03 minggu iii peraturan dan kebijakan pengelolaan lingkungan

8
9/21/2012 1 Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin Prof. Dr. Wahju Qamara Mugnisjah Dr Syartinilia dan Dr Kaswanto M.K. PENGELOLAAN LANSKAP (ARL 412) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAPERTA IPB 2012 PENGERTIAN Lanskap/bentang alam & lingkungan Sumberdaya alam & lingkungan Etika, kebijakan, kebijaksanaan Sustainable/Keberlanjutan, Green/Hijau Deforestation & illegal logging

Upload: dedhsa

Post on 31-Jul-2015

284 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

1

Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin

Prof. Dr. Wahju Qamara Mugnisjah

Dr Syartinilia dan Dr Kaswanto

M.K. PENGELOLAAN LANSKAP (ARL 412)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAPERTA – IPB 2012

PENGERTIAN

Lanskap/bentang alam & lingkungan

Sumberdaya alam & lingkungan

Etika, kebijakan, kebijaksanaan

Sustainable/Keberlanjutan, Green/Hijau

Deforestation & illegal logging

Page 2: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

2

Masalah lalu-lintas &

pencemaran udara

Dayeuh Kolot - Bandung

Masalah banjir, pohon tumbang dan longsor

PERLU: ECOLOGICAL DESIGN/PLANNING/MANAGEMENT

Permasalahan

lanskap tambang

Page 3: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

3

PERMASALAHAN LANSKAP/

LINGKUNGAN Kerusakan hutan ~ musnahnya keanekaragaman hayati ~

erosi di hulu/sedimentasi di hilir ~ longsor ~ banjir bandang

Penambangan ~ “bared landscape”, pasca tambang menjadi

“ugly landscape”, pencemaran logam berat

Perubahan tata-guna lahan dan penutupan lahan di perkotaan

~ berkurangnya RTH kota ~ berkurangnya daerah tangkapan

air ~ rob pada kota pantai – banjir

Buruknya manajemen transportasi ~ peningktan populasi

kendaran bermotor ~ emisi di atas ambang batas ~ polusi

udara

Buruknya kesadaran masyarakat dalam kebersihan ~ sampah

bertimbun ~ pencemaran padat dan cair ~ banjir

PENGHAYATAN TERHADAP HUBUNGAN

MANUSIA & LINGKUNGAN(4 BASIC LAW OF ECOLOGY: BARRY COMMONER)

Everything is connected to everything else

Everything must go somewhere (no waste)

Nature knows best (recycling with natural

processes)

There is no such thing as a free lunch (cost)

PERKEMBANGAN PERATURAN

Pada dasarnya peraturan dan kebijaksanaan tentang

pengelolaan lanskap secara implisit termasuk ke dalam

peraturan-peraturan dan kebijaksanaan yang berhubungan

dengan pengelolaan lingkungan.

Hukum-hukum yang berkaitan dengan lingkungan sendiri

merupakan bidang ilmu yang masih relatif muda. Bila

dilihat dari perjalanan perkembangan hukum lingkungan

tersebut, panjang atau pendeknya sejarah tentang

peraturan perundang-undangan berbagai aspek

lingkungan tergantung dari apa yang dipandang sebagai

environmental concern.

Code of Hamurabi; Aqueducts.

Beberapa kasus yang berhubungan

dengan masalah lingkungan

Abad ke 17: tuntutan seorang pemilik tanah

terhadap tetangganya yang membangun

peternakan babi baunya terbawa angin ke arah

kebun si pemilik tanah di Inggris.

Abad ke 18: adanya peraturan dalam perundang-

undangan di Inggris maupun di Amerika yang

ditujukan bagi pengendalian timbulnya asap yang

berlebihan.

Abad ke 19: akibat adanya Revolusi Industribanyak peraturan/perundang-undangandikeluarkan memuat ketentuan-ketentuan: pengendalian asap serta gangguan-gangguanyang ditimbulkannya, pengendalian pencemaranair. Di Inggris ada „gerakan sanitasi‟ memuatketentuan mengenai pembuangan tinja, sampah, sanitasi perumahan, dll.

Awal abad ke 20, hukum yang berkembangtidaklah ditujukan untuk melindungi lingkunganhidup secara menyeluruh, akan tetapi hanyauntuk berbagai aspek yang menjangkau ruanglingkup yang sempit.

Page 4: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

4

Pada 5-16 Juni 1972: Konperensi PBB tentang

Lingkungan Hidup Manusia (United Nation

Conference on the Human Environment) di

Stockholm Peraturan perundang-undangan di

bidang lingkungan hidup berkembang dan

bersifat menyeluruh ke berbagai pelosok dunia.

Pada 15-18 Mei 1972: “Seminar Pengelolaan

Lingkungan Hidup Manusia dan Pembangunan

Hukum Nasional” di Bandung untuk menyusun

“COUNTRY REPORT”.

Pada 28 Oktober – 6 November 1981:

Pertemuan “Ad Hoc Meeting of Senior

Government Officials Expert in Environmental

Law” di Montevideo, Uruguay menghasilkan

hukum lingkungan merupakan alat yang

penting untuk pengelolaan lingkungan secara

layak dan untuk perbaikan kualitas kehidupan.

Dasar konstitusional bagi peraturan

perundang-undangan di Indonesia

Pembukaan UUD 1945 alinea IV menegaskankewajiban negara dan tugas pemerintah untukmelindungi segenap sumberdaya dalam lingkunganhidup Indonesia untuk kebahagiaan seluruh rakyatIndonesia dan segenap umat manusia.

Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dengan jelasmemberikan hak penguasaan kepada Negara atasseluruh sumberdaya alam Indonesia danmemberikan kewajiban kepada negara untukmenggunakannya bagi sebesar-besarnyakemakmuran rakyat

TAP MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN, padaBab III, huruf B, butir 10. Pada GBHN 1973, dalamBab III tercantum ketentuan tentang lingkunganhidup sebagai komitmen bangsa Indonesia padapelaksanaan hasil Konperensi Stockholm. Ketentuantersebut berlaku untuk program jangka panjang, sehingga tercantum kembali dalam GBHN-GBHN berikutnya.

Keppres RI No. 11 tahun 1974 tentang Repelita II Bab 4 mengenai pengelolaan sumberdaya alam danlingkungan.

Keppres RI No. 27 tahun 1975 tentangPembentukan Panitia Inventarisasi dan Evaluasikekayaan alam.

TAP MPR No IV/1978 tentang GBHN dan Keppres RI No.

7/1979. Keduanya merupakan penyempurnaan kebijaksanaan

lingkungan.

Disahkannya UU No. 4/1982 pada 11 Maret 1982 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UULH) sebagai penjabaran ketentuan dalam GBHN 1978 .

Materi bidang lingkungan sangat luas meliputi ruang angkasa

hingga perut bumi dan dasar laut yang terdiri dari mulai

sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati dan non-

hayati, serta sumberdaya buatan.

UU No. 4/1982 ini disusun antara lain untuk mengendalikan

permasalahan lingkungan yang semakin meningkat, misalnya

bagaimana menindak kalangan produsen selaku “perusak

lingkungan yang potensial” dan bagaimana melindungi

kalangan konsumen masyarakat umum selaku “penderita

kerusakan lingkungan potensial”.

UU No. 23/1997: PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP

Pada 19 September 1997 disyahkan UU

No. 23/ tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPLH) sebagai

pengganti UULH dan juga untuk

mengakomodasikan berbagai prinsip yang

telah disepakati dalam Konferensi di Rio

de Jainero.

Page 5: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

5

UU/PERATURAN TERKAIT BENTANG ALAM

NASIONAL:

UU No. 11/2010: PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

UU No. 26/2007: PENATAAN RUANG

UU No. 7/2004: PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

UU No. 23/1997: PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UU No. 5/1990: PENGELOLAAN SD HAYATI & EKOSISTEM

KEPPRES, SK-SK, PERDA, DLL

AMDAL

REDD – Bali World Summit (2007) Carbon Stock & Trading

KYOTO PROTOCOL (1997) Zero Emission

SUSTAINABLE DEVELOPMENT (1987) Brundtland

Commission - World Commission on Environment & Development

UU No. 11/2010: PERLINDUNGAN

CAGAR BUDAYA

TUJUAN PELESTARIAN CBa. melestarikan warisan budaya bangsa dan

warisan umat manusia; b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa

melalui Cagar Budaya; c. memperkuat kepribadian bangsa; d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan e. mempromosikan warisan budaya bangsa

kepada masyarakat internasional

UU No. 26/2007: PENATAAN RUANG

UU No. 26 Tahun 2007

RTRWN – RTRWP – RTRW Kab./RTRW Kota

Bagaimana menyikapi bentuk RTH

PENGUATAN ASPEK PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP DALAM

RENCANA TATA RUANG

Pasal 17 ayat (5) UUPR memuat: dalamrangka pelestarian lingkungan dalam rencanatata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutanpaling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luasdaerah aliran sungai

UU NO. 7/2004: SUMBER DAYA AIR

Hak guna air terdiri atas hak guna pakai air danhak guna usaha air.

Hak guna air: hak untuk memperoleh danmemakai air untuk berbagai keperluan yang tidak dapat disewakan

Hak guna pakai air: hak untuk memperoleh danmengusahakan air. Hak guna usaha air diperolehtanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokoksehari-hari bagi perseorangan dan bagipertanian rakyat (irigasi)

Hak guna usaha air: hak untuk memperolehdan mengusahakan air. Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan ataubadan usaha dengan izin dari pemerintah sesuaidengan kewenangannya. Pemegang hak gunausaha air dapat mengalirkan air di atas tanahorang lain berdasarkan persetujuan daripemegang hak atas tanah yang bersangkutan.

Pengelolaan sumber daya air: berdasarkanwilayah sungai dengan keterpaduan air tanahdan air permukaan. Penyusunan polapengelolaan sumber daya air melibatkan peranmasyarakat dan dunia usaha

Page 6: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

6

• LANSKAP YG

BERKELAN-

JUTAN

MENGAPA PERLU

DIKETAHUI & DIPELAJARI

EKOLOGIS

EKONOMIS

KULTURAL

LANSKAP/

BENTANG

ALAM/LINGK

UNGAN

• ETIKA

• KEBIJAK

AN

LAHAN MERUPAKAN SUATU SUMBERDAYA YANG BERNILAI EKONOMI TINGGI & YANG

SELALU DIPEREBUTKAN

PENGGUNAAN YANG BERLEBIHAN

PENGGUNAAN YANG SUB-OPTIMAL

PENGGUNAAN YANG SALAH

CONFLICT OF INTEREST

SALAH SATU CARA PENGENDALIAN : MELALUI ETIKA/PERATURAN/PERUNDANGAN

• Model pemanfaatan bentang alam produktif dan aman

• Model pemanfaatan bentang alam yang indah, nyaman

• Model pemanfaatan bentang alam yang lestari (berkelanjutan)

PERLU DIKETAHUI & DIPELAJARI

ETIKA Aturan, kebiasaan yang berlaku pada wilayah tertentu

(yang berlaku secara Universal disebut NORMA)

PERATURAN: Apa yang sebaiknya dilakukan &

dihindari untuk mewujudkan atau melestarikan suatu

bentang alam/lanskap atau tatanan lanskap yg indah

Berhubungan dengan:

Pengetahuan Lokal ~ Kearifan Lokal

Nilai-nilai: baik atau buruk

Hak/Kewajiban: Incentive/Disincentive

PERILAKU & TATA LAKU

PERENCANA/PERANCANG、PENGELOLA

PENGETAHUAN LOKAL (LOCAL

KNOWLEDGE) - KEARIFAN LOKAL (LOCAL

WISDOM)Hampir seluruh etnik/suku di Indonesia memiliki

pengetahuan & kebijakan dalam menggunakan &

melestarikan sumberdaya alam & lingkungannya

APA, SIAPA, KAPAN, DI MANA, BAGAIMANA

DALAM PENGERTIAN ARSITEKTUR LANSKAP:

TATA RUANG/ZONASI, TATA LETAK, AKTIFITAS

KEARIFAN LOKAL DALAM TATA

RUANG DI BALI

Sumber: Arifin, Nurhayati, Suryadarma (2002)

Page 7: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

7

KEBIJAKAN PEMANFAATAN & PENATAAN

LANSKAP EKOLOGIS-EKOSISTEM: Tanah, Air, Udara

EKONOMIS: Terkait dengan Efisiensi dan Pertumbuhan

KULTURAL: Budaya, perilaku, kebiasaan, agama

• LANSKAP LOKAL, LANSKAP VERNAKULAR

• LANSKAP ALAMI, LANGKA, UNIK

• TAMAN & LANSKAP IDENTITAS

PERATURAN/UU ETIKA

GREEN POLICY Kebijakan yang ramah lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan

Pembangunan yang memperhatikan, mengerti dan

menghayati alam & lanskap serta komponen

pembentuknya:

Perilaku & Karakter

KepekaanKeindahan

Perilaku: Hemat Lahan – Bahan - Energi

UULH TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN

DENGAN BAIK DIKARENAKAN

Masyarkat kurang memahami hak dan

kewajibannya karena sosialisasi peraturan

lingkungan hidup kurang memadai.

Aparat penegak hukum (pejabat yang

berwenang memberi izin, polisi, jaksa, hakim

dan pengacara/konsultan hukum kurang dapat

mengikuti perkembangan peraturan di bidang

lingkungan hidup.

Adanya kekurangan dalam UULH itu sendiri

HAK & KEWAJIBAN

Memelihara lanskap/bentang alam supaya tetap

fungsional, baik untuk alam itu sendiri maupun untuk

manusia yg menggunakannya

Mengendalikan penggunaan/pemanfaatan

MENGHINDARI KERUGIAN :

• FINANSIAL

• MATERIAL

• EMOSIONAL

SISTEM INSENTIF DAN DISINSENTIF

Sistem insentif ~ penghargaan ~ reward,

dengan tujuan untuk menjaga dan

meningkatkankan kualitas lanskap/lingkungan

(Contoh: Adipura, Kalpataru, Pembebasan Pajak

alat-alat pengendali lingkungan)

Sistem disinsentif ~ hukuman ~ punishment,

bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi

kerusakan dan penurunan nilai lanskap serta

pencemaran lingkungan (Contoh: Denda bagi

pencemar, hukuman penjara bagi pelanggar

aturan)

TINDAKAN BAIK

Konservasi lanskap

Penataan tanpa kerusakan (biofisik, sosial, visual)

Penataan yang sinergis-harmonis (tata kota, tata guna

lahan, desa-suburban-kota)

Pemanfaatan renewable resources: matahari, angin, air

ECOLOGICAL PLANNING/DESIGN - MANAGEMENT

KONSEP “HIJAU” DAN “BERKELANJUTAN

HEMAT LAHAN, HEMAT BAHAN, HEMAT ENERGI

Page 8: 03 Minggu III Peraturan Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

9/21/2012

8

Contoh aksi untuk

mengamankan sumber daya

air dengan sumer resapan

pada skala tapak di rumah

tangga; penerapan lubang

biopori selain untuk daur

ulang sampah organik

menjadi kompos juga

berfungsi untuk resapan air.

Foto: HS ArifinFoto: HS Arifin Foto: HS Arifin