0813100019-galuh-puspitasari

7

Click here to load reader

Upload: mahanani-subagio

Post on 14-Aug-2015

115 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 0813100019-Galuh-Puspitasari

1

UJI DAYA ANTIBAKTERI PERASAN BUAH MENGKUDU MATANG

(Morinda citrifolia) TERHADAP BAKTERI Methicillin Resistan

Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T SECARA IN VITRO

TEST OF ANTIBACTERIAL JUICE RIPE NONI FRUIT (Morinda

citrifolia) AGAINST BACTERIA Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T IN VITRO

Galuh Puspitasari, Sri Murwani, Herawati

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan

Universitas Brawijaya

[email protected]

ABSTRAK

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan galur

Staphylocoocus aureus yang telah resisten terhadap antibiotika metisilin. Tujuan

dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri dari perasan buah

mengkudu matang (Morinda citrifolia) terhadap bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro . Penelitian ini menggunakan metode tube

dilution dengan konsentrasi perasan 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Kadar Hambat Minimal (KHM) perasan buah mengkudu matang

terhadap bakteri MRSA terdapat pada konsentrasi 30%, sedangkan Kadar Bunuh Minimal

(KBM) terjadi pada konsentrasi 35%. Hasil analisis One way ANOVA menunjukkan bahwa

perasan buah mengkudu matang mempunyai daya antibakteri.

Kata Kunci : buah mengkudu matang (Morinda citrifolia) , Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA), dilusi tabung, daya antibakteri

ABSTRACT

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylocoocus

aureus which is resistant to the antibiotic methicillin. The aim of this study was to determine

the antibacterial power of ripe noni juice (Morinda citrifolia) against Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) bacteria in vitro. This study used a tube dilution test with a

concentration of 15%, 20%, 25%, 30%, 35% and 40%. The results showed that the levels of

Minimal Inhibitory Concentration (MIC) of ripe noni fruit juice against MRSA bacteria

presented in concentrations of 30%, while Minimal Bactericidal Concentration (MBC)

occurred at concentrations of 35%. One way ANOVA analysis results showed that the juice

of ripe noni fruit has antibacterial power.

Keywords: ripe noni fruit (Morinda citri folia), Methicillin Resistant Staphylococcus

aureus (MRSA), tube dilution, antibacterial power

Page 2: 0813100019-Galuh-Puspitasari

2

Pendahuluan

Pada saat ini banyak penyakit

pada hewan yang disebabkan oleh infeksi

bakteri.Penyakit yang disebabkan oleh

bakteri, biasanya diobati dengan

pemberian antibiotika, tetapi perlu

diketahui bahwa penggunaan antibiotika

yang berlebihan dan pemberian antibiotika

dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan terjadinya resistensi pada

bakteri. Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA)

merupakan salah satu galur dari

Staphylocoocus aureus yang telah resisten

terhadap antibiotika metisilin.Bakteri

MRSA telah menyebar hampir di seluruh

dunia. Biaya pengobatan untuk infeksi

bakteri MRSA diperkirakan 6-10% lebih

tinggi dibandingkan dengan biaya

pengobatan untuk bakteri Staphylocoocus

(Wise, 2003). Bahaya dari resistensi

bakteri dan biaya pengobatan yang cukup

tinggi, meningkatkan kesadaran para

pemilik hewan terutama peternak untuk

mencari alternatif pengganti antibiotika

dengan menggunakan obat tradisional

yang berasal dari tanaman sebagai obat

alternatif terhadap infeksi bakteri MRSA.

Obat tradisional merupakan penunjang

dalam menjaga kesehatan hewan yang

mudah diperoleh serta harganya relatif

murah, sehingga terjangkau oleh semua

lapisan masyarakat.

Buah mengkudu mengandung

beberapa zat-zat yang bersifat anti bakteri

yaitu Acubin, L. asperuloside, alizarin dan

beberapa zat antrakuinon. Buah mengkudu

dengan tingkat kematangan yang berbeda

mempunyai kandungan bahan aktif dan

khasiat yang berbeda pula (Antara dkk,

2001).

Berdasarkan uraian di atas, maka

penulis ingin mengetahui kemampuan

perasan buah mengkudu matang dalam

menghambat dan membunuh bakteri

Methicillin Resistant Staphylococcus

aureus (MRSA) secara in vitro.

Materi dan Metode

Pembuatan Bahan Uji

Proses pembuatan perasan

dilakukan dengan cara buah mengkudu

dicuci hingga bersih dan dikeringkan,

kemudian dibungkus dengan kasa steril,

diperas dan cairan perasan buah

mengkudu yang dihasilkan ditampung

dalam plate steril. Cairan perasan yang

dihasilkan sebanyak lebih kurang 150 ml

dan dianggap mempunyai konsentrasi

100%. Cairan perasan tersebut kemudian

di uji sterilitasnya dengan melakukan

penanaman pada media Nutrient agar

plate untuk memastikan bahwa cairan

perasan buah mengkudu yang digunakan

tidak terkontaminasi.

Identifikasi Bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA)

Identifikasi yang dilakukan adalah

pewarnaan Gram, uji katalase, uji

koagulase dan Methicillin disk diffusion

test. Identifikasi dilakukan terhadap

sampel bakteri MRSA M.2036.T untuk

memastikan sampel bakteri tersebut adalah

murni bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus.

Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Proses pembuatan suspensi bakteri

dilakukan dengan menginokulasikan

bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) pada

media Nutrient Broth dan diinkubasi pada

suhu 37oC selama 24 jam. Kemudian

dilakukan pemeriksaan spektrofotometri

dengan panjang gelombang 540-625ŋm

untuk mengetahui nilai absorbansi dari

suspensi. Suspensi bakteri uji dengan

konsentrasi bakteri 108

CFU/ml setara

dengan Optical Density (OD) dengan nilai

0.1, Kemudian dilakukan perhitungan

dengan rumus:

V1 x N1= V2 x N2

Keterangan :

N1 : Nilai absorbansi suspensi (hasil

spektofotometri)

V1 : volume bakteri dengan pengenceran

N2 : (0.1 = 108/ml)

V2 : volume bakteri (10 ml)

Kemudian dilakukan pengenceran 100

kali, agar didapatkan konsentrasi bakteri

106CFU/ml dan suspensi bakteri siap

digunakan untuk penelitian.

Page 3: 0813100019-Galuh-Puspitasari

3

Pengujian daya antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri,

dilakukan dengan menyiapkan 8 tabung

yang mana masing- masing tabung berisi

konsentrasi perasan buah mengkudu

matang sesuai hasil eksplorasi konsentrasi,

yaitu

Tabung 1 : konsentrasi 15% (0.15 ml

perasan + 0,85ml akuades)

Tabung 2 : konsentrasi 20% (0.20 ml

perasan + 0,80ml akuades)

Tabung 3 : konsentrasi 25% (0.25 ml

perasan + 0.75 ml akuades)

Tabung 4 : konsentrasi 30% (0.30 ml

perasan + 0.70 ml akuades)

Tabung 5 : konsentrasi 35% (0.35 ml

perasan + 0.65 ml akuades)

Tabung 6 : konsentrasi 40% (0.40 ml

perasan + 0.60 ml akuades)

Tabung 7 : kontrol bakteri

Tabung 8 : kontrol bahan

Tabung 9 : suspensi bakteri 104yang

distreaking pada NAP sebagai original

inoculum (OI).

Suspensi bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA)

ditambahkan sebanyak 1 ml pada tabung

1-6, dan 2 ml untuk tabung 7. Pada tabung

8 diisi dengan 2 ml perasan buah

mengkudu matang. Semua tabung ditutup

dengan kapas steril, selanjutnya diinkubasi

pada suhu 37oC selama 18-24 jam, dan

diamati kekeruhannya. Kemudian diambil

satu ose dari masing-masing tabung (1-8),

dilakukan streaking pada media NAP dan

diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24

jam, kemudian dihitung jumlah koloni

yang tumbuh pada media NAP.

Hasil dan Pembahasan

Kadar Hambat Minimal perasan buah

mengkudu matang terhadap Methicillin

Resistant Staphylococcus aureus

Daya antibakteri perasan buah

mengkudu matang terhadap bakteri MRSA

diketahui dari nilai KHM dan KBM yang

diperoleh. Nilai KHM diperoleh dari hasil

dilusi tabung dengan pengamatan terhadap

tingkat kekeruhan yang terjadi. Hasil

dilusi tabung terangkum pada tabel 1

berikut:

Tabel 1. Hasil dilusi tabung pada masing-

masing konsentrasi

Konsentrasi Tingkat kekeruhan

15% Keruh

20% Sedikit keruh

25% Sedikit jernih

30% Jernih

35% Jernih

40% Sangat jernih

Kekeruhan yang terjadi pada tabung

merupakan indikator bahwa bakteri MRSA

tetap mengalami pertumbuhan yang baik

yaitu pada tabung konsentrasi 15% dan

pertumbuhan cukup baik pada konsentrasi

25%. Dari hasil pengamatan dilusi tabung

tersebut, diperoleh konsentrasi 30% yang

merupakan Kadar Hambat Minimal

(KHM), karena pada konsentrasi tersebut

campuran antara perasan buah mengkudu

dan bakteri MRSA sudah terlihat jernih

dibandingkan dengan konsentrasi

sebelumnya. Kejernihan yang terjadi pada

konsentrasi 30% menunjukkan bahwa

pertumbuhan bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) telah

dapat dihambat.

Kadar Bunuh Minimal perasan buah

mengkudu matang terhadap Methicillin

Resistant Staphylococcus aureus

Nilai KBM dapat ditentukan

melalui perhitungan jumlah koloni bakteri

MRSA yang tumbuh pada media NAP.

Jumlah koloni bakteri MRSA yang tumbuh

pada media NAP terangkum pada Tabel 2

berikut:

Page 4: 0813100019-Galuh-Puspitasari

4

Tabel 2. Hasil penghitungan jumlah koloni bakteri MRSA pada setiap konsentrasi perasan buah

mengkudu matang Morinda citrifolia

Konsentrasi Perasan Buah

Mengkudu Matang

(Morinda citrifolia)

Jumlah Koloni Bakteri Methicillin ResistantStaphylococcus

aureus (MRSA) pada media Nutrient agar plate (CFU/ml)

I II III IV Rata-rata dan Standar

Deviasi

15% 1.018.000 1.157.000 1.338.000 1.396.000 1.227.250 ±152.687C

20% 696.000 636.000 664.000 628.000 656.000 ±50.811B

25% 141.000 196.000 136.000 127.000 150.000 ±21.208A

30% 24.000 23.000 27.000 21.000 23.750 ±2.500A

35% 0 0 0 0 0 0

40% 0 0 0 0 0 0

OI (Original Inoculum) 4.460.000 4.720.000 4.830.000 4.640.000 4.662.500

Kontrol Positif Tidak Terhingga

Page 5: 0813100019-Galuh-Puspitasari

5

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui

bahwa Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari

perasaan buah mengkudu matang (Morinda

citrifolia) terhadap bakteriMethicillin

Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)

terdapat pada konsentrasi 35%, karena pada

konsentrasi tersebut tidak terjadi pertumbuhan

koloni bakteri MRSA atau jumlah koloni yang

tumbuh ≤ OI (4662,5 CFU/ml).

Hasil uji One way ANOVA didapatkan

nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang

menunjukkan bahwa pemberian perasan buah

mengkudu matang (Morinda citrifolia) pada

setiap variasi konsentrasi mempunyai

pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan

koloni bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA). Hasil uji post

hoc dengan Tukey HSD menunjukkan bahwa

pada konsentrasi perasan buah mengkudu

matang sebesar 25% dan 30% memiliki

pengaruh perlakuan yang sama terhadap

pertumbuhan bakteri MRSA dibandingkan

dengan konsentrasi 20% maupun 15%.

Dari uji korelasi dan regresi diperoleh

nilai koofisien korelasi dari perasan buah

mengkudu matang sebesar -0.870. Arah

korelasi negatif menunjukan bahwa semakin

tinggi jumlah konsentrasi perasan buah

mengkudu matang yang diberikan, maka

jumlah pertumbuhan koloni bakteri MRSA

semakin menurun dan diperoleh persamaan

garis linier yaitu:

Y= 1165883,333-235157,143X

Arti dari persamaan diatas adalah apabila

variabel X meningkat sebanyak 1 kali, maka

variabel Y akan menurun sebesar 235157,143

CFU/ml. Hasil persamaan regresi tersebut

sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan

(1988) bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu

bahan antibakteri yang diberikan, maka

aktivitas antibakterinya akan semakin kuat.

Daya antibakteri dari perasan buah

mengkudu matang terjadi karena mengkudu

mengandung zat antibakteri yaitu senyawa

flavonoid, terpenoid, antraquinon, alizarin dan

acubin yang dapat melawan bakteri

Stahpylococcus aureus, Bacillus

subtilis,Protens morganii, Pseudomonas,

Escherichia coli. Senyawa antrakuinon,

alizarin dan acubin yang terdapat dalam buah

mengkudu merupakan golongan dari terpenoid

dan turunan dari senyawa fenol. Senyawa

fenol yang terdapat pada buah mengkudu

berkisar antara 5,94 – 36,52g/ 100g material

kering (Rohman et al, 2002). Adisoemarto

(1998) menjelaskan bahwa golongan fenol

mampu merusak membran sel, menginaktifkan

enzim dan mendenaturasi protein pada bakteri

sehingga dinding sel bakteri akan mengalami

kerusakan karena terjadinya penurunan

permeabilitas yang memungkinkan

terganggunya transport ion-ion organik

penting yang akan masuk ke sel bakteri. Hal

ini akan mengakibatkan pertumbuhan sel

terhambat dan sel akan mengalami kematian.

Oleh karena itu fenol berperan sebagai

senyawa antibakteri. Senyawa antrakuinon

pada buah mengkudu berperan dalam efek

penghambatan pertumbuhan bakteri.

Mekanisme kerja dari senyawa ini adalah

mengganggu komponen penyususn

peptidoglikan pada dinding sel bakteri,

sehingga lapisan dari dinding sel bakteri tidak

dapat terbentuk sempurna dan mekanisme

tersebut dapat menyebabkan kematian sel

(Dwidjoseputro, 1994).

Flavonoid merupakan senyawa yang

mempunyai efek antibakteri dan paling banyak

terdapat pada buah mengkudu (Djauhariya,

2003). Flavonoid merupakan kelompok dari

fitokimia fenolik yang berfungsi sebagai

peredam radikal bebas yang sangat kuat dan

membantu mencegah penyakit yang

berhubungan dengan stress oksidatif serta

memiliki aktivitas antimikroba,

antikarsinogenik, antiplatelet, antiiskemik,

antialergi dan antiinflamasi (Rahmawati,

2009). Flavonoid dalam buah mengkudu

mempunyai aktivitas penghambatan lebih

besar terhadap bakteri gram positif antara lain

adalah bakteri MRSA, hal ini dikarenakan

senyawa flavonoid merupakan bagian yang

bersifat polar sehingga lebih mudah

menembus lapisan peptidoglikan yang bersifat

polar daripada lapisan lipid yang nonpolar,

sehingga menyebabkan aktivitas

penghambatan pada bakteri gram positif lebih

besar daripada bakteri gram negatif. Aktivitas

penghambatan dari kandungan buah

mengkudu pada bakteri Gram positif

menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel

sebagai pemberi bentuk sel dan melindungi sel

dari lisis osmotik. Dengan terganggunya

dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel

(Dewi, 2010).

Page 6: 0813100019-Galuh-Puspitasari

6

Buah mengkudu juga mengandung

senyawa terpenoid yang mempunyai daya

polaritas sama dengan golongan fenol.

Mekanisme kerja dari senyawa terpenoid sama

dengan mekanisme kerja dari senyawa fenol

yaitu mengganggu proses transportasi ion

penting ke dalam sel bakteri. Terpenoid

mampu berikatan dengan lemak dan

karbohidrat yang akan menyebabkan

permeabilitas dinding sel bakteri MRSA

terganggu (Nursal,1997).

Kesimpulan

Perasan buah mengkudu matang

(Morinda citrifolia) mempunyai daya

antibakteri bakteriostatik dan bakterisidal

terhadap bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro

dan semakin tinggi konsentrasi perasan buah

mengkudu matang yang diberikan, maka

pertumbuhan bakteri MRSAakan semakin

rendah.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Dr. Sri Murwani, drh., M.P. dan Dr.

Dra. Herawati., M.P atas bimbingan dan

arahan yang telah diberikan. Drh. Dahliatul

Qosimah yang telah memberikan arahan dan

masukannya selama penelitian, rekan-rekan

penelitian lab mikrobiologi dan

Gametogenesis atas semua keceriaan dan

dukungannya.

Daftar Pustaka

Antara, N.T, Pohan, H.G. dan Subagja. 2001.

Pengaruh tingkat kematangan dan

proses terhadap karakteristik sari

buah mengkudu. Warta IHP/J. of

Agro- Based Industry 18(1−2):

25−31.

Aubrecht, E. 2003. What is Methicillin

Resistant Staphylococcus Aureus

and How do we manage it,

(online).(http://www.wound.sa.edu.au

/aug 97pre.html, diakses

tanggal 11 April 2012).

Brooks, G. F., Butel, J. S. dan Morse, S. A.

2008. Medical Microbiology. Mc

Graw Hill, New York.

Dahlan, S.M. 2004. Seri Statistik: Statistik

Untuk Kedokteran dan Kesehatan.

Arkans. Jakarta.

Dewi, F.K. 2010.Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Etanol Buah Mengkudu

(Morinda Citrifolia, Linnaeus)

Terhadap Bakteri Pembusuk

Daging Segar [Skripsi].Fakultas

Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas

Sebelas Maret.Surakarta

Djauhariya, E. 2003.Mengkudu (Morinda

citrifolia L.) Tanaman Obat

Potensial, Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat. J.

Perkembangan Teknologi

TROL, Vol. XV, No. 1, p. 21

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar

Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

97-99.

Chaouce, T. F, Bekkara, A., Haddaouci, F.,

and Boucherit, Z. 2012. Antibacterial

activity of different extract of

Echiumpynanthum pommel.

JCPRC5. 4(1):216-220. USA

Ferraro, M. J., et al. 2007. Performance

Standart for Antimicrobial

Susceptibility Testing; Seventeenth

Informational Supplement. CSLI

document M100- S17 (ISBN 1-

56238-625-5). Wayne, Pennsylvania.

USA

Hariana, A.H. 2006. Tumbuhan Obat dan

Khasiatnya Seri 2 . Penebar

Swadaya: Jakarta.

Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T.

2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih

(Piper betle L.)Terhadap

Pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Escherichia coli dengan

Metode Difusi Disk. Universitas

Airlangga, Surabaya.

Kusaldi, A.D. 2005.Uji Efektivitas Dekok

Daun Jambu Biji (Psidium guajava)

Sebagai Antimikroba Terhadap

Bakteri Methicillin Resistant

Staphylococcus Aureus (MRSA).

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Page 7: 0813100019-Galuh-Puspitasari

7

Kedokteran Universitas Brawijaya,

Malang.

Kristanti, A.N, Aminah, N.S, Tanjung. M,

Kusmadi. B. 2008. Buku Ajar

Fitokimia. Airlangga University

Press, Surabaya.

Maheswari, H. 2002. Pemanfaatan Obat

Alami: Potensi dan Prospek

Pengembangan.http://rudct.tripod.co

m/sem2_012/hera-maheswari.htm,

diakses pada tanggal 20 Maret 2012.

Mursito, B. 2003.Ramuan Tradisional Untuk

Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya.

Depok.Hal. 73

Ngitung, R dan Bahri, A. 2008.Fenologi

Dan Tingkat Kemasakan Benih

Mengkudu (Morinda citrifolia

L.). J.Agroland 15 (3) : 204 – 209.

Universitas Negeri Makassar.

Kampus Parantambung Makassar

Nursal, M. dan Nganro, M.R. 1997.Pengaruh

Ekstrak Akar Achantus Illicifolius

terhadap Pertumbuhan Vibrio

parahaemolyticus. Jurnal Biosains

Vol.2 No.1

Nogrady, T. 1992. Kimia

Medisinal.Pendekatan Secara

Biokimia. Institut Teknologi Bandung.

Bandung

Padmawinata, K. 1995. Kandungan Organik

Tumbuhan Tinggi.Penerbit ITB.

Bandung ( Terjemahan dari

Robinson, T. 1991. The Organic

Constituens of Higher Plant, 6th

ed).

Pelczar, M.J and Chan, E.C.S. 2005.Dasar-

Dasar Mikrobiologi. UI Press.

Jakarta. Hal. 452-458.

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rahmawati, A. 2009.Kandungan Fenol Total

Ekstrak Buah Mengkudu

(Morinda citrifolia)[Skripsi].

Fakultas Kedokteran. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Rao, S. 2009. Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA). Dept.

of Microbiology, JJMC,

Davangere.www.microrao.com,

diakses pada tanggal 20 Maret

2012.

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.Hal.

51- 52.

Solimun, 2001.Kaidah dan Metode Analisis

Data, Modul Penataran Analisis

Data Universitas Pembangunan

Nasional – UPN Surabaya.

Suhanda, I. 2009. Rahasia Sehat Dengan

Makanan Berkhasiat.PT. Kompas

Media Nusantara. Jakarta. Hal 5-6.

Suprapti, L.M. 2005.Aneka Olahan

Mengkudu. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta. Hal.11-14.

Schwartz, S.I. 2000.Intisari Prinsip-Prinsip

Ilmu Bedah.Alih bahasa Laniyati

dkk.Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. Hal. 50.

Spors, L, Cassandra Faye Lanning, C.F,

Hansen, P. 2009. Recognizing and

Preventing Methicillin Resistant

Staphylococcus Aureus (MRSA).

www.nsca-lift.org, diakses pada

tanggal 20 Maret 2012.

Syahrurachman.A, dkk. 1994. Buku Ajar

Mikrobiologi Kedokteran Edisi

Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta

Pusat. Hal. 14, 21, 34-35, 103-104.

Trease, G. E and Evans. 1978. W. C.

Pharmacognocy. Bailler Tindal.

London.402-404.

Wise, S. 2003. Staphylococcus Aureus &

Resistance, (online).

(http://www.netdoctor.com.uk/diseas

es/facts/mrsa.htm, diakses tanggal 20

Maret 2012).

Wulandari, S. 2006. Bioaktifitas Ekstrak

Jahe (Zingiber officinale Roxb.)

dalam Menghambat Pertumbuhan

Koloni Bakteri Escherichia Coli dan

Bacillus Subtilis. Jurnal

Biogenesis Vol. 2(2):64- 66.