andrianifadly.files.wordpress.com · web viewselain itu, strategi pembelajaran oleh guru juga harus...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS PADA SISWA SMA YANG MENGALAMI
KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
Review Jurnal Internasional
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penelitian Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutama, M.Pd
Oleh:
Fitria Andriani A 410 080 082
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulilah senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
yang telah memberikan segala limpahan nikmat Islam, Iman, maupun kesehatan
yang tiada kiranya. Shalawat serta salam senantiasa penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai penerang jalan dari jaman
jahilliyah hingga era modern saat ini dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di
Yaumul Akhir nanti. Amin.
Review ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Penelitian
Pendidikan Matematika. Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan review
ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan
review ini. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sutama, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian
Pendidikan Matematika
2. Ibu dan ayah tercinta untuk setiap tetesan keringat dan curahan perhatian dan
pengorbanan serta lantunan doa yang teruntai dalam setiap sholat yang telah
mengukir cita dan cinta dihatiku.
3. Adik dan para sahabatku atas dukungan, bantuan dan kebersamaannya selama
ini, sehingga kami dapat merasakan indahnya arti sebuah persahabatan.
Terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada kami, semoga mendapatkan
balasan dari Allah SWT sebagai amalan yang diperhitungkan dan mendapat
imbalan yang jauh berharga. Akhirnya kami berharap agar saran dan kritik yang
bersifat membangun, disampaikan kepada kami demi perbaikan review ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, April 2011
ii
Reviewer
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFAR ISI..............................................................................................................
.................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................. 4
A. Hakekat Strategi Pembelajaran.................................................. 4
B. Hakekat Blajar Matematika ....................................................... 5
C. Hakekat Kesulitan Belajar.......................................................... 6
BAB III ISI.................................................................................................... 8
A. Faktor Penyebab Kesulitan Belaja............................................ 8
B. Motivasi Siswa ......................................................................... 8
C. Sikap Tertutup Siswa................................................................ 9
D. Metode membantu siswa dalam kesulitan belajar.................... 9
E. Metode...................................................................................... 9
1. Kasus Satu
10
2. Kasus Dua
11
F. Strategi Belajar Yang Relevan………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................
13
A. Faktor penyebab Kesulitan Belajar...........................................
13
iii
12
B. Strategi Pembelajaran Yang Relevan........................................
18
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN................................
21
A. Kesimpulan 21
B. Implikasi ..........................................................................
C. Saran............................................................................... .......
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
LAMPIRAN………………………………………………………………………..
iv
21
22
23
24
BAB IPNDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menuntut perkembangan dunia pendidikan pula. Melalui pendidikan
seseorang akan mendapatkan berbagai macam ilmu baik ilmu pengetahuan
maupun ilmu teknologi. Tanpa sebuah pendidikan seseorang tidak akan
pernah tahu tentang perkembangan dunia luar bahkan tidak bisa bersaing di
dunia luar. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti halnya bahwa ilmu tidak akan pernah habis digunakan
akan tetapi akan semakin berkembang jika digunakan.
Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1), dimana tiap-tiap warga
negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Pengajaran bagi setiap warga
negara pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa secara maksimal, sehingga dengan kemampuannya siswa
akan dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelak akan berguna bagi dirinya
sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban memberikan
kesempatan belajar seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dan sesuai pula
dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sistem pendidikan di Indonesia,
selama masih menggunakan strategi penyelenggaraan pendidikan yang
bersifat klasikal-massal, yaitu memberikan perlakuan yang standar (rata-rata)
kepada semua siswa padahal setiap siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda. Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, akan selalu
tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sebaliknya siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, karena memiliki
kecepatan belajar diatas kecepatan belajar siswa lainnya, akan merasa jenuh
sehingga sering berprestasi dibawah potensinya.
1
Berdasarkan adanya perbedaan individual tersebut, tidak semua siswa
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dalam waktu yang sama.
Terhadap siswa yang dinilai belum berhasil mencapai tujuan, guru
bertanggungjawab membantu memberikan bantuan kepada siswa, baik
berupa perlakuan pengajaran maupun cara-cara mencerna bahan pengajaran
serta bimbingan dalam menghadapi kesulitan.
Kesulitan belajar atau kegagalan dalam belajar dapat disebabkan oleh
faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri individu siswa sendiri, baik yang bersifat
biologis maupun psikologis. Faktor ekternal yaitu faktor yang berasal dari
luar individu siswa, antara lain berupa lingkungan alam fisis dan lingkungan
sosial, untuk menjatuhkan vonis berhasil tidaknya suatu pengajaran atau
besar kecilnya ilmu yang diserap oleh siswa, selain kita harus melihat faktor-
faktor lainnya sebagai penyebab, kita juga harus memperhatikan benar
tidaknya, valid atau tidaknya, reliabel tidaknya alat ukur yang kita
pergunakan. Dengan melihat hasil evaluasi siswa dapat menjatuhkan vonis
apakah pengajaran tersebut berhasil atau tidak berhasil.
Kesulitan-kesulitan tersebut harus segera mendapatkan penyelesaian
secara tuntas. Penyelesaian ditempuh dengan menganalisis akar
permasalahan yang menjadi penyebab kesulitan belajar secara terstruktural
dan sistematis sehingga diharapkan siswa bisa menyelesaikan belajarnya
secara tuntas atau meminimalkan kesulitan yang dialaminya.
Selain itu, strategi pembelajaran oleh guru juga harus diperbaiki.
Pembelajaran yang menarik, inovatif, dan kreatif sangat menetukan berhasil
tidaknya siswa dalam mengerjakan soal-soal ujian. Guru dapat
mempraktekkan model-model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa
yang tidak hanya menjadikan murid sebagai obyek melainkan subjek
pembelajaran. Salah satu contoh guru dapat mempraktekkan cooperative
learning di ruang-ruang kelas.
2
B. Rumusan Masalah
Brdasarkan latar belakang dimuka maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika
yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran Matematika?
2. Bagaimana strategi pembelajaran yang relevan diterapkan untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai
adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
matematika yang dialami oleh siswa.
2. Memaparka strategi pembelajaran yang relevan untuk mengatasi
kesulitan belajar matematika
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi pda peningkatan kualitas pendidikan. Utamanya
pada pemahan siswa dalam pem belajaran melalui metode
pembelajaran yang tepat.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam pnelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan bagi guru bahwa hasil penelitian ini
merupakan informasi yang dapat digunakan untuk keperluan
pembinaan pendidikan dan pengajaran terhadap anak didiknya.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Strategi pembelajaran
Wina Sanjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan sisiwa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.Strategi pmbelejaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplmentasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain strategi merupakan “ a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something”.
Menurut Akhmad Sudrajat (2008) dengan mengutip pemikiran J. R
David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree
dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Menurut Siti Purwati (2010) ada empat strategi dasar dalam belajar
mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
2. Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup masyarakat.
4
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman
oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar
yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan
system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
B. Hakekat Belajar Matematika
Nana Sudjana (2003: 28) belajar bukanlah menghafal dan bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan
kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimanya dan lain-lain aspek yang
ada pada individu.
Oleh sebab itu belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi
yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada
tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses
melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang
belajar, maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Inilah hakikat belajar sebagai inti proses pengajaran.
Slameto (2003: 54-71) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar menjadi dua golongan yakni faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor intern meliputi:
a) Faktor jasmaniah: kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan
5
2) Faktor ekstern meliputi:
a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, diskusi sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul dan bentuk kehidupan bermasyarakat.
C. Hakekat Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi
yang rendah (kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-
faktor noninteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu
menjamin keberhasilan belajar.
Warkitri dkk mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala
yang nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah
dibanding dengan prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar
itu merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh
adanya hambatan- hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
Berhubungan dengan pelajaran matematika, siswa yang mengalami
kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut:
1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar.
Siswa belum sampai keproses abstraksi dan masih dalam dunia
konkret. Dia belum sampai kepemahaman yang hanya tahu contoh-
contoh, tetapi tidak dapat mendeskripsikannya.
2. Siswa tidak mengerti arti lambang- lambang.
6
Siswa hanya menuliskan/ mengucapkan tanpa dapat
menggunakannya. Akibatnya, semua kalimat matematika menjadi
tidak berarti baginya.
3. Siswa tidak dapat memahami asal- usul suatu prinsip
Siswa tahu apa rumusnya dan menggunakannya, tetapi tidak
mengetahui dimana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan.
4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur.
Ketidaksamaan menggunakan operasi dan prosedur terdahulu
berpengaruh kepada pemahaman prosedur lainnya.
5. Ketidaklengkapan pengetahuan
Ketidaklengkapan pengetahuan akan menghambat kemampuan
siswa untuk memecahkan masalah matematika, sementara itu
pelajaran terus berlanjut secara berjenjang ( M.Sholeh, 1998).
Menurut Muhibbin Syah faktor- faktor anak didik meliputi
gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yaitu sebagai
berikut:
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/inteligensi anak didik.
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi
dan sikap.
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat- alat indera penglihatan dan pendengaran (mata
dan telinga).
Sedangkan faktor- faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
anak didik, sebagai berikut:
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan
antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh
(slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
7
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk, kondisi guru serta alat- alat belajar yang berkualitas
rendah.
BAB III
ISI
A. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Saat ini, banyak penelitian telah dilakukan untuk meneliti kesulitan
belajar siswa (Qian, 1996). Namun, sebagian besar penelitian terfokus pada
diskusi tentang psikologi belajar, yang tidak memiliki hubungan dalam
belajar matematika. Beberapa sarjana menyebutkan bahwa kesulitan belajar
merupakan topik yang signifikan di bidang penelitian (Du, 2003; Tao, 2004),
masih jarang dalam penelitian yang mneliti ksulitan belajar matematika pada
perguruan tinggi. Secara khusus, tidak ada strategi yang efektif untuk
meningkatkan siswa berjuang dalam proses pembelajaran matematika.
Dalam praktek mengajar sehari-hari, ada berbagai faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran matematika termasuk mahasiswa yang
bekerja keras, menerapkan keterampilan pembelajaran yang efektif, dan
berpikir matematis. Namun, banyak alasan yang bisa menyebabkan siswa
mempunyai kesulitan dalam belajar matematika. Misalnya, para pelajar
dengan motivasi yang rendah mungkin gagal dalam belajar matematika. Ada
berbagai jenis kesulitan belajar matematika di sekolah-sekolah tinggi di Cina.
Oleh karena itu, perlu untuk menerapkan strategi yang tepat untuk
meningkatkan pembelajaran.
B. Motivasi Siswa
Menurut Slavin (2003), kurangnya motivasi dalam diri siswa adalah
berkaitan dengan faktor internal yaitu berkaitan dengan kepercayaan diri
siswa. Selain itu juga ada faktor eksternal. Sebagai contoh siswa gagal dalam
belajar matematika karena jarang mendapat bantuan ataua dukungan dalam
proses belajar mereka. Siswa beranggapan kegagalan mereka karena
8
pengetahuan dasar matematika yang rendah dan kurangnya minat dalam
pembelajaran atau kemampuan yang rendah dalam belajar matematika dan
kurangnya kemampuan.
C. Sikap Tertutup Siswa
Beberapa siswa yang memiliki sikap tertutup terhadap metemetika
mereka biasanya tidak belajar keras, tidak mengambil inisiatif, kehilangan
minat, dan selalu mengeluh. Sebagai contoh, mereka mengeluh bahwa
matematika membosankan, matematika materi kurikulum tidak cukup baik,
dan guru tidak mengajar dengan baik.
D. Metode Membantu Siswa Dalam Kesulitan Belajar
Menurut Slavin (2003) ada empat prinsip-prinsip umum untuk
mendukung siswa yang mngalami kegagalan: (1) menekankan hal yang
positif. Siswa memahami kekuatan dan menggunakan untuk mengembangkan
kepercayadirian mereka, (2) Menghilangkan pikiran negative dengan
mengembangkan sebuah rencana untuk meningkatkan pembelajaran; (3)
menghilangkan sesuatu yang baru dan menggunakan penyelenggara atau
petunjuk lanjutan penemuan dan (4) Buat tantangan dimana siswa secara
aktif menciptakan dan memecahkan masalah dengan menggunakan
pengetahuan mereka sendiri dan keterampilan.
Dewan Riset Nasional (2001) menunjukkan prinsip-prinsip untuk
membantu kesulitan belajar siswa dengan: (1) Belajar dengan melibatkan
hubungan pemahaman dan pengetahuan pengorganisasian (2) Belajar
didasarkan pada apa yang anak-anak sudah ketahui, dan (3) sekolah formal
harus mengambil keuntungan dari pengetahuan anak-anak sekolah informal
setiap hari.
E. Metode
Studi ini memilih dua siswa SMA yang mengalami kesulitan belajar
matematika sebagai kunci kasus. Seorang siswa yang kurang memiliki
9
motiwasi untuk belajar matematika dan seorang lain memiliki sikap tertutup
dalam belajar matematika.
1. Kasus Satu (Kurangnya Motivasi Dalam Diri Siswa)
Subjek penelitian adalah Xiao, seorang perempuan pelajar SMA di
sebuah kota yang terltak di utara China. Periode penelitian yaitu
Februari – Agustus 2006. Latar belakang keluarga Xiao adalah kedua
orang tuanya sibuk bekerja dan telah bercerai. Siswa ini kurang
memiiki motivasi atau dukungan dalam dirinya dan memiliki kesulitan
belajar matematika karena kurangnya bantuan dari orang lain.
a. Karakteristik
Xiao memiliki karakter yang tiap waktu hampir tertekan. Dia
selalu belajar dan senang dalam beberapa mata pelajaran kecuali
matematika. Ia telah gagal ujian matematika berkali-kali.
b. Diagnosis
Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti, Xiao
menjawab bahwa dia suka matematika namun belajar matematika
hanya karena kebutuhan dan harus mengambil ujian matematika.
Xiao mengatakan bahwa dia memiliki kemampuan rendah dalam
belajar matematika dan tidak mengingat metode untuk
memecahkan masalah dengan fleksibilitas serta dia selalu
beranggapan bahwa ia tidak sepandai teman-teman sekelasnya.
Xiao merasa gugup ketika ia melihat topik baru dalam matematika,
dia berpikir dia tidak bisa melakukannya, bodoh, dan kehilangan
kepercayaan sepenuhnya.
c. Analisis
Xiao selalu bergantung pada hasil dan mengingat beberapa
metode konkret untuk memecahkan masalah, mengabaikan
pemahaman konsep matematika, dan kurang fokus pada metode
untuk memecahkan masalah. Ia lemah dalam matematika dan
10
mengalami kesulitan apabila menghadapi soal-soal baru dengan
penyelesaian yang berbeda.
Berdasarkan karakter pelajar tertentu dan kurangnya
bantuan penulis berusaha untuk mengembangkan beberapa strategi
untuk mengubah pembelajaran.
1. Pujian pada waktu yang tepat untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa.
2. Membangun kepercayaan dirinya dan menyuruhnya
meningkatkan belajarnya.
3. Mendorong pengembangan kemampuan memecahkan
masalah
4. Meningkatkan ketrampilan dan komunikasi antara siswa
dan guru
5. Merekam strategi pemecahan masalah dalam buku catatan
sehingga dapat meninjau kembali
2. Kasus Dua ( Sikap Tertutup Siswa )
Subjek penelitian adalah Wang, laki-laki, seorang pelajar SMA
disebuah kota di utara China. Periode penelitian Februari – Agustus
2008. Kedua orang tuanya sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk
membantu Wang dalam belajar. Kondisi keuangan keluarga baik. Wang
adalah anak tunggal dalam keluarga.
a. Diagnosis
Berdasarkan hasil wawancara Wang mengatakan bahwa dia
tidak mengerti dalam pembelajaran matematika. Dia mengatakan
bahwa guru matematikanya membosankan, membuat pelajaran
tidak menarik, dan hanya berfokus pada hasil ujian. Wang
mempunyai sikap percaya diri tetapi mempunyai sikap negatif.
b. Analisis
11
Berdasarkan serangkaian hasil tes dan kinerja Wang, maka
dapat dilihat bahwa Wang tidak belajar keras, tidak mengambil
inisiatif, kehilangan minat, dan juga mengeluh bahwa matematika
itu membosankan, guru matematika tidak baik, tetapi tidak pernah
mencari alasan-alasan dari dirinya sendiri. Oleh karena itulah ia
diidentifikasi sebagai pelajar sulit karena faktor eksternal.
Penulis menyarankan kepada ibu Wang agar setelah ujian
matematika ia harus berusaha untuk memuji. Wang tidak akan
mengerti mengapa ia selalu gagal dalam matematika. Ibu Wang
seharusnya tidak menyalahkan Wang, akan tetapi, ia membutuhkan
lebih banyak kesabaran dalam merawat dan membimbing Wang
untuk tahu kelebihan dan kekurangannya.
Penulis juga berkomunikasi dengan Wang sekali sebulan,
membantu Wang mengevaluasi belajar dan menemukan
kekurangan pribadi dalam belajar, selama penelitian. Penulis
menyarankan bahwa Wang harus bekerja sama dengan teman
sekelas untuk membuat rencana baru untuk mencapai keberhasilan
dalam pembelajaran mereka.
F. Strategi Belajar Yang Relevan
Strategi yang lebih efektif untuk kasus satu adalah menumbuhkan
kepercayaan diri siswa dan membimbing siswa untuk menemukan
keterampilan pembelajaran yang efektif dan berfikir positif. Setelah
membiarkan siswa fokus pada pemahaman dan praktek dengan berbagai
metode untuk mencapai kemampuan untuk berpikir secara matematis,
kebiasaan belajar ditingkatkan.
Strategi yang lebih efektif untuk kasus kedua adalah memperbanyak
komunikasi dengan guru untuk membantu siswa menganalisis hasil belajar.
Penulis (Guang Ming Wang,dkk) juga mengawasi proses belajarnya,
mendorong dia untuk belajar keras, dan proses itu lebih penting daripada
hasil akhir berupa nilai ujian, dan membantu dia menemukan lebih banyak
12
alasan pribadi dalam belajar, tidak hanya berkaitan dengan faktor-faktor luar
seperti guru matematika.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan belajar,
bahkan sering terjadi kegagalan. Besar kecilnya tingkat kesulitan belajar
sebagian besar ditentukan oleh strategi belajar mengajar yang diterapkan oleh
guru. Dalam mencapai tujuan pendidikan masih banyak siswa yang
mengalami hambatan dalam belajar, sehingga memperoleh hasil yang kurang
memuaskan yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab kesulitan
belajar.
Secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
terdiri dari dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
siswa yakni hal-hal/keadaan-keadaan yang muncul dari siswa seperti
intelegensi, labilnya emosi, motivasi, sikap, terganggunya alat-alat indera
penglihatan dan pendengaran. Sedangkan faktor ekstern siswa yakni
hal-hal/keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa, seperti lingkungan
keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Untuk kasus pertama yaitu Xiao alasan yang menyebabkan hasil belajar
matematikanya tidak bagus karena dia tidak senang dengan matematika.
Selain itu Xiao selalu bergantung pada hasil dan mengabaikan pemahaman
konsep matematika, serta kurang fokus pada metode untuk memecahkan
masalah. Ia lemah dalam matematika dan mengalami kesulitan apabila
menghadapi soal-soal baru dengan penyelesaian yang berbeda. Setelah
penelitian berakhir, dalam pelajaran matematika selanjutnya dia mampu
berhubungan dengan jelas, mengapa, dan bagaimana ia berpikir. Dia
sekarang suka matematika dan telah belajar bagaimana meningkatkan
13
pembelajaran matematikanya. Penulis terus mendorong dia untuk
menerapkan keterampilan pembelajaran yang efektif.
Untuk kasus yang kedua yaitu Wang berdasarkan serangkaian hasil tes
dapat dilihat bahwa Wang tidak belajar keras, tidak mengambil inisiatif,
kehilangan minat, dan juga mengeluh bahwa matematika itu membosankan,
guru matematika tidak baik, tetapi tidak pernah mencari alasan-alasan dari
sendiri. Oleh karena itulah ia diidentifikasi sebagai pelajar sulit karena faktor
eksternal.
Para ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975) telah
mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut, di
antaranya yakni faktor fisiologis, faktor sosial, faktor kejiwaan, faktor
intelektual, dan faktor kependidikan. Masalah kesulitan belajar ini, tentunya
disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada
anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya harus mengetahui terlebih
dahulu faktor apa yang menjadi penyebab.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya
menjelaskan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar meliputi faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
i. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari anak itu sendiri.
seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami
kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit faktor
fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat
kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat
tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
ii. Faktor Psikologis
14
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan
berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana
kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan,
ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam faktor
psikoogis ini adalah intelegensi, bakat, minat, serta motivasi
2. Faktor Ekstern
i. Faktor-faktor Sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua
mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian
yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup
mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian.
Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah
harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini
tentunya memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar.
ii. Faktor non Sosial
Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah,
kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta
kurikulum.
Membandingkan pendapat para ahli serta kasus yang terjadi antara dua
anak yakni Xiao dan Wang dapat ditarik kesimpulan secara garis besar
bahwasanya faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa mengalami kesulitan
belajar matematika yakni:
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini
berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-
bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling
berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam
15
menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak bekerja sesuai
fungsinya pada bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan
sendirinya siswa akan mengalami kesulitan belajar.
2. Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua
dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan
bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran
orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan
belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat
sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar.
Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan
menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat
dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru,
dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan
kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam
membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di
samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar
menjadi sangat menentukan.
3. Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan
baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya
akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar
motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak menyerah, giat
membaca buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya
16
tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan
pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.
4. Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini
berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan
siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat
kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada
yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki
pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan
bernalar.
5. Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini
berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk
belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, kasus kedua yakni Wang
yang tidak suka mata pelajaran matematika karena ia selalu gagal
mempelajari mata pelajaran itu dan mengerjakan soal-soal ujian
matematika. Karena hal inilah ia mengalami kesulitan belajar yang sangat
berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan
kesulitan belajar.
6. Faktor Kependidikan
Hal ini berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara
umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa
memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya
melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan
siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu
adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan
menyebabkan ketidak berhasilan siswa salah satunya adalah kesulitan
belajar matematika.
17
B. Strategi Pembelajaran Yang Relevan
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Teori,
penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa
peran guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran. Guru perlu
menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan pokok
pemikiran diantaranya yakni pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan
ditemukan oleh siswa, siswa membangun pengetahuan secara aktif, serta
yang paling penting untuk mengurangi kesulitan belajar pada siswa termasuk
dalam pembelajaran matematika adalah guru perlu berusaha mengembangkan
kompetensi dan kemampuan siswa.
Dalam pembelajaran matematika masalah dasar yang sering terjadi
adalah kemampuan siswa sendiri. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
faktor eksternal juga sangat berpengaruh berhasil tidaknya siswa. Siswa
selalu beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan
dan menjadi momok. Akibat begitu besarnya persepsi negatif terhadap
matematika, perlu kiranya kita sebagai guru yang mengajar matematika
melakukan upaya yang dapat membuat proses belajar mengajar bermakna
dan menyenangkan agar ketakutan fobia matematika siswa dapat berkurang.
Berikut ini adalah beberapa pemikiran untuk mengurangi ketakutan atau
persepsi negatif terhadap matematika:
1. Buatlah pembelajaran matematika yang berorientasi dunia sekeliling
(Realistic Matematic Education).
RME yaitu dengan mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar,
pengalaman real yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-
hari serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Dengan
pendekatan RME siswa tidak hanya dibawa ke dunia nyata (real world)
tetapi berhubungan dengan masalah situasi nyata yang ada dalam
pikiran siswa
18
2. Berikan kebebasan bergerak siswa dengan out door mathematics.
Pembelajaran selama ini selalu dilaksanakan di ruang kelas,
dimana siswa kurang bebas bergerak, untuk itu perlu dicoba strategi
pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan
sekitar sekolah secara langsung, sekaligus menggunakannya sebagai
sumber belajar.
3. Tuntaskanlah dalam mengajar.
Guru harus memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar
sebelum ke materi selanjutnya karena hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi miskonsepsi yang akan membelenggu siswa dalam belajar
matematika
4. Belajar sambil bermain.
Sebagian besar siswa, belajar matematika merupakan beban berat
dan membosankan. Oleh karena itulah siswa kurang serius dan
termotivasi, cepat bosan, dan lelah. Adapun beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal diatas dengan melakukan inovasi
pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain;
memberikan kuis atau teka-teki yang harus ditebak baik secara
berkelompok ataupun individu, membuat puisi matematika dan
mendeklamasikannya di depan kelas secara bergantian, memberikan
permainan kelas suatu bilangan dan sebagainya tergantung kreativitas
guru.
5. Sinergisitas hubungan guru, siswa, dan orangtua.
Diakui atau tidak, banyak orang tua sekarang kurang
memperhatikan perkembangan dan kesulitan belajar anak disekolah.
Orang tua tidak mau tahu perkembangan belajar anak-anaknya, yang
penting nilainya bagus. Keinginan orang tua seperti itu sebenarnya di
sadari atau tidak telah memperberat siswa dalam belajar.
Helex Wirawan (2009) dalam artikelnaya menyebutkan bahwa
kesulitan belajar siswa dapat diminimalisasi melalui dua pendekatan:
19
1. Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang
intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu
tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan
teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada
pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda,
sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama.
Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran
agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami
problem dyscalculia tersebut.
2. Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica
diberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan problem
dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk menghitung. Hal
ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidka memiliki
masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada
menghitung angka-angka tersebut.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesulitan Belajar Siswa
Berdasarkan studi kasus dan hasil kajian pustaka maka dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar
siswa dalam pembelajaran matematika. Faktor-faktor tersebut bisa dari
dalam diri siswa atau faktor intern dan faktor dari luar atau faktor
ekstern. Kedua faktor ini sangat terkait dalam yang menjadi penyebab
kesulitan belajar matematika siswa. Oleh karena itulah untuk
megetahui apakah siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak perlu
diketahui dulu apa penyebab siswa mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan untuk mengetahui ini disebut dengan diagnosa. Hal ini sangat
penting agar dapat diketahui secara tepat bagaimana penanganannya.
2. Strategi Pembelajaran Yang Relevan
Strategi untuk mengatasi kesulitan belajar matematika pada
siswa yaitu dapat dengan cara guru mengubah cara pengajaran yang
kurang baik. Matematika merupakan pelajaran yang sangat kompleks,
maka peran dari guru serta orang tua sangat diperlukan untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika pada siswa. Selain itu hal yang
paling penting yakni kemauan dari dalam diri siswa untuk bisa
berubah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk menghilangkan
kesulitan belajar matematika siswa. Kepercayaan diri merupakan hal
yang sangat penting dalam mempelajari matematika. Oleh karena
itulah peran guru dan orang tua sangat penting dalam membangun
kepercayaan diri siswa.
21
B. Implikasi
Kesimpulan butir pertama memberikan implikasi bahwa kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa harus mendapatkan perhatian khusus
sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya. Sehingga ketika factor-faktor
data diatasi maka kemampuan siswa dalam belajar matematika akan
meningkat.
Kesimpulan butir kedua memberikan implikasi bahwa strategi
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa maka
sebagai seorang pendidik harus bisa mendistribusi materi pelajaran dengan
cara yang menyenangkan. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman
siswa dan mengurangi kesulitan siswa dalam menerima pelajaran.
C. Saran
1. Terhadap Guru Matematika
a. Kepada guru matematika hendaknya menggunakan metode
pembelajaran yang menyenangkan, sehingga trbentuk suasana
kelas yang menyenangkan
b. Guru hendaknya mengadakan pendekatan secara baik terhadap
siswa dan paham dengan masing-masing siswa dari tingkat
kemauan siswa untuk mengerjakan soal, perasaan senang dalam
mempelajari matematika dan keseriusan siswa dalam belajar
matematika.
c. Guru matematika hendaknya selalu memberikan motivasi pada saat
pembelajaran. Hal itu dapat mmunculkan minat belajar siswa.
2. Terhadap Siswa
a. Siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik, saling membantu
sesame teman yang kesulitan belajar.
b. Siswa hendaknya lebih membekali diri dengan rasa percaya diri
yang tinggi agar mudah meraih hasil belajar yang maksimal
3. Terhadap Reviewer Selanjutnya
22
Reviewer selanjutnya diharapkan dapat mlekukan penelitian
serupa yang berhubungan dengan kesulitan belajar siswa yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
M. Sholeh. 1998. Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Purwati, Siti. 2010. Pengertian Strategi Pembelajaran. file:///I:/berita-124-pengertian-strategi-pembelajaran.html. Diakses 12 April 2011. Pukul 21.00 WIB.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudrajat, Akhmad.2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. http://www.psb-psma.org/content/ blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran. Diakses 12 April 2011. Pukul 21.35 WIB
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wirawan, Helex. 2009. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. http://www.iapw.info/home/index.php?option=com_content&view=section&id=3&Itemid=45. Diakses 16 April 2011. Pukul 12.00 WIB
23