0813100019-galuh-puspitasari
TRANSCRIPT
1
UJI DAYA ANTIBAKTERI PERASAN BUAH MENGKUDU MATANG
(Morinda citrifolia) TERHADAP BAKTERI Methicillin Resistan
Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T SECARA IN VITRO
TEST OF ANTIBACTERIAL JUICE RIPE NONI FRUIT (Morinda
citrifolia) AGAINST BACTERIA Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T IN VITRO
Galuh Puspitasari, Sri Murwani, Herawati
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan galur
Staphylocoocus aureus yang telah resisten terhadap antibiotika metisilin. Tujuan
dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri dari perasan buah
mengkudu matang (Morinda citrifolia) terhadap bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro . Penelitian ini menggunakan metode tube
dilution dengan konsentrasi perasan 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kadar Hambat Minimal (KHM) perasan buah mengkudu matang
terhadap bakteri MRSA terdapat pada konsentrasi 30%, sedangkan Kadar Bunuh Minimal
(KBM) terjadi pada konsentrasi 35%. Hasil analisis One way ANOVA menunjukkan bahwa
perasan buah mengkudu matang mempunyai daya antibakteri.
Kata Kunci : buah mengkudu matang (Morinda citrifolia) , Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), dilusi tabung, daya antibakteri
ABSTRACT
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylocoocus
aureus which is resistant to the antibiotic methicillin. The aim of this study was to determine
the antibacterial power of ripe noni juice (Morinda citrifolia) against Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) bacteria in vitro. This study used a tube dilution test with a
concentration of 15%, 20%, 25%, 30%, 35% and 40%. The results showed that the levels of
Minimal Inhibitory Concentration (MIC) of ripe noni fruit juice against MRSA bacteria
presented in concentrations of 30%, while Minimal Bactericidal Concentration (MBC)
occurred at concentrations of 35%. One way ANOVA analysis results showed that the juice
of ripe noni fruit has antibacterial power.
Keywords: ripe noni fruit (Morinda citri folia), Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA), tube dilution, antibacterial power
2
Pendahuluan
Pada saat ini banyak penyakit
pada hewan yang disebabkan oleh infeksi
bakteri.Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, biasanya diobati dengan
pemberian antibiotika, tetapi perlu
diketahui bahwa penggunaan antibiotika
yang berlebihan dan pemberian antibiotika
dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya resistensi pada
bakteri. Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA)
merupakan salah satu galur dari
Staphylocoocus aureus yang telah resisten
terhadap antibiotika metisilin.Bakteri
MRSA telah menyebar hampir di seluruh
dunia. Biaya pengobatan untuk infeksi
bakteri MRSA diperkirakan 6-10% lebih
tinggi dibandingkan dengan biaya
pengobatan untuk bakteri Staphylocoocus
(Wise, 2003). Bahaya dari resistensi
bakteri dan biaya pengobatan yang cukup
tinggi, meningkatkan kesadaran para
pemilik hewan terutama peternak untuk
mencari alternatif pengganti antibiotika
dengan menggunakan obat tradisional
yang berasal dari tanaman sebagai obat
alternatif terhadap infeksi bakteri MRSA.
Obat tradisional merupakan penunjang
dalam menjaga kesehatan hewan yang
mudah diperoleh serta harganya relatif
murah, sehingga terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat.
Buah mengkudu mengandung
beberapa zat-zat yang bersifat anti bakteri
yaitu Acubin, L. asperuloside, alizarin dan
beberapa zat antrakuinon. Buah mengkudu
dengan tingkat kematangan yang berbeda
mempunyai kandungan bahan aktif dan
khasiat yang berbeda pula (Antara dkk,
2001).
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis ingin mengetahui kemampuan
perasan buah mengkudu matang dalam
menghambat dan membunuh bakteri
Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) secara in vitro.
Materi dan Metode
Pembuatan Bahan Uji
Proses pembuatan perasan
dilakukan dengan cara buah mengkudu
dicuci hingga bersih dan dikeringkan,
kemudian dibungkus dengan kasa steril,
diperas dan cairan perasan buah
mengkudu yang dihasilkan ditampung
dalam plate steril. Cairan perasan yang
dihasilkan sebanyak lebih kurang 150 ml
dan dianggap mempunyai konsentrasi
100%. Cairan perasan tersebut kemudian
di uji sterilitasnya dengan melakukan
penanaman pada media Nutrient agar
plate untuk memastikan bahwa cairan
perasan buah mengkudu yang digunakan
tidak terkontaminasi.
Identifikasi Bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA)
Identifikasi yang dilakukan adalah
pewarnaan Gram, uji katalase, uji
koagulase dan Methicillin disk diffusion
test. Identifikasi dilakukan terhadap
sampel bakteri MRSA M.2036.T untuk
memastikan sampel bakteri tersebut adalah
murni bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus.
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Proses pembuatan suspensi bakteri
dilakukan dengan menginokulasikan
bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) pada
media Nutrient Broth dan diinkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam. Kemudian
dilakukan pemeriksaan spektrofotometri
dengan panjang gelombang 540-625ŋm
untuk mengetahui nilai absorbansi dari
suspensi. Suspensi bakteri uji dengan
konsentrasi bakteri 108
CFU/ml setara
dengan Optical Density (OD) dengan nilai
0.1, Kemudian dilakukan perhitungan
dengan rumus:
V1 x N1= V2 x N2
Keterangan :
N1 : Nilai absorbansi suspensi (hasil
spektofotometri)
V1 : volume bakteri dengan pengenceran
N2 : (0.1 = 108/ml)
V2 : volume bakteri (10 ml)
Kemudian dilakukan pengenceran 100
kali, agar didapatkan konsentrasi bakteri
106CFU/ml dan suspensi bakteri siap
digunakan untuk penelitian.
3
Pengujian daya antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri,
dilakukan dengan menyiapkan 8 tabung
yang mana masing- masing tabung berisi
konsentrasi perasan buah mengkudu
matang sesuai hasil eksplorasi konsentrasi,
yaitu
Tabung 1 : konsentrasi 15% (0.15 ml
perasan + 0,85ml akuades)
Tabung 2 : konsentrasi 20% (0.20 ml
perasan + 0,80ml akuades)
Tabung 3 : konsentrasi 25% (0.25 ml
perasan + 0.75 ml akuades)
Tabung 4 : konsentrasi 30% (0.30 ml
perasan + 0.70 ml akuades)
Tabung 5 : konsentrasi 35% (0.35 ml
perasan + 0.65 ml akuades)
Tabung 6 : konsentrasi 40% (0.40 ml
perasan + 0.60 ml akuades)
Tabung 7 : kontrol bakteri
Tabung 8 : kontrol bahan
Tabung 9 : suspensi bakteri 104yang
distreaking pada NAP sebagai original
inoculum (OI).
Suspensi bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA)
ditambahkan sebanyak 1 ml pada tabung
1-6, dan 2 ml untuk tabung 7. Pada tabung
8 diisi dengan 2 ml perasan buah
mengkudu matang. Semua tabung ditutup
dengan kapas steril, selanjutnya diinkubasi
pada suhu 37oC selama 18-24 jam, dan
diamati kekeruhannya. Kemudian diambil
satu ose dari masing-masing tabung (1-8),
dilakukan streaking pada media NAP dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24
jam, kemudian dihitung jumlah koloni
yang tumbuh pada media NAP.
Hasil dan Pembahasan
Kadar Hambat Minimal perasan buah
mengkudu matang terhadap Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus
Daya antibakteri perasan buah
mengkudu matang terhadap bakteri MRSA
diketahui dari nilai KHM dan KBM yang
diperoleh. Nilai KHM diperoleh dari hasil
dilusi tabung dengan pengamatan terhadap
tingkat kekeruhan yang terjadi. Hasil
dilusi tabung terangkum pada tabel 1
berikut:
Tabel 1. Hasil dilusi tabung pada masing-
masing konsentrasi
Konsentrasi Tingkat kekeruhan
15% Keruh
20% Sedikit keruh
25% Sedikit jernih
30% Jernih
35% Jernih
40% Sangat jernih
Kekeruhan yang terjadi pada tabung
merupakan indikator bahwa bakteri MRSA
tetap mengalami pertumbuhan yang baik
yaitu pada tabung konsentrasi 15% dan
pertumbuhan cukup baik pada konsentrasi
25%. Dari hasil pengamatan dilusi tabung
tersebut, diperoleh konsentrasi 30% yang
merupakan Kadar Hambat Minimal
(KHM), karena pada konsentrasi tersebut
campuran antara perasan buah mengkudu
dan bakteri MRSA sudah terlihat jernih
dibandingkan dengan konsentrasi
sebelumnya. Kejernihan yang terjadi pada
konsentrasi 30% menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) telah
dapat dihambat.
Kadar Bunuh Minimal perasan buah
mengkudu matang terhadap Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus
Nilai KBM dapat ditentukan
melalui perhitungan jumlah koloni bakteri
MRSA yang tumbuh pada media NAP.
Jumlah koloni bakteri MRSA yang tumbuh
pada media NAP terangkum pada Tabel 2
berikut:
4
Tabel 2. Hasil penghitungan jumlah koloni bakteri MRSA pada setiap konsentrasi perasan buah
mengkudu matang Morinda citrifolia
Konsentrasi Perasan Buah
Mengkudu Matang
(Morinda citrifolia)
Jumlah Koloni Bakteri Methicillin ResistantStaphylococcus
aureus (MRSA) pada media Nutrient agar plate (CFU/ml)
I II III IV Rata-rata dan Standar
Deviasi
15% 1.018.000 1.157.000 1.338.000 1.396.000 1.227.250 ±152.687C
20% 696.000 636.000 664.000 628.000 656.000 ±50.811B
25% 141.000 196.000 136.000 127.000 150.000 ±21.208A
30% 24.000 23.000 27.000 21.000 23.750 ±2.500A
35% 0 0 0 0 0 0
40% 0 0 0 0 0 0
OI (Original Inoculum) 4.460.000 4.720.000 4.830.000 4.640.000 4.662.500
Kontrol Positif Tidak Terhingga
5
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
bahwa Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari
perasaan buah mengkudu matang (Morinda
citrifolia) terhadap bakteriMethicillin
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
terdapat pada konsentrasi 35%, karena pada
konsentrasi tersebut tidak terjadi pertumbuhan
koloni bakteri MRSA atau jumlah koloni yang
tumbuh ≤ OI (4662,5 CFU/ml).
Hasil uji One way ANOVA didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang
menunjukkan bahwa pemberian perasan buah
mengkudu matang (Morinda citrifolia) pada
setiap variasi konsentrasi mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan
koloni bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). Hasil uji post
hoc dengan Tukey HSD menunjukkan bahwa
pada konsentrasi perasan buah mengkudu
matang sebesar 25% dan 30% memiliki
pengaruh perlakuan yang sama terhadap
pertumbuhan bakteri MRSA dibandingkan
dengan konsentrasi 20% maupun 15%.
Dari uji korelasi dan regresi diperoleh
nilai koofisien korelasi dari perasan buah
mengkudu matang sebesar -0.870. Arah
korelasi negatif menunjukan bahwa semakin
tinggi jumlah konsentrasi perasan buah
mengkudu matang yang diberikan, maka
jumlah pertumbuhan koloni bakteri MRSA
semakin menurun dan diperoleh persamaan
garis linier yaitu:
Y= 1165883,333-235157,143X
Arti dari persamaan diatas adalah apabila
variabel X meningkat sebanyak 1 kali, maka
variabel Y akan menurun sebesar 235157,143
CFU/ml. Hasil persamaan regresi tersebut
sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan
(1988) bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu
bahan antibakteri yang diberikan, maka
aktivitas antibakterinya akan semakin kuat.
Daya antibakteri dari perasan buah
mengkudu matang terjadi karena mengkudu
mengandung zat antibakteri yaitu senyawa
flavonoid, terpenoid, antraquinon, alizarin dan
acubin yang dapat melawan bakteri
Stahpylococcus aureus, Bacillus
subtilis,Protens morganii, Pseudomonas,
Escherichia coli. Senyawa antrakuinon,
alizarin dan acubin yang terdapat dalam buah
mengkudu merupakan golongan dari terpenoid
dan turunan dari senyawa fenol. Senyawa
fenol yang terdapat pada buah mengkudu
berkisar antara 5,94 – 36,52g/ 100g material
kering (Rohman et al, 2002). Adisoemarto
(1998) menjelaskan bahwa golongan fenol
mampu merusak membran sel, menginaktifkan
enzim dan mendenaturasi protein pada bakteri
sehingga dinding sel bakteri akan mengalami
kerusakan karena terjadinya penurunan
permeabilitas yang memungkinkan
terganggunya transport ion-ion organik
penting yang akan masuk ke sel bakteri. Hal
ini akan mengakibatkan pertumbuhan sel
terhambat dan sel akan mengalami kematian.
Oleh karena itu fenol berperan sebagai
senyawa antibakteri. Senyawa antrakuinon
pada buah mengkudu berperan dalam efek
penghambatan pertumbuhan bakteri.
Mekanisme kerja dari senyawa ini adalah
mengganggu komponen penyususn
peptidoglikan pada dinding sel bakteri,
sehingga lapisan dari dinding sel bakteri tidak
dapat terbentuk sempurna dan mekanisme
tersebut dapat menyebabkan kematian sel
(Dwidjoseputro, 1994).
Flavonoid merupakan senyawa yang
mempunyai efek antibakteri dan paling banyak
terdapat pada buah mengkudu (Djauhariya,
2003). Flavonoid merupakan kelompok dari
fitokimia fenolik yang berfungsi sebagai
peredam radikal bebas yang sangat kuat dan
membantu mencegah penyakit yang
berhubungan dengan stress oksidatif serta
memiliki aktivitas antimikroba,
antikarsinogenik, antiplatelet, antiiskemik,
antialergi dan antiinflamasi (Rahmawati,
2009). Flavonoid dalam buah mengkudu
mempunyai aktivitas penghambatan lebih
besar terhadap bakteri gram positif antara lain
adalah bakteri MRSA, hal ini dikarenakan
senyawa flavonoid merupakan bagian yang
bersifat polar sehingga lebih mudah
menembus lapisan peptidoglikan yang bersifat
polar daripada lapisan lipid yang nonpolar,
sehingga menyebabkan aktivitas
penghambatan pada bakteri gram positif lebih
besar daripada bakteri gram negatif. Aktivitas
penghambatan dari kandungan buah
mengkudu pada bakteri Gram positif
menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel
sebagai pemberi bentuk sel dan melindungi sel
dari lisis osmotik. Dengan terganggunya
dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel
(Dewi, 2010).
6
Buah mengkudu juga mengandung
senyawa terpenoid yang mempunyai daya
polaritas sama dengan golongan fenol.
Mekanisme kerja dari senyawa terpenoid sama
dengan mekanisme kerja dari senyawa fenol
yaitu mengganggu proses transportasi ion
penting ke dalam sel bakteri. Terpenoid
mampu berikatan dengan lemak dan
karbohidrat yang akan menyebabkan
permeabilitas dinding sel bakteri MRSA
terganggu (Nursal,1997).
Kesimpulan
Perasan buah mengkudu matang
(Morinda citrifolia) mempunyai daya
antibakteri bakteriostatik dan bakterisidal
terhadap bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro
dan semakin tinggi konsentrasi perasan buah
mengkudu matang yang diberikan, maka
pertumbuhan bakteri MRSAakan semakin
rendah.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr. Sri Murwani, drh., M.P. dan Dr.
Dra. Herawati., M.P atas bimbingan dan
arahan yang telah diberikan. Drh. Dahliatul
Qosimah yang telah memberikan arahan dan
masukannya selama penelitian, rekan-rekan
penelitian lab mikrobiologi dan
Gametogenesis atas semua keceriaan dan
dukungannya.
Daftar Pustaka
Antara, N.T, Pohan, H.G. dan Subagja. 2001.
Pengaruh tingkat kematangan dan
proses terhadap karakteristik sari
buah mengkudu. Warta IHP/J. of
Agro- Based Industry 18(1−2):
25−31.
Aubrecht, E. 2003. What is Methicillin
Resistant Staphylococcus Aureus
and How do we manage it,
(online).(http://www.wound.sa.edu.au
/aug 97pre.html, diakses
tanggal 11 April 2012).
Brooks, G. F., Butel, J. S. dan Morse, S. A.
2008. Medical Microbiology. Mc
Graw Hill, New York.
Dahlan, S.M. 2004. Seri Statistik: Statistik
Untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Arkans. Jakarta.
Dewi, F.K. 2010.Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
(Morinda Citrifolia, Linnaeus)
Terhadap Bakteri Pembusuk
Daging Segar [Skripsi].Fakultas
Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas
Sebelas Maret.Surakarta
Djauhariya, E. 2003.Mengkudu (Morinda
citrifolia L.) Tanaman Obat
Potensial, Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. J.
Perkembangan Teknologi
TROL, Vol. XV, No. 1, p. 21
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
97-99.
Chaouce, T. F, Bekkara, A., Haddaouci, F.,
and Boucherit, Z. 2012. Antibacterial
activity of different extract of
Echiumpynanthum pommel.
JCPRC5. 4(1):216-220. USA
Ferraro, M. J., et al. 2007. Performance
Standart for Antimicrobial
Susceptibility Testing; Seventeenth
Informational Supplement. CSLI
document M100- S17 (ISBN 1-
56238-625-5). Wayne, Pennsylvania.
USA
Hariana, A.H. 2006. Tumbuhan Obat dan
Khasiatnya Seri 2 . Penebar
Swadaya: Jakarta.
Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T.
2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L.)Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli dengan
Metode Difusi Disk. Universitas
Airlangga, Surabaya.
Kusaldi, A.D. 2005.Uji Efektivitas Dekok
Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
Sebagai Antimikroba Terhadap
Bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA).
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
7
Kedokteran Universitas Brawijaya,
Malang.
Kristanti, A.N, Aminah, N.S, Tanjung. M,
Kusmadi. B. 2008. Buku Ajar
Fitokimia. Airlangga University
Press, Surabaya.
Maheswari, H. 2002. Pemanfaatan Obat
Alami: Potensi dan Prospek
Pengembangan.http://rudct.tripod.co
m/sem2_012/hera-maheswari.htm,
diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
Mursito, B. 2003.Ramuan Tradisional Untuk
Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya.
Depok.Hal. 73
Ngitung, R dan Bahri, A. 2008.Fenologi
Dan Tingkat Kemasakan Benih
Mengkudu (Morinda citrifolia
L.). J.Agroland 15 (3) : 204 – 209.
Universitas Negeri Makassar.
Kampus Parantambung Makassar
Nursal, M. dan Nganro, M.R. 1997.Pengaruh
Ekstrak Akar Achantus Illicifolius
terhadap Pertumbuhan Vibrio
parahaemolyticus. Jurnal Biosains
Vol.2 No.1
Nogrady, T. 1992. Kimia
Medisinal.Pendekatan Secara
Biokimia. Institut Teknologi Bandung.
Bandung
Padmawinata, K. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi.Penerbit ITB.
Bandung ( Terjemahan dari
Robinson, T. 1991. The Organic
Constituens of Higher Plant, 6th
ed).
Pelczar, M.J and Chan, E.C.S. 2005.Dasar-
Dasar Mikrobiologi. UI Press.
Jakarta. Hal. 452-458.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rahmawati, A. 2009.Kandungan Fenol Total
Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia)[Skripsi].
Fakultas Kedokteran. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Rao, S. 2009. Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). Dept.
of Microbiology, JJMC,
Davangere.www.microrao.com,
diakses pada tanggal 20 Maret
2012.
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.Hal.
51- 52.
Solimun, 2001.Kaidah dan Metode Analisis
Data, Modul Penataran Analisis
Data Universitas Pembangunan
Nasional – UPN Surabaya.
Suhanda, I. 2009. Rahasia Sehat Dengan
Makanan Berkhasiat.PT. Kompas
Media Nusantara. Jakarta. Hal 5-6.
Suprapti, L.M. 2005.Aneka Olahan
Mengkudu. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta. Hal.11-14.
Schwartz, S.I. 2000.Intisari Prinsip-Prinsip
Ilmu Bedah.Alih bahasa Laniyati
dkk.Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. Hal. 50.
Spors, L, Cassandra Faye Lanning, C.F,
Hansen, P. 2009. Recognizing and
Preventing Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA).
www.nsca-lift.org, diakses pada
tanggal 20 Maret 2012.
Syahrurachman.A, dkk. 1994. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran Edisi
Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta
Pusat. Hal. 14, 21, 34-35, 103-104.
Trease, G. E and Evans. 1978. W. C.
Pharmacognocy. Bailler Tindal.
London.402-404.
Wise, S. 2003. Staphylococcus Aureus &
Resistance, (online).
(http://www.netdoctor.com.uk/diseas
es/facts/mrsa.htm, diakses tanggal 20
Maret 2012).
Wulandari, S. 2006. Bioaktifitas Ekstrak
Jahe (Zingiber officinale Roxb.)
dalam Menghambat Pertumbuhan
Koloni Bakteri Escherichia Coli dan
Bacillus Subtilis. Jurnal
Biogenesis Vol. 2(2):64- 66.