01. community organizing
TRANSCRIPT
Briefing Paper Pebruari 2012
# Community Organizing
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DARI MANIPULASI HINGGA KONTROL MASYARAKAT TERHADAP NEGARA 1. Banyak Istilah, Satu Tujuan
Tidak ada kesepakatan yang jelas tentang istilah kegiatan‐kegiatan yang berkaitan dengan kerja masyarakat. Pengertian‐pengertian dari kerja masyarakat berbeda‐beda, dan terminologinya pun membingungkan. Istilah‐istilah kerja masyarakat yang sering digunakan, antara lain pengembangan masyararakat (community development), pengorganisasian masyarakat (community organizing), penguatan masyarakat (strengthening community atau sering juga disebut capacity building) aksi masyarakat, pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan perubahan masyarakat. Dalam prakteknya penggunaan istilah tersebut seringkali dipertukarkan. Banyak pihak yang mengklaim bahwa terdapat perbedaan‐perbedaan penting antara sebagian atau semua istilah tersebut, namun sayangnya tidak ada kesepakatan dalam ’substansi’ apa perbedaan‐perbedaan itu, dan parahnya tidak ada konsensus tentang penggunaan istilah tersebut.
Apa pun makna pemberdayaan yang dipahami, Ife & Tesoriero (2006) mengingatkan bahwa gagasan pemberdayaan (empowerment) adalah suatu strategi untuk mewujudkan keadilan sosial dan hak asasi manusia. Pemberdayaan bertujuan meningkatkan keberdayaan dari mereka yang dirugikan. Konsep pemberdayaan ini menekankan pada dua hal penting keberdayaan dan yang dirugikan yang merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari perspektif keadilan sosial dan hak asasi manusia.
Bicara pemberdayaan, maka tidak bisa lepas dengan kekuasaan. Dalam struktur masyarakat dan organisasi, ’kekuasaan’ akan menentukan kepemilikan dan akses sumber daya dan sekaligus mengatur distribusi atas sumberdaya yang ada.
Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam model pemberdayaan maka perlu dipahami dulu makna kekuasaan dan keadaaan yang dirugikan.
2. Kekuasaan
Kekuasaan adalah suatu gagasan kompleks dan diperdebatkan dan terdapat berbagai pendangan tentang kekuasaan. Namun setidaknya ada 4 (empat) perspektif kekuasaan yang digunakan untuk memahami masyarakat modern, yaitu (1) perspektif pluralis; (2) perspektif elite; (3) perspektif struktural dan (4) perspektif post‐struktural.
Page 2 of 8
PERSPEKTIF PANDANGAN ATAS
MASYARAKAT PANDANGAN ATAS
KEKUASAAN PEMBERDAYAAN
Pluralis Setiap orang punya hak yang sama untuk berpendapat dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
Kepentingan‐kepentingan untuk berkompetisi
Kapasitas untuk bersaing dengan untuk mencapai hasil.
’Pemenang’ dan ’pecundang’.
Membantu kelompok atau individu yang dirugikan untuk mampu bersaing dengan kepentingan yang lain dalam lingkup ”aturan dan sistem.”
Elite Politik (kekuasaan) bukanlah untuk semua orang, hanya kelompok‐kelompok tertentu yang mampu mengambil keputusan.
Dilakukan oleh para elite melalui kepemilikan dan kontral atas lembaga‐lembaga dominan (mis: partai politik, asosiasi profesional, LSM)
Bergabung dalam lembaga‐lembaga dominan tersebut dan berupaya mengubah atau mempengaruhi elite.
Membangun sekutu dari kalangan elite ’berkuasa’ untuk mencapai tujuan.
Struktural Ketidaksetaraan struktural menjadi bagian penting dari kekuasaan.
Masyarakat harus memiliki strata (kelas) sebagai dominasi atas struktur tertentu (kelas, ras, gender)
Dilakukan oleh kelompok‐kelompok dominan dengan memperkuat struktur‐struktur yang menentukan relasi kekuasaan.
Pembebasan.
Menentang dan melakukan perubahan struktur yang tidak setara.
Post Stuktural Melalui kata, bahasa wacana, pengetahuan, kekuasaan dibangun.
Dilakukan melalui mengendalikan dan mendominasi atas penyampaian bahasa, makna, pendefenisian, pengetahuan, dll
cara‐cara yang digunakan untuk mengendalikan dan mendominasi melalui pendefenisian hal‐hal yang dianggap ’sesuai’, perilaku yang dapat ’diterima
Perubahan wacana.
Mengembangkan pemahaman subjektif yang baru.
Pendidikan dan penyadaran kritis.
Page 3 of 8
3. Keadaan yang ’merugikan’
Taylor‐Gooby dan Dale (1981) mengembangkan pembagian atas isu sosial untuk memahami masalah sosial. Mereka membagi masalah sosial dalam 4 (empat) perspektif yaitu (1) individual; (2) reformis; (3) kelembagaan dan (4) struktural.
PERSPEKTIF SUMBER KESALAHAN PERSEPSI ATAS MASALAH
SOLUSI
Individual Menyalahkan korban Penyakit masyarakat; masalah fisik dan psikologis, cacat moral
Perawatan medis Terapi Perubahan perilaku
Dukungan moral Reformis kelembagaan
Menyalahkan lembaga‐lembaga yang mengurus masalah sosial (misal rumah sakit, pengadilan, KPAN, Kemenkes, Kemensos) Disebut juga menyalahkan lembaga ’penolong’.
Lembaga‐lembaga yang dibentuk untuk mengurus masalah tersebut
Reorganisasi lembaga‐lembaga.
Peningkatan sumber daya
Peningkatan kualitas pelayanan.
Peningkatan kapasitas SDM.
Struktural Menyalahkan sistem Ketidaksetaraan struktural atas perbedaan kelas, ras, gender, distribusi pendapatan, kekuasaan.
Perubahan struktural
Mengubah basis dominasi
Revolusi.
Post Stuktural Menyalahkan wacana Penggunaan kata, penyampaian makna dan defenisi, pengetahuan dan cara‐cara yang digunakan untuk mengendalikan dan mendominasi atas pendefenisian hal‐hal yang dianggap sesuai, perilaku yang dapat diterima.
Analisis dan pemahaman wacana
Akses terhadap pemahaman dan pendefenisian wacana
Dialog untuk mendorong adanya keanekaragaman dan menghindari adanya dominasi atas “satu jawaban yang benar”
Page 4 of 8
4. Akan Dibawa Kemana ..., Komunitas ini ..
Pada era tahun 1990‐an, stasiun TV RCTI pernah menayangkan serial televisi MacGyver yang diperankan oleh aktor Richard Dean Anderson. Serial ini mengisahkan tentang seorang pria bernama MacGyver yang bekerja untuk Phoenix Foundation dengan cara memerangi kejahatan tanpa menggunakan senjata api. Pengetahuan fisika dan kimianya yang luas selalu membantunya untuk merakit suatu alat untuk menaklukkan musuh‐musuhnya. Selain itu ia juga sering memakai pisau lipat sebagai alat bantunya. Pisau lipat yang digunakan dikenal dengan Pisau
Swiss Army sebuah merek dari pisau saku atau multi‐alat yang kombinasi alat yang berbeda untuk tugas‐tugas khusus dalam kebutuhan sehari‐hari. Alat yang paling umum ditampilkan adalah, selain pisau utama, pisau kedua yang lebih kecil, pinset , tusuk gigi , pembuka botol , pembuka kaleng, pembuka botol, obeng, gunting,kaca pembesar , bolpoin dan tang.
Seorang penggiat pemberdayaan masyarakat (dalam tulisan ini selanjutnya disebut Community Organizer) mirip dengan ’pisau swiss army’, dengan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki mampu memainkan berbagai peran (antara lain : negosiator, mediator, agitator, manajer, termasuk provokator) sehingga dengan mudah mempengaruhi dan mengajak masyarakat untuk terlibat dalam suatu aktivitas.
Hasil dari pemberdayaan masyarakat sangat bergantung dari perspektif Community Organizer terhadap makna PEMBERDAYAAN itu sendiri dan sejauh mana keterlibatan masyarakat yang diharapkan dalam model pemberdayaan yang akan dijalankan. Keterlibatan masyarakat menjadi salah satu point penting dalam pemberdayaan.
Selain itu, perspektif Community Organizer terhadap PARTISIPASI, juga menentukan model fasilitasi dinamika kelompok yang akan ’dimainkan’. Secara umum ada 2 (dua) perspektif mengenai partisipasi yaitu partisipasi sebagai cara (alat) dan partisipasi sebagai tujuan.
PARTISIPASI SEBAGAI CARA PARTISIPASI SEBAGAI TUJUAN
1. Partisipasi digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Upaya pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
1. Memberdayakan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan mereka sendiri.
2. Menjamin peningkatan peran rakyat dalam inisiatif‐inisiatif pembangunan.
Page 5 of 8
PARTISIPASI SEBAGAI CARA PARTISIPASI SEBAGAI TUJUAN
program atau proyek.
3. Penekanan pada mencapai tujuan program/proyek dan tidak pada aktivitas partisipasi itu sendiri.
4. Partisipasi umumnya jangka pendek.
5. Partisipasi sebagai cara merupakan bentuk pasif dari partisipasi.
6. Umumnya digunakan dalam program‐program pemerintah dengan pertimbangan untuk menggerakkan dan melibatkan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi sistem penyampaian/distribusi.
3. Fokus pada peningkatan kemampuan rakyat untuk berpartisipasi bukan sekedar mencapai tujuan proyek yang sudah ditetapkan sebelumnya.
4. Partisipasi dipandang sebagai proses jangka panjang.
5. Partisipasi sebagai tujuan merupakan bentuk aktif dari partisipasi.
Dari dua perspektif tersebut, berdasarkan pengalaman bekerja di area pemberdayaan masyarakat (atau apa pun istilah yang digunakan), secara umum output dari pemberdayaan masyarakat adalah (1) program; (2) kelompok penggerak atau (3) isu , seperti gambar berikut.
Page 6 of 8
Walaupun tahapan (baca : metode) pemberdayaan masyarakat yang digunakan sama, hasilnya bisa berbeda tergantung dari perspektif (tujuan yang ingin dicapai) dan teknik community organizer dalam ’memainkan’ proses fasilitasinya.
Secara umum tahapan pemberdayaan masyarakat terdiri dari 4 (empat) tahapan. (walaupun pada beberapa model pemberdayaan lain bisa lebih dari 4 tahap dan sangat tergantung ideologi lembaga sebagai pemilik ™). Adapun tahapan tersebut adalah :
1. Menemukenali masalah/isu staregis 2. Mencari solusi (alternatif strategi) mengatasi masalah. 3. Merancang dan melaksanakan kegiatan 4. Evaluasi dan Refleksi.
Point penting dari pemberdayaan masyarakat berada padat tahap 1, yaitu pada tahap menemukenali masalah. Disinilah fasilitator ’memainkan’ apa yang ingin dicapai dengan mengajukan ’pertanyaan yang tepat’.
orang bijak tidak memberikan jawaban yang benar, ia mengajukan pertanyaan yang tepat
~ Claude Lévi‐Strauss ~
HASIL YANG DIHARAPKAN
PERTANYAAN YANG DIAJUKAN TERKAIT
MODEL PEMBERDAYAAN PERSPEKTIF PARTISIPASI
Program/kegiatan Kebutuhan bersama Perspektif Elite alat Perspektif Pluralis tujuan
Kelompok penggerak Masalah bersama Perspektif Elite alat
Isu gerakan sosial ’Musuh’ bersama Perspektif Struktural Perspektif Post ‐Struktural
tujuan
5. Diatas Bangkai Tirani Lama akan Lahir Tirani Baru
Di atas bangkai kekuasaan yang lama, berdirilah satu kekuasaan baru yang menang.
~ Tan Malaka ~
Dalam program penanggulangan HIV dan AIDS area pencegahan melalui transmisi seksual (PMTS), acapkali terdengar beberapa ’penggiat pengorganisasi komunitas’ menyajikan presentasi ’kesuksesan’ pengorganisasian masyarakat di lokalisasi. Pengorganisasian masyarakat ini berhasil menciptakan kelompok kerja (pokja) yang akan mengawal program penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat lokalisasi, para perempuan pekerja seks akan dipantau terkait perilaku mereka dalam menggunakan kondom secara konsisten (?) dan kepatuhan untuk melakukan penapisan IMS serta melakukan VCT untuk mengetahu status HIV‐nya. Untuk mengawal program tersebut maka dibuat aturan yang sangat tegas kepada perempuan pekerja seks, misalnya jika mereka ketahuan tidak mengggunakan kondom saat melayani pelanggan atau
Page 7 of 8
terkena IMS, mereka mendapat hukuman dari harus membayar denda (baik berupa uang atau barang) sampai tidak boleh bekerja dalam kurun waktu tertentu.
Namun, saat ditanya kepada ’penggiat pengorganisasi komunitas’, kepada aturan lokal yang dibuat sangat merugikan perempuan pekerja seks. Mereka dengan mudahnya menjawab ini ”hasil kesepakatan seluruh pihak.” Semua pihak hadir (termasuk perempuan pekerja seks) dalam pertemuan tersebut dan semuanya setuju.
Kehadiran dianggap partisipasi ! Diam dan kebungkaman dianggap partisipasi ! Keterwakikan dianggap partisipasi ! Koor tanda setuju dianggap partisipasi ! Makna PARTISIPASI telah tergadaikan. Ife & Tesoriero (2006) mengingatkan partisipasi yang digunakan untuk memelihara kekuasaan sama artinya berpegang pada kekuasaan untuk menindas pihak lain.
PARTISIPASI berubah menjadi ’TIRANI BARU’, karena digunakan untuk mendapatkan kekuatan secara tidak adil dan tidak sah, yang menghasilkan sesuatu yang mengarah pada ketidakberdayaan yagn lebih parah.
Untuk mencegah partisipasi berubah menjadi TIRANI, maka Community Organizer harus memiliki pengetahuan yang utuh tentang makna PARTISIPASI untuk menciptakan partisipasi penuh dari warga negara dalam pembuatan keputusan dalam program pembangunan.
Arnstein (1969) memperkenalkan model ”tangga partisipasi warga negara”, untuk memperjelas konsep partisipasi yang dibutuhkan untuk pemberdayaan bagi warga negara.
Tipologi diatas menggambarkan bahwa PARTISIPASI dapat berkisar antara MANIPULASI oleh pemengang kekuasaan sampai warga negara yang memiliki KONTROL terhadap keputusan‐keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Page 8 of 8
PERTANYAAN REFLEKTIF Mengacu pada perspektif kekuasaan : pluralis, elite, struktural dan post‐struktural, strategi pemberdayaan apa yang sesuai untuk perempuan pekerja seks ?
PERSPEKTIF PLURALIS ……………………………………………………………………………………………………..
PERSPEKTIF ELIT ……………………………………………………………………………………………………..
PERSPEKTIF STRUKTURAL ……………………………………………………………………………………………………..
PERSPEKTIF POST ‐STRUKTURAL……………………………………………………………………………………………………..