01 dwiendarsa 26 1 dwibookm k
TRANSCRIPT
GAMBARAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Akhir Program Diploma III Kebidanan
Oleh : DWI ENDAR SARI NPM. D200900924
AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP Juli 2012
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Penurunan Tinggi Fundus
Uteri pada Ibu Nifas” telah disusun oleh penulis sesuai dengan petunjuk penulisan
Karya Tulis Ilmiah dan telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan pada
panitia sidang Karya Tulis Ilmiah bagi Mahasiswa Akademi Kebidanan Graha
Mandiri Cilacap.
Cilacap, 12 Juli 2012
Pembimbing I
Mariah Ulfah , S.Si. T NPP. 19811121 2010 006 02
Pembimbing II
Intan Dyah R, S.Si. T NPP. 19830521 2010 011 02
iii
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul: “Gambaran Penurunan Tinggi Fundus
Uteri pada Ibu Nifas”, telah dipertahankan dihadapan panitia ujian Karya Tulis
Ilmiah pada Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap, pada hari Jum’at
tanggal, 06 Juli 2012.
Cilacap, 12 Juli 2012
Penguji I
Wiwit Desi Intarti, M.Keb NPP. 19821208 2010 005 02
Penguji II Intan Dyah Rahmawati, S.Si.T NPP. 19830521 2010 011 02
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap
Uti Lestari, S. Si.T.,MH.Kes NPP. 19631025 2010 002 02
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Gambaran Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Nifas”, ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan jiplakan dari Karya Tulis Ilmiah
orang lain baik sebagian atau temuan orang lain yang terdapat dalam Karya Tulis
Ilmiah ini dikutip atau dirujuk berdasarkan Kode Etik Ilmiah.
Cilacap, 06 Juli 2012
Dwi Endar Sari NPM. D2009 00924
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas nikmat dan
hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Gambaran Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Nifas”.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat petunjuk dan
bimbingan serta melibatkan berbagai pihak sehingga hambatan dan kesulitan yang
dihadapi oleh penulis dapat diatasi, tidak berlebihan kiranya pada kesempatan ini
Penulis menyampaikan terima kasih atas dorongan dan bimbingan kepada:
1. Uti Lestari, S.Si.T, MH.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Graha
Mandiri Cilacap.
2. Naomi Parmila HS, M.Keb, Pudir I Akademi Kebidanan Graha Mandiri
Cilacap.
3. Mariah Ulfah, S.Si.T dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Intah Diah Rahmawati, S.Si.T dan selaku Dosen Pembimbing 11 yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Segenap Dosen Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap yang telah
mentransfer ilmunya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
vi
6. Kedua Orang Tua tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungan baik
secara moral maupun materiil.
7. Adikku tersayang dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan
do’a
8. Rekan rekan mahasiswi Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan penelitian ini, Amin.
Cilacap, 06 Juli 2012
Dwi Endar Sari NPM. D2009 0924
vii
SARI
Sari,Endar,Dwi.2012.Gambaran penurunan tinggi fundus uteri. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai Tugas Akhir Program diploma III Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap.
Pembimbing I:Mariah Ulfah S.Si.T Pembimbing II:Intan Dyah.R S.Si.T Kata kunci:Penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas. Latar belakang masalah: Angka Kematian Ibu (AKI) pada nifas di dunia mencapai 500.000 jiwa
setiap tahun. kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 49,125% dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2009 yaitu 80,29% menurun bila dibandingkan pencapaian cakupan tahun 2008 (92,94%) dan dibawah target SPM tahun 2015 (90%). Cakupan tertinggi adalah Kabupaten Grobogan (102,79%) dan terendah Kabupaten Tegal (25,34%). Dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah masih ada 18 Kabupaten/Kota yang belum mencapai.1)Identifikasi Masalah Sesuai dengan Latar belakang Masalah dan hasil pengamatan yang dilakukan di RSUD Kabupaten Cilacap, peneliti ingin membuktikaan melalui penelitian dengan judul Gambaran Penurunan tinggi fundus uteri pada ibu Nifas.2)Rumusan Masalah:Bagaimana gambaran penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di RSUD Cilacap pada bulan November 2011 sampai bulan Desember 2011?.3)Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris yang Ingin mengetahui gambaran penurunan tinggi fundus uteri pada ibu Nifas.4) Manfaat Penelitian.a)Manfaat Teoritis:Mengembangkan ilmu kebidanan secara umum dan khususnya tentang. Gambaran penuruna tinggi fundus uteri pada ibu nifas.
Kerangka Teori :1)Pengertian masa nifas.2)etiologi 3)Tujuan asuhan masa nifas.3)Faktor yg mempengaruhi masa nifas.4)Penatalaksanan pasca persalinan.6)TFU Masa Nifas.7)TFU yang mempengaruhi Involusi uteri.8)TFU yang menghamabat involusi uterus.9)Penelitian Terdahulu. 10) Kerangka Berfikir
Tempat dan Waktu Penelitian : Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap. Jl. Gatot Subroto 133 Telp. (0282) 534343 Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah pada bulan November 2012 sampai dengan Desember 2012.Metode Penelitian adalah penelitian deskritif. Metode penelitian deskritif adalah suatu metode penelitian:yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan atau mendeskrifsikan tentang suatu keadan secara obyektif (Notoatmodj, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kejadian penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di RSUD Cilacap Jl. Gatot Subroto Kabupaten Cilacap bulan November 2011 - Desember 2011.1)Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang dirawat di RSUD Cilacap sebanyak 30 pasien.2) Instrumen Penelitian:Instrumen penelitian ini dapat menggunakan lembar pengumpulan data untuk mencatat data-data sekunder yaitu data-data yang diambil dari buku register nifas dan alat penelitian instrumen yang digunakan medlin.3)Teknik Analisa DataSetelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya dilakukan pengolahan data yang telah dikumpulkan secara deskritif dengan langkah
Simpulan:Berdaasarkan hasil penelitian angka penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok umur ibu pada ibu nifas di RSUD Cilacap periode November 2011 sampai dengan Desember 2011 diperoleh simpulan sebagai berikut:1)Terdapat Gambaran rata-rata prosentase tinggi fundus uteri yang sesuai selama 5 hari yaitu 31,94%2)Terdapat Gambaran rata-rata prosentase tinggi fundus uteri yang tidak sesuai selama 5 hari yaitu 70,06%
Saran:1)Bidan:Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat tentang penurunan Tinggi Fundus Uteri.2)ibu nifas: hendaknya meningkatkan pengetahuan khususnya Penurunan Tinggi Fundus Uteri.3)Menambah wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu nifas.
viii
ABSTRACT
Sari,Endar,Dwi.2012.The Outlook of the Decreasing Uterus Fundus’ Height. This research is arranged as a Final Project of Diploma III Program of Graha Mandiri Cilacap Midwifery Academy.
Advisor I: Mariah Ulfah S.Si.T Advisor II: Intan Dyah.R S.Si.T Key Words:Decreasing, Height, Uterus Fundus, parturition Background of the Study: Maternal Mortality Rate (AKI) in the parturition is up to 500.000 people
every year in this world. The most frequent maternal mortality in parturition is up to 49.125% and 50% happen in the first 24 hours. The service coverage of maternal parturition is decreasing up to 80.29% in 2009 compared with 2008’s coverage (92.94%) and it is under the SPM target of 2015 (90%). The highest coverage is Grobogan Regency (102.79%) and the lowest is Tegal Regency (25.34%). From 35 regencies in Central Java, there are 18 regencies that have not met their target.1)Problem Identification: Based on the background of the study and the observation result conducted in General Hospital of Cilacap Regency, the researcher is going to prove by the research entitled The Outlook of the Decreasing Uterus Fundus’ Height in Parturition.2)Research Problem: How is the outlook of the decreasing uterus fundus’ height in parturition in Cilacap Regency General Hospital from November 2011 until December 2011? 3)Research Objectives: This research is aimed to find the empirical evidence in finding out the outlook of the decreasing uterus fundus’ height in parturition 4) Research Benefit a)Theoretical benefit:Developing the obstetrics in general especially about the outlook of the decreasing uterus fundus’ height in parturition.
Framework of theory :1)The definition of Parturition 2)Etiology 3)The purpose of parturition education 3)Factors influencing the Parturition 4)Post-Natal Technical Direction 6)Parturition TFU 7)TFU influencing Uterus Involution.8)TFU inhibiting Uterus Involution.9)preview of Related Research. 10) Framework of Thinking
Research Location and Time: General Hospital of Cilacap Regency. Jl. Gatot Subroto 133 Telp. (0282) 534343 Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah from November 2012 until December 2012. The research method is descriptive. Descriptive research is a method of the research which is applied with the main purpose to describe or define a condition objectively (Notoatmodj, 2002). This research is to figure out the decreasing of uterus fundus height in parturition in General Hospital of Cilacap Regency Jl. Gatot Subroto from November 2011 until December 2011.1)The technique of Population Sampling is generalized area which consists of object and subject that have particular quality and characteristic defined by the researcher to be analyzed and concluded. The population in this research is all maternal parturitions in Cilacap General Hospital (30 patients).2) The research Instrument: This research uses data collection sheet to record secondary data taken from parturition register book and the research instrument used by medic. 3)The technique of Data Analyzing: having finished collecting the data, the next step is processing the data collected descriptively with some steps.
Conclusion:Based on the research of decreasing of uterus fundus height in parturition in General Hospital of Cilacap Regency from November 2011 until December 201, it can be concluded that :1) There is the outlook of rate percentage of the proper uterus fundus height in five days up to 31.94%. 2) There is the outlook of rate percentage of the improper uterus fundus height in five days up to 70.06%
Suggestion:1)Midwives:The result of the research can be used as a consideration in developing the service quality to the society about the decreasing of Uterus Fundus Height.2)Maternal Parturition: It is better to developing the knowledge about the decreasing of Uterus Fundus Height.3)Enhancing knowledge and education and advance the society’s awareness of the importance of the decreasing of Uterus Fundus Height in maternal parturitions.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
PENGESAHAN iii
PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
SARI vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR BAGAN xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Rumusan Masalah 5
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kerangka Teori 7
2.1.1 Landasan Teori 7
a. Pengertian Masa Nifas 7
x
b. Gambaran Klinis 7
c. Etiologi 13
d. Tujuan Asuhan Masa Nifas 13
e. Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas 14
f. Penatalaksanan kebidanan Pasca Bersalin 16
g. Tinggi Fundus Uteri Masa Nifas 18
h. Faktor yang mempercepat involusi uterus................ 20
i. Faktor Yang menghambat involusi uterus........... 25
2.2.1 Penelitian Terdahulu................................................. 28
2.1 Kerangka Berpikir 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 31
3.1.1 Tempat Penelitian 31
3.1.2 Waktu penelitian 31
3.2 Metode Penelitian 31
3.3 Teknik Pengambilan Sample 32
3.3.1 Pengambilan Populasi 32
3.3.2 Pengambilan Sampel 32
3.3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian............................ 32
3.4 Instrumen Penelitian............................................ ............ 33
3.5 Teknik Analisa Data......................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian 35
xi
4.2 Analisa Data 36
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 38
4.4 Keterbatasan Hasil Penelitian 47
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 48
5.2 Saran 48
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 30
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas............................................................... 16
Tabel 2.2 Perubahan Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas...................... 19
Tabel 4.1 Tabel Distribusi TFU Pada Ibu Nifas……………………... 29
Tabel 4. 2 Data Responden Berdasarkan Karakteristik Paritas.............. 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam
tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) yang ke-5yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko dari jumlah kematian ibu.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008.AKI
di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 248 per 100.000 kelahiran
hidup, angka tersebut masih tertinggi di Asia, sementara target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 2261 per
100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian ibu yang terjadi pada
masa nifas yaitu perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%, danlain- lain
sebesar 11% (DepKes RI, 2008).AKI di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun
2009 berdasarkan laporan dari Kabupaten atau Kota sebesar 117,02/100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut telah memenuhi target dalam indikator
Indonesia sehat 2010 sebesar 150/100.000 kelahiran hidup. Kejadian AKI
yang paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 49,12%, kemudian
waktu bersalin sebesar 26,99%, dan waktu hamil sebesar 23,89%. Kematian
ibu disebabkan karena eklamsi(28,76%), perdarahan (22,42%), infeksi
(3,54%), dan lain- lain (45,28%) (DinKes, Prov.Jawa Tengah, 2009, p.13 -
14).
2
Angka Kematian Ibu (AKI) pada nifas di dunia mencapai 500.000 jiwa
setiap tahun. kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas
sebesar 49,125% dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2009 yaitu 80,29% menurun bila
dibandingkan pencapaian cakupan tahun 2008 (92,94%) dan dibawah target
SPM tahun 2015 (90%). Cakupan tertinggi adalah Kabupaten Grobogan
(102,79%) dan terendah Kabupaten Tegal (25,34%). Dari 35 Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah masih ada 18 Kabupaten/Kota yang belum mencapai
Masa puerperium (masa nifas) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat reproduksi kembali seperti pra-hamil, lama
masa nifas ini 6-8 minggu. (Mochtar, 1998). Beberapa perubahan fisiologis
yang terjadi pada masa nifas yaitu terjadi pengerutan pada uterus yang
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan bobot hanya 60 gram. Uterus mengalami perubahan paling besar pada
akhir persalinan kala tiga, ukuran uterus kira-kira sebesar pada saat kehamilan
20 minggu dan beratnya 1000 gr, dan ukuran ini cepat mengecil sehingga
pada akhir minggu pertama masa nifas beratnya kira-kira 500 gr. Involusio ini
dapat dibuktikan oleh fakta bahwa pada pemeriksaan abdomen yaitu pada
hari ke 12 uterus tidak teraba lagi, setelah itu involusio berlangsung lebih
lambat (Williams,2006).
Penyebab terbanyak dari perdarahan post partum tersebut yakni 50-60%
karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus. terbanyak dari
3
perdarahan post partum tersebut yakni 50-60% karena kelemahan atau tidak
adanya kontraksi uterus.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa hamil, persalinan dengan melaksanakan
senam nifas agar kembali seperti semula seperti sebelum hamil. Manfaat
senam nifas adalah memulihkan kembali kekuatan otot dasar panggul,
mengencangkan otot-otot dinding perut dan perinium, membentuk sikap
tubuh yang baik dan mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dapat
dicegah sedini mungkin dengan melaksanakan senam nifas adalah perdarahan
post partum. Saat melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut
yang akan membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar
segera setelah proses involusi (Mochtar, 1998 ). Pada masa nifas, alat-alat
genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genital ini
dalam keseluruhannya disebut involusi (Wiknjosastro, 2005).
Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan
agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah
melahirkan Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan
ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat
membantu rahim untuk kembali kebentuk semula pada akhir kala III
persalinan, uterus berada di garis tengah kira-kira 2 cm di bawa umbilicus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu
12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam
4
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat
(Bobak, 2005). Abdomen, terutama uterus, harus diawasi secara teliti pada
masa nifas. Pada hari pertama post partum, tinggi fundus uteri kira-kira satu
jari dibawah pusat, setelah lima hari post partum menjadi sepertiga jarak
antara simfisis kepusat dan setelah sepuluh hari fundus uteri sukar diraba
diatas simfisis (Wiknjosastro, 2005).
Berdasarkan kasus di RSUD Cilacap terdapat kesan bahwa masyarakat
khususnya ibu nifas belum mengetahui penurunan tinggi fundus uteri untuk
mempercepat proses involusi. Berdasarkan studi pendahuluan yang tersebut,
penulis tertarik untuk mengambil judul Gambaran penurunan tinggi fundus
uteri pada nifas ”.
Peneliti mengambil studi pada ibu nifas di bangsal nifas selama 2 bulan.
Peneliti memilih untuk meneliti pentingnya Penurunan tinggi fundus uteri
pada ibu nifas karena penurunan TFU sangat penting untuk mengetahui atau
mendeteksi ada atau tidaknya komplikasi pada ibu nifas.
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan Latar belakang Masalah dan hasil pengamatan yang
dilakukan di RSUD Kabupaten Cilacap, peneliti ingin membuktikaan melalui
penelitian dengan judul Gambaran Penurunan tinggi fundus uteri pada ibu
Nifas.
5
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di
RSUD Cilacap pada bulan November 2011 sampai bulan Desember 2011?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris yang
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
Ingin mengetahui gambaran penurunan tinggi fundus uteri pada ibu
Nifas di RSUD Cilacap pada bulan November 2011 sampai bulan Desember
2011.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu kebidanan secara umum dan khususnya tentang.
Gambaran penuruna tinggi fundus uteri pada ibu nifas.
1.5.2 Secara Praktis
Penemuan ini akan disampaikan atau ditujukan kepada bidan dan juga
calon bidan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan anak, terutama pada pelayanan ibu bersalin menjelang nifas.
1.5.2.1 Bidan, tenaga kesehatan terkait dan calon tenaga kesehatan sebagai
bahan pertimbangan dan masukan untuk lebih meningkatkan
kualitas layanan kesehatan kepada masyarakat.
6
1.5.2.2 Institusi Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap, sebagai
bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan dan bimbingan
belajar kepada mahasiswa di Akademi Kebidanan Graha Mandiri
Cilacap.
1.5.2.3 Ibu nifas dapat memperoleh pengetahuan mengenai pentingnya
Keuntungan penurunan tinggi fundus uteri dan melaksanakanya.
1.5.2.4 Masyarakat, untuk menambah pengetahuan tentang Gambaran
penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penurunan
tinggi fundus uteri sebelum nifas bagi ibu nifas.
7
BAB II
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Landasan Teori
1. Pengertian Masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti pra
hamil (Rustam, 2002).
Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil
(Varney, 2007).
2. Gambaran Klinis
Perubahan yang terjadi selama masa nifas :
a) Sistem Vaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah 300-500 cc,
bila melalui S.C kehilangan darah dapat 2 kali lipat. Perubahan
yang terjadi dari volume darah dan hemotokrit dan baru stabil
setelah 4-6 minggu, setelah melahirkan short akan hilang dengan
tiba-tiba volume darah ibu relatif akan bertambah.
8
b) Sistem Reproduksi
1) Involusi Uterus
Uterus atau rahim yang berbobot 60 gram sebelum hamil
secara perlahan-lahan bertambah besar hingga 1 kg selama
masa kehamilan, dan setelah persalinan akan kembali ke
keadaan sebelum hamil.
Proses involusi uterus :
a) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula selama kehamilan.
b) Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages didalam
sistem vaskuler dan sistem limhatik
c) Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Penyebab kontraksi dan retraksi otot uterine sehingga akan
mengkompres pembuluh darah yang menyebabkan akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini membantu
untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
Involusi uterus dapat dijlihat dari luar dengan memeriksa
fundus uterus dari luar. Segera setelah TFU 2 cm dibawah
pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm dibawah pusat,
9
kemudian menurun 1 cm setiap hari. Pada hari pertama
sampai hari kedua setelah persalianan TFU 1 cm dibawah
pusat. Pada hari 3-4 fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Pada
hari 5-7 TFU setengah pusat sympisis, hari ke-10 tidak
teraba.
2) Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan tempat persalinan merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar
telapak tangan. Luka ini dengan cepat mengecil pada akhir
minggu kedua hanya sebesar 3-4 cm, pada akhir nifas 1-2 cm.
Penyembuhan luka bekas plasenta lekas sekali sembuh tidak
menimbulkan parut.
3) Perubahan Pada Perineum, Vagina, dan Vulva
Berkurangnya sirkulasi progesteron mempengaruhi otot-
otot pada panggul, perineum, vagina dan vulva. Proses ini
membantu pemulihan kearah elastisitas normal dari
ligamentum otot rahim. Ini merupakan proses bertahap yang
akan berguna apabila ibu melakukan ambulasi dini, senam
nifas dan mencegah timbulnya konstipasi. Progesteron juga
meningkatkan pembuluh darah pada vagina dan vulva selama
kehamilan dan persalinan biasanya menyebabkan timbulnya
beberapa hematoma dan edema pada jaringan ini dan perineum.
10
4) Lochea
Lochea adalah ekskresi caiaran selama masa nifas.
Lochea berbau amis dan mengalami perubahan karena proses
involusi.
a) Locha Rubra
Lochea rubra pada hari pertama sampai keempat
masa post partum. Warnanya merah yang mengandung
darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari
desi dua dan chorion
b) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kecoklatan, muncul pada hari
ke 5-9. Lochea ini mengandung lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum dan leukosit.
c) Lochea Alba
Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.
Apabila lochea yang dikeluarkan lebih lama
kemungkinan:
(1) Tertinggalnya sisa plasenta
(2) Ibu yang tidak menyusui anaknya
(3) Infeksi jalan lahir
11
Perubahan pengeluaran lochea menunjukkan keadaan
yang abnormal :
(1) Perdarahan berkepanjangan
(2) Pengeluaran lochea tertahan
(3) Lochea purulenta
(4) Rasa nyeri yang berlebihan
(5) Dengan memperhatikan bentuk perubahan dapat
diduga
(6) Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber
perdarahan
(7) Terjadi infeksi intrauterine
5) Laktasi
Hormon progesteron dan estrogen menghambat
pengeluaran prolaktin. Dengan lahirnya plasenta kadar
estrogen dan progesteron menurun sehingga penekanan
prolaktin meningkat dalam darah dan memegang peranan
penting dalam proses pembentukan :
a) Reflek Prolaktin .
Reflek ini merupakan reflek neurohormone yang
mengatur produksi ASI kontinuitas.
Sekresi prolaktin tergantung dari :
(1) Hisapan bayi
(2) Seringnya menyusui
12
(3) Jarak antara waktu menyusui
b) Reflek Let Down
Reflek pemancaran ASI karena rangsangan pada
papila dan aerola mamae waktu bayi menghisap. Reflek ini
merupakan reflek psikomatik yang sangat dipengaruhi oleh
emosi.
6) Sistem Perkemihan
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedem dan
hyperemia. Kadang-kadang oedem tergonium. Pada
hyperemia kandung kemih selama nifas kurang sensitif dan
kapasitas kandung kemih juga bertambah, sehingga volume
penuh atau sesudah BAK masih tertinggal urine residual. Sisa
urine ini dan trauma pada kandung kemih waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Dilaktasi ureter dan pyelum
normal kembali dalam 2 minggu.
7) Sistem Gastro Intestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan.
Hal ini karena alat pencernaan mendapat tekanan waktu
melahirkan, dehidrasi, hemoroid dan laserasi jalan lahir.
Supaya BAB kembali lancar dapat diberi makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
masih belum bisa BAB dalam waktu 2-3 hari dapat ditolong
dengan Huknah
13
3. Etiologi
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya
disebut involusi (Winknjosastro, 2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari
dari perdarahan post partum (Manuaba, 1998 : 190).
4. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayinya.
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Saleha, 2005)
e) Masalah dan komplikasi yang mungkin timbul saat nifas
1) Keadaan abnormal pada uterus atau rahim
a) Sub involusi uterus
14
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga proses pengecilanya terlambat.
Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadi
infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan
selaputnya terdapat bekuan darah.
b) Perdarahan
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama
sehabis persalinan akibat infeksi, sisa plasenta atau
selaput ketuban.
c) Infeksi nifas
Yaitu mencakup semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam alat-alat
genital pada waktu persalinan dan nifas.
1. Mastitis Dalam masa nifas daat terjadi infeksi dan
peradangan pada mamae melalui luka pada putting
susu atau melalui peredaran darah yang ditandai
dengan kenaikan suhu, tidak nafsu makan.
2. Bendungan ASI dan Abses payudara
5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi masa nifas
a) Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang
sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada
ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum
15
yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping
mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat
pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum
dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan
kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan
mempercepat proses involusi uterus.
b) Menyusui
Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi
merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin
yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu
uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
c) Usia
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh
proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah
lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan
lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan
dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan
menghambat involusi uterus.
d) Parietas
Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu
sering tereggang memerlukan waktu yang lama. (Sarwono, 2002).
16
e) Diet
Perlu diperhatikan dalam masa nifas untuk menaikan
kesehatan dan dalam produksi ASI. Makanan harus bermutu,
bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan dan tidak ada batasan cairan yang masuk (Mochtar, 1998)
a) Miksi dan Defeksi
a) Hendaknya BAK dilakukan secepatnya
b) BAB harus 3-4 hari PP (Mochtar, 1998 : 117).
6. Penatalaksanaan Kebidanan Pasca Bersalin
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Dapat
dilihat di Tabel.2.1
17
Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaiman mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri: Pemberian ASI awal Melakukan hubungan antara Ibu dan BBL Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah persalinan
Memastikan involusi berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah persalinan
Memastikan involusi berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
4 6 minggu setelah persalinan
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami dan memberikan konseling untuk KB secara dini
Sumber : Prawiroharjo (2002)
18
7. Tinggi fundus uteri masa nifas
Involusi adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi
disebabkan oleh kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi
terus-menerus. Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk
kembali pada keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub
involusi. Gejala dari sub involusi meliputi lochea menetap/merah
segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada
perasaan mules pada ibu nifas akibatnya terjadinya perdarahan.
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500
ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala
III. Perkirakan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya
(Anggraini, 2010).
Menurut Manuaba (1999 : 155) aktifitas fisik akan
mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen, yang kebutuhannya
akan meningkat berarti memerlukan aliran darah yang kuat, seperti
halnya otot rahim, lalu dirangsang kontraksinya dengan aktivitas fisik
maka aliran darah akan meningkat dan lancar, kontraksi uterus
semakin baik pengeluaran lochea menjadi lancar sehingga
mempengaruhi proses pengecilan rahim.
19
Ischemi, autolisis, aktifitas otot-otot saling mempengaruhi satu
dengan yang lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap
jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya jaringan otot yang baru, dan
mengecilnya jaringan otot yang membesar. Dengan demikian proses
involusi terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat
semula.
Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual
artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah
persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya
pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah
dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot
kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit. (Christian,
1996) dapat dilihat di Tabel 2.2 perubahan tinggi fundus uteri pada
masa nifas
Tabel. 2.2 Perubahan Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas Involusi Bobot
uterusDiameter
UterusPalpasi Serviks
Pada akhir Persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut / Lunak Pada akhir minggu ke 1 450 gram 7,5 cm 2 cm Pada Akhir minggu ke 2 200 gram 5,0 cm 1 cm Sesudah Akhir 6 minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit
(Sumber: pusdiknakes 2003)
Uterus pada pasca persalinan secara berangsur-angsur akan
menjadi kecil (involusi). Involusi uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot 60
gram.
20
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan 5 kali lebar semula selama kehamilan.
Pada masa ini, akan terjadi efek oksitosin, yaitu penyebab kontraksi
dan retraksi otot uterine sehingga akan mengkompres pembuluh darah
yang menyebabkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
dapat membantu mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta dapat mengurangi perdarahan pada pasca persalinan.
Uterus dikatakan berkontraksi dengan baik jika teraba keras dan jelas
batasnya. Sedangkan uterus dikatakan tidak berkontraksi dengan baik
jika teraba lembek, kenyal, dan tidak jelas batasnya.
Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas :
1) Hari ke 1 : fundus uteri setinggi pusat (umbilicus / pusar).
2) Hari ke 2 : fundus uteri berada 2 jari di bawah pusat.
3) Hari ke 7 : fundus uteri berada pada pertengahan antara pusat dan
simphisis.
4) Hari ke 10 : fundus uteri berada pada simphisis, dan setelah hari
ke 10 biasanya sudah sulit untuk dilakukan palapasi.
8. Faktor-Faktor yang mempercepat involusi uteri
a) Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh. Tentu saja
21
senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar - benar pulih (Taufik,
2008).
Setelah persalinan seorang ibu baru memasuki masa
pemulihannya dan perlahan kembali kekondisi semula, tindakan
tirah baring dan senam pasca persalinan membantu proses
fisiologis ini secara perlahan.Gerakan untuk mengembalikan otot
perut yang kendur karena peregangan selama hamil. Tak ada yang
perlu dikhawatirkan dalam melakukan latihan ini jika timbul rasa
nyeri sebaiknya dilakukan perlahan tapi jangan tidak
melakukannya sama sekali. Senam ini dilakukan sejak hari setelah
melahirkan hingga hari kesepuluh, dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara bertahap yang dimulai dari tahap yang paling
sederhana hingga yang dengan mengulang gerakan (Hariningsih,
2004)
b) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman,1993).
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan
seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi
berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi
parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya
22
berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien
lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai
Sampai jangka waktu tidak terbatas,Mobilisasi dini merupakan
faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah
dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak keuntungan
bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode
dini pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari
rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama
seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di
seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga
adanya gangguan peristaltik maupun berkemih.
Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya
kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan
terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan
jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran
jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil (Hariningsih, 2004)
c) Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi rata-rata dianjurkan
2900 Kalori yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi
yang kurang pada ibu post partum dengan status gizi yang baik
23
akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi
infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus
(Hariningsih, 2004) Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan gizi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan
air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya,(Saleha, 2009).
d) Menyusui
1. Sekresi susu atau let down
Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh
dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi
bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya
24
kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon
laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh
darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga
timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini
yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior
pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga
menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan
karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini
terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini
dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha,
2009).
2. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk
mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada
wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium
yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya
25
tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak
yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi (Saleha, 2009).
Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan
bayi merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon
oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus
dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi
uterus terjadi (Hariningsih, 2004).
9. Faktor-Faktor yang Menghambat Involusi Uterus
a) Usia
Karena pada usia lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
penurunan dimana proses penurunan terjadi peningkatan jumlah
lemak,penuan dan penurunan penyerapan lemak,pratus,serta
karbohidrat. (Manuaba,1999).
b) Paritas
Otot-otot yang terlalu sering teregang maka elastisnya akan
berkurang,dengan demikian untuk mengembangkan keadaan semua
setelah teregang memerlukan waktu yang lama,sehingga paritas dapat
mempengaruhi involusi uteri. (Manuaba,1999).
26
c) Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi
tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika
kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk
jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat
berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa, 2004).
Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam
makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis
zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an dikelompokan keadaan zat gizi
makro yaitu zat gizi sumber energy berupa karbohidrat, lemak dan
protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2004).
Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan
tubuh jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal.
Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan
mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada
seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi
kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi
(Supariasa, 2004).
Masalah diet perlu mendapatkan perhubahan pada masa nifas
untuk dapat meningkatka kesehatan dan pemberian Asi,sehingga
dengan makanan yang bergizi dapat mempengaruhi produksi Asi yang
dapat merangsa kontraksi uterus. . (Manuaba,1999).
27
d) Mobilisai dini atau aktifitas segera
Mobilisasi dini adalah suatu gerakan yang dilakukan bertujuan
untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring, miring-miring, duduk
sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan.
Tujuan memperlancar pengeluaran lochia (sisa darah nifas),
mempercepat involusi memperlancarkan fungsi organ gastrointestinal
dan organ perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi darah.dan
beranjak dari tempat tidur(pada persalinan normal)mobilisai dini dapat
mengurangi bendungan lokia dala rahim. (Manuaba,1999).
e) Menyusui(laktasi)
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI laktasi ini dapat
dipercepat dengan memberikan rangsangan putting susu (Isapan
bayi/meneteki bayi secara dini). Pada putting susu terdapat saraf-saraf
sensorik yang jika mendapat rangsangan (isapan bayi) maka timbul
impuls menuju hipotalamus kemudian disampaikan pada kelenjar
hipofisis bagian depan dan belakang. Pada kelenjar hipofisis bagian
depan akan mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin yang
berperan dalam peningkatan produksi ASI, sedangkan kelenjar
hipofisis bagian belakang akan mempengaruhi pengeluaran hormon
oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar
serta memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus
berlangsung lebih cepat (Suradi, 2004).
28
Kini pemberian ASI digalakan kembali oleh karena ternyata
memberikan ASI, mempunyai keuntungan dan keunggulan jauh lebih
besar dari pada memberikan susu formula, keuntungan bagi ibu adalah
mempercepat proses pengembalian rahim ke ukuran semula
(Manuaba,1999).
2.1.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Erny Trimarwati pada
tanggal 15 Juli 2009. Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Senam
Nifas Terhadap Penurunan Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum,Proses
pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat
penting bagi ibu setelah melahirkan.
Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh senam nifas
terhadap penurunan tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan peneluaran
lochea.
Desain pada penelitianini adalah “quasi experimental”. Sampel
diambil dari 30 orang ibu-ibu post parfum yang dirawat di RSKIA PKU
Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Besar sampel 30 orang dibagi
menjadi 2 kelompok, 15 orang diberi perlakuan senam nifas dengan
baik dan 15 orang tidak diberi perlakuan senam nifas. Dari data yang
telah terkumpul diolah menggunakan uji statistic Anova dengan tingkat
kemaknaan p < 0,05.
Dari hasil uji Anova didapatkan perbedaan hasil mean tinggi
fundus uteri antara ibu post parfum yang diberi perlakuan senam nifas
29
dengan yang tidak diberi perlakuan. Ibu post parfum yang mendapat
perlakuan senam nifas dengan baik mempunyai penurunan tinggi
fundus uteri ynag lebih cepat dengan nilai p = 0,0000 untuk frekuensi,
lama dan gerakan senam nifas. Ini berarti ada pengaruh senam nifas
terhadap tinggi fundus uteri.
Ibu post partum yang mendapatkan perlakuan senam nifas
denganbaik mempunyai kontraksi uterus yang lebih baik, dengan nilai p
= 0,000 untuk frekuensi, lama dan gerakan senam nifas. Ini berarti ada
pengaruh senam nifas terhadap kontraksi uterus.
Hasil uji anova didapatkan perbedaan hasil mean pengeluaran
lochea antara ibu post parfum yang tidak diberi perlakuan dengan
kelompok yang diberi perlakuan senam nifas dengan baik mempunyai
pengeluaran lochea yang lebih cepat, dengan nilai p = 0,048 untuk
frekuensi, lama dan gerakan senam nifas. Ini berarti adalah pengaruh
senam nifas terhadap pengeluaran lochea, sehingga penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ibu post partum yang mendapatkan perlakuan
senam nifas mempunyai penurunan tinggi fundus uteri yang lebih cepat,
kontraksi uterus yang lebih baik dan pengeluaran lochea yang lebih
cepat daripada ibu post parfum yang tidak mendapatkan perlakuan
senam nifas. Hal ini berarti senam nifas mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap involusi uterus pada hari I-III post parfum di
RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede.
30
2.2 Kerangka Berpikir
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir
Masa Nifas
Terdapat polimorph phagolitik
Penurunan TFU
Autolosis
Involusi uterus
Kontraksi uterine Efek oksitosin
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap. Jl. Gatot
Subroto 133 Telp. (0282) 534343 Cilacap Jawa Tengah.
3.1.2 Waktu Penelitian
pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 09-13 Desember 2011.
3.2 Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskritf. Metode penelitian
deskritf adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk menggambarkan atau mendeskrifsikan tentang suatu keadan secara
obyektif (Notoatmodj, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
kejadian penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di RSUD Cilacap Jl.
Gatot Subroto Kabupaten Cilacap bulan November 2011-Desember 2011.
32
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Pengambilan Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas
yang dirawat di RSUD Cilacap sebanyak 30 pasien.
3.3.2 Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2009) Populasi dan sampel
dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang dirawat di RSUD
Cilacap sebanyak 30 pasien.
3.3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
1) Rekam medik (RM) pasien
Untuk mendapatkan identitas responden secara lengkap dan akurat
lembar quisioner.
Berisi pertanyaan mengenai penurunan tinggi fundus uteri selama
masa nifas. Untuk melengkapi data pasien, apabila perlu dapat
33
dilakukan dengan interview langsung kepada responden yang
bersangkutan.
2) Daftar tabel penurunan tinggi fundus uteri
Berfungsi membantu mempermudah perhitungan mengenai
peneurunan tinggi fundus uteri setiap responden. Melakukan
perhitungan dari setiap cm anjurkan ibu untuk berjalan,miring
kanan kiri dan segera setiap hari mengkosongkan kandung kemih
jangka waktu 3-5 haridalam masa nifas, untuk mengetahui jumlah
penurunan tinggi fundus uteri ibu nifas setiap hari (cm)
disesuaikan dengan jumlah yang normal untuk ibu nifas setiap hari
yakni 11,3-10,5 cm.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini dapat menggunakan lembar pengumpulan data
untuk mencatat data-data sekunder yaitu data-data yang diambil dari buku
register nifas dan alat penelitian instrumen yang digunakan sebagai berikut :
1) Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi fundus uteri adalah metlin.
3.5 Teknik Analisa Data
Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya dilakukan
pengolahan data yang telah dikumpulkan secara deskritif dengan langkah
sebagai berikut:
34
1. Melakukan penyusunan data seluruh ibu nifas sesuai periode.
2. Mengklasifikasikan data ibu nifas dengan penurunan TFU.
3. Melakukan tabulasai data dalam bentuk tabel.
4. Menghitung angka-angka dalam jumlah dan prosentase dalam masing-
masing data dengan cara manual dengan rumus sebagai berikut:
(Prof.DR.Sugiyono)
Keterangan:
P : Persentase
f : Frekuensi responden
N : Jumlah seluruh responden
100 : Bilangan Tetap (Arikunto 2009 : 236).
:
x 100 %
35
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Cilacap periode November
2011 sampai Desember 2011 diperoleh data sebanyak 30 ibu nifas. Berikut
akan disajikan data hasil penelitian tentang penurunan tinggi fundus uteri
pada ibu nifas. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian
secara terpisah.
Tabel 4.1. Tabel Distribusi TFU Pada Ibu Nifas Di RSUD Cilacap Periode November Sampai Desember 2011
Hari Ke
Sesuai Tidak Sesuai Prosentase(%)
f Presentase(%) f Presentase(%) Sesuai Tidak Sesuai
1 10 33,3 20 66,7
31,94 70,06 2 7 23,4 23 76,6 3 6 20 24 80 4 1 13 29 97 5 21 70 9 30
Sumber : Data olahan sendiri berdasarkan data sekunder RSUD Cilacap, 2011 Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Karakteristik Paritas
Paritas
TFU Sesuai TFU Tidak Sesuai
f Presentase(%) f Presentase(%)
Primi 12 40 22 74.3 Multi 18 60 8 26,6
Jumlah 30 100 30 100 Sumber : Data olahan sendiri berdasarkan data sekunder RSUD Cilacap, 2011
36
4.2 Analisa Data
Dari data yang diperoleh diatas kita dapat menganalisa rumusan
masalah angka penurunan tinggi fundus uteri berdasarkan kelompok ibu
pada ibu nifas maupan tingkat paritas yang ada di RSUD Cilacap periode
November 2011 sampai dengan Desember 2011. Pengolahan data dapat
dilakukan menggunakan komputerisasi.
4.2.1 Dari analisa data tersebut diperoleh data Penurunan TFU Pada Ibu
Nifas yang sesuai sebagai berikut:
1. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang sesuai berdasarkan
TFU Post Partum hari ke 1 di RSUD Cilacap periode November
2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 33,3%.
2. Angka penurunan Tinggi fundus uteri yang sesuai berdasarkan
TFU Post Partum hari ke 2 di RSUD Cilacap periode November
2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 23,4%.
3. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang sesuai berdasarkan
TFU Post Partum hari ke 3 di RSUD Cilacap periode November
2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 20%.
4. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang sesuai berdasarkan
TFU Post Partum hari ke 4 di RSUD Cilacap periode November
2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 13%.
5. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang sesuai berdasarkan
TFU Post Partum hari ke 5 di RSUD Cilacap periode November
2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 70%.
37
4.2.2 Dari analisa data tersebut diperoleh data Penurunan TFU Pada Ibu
Nifas yang tidak sesuai sebagai berikut:
1. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang tidak sesuai TFU
Post Partum berdasarkan hari ke 1 di RSUD Cilacap periode
November 2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak
66,7%.
2. Angka penurunan Tinggi fundus uteri yang tidak sesuai TFU
Post Partum berdasarkan hari ke 2 di RSUD Cilacap periode
November 2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak
76,6%.
3. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang tidak sesuai TFU
Post Partum berdasarkan hari ke 3 di RSUD Cilacap periode
November 2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 80%.
4. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang tidak sesuai TFU
Post Partum berdasarkan hari ke 4 di RSUD Cilacap periode
November 2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 97%.
5. Angka penurunan tinggi fundus uteri yang tidak sesuai TFU
Post Partum berdasarkan hari ke 5 di RSUD Cilacap periode
November 2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 30%.
38
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang ditemukan di RSUD Cilacap periode November
2011 sampai dengan Desember 2011 tercatat 30 ibu nifas dengan penurunan
Tinggi fudus uteri yang sesuai. Dari hasil perhitungan diatas bahwa :
4.3.1 Rara-rata prosentase yang sesuai penurunan TFU adalah 31,94% hal
ini di sebabkan sebagai berikut:
Faktor yang pertama Penelitian ini sesuai dengan pernyataan
bahwa senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh. Tentu saja
senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar - benar pulih. Beberapa
tujuan dari senam nifas yaitu mengecilkan dan mengencangkan
dinding dan otot perut, serta mengembalikan ukuran liang senggama
kekendoran otot dinding perut dan mengembalikan
kekencangan otot Senam nifas adalah senam yang dilakukan untuk
mengembalikan dasar panggul dan otot liang senggama (Mochtar,
1998, hlm. 229)
Setelah persalinan tubuh seorang ibu akan memasuki masa
pemulihannya dan perlahan kembali ke kondisi sebelum hamil.
Tindakan tirah baring dan senam nifas membantu proses fisilogis ini
secara perlahan,Umumnya yang menjadi perhatian ibu selama masa
nifas adalah bagaimana memulihkan bentuk tubuh dan dinding perut
seperti sediakala. Sehingga dengan melakukan senam nifas bentuk
tubuh dan dinding perut akan kembali seperti sediakala.
39
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa terdapat
Penurunan tinggi fundus uteri, maka diperlukan latihan Senam nifas
secara rutin Sehingga mempercepat proses involusi uteri
Faktor yang kedua Peneliti ini sesuai dengan pernyataan bahwa
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan,dalam mobilisasi
terdapat tiga rentang gerak yaitu Rentang gerak pasif,Rentang gerak
pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Rentang gerak aktif Hal
ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring
pasien menggerakkan kakinya. Rentang gerak fungsional Berguna
untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas
yang diperlukan. Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat,
selama 8 jam pascapersalinan. Kemudian boleh miring-miring ke
kanan dan ke kiri untuk mencegah adanya tombosis dan
tromboemboli. (Mochtar, 1998:117)
Selain itu apabila keadaan ibu post partum normal, maka
setelah bebrapa jamistirahat boleh memulai senam nifas. Dari
pergerakan yang sedehana mulai menarik nafas panjang, pergantian
posisi tidur, atau posisi lain (Christina,1996:71)
40
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa terdapat
Penurunan tinggi fundus uteri, maka diperlukan Mobilisasi dini
secara rutin sehingga mempercepat proses involusi uterus.
Faktor yang ketiga Peneliti ini sesuai dengan pernyatan bahwa
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai
dengan jenis kelamin dan usia,pada ibu post partum dengan status
gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga
tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses
involusi uterus,dan status gizi ini juga sangat penting untuk
pemulihan pasca persalinaan.dan suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi serta Makan makanan yang beranekaragam
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam
yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam
pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan
yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila
terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada
satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari
makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
41
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur,Makanan sumber zat tenaga antara lain:
beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan
mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga
dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang
aktivitas sehari-hari Makanan sumber zat pembangun yang berasal
dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu.
Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging,
susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang.Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-
sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai
vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya
fungsi organ-organ tubuh terutama mempercepat involusi uterus.
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi rata-rata dianjurkan
2900 Kalori yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi
yang kurang pada ibu post partum dengan status gizi yang baik akan
mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi
dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus
(Hariningsih, 2004)
42
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa terdapat
Penurunan tinggi fundus uteri,diperlukan status gizi secara rutin
sehingga mempercepat proses involusi uterus.
Faktor yang keempat peneliti ini sesuai pernyatan bahwa
Menyusui adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusia,membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi
uterus terjadi cepat involusi uterus karena adanya rangsangan maka
dari proses menyusu Pada proses menyusui ada reflek let down dari
isapan bayi merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon
oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan
membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus
terjadi (Hariningsih, 2004).
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa
Menyusui mempengaruhi Penurunan tinggi fundus uteri, sehingga
mempercepat proses involusi uterus.
4.3.2 Rara-rata prosentase penurunan TFU yang tidak sesuai adalah
70,06% hal ini di sebabkan sebagai berikut.
Faktor pertama Peneliti ini sesuai pernyatan bahwa Usia lebih
tua banyak dipengaruhi oleh proses penurunan dan dimana proses
penurunan penyerapan lemak,pratus,serta karbohidrat dan biasanya
usia lebih tua jarang melakukan aktifitas misalnya tidak melakukan
43
senam nifas ataupun senam hamil sehingga bisa mempengaruhi
lamabtnya involusi uterus(Manuaba,1999).
Dengan adanya penurunan regangan otot akan mempengaruhi
pengecilan otot rahim setelah melahirkan, serta membutuhkan waktu
yang lama dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kekuatan dan
regangan otot yang lebih baik. Involusi uteri terjadi oleh karena
proses autolysis dimana zat protein dinding rahim dipecah, diserap
dan kemudian dibuang bersama air kencing. Bila proses ini
dihubungkan dengan penurunan penyerapan protein pada proses
penuaan maka hal ini akan menghambat involusi uterus. Selain itu
juga adanya penurunan regangan otot dan peningkatan jumlah lemak
akan menjadikan semakin lambat proses involusi uterus
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa usia
lebih tua mempengaruhi Penurunan tinggi fundus uteri yang lama,
karena Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh
proses penuaan,Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat proses
involusi uterus.
Faktor kedua peneliti ini sesuai pernyatan bahwa Paritas
mempengaruhi involusi uterus karena Otot-Otot yang terlalu sering
teregang maka elastisnya akan berkurang,dengan demikian untuk
mengembangkan keadaan semua setelah teregang memerlukan
waktu yang lama,sehingga paritas dapat mempengaruhi involusi
44
uteri,dan terlalu banyak anak juga bisa mempengaruhi involusi uteri
karena otot-otot teregang(Sarwono, 2002).
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa Paritas
mempengaruhi Penurunan tinggi fundus uteri yang lama karena otot-
ot0t teregang, sehingga menghambat proses involusi uterus.
Faktor ketiga peneliti ini sesuai pernyatan bahwa status gizi
Masalah diet perlu mendapatkan perhubahan pada masa nifas untuk
dapat meningkatka kesehatan dan pemberian Asi,sehingga dengan
makanan yang bergizi dapat mempengaruhi produksi Asi yang dapat
merangsa kontraksi uterus post partum yang mengalami proses
involusi tidak baik.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari
pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang
memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi
memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi
esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi
salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih
(Supariasa, 2004).
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa status
gizi mempengaruhi Penurunan tinggi fundus uteri yang lama hal ini
mungkin disebabkan faktor budaya yang kurang mendukung seperti
pantang makana dan tidak boleh beraktifitas,sehingga menghambat
proses involusi uterus.
45
Faktor yang keempat peneliti ini sesuai pernyatan bahwa
Mobilisai dini atau aktifitas segera Dilakukan setelah beristirahat
beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur (pada persalinan
normal)mobilisai dini dapat mengurangi bendungan lokia dalam
rahim,dan biasanya kebanyakan ibu nifas bemalas-malasan
melakukan mobilisasi dini segera maka akan mempengaruhi
lambatnya proses involusi uterus dan. Peningkatan suhu tubuh
Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari
tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh, dan Involusi uterus
yang tidak baik tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan
menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga
menyebabkan terganggunya kontraksi uterus
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa
Mobilisai dini tidak dilakukan segera akan mempengaruhi
Penurunan tinggi fundus uteri yang lama,sehingga menghambat
proses involusi uterus.
Faktor yang kelima peneliti ini sesuai pernyatan bahwa
Menyusui (Laktasi) kini pemberian Asi digalakan kembali oleh
karena ternyata memberikan Asi, mempunyai keuntungan dan
keunggulan jauh lebih besar dari pada memberikan susu
formula,keuntungan bagi ibu adalah mempercepat proses
pengembalian rahim ke ukuran semula,justru ibu nifas hanya
46
memberikan susu formula tidak baik karena involusi uterus
terganggu tidak ada rangsangan atau adanya kontraksi sehingga
involusi uterus lama penurunannya,
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI laktasi ini dapat
dipercepat dengan memberikan rangsangan putting susu (Isapan
bayi/meneteki bayi secara dini). Pada putting susu terdapat saraf-
saraf sensorik yang jika mendapat rangsangan (isapan bayi) maka
timbul impuls menuju hipotalamus kemudian disampaikan pada
kelenjar hipofisis bagian depan dan belakang. Pada kelenjar hipofisis
bagian depan akan mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin
yang berperan dalam peningkatan produksi ASI, sedangkan kelenjar
hipofisis bagian belakang akan mempengaruhi pengeluaran hormon
oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar
serta memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus
berlangsung lebih cepat (Suradi, 2004).
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa
Menyusui (Laktasi) tidak segera menyusui bayinya akan
mempengaruhi labatnya lambatnya penurunan TFU,sehingga
menghambat proses involusi uterus.
Hasil penelitan tersebut dapat dijadikan pedoman untuk
penurunan tinggi fundus uteri bagi masyarakat khususnya ibu nifas
47
Asuhan kebidanan yang dilakukan bidan adalah penurunan tinggi
fundus uteri kembali seperti sebelum hamil.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Pada saat melakukan penelitian Gambaran Penurunan Tinggi Fundus
Uteri pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap, diantaranya yaitu
4.4.1. Sampel dalam penelitian ini hanya 30 orang, sehingga untuk
penelitian berikutnya bisa menambah sampel.
4.4.2. Waktu yang digunakan terbatas, sehingga untuk penelitian
berikutnya dapat memperpanjang waktu penelitian
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian angka penurunan tinggi fundus uteri pada
kelompok umur ibu pada ibu nifas di RSUD Cilacap periode November 2011
sampai dengan Desember 2011 diperoleh simpulan sebagai berikut:
5.1.1 Terdapat Gambaran rata-rata prosentase tinggi fundus uteri yang normal
pada ibu post partum selama 5 hari yaitu 31,94%
5.1.2 Terdapat Gambaran rata-rata prosentase tinggi fundus uteri yang tidak
normal pada ibu post partum selama 5 hari yaitu 70,06%
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan
saran kepada
5.2.1 Bidan
Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat tentang penurunan Tinggi
Fundus Uteri Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai bahan
masukan bagi ibu nifas.
5.2.2 Ibu Nifas
Diharapkan ibu nifas hendaknya meningkatkan pengetahuan
khususnya Penurunan Tinggi Fundus Uteri berguna untuk penelitian
49
perbedaan jumlah yang sesuai dan tidak sesuai terhadap penurunan
Tinggi Fundus Uteri pada proses involusi uteri.
5.2.3 Masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu
nifas.
5.2.4 Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian berikutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan.
KEPUSTAKAAN
Abidin,Muhamad Zainal. 2001.Asuhan Postnatal Care. Jakarta YBPSP Ambarwati,Eny Retna.2010.Asuhan Kebidanan Nifas.Jogjakarta: Nuha Medika. Anggraini, 2010. Sinopsis obstetri Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan,Jakarta:EGC.9.Mochtar,R. (1998)
Arikunto,S. (2006) Buku Saku Praktikan Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta:
EGC. Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika. Alimul, H. A, dan Musrifatul, U. (2004), Buku Saku Pratikan Kebutuhan Dasar
Manusia, Jakarta: EGC. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC Bhratara.Manuaba. 1998, Perawatan Kebidanan, Jakarta: I. B. G. Bina Pustaka Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT. Sarwono Prawirohardjo Cambridge,C.L., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:PT
Rineka Cipta.3. Hamilton, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6, Jakarta: EGC Hariningsih, 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus. Jakarta ;
EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika Ibrahim,C.S, Kamus Keperawatan,. 1996, Jakarta:EGC. Mansjoer, Arief, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2, Jakarta: EGC Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan ,Penyakit Kandungan ,Dan Keluarga
Berencana, Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam , 1998, Sinopsis Obsteti Edisi 2 Jilid , Jakarta: EGC Notoadmojdo, Soekidjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan untuk Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta Prawiharjo, S. 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Saifudin, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Jakarta: YBP-SP Wiknjosastro, Hanifa, Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Lampiran 1 DATA IBU NIFAS DI RSUD CILACAP, KABUPATEN CILACAP
PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2011
NO NAMA UMUR (Thn) PA HB
(g%) TFU JARI ↓ PUSAT
1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5 HARI 1 Ny S 34 P3A0 10.4 2 2 3 4 2 2 Ny I 30 P1A0 10.0 2 2 4 4 3 3 Ny P 30 P2A0 11.0 4 5 7 5 54 Ny A 20 P1AO 11.9 1 2 3 3 2 5 Ny S 19 P1A0 10.6 2 1 2 5 2 6 Ny M 30 P2A0 12.2 1 4 5 4 27 Ny T 20 P1A0 11.8 1 1 3 1 2 8 Ny K 21 P1A0 10.0 1 2 5 3 3 9 Ny T 29 P1A0 10.9 2 1 4 4 4 10 Ny P 17 P1AO 11.0 2 2 4 5 2 11 Ny S 37 P3A0 11.0 3 1 6 5 2 12 Ny W 40 P4AI 10.7 2 1 5 5 2 13 Ny D 39 P4A0 10.9 1 1 3 5 2 14 Ny U 23 P1A0 12.8 3 2 6 5 1 15 Ny F 35 P4A0 11.9 2 1 5 4 3 16 Ny V 25 P1A0 10.0 1 1 4 5 4 17 Ny S 21 P1A0 12.5 3 3 3 5 2 18 Ny P 23 P2A0 10.5 1 3 4 5 2 19 Ny W 20 P1A0 11.9 2 3 3 5 2 20 Ny P 23 P1A0 12.8 2 3 5 5 2 21 Ny S 17 P1A0 11.0 3 3 3 6 222 Ny M 18 P1A0 13.0 2 4 4 4 2 23 Ny i 20 P2A0 12.9 3 3 2 5 2 24 Ny H 20 P1A0 13.3 1 1 2 3 225 Ny M 20 P1A0 9.9 2 2 2 3 5 26 Ny D 24 P3A0 11.7 1 3 2 2 2 27 Ny G 23 P2A0 12.7 2 3 3 3 228 Ny K 21 P1P0 11.4 3 3 2 3 2 29 Ny D 20 P1A0 12.2 3 3 3 4 2 30 Ny L 24 P2A0 10.4 2 3 3 5 3