08e00691.pdf
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KONSTRUKSI
BANGUNAN MENURUT HUKUM PERIZINAN
TESIS
Oleh
HEMAT TARIGAN 067005091/HK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
NASKAH PUBLIKASI
Judul Tesis : SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KONSTRUKSI BANGUNAN MENURUT HUKUM
PERIZINAN Nama Mahasiswa : Hemat Tarigan Nomor Pokok : 067005091 Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Muhammad Abduh, SH) Ketua
(Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS) (Dr. Sunarmi, SH. M.Hum) Anggota Anggota
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal 08 Agustus 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Muhammad Abduh, SH Anggota : 1. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS
2. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum 3. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum 4. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Istilah bangunan memiliki pengertian yang sangat luas dan kompleks. Sehingga pada tanggal 7 Mei 1999 Pemerintah Negara Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pengertian bangunan dapat dilihat pada Pasal 1 angka 2 dari undang-undang tersebut. Sementara khusus pengertian bangunan gedung, pemerintah pada tanggal 16 Desember 2002 mengeluarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dimana pengertiannya dapat dilihat pada Pasal 1 angka 1.
Semenjak lahirnya kedua undang-undang ini, maka begitu dikeluarkannya Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) atau Surat Izin Mendirikan Bangunan Gedung (SIMBG) oleh Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, maka khusus untuk Kotamadya Medan, ada 3 (tiga) unsur pengawas dalam mengawasi pelaksanaan pembangunan bangunan gedung yaitu; 1. Pemerintah yang dalam hal ini Pemko Tkt II Medan oleh Dinas Tata Kota dan
Tata Bangunan khususnya Sub Dinas Pengawasan untuk bangunan yang pemiliknya swasta, sementara Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) mengawasi bangunan gedung yang pemiliknya pemerintah
2. Penyedia Jasa atau Ahli Bangunan (Contractor ; Annemer) 3. Masyarakat Jasa Konstruksi yang dalam hal ini oleh Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi Daerah (LPJKD) Propinsi Sumatera Utara Dengan tiga unsur pengawas seperti ini seyogianya tidak lagi ditemukan
kegagalan pekerjaan konstruksi maupun kegagalan bangunan. Tetapi kenyataannya masih ditemukan kasusnya seperti Hotel J.W. Marriot di Jalan Puteri Hijau dan rumah tinggal Jalan Berastagi No.8 Medan. Sehubungan dengan itu penelitian tesis ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan lebih jelas tentang; 1. Bagaimana sistem pengawasan konstruksi bangunan menurut hukum perizinan 2. Sanksi apa yang dapat diberikan terhadap adanya pelaksanaan konstruksi
bangunan yang menyimpang dari hukum perizinan Dengan metode penelitian pendekatan perundang-undangan (statute approach)
dan melalui tipe yuridis normatif, dimana bahan hukum primer, sekunder, dan tersier diolah secara deduktif untuk mendapatkan hasil secara kualitatif maka penelitian tesis yang diberi judul; “Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan” ini, ditemukan hasilnya sebagai berikut: 1. Sistem pengawasan pelaksanaan konstruksi bangunan di Kotamadya Medan,
masih lemah, rumit (ribet), dan tidak terlaksana dengan baik, karena tidak ada koordinasi antara ketiga unsur pengawasnya yang mengakibatkan banyak sekali terjadi kasus-kasus pelanggaran terhadap hukum perizinan dalam hal mendirikan bangunan.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
2. Sanksi atau hukuman terhadap pelaksanaan konstruksi bangunan yang menyimpang dari hukum perizinan, masih sangat ringan dibanding dengan dampak kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran tersebut.
Dengan temuan hasil seperti ini disarankan; 1. Sistem pengawasan konstruksi bangunan di Kotamadya Medan pada masa akan
datang supaya dilakukan terpadu dan terkoordinasi di bawah satu pintu mulai dari sejak pengurusan perizinannya, pemerintah melalui dinas-dinas tertentu jangan mengawasi sendiri bangunan milik pemerintah karena hal ini bisa bias dan hasilnya tidak obyektif.
2. Sanksi atau hukuman akibat pelanggaran konstruksi bangunan yang menyimpang dari hukm perizinan khususnya sanksi pidananya supaya segera diterapkan dan bila penting diperberat agar menjadi efek jera bagi para pelaku pelanggaran sehingga pada masa-masa yang akan datang kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dapat dihindarkan atau setidak-tidaknya dapat diminimalisir.
Kata kunci : Sistem Pengawasan, Konstruksi Bangunan, Hukum Perizinan
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
The term of construction has a very broad and complex understanding that the
government of the Republic of Indonesia issued Law No.18/1999 on construction Service on May 7, 1999. The definition of construction can be seen in Article 1 (2) of the law. In addition, especially for the special definition of building construction, the government of the Republic of Indonesia issued Law No.28/2002 on Building Construction on December 16, 2002 and its definition can be seen in Article 1 (1).
Since the issuance of these two laws, the Building and Town Planning Service issued the permit to construct a building (SIMB/SIMBG) and especially for the city of Medan, there are 3 (three) elements of supervisors in controlling the implementation of building construction as follows: 1. City Government of Medan represented by the Building and Town Planning
Service especially its Sub-service of Control that control all the private-owned buildings while the Housing and Settlement Service controls all the building owned by the government.
2. Service provider or experts in building construction (Contractor/Developer) 3. Construction Service Society in this case represented by Sumatera Utara Regional
Construction Service Development Institution (LPJKD) With these three elements of supervisors, the failure in construction work or
building construction should exist. But the cases such as those of J.W.Marriot on Jalan Puteri Hijau and a residence at 8 Jalan Berastagi still exist. In relation to this fact, this study was conducted to more clearly examine: 1. How the building construction control system is applied according to licensing
law. 2. What sanction can be given to the implementation of building construction
deviating from the licensing law. The data for this normative juridical study with statute approach entitled
“Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan (Building Construction Control System According To Licensing Law)” were based on the primary, secondary a tertiary legal materials which were then deductively processed to obtain a qualitative result as follows: 1. The control system of building construction implementation in Medan is still
weak, complicated, poorly implemented and without coordination between the three elements of supervisors that many cases in building construction have been resulted from licensing law violation.
2. The sanction or punishment for the implementation of building construction violating the licensing law is still very irrelevant compared to the loss inflicted by the violation itself.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Based on the result of this study, it is suggested that: 1. The control system of building construction implementation in Medan in the
future should be integrated, done and coordinated under one door commencing from the licensing arrangement and the government, through its certain services, should not control the state-owned buildings by itself because it can be a bias and the result is not objective.
2. The sanction or punishment for the building construction violating the licensing law, especially its criminal sanction, must be immediately implemented and, if necessary, the sanction must be harder in order to make the violator learn from it that, in the future, the failure of construction work can be avoided or at least can be minimized.
Key words: Control System, Building Construction, Licensing Law
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena hanya
dengan pertolongan dan petunjuk-Nya proses penelitian dan penulisan tesis ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam semoga tercurah keharibaan
Nabi dan Rasul Muhammad saw.
Tesis yang berjudul: “SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KONSTRUKSI
BANGUNAN MENURUT HUKUM PERIZINAN“, dikerjakan guna memenuhi
persyaratan yang harus dilengkapi dalam rangkaian pembelajaran pada Program
Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Administrasi Negara Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini bisa diselesaikan karena banyaknya bantuan
dari berbagai pihak, baik yang sifatnya bantuan materil maupun bantuan moril. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H,
Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS)
yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti dan menyelesaikan Program
Magister.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof.Dr.Ir. T.
Chairun Nisa B.MSc, atas diberikannya kesempatan penulis menjadi mahasiswa
Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Bapak Prof.Dr.Bismar Nasution, SH.MH, atas segala pelayanan,
pengarahan dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu
pengetahuan di Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
4. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
ucapkan kepada Bapak Prof.Muhammad Abduh SH selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan dorongan
sejak penulis mulai S1, sehingga tesis S2 ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Dr.Pendastaren Tarigan, SH.MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah memberikan curahan waktu dan perhatian membimbing, mengarahkan
dan mendorong serta memotivasi penulis agar kuliah serta menyelesaikan Studi
Program S2 Ilmu Hukum USU Medan.
6. Ibu Dr.Sunarmi, SH. M.Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga
adalah Sekretaris Program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan perhatian tanpa mengenal
lelah untuk melayani, membimbing, mengarahkan serta memberikan dorongan
agar penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini.
7. Bapak Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum dan Bapak Dr. Faisal Akbar Nasution,
SH. M.Hum masing-masing selaku Komisi Penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan demi penyempurnaan tesis ini pada saat
Seminar Proposal (Kolokium) dan Seminar Hasil Penelitian.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
8. Bapak dan Ibu para dosen yang telah rela menyumbangkan ilmu pengetahuannya
sehingga menambah cakrawala berpikir penulis dalam rangka menghadapi hidup
dan kehidupan.
9. Bapak Ir. Mamora Sirait selaku Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota
Medan dan Bapak Drs.Nistoharjoyo selaku Kepala Sub Dinas Pengawasan pada
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kotamadya Medan yang telah bersedia
diwawancarai dan memberikan data yang dibutuhkan pada penelitian tesis ini.
10. Bapak Prof.Dr.Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
USU dan pemegang kartu anggota HAKI dan Bapak Ir.Ramlan H.Simanjuntak,
MT selaku Manajer LPJKD Provinsi Sumatera Utara yang masing-masing telah
bersedia diwawancarai dan memberikan literatur yang diperlukan di dalam
penelitian tesis ini.
11. Khusus buat Abanganda Ir.Armein A.Siregar staf pengajar Departemen Teknik
Sipil USU Medan, yang sangat berjasa didalam segala pengurusan selama penulis
mengikuti studi program Magister.
12. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum khususnya
Konsentrasi Hukum Administrasi Negara Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
13. Semua Bapak dan Ibu Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara khususnya Program Magister Ilmu Hukum yang telah secara
maksimum melayani penulis sejak mulai pendaftaran sampai dengan penyelesaian
studi.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Secara khusus, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus tidak terhingga
penulis sampaikan kepada Ayahanda Alm. N.Tarigan dan Ibunda N.Br Sitepu serta
Alm.M Sitepu dan Almh.S Br Sembiring sebagai Ayah dan Ibu Mertua yang telah
melahirkan, membesarkan, disertai usaha dan doa mereka penulis bisa menjadi
seperti sekarang ini. Dan akhirnya, ucapan terima kasih dan rasa cinta yang
mendalam penulis sampaikan, kepada istriku tercinta Sarifah Any Sitepu, SPd dan
anak-anakku Roy Persadanata Tarigan SE, Rary Erika Tarigan dan Romy
Muhammadin Tarigan, yang penuh kesetiaan, kesabaran dan kasih sayang dan doa-
doanya menjadi semangat, motivasi dan inspirasi bagi penulis untuk penyelesaian
tesis dan studi ini.
Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya,
namun demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ditemukan.
Untuk itu kepada Allah swt penulis minta ampun seraya berserah diri dan kepada
segenap pembaca penulis memohon maaf seraya mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikannya kelak di kemudian hari.
Medan, Juli 2008
Penulis
Hemat Tarigan
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama : Hemat Tarigan, SH
Tempat / Tgl. Lahir : Kabanjahe, 21 Januari 1956
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl.Bahagia Gg. Sada Arih No. 24 Kel. Titi Rante
Padang Bulan Medan – 20156
Telp. (061) 8218322
Pekerjaan : Staf Pengajar (Lektor Kepala Gol. IVA NIP 130806531)
diawali PNS Gol IIA terhitung sejak tanggal 01 Maret 1976
pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU Medan
Pendidikan : - SD Negeri Sinaman (Lulus Tahun 1969)
- SMP RK Kabanjahe (Lulus Tahun 1972)
- SMA Sunggal – Medan (Lulus Tahun 1975)
- Fakultas Hukum USU Medan (Lulus Tahun 1987)
- Suscadoswir Lemhannas – Jakarta Angkatan XXXIII
(Lulus Tahun 1991)
- Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Program Magister Ilmu Hukum (Lulus Tahun 2008)
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
E. Keaslian Penelitian......................................................................... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi........................................................ 13
G. Metode Penelitian ........................................................................ 26
BAB II. SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KONSTRUKSI BANGUNAN MENURUT HUKUM PERIZINAN ......................... 30
A. Konstruksi Bangunan Gedung ...................................................... 30
1. Pengertian dan Syarat-Syarat Umum Mendirikan
Bangunan ............................................................................... 30
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
2. Unsur Pelaksana Dalam Pekerjaan Bangunan Gedung ........... 37
3. Struktur dan Kegagalan Bangunan ......................................... 42
B. Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan
Menurut Hukum Perizinan............................................................. 56
1. Pengertian Sistem Pengawasan dan Hukum Perizinan ........... 56
2. Jenis Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung yang
Membutuhkan Pengawasan ..................................................... 74
3. Unsur Pelaksana dan Sistem Pengawasan Bangunan
Gedung ..................................................................................... 78
BAB III. SANKSI TERHADAP PENYIMPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN DARI HUKUM PERIZINAN ....... 99
A. Pengertian Dan Teori – Teori Sanksi ........................................... 99
1. Pengertian dan Tujuan Hukum ............................................... 99
2. Pengertian dan Jenis – Jenis Sanksi ......................................... 105
3. Teori – Teori dan Tujuan Sanksi ............................................. 109
B. Sanksi Terhadap Pelaksanaan Konstruksi Bangunan
Yang Menyimpang Dari Hukum Perizinan .................................. 115
1. Sanksi Akibat Penyimpangan Dari Hukum Perizinan ........... 115
2. Sanksi Akibat Pelanggaran Undang – Undang Jasa
Konstruksi dan Bangunan Gedung ........................................ 119
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 130
A. Kesimpulan ................................................................................. 130
B. Saran ............................................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 133
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi ............................... 88
2. Daftar Asosiasi Profesi dan Pakar .............................................. 89
3. Data Bangunan Gedung 3 (Tiga) Tahun Terakhir Kotamadya Medan .......................................................................................... 97
4. Data Bangunan Gedung 3 (Tiga) Tahun Terakhir Yang
Menyimpang Dari Hukum Perizinan Kotamadya Medan ........... 115
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Stufentheory Hans Kelsen Sesuai Pasal 7 Undang-Undang No. Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ..................................................................................... 17
2. Hubungan Kerja Pelaku Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan
Gedung ........................................................................................ 41 3. Tingkatan Organisasi Pelaku dalam Proyek Konstruksi .............. 54
4. Essensi Sistem Pengawasan ........................................................ 64
5. Skema Sistem Pengawasan Konstruksi Bangunan Gedung.......... 93
6. Skema Sumber Hukum Administratif Dalam Arti Formal (Norma Berjenjang; Gelede of Getrapt Normstelling) ................. 94
7. Fungsi Sanksi Administrasi Dalam Hukum Perizinan ................ 114
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR SINGKATAN A. V. (A.V. 1941) : Algemene Voorwaarden voorde univoering bij aanneming
van openbare werken in Indonesia : Syarat – syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor : 9 Tanggal 28 Mei 1941.
AKI : Asia Kontraktor Indonesia AABI : Asosiasi Aspal Beton Indonesia AKJI : Asosiasi Kontraktor Jalan dan Jembatan Indonesia AKLI : Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia AKMI : Asosiasi Kontraktor Mekanikal Indonesia AKSI : Asosiasi Kontraktor Konstruksi Indonesia APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBI : Asosiasi Perawatan Bangunan Indonesia APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara APSPI : Asosiasi Perusahaan Survey dan Pemetaan Indonesia AKGEPI : Asosiasi Kontraktor Gedung dan Pemukiman Indonesia AKLANI : Asosiasi Kontraktor Landscape Indonesia AKSDAI : Asosiasi Kontraktor Sumber Daya Air Indonesia AKTALI : Asosiasi Kontraktor Tata Lingkungan Indonesia ASKONI : Asosiasi Konsultan Nasional Indonesia AKAINDO : Asosiasi Kontraktor Air Indonesia AKSINDO : Asosiasi Kontraktor Konstruksi Indonesia APJALIN : Asosiasi Perawatan Jalan dan Jembatan Indonesia APPAKSI : Asosiasi Perusajaan Pengelola Alat Berat / Alat
Konstruksi Indonesia APNATEL : Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi ASKINDO : Asosiasi Kontraktor Seluruh Indonesia ASPEKNAS : Asosiasi Pelaksana Konstruksi Nasional APAKSINDO : Asosiasi Pengusaha Kontraktor Seluruh Indonesia APKOMATEK : Asosiasi Perusahaan Kontraktor Mekanikal dan Elektrikal
Indonesia APPATINDO : Asosiasi Perusahaan Pengeboran Air Tanah Indonesia ASPEKINDO : Asosiasi Pengusaha Konstruksi Nasional Indonesia ASKUMINDO : Asosiasi Kontraktor Umum Indonesia ASPERTANAS : Asosiasi Perusahaan Kontraktor Pertamanan Nasional BW : Burgelijke Wetboek : Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata DKI : Daerah Khusus Jakarta
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
GIS : Geografi Information System GAKINDO : Gabungan Kontraktor Indonesia GAPENRI : Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun
Indonesia GAPENSI : Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia GAPEKNAS : Gabungan Pengusaha Kontraktor Nasional Indonesia GABPEKNAS : Gabungan Perusahaan Kontraktor Nasional GAPKINDO : Gabungan Pengusaha Kontraktor Indonesia GAPKAINDO : Gabungan Perusahaan Kontraktor Air Indonesia GAPEKSINDO : Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia HIR : Herziene Indlandsche REglement HAKI : Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia HPJI : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia HAMKI : Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia HATHI : Himpunan Ahli Teknik Hidrolika Indonesia HATTI : Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia IAI : Ikatan Arsitek Indonesia IMB : Izin Mendirikan Bangunan IALI : Ikatan Ahli Listrik Indonesia IMBG : Izin Mendirikan Bangunan Gedung INKINDO : Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Jo/jo : Juncto KD : Kemampuan Dasar Kab : Kabupaten KDB : Koefisien Dasar Bangunan KDH : Koefisien Daerah Hijau KKB : Koefisien Ketinggian Bangunan KLB : Koefisien Luas Bangunan KRP : Keterangan Rencana Peruntukkan KSB : Keterangan Situasi Bangunan KTB : Koefisien Tapak Basemen KUHPid : Kitab Undang Undang Hukum Pidana KUHPerd : Kitab Undang Undang Hukum Perdata LPJK : Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi LPJKD : Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah LPJKN : Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional MK : Manajemen Konstruksi MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat MPRS : Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara PO : Purcessing Order PP : Peraturan Pemerintah PT : Perseroan Terbatas Pemko / PEMKO : Pemerintahan Kota
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Perda / PERDA : Peraturan Daerah Perpu / PERPU : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Perkim : Perumahan Pemukiman QA : Quality Assurance QC : Quality Control RT : Rukun Tetangga RW : Rukun Warga RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah RDTRKP : Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan SIM : Surat Izin Mengemudi SIP : Surat Izin Penghunian SPK : Surat Perintah Kerja SIMB : Surat Izin Mendirikan Bangunan SIUP : Surat Izin Usaha Perdagangan SIMBG : Surat Izin Mendirikan Bangunan Gedung SIUPP : Surat Izin Usaha Penerbitan Pers TOR : Terms of Reference : Kerangka Acuan Kerja UU : Undang – Undang UUD : Undang – Undang Dasar UUJK : Undang – Undang Jasa Konstruksi
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KONSTRUKSI BANGUNAN MENURUT HUKUM PERIZINAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Istilah bangunan memiliki pengertian yang sangat luas dan sangat kompleks.
Menurut hukum bangunan yang ada di Negara Belanda, dikenal dengan istilah
“Bouwrecht”, diketahui bahwa bangunan itu bisa berbentuk antara lain :
1) Bangunan di bawah tanah yang dikenal dengan istilah sub-structure,
2) Bangunan di atas permukaan tanah yang dikenal dengan istilah upper-structure
3) Struktur bangunan rendah atau struktur bangunan bertingkat rendah
4) Struktur bangunan tinggi atau struktur bangunan bertingkat tinggi
5) Struktur bentang lebar (bentang panjang), atau
6) Struktur bentang pendek
7) dan sebagainya 1
Istilah bangunan memiliki pengertian yang sangat luas dan sangat kompleks,
maka sehubungan dengan hal itu, pada tanggal 7 Mei 1999 Pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi. Pengertian bangunan dapat dilihat pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi yang menyebutkan : “Pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan /
1 Rudi Gunawan, Pengantar Ilmu Bangunan, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2007,
hlm. 61
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya,
untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya”. 2
Dari uraian ini pun dapat dilihat bahwa bangunan yang merupakan wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi tersebut, juga masih sangat luas sekali pengertiannya.
Sehubungan dengan itu, dalam rangka menghadapi dan menyikapi kemajuan
teknologi, baik informasi maupun arsitektur dan rekayasa, maka pemerintah
memandang perlu mengeluarkan sebuah Undang-Undang khusus tentang bangunan
gedung, maka pada tanggal 16 Desember 2002 lahirlah Undang-Undang No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Lahirnya Undang-Undang tentang bangunan gedung ini, maka yang dimaksud
dengan konstruksi bangunan dalam penelitian tesis ini adalah bangunan gedung yang
sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung, menyebutkan “Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melanjutkan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun
kegiatan khusus”. 3
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
2 Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi, Pasal 1 angka 2 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Pasal 1 angka 1
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
maka mulailah bergulir permasalahan dalam penelitian tesis ini yaitu dalam hal
“Pengawasan atau Sistem Pengawasan”. Karena, sekalipun Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2002 tidak menyinggung soal pengawasan tetapi di dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 sebagai Peraturan Pelaksana
Undang-Undang ini, dijelaskan mengenai bidang yang perlu mendapatkan
pengawasan yaitu : “Pengawasan konstruksi, pengawasan pemanfaatan dan
pengawasan pembongkaran bangunan gedung”. 4
Sementara, siapa yang menjadi pengawas bangunan, diatur pada Pasal 1 ayat 11
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang mengatakan :
”Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang
mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sampai selesai dan diserah terimakan”. 5
Dengan demikian, pengawasan tentang pelaksanaan pembangunan konstruksi
bangunan gedung sudah sedemikian baiknya, karena termasuk melibatkan ahli
profesional yang diantaranya dikenal sebagai anggota HAKI (Himpunan Ahli
Konstruksi Indonesia).
Dengan sistem pengawasan seperti ini, seyogianya mendirikan bangunan
gedung tidak lagi ditemukan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan struktur
bangunan yang tidak sesuai dengan bestek, kegagalan pekerjaan konstruksi maupun
kegagalan bangunan. Tetapi di dalam kenyataan sehari-hari, terutama di kota besar
4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005, Pasal 1 angka 1 5 Pasal 1 Ayat 11 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
seperti di Medan dan Jakarta, pengawasan ini masih dianggap belum terlaksana
dengan baik. Artinya masih banyak kasus-kasus bangunan gedung yang tidak sesuai
dengan bestek dan IMB, sehingga dapat dikategorikan sebagai kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan. Contoh-contoh dari kegagalan itu untuk Kota
Medan, antara lain :
1. Hotel J.W. Marriot di Jalan Putri Hijau
2. Royal Crown Condominium di Jalan Mangkubumi
3. Cambridge Condominium, di Jalan Zainal Arifin 6
Khusus untuk Hotel J.W. Marriot sudah berdiri/dibangun 27 lantai atau lebih
kurang ketinggian 75 meter, disuruh potong oleh Walikota Medan karena yang
diizinkan dalam IMB hanya sampai 12 tingkat (lantai). Tetapi pengembang Hotel
J.W. Marriot Medan, PT. Kurnia Tetap Mulia bersikukuh untuk mempertahankan
ketinggian bangunan hingga 27 lantai atau lebih dari 12 lantai yang diperbolehkan
oleh Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan. Pengembang berpendapat
bahwa hotel itu berada di luar kawasan keselamatan operasional penerbangan
Bandara Polonia. 7
Dan pada saat tesis ini dikerjakan, proses penyelesaian perselisihan rumah
tinggal di Jalan Berastagi No. 8 Medan belum dapat diselesaikan, kasusnya adalah
bahwa pemilik rumah No. 8 tersebut melakukan renovasi, sesuai dengan IMB hanya
diizinkan sampai 2 (dua) lantai (tingkat). Tetapi di dalam pelaksanaannya atau
6 www.pemkomedan.go.id. Diakses 27 Desember 2007 Hotel J.W. Marriot dan Masalah Bangunan Tinggi di Kota Medan, baca juga Koran
Harian Analisa (Medan, 27 Nopember 2007, hlm. 28 7 Koran Harian Kompas, (Jakarta, 11 Oktober 2007), hlm. 24
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
kenyataan, dibangun menjadi 3 (tiga) lantai/tingkat. Sehingga hal ini mengakibatkan
rumah sebelah kiranya No. 10 menjadi retak-retak atau rusak dan tidak layak untuk
dihuni.
Dari uraian masalah dan kasus-kasus di atas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa sistem pengawasan konstruksi bangunan khususnya bangunan gedung masih
lemah, rumit dan mungkin belum ada koordinasi dari pihak-pihak yang berkompeten
sesuai dengan yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Untuk itulah
penelitian ini dilakukan yaitu ingin mengetahui lebih jelas sistem pengawasan
konstruksi bangunan gedung yang ingtegral seperti yang diinginkan oleh hukum
perizinan.
Di samping itu, ingin mengetahui sanksi apa yang dapat diberikan terhadap
adanya pelaksanaan konstruksi bangunan yang menyimpang dari hukum perizinan.
2. Permasalahan
Dari urian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang dipaparkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana sistem pengawasan konstruksi bangunan menurut hukum
perizinan
2) Sanksi apa yang dapat diberikan terhadap penyimpangan pelaksanaan
konstruksi bangunan dari hukum perizinan
3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
1) Untuk mengetahui sistem pengawasan konstruksi bangunan menurut hukum
perizinan
2) Untuk mengetahui sanksi apa yang dapat diberikan terhadap penyimpangan
pelaksanaan konstruksi bangunan dari hukum perizinan
4. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan dalam perkembangan ilmu pengetahuan secara umum
dan khususnya yang berkaitan dengan sistem pengawasan konstruksi
bangunan gedung sesuai dengan hukum perizinan dan peraturan perundang-
undangan
b. Bagi para akademisi maupun para peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan
acuan ataupun bahan perbandingan maupun verifikasi agar kelak dalam
melaksanakan penelitian lanjutan mengenai topik yang sama mendapatkan
hasil yang lebih baik
2) Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan dan pedoman terhadap masyarakat jasa konstruksi dan
aparat pemerintah yang terkait dan berkompeten dengan masalah pengawasan
konstruksi bangunan gedung sesuai dengan hukum perizinan dan peraturan
perundang-undangan
b. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas terutama yang ingin
mendirikan bangunan gedung agar terhindar dari korban dan mengorbankan
orang lain, karena mendirikan bangunan gedung tidak sesuai dengan
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang diamanatkan oleh hukum
perizinan dan peraturan perundang-undangan
5. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada Perpustakaan Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan, untuk menghindari persamaan maka penelitian
tentang “Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum
Perizinan” ini, belum pernah dilakukan baik mengenai judul maupun dalam
permasalahan yang sama. Sehingga dengan demikian, penelitian ini dikategorikan
baru dan keasliannya dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka, kejujuran,
objektif, rasional serta dari sudut keilmuan – akademis.
Sebaliknya bila dikemudian hari terbukti bahwa penelitian ini adalah
merupakan hasil “plagiat”, maka peneliti bersedia menerima sanksi seperti yang
diterakan pada Pasal 70 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
6. Kerangka Teori dan Konsepsi
1) Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis serta untuk memback up
permasalahan seperti yang telah diuraikan dalam penelitian ini adalah teori stufen
theory Hans Kelsen, digabung dengan teori asas hukum (rechtsbeginselen ; law
principles theory). Kedua teori ini berperan sebagai teori utama (grand theory),
sekaligus sebagai teori aplikasinya (applied theory).
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Dalam konteks Indonesia teori Stufen bau ini tampak mempengaruhi substansi
Ketetapan MPR yaitu Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996 jo. Ketetapan Ketetapan
MPR No. II/MPR/2000 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 2004, tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan bahwa jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah 8
Teori Hans Kelsen di atas digunakan dalam menganalisis permasalahan
penelitian ini, dengan cara menggabungkannya dengan apa yang disebut dengan
“Asas Hukum” atau “Rechtsbeginselen”.
Untuk mencari tahu jawaban “bagaimana sistem pengawasan konstruksi bangunan
dilakukan secara komprehensif integral”, antara yang diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi di satu sisi dan di sisi lain
yaitu masih ada pengaturan pengawasannya yaitu oleh hukum perizinan yang di
dalam hal ini diatur oleh Perda melalui IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dan juga
8 Baca Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
diatur oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung,
digunakan, antara lain :
a. Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior derogat legi anterior,
yaitu undang-undang yang baru mengenyampingkan undang-undang yang
lama
b. Lex specialis derogat legi generali, undang-undang yang khusus didahulukan
berlakunya dari pada undang-undang yang umum
c. Lex superior legi inferiori, undang-undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya.
2) Kerangka Konsepsi
M. Solly Lubis, mengemukakan, “Kerangka konsep adalah merupakan
konstruksi konsep secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi dan
dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan pustaka” 9
Maka dalam proses penelitian tesis yang berjudul : Sistem Pengawasan
Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan ini, digunakan defenisi
operasional sebagai berikut :
a. Sistem Pengawasan
b. Konstruksi Bangunan
c. Hukum Perizinan
Jadi, secara konsep bila sistem pengawasan konstruksi bangunan gedung di
Kotamadya Medan dilaksanakan dengan baik atau sesuai dengan hukum perizinan,
9 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, Mandar Maju, 1994), hlm. 8
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
maka kasus-kasus kegagalan konstruksi maupun kegagalan bangunan terutama
seperti rumah tinggal di Jalan Berastagi No. 8 dan Hotel J.W. Marriot Jalan Putri
Hijau Medan tidak akan terjadi atau akan dapat diminimalisir.
Kemudian, dengan mengetahui sistem pengawasan konstruksi bangunan gedung
tersebut dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka praktis
akan dapat mengetahui siapa atau badan yang mana yang bersalah dan sanksi apa
yang dapat diberikan terhadap adanya pelaksanaan konstruksi bangunan tersebut yang
menyimpang dari hukum perizinan.
7. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis permasalahan
seperti yang diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Tipe Penilaian
Tipe penilaian ini adalah yuridis normatif, dengan pertimbangan melalui sifat
deskriptif analisis terhadap peraturan Perundang-Undangan di perpustakaan dapat
digambarkan, diinvetarisir dan dipecahkan masalah sistem pengawasan konstruksi
bangunan yang telah dijelaskan sebelumnya dalam penelitian ini.
2. Pendekatan Masalah
Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis normatif
dengan tujuan mendapatkan hasil secara kualitatif, maka pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach).
3. Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer, yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum
yang diurut berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam penelitian ini yang
paling utama adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung dan Perda tentang IMB di Kota Medan yang diatur melalui Perda No.
9 Tahun 2002 dan Peraturan Perundangan yang terkait dengan judul penelitian
ini.
b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-
jurnal, pendapat para ahli serta simposium dan kasus-kasus yang terkait
dengan penelitian.
Pendapat para ahli yang dijadikan informasi (interview guide) dalam
penelitian tesis ini, antara lain :
1) Ahli yang berkaitan dengan konstruksi bangunan yang telah bersertifikasi
khususnya HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia)
2) Perangkat LPJKD (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah),
khususnya Daerah Propinsi Sumatera Utara
3) Dinas Tata Kota & Dinas Tata Bangunan, khususnya Sub Dinas
Pengawasan Bangunan Kotamadya Medan
c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti
kamus, kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.
4. Pengumpulan Bahan Hukum
Bahan hukum primer, sekunder maupun bahan hukum tersier dikumpulkan
berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan sistem bola
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
salju dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara
komprehensif.
5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Adapun bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan, aturan
perundang-undangan, dan artikel itu diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa
sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan. Bahasa cara pengolahan bahan hukum
dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan yang bersifat umum terhadap
permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya bahan hukum yang ada
dianalisis untuk mendapatkan sistem pengawasan konstruksi bangunan yang lebih
efektif, sehingga dapat disusun secara terpadu utuh menyeluruh atau
komprehensip integral dalam rangka pengawasan di masa-masa yang akan datang
demi terhindarnya pelaksanaan konstruksi bangunan yang berubah dan tidak
sesuai dengan bestek maupun terjadinya kegagalan konstruksi dan kegagalan
bangunan.
SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KONSTRUKSI BANGUNAN MENURUT HUKUM PERIZINAN
1. Konstruksi Bangunan Gedung
1) Pengertian dan Syarat-syarat Umum Mendirikan Bangunan
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
dalam tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus. 10
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mengatur tentang
persyaratan mendirikan bangunan gedung, yaitu :
a. Persyaratan Administratif
b. Persyaratan Teknis
c. Syarat-syarat Lingkungan Bangunan 11
2) Unsur Pelaksana dalam Pekerjaan Bangunan Gedung
Dalam proyek bangunan pada umumnya hanya ada 2 (dua) unsur (pihak) yang
terlibat di dalam pelaksanaannya, yaitu :
a. Pengguna Jasa
Pengguna jasa adalah perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau
pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan
b. Penyedia Jasa
Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya
menyediakan layanan jasa konstruksi. Penyedia jasa ini terdiri dari :
1) Perencana konstruksi
2) Pelaksana konstruksi
3) Pengawas konstruksi 12
3) Struktur dan Kegagalan Bangunan
a) Struktur Bangunan
10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008, Loc.Cit 11 Ibid 12 Ibid
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Struktur bangunan terdiri dari :
1) Bangunan Gedung / di bawah Tanah (sub structure)
2) Banguann Gedung / di atas Tanah (upper structure)
3) Bangunan Gedung Struktur Bentang
4) Bangunan Gedung Berdasarkan Kelas 13
b) Kegagalan Bangunan
Kegagalan bangunan adalah merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi
baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan/atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan penyedia jasa
dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
Penyebab terjadinya kegagalan bangunan, bisa pada perencanaan, pelaksanaan
maupun pengawas bangunan. 14
2. Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum
Perizinan
1. Pengertian Sistem Pengawasan dan Hukum Perizinan
a. Sistem Pengawasan
Berkaitan dengan pengertian sistem pengawasan Anthony and Dearden
mengemukakan, “Sistem pengawasan adalah suatu sistem yang bertujuan
mencapai dan memelihara suatu rencana dan kondisi”. 15
13 Asiyanto, Metode Konstruksi Untuk Berbagai Jenis Bangunan, (Jakarta :
Universitas Indonesia, 2005), hlm. 12-18 14 Baca Pasal 34 PP No. 29 Tahun 2000, Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 15 Anthony and Dearden, Op.cit, hlm. 10
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
b. Hukum Perizinan
Dalam penelitian tesis ini yang dimaksud dengan hukum perizinan itu tidak
lain adalah izin yang berkaitan dengan mendirikan bangunan di Kota Medan,
sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2002 dan izin bangunan gedung yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
2. Jenis Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung yang Membutuhkan
Pengawasan
Adapun jenis pekerjaan konstruksi bangunan gedung yang membutuhkan
pengawasan adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan Konstruksi
b. Pengawasan Pemanfaatan Bangunan Gedung
c. Pengawasan Pembongkaran Bangunan Gedung 16
Dari 3 (tiga) jenis pengawasan gedung yang diuraikan di atas, maka sebagaimana
telah ditegaskan sejak dari pembahasan di awal bahwa yang dibicarakan dalam
penelitian tesis ini adalah hanya pengawasan pelaksanaan di bidang konstruksi
saja.
3. Unsur Pelaksana dan Sistem Pengawasan Bahan Bangunan
a. Unsur pelaksana pengawasan gedung, terdiri dari :
1) Pengawasan oleh instansi pemerintah
2) Ahli bangunan / penyedia jasa (contractor; annemer)
16 Baca Penjelasan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
3) Masyarakat Jasa Konstruksi dalam hal ini Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi (LPJKD) Provinsi Sumatera Utara Medan
Pengawas pada point b) dan c), harus memiliki atau terdaftar sebagai
Asosiasi Perusahaan maupun Asosiasi Profesi dan Pakar
b. Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan konstruksi bangunan gedung ditemukan pada
kenyataannya di lapangan rumit dan tidak ada koordinasi antara unsur
Pemerintah sebagai yang mengeluarkan IMB/IMBG, (Contractor ; Annemer)
sebagai Penyedia Jasa maupun pengawasan oleh Masyarakat Jasa Konstruksi,
karena masing-masing unsur mempunyai fungsi yang berbeda di dalam
pengawasan tersebut.
Sistem pengawasan yang dikatakan lemah, ribet dan tidak ada koordinasi
ini dapat didukung melalui data bangunan 3 (tiga) tahun terakhir ini di
Kotamadya Medan (2005, 2006 dan 2007).
Dari data itu dapat dilihat kelemahan dari sistem pengawasan tersebut,
antara lain:
1) Tidak diketahuinya oleh Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kotamadya
Medan c/q sub Dinas Pengawasan tentang jumlah bangunan gedung
seluruhnya yang wajib mempunyai SIMB di dalam pendiriannya di
Kotamadya Medan, kecuali yang membangun tanpa SIMB yaitu sejumlah
2320 buah gedung selama 3 (tiga) tahun terakhir (2005, 2006 dan 2007).
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
2) Tidak diketahuinya berapa jumlah gedung baik yang mempunyai SIMB
maupun yang tidak memiliki SIMB khusus pemiliknya dari pemerintah.
SANKSI TERHADAP PENYIMPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN DARI HUKUM PERIZINAN
1. Pengertian dan Teori-teori Sanksi a. Pengertian dan Tujuan Hukum
1) Pengertian Hukum
Hukum yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Law oleh L.J. van
Apeldoorn adalah suatu hal yang tidak mungkin dibuat defenisinya, karena
hukum banyak seginya dan demikian luasnya, sehingga tidak mungkin orang
menyatukannya dalam satu rumus secara memuaskan. 17
Apa yang dikemukakan oleh van Apeldoorn ini disetujui atau sependapat
dengan E. Utrecht. Namun, oleh Utrecht dikatakan untuk pegangan bagi orang yang
belajar hukum, maka hukum itu harus dibuatkan pengertian atau rumusannya.
E. Utrecht mengatakan “Hukum adalah himpunan petunjuk hidup – perintah
dan larangan – yang mengatur tentang tata tertib dalam sesuatu masyarakat, dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena
pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah
atau pengguna jasa masyarakat itu sendiri”. 18
17 L.J.van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1986),
cet. 23, hlm. 1 18 E. Utrecht/Moh. Saleh Djindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta : PT.
Ichtiar Baru, 1983), cet. X, hlm. 3
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
2) Tujuan Hukum
Mengenai tujuan hukum, juga terdapat pandangan yang berbeda antara para ahli
dan sarjana hukum, hal ini juga merupakan konsekwensi bahwa hukum merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat dan masalah masyarakat manusia itu sedemikian
kompleksnya.
Setelah melihat beberapa pendapat para ahli tentang tujuan hukum, maka tujuan
hukum yang ideal dan sempurna (perfect) adalah mengacu kepada pendapat Gustav
Radbruch : “Die idée des Rechts stell sich dar als ein spannungsverhaltnis von drei
Grundwerten : Gerechtstigkeit, Zweckmassigkeit, Rechtssicherheit” (dikutip oleh
Utrecht dalam bukunya Pengantar Dalam Hukum Indonesia) yang artinya hukum itu
sekaligus atau serentak memenuhi 3 (tiga) syarat pokok, yaitu :
1) Peraturan hukum itu memberi kepastian (rechtszekerheid, rechtsmassigkeeit,
law certainty)
2) Peraturan hukum itu memberi manfaat (rechtsssicherhaid, rechtssieherheit,
utility)
3) Peraturan itu memberi keadilan (rechsgerechtegheid, rechtsgerechtstigkeit,
justice) 19
b. Pengertian dan Jenis-Jenis Sanksi
Sanksi tidak lain merupakan reaksi, akibat atau konsekuensi pelanggaran kaidah sosial. Sanksi dalam arti luas dapat bersifat menyenangkan atau positif, yang berupa penghargaan (ganjaran) seperti respek (rasa hormat), simpati,
Menurut Apeldoorn, defenisi “hukum” yang sebenarnya tepat adalah tidak ada,
setidak-tidaknya belum menghasilkan suatu pandangan yang tepat/baku. Atau dengan kata lain, defenisi hukum itu banyak rumusnya, antara satu dengan yang lainnya berbeda tetapi semuanya bisa betul. Banyak rumusan hukum itu disebabkan karena amat luasnya lapangan hukum itu sendiri
19 Ibid, hlm. 14
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
pemberian penghargaan seperti Satya Lencana, Bintang dan sebagainya dan yang bersifat tidak menyenangkan atau negatif berupa hukuman seperti sikap antipati, celaan atau pidana. Yang dimaksud dengan sanksi lazimnya adalah yang bersifat negatif, dengan ancaman hukuman hendaknya dicegah oleh masyarakat penyimpangan atau pelanggaran kaidah sosial. Sedangkan penghargaan digunakan untuk mendorong atau merangsang agar setiap orang mentaati atau mematuhi kaidah. Pada hakekatnya, sanksi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan tatanan masyarakat, yang telah terganggu oleh pelanggaran-pelanggaran kaidah dalam keadaan semula. 20
Sementara jenis-jenis sanksi dapat dibedakan sanksi dalam hukum pidana,
perdata, hukum adat maupun dalam sanksi hukum administrasi negara. Tetapi secara
umum dikenal ada 2 (dua) jenis sanksi, yaitu sanksi pidana dan sanksi administrasi.
c. Teori-teori dan Tujuan Sanksi
Oleh van Apeldoorn adapun teori-teori sanksi dibagi dalam 3 (tiga) golongan,
yaitu :
a. Teori Mutlak (Absolute Theory)
b. Teori Relatif (Relative Theory)
c. Teori Persatuan (Vereenigings Theory) 21
Mengenai tujuan dari penjatuhan sanksi (hukuman) dapat dijelaskan antara lain,
sebagai berikut :
a. Untuk menakuti
b. Untuk memperbaiki
c. Untuk melindungi 22
20 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 2003), hlm.9 21 L.J. van Apeldoorn, Op.Cit, hlm. 343 22 Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia, (Bandung : CV. Armico, 1985), hlm. 154
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
2. Sanksi Terhadap Pelaksanaan Konstruksi Bangunan yang Menyimpang dari
Hukum Perizinan
1. Sanksi Akibat Penyimpangan dari Hukum Perizinan
Yang dimaksud dengan sanksi akibat penyimpangan dari hukum perizinan di sini
adalah mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu :
a. Bangunan gedung dikerjakan menyimpang dan SIMB/SIMBG
b. Bangunan gedung / didirikan tanpa SIMB/SIMBG
Sanksi terhadap kedua pelanggaran tersebut adalah :
1) Surat penyetopan pekerjaan di Lapangan (Surat STOP)
2) Surat perintah untuk membongkar sendiri bangunan (Surat Bongkar
Bangunan) dalam tenggang waktu 2 x 24 jam
3) Surat pengosongan lokasi (Kosongkan Lokasi)
4) Pembongkaran bangunan dilakukan oleh Dinas/instansi terkait (gabungan)
2. Sanksi Akibat Pelanggaran Undang-Undang Jasa Konstruksi dan Bangunan
Gedung
Adapun sanksi terhadap pelanggaran Undang-Undang Jasa Konstruksi dan
Undang-Undang Bangunan Gedung adalah :
a. Pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak bagi perencana pekerjaan
konstruksi
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
b. Pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 5% (lima per seratus) dari nilai kontrak bagi pelaksanaan pekerjaan
konstruksi
c. Pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak bagi pengawas pekerjaan
konstruksi
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang didukung oleh temuan di lapangan, penelitian tesis
yang berjudul ; “Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut
Hukum Perizinan”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;
a. Sistem pengawasan terhadap konstruksi bangunan menurut hukum perizinan
untuk Kotamadya Medan, belum terlaksana dan terkoordinasi secara baik antara
satu instansi pengawas dengan instansi/pihak pengawas lainnya. Karena, begitu
dikeluarkannya SIMB/SIMBG maka dalam proses pelaksanaan pembangunan
bangunan gedung akan diawasi oleh 3 (tiga) instansi atau pihak pengawas yang
saling bekerja sama atau berkoordinasi, terdiri dari Pemko Medan yaitu Dinas
Tata Kota dan Tata Bangunan, khususnya Sub Dinas Pengawasan, Penyedia Jasa
(Contractor ; Annemer), dan Masyarakat Jasa Konstruksi (LPJKD).
Sub Dinas Pengawasan hanya mengawasi bangunan gedung milik swasta,
sementara milik pemerintah diawasi oleh Dinas Perumahan dan Permukiman
(Perkim), demikian juga LPJKD hanya mengawasi bangunan gedung milik
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
pemerintah, sedangkan bangunan gedung milik swasta belum menjadi objek
pengawasannya. Salah satu konsekwensi dari lemah dan tidak terkoordinasinya
sistem pengawasan ini ialah banyaknya ditemukan kasus-kasus pelanggaran
terhadap hukum perizinan mendirikan bangunan di Kotamadya Medan 3 (tiga)
tahun terakhir (2005, 2006, dan 2007) yaitu sebanyak 342 kasus menyimpang dari
SIMB/SIMBG dan sebanyak 2320 kasus bangunan gedung yang didirikan tanpa
SIMB/SIMBG.
b. Sanksi yang dapat diberikan terhadap penyimpangan pelaksanaan konstruksi
bangunan dari hukum perizinan, yaitu;
1) Bangunan gedung yang dikerjakan menyimpang atau tidak memiliki
SIMB/SIMBG, diberikan sanksi kepada Pemilik (Owner) bangunan berupa:
a) Penyetopan Pekerjaan Lapangan (surat stop)
b) Bongkar Sendiri Bangunan (surat bongkar bangunan)
c) Pengosongan Lokasi (surat kosongkan lokasi)
d) Pembongkaran Bangunan oleh Dinas/Instansi terkait (gabungan)
2) Sanksi akibat pelanggaran undang-undang jasa konstruksi dan undang-undang
bangunan gedung yang dapat menimbulkan kegagalan pekerjaan konstruksi
dan kegagalan bangunan dapat berupa sanksi Administratif maupun sanksi
Pidana, yaitu;
a) Perencana Pekerjaan Konstruksi;
Pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
b) Pelaksana Pekerjaan Konstruksi
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 5% (lima per seratus) dari nilai kontrak.
c) Pengawas Pekerjaan Konstruksi
Pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka disarankan sebagai berikut:
a. Sistem pengawasan konstruksi bangunan di masa akan datang supaya terpadu
dan komprehensip integral di bawah satu koordinasi, satu atap ataupun satu
pintu agar mulai dari proses pengurusan SIMB/SIMBG maupun pengawasan
di dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung sesuai menurut hukum
perizinan kemudian bangunan gedung milik pemerintah jangan dalam hal
pelaksanaannya diawasi oleh pemerintah itu sendiri, karena bisa bias, seperti
kasus dalam tesis ini bangunan-bangunan milik pemerintah diawasi oleh
Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim), sehingga dengan demikian
kegagalan pekerjaan konstruksi maupun kegagalan bangunan dapat
dihindarkan atau setidak-tidaknya dapat diminimalisir.
b. Sanksi terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan, supaya apa yang
telah diatur di dalam peraturan-perundangan supaya diterapkan dan bila
penting sanksi pidananya diperberat agar ada efek jera didalam penegakan
hukum bila terjadi pelanggaran hukum terhadap konstruksi bangunan tersebut,
mengingat kasus-kasus penyimpangan yang mengakibatkan kegagalan
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
pekerjaan konstruksi maupun kegagalan bangunan itu korbannya bukan hanya
berbentuk materi tapi dapat mengancam keselamatan jiwa raga baik
masyarakat umum maupun si pemilik bangunan gedung itu sendiri.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Hay Marhainis, Dasar – Dasar Ilmu Hukum, Jakarta : Pradnya Paramita, 1982.
Ali Achmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosilogis),
Jakarta : Penerbit PT.Toko Gunung Agung Tbk, 2002. Amirin Tatang M, Pokok – Pokok Teori Sistem, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1996. Anthony and Dearden, Management Control Systems, (Fourth Edition),
dialihbahasakan oleh Nurlela Ketaren dan Kamar Ginting (Fisipol USU Medan).
Apeldoorn L.J van, Pengantar Ilmu Hukum, PT.Pradnya Paramita, 1986, cet. 23. Asiyanto, Metode Konstruksi Untuk Berbagai Jenis Bangunan, Jakarta:
Universitas Indonesia, 2005. Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber
Daya Manusia, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 1996. Gurnawan Rudy, Pengantar Ilmu Bangunan, Yogyakarta : Penerbit Kanisius,
2007. Hadjon Philipus M, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia Introduction
to the Indonesian Administrative Law, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2005.
Hamidi Jazim, Revolusi Hukum Indonesia, Jakarta : Penerbit Konstitusi Press,
2006. Ibrahim Johnny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :
Penerbit Bayu Media Publishing, Cet. Ke-2, 2006. Kartasapoetra dan E. Roekasih, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung : Penerbit
Armico, 1982.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia, 1997.
Lubis M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994. Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta :
Penerbit Liberty, 2003. Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta : Badan Penerbit Iblam, 2006 Mustafa Bacshan, Pokok – Pokok Hukum Administrasi Negara, Bandung :
Alumni, 1985. Rangkuti Siti Sundari, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional, Surabaya : Airlangga University Press, 1996. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006. Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia, Bandung : CV. Armico, 1985. Siagian SP, Filsafat Administrasi, Jakarta : Gunung Agung, 1990. Situmorang Victor M dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Dalam Pengawasan Dalam
Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta : Rineka Cipta, 1994. Soekarno K, Dasar – Dasar Management, Jakarta : Penerbit Miswar, 1968. Soeprapto Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan Dasar-Dasar dan
Pemberlakuannya, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1998. Spelt N.M dan JBJM. Ten Berge,disunting oleh Philipus M. Hadjon, Pengantar
Hukum Perizinan, Surabaya : 1993. Sujanto, Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan, Jakarta : Ghalia Indonesia,
1993. Suprapto. J, Metode Penelitian Hukum Statistik, Jakarta : Rineka Cipta, 2003. Sutrisno, Bentuk – Bentuk Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Modern, Jakarta :
PT. Gramedia, 1983. Syahrin Alvi, Pengaturan Hukum Dan Kebijakan Pembangunan Perumahan Dan
Pemukiman Berkelanjutan, Medan : Pustaka Bangsa, 2003.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Tanggoro Dwi, dan Sukardi Kuntjoro, Utilitas Bangunan Dasar Arsitektur, Jakarta : Depok FT UI, 2000.
Tanggoro Dwi, Sukardi Kuntjoro dan A. Sadeli Somaatmadja, Ilmu Bangunan
Struktur Bangunan Tinggi Dan Bentang Lebar, Jakarta : UI – Press, 2005.
Utrecht. E / Moh. Saleh Djindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Jakarta :
PT. Ichtiar Baru, 1983. cet.X
B. Makalah / Diktat / Jurnal
Basah Sjahchran, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah Pada Penataran Hukum Administrasi dan Lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya : 1995.
Lubis M. Solly, Diktat Teori Hukum, Program Magister Ilmu Hukum USU
Medan, 2006. Manan Bagir, Ketentuan – Ketentuan Mengenai Peraturan Hak Kemerdekaan
Berkumpul Ditinjau Dari Perspektif UUD 1945, Makalah Tidak Dipublikasikan, Jakarta : 1995.
Pribadi Krishna, Ima Fatima dan Dewi Yustiarini, Identifikasi Rantai Pasok
Dalam Industri Konstruksi Untuk Pengembangunan Sistem Penjamin Mutu, Jurnal, Teknik Sipil ITB, Bandung: Vol.14 No.4 Desember 2007.
Soejardjono Siti Tanadjoel Tarki, Kumpulan Hasil Terjemahan Bidang Peradilan
Tata Usaha Negara, Makalah, Jakarta: 1994.
C. Peraturan-Perundangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 yang telah dirubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha
Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 sebagai
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Perda No. 4 Tahun 2002 Kota Medan tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata
Dinas – Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan. Perda No. 9 Tahun 2002 Kota Medan tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan. Peraturan LPJK No. 11 Tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana
Konstruksi. Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Peraturan Bangunan Nasional,
Jakarta: 1974. SK Dewan Lembaga PJKN NO.75/KPTS/LPJK/D/XI/2002 tentang Pedoman
Sertifikasi Dan Registrasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional.
SK Dewan Lembaga PJKN No.200/KPTS/LPJK/D/XI/2003 tentang Pedoman
Sertifikasi Dan Registrasi Badan Usaha Jasa Konsultasi Perencanaan Dan Jasa Konsultasi Pengawasan Konstruksi Nasional.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008
D. Kamus
Gunawan Adi, Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, Surabaya : Penerbit Kartika, 2000.
Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang : Lintas Media, 2006. Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
Sitanggang Cormentyna, Dkk, Kamus Pelajar, Jakarta : Pusat Bahasa Depdiknas, 2004.
E. Website
www.pemkomedan.go.id, 27 Desember 2007.
www.google.com/bapekin/buletin&jurnal, 14 Januari 2008.
www.google.com/pengawasan/IAI_Banten, 01 April 2008.
Hemat Tarigan: Sistem Pengawasan Terhadap Konstruksi Bangunan Menurut Hukum Perizinan , 2008. USU e-Repository © 2008