1. bab 1-daftar pustaka
TRANSCRIPT
1
JUDUL : PERANAN PENGGUNAAN METODE SIMULASI TERHADAP
PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS
VIII DI SLTP NEGERI 2 PATAMPANUA KABUPATEN
PINRANG
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu
pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.
Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha
untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaharuan pendidikan
telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya
dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode
pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA, Matematika dan lain-lain.
Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Indonesia di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang
memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi
belajar siswanya.
Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada Sekolah Menengah Pertama,
fisika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan sistem dalam
melatih penalarannya. Hasil observasi empirik di lapangan mengindikasikan
bahwa tidak semua individu yang sempat dan masih mengalami pendidikan secara
formal mampu menunjukkan perkembangan atau perubahan (dalam hal ini
2
perubahan ke arah positif). Pada umumnya masalah utama yang menyebabkan hal
tersebut adalah masih rendahnya daya serap peserta didik yang tampak dari rerata
hasil belajar yang senantiasa masih sangat memprihatinkan, dan hasil belajar di
bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada khususnya. Hal inilah yang mesti
menjadi pekerjaan bersama insan pendidik, pemerintah dan masyarakat secara
berkesinambungan guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan data hasil observasi yang dilaksanakan pada siswa kelas VIII
SLTP Negeri 2 Patampanua maka dapat diketahui bahwa minat belajar dan
pemahaman siswa terhadap setiap pelajaran khususnya bidang studi fisika masih
rendah, dimana hanya sekitar 75% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) dengan nilai sebesar 65. Hal tersebut dipengaruhi dari beberapa
faktor antara lain : Pertama, penerapan metode mengajar oleh guru pelajaran yang
monoton dengan metode konvensional. Dalam hal ini metode mengajar yang
cenderung digunakan oleh guru adalah metode ceramah yang dipadukan dengan
metode tanya jawab. Karenanya mengakibatkan siswa bekerja secara prosedural
dan memahami fisika tanpa penalaran, selain itu interaksi antara siswa selama
proses belajar-mengajar sangat minim. Guru kurang memberikan peluang kepada
siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep fisika, siswa hanya menyalin apa
yang dikerjakan oleh guru. Kedua, siswa cenderung pasif pada saat proses belajar
mengajar berlangsung, artinya interaksi antara siswa dan guru dalam kelas sangat
kurang. Hal ini terlihat saat guru mengajukan pertanyaan, hanya satu atau dua
orang siswa yang mau memberikan jawaban, begitu pula saat siswa diberi
kesempatan untuk mempertanyakan hal-hal yang kurang dimengerti dari
3
penjelasan atau materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa
memang kurang memahami materi pelajaran ataukah memang karena siswa
merasa bosan mengikuti mater pelajaran yang diajarkan.
Ketiga, hal yang tidak kalah pentingnya adalah siswa belum mampu
mengaitkan konsep-konsep atau materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah
dengan lingkungan kehidupan sehari-hari secara nyata sehingga dalam pemikiran
siswa mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang tidak lebih dari sekedar
berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka yang menurut mereka
sangat sulit dipahami dan menjadi momok yang menakutkan didalam benak
sebagian siswa. Saat ini banyak siswa yang hanya menerima begitu saja
pengajaran fisika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa dan untuk apa
materi tersebut harus diajarkan. Begitu beratnya gelar yang disandang fisika yang
membuat kekhawatiran pada prestasi belajar fisika siswa.
Keempat, faktor yang mempengaruhi rendahnya minat belajar dan hasil belajar
fisika adalah kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan
kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran
bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya
motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung
menghafal dan mekanistis. Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan
pembelajaran yang cenderung membuat siswa pasif dalam proses belajar-
mengajar, yang membuat siswa merasa bosan sehingga tidak tertarik lagi untuk
mengikuti pelajaran tersebut, terlebih lagi pelajaran fisika yang berkaitan dengan
konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya membutuhkan daya nalar yang
4
tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian, dan motivasi
yang tinggi untuk memahami materi pelajaran fisika.
Pada umumnya beberapa masalah yang ditemukan pada kegiatan observasi
tersebut merupakan masalah kompleks khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) khususnya mata pelajaran fisika yang hampir ditemukan
di setiap sekolah. Atas dasar tersebut maka penulis beranggapan perlunya
pembelajaran dengan metode yang tepat guna menciptakan pembelajaran yang
bermakna dengan melibatkan keaktifan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar fisika siswa kelas VIII SLTP Negeri 2 patampanua. Salah satunya dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa
untuk mengembangkan potensi secara maksimal.
Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang bisa diterapkan, sehingga
memungkinkan guru untuk menyampaikan materi fisika secara menarik dan
menyenangkan. Dalam kondisi peserta didik yang santai maka peserta didik dapat
mengikuti dengan santai juga, maka mereka tidak merasa jenuh dalam belajar
fisika. Semakin beranekaragamnya metode pembelajaran seperti metode
pembelajaran demonstrasi, metode pembelajaran sandiwara, metode pembelajaran
laboratorium, metode pembelajaran ceramah, metode pemberian tugas, metode
simulasi, metode socrates dan lain-lain namun dalam pemilihan yang akan
diterapkan haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya, kesesuaian
dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik.
Dalam penelitian kali ini metode pembelajaran yang dapat diterapkan di SLTP
Negeri 2 Patampanua adalah metode pembelajaran simulasi, karena metode
5
pembelajaran ini dapat mendorong keaktifan, membangkitkan minat dan
kreatifitas belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil belajarnya. Pendekatan
simulasi adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran fisika yang landasan
filosofinya sejalan dengan falsafah konstruktivis yang menyebutkan bahwa
pengetahuan itu adalah konstruksi dari seseorang yang sedang belajar. Dalam hal
ini pembelajaran dengan metode simulasi siswa di dorong untuk aktif bekerja
bahkan diharapkan untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri konsep-
konsep fisika, dengan demikian simulasi berpotensi untuk meningkatkan prestasi
belajar fisika siswa SMP Negeri 2 Patampanua.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian
untuk diajukan sebagai proposal dengan judul : "PERANAN PENGGUNAAN
METODE SIMULASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VIII DI SLTP NEGERI 2 PATAMPANUA KABUPATEN
PINRANG”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan dengan mengacu
pada tujuan yang ingin dicapai, maka dirumuskan masalah dalam penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah terjadi peningkatan yang signifikan pada kelompok siswa yang
memiliki kemampuan tinggi setelah diajar dengan menggunakan metode
simulasi?
6
2. Apakah terjadi peningkatan yang signifikan pada kelompok siswa yang
memiliki kemampuan rendah setelah diajar dengan menggunakan metode
simulasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian eksperimen adalah
mengetahui peranan penggunaan metode simulasi terhadap hasil belajar fisika
siswa di SLTP Negeri 2 Patampanua.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi siswa : dapat meningkatkan keaktifan belajar, motivasi, dan
menumbuhkan rasa percaya diri serta meningkatkan pemahaman siswa
terhadap pelajaran fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa
2. Bagi guru: dapat menjadi tambahan referensi strategi pembelajaran sehingga
dapat lebih profesional dalam menyajikan materi ajar dengan melibatkan
siswa secara aktif.
3. Bagi sekolah : hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik
bagi sekolah dalam rangka memperbaiki prestasi belajar di sekolah.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang
lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah dengan adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut, baik
yang menyangkut pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif).
L.B. Curzon dalam Sahabuddin (2007:81) mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui
kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya, sehingga pengetahuan,
keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara terhadap
lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen”. Untuk
mendapatkan pengertian lebih tentang belajar, berikut ini beberapa pendapat
tokoh-tokoh pendidikan tentang pengertian belajar, yaitu:
1. Robert.M.Gagne dalam bukunya yang mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar terus-
menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan,bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan
keduanya saling berinteraksi.
8
2. Menurut Liang Gie ( 1979 :22 ), belajar adalah segenap rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang rnengakibatkan perubahan
dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan.
3. Hilgart dan Lower mendefinisikan belajar itu adalah berhubungan dengan
tingkah Iaku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan
pengeluaran berulang - ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan atas respon
pembawaan, kematangan atau keadaan seorang diri, misalnya kelelahan,
pengaruh obat dan lain sebagainya ( Mulyadi, 1954 52 ).
4. Bruner, J (1960) berpendapat bahwa belajar adalah sebuah proses aktif
dimana peserta didik membangun ide-ide atau konsep baru berdasarkan
mereka saat ini/masa lalu pengetahuan.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
segenap aktifitas yang dilakukan seseorang sadar, baik berupa penambahan
pengetahuan atau ketrampilan yang menghasilkan tingkah laku baik berupa
sifat psikis atau fisik.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam hal ini pembelajaran pada
hakikatnya diartikan sebagai usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapakan (Trianto, 2009:17).
Secara umum definisi pembelajaran dijelaskan dalam UUSPN No. 20 tahun
9
2003 yang dituliskan dalam Sagala (2005:62) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Corey dalam Sagala (2005:61)
pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus dari pendidikan.
Dari berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai
peserta didik.
3. Hasil Belajar
Kata hasil berarti sesuatu yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan
Dalam proses pembelajaran setiap guru ingin mengetahui hasil yang telah
dicapai siswanya selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa digunakan alat ukur yaitu tes. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah, “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok”.
Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang
tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil
yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena
itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan
kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program
pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut.
10
Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang
berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa. Ka!au menurut
W.J.S Winkel Purwadarmtinto, “ prestasi adalah hasil yang dicapai “.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesirnpulan hahwa prestasi adalah
segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang
memuaskan.
Menurut W.J.S Purwadarrninto ( 1987:767 ) rnenyatakan bahwa
“prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau
dilakukan”
Menurut Gagne, “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5
(lima) kategori yaitu :
1) keterampilan intelektual
2) informasi verbal
3) strategi kognitif
4) keterampilan motorik
5) sikap
Menurut Syaefudin Azwar, “prestasi belajar adalah performa maksimal
seseorang dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan atau
telah dipelajari. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai
menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan
serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar
11
dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
dan hasil tes atau ujian.
4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor
yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang
menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut :
a. Faktor Internal
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor
ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
• Faktor lntelegensi
Intelegensi dalarn arti sernpit adalah kemampuan untuk
mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan.
Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi
belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai
prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat
besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir
rasiologi untuk rnata pelajaran matematika.
12
• Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk
merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam
pelajaran tertentu akan rnenghambat dalam belajar.
• Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan
jasmani, keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis
menunjuk pada keadaan stabilitas / Iabilitas mental siswa, karena fisik
dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan
belajar mengajar dan sebaliknya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian,
yaitu :
• Faktor Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas
menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, rnembimbing, melatih,
mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelalaran
teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan
kemampuan profesiona1, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga
rnenunjukkan fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan
gaya memirnpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi
13
kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi
siswa semaksimal mungkin.
• Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja,
bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting,
karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga
kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang
perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi
berhasil tidaknya belajar.
• Faktor Sumber - Sumber Belajar
Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam proses belajar
adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu
dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. AIat
bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk
membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran
akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu
dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.
5. Pengertian Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata “simulate” yang memiliki arti pura-pura atau
seolah-olah. Simulasi adalah tiruan perbuatan yang hanya pura-pura.
Simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Menurut kamus
Inggris-Indonesia (Echols dan Shadily, 1992:527), simulation artinya pekerjaan
tiruan atau meniru, sedang simulate, artinya menirukan, pura-pura atau berbuat
14
seolah-olah. Dengan demikian simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang
bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang
sebenarnya. Permainan drama adalah permainan simulasi dimana peristiwa
yang diperankan oleh para pemegang peran menggambarkan peristiwa yang
seolah-olah peristiwa yang sebenarnya. Penggunaan metode tersebut memberi
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sehingga dapat mengurangi rasa
takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala fisik
dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah siswa melakukan hal-hal
yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan,
seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya.
a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi
Hoban dan Casberque (dalam Tornyay dan Thompson, 1982:39)
menyebutkan penggunaan simulasi dalam pembelajaran, dapat
memudahkan:
1. belajar dan retensi hasil belajar
2. transfer hasil belajar
3. pemahaman siswa
4. pembentukan sikap
5. motivasi belajar
Wilkins (1990:138), menyebutkan keuntungan-keuntungan simulasi
antara lain adalah berikut ini:
15
1. simulasi dapat melibatkan anak untuk melakukan sesuatu, sehingga
meningkatkan partisipasi anak secara aktif
2. simulasi dapat mendekatkan belajar anak dengan kenyataan-kenyataan
sosial yang ada dimasyarakat yang sebenarnya
3. simulasi dapat mengembangkan isu-isu yang dapat memberi petunjuk
dalam mencapai keberhasilan diskusi
4. simulasi melibatkan anak untuk berbuat sesuatu dalam belajarnya
5. simulasi dapat melibatkan afektif anak, sebagaimana halnya aspek
kognitif
6. simulasi dapat mendorong motivasi anak dalam belajarnya terutama
anak yang tidak memiliki motivasi dalam belajar secara tradisional
Ornstein (1990:356) menyebutkan empat keuntungan penggunaan
metode simulasi adalah:
1. simulasi merupakan alat motivasi belajar yang sangat baik
2. keberhasilan simulasi menuntut penggunaan beberapa keterampilan dan
teknik dan praktek, hubungan antara belajar dan hiburan
3. simulasi penuh cara untuk membuat topik dari kehidupan
4. keberhasilan simulasi sangat menyenangkan (rewarding) bagi guru
16
Mereka dapat duduk dibelakang menikmati permainan siswa yang penuh
dengan keaktifan belajar. Pendek kata, simulasi memberi kesempatan kepada
siswa untuk mendekatkan diri dengan pengalaman kehidupan yang nyata.
Simulasi merupakan metode yang baik untuk pembelajaran moral, etik,
klarifikasi nilai, dan pendidikan sikap.
Kekurangannya :
1. efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum
terbukti oleh riset.
2. terlalu mahal, membuat simulasi hanya untuk memotivasinya.
3. simulasi menghendaki hubungan yang imajinasi antara guru dan murid.
4. sering mendapatkan kritik dari orang tua karena aktivitas ini melibatkan
permainan.
5. sebaliknya bagi siswa yang pandai, dan yang senang berbicara
cenderung menguasai proses simulasi
6. bagi siswa yang susah mengeluarkan pendapat hal ini merupakan
metode yang paling menyusahkan
b. Peranan Metode Simulasi Terhadap Hasil Belajar
Pemanfaatan simulasi untuk pembelajaran dikelas, juga bukan hal yang
baru. Game atau permainan sebagai salah satu jenis simulasi, digunakan dalam
17
pembelajaran menulis pada awal tahun 1775. James (1908) telah mendorong
guru untuk membuat belajar lebih berorientasi pada aktivitas. Akhir-akhir ini,
para pendidik berargumentasi bahwa variasi pengalaman dan aktivitas dalam
belajar bagian yang penting dari keseluruhan situasi belajar.
Simulasi menjadi penting seiring dengan perubahan pandangan
pendidikan, dari proses pengalihan isi pengetahuan kearah proses
pengaplikasian teori ke dalam realita pengalaman kehidupan. Lebih lanjut,
pengenalan teknik simulasi lebih merupakan kegiatan untuk membantu siswa
dalam mengembangkan keterampilan menemukan dan memecahan masalah.
Sehingga pada giliranya melalui simulasi, dapat meningkatkan efektivitas
keterampilan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah untuk saat
yang akan datang. Teknik simulasi dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa, akan menjadi bagian dari suasana pendidikan.
c. Manfaat Simulasi
Beberapa penulis menyebutkan manfaat simulasi, diantaranya adalah
berikut ini. Simulasi dapat meningkatkan motivasi dan perhatian anak terhadap
topik, dan belajar anak, serta meningkatkan keterlibatan langsung dan
partisipasi aktif siswa dalam belajar. Meningkatkan kemampuan siswa dalam
belajar kognitif, meliputi informasi faktual, konsep, prinsip dan keterampilan
membuat keputusan. Belajar siswa lebih bermakna.
18
Meningkatkan afektif, atau sikap dan persepsi anak terhadap isu yang
berkembang di masyarakat. Meningkatkan sikap empatik dan pemahaman
adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Afeksi umum anak
meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap orang lain lebih efektif.
Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan guru siswa
hangat, mendorong kebebasan anak dalam mengeksplorasi gagasan, peran guru
minimal sedang otonomi anak meningkat, meningkatkan tukar pendapat dari
pandangan anak yang berbeda-beda.
d. Tujuan simulasi
Adapun utujuan simulasi antara lain :
1. Melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun
bagi kehidupan sehari-hari
2. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip
3. Melatih memecahkan masalah.
4. Mengembangkan sikap, dan pemahaman terhadap orang lain
5. Meningkatkan partisipasi belajar yang optimal
6. Meningkatkan motivasi belajar siswa, karena simulasi sangat menarik
dan menyenangkan anak
7. Melatih anak untuk bekerjasama dalam kelompok secara efektif
19
8. Menimbulkan dan memupuk kreatifitas siswa
9. Melatih anak untuk memahami dan menghargai peran temannya.
e. Bentuk - bentuk Simulasi
Menurut Gilstrap dengan melihat sifat tiruannya, simulasi itu dapat
berbentuk:
(1) Peer teaching
(2) Sosiodrama
Sedang menurut Hayan dalam bukunya "Ways of Teaching", simulasi
merupakan salah satu metode yang termasuk dalam kelompok Role Playing.
Secara rinci, bentuk-bentuk simulasi tersebut adalah berikut ini.
1. Peer teaching
Peer teaching dapat dikategorikan sebagai simulasi mengingat peer
teaching adalah latihan mengajar yang dilakukan seorang mahasiswa dimana
dia bertindak seolah-olah sebagai guru dan teman sekelasnya seolah-olah
sebagai murid suatu sekolah tertentu. Peer teaching ini banyak dipraktekan
siswa atau mahasiswa di sekolah calon guru, untuk meningkatkan keterampilan
mengajarnya, sebelum mengajar siswa yang sebenarnya pada saat praktek.
2. Sosiodrama
20
Sosiodrama adalah salah satu bentuk simulasi, yakni suatu drama yang
bertujuan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah-masalah sosial
yang timbul dalam hubungan antar anggota sosial. Masalah-masalah sosial
yang cocok untuk sosiodrama misalnya, masalah konflik antara anggota
keluarga, konflik antara buru dengan majikan, konflik antara masyarakat
dengan pimpinannya, dan sejenisnya. Bagi siswa, dengan metode simulasi
utamanya melalui sosio-drama dapat belajar menemukan alternatif pemecahan
masalah sosial yang berkembang dimasyarakat. Dengan disosiodramakan,
siswa dapat mengimajinasikan masalah sehingga terdorong untuk menemukan
alternatif pemecahannya.
B. KERANGKA PIKIR
Proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh adanya interaksi edukatif
pada komponen pelajaran yang meliputi guru, siswa, materi pelajaran serta model
pembelajaran. Guru fisika sebagai pelaksana dalam pengajaran fisika harus
mencari suatu alternatif mengajar agar materi pelajaran mudah dipahami oleh
siswa, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan hasil belajar fisika lebih
meningkat.
Peningkatan kemampuan siswa merupakan ukuran keberhasilan terhadap
guru setelah melalui proses pembelajaran, baik sebagai siswa maupun sebagai
guru dalam menyampaikan pelajaran sebagai hasil peningkatan kemampuan
siswa. Guru sebagai pengatur kondisi belajar haruslah menguasai bebrbagai
metode mengajar yang diramu menjadi suatu model pembelajaran dengan harapan
21
terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien yang berorientasi
pada hasil belajar fisika seoptimal mungkin, salah satunya adalah penggunaan
metode simulasi.
C. PENGAJUAN HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka berpikir
dirumuskanlah hipotesis sebagai berikut :
“terdapat perbedaan signifikan antara siswa yang memiliki tingkat kemampuan
tinggi yang diajar menggunakan metode simulasi dengan siswa yang memiliki
tingkat kemampuan rendah yang diajar menggunakan metode simulasi”
22
III. METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN DAN LOKASI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLTP Negeri 2 Patampanua Pinrang yang
beralamat di Desa Urung, Kecamatan Patampanua, dimana terbagi atas dua
kelas yaitu kelas VIII1 dan kelas VIII 6
B. VARIABEL DAN DESAIN PENELITIAN
23
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu masing-masing
adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran
fisika yang terdiri dari dua level. Level pertama yaitu kelas eksperimen yang
menerapkan pembelajaran fisika yang menerapkan metode simulasi pada kelas
VIII1 yang diasumsikan memiliki kecerdasan rata-rata yang cukup tinggi. Dan
level kedua yaitu kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran fisika yang
menggunakan metode simulasi pada kelas VIII6 yang diasumsikan memiliki
kecerdasan rata-rata rendah. Sedangkan variabel terikat yakni hasil belajar
fisika.
2. Desain
Desain yang digunakan dalam penelitian adalah “pre-test and post-test only
control group design” yang dapat digambarkan sebagai berikut:
KelompokTes Awal Perlakuan Tes Akhir
Kelas VII1 O1 X O2
Kelas VII6 O1 X O2
keterangan:
X = menyatakan pengajaran dengan menggunakan metode simulasi
24
O1 = mengadakan tes sebelum menggunakan metode simulasi
O2 = mengadakan tes setelah menggunakan metode simulasi
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa
dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu.
2. Metode konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode
ceramah dipadukan dengan metode tanya jawab.
3. Hasil belajar fisika adalah skor total yang diperoleh siswa secara
keseluruhan pada materi pelajaran fisika setelah melalui proses
pembelajaran.
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SLTP Negeri
2 Patampanua Kabupaten Pinrang.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara terpilih dengan
tujuan agar dapat diketahui kelas mana yang lebih efektif dalam mengunakan
metode simulasi, kelas VIII1 (kemampuan tinggi) dan kelas VIII6
(kemampuan rendah)
25
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument tes. Instrument tes
yang dimaksud yaitu tes hasil belajar untuk materi usaha yang didesain khusus
untuk penelitian ini.
F. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Tes yang digunakan sebagai pengumpul data variabel hasil belajar fisika
dengan ranah kognitif yang meliputi ingatan (C1) pemahaman, (C2) penerapan,
(C3) dan analisis. Bentuk instrumen dalam penelitian ini adalah multiple choice
test (pilihan ganda) pada pokok bahasan “Usaha & Energi dan Pesawat
Sederhana”.
1. Tahap Pertama
Penyusunan tes berdasarkan kisi-kisi tes sesuai dengan isi materi yang
tertuang dalam konsep dan subkonsep sejumlah 50 item soal.
2. Tahap Kedua
i. Uji Validitas
Semua item tes yang telah disusun diujicobakan kepada 67 responden
yang berasal dari kelas VIII SMP Negeri 2 Patampanua tahun ajaran
2010/2011. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas setiap item
tes. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kualitas terhadap instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian validitas setiap item tes
26
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
(2003: 79) yakni sebagai berikut :
q
p
S
MM
t
tppb
1
( Suharsimi Arikunto, 2003 ; 79 )
dengan :
1pb= koefesien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 – p)
Dengan kriteria , jika 0,316 maka item dinyatakan valid dan
jika 0,316 maka item dinyatakan drop. Dari ke 50 tes hasil belajar fisika
yang diujicobakan setelah dianalisis ternyata diperoleh 23 item yang
memenuhi kriteria valid.(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran A).
ii. Uji Realibilitas
27
Untuk menghitung reliabilitas tes hasil belajar fisika digunakan
rumus Kuder-Richardson - 20 (KR-20) sebagai berikut :
2
11 21
S pqnr
n S
(Suharsimi Arikunto, 2003: 100)
dengan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.
q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1-p )
pq = jumlah perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
x = simpangan X dari X , yang dicari dari X - X
S2 = varians, selalu dituliskan dalam bentuk kuadrat, karena standar
deviasi kuadrat.
28
N = banyaknya subjek pengikut tes
Berdasarkan perhitungan, reliabilitas item setelah diuji cobakan
adalah 0734, ini berarti bahwa item yang digunakan reliabel (dapat
dipercaya sebagai alat pengumpul data). (perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran C).
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif
ini digunakan untuk mendeskripsikan skor hasil belajar fisika kelas VIII SMP
Negeri 2 Patampanua yang diajar dengan menerapkan metode simulasi.
Sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
1. Teknik Analisis Deskriptif
Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa
skor rata-rata, standar deviasi,dan daftar distribusi frekuensi kumulatif.
2. Teknik Analisis Inferensial
29
i. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh bersifat homogen atau tidak. pengujian homogenitas dilakukan
dengan uji-F dengan rumus sebagai berikut:
(Sugiyono,2008,199)
Dengan kriteria pengujian, jika Fhitung < Ftabel maka varians kedua data
homogen dan untuk hal lainnya heterogen dengan dk=n-1.
ii. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data hasil
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji chi-kuadrat
dengan rumus sebagai berikut:
(Riduwan, 2010, 190)
Dimana:
x2 = Nilai chi-kuadrat
k = Banyaknya kelas interval
30
Oi = Frekuensi pengamatan
Ei = Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian:
Apabila x2hitung
< x2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 pada
taraf signifikan α = 0,05, maka diasumsikan data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sebaliknya apabila x2hitung x2tabel dengan
derajat kebebasan (dk) = k – 1 pada taraf signifikan α = 0,05, maka
diasumsikan data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
iii. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan dapat diterima atau ditolak dengan menggunakan uji t (uji dua
pihak). Uji t yang digunakan adalah Polled Varians (Variansnya Homogen),
dengan persamaan:
31
(Sugiyono, 2008, 135)
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa
yang diajar dengan menggunakan metode simulasi pada pada kelas
VIII1 (siswa yang berkemampuan tinggi) dan siswa yang diajar
dengan menggunakan metode simulasi pada pada kelas VIII6 (siswa
yang berkemampuan rendah) di SMPN 2 Patampanua Kabupaten
Pinrang, H0 : 0 = 1
Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang
diajar dengan menggunakan metode simulasi pada pada kelas VIII1
(siswa yang berkemampuan tinggi) dan siswa yang diajar dengan
menggunakan metode simulasi pada pada kelas VIII6 (siswa yang
berkemampuan rendah) di SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang,,
H0 : 0 1
Dengan kriteria penerimaan, jika –ttabel thitung ttabel maka Ho diterima
dan ditolak untuk hal lainnya.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan pengolahan data,
pengujian hipotesis dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh sesuai
dengan teknik dan prosedur pengambilan data dalam penelitian ini. Pengolahan
data yang dimaksud disini meliputi pengujian dasar-dasar analisis yaitu pengujian
32
normalitas dan homogenitas data, serta analisis deskriptif. Untuk pengujian
hipotesis digunakan analisis inferensial.
A. Hasil penelitian
1. Analisis deskriptif hasil belajar pada kelas berkemampuan tinggi
(kelas VIII1) dan kelas berkemampuan rendah (kelas VIII6)
Berikut ini hasil analisis deskriptif siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Patampanua tahun ajaran 2010/2011 pada ujian post-test yang diajar dengan
menerapkan metode simulasi :
Tabel diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa
pada kelas VIII1 adalah 17.91 dengan skor tertinggi 21 dan skor terendah 14
dari skor ideal 23 yang mungkin dicapai serta standar deviasi 3.65.
Sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas VIII1 adalah 16.18
dengan skor tertinggi 20 dan skor terendah 9 dari skor ideal 23 yang mungkin
dicapai serta standar deviasi 4.54
Kelas VIII1 VIII6
Rata-rata skor 17.91 16.18
Standar deviasi 3.65 4.54
Skor maksimal 21 20
Skor minimal 14 9
Skor ideal 23 23
Rentang 7 11
Banyak kelas interval 6 6
panjang kelas interval 1 2
33
Tabel 3 : Rata-rata Nilai Kelas VIII1 dan Kelas VIII6
KelasBanyaknya
SiswaUjian
Rata-rata Nilai Kelas
VIII1 34 orangPre-test 66.44Post-test 78.03
VIII6 33 orangPre-test 62.00Post-test 69.24
Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas VIII1 SMP Negeri 2 Patampanua
sebagai kelas berkemampuan tinggi pada ujian pre-test adalah 66.44
sedangkan pada ujian post-test diperoleh rata-rata kelas adalah 78.03 dari
nilai ideal 100. Untuk rata-rata skor kelas VIII6 sebagai kelas berkemampuan
rendah pada ujian pre-test adalah 62.00 sedangkan pada ujian post-test
diperoleh rata-rata kelas adalah 68.81. Hasilnya dapat dideskripsikan dalam
bentuk diagram berikut :
Diagram 1 : Rata-rata Nilai Kelas VIII1 dan Kelas VIII6
34
Untuk kategori hasil belajar fisika siswa kelas VIII1 dan kelas VIII6
dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel 4 dan diagram berikut:
Tabel 4.1: Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa Untuk Pre-Test Pada Kelas VIII 1
Ujian KelasInterval
NilaiKategori Hasil
BelajarFrekuensi Persentase
Pre-Test VIII1
86 – 100 Baik sekali 0 0
71 – 85 Baik 10 29.41%
56 – 70 Cukup 20 58.82%
41 – 55 Kurang 3 8.82%
≤ 40 Sangat Kurang 1 2.94%
Jumlah 34 100.00%
Post-Test VIII1
86 – 100 Baik sekali 8 23.53%
71 – 85 Baik 19 55.88%
56 – 70 Cukup 7 20.59%
41 – 55 Kurang 0 0
≤ 40 Sangat Kurang 0 0
Jumlah 100.00%
Pre-Test VIII6
86 – 100 Baik sekali 0 0
71 – 85 Baik 5 15.15%
56 – 70 Cukup 19 57.58%
41 – 55 Kurang 8 24.24%
≤ 40 Sangat Kurang 1 3.03%
Jumlah 33 100.00%
Post-Test VIII6
86 – 100 Baik sekali 2 6.06%
71 – 85 Baik 18 54.55%
56 – 70 Cukup 9 27.27%
41 – 55 Kurang 1 3.03
≤ 40 Sangat Kurang 3 9.09%
35
Jumlah 33 100.00%
Sebelum diberi perlakuan pada siswa kelas VIII1 tidak ada yang
mencapai kategori “baik sekali”, dan terdapat 29.41% siswa yang masuk
dalam “kategori baik”. Kategori “Cukup Baik” terdapat sekitar 58.82%,
kemudian kategori “kurang” ada sekitar 8.82% dan kategori yang “sangat
kurang” terdapat sekitar 2.94%, setelah mendapatkan perlakuan berupa
pengajaran yang menggunakan metode simulasi, maka kategori “baik sekali”
terdapat 23.53%, “kategori baik” mencapai 55.88%, kategori “cukup”
terdapat 20.59%, sedangkan “kategori kurang” dan “kurang sekali” masing-
masing 0%. Dari hasil yang diperoleh, tampak bahwa nilai yang
diperolehbkelas VIII1 mengalami peningkatan secara keseluruhan dari hasil
ujian sebelumnya.
Pada kelas VIII6 Sebelum diberi perlakuan tidak ada yang mencapai
kategori “baik sekali”, dan terdapat 15.15% siswa yang masuk dalam
“kategori baik”. Sedangkan kategori “Cukup Baik” terdapat sekitar 57.58%
yang merupakan persentase terbesar dalam hal ini, kemudian kategori
“kurang” ada sekitar 24.24% dan kategori yang “sangat kurang” terdapat
sekitar 3.03%. Namun setelah diberi perlakuan yang sama dengan perlakuan
yang diberikan pada kelas VIII1, maka paada kategori “baik sekali” terdapat
6.06%, kategori “baik” terdapat 54.55%, kategori “cukup” sekitar 27.27%,
untuk kategori “kurang” terdapat 3.03%, dan kategori “kurang sekali”
terdapat sekitar 9.09%. Dari hasil yang diperoleh, tampak bahwa kelas VIII6
36
juga mengalami peningkatan secara keseluruhan disbanding dengan hasil
ujian sebelumnya.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
siswa kelas VIII1 sebelum diberi perlakuan (pre-test) dibanding dengan
setelah diberi perlakuan (post-test) mengalami peningkatan hasil belajar baik
secara per individu maupun secara keseluruhan. Begitu pula halnya pada
kelas VIII6 sebelum diberi perlakuan (pre-test) dibanding dengan setelah
diberi perlakuan (post-test) juga mengalami peningkatan hasil belajar baik
secara per individu maupun secara keseluruhan.
Untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa kelas VIII1 dan VIII6
SMP Negeri 2 Patampanua pada ujian pre-test, dimana nilai yang berada
diatas nilai KKM 65 siswa dikatakan tuntas dan nilai siswa yang berada
dibawah 65 siswa dikatakan tidak tuntas. Hasilnya dapat dideskripsikan
dalam tabel 5 berikut :
Tabel 5.1 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII1 dan Kelas VIII6 SMP
Negeri 2 Patampanua
UjianKelas
Kriteria
KetuntansanKategori
Frekuensi
(orang)Persentase
VIII1 0 - 64 Tidak Tuntas 8 23.53%
37
Pre-Test 65 - 100 Tuntas 26 76.47%
Total 34 100%
Post-Test VIII1
0 - 64 Tidak Tuntas 3 8.82%
65 - 100 Tuntas 31 91.18%
Total 34 100%
Pre-Test VIII6
0 - 64 Tidak Tuntas 14 42.42%
65 - 100 Tuntas 19 57.58%
Total 33 100%
Post-Test VIII6
0 - 64 Tidak Tuntas 9 27.27%
65 - 100 Tuntas 24 72.73%
Total 33 100%
Pada kelas VIII1, terdapat 23.53% siswa yang tidak mencapai kriteria
ketuntasan belajar minimal dan 76.47% siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan belajar minimal pada ujian pre-test, sedangkan pada ujian post-test
setelah mendapat perlakuan terdapat 8.82% yang tidak mencapai kriteria
ketuntasan belajar minimal dan 91.18% yang mencapai kriteria ketuntasan
belajar minimal.
38
Pada kelas VIII6, terdapat 14 orang atau 42.42% yang tidak mencapai
kriteria ketuntasan belajar minimal dan 19 orang atau 57.58% yang mencapai
kriteria ketuntasan belajar minimal, sedangkan pada ujian post-test setelah
mendapatkan perlakuan terdapat 27.27% yang tidak mencapai kriteria
ketuntasan belajar minimal dan 72.73% yang mencapai kriteria ketuntasan
belajar minimal. Hasilnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut :
Diagram 2 : Kriteria ketuntasan Belajar Minimal Kelas VIII1 dan Kelas VIII6
39
Berikut adalah nilai pre-test dan post-test pada kelas VIII1 dan kelas VIII6 serta
nilai gain score nya :
Nilai Pre-test dan Post Test Kelas VIII1
N o NamaNilai
Post-TestNilai
Pre-TestGain Score
Rata-rata Gain score
1 Ayu Pratiwi 87 74 13 11.382 Feratry 87 74 133 Jumatiza 87 61 264 Merliastin 91 83 85 Nikita 83 70 76 Nur Aisyah U 65 70 -57 Nur Hidayah 78 65 138 Nurhalimah H 83 65 189 Rahma 83 78 510 Riri Nurfita Sari R 70 70 011 Rismayanti 74 70 412 Ruhati 91 65 2613 Sherina Jamal 87 57 3014 Sitti Wakiah B.J 87 52 3515 Sri Tutu Hardianti 78 61 1716 Sutiargi 78 65 1217 Yelastri 83 74 918 Abd. Salam 83 74 919 Anto 61 78 -1720 Ardi Sulaeman 61 70 -921 Arifin 74 52 2222 Arman 78 65 1323 Dedi Cahyadi 74 65 924 Gusrianto 65 74 -925 Ibrahim 61 74 -1326 M. Edwin Eko P 78 70 827 Muh. Adrianto 87 70 1728 Muh. Al Ihwan 78 74 429 Muh. Taufiq 78 39 3930 Muh. Ridha 74 43 3131 Rahmat Rizaldi T 78 65 1332 Rahmat Sikky 83 70 1333 Sukri 70 65 534 Welly Mohan A 78 57 21
Jumlah 2653 2259 387 11.38Nilai Pre-test dan Post Test Kelas VIII 6
40
No NamaNilai
Post-TestNilai
Pre-TestGain Score
Rata-rata Gain score
1 Annis Wahyuni 70 65 7 7.302 Dewi Sulastri 74 70 43 Eka Amelia 57 74 -174 Hernani 74 70 45 Indar Yani Waris 65 70 -56 Nurhayati 74 52 227 Nurhikmah 74 48 268 Nurmianti 87 74 139 Nuryani 83 52 3110 Rosmiati 83 70 1311 Rukiyah 83 83 012 Sri Rahayu Saleh 83 57 2613 Sri Warniasari 83 57 26
14Chintia Septie Nengsih
78 78 0
15 Yulianti 87 74 1316 Ahmad Deni 39 43 -417 Amin Rais 65 48 1718 Amnur 57 52 519 Deny Nurhidayat 74 61 1320 Dwi Hari Albian 74 65 921 Haidir 43 65 -2222 Heriansyah 61 61 023 Jabal Nur 74 57 1724 M. Nasri 74 70 425 Muh. Rusmawan 78 65 1326 Muh. Azrul A 83 65 1827 Muhlis 35 48 -1328 Mustari 61 39 2229 Mutung Pasau 78 65 1330 Rahman 57 65 -831 Ridwan 38 65 -2732 Wahyuddin 74 70 433 Zulkarnain 65 48 17
Jumlah 2285 2046 241 7.30
Jika diperlihatkan dalam bentuk diagram maka akan tampak sebagai berikut :
41
2. Analisis inferensial
Sebelum hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diuji, terlebih dahulu
dilakukan dasar-dasar analisis yang merupakan syarat dalam pemakaian statistik.
Pengujian dasar-dasar analisis tersebut meliputi:
a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menyatakan apakah data skor
hasil belajar fisika siswa untuk masing-masing kelas berasal dari popolasi
berdistribusi normal.
Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa nilai χ2hitung = 1.02 <
χ2tabel = 7.82 untuk kelas VIII1 (Kelas berkemampuan tinggi). Untuk kelas VIII6
diperoleh χ2hitung = 1.78 < χ2
tabel = 7.82. Hal ini menunjukkan bahwa data skor
hasil belajar fisika siswa dari kedua kelas (VIII1 dan VIII6) terdistribusi dengan
normal denga taraf nyata α = 0,05.
b. Pengujian Homogenitas
42
Dari hasil perhitungan pengujian homogenitas varians populasi
diperoleh nilai Fhitung = 1.24 dan nilai Ftabel = 1.80. Karena Fhitung < Ftabel, maka
dapat disimpulkan bahwa data skor hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMPN
2 Patampanua Kabupaten Pinrang tahun ajaran 2010/2011 antara kedua kelas
(Kelas VIII1 dan Kelas VIII6) berasal dari populasi yang mempunyai varians
yang homogen.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji-t dua pihak dengan rumus
polled varians (sugiyono, 2006;135). Hipotesisnya adalah: “terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan
menggunakan metode simulasi pada siswa kelas VIII1 (Berkemampuan Tinggi)
dengan siswa kelas VIII6 (Berkemampuan Rendah) pada siswa kelas VIII
SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang.”
Berdasrkan hasil analisis (lampiran 9) menunjukkan bahwa thitung = 2,23
tidak berada di dalam daerah penerimaam Ho yaitu -1,99 sampai 1,99 dengan
taraf nyata = 0,05. Dalam hal ini hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika
siswa yang diajar dengan menggunakan metode simulasi pada siswa kelas
VIII1 (Berkemampuan Tinggi) dengan siswa kelas VIII6 (Berkemampuan
Rendah) pada siswa kelas VIII SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang.
Karena H0 ditolak maka lanjutkan dengan melakukan uji hipotesis pihak
kanan (uji t), Dengan kriteria penerimaan; H0 diterima jika t ≤ t(1-), dan H0
43
ditolak jika jika t t(1-). Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung > t tabel
yaitu 59.04 1,99.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima yang berarti skor rata-
rata populasi kelas VIII1 (kelas berkemampuan tinggi) lebih tinggi
dibandingkan dengan skor rata-rata populasi kelas VIII6 (kelas berkemampuan
rendah). Sehingga dari pengujian Hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa
yang diajar menggunakan metode simulasi pada siswa kelas VIII1 (siswa
berkemampuan tinggi). Dimana Hasil belajar fisika siswa kelas VIII1 lebih
tinggi dibandingkan siswa kelas VIII6.
C. Pembahasan
Dalam pembelajaran dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat
membantu proses belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan adalah metode simulasi. Model pembelajaran ini diterapkan pada kelas
VIII1 dan VIII6 di SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar
fisika siswa kelas VIII1 dan kelas VIII6 SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang
pada tahun ajaran 2010/2011 yang diajar dengan menggunakan metode simulasi
sama-sama mengalami peningkatan, akan tetapi, kelas VIII1 dalam hal ini sebagai
kelas yang berkemampuan tinggi memiliki gain score yang lebih dibandingkan
dengan kelas VIII1 yang dalam hal ini dianggap sebagai kelas berkemampuan
rendah. Kelas VIII1 pada saat belum mendapatkan perlakuan, memiliki nilai rata-
44
rata 66.04 dan setelah diberi perlakuan berupa pengajaran berbasis metode
simulasi, nilain rata-ratanya meningkat menjadi 78.03. Sedangkan pada kelas
VIII6 sebelum mendapatkann perlakuan, memiliki nilai rata-rata kelas 62.00,
namun setelah diberikan perlakuan maka nilai rata-rata kelasnya meningkat
menjadi 69.24. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode simulasi lebih
efektif diterapkan pada kelas yang memiliki tingkat kemampuan yang tinggi.
Hasil perhitungan analisis infrensial menunjukkan bahwa skor hasil belajar
fisika siswa kelas VIII SMPN 2 Patampanua Kabupaten Pinrang antara kelas VIII1
dan kelas VIII6 berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan memiliki
varians yang homogen. Pada pengujian Hipotesis dua pihak diperoleh bahwa jika
nilai –t(1-)/2 ≤ t ≤ t(1-)/2 H0 diterima dan dalam hal lainnya H0 ditolak. Dari data
diperoleh bahwa H0 ditolak. Sehingga dari hasil tersebut disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan skor hasil belajar fisika siswa kelas VIII1 dan
siswa kelas VIII6 yang diajar dengan menggunakan metode simulasi di SMPN 2
Patampanua Kabupaten Pinrang.
45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Hasil belajar fisika didapatkan oleh skor rata-rata
siswa kelas VIII1 yang diajar dengan menggunakan metode simulasi lebih
tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata siswa kelas VIII6 yang diajar
dengan menggunakan metode simulasi.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
fisika siswa antara siswa kelas VIII1 dan siswa kelas VIII6 yang diajar
dengan menggunakan metode simulasi pada siswa kelas VIII SMPN 2
Patampanua Kanupaten Pinrang tahun ajaran 2010/2011.
3. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
metode simulasi memiliki peranan penting dalam mencapai hasil belajar
fisika siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa hal yang
dapat disarankan, yaitu:
1. Metode Simulasi mengakibatkan hasil belajar Fisika
siswa lebih baik, sehingga akan lebih baik jika guru menerapkan Metode
simulasi dalam pembelajaran.
46
2. Metode simulasi mampu merangsang partisipasi
siswa dalam proses belajar mengajar sehingga sangat baik diterapkan oleh
guru dalam proses ajar mengajar.
3. Penerapan metode simulasi dalam penelitian ini
masih terbatas pada materi Usaha dan energy sehingga diharapkan ada
penelitian lebih lanjut mengenai materi pembelajaran Fisika lainnya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. www.geocities.com/guruvalah. Diunduh Pada Januari 2009
Anonim. 2006. www.Word Press.com. Diunduh Pada Januari 2009
Arianto Sam. 2008. www.Sahabat Bersama.com. Diunduh Pada November 2008
Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asnaldi, Arie. 2008. www.Ari’s Site.com. Diunduh Pada Januari 2009.
Echols, J & Shadily H. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.
Syamsul Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetesi Guru. Jakarta : Rineka Cipta
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Whandie. 2007. www.Word Press.com. Diunduh Pada Januari 2009