yang dipikirkan?
KT22-23 J Adami kak. Dari itu kak gambar didapatmi itu kak model matematikanya kak, karena dua sudut elevasi berarti menggunakanki
86
lagi 2 persamaan. Pertama itu kak sudut 30⁰ karena tadi kak di soal pertama kak tan itu yang kupake lebih mudah jadi kupakeki tan disini. Dan juga karena digambarnya itu kak kan yang ditanyakan itu tinggi gedung dan tinggi gedung itu sisi depan, terus yang diketahui lagi yang lain itu kak sisi samping jadi saya pakai tan karena rumusnya depan/samping.
P22-24 P Terus?
KT22-24 J Terus tan 30 = c, c itu kak diumpamakan sebagai tinggi gedung.
P22-25 P Kenapa diumpamakan c?
KT22-25 J Supaya lebih mudahki kak. Terus dibagi a+b. Kenapa kak a+b karena yang ditanyakan itu kak sudut 30, kalau berdasarkan gambar kak jaraknya itu yang ditanyakan atau sisi sampingnya itu haruski dari titik A ke gedung. Terus disini kak ada dua jaraknya kak karena berjalanki lagi dari titik B. Jadi a+b kak.
P22-26 P Terus?
KT22-26 J Terus saya balikki lagi kak karena tinggi menaranya yang ditanyakan kak. Ee sama dengan tan 30 derajat dikali a+b.
Persamaan satu itu kak. Terus, begituji lagi kak caranya untuk tan 60. Tan 60 itu kak tinggi menaranya itu c dibagi b (samping)
P22-27 P Terus?
KT22-27 J Terus ku subtitusimi itu kak persamaan (1) ke persamaan (2) dimana c=c jadi ku kasi masukmi itu kak nilainya c.
87
P22-28 P Terus?
KT22-28 J Inimi kak model matematikanya kak. Dari persamaan (1) terus persamaan (2) terus dapatmi kak ini
P22-30 P Jadi berdasarkan ini modelnya bisamaki selesaikanki cari tinggi gedung?
KT22-30 J Iye
Berdasarkan hasil wawancara subjek KT2 soal kedua,
diperoleh bahwa:
Subjek menjelaskan dengan baik hal yang diketahui dan yang
ditanyakan berarti subjek untuk soal kedua memang mengetahui
maksud soal cerita. Dalam hal ini, sesuai dengan paparan data hasil
kerja, subjek mampu menjelaskan maksud soal dan teridentifikasi
dengan benar, (KT22-17). Kemudian, untuk memperoleh model
matematika soal kedua, subjek KT2 harus mengubah soal cerita ke
dalam bentuk gambar agar subjek KT2 lebih mudah memahami
dan lebih mudah untuk memperoleh model matematika tersebut,
(KT22-22). Dari gambar yang diperoleh, subjek memberikan
sebuah variabel (KT22-25) agar prosesnya juga lebih mudah.
Variabel tersebut subjek gunakan pada model matematika.
Selanjutnya, berdasarkan kutipan wawancara (KT22-26 dan KT22-
88
28) subjek mampu menjelaskan model matematika soal kedua.
Subjek memang mampu menjelaskan proses memperoleh model
matematika dengan benar dimana ia mampu menghubungkan
konsep matematis yang harus digunakan sehingga bisa memperoleh
model tersebut. Subjek KT2 menghubungkan informasi, gambar
serta variabel untuk memperoleh formulasi model matematikanya.
Kemudian, subjek juga bisa menyelesaikan model dan
menjelaskannya dengan baik dan benar.
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 2, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua metode
pengumpulan data. Siswa mampu mengidentifikasi masalah,
menyatakan sebuah variabel, mengkontruksi gambar dan membuat
model matematikanya dengan benar sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KT2 mampu membuat model matematika pada
soal nomor 2. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat model
yang dilakukan subjek dengan benar. Subjek mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik. Kemudian mampu
menggunakan variabel dengan tepat dan mengkontruksi gambar
89
dengan benar. Selanjutnya subjek KT2 mampu menyatakan model
matematikanya dengan benar.
2. Paparan Data Kemampuan Membuat Model Matematika Siswa
Kemampuan Penalaran Matematis Sedang
a. Subjek Pertama (KS1)
1) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal pertama
Soal 1
Dari sebuah titik dipermukaan tanah, puncak dari sebuah menara
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jarak horizontal dari titik itu ke
menara adalah 8 meter. Formulasikanlah bentuk matematis atau
model matematika yang menyatakan tinggi menara dan tentukan
penyelesaiannya untuk mengetahui tinggi menara.
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.5 Jawaban KS1 Soal Pertama
90
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek KS1 soal pertama,
diperoleh bahwa:
1.
Subjek KS1 mampu mengidentifikasi masalah dengan benar.
Semua informasi pada soal teridentifikasi dengan benar.
2. kemudian, subjek juga
mampu mengkontruksi gambar yang sesuai dengan konteks
soal cerita dengan benar. Subjek melengkapi gambar
dengan semua informasi yang ada.
3. Subjek KS1 juga mampu menggunakan sebuah variabel.
Subjek melengkapi gambar dengan memberikan variabel a,
b dan c untuk hal yang ditanyakan. Subjek juga
memberikan keterangan pada titik permukaan tanah yaitu
titik A, B dan puncak menara adalah C.
4. Subjek mampu menunjukkan model matematika untuk
menyatakan tinggi menara namun tidak benar.
91
dapat dilihat
pada persamaan sin 60°= cb . subjek salah dalam
menentukan sisi depan dan sisi samping gambar.
Kemudian, subjek menggunakan lagi cos 60°=ab untuk
mencari nilai a atau tinggi dari menara tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek melakukan proses yang salah.
Namun, subjek kembali menuliskan
untuk mencari tinggi menara.
Lalu menyimpulkan tinggi menaranya adalah 8√3.
. Dari hasil
kerja tersebut, tampak bahwa subjek tidak memberikan arah
penyelesaian yang teratur atau proses penyelesaian yang
terarah.
b) Hasil Wawancara
92
Tabel 4.5 Petikan wawancara KS1 pada soal pertama
Kode P/J Wawancara
P11-02 P Okey, nomor satu dulu dek, apa yang dipahami dari soal?
KS11-02 J Jaraknya 8 meter, sudutnya 60 yang ditanyakan bentuk matematis untuk menyatakan tinggi menara.
P11-03 P Jadi mengertijaki ini maksudnya apa yang mau dicari?
KS11-03 J Anunya kak bentuk matematika untuk mencari tinggi menaranya kak.
P11-04 P Mengertijaki maksudnya bentuk matematika?
KS11-04 J Anunya kak kayak rumusnya begitu
P11-05 P Jadi bagaimana carata dapatkan itu model matematikanya?
KS11-05 J Penyelesaiannya pertama kak kita bentuk menara (menunjuk gambar)
terus sudut elevasinya yaitu 60 terus jarak dari titik ke menara itu 8 meter. Terus kan jarak A ke B itu 8 meter.
P11-06 P Apa ini A sama apa ini C?
KS11-06 J Cuma simbolji kak bilang ini ee apalagi itu.. Nd ku tauki kak. hehe
P11-07 P Terus?
KS11-07 J Terus untuk mencari tinggi menaranya kita menggunakan perbandingan trigonometri. Disini yang diketahui samping dengan miring
P11-08 P Apa tadi yang diketahui?
93
KS11-08 J Samping dengan miringnya, eh sudutnya, sudut a 60 dengan sampingnya yaitu jarak A ke B 8 meter. Kita menggunakan perbandingan trigonometri sin 60 berarti sin 60, sin itu depan per miring
P11-09 P Kenapa pakai sin?
KS11-09 J Karena sudutnya diketahui 60 derajat. Karena sisi miringnya belum diketahui dengan depannya. Jadi sin 60 derajat.
P11-10 P Harus pakai sin?
KS11-10 J Harus karena yang diketahui itu samping, terus sebentar yang ditanyakan itu mau dicari dulu sisi miringnya baru dicarimi sisi depannya atau tinggi menaranya.
P11-11 P Terus?
KS11-11 J Sin 60 = 8/b karena disini sampingnya 8. Terus sin 60 derajat itu ½ akar tiga. Kemudian dapatmi dari sini b nya. Untuk mencari tingginya kak, terus.. eee.. kupakemi lagi cos untuk mencari tingginya menara kak. Cos 60 itu = a/b jadi inimi a
nya kak a nya 2 akar tiga kak tapi ee setelah ku cariki bisa juga kak dipake tan 60 jadi ku ulangi kak, Tan lagi ku pakai kak.
P11-12 P Kenapa pakai Tan lagi?
KS11-12 J (diam)
P11-13 P Terus?
KS11-13 J A nya dua akar tiga tapi bisa juga dicari tan 60 derajat kak.
P11-14 P Jadi yang mana disini yang benar?
KS11-14 J (diam) mm hehe
94
P11-15 P Jadi yang mana dipakai?
KS11-15 J Pertamanya sin ku pakai kak baru cos nya, untuk mencari cosnya a/b. Disini a nya yang mau dicari kak ku dapatmi 2√3
P11-16 P Jadi kita gunakanmi itu sin dan cos?
KS11-16 J Iye kak
P11-17 P Kan cos adalah samping/miring, yang mana samping yang mana miring?
KS11-17 J Ee samping.. samping itu ee yang ini kak yang c terus a itu depan dan b irtu sisimiring
P11-18 P Jadi yang mana model matematisnya?
KS11-18 JMm yang ini kak yang begininya
P11-19 P Jadi penting itu model matematika?
KS11-19 J Penting kak karena untuk mencari sisinya itu kak harus menggunakan perbandingan trigonometri.
P11-20 P Jadi yang mana benar tadi? Pakai sin cos atau tan?
KS11-20 J Mmm benar semuaji kayaknya kak. Hehe tapi ini kak kalau cos 60 a=2√3, tidak samaki dengan jawabannya kalau pakai tan 60 kak. Jadi bingungka
P11-22 P Kenapaki menggunakan gambar disini?
KS11-22 J Untuk memudahkan kak supaya di tahuki yang mana diketahui dan mana yang ditanyakan.
P11-23 P Untuk dapatki model matematikanya bisaki dapat modelnya dari melihat soal atau melalui gambar?
KS11-23 J Melalui gambar kak.
95
Berdasarkan hasil wawancara soal pertama di atas, diperoleh
bahwa: subjek memang mampu memahami masalah yang
dibuktikan dengan mampu menjelaskan hal-hal diketahui dan hal
ditanyakan dengan lengkap (KS11-02) serta mampu
mengkonstruksi gambar yang sesuai dengan konteks soal cerita,
(KS11-05). Kemudian, subjek mampu menggunakan sebuah
variabel untuk menentukan model matematikanya. Subjek
menggunakan variabel yang dituliskan dalam gambar namun tidak
mampu menjelaskan tujuan penggunaan variabel, (KS11-06).
Subjek menerapkan rumus perbandingan trigonometri untuk
menyelesaikan tinggi menara. Subjek mengatakan bahwa ia
memakai rumus perbandingan trigonometri sin, cos dan tan.
Namun, subjek ragu dalam penggunaan ketiga rumus perbandingan
trigonometri tersebut. Dari ketiga rumus yang ia gunakan, subjek
tidak tahu rumus yang tepat untuk digunakan, (KS11-20).
Kemudian, subjek juga salah dalam penentuan sisi samping dan sisi
depan gambar (KS11-17). Subjek mampu menunjukkan model
matematika tetapi model yang ditunjukkan salah (KS11-18), subjek
KS1 tidak konsisten dalam proses penyelesaian masalah.
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 1, diketahui bahwa siswa memilki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua metode
96
pengambilan data. Siswa mampu memahami permasalahan dengan
baik yaitu dengan mampu mengidentifikasi masalah dan
mengkonstruksi gambar. Kemudian mampu menyatakan sebuah
variabel dan menunjukkan model matematika namun model
matematika yang diberikan tidak tepat. dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KS1 tidak mampu membuat model matematika
pada soal nomor 1 dengan benar disebabkan karena belum
memahami konsep perbandingan trigonometri yang digunakan
dengan baik. Namun, pada tahap mengidentifikasi masalah subjek
mampu melakukannya dengan benar. Kemudian mampu
menggunakan variabel serta mengkontruksi gambar dengan benar.
Selanjutnya subjek KS1 mampu menunjukkan model
matematikanya tapi model yang ditunjukkan salah.
2) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal kedua
Soal 2
Lulu berjalan lurus di jalan yang datar ke arah gedung. Dari lokasi A,
ujung gedung itu terlihat dengan sudut elevasi 30⁰. Kemudian Lulu
berjalan lurus lagi sejauh 20 meter ke lokasi B. Dari lokasi B gedung
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jika tinggi Lulu adalah 1,6 meter.
97
Nyatakan tinggi gedung tersebut dengan formulasi model matematika
dan selesaikanlah modelnya!
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.6 Jawaban KS1 Soal Kedua
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek KS1 soal kedua, terlihat
bahwa:
1. Subjek mengidentifikasi
masalah dengan menuliskan hal-hal diketahui dan
ditanyakan. Namun tidak menuliskan dengan lengkap hal
ditanyakan pada lembar kerja.
98
2. Subjek mampu
mengkontruksi gambar sesuai konteks soal cerita dengan
benar dan menuliskan semua informasi pada soal ke dalam
gambar.
3. Dari gambar, subjek menggunakan sebuah variabel yaitu a,
b, x dan y. Dimana b adalah jarak dari titik A ke B dan a
adalah jarak dari titik B ke gedung, y adalah jarak dari titik
A ke menara serta x melambangkan tinggi gedung yang
akan dicari.
4. Tampak bahwa, subjek tidak mampu menunjukkan model
matematika dari permasalahan. Subjek hanya menuliskan
rumus perbandingan trigonometri segitiga siku-siku yaitu
dan . Dari rumus
tersebut, dapat dilihat bahwa subjek juga salah dalam
menentukan sisi depan dan sisi samping gambar dari soal
nomor 2. Kemudian ia tidak dapat menyelesaikan dengan
benar untuk memperoleh solusinya.
b) Hasil Wawancara
99
Tabel 4.6 Hasil wawacara KS1 Soal kedua
Kode P/J Wawancara
P12-25 P Ke nomor dua lagi.
KS12-25 J Diketahui sudut elevasinya A 30 derajat. Terus sudut elevasi dari B 60 derajat. Kan lulu yang mengamatinya kak, terus tinggi lulu itu 1,6 meter. Terus yang ditanyakan tinggi gedung.
P12-26 P Tinggi gedungnya saja?
KS12-26 J Iye kak
Untuk mencari tinggi gedung kita harus mencari bentuk matematisnya toh kak sama gambarnya juga
P12-29 P Terus?
KS12-29 J Disini kita menggunakan perbandingan trigonometri juga kak. Terus disini kak tan 30 ku pakai depan/samping.depannya juga tidak diketahui, sampingnya juga kak tidak diketahui. Terus menggunakan perbandingan trigonometri berarti tan 30=a/x. Terus tan 30 itu nilainya 1/3√3. Terus a dan x tidak diketahui ini kak. Itumi yang tidak ku mengerti lagi kak.
P12-30 P Terus setelah itu apalagi yang dilakukan
KS12-30 J Ee yang bagian dari titik A ke B. Berarti saya menggunakan juga tan, terus tan=depan/samping jadi y/x dan y itu a+b/x.
P12-31 P Kenapa a ditambah b?
KS12-31 J Ini kak dari gambarku. Terus a+b itu dibagi x terus ee beginimi kak nda ku taumi disini ka. Disinimi yang susah
P12-32 P Jadi yang mana model matematikanya disini?
KS12-32 J (diam)
100
P12-33 P Tidak didapatki model matematikanya?
KS12-33 J Tidak kak. Tidak ku tahuki yang mana.
P12-34 P Apa yang dipikirkan disini di nomor 2, setelah lihatki ini soal bisamaki tahuki strategi penyelesaiannya?
KS12-34 J Belum
P12-35 P Disini saya lihat kita menggunakan variabel
KS12-35 J Iye
P12-36 P Apa tujuannya penggunaan variabel?
KS12-36 J Supaya ditahuki kak depannya itu a sampingnya itu b. Begitu kak.
Berdasarkan hasil wawancara subjek di atas, diperoleh
bahwa: subjek memang mampu mengidentifikasi masalah dengan
menjelaskan hal-hal diketahui dan ditanyakan, (KS12-26).
Kemudian, ia harus mengkontruksi gambar untuk mencari model
matematika dan penyelesaiannya (KS12-23 dan KS12-26). Subjek
juga mampu menggunakan variabel dan menjelaskan tujuan
penggunaan variabel (KS12-36). Subjek mengatakan bahwa ia
tidak mampu memperoleh model matematika dari soal nomor 2
(KS12-33) dan tidak mampu melakukan proses penyelesaian,
(KS12-31).
c) Validasi Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara pada soal nomor 2, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua metode
101
pengumpulan data. Siswa mengidentifikasi permasalahan dengan
menuliskan hal diketahui dan ditanyakan, subjek mengkontruksi
gambar dan menyatakan variabel serta menggunakan rumus
perbandingan trigonometri namun salah dalam penentuan sisi
depan dan sisi samping. Subjek tidak mampu memperoleh model
matematika dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan nomor
2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KS1 tidak mampu membuat model matematika
pada soal nomor 2. Hal ini terbukti dari tahap menyatakan model
matematika, subjek tidak mampu menunjukkan dan memperoleh
model matematikanya namun subjek mampu mengidentifikasi
masalah dengan baik. Kemudian mampu menggunakan variabel
dengan tepat dan mengkontruksi gambar dengan benar.
b. Subjek Kedua (KS2)
1) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal pertama
Soal 1
Dari sebuah titik dipermukaan tanah, puncak dari sebuah menara
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jarak horizontal dari titik itu ke
menara adalah 8 meter. Formulasikanlah bentuk matematis atau
102
model matematika yang menyatakan tinggi menara dan tentukan
penyelesaiannya untuk mengetahui tinggi menara.
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.7 Jawaban Subjek KS2 Soal Nomor 1
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek KS2 pada soal pertama di
atas, terlihat bahwa:
1. Subjek mampu memahami
masalah dengan mampu mengidentifikasi masalah soal cerita
yang ditunjukkan dengan menuliskan hal-hal diketahui dan hal
ditanyakan dengan baik dan benar.
103
2. Subjek juga memahami masalah dengan
menunjukkan gambar dengan tepat. sehingga, ia dikatakan
mampu mengkontruksi gambar dari konteks soal cerita.
3. Subjek mampu menyatakan sebuah variabel yang dituliskan
dalam gambar. Ia menuliskan variabel x dimana x adalah tinggi
menara dan kemudian variabel tersebut dihubungkan untuk
mencari model matematika yang menyatakan tinggi menara.
4. Kemudian, subjek mampu
membuat model matematika dengan benar. Subjek
menghubungkan konsep perbandingan trigonometri untuk
mencari tinggi menara dan model matematika. setelah
memperoleh model matematika, ia mampu menyelesaikan
hingga memperoleh nilai x yaitu tinggi menaranya
.
b) Hasil Wawancara
Tabel 4.7 Hasil wawancara subjek KS2 Soal Pertama
Kode P/J Wawancara
P21-01 P Apa yang dipahami dari soal nomor satu?
KS21-01 J Sudut elevasi dari permukaan tanah ke menara itu 60 derajat dan jarak horizontal
104
ke menara adalah 8 meter.
P21-02 P Apa yang dicari?
KS21-02 J Model matematika dan penyelesaiannya
P21-03 P Mengertijaki maksudnya model matematika?
KS21-03 J Iye kak.
P21-04 Bagaimana carata dapatki model matematikanya?
KS21-04 Kan yang diketahui itu sampingnya dan yang ditanyakan itu depannya jadi saya memakai rumus Tan. Dan tan ini memiliki sudut elevasi 60 derajat jadi depan AB baru samping CA.
P21-05 PJadi ini modelnya ini?
KS21-05 J iye
P21-06 P Apa itu x?
KS21-06 J x itu yang ditanyakan
P21-07 P Apa gunanya ko kasi disini variabel x?
KS21-07 J Karena belum diketahui disini berapa nilainya kak.
P21-08 P Ini juga apa gunanya ko kasi A, B sama C
KS21-08 J Supaya lebih mudah mengetahui yang mana depan dan yang mana samping
P21-09 P Terus ini informasi yang kau dapat di nomor satu, cukupmi untuk menjawab ini masalah?
KS21-09 J Iye kak
P21-010 P Terus?
KS21-010 J Kan CA samping dan AB depan jadi kan AB belum diketahui jadi saya kasi variabel x dan CA=8 m jadi saya memakai rumus
105
matematika. (menjelaskan). Jadi x=8√3
P21-015 P Kalau ko baca ini soal tanpa menggambar bisa jako jawab?
KS21-015 J Susahki kak
P21-016 P Kenapa susah?
KS21-016 J karena tidak ditauki yang mana depan yang mana samping
P21-017 P Oh jadi haruski gambarki?
KS21-017 J Iye
Berdasarkan hasil wawancara subjek KS2 pada soal pertama
di atas, diperoleh bahwa: subjek memang mampu menjelaskan hal-
hal diketahui dan hal ditanyakan dengan jelas dan benar (KS21-01
dan KS21-02). Subjek juga memahami apa yang harus dicari dan
mampu menjelaskan proses penyelesaiannya dengan baik. Untuk
mendapatkan model matematikanya, subjek menggunakan rumus
perbandingan segitiga siku-siku yaitu tan60 °=AB /CA dan subjek
mengatakan bahwa tan60 °=AB /CA adalah model matematika
yang menyatakan tinggi menara, (KS21-04 dan KS21-05). Subjek
juga menyatakan sebuah variabel dan mampu menjelaskan tujuan
penggunaan variabel (KS21-06 dan KS21-07). Kemudian, subjek
juga harus mengkontruksi gambar agar lebih memudahkan dalam
memperoleh penyelesaian (KS21-016) dan subjek mampu
menjelaskan proses penyelesaian dari model matematika yang ia
peroleh.
106
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 1, diketahui bahwa siswa memilki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua metode
pengambilan data. Subjek mampu mengidentifikasi masalah,
mengkontruksi gambar, menyatakan sebuah variabel dan membuat
model matematika dengan benar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KS2 mampu membuat model matematika pada
soal nomor 1. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat model
yang dilakukan subjek dengan benar. Subjek mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik. Kemudian mampu
menggunakan variabel dengan tepat dan mengkontruksi gambar
dengan benar. Selanjutnya subjek KS2 mampu menyatakan model
matematikanya dengan benar dan menyelesaikan modelnya.
2) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal kedua
Soal 2
Lulu berjalan lurus di jalan yang datar ke arah gedung. Dari lokasi A,
ujung gedung itu terlihat dengan sudut elevasi 30⁰. Kemudian Lulu
berjalan lurus lagi sejauh 20 meter ke lokasi B. Dari lokasi B gedung
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jika tinggi Lulu adalah 1,6 meter.
107
Nyatakan tinggi gedung tersebut dengan formulasi model matematika
dan selesaikanlah modelnya!
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.8 Jawaban Subjek KS2 Soal Kedua
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek KS2 pada soal kedua di
atas, terlihat bahwa:
1. Subjek mampu
mengidentifikasi masalah pada konteks soal cerita dengan baik.
Subjek menuliskan unsur-unsur diketahui dan ditanyakan secara
lengkap.
108
2. Subjek mampu mengkontruksi
gambar yang sesuai dengan konteks soal cerita.
3. Subjek juga menuliskan sebuah variabel x sebagai variabel
yang ditanyakan dan variabel lainnya tidak jelas.
4. Subjek mampu menunjukkan model matematika yang ia
peroleh yaitu dan
tetapi melakukan
perhitungan yang salah dan tidak mampu menyelesaikan
model matematika hingga selesai.
b) Hasil Wawancara
Tabel 4.8 Hasil wawancara KS2 Soal kedua
Kode P/J Wawancara
P22-18 P Lanjutmaki di nomor 2, apa yang dipahami disitu?
KS22-18 J Yang dipahami adalah lokasi A sudut elevasinya 30 derajat, lokasi B itu sudut elevasinya 60 derajat. Jarak A ke B itu 20 meter sedangkan tinggi lulu 1,6 meter.
P22-19 P Apa yang dicari?
KS22-19 J Yang ditanyakan itu menyatakan tinggi gedung dalam formulasi model matematika
P22-20 P Bagaimana carata selesaikan?
KS22-20 J Pertama digambar kak kemudian saya pakai tan karena depan yang diambil,
109
karena sudut 30 berarti diketahui kan depannya berarti depan CF berarti x karena belum diketahui. Dan samping FM = 20. Terus untuk dapat jaraknya F ke M Berarti jaraknya itu 10 ka setengahnyaji. (menjelaskan gambar)
P22-21 P Kenapa bisa setengahnya?
KS22-21 J Kan 20 kak, masing-masing jaraknya disitu 10.
P22-22 P Terus?
KS22-22 J Jadi tan 30 dikali dengan 10.
P22-23 P Terus?
KS22-23 J Itumi nda ku tau. Baru tan 60 lagi di cari kak. FB=20
P22-24 P Terus?
KS22-24 J Nda ku taumi lagi caranya
P22-25 P Yang mana model matematikanya?
KS22-25 JYang ini kak sama
Berdasarkan hasil wawancara subjek pada soal kedua,
diperoleh bahwa: subjek memang mampu menjelaskan hal-hal
diketahui dan hal ditanyakan dengan benar (KS22-18 dan KS22-
19). Kemudian, subjek menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan,
subjek mengkontruksi gambar dan kemudian menyatakan sebuah
variabel dimana x adalah CF (sisi depan) yang harus dicari.
Kemudian ia menggunakan rumus perbandingan trigonometri yaitu
tan = depan/samping. Namun, ia salah dalam proses penyelesaian
110
dan salah dalam menentukan jarak dari F ke M, (KS22-20). Subjek
juga mampu menunjukkan model matematika dari soal kedua yaitu
memiliki 2 model matematika sebagaimana yang dijelaskan pada
kode (KS22-25) namun salah dalam perhitungan, subjek tidak
mampu menyelesaikan model yang ia peroleh.
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal kedua, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan jawaban yang sama pada kedua metode
pengambilan data. Siswa mampu mengidentifikasi masalah dengan
baik, mengkontruksi gambar dengan benar, menyatakan sebuah
variabel serta mampu menunjukkan model matematika namun
tidak mampu menyelesaikan model matematikanya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KS2 mampu membuat model matematika pada
soal nomor 2 namun salah perhitungan, hal ini terbukti dari tahap
menyatakan model matematika dimana salah dalam menentukan
jarak dari sisi samping gambar namun subjek mampu melakukan
tahap mengidentifikasi masalah dengan baik. Kemudian mampu
menggunakan variabel dengan tepat dan mengkontruksi gambar
dengan benar.
111
3. Paparan Data Kemampuan Membuat Model Matematika Siswa
Kemampuan Penalaran Matematis Rendah
a. Subjek Pertama (KR1)
1) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal pertama
Soal 1
Dari sebuah titik dipermukaan tanah, puncak dari sebuah menara
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jarak horizontal dari titik itu ke
menara adalah 8 meter. Formulasikanlah bentuk matematis atau
model matematika yang menyatakan tinggi menara dan tentukan
penyelesaiannya untuk mengetahui tinggi menara.
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.9 Jawaban KR1 Soal Pertama
Berdasarkan hasil kerja subjek KR1 pada soal pertama,
diperoleh bahwa:
1. Subjek mampu memahami soal dengan mengkontruksi gambar
yang sesuai dengan konteks cerita. subjek mampu mengubah
112
soal ke dalam bentuk gambar namun tidak melengkapi gambar
dengan informasi pada soal cerita.
2. kemudian, subjek mampu mengidentifikasi masalah pada soal
cerita yaitu dengan menuliskan informasi diketahui pada soal
dengan benar tapi subjek tidak menuliskan informasi yang
ditanyakan soal.
3. Subjek tidak mampu menyatakan sebuah variabel. Tampak
bahwa subjek tidak menuliskan sebuah variabel untuk mencari
penyelesaiannya.
4. Subjek juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan soal
cerita, subjek tidak mampu menerapkan rumus menjadi bentuk
model matematika. Subjek menyelesaikan dengan cara yang
salah.
b) Hasil Wawancara
Tabel 4.9 Hasil Wawancara Subjek KR1 Soal Pertama
Kode P/J Wawancara
P11-01 P Apa yang dipahami dari soal nomor satu?
KR11-01 J Sudut elevasi dari permukaan tanah ke menara itu 60 derajat dan jarak dari titik itu ke menara adalah 8 meter.
P11-02 P Apa yang dicari?
KR11-02 J Bentuk matematika atau model matematikanya baru dicariki tinggi menara
P11-03 P Mengertijaki maksudnya model matematika?
KR11-03 J (diam) agak bingung
113
P11-04 Kenapa bingung?
KR11-04 Tidak ku tauki kak
P11-05 P Oh oke. Jadi bagaimana caramu selesaikanki itu?
KR11-05 J Pertama ku gambarji dulu, begini baru pake rumus demi, sami, desa.
P11-06 P Apa itu?
KR11-06 J Yang sin cos tan, sin itu depan miring, cos itu samping miring terus tan itu depan samping. Baru disini pake rumus tan yaitu depan per samping.
P11-07 PKenapa disini kamu bagi 60/8?
KR11-07 J Disini pakai rumus tan
P11-08 P Apa rumusnya tan?
KR11-08 J Depan per samping.
P11-09 P Yang mana depan dan yang mana samping?
KR11-09 J Depan itu kak yang ini. . samping yang ini
114
P11-010 P Terus dimana kamu terapkan itu?
KR11-010 J Mm (diam)
P11-011 P Itu 60 apa?
KR11-011 J Sudut elevasinya
P11-012 P Kamu bagi dengan 8?
KR11-012 J Iye untuk dapat tingginya jadi disini dapatmi tingginya 7,5.
P11-013 P Jadi sudutnya itu yang dibagi?
KR11-013 J (diam dan tertawa)
P11-014 P Kenapa bisa berpikir begitu caranya?
KR11-014 J Karena pernah dikasi soal kayak begini kak
P11-015 P Kenapa tidak menggunakan variabel digambar?
KR11-015 J Tidak ku tahuki. Langsungji
Berdasarkan hasil wawancara subjek KR1 soal pertama:
diperoleh bahwa: subjek KR1 memang memahami konteks soal
cerita yaitu dengan menjelaskan informasi diketahui dan
ditanyakan pada soal cerita namun subjek tidak memahami maksud
dari model matematika dengan demikian subjek kurang mampu
mengidentifikasi masalah, (KR11-01 dan KR11-02) sehingga tidak
mampu menyelesaikan (KR11-05). Kemudian, subjek menjelaskan
cara memperoleh penyelesaiannya. subjek terlebih dahulu
memberikan gambar lalu menghubungkannya dengan rumus
perbandingan trigonometri. Namun, ia tidak mampu menerapkan
rumus tersebut untuk memperoleh jawaban sehingga melakukan
115
proses yang salah, Subjek juga salah dalam menentukan sisi
samping dan sisi depan gambar. Kemudian, ia juga tidak
menggunakan sebuah variabel, (KR11-15).
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 1, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan yang sama pada kedua metode pengambilan data.
Siswa kurang mampu mengidentifikasi masalah yaitu menuliskan
hal diketahui tapi tidak paham tentang model matematika. Subjek
juga mampu mensketsa atau mengkontruksi gambar namun tidak
dapat menyatakan sebuah variabel serta tidak mampu memperoleh
model matematika dan penyelesaiannya.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KR1 tidak mampu membuat model matematika
pada soal nomor 1. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat
model yang dilakukan subjek kurang tepat. Subjek kurang mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik, mampu mengkontruksi
gambar yang sesuai konteks cerita namun belum mampu
menggunakan variabel dan tidak mampu menghubungkan gambar
dengan konsep perbandingan trigonometri. Dalam hal ini, subjek
tidak bisa menunjukkan model matematikanya.
2) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal kedua
116
Soal 2
Lulu berjalan lurus di jalan yang datar ke arah gedung. Dari lokasi A,
ujung gedung itu terlihat dengan sudut elevasi 30⁰. Kemudian Lulu
berjalan lurus lagi sejauh 20 meter ke lokasi B. Dari lokasi B gedung
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jika tinggi Lulu adalah 1,6 meter.
Nyatakan tinggi gedung tersebut dengan formulasi model matematika
dan selesaikanlah modelnya!
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.10 Jawaban KR1 Soal Kedua
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek diatas terlihat bahwa:
siswa mengerjakan soal dengan proses yang salah. Namun, subjek
mampu memahami masalah dengan dapat mengidentifikasi konteks
soal cerita yaitu menuliskan hal diketahui dan ditanyakan pada
lembar kerja. Siswa menggunakan gambar untuk menyelesaikan
117
masalah namun memberikan gambar yang tidak tepat. ia salah
dalam menempatkan posisi Lulu dari lokasi A ke lokasi B, dengan
demikian subjek tidak mampu mengkontruksi gambar dengan
benar. Subjek juga tidak menggunakan variabel dan tidak dapat
menyatakan soal ke dalam bentuk model matematika. subjek
melakukan langkah penyelesaian yang tidak benar.
b) Hasil Wawancara
Tabel 4.10 Hasil Wawancara KR1 Soal kedua
Kode P/J Wawancara
P12-16 Lanjut nomor 2
P Apa yang kamu pahami?
KR12-16 J Yang pertama itu sudut elevasi dari A itu 30 derajat, terus berjalanki ke B itu 20 m, sudut di B 60 derajat dan tingginya lulu 1,6 meter.
P12-17 P Apa yang dicari?
KR12-17 J Yang ditanyakan itu tentukan model matematikanya untuk mencari tinggi gedung. Mau diselesaikan modelnya
P12-18 P Bagaimana caranya kamu selesaikan?
KR12-18 J Ku gambarki dulu baru ku pakai rumus tan terus rumus silang
P12-19 P Yang mananya disitu rumus silang?
KR12-19 J
Yang ini ku bagi 30/20 = 60/1,6 terus ku kali silangmi. Dapatmi 25.
P12-20 P Jadi rumus tannya?
KR12-20 J Itumi juga
118
P12-21 P Kenapa begitu caramu?
KR12-21 J (diam) begituji kak ku tau
P12-22 P Yang mana model matematikanya?
KR12-22 J
(diam) yang ini, rumus tan
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek diperoleh hasil
bahwa subjek tidak mampu menyelesaikan soal dengan sempurna.
Siswa tidak menyelesaikan permasalahan dengan benar namun
subjek memang mampu menjelaskan hal-hal yang diketahui dan
ditanyakan pada konteks cerita. kemudian, untuk menyelesaikan,
subjek menunjukkan gambar dan menyelesaikan dengan tidak
benar. Subjek kemudian menentukan model matematika yang
salah.
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 2, diketahui bahwa subjek memiliki
kecenderungan yang sama pada kedua metode pengambilan data.
Siswa kurang mampu mengidentifikasi masalah dan tidak mampu
mengkontruksi gambar dengan benar. kemudian, subjek tidak
mampu menyatakan sebuah variabel serta tidak mampu
menperoleh model matematika dengan benar. Dengan demikian
dapat disimpulkan data tersebut valid.
d) Analisis Data
119
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KR1 tidak mampu membuat model matematika
pada soal nomor 2. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat
model yang dilakukan subjek kurang tepat. Subjek tidak mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik dan tidak mampu
mengkontruksi gambar dengan benar. Subjek juga belum mampu
menggunakan variabel sehingga subjek tidak bisa menunjukkan
dan memperoleh model matematikanya dengan tepat.
b. Subjek Kedua (KR2)
1) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal pertama
Soal 1
Dari sebuah titik dipermukaan tanah, puncak dari sebuah menara
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jarak horizontal dari titik itu ke
menara adalah 8 meter. Formulasikanlah bentuk matematis atau
model matematika yang menyatakan tinggi menara dan tentukan
penyelesaiannya untuk mengetahui tinggi menara.
a) Hasil Pengerjaan
Gambar 4.11 Jawaban KR2 Soal Pertama
120
Berdasarkan hasil kerja tes kemampuan membuat model soal
pertama untuk subjek KR2, diperoleh bahwa:
Subjek KR2 tidak mampu menyelesaikan masalah pada
konteks soal cerita. subjek tidak bisa membuat model matematika
dari soal tersebut. Subjek KR2 tampak hanya mampu memahami
soal yang ditunjukkan dengan kemampuan subjek mengkontruksi
gambar dan mengidentifikasi masalah. Untuk tahap mengkontruksi
gambar, terlihat bahwa subjek bisa menunjukkannya dengan benar
sesuai dengan permasalahan soal cerita. sedangkan untuk tahap
mengidentifikasi masalah, subjek terlihat hanya mampu
menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak memahami dengan
baik apa yang dicari, ia hanya menuliskan pada hal yang cari
adalah tinggi menara. Sehingga dalam hal ini kurang mampu
mengidentifikasi masalah.
b) Hasil Wawancara
Tabel 4.11 Hasil wawancara KR2 soal pertama
Kode P/J Wawancara
P21-01 P Apa yang dipahami dari soal nomor satu?
KR21-01 J Sudut elevasi 60 derajat. Jarak horizontal dari titik ke menara 8 meter.
P21-02 P Apa yang dicari?
KR21-02 J Tinggi menara, penyelesaiannya tidak ku tauki hehe
P21-03 P Jadi ini yang dicari ko pahamiji?apa yang disuruh cari
121
KR21-03 J Penyelesaian untuk mengetahui tinggi menara
P21-04 P Satuji yang ditanyakan?
KR21-04 J Iye kak
P21-05 P Coba baca ulang nomor satu
KR21-05 J (membaca soal)
P21-06 P Satuji tanyakan?
KR21-06 J Dua
P21-07 P Tauji ini maksudnya bentuk matematis?
KR21-07 J Tidak kak
P21-08 P Kenapa nu gambarki?
KR21-08 J Ituji kutau caranya
Berdasarkan hasil wawancara subjek KR2 di atas diperoleh
hasil bahwa subjek benar-benar tidak mampu menyelesaikan soal
cerita, (KR21-02). Subjek hanya mampu menjelaskan hal-hal
diketahui namun tidak bisa memahami apa yang harus dicari.
Subjek hanya memahami yang dicari adalah tinggi menara, (KR21-
03). Kemudian, subjek hanya mampu mengkontruksi gambar dari
konteks soal cerita, (KR21-08).
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 1, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan yang sama pada kedua metode pengambilan data.
Siswa belum mampu menyelesaikan soal. Siswa hanya
mengidentifikasi masalah namun tidak memahami dengan lengkap
122
apa yang dicari, mampu mengkonstruksi gambar namun tidak dapat
menyelesaikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KR2 tidak mampu membuat model matematika
pada soal nomor 1. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat
model yang dilakukan subjek kurang tepat. Subjek kurang mampu
mengidentifikasi masalah karena tidak memahami dengan baik
persoalan model matematika. kemudian, subjek mampu
mengkontruksi gambar yang sesuai konteks cerita namun belum
mampu menggunakan variabel sehingga subjek tidak bisa membuat
model matematikanya.
2) Pada tes kemampuan membuat model matematika soal kedua
Soal 2
Lulu berjalan lurus di jalan yang datar ke arah gedung. Dari lokasi A,
ujung gedung itu terlihat dengan sudut elevasi 30⁰. Kemudian Lulu
berjalan lurus lagi sejauh 20 meter ke lokasi B. Dari lokasi B gedung
terlihat dengan sudut elevasi 60⁰. Jika tinggi Lulu adalah 1,6 meter.
Nyatakan tinggi gedung tersebut dengan formulasi model matematika
dan selesaikanlah modelnya!
a) Hasil Pengerjaan
123
Gambar 4.12 Jawaban KR2 Soal Kedua
Berdasarkan hasil kerja subjek KR2 tes kemampuan
membuat model matematika soal kedua diatas, diperoleh bahwa:
Sesuai dengan paparan data hasil kerja subjek KR2 soal
pertama, subjek melakukan hal yang sama untuk soal kedua.
Subjek hanya mampu menyebutkan informasi pada soal yaitu hal
diketahui tapi untuk hal ditanyakannya kurang lengkap. Sehingga
subjek kurang mampu mengidentifikasi masalah. kemudian, subjek
juga tidak mampu mengkontruksi gambar dengan benar. subjek
tidak menuliskan semua informasi pada gambar dan tampak bahwa
tidak mampu menyatakan sebuah variabel.
b) Hasil Wawancara
Tabel 4.12 Hasil wawancara KR2 soal kedua
Kode P/J Wawancara
P22-09 P Lanjutmi nomor dua
KR22-09 J Yang diketahui itu sudut elevasi lokasi A 30
124
derajat. Tinggi lulu juga diketahui tingginya 1,6 meter. Baru jarak dari ini lokasi A ke B 20 meter kapang.
P22-10 P Terus?
KR22-10 J Terus yang ditanyakan tinggi gedung
P22-11 P Satuji ditanyakan?
KR2-11 J Dua
P22-12 P Kenapa nda ko tuliski?
KR2-12 J Karena tidak ku tauki apa maksudnya
P22-13 P Nda ditau penyelesaiannya ini?
KR2-13 J Tidak, ku gambarji saja
Subjek hanya mampu menjelaskan hal-hal diketahui namun
tidak memberikan informasi yang lengkap untuk hal ditanyakan
karena tidak memahami maksud dari model matematika. Subjek
hanya mensketsa gambar dan subjek benar-benar tidak mengetahui
proses penyelesaiannya.
c) Validasi Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui tes tertulis dan
wawancara pada soal nomor 2, diketahui bahwa siswa memiliki
kecenderungan yang sama pada kedua metode pengambilan data.
Subjek tidak mampu menyelesaikan masalah. Subjek kurang
mampu mengidentifikasi masalah. Siswa juga mengkontruksi
125
gambar namun kurang tepat. dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa data tersebut valid.
d) Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes tertulis dan hasil
wawancara, subjek KR2 tidak mampu membuat model matematika
pada soal nomor 2. Hal ini terbukti dari tahap-tahap membuat
model yang dilakukan subjek kurang tepat. Subjek kurang mampu
mengidentifikasi masalah karena tidak memahami dengan baik
persoalan model matematika. kemudian, subjek juga belum mampu
mengkontruksi gambar dengan benar dan belum mampu
menggunakan variabel sehingga subjek benar-benar tidak bisa
membuat model matematikanya.
126
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil paparan data dan analisis data yang telah disajikan, maka
diberikan rangkuman kemampuan tiap subjek penalaran tinggi, subjek penalaran
sedang dan subjek penalaran rendah yang ditunjukkan dalam tabel 4.13 berikut
ini:
Tabel 4.13 Rangkuman Tahap Membuat Model Matematika Tiap Subjek
Tahapmembuat model
matematika
Subjek
KT1 KT2 KS1 KS2 KR1 KR2
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Entri pertama pemodelan: Mengidentifikasi Masalah
√ √ √ √ √ √ √ √ - - - -
Entri kedua pemodelan: menggunakan variabel
√ √ √ √ √ √ √ √ - - - -
Entri ketiga pemodelan: mengkontruksi gambar
√ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ -
Entri keempat pemodelan: menyatakan model matematika
√ √ √ √ - - √ - - - - -
Keterangan:
√ : Subjek mampu melakukan tahap membuat model matematika
- : Subjek tidak mampu melakukan tahap membuat model matematika
127
1. Kemampuan Membuat Model Matematika pada Siswa dengan
Kelompok Penalaran Tinggi
a. Mengidentifikasi masalah pada konteks/situasi dunia nyata/soal
cerita
Subjek KT1 dapat mengidentifikasi masalah dengan baik. Subjek
KT1 mampu menyebutkan hal-hal diketahui dan hal ditanyakan
berdasarkan konteks soal cerita dengan lengkap dan benar. Demikian
juga dengan subjek KT2 yang mampu mengidentifikasi masalah dengan
baik dan benar. Pada langkah ini, kedua subjek memiliki kecenderungan
tidak mengalami kesulitan dalam menentukan syarat yang diperlukan
untuk membuat model matematika atau menyelesaikan permasalahan.
Kedua subjek mampu mengidentifikasi masalah, dalam hal ini dikatakan
juga mampu memahami masalah.
b. Menggunakan variabel untuk menyatakan apa yang dicari atau
ditanyakan
Dalam menggunakan variabel, subjek KT1 dapat menyatakan
variabel dengan baik. Subjek KT1 dapat menjelaskan tujuan penggunaan
variabel dan dapat menjelaskan hubungan antara yang diketahui dan
yang ditanyakan secara tepat terhadap pemakaian variabel. Variabel yang
digunakan merupakan variabel untuk menyatakan apa yang dicari pada
soal cerita. begitu juga subjek KT2 mampu menggunakan sebuah
128
variabel dengan tepat. kedua subjek menggunakan unsur variabel untuk
memudahkan memperoleh model matematika dan solusinya.
c. Mengkontruksi gambar
Pada langkah ini, kedua subjek mampu melaksanakanya dengan
benar dan tepat. siswa melakukan proses mensketsa gambar sesuai
dengan konteks cerita untuk memudahkan menentukan hubungan yang
ada antara unsur-unsur dan variabel yang diketahui sehingga kedua
subjek mampu membuat model matematika dan menyusun penyelesaian
modelnya.
d. Menyatakan model matematika
Pada tahap ini, kedua subjek telah mampu menunjukkan model
matematika dengan benar setelah melewati tahap mengidentifikasi,
menggunakan variabel dan mengkontruksi gambar. Kedua subjek
mampu membuat model matematika dari kedua soal yang ada.
2. Kemampuan Membuat Model Matematika pada Siswa dengan
Kelompok Penalaran Sedang
a. Mengidentifikasi masalah pada konteks/situasi dunia nyata/soal
cerita
Subjek KS1 dapat mengidentifikasi masalah dengan benar yaitu
mampu menuliskan dan menjelaskan hal-hal diketahui dan hal
ditanyakan berdasarkan konteks soal cerita dengan lengkap dan benar.
Demikian juga dengan subjek KS2 yang mampu mengidentifikasi
129
masalah dengan baik dan benar. Pada langkah ini, kedua subjek memiliki
kecenderungan tidak mengalami kesulitan dalam menentukan syarat
yang diperlukan untuk membuat model matematika atau menyelesaikan
permasalahan. Kedua subjek mampu mengidentifikasi masalah, dalam
hal ini dikatakan juga mampu memahami masalah.
b. Menggunakan variabel untuk menyatakan apa yang dicari atau
ditanyakan
Dalam menggunakan variabel, subjek KS1 dapat menyatakan
variabel dengan baik dan benar. Subjek KS1 dapat menjelaskan tujuan
penggunaan variabel dan dapat menjelaskan bahwa variabel yang
digunakan untuk menyatakan apa yang dicari sehingga akan diperoleh
hubungan yang lebih sederhana. Begitu juga subjek KS2 mampu
menggunakan sebuah variabel dengan tepat. kedua subjek menggunakan
unsur variabel untuk memudahkan memperoleh model matematika dan
solusinya.
c. Mengkontruksi gambar
Pada langkah ini, kedua subjek mampu melaksanakanya dengan
benar dan tepat. siswa melakukan proses mensketsa gambar sesuai
dengan konteks cerita untuk memudahkan menentukan hubungan yang
ada antara unsur-unsur dan variabel yang diketahui sehingga kedua
subjek mampu membuat model matematika dan menyusun penyelesaian
modelnya.
d. Menyatakan model matematika
130
Pada tahap ini, subjek KS1 tidak mampu menunjukkan model
matematika pada soal pertama dengan benar sedangkan subjek KS2
mampu memperoleh model matematikanya dengan benar dan
menyelesaikannya dengan memperoleh solusi yang benar. Sedangkan,
pada soal kedua, subjek KS1 juga tidak dapat menyatakan model
matematika dari permasalahan tersebut dikarenakan masalah soal cerita
yang lebih rumit dari soal pertama. Sementara itu, subjek KS2 juga
belum mampu menunjukkan model matematikanya dengan tepat dan
tidak mampu menyelesaikan untuk mencari solusi dari permasalahan.
Kedua subjek tidak mampu memperoleh model matematika berdasarkan
gambar dan variabel yang digunakan.
3. Kemampuan Membuat Model Matematika pada Siswa dengan
Kelompok Penalaran Rendah
a. Mengidentifikasi masalah pada konteks/situasi dunia nyata/soal
cerita
Subjek KR1 tidak mampu mengidentifikasi masalah dengan benar.
Subjek KR1 tidak mampu memberikan informasi yang lengkap apa yang
dicari. Hal ini disebabkan karena siswa tidak paham tentang model
matematika Demikian juga dengan subjek KR2 tidak mampu
mengidentifikasi masalah dengan baik dan benar. Pada langkah ini,
kedua subjek memiliki kecenderungan mengalami kesulitan dalam
menerjemahkan maksud formulasi model matematika yang menyatakan
131
tinggi menara/gedung. Kedua subjek tidak mampu mengidentifikasi
masalah, dalam hal ini dikatakan juga tidak memahami masalah dengan
baik.
b. Menggunakan variabel untuk menyatakan apa yang dicari atau
ditanyakan
Dalam menggunakan variabel, subjek KR1 tidak dapat menyatakan
variabel. Begitupun untuk subjek KR2 juga tidak menyatakan variabel.
Kedua subjek hanya menggunakan gambar dan tidak menambahkan
informasi apapun tentang penggunaan variabel.
c. Mengkontruksi gambar
Pada langkah ini, kedua subjek mampu melaksanakanya dengan
baik. Tahap ini dilakukan setelah kedua subjek mengidentifikasi
masalah. Namun, pada soal kedua, kedua subjek tidak mampu
mengkontruksi gambar yang jelas dan benar.
d. Menyatakan model matematika
Pada langkah menyatakan model matematika, kedua subjek tidak
mampu melaksanakannya dengan benar dan tepat. hal tersebut
dikarenakan dari awal pemahaman masalah sampai pada perencanaan
membuat model siswa tidak melaksanakannya dengan benar. Kedua
subjek tidak mampu menerapkan hubungan atau rumus yang digunakan
setelah melihat atau memperoleh gambar. Keduanya memiliki kesulitan
dalam menyusun dan membuat model.
132
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa yang memiliki penalaran matematis tinggi dalam membuat
model matematika adalah (a) mampu mengidentifikasi masalah dengan
menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan baik dan benar; (b)
mampu menggunakan variabel untuk menyatakan apa yang dicari dengan tepat;
(c) mampu mengkontruksi gambar yang baik dan jelas sesuai dengan konteks
soal cerita; (d) mampu menyatakan model matematika dengan benar, sehingga
siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis tinggi mampu membuat
model matematika pada soal cerita materi perbandingan Trigonometri karena
memenuhi semua tahap membuat model matematika.
2. Kemampuan siswa yang memiliki penalaran sedang dalam membuat model
matematika adalah (a) mampu menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan,
dalam hal ini mampu mengidentifikasi masalah; (b) mampu menggunakan
variabel apa yang dicari dengan benar; (c) mampu memahami masalah yang
ditunjukkan dengan mengkontruksi gambar yang tepat; (d) namun pada entri
menyatakan model matematika, subjek pertama pada soal pertama kurang
mampu menyatakan model matematika dengan benar sedangkan subjek kedua
133
mampu menyatakannya dengan benar. Pada soal kedua, kedua subjek kurang
mampu menyatakan model matematika. sehingga siswa dengan kemampuan
penalaran sedang kurang mampu membuat model matematika materi
perbandingan Trigonometri karena tidak memenuhi dengan baik entri keempat
membuat model matematika.
3. Kemampuan siswa yang memiliki penalaran rendah dalam membuat model
matematika adalah (a) hanya mampu menentukan apa yang diketahui dan tidak
memahami dengan baik apa yang ditanyakan sehingga dalam hal ini kurang
mampu dalam mengidentifikasi masalah (b) tidak mampu menggunakan variabel.
(c) pada soal pertama, mampu mengkontruksi gambar dengan benar namun pada
soal kedua, tidak mampu mengkontruksi gambar dengan benar (d) tidak mampu
menyatakan model matematika sehingga siswa dengan kemampuan penalaran
rendah tidak mampu membuat model matematika pada soal cerita materi
perbandingan Trigonometri karena tidak mampu memenuhi dengan baik semua
tahap-tahap membuat model matematika.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Keterbatasan pada lingkup soal, dimana siswa secara langsung mampu
mengidentifikasi permasalahan yaitu menentukan apa yang diketahui dan
ditanyakan sehingga kemampuan mengidentifikasi masalahnya tidak dapat
diukur. Hal ini disebabkan karena soal yang diberikan sangat jelas.
134
2. Keterbatasan berkaitan dengan tahapan dalam membuat model matematika
yang masih perlu menjadi bahan pertimbangan untuk dianalisis lebih lanjut.
Sebab kemungkinan tahap mengkontruksi gambar dilakukan terlebih dahulu
sebelum menggunakan variabel.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam meningkatkan kemampuan membuat model matematika dan
menyelesaikan soal-soal non rutin, diharapkan guru tidak hanya
memperhatikan siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi, walaupun
secara substansi siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi sudah
dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan.
2. Diharapkan guru mengedukasi langkah-langkah membuat model matematika
kepada siswa sebagai bekal dalam menyelesaikan soal cerita.
3. Bagi siswa agar dapat melatih kemampuannya membuat dan menyusun model
matematika pada soal-soal cerita sebagai salah satu tahap dalam
menyelesaikan permasalahan.
4. Bagi penelitian lain hendaknya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam
pemodelan matematika agar diperoleh informasi yang akurat guna
memperluas hasil penelitian ini.
5. Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, diharapkan bagi mahasiswa calon
peneliti untuk membuat soal cerita dengan menggunakan lebih dari satu
variabel yang ditanyakan agar memperluas hasil penemuan tentang
kemampuan siswa membuat model matematika.
135