02 laporan

Upload: zahira-amody

Post on 21-Jul-2015

353 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan tercapainya kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka diselenggarakan upaya-upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu melalui peningkatan berbagai upaya, diantaranya: perluasan dan pemerataan jangkauan pelayanan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, termasuk tersedianya obat dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat, aman, berkhasiat dengan memenuhi syarat yang ditetapkan, tersebar merata, dan terjangkau oleh masyarakat luas. Salah satu cara untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit yang bertujuan untuk mengusahakan pelayanan yang luas bagi setiap warga Negara. Upaya untuk mewujudkan hasil atau derajat kesehatan yang optimal bagi penderita di Rumah Sakit, yang semula hanya dititikberatkan pada upaya penyembuhan ke arah penderita, upaya secara berangsur-angsur untuk seluruh upaya

berkembang masyarakat

kesatuan peran

kesehatan

dengan

serta

masyarakat

mencakup

peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif),

1

2

dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dan kini sejalan dengan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Rumah Sakit mengembangkan pelayanan farmasi klinis dan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) yang menuntut kita untuk memberikan perhatian dan orientasi pelayanan farmasi kepada pasien, membantu memaksimalkan efek obat dengan sasaran akhir meningkatnya kualitas hidup bagi pasien. Maka perlu setiap rumah sakit yang merupakan penunjang untuk mewujudkan hal tersebut menyediakan bagian yang disebut Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang dipimpin oleh seorang apoteker Dalam mengabdikan diri di instalasi farmasi di rumah sakit seorang apoteker memungkinkan berhubungan dengan berbagai pihak untuk itu selain memahami ilmu kefarmasian, juga harus memiliki kemamapuan manajerial, kecakapan berkomunikasi antar personal yang berorientasi kepada pasien maupun sejawat profesi kesehatan lainnya, dalam

menjamin penggunaan obat dan perbekalan farmasi secara benar dan rasional. Praktek Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit yang dilakukan di BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar diharapkan dapat menjadi bekal bagi calon apoteker dalam rangka pengabdian diri kepada masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan. Oleh karena itu Praktek Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit merupakan sarana

3

pelatihan dan pendidikan bagi mahasiswa Program Studi Apoteker dengan maksud calon apoteker dapat memahami dan mengerti manajemen pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan pelayanan farmasi klinik Rumah Sakit. Adapun tujuannya adalah pembelajaran langsung fungsi, kedudukan dan peranan apoteker di rumah sakit dalam kegiatan pelayanan kefarmasian secara profesional, meliputi pelayanan kefarmasian, administrasi, pengadaan yang efisien, distribusi sediaan farmasi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan fungsi IFRS.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Uraian Umum Tentang Rumah Sakit (2,4,5,6) Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat pengabdian berbagai profesi dan tenaga kesehatan, seperti dokter, apoteker, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Dalam menjalankan fungsi di rumah sakit, pada dasarnya tidak lepas dari batasan yang diberikan oleh badan kesehatan dunia, yaitu WHO (1957), yang menyetakan bahwa peran rumah sakit tidak dapat dipisahkan dari keutuhan pelayan kesehatan. Upaya kesehatan yang berhubungan langsung dengan rumah sakit termasuk di dalamnya upaya rujukan kesehatan dan rujuan medis. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya promotif dan preventif yang mencakup bantuan teknologi, sarana dan operasional. Sedangkan rujukan medis, terutama berkaitan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau semua lapisan masyarakat. Dapat menjadi tempat pendidikan dan latihan bagi tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Di mana rumah sakit mengemban amanah, untuk melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

4

5

dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara berimbang dan komperhensif dengan upaya peningkatan derajat kesehatan dan upaya pencegahan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi : 1. Menyelenggarakan pelayanan medis 2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non-medis 3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan 4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan 5. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dan latihan 6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan 7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan Berdasarkan bentuk pelayanannya, rumah sakit dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Rumah Sakit Umum, menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk semua janis penyakit mulai dari yang bersifat dasar sampai dengan sub-spesialis. 2. Rumah Sakit Khusus, memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu tertentu, seperti kusta, paruparu, dan sebagainya. Rumah Sakit Umum Swasta dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :

6

1. Rumah Sakit Swasta Pratama, memberikan pelayanan medik yang bersifat umum saja. 2. Rumah Sakit Swasta Madya, memberikan pelayanan medik yang bersifat umum dan spesialis dalam 4 (empat) cabang. 3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, memberikan pelayanan medik yang bersifat umum, spesialis dan sub-spesialis. Rumah sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C dan kelas D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan, yang terdiri dari : 1. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas kemampuan pelayanan medik spesialitik luas dan subspesialistik luas. 2. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas. 3. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. 4. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan dan kemampuan pelayanan medik dasar.

7

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut : 1. Berdasarkan kepemilikan 2. Berdasarkan jenis pelayanan 3. Berdasarkan lama tinggal 4. Berdasarkan kapasitas tempat tidur 5. Berdasarkan afiliasi pendidikan 6. Berdasarkan status akreditasi II.2 Farmasi Rumah Sakit (3,4,5,6,7) II.2.1 Sejarah Farmasi Rumah Sakit Pada tahun 1918, Ikatan Ahli Bedah Amerika, menyadari bahwa di rumah sakit perlu adanya pelayanan farmasi dengan standar tertentu. Kemudian pada tahun 1935, ditetapkan standar minimum bagi farmasi yang ada di rumah sakit. Perkembangan berikutnya, pada tahun 1942, dibentuk wadah organisasi yang menghimpun para praktisi kesehatan yang bekerja di rumah sakit, yang disebut Asosiasi Farmasi Rumah Sakit Amerika (ASHP). Melalui pertemuan rutin organisasi ini telah melakukan

penyempurnaan standar farmasi di rumah sakit. Maka pada tahun 1958, ASHP menetapkan standar sebagai petunjuk praktis yang minimal di rumah sakit. Secara garis besar, standar minimum bagi farmasi rumah sakit yang ditetapkan meliputi, organisasi, kebijakan, personal, fasilitas, tanggung jawab dan Komite Farmasi dan Terapi.

8

II.2.2 Visi Farmasi Rumah Sakit Memberikan pelayanan farmasi profesional baik dari aspek manajemen maupun klinik dengan orientasi kepada kepentingan pasien sebagai individu yang berwawasan lingkungan dan keselamatan kerja berdasarkan kode etik. II.2.3 Misi Farmasi Rumah Sakit 1. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan Farmasi Rumah Sakit yang berdaya guna dan berhasil guna. 2. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada

tercapainya hasil pengobatan yang optimal bagi pasien. 3. Berperan serta dalam program-program pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk meningkatkan kesehatan seluruh lapisan

masyarakat, baik pasien maupun tenaga kerja rumah sakit. II.2.4 Tujuan dan Sasaran Farmasi Rumah Sakit Pada tahun 1964 ditetapkan tentang tujuan Farmasi Rumah Sakit, yaitu memberi perlindungan yang menguntungkan bagi penderita di rumah sakit, mempertahankan pelayanan kesehatan yang baik, meningkatkan penelitian dan pengembangan di rumah sakit, serta meningkatkan pengetahuan farmasi di rumah sakit. Berdasarkan pada tujuan di atas, maka disusun enam sasaran Farmasi Rumah Sakit, yaitu : a. Mengajarkan tentang filosofi dan etika profesi di rumah sakit.

9

b. Memperkuat dan mengembangkan ilmu dan keprofesian dari segala aspek di Farmasi Rumah Sakit. c. Memperkuat dan menyempurnakan administrasi dan manajemen terhadap komponen pelayanan Farmasi Rumah Sakit. d. Melakukan kursus-kursus untuk meningkatkan keterampilan

penggunaan alat kesehatan yang esensil. e. Meningkatkan penghargaan yang realistis bagi tenaga farmasi di rumah sakit. f. Mengoptimalisasi peran sumber daya manusia yang tersedia di Farmasi Rumah Sakit, untuk mengembangkan dan memperbaiki keprofesian secara keseluruhan. II.3 Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit (4,5,6) II.3.1 Syarat-syarat Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Untuk dapat mencapai tujuan Farmasi Rumah Sakit, maka mutlak diperlukan syarat-syarat baik suprastruktur maupun infrastruktur, sebagai berikut : 1. Panitia Farmasi dan Terapi Keanekaragaman obat-obatan serta klompleksnya masalah dan efektifitas penggunaan obat, menyebabkan pentingnya suatu rumah sakit membentuk suatu program untuk memaksimalkan rasionalisasi

penggunaan obat. Sehingga pasien dapat menerima perawatan terbaik. Organisasi yang menyusun dan menjalankan program ini adalah Panitia Farmasi dan Terapi.

10

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga keanggotannya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasispesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker sebagai wakil Farmasi Rumah Sakit, tenaga perawat dan tenaga administrasi. Panitia Farmasi dan Terapi mengkaji penggunaan obat,

menetapkan kebijakan penggunaan obat, mengelola Sistem Formularium dan Standar Terapi. 2. Sistem Farmasi Satu Pintu Sistem Farmasi Satu Pintu diperlukan dengan beberapa

pertimbangan sebagai berikut : Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat inap. Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit baik petugas kesehatan maupun pasien. Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab atas semua pekerjaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. 3. Kebijaksanaan Kebijaksanaan dan manajemen rumah sakit harus dituangkan menjadi program dan peraturan di Farmasi Rumah Sakit. Karena itu, apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit, harus :

11

Mampu membuat program untuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang didasarkan pada perkembangan dan kecendrungan dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.

Mengembangkan rencana dan jadwal untuk mencapai program tersebut.

Mengawasi penerapan program tersebut. Mampu melihat dan mengoreksi penyimpangan yang terjadi dalam mencapai tujuan tersebut.

Memahami fungsi rumah sakit, sistem administrasi rumah sakit dan memadukannya dengan fungsi Farmasi Rumah Sakit.

Dapat membuat laporan secara kualitatif dan kuantitatif setiap periode yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.

4. Organisasi Harus ada organisasi dari Farmasi Rumah Sakit, yang memadai dengan struktur organisasi yang baik, berupa bagan yang

menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi masing-masing. Sehingga Farmasi Rumah Sakit dapat berperan dan menjalankan fungsinya sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Di dalam struktur organisasi rumah sakit, kepala pelayan rumah sakit harus berada pada tingkat yang sama dengan kepala pelayanan kesehatan lainnya. Dipimpin oleh seorang Apoteker yang mampu dan profesional.

12

Seorang manajer atau Kepala Farmasi Rumah Sakit, harus terus dapat melaksanakan empat pedoman pokok manajemen yang baik, yaitu :.merencanakan (planning), mengorganisir (organizing),

mengaktualisasikan (actuality), dan mengawasi (controlling). 5. Sumber Daya Manusia Apoteker dalam kuantitas yang sesuai dengan fungsi rumah saki sangat diperlukan. Dibutuhkan pula tenaga penunjang teknis seperti diploma farmasi, asisten apoteker,analis farmasi, tenaga administrasi, operator dan lain-lain. Harus pula dibuat uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing personil serta program pengembangan staf dan pendidikanya. Selain itu sangat perlu pendidikan Pasca Sarjana bidang Farmasi Rumah Sakit dan Farmasi Klinik. 6. Fasilitas Harus ada sarana dan prasarana yang cukup sehingga Farmasi Rumah Sakit dapat menjalankan tugasnya dengan baik, terutama : Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat baik non-steril maupun untuk pengerjaan aseptis. Peralatan kantor untuk administrasi dan pengarsipan. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan fungsi Pelayanan Informasi Obat (PIO). Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil.

13

Ruangan yang cukup untuk seluruh kegiatan Farmasi Rumah Sakit baik gudang, ruang peracikan, produksi, distribusi, administrasi, informasi obat, arsip, dan lain-lain.

Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik.

Ruang untuk menyimpan obat/bahan obat yang mudah terbakar dan bahan berbahaya.

14

BAB III GAMBARAN UMUM BLU RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

III.1 Sejarah (9,10,11) BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dahulu bernama Rumah Sakit Dadi, yang didirikan pada tahun 1947 dengan status Rumah Sakit Negara. Bertujuan untuk melayani kasus-kasus korban revolusi dalam memepertahankan kemerdekaan. Pendirian rumah sakit umum ini diprakarsai oleh Prof. Dr. S.J.

Waraouw, dengan fasilitas awal sebuah bangsal bedah dan sebuah bangsal penyakit dalam yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa yang berdiri sejak tahun 1925. Dengan cikal bakal kedua bangsal tersebut, pada tahun 1957, Rumah Sakit Umum Dadi berdiri sendiri pada lokasi dan gedunggedung yang sama di jalan Banteng No. 34 sebagai Rumah Sakit Propinsi. Sejak tahun tersebut, baik Rumah Sakit Jiwa maupun Rumah Sakit Umum masing-masing berbenah diri dengan membangun gedung-gedung tambahan tanpa master plan. Sampai akhirnya timbul suatu kondisi yang menimbulkan kesan bahwa Rumah Sakit Umum Dadi adalah rumah sakit yang sumpek, tanpa penerangan dan ventilasi yang memadai. Terjadi kesulitan untuk mengevakuasi penderita apabila terjadi kebakaran, serta tidak adanya koridor penghubung antar gedung, karena kedua rumah sakit tersebut salah sisip. 14

15

Melihat kondisi tersebut, Gubernur Sulawesi Selatan, Prof. DR. Ahmad Amiruddin dan Menteri Kesehatan RI, DR. Suwarjono

Soeryaningrat membicarakan dan sepakat memindahkan RSU Dadi ke lokasi yang lebih strategis sebagai rumah sakit pusat rujukan dan rumah sakit pendidikan. Pada tahun 1983 mulai dilaksanakan pembelian tanah di Tamalanrea di samping kampus Universitas Hasanuddin. Pembangunan gedung pertama dilaksanakan pada tahun 1988, yaitu gedung

administrasi yang difungsikan sementara sebagai poliklinik sampai pada tahun 1993. Atas bantuan Rektor Universitas Hasanuddin yang menghibahkan sebagian lokasi Unhas seluas 8 Ha, maka pada tahun 1990

pembangunan gedung-gedung baru BLU Rumah Sakit mulai dilaksanakan dengan kapasitas 400 buah kamar tidur. Di mana pembangunan tahap pertama selesai dan dioperasikan mulai tahun 1993 dengan status Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kelas A, dan berdasarkan SK Menkes No. 238/Menkes/SK/II/1992 disebut Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pada tanggal 2 Januari 2002, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo resmi menjadi Perusahaan Jawatan dengan nama BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo. Perubahan status ini sesuai dengan Peraturan Menteri No. 125 Tahun 2000, tentang pendirian Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Keputusan Menteri

16

Kesehatan RI No. 1331/Menkes/SK/XII/2001, tentang Pengangkatan Dewan Pengawas Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo. III.2 Misi BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan paripurna, berumutu dan

terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Sebagai wahana pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta dapat menajadi wadah penelitian dan pengembangan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Misi khususnya adalah menjadi rumah sakit rujukan regional untuk wilayah Indonesia Timur serta berupaya meningkatkan dan mengembangkan pelayanan penanggulangan penyakit. III.3 Tugas dan Kewajiban BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar mempunyai tugas dan kewajiban melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan usaha penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. III.4 Fungsi Dalam rangka mengemban misi serta melaksanakan tugas dan kewajibannya, BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, berupaya untuk dapat berperan aktif dalam upaya pembangunan kesehatan dengan menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut :

17

a. Menyelenggarakan pelayanan medis. b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan III.5 Kedudukan Kedudukan Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo adalah unit organik di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah pengawasan dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik, berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan Km 11, Kotamadya Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. III.6 Struktur Organisasi Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/

XII/2001, susunan organisasi BLU Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, terdiri dari : 1. Direktur Utama 2. Direktur Administrasi dan Keuangan 3. Direktur Sarana dan Sumber Daya Manusia 4. Direktur Pelayanan dan Pendidikan 5. Direktur Perencanaan, Pengembangan, dan Promosi

18

III.7 Lokasi, Luas Gedung, dan Fasilitas III.7.1 Lokasi BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan Km 11, berada dalam lingkungan kampus Universitas Hasanuddin, Makassar. III.7.2 Luas Gedung Luas tanah BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo seluruhnya kurang lebih 13 Ha, sedangkan lokasi yang telah digunakan seluas 67.477 m2, yang meliputi : 1. Gedung Poliklinik 2. Gedung Emergency (Instalasi Rawat Darurat) 3. Gedung Radiologi dan Laboratorium 4. Gedung ICCU, ICU dan COT 5. Gedung Nursing Wards 6. Gedung Kitchen (Instalasi Gizi) 7. Gedung Utility (Serbaguna) 8. Gedung Laundry 9. Gedung Special Patient Service 10. Gedung Mortuary 11. Gedung Instalasi Farmasi 12. Gedung VIP Wards 13. Gedung Eksternal Coridors dan RAMPS : 4.150 m2 : 1.080 m2 : 2.450 m2 : 2.600 m2 : 9.210 m2 : : : : : : 600 m2 600 m2 360 m2 600 m2 240 m2 925 m2

: 1.250 m2 : 2.500 m2

19

III.7.3 Fasilitas Kapasitas tempat tidur yang tersedia di BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah 610 buah, terdiri dari : 1. Paviliun Sawit VIP A1 VIP A2 2. Paviliun Palem VIP B1 Atas VIP B1 Bawah Kelas B2/1 Atas Kelas B2/1 Bawah 3. Paviliun Pinang VIP B1 Bawah Kelas B2/1 Bawah 4. Paviliun Pinang VIP B1 Bawah Kelas B2/1 Bawah 5. Lontara I (Interna/Penyakit Dalam) Kelas II Atas Kelas II Bawah Kelas III Atas Kelas III Bawah Isolasi : 20 tempat tidur : 16 tempat tidur : 24 tempat tidur : 30 tempat tidur : 4 tempat tidur : 1 tempat tidur : 6 tempat tidur : 5 tempat tidur : 6 tempat tidur : 8 tempat tidur : 8 tempat tidur : 26 tempat tidur : 28 tempat tidur : 3 tempat tidur : 18 tempat tidur

20

Intermediate 6. Lontara I (Kardiologi) Kelas II Bawah Kelas III Bawah 7. Lontara II (Bedah) Kelas II Atas Kelas III Atas Isolasi Intermediate 8. Lontara II (Bedah Orthopedi) Kelas II Bawah Kelas III Bawah 9. Lontara II (Bedah Urologi) Kelas II Bawah Kelas III Bawah Isolasi 10. Lontara III (Bedah Syaraf) Kelas II Bawah Kelas III Bawah Intermediate 11. Lontara III (Syaraf) Kelas II Bawah Kelas III Bawah

: 5 tempat tidur

: 8 tempat tidur : 12 tempat tidur

: 16 tempat tidur : 36 tempat tidur : 1 tempat tidur : 8 tempat tidur

: 12 tempat tidur : 18 tempat tidur

: 12 tempat tidur : 18 tempat tidur : 1 tempat tidur

: 8 tempat tidur : 18 tempat tidur : 4 tempat tidur

: 16 tempat tidur : 12 tempat tidur

21

Isolasi 12. Lontara III (THT) Kelas II Atas Kelas III Atas Isolasi 13. Lontara III (Mata) Kelas II Atas Kelas III Atas 14. Lontara III (Kulit Kelamin) Kelas II Atas Kelas III Atas 15. Lontara IV (Kesehatan Anak) Kelas II Atas Kelas II Bawah Kelas III Atas Kelas III Bawah 16. Lontara IV (Obstetri) Kelas II Bawah Kelas III Bawah 17. Lontara IV (Ginekologi) Kelas II Atas Kelas III Bawah Intermediate

: 2 tempat tidur

: 8 tempat tidur : 12 tempat tidur : 1 tempat tidur

: 8 tempat tidur : 12 tempat tidur

: 4 tempat tidur : 8 tempat tidur

: 8 tempat tidur : 12 tempat tidur : 12 tempat tidur : 18 tempat tidur

: 12 tempat tidur : 18 tempat tidur

: 8 tempat tidur : 12 tempat tidur : 4 tempat tidur

22

18. Lontara IV (Perinatologi) Kelas II Bawah Kelas III Bawah 19. Perawatan Intensif ICU (non kelas) 20. Cardiac Centre ICCU (non kelas) 21. Burn Unit (UP. Bedah) Kelas II Atas III.7.4 Unit Pelayanan Medik 1. UP Bedah Umum 2. UP Orthopedi 3. UP Penyakit Dalam 4. UP Urologi 5. UP Kardiologi 6. UP Kebidanan dan penyakit kandungan 7. UP Anak 8. UP THT 9. UP Mata 10. UP Kulit-kelamin 11. UP Anestesi dan Pelayanan Intensif 12. UP Gigi dan Mulut 13. UP Gizi Klinik : 7 tempat tidur : 12 tempat tidur : 8 tempat tidur : 4 tempat tidur : 12 tempat tidur

23

14. UP Jiwa (Stress dan Gangguan Emosi) 15. UP Rehabilitasi Medik 16. UP Radiologi 17. UP Laboratorium 18. UP Neurologi 19. UP Forensik dan Pemulasaran Jenazah dan Patologi Anatomi 20. UP Bedah Syaraf III.7.5 Unit dan Koordinator Pelayanan Medik 1. UP Poliklinik Pegawai dan Check Up 2. UP Gawat Darurat dan Evakuasi 3. UP Khusus (Sawit, Palem, Pinang, dan Poliklinik BLUjian) 4. UP Bedah Sentral 5. Koordinator Ka. Unit Bedah 6. Koordinator Cardiac Center III.7.6 Instalasi Medik 1. Instalasi Farmasi dan CSSD 2. Instalasi Pemeliharaan Sarana 3. Instalasi Laundry dan Linen 4. Instalasi Diklat 5. Instalasi Dapur dan Gizi 6. Instalasi Rekam Medis 7. Instalasi Costumer Service 8. Instalasi Ketertiban & Kebersihan

24

9. Instalasi EDP III.8 Sumber Daya Manusia Tenaga Farmasis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo terdiri dari: a. Apoteker PNS b. S1 Farmasi c. Asisten Apoteker PNS d. Non Asisten Apoteker PNS e. Tenaga kontrak Asisten Apoteker f. Tenaga kontrak Non Asisten Apoteker g. Tenaga kontrak Kurir Obat III.9 Apotek dan Depo III.9.1 Apotek Instalasi Rawat darurat (IRD) Apotek IRD dikelolah oleh seorang Apoteker, 9 orang Asisten : : : : : : : 21 orang. 9 orang 18 orang 4 orang 15 orang 9 orang 10 orang

Apoteker dan seorang Administrator. Pelayanan pasien IRD melayani alat kesehatan dan obat untuk pasien umum, Askeskin dan Askes. Untuk pasien Askeskin hanya melayani alat-alat kesehatan dan cairan, untuk obat-obatannya diambil di Apotek Gakin. Adapun komitmen dari Apotek IRD adalah Mengutamakan pelayanan, Segera, Cepat dan Tepat. Sistem penataan dan penyimpanan obat di apotek IRD menggunakan system alphabetis yang disesuaikan dengan bentuk sediaan. Sedangkan sistem pelayanan/pemberian obat pada pasien menggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispensing), Hal ini dilakukan mengingat pasien dirawat di IRD

25

maksimal 8 jam, selanjutnya pasien memilih untuk pulang (rawat jalan) atau rawat inap. Kecuali pada saat-saat tertentu apabila setiap ruangan terisi penuh maka pasien dirawat lebih dari 8 jam tetapi disisi lain pemberian obat tetap untuk sekali pakai Obat-Obat yang harus ada atau produk life saving antara lain : 1) Antropin sulfat Injeksi 2) Adrenalin Injeksi 3) Isosorbit dinitrat Injeksi 4) Aminophillyn Injeksi 5) Efedrin 6) Diazepam 7) Obat-obat Narkotik (Morfin, Petidin dan Gentamil) 8) Obat-Obat untuk keperluan bedah biasa disebut cairan paket meliputi : Dicynon, Kalnex (asam traneksamat), Vitamin K, Vitamin E, Adona 9) Obat-obat Obtetry Gynecologi meliputi : Dextrose, Oxytocin,

Metilergotamin, Pitogin 10) Obat-obat untuk anak meliputi : Amoxicillin, Gastrul, obat- obat demam (Domperidon, Vometa) Pelayanan resep untuk Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melayani alat kesehatan dan obat untuk pasien rawat jalan dari beberapa poliklinik yang ada di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo. Juga melayani resep dari poliklinik (poli perjanjian).Semua obat-obatan yang diresepkan oleh poli perjanjian dalam bentuk paket obat

26

III.9.2 Apotek Rawat Jalan Tenaga Farmasis di Apotek ini terdiri dari seorang Apoteker, 3 orang Asisten Apoteker dan seorang Administrator. Apotek ini melayani resep dari pasien yang berobat di Poliklinik Rumah Sakit, dimana sistem penyediaan obatnya berdasarkan individual prcribing, atau resep dari dokter langsung dilayani di Apotek IRJ, Jenis obat yang tersedia di apotek ini terdiri dari generik dan paten. Mahasiswa mendapat kesempatan untuk melayani resep mulai dari penerimaan resep, pemacaan serta menyerahkan langsung pada pasien. III.9.3 Apotek Gakin Apotek Gakin di kelola oleh 1 orang apoteker. Apotek Gakin khusus melayani pasien-pasien Jamkesmas dan Jamkesda. sedangkan jenis obat yang dilayana berdasarkan Pedoman Pelayanan (Manlak). Jenis obat-obat yang di sediakan sebagian besar adalah generik, dan beberapa obat-obatan Paten yang harganya di sesuaikan dengan harga generik. Sistem pelayanan obat menggunakan Individual

Prescribing (IP) khusus untuk obat oral dimana sebagaian besar jumlah obat yang diberikan untuk pemakaian 3 hari. Sedangkan untuk cairan infus maksimal 5 botol untuk pemakaian sehari kecuali ada keterangan dari dokter bahwa pasien membutuhkan lebih dari jumlah yang telah ditetapkan. Selama mahasiswa PKPA bertugas diapotek ini diberi kesempatan untuk melayani resep mulai dari penerimaan sampai dengan

27

menyerahkan obat pada pasien. Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi dengan penaggung jawab apotek tentang sistem perencaan, pengadaan, pnyimpanan sampai pendistribusian obat dan alat kesehatan serta kendala-kendala yang sering dihadapi. III.9.4 Apotek Rawat Inap Atas (RIA) Pada Apotek Rawat Inap Atas (RIA) melayani resep untuk pasien Ruang Lontara I, Lontara II, Lontara III dan Lontara IV bagian atas. Apotek RIA melayani penagihan, Askes sosial dan pasien umum, Jamkesmas serta Jamkesda. Dimana apotek ini dikelolah oleh seorang Apoteker dan 2 orang Asisten Apoteker. Pada apotek ini mahasiswa melakukan kegiatan yang sama yaitu melakukan pelayanan resep mulai penerimaan sampai dengan

penyerahan pada pasien/keluarga pasien. Juga berdiskusi dengan penanggung jawab apotek tentang pendistribusian perbekalan farmasi serta kendala yang dihadapi. III.9.5 Apotek Rawat Inap Bawah (RIB) Pada Apotek Rawat Inap Bawah (RIB) seperti Apotek RIA yaitu melayani resep untuk pasien Ruang Lontara I, Lontara II, Lontara III dan Lontara IV bagian bawah, baik pasien penagihan, Askes sosial dan pasien umum. Apotek ini dikelolah oleh seorang Apoteker, 5 orang Asisten Apoteker dan 3 orang kurir. Pada apotek ini mahasiswa melakukan kegiatan yang sama yaitu melayanani resep mulai dari penerimaan sampai penyerahan.

28

Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi dengan penanggung jawab apotek tentang sistem pengelolaan perbekalan farmasi yang diterapkan serta masalah-masalah yang sering dihadapi. III.9.6 Depo Pavilium Sawit Depo Pavilium Sawit dikelola oleh 2 orang Apoteker dan 1 orang Asisten Apoteker (DIII) dan melayani pasien selama 24 jam. Dimana pelayanan obat untuk setiap pasien menggunakan system One Dayli Doses (ODD), pasien yang dilayani pada apotek ini adalah pasien umum, Askes maupun penagihan. Sedangkan untuk pasien Askeskin tidak dapat dilayani. Khusus untuk pasien Askes selain alat kesehatan, penyediaanya ditangani oleh perawat yang diambil langsung dari Apotek Pelengkap Kimia Farma, tetapi untuk pemakaiannya tetap berkoordinasi dengan petugas Depo Pavilium dalam hal ini Apoteker. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa PKPA adalah melayani langsung resep pasien yang kemudian obat diantarkan langsung pada pasien didampingi oleh Apoteker penanggung jawab, meracik obat sitostatika serta melakukan diskusi dengan Apoteker penangggung jawab tentang system pemhelolaan perbekalan farmasi yang diterapkan serta kendala-kendala yang sering dihadapi. III.9.7 Depo Pavilium Palem Depo Pavilium Palem dikelola oleh seorang Apoteker dan 2 orang Asisten Apoteker (DIII). Depo palem merupakan depo pembantu apotik

29

umum dimana diperuntukan untuk melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan diperawatan palem. Depo Palem melayani pasien rawat inap khusus pasien pavillium palem. Pemberian obat atau injeksi masih menggunakan sistem Individual Prescribing (IP) Untuk alat kesehatan biasanya diberikan dalam sehari, 3 hari, dan ada juga yang per 7 hari. Depo ini melayani obat-obat askes dan umum serta penagihan. Sedangkan untuk pasien Askeskin ridak dilayani pada Depo ini. Disamping menggunakan sistem Individual prescribing, Depo Pavilium Palem juga menggunakan sistem Floor Stock khusus untuk alat kesehatan tetapi sistem ini dipakai pada hari minggu dan hari-hari libur lain, hal ini dilakukan oleh karena pelayanan di Depo Pavilium Palem mulai jam 08.00 sampai 16.00 selama 5 hari kerja. Pada depo ini mahasiswa melakukan kegiatan berupa pelayanan terhadap resep mulai dari penerimaan sampai dengan mengantarkan langsung pada pasien serta dapat memberikan informasi mengenai obat kepada pasien maupun keluarga pasien. Juga diskusi dengan

penanggung jawab apotek tentang pengelolaan perbekalan farmasi yang diterapkan serta kendala yang dihadapi. III.9.8 Depo Pavilium Central Operation Center (COT) Pelayanan alat kesehatan dan obat yang dilakukan di Depo COT berbentuk paket yang disiapkan oleh farmasis dan diambil langsung oleh dokter atau perawat. Adapun paket tersebut yaitu :

30

1) Anastesi General, terdiri dari inhalasi (isoflurane), pelumpuh otot, penenang, propranolol, alat infuse, ETT. 2) Anastesi Epidural, terdiri dari alat-alat epidural (epidural set, Lidocain sekitar 20 ampul), selain alat-alat epidural juga disiapkan paket anastesi general. 3) Anastesi lokal, terdiri dari Lidocain. 4) Anastesi Spinal, terdiri dari alat-alat spinal dan Bunascan. 5) Anastesi tiva, terdiri dari Propanolol sekitar 3 ampul, benang, catether III.9.9 Apotek Intensive Care Unit (ICU) Pelayanan obat di Apotek ICU dilayani oleh seorang Apoteker dan 2 orang Asisten Apoteker. Dimana apotek ini melayani semua jenis transaksi baik pada pasien umum, pasien Askes dan pasien Askeskin, khusus untuk pasien askes dan askeskin yang dilayani didepo ini adalah alat kesehatan sedangkan untuk pelayanan obat dan cairan dilayani di Apotek Gakin untuk pasien askeskin dan pembelian langsun Apotek Pelengkap (Kimia farma) untuk pasien askes. Metode distribusi obat dan alkes didepo ini menggunakan Floor stock untuk pasien yang akan melakukan operasi diruang ICU maupun yang sedang mendapatkan

perawatan intensif diruang ICU. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa adalah melayani resep, melakukan stock opname serta berdiskusi dengan penanggung jawab apotek tentang sistem pengelolaan perbekalan farmasi yang diterapkan.

31

III.9.10 Depo Cardiac Center Pada Depo Cardiac Center melayani pasien yang ada pada ruang Instalasi Cardiac Center. Instalasi Cardiac Center melakukan pelayanan kateterisasi, pemasangan cincin pada jantung, dll. Pelayanan alat

kesehatan dan obat di Depo Cardiac Centre dilayani oleh farmasis untuk pasien umum sedangkan untuk pasien Askeskin dan Askes sosial hanya dilayani alat kesehatan dan obatnnya diambil pada Apotek Gakin untuk pasien Askeskin dan Apotek Pelengkap untuk pasien Askes sosial. Alat kesehatan dalam bentuk paket meliputi : 1) Infus set 2) Transfusi set 3) Catether 4) Abocath 18 dan 20 5) Disposible 1 cc, 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, Dispo 50 cc stringe- Dispo 50 cc 6) TIP 7) Nasal O2 8) Three way III.10 Pedoman Penggunaan Kartu Instruksi Obat (KIO) a. KIO merupakan penggati resep dan sebagai kartu kontrol pemberian obat, dimana pasien pada saat mengambil obat ke Apotek/Depo hanya dengan membawa KIO.

32

b. Khusus pasien Askeskin dan Askes sosial lembar KIO dan Surat Jaminan perawatan digunakan sebagai dokumen untuk klaim ke PT. Askes. c. Lembar KIO tersedia dalam status pasien ada 4 : 1) Warna putih untuk pasien umum 2) Warna kuning untuk pasien Askeskin 3) Warna merah untuk pasien Askes Sosial 4) Warna hijau untuk pasien penagihan (IKS) d. Dokter mengisi lembar KIO dengan lengkap. Tata cara pengisian kartu KIO : 1) Mengisi data pasien (identitas). 2) Mengisi kolom tanggal mulai sampai stop minum obat. 3) Mengisi kolom nama obat, dosis, aturan pakai. 4) Setiap satu kotak hanya boleh diisi dengan 1 jenis obat disertai dosis, aturan pakai, nama dan tanda tangan dokter. 5) Untuk penulisan alat kesehatan dalam satu kotak boleh diisi 1-3 jenis alat kesehatan dengan jumlah tiap alkes yang dibutuhkan. 6) Mengisi kolom tanggal pemberian obat. e. Pengisian kolom tanggal 1) Tanggal mulai minum obat. 2) Tanggal mulai berhenti minum obat. f. Pengisian kolom nama obat, dosis, aturan pakai : 1) Nama obat ditulis dengan lengkap

33

2) Dosis 3) Bentuk sediaan 4) Nama dan tanda tangan dokter pada tiap baris nama obat. g. Pengisian kolom tanggal pemberian obat : 1) Perawat manandai dengan ceklist () pada kolom tanggal pemberian obat. 2) Petugas Farmasi mengisi kolom tanggal pemberian obat dengan angka sesuai jumlah obat yang dibeikan. 3) Petugas Farmasi mengarsir kolom tanggal obat mulai dihentikan. h. Tanggal stop obat. 1) Saat obat di hentikan, dokter harus menulis secara jelas di KIO. 2) Tulis tanggal resep obat dihentikan (Tanggal stop) i. Dokter hanya menulis satu kali untuk setiap nama obat selama obat tersebut digunakan j. Memberikan kembali obat yang pernah dihentikan : 1) Dokter menulis ulang obat yang pernah distop di baris baru yang masih kosong. 2) Menulis tanggal dimuali kembali pemberian obat tersebut. 3) Pengisian kolom tanggal pemberian diisi pada baris lama karena kolomnya sudah diarsir. k. Masa berlaku KIO : 1) Tiap lembar KIO berlaku satu bulan untuk tiap pasien.

34

2) Bila pasien masih dirawat pada bulan selanjutnya, maka perlu ditambah KIO satu lembar ke-2. 3) Bila pasien pulang KIO dan status dikembalikan ke instalasi Farmasi sebagai dokumen untuk klaim. III.11 Standart operationing prosedur di Apotek dan Depo Transaksi yang bisa dilakukan di Apotek : a. Pelayanan obat kepada pasien Menjual obat/alat kesehatan kepada pasien yang dirawat rumah sakit. Dimana pembayaran tidak langsung dilakukan dikasir apotik billing pembayaran transaksi ini bersifat mengurangi stok. Laporan transaksi ini dapat dilihat pada laporan pelayanan obat. b. Transaksi Langsung 1) Penerimaan sisa residu Pencatatan selisih barang dimana stok real lebih besar dari stok pada kartu stok. Transaksi ini bersifat menambah stok. Data transaksi ini dapat dilihat pada laporan. Tansaksi penerimaan sisa residu dan informasi dicacat kekartu stok. 2) Pencatatan barang rusak, expire date Melakukan pencatatan barang yang elah rusak atau kadaluarsa. Transaksi ini bersifat mengurangi stok. Bertambahnya transasi ini dilihat pada laporan transaksi pengeluaran barang rusak/informasi dicatat dikartu stok

35

3) Pengeluran ke unit rumah sakit Melakukan distribusi barang ke unit ruangan. Transaksi ini bersifat mengurang stok, dapat dilihat pada laporan transaksi pengeluaran kebutuhan lain dan informasi dicatat dikartu stok 4) Pencatatan barang hilang Barang yang dianggap hilang. Transaksi ini dapat bersifat mengurangi stok, data transaksi ini dapat dilihat pada transaksi pengeluaran barang hilang dan informasi (kartu stok) 5) Permintaan obat dan alkes ke gudang Mengajukan permintaan barang kegudang melalui proses permintaan. Tidak mempengaruhi stok. Laporan transaksi ini dapat dilihat pada laporan harian permintaan obat dan laporan rekap permintaan obat per pasien. 6) Monitoring pelayanan obat Untuk melakukan monitoring pelayanan pada pasien, transaksi ini bersifat tidak mempengaruhi stok. Blacing cara bayar digunakan untuk menyearakan cara bayar yaitu mengikuti cara bayar terakhir 7) Retur penjualan Untuk melakkan pengembalian obat pasien yang didapat dari transaksi pelayanan obat pasien. Transaksi ini menambah jumlah stok barang. Transaksi ini dapat dilihat pada retur penjualan obat dan Alkes.

36

8) Stock of name Untuk melalkukan proses stock of name yaitu mengakumulasi seluruh transaksi yang terjadi.

37

BAB IV INSTALASI FARMASI BLU RS. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

IV.1 Visi dan Misi IV.1.1 Visi Menjadi instalasi rujukan internasional pada tahun 2015 yang mampu memberikan pendidikan dan pelayanan farmasi bagi semua pasien dengan kualitas yang dapat dipertanggunjawabkan secara profesional. IV.1.2 Misi Menyelenggarakan pelayanan farmasi secara optimal mulai dari aspek manajemen dan aspek klinik dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (K3RS). IV.2 Falsafah Bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu serta terjangkau bagi setiap lapisan masyarakat. IV.3 Tujuan 1. Terselenggaranya pengelolaan perbekalan farmasi yang efisien, efektif, aman, dengan biaya terjangkau. 2. Terselengaranya asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. 37

38

3. terselengaranya pencatatan dan pelaporan dari kegiatan farmasi rumah sakit. 4. Melaksanakan kebijakan obat dirumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat yang rasional kepada pasien. IV.4 Struktur Organisasi Struktur organisasi Instalasi Farmasi BLU Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi dan beberapa Koordinator. IV.5 Uraian Jabatan Fungsional dan Tugasnya IV.5.1 Kepala Instalasi Farmasi 1. Uraian Tugas a) Menyiapkan semua data di Instalasi Farmasi untuk disajikan kepada Direktur baik secara langsung maupun tidak langsung b) Memberikan saran mengenai kefarmasian baik diminta maupun tidak diminta kepada Direktur baik secara langsung maupun tidak langsung c) Membuat uraian tugas bagi para pegawai yang bekerja di lingkungan Instalasi Farmasi d) Merencanakan dan mengajukan kebutuhan pegawai, sarana, prasarana dan anggaran biaya untuk Instalasi Farmasi kepada Direktur dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Instalasi Farmasi

39

e) Mengadakan

pendidikan,

penelitian

dan

pengembangan

di

lingkungan Instalasi Farmasi f) Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan Kepala Instalasi / Unit Pelayanan lain dalam rangka peningkatan pelayanan Instalasi Farmasi g) Memberikan laporan berkala meliputi : Pengadaan dan penggunaan perbekalan Farmasi untuk setiap bulan, triwulan dan tahun. Menyiapkan data tentang kebutuhan perbekalan Farmasi. Menyiapkan data tentang penggunaan obat narkotik untuk setiap bulan dan tahun. Menyiapkan data kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi setiap bulan dan tahun kepada Direktur. h) Memberikan laporan tahunan Instalasi Farmasi kepada Direktur i) Memberikan laporan segala kegiatan dan kejadian di Instalasi Farmasi baik lisan maupun tertulis kepada Direktur j) Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Direktur. 2. Tanggung Jawab a) Bertanggung jawab menyusun program kerja Instalasi Farmasi sebagai bahan penyusunan program kerja Perjan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo b) Bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan, keamanan, dan kelancaran tugas di lingkungan Instalasi Farmasi

40

c) Bertanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan pegawai dan kesejahteraan pegawai dilingkungan Instalasi Farmasi dengan cara: Menempatkan setiap pegawai pada tugas yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan. Meningkatkan kesejahteraan pegawai untuk menciptakan rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki yang lebih besar sehingga semua pegawai dengan sadar dan ikhlas mengabdi kepada Rumah Sakit. d) Bertanggung jawab terhadap semua peralatan dan sarana yang ada di Instalasi Farmasi agar selalu dalam keadaan baik, lengkap serta siap pakai e) Bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan Instalasi Farmasi berjalan dengan baik dan lancer sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan f) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi serta pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lainnya g) Bertanggung jawab dan mengadakan evaluasi terhadap semua kegiatan di Instalasi Farmasi dan bila perlu mengadakan perbaikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit

41

h) Bertanggung jawab terhadap semua laporan berkala Instalasi Farmasi yang meliputi : Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi. Pengadaan dan penggunaan perbekalan farmasi untuk setiap bulan, triwulan dan tahun. Penggunaan obat narkotik untuk setiap bulan dan tahun. Data kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi setiap bulan dan tahun. i) Bertanggung jawab terhadap laporan tahunan Farmasi. 3. Wewenang a) Melakukan perbaikan system dan prosedur di Unit Instalasi Farmasi b) Membuat rencana pengembangan Instalasi Farmasi c) Memberikan penilaian terhadap kinerja pegawai Instalasi Farmasi d) Menegur Staf bila melanggar disiplin kerja e) Mengambil keputusan teknis di lapangan f) Melakukan pembinaan SDM IV.5.2 Koordinator Administrasi Koordinator Administrasi mempunyai tugas : 1. Menyusun program kerja dan kegiatan di Koordinator Administrasi. 2. Menyiapkan semua data, termasuk kebutuhan pegawai, sarana, prasarana Administrasi untuk disajikan kepada Kelapa Instalasi Farmasi.

42

3. Membuat prosedur tetap dan uraian tugas serta mengawasi semua kegiatan di Koordinator Administrasi. 4. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja lainnya. 5. Menyusun laporan berkala dan leporan tahunan mengenai kegiatan Instalsi Farmasi, pemakaian barang farmasi serta laporan tahap akhir barang farmasi bulanan dan tahunan. 6. Melaporkan kejadian atau hal-hal yang menghambat pelaksanaan tugas di Koordinator Administrasi baik lisan maupun tertulis kepada Kepala Instalasi Farmasi. 7. Melakukan Administrasi. IV.5.2.1 Kepegawaian & Diklat Koordinator Diklat dan Pengembangan bertugas mengkoordinir pendidikan dan pelatihan Mahasiswa Program Diploma (DIII) Farmasi dan Mahasiswa Program Profesi Apoteker serta berkoordinasi dan bekerja sama dengan unit kerja lain di dalam dan di luar instalasi farmasi yang berkaitan dengan Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan evaluasi terhadap semua kegiatan di Koordinator

mengkoordinir Pendidikan dan pelatihan staf instalasi farmasi. Koordinator Pendidikan, Pelatihan dan pengembangan

bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Mahasiswa Farmasi di Instalasi Farmasi dan atas pelaksanaan semua kegiatan pendidikan dan Pelatihan Staf Farmasi dan berwenang

43

menyusun rencana pengembangan sumber daya manusia (SDM) Instalasi Farmasi rencana Pengembangan Pelayanan Instalasi Farmasi. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa di bagi dalam dua tahap yaitu kegiatan manajemen rumah sakit dimana mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan pelayanan di apotek dan depo yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kunjungan ke pasien rawat inap, serta menerapkan Pharmaceutical Care. Tahap ke dua yaitu farmasi klinis, dimana mahasiswa di beri kesempatan untuk mempelajari status pasien di ruang perawatan, untuk mengamati profil pengobatan yang diterima oleh pasien, apakah rasional atau tidak. Selama melakukan kegiatan praktek ini setiap harinya diadakan diskusibaik untuk manajemen maupun farmasi klinik berupa persentasi kasus untuk tiap mahasiswa IV.5.2.2 Monitoring & Evaluasi 1. Uraian Tugas a) Menyusun rencana kegiatan di Koordinator Monitoring dan Evaluasi b) Menyiapkan semua data di Koordinator Monitoring dan Evaluasi untuk diajukan kepada Kepala Instalasi Farmasi c) Melakukan monitoring terhadap seluruh kegiatan Instalasi Farmasi d) Melakukan monitoring terhadap seluruh pendapatan Instalasi Farmasi tunai dan non tunai e) Melakukan monitoring terhadap kinerja seluruh staf Instalasi Farmasi f) Melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan Instalasi Farmasi

44

g) Melakukan evaluasi terhadap seluruh pendapatan Instalasi Farmasi baik tunai maupun non tunai h) Melakukan evaluasi terhadap kinerja seluruh staf Instalasi Farmasi i) Membuat laporan kegiatan Koordinator Monitoring dan Evaluasi 2. Tanggung Jawab a) Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan monitoring dan evaluasi di Instalasi Farmasi a) Bertanggung jawab atas tata tertib dan kelancaran kegiatan di Koordinator monitoring dan evaluasi 3. Wewenang a) Menyusun rencana kegiatan Koordinator Monitoring dan Evaluasi b) Menyusun hasil kinerja personal yang ada di Koordinator Monitoring dan Evaluasi IV.5.3 Koordinator Perbekalana Koordinator Perbekalan mempunyai tugas : 1. Menerima daftar kebutuhan dari Koordinator Perencanaan sebagai dasar penerimaan barang di Gudang. 2. Menerima faktur barang masuk dari Penitia Pemeriksa Barang (PPB) dan Bagian Penerimaan barang untuk ditandatangani sebagai bukti barang telah diterima. 3. Menerima SP dari bagian Pengadaan Barang dan Mencatat

nomor/tanggal/nilai SP dan Mata Anggaran pada Buku Penerimaan Barang dan Monitoring Faktur setelah mencatat faktur dan SPnya.

45

4. Membuat, mengecek, dan menandatangani Laporan Nilai Penerimaan Barang setiap bulan. 5. Mengecek dan menandatangani Berita Acara Pengeluaran Harian beserta B2 (Permintaan dan penggunaan bahan farmasi pakai habis) dan B3 (Permintaan dan penggunaan bahan farmasi bukan pakai habis). 6. Mengecek dan menandatangani Laporan Pengeluaran Barang ke Apotek / Depo / Poliklinik / Ruang Perawatan. IV.5.4 Koordinator Pengadaan, SIM Farmasi & Keuangan IV.5.4.1 Pengadaan Uraian tugas : 1. Menerima dan meneliti semua berkas PH barang farmasi dari

perusahaan farmasi. 2. Membuat tabulasi harga barang farmasi dan mengajukannya kepada Kepala Koordinator Administrasi untuk di cek. 3. Melanjutkan tabulasi harga barang farmasi kepada kepala Instalasi Farmasi untuk ditandatangani. 4. Menerima daftar kebutuhan barang farmasi dari Koordinator

Perencanaan. 5. Memesan barang farmasi di perusahan farmasi berdasarkan harga termurah, mutu yang baik dan sesuai dengan kebutuhan depo dan apotek.

46

6. Mengecek harga dan jenis barang yang ada di faktur apakah sesuai pesanan atau tidak. 7. Menerima, mencatat, mengarsipkan semua faktur berdasarkan nomor SP. 8. Membuat laporan nilai pembelian barang farmasi setiap bulan kepada Koordinator Administrasi dan Kepala Instalasi Farmasi untuk diketahui 9. Bertanggung jawab atas ketersediaan barang farmasi. 10. Meneliti berkas penagihan dan membayar pembelian barang farmasi yang dibeli melalui anggaran UYHD serta membuat laporan

pertanggungjawabannya untuk Kepala Instalasi Farmasi. IV.5.4.2 SIM Farmasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. a. Sistem informasi klinik Merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk

membantu pasien dalam hal pelayanan medis. Contoh : Sistem Informasi di ICU, Sistem Informasi pada alat seperti CT Scan, USG tertentu.

b. Sistem informasi Administrasi Merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan

Administrasi di Rumah Sakit. Contoh : Sistem Informasi Administrasi,

47

Sistem Informasi Billing Sistem, Sistem Informasi Farmasi, Sistem Informasi Penggajian. c. Sistem informasi manajemen Merupakan sistem informasi yang membantu manajemen Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan. Contoh : Sistem Informasi Manajemen Pelayanan, Sistem Informasi Keuangan, Sistem Informasi Pemasaran (Sabarguna, 2003). Sistem informasi selalu berkaitan dengan komputer, dimana semua proses perhitungan dan penyimpanan dibantu oleh komputer. Tetapi ada juga sistem informasi secara manual, dimana dilakukan dengan tangan atau menggunakan kertas saja. Untuk memilih sistem yang baik perlu mempertimbangkan hal-hal tertentu, antara lain : kembangkan dulu sistem manual yang rapi, kembangkan sistem informasi secara bertahap, adakan evaluasi dan pengembangan yang terus-menerus (Sabarguna, 2003). Dalam siklus manajemen di rumah sakit, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : (Quick, 1997) : a. Permintaan tujuan dan target b. Memperhatikan kebutuhan pelayanan c. Alokasi sumber daya d. Pengendalian mutu pelayanan e. Evaluasi program

48

Secara lebih rinci Sistem Informasi Rumah Sakit dapat mendukung a. Pengendalian mutu pelayanan medis. b. Pengendalian mutu dan penilaian produktivitas. c. Analisa pemanfaatan dan perkiraan kebutuhan. d. Perencanaan dan evaluasi program. e. Menyederhanakaan pelayanan. f. Penelitian klinis. g. Pendidikan (Sabarguna, 2003). IV.5.4.3 Sistem keuangan Dalam rangka menunjang aktivitas rumah sakit, maka fungsi keuangan perlu dikelola dengan baik. Adapun komponen neraca yang perlu dimasukkan adalah kas kecil dan kas bank, hutang, piutang, persediaan, modal rumah sakit, dan laba rugi. Selain itu, manajemen keuangan dapat dijalankan dengan efektif dan efisien melalui beberapa tahap yaitu dengan membuat perencanaan, anggaran, perhitungan, dan analisis serta pelaporannya (Rowland, 1984). Melalui perencanaan dan pengelolaan keuangan rumah sakit yang teratur maka dapat mencegah adanya kemungkinan penyelewengan dana serta alokasi pendanaan yang tidak tepat. Selanjutnya hal ini dapat berdampak pada kondisi keuangan yang sehat baik secara internal maupun eksternal yang akhirnya memberikan kesan baik bagi setiap pihak yang berkepentingan demi pembangunan dan perkembangan dari rumah sakit yang bersangkutan (Rowland, 1984).

49

IV.5.5 Koordinator Pelayanan & Farmasi Klinik Koordinator Pelayanan mempunyai tugas : 1. Menyusun program kerja, kegiatan dan rencana Pelayanan 2. Menyiapkan semua data di Koordinator Pelayanan untuk disajikan kepada Kepala Instalasi Farmasi. 3. Melakukan pengawasan dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di Koordinator Pelayanan. 4. Bertanggung jawab atas semua laporan Apotek dan Depo Farmasi yang ada di bawah Koordinator Pelayanan. 5. Melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan di Koordinator di Koordinator

Pelayanan, bila perlu mengadakan konsultasi kepada Kepala Instalsi Farmasi. 6. Melaporakan kejadian atau hal-hal yang menghambat pelaksanaan tugas di Koordinator Pelayanan baik lisan maupun tertulis kepada Kepala Instalasi Farmasi. IV.5.5.1 Koordinator Pelayanan Farmasi Klinik 1. Uraian Tugas a) Merencanakan semua kegiatan di bagian Farmasi Klinik. b) Memberikan pelayanan konseling obat kepada pasien c) Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan petugas kesehatan d) Membuat brosur tentang obat dan permasalahannya

50

e) Membuat bulletin PIO (Pelayanan Informasi Obat) setiap bulan f) Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan obat secara rasional g) Melakukan seleksi terhadap pasien yang perlu konseling h) Membuat profil pengobatan pasien yang di konseling i) Mencatat hasil konseling pada buku / kartu konseling j) Memberikan jawaban pertanyaan tentang obat, baik secara lisan maupun tertulis k) Mencatat semua pertanyaan dan jawaban yang diberikan l) Membuat laporan kegiatan Farmasi Klinik 2. Tanggung Jawab a) Bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan di Farmasi Klinik b) Bertanggung jawab terhadap tata tertib dan kelancaran tugas di Farmasi Klinik c) Bertanggung jawab terhadap keamanan penyimpanan buku-buku yang ada di Farmasi Klinik 3. Wewenang

a) Menyusun rencana kegiatan b) Menyusun rencana kebutuhan Sumber Daya Manusia c) Menyusun rencan kebutuhan buku-buku literatur.

51

IV.5.5.2 Koordinator Pelayanan Apotek dan Depo Farmasi 2. Uraian Tugas a) Memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan dalam lingkungan Apotek dan Depo Farmasi. b) Membuat laporan rugi laba Apotek dan Depo Farmasi setiap bulan. c) Membuat laporan kegiatan di Apotek dan Depo Farmasi setiap bualan. d) Mengatur, mengecek dan mengawasi keungan hasil penjualan perbekalan farmasi setiap hari. e) Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab petugas Apotek dan Depo Farmasi. f) Melaporkan jumlah pemasukan Apotek dan Depo Farmasi setiap bulan kepada Kepala Instalasi Farmasi. g) Melaporkan penggunaan obat dan alat pakai habis Apotek dan Depo Farmasi setiap bulan. 3. Tanggung Jawab a) Bertanggung jawab terhadap seluruh kelancaran kegiatan di Apotek/ Depo Rawat Inap maupun Rawat Jalan yang menyangkut pemasaran, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, dan imformasi obat kepada pasien. b) Bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan,

keamanan dan kelancaran tugas di lingkungan Apotek dan Depo Farmasi. c) Bertanggung jawab terhadap semua laporan.

52

4.

Wewenang

a) Melaporkan kejadian atau hal-hal yang menghambat pelaksanaan tugas baik secara lisan maupun tertulis kepada kepala Instalasi Farmasi.. b) Menyusun rencana kebutuhan sumber daya manusia. c) Menyusun rencana kegiatan Apotek dan Depo Farmasi. d) Mengkoordinasi personel di Apotek dan Depo Farmasi. e) Memberikan pembinaan dan sanksi personel. f) Mengendalikan kinerja lapangan. IV.5.6 Koordinator Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan 1. Uraian Tugas a) Menyusun rencana kegiatan di Koordinator Pendidikan, Pelatihan Pengembangan b) Menyiapkan semua data di Koordinator Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan untuk diajukan kepada Kepala Instalasi Farmasi c) Mengkoordinir Pendidikan dan Pelatihan Mahasiswa program Diploma 3 Farmasi d) Mengkoordinir Pendidikan dan Pelatihan Mahasiswa Program Profesi Apoteker e) Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja lain di dalam dan di luar Instalasi Farmasi yang berkaitan dengan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan f) Mengkoordinir Pendidikan dan Pelatihan Staf Instalasi Farmasi

53

g) Melakukan

evaluasi

terhadap

semua

kegiatan

di

Koordinator

Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan h) Membuat uraian tugas seluruh staf Instalasi Farmasi i) Membuat laporan kegiatan Koordinator Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan 2. Tanggung Jawab a) Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Mahasiswa Farmasi di Instalasi Farmasi b) Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Staf Farmasi c) Bertanggung jawab atas tata tertib dan kelancaran kegiatan di Koordinator Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan 3. Wewenang a) Menyusun rencana kerja Koordinator Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan b) Menyusun hasil kinerja personal yang ada di Koordinator Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan c) Menyusun rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Instalasi Farmasi d) Menyusun rencana Pengembangan Pelayanan Instalasi Farmasi

54

IV.6 Prosedur Tetap Perencanaan, Pengadaan, Pergudangan, Sampai Kepada Pembayaran Rekanan di Instalasi Farmasi IV.6.1 Prosedur Tetap Perencanaan 1. Membuat tabulasi harga triwulan 2. Membuat berdasarkan : a. Harga termurah b. Melihat stock akhir c. Pola penyakit d. Ruang urgen e. Anggaran yang tersedia f. Realisasi anggaran sementara berjalan 3. Perencaan bertanggung jawab atas ketersediaan barang farmasi di rumah sakit. IV.6.2 Prosedur Tetap Pengadaan Barang 1. Membuat SP sementara berdasarkan perencanaan, diparaf oleh Bagian Pengadaan dengan persetujuan Kepala Instalasi Farmasi kemudian diverivikasi oleh tim. 2. Pesanan diminta ke PBF sesuai dengan SP sementara yang sudah ditandatangani. 3. Barang datang harus diperiksa Bagian Pengadaan untuk daftar rencana kebutuhan dan perkiraan penjualan

mencocokkan pesanan obat dan alat kesehatan dengan harganya, bila sesuai kemudian diberikan nomor SP, lalu diantar ke gudang

55

4. Pembuatan SP dilaksanakan oleh Bagian Administrasi berdasarkan faktur obat dan alat kesehatan yang sudah diterima dan diperiksa oleh panitia pemeriksa barang dan gudang. IV.6.3 Prosedur Tetap Pergudangan 1. Menerima barang farmasi sesuai SP. 2. Memeriksa jumlah, kualitas barang sesuai harga SP dan daftar perencanaan untuk menyimpan barang sesuai tata cara penyimpanan 3. Bertanggungjawab atas ketersediaan barang farmasi di gudang 4. Membuat laporan pendistribusian obat ke ruang pelayanan, apotek dan depo berdasarkan formulir B2 dan berta acara. 5. Membuat laporan sisa barang pada akhir bulan IV.6.4 Prosedur Tetap Apotek/Depo 1. Membuat daftar perencanaan barang farmasi berdasarkan

pengeluaran barang farmasi bulan lalu (form B2). 2. Mengambil barang ke gudang berdasarkan form B2, kecuali untuk barang CITO harus sepengetahuan Koordinator Pelayanan. 3. Untuk mengorder (memesan) kebutuhan obat setiap harinya dapat dikonfirmasikan melalui gudang farmasi dan sepengetahuan

Koordinator Pelayanan (tidak langsung ke Bagian Pemesanan). 4. Membuat laporan pengambilan barang, pemakaian dan sisa stok barang setiap bulan (khusus stok barang/catatan fisik di setor paling lambat tanggal 02 setiap bulan). 5. Menghitung sisa barang pada akhir bulan (stock opname).

56

IV.6.5 Prosedur Tetap Hasil Penjualan Apotek/Depo 1. Penyetoran hasil penjualan dilaksanakan setiap hari melalui kolektor farmasi kecuali Depo IBS sesuai dengan kebijakan Direktur Keuangan. 2. Membuat laporan penerimaan hasil penjualan setiap minggunya baik ASKES, Umum, JPS & Penagihan Perusahan (kerjasama perusahaan dengan rumah sakit) IV.6.6 Distribusi Pendistribusian adalah proses penyerahan perbekalan farmasi dari gudang farmasi kepada ruang rawat/depo farmasi/fasilitas pelayanan kesehatan lain di rumah sakit untuk diberikan kepada pasien. a. Cara pendistribusian 1. FIFO (first in first out) 2. FEFO (first expired first out) 3. Penempatan rak : o Obat fast movng lebih mudah dijangkau o Gerakan petugas harus seminimal mungkin o Cara pengangkutan 4. Jadwal pendistribusian 5. Serah terima b. Ruang lingkup distribusi obat di rumah sakit 1. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap Macam sistem distribusi obat bagi pasien dirawat : a) Total Floor Stock

57

Keuntungan Obat cepat tersedia Meniadakan obat retur Pasien tidak harus bayar obat yang berlebih Mengurangi jumlah personel farmasi Kelemahan Sering terjadi kesalahan obat (salah order dari dokter, salah etiket) Persediaan obat di ruangan banyak Kemungkinan obat hilang dan rusak Fasilitas penyimpanan obat di ruangan rawat Menambah beban pekerjaan perawat

b. Individual Prescription Keuntungan Resep dapat dikaji dulu oleh apoteker Ada interaksi antara apoteker, dokter, perawat Ada pengendalian persediaan Kelemahan Pasien harus bayar obat berlebih Obat dapat terlamabt sampai ke pasien Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat. Karena tidak ada pengawasan ganda sehingga dapat terjadi kehilangan dan kesalahan penggunaan obat.

58

c. Unit Dose Sistem pemberian obat pada pasien rawat inap dalam kemasan sekali pakai untuk pemakaian selama 24 jam. Keuntungan : Bagi pasien : - Hanya membayar obat yang telah dipakai - Mengurangi kesalahan pengobatn dengan menciptakan sistem pengawasan ganda, yaitu oleh farmasi ketika membaca resep dokter sebelum dan sesudah menyiapkan obat, serta oleh perawat ketika membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien. Bagi perawat : Mempunyai waktu lebih untuk merawat pasien karena semua obat disiapkan oleh farmasi Rumah sakit : Mengurangi ruang untuk persediaan obat di ruang perawatan Mengurangi kehilangan obat Penghematan obat yang dipakai oleh pasien, sehingga dapat digunakan untuk pasien lain Kontrol terhadap obat meningkat

Bagi farmasi : Tidak ada kelebihan obat yang tidak terpakai dan kerusakan obat di ruang perawatan

59

-

Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat dan dokter

-

Memungkinkan farmasi mempunyai Profil Farmasi Penderita yang dibutuhkan untuk Drug Use Review (Pengkajian

Penggunaan Obat) Farmasi dapat masuk ke ruang perawatan di mana dia dapat berfungsi sebagai konsultan obat serta membantu dokter dan perawat demi perawatan pasien yang baik Kelemahan : Obat harus sudah ada di ruangan beberapa saat sebelum diberikan Membutuhkan banyak tenaga

2. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat jalan Sistem distribusi obat untuk pasien rawat jalan : Individual Prescription Cara pengemasan obat : Dikemas dalam wadah yang terpisah untuk setiap jenis obat Dikemas dalam wadah untuk 1 kali pemberian ( unit dose)

Distribusi kepada pasien rawat jalan memerlukan : Komunikasi dengan pasien rawat jalan berupa : informasi lisan, konseling obat; informasi tertulis : label, brosur, leaflet, tas plastik obat, dll.

60

-

Pencantuman nama RS., alamat, telfon, keterangan obat yang diberikan, nama penderita, aturan pakai pada etiket.

IV.6.7 Prosedur Tetap Pembayaran Rekanan Faktur siap untuk dibayarkan adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Kelengkapan pembayaran, yaitu : Surat Pesanan, kwitansi, faktur penjualan, dan faktur pajak. 2. Pembayaran telah jatuh tempo 3. Faktur yang dibayar segera dilaporkan ke Kepala Instalasi Farmasi 4. Setiap akhir bulan membuat laporan pembayaran yang telah dibayar dan yang belum terbayar. 5. Setiap periode pembayaran yang akan berlangsung harus

dikonsultasikan kepada Kepala Instalasi Farmasi mengenai rencana pembayaran rekanan berikutnya. 6. Rekanan yang akan dibayar dibuatkan buku rencana pembayaran.

61

BAB V PEMBAHASAN

Rumah

sakit

adalah

suatu

sarana

kesehatan

tempat

penyelenggaraan upaya kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan secara terpadu guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat baik yang dilakukan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Rumah sakit melibatkan melibatkan berbagai profesi kesehatan yang telah terdidik dan terlatih

dalam suatu manajemen yang memungkinan terwujudnya pelayanan kesehatan yang optimal bagi setiap pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit melalui suatu unit yang disebut dengan Instalasi Farmasi yang menitikberatkan pada pelayanan,

penyediaan, dan pengelolaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Selain itu, Instalasi Farmasi juga merupakan unit penyelenggara pelayanan penunjang medis kefarmasian, penelitian, dan pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di rumah sakit. Instalasi Farmasi secara struktural dikepalai oleh seorang apoteker yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan khusus dalam hal drug management menyangkut pelayanan medis kefarmasian yaitu perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan pengawasan obat serta perbekalan farmasi dan alat kesehatan di rumah sakit, sehingga pengolahan obat dan alat kesehatan dalam suatu rumah

61

62

sakit dapat terlaksana dengan lancar dan baik. Selain itu apoteker dalam hal ini kepala instalasi dan jajaran stafnya dituntut untuk mampu bekerja sama dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, sehingga pasien benar-benar mendapatkan pelayanan yang optimal. Penyediaan bahan farmasi secara efisien dan efektif haruslah menjadi perhatian yang serius, dikelola secara profesional, mulai dari tahap perencanaan yang matang, pengadaan yang efektif dan efisien, penyimpanan, penggunaan bahkan monitoring efek samping obat yang tidak diinginkan. Penggunaan obat secara rasional di rumah sakit sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia instalasi farmasi, untuk mengelola pelayanan farmasi secara komprehensif. Hal ini dikenal dengan istilah 4T + 1W, yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis,

tepat pasien, dan waspada terhadap efek samping obat. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik antara instalasi farmasi dengan seluruh jajaran yang terkait dengan pelayanan medis, sehingga di rumah sakit dapat dijabarkan pelayanan medis paripurna (care comprehensif). Di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Instalasi Farmasi bertanggung jawab atas usaha penyediaan, penyaluran, dan pengawasan semua obat yang digunakan di dalam rumah sakit. Sistem dan prosedur untuk menjalankan tugas tersebut harus dikembangkan oleh farmasis dengan masukan dari staf rumah sakit yang terkait dengan pelayanan

63

tersebut dan komite-komite yang bersangkutan (Komite Farmasi dan Terapi, Komite perawatan Pasien, dsb). Dalam melaksanakan ini penting bagi farmasis untuk mengunjungi tempat-tempat perawatan pasien secara rutin dalam rangka mengadakan hubungan dengan para personil yang ada di tempat tersebut dan mengetahui dengan jelas prosedur medis dan perawatan yang berhubungan dengan obat tersebut. Di BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, perencanaan perbekalan/logistik di Instalasi Farmasi merupakan tugas dari Koordinator Perencanaan yang dibuat berdasarkan tabulasi harga beli terendah, persediaan stok akhir, pola penyakit, ruang urgen, anggaran yang tersedia, dan realisasi anggaran sementara berjalan. Setelah itu disusun daftar kebutuhan untuk memesan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu, yang umumnya pihak PBF (supplier) telah memberikan daftar harga obat kepada Sub Bagian Pengadaan yang disetujui Kepala Instalasi. Dari daftar tersebut Sub Bagian Pengadaan kemudian meminta barang berdasarkan SP

sementara yang sudah ditandatangani. Barang yang datang diperiksa terlebih dahulu oleh Bagian Pengadaan dan dicocokkan antara barang yang terdaftar dengan harganya, bila sesuai diberikan nomor SP lalu diantar ke gudang. Barang yang dinyatakan diterima, disimpan di dalam gudang berdasarkan pengelompokkan dengan Mata Anggaran (Obat, Bahan HD, Gas Medik, Alat Kesehatan) dan Jenis Barang (Tablet, Injeksi, Chemicalin

64

Padat/Cair, Cairan Infus, Bahan Mata, Bahan Gigi, Bahan HD, Pembalut, Benang, Alkes Habis Pakai, Alkes Inventaris), dan sesuai abjad. Bagian yang bertanggung jawab mengatur penyimpanan bahan obat dan alat kesehatan ini adalah Sub Bagian Perbekalan. Adapun penanggung jawab sistem pendistribusian adalah Sub Bagian Perbekalan, menggunakan ward floor stock system lengkap terdesentralisasi. Dengan sistem ini memungkinkan tersedianya obat/alat kesehatan yang siap pakai di semua bagian perawatan. Akan tetapi, ada kelemahan dari penerapan sistem ini, yaitu meningkatnya jumlah obat/barang yang harus disiapkan. Dan karena kurangnya koordinasi antara apotek, depo, dan bagian perbekalan, kadang menyebabkan terjadinya kerusakan obat dan penumpukan stok di bagian tertentu sementara di bagian lain kosong. Sehingga atas permintaan efisiensi pihak Rumah Sakit BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo, melakukan

perampingan dengan mengurangi jumlah depo. Perampingan yang dilakukan Rumah Sakit BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo ini, mulai dirasakan kekurangannya, antara lain : 1. 2. Kesulitan pasien memperoleh obat dan informasi obat dari apoteker. Secara ekonomi profit menurun akibat banyaknya resep yang keluar ke apotek swasta. 3. Konsentrasi perawat untuk memberikan pelayanan kurang optimal, akibat harus terlibat dalam penyaluran semua ruang-ruang

perawatan digunakan sistem One Daily Dose (ODD).

65

Sebenarnya semua kekurangan dari penerapan sistem di atas dapat ditanggulangi melalui kerjasama antara rekan medis, khususnya di instalasi farmasi perlu dibangun koordinasi dan komunikasi antara bagian/depo melalui sistem komputerisasi. Apoteker bertanggung jawab untuk memberikan informasi obat dari semua aspek kepada dokter, perawat, petugas kesehatan lainnya, dan pasien serta keluarga pasien. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Rumah Sakit BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo mulai membentuk Koordinator Farmasi Klinik yang memberikan pelayanan secara langsung kepada penderita dan atau sejawat profesi kesehatan lain, yang secara langsung terlibat dalam perawatan penderita, sehingga diharapkan dapat memenuhi tuntutan akan misi pelayanan yang berorientasi pasien (patient oriented). Rebounding (kunjungan) merupakan salah satu kegiatan farmasi klinis di Rumah Sakit BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu dilakukan bersama dengan dokter dengan cara berkomunikasi dengan pasien

untuk memantau perkembangan pasien selama pengobatan. Karena masih kurangnya tenaga Farmasis yang mampu melayani Farmasi Klinik, dan juga karena dokter belum begitu tertarik kepada Farmasi Klinik, maka Rebounding (kunjungan) baru terlaksana pada bagian tertentu saja. Usaha peningkatan perawatan penderita dilaksanakan secara terus-menerus oleh farmasis di BLU Rumah sakit DR. Wahidin Sudirohusodo. Hal nyata yang bisa dilihat adalah adanya bagian

66

Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang selalu menerbitkan bulletin PIO secara berkala. Bulletin PIO merupakan media informasi tentang obat dan permasalahannya, yang diharapkan memberi manfaat bagi profesional kesehatan BLU. Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo. Seiring dengan perkembangan zaman, BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo terus berbenah diri. Dengan inspirasi semangat Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai seorang dokter pejuang yang tulus dalam memberikan pelayanan kepada penderita, lebih mementingkan

kesembuhan dan kepercayaan pasien daripada uang, gigih dalam membantu rakyat untuk menjadi cerdas, rendah hati, sopan, dan santun dalam berperilaku. Maka seluruh civitas rumah sakit Sudirohusodo melalui Surat Edaran Direktur Dr. Wahidin Utamanya,

No.KH.02.01.011097, tanggal 4 Juli 2004, untuk menghayati dan mewarisi sifat Dr. Wahidin Sudirohusodo. Kebulatan tekad untuk mengabdi dan mengembang misi kemanusiaan, memberikan pelayanan yang terbaik, dengan tetap membangun harmoni antara profit oriented dengan patient oriented. Di BLU Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, bentuk pelayanan yang ada antara lain: pelayanan pasien JPS (Jamkesda dan Jamkesmas), dan Askes. Untuk pasien Jamkesmas dan Jamkesda obat yang diberikan berdasarkan Pedoman Pelaksanaan (MANLAK). Untuk pasien Jamkesmas semua biaya perawatan dan

pengobatan baik pasien rawat inap dan rawat jalan ditanggung

67

sepenuhnya oleh pemerintah pusat baik obat-obat yang masuk MANLAK maupun yang tidak. Sedangkan untuk pasien Jamkesda pemerintah daerah hanya menanggung sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan untuk pengobatan dan perawatan pasien rawat inap dan rawat jalan, dan obat-obat yang tidak masuk MANLAK tidak ditanggung oleh pemerintah daerah. Untuk pasien dengan jaminan Askes, berdasarkan kesepakatan kerjasama antara pihak rumah sakit dengan Kimia Farma, Apotek rumah sakit hanya melayani permintaan alat kesehatan, sedangkan untuk obat dan cairan dilayani oleh apotek pelengkap (Kimia Farma).

68

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi (PKP) di BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka dapat disimpulkan: 1. BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar telah

melaksanakan fungsinya secara optimal baik sebagai unit pelayanan medik maupun non-medik. 2. IFRS merupakan organisasi pelayanan, suatu sistem

terorganisasi dari keterampilan dan fasilitas khusus yang memberikan pelayanan produk dan pelayanan farmasi klinik bagi penderita, dokter, perawat, profesional kesehatan lainnya dan masyarakat rumah sakit. VI.2 Saran 1. Pihak rumah sakit hendaknya terus memacu kualitas SDM melalui pendidikan dan latihan. 2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit hendaknya diberikan otonomi dalam mengelola administrasi dan keuangannya secara mendiri, sehingga pengelolaan sediaan farmasi dapat lebih efisien dan efektif. nstalasi Farmasi Rumah Sakit hendaknya diben keuangannya sec

68

69

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1992, Undang-undang Kesehatan RI, No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Jakarta. Setiawan, B., dkk., 1994, Cermin Dunia Kedokteran : Kebijaksanaan Pengembangan Rumah Sakit Dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, PT. Kalbe Farma, Jakarta. Supriadi, 2003, Pengembangan Pendidikan Tenaga Kesehatan, Prosiding Seminar Farmasi, Politeknik, Makassar. Siregar, C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, Penerbit EGC, Jakarta. Hendarwien, U., Profesionalisasi Farmasi di Community Pharmacy Pada Era Globalisasi, Prosiding Seminar Farmasi, Politeknik, Makassar. Kolopaking, E.P., Peran Farmasis Dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Dalam Era Globalisasi, Prosiding Seminar Farmasi, Politeknik, Makassar. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan, 1992, Standar Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta. Anonim, 2004, Laporan Tahunan Tahun Buku 2004 BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

3. 4. 5.

6.

7. 8. 9.

10. Anonim, 1994, Selayang Pandang Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. 11. Anonim, 2002, Protap Instalasi Farmasi BLU Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. 12. Anonim., 1989, Pedoman Pengelolaan dan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit yang Baik, Makassar. 13. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Sistem Pelayanan Instalasi Rumah Sakit, Jakarta.

69