05. bab ii wedding
TRANSCRIPT
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 1/41
11
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Judul
Dalam Bahasa Indonesia Palangka Raya Wedding Convention Center
mempunyai Pengertian yaitu Pusat Pertemuan Pernikahan di Palangka Raya.
2.1.1. Pengertian Wedding (Pernikahan)
• Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri
( dengan resmi) (Echols: 1996)
• Upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan
ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan
norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan
variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun
kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-
kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu
pula. (Wikipedia:2014)
2.1.2. Pengertian Wedding Convention Center
Wedding Convention Center merupakan suatu jasa
pertemuan pernikahan sebagai pelengkapan pernikahan,
perancangan pernikahan beserta penunjangnya, di mana
keberadaannya diperuntukkan kepada semua lapisan masyarakat
yang ingin menampilkan suatu pernikahan dengan konsep sesuaiimpian mereka masing-masing. Center disini yaitu pusat kegiatan
memilih, memesan, atau menyewa segala perlengkapan pernikahan
serta tempat dimana upacara pernikahan dilangsungkan.
Menampung seluruh rangkaian kegiatan pernikahan secara terpadu
dan praktis mulai dari kegiatan persiapan hingga perayaan
pernikahan.
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 2/41
12
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.2. Tinjauan Wedding Convention Center
Penyelenggaraan sebuah resepsi pernikahan dilakukan dengan berbagai
macam cara sesuai dengan jenis dan konsep yang diinginkan secara keseluruhandengan persiapan penyelenggaraan pernikahan. Adapun jenis dan konsep resepsi
pernikahan ialah:
a. Jenis resepsi pernikahan (Duwi:2004)
1. Tradisonal : menggunakan tata cara daerah tertentu atau suku
tertentu mulai dari busana, upacara dan gaya resepsi
pernikahannya.
2. Tematik : mengadopsi cara sebuah pernikahan tertentu yang
sangat berkesan biasanya hanya diadopsi sebagian, mengadopsi
suatu pernikahan kerajaan sebatas pada dekorasinya.
3. Internasional : menggunakan tata cara yang berlaku secara umum
(international) yaitu berupa rangkaian acara peresmian dan
perjamuan pernikahan.
b. Konsep resepsi pernikahan (Duwi:2004)
Konsep resepsi pernikahan ditetapkan untuk mempermudah
persiapan penyelenggaraan pernikahan secara keseluruhan. Mulai dari
pemilihan tempat resepsi, cara penyajian hidangan, serta penataan
dekorasi. Kondisi tempat resepsi sangat mempengaruhi konsep
penyelenggaraan pernikahan. Konsep pernikahan dapat dibedakan
menjadi dua cara berdasarkan tempat resepsinya:
1. Indoor
Penyelenggaraan resepsi yang dilakukan dalam ruangan tertutup.
Konsep ini dapat digunakan untuk jenis resepsi dengan berbagai
tema karena pengadaan resepsi dalam ruang tertutup dapat didekor
sesuai kebutuhan.
2. Outdoor
Penyelenggaraan resepsi yang dilakukan di ruang terbuka. Konsep
ini biasanya hanya digunakan untuk jenis resepsi tematik (misalnya
Garden Party) karena untuk mendekor ruangan terbuka agak sulit
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 3/41
13
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
mengingat elemen lingkungan sangat mempengaruhi keindahan
desain dekorasinya.
Penyajian hidangan juga sangat mempengaruhi konsep yang akan
digunakan untuk sebuah resepsi pernikahan, berikut konsep resepsi
yang berdasarkan cara penyajian :
1. Prasmanan
Penyelenggaraan resepsi dengan menyediakan hidangan pada meja
panjang dan tamu dipersilahkan mengambil sendiri makannya.
2. Pelayanan
Penyelenggaraan resepsi dengan mengantarkan hidangan satu
persatu pada masing-masing tamu undangan.
3. Meja bundar
Penyelenggaraan resepsi dengan mengantarkan hidangan satu
persatu pada masing-masing meja dengan porsi yang telah
disediakan dengan jumlah maksimal tamu undangan yang dapat
duduk disana/biasanya 10 orang).
Penataan dekorasi juga mempengaruhi konsep yang akan digunakan
untuk sebuah resepsi pernikahan. Berikut konsep resepsi berdasarkan
penataan dekorasinya:
1. Baku / Klasik
Dekorasi yang biasanya digunakan standart tidak mencerminkan
suatu tema khusus. Biasanya mengunakan bunga sebagai elemen
penghias ruang.
2. Bebas /Modern
Dekorasi yang digunakan mencerminkan suatu tema khusus dan
penataannya fleksibel. Misalnya penggunaan daun hijau dan
elemen air pada resepsi bertema hutan atau menghadirkan dekorasi
castil untuk resepsi bertema kerajaan
c. Pelaku Kegiatan Wedding (Duwi:2004)
1. Kelompok Pengunjung
2. Kelompok Pegawai/Karyawan
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 4/41
14
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
3. Kelompok Pengelola Utama
4. Kelompok Keluarga Pengantin dan Pengantin
5. Kelompok Tamu akad Pernikahan dan Keluarga Pengantin
6. Kelompok Tamu Undangan Wedding Outdoor
d. Aktivitas yang di wadahi Wedding
1. Kelompok Kegiatan Penerimaan
2. Kelompok Kegiatan Pelayanan & Jasa
- Kelompok Kegiatan Wedding Organizer
- Kelompok Kegiatan Studio Foto/Syuting
- Kelompok Kegiatan Souvenir
- Kelompok Kegiatan Dekorasi
- Kelompok Kegiatan hidangan
- Kelompok Kegiatan Akad Penikahan
- Kelompok Kegiatan Wedding Outdoor
3. Kelompok Kegiatan Fasilitas Penunjang ( Promosi & Pemasaran )
- Kelompok Kegiatan Promosi
- Kelompok Kegiatan Pemasaran
4. Kelompok Kegiatan Pengelola & Operasional
- Kelompok Kegiatan Operasional & servis
- Kelompok Kegiatan Pengelola
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 5/41
15
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.3. Asas Rancang Arsitektur
Dalam sebuah perjalanan akan ada dimana awal dan akhir dari sebuah
perjalanan sehingga jelas perlu adanya suatu dasar yang menjadi pedoman darisetiap tujuan perjalanan. Hal demikian dapat diibaratkan seperti seseorang yang
ingin menempuh suatu tujuan perjalanan untuk dapat tiba ke tujuan tersebut dia
menginginkan transportasi yang murah, mudah, dan cepat sehingga dari semua
pertimbangan yang ada orang tersebut memilih tranportasi menggunakan sepeda
motor, adanya hal itu jelas bahwa suatu asas di ibaratkan sepeda motor tersebut
dengan suatu konsep yang diinginkan murah, mudah, dan cepat.
Asas/Prinsip rancang adalah merupakan prinsip-prinsip yang mengatur,
mengarahkan, memberi pedoman bagi proses merancang sehingga mampu
memberikan pengaruh bagi hasil rancangan ( dalam bentuk aliran, isme ) sebagai
suatu konsekuensi bagi pemakai asas rancang. Asas adalah aliran, isme, sehingga
apabila seorang perancang memakai salah satu asas, maka secara otomatis
perancang akan dibawa kepada salah satu aliran (hal ini sudah menjadi
konsekuensi logis bagi pemakaian asas ini). (Yunitha, Materi Perkuliahan Metode
Perancangan I: 2011)
2.3.1. Fungsi Asas Rancang
Asas rancang memiliki dua fungsi utama, bila ditinjau dari kualitas karya
arsistektur, yakni fungsi penciri dan fungsi pemandu.
Fungsi penciri menunjuk pada ihwal memberikan dan mengarahkan
penilaian dan apresiasi sehingga sesuatu karya arsitektur mampu menunjukkan
adanya ciri-ciri khas rancangan. Memperhatikan sebuah karya arsitektur dan
mengapresiasinya, seseorang akan bisa mengatakan bahwa karya rancang itu
dapat dicirikan sebagai karya yang berciri modern (menampakkan langgam
modern, misalnya), berciri glamour (menampakkan olah rupa yang berasaskan ke-
glamour-an), berciri fungsional (menampakkan gubahan rancangan yang
berasaskan `form follows function), dan sebagainya Di sinilah Egon Schirmbeck
menekankan adanya tiga asas rancangan yakni asas rasional, psikologikal dan asas
simbolik. (Yunitha, Materi Perkuliahan Metode Perancangan I: 2011)
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 6/41
16
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
Sebagai fungsi pemandu, yakni sebagai pemandu di dalam kegiatan
merancang (di studio, tentunya) fungsi asas rancang dapat dibedakan dalam tiga
kelompok fungsi :
a. Fungsi sebelum proses rancang
Pada saat sebelum proses rancang, asas masih belum berfungsi. Dia
hanya berdiri sendiri sebagai sebuah asas yang sewaktu-waktu akan
dipakai oleh perancang.
b. Fungsi pada saat berlangsungnya kegiatan merancang
Pada saat proses rancang, asas berfungsi sebagai :
- dasar teori
- patokan
- pengarah, pengatur, pengendali
- pedoman
c. Fungsi setelah proses rancang
Setelah proses rancang yakni ketika telah diperoleh hasil rancang,
maka asas berfungsi sebagai uji mutu yang akan menguji apakah kualitas
rancangan sesuai dengan tema yang diajukan atau tidak.Diujikan padahasil rancangan guna menilai hasil rancangan tentang :
- tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas
- mutu arsitektural rancangan
2.3.2. Kategori Asas rancang Arsitektur
Menurut Schrimbeck (1988) dalam Yunitha Materi Perkuliahan
Metode Perancangan I (2011), Asas perancangan Arsitektur dapat
dikategorikan ke dalam tiga kategori, Yaitu Asas Rasional, Asas Simbolik
dan Asas Psikologik.
1. Asas Rasional
Asas ini secara mendasar memberikan penjelasan atas “functions
that have a rational objective” (Schrimbeck – h.148 ) segenap fungsi
arsitektur yang memiliki tujuan-tujuan dan sasaran yang rasional.
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 7/41
17
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
Dengan meminjam dari Geoffrey Broadbent dalam bukunya yang
berjudul Design in Architecture, fungsi-fungsi itu adalah: fungsi wadah
aktifitas (container of activites), fungsi penyesuai perilaku (behavior
modifier ), fungsi investasi (capital investment ), fungsi penyaring
lingkungan (environmental filter ).
2. Asas Simbolik
Ditegaskan oleh Schrimbeck (1988) dalam Yunitha “ Materi
Perkuliahan Metode Perancangan I ”(2011), bahwa asas ini
mendominasi cakrawala arsitektur postmodern. Dengan asas-asas
simbolik ini, terbukalah peluang bagi hadirnya kesadaran baru akan
kesertaan sejarah bagi merancang. Di sini, sejarah yang dimaksud
bukanlah sejarah dalam arti peristiwa, tetapi sejarah dalam arti beragam
langgam, estetika dan artistika arsitektur dari masa silam. Jadi, di sini
yang dimaksud dengan sejarah bukanlah pula identitas lokal yang
sering-sering dienal dengan sebutan jatidiri kedaerahan yang kultural.
Asas-asas dalam kategori ini banyak berkenaan dengan tatarupa,
karena kepedulian paling utama dari asas ini adalah pada `artistic truth’
(kebenaran artistik dalam tinjauan karya seni, tentunya), dan pada
̀perceptual force’ ( daya persepsi, khususnya yang berkenaan dengan
ingatan, kenangan atau memori). Sederhananya, asas ini banyak
bertumpu pada “yang elok dipandang dan membangkitkan kenangan”.
3. Asas Psikologi
Menurut Schrimbeck (1988) dalam Yunitha “ Materi
Perkuliahan Metode Perancangan I ”(2011), asas ini mencoba untuk
menggabungkan asas rasional dengan asas simbolik, karena Schirmbeck
berkeyakinan bahwa gabungan antara yang rasional dengan yang
simbolik akan menghasilkan yang psikologik. Sudah barang tentu, asas
ini menjadi lebih sulit dalam mempraktekkannya, karena di sini harus
dapat digabungkan antara yang rasional dengan yang ‘memorial’ (non-
rational), dan oleh karena itu, tak mengherankan bila dalam barisan
postmodern hanya ada beberapa nama saja yang mampu menanganinya,
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 8/41
18
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
misalnya adalah James Stirling, Aldo Rossi, Mario Botta dan Arata
Isozaki.
2.3.3. Sirkulasi bangunan
Ruang sirkulasi membentuk bagian yang tak dapat dipisahkan
dari setiap organisasi bangunan, dan memakan tempat yang cukup besar
dalam ruang bangunan. Bentuk dan skala suatu ruang sirkulasi harus
menampung gerak manusia pada waktu mereka berkeliling, berhenti
sejenak, beristirahat, atau menikmati pemandangan sepanjang jalan.
(Ching: 2000: 286)
Menurut Ching (2000 : 287) ruang sirkulasi bisa berbentuk :
Tertutup, membentuk koridor yng berkaitan dengan ruang-ruang
yang dihubungkan melalui pintu-pintu masuk pada bidang
dinding.
Terbuka pada salah satu sisinya, untuk memberikan kontinuitas
visual/ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkan.
Terbuka pada kedua sisinya, menjadi perluasan fisik dari ruangyang ditembusnya.
1. Sistem pencapaian pada bangunan
Menurut utomo, 2003 dalam Ngini 2008 sistem pencapaian
pada bangunan dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :
Sistem pencapaian frontal
Sistem pencapaian ke samping
Sistem pencapaian langsung mengarah dan lurus ke objek ruang
yang dituju. Pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari
Memperkuat efek objek perspektif yang dituju. Jalur pencapaian
dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak squence
sebelum mencapai objek.
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 9/41
19
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
Sistem pencapaian memutar
2. Sistem parkir pada bangunan
a. Parkir tegak lurus
Pola parkir tegak lurus memiliki beberapa kelebihan yaitu jumlah
kendaraan yang dapat ditampung banyak, efisiensi lahan, dan
ruang gerak yang mudah namun memerlukan sirkulasi yang cukup
luas.
b. Parkir menyudut 45o
Pola parkir menyudut 45o, memiliki beberapa kelebihan yaitu
ruang gerak yang mudah, terkesan dinamis dan jumlah kendaraan
yang dapat ditampung cukup banyak.
c. Parkir sejajar
Pola parkir sejajar ini dapat menghambat lalu lintas, dengan ruang
geraknya yang sulit dan tidak efisien.
memperpanjang urutan pencapaian dan mempertegas
bentuk tiga dimensi suatu bangunan sewaktu bergerak
mengelilingi tepi bangunan.
Gbr. Parkir dengan sudut kemiringan 450
Sumber : Ernst Neufert, data arsitek
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 10/41
20
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
3. Sistem Sirkulasi ruang dalam bangunan
Sirkulasi horizontal untuk menghubungkan setiap ruang
menggunakan sistem koridor berupa lorong. Sistem koridor ini untuk
melayani alur sirkulasi manusia menuju ruang-ruang yang ada pada
lantai tersebut.
Sistem Sirkulasi terbuka pada kedua sisi
Sistem Sirkulasi Tertutup dan terbuka pada salah satu sisi
Koridor terdiri dari dua macam yaitu koridor utama dan koridor
tambahan. Koridor utama merupakan orientasi dari retail-retail yang
ada disepanjangnya. Sedangkan koridor sekunder adalah koridor yang
terdapat pada perpanjangan koridor utama, yang memudahkan
pencapaian dari area parkir serta dapat mempersingkat jarak entrance
bila terjadi keadaan darurat. Ada beberapa alternatif sistem koridor
yang dapat digunakan yaitu :
a. Lorong melayani dua arah (double loaded corridor)
Sistem lorong yang melayani dua arah ini sangat ekonomis. Sering
digunakan untuk proyek-proyek perkantoran, pendidikan, flat-flat,
rumah sakit dan bangunan-bangunan komersial.
Lorong
Ruang yang
dilayani
Sumber.Menimbang Ruang Menata Rupa
( Mikke. Susanto dalam Ngini :2008 )
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 11/41
21
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
b. Lorong melayani satu arah (single loaded corridor)
Sistem lorong yang melayani satu arah ini kurang ekonomis.
Sistem ini biasanya juga digunakan untuk hotel-hotel, flat dan
bangunan pendidikan.
c. Lorong pinggiran (perimeter corridor/exterior corridor)
Sistem ini sering dipakai untuk melayani ruang yang bentangnya
besar. Selain itu untuk alasan aklimatisasi bahwa lorong pinggiran
sekaligus berfungsi sebagai penahan sinar matahari. Sistem ini
banyak dipakai untuk bangunan pendidikan.
d. Barang
Sirkulasi horizontal selain untuk melayani alur sirkulasi
manusia juga melayani sirkulasi untuk barang. Pengangkutan barang
secara horizontal ini juga dilakukan melewati koridor baik itu koridor
utama maupun koridor tambahan untuk menuju ke ruang-ruang
diinginkan.
Lorong
Ruang yang
dilayani
Gbr.Lorong melayani satu arah
Sumber : Mandarin Guntur ; diktat mata kuliah Utilitas (Ngini:2008)
Ruang yang
dilayani
Lorong
Gbr. Lorong pinggiran
Sumber : Mandarin Guntur ; diktat mata kuliah Utilitas dalam Ngini 2008
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 12/41
22
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.3.4. Susunan di dalam Arsitektur
Terminologi penyusunan atau order diambil dari bahasa latin ordo dan
ordin, baris, seri, ranking, kelas, atau tingkatan, dan juga berhubungan dengan ordiri yang berarti awal, dan ornare yang berarti menghiasi. Ada dua terminologi
Yunani yang digunakan untuk mengartikan order. Order diartikan sebagai kosmos
(sanskrit), atau susunan sesuatu atau susunan dunia (Coormaraswamy, 1977, I:
249). Kosmos juga berarti ornamen penghias dengan binatang, manusia, dan
perkataan. Kosmeo berarti untuk menyusun atau menata; kosmetikos berarti
kemampuan dalam menyusun, kosmema adalah sebuah ornamen atau dekorasi,
dan kosmetike adalah seni berpakaian dan menggunakan ornamen, karena itu
kosmetike diartikan sebagai kosmetika (Coomaraswamy, loc cit). Sementara itu
yang lainnya memandang arsitektur sebagai taxis yang berarti menyusun bagian-
bagian (Aristotle, Poetics, VII: 35), yang berarti dengan poiesis pembuatan
sesuatu dengan memasukkan susunan di dalamnya. Menurut Yunani kuno,
arsitektur berisi taxis atau ordinatio dalam bahasa latinnya, dan diathesis dalam
bahasa Yunani yang berarti penataan, dan dalam bahasa Latinnya dispositio.
Penataan tidak hanya menyangkut peletakkan bagian perbagian dalam suatu
hubungan satu dengan yang lainnya, tetapi juga elegan dalam komposisinya
(Johnson, 1994:235). Selain itu pemahaman lain dari menyusun/menata
(arrangement ) yang termasuk dalam sub ketegori tersebut yaitu ideai dalam
bahasa Yunani, yang dalam arsitektur diterjemahkan sebagai denah (ground plan),
tampak (elevation), dan perspektif (Pollitt, 1974 :160). Vitruvius (1486)
mengatakan bahwa susunan (order) merupakan pemberian ukuran kepada setiap
pekerjaan yang dipikirkan secara terpisah, dan memberikan keseimbangan simetri
pada proporsi secara keseluruhan (Buku I:II,2). Order adalah mengkreasikan
keindahan, ini adalah hukum surga yang pertama (Genesis 1:1-31; cf, Gk. kosmos,
Skr.rta) dan menjaga jiwa dimana keindahan diletakkan di atas kegunaan
(Coomaraswamy, 1977: I:257).
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 13/41
23
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
1. Hirarki Arsitektur
Pengertian hirarki datang dari bahasa Latin (h) ierarchia yang
berasal dari bahasa Yunani awal ierarches (ieros, yang berarti sakral + -arches), yang artinya pendeta tertinggi. Terminologi hirarki berhubungan
dengan aturan kependetaan yang sehari-hari digunakan untuk menunjukan
seseorang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya dalam hal kedudukan,
susunan, atau kelas. Terminologi klasik yang terimplementasi dalam
kehidupan sosial adalah susunan sosial masyarakat di jaman romawi kuno
dari yang classici hingga yang proletarii, dan susunan tersebut terefleksi
dalam karya arsitektur klasik barat. Hal yang sama juga terjadi pada
bangunan geometris dan berinterelasi secara spasial yang didasari oleh
pusat, dominasi elemen, dan yang terjadi pada bangunan arsitektur religius
di barat dan di timur. Bahkan beberapa bangunan lebih baik dijelaskan dan
dapat dipahami dengan menggunakan prinsip ini.
Pada umumnya formal struktur dari hirarki terdiri dari elemen
primer dan elemen sekunder. Elemen primer didefinisikan sebagai dasar
dari struktur utamanya, hal tersebut dapat diketahui bila elemen primertersebut diambil dari komposisi keseluruhannya maka akan menimbulkan
komposisi yang terpecah-pecah (terjadi disintegrasi/tidak saling
berhubungan). Sementara itu elemen sekunder secara relatif tersusun dengan
bebas tanpa terikat dan bila diambil dari komposisinya secara keseluruhan
tidak akan mempengaruhi elemen primernya (Norberg-Schulz, 1965:146-
147).
2.Kesederhanaan
Kesederhanaan berasal dari bahasa latin simplicitas or simplex,
yang berarti kesederhanaan dalam bentuk, keadaan, atau kondisi yang
membentuk suatu porsi tunggal atau suatu struktur yang mengabaikan
kekomplekkan, kerumitan, atau hiasan. Kesederhanaan adalah sesuatu yang
dikejar oleh para arsitek setidaknya sejak Vitruvius yang dengan tepat
diterjemahkan ke dalam bentuk susunan Doric ( Doric Order ) yang
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 14/41
24
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
didasarkan pada bentuk tubuh laki-laki dan manusia laki-laki itulah
kesederhanaan. Satu sisi kesederhanaan diterima sebagai bagian dalam
gerakan arsitektur moderen sejak awal abad ke 20 (Johnson, 1994: 245).
3. Kompleksitas
Kata kompleks berasal di bahasa latin complexus, yang berarti
kerumitan. Secara arsitektural, kompleksitas terlihat sebagai suatu kualitas
yang membutuhkan kontrol, dari susunannya. Dalam arsitektur sekarang ini
yang perlu diperhatikan oleh para arsitek adalah bagaimana mengurangi
kerumitan dalam asumsi secara rasional dan ilmu pengetahuan (Johnson,
1994:248).
2.3.4.1. Prinsip Penyusunan Ruang
Prinsip-prinsip penyusunan diperlukan untuk melengkapi agar
tercipta susunan yang relatif baik, di dalam suatu komposisi arsitektur.
Suatu dasar geometri telah digunakan untuk membentuk hubungan
diantara bentuk-bentuk dan ruang-ruang suatu organisasi bangunan. Dalam
hal ini, prinsip-prinsip penyusunan diperlukan untuk melengkapi agartercipta susunan yang relatif baik, di dalam kompsisi arsitektur. Di sana
ada suatu keragaman dan kerumitan alami dalam kebutuhan-kebutuhan
program untuk bangunan-bangunan. Bentuk-bentuk dan ruang-ruangnya
harus mengakui hirarki yang telah ada pada fungsi-fungsi yang
ditampungnya, para pemakai yang dilayani, tujuan-tujuan atau arti yang
disampaikan, lingkup atau konteks yang dipaparakan. Semua itu mengakui
adanya keanekaragaman alami, kerumitan dan hirarki didalam program
dan inti dari bangunan-bangunan prinsip-prinsip susunan dibicarakan.
Susunan tanpa keanekaragaman dapat mengakibatkan adanya sifat
monoton dan kebosanan; keanekaragaman tanpa aturan akan menimbulkan
kekacauan.
Prinsip-prinsip penyusunan ruang terdiri atas enam prinsip (Ching,
1999 : 333) , yaitu:
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 15/41
25
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
• Sumbu, sebuah garis, yang terbentuk oleh duah buah titik di dalam
ruang dimana terhadap garis tersebut bentuk dan ruang-ruang dapat
disusun.
• Simetri, distribusi bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang sama dan
seimbang terhadap suatu garis bersama (sumbu) atau titik (pusat).
• Hirarki, penekanan suatu hal terpenting atau menyolok dari suatu
bentuk atau ruang menurut besarnya, potongan atau penempatan
secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari
suatu organisasi.
• Irama/ Pengulangan, penggunaan pola-pola yang sama dan
resultante dari irama-irama untuk mengorganisir satu seri bentuk-
bentuk atau ruang-ruang yang serupa.
• Datum, sebuah garis bidang atau ruang yang oleh karena
kesinambungan dan keteraturannya berguna untuk mengumpulkan,
mengelompokan, dan mengorganisir suatu pola bentuk-bentuk dan
ruang-ruang.
• Transformasi, prinsip-prinsip tentang konsep-konsep arsitektur
atau organisasi yang dapat dipertahankan, diperkuat, dan dibangun
melalui sederetan manipulasi dan transformasi.
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 16/41
26
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.3.5.Hubungan-Hubungan dalam Arsitektur
Satu guru, satu pendidikan, dan satu studi yang perlu diperhatikan yaitu
masa lalu. Segala sesuatu untuk waktu yang panjang dan masih sampai sekarang.
Sebab dari masa lalulah kita bisa belajar sejarah, belajar dari apa yang sudah kita
lalui. Oleh karena itu segala peristiwa dan segala objek pada dasarnya selalu
berhubungan. (Corbusier 1930:33). Secara teknis fungsi merupakan suatu
hubungan yang saling terkait, dan bukan kualitas (Heath, 1991:25). Untuk
membayangkan segala sesuatu dapat didefinisikan atau dijelaskan adalah dengan
melihat hubungan-hubungan yang mengakibatkan kesalahan (Heath, 1991:183).
Interaksi dari berbagai bagian atau tingkatan dari suatu kelompok akan
mengakibatkan bagian-bagian tersebut menyatu, berkoneksi, atau menjaga bagian-
perbagiannya agar tetap menjadi koheren atau dengan jalan demikian bagian-
bagian tersebut dapat dibandingkan, atau dengan perbedaan yang dimiliki oleh
bagian-bagian tersebut maka bagian-bagian tersebut dapat dijadikan kontras satu
dengan yang lainnya. Melihat hubungan-hubungan adalah hal pertama yang harus
dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik dari tiap elemen dengan apa tiap
elemen tersebut dikenali sebagai bagian keseluruhan atau tidak.
Hal kedua yang harus diperhatikan dalam mengeleborasi hubungan-
hubungan adalah melihat jarak antara tiap elemen, apakah elemen tersebut
abstrak, konseptual, matematikal, semantikal atau fisikal. Secara arsitektural
sebanding dengan hubungan internal dan eksternal yang ditemukan dalam hukum
distribusi tiap elemen menurut aturan komposisi, jadi tidak masalah tiap elemen
tersebut memang sudah menurut aturannya atau memang secara tersendiri sudah
ada di tempat tersebut.
1. Pengukuran dalam Arsitektura. Ukuran
Ukuran adalah salah satu konsep dasar yang mudah dipahami
manusia. Diambil dari bahasa latin mens-, yang berarti bentuk lampaunya
metiri,yang berarti ukuran, dan sama dengan bahasa Yunani-nya metron,
ukuran juga secara etimologinya berhubungan dengan bahasa Germanic ,
nama, yang berarti nama dari sesuatu yang termanifestasi, bahasa ini juga
merupakan akar dari bahasa sankrit na- yang berarti secara prinsip tidak
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 17/41
27
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
termanifestasi dan -ma adalah ukuran yang termanifestasi (Tawa,
1991:60). Ukuran adalah inti dari semua kata yang berisi – mens- atau -
metr - yang berarti adalah geometri, simetri, meter, diameter, dimensi,
keleluasaan, dan perode waktu (period/mensuration). Order atau susunan
tidak akan terbayangkan tanpa suatu konsepsi dari karakteristik utama
ukuran, baik yang didefinisikan (memberikan batasan pada segala
sesuatu) dan menganalisis hubungan bentuk-bentuk yang saling terpisah-
pisah.
b. Geometri
Geometri adalah sebuah ilmu yang menentukan kepemilikan suatu
ruang secara sintetis dan secara fakta terbukti (Kant, 1971:422). Aturan
geometri dalam proses disain secara gradual ditransformasi dari
pemantulan peta rahasia “kota celestial” yang dibentuk secara nyata
sebagai sebuah “objek yang menyenangkan” (Tzonis, 1972:49).
Geometri adalah sebuah dasar material yang padanya kita membangun
lambang-lambang, yang menghadirkan kepada kita kesempurnaan dan
ke-Ilahi-an. (Corbusier, 1929 dalam the city of tomorrow, dikutip dari
Agrest 1991:64) Diambil dari pengertian utama geometres dalam bahasa
Yunani, yang berarti gemetrician atau seorang surveyor yang secara
literlek diartikan sebagai pengukur bumi. Terminologi geometry adalah
terminologi kuno yang luar biasa dan biasanya digunakan untuk
menggambarkan berbagai sistem proporsional atau manipulasi posisi
pada sebuah permukaan atau di dalam sebuah ruang. Stereometry yang
berarti geometri yang solid dan stereotomy yang berarti potongan
geometry yang solid tersebut, sering kali menjadi perhatian banyak arsitek. Dua sistem denah geometric di abad pertengahan yang terkenal
adalah ad triangulum, yang didasari oleh prinsip keseimbangan suatu
segitiga, dan ad quadratum, yang didasari oleh prinsip bujur sangkar
(square). Geometri juga didefinisikan sebagai ilmu yang memperlakukan
hubungan-hubungan dan batas-batas kepemilikan baik bagian utamanya
maupun ruang-ruangnya (Gwilf, 1867:874).
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 18/41
28
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
c. Skala
Berasal dari bahasa latin scala (tangga), yang berarti dalam bahasa
Yunani yang sama dan klimax, artinya dalam bahasa Inggris scale adalah
tingkatan seri atau tingkatan susunan, tingkatan ukuran, sebuah sistem
atau sebuah skema yang memiliki nilai relative atau berkorespondensi,
atau yang berarti representasi rasio dari suatu objek atau suatu luasan.
Akar dalam metafora dari sebuah skala dan dalam jaman kuno digunakan
untuk penyekalaan mesin (Vitruvius: epibatra yang berarti
lebih+pelangkahan) dalam pengepungan, atau dalam musik skala
diartikan sebagai ascenden dan decenden, sedangkan sebuah skala dapat
dilihat dalam pengulangan dari sebuah radix, yang berarti sebuah modul.
Dalam arsitektur moderen terminologi skala adalah suatu kualitas
untuk mencocokkan penyetingan yang sangat besar, apa yang akan
dianalisa dari apa yang dimaksudkan dalam jaman Yunani kuno sebagai
stereotomy, dan penataan spasial seperti yang dimaksudkan oleh
Doxiadis (1972). Penggunaan terminologi skala dalam penanganan
arsitektur belakangan ini sangat tergantung pada translasi kognitif
terminologi tersebut. Alberti menggunakan modus, untuk mengartikan
skala yang diterjemahkan secara beragam sebagai size, disposisi, dan
sekarang ini skala lebih dikenal sebagai resep untuk menyesuaikan suatu
tempat, dengan penomoran secara tepat (certum numerum), modum, dan
untuk menyusun bangunan secara keseluruhan dari berbagai bagian-
bagiannya (Alberti, 1755b dalam Johnson, 1994:362).
d. Nomor ( Number )
Dalam bahasa Latinnya numerosus, numerus yang mempunyai duapengertian dasar : pertama, secara literal berarti tipe yang beragam,
banyak, hasil yang banyak, dan kedua secara gaya berarti sebagai ritme,
ukuran. Dalam bahasa Yunani terminologi nomor adalah arithmos yang
berarti (nomor atau kuantitas) dan rythmos yang berarti (bentuk, rupa,
atau pola) yang dalam gerak diartikan sebagai sesuatu yang membatasi
gerak tersebut. Hal itulah maka rythmos membatasi ruang yang juga
menghasilkan bentuk, sedangkan arithmos membatasi suatu keadaan
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 19/41
29
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
yang tak terbatas yang juga menghasilkan kuantitas spesifik, oleh kerena
itu semua seni akan terbatas dalam cara ini. Dalam seni visual rythmoi
adalah perupaan. Rupa ini dihubungkan dengan nomor yang di dalam
rupa tersebut diberi karakter sebagai sebuah nomor penting yang menjadi
poin pembatas. Dalam arsitektur, simbol nomor keluar dari kelompok
seniman fotografi di Amerika. Alfred Stieglitz, yang mendirikan
Secession Photo pada tahun 1902 dan gallery 291 di New York yang
menjadi sebuah pusat untuk artis terkemuka pada abad ke 21.
e. Proporsi
Tidak ada yang lebih penting yang harus diketahui oleh seorang
arsitek selain proporsi dari bangunan yang dibuatnya dan menjadikannya
sebagai sebuah standar (Vitruvius, 1486:6.2.1). Dalam arsitektur, konsep
proporsi hadir dalam sebuah konsep geometris yang merupakan hasil dari
pembandingan linier dimensi fisik (Antoniades, 1986 :62).
2. Posisi dan Jarak
a. Hubungan dan (de) Posisi
Ketika sebagian kecil dari suatu bangunan terletak pada suatu
tempat, maka bangunan tersebut menambahkan suatu nilai pesona pada
tempat tersebut. Namun bila posisinya di suatu tempat yang aneh, tak
dikenali, atau tidak bersesuaian, maka akan mengurangi nilai
elegansinya, apapun itu akan menjatuhkan jika bangunan tersebut
merupakan sesuatu yang lain (Battista Alberti, 1775b:9.7). Hampir bisa
dipastikan bahwa posisi adalah satu titik yang ditempati oleh seseorang
atau sesuatu dalam hubungannya dengan seseorang atau sesuatu. Posisiberasal dari bahasa latin Pono, yang artinya meletakkan, menempatkan,
menaruh, penempatan, memantapkan, membaringkan, atau menyimpan,
terminologi tersebut juga berhubungan dengan letak secara spasial.
Secara arsitektur, posisi adalah aspek spasial dari aktifitas ilmu
atau seni arsitektur, yaitu peletakan elemen-elemen dalam ruang, atau
pada suatu permukaan dan meletakan suatu elemen secara bersamaan
pada ruang atau permukaan tertentu. Posisi merupakan lokasi dari sebuah
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 20/41
30
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
ide atau meletakan konstruksi arsitektur, atau mengukuhkan suatu
hubungan antara tempat dan ideologi (Burns dalam A. Kahn, 1991: 165).
b. Ruang
Apa yang membedakan arsitektur dengan seni lukis dan seni
patung adalah kualitas spasialnya. Kemudian sejarah arsitektur adalah
sejarah manusia membentuk ruang, dan persoalan ruang selalu menjadi
perhatian utama untuk masa yang akan datang (Pevsner, 1963:1). Kita
tidak bisa melakukan pengalaman berpikir dan mengalami pengalaman
secara bersamaan. Konsep suatu ruang adalah bukan di dalam ruang
(Tschumi, 1975 dalam Tschumi, 1990:27). Ruang dan Waktu adalah
kendaraan yang terus berputar dengan dunia secara bersama-sama
(James, 1907:60).
Ruang (space) adalah terminologi yang hanya padu dengan
etimologi Latin spatium, yang artinya luas atau ruangan, dan dalam
bahasa Yunani berarti topos atau choros, atau berarti juga sebagai tempat
atau lokasi yang berarti ekspresi dari pancaran suatu permukaan yang
luas lebih dari sekedar kualitas tiga dimensi. Dalam bahasa Yunani ogkos
yang berarti bagian besar, volume, massa (dan merupakan dasar dari
terminologi Inggris oncology yang dalam pengertian moderen berarti
studi tentang tumor), yang lebih dekat berarti pengertian ruang secara
spasial dalam arsitektur, yang berarti oikos yang berarti ruangan. Waktu
biasanya berhubungan dengan perluasan secara spasial sebagai sebuah
kualitas dari pengalaman, yang dulunya dipahami sebagai kosmologi.
Dalam tradisi arsitektur barat, tidak didapatkan referensi tentang
pengertian tradisi perencanaan lahan (site planning) di jaman kuno;hubungan spasial antara bangunan dan petunjuk untuk apa yang mereka
butuhkan berasal dari yang bukan arsitektural (Doxiadis 1972:15).
Vitruvius menyatakan diathesis (penataan) yang berarti peletakan sesuatu
pada suatu tempat dengan efek yang elegan (Vitruvius 1486:1.2.2).
Konsep Jerman Raum yang berarti ruang atau ruangan, dan
raumempfindung, atau berarti mengisi ruang, yang berarti komposisi
dalam bentuk tiga dimensional. Martin Heidegger mengatakan raum
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 21/41
31
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
dalam bangunan, pemukiman dan pemikiran (1954): apa kata untuk
ruang adalah raum yang berarti disain (rancangan) akan sesuai dengan
pengertian kuno (ruang dilihat sebagai ruang tiga dimensional).
Raum berarti sebuah tempat yang bebas atau bebas untuk
pemukiman dan bertempat tinggal. Sebuah ruang adalah sesuatu yang
dibuat untuk apa ruang ada, yang berarti bersih dan bebas, yang artinya
dalam sebuah batasan, dalam bahasa Yunani peras. Sebuah batasan
bukan berarti segala sesuatunya berhenti dibatasan tersebut tetapi seperti
yang dimaksudkan dalam bahasa Yunani, suatu batasan adalah dari mana
sesuatu itu mulai hadir. Oleh kerena itu adanya konsep horismos, yang
berarti Horizon, yang menjadi pembatas. Ruang (space) dalam esensinya
dibuat adalah untuk alasan membuat ruangan, yang berarti membiarkan
untuk masuk ke dalamnya. Untuk apakah ruangan tersebut dibuat selalu
menjamin ruangan tersebut dihubungkan dengan kebaikan kondisi suatu
lokasi, yang dianggap sebagai sebuah jembatan. Sesuai dengan keadaan
ruang-ruang (spaces) menampung sesuatu yang berasal dari ruang itu
sendiri dan bukan dari ruang (di kutip dari Framton, 1982:29).
c. Pusat Penekanan
Pusat (center) berasal dari guenon yang secara tradisional dipahami
sebagai pusat dari dunia dimana segala sesuatu mulai dimanifestasikan
yang tidak ditemukan ditempat lainnya. Center bersumber dari bahasa
Latin centrum dan dalam bahasa Yunani kentron yang berarti patok atau
titik pusat (stasionary point ) dari suatu kompas yang merupakan bagian
dari kentrei yang berarti menusuk). Dalam arsitektur sentralisasi selalu
merupakan sebuah proses sentripetal, misalnya penggambaran sebuahelemen-elemen yang mengitari suatu inti (core), dan bentuk sentralis
mendominasi sejarah arsitektur baik itu bangunan perkantoran maupun
bangunan keagamaan. Apakah hal tersebut mengitari suatu poin tertentu
(apakah itu berupa sirkular atau dalam bentuk polygonal), atau dalam
bentuk axis. Pusat atau center adalah pusat dari suatu kota secara persis
dapat dikenal lewat monumen atau sebagai sebuah jalan (Rossi, 1982).
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 22/41
32
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.4. Transformasi
Arsitektur merupakan suatu bidang yang membahas tentang ilmu
bangunan, yang kemudian dikembangkan melalui beberapa pendekatan,berdasarkan pemikiran-pemikiran dari para pemikir tentang bidang
arsitektur itu sendiri. Dalam arsitektur seringkali kita melihat bangunan
yang memiliki bentuk yang berbeda, pada bangunan umumnya tak sedikit
juga bangunan memiliki bentuk yang unik. Bentuk – bentuk tersebut
seringkali berasal dari bentuk awal yang sudah dirubah dan dimanipulasi
menjadi bentuk yang baru atau berbeda dari bentuk sebelumnya.
Dalam melakukan suatu proses perancangan, metode transformasi
dapat dilakukan untuk mengembangkan sebuah kreatifitas dalam
menghasilkan sebuah karya desain. Metode transformasi dilakukan
terhadap bentuk dan ruang arsitektur, hal ini dilakukan untuk
menghasilkan sebuah karya arsitektur yang dapat memberikan dan
mencerminkan jati diri para perancangnya. Sebuah karya arsitektur yang
memiliki bentuk dan ciri yang spesifik terhadap pencerminan jati diri
perancangnya akan lebih mudah dikenali oleh setiap pengamat. Bentuk
dan ruang arsitektur merupakan substansi dasar pengadaan yang dapat
dijadikan bahan dalam melakukan olah kreativitas terhadap penghadiran
sebuah karya arsitektur (Josef Prijotomo,1995).
Transformasi bukan merupakan kata yang baru dalam dunia
arsitektur, kehadiran transformasi sebenarnya sudah sejak awal mulanya
ketika arsitektur hadir, setiap bentukan atau setiap rancangan yang ada
sebenarnya sudah menerapkan transformasi itu sendiri, adapun yang
menjadi bagian dari transformasi itu kita dikenalkan oleh Anthoniades
akan tiga strategi. Starategi yang mana sering digunakan oleh para arsitek
dalam mendesain atau dalam merancang sebuah bangunan.
Dalam perjalanan sejarah sejak abad XIX dimana munculnya
arsitektur Moderen Eklektik dan neoklasik, ketika para arsitek
memunculkan ide-ide yang baru karena kejenuhan akan bentuk, konsep,
dan norma-norma dari arsitektur klasik, zaman dimana era arsitektur
modern dimulai, dari sinilah munculnya penerapan strategi Transformasi
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 23/41
33
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
dari seorang Anthoniades akan tiga strateginya yakni Tradisional strategi,
strategi peminjaman, dan strategi dekonstruksi atau dekomposisi. Teori
tersebut dengan sendirinya hadir bersamaan dengan munculnya ide-ide
baru ditiap zaman arsitektur, lebih jelas ketika abad XIX mulai
berkembang, arsitektur modern sampai kepada arsitektur post modern,
kehadiran atau pemakaian strategi transformasi tidak lepas dari cara para
arsitek menemukan suatu bentuk yang baru.
Menurut Anthony Antoniades (1990) Transformasi adalah sebuah
proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap
ultimate, perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap
pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan
dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan
secara berulang-ulang atau melipatgandakan.
Anthony Antoniades menggambarkan tiga strategi transformasi
arsitektur:
1. Strategi Tradisional: evolusi progresif dari sebuah bentuk melalui
penyesuaian langkah demi langkah terhadap batasan-batasan;
− Eksternal: site, view, orientasi, arah angin, kriteria lingkungan
− Internal: fungsi, program ruang, kriteria structural
− Artistik: kemampuan, kemauan dan sikap arsitek untuk
memanipulasi bentuk, berdampingan dengan sikap terhadap
dana dan kriteria pragmatis lainnya.
2. Strategi Peminjaman (borrowing): meminjam dasar bentuk dari
lukisan patung, obyek benda-benda lainnya, mempelajari properti dua
dan tiga dimensinya sambil terus menerus mencari kedalamaninterpretasinya dengan memperhatikan kelayakan aplikasi dan
validitasnya. Tranformasi pinjaman ini adalah pictorial transferring’
(pemindahan rupa) dan dapat pula diklasifikasi sebagai pictorial
metaphora’ (metafora rupa).
3. Dekonstruksi atau dekomposisi : sebuah proses dimana sebuah
susunan yang ada dipisahkan untuk dicari cara baru dalam
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 24/41
34
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
kombinasinya dan menimbulkan sebuah kesatuan baru dan tatanan
baru dengan strategi struktural dalam komposisi yang berbeda.
Didalam buku “Poetics Of Architecture” Theory of Design,
Antoniades (1990), Untuk mendapatkan dasar yang biasa untuk
pemahaman dan evaluasi lebih lanjut dari berbagai strategi transformasi,
pertama-tama kita seharusnya melihat pada apa yang telah tersedia melalui
ilmu pengetahuan yang telah mempelajari transformasi, kita mulai dengan
ahli Biologi D’Arcy Thompson dan pekerjaan utamanya, On Growth and
Form ( Pada Pertumbuhan dan Bentuk). Thompson menggunakan konsep
matematis dan analitis dan bentuk yang berkaitan yang dibandingkan
melalui metodologi ilmiah. Menurut dia, “Transformasi adalah sebuah
proses dan sebuah fenomena perubahan bentuk dalam keadaan yang
berubah-ubah”. Ia mengasumsikan bahwa ada dua kemungkinan untuk
menjabarkan bentuk kapanpun juga :
1. Deskriptif : melalui kegunaan kata
2. Analitis : melalui kegunaan angka, matematis, dan koordinat
kartesius
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 25/41
35
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.5. Arsitektur Simbolik
Arsitektur Simbolis, terdiri dari dua kata yaitu Arsitektur dan
Simbolis. Arsitektur ialah Seni dan ilmu dalam merancang bangunan.Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,
perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain
perabot dan desain produk. Simbol adalah tanda buatan manusia yang
digunakan tidak hanya untuk mengenalkan suatu obyek tetapi juga
sekaligus menghadirkannya (Langer, 1942).
Simbol merupakan kata dari bahasa Yunani “symbolis” yang
berarti tanda atau ciri yang memberitahu tentang suatu hal, maksud
ataupun ide kepada orang lain. Pengertian simbol di sini mengandung
suatu citra dari latar belakang ide-ide yang dipancarkan keluar. Sifat khas
dari simbol itu sendiri yaitu adanya kamungkinan-kemungkinan penafsiran
makna yang meluas. Bangunan dan pemukiman, yang statis selain unsur
tertentu bergerak kepentingan sekunder. manusia telah berhasil
"membangun" waktu, dengan menerjemahkan struktur dasar sementara
menjadi sifat spasial. terutama hidup adalah "gerakan", dan karena itu
memiliki "arah" dan "irama". Oleh karena itu jalan adalah simbol
eksistensial mendasar yang konkrit dimensi waktu. Oleh karena itu simbol
dasar lain yang konkrit dimensi temporal “ter pusat”. (Norberg-Schulz,
1965:57-58)
Gambar Cappella Palatina, palermo dan Path and
goal S. Sabina, Roma
Sumber : Norberg-Schulz , 1965:57-58
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 26/41
36
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
Simbolisme, yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau
simbol untuk membimbing pemikiran manusia ke arah pemahaman
terhadap suatu hal secara lebih dalam. Manusia mempergunakan simbol
sebagai media penghantar komunikasi antar sesama dan segala sesuatu
yang dilakukan manusia merupakan perlambang dari tindakan atau bahkan
karakter dari manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-
simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia, dan oleh manusia
simbol-simbol itu ditelaah dibuktikan dan kemudian diubah menjadi
simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar bisa diterima oleh manusia
lain yang memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Simbol adalah
sebagai sign-vehicle atau alat yang menghadirkan dan sekaligus juga
mengenalkan suatu objek.
Arsitektur Simbolis adalah seni dan ilmu keteknikan bangunan
yang perencanaan dan perancangannya didasari oleh tanda dan lambang
yang merupakan ekspresi yang langsung. Mereka digunakan dalam
rancangan arsitektur untuk memfokuskan perhatian pemakai bangunan
dengan menyampaikan pemahaman fungsi bangunan atau ruang-ruang
dalam bangunan. Simbolis senantiasa merupakan teknik perancangan
utama yang memberi bentuk dan teknik yang dapat diterapkan mengenai
hal-hal fungsional dan berdasarkan rencana untuk memperkuat suatu arti
dan memberikan keutuhan pada komposisi secara menyeluruh.
Fungsi simbol yaitu :
− Sebagai sign’ yang secara tidak langsung mengindikasikan
suatu denotatum yang artinya mengindikasikan adanya
suatu objek tertentu sebagai tanda atau sign’.
− Sebagai sign’ yang secara langsung berfungsi sebagai
significantum yang artinya kehadiran objek mempunyai
maksud-maksud tertentu ataupun objek tersebut berasosiasi
kepada suatu hal tertentu (Broadbent, 1986)
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 27/41
37
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
“Clearly the architectural sign like other signs is a twofold entity
having a plane of expression (signifier) and plane of content (signified).
The signifiers tend to be (but needn’t always be) forms; spaces; volumes
… The signifieds of architecture can be just about any idea or set of ideas
as long as they aren’t too long or complex” C harles Jencks ( Signs,
Symbols and Architecture, Hal. 73-74).
Dari kutipan diatas, terlihat bahwa arsitektur dapat dianggap sebagai
bagian dari obyek semiotik atau ilmu tentang tanda. Kehadiran arsitektur
dalam banyak hal dimaksudkan untuk dapat mengkomunikasikan pesan
dari perancang maupun obyek itu sendiri untuk disampaikan pada
penghuni, pengamat dan siapapun yang melihatnya.
Adapun Charles Jencks dalam Sign, Symbols and Architecture
memberi beberapa contoh tentang unsur-unsur penanda (signifier) dan
petanda (signified) sebagai berikut:
1. Codes of Content (Signified)
Unsur-unsur penanda lebih mengutamakan fungsi dan hal apapun
yang berhubungan dengan pemakai, dalam hal ini arsitektur berperan
sebagai:
− A way of life sign
Etnis, asal-usul pengguna, serta kenyamanannya ditandai dalam karya
arsitektur. Sehingga mampu mencerminkan kebiasaan pemakainya.
− A sign of building activity
Karya arsitektur hadir sebagai proses terhadap terjadinya perubahan,
keterlibatan individu, pembelian-penjualan.
− A sign of tradisional ideas and beliefsKarya arsitektur dikenal sebagai ikon dan dikenal dalam sejarah
tradisional. Tanda-tanda yang dihadirkan mampu mengungkap daerah
tersebut secara spesifik.
− A sign of various function
Menandakan beragam fungsi dalam arsitektur. Hal ini berkaitan dengan
kegunaan, aktivitas, struktur, serta lingkungan sekitar.
−
A sign of socio-anthropological meaning
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 28/41
38
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
Hal ini berhubungan dengan studi ruang dan tempat, serta menyatakan
jarak secara konvensional antara orang dan kelompok.
− Any city can be read as an economic class and social icon
Suatu karya arsitektur dihadirkan sebagai cermin sosial dan tingkat
ekonomi suatu wilayah.
− A sign of psychological motivation
Kehadiran karya arsitektur mampu mencerminkan dan mempengaruhi rasa
atau kesan tertentu. Hal ini dapat diperlihatkan dengan jelas maupun tidak.
2. Codes of Expression (Signifier)
Unsur-unsur pertanda, lebih kepada ekspresi bentuk, massa dan
permainan simbol yang diungkapkan melalui gubahan. Dalam hal ini
arsitektur berperan sebagai :
− A sign of spatial manipulation
Karya arsitektur hadir sebagai penanda yang berkaitan dengan ruang dan
tempat. Ruang yang dihadirkan sebagai jarak antara dinding dan elemen
arsitektural. Selain itu dengan permainan elemen arsitektur dalam ruang
untuk menunjukkan identitas suatu ruang.
− A sign of surface covering
Fasade karya arsitektur hadir sebagai penanda dari simbol yang diusung.
Hal ini berkaitan dengan material, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
simbol.
− A sign of formal articulation
Wujud dimensional suatu karya arsitektur, seperti: volume maupun massa
hadir dengan memperhatikan proporsi, skala, maupun sifat akustik.
Sehingga tercipta suasana yang utuh dan proporsional.
Menurut Egon Schirmbeck dalam buku “ Form, Idea and
Architecture” , prinsip-prinsip perancangan simbolis dalam arsitektur
adalah sebagai berikut :
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 29/41
39
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
1. Penciptaan urut-urutan ruang yang berbeda guna mengingatkan orang
pada tempat’ sambil orang berjalan melalui ruang.
Karakteristik arsitektural : Kombinasi dari unit-unit denah yang
sama atau serupa dalam pengaturan yang beda. Pengorganisasian
ruang-ruang sempit (jalan dan jalan kecil) dengan ruang-ruang lebar
(lapangan).
2. Pencampuran fungsi-fungsi yang berbeda guna meningkatkan kontak
sosial, berbeda dengan pemisahan akan fungsi oleh gerakan modern di
tahun 1920an dan 1930an.
Karakteristik arsitektural :Pengaturan tata guna yang berbeda dalam
batas sebuah bangunan dan perhubungan langsung dari zona-zona ini –
contohnya di sepanjang suatu jaringan jalan public.
3. Arsitektur sebagai media komunikasi. Penerimaan Arsitektur melalui
banyak lapisan. Arsitektur sebagai pembawa simbolisme dan
informasi.
Karakteristik arsitektural :Perlengkapan akan kebutuhan fungsional,
struktural dan lainnya untuk penggunaan khusus oleh elemen-elemen
ikonografik, metaforik dan elemen-elemen yang berhubungan.
4. Penekananan pada artifisialitas’ dari arsitek tur. Pemisahan dari
kawasan lahan alamiah dan volume ruang buatan. Pemisahan ruang
luar alamiah dari ruang interior buatan’.
Karakteristik arsitektural :Pembatasan terhadap elemen-elemen
rancangan geometris yang jelas dan lazim menonjolkan mutu sintetik
dari arsitektur pada suatu kawasan lahan.
5. Rancangan bentuk dari suatu ruang sesuai dengan mutu dasar’nya – contoh : merancang ruang menurut bayangan yang terbentuk oleh
bangunan dan mengorientasikan bangunan sesuai dengan arah angin.
Karakteristik arsitektural :Alokasi dan orientasi dari elemen-elemen
suatu ruang sesuai dengan kondisi-kondisi sosial dan fisik yang
ditentukan.
6. Pembedaan dan penentuan dari identitas suatu ruang melalui
penerangan (alami).
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 30/41
40
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
Karakteristik arsitektural :Alokasi yang tegas dari zona-zona gelap
dan terang atau elemen-elemen ruang pada denah dan potongan.
7. Peralihan langsung dari satu volume ke volume yang lain. Integrasi
dari ruang-ruang interior dan eksterior.
Karakteristik arsitektural :Penciptaan zona-zona ruang yang
mengalir’ dan pengaturan yang bebas (dari kolom dan dinding) pada
elemen yang mengikat ruang.
8. Pemisahan muka bangunan dan badan bangunan (ruang). Muka
bangunan sebagai suatu sumber informasi dua dimensi’, bebas dari
kelompok ruang.
Karakteristik arsitektural :Zona ruang dan daerah lantai adalah
bebas dari kebutuhan formalnya sendiri dan dari muka bangunan
utama’ tempelan.
9. Pertalian ruang atau bangunan melalui suatu rantai kejadian’, sebagai
suatu pengingat akan tempat’ dan pengenalan akan karakteristik ruang
yang khas.
Karakteristik arsitektural :Urut-urutan artifak yang khas berbeda
untuk menegaskan ruang. Urut-urutan bentuk ruang atau perbatasan
ruang yang khusus berbeda.
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning
yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan
interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat
ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang
merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda
menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan),Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang
muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut
objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi
referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari
orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna
tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 31/41
41
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah
bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan
orang saat berkomunikasi.
Contoh: Saat seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang
mengomunikasikan mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi
memaknainya sebagai simbol kemuslimahan.
2.5.1. Perwujudan Bentuk Arsitektur Simbolisme
Faktor-faktor yang mewujudkan bentuk arsitektur Simbolis:
a. Fungsi
Batasan fungsi secara umum dalam arsitektur adalah pemenuhan
terhadap aktivitas manusia, tercakup di dalamnya kondisi alami.
Sedangkan bangunan yang fungsional adalah bangunan yang dalam
pemakaiannya memenuhi kebutuhan secara tepat dan tidak
mempunyai unsur-unsur yang tidak berguna. Aktivitas timbul dari
kebutuhan manusia baik itu kebutuhan jasmani maupun kebutuhan
rohani. Kebutuhan dapat berupa kegiatan, cahaya, udara,
kebahagiaan, perlindungan, kesejukan, kenyamanan dan lainnya.
Berkembang dan berubahnya fungsi tergantung dari waktu dan
masyarakat.
b. Simbol
Dalam dunia arsitektur, pengenalan simbol merupakan suatu proses
yang terjadi pada individu dan pada masyarakat. Melalui panca
indera, manusia mendapat rangsangan dan kemudian menjadi pra
persepsi, selanjutnya terjadi pengenalan objektif (fisik), kemudian
terwujudlah persepsi. Persepsi sangat dipengaruhi oleh pengalamantermasuk pengalaman pendidikan yang menentukan tingkat
intelektual manusia. Arsitek sebagai pewujud bentuk dapat
menampilkan simbol sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat, sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Simbol
dapat pula timbul dari gagasan murni arsitek, tergantung pada
kemampuan dan citra arsitek untuk mengeluarkan hal-hal yang
baru. Simbol tadi mungkin dapat diterima dan diakui masyarakat
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 32/41
42
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
setelah melalui proses adaptasi yang membutuhkan waktu relatif
lama.
c. Teknologi struktur dan bahan
Teknologi struktur dan bahan merupakan faktor yang penting
dalam arsitektur. Apakah yang dibangun hanya berupa atap
sederhana, berupa ruangan besar untuk beribadah, berdagang,
ruang susun tidaklah menjadi masalah. Bahan yang digunakan
harus disusun dan dikonstruksikan dalam jumlah tertentu. Struktur
pun mengandung keindahan karena struktur dibuat berdasarkan
hukum keindahan. Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur
mengalami perkembangan baik sistem konstruksinya, bahan
bangunannya maupun metode membangunnya.
2.5.2. Aplikasi perwujudan bentuk
a. Kaitan fungsi dengan bentuk
Keberadaan fungsi menimbulkan bentuk. Pengertian fungsionil
merupakan suatu hal yang menonjol dalam kaitan fungsi tertentu.
Dengan kata lain, fungsi merupakan pertimbangan utama bagi
suatu perancangan bentuk. Suatu fungsi dapat mempunyai
bermacam-macam bentuk, tergantung dari keadaan lingkungannya,
inilah yang disebut gaya.
b. Kaitan bentuk dengan teknologi
Untuk mendapatkan suatu bentuk yang mempunyai fungsi tertentu,
diperlukan bahan-bahan bangunan sebagai sarana dasar bangunan.
Bahan-bahan yang merupakan elemen bangunan disusun menjadi
suatu kesatuan yang membentuk konstruksi. Suatu sistem tepatyang perlu dipilih sehingga akan dapat menghasilkan fungsi yang
diinginkan secara maksimal.
c. Kaitan bentuk dengan simbol
Suatu bangunan diekspresikan secara simbolik jika bangunan itu
menunjukkan sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan bentuk fisik
yang semula. Bangunan tersebut cenderung untuk mewujudkan
sebuah prinsip pengakuan umum. Para arsitek menggunakan
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 33/41
43
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
bentuk simbolis untuk menyajikan pengalaman keindahan yang
mendalam sesuai dengan daya bercitranya. Dalam dunia arsitektur
juga dibutuhkan suatu penekanan kebutuhan simbol dalam
perancangan.
Ungkapan simbolis dalam arsitektur erat kaitannya dengan
fungsi arsitektur sendiri yang melayani dan memberikan suatu arti
khusus dalam interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Ekspresi dalam arsitektur merupakan suatu hal yang mendasar di
dalam tiap-tiap komunikasi arsitektur. Ekspresi selalu berhubungan
dengan bentuk-bentuk. Makna dari simbol-simbol ini biasanya
dipengaruhi oleh tata letak bangunan, organisasi dan karakter
bangunan.
2.5.3. Bangunan dengan Arsitektur Simbolik
A. The Clyde Auditorium (The Armadillo)
Bangunan ini dirancang oleh Norman Foster dan terletak di
pinggir sungai Clyde, sebelah barat jembatan Kingston dan pusat
kota. Bangunan ini dijuluki The Armadillo karena bentuknya
diadopsi dari binatang bernama sama yaitu armadillo (trenggiling).
Bangunan ini mampu menampung 3000 orang untuk kepentingan
pertemuan tingkat dunia. Bangunan ini terdiri dari auditorium, aula
ekshibisi dan ruang seminar.
Struktumya terbuat dari cangkang yang dilapisi alumunium
yang terpisah-pisah dan diatur secara bertimpa menciptakan bentuk
Gbr. Exterior The Clyde Auditorium (The Armadillo)
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 34/41
44
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
yang unik pada skyline. The Clyde Auditorium secara teknis
merupakan pernyataan seni.
Kompleks bangunan secara keseluruhan seluas 25 Ha
dimana didalamnya termasuk kompleks ekshibisi, konferensi dan
kompleks hiburan dengan arena berkapasitas 12.500 orang
sementara The Armadillo sendiri merupakan bangunan tambahan
yang dibuka tahun 1997.
Gbr. Exterior The Clyde Auditorium (The Armadillo)
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 35/41
45
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
B. Notre Dame du Haut – Le Corbusier
Notre Dame du Haut merupakan master piece dari Le
Corbusier yang dibangun pada tahun 1955 dengan langgam
ekspresionis modern. Bangunan ini berupa kapel yang dibuat tanpa
mementingkan prinsip kebebasan, melainkan mementingkan
kemurnian alam. Kapel ini terletak di atas kaki bukit di
pegunungan Vosges. Secara keseluruhan, bentuk bangunan ini
sederhana tetapi juga rumit. Dikatakan sederhana karena bangunan
terbentuk dari bidang atap dan dinding massif dari beton kasar
sehingga memberikan citra berani tetapi sederhana. Dikatakan
rumit karena bangunan tidak seperti kapel pada umumnya,
pertemuan bidang dinding dan atap tersusun secara diagonal
membentuk perbedaan yang sangat kontras.
Pada bagian depan dinding bagian selatan dan timur yang
cekung seakan tertarik ke suatu titik tertentu di bawah atap yang
menggantung (over hang) yang sangat lebar. Sedang pada bagianbelakang, dinding utara dan barat berbentuk melengkung hingga ke
menara tanpa atap. Antara utara dan barat dipersatukan dengan
sebuah pintu di antara dinding yang melengkung. Sedangkan pada
bagian dalam, ruangan berbentuk segi empat yang tidak teratur
memanjang ke tenggara sampai ke altar. Pada rancangan kapelnya,
Le Corbusier memadukan potensi-potensi alam pada daerah
tersebut dengan makna-makna religius Kristiani sehingga
Gbr. Tampak Notre Dame du Haut
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 36/41
46
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
bentuknya mengandung banyak arti dan memberi bermacam-
macam simbol.
Sudut dinding yang menjorok ke atas diasumsikan sebagai
haluan kapal. Atapnya diibaratkan sebagai perahu Nabi Nuh yang
miring pada sisinya yang menyelamatkan umat manusia dari air
bah. Kapel yang merupakan perpaduan gaya purbakal dan gaya
Kristian ini menggunakan sistem struktur dinding pemikul dan
atapnya merupakan suatu struktur rongga yang ditopang sebagian
kolomnya dan sebagian lagi menopang pada blok di puncak
dinding.
Pada bagian interior kapel, dinding, atap dan lantainya
membentuk kurva menuju altar, mengikuti bentuk alami dari
lembah. Bentuk kompleksnya bermula dari tema parabola yang
terdapat pada dinding timur untuk memantulkan suara dari luar
altar kembali ke lembah. Bentuk geometri dari bangunan ini
didapat dari gaya bangunan Le Corbusier terdahulu yaitu fractal
dan bentuk-bentuk alami yang membuat Ronchamp menjadi
bangunan post modern pertama.
Gbr. Interior Notre Dame du Haut
Gbr. Denah Notre Dame du Haut
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 37/41
47
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.6. Arsitektur Postmodern
Kemunculan arsitektur postmodern sebagai suatu gerakan
arsitektur yang merupakan reaksi dari arsitektur modern. Berakhirnya
suatu gerakan arsitektur, pada umumnya dimulai dengan kematian para
pelopornya. Jadi kematian arsitektur modern ini juga dimulai dari
kematian para pelopornya arsitektur modern, yaitu : Alvar Alto, Frank
Llyod Wright, Ludwig Mies Van Der Rohe, Le Corbusier.
Arsitektur Postmodern muncul sebagai suatu gebrakan baru dalam
bidang arsitektur, yang dimulai pada tahun 1970-an. Arsitektur Modern
yang identik dengan produksi massal, karena tinjauan keekonomisan, dan
produk-produk arsitekturnya yang cenderung kotak, polos, telah
menimbulkan kebosanan di dalam masyarakat yang terus berkembang dan
semakin kritis. Timbul kritikan-kritikan, koreksi, dan reaksi terhadap
arsitektur modern. Berawal dari semua ketidak puasan itu munculah aliran
baru yang disebut Postmodern.
Arsitektur Purnamodern atau Postmodern adalah arsitektur yang
memperdamaikan yang baru dengan yang lama. Sebelum munculnya
arsitektur purnamodern, masyarakat Eropa menuntut para arsitek modern
untuk membangun tanpa merusak, atau tanpa menghancurkan yang sudah
ada. Tantangan ini tak terjawab dan turut ambil bagian dalam kemunduran
arsitektur modern.
Charles Jencks yang juga membedakan menjadi arsitektur
purnamodern dan Neomodern berpendapat bahwa :
• Purnamodern merupakan survival dari arsitektur modern
•
Neomodern merupakan revival dalam arti mengadakanpembaharuan yang bersifat radikal dan mendasar namun
tetap masih memanfaatkan unsur-unsur modern.
Arsitektur Purnamodern sendiri yang diprakarsai oleh Venturi,
Chareles Jencks, dan Klotz akhirnya terjebak pada penyelesaian kulit luar,
kembali ke masa lalu yang akhirnya menjadi ekletik, serta bermain-main
dengan banyak tanda atau simbol, tapi akhirnya terseret pada kelatahan
tanpa makna. Mengutamakan menggunakan unsur dekorasi pada geometri
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 38/41
48
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
bentuk dengan pemakaian bahan materialnya yang diekspos, memakai
warna-warna alami, ada unsur-unsur klasik karena keinginan untuk
bernostalgia (sisi humanis).
Inti tampilan dari arsitektur purnamodern adalah :
− Bentuk tampak geometrik menjadi tanda kekinian yang
serba rasionalistik
− Ornamen dan dekorasi menjadi tanda respek terhadap masa
lalu serta citrarasa artistik. Jadi bukan bentuk modern yang
ditambahi dan ditempeli ornamen atau dekorasi (kombinasi
yang menyatu antara geometrik dengan dekoratif).
Dengan kata lain arsitektur purna-modern ini merupakan
percampuran antara modern dan pra-modern.
Menurut Heinrich Klotz dalam Prastowo “Aliran Postmodern-
Diktat Perkembangan Arsitektur” terdapat 10 Karakteristik arsitektur Post-
Modern, yaitu:
a. Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat lokal atau
populer
b. Membangkitkan kembali kenangan historik
c. Berkonteks urban
d. Menerapkan kembali teknik ornamentasi
e. Bersifat representasional
f. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain)
g. Dihasilkan dari partisipasi
h. Mencerminkan aspirasi umum
i. Bersifat plural j. Bersifat eklektik
Untuk dapat dikategorikan sebagai Arsitektur Post-Modern tidak
harus memenuhi kesepuluh karakter diatas. Sebuah karya arsitektur yang
mempunyai enam atau tujuh karakter di atas sudah dapat dikatagorikan ke
dalam Arsitektur Post-Modern.
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 39/41
49
“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya
2.6.1. Unsur Komunikasi dalam Arsitektur Post-Modern
Munculnya dualisme atau double-coding arsitektur sebenarnya
lebih dikarenakan para Arsitek Post-Modern ingin berkomunikasi lewat
karya-karyanya. Arsitek telah menyadari adanya kesenjangan antara
kaum elite pembuat lingkungan (baca:arsitek) dengan orang awam yang
menghuni lingkungan. Arsitek berkeinginan mengajak masyarakat awam
untuk memahami karyanya dengan cara berkomunikasi, oleh sebab itu
diperlukan pemahaman dan pemakaian bahasa yang benar seperti halnya
dalam bahasa percakapan.
Dalam hubungannya dengan komunikasi, di dalam dunia arsitektur
dikenal sebuah ilmu yang dinamakan Semiotics (semiontika) yang
merupakan studi hubungan antara sign (tanda) dengan symbols dan
bagaimana manusia memberikan meaning (arti) antara keduanya.
Contohnya adalah sebagai berikut, sebuah kubah dipakai sebagai tanda
untuk masjid, dalam jangka panjang tanda ini berubah menjadi simbol
sehingga akhirnya kubah adalah simbol masjid.
Pada Arsitektur Post-Modern, bahasa tidaklah selalu tetap
melainkan berubah sesuai dengan waktu dan tuntutan zaman. Pada suatu
waktu, sintaksis akan berubah sehingga manusia akan mempunyai
persepsi lain tentang suatu bentuk elemen bangunan. Demikian juga
simbol bangunan akan dapat berubah juga, misalnya bangunan kantor
tidak selamanya harus berkonstruksi rangka dengan kaca sebagai unsur
utamanya atau sebuah masjid tidak harus berbentuk kubah. Pemahaman
tentang (bentuk) arsitektur sudah tidak didasarkan lagi pada pengalaman
(historik) dan kebiasaan.
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 40/41
7/26/2019 05. BAB II Wedding
http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 41/41
Hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
• Dengan memberikan gambaran yang berlebihan yang bisa
menyentuh sense atau indera perasa.
• Dengan mengacu pada pemanfaatan potensi alam baik secara
alamiah maupun secara rekayasa (dikembangkan)
Contohnya yaitu: peniruan tempat-tempat yang eksotis,
monumental, primitive, tradisional, asosiasi masa kanak-kanak, dll.