02.paparan sekjen - rencana induk pembangunan industri

37
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035 DAN PROGRAM PRIORITAS SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun 2015 DAFTAR ISI I Pendahuluan II Visi, Misi, dan Strategi Pembangunan Industri III Sasaran dan Tahapan Pembangunan Industri IV Bangun Industri Nasional V Pembangunan Sumber Daya Industri VI Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri VII Pemberdayaan Industri VIII Perwilayahan Industri IX Kebijakan Afirmatif Industri dan Industri Menengah X Program Quick Wins Kemenperin 2015 ‐ 2019 XI Program Prioritas Sekretariat Jenderal Tahun 2015

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONALTAHUN 2015-2035 DAN PROGRAM PRIORITAS

SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2015

Jakarta, 5 Februari 2015

Disampaikan oleh Sekretaris JenderalDalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun 2015

DAFTAR ISI

I Pendahuluan

II Visi, Misi, dan Strategi Pembangunan Industri 

III Sasaran dan Tahapan Pembangunan Industri

IV Bangun Industri Nasional

V Pembangunan Sumber Daya Industri

VI Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri

VII Pemberdayaan Industri

VIII Perwilayahan Industri

IX Kebijakan Afirmatif Industri dan Industri Menengah 

X Program Quick Wins Kemenperin 2015 ‐ 2019

XI Program Prioritas Sekretariat Jenderal Tahun 2015

Page 2: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

3

I. PENDAHULUAN

4

RPJPN RIPIN

RENCANA PEMBANGUNAN 

INDUSTRI KAB/KOTA

PP

20 Thn

UU 3 TAHUN 2014 TTG PERINDUSTRIAN

RENCANA PEMBANGUNAN 

INDUSTRI PROPINSI

UU 17 TAHUN 2007

RPJMN

PERPRES

KINPERPRES

5 Thn

RKP

PERPRES RENJA PEMBANGUNAN 

INDUSTRI

Pasal 9 Ayat 2 : RIPIN paling sedikit meliputi:a. visi, misi, dan strategi pembangunan Industri;b. sasaran dan tahapan capaian pembangunan Industri;c. bangun Industri nasional;d. pembangunan sumber daya Industri;e. pembangunan sarana dan prasarana Industri;f. pemberdayaan Industri; dang. perwilayahan Industri.

PERMEN

Pasal 9 Ayat 1 : RIPIN paling sedikit memperhatikan:a. potensi sumber daya Industri;b. budaya Industri dan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat;c. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;d. perkembangan Industri dan bisnis baik nasional maupun

internasional;e. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun

internasional; f. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah 

Provinsi, dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

1 Thn

Arah Pembangunan Industri:• Industri yang berdaya saing• Keterkaitan dengan

pengembangan IKM• Struktur Industri yang 

sehat dan berkeadilan• Mendorong perkembangan

ekonomi di luar Pulau Jawa

PERDA

DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

Page 3: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

5

KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS

1. Pertumbuhan dan Kontribusi sektor industri pengolahan non migas

LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 20132014 TW III

INDUSTRI PENGOLAHAN 3.66 2.21 4.74 6.14 5.74 5.56 4.90a. Industri Migas -0.34 -1.53 0.56 -0.94 -2.80 -1.81 -1.08b. Industri Non Migas 4.05 2.56 5.12 6.74 6.42 6.10 5.30

1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2.34 11.22 2.78 9.14 7.57 3.34 8,80

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki -3.64 0.60 1.77 7.52 4.27 6.06 3,543). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 3.45 -1.38 -3.47 0.35 -3.14 6.18 7,274). Kertas dan Barang cetakan -1.48 6.34 1.67 1.40 -4.75 4.45 5,12

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 4.46 1.64 4.70 3.9510.5

02.21 1,05

6). Semen & Brg. Galian bukan logam -1.49 -0.51 2.18 7.19 7.80 3.00 1,207). Logam Dasar Besi & Baja -2.05 -4.26 2.38 13.06 5.86 6.93 3,138). Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 9.79 -2.87 10.38 6.81 7.03 10.54 4,709). Barang lainnya -0.96 3.19 3.00 1.82 -1.13 -0.70 10,77

PRODUK DOMESTIK BRUTO, Total 6.01 4.63 6.22 6.49 6.26 5.78 5.11

Selama periode 2008-2013, sektor industri pengolahan non migas tumbuh rata-rata sebesar 5,16 persen. Pada periode2008-2010, pertumbuhan sektor tersebut relatif rendah dan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional

Setelah mengalami penurunan pertumbuhan industri pada tahun 2008-2009, industri pengolahan non migas kembalitumbuh cukup tinggi pada tahun 2010 dan pertumbuhan industri pengolahan berada di atas pertumbuhan ekonomidengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,42 persen selama periode 2011-2013.Pada periode 2010-2013, cabang industri yang tumbuh relatif tinggi adalah cabang Industri Alat Angkut, Mesin &Peralatannya, Logam Dasar Besi & Baja, Makanan, Minuman dan Tembakau, Pupuk, Kimia & Barang dari karet, Semen& Barang Galian bukan logam, serta Tekstil, Barang dari kulit & Alas kaki.

6

2. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR INDUSTRI NON-MIGAS SAMPAI OKTOBER TAHUN 2014

* Sumber: BPS diolah Kemenperin

98,01

122,18116,14 113,02

93,2198,43101,11

126,09139,71

131,4

110,7103,9

-3,1 -3,91

-23,57-18,38 -17,49

-5,47

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2010 2011 2012 2013 Jan-Okt 2013 Jan-Okt 2014

EKSPOR-IMPOR INDUSTRI NON-MIGAS (USD MILYAR)

Ekspor Impor Neraca

Pada periode Januari-Oktober 2014, nilai ekspor produk industri mencapai USD 98,43 milyar, dan nilai impor mencapaiUSD 103,9 milyar. Neraca perdagangan industri non migas pada Januari-Oktober 2014 adalah USD -5,47 miliar (neracadefisit).

Page 4: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

7

3. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Tenaga Kerja SektorIndustri Non‐Migas 12.839.800 13.824.251 14.122.407 14.452.333 14.959.804 15.254.674

11.500.000

12.000.000

12.500.000

13.000.000

13.500.000

14.000.000

14.500.000

15.000.000

15.500.000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

JUMLAH TENAGA KERJA INDUSTRI NON‐MIGAS

Tenaga kerja di sektor industri non‐migas setiap tahun mengalami kenaikan, dengan rata‐ratakenaikan 483 ribu orang per tahun, atau 3,5% per tahun.

8

II. VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Page 5: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

9

A. VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;2. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;3. meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan lingkungan;4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau

penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

B. MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

10

Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut:

1. mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam;

2. pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi;

3. meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri;

4. mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah;

5. menyediakan langkah‐langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan menengah; 

6. pembangunan sarana dan prasarana Industri;

7. pembangunan industri hijau;

8. pembangunan industri strategis; 

9. peningkatan penggunaan produk dalam negeri; dan 

10. kerjasama internasional bidang industri. 

C. STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

Page 6: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

11

III. SASARAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

12

a. meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai

pertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusi industri

dalam Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 30% (tiga puluh persen);

b. meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi

ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang

modal, serta meningkatkan ekspor produk industri;

c. tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh

wilayah Indonesia;

d. meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan industri

nasional;

e. meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;

f. meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri;

dan

g. menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri

antara yang berbasis sumber daya alam.

SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRIA

1. Sasaran Kualitatif Pembangunan Industri

Page 7: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

13

2. Sasaran kuantitatif Pembangunan Industri

NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014* 2015 2020 2025 2035

1 Pertumbuhan sektor industri nonmigas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5

2Kontribusi industri nonmigas terhadap PDB

% 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0

3Kontribusi ekspor produk industriterhadap total ekspor

% 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4

4 Jumlah tenaga kerja di sektor industriJuta

orang 14,9 15,5 18,5 21,7 29,2

5Persentase tenaga kerja di sektorindustri terhadap total pekerja

% 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0

6Rasio impor bahan baku sektor industriterhadap PDB sektor industri nonmigas

% 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0

7 Nilai Investasi sektor industriRp

Trilyun 210 270 618 1.000 4.150

8Persentase nilai tambah sektor industriyang diciptakan di luar Pulau Jawa

% 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2014* perkiraan realisasi

14

a. stabilitas politik dan ekonomi yang mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional antara 6% (enam persen) sampai dengan 9% (sembilan persen) per tahun; 

b. perkembangan ekonomi global yang dapat mendukung pertumbuhan ekspor nasional khususnya produk industri; 

c. iklim investasi dan pembiayaan yang mendorong peningkatan investasi di sektor industri;

d. ketersediaan infrastruktur yang dapat mendukung peningkatan produksi dan kelancaran distribusi; 

e. kualitas dan kompetensi SDM industri berkembang dan mendukung peningkatan penggunaan teknologi dan inovasi di sektor industri;

f. kebijakan terkait sumber daya alam yang mendukung pelaksanaan program hilirisasi industri secara optimal; dan  

g. koordinasi antarkementerian/lembaga dan peran aktif pemerintah daerah dalam pembangunan industri.

3. Asumsi Penentuan Sasaran Kuantitatif

Page 8: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

15

Tahap I 2015‐2019

Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam

Tahap II 2020‐2024

Keunggulan kompetitif dan berwawasan 

lingkungan

Tahap III 2025‐2035

Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh

Catatan :Pentahapan pembangunan industri prioritas sejalan dengan tahapan pembangunanindustri dalam RPJPN 2005-2025.

PENAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRIB

16

IV. BANGUN INDUSTRI NASIONAL

Page 9: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

17

1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor (memilikipotensi pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri);

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja ( berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerjaproduktif);

3. Memiliki daya saing internasional (memiliki potensi untuk tumbuhdan bersaing di pasar global);

4. Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di dalam negeri ( memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian);

5. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri; dan

6. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku, danteknologi.

1. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional.2. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi.3. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.

KRITERIA KUANTITATIF (BERDASARKAN PAST 

PERFORMANCE)

KRITERIA KUALITATIF (BERDASARKAN VISI 

KEDEPAN)

PENETAPAN INDUSTRI PRIORITASA

18

Industri Pangan

Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan

Industri Tekstil,  Kulit, Alas Kaki dan Aneka

Industri Alat Transportasi

Industri Elektronika dan Telematika / ICT

Industri Pembangkit Energi

Industri Barang Modal, Komponen, Bahan 

Penolong dan Jasa Industri

Industri Hulu Agro

Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam

Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan 

Batubara

INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035B

Page 10: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

19

Industri Hulu AgroIndustri Logam Dasar dan

Bahan Galian Bukan LogamIndustri Kimia Dasar Berbasis

Migas dan Batubara

Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri

Industri Farmasi, Kosmetik dan

Alat Kesehatan

Industri AlatTransportasi

Industri Elektronika &

Telematika / ICT

Prasyarat

Industri Pendukung

Industri Andalan

Modal Dasar

Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki

dan Aneka

VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

Industri Pangan

PembiayaanInfrastruktur Kebijakan & Regulasi

Teknologi, Inovasi & KreativitasSumber Daya Alam Sumber Daya Manusia

Industri Pembangkit

Energi

Industri Hulu

BANGUN INDUSTRI NASIONALC

20

PEMBANGUNAN INDUSTRI PRIORITASD

Jenis Industri yang menjadi prioritas untuk dikembangkan pada tahun2015 – 2035 meliputi :

NO. INDUSTRI PRIORITAS JENIS INDUSTRI

1. Industri Pangan a. Industri Pengolahan Ikanb. Industri Pengolahan Susuc. Industri Bahan Penyegard. Industri Pengolahan Minyak Nabatie. Industri Pengolahan Buah‐Buahan dan Sayuranf. Industri Tepungg. Industri Gula Berbasis Tebu

2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan

a. Industri Farmasi dan Kosmetikb. Industri Alat Kesehatan

3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 

a. Industri Tekstilb. Industri Kulit dan Alas Kakic. Industri Furnitur dan Barang Lainnya Dari Kayud. Industri Plastik, Pengolahan Karet, dan barang 

dari karet

Page 11: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

21

NO. INDUSTRI PRIORITAS JENIS INDUSTRI

4. Industri Alat Transportasi a. Industri Kendaraan Bermotorb. Industri Kereta Apic. Industri Perkapaland. Industri Kedirgantaraan

5. Industri Elektronika dan Telematika/ICT

a. Industri Elektronikab. Industri Komputerc. Industri Peralatan Komunikasi

6. Industri Pembangkit Energi Industri Alat Kelistrikan

7. Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri

a. Industri Mesin dan Perlengkapanb. Industri Komponenc. Industri Bahan Penolong d. Jasa Industri

8. Industri Hulu Agro a. Industri Oleofoodb. Industri Oleokimiac. Industri Kemurgid. Industri Pakane. Industri Barang dari Kayuf. Industri Pulp dan Kertas

22

NO. INDUSTRI PRIORITAS JENIS INDUSTRI

9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam

a. Industri pengolahan dan pemurnian besi dan baja dasar

b. Industri  pengolahan dan pemurnian Logam dasar bukan besi

c. Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan bakar nuklir

d. Industri bahan galian non logam

10. Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara

a. Industri Petrokimia Hulub. Industri Kimia Organikc. Industri Pupukd. Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastike. Industri Karet Alam dan Sintetikf. Industri Barang Kimia Lainnya

Page 12: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

23

V. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI

24

PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDUSTRIA

1. Pembangunan SDM industri difokuskan pada rencana pengembangan tenaga kerjaindustri. Pembangunan tenaga kerja industri bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerjaIndustri kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atauperusahaan kawasan industri, meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri,meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor Industri dan memberikan perlindungandan kesejahteraan tenaga kerja Industri.

2. Sasaran yang akan dicapai :a. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja industri rata‐rata sebesar 3,2 persen per

tahun selama periode 2015‐2035 dengan komposisi tenaga kerja manajerial sebesar12 persen dan tenaga kerja teknis sebesar 88 persen.

b. Terbangunnya infrastruktur kompetensi yang meliputi tersedianya SKKNI bidangindustri, tersedianya asesor kompetensi dan asesor lisensi, terbangunnya LembagaSertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK), serta terbangunnyaLembaga Pendidikan atau akademi komunitas bidang industri berbasis kompetensi

3. Program Pengembangan :a. Pembangunan infrastruktur kompetensi tenaga kerja industrib. Pembangunan tenaga kerja berbasis kompetensic. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan untuk melengkapi unit

pendidikan dan balai diklat melalui penyediaan laboratorium, teaching factory, danworkshop.

Page 13: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

25

1. Pemanfaatan sumber daya alam untuk Perusahaan Industri dan PerusahaanKawasan Industri diselenggarakan melalui prinsip tata kelola yang baik dengantujuan untuk:a. pendalaman dan penguatan struktur Industri,b. peningkatan nilai tambah melalui proses pengolahan sumber daya alam;

danc. memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan kegiatan Industri

2. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan sumber daya alam tersebut, makadiproyeksikan kebutuhan dan pasokan sumber daya alam untuk industri huluberbasis mineral tambang, migas dan batubara, serta agro .

3. Program Pengembangan :a. Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan dan

berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baikb. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alamc. Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAMB

26

Proyeksi Kebutuhan dan Pasokan Sumber Daya Alam Industri Hulu

NOKELOMPOK /

JENIS INDUSTRI

KEBUTUHAN DAN PASOKAN SUMBER DAYA ALAM

KAPASITAS PRODUKSI(ton per tahun)

KEBUTUHAN BAHAN BAKU(ton per tahun)

2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

I INDUSTRI HULU BERBASIS MINERAL TAMBANG

1 Besi Baja Dasar 12 juta 17 juta 25 juta 20 juta 28 juta 40 juta

2 Nikel 200 ribu 250 ribu 300 ribu 11 juta 14 juta 17 juta

3 Tembaga 500 ribu 750 ribu 1 juta 2 juta 3 juta 4 juta

4 Aluminium 300 ribu 600 ribu 1 juta 600 ribu 1,2 juta 2 juta

Page 14: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

27

Proyeksi Kebutuhan dan Pasokan Sumber Daya Alam Industri Hulu

NOKELOMPOK / JENIS 

INDUSTRI 

KEBUTUHAN DAN PASOKAN SUMBER DAYA ALAM

KAPASITAS PRODUKSI(ton per tahun)

KEBUTUHAN BAHAN BAKU(ton per tahun)

2015‐2019 2020‐2024 2025‐2035 2015‐2019 2020‐2024 2025‐2035

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

II INDUSTRI HULU BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA;

1 Industri Petrokimia Hulu(olefin)

15,7 juta 20,5 juta 30 juta Gas :7,3 juta

Batubara : 12,4 juta

Gas :13,5 jutaBatubara :23 juta

Gas :19,7 jutaBatubara :33,5 juta

2 Industri Petrokimia Hulu (aromatik)

3,5 juta 4,2 juta 5,6 juta Minyak bumi :71 juta

Minyak bumi :82,3 juta

Minyak bumi :105 juta

III INDUSTRI HULU BERBASIS AGRO

1 Industri Bahan Penyegar(kakao)

0,80 juta 1,05 juta 1,37 juta 0,90 juta 1,42 juta 1,85 juta

2 Industri Oleofood, Oleokimia dan Kemurgi(kelapa sawit)

42,9 juta 59,5 juta 75 juta  25,3 juta 37,4 juta 47,5 juta

28

1. Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri bertujuan untukmeningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirianindustri nasional

2. Dalam rangka pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi, maka perludipetakan kebutuhan teknologi yang akan dikembangkan untuk masing‐masingkelompok industri prioritas.

3. Program Pengembangan :a. Peningkatan sinergi program kerjasama litbang antara balai‐balai industri

dengan lembaga riset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, duniausaha dan lembaga riset untuk menghasilkan produk litbang yang aplikatif danterintegrasi.

b. Implementasi pengembangan teknologi baru melalui pilot plant atau yangsejenis.

c. Pemberian jaminan resiko terhadap pemanfaatan teknologi yang dikembangkanberdasarkan hasil litbang dalam negeri.

d. Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan R&D dalampengembangan industri dalam negeri.

Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi IndustriC

Page 15: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

29

3. Program Pengembangan (lanjutan) :e. Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan peneliti yang hasil

temuannya dimanfaatkan secara komersial di industrif. Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn key project)

apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di dalam negeri.g. Mendorong relokasi unit R&D milik perusahaan industri PMA melalui skema

insentif pajak (double tax deductable) terutama bagi industri yang berorientasiekspor dan sifat siklus umur teknologinya singkat atau berubah cepat.

h. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa desain, paten danmerk dalam produk industri untuk meningkatkan nilai tambah.

i. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak layak untukindustri antara lain boros energi, beresiko pada keselamatan dan keamanan,serta berdampak negatif pada lingkungan.

j. Mendorong tumbuhnya pusat‐pusat inovasi (center of excellence) pada wilayahpusat pertumbuhan industri.

k. Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau tenaga kerja asingyang beroperasi di dalam negeri.

l. Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan penerapan teknologiindustri.

30

1. Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dimaksudkan untuk memberdayakan budaya

Industri dan/atau kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat terutama dalam rangka pengembangan

industri kreatif.

2. Ruang lingkup Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi meliputi:

a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan berinovasi;

b. Pengembangan sentra Industri kreatif;

c. Pelatihan teknologi dan desain;

d. Konsultasi, bimbingan, advokasi, dan fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual khususnya bagi

Industri kecil; dan

e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif di dalam dan luar negeri

3. Program Pengembangan:

a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan berinovasi (Pembangunan

techno park, pusat animasi dan pusat inovasi)

b. Pengembangan sentra Industri kreatif (Bantuan mesin peralatan dan bahan baku/penolong,

Pembangunan UPT, Bantuan desain dan tenaga ahli, serta Fasilitasi pembiayaan)

c. Pelatihan teknologi dan desain (Pelatihan desain dan teknologi, dan Bantuan tenaga ahli)

d. Fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Konsultasi, bimbingan, advokasi HKI, serta Fasilitasi

pendaftaran merk, paten, hak cipta dan desain industri)

e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif (Promosi dan pameran di dalam negeri,

Promosi dan pameran di luar negeri, dan Penyediaan fasilitas trading house di luar negeri)

Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan InovasiD

Page 16: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

31

1. Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri nasional dibutuhkan

pembiayaan investasi di sektor industri yang bersumber dari penanaman modal

dalam negeri dan penanaman modal asing, serta penanaman modal pemerintah

khususnya untuk pengembangan industri strategis.

2. Berdasarkan UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, pemerintah memfasilitasi

ketersediaan pembiayaan yang kompetitif untuk pembangunan industri melalui

pembentukan lembaga pembiayaan pembangunan industri yang berfungsi sebagai

lembaga pembiayaan investasi di bidang industri.

3. Untuk mencapai sasaran pembangunan industri 20 tahun kedepan diproyeksikan

kebutuhan pembiayaan untuk investasi di sektor industri rata‐rata tumbuh sebesar

15 persen per tahun dengan komposisi antara PMA dan PMDN yang berimbang.

Penyediaan Sumber Pembiayaan E

32

VI. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI

Page 17: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

33

STANDARDISASI INDUSTRIA

1. Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka

penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor, yang meliputi perencanaan, pembinaan,

pengembangan dan Pengawasan untuk Standar Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis

(ST) dan Pedoman Tata Cara (PTC)

2. Sasaran pengembangan standardisasi industri meliputi

a. Terlaksananya penyusunan dan pemberlakuan SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau

Pedoman Tata Cara sesuai kebutuhan industri prioritas,

b. Tersedianya infrastruktur Standardisasi meliputi pembentukan Lembaga sertifikasi

produk, penyediaan Laboratorium penguji, lembaga inspeksi, laboratorium kalibrasi,

auditor/ asesor, petugas penguji, petugas inspeksi, dan petugas kalibrasi untuk

pelaksanaan penilaian kesesuaian, serta penyediaan Petugas Pengawas Standar

Industri (PPSI) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Industri (PPNS‐I) untuk pelaksanaan

pengawasan penerapan SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau Pedoman Tata Cara

3. Program Pengembangan :

a. Pengembangan standardisasi industri dalam rangka peningkatan kemampuan daya

saing industri

b. Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu produk industri

dengan kebutuhan dan permintaan pasar

34

Infrastruktur yang diperlukan oleh industri, baik yang berada di dalam dan/atau di luarKawasan Peruntukan Industri, meliputi energi dan lahan kawasan industri.

INFRASTRUKTUR INDUSTRI B

No Jenis EnergiTahun

2014 2020 2025 2035

1 Listrik (GWh) 70.777 123.554 178.845 446.993

2 Gas (Milyar MBTu) 482.937 621.712 782.691 1.559.831

3 Batubara (ribu ton) 33.571 45.238 58.571 83.095

Proyeksi Kebutuhan Energi untuk Industri Tahun 2014‐2035

1. Energi

Untuk mendukung pertumbuhan industri nasional yang ditargetkan, diperlukan penyediaanenergi baik yang bersumber dari listrik, gas maupun batubara.Program penyediaan kebutuhan energi untuk industri meliputi:a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana penyediaan

energi untuk mendukung pembangunan industri;b. Pembangunan pembangkit listrik untuk mendukung pembangunan industri;c. Pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi dan distribusi;d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan;e. Diversifikasi dan konservasi energi; danf. Pengembangan industri pendukung pembangkit energi.

Page 18: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

35

Tujuan pembangunan dan pengusahaan kawasan industri adalaha. memberikan kemudahan dalam memperoleh lahan industri yang siap pakai dan/atau siap

bangun,b. jaminan hak atas tanah yang dapat diperoleh dengan mudah,c. tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh investor, dan/ataud. kemudahan dalam mendapatkan perizinan.Program penyediaan lahan kawasan industri dan/atau kawasan peruntukan industri meliputi:a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyelesaian aspek‐aspek yang

terkait pertanahan.b. Penyusunan rencana pembangunan kawasan industri, termasuk analisis kelayakan dan

penyusunan rencana induk (masterplan).c. Pembentukan kelembagaan dan regulasi bank tanah (Land Bank) untuk pembangunan

kawasan industri.d. Koordinasi antar Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan kementerian/lembaga

terkait untuk penetapan kawasan peruntukan industri dalam RTRW Kabupaten /Kota.e. Melakukan review terhadap pengembangan Kawasan Peruntukan Industri.f. Penyediaan lahan melalui pembangunan kawasan industri didukung dengan infrastruktur

baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan industri.g. Penyediaan lahan melalui pengembangan kawasan peruntukan industri yang didukung

dengan infrastruktur baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan peruntukan industri.

2. Lahan Industri 

36

UraianTahun

2015‐2020 2020‐2025 2025‐2035

Kebutuhan lahan kawasan industri (Ha) 6.000 9.000 35.000

Kebutuhan lahan non‐kawasan industri di 

dalam Kawasan Peruntukan Industri (Ha)

4.000 6.000 25.000

Total Kebutuhan Lahan Industri (Ha) 10.000 15.000 60.000

Jumlah Kawasan Industri yang akan 

dibangun (unit)

4 6 26

Proyeksi Kebutuhan Lahan Kawasan Industri dan Jumlah Kawasan Industri Baru Tahun 2015‐2035

Page 19: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

37

a. Tujuan Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) :i. Menjamin ketersediaan, kualitas, kerahasiaan dan akses terhadap data dan/atau informasi;ii. Mempercepat pengumpulan, penyampaian/pengadaan, pengolahan/ pemrosesan, analisis,

penyimpanan, dan penyajian data/informasi; daniii. Mewujudkan penyelenggaraan SIINAS yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas, inovasi, dan

pelayanan publik.b. Sasaran penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional meliputi:

i. Terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan industri secara online.ii. Tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data perkembangan teknologi industri

yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders.iii. Tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan tata kelola yang handal.iv. Terkoneksinya SIINAS dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh Instansi lain dalam rangka

pertukaran data.v. Tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan nasional.vi. Tersosialisasikannya SIINAS kepada seluruh stakeholders dan terpublikasikannya laporan hasil

analisis data industri secara berkala.

c. Tahapan pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional 

i. Tahap Perencanaan (2015‐2016)

ii. Tahap Pengembangan Sistem (2015‐2018)

iii. Tahap Pengolahan Data dan Penyebarluasan Informasi (2015‐2020)

iv. Tahap Pengembangan Interkoneksi (2016‐2020)

v. Tahap Pemantapan Pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional (2020‐2035)

3. Sistem Informasi Industri Nasional 

38

VII. PEMBERDAYAAN INDUSTRI

Page 20: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

39

1. Pembangunan Industri Hijau bertujuan untuk mewujudkan Industri yangberkelanjutan dalam rangka efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber dayaalam secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunanindustri dengan kelangsungan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup danmemberikan manfaat bagi masyarakat.

2. Lingkup penerapan industri hijau meliputi standarisasi industri hijau danpemberian fasilitas untuk industri hijau.

3. Strategi pengembangan industri hijau akan dilakukan yaitu:

a. mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau; dan

b. membangun industri baru dengan menerapkan standar industri hijau

5. Program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hijau :

a. Penetapan standar industri hijau

b. Pembangunan dan pengembangan lembaga sertifikasi industri hijau yangterakreditasi serta peningkatan kompetensi auditor industri hijau

c. Pemberian fasilitas untuk industri hijau

INDUSTRI HIJAUA

40

1. Industri strategis adalah Industri prioritas yang :a. memenuhi kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat

hidup orang banyak;b. meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis; atauc. mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara

2. Industri strategis dikuasai oleh negara melalui :a. pengaturan kepemilikan;b. penetapan kebijakan;c. pengaturan perizinan;d. pengaturan produksi, distribusi, dan harga; dane. pengawasan.

INDUSTRI STRATEGISB

3. Program pengembangan industri strategis sebagai berikut:a. Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan.b. Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industri strategis tertentu dengan

alokasi pembiayaan melalui APBN.c. Pembentukan usaha patungan antara pemerintah melalui APBN dan swasta dalam

pembangunan industri strategis.d. Pemberian Fasilitas kepada Industri Strategis yang melakukan:

i. pendalaman struktur;ii. penelitian dan pengembangan teknologi;iii. pengujian dan sertifikasi; atauiv. restrukturisasi mesin dan peralatan.

Page 21: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

41

1. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan suatu kebijakanpemberdayaan industri yang bertujuan untuk:a. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh pemerintah, badan usaha dan

masyarakat.b. Memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan pasar domestik,

mengurangi ketergantungan kepada produk impor, dan meningkatkan nilai tambah didalam negeri.

c. Memperkuat struktur industri dengan meningkatkan penggunaan barang modal, bahanbaku, komponen, teknologi dan SDM dari dalam negeri.

2. Sasaran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri meliputi:a. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri oleh Kementerian / Lembaga Negara,

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta maupunmasyarakat.

b. Peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).c. Peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN.d. Peningkatan kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan produk dalam negeri

Penggunaan belanja modal pemerintah untuk pengadaan barang/jasa produksi dalam negeriditargetkan meningkat secara bertahap mencapai 40 persen pada tahun 2035.

PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI C

42

3. Program peningkatan penggunaan produk dalam negeri :a. Sosialisasi kebijakan dan promosi P3DN melalui media elektronik, media

cetak, pameran dan talk show.b. Pemberian insentif sertifikasi TKDN.c. Program membangun kecintaan, kebanggaan dan kegemaran penggunaan

produk dalam negeri melalui pendidikan.d. Pemberian insentif kepada badan usaha swasta yang konsisten menggunakan

produk dalam negeri.e. Audit kepatuhan pelaksanaan kewajiban peningkatan penggunaan produk

dalam negeri.f. Mendorong produk/barang yang ada dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa

Produksi Dalam Negeri masuk ke dalam e‐Catalog pengadaan pemerintah.g. Pemberian penghargaan Cinta Karya Bangsa.h. Monitoring dan evaluasi dampak kebijakan P3DN bagi peningkatan daya saing

dan penguatan struktur industri.

Page 22: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

43

1. Kerjasama internasional bidang industri bertujuan untuk :a. melindungi dan meningkatkan akses pasar produk industri dalam negeri;b. membuka akses sumber daya industri yang mendukung peningkatan produktivitas dan 

daya saing industri dalam negeri;c. meningkatkan integrasi industri dalam negeri kedalam jaringan rantai suplai global, 

dan;d. meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan industri di dalam negeri.

2. Lingkup kerja sama internasional di bidang industri meliputi:a. Pemanfaatan akses pasar produk industri;b. Peningkatan kapasitas sumber daya industri;c. Pemanfaatan rantai suplai global, d. Peningkatan investasi industri, dane. Pengolahan data dari kegiatan industrial intelligence di Negara akreditasi.

3. Program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran Pengembangan KerjasamaInternasional di Bidang Industri antara lain:a. Perlindungan dan peningkatan akses pasar internasional produk industrib. Peningkatan Akses Sumber Daya Industri yang dibutuhkan dalam mendukung

peningkatan produktivitas Industri Dalam Negeric. Pengembangan jaringan rantai suplai globald. Peningkatan kerja sama investasi di sektor industri

KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM BIDANG INDUSTRIE

44

VIII.PERWILAYAHAN INDUSTRI

Page 23: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

45

TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRIA

Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka percepatan

penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dengan sasaran sebagai berikut:

1. Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non‐migas luar Jawa

dibanding Jawa dari 28% : 72 % pada tahun 2013 menjadi 40% : 60% pada tahun

2035.

2. Peningkatan kontribusi investasi sektor industri pengolahan non‐migas di luar

Jawa terhadap total investasi sektor industri pengolahan non migas nasional.

3. Penumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan yang memerlukan

ketersediaan dengan lahan sekitar luas 50.000 Ha yang diprioritaskan berada di

luar Jawa sampai dengan tahun 2035.

4. Pembangunan Sentra IKM baru, sehingga setiap Kabupaten/Kota mempunyai

minimal satu Sentra IKM.

46

1. Wilayah Pengembangan Industri (WPI)

Wilayah Pengembangan Industri (WPI) dikelompokkan berdasarkan keterkaitan

backward dan forward sumberdaya dan fasilitas pendukungnya, serta memperhatikan

jangkauan pengaruh kegiatan pembangunan industri.

No. Wilayah Pengembangan Industri No Provinsi

1  Papua  1 Papua 2  Papua Barat  2 Papua Barat 3  Sulawesi Bagian Utara dan

Maluku 3 Sulawesi Utara 4 Gorontalo 5 Sulawesi Tengah 6 Sulawesi Tenggara 7 Maluku 8 Maluku Utara 

4  Sulawesi Bagian Selatan  9 Sulawesi Barat 10 Sulawesi Selatan 

5  Kalimantan Bagian Timur  11 Kalimantan Utara 12 Kalimantan Timur 

6  Kalimantan Bagian Barat  13 Kalimantan Barat 14 Kalimantan Tengah 15 Kalimantan Selatan 

7  Bali dan Nusa Tenggara  16 Bali 17 Nusa Tenggara Barat 

18 Nusa Tenggara Timur

No.Wilayah Pengembangan

IndustriNo Provinsi

8  Sumatera Bagian Utara  19 Aceh 20 Sumatera Utara 21 Sumatera Barat 22 Riau 23 Kep. Riau 

9  Sumatera Bagian Selatan  24 Jambi 25 Bengkulu 26 Bangka Belitung 27 Sumatera Selatan 28 Lampung 

10  Jawa 29 Banten 30 Jawa Barat31 DKI Jakarta32 DI Jogjakarta33 Jawa Tengah34 Jawa Timur

LINGKUP PERWILAYAHAN INDUSTRIB

Page 24: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

47

2. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)

Suatu wilayah dengan karakteristik tertentu yang berpotensi untuk menumbuhkan dan mengembangkan industri tertentu yang akan berperan sebagai penggerak utama (prime mover) bagi pengembangan wilayah tersebut serta membawa peningkatan pertumbuhan industri dan ekonomi pada wilayah lain di sekitarnya dalam suatu wilayah regional atau

provinsi dengan batas-batas yang jelas.

DEFINISI WPPI

1. potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas); 2. ketersediaan infrastruktur transportasi;3. kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar pulau jawa; 4. penguatan dan pendalaman rantai nilai; 5. kualitas dan kuantitas SDM; 6. memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas bumi, air); 7. memiliki potensi sumber daya air industri; 8. memiliki potensi dalam pewujudan industri hijau; dan9. kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi.

KRITERIA WPPI

48

DAERAH YANG DITETAPKAN SEBAGAI  WPPI

No Lokasi  Provinsi

1 Banda Aceh, Aceh Besar danPidie -Bireun- Lhokseumawe(termasuk KAPET BANDAR ACEH DARUSSALAM)

Aceh

2 Medan-Binjai-Deli Serdang-Serdang Bedagai - Karo-Simalungun-Batubara

Sumatera Utara

3  Dumai-Bengkalis-Siak Riau

4  Batam-Bintan Kep. Riau

5  Banyuasin -Muara Enim Sumatera Selatan

6  Lampung Barat-Lampung Timur-Lampung Tengah-Tanggamus-Lampung Selatan

Lampung

7  Cilegon-Serang-Tangerang Banten

8  Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang

Jawa Barat

9 Cirebon-Indramayu-Majalengka

Jawa Barat

10  Kendal-Semarang-Demak Jawa Tengah

11  Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto-Bangkalan

Jawa Timur

No Lokasi  Provinsi

12 Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang –Sambas-Bengkayang(sebagian KAPET Khatulistiwa)

Kalimantan Barat

13 Tanah Bumbu-Kotabaru (termasuk KAPET BATULICIN)

Kalimantan Selatan

14 Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kertanegara -Bontang-Kutai Timur (termasuk KAPET SASAMBA)

Kalimantan Timur

15 Tarakan -Nunukan Kalimantan Utara

16 Bitung-Manado-Tomohon-Minahasa-Minahasa Utara (termasuk KAPET MANADO BITUNG)

Sulawesi Utara

17 Kendari-Konawe-Konawe Utara-Konawe Selatan-Kolaka-Morowali (termasuk KAPET BANK SEJAHTERA SULTRA)

Sulawesi Tenggara

18 Palu-Donggala-Parigi Mountong-Sigi (termasuk KAPET PALAPAS)

Sulawesi Tengah

19 Makassar-Maros-Gowa - Takalar-Jeneponto-Bantaeng

Sulawesi Selatan

20 Halmahera Timur-Halmahera Tengah - Pulau Morotai

Maluku Utara

21 Mimika Papua

22 Teluk Bintuni Papua Barat

Page 25: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

49

3. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri

Industri penggerak utama untuk setiap WPPI dan industri lainnya haruslah

dibangun dalam Kawasan Peruntukan Industri (KPI). Pengembangan KPI

dilakukan dengan mengacu pada RTRW masing-masing kabupaten/kota. KPI

merupakan lokasi kawasan industri, dan lokasi industri di daerah yang

belum/tidak memiliki kawasan industri, atau telah memiliki kawasan industri

tetapi kavlingnya sudah habis. Bagi kabupaten/kota yang tidak termasuk dalam

WPPI dan tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena tidak layak

secara teknis dan ekonomis, pengembangan industrinya dapat dilakukan

sepanjang berada di dalam KPI.

50

4. Pembangunan Kawasan Industri

Pembangunan kawasan industri akan diprioritaskan pada daerah-daerah yang

berada dalam WPPI. Daerah-daerah di luar WPPI yang mempunyai potensi, juga

dapat dibangun kawasan industri yang diharapkan menjalin sinergi dengan

WPPI yang sesuai. Dalam rangka percepatan penyebaran industri keluar Pulau

Jawa, pemerintah membangun kawasan-kawasan industri sebagai infrastruktur

industri di WPPI. Pembangunan kawasan industri sebagai perusahaan kawasan

industri yang lebih bersifat komersial didorong untuk dilakukan oleh pihak

swasta.

Page 26: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

51

5. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah

Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM)

dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota (minimal sebanyak satu sentra

IKM, terutama di luar Pulau Jawa) yang dapat berada di dalam atau di luar

kawasan industri. Bagi kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangun

kawasan industri karena tidak layak secara teknis dan ekonomis, maka

pembangunan industri dilakukan melalui pengembangan Sentra IKM yang

perlu diarahkan baik untuk mendukung industri besar sehingga perlu dikaitkan

dengan pengembangan WPPI, maupun sentra IKM yang mandiri yang

menghasilkan nilai tambah serta menyerap tenaga kerja.

52

IX. KEBIJAKAN AFIRMATIF INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH

Page 27: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

53

LATAR BELAKANGA

1. IKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional yang dapat

dilihat dari jumlah unit usaha yang berjumlah 3,4 juta unit dan merupakan lebih

dari 90 persen dari unit usaha industri nasional. Peran tersebut juga tercermin

dari penyerapan tenaga kerja IKM yang menyerap lebih dari 9,7 juta orang pada

tahun 2013 dan merupakan 65,4 persen dari total penyerapan tenaga kerja

sektor industri non migas.

2. pembangunan dan pemberdayaan Industri Kecil dan Industri Menengah untuk

mewujudkan Industri Kecil dan Industri Menengah yang berdaya saing; berperan

signifikan dalam penguatan struktur industri nasional; ikut berperan dalam

pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja; serta menghasilkan

barang dan/atau jasa Industri untuk diekspor.

54

SASARANB

Pengembangan IKM diharapkan akan meningkatkan jumlah unit usaha IKM rata‐ratasebesar 1 persen per tahun atau sekitar 30 ribu unit usaha IKM per tahun danpeningkatan penyerapan tenaga kerja rata‐rata sebesar 3 persen per tahun.

No Sasaran Periode

2015‐2020 2020‐2025 2025‐2035

I PENGUATAN KELEMBAGAAN

1 Penguatan Sentra IKM (sentra) 1.090 1.305 2285

2Revitalisasi dan pembangunan Unit Pelayanan Teknis

(UPT)110 260 685

3 Penyediaan Tenaga Penyuluh Lapangan (orang) 1.000 1.200 2.100

4Penyediaan Konsultan Industri kecil dan Industri

menengah (orang)590 649 1282

Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM

Page 28: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

55

No Sasaran Periode

2015‐2020 2020‐2025 2025‐2035

II PEMBERIAN FASILITAS 

1 Peningkatan kompetensi SDM (Orang) 545 760 1415

2 Pemberian bantuan dan bimbingan teknis (unit IKM) 8805 14290 39350

3Pemberian bantuan serta fasilitasi bahan baku dan bahan

penolong (unit IKM)600 975 2300

4 Pemberian bantuan mesin atau peralatan (unit IKM) 815 1165 2665

5 Pengembangan produk (unit IKM) 2065 2650 6390

6Pemberian bantuan pencegahan pencemaran lingkungan

hidup (unit IKM)85 135 365

7Pemberian bantuan informasi pasar, promosi, dan

pemasaran (unit IKM)1150 1500 2200

8 Fasilitasi akses pembiayaan (unit IKM) 5200 6300 12600

9Penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang berpotensi

mencemari lingkungan (Kawasan)10 10 15

10Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan

besar (unit IKM)145 280 790

11 Fasilitasi HKI terhadap IKM (unit IKM) 1250 1500 3250

12 Fasilitasi penerapan standar mutu produk bagi IKM (unit

IKM)2500 3000 6000

Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM

56

KEBIJAKAN AFIRMATIF IKMC

1. Dalam rangka keberpihakan terhadap Industri Kecil dan Menengah dalam negeri

ditetapkan bahwa Industri Kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara

Indonesia, Industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya

bangsa hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia, dan industri

menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh warga negara Indonesia.

2. Dalam rangka penguatan struktur industri nasional, peran IKM perlu ditingkatkan

secara signifikan dalam rantai suplai industri prioritas.

3. Dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan IKM, Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah melakukan perumusan kebijakan, penguatan

kapasitas kelembagaan, dan pemberian fasilitas bagi IKM.

Page 29: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

57

STRATEGI PENGEMBANGAN IKMD

1. Pemanfaatan potensi bahan baku.2. Penyerapan tenaga kerja.3. Pemanfaatan teknologi, inovasi dan kreativitas.

58

PROGRAM PENGEMBANGAN IKME

1. Pemberian insentif kepada industri besar yang melibatkan IKM dalam rantai nilaiindustrinya

2. Meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan, termasuk fasilitasi pembentukanPembiayaan Bersama (Modal Ventura) IKM.

3. Mendorong tumbuhnya kekuatan bersama sehingga terbentuk kekuatan kolektifuntuk menciptakan skala ekonomis melalui standardisasi, procurement danpemasaran bersama.

4. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah pengurusanhak kekayaan intelektual bagi kreasi baru yang diciptakan IKM.

5. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik danekspor.

6. Menghilangkan bias kebijakan yang menghambat dan mengurangi daya saing industrikecil.

7. Peningkatan kemampuan kelembagaan Sentra IKM dan Sentra Industri Kreatif, sertaUPT, TPL, dan Konsultan IKM;

8. Kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian danpengembangan;

9. Kerjasama kelembagaan dengan Kamar Dagang dan Industri dan/atau asosiasiindustri, serta asosiasi profesi.

10. Pemberian fasilitas bagi IKM.

Page 30: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

59

X. PROGRAM QUICK WINS KEMENPERIN 2015 - 2019

60

Pembangunan sektor industri tahun 2015 – 2019 akan diarahkan untuk mendukung Visi Misi Presiden RI

sebagaimana dinyatakan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas Nawa Cita. Dukungan tersebut dilaksanakan

melalui 10 (sepuluh) Program Quick Wins Kementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019 yaitu :

1. Pembangunan 14 Kawasan Industri di luar Pulau Jawa ((1) Bintuni ‐ Papua Barat; (2) Buli ‐ Halmahera Timur‐

Maluku Utara; (3) Bitung – Sulawesi Utara, (4) Palu ‐ Sulawesi Tengah; (5) Morowali ‐ Sulawesi Tengah; (6)

Konawe – Sulawesi Tenggara; (7) Bantaeng ‐ Sulawesi Selatan; (8) Batulicin ‐ Kalimantan Selatan; (9) Jorong ‐

Kalimantan Selatan; (10) Ketapang ‐ Kalimantan Barat; (11) Landak – Kalimantan Barat, (12) Kuala Tanjung,

Sumatera Utara, (13) Sei Mangke – Sumatera Utara; dan (14) Tanggamus, Lampung) melalui fasilitasi

Pemerintah dan Swasta serta fasilitasi pembangunan 22 Sentra IKM.

2. Re‐disain Road Map Industrialisasi sejalan dengan Trisakti dan Nawa Cita melalui Penetapan RPP Rencana Induk

Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) menjadi PP dan penetapan RPerpres tentang Kebijakan Industri

Nasional (KIN) yang sesuai dengan Visi‐Misi Presiden RI.

3. Hilirisasi Hasil Tambang ke produk dan jasa industri antara lain :

a. Fasilitasinya Pembangunan Pilot Project Komersialisasi Logam Tanah Jarang untuk Industri.

b. Fasilitasi Pembangunan pabrik Paracetamol, amoxicilin, garam farmasi, Dextrose for infusion, Vitamin C,

dan Sefalosporin.

c. Fasilitasi Pembangunan Pilot Plant Enhanced Oil Recoevery (EOR).

d. Fasilitasinya pembangunan Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Industri.

e. Pengembangan dan penumbuhan wirausaha baru IKM dalam rangka mendukung Hilirisasi Hasil Tambang

ke produk dan jasa industri.

f. Fasilitasi penyusunan FS Semen Kupang III, pilot plant bahan penolong berbasis silika untuk industri ban,

keramik dan kaca serta FS Industri Technical Textile.

Page 31: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

61

4. Hilirisasi produk‐produk pertanian menjadi produk agro industri antara lain :

a. Fasilitasi mentoring aplikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan V‐Legal pada

perusahaan pengolahan kayu dan keberterimaan SVLK di negara tujuan ekspor.

b. Pengembangan teknologi Industri hasil pertanian melalui bantuan mesin dan peralatan.

c. Peningkatan kompetensi SDM industri rumput laut, kakao serta pengolahan kayu dan rotan.

d. Pengembangan dan penumbuhan wirausaha baru IKM dalam rangka mendukung Hilirisasi

produk‐produk pertanian menjadi produk agro industri.

5. Expo dan pemberian penghargaan terhadap inovasi produk‐produk industri melalui Expo

Inovasi Teknologi dan Industri Hijau serta fasilitasi promosi inovasi produk IKM melalui

partisipasi pameran di dalam dan luar negeri serta fasilitasi di Bali Creative Industry Center

(BCIC) Bali.

6. Kampanye sistematis dan kreatif untuk menumbuhkan apresiasi terhadap kegiatan industri

dalam negeri melalui sosialisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

(P3DN), Sertifikasi dan verifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), Fasilitasi Penyusunan

MoU P3DN antara Menteri Perindustrian dengan Menteri terkait (sektor Pertanian, ESDM,

Pekerjaan Umum, Perhubungan, Kesehatan, Pendidikan dan Pertahanan) dan BUMN, serta

Penyusunan Business Matching dan pameran antara produsen dan pengguna.

7. Peningkatan pendidikan dan skill antara lain Pelatihan bagi Calon Operator / Tenaga Kerja

Industri dengan Sistem three in one (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan) Berbasis

Spesialisasi dan Kompetensi sebanyak 9.000 Orang, Sertikasi Kompetensi calon tenaga kerja

dan tenaga kerja sektor industri sebanyak 16.000 Orang, Penetapan SKKNI bidang Industri, dan

pembentukan LSP dan TUK untuk sertifikasi Kompetensi bidang industri.

62

8. Fasilitasi terhadap industri dalam negeri dari dampak perjanjian‐perjanjian internasional

yang telah ditandatangani antara lain analisis dampak 3 perjanjian internasional dan

partisipasi aktif dalam perundingan kerjasama internasional.

9. Penurunan Rezim Impor melalui penyusunan Rekomendasi Pemberdayaan Produk

Industri Dalam Negeri untuk Penurunan Rezim Impor.

10. Penguatan struktur industri melalui keterkaitan antara industri hulu (dasar), industri

intermediate dan industri hilir (light) antara lain :

a. Revitalisasi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN).

b. Revitalisasi industri galangan kapal di 9 lokasi (Pembangunan/Renovasi, Bantuan

Alat, Peningkatan SDM bersertifikasi).

c. Fasilitasi Pembangunan Bufferstock Bahan Baku Kapas (logistic base for cotton) di

Jawa Barat dan Bufferstock Kulit (material center) di Jawa Timur.

d. Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) ICT Center di Jawa, Bali, Sumatra, Kepri,

dan Sulawesi.

e. Pembentukan 1 (satu)Mould and Dies Center.

f. Pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan Industri

Alat Kesehatan.

g. Pembentukan dan Pengembangan Alsintan Center di luar Pulau Jawa (Sumbar,

Kalbar, Sulsel, NTB,NTT, dan Kaltim).

Page 32: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

63

XI. PROGRAM PRIORITAS SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2015

64

PENINGKATAN KUALITAS SDM INDUSTRIA

Peningkatan Kualitas SDM Industri pada Tahun 2015 antara lain melalui :

1. Pelatihan bagi Calon Tenaga Kerja / Tenaga Kerja dengan Sistem three-in-one sebanyak 17.000

orang untuk level operator dan supervisor (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan) Berbasis

Spesialisasi dan Kompetensi (Orang) pada sektor TPT, Alas Kaki, Garam, Logam dan Mesin,

Otomotif, Logistik, Elektronika, pengelasan, pengolahan karet, Petrokimia, Plastik, kakao, rumput laut,

CPO, semen, pupuk dan animasi.

2. Fasilitasi Sertikasi Kompetensi calon tenaga kerja dan tenaga kerja sebanyak 16.000 orang pada

sektor industri TPT, Alas Kaki, Logam dan Mesin, Otomotif, Logistik, Elektronika, pengelasan,

Pengolahan karet, Petrokimia, Plastik, kakao, rumput laut, CPO, semen, pupuk dan animasi.

3. Penyusunan dan Penetapan SKKNI bidang Industri sebanyak 20 SKKNI.

4. Pembentukan dan Pendirian sebanyak 20 LSP dan TUK untuk sertifikasi Kompetensi bidang industri.

5. Pendirian dan Penyelenggaraan Akademi Komunitas Industri pada Kawasan Industri Petrokimia

Banten, Industri Nikel Morowali dan Solo TechnoPark Surakarta.

6. Penyiapan tenaga terampil siap kerja melalui pendidikan menengah kejuruan industri sebanyak 1500

orang.

7. Penyiapan tenaga ahli siap kerja melaui pendidikan tinggi vokasi Industri sebanyak 2000 orang.

8. Pendidikan gelar S2 dan S3 bagi aparatur perindustrian untuk 120 orang aparatur.

9. Beasiswa untuk 240 Tenaga Penyuluh Lapangan Industri.

Page 33: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

65

PENATAAN ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIANB

1. Penyempurnaan Rancangan Peraturan Presiden tentang KementerianPerindustriana. Rancangan Peraturan Presiden mengatur ketentuan mengenai kedudukan,

tugas, dan fungsi Kementerian Perindustrian dan kedudukan, tugas, danfungsi unit organisasi eselon I Kementerian Perindustrian.

b. Saat ini Rancangan Peraturan Presiden dimaksud telah disampaikan keKementerian PAN dan RB dan telah dilakukan Rapat Pleno pada tanggal 16Januari 2015 di Kementerian PAN dan RB.

c. Pembahasan untuk nomenklatur sudah selesai dan disetujui, saat ini sedangdalam proses pembahasan rumusan tugas dan fungsi.

2. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Perindustriana. Rancangan Peraturan Menteri mengatur ketentuan mengenai tugas dan

fungsi kementerian, unit organisasi eselon I, eselon II, eselon III, dan eselonIV serta tata kerja.

b. Unit organisasi yang telah resmi mengusulkan Ditjen ILMTE (dh. IUBTT),Ditjen PPI, Ditjen KPAII (dh. KII), Ditjen IKM, Pusdatin, Setjen (BiroPerencanaan dan Biro Keuangan)

3. Penyusunan bisnis proses, uraian pekerjaan, dan analisis jabatan strukturorganisasi baru.

66

PENYUSUNAN RPP DAN RPERPRESC

Berdasarkan Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian kepada Kepala BPHN dan Direktur

Analisa Peraturan Perundang-undangan Bappenas Nomor 1005/SJ-IND/12/2014 tanggal 16 Desember 2014,

telah disampaikan 7 (tujuh) RPP dan 5 (lima) RPerpres untuk diusulkan menjadi prioritas penyusunan di

Tahun 2015 dalam Program Legislasi Nasional Penyusunan RPP dan Rperpres, antara lain :

No. RPP / RPERPRES PROGRES PENYUSUNAN

1. RPP tentang Rencana Induk Pembangunan Industri

Nasional (RIPIN)

Telah disampaikan kepada Presiden RI melalui Surat Menteri

Perindustrian No. 514/M‐IND/12/2014 tanggal 11 Desember 2014 untuk

ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah

2. RPP tentang Izin Usaha Industri dan Izin Usaha Kawasan

Industri

Saat ini sedang dilakukan pembahasan oleh tim kecil Harmonisasi di

Kementerian Hukum dan HAM, dan telah memasuki tahap finalisasi

3. RPP tentang Pembangunan Sumber Daya Industri Saat ini sedang dilakukan pembahasan oleh tim kecil Harmonisasi di

Kementerian Hukum dan HAM, dan telah memasuki tahap finalisasi

4. RPP tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri Masih dalam tahap pembahasan tingkat Harmonisasi di Kementerian

Hukum dan HAM

5. RPP tentang Pemberdayaan Industri dan Tindakan

Pengamanan dan Penyelamatan Industri

Masih dalam tahap pembahasan tingkat Harmonisasi di Kementerian

Hukum dan HAM

6. RPP tentang Kewenangan Pengaturan yang Bersifat Teknis

untuk Bidang Industri Tertentu

Masih dalam tahap pembahasan di tingkat antarkementerian oleh

Panitia Antar Kementerian (PAK)

7. RPP tentang Perwilayahan Industri Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian

8. RPerpres tentang Kebijakan Industri Nasional Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian

Page 34: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

67

PENYUSUNAN RPP DAN RPERPRES (LANJUTAN)C

No. RPP / RPERPRES PROGRES PENYUSUNAN

9. RPerpres tentang Pengadaan Teknologi Industri Melalui

Proyek Putar Kunci

Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian

10. RPerpres tentang Penetapan Kondisi Dalam Rangka

Penyelamatan Perekonomian Nasional dan Penetapan

Tindakan Pengamanan Industri

Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian

11. RPerpres tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Komite Industri Nasional

Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian

12. RPerpres tentang Industri yang Memiliki Keunikan dan

Merupakan Warisan Budaya Bangsa Hanya Dapat Dimiliki

oleh Warga Negara Indonesia serta Industri Menengah

Tertentu Dicadangkan untuk Dimiliki oleh Warga Negara

Indonesia

Masih dalam tahap pembahasan di internal Kementerian Perindustrian

68

PENYUSUNAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENPERIND

1. KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2015 - 2019

2. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2015 - 2019

a. Penyusunan Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2015 – 2019 merupakan amanat dari dari Undang – Undang

No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Pasal 12).

b. KIN merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan RIPIN, yang paling sedikit meliputi : (1) sasaran

pembangunan Industri; (2) fokus pengembangan Industri; (3) tahapan capaian pembangunan Industri; (4)

pengembangan sumber daya Industri; (5) pengembangan sarana dan prasarana; (6) pengembangan

perwilayahan Industri; dan (7) fasilitas fiskal dan non-fiskal.

c. KIN 2015 – 2019 akan ditetapkan melalui Peraturan Presiden yang ditargetkan selesai pada bulan Juni Tahun

2015.

a. Penyusunan Renstra K/L merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, yang disiapkan oleh pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L) sesuai

dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada RPJM Nasional.

b. Renstra K/L merupakan dokumen perencanaan dari setiap K/L yang menjadi salah satu dasar bagi K/L dalam

menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memuat tujuan, strategi, kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi K/L.

c. Renstra 2015 – 2019 akan ditetapkan melalui Peraturan Menteri yang ditargetkan selesai pada bulan Maret

2015.

Page 35: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

69

MEMPERTAHANKAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAN BMNE

Kualitas Laporan Keuangan dan BMN dengan nilai capaian standar tertinggi akan dicapai

melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Adanya komitmen pimpinan dan pegawai dalam penerapan Akuntansi dan Pelaporan,

di tahun 2015 siap melakukan pelaporan keuangan berbasis Akrual;

2. Melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkelanjutan untuk

meningkatkan kompetensi SDM melalui sosialisasi, bimbingan teknis dan pelatihan;

3. Membuat Kebijakan Akuntansi untuk mempermudah Satuan Kerja dalam menyusun

Laporan Keuangan;

4. Meningkatkan koordinasi dengan APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintah) dalam

penjaminan kualitas pelaporan keuangan.

70

PERCEPATAN PELAKSANAAN DIPA TAHUN 2015F

Percepatan Pelaksanaan DIPA Tahun 2015 akan dilakukan melalui :

1. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terus-menerus terhadap capaian

penyerapan anggaran di masing-masing satker Kementerian Perindustrian melalui e-

monitoring agar target yang telah ditetapkan dapat dicapai;

2. Mengadakan koordinasi/konsolidasi (FGD/Rapat/Forum Koordinasi) dengan

stakeholders internal maupun ekternal;

3. Mempercepat proses pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran;

4. Mendorong percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa, khususnya untuk paket-

paket pekerjaan yang sudah bersifat rutin; dan

5. Mempercepat pelaksanaan kegiatan swakelola.

Dengan dilakukan langkah-langkah diatas diharapkan Kementerian Perindustrian dapat

mencapai penyerapan anggaran 95%.

Page 36: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

71

PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI INDUSTRI NASIONALG

1. Pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) merupakan amanat dari Undang

Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, dimana SIINas paling sedikit memuat:

data industri, data kawasan industri, data perkembangan dan peluang pasar dan data

perkembangan teknologi industri.

2. Setiap Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri wajib menyampaikan data

industri dan data kawasan industri yang akurat, lengkap dan tepat waktu secara berkala

kepada Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.

3. Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri tersebar keberadaannya di seluruh

wilayah Indonesia, sehingga agar perusahaan industri dapat mengakses SIINas dengan baik

dan benar maka diperlukan adanya peran serta aktif dari seluruh unit kerja Kementerian

Perindustrian, baik yang berada di Pusat maupun di Daerah, untuk memberikan fasilitas dan

pelatihan bagi perusahaan yang membutuhkannya.

4. Seluruh unit kerja di daerah terutama yang memiliki Pelayanan Terpadu Satu Pintu agar

membantu proses registrasi bagi perusahaan yang hendak memperoleh Akun SIINas, untuk

keperluan penyampaian data dan laporan termasuk permohonan rekomendasi dan

pertimbangan teknis secara online.

72

PENINGKATAN KINERJA PELAYANAN DAN KOMUNIKASI PUBLIKH

Memberikan Pelayanan Prima dan

Komunikasi yang Efektif

untuk Mendukung

Pembangunan Industri

• Pelayanan  Informasi Publik Kementerian Perindustrian 

• Pengelolaan layanan pada Unit Pelayanan Publik (UP2) Kemenperin 

• Pengelolaan Informasi & Dokumentasi

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

• Pembuatan Monitoring dan  Analisis Berita Sektor Industri

• Publikasi Pemberitaan di Media Massa

• Workshop Pendalaman Kebijakan Industri untuk Wartawan

• Penerbitan Majalah Media Industri

• Pembuatan buku Industry Facts & Figures

Peningkatan Informasi Tentang Industri

• Penyelenggaraan Promosi Produk Dalam Negeri 

• Penerbitan Majalah Karya Indonesia

• Koordinasi Penyelenggaraan Pameran Dalam Negeri

• Penyelenggaraan Pameran Dalam Negeri

Promosi Produk Dalam Negeri

• Forum Komunikasi Pimpinan Kementerian Perindustrian Dengan Dunia Usaha

• Forum Komunikasi dengan Lembaga Negara dan Pemerintah

• Forum Komunikasi dengan Lembaga Pendidikan, Riset dan Teknologi

Koordinasi dan 

Sosialisasi Kebijakan Industri

Indeks KepuasanMasyarakat

(3,1)

PersentaseBerita Negatif

(10%)

KepuasanPenyelenggaranPromosi ProdukDalam Negeri

(70%)

Tingkat Kualitas Fasilitasi 

Hubungan Antar Lembaga(70%)

Page 37: 02.Paparan Sekjen - Rencana Induk Pembangunan Industri

Kementerian PerindustrianGedung Kementerian PerindustrianJl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta SelatanTelp/Fax : (021) 5255509Website : http://kemenperin.go.id

TERIMA KASIH