001. paper manajemen pendapatan

Upload: vandj86

Post on 13-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MANAJEMEN PENDAPATAN PAJAKA. Definisi dan Klasifikasi Pendapatan Perpajakan1. Definisi PajakSesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor pajak.Definisi pajakdikemukakan olehRemsky K. Judisseno (1997:5)adalah sebagai berikut:Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara.Dari definisi pajak tersebut di atas jelas bahwa pajak merupakan kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara dalam upaya pembiayaan pembangunan nasional kewajiban perpajakan setiap warga negara diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-peraturan pemerintah.Sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku pada saat ini menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang telah menetap di Indonesia selama 183 hari secara berturut-turut dan memperolah penghasilan dari kegiatan usahanya wajib untuk melakukan kegiatan perpajakannya sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dengan adanya system self-assessment yang diterapkan oleh pemerintah dalam bidang perpajakan, berarti kewajiban perpajakan setiap wajib pajak, dihitung, diperhitungkan, dibayar, dan dilaporkan sendiri oleh wajib pajak ke pemerintah dalam hal ini kantor pelayanan pajak dimana wajib pajak terdaftar atau berdomisili.Dalam bukunya,Mardiasmo (2002:1)mengemukakan pengertian pajak sebagai berikut:Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.2. Klasifikasi Pendapatan PerpajakanPada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:a. Menurut Golongannya Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.Contoh: Pajak Pertambahan nilai.b. Menurut Sifatnya Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.Contoh: Pajak Penghasilan. Pajak Objektif,yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah.c. Menurut Lembaga Pemungutnya Pajak Pusat,yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor,pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan.Asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Pudyatmoko (2000:4) bahwa pungutan pajak didasarkan pada :a. Equality, adalah pungutan pajak yang adil dan merata.b. Certainty, adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenang-wewenang.c. Conveinance, adalah pembayaran pajak sebaiknya sesuai dengan saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.d. Economy, biaya pungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak ditetapkan seminimum mungkin.B. Forecasting 1. Definisi ForecastingPenggunaan berbagai model peramalan akan memberikan nilai ramalan yang berbeda dan derajat dari galat ramalan (forecast error)yang berbeda pula. Seni dalam melakukan peramalan adalah memilih model peramalan terbaik yang mampu mengidentifikasi dan menanggapi pola aktivitas historis dari data.

2. Metode Peramalan (Forecasting)Penggunaan berbagai model peramalan akan memberikan nilai ramalan yang berbeda dan derajat dari galat ramalan (forecast error)yang berbeda pula. Seni dalam melakukan peramalan adalah memilih model peramalan terbaik yang mampu mengidentifikasi dan menanggapi pola aktivitas historis dari data.Model-model peramalan dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok utama, yaitu :a. Metode kualitatif untuk peramalan terhadap produk baru, pasar baru, proses baru, perubahan sosial dari masyarakat, perubahan teknologi, atau penyesuaian terhadap ramalan-ramalan berdasarkan metode kuantitatif.b. Metode kuantitatif1) Intrinsic/ deret waktu (Time Series model) Weight Moving Averages(WMA)Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan di masa yang akan datang. metode rata-rata bergerak akan efektif diterapkan apabila permintaan pasar terhadap produk diasumsikan stabil sepanjang waktu. Metode rata-rata bergerak terdapat dua jenis, rata-rata bergerak tidak berbobot (Unweight Moving Averages) dan rata-rata bobot bergerak (Weight Moving Averages). Model rata-rata bobot bergerak lebih responsif terhadap perubahan karena data dari periode yang baru biasanya diberi bobot lebih besar. Rumus rata-rata bobot bergerak yaitu sebagai berikut.

Single Exponential Smoothing(SES)Pola data yang tidak stabil atau perubahannya besar dan bergejolak umumnya menggunakan model pemulusan eksponensial (Exponential Smoothing Models). MetodeSingle Exponential Smoothinglebih cocok digunakan untuk meramalkan hal-hal yang fluktuasinya secara acak (tidak teratur). Peramalan menggunakan model pemulusan eksponensial rumusnya adalah sebagai berikut.

Permasalahan umum yang dihadapi apabila menggunakan model pemulusan eksponensial adalah memilih konstanta pemulusan () yang diperirakan tepat. Nilai konstanta pemulusan dipilih di antara 0 dan 1 karena berlaku 0 < < 1. Apabila pola historis dari data aktual permintaan sangat bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu, nilai yang dipilih adalah yang mendekati 1. Pola historis dari data aktual permintaan tidak berfluktuasi atau relatif stabil dari waktu ke waktu, yang dipilih adalah yang nilainya mendekati nol (Gaspersz, 1998). Regresi LinierModel analisis Regresi Linier adalah suatu metode populer untuk berbagai macam permasalahan. Menurut Harding (1974) dua variabel yang digunakan, variabel x dan variabel y, diasumsikan memiliki kaitan satu sama lain dan bersifat linier. Rumus perhitungan Regresi Linier yaitu sebagai berikut.

Keterangan:Y = hasil peramalann = periodea = perpotongan dengan sumbu tegakb = menyatakanslopeatau kemiringan garis regresi2) Ekstrinsik/model kausal, dan yang umum digunakan adalah model regresi (Regression Causal model) (Gaspersz, 1998).3. Ukuran Akurasi PeramalanModel-model peramalan yang dilakukan kemudian divalidasi menggunakan sejumlah indikator. Indikator-indikator yang umum digunakan adalah rata-rata penyimpangan absolut (Mean Absolute Deviation), rata-rata kuadrat terkecil (Mean Square Error), rata-rata persentase kesalahan absolut (Mean Absolute Percentage Error), validasi peramalan(Tracking Signal), danpengujian kestabilan (Moving Range).a. Mean Absolute Deviation(MAD)Metode untuk mengevaluasi metode peramalan menggunakan jumlah dari kesalahan-kesalahan yang absolut.Mean Absolute Deviation(MAD)mengukur ketepatan ramalan dengan merata-rata kesalahan dugaan (nilai absolut masing-masing kesalahan). MAD berguna ketika mengukur kesalahan ramalan dalam unit yang sama sebagai deret asli. Nilai MAD dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebegai berikut.

b. Mean Square Error(MSE)Mean Squared Error (MSE) adalah metode lain untuk mengevaluasi metode peramalan. Masing-masing kesalahan atau sisa dikuadratkan. Kemudian dijumlahkan dan ditambahkan dengan jumlah observasi. Pendekatan ini mengatur kesalahan peramalan yang besar karena kesalahan-kesalahan itu dikuadratkan. Metode itu menghasilkan kesalahan-kesalahan sedang yang kemungkinan lebih baik untuk kesalahan kecil, tetapi kadang menghasilkan perbedaan yang besar.

c. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)Mean Absolute Percentage Error(MAPE) dihitung dengan menggunakan kesalahan absolut pada tiap periode dibagi dengan nilai observasi yang nyata untuk periode itu. Kemudian, merata-rata kesalahan persentase absolut tersebut. Pendekatan ini berguna ketika ukuran atau besar variabel ramalan itu penting dalam mengevaluasi ketepatan ramalan. MAPE mengindikasi seberapa besar kesalahan dalam meramal yang dibandingkan dengan nilai nyata.

d. Tracking SignalValidasi peramalan dilakukan denganTracking Signal.Tracking Signaladalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu peramalan memperkirakan nilai-nilai aktual. NilaiTracking Signaldapat dihitung dengan menggunakan rumus sebegai berikut.

Tracking signalyang positif menunjukan bahwa nilai aktual permintaan lebih besar daripada ramalan, sedangkantracking signalyang negatif berarti nilai aktual permintaan lebih kecil daripada ramalan.Tracking signaldisebut baik apabila memiliki RSFE yang rendah, dan mempunyaipositive erroryang sama banyak atau seimbang dengannegative error, sehingga pusat daritracking signalmendekati nol.Tracking signalyang telah dihitung dapat dibuat peta kontrol untuk melihat kelayakkan data di dalam batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.e. Moving Range(MR)PetaMoving Rangedirancang untuk membandingkan nilai permintaan aktual dengan nilai peramalan. Data permintaan aktual dibandingkan dengan nilai peramal pada periode yang sama. Peta tersebut dikembangkan ke periode yang akan datang hingga dapat dibandingkan data peramalan dengan permintaan aktual. PetaMoving Rangedigunakan untuk pengujian kestabilan sistem sebab-akibat yang mempengaruhi permintaan. Rumus perhitungan petaMoving Rangeadalah sebagai berikut.

Jika ditemukan satu titik yang berada diluar batas kendali pada saat peramalan diverifikasi maka harus ditentukan apakah data harus diabaikan atau mencari peramal baru. Jika ditemukan sebuah titik berada diluar batas kendali maka harus diselidiki penyebabnya. Penemuan itu mungkin saja membutuhkan penyelidikan yang ekstensif. Jika semua titik berada di dalam batas kendali, diasumsikan bahwa peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi (Gaspersz, 1998).Kegunaan petaMoving Rangeialah untuk melakukan verifikasi hasil peramalanleast squareterdahulu. Jika petaMoving Rangemenunjukkan keadaan diluar kriteria kendali. Hal ini berarti terdapat data yang tidak berasal dari sistem sebab-akibat yang sama dan harus dibuang maka peramalan pun harus diulangi lagi.4. Karakteristik Peramalan Yang Baik Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya,dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut : a. Akurasi. Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan hasil kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut bila terlalu tinggi atau rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. b. Biaya. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banayak data yang dibutuhkan, bagaimana pengolahan datanya ( manual atau komputerisasi), bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. c. Kemudahan Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan teknologi.5. Penerapan Forecasting Dalam Sistem Perpajakan Karena peranan pajak semakin penting, maka penerimaan perpajakan membutuhkan sistem pengelolaan yang semakin baik sehingga penerimaan perpajakan semakin optimal sesuai dengan kondisi ekonomi dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu perlu disusun suatu perencanaan angka target penerimaan perpajakan yang tepat dan optimal dengan menggunakan model proyeksi penerimaan perpajakan yang mampu menghasilkan angka proyeksi yang sesuai dengan kondisi ekonomi yang sedang dan akan terjadi, dan mampu menjelaskan pengaruh kebijakan. Salah satu cara pemerintah untuk memproyeksikan penerimaan pajak bisa engan menggunkan salah satu metode forecasting diatas. Ketepatan dalam pemilihan metode sagan berpengaruh terhadap keakurtan hasil forecasting. Penerapan forecasting perpajakan di Indonesia sebagai berikut :Pada tingkatan Kantor Pelayanan Pajak biasanya sudah memperkirakan pertumbuhan dan target penerimaan pajak untuk tahun berikutnya dengan menggunakan salah satu metode forecasting diatas yang disesuaikan dengan data yang tersedia. Dalam perhitungannya sudah memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi,kenaikan tarif pajak dan lain-lain. Sehingga data yang dihasilkan diharapkan akurat dan sesuai dengan kondisi ekonomi yang akan dating. Dari hasil perkiraan pada KPP nantinya akan dikumpulkan pada tingkat wilayah dan akhirnya pada Direktorat Jnederal Pajak. Hasil kompilasi inilah yang natinya menjadi target penerimaan pajak.C. Kebijakan Optimalisasi Penerimaan Pajak (Ekstensifikasi dan Instensifikasi)Sumber pendapatan utama pemerintah yang paling potensional bersumber dari sektor perpajakan. Oleh karena itu pajak harus dikelola dengan baik dan benar dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan optimalisasi potensi penerimaan pajak. Optimalisasi Penerimaan Pajak dilaksanakan melalui kebijakan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak.1. Ekstensifikasi Penerimaan PajakEkstensifikasi penerimaan pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam admintrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Ektensifikasi penerimaan pajak dilakukan dalam skala makro ataupun mikro.a. Ekstensifikasi dalam Skala MakroEkstensifikasi dalam skala makro, ada dalam tataran kebijakan. Fiskus mengenakan pajak atas subyek ataupun obyek pajak yang semula belum dikenakan pajak. Ini dilakukan sejalan dengan perkembangan potensi ekonomi, baik melalui perkembangan teknologi industri, perdagangan, transportasi, maupun informasi. Dengan pengkajian yang komprehensif, dapatlah ditentukan subyek ataupun obyek pajak baru yang akan menambah penerimaan pajak.b. Ekstensifikasi dalam Skala MikroEkstensifikasi dalam skala mikro, fiskus menambah wajib pajak terdaftar dari hasil mencermati adanya wajib pajak yang memiliki obyek pajak untuk dikenakan pajak, namun belum terdaftar dalam administrasinya. Ekstensifikasi dapat terjadi secara soft, yaitu wajib pajak secara suka rela mendaftarkan diri. Atau dapat juga, berdasarkan data yang dimilikinya fiskus melakukan pengukuhan secara jabatan.2. Intensifikasi Penerimaan PajakIntensifikasi penerimaan pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta sumber pajak yeng telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. Dengan intensifikasi, fiskus mencermati apakah wajib pajak telah melaporkan seluruh obyek pajak yang ada padanya dengan jumlah yang sebenarnya. Titik beratnya adalah masalah teknis pemungutan pajak. Secara umum dilakukan dengan penyuluhan, dengan beragam cara dan melalui berbagai media. Secara khusus untuk wajib pajak tertentu, bisa dalam bentuk himbauan, konseling, penelitian, pemeriksaan dan bahkan penyidikan apabila terdapat indikasi adanya pelanggaran hukum.Sunset Policy yang sedang gencar dikampanyekan oleh Direktorat Jenderal Pajak, adalah kebijakan ekstensifikasi sekaligus intensifikasi. Ekstensifikasi bagi mereka yang belum terdaftar dan intensifikasi bagi yang sudah terdaftar. Dengan fasilitas tidak dikenakannya sanksi administrasi, diharapkan wajib pajak akanmemenuhi kewajiban pajaknya dengan benar. Di masa kini, ekstensifikasi dan intensifikasi akan lebih mengandalkan pada ketersediaan data. Berbagai data telah dihimpun oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk diolah dan dieksekusi.Kebijakan pemerintah dalam mendukung pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak salah satunya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 yang berlaku mulai 27 Pebruari 2012 yang mewajibkan instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain untuk memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan ke Direktorat Jenderal Pajak. Data dan informasi dimaksud adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar Direktorat Jenderal Pajak.Kebijakan ini sangat mendukung pelaksanaan sistemself assessmentsecara murni dan konsisten. Karena dengan data dan informasi yang dihimpun, Direktorat Jenderal Pajak akan memiliki infrastruktur yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara cepat dan akurat terhadap adanya kemungkinan ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pengalaman empirik negara-negara maju yang berhasil menerapkan sistem ini, kepatuhan sukarela (voluntary compliance) adalah kunci utamanya. Dalam self assessment, wajib pajak dipercaya untuk menghitung pajaknya sendiri. Karena wajib pajak sendirilah yang tahu berapa penghasilan yang diterimanya dan hitungan pajak terutang, demikian juga dengan harta dan hutangnya. Kewajiban tersebut dituangkan dan dilaporkan dalam SPT. Apa yang dilaporkan melalui SPT tersebut pada dasarnya adalah penetapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. Administrasi pajak hanya menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan kepatuhan wajib pajak. Dengan sistem ini, sepanjang tidak ditemukan data yang menyimpang, maka otoritas penentuan besarnya jumlah pajak terutang sudah bergeser ke wajib pajak. Kondisi ideal tersebut dibayang-bayangi dengan kondisi sebaliknya. Membayar pajak bukanlah merupakan tindakan yang semudah dan sesederhana membayar untuk mendapatkan sesuatu (konsumsi), tetapi dalam pelaksanaannya penuh dengan hal yang bersifat emosional. Potensi bertahan untuk tidak membayar pajak sudah menjaditaxpayers behavior.D. Sistem Perpajakan (Self assessment dan Official Assessment)1. Sistem PerpajakanSistem perpajakan adalah metode atau cara bagaiman mengelola utang pajak yang teurtang pada wajib pajak dapat mengalir ke kas Negara (Safri Nurmantu : Pengantar Perpajakan)Sistem Perpajakan terdiri dari tiga jenis yaitua. Self Assessment SystemAdalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menetapkan sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Self assessment System memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk: Menghitung sendiri pajak yang terutang; Memperhitungkan sendiri pajak yang kurang atau lebih dibayar; Membayar sendiri; dan Melaporkan sendiri pajak yang terutangb. Official Assessent SystemAdalah suatu sstem pemungutan pajak, dimana aparatur pajak menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dalam sistem ini inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan menetapkan pajak sepenuhnya berada di tangan aparatur pajak.c. Withholding SystemAdalah suatu system pemungutan pajak, dimana penghitungan, pemotongan dan pembayaran serta pelaporan dipercayakan kepada pihak ke tiga oleh pemerintah.2. Sistem Pengenaan Pajaka. Stelsel Nyata (Riel stelsel)Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) sesungguhnya, pengenaannya baru dapat dilakukan setelah berakhir tahun pajak.b. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misal: penghasilan suatu tahun pajak dianggap sama dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian maka pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang pada tahun berjalan.c. Stelsel CampuranPengenaan pajak yang didasarkan pada campuran stelsel (gabungan stelsel riel dan stelsel fiktif)E. Administrasi PerpajakanAdministrasi Pajak adalah suatu pekerjaan yang memiliki ciri-ciri sebagai pelayanan yang sekaligus pengawasan dan juga pembinaan kepada para Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Oleh karena itu tata usaha perpajakan haruslah disusun sedemikian rupa sehingga dalam rangkaian ketiga kegiatan tugas tersebut dapat meningkatkan motivasi Wajib Pajak untuk dapat dengan mudah serta penuh kesadaran melaksanakan kewajiban perpajakan.Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan dan pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang termasuk dalam kegiatan penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording), penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filing).Jenis-jenis dokumen Administrasi Perpajakan sebagai berikut :1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepadaWajib Pajaksebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.2. Surat Setoran Pajak (SSP)Apabila seseorang atau badan sudah memiliki NPWP, maka dia memiliki kewajiban melakukan perhitungan pajak yang terutang dengan menggunakan sarana SPT. Apabila berdasarkan perhitungannya ternyata terdapat pajak yang harus dibayar, maka sarana untuk melakukan pembayaran pajak tersebut dinamakan Surat Setoran Pajak (SSP). SSPyaitu surat yang digunakan Wajib Pajakuntuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran.Fungsi SSP: Sebagai sarana untuk membayar pajak. Sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak.Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak: Bank yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Anggaran. Kantor Pos.Jenis-jenis SSP:a. SSP StandarSSP Standar adalah surat yang digunakan Wajib Pajakuntuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara dan digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran dan isi yang disesuaikan dengan ketentuan Direktur Jenderal Pajak.Satu SSP Standar berlaku untuk satu jenis pajak/masa pajak/tahun pajak/ketetapan pajak dengan menggunakan satu Kode MAP dan satu kode jenis setoran.SSP Standar dibuat dalam rangkap 5, yang diperuntukan sebagai berikut:a) Lembar ke-1:untuk arsip Wajib Pajak.b) Lembar ke-2: untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).c) Lembar ke-3:untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP.d) Lembar ke-4:untuk Bank Persepsi, kantor pos dan giro.e) Lembar ke-5:untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain.b. SSP Khusus SSP Khusus yaitu bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi atau alat lainnya yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak.SSP khusus mempunyai fungsi sama dengan SSP standar dalam administrasi perpajakan.Paling sedikit SSP Khusus memuat keterangan sebagai berikut:a) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);b) Nama Wajib Pajak;c) Identitas Kantor Penerima Pembayaran;d) Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak dan Kode JenisSetoran;e) Masa Pajak dan atau Tahun Pajak;f) Nomor Ketetapan (untuk pembayaran: STP, SKPKB, atau SKPKBT);g) Jumlah dan tanggal pembayaran; danh) Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor TransaksiBank (NTB)atau Nomor Transaksi Pos (NTP).SSP Khusus tidak dapat digunakan untuk pembayaran pajak:a) Fiskal Luar Negeri (Kode MAP/Jenis Pajak 0118, Kode Jenis Setoran 100) yang dibayar pada counter-counter di bandara dan pelabuhan lautb) PPh Pasal 26 Subjek Pajak Luar Negeri (kode MAP/jenis pajak 0117, semua kode jenis setoran) baik untuk perorangan maupun badan.c) PPN yang terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi perusahaan (kode MAP/jenis pajak 0131, kode jenis setoran 104)d) PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean (kode MAP/jenis pajak 0131, kode jenis setoran 101 dan 104)e) PPh Pasal 22 impor dan PPN impor atas barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan kiriman pos sebagaimana diatur oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

3. Surat Tagihan Pajak (STP)Surat Tagihan Pajak (STP) yaitu surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa.Fungsi STP :a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak,b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.c. Sarana untuk menagih pajak.STP diterbitkan dalam hal:a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;b. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis dan atau salah hitung;c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi denda atau bunga;d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau pengusaha telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak.4. Surat Ketetapan Pajak (SKP)Surat Ketetapan Pajak (SKP) yaitu surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).Penerbitan suatu SKP hanya terbatas kepada WP tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP. Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak akhir Masa Pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.Fungsi SKPa. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakanc. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajakd. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayare. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.Jenis surat ketetapan pajak :a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.SKPN diterbitkan apabila berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak, jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.e. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.f. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.SKPLB diterbitkan apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. SKPLB berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak.F. Pengendalian Kebocoran Penerimaan PerpajakanAdapun cara-cara mencegah terjadinya kebocoran perpajakan antara lain dapat berupa: 1. Pemeriksaan pajak (tax audit);Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.2. Sistem Informasi dan TeknologiPengendalian kebocoran melalui perbaikan sitem informasi dan teknologi ini bisa dilakukan dengana. Dialog dan saling tukar pandangan antara Wajib Pajak dan fiskusDengan adanya dialog antara wajib pajak dan fiskus ini diharapkan akan ditemukan titik temu dalam mengatasi permasalahan yang sering dihadapi oleh para wajib pajak yang kurang mempahami regulasi perpajakan. Dengan dialog diharapkan para wajib pajak lebih memiliki kesadaran dalam membayar pajak.b. Penerapan Teknologi InformasiTeknologi informasi ini merupakan faktor utama yang menopang bangunan sistem administrasi perpajakan yang dikelola DJP, karena mampu menyajikan informasi secara akurat. Namun seandainya informasi yang tersaji tidak akurat, dapat dibayangkan keputusan yang diambil pun akan menjadi tidak tepat.3. Perbaikan Administrasi PajakAdministrasi perpajakan memiliki peranan yang krusial di dalam menentukan seberapa efektif sistem perpajakan suatu negara. Untuk mengoptimalkan administrasi perpajakan ini dilakukan dengan perbaikan dibeberapa sector antara lain :a. Sumber Daya Manusia (SDM)Sumber Daya Manusia selama ini merupakan sumber keluhan masyarakat Wajib Pajak dan menjadi sumber yang menimbulkan citra negatif. Kondisi ini harus direspon dengan melakukan perubahan dari sisi manusia. Sasaran perubahan ini adalah dengan melaukan perbaikan pada remunerasi, perbaikan jenjang karir, kompetensi dan pendidikan, perbaikan pada sisi job grading, serta internalisasi nilai-nilai baru organisasi melalui penerapan kode etik.b. Struktur OrganisasiStruktur organisasi tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan masyarakat yang dinamis dan cepat berubah. Struktur organisasi ini mempengaruhi efektivitas pelayanan kepada masyarakat dan bahkan dapat dimanfaatkan oleh pihak internal dan eksternal akibat adanya celah kelemahan dari sisi struktur yang tidak terintegrasi.Di sisi lain, strategi segmentasi Wajib Pajak hanya dapat dijalankan dengan lebih efisien, terarah dan fokus apabila struktur organisasi dirombak dengan tidak lagi berdasar jenis pajak tapi berdasar fungsi. Perubahan struktur organisasi ini juga memberi pengaruh pada perbaikan proses bisnis, mekanisme sistem dan prosedur, dan jalur koordinasi dan informasi.c. Prosedur PerpajakanProsedur pengurusan pajak diseluruh level dikeluhkan masyarakat sebagai berbelit-belit dan tidak efisien, serta menjadi salah satu sumber ekonomi biaya tinggi. Perbaikan pada proses bisnis merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dengan perbaikan pada struktur organisasi. Mekanisme dan sistem prosedur akan menjadi lebih efisien jika proses bisnis tidak dipahami secara parsial, tetapi merupakan suatu jaringan besar yang saling terkait dan terintegrasi. Oleh karena itu, perbaikan prosedur harus diimbangi dengan memanfaatkan kelebihan dari teknologi informasi.4. Penegakan Hukuma. Penegakan Hukum Kepada Wajib PajakSistem perpajakan di Indonesia adalah self assessment, di mana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri pajak yang terutang. Wajib pajak juga harus melaporkan kewajiban tersebut sesuai dengan jenis Pajak dan batas waktu yang telah ditentukan dalam undang-undang perpajakan. Agar pelaksanaan kewajiban perpajakan terwujud dengan baik, tidak hanya dilakukan penyuluhan dan pelayanan perpajakan kepada Wajib pajak. Tetapi juga dilksanakan tindakan penegakan hukum melalui verifikasi data, pemeriksaan pajak, penyidikan, dan penagihan pajak.b. Penegakan Hukum kepada FiskusDalam rangka penerapan Good Governance (GG) yang didukukng oleh tiga pilar yang saling berhubungan. Dalam hal ini negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha, maka terhadap aparat perpajakan (fikus) perlu dilakukan pengawasan. Penegakan hukum kepada fiskus meliputi penegakan disiplin sebagai PNS serta penegakan hukum terhadap korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).2