066. teman yang baik & buruk

2
Seri 066 Taujihat Pekanan Takaful Indonesia ن الرحيم الربسم ا Teman Yang Baik & Teman Yang Buruk و ن ع و ل ال ي ض ى ر وس م أ ن ع ال ق م ل س و و ي ل ع و ل ى ال ل ص الن ن ع ل ام ح ف ير ك ال خ اف ن و ك س م ال ل ام ح ك ء و الس و ح ال الص يس ل ج ال ل ث م ال ير ك ال خ اف ن و ة ب ي ا ط يح ر ه ن م د ج ت ن ا أ م إ و ه ن م اع ت ب ت ن ا أ م إ و ك ي ذ ح ي ن ا أ م إ ك س م ة يث ب ا خ يح ر د ج ت ن ا أ م إ و ك اب ي ث ق ر ح ي ن ا أ م إ)متفق عليو( Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, dari Nabi Muhammad Saw bahwasanya beliau bersabda: "Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi. Bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." (Muttafaqun Alaih) Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantara hikmah-hikmahnya adalah sebagai berikut : 1. Bahwa orang-orang shaleh memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak shaleh. Diantara keutamaannya adalah bahwa orang yang shaleh, yang selalu dekat dengan Allah SWT akan memancarkan energi positif (baca : nur), dan sekaligus memberikan pengaruh positif bagi siapapun yang berada di dekatnya. Minimal sekali kita akan mendapatkan ketenangan apabila berada diantara orang-orang yang shaleh. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman : ل ل و م ه ان إ ع م انا وا إ اد د ز ي ل ن م ؤ م ال ىب ل ي ق ف ة ين ك الس ل نز ي أ ذ ال ى ه ا و ات او م الس ىد ن ج ه يما ل ع ه ل ال ان ك و ض ر يما ك ح* Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Fath : 4) 2. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk memilih teman yang shaleh dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam hadits di atas digambarkan bahwa teman yang shaleh adalah ibarat penjual minyak wangi, yang apabila kita dekat dengan penjual minyak wangi tersebut, maka minimal kita akan mencium baru harum dari minyak wangi yang dijualnya tersebut. Dan lebih dari itu, penjual minyak wangi pun bisa memberikan minyak wangi yang dioleskan ke badan atau pakaian kita, atau bahkan juga memberikan satu botol minyak wangi ketika ia mendapatkan banyak keuntungan dari minyak wangi yang dijualnya. Seperti itulah orang yang shaleh, ia telah memiliki “bau” harum berupa citra baik atau reputasi baik yang selama ini melekat pada dirinya. Sehingga apabila kita dekat dengan mereka, minimal sekali kita akan “kecipratan” citra positifnya orang shaleh tersebut. Dan bahkan terkadang, orang shaleh dengan keikhlasan hatinya suka memberikan sesuatu kepada kita, baik berupa materi maupun non materi. Berupa materi umpamanya memberikan makanan, minuman, buku, suvenir dsb. Adapun non materi bisa berupa nasehat, wejangan atau pelajaran kehidupan yang dapat kita petik dari dirinya. 3. Sebaliknya, orang yang tidak baik (baca ; tidak shaleh) akan memberikan dampak negatif dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Hadits di atas menggambarkan bahwa perumpamaan orang yang tidak baik adalah seperti si pandai besi. Umumnya si pandai besi, bergelut dengan pekerjaan yang relatif kasar dan panas sehingga mengeluarkan aroma yang mungkin tidak sedap karena keringat yang dikeluarkannya. Belum lagi “suasana kerja” si pandai besi yang umumnya kotor, berisik (dengan suara besi yang dipanaskan dan atau suara besi yang ditempa untuk dibentuk). Sehingga suasana seperti itu, bisa berdampak buruk bagi kita minimal menimbulkan kekurangnyamanan, aroma keringat yang tidak sedap, suara keras yang ditimbulkan dari pembakaran dan dari penempaan besi yang telah dipanaskan, dsb. Dampak negatif yang lebih besar bahkan bisa terjadi seperti serpihan api dari pembakaran besi yang terlontar kemudian mengenai diri kita atau pakaian kita. Gambaran ini merupakan gambaran teman yang tidak shaleh, dan sama sekali bukan gambaran pekerjaan si pandai besi yang negatif. Teman yang tidak shaleh, umumnya memiliki citra yang negatif, reputasi negatif dan relatif “dibenci” dan

Upload: yasin5582

Post on 27-Jul-2015

904 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 066. teman yang baik & buruk

Seri 066 Taujihat Pekanan Takaful Indonesia

بسم اهلل الرمحن الرحيمTeman Yang Baik & Teman Yang Buruk

وء كحامل المسك ونافخ الكير فحامل عن النب صلى اللو عليو وسلم قال عن أب موسى رضي اللو عنو مثل الجليس الصالح والس إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد ريحا خبيثة مسك إما أن يحذيك وإما أن ت بتاع منه وإما أن تجد منه ريحا طيبة ونافخ الكير ال

)متفق عليو(Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, dari Nabi Muhammad Saw bahwasanya beliau bersabda:

"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi. Bisa jadi penjual minyak wangi itu akan

menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu

atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." (Muttafaqun Alaih)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantara hikmah-hikmahnya

adalah sebagai berikut :

1. Bahwa orang-orang shaleh memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak shaleh. Diantara keutamaannya adalah bahwa orang yang shaleh, yang selalu dekat dengan Allah SWT akan memancarkan energi positif (baca : nur), dan sekaligus memberikan pengaruh positif bagi siapapun yang berada di dekatnya. Minimal sekali kita akan mendapatkan ketenangan apabila berada diantara orang-orang yang shaleh. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

*حكيما رض وكان الله عليماأله جنىد السماوات واهى الذي أنزل السكينة في قلىب المؤمنني ليزدادوا إميانا مع إميانهم ولل

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara

langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Fath : 4)

2. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk memilih teman yang shaleh dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam hadits di atas digambarkan bahwa teman yang shaleh adalah ibarat penjual minyak wangi, yang apabila kita dekat dengan penjual minyak wangi tersebut, maka minimal kita akan mencium baru harum dari minyak wangi yang dijualnya tersebut. Dan lebih dari itu, penjual minyak wangi pun bisa memberikan minyak wangi yang dioleskan ke badan atau pakaian kita, atau bahkan juga memberikan satu botol minyak wangi ketika ia mendapatkan banyak keuntungan dari minyak wangi yang dijualnya. Seperti itulah orang yang shaleh, ia telah memiliki “bau” harum berupa citra baik atau reputasi baik yang selama ini melekat pada

dirinya. Sehingga apabila kita dekat dengan mereka, minimal sekali kita akan “kecipratan” citra positifnya orang shaleh tersebut. Dan bahkan terkadang, orang shaleh dengan keikhlasan hatinya suka memberikan sesuatu kepada kita, baik berupa materi maupun non materi. Berupa materi umpamanya memberikan makanan, minuman, buku, suvenir dsb. Adapun non materi bisa berupa nasehat, wejangan atau pelajaran kehidupan yang dapat kita petik dari dirinya.

3. Sebaliknya, orang yang tidak baik (baca ; tidak shaleh) akan memberikan dampak negatif dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Hadits di atas menggambarkan bahwa perumpamaan orang yang tidak baik adalah seperti si pandai besi. Umumnya si pandai besi, bergelut dengan pekerjaan yang relatif kasar dan panas sehingga mengeluarkan aroma yang mungkin tidak sedap karena keringat yang dikeluarkannya. Belum lagi “suasana kerja” si pandai besi yang umumnya kotor, berisik (dengan suara besi yang dipanaskan dan atau suara besi yang ditempa untuk dibentuk). Sehingga suasana

seperti itu, bisa berdampak buruk bagi kita minimal menimbulkan kekurangnyamanan, aroma keringat yang tidak sedap, suara keras yang ditimbulkan dari pembakaran dan dari penempaan besi yang telah dipanaskan, dsb. Dampak negatif yang lebih besar bahkan bisa terjadi seperti serpihan api dari pembakaran besi yang terlontar kemudian mengenai diri kita atau pakaian kita. Gambaran ini merupakan gambaran teman yang tidak shaleh, dan sama sekali bukan gambaran pekerjaan si pandai besi yang negatif. Teman yang tidak shaleh, umumnya memiliki citra yang negatif, reputasi negatif dan relatif “dibenci” dan

Page 2: 066. teman yang baik & buruk

Seri 066 Taujihat Pekanan Takaful Indonesia

diwaspadai oleh masyarakat luas. Belum lagi kebiasaan negatif orang yang tidak shaleh, seperti suka mengumpat, kurang sopan santun, atau bahkan mencuri, menghina orang, membuat permusuhan dsb, tentunya juga akan memberikan dampak negatif kepada kita.

Sehigga orang-orang akan “mencap” kita dengan stempel yang negatif pula sama seperti yang mereka “stempelkan” kepada orang-orang yang tidak shaleh tersebut.

4. Teman itu adalah cerminan dari kadar “agama” kita yang sesungguhnya. Baik atau buruknya keimanan kita, sesungguhnya dapat diukur dengan siapa kita bergaul. Orang-orang yang shaleh, dekat dengan masjid, suka berinfak dan berpuasa sunnah, mudah menolong orang dsb, akan bergaul dengan orang yang “sejiwa” dengan dirinya, atau dengan yang kurang lebih sama tingkat “keber-agama-annya”. Pun

sebaliknya, orang-orang yang jauh dari masjid, suka melalaikan perintah dan aturan Allah SWT, gemar berbuat maksiat, dsb tentulah akan berteman dengan orang-orang yang “se-level” dengannya. Sehingga apabila kita ingin melihat atau mengukur secara umum, seperti apakah “agama” seseorang, maka kita dapat melihatnya dari teman-teman pergaulannya. Jika ia berteman dan bergaul dengan orang-orang shaleh dan baik maka insya Allah seperti itulah kadar keber-agama-annya. Demikianlah yang disabdakan Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat berikut :

)رواه الرتمذي( الرجل على دين خليله ف لي نظر أحدكم من يخالل وسلم قال رسول اللو صلى اللو عليو و ن ع الل ي ض ر عن أب ىري رة Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Seseorang itu berdasarkan (akan mengikuti) agama teman baiknya, karena itu hendaklah salah seorang diantara

kalian mencermati dengan siapa ia berteman." (HR. Turmudzi)

5. Perlunya bersabar untuk senantiasa bergaul dengan orang-orang yang shaleh. Karena bisa jadi bergaul dengan orang-orang shaleh tidak terlalu menyenangkan, sebagaimana bergaul dengan orang-orang yang jauh dari agama, yang kehidupannya dipenuhi oleh kesenangan dan syahwat. Bisa jadi bergaul dengan orang-orang shaleh “memaksa” kita untuk sederhana, taat ibadah, jujur, menjauhi syahwat dsb. Dan hal-hal seperti ini merupakan hal-hal yang relatif tidak terlalu menyenangkan bagi sebahagian orang. Allah SWT berfirman, “Dan bersabarlah kamu besama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya..” (QS Al-Kahfi : 28) Oleh karenanya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk senantiasa

berteman dan bersahabat dengan orang-orang yang shaleh, bahkan sekiranya pun kita memiliki makanan hendaknya tidak memakan makan kita, kecuali orang-orang yang shaleh pula. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :

)رواه أبو داود( أكل طعامك إل تقي عن النب صلى اللو عليو وسلم قال ل تصاحب إل مؤمنا ول ي ،و ن ع الل ي ض ر أب سعيد عن Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian berkawan kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan sampai memakan makananmu kecuali orang yang

bertakwa." (HR. Abu Daud)

6. Orang-orang yang bersahabat karena Allah SWT, dan mereka adalah orang-orang yang shaleh dimana mereka bertemu dan berpisah karena Allah SWT, dijanjikan akan mendapatkan naungan di hari tiada naungan kecuali naungan dari Allah SWT. Sungguh hal ini merupakan kemuliaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang shaleh yang tidak Allah berikan kepada selain mereka. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, dihari tiada

naungan kecuali naungan dari-Nya, dan salah satunya adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah;

عة يظلهم اللو ف ظلو ي وم ل ظل إل ظل ، و ن ع الل ي ض ر ة ر ي ر ى ب أ ن ع ا عن النب صلى اللو عليو وسلم قال سب مام العادل و و ا )متفق عليو(...ا ف اللو اجتمعا عليو وت فرقا عليو نشأ ف عبادة ربو ورجل ق لبو معلق ف المساجد ورجلن تاب

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya;

pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai

karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah… (Muttafaqun Alaih)

Wallahu A’lam bis Shawab By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag