1. berbicara
DESCRIPTION
zxczxcTRANSCRIPT
Berbicara adalah bentuk komunikasi lisan dengan menuangkan gagasan/ide/pemikiran dalam
bentuk ujaran. Tujuan berbicara 1. tujuan sosial 2. tujuan ekspresif 3. tujuan ritual
4. tujuan instrumental Jenis berbicara Dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan situasi,
keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan. Berdasarkan situasi dibagi menjadi dua yaitu
berbicara formal dan berbicara nonformal. Berdasarkan keterlibatan pelaku dibagi menjadi
dua yaitu berbicara individual dan berbicara kelompok. Berdasarkan alur pembicaraan dibagi
menjadi dua yaitu berbicara monologis dan berbicara dialogis. 1. Berdasarkan situasi
Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan baik tata krama maupun
kebahasaan Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan,
berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan. 2. Berdasarkan situasi berbicara
Berbicara individual yaitu berbicara dilakukan seorang pelaku, misalnya dalam pidato.
Berbicara kelompok yaitu berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya
diskusi dan debat. 3. Berdasarkan alur pembicaraan Berbicara monologis yaitu kegiatan
berbicara yang dilakukan searah, dilakukan oleh diri sendiri. Berbicara dialogis yaitu
kegiatan berbicara yang dilakukan dua arah. Prinsip umum yang mendasari kegiatanberbicara
1. Membutuhkan paling sedikit dua orang 2. Mempergunakan suatu sandi linguistik
yang dipahami bersama 3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum 4.
Merupakan suatu pertukaran antara partisipan 5. Menghubungkan setiap pembicara
dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera 6. berhubungan atau
berkaitan dengan masa kini 7. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang
berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran 8. Secara tidak pandang
bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai
dalil Keterkaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa yang lain 1. Hubungan berbicara
dengan menyimak Kemampuan berbicara dimulai dengan proses menyimak, hubungan antara
kemampuan berbicara dengan menyimak yaitu : a. Seseorang belajar berbicara dimulai
dengan menyimak b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicara c.
Kemampuan berbicara dijadikan tolak ukur kemampuan menyimak d. Berbicara dapat
dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak 2. Hubungan berbicara dengan membaca
a. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca b. Pada orang
dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui proses membaca c.
Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam memandu kegiatan berbicara 3. Hubungan
berbicara dengan menulis a. Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi
kemampuan berbicara b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara dialog 1.
Pengertian Berbicara Menurut Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk (2006:34).
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Menurut Haryadi dan Zamzani
(2000:72) Berbicara adalah suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat
dipahami orang lain. Menurut St. Y. Slamet dan Amir (1996: 64) Berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk
menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
penyimak. Menurut Tarigan (2008 : 16) Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas
dapat disimpulkan bahwa pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata
dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan
yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang
disampaikan dapat dipahami oleh penyimak. 2. Tujuan Berbicara Tarigan mengemukakan
bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan
melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk,
mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan
Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan
pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan
menyenangkan para pendengar. Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa
tujuan berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan
atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur pendengar. Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang
utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk
memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau
mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari
pendengar atau penerima informasi. 3. Unsur Dasar Berbicara di dalam
KegiatanBerbicara Pembicara Isi pembicaraan Saluran Penyimak Tanggapan penyimak 4.
Konsep Dasar Berbicara Membutuhkan paling sedikit dua orang, tentu saja pembicaraan
dapat dilakukan oleh satu orang & perihal ini sering terjadi misalnya oleh orang yg sedang
mempelajari banyak bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya atau oleh seseorang yg meninjau
kembali peryataan bank-nya atau oleh orang yg memukul ibu jarinya dgn palu. Menggunakan
salah satu sandi linguistic yg dipahami bersama, bahkan andai katapun dipergunakan dua
bahasa namun saling pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya.
Menerima atau mengakui satu daerah referensi umum, daerah referensi yg umum mungkin
tidak selalu mudah kenal, ditentukan, namun pembicara menerima kecenderungan untuk
menentukan. 5. Tahap-Tahap dalam Berbicara Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai
tahapan-tahapan tertentu. Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui
dengan utuh, karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan satu rukun dari sebuah perbuatan.
1. Persiapan Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang
pembicara, yaitu: a. Penentuan Topik b. Penentuan Tujuan c. Pengumpulan Referensi d.
Penyusunan Kerangka e. Berlatih 2. Pelaksanaan Kegiatan Berbicara Secara umum
pelaksanaan kegiatan berbicara dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: a.
Pembukaan b. Pembahasan Pokok c. Penutup 3. Evaluasi Adakalanya evaluasi perlu
dilakukan untuk mendapat masukan tentang kegiatan berbicara yang telah dilakukan seorang
pembicara. Dengan masukan tersebut seorang pembicara dapat menentukan kualitas
pembicaraannya. 6. Jenis Berbicara A. Berdasarkan situasi Berbicara formal yaitu
berbicara yang terikat pada aturan-aturan, baik aturan tata krama maupun kebahasaan.
Contoh : Ceramah, Perencanaan dan penilaian, Interview, Prosedur parlementer, dan
Bercerita. Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan
berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan. Contoh :Tukar Pengalaman, Percakapan,
Menyampaikan Berita, Menyampaikan Pengumuman, Bertelpon, dan Memberi Petunjuk.
B. Berdasarkan keterlibatan pelaku Berbicara individual yaitu, berbicara yang dialkukan
oleh seorang pelaku pembicara Contoh : Berpidato Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang
melibatkan banyak pelaku pembicara Contoh : Debat dan Diskusi C. Berdasarkan alur
pembicaraannya Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan searah
Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua arah D. Berbicara
Berdasarkan Tujuan Berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan. Hal ini
dilakukan jika seseorang ingin menjelaskan suatu proses, menguraikan,menafsirkan sesuatu,
memberikan, menyebarkan atau menanamkan pengetahuan, dan menjelaskan kaitan,
hubungan atau relasi antar benda, hal atau peristiwa. Berbicara menghibur. Berbicara untuk
menghibur memerlukan kemampuan menarik perhatian pendengar. Suasananya bersifat
santai dan penuh canda. Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan atau menggerakkan.
Dalam kegiatan berbicara ini, pembicara harus pandai merayu, mempengaruhi atau
meyakinkan pendengarnya. E. Berdasarkan Cara Penyampaian Berbicara mendadak.
Berbicara berdasarkan catatan. Berbicara berdasarkan hafalan. Berbicara berdasarkan naskah.
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Pengertian berbicara
Berbicara adalah bentuk komunikasi lisan dengan menuangkan gagasan/ide/pemikiran dalam
bentuk ujaran.
Tujuan berbicara
1. tujuan sosial
2. tujuan ekspresif
3. tujuan ritual
4. tujuan instrumental
Jenis berbicara
Dibagi menjadi tiga yaitu berdasarkan situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.
Berdasarkan situasi dibagi menjadi dua yaitu berbicara formal dan berbicara nonformal.
Berdasarkan keterlibatan pelaku dibagi menjadi dua yaitu berbicara individual dan berbicara
kelompok.
Berdasarkan alur pembicaraan dibagi menjadi dua yaitu berbicara monologis dan berbicara
dialogis.
1. Berdasarkan situasi
a. Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan baik tata krama maupun
kebahasaan
b. Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan,
berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan.
2. Berdasarkan situasi berbicara
a. Berbicara individual yaitu berbicara dilakukan seorang pelaku, misalnya dalam pidato.
b. Berbicara kelompok yaitu berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya
diskusi dan debat.
3. Berdasarkan alur pembicaraan
a. Berbicara monologis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan searah, dilakukan oleh diri
sendiri.
b. Berbicara dialogis yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan dua arah.
Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara
1. Membutuhkan paling sedikit dua orang
2. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama
3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum
4. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan
5. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan
segera
6. berhubungan atau berkaitan dengan masa kini
7. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa
dan pendengaran
8. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang
diterima sebagai dalil
Keterkaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa yang lain
1. Hubungan berbicara dengan menyimak
Kemampuan berbicara dimulai dengan proses menyimak, hubungan antara kemampuan
berbicara dengan menyimak yaitu :
a. Seseorang belajar berbicara dimulai dengan menyimak
b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicara
c. Kemampuan berbicara dijadikan tolak ukur kemampuan menyimak
d. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak
2. Hubungan berbicara dengan membaca
a. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca
b. Pada orang dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui proses
membaca
c. Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam memandu kegiatan berbicara
3. Hubungan berbicara dengan menulis
a. Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi kemampuan berbicara
b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara dialog
KONSEP DASAR BERBICARA
A. PENGERTIAN BERBICARA
Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa,
berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-
ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan, pikiran, perasaan menjadi
wujud ujaran.
Ujaran yang dimaksud ialah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.
Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahsa tersebut ingin dikategorikan
sebagai kegiatan berbicara.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh para pakar komunikasi yaitu :
1. BERBICARA MERUPAKAN EKSPRESI DIRI
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya, ketika seseirang
berbicara pada saat itu dia sedang mengekspresikan dirinya. Dari bahsa yang
digunakan pembicara, dapat diketahui kondisi mentalnya. Kemarahan, kesedihan,
kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang tidak dapat disembunyikan selama ia
masih berbicara. Dengan berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan
pikirannya, berbicara dengan dunia luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.
2. BERBICARA MERUPAKAN KEMAMPUAN MENTAL MOTORIK
Berbicara tidak hanya melibatkan kerja sama alat-alat ucap secara harmonis
unttuk menghasilkan bunyi bahasa tetapi, berbicara juga melibatkan aspek mental.
Bagaimana bunyi bahsa dikaitkan dengan gagasan yang dimaksud pembicara
merupakan suatu keterampilan tersendiri. Dalam hal ini diperlukan keseimbangan
antara gagasan yang ada dalam pikiran dengan kemampuan menentukan kata-kata
yang tepat, gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara memerlukan saluran
yang baik agar gagasan tersebut dapat keluar dengan sempurna.
3. BERBICARA MERUPAKAN PROSES SIMBOLIK
Kata yang menjadi dasar dari sebuah ujaran merupakan simbol bunyi. Sebagai
simbol, pemaknaan sebuah kata merupakan kesepakatan antar si pemakai bahasa.
Antara kata dengan sesuatu yang dirujuknya tidak mempunyai kaitan yang mengikat
artinya, penanaman sesuatu dengansebuah kata merupakan kesepakatan.
Muljana mengatakan, “lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan
untuk menunjuk sesuatu berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang
meliputi kata-kata, prilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.”
Jika penanaman suatu benda terikat oleh benda yang dirujuknya, mungkin
didunia tidak akan ada perbedaan bahasa. Hambatan itu sendiri ketika seseorang akan
melakukan pembicaraan dengan orang lain yang kebetulan mempunyai bahasa yang
berbeda. Jadi, ketika seorang pembicara mengucapkan kata-kata pada saat itu dia
sedang melakukan simbolisai terhadap gagasan yang ada dalam pikirannya.
4. BERBICARA TERJADI DALAM KONTEKS RUANG DAN WAKTU
Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu. Tempat dan waktu
terjadinya pembicaraan mempunyai efek makna pembicaraan.
Waktu akan mempengaruhi makna ucapan seseorang. Anda akan dapat membedakan
makna assalamualaikum yang diucapkan oleh orang yang bertamu kerumah pada
siang hari dan malam hari. Pada siang hari mungkin ucapan itu dimaknai sebagai hal
yang wajar, akan tetapi jika ucapan itu terjadi pada tengah malam mungkin anda akan
memaknai ucapan tersebut dengan makna yang kurang wajar.
5. BERBICARA MERUPAKAN KETERAMPILAN BERBAHASA YANG
PRODUKTIF
Produktivitas dalam hal ini diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang
paling banyak digunakan untuk berkomunikasi, seiring dengan kemampuan berbahasa
lainya yaitu menyimak. Kedua kemampuan ini tidak dapat dipisahkan karena kedua
keterampilan tersebut mempunyai hubungan resiprokal. Dibandingkan dengan menulis
berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang cukup efektif, karena tidak
memerlukan persiapan dan media yang cukup rumit. Selain itu, berbicara mempunyai
kelebihan dari segi koreksi dan ralat.
Beberapa prinsip umum berbicara menurut Tarigan, yaitu :
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang
Berbicara sebagai bentuk komunikasi tentu saja memerlukan pihak yang
berperan sebagai komunikator dan pihak lainya sebagai komunikan. Dua pihak ini
merupakan faktor penting terjaminnya keberlangsungan komunikasi.
b. Mempergunakan studi linguistik yang dipahami bersama
Seperti disebutkan sebelumnya, berbicara merupakan proses simbolik yaitu
penuangan gagasan-gagasan dalam bentuk simbol simbol kebahasaan yang dimaknai
bersama menurut kesepakatan antar pemakai bahasa.
c. Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar
Ketika pembicara menyampaikan gagasan, pendengar berperan sebagai
penyimak. Ketika pesan tersebut direspons oleh pendengar maka telah terjadi
pergantian peran. Ketika penyimak memberikan respon, penyimak yang sebelumnya
berperan sebahai pendengar, sudah berubah perannya menjadi pembicara, sedangkan
pihak yang awal sebagai pembicara, ketika menerima respons berubak peran menjadi
penyimak. Begitu seterusnya pergantian peran antara kedua pihak.
d. Berhubungan dengan masa kini.
Wacana pembicaraan hanya berlangsung pada masa kini.
B. TUJUAN DAN JENIS BERBICARA
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasan-gagasan
kepada pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana penyampaian sesuatu
kepada orang lain sesuai dengan tujuan yang diharapkan pembicara. MenurutMulyana
pengelompokan tujuan berbicara ada empat tujuan yaitu :
1. tujuan sosial
2. tujuan ekspresif
3. tujuan ritual
4. tujuan instrumental
Ada juga tujuan-tujuan berbicara dengan menitikberatkan pada efek
pembicaraan, yaitu :
1. berbicara dengan meyakinkan pendengar
2. berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar
3. berbicara dengan tujuan memperluas wawasan pendengar
4. berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek
5. berbicara dengan tujuan menyampaikan pesan tersirat.
Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda yang dilakukan
berdasarkan 3 hal yaitu : Situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.
Berdasarkan situasi berbicara dapat dikelompokan kedalan dua jenis yaitu :
a. Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan aturan baik aturan
tata krama maupun kebahasaan.
b. Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan
berlangsung secara spontan dan tanpa perencanaan.
Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis
yaitu :
a. Berbicara individual yaitu, berbicara yang dialkukan oleh seorang pelaku pembicara
misalnya pidato.
b. Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara
misalnya diskusi dan debat.
Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis
yaitu :
a. Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan searah
b. Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua
arah
C. PERANAN BERBICARA DALAM KESEHARIAN
Berbicara dapat digolongkan kedalam dua jenis yaitu berbicara formal dan
nonformal. Berbicara formal ialah kegiatan berbicara yang terikat secara ketat oleh
aturan aturan, baik aturan yang berkaitan dengan kebahasaan maupun
nonkebahasaan. Sementara berbicara nonformal adalah kegiatan berbicara yang tidak
begitu terikat dengan aturan. Dalam hal ini yang diutamakan adalah komunikatif,
yaitu pendengar dapat memahami pesan dengan jelas yang dimaksud pembicara.
Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbicara yang digunakan adalah
berbicara nonformal. Situasi berbicara nonformal tidak seketat berbicara formal. Jika
berbicara formal dibatasi ruang dan waktu, situasi dalam berbicara nonformal tidak
terbatas ruang dan waktu. Dimanapun kegiatan berbicara dapat dilangsungkan tanpa
harus ada persiapan sebelumnya, dan waktu yang digunakan juga tidak direncanakan
sebelumnya.
D. KAITAN BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN BERBAHASA LAINNYA
Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa dapat dikaitkan dengan
kemampuan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan menulis.
Keterampilan berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri, melainkan
keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.
1. Hubungan Berbicara Dengan Menyimak
Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh dengan pola yang teratur dan tetap.
Kemampuan berbicara dimulai dengan proses menyimak. Ada beberapa hal yang perlu
diungkapkan berkaitan dengan hubungan antara kemampuan berbicara dengan
menyimak, yaitu :
a. Seorang anak belajar berbicara dimulai dengan menyimak.
b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan pembicara.
c. Kemampuan berbicara dijadikan tolok ukur kemampuan menyimak.
d. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses menyimak.
2. Hubungan Berbicara Dengan Membaca
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat pemahaman, dan
membaca dalam pembahasan disini menggunakan pemahaman yaitu membaca dengan
objek huruf. Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan disini berkaitan dengan
hubungan antara keterampilan berbicara dan membaca, yaitu :
a. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari proses membaca.
b. Pada orang dewasa peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui
proses membaca.
c. Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam memandu dalam kegiatan berbicara.
3. Hubungan Berbicara Dengan Menulis
Berbicara bukan merupakan keterampilan berbahasa yang berdiri sendiri,
melainkan keterampilan yang didukung kemampuan lainnya termasuk menulis. Ada
beberapa hal yang perlu diungkapkan berkaitan dengan hubungan antara berbicara
dan menulis, yaitu :
a. Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana pendukung bagi kemampuan berbicara.
b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara dialog.
2.2 BERBICARA SEBAGAI PROSES
A. PENGERTIAN BERBICARA SEBAGAI PROSES
Proses mengandung pengertian bahwa ada beberapa hal yang bergerak secara
dinamis. Dalam konteks komunikasi antar pribadi, proses menunjukkan adanya
kegiatan pengiriman pesan dari sesorang kepada orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang
dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan
kepada pendengar melalui sebuah media.
B. TAHAP-TAHAP DALAM BERBICARA
Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai tahapan-tahapan tertentu.
Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui dengan utuh,
karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan satu rukun dari sebuah perbuatan.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang
pembicara, yaitu:
a. Penentuan Topik
b. Penentuan Tujuan
c. Pengumpulan Referensi
d. Penyusunan Kerangka
e. Berlatih
2. Pelaksanaan Kegiatan Berbicara
Secara umum pelaksanaan kegiatan berbicara dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu:
a. Pembukaan
b. Pembahasan Pokok
c. Penutup
3. Evaluasi
Adakalanya evaluasi perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang
kegiatan berbicara yang telah dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan tersebut
seorang pembicara dapat menentukan kualitas pembicaraannya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk
ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang
sebelum berada pada tataran ide.
Berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses
simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui
sebuah media.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno. Bustanul Arifin. Asep Supriana. 2007. Bebicara. Universitas Terbuka.
BROWSE MORE ARTICLES
Dalam belajar bahasa ada empat aspek yang harus dikuasai siswa. Aspek tersebut adalah
kemampuan mendengarkan/ menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap kemampuan
tersebut mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Dalam meperoleh kemampuan
berbahasa, biasanya melalui suatu pola urutan yang teratur, misalnya : pada masa kecil anak
belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis.
Untuk lebih mengoptimalkan kemampuan tersebut, perlu kita ketahui hakikat dari masing-
masing aspek tersebut, harapannya dalam proses pembelajaran kita mampu memilih metode
maupun media pembelajaran yang tepat.
Kali ini saya akan sedikit menguraikan hakikat berbicara.
Mari kita simak....
1. Hakikat berbicara
Menurut Tompkins (dalam Novi Resmini, 2006: 191) berbicara merupakan bentuk bahasa
ekspresif yang utama. Anak-anak maupun orang dewasa lebih sering menggunakan bahasa
lisan dibandingkan bahasa tulis. Anak-anak belajar berbicara sebelum belajar membaca
dan menulis. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara saling terkait antara satu
dengan yang lain. Guru bertanggung jawab untuk menguatkan kemampuan siswa yang
beragam tersebut. Namun untuk memperbaiki hal itu perlu waktu, karena sikap berubah
secara perlahan dan dipengaruhi berbagai faktor, baik daridalam maupun luar sekolah.
Pembelajaran di sekolah dasar perlu direncanakan dan dikembangkan oleh guru. Masa
usia sekolah dasar merupakan masa yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan
berbicara siswa.
Menurut Brown dan Yule (dalam Puji Santoso, 2007: 634) berbicara dapat diartikan
sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Berbicara sering dianggap
sebagai alat komunikasi yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor psikis,
psikologis dan neurologis dan linguistik secara luas.
Banyak faktor yang terlibat di dalamnya, menyebabkan orang beranggapan bahwa
berbicara merupakan kegiatan yang kompleks. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator
keberhasilan berbicara sehingga harus diperhatikan pada saat kita menentukan mampu
tidaknya seseorang berbicara. Tingkat kemampuan berbicara seseorang atau siswa tidak
hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor
psikologis saja, tetapi dengan mengukur penguasaan semua faktor tersebut secara
menyeluruh. Seseorang dapat membaca atau menulis secara mandiri, dapat menyimak
siaran radio sendiri. Tetapi sangatlah jarang, orang melakukan kegiatan berbicara tanpa
hadirnya orang kedua sebagai pemerhati atau penyimak.
Valette (dalam Puji Santoso, 2007: 6.34) menjelaskan bahwa berbicara merupakan
kemampuan berbahasa yang bersifat sosial. Dapat dipahami orang berbicara untuk saling
berkomunikasi dengan orang lain agar tercipta kerjasama dan hubungan yang baik.
Menurut Madsen (dalam Puji Santoso, 2007: 6.35), berbicara menuntut penggunaan
bahasa secara tepat pada tingkatan yang ideal. Untuk dapat bicara dalam suatu bahasa
yang baik, pembicara harus menguasai lafal, tata bahasa dan kosa kata dari bahasa yang
digunakan itu. Selain itu, penguasaan masalah yang akan disampaikan dan kemampuan
memahami bahasa lawan bicara diperlukan juga.
Aristoteles (dalam Helena Olii, 2010: 30), mengungkapkan menulis retorika (kepandaian
berbicara) yang menyatakan bahwa terdapat tiga poin utama sebagai dasar dalam
berbicara adalah topik yang dibicarakan, siapa yang diajak berbicara dan menyusun
menurut urutan awal, tengah dan akhir.
Jadi seseorang yang pandai berbicara adalah seseorang dapat menyampaikan topik secara
jelas. Pembicara mengetahui siapa yang diajak berbicara agar dapat berbicara dengan baik
dan benar serta berbicara harus urut dari urutan awal, tengah dan akhir. Pembicara harus
menggunakan faktor psikis, psikologis dan neurologis dan linguistik dalam
menyampaikan gagasannya.
2. Pengertian dan Tujuan Berbicara
Djago Tarigan (dalam Novi Resmini dkk, 2006: 193) mengungkapkan bahwa berbicara
merupakan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan
dan bahasa lisan sebagai media penyampai sangat erat. Pembelajaran kemampuan
berbicara dapat membantu siswa dalam menyampaikan pesan, informasi, gagasan, pikiran
dan ide yang dimiliki kepada orang lain. Siswa dapat berlatih berbahasa dengan baik dan
benar sesuai dengan kondisi yang dialami.
H. G Tarigan (dalam Novi Resmini dkk, 2006: 193), menyatakan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi–bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta penyampaian pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara dapat menjalin
komunikasi yang baik antara satu orang dengan orang lain agar tidak terjadi kesalah
pahaman. Dengan berbicara mampu membuat siswa lebih percaya diri dan melatih
keberanian untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain.
Menurut Maidar dan Mukti (1987:17), tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sudah
seharusnya pembicara memahami makna segala yang ingin dikomunikasikannya. Apabila
terjalin komunikasi yang baik maka akan tercipta hubungan kerjasama yang baik pula.
Berbicara dapat menjadi solusi utama untuk memecahkan persoalan yang terjadi. Karena
dengan berbicara yang baik seseorang akan mengetahui maksud dari apa yang telah
dibicarakan.
Djago Tarigan (dalam Novi Resmini dkk, 2006: 193) mengemukakan tujuan berbicara,
yaitu:
1. Berbicara untuk menghibur
2. Berbicara untuk menginformasikan
3. Berbicara untuk menstimulasi
4. Berbicara untuk meyakinkan
5. Berbicara untuk menggerakkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah mengungkapkan pikiran, perasaan dan
gagasan kepada orang lain agar terjalin komunikasi yang baik antara satu orang dengan
orang lain. Tujuan berbicara antara lain adalah tujuan menghibur orang,
menginformasikan suatu pesan, memberikan rangsangan kepada pendengar agar
melakukan apa yang dikehendaki oleh pembicara. Berbicara dapat meyakinkan pendengar
agar menyakini, memahami dan menututi kebenaran dari pembicara. Berbicara dengan
tujuan menstimulasi dan meyakinkan dapat menggerakkan pendengar yang mendengarkan
untuk melakukan apa yang dikehendaki pembicara.
Itulah sedikit uraian mengenai kemampuan berbicara, untuk aspek berbahasa yang lain akan
saya uraikan pada postingan yang lain. Oya, kemampuan berbicara tersebut menjadi objek
penelitian Yustina Ari.
Pada penelitiannya, Yustina mencoba meningkatkan kemampuan bicara siswa dengan
menerapkan metodeProblem Based Learning. Dan hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan
bicara siswa meningkat setelah 3 siklus pembelajaran.
Semoga bermanfaat dan Wassalamu'alaikum....
Daftar Pustaka :
Djenar. 2009. Hakikat kemampuan berbicara. http: // larungdjenar. blogspot. com/ 2009/
11/ hakikat- kemampuan- berbicara. html diakses tanggal 20 oktober 2011.
Isah Cahyani dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. UPI Pers:
Bandung.
Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Olii, Helena. 2010. Public Speaking. Jakarta: Indeks.
Resmini, Novi. 2006. Bahan Belajar Mandiri: Pembinaan dan Pengembangan
Pembalajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Pers.
Santoso, Puji. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Cetakan ke 8.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Email This BlogThis!
"Keterampilan Berbicara"
Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara
adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan,
dan sebagainya) atau berunding”.
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi
hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara
khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16),
mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan
gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain
dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1)
berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka
pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.
Menurut Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau
wujudnya berbicara tersebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan
yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.
Menurut Mulgrave (1954:3-4) mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan
pikiran. Jadi pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
Komponen Berbicara
Menurut Tarigan (1990:157), butir-butir atau komponen yang selalu terlibat dan
mempengaruhi pembicaraan adalah :
1. Pembicara;
2. Pembicaraan;
3. Penyimak;
4. Media;
5. Sarana penunjang;
6. Interaksi.
Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah menyampaikan pesan kepada orang lain (pendengar). Tujuan
tersebut dapat diperinci lebih lanjut menjadi:
1.Untuk menghibur
Contoh : para pelawak
2.Untuk menginformasikan
Contoh : penceramah, penyiar
3.Untuk menstimulasikan
Contoh : guru yang membangkitkan inspirasi murid, kemauan,minat, semangat.
4.Untuk meyakinkan
Contoh : pembaca iklan, pidato penyuluhan
5.Untuk menggerakkan
Contoh : juru kampanye
Ragam Berbicara
1. Pidato
Pidato adalah berbicara di depan umum. Jika pidato tadi bersifat ilmiah disebut ceramah.
Teks pidao adalah bahan tertulis yang digunakan untuk berpidato/ berceramah. Bila teks tadi
di buat sendiri oleh si pemidato disebut naskah pidato.
2. Diskusi
Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraaan
sarius tentang suatu masalah objektif. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar
pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecilatau kelompok besar.
Bentuk-bentuk diskusi:
a. Diskusi Fak
Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama di bawah
bimbingan seorang ahli. Diskusi ini diselenggarakan pada akhir suatu ceramah atau makalah
yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Pada hakikatnya diskusi fak
adalah suatu proses saling menukar pikiran dan endapat untuk mencapai suatu pengetahuan
yang lebih tinggi.
b. Diskusi Podium
Diskusi podium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok dan pendapat
atau diskusi yang diadakan oleh wakil-wakil terpilih bersama dengan atau tanpa plenum.
Dalam diskusi podium, masalah-masalah bersifat umum dijelaskan secara terbuka. Hal yang
harus diperhatikan dalam diskusi podium ialah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut
pandangannya, sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain, sebab
diskusi podium akan menjadi lebih menarik, apabila setiap pembicaraan mewakili pendapat
yang berbeda dari kelompoknya. Moderator dapat memberi kesempatan kepada para
pedengar untuk mengajukan pertanyaan, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapat
atau pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan ditujukan kepada pembicara dari kelompok tertentu.
c. Forum Diskusi
Forum diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering dipergunakan dalam bidang
politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa bentuk dialog.
d. Diskusi Kasualis
Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atas satu masalah konkret atau satu situasi konkret
yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari jalan keluar yang tepat.
Demi kelancaran dapat di undang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk
menjadi pengarah atau pendamping.
e. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membahas suatu
topik yang menjadi perhatian umum di depan penonton atau pendengar. Dapat juga berarti
sejumlah orang yang diserahi tugas melaksanakan tugas tertentu. Tujuan diskusi panel adalah
memberikan pemahaman kepada pendengar/penonton mengenai masalah yang didiskusikan.
3. Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh
khalayak ramai. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pidato. Ciri-ciri yang harus
diperhatikan dalam membaca pengumuman diantaranya, yaitu volume suara harus lebih
keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan yang menarik.
4. Menyampaikan Argumentasi
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mepertahankan
pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan
memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta
setuju terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, via Mulyati, 2008:3.6).
5. Bercerita
Melalui bercerita dapat terjalin hubungan yang akrab. Selain itu, manfaat bercerita
diantaranya, yaitu memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, dan memberikan
keteladanan.
6. Musyawarah
Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai
kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai
kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang
banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
7. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode
pengumpulan berita. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung bertatap muka (face to
face) dengan orang yang diwawancarai (interviewee), atau secara tidak langsung seperti
melalui telepon, internet, atau surat. Semua jenis peliputan berita memerlukan proses
wawancara dengan sumber berita atau narasumber. Wawancara bertujuan pokok menggali
informasi , komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan
mengajukan pertanyaan kepada narasumber.
Sumber: Sunarti dan Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Universitas PGRI Yogyakarta
http://nannyes.blogspot.com
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak usia dini. Anak usia
dini memiliki keterampilan yang berbeda-beda itu dikarenakan stimulasi yang diterima,
lingkungan tempat tinggal, kesehatan, jenis kelamin dan masih banyak lagi. Keterampilan
berbicara mengalami proses belajar yang unik karena berbicara tersebut digunakan sehari-
hari meskipun tanpa proses informal namun melalui proses formal.
Menurut Tarmasyah (1996) faktor yang mempengaruhi perkembangan berbahasa dan bicara
diantaranya:
Kondisi jasmani dan kemampuan motorik
Kondisi jasmaniah anak meliputi kondisi fisik sehat, tentunya mempunyai kemampuan
gerakan yang lincah, dan penuh energi. Anak demikian anak mempunyai rasa ingin tahu
tentang benda-benda disekitarnya, kemudian benda tersebut diasosikan anak menjadi sebuah
pengertian. Untuk selanjutnya pengertian tersebut dilahirkan dalam bentuk bahasa dan di
ucapakan. Anak yang mempunyai kondisi fisik yang normal akan mempunyai kosep bahasa
yang lebih dari anak yang kondisi fisiknya terganggu. Dengan demikian kemampuan bahasa
dan keterampilan berbicara akan berbeda.
Kesehatan umum
Kesehatan secara umum menujang perkembangan setiap anak termasuk didalamya
kemampuan bahasa dan keterampilan berbicara. Anak yang berpenyakit tidak mempunyai
kebebasan dalam mengenal lingkungan sekitarnya secara utuh sehingga anak kurang mampu
mengekspresikannya. Namun anak yang sehat akan mampu mengenali lingkungan dan
mampu mengekspresikan secara utuh dalam bentuk bahasa dan berbicara.
Lebih lanjut Tarmansyah (1996: 53) mengatakan “…. adanya gangguan pada kesehatan anak,
akan mempengaruhi dalam perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini terjadi sehubungan
dengan berkurangnya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dari lingkungan. Selain itu,
mungkin anak yang kesehatannya kurang baik tersebut menjadi berkurang minatnya untuk
ikut aktif melakukan kegiatan, sehingga menyebabkan kurangnya input yang diperlukan
untuk membentuk konsep bahasa dan perbendaharaan pengertian.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) faktor yang menimbulkan perbedaan dalam
belajar berbicara tentang kesehatan anak yang sehat akan cepat belajar berbicara ketimbang
anak yang tidak sehat, karena ada motivasi untuk bergabung dengan kelompok sosial dan
berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
Kecerdasan
Kecerdasan pada anak usia dini meliputi fungsi mental intelektual. Anak yang memiliki
intelegensi tinggi akan mampu berbicara lebih awal sedangkan anak yang memiliki
intelegensi rendah akan terlambat dalam kemampuan berbahasa dan berbicara. Berdasarkan
hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan atau intelegensi berpengaruh terhadap
kemampuan bahasa dan bicara.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar
berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang
anak yang tingkat kecerdasannya rendah. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa
kelancaran keterampilan berbicara pada anak yang memiliki kecerdasan yang baik, umumnya
tidak mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Jadi, kelancaran berbicara
menunjukan kematangan mental intelektual.
Sikap lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak adalah lingkungan
bermain baik dari tetangga maupun dari sekolah. Oleh karena itu lingkungan sangat
mempengaruhi bahasa anak, maka lingkungan dari mana pun bagi anak hendaklah
lingkungan yang dapat menimbulkan minat berkomunikasi anak. Proses perolehan bahasa
anak diawali dengan kemampuan mendengar kemudian maniru suara yang didengar dari
lingkungan. Proses semacam ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak
tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh karena itu
keluarga harus memberi kesempatan kepada anak belajar dari pengalaman yang pernah
didengarnya. Kemudian berangsur-angsur ketika anak mampu mengekspresikan pengalaman,
baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca dan diungkapkan kembali dalam bahasa
lisan.
Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini
dikarenakan sosial ekonomi seseorang memberikan dampak terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan berbahasa dan berbicara. Makanan dapat mempengaruhi kesehatan. Makanan yang
bergizi akan memberikan pengaruh positif untuk perkembangan sel otak. Perkembangan sel
otak inilah yang akhirnya digunakan untuk mencerna semua rangsangan dari luar sehingga
rangsangan tersebut akan melahirkan respon dalam bentuk berbahasa dan berbicara.
Gambaran tersebut menujukkan bahwa kondisi social ekonomi yang tinggi dapat memenuhi
kebutuhan makan anaknya yang memadai.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) anak dari kelompok sosial ekonomi tinggi lebih
mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara
ketimbang anak dari kelompok yang keadaan ekonominya lebih rendah. Penyebab utama
adalah anak dari kelompok lebih tinggi lebih banyak didorong unutk berbicara dan lebih
banyak di bombing melakukannya.
Kedwibahasaan
Kedwibahasaan atau bilingualism adalah kondisi dimana seseorang berada di lingkungan
orang lain yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Kondisi demikian dapatlah
mempengaruhi atau memberikan akibat bagi perkembangan bahasa dan berbicara anak.
Meskipun ada anggapan bahwa anak usia dini dapat belajar bahasa yang berbeda sekaligus,
namun jika dalam penggunaannya bersamaan dan bahasa yang digunakan berbeda, maka hal
ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak.
Neurologi
Neuro adalah syaraf, sedangakan neurologis dalam berbicara adalah bentuk layanan yang
dapat diberikan kepada anak untuk membantu mereka yang mengalami gangguan bicara.
Oleh karena itu gangguan berbicara penyebabnya dapat dilihat dari keadaan neurologisnya.
Beberapa faktor neurologis yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak
menurut Tarmansyyah (1996) adalah meliputi:
1. Bagaimana struktur susunan syarafnya
2. Bagaimana fungsi susunan syarafnya
3. Bagaimana peranan susunan syarafnya
4. Bagaimana syaraf yang behubungan dengan organ bicaranya.Pengertian Kemampuan BerbicaraPenguasaan teori berbicara bukanlah tujuan utama dalam pembelajaran berbicara. Hal terpenting dalam pembelajaran berbicara adalah siswa mampu berbicara sesuai dengan konteks. Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Menurut Pageyasa (2004: 43) bahwa “keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh”.
Adapun Utari dan Nababan (1993: 45) menyatakan bahwa “kemampuan berbicara adalah pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa”. Sementara itu, Ibrahim (2001: 36)memberikan pengertian bahwa “kemampuan berbicara adalah kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya”.
Kompetensi komunikatif sebagai inti dari pengajaran berbicara juga berhubungan dengan kemampuan sosial dan menginterpretasikan bentuk-bentuk linguistik. Para siswa tentu sudah memiliki pengetahuan sebagai modal dasar dalam bertutur karena siswa berada dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya untuk paham kode linguistik.
Pengertian lebih lanjut dikemukakan Moris (Novia, 2002: 67) yang menyatakan bahwa “kemampuan berbicara merupakan kemampuan menggunakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial”.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli yang dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan pengertian dalam penelitian ini bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan, baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh dengan menggunakan kalimat yang sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya. Menurut Samsuri dan Sadtono (1990: 34) bahwa keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk:
1. Berpragmatik secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan;
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan BerbicaraKemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika ngobrol, presentasi, menyampaikan pendapat, eyel-eyelan (baca : berdebat) ataupun kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa lisan yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan kita dalam berbicara.
Kemampuan berbicara dan bahasa anak erat kaitannya dengan kemampuan mendengar anak. Perkembangan bicara anak memerlukan pembinaan secara intensif, sesuai dengan taraf perkembangan fisik dan psikis yang lain. Kemampuan bahasa anak akan maksimal jika mendapat umpan balik yaitu mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui pendengarannya. Umpan balik yang mereka peroleh untuk mengontrol bicaranya hanya diperoleh secara visual, kinestetik dan gerak.
Menurut Sadjaah dan Sukarja (1995: 114) bahwa “perkembangan bahasa seseorang tak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor. Perkembangan bahasa dan bicara hanya akan berjalan dengan baik dan lancar bila didukung oleh faktor kesiapan atau kematangan”. Lanjut Sadjaah dan Sukarjamenyatakan bahwa “Faktor-faktor yang mempe¬ngaruhi adanya kesiapan adalah faktor psikologis, faktor fisiologis, dan faktor lingkungan”. Faktor Psikologis
Faktor ini menyangkut aspek inteligensi, minat akan apa yang dilihat, dirasakan, dikehendaki di dengar dan perlu dikemukakan kepada orang lain. Kesanggupan meniru dan menyimpan apa yang di dengar, kesanggupan menata pikiran dan perasaan terhadap apa yang dimaksud. Faktor Fisiologis
Faktor ini menyangkut masalah ketajaman pendengaran, susunan saraf yang berfungsi baik untuk mengendalikan gerakan otot-otot alat bica¬ra dan keadaan alat-alat bicara yang baik. Faktor Lingkungan
Faktor ini menyangkut masalah keterlibatan orang-orang yang berbahasa dan atau berbicara dengan baik, sedia memberi rangsangan berbi-cara kepada anak yang menanggapi pembicaraan anak. Telah disampaikan terdahulu, bahwa selama perkembangan anak terus mendapat pengaruh-pengaruh dari luar maka demikian pula dengan perkembangan bicara dan bahasa, tanpa pengaruh yang mengarah kepada kesempurnaan, tak akan terjadi bicara yang benar dan teratur bagi anak. Katakan bahwa anak itu akan dapat berbicara kalau lingkungan memberi kesempatan untuk mengem-bangkan potensi bicaranya. Anak dapat berbicara dengan baik kalau ada pada lingkungan yang berbicara baik, sebaliknya bicara mereka kurang baik, bila tiap waktu hanya mendengar kata-kata yang kurang baik pula.
Seorang anak yang belum berusia lima tahun masih berbicara seperti bayi, atau tampak ucapan yang salah, itu masih dikatakan normal. Tetapi kaIau sudah berumur lima tahun lebih mengucapkan kata-kata yang tidak jelas dan dapat berbicara pun tapi tidak jelas dapat dipastikan bisa mengalami cacat bicara (speech defect). Bicara dikatakan cacat jika kata-kata yang dikeluarkan oleh alat ucap anak itu menarik perhatian, tidak mudah dipahami dan tidak enak dide¬ngar. Maksudnya bahwa bicara itu tidak sempurna kalau menyimpang sangat jauh dari model pembicaraan pada umumnya.
1) Faktor Organik1. Kematangan alat-alat bicara, seperti lidah, langit-langit, rahang, bibir, tenggorokkan
2. Kecerdasan, anak yang cerdas akan lebih cepat menangkap pembicaraan orang lain, dan dapat me¬ngeluarkan isi hatinya dengan menggunakan kata-kata yang tepat. Sedangkan anak yang kurang cer-das akan selalu menggunakan isyarat untuk lebih menjelaskan apa yang dikatakannya.
3. Kesehatan, anak yang sehat akan banyak bicara jika dibandingkan dengan anak yang tidak sehat. Anak yang sehat akan selalu gembira dan bicara mengenai apa saja, sering bicara sendiri dengan alat permainannya.
4. Pendengaran, hendaknya sejak kecil sudah diperhatikan, apakah anak itu memiliki pendengaran yang baik atau tidak. Sebab anak yang kurang pendengarannya akan terhambat belajar secara lisan, sebab tidak pernah mendengar rangsangan suara dari luar.
5. Jenis kelamin, beberapa ahli perkembangan anak terdahulu mengatakan bahwa anak perempuan lebih cepat berbicara daripada anak laki-laki.
2) Faktor Lingkungan1. Motivasi, yaitu dorongan agar anak mau bicara. Dorongan itu dapat berupa permainan, gerakan atau sikap lainnya yang dapat memberikan pengaruh serta dorongan kepada anak untuk berusaha berbicara dengan kata-kata.
2. Kesempatan mendapatkan pengalaman, misalnya diajak bertamu atau menemui tamu, diajak bertamasya dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi kesiapan dan kematangan anak lebih memungkinkan perkembangan kemampuan bicara dan bahasanya dengan baik, sehingga tidak mengalami kelainan atau gangguan bicara.
Melatih Kemampuan BerbicaraTak hanya penampilan yang baik, seorang juga harus mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Setiap siswa sebenarnya memiliki kemampuan tersebut, asalkan siswa tersebut mau belajar. Bagaimana cara melatihnya?. Oetomo, I (2008: 1-2) menguraikan ”cara melatih kemampuan berbicara berdasarkan tingkat atau teknik berbicara yaitu: 1) teknik berbicara
yang baik, 2) teknik berbicara di depan umum, 3) teknik berbicara profesio-nal, dan 4) teknik membuka dan menutup pembicaraan”. Teknik Berbicara yang Baik
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus jelas agar tidak terjadi miscommunication. Perhatikan pula pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah berkata-kata maka tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan bicara. Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur sehingga intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita membicarakan masalah personal seorang rekan sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara diplomatis. Teknik Berbicara Di Depan Umum
Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan tersebut bisa dilatih. Seorang siswa yang pendiam bisa tampil memikat di depan umum, asalkan mau belajar. Miliki kepercayaan diri dan kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:1. Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.
2. Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus bekeliling bukan pada satu orang saja. Jadi, semua orang merasa diajak berbicara.
3. Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.
4. Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan kejenuhan, namun hindari humor yang berbau porno.
5. Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua wawasan yang kita punya, karena akan menunjukan kita sok pintar.
6. Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang dari maksud.
Teknik Berbicara Profesional
Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif, seperti yang disebutkan diatas. Ada tiga faktor penting lainnya:1. Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk kata-kata yang kita ucapkan.
2. Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi suara.
3. Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.
Jadi, jangan menyepelekan penampilan dan suara, sehingga orang yang mendengarkan tidak bosan. Kita harus pintar mengaturnya sehingga menciptakan suasana yang “hidup” dan dinamis. Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan
Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti mengucapkan selamat pagi, siang atau malam. Untuk memancing perha-tian pendengar, lemparkan joke ringan. Setelah itu baru ke topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z, sebaiknya diringkas sehingga orang mengerti dan tidak melupakan pesan atau intisari pembicaraan.Berbicara atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan tiga hal. Pertama wawasan atau materi yang kita sampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara, dan penekanannya, ketiga penampilan kita. Semua hal tersebut dapat dipelajari asalkan siswa memiliki kemauan. Milikilah motivasi untuk maju dan berkembang mencapai keberhasilan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, A.S. 2001. Pengantar Sosiolinguistik; Sajian Bunga Rampai. Malang: Universitas Negeri Malang.
Novia, T. 2002. Strategy to Improve Student’s Ability in Speaking. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.
Oetomo, I. 2008. Melatih Kemampuan Berbicara. (www.bahana-magazine.coms, diakses tanggal 29 November 2008).
Pangeyasa, W. 2004. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas I MTs Sunan Kalijogo Malang Melalui Strategi Pemetaan Pikiran. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Sadjaah, E. dan Sukarja, D. 1995. Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Dirjen Dikti Proyek Tenaga Guru Depdikbud.
Samsuri, dan Sadtono. 1990. Strategi Belajar Berbicara. Surakarta: Pusat Universitas Sebelas Maret.
Utari, S. & Nababan, S. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara
1. Faktor kebahasaanMenurut Maidar G Arsjad dan Mukti U S ( 1988:17 ), faktor-faktor kabahasaan
yang menunjang kemampuan berbicara adalah sebagai berikut :a). Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar, kebosanan dan kurang menyenangkan. Sudah tentu pula ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama, masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaran, perasaan dan sasaranb). Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor-faktor penentu walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai. Akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar-datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.c). Pilihan kata /Diksi
Dalam pemilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi: jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar, misalnya kata-kata populer tertentu lebih efektif dari pada kata-kata muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi.
Selain itu hendaknya pilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar.d). Ketepatan sasaran pembicara
Semua ini menyangkut kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat.
Kalimat yang efektif mempunyai ciri-ciri kebutuhan, pertautan, pemusatan perhatian dan kehematan. Kebutuhan kalimat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian dari sebuah kalimat, bisa juga rusak karena ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Pertautan pertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat. Hubungan harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian dalam kalimat dapat ditempatkan pada bagian awal atau akhir kalimat. Selain itu kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata sehingga kata yang tidak berfungsi perlu disingkirkan.
2. Faktor nonkebahasaanMenurut Maidar G Arsjad dan Mukti U S (1988:20-22), keefektifan berbicara tidak
hanya didukung oleh faktor kebahasaan, dalam proses belajar mengajar berbicara, sebaiknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehinga kalau faktor non kebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan.Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah sebagai berikut :a). Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku.
Sikap yang wajar oleh pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik, akan menghilangkan kegugupan dan sikap ini juga memerlukan latihan.b). Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara.
Banyak pembicara kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat keatas, kesamping, atau menunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.c). Kesediaan menghargai pendapat orang lain.
Seorang pembicara hendaknya dalam menyampaikan isi pembicaraan memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Selain itu juga harus mampu mempertahankan pendapatnya yang mana mengandung argumentasi yang kuat dan betul-betul diyakini kebenarannya.
d). Gerakan-gerakan dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik hal ini dapat menghidupkan komunikasi. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara sehingga kesan kurang dipahami.e). Kenyaringan suara juga sangat menentukan.
Tingkat kenyaringan ini disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan akustik tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita antara kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga memuat kemungkinan gangguan dari luar.f). Kelancaran
Kelancaran berbicara akan memudahkan pendengaran menangkap isi pembicaraannya. Selain itu berbicara yang terputus-putus bahkan menyelipkan bunyi
ee, oo, aa dapat mengganggu penangkapan pendengaran, dan sebalikya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pembicaraanya.g). Relevansi atau Penalaran
Proses berfikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis yang meliputi berbagai gagasan. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.h). Penguasaan topik
Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Pengusaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
D. Hambatan berbicara efektif1. Terlalu banyak pengulangan kata2. Tempo bicara yang cepat3. Teknik yang buruk4. Mengkopi pembicaraan orang lain5. Tidak jelas (artikulasi, relevan suku kata)6. Terlalu banyak eu, a, euh...7. Tekanan yang salah atu buruk pada kata-kata
Tujuan berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan-gagasan pembicara kepada pendengar. Menurut Mulyana mengelompokkan tujuan berbicara ke dalam empat tujuan, yaitu tujuan sosial, ekspresif, ritual, dan instrumental.Ini dia penjelasannya simak ya heheheh
a. Tujuan Sosial manusia sebagai makhluk sosial menjadikan kegiatan berbicara sebagai sarana untukmembangun konsep diri (dengan bahasa orang dapat mengetahui kepribadian orang lain),eksistensi diri (dengan berbicara, seseorang akan dipandang sebagai orang yang eksis),kelangsungan hidup (dengan berbicara orang dapat mengungkapkan keinginannya kepada orang lain), memperoleh kebahagiaan, dan menghindari tekanan serta ketegangan.
b.Tujuan Ekspresif dalam tujuan ekspresif, berbicara digunakan manusia sebagai alat untuk menyampaikan perasaannya. Contohnya Dengan bahasa yang penuh kasih sayang, seorang mahasiswa dapat mengekspresikan rasa cinta kepada seorang mahasiswi, kadang-kadang didukung oleh simbol-simbol di luar bahasa, misalnya dengan bunga. c. Tujuan Ritualkegiatan ritual sering menggunakan bahasa sebagai media untuk menyampaikan pesan ritual penganutnya. Seperti Doa. Doa yang digunakan oleh umat beragama dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini menggambarkan bahwa bahasa sebagai media berbicara digunakan juga untuk tujuan-tujuan yang bersifat ritual. d.Tujuan Instrumentalkegiatan berbicara digunakan sebagai alat untuk memperoleh sesuatu (jabatan, pekerjaan, dan lain-lain).Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara
harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga
mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk
memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta
untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).
Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara
diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik
pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya
menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur,
namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.
Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1)
memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar,
dan (3) menghibur pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-
pendapat yang telah diuraikan di atas.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara
umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi,
meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki
reaksi dari pendengar atau penerima informasi.
Tujuan Berbicara
Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur dan ingin
mendapatkan responsi atau reaksi. Responsi atau reaksi itu merupakan suatu hal yang
menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan sangat tergantung dari keadaan dan
keinginan pembicara. Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut:
a. mendorong atau menstimulasi,
b. meyakinkan,
c. menggerakkan,
d. menginformasikan, dan
e. menghibur.1
Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila pembicara
berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar, menginformasi-kan,
menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
Berbicara mencakup berbagai hal. Secara garis besar materi itu tercakup dalam empat
bagian pokok yaitu :
1. Pertama, Mata Kuliah Berbicara yang meliputi rasional, tujuan dan cakupan, fungsi, dan
relevansi Mata Kuliah Berbicara.
2. Hakikat berbicara yang meliputi pengertian, tujuan, dan fungsi berbicara, konsep dasar
berbicara, dan jenis-jenis berbicara.
3. faktor yang mempengaruhi efektivias berbicara meliputi kecemasan berbicara, bahasa
tubuh dalam berbicara, ciri-ciri pembicara ideal, dan merencanakan pembicaraan.
4. Pengembangan keterampilan berbicara yang meliputi pengajaran berbicara, dan praktik
berbicara dengan berbagai tema.
Tujuan Keterampilan Berbicara Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu
mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah
untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang
pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun
perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan
atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4)
meyakinkan, dan 5) menggerakkan. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam
komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun
profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu.
Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan peserta didik
berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Ragam Berbicara
1. Pidato Pidato adalah berbicara di depan umum. Jika pidato tadi bersifat ilmiah disebut
ceramah. Teks pidao adalah bahan tertulis yang digunakan untuk berpidato/ berceramah. Bila
teks tadi di buat sendiri oleh si pemidato disebut naskah pidato. 2. Diskusi Diskusi berarti
memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraaan sarius tentang suatu masalah
objektif. Dalam proses ini orang mengemukakan titik tolak pendapatnya, menjelaskan alasan,
dan hubungan antarmasalah. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang
terjadi di dalam kelompok kecilatau kelompok besar. Bentuk-bentuk diskusi: a. Diskusi
Fak Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama di bawah
bimbingan seorang ahli. Diskusi ini diselenggarakan pada akhir suatu ceramah atau makalah
yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Pada hakikatnya diskusi fak
adalah suatu proses saling menukar pikiran dan endapat untuk mencapai suatu pengetahuan
yang lebih tinggi. Diskusi ini dapat membimbing para peserta kepada proses berpikir secara
jelas untuk menemukan argumentasiyang tepat dan jitu. Lamanya waktu untuk berbicara
dalam ceramah umumnya sudah ditetapkan sebelumnya. Hal ini untuk menghindarkan
kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama untuk memaksa para peserta agar
mengungkapkan pikirannya secara singkat, tetap, padat, dan efektif. b. Diskusi Podium
Diskusi podium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok dan pendapat
atau diskusi yang diadakan oleh wakil-wakil terpilih bersama dengan atau tanpa plenum.
Dalam diskusi podium, masalah-masalah bersifat umum dijelaskan secara terbuka. Hal yang
harus diperhatikan dalam diskusi podium ialah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut
pandangannya, sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain, sebab
diskusi podium akan menjadi lebih menarik, apabila setiap pembicaraan mewakili pendapat
yang berbeda dari kelompoknya. Moderator dapat memberi kesempatan kepada para
pedengar untuk mengajukan pertanyaan, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapat
atau pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan ditujukan kepada pembicara dari kelompok tertentu.
c. Forum Diskusi Forum diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering
dipergunakan dalam bidang politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari
beberapa bentuk dialog. Forum diskusi ini memiliki kadar deokratis yang tinggi. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa orang yang harus tetap berpegang pada tema yang sedang
didiskusikan. Disamping itu, orang tua juga harus membedakan masalah pribadi dari
masalah yang dibicarakan. Masalah pribadi tidak boleh dimasukkan dalam forum diskusi.
d. Diskusi Kasualis Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atas satu masalah konkret
atau satu situasi konkret yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari
jalan keluar yang tepat. Demi kelancaran dapat di undang seorang ahli atau yang mengetahui
masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping. e. Diskusi Panel Diskusi panel
adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membahas suatu topic yang
menjadi perhatian umum di depan penonton atau pendengar. Dapat juga berarti sejumlah
orang yang diserahi tugas melaksanakan tugas tertentu. Tujuan diskusi panel adalah
memberikan pemahaman kepada penddengar/penonton mengenai masalah yang didiskusikan.
3. Menyampaikan Pengumuman Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan
sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk
pidato. Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman diantaranya, yaitu
volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan yang menarik.
4. Menyampaikan Argumentasi Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan
argumentasi karena harus mepertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat
akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau
peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono,
via Mulyati, 2008:3.6). 5. Bercerita Melalui bercerita dapat terjalin hubungan yang akrab.
Selain itu, manfaat bercerita diantaranya, yaitu memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran,
dan memberikan keteladanan. Seorang pendongeng dapat berhasil dengan baik apabila ia
dapat menghidupkan cerita. Artinya, dalam hal ini pendongeng harus dapat membangkitkan
daya imajinasi anak. Untuk itu, biasanya pendongeng mempersiapkan diri dengan cara
memahami pendengar, menguasai materi cerita, menguasai oleh suara, menguasai berbagai
macam karakter, luwes dalam berolah tubuh, dan menjaga daya tahan tubuh. 6.
Musyawarah Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu
supaya mencapai kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang
mempunyai kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan
orang banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
7. Wawancara Wawancara merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan
sebagai metode pengumpulan berita. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung bertatap
muka (face to face) dengan orang yang diwawancarai (interviewee), atau secara tidak
langsung seperti melalui telepon, internet, atau surat. Semua jenis peliputan berita
memerlukan proses wawancara dengan sumber berita atau narasumber. Wawancara bertujuan
pokok menggali informasi , komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau
peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Sumber :
http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/hakikat-pengembangan-ketrampilan.html
Sunarti dan Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Universitas PGRI Yogyakarta.
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
JENIS-JENIS BERBICARABila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis
berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah.
Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara yaitu:
a) SituasiAktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari, Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat.
v Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :Ø Tukar pengalaman,Ø Percakapan,Ø Menyampaikan berita,Ø Menyampaikan pengumuman,Ø Bertelepon danØ memberi petunjuk (Logan, dkk., 1972 :108).
v Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal meliputi :Ø Perencanaan dan penilainØ CeramahØ InterviewØ Prosedur parlementer dan Bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)
b) TujuanAkhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya
tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:
a. Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh: Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.
b. Berbicara menginformasikan. Dalam suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya.
Contoh:1. Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang kabinet2. Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan
sebagainya.3. Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan4. Penjelasan instruktur pada siswanya.
c. Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh
wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Contoh:1. Nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya2. Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh3. Nasehat dokter pada pasiennya4. Nasehat atasan pada karyawan yang malas dan5. Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati
d. Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.Contoh:
1. Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana2. Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,3. Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,4. Pidato calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya5. Pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
e. Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat.Misal:
- Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabay
f. Metode penyampainBila belum, perhatikan empat (4) cara yang biasa digunakan orang dalam
menyampaikan pembicaraannya, antara lain yaitu:v Penyampaian secara mendadak, terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus
berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi.Misal:Karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
v Penyampaian berdasarkan cacatan kecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
v Penyampaian berdasarkan hafalan, berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya, pembicara mungkin lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.
v Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di laksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepentingan umum.
g. Jumlah penyimakKomunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah
peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, babarapa orang (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok besar). Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:
a. Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.
b. Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang
c. Berbicara dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar atau massa.
h. Peristiwa khususDalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan.
Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewahatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan lain-lain. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat bigolongkan atas enam jenis.
v Pidato presentasi, ialah pidato yang dilakukan alam suasana pembagian hadiahv Pidato penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.v Pidato perpisahan, berisi kata-kata perpisahanv Pidato perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan,
pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah.v Pidato nominasi (mengunggulkan) berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan.
(Logan, dkk;1972: 127)Jenis-jenis Berbicara
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis berbicara:a. Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara infomal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalama, percakapan, penyampaian berita, dan memberi petunjuk. Adapu berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.
b. Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan PembicaraTujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu (1)
berbicara untuk menghibur, (2) berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli, (4) berbicara untuk meyakinkan, (5) berbicara untuk menggerakkan. Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Disini pembicara berusaha membuat pendengarnya senang dan gembira. Saat menginformasikan sesuatu kepada khalayak, pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks daripada berbicara menghibur dan menginformasikan. Disini pembicara harus pandai mempengaruhi pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara sosial berstatus lebih tinggi daripada pendengarnya. Pembicara biasanya berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik.
Jenis berbicara untuk meyakinkan merupakan tahap yang lebih jauh dari berbicara untuk menstimuli. Disini pembicara bertujuan meyakinkan pendengar lewat pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar akan diubah, misalnya dari menolak menjadi menerima. Dalam hal ini, pembicara biasanya menyertakan bukti, fakta,contoh, dan ilustr asi yang tepat.Adapun jenis berbicara menggerakkan meupakan kelanjutan dari jenis berbicara meyakinkan. Jenis berbicara menggerakkan bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar bertujuan menggerakkan pendengar agar mereka berbuat dan bertindak, seperti yang dikehendaki pembicara. Disini diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi, kepintarannya memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap massa.
c. Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah PendengarBerdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara ini dibedakan atas berbicara
antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil,dan berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan yang melatari sangat bergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5 orang) dalm pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara. Kelompok kecil akan memungkinkan siswa yang pemalu menjadi mau berbicara. Adapun berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan dengan pendengar dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung banyak.
d. Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari PembicaraanJenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu pidato
presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi. Contoh pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah. Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti acara. Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat acara perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara. Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan untuk tamu, dsb. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi memperkenalkan diri kepada khalayak. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa sesuatu ini dinominasika (diunggulkan).
e. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian BerbicaraBerdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara yaitu metode
mendadak (impromptu), metode tanpa persiapan (ekstemporan), metode membaca naskah, dan metode menghafal (Keraf, 1980:316, Dipodjono, 1982:38-39, Tarigan, 1983:24-25).Penyajian dengan metode mendadak, terjadi bila ecara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali). Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu.
Adapun yang dimaksud dengan metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapa naskah. Jadi, pembicara masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus disampaikan. Apabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan, dsb. Metode membaca naskah yang paling banyak digunakan.Adapun metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Apabila pembicara hanya sekadar mengucapkan apa yang ia hafalkan tanpa menghayati dan menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan itu, dapat dipastikan bahwa pembicaraan itu menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan.
F. Faktor-faktor Penunjang Keterampilan BerbicaraBerbicara di depan umum memerlukan teknik-teknik tertentu. Penguasaan teknik
yang digunakan untuk menyajikan pikiran dan gagasan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pembicara. Beberapa syarat yang dimaksud dalah sebagai berikut :
1. Memiliki Keberanian dan Tekad yang KuatKeberanian merupakan hal yang sangat mendasar. Tanpa keberanian atau keberanian
yang setengah-setengah akan megakibatkan kacaunya pembicaraan. Hal lain yang perlu dimiliki pembicara adalah keyakinan atau tekad yang kuat. Tekad yang kuat akan menghilangkan keraguan dan menambah kepercayaan terhadap diri sendiri.
2. Memiliki Pengetahuan yang LuasSeorang pembicara harus menguasai materi yang akan dibicarakan sehingga dapat
menyampaikan gagasan-gagasan secara lancar dan teratur.3. Memahami Proses Komunikasi Massa
Untuk memahami proses komunikasi massa, pembicara dapat mengawali dengan analisis pendengar dan situasi yang akan membantu pembicara agar dapat bereaksi dengan cepat dan tepat.
4. Menguasai Bahasa yang Baik dan LancarJika pembicara menguasai bahasa dengan baik dan lancar, otomatis akan mempunyai
perbendaharaan kosakata yang memadai dengan kosakata yang memadai, pembicara akan mampu berimprovisasi dengan baik pula. Tanpa bahasa yang baik dan lancar, seseorang akan gagal berbicara karena bahasa yang kacau dan tidak mampu mewakili gagasan-gagasan akan mengganggu penyampaian pesan dalam pidato. Penguasaan bahasa tersebut termasuk lafal, singkatan, istilah, dan sebagainya.
5. Pelatihan yang MemadaiPelatihan merupakan syarat yang mutlak dalam berbicara di muka umum, khususnya
untuk para pemula. Pelatihan yang memadai akan semakin meninggikan nilai pembicaraan karena secara umum dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang terencana menghasilkan kualitas yang lebih baik.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengklasifikasian tersebut.a. Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi pembicara, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk. Adapun berbicara formal meliputi ceramah, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.
b. Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan PembicaraTujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu (1)
berbicara untuk menghibur, (2) berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli, (4) berbicara untuk meyakinkan, (5) berbicara untuk menggerakkan. Bila anda menyaksikan pelawak beraksi, Anda akan tahu bahwa para pemain mempunyai tujuan untuk menghibur. Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Disini pembicara berusaha membuat pendengarnya senang dan gembira. Bila kita menerangkan cara kerja komputer kepada orang lain atau menjelaskan kaitan antara pendidikan, lingkungan, dan bahasa dalam suatu seminar, berarti kita bertujuan menginformasikan sesuatu kepada khalayak. Di sini pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks dari pada berbicara menghibur dan menginformasikan. Di sini pembicara harus pandai mempengaruhi pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk melakukan hal-hal yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara sosial berstatus lebih tinggi daripada pendengarnya. Pembicara biasanya berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik. Contohnya kita menasihati seorang siswa yang malas dan melalaikan tugasnya. Jenis berbicara untuk meyakinkan merupakan tahap yang lebih jauh dari berbicara untuk menstimuli. Di sini pembicara bertujuan meyakinkan pendengar lewat pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar akan diubah, misalnya dari menolak menjadi menerima. Dalam hal ini, pembicara biasanya menyertakan bukti, fakta, contoh, dan ilustrasi yang tepat. Adapun jenis berbicara menggerakkan merupakan kelanjutan dari jenis berbicara meyakinkan. Jenis berbicara menggerakkan bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar mereka berbuat dan bertindak seperti yang dikehendaki pembicara. Di sini diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi, kepintaran memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap massa.
c. Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar1. Berbicara Antar Pribadi. Jenis berbicara ini terjadi apabila seseorang berbicara dengan satu
pendengar (empat mata).2. Berbicara Dalam Kelompok Kecil. Jenis berbicara ini terjadi apabila ada sekelompok kecil
(3-5 orang) dalam pembicaraan itu.3. Berbicara Dalam Kelompok Besar. Terjadi apabila pembicara berhadapan dengan
pendengar dalam jumlah besar. Misalnya, saat menjadi pemandu acara.d. Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan1. Situasi presentasi. Contohnya pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah.2. Situasi penyambutan. Contohnya pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti
acara.3. Situasi perpisahan. Contohnya pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat acara
perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara.4. Situasi jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan buat tamu, dsb.5. Situasi perkenalan. Pidato yang berisi pihak yang memperkenalkan diri kepada khalayak.6. Situasi nominasi. Pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa suatu itu dinominasikan.e. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara
Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara, yaitu:1. Metode mendadak (impromptu), terjadi bila secara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di
depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali).2. Metode tanpa persiapan (ekstemporan), dalam metode ini pembicara masih mempunyai
waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus disampaikan. Metode ini merupakan metode yang sering digunakan oleh pembicara yang berpengalaman karena metode ini membutuhkan pembicara yang mampu mengembangkan pembicaraan dengan bebas.
3. Metode membaca naskah. Metode ini cocok digunakan apabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato keneragaan, pidato radio, dan sebagainya.
4. Metode menghafal. Metode ini menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Agar berhasil dengan metode ini hendaknya pembicara dapat menghayati dan menjiawi apa yang diucapkan serta berusaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan itu.
Ciri-ciri Pembicara Ideal
Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang
baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri
tersebut meliputi hal-hal di bawah ini.
1. Memilih topik yang tepat.
Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik,
aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga selalu mempertimbangkan minat,
kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya.
2. Menguasai materi.
Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai
materi yang akan disampaikannya.
3. Memahami latar belakang pendengar.
Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi
tentang pendengarnya.
4. Mengetahui situasi.
Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara, dan suasana.
5. Tujuan jelas.
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya yang tegas, jelas, dan
gambling.
6. Kontak dengan pendengar.
Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan perasaan mereka, berusaha mengadakan
kontak batin dengan pendengarnya, melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau
senyuman.
7. Kemampuan linguistiknya tinggi.
Pembicara dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk
menggambarkan jalan pikirannya, dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif,
sederhana, dan mudah dipahami.
8. Menguasai pendengar.
Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian pendengarnya, dapat mengarahkan dan
menggerakkan pendengarnya ke arah pembicaraannya.
9. Memanfaatkan alat bantu.
10. Penampilannya meyakinkan.
11. Berencana.
G. Hambatan-Hambatan dalam Berbicara
Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum. Namun,
keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara
berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan
berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas
hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari
luar pembicara (eksternal).
Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal
yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut.
1) Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi kefektifan
dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.
2) Penguasaan komponen kebahasaan
Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini.
a. Lafal dan intonasi,
b. Pilihan kata (diksi),
c. Struktur bahasa,
d. Gaya bahasa.
3) Penggunaan komponen isi Komponen isi meliputi hal-hal berikut ini.
a. Hubungan isi dengan topik,
b. Struktur isi,
c. Kualitas isi,
d. Kuantitas isi.
4) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental
Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di
atas akan menghambat keefektifan berbicara.
Hambatan Eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari
luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh
pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Suara atau bunyi
b. Kondisi ruangan
c. Media
d. Pengetahuan pendengar
H. Sikap Mental dalam Berbicara
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam pengetahuan
dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap mental. Sikap mental
yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara dijelaskan berikut ini.
a) Rasa Komunikasi
Dalam berbicara harus terdapat keakraban antara pembicara dan pendengar. Jika rasa
keakraban itu tumbuh. Dapat dipastikan tidak akan terjadi proses komunikasi yang timpang.
Pembicara yang baik akan berusaha untuk menumbuhkan suasana komunikasi yang erat,
seperti dalam pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan dari pendengar adalah
komunikasi yang aktif.
b) Rasa Percaya Diri
Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya ini
akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara akan merasa yakin dengan apa yang
disampaikannya.
c) Rasa Kepemimpinan
Aminudin (1983: 12) mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang berhubungan
dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya diri dari pembicara bahwa dirinya mampu
mengatur, menguasai, dan menjalin suasana akrab dengan pendengarnya, serta mampu
menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik. Pembicara yang memiliki kemampuan dan
mental pemimpin akan mampu mengatur dan mengarahkan pendengar agar berkonsentrasi
terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.
Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menyimak
Kegiatan berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang secara praktis berbeda,
namun saling kait erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan
berbicara sehingga kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan. Di sisi lain kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi. Orang
berbicara membutuhkan orang yang menyimak. Begitu juga sebaliknya, orang bisa
menyimak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak kita mengenal ucapan kata,
struktur kata, dan struktur kalimat, dan bahkan logika seseorang.
3.2 Korelasi Keteramlpian Berbicara dengan Membaca
Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Kegiatan
berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai
penyebar informasi, sedangkan kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa
tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Namun, kita mengetahui bila mayoritas bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh melalui
kegiatan membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang diperoleh
seseorang hingga akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan untuk
mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3.2 Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat aktif produktif-ekspresif. Kedua
kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi, pikiran-gagasan, maupun konsep/ide.
Keduanya hanya berbeda dalam media yang digunakan. Penyampaian informasi melalui
kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam
kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Sebagaimana kita ketahui, informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh
melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Dalam praktinya, kedua keterampilan tersebut
tetap mengindahkan kaidah berbahasa. Kesalahan atau keteledoran dalam menerapkan kaidah
berbahasa kadang bisa berakibat fatal. Wakil putri Indonesia dalam pemilihan Miss Universe
gagal ke babak berikutnya karena kesalahannya dalam penggunaan bahasa lisannya. Banyak
contoh lain yang dapat kita lihat dalam konteks masyarakat kita, baik melalui media maupun
tatap muka.