1. latar belakang - puskamuda
TRANSCRIPT
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
1
1. Latar Belakang
Visit Indonesia Years yang merupakan salah satu kebijakan pariwisata di
Indonesia dikatakan telah berhasil menambah jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara. Namun yang menjadi perhatian ialah apakah kontribusi pemuda telah
dimaksimalkan. Hal ini mengingat data yang menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun
angka pertumbuhan devisa dari sektor pariwisata terus meningkat dan pada tahun
2012 tercatat sebesar 8,55 milyar dolar1. Selain devisa, sektor pariwisata juga
menyumbang sebesar 6,87% terhadap ketersediaan lapangan tenaga kerja di
Indonesia2. Dengan begitu, pariwisata menjadi potensi devisa yang harus selalu
dikembangkan setiap tahun.
Terdapat data yang menarik dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Lakip) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahwa penerimaan
dari pengeluaran wisatawan nusantara atau wisatawan lokal yang mengunjungi
daerah-daerah di Indonesia sebesar Rp 158 Triliun3. Angka ini merupakan angka
fantasis apalagi didukung dengan jumlah pendapatan perkapita penduduk Indonesia
yang selalu meningkat
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011, jumlah
wisatawan nusantara atau wisatawan domestik yang melakukan perjalanan sebesar
236.752 dan jumlah tersebut selalu meningkat dari tahun 2007. Begitu juga dengan
pengeluaran yang dikeluarkan kurang lebih Rp 662.000,- setiap perjalanan.
Gambar 1.1 Statistik Wisatawan Nusantara4
1 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011. Maret 2012 2 Ibid 3 Ibid 4 http://www.budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=110&id=1312
BagaimanaPeran Pemuda ?
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
2
Bertambahnya jumlah wisatawan nusantara dan meningkatnya jumlah devisa
Negara tidak merupakan suatu jaminan telah suksesnya pengembangan pariwisata di
Indonesia karena akan membutuhkan regenerasi. Hal ini bedasarkan fakta bahwa
jumlah pemuda lebih besar dibandingkan dengan populasi usia tua dan anak.
Perbandingan ini diistilahkan sebagai ‘dependency ratio.’ Persentase usia produktif
(15-64 tahun) adalah 60% dari total populasi Indonesia di tahun 2010.
Lebih jauh lagi, regenerasi ini akan membutuhkan peran pemuda sebagai
pelaku wisata dan pengelola wisata. Pemuda sebagai pelaku wisata berarti pemuda
yang berwisata di berbagai daerah di Indonesia. Dalam hal ini, terkait kontribusi
pemuda untuk lebih memilih berwisata dalam negeri atau di luar negeri. Sementara
itu, pemuda sebagai pengelola wisata ialah pemuda yang menjalankan usaha wisata
dan bersifat berkesinambungan sehingga dapat dikatakan tourism entrepreneur.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian dan kajian ini adalah :
1. Bagaimana pola motivasi berwisata bagi pemuda ?
2. Bagaimana karakteristik jasa wisata yang dikelola pemuda ?
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dan kajian ini adalah :
1. Bagaimana pola motivasi berwisata bagi pemuda ?
2. Bagaimana karakteristik jasa wisata yang dikelola pemuda ?
4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang digunakan untuk menjelaskan kontribusi pemuda
dalam pengembangan pariwisata nasional antara lain pariwisata & motivasi berwisata,
karakteristik berwisata, pemuda & pelaku wisata, dan pemuda &penyedia jasa wisata.
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
3
4.1 Pariwisata & Motivasi Berwisata Bagi Anak Muda
Menurut UU nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 3 tentang Kepariwisataan,
pariwisata ialah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Sementara itu, industri
pariwisata menurut UU nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 9 adalah
kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata5.
Menurut UU nomor 10 Tahun 2009 Pasal 5, Kepariwisataan
diselenggarakan dengan prinsip6:
a) Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai
pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan
hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan
hubungan antara manusia dan lingkungan;
b) Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan
kearifan lokal;
c) Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan,
kesetaraan, dan proporsionalitas;
d) Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e) Memberdayakan masyarakat setempat;
f) Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara
pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik
dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar
pemangku kepentingan;
g) Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan
internasional dalam bidang pariwisata; dan
h) Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5 www.budpar.go.id/.../4636_1364-UUTentangKepariwisataannet1.pdf - 6 Ibid
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
4
Sementara itu, motivasi wisatawan termasuk di dalamnya ialah motivasi pemuda
untuk berwisata akan terkait 4 aspek7 :
a. Pshysical or physiological motivation
b. Cultural motivation
c. Social motivation
d. Fantasy motivation (ego-enhacement)
RW Mc Intosh mengungkapkan bahwa motivasi untuk berwisata termasuk juga
motivasi berwisata untuk anak muda adalah sebagai berikut8:
a) Pleasure (bersenang-senang)
b) Relaxation, rest and recreation (beristirahat untuk menghilangkan stress)
c) Health (kesehatan), yaitu berkunjung ke tempat-tempat yang dapat membantu
menjaga kesehatan
d) Participation in sports (olah raga yang bersifat rekreasi)
e) Curiosity and culture (rasa ingin tahu dan motivasi yang berkaitan dengan
kebudayaan)
f) Spiritual and religious (alasan yang bersifat spiritual dan keagamaan);
g) Status and prestige (menunjukkan status sosial dan gengsi)
h) Professional or business
4.2 Pemuda & Pelaku Wisata
Karakteristik berwisata dari masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Secara harfiah dapat dibagi menjadi faktor penarik dan faktor
pendorong perjalanan wisata seperti yang terdapat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Faktor Penarik & Pendorong Perjalanan Bewisata9
Faktor Penarik Faktor Pendorong
1. Location climate
2. National promotion
1. Escape
2. Relaxation
7 Lihat Cohen (1979) 8 Bhatia,A.K.2002.TourismDevelopment:PrinciplesandPractices.NewDelhi:SterlingPublishersPrivateLimited:49-52.9 Lihat Jacson (1989)
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
5
3. Retail advertising
4. Wholesale marketing
5. Special events
6. Incetive schemes
7. Visiting friends
8. Visiting realitves
9. Tourist attraction
10. Culture
11. Natural man-made environment
3. Play
4. Strengthening family bonds
5. Prestige
6. Social interaction
7. Romance
8. Educational oppurtunity
9. Self-fulfilment
10. Whis-fulfilment
Faktor penarik dan faktor pendorong ini yang mempengaruhi kecenderungan
pemuda di Indonesia untuk berwisata. Dalam hal ini, nilai-nilai lokal dan
nasionalisme akan memiliki peran dalam keputusan pemuda untuk berwisata sehingga
terdapat pertimbangan untuk berwisata di dalam negeri atau luar negeri.
Gambar 4.1 Pilihan Pemuda Untuk Berwisata
Mengingat pariwisata menyumbang devisa yang besar bagi negara maka
menjadi krusial untuk memetakan fakta bahwa pemuda di Indonesia dengan
nasionalisme’nya cenderung berwisata di dalam negeri atau di luar negeri karena
terpengaruh oleh globalisasi. Hal ini dikarenakan dua-duanya dijalankan oleh pemuda
di Indonesia
4.3 Pemuda & Penyedia Jasa Wisata
Pengolalaan jasa wisata dapat dikatakan sebagai industri
wisata. Pengertian industri pariwisata lainnya ialah suatu organisasi
baik pemerintah maupun swasta terkait dalam pengembangan
produk dan pemasangan produk suatu layanan yang memenuhi
kebutuhan orang yang sedang berpergian, dan kepariwisataan
Pemuda Nasionalisme Globalisasi Wisata Dalam Negeri
Wisata Luar Negeri
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
6
sebagai sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata10.
Industri pariwisata termasuk industri pariwisata yang dikelola pemuda dapat
mengurangi tingkat kemiskinan karena karakteristiknya yang khas sebagai berikut11:
a) Konsumennya datang ke tempat tujuan sehingga membuka peluang bagi
penduduk lokal untuk memasarkan berbagai komoditi dan pelayanan
b) Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang
dapat menyentuh kawasan-kawasan marginal
c) Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil
dan menengah yang terjangkau oleh kaum miskin
d) Tidak hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal
budaya (cultural capital) dan modal alam (natural capital) yang seringkali
merupakan asset yang dimiliki oleh kaum miskin
Pemuda dalam menjalankan kontribusinya sebagai penyedia jasa wisata akan
berperan sebagai tourism entrepreneur. Tourism entrepreneur dapat mendayagunakan
investasi sosial dimana difokuskan pada upaya penjaminan agar tiap-tiap individu
punya kemampuan dan kualitas yang diperlukan untuk bekerja, bertahan hidup, dan
menjalankan fungsinya sebagai warga negara atau singkatnya dapat berfungsi secara
sosial ekonomi. Oleh karena itu, tourism entrepreneur yang dijalankan oleh pemuda
dapat dikatakan sebagai agent of change dan berbeda dengan entrepreneur biasa.
Modal Sosial
= =
Gambar 4.2 Tourism entrepreneur Berperan Sebagai Agent of Change
10 http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/mpar/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-35403033-9443-majapahit-chapter2.pdf 11Basuki,“SosialisasidanGerakanSadarWisata”,yangdiselenggarakanolehDinasKebudayaandanPariwisataProvinsiSumateraBarat,diSolok,12Oktober2011.
Pemuda Agent of Change
Pertumbuhan dan Pemerataan
Tourism Entrepreneur
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
7
Dari gambar 4.2 maka dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan yang jelas
antara tourism entrepreneur dengan entrepreneur, dimana entrepreneur biasa sebagai
aktor pembangunan ekonomi atau intelektual ekonomi tidak akan bisa melakukan
upaya pertumbuhan dan pemerataan secara bersamaan. Berbeda dengan tourism
entrepreneur yang mendayagunakan investasi sosial ekonomi dengan melibatkan
modal sosial dan bukan investasi ekonomi biasa.
Kegiatan bisnis yang dilakukan tourism entrepreneur terkait upaya
pertumbuhan, sementara itu melibatkan modal sosial yang terdapat di suatu
masyarakat atau komunitas ialah bentuk lain dari pemerataan itu sendiri. Trust dan
norm dalam modal sosial akan mempercepat upaya pemerataan dibandingkan trust
dan norm dalam bisnis seperti yang dilakukan entrepreneur.
5. Meteodologi
5.1 Pendekatan
Penelitian ini berjenis penelitian eksploratorif, yaitu penelitian untuk
medapatkan gambaran awal tentang motivasi pemuda sebagai pelaku wisata dan
karakteristik usaha wisata yang penyedia jasa wisata-nya pemuda. Penelitian ini
didesain sebagai penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
motivasi berwisata serta karakteristik usaha yang dijalankan dan dimiliki pemuda.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Metode Kuatitatif untuk
mengukur motivasi berwisata dan Metode Kualitatif untuk mengkaji karakteristik
usaha wisata. Walaupun menggunakan Metode Kuantitatif, penelitian ini tidak
berusaha untuk mengidentifikasi keterkaitan antar variable yang diteliti. Kedalaman
dan kelengkapan hasil penelitian menjadi tujuan utama untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian.
5.2 Metode Pengumpulan Data (Lokasi, Populasi & Sampel) Penelitian ini akan berusaha menjelaskan mengenaik motivasi berwisata
pemuda dan karakteristik usaha wisata dimana pemuda sebagai penyedia layanan
wisata nasional. Agar didapat memenuhi kriteria pertanyaan tersebut, ditetapkan
tempat wisata di empat kota agar dapat mewakili karakteristik wilayah Indonesia
antara lain, tempat wisata di Provisnsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wakil
wilayah Indonesia bagian barat, tempat wisata di Provinsi Bali sebagai wakil wilayah
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
8
Indonesia bagian tengah, Provinsi Sulawesi Utara sebagai wakil wilayah Indonesia
bagian timur, dan Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara.
Populasi adalah seluruh objek penelitian yang sesuai dengan criteria yang
telah ditetapkan dalam penelitian (Polit & Hungler, 1999). Populasi untuk pertanyaan
motivasi pemuda sebagai pelaku wisata merupakan infinite population, sehingga sulit
untuk menerapkan metode penarikan sampel dimana setiap anggota populasi
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (probability sampling).
Metode penarikan sampel yang akan diterapkan adalah penarikan acak dengan kuota
tertentu (quota sampling). Berikut kuota yang akan diambil pada tiap-tiap tempat
seperti yang terdapat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Sampling Area
Provinsi (Tempat Wisata) Jumlah Sampel DI Yogyakarta 250 Bali 250 Sulawesi Utara 250 DKI Jakarta 250
Sedangkan untuk pertanyaan karakteristik usaha wisata dimana pemuda
sebagai penyedia layanan wisata, akan dipilih pemuda yang memiliki usaha layanan
wisata di masing-masing provinsi. Penerapan probability sampling juga terkendala
dengan karakteristik sampel dimana usaha layanan wisata yang menjadi populasi
penelitian adalah pemuda. Oleh karena itu ditetapkan untuk menarik sampel secara
acak sebanyak tiga usaha layanan wisata pada masing-masing wilayah. Untuk
kedalaman kajian akan ditelusuri juga perbedaan-perbedaan usaha tersebut
berdasarkan kriteria lama usaha berdiri, omset yang didapat per tahun, jumlah
konsumen yang dilayani dan lainnya.
5.2.1 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data merupakan penjamin validitas dan reabilitas dalam
menilai hasil penelitian (Burn & Grove, 2001). Untuk itu, penelitian ini akan
menggunakan beberapa alat untuk mengumpulkan data lapangan, antara lain:
1. Kuesioner: untuk mendapatkan data motivasi berwisata pemuda
2. Panduan wawancara: sebagai panduan wawancara untuk pemilik tempat usaha
3. Form observasi: untuk menggambarkan proses usaha wisata yang dilakukan
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
9
Ketiga alat ini akan dikembangkan sesuai dengan hasil supervise selanjutnya
5.2.2 Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data akan dilakukan pada beberapa provinsi yang telah
disebutkan sebelumnya, melalui beberapa prosedur, antara lain:
1. Peneliti mengunjungi tempat wisata pada provinsi yang dimaksud
2. Peneliti memilih responden yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian
3. Peneliti menjelaskan maksud pengambilan data
4. Peneliti meminta responden mengisi kuesioner yang dimaksud, apabila ada
yang tidak jelas dapat langsung ditanyakan pada peneliti
5. Setelah kuesioner telah terisi, langsung dikumpulkan oleh peneliti
Sedangkan untuk usaha layanan wisata, prosedur yang dilakukan, antara lain:
1. Peneliti menelusuri usaha wisata yang dimiliki oleh pemuda
2. Peneliti meminta izin wawancara dan observasi
3. Setelah mendapatkan izin, wawancara dan observasi dapat dilakukan.
Target group dari kajian dan penelitian ialah empat area yang berbasis pada
dinamika pemuda dalam berwisata baik itu sebagai pelaku maupun pengelola. Motif,
kecenderungan dan pola berwisata pemuda akan dapat dipetakan sehingga terlihat
apakah kecenderungan nasionalisme atau globalisasi dalam berwisata. Begitu juga,
dengan pengelolaan usaha pariwisata yang dijalankan oleh pemuda serta berbagai
tantangannya akan juga dapat dilihat gambarannya. Masing-masing dari target group
ini dioperasionalisasikan sejalan dengan sistem dan dinamika mahasiswa di Makasar
seperti yang terdapat dalam gambar 5.1.
Dinas Pariwisata
Dinas Pemuda & Olahraga Pemuda èTourism
Entrepreneur Pemuda Pelaku Wisata
Pengelola Tempat Wisata
Pemerintah
Tempat Wisata
Usaha Jasa Wisata
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
10
Gambar 5.1 Sistem dari Target Group
6. Rencana Kerja, Timeline & Budget 6.1 Rencana Kegiatan
Impelementasi dari rencana kerja ini difokuskan untuk melihat kontribusi
pemuda bagi pengembangan pariwisata nasional dilihat dari dua sisi yaitu pemuda
sebagai pelaku wisata dan pemuda sebagai pengelola jasa wisata.
6.1.1 Rencana Kajian & Penelitian
• Persiapan Instrument dan Studi Literatur. Langkah awal ini dibutuhkan untuk
menemukan data awal dan konsep yang digunakan dalam penelitian dan
kajian.
• Observasi. Observasi ini dilaksanakan dalam situasi formal dan informal.
• In Depth Interview, Survei, dan Informal Talks. Koleksi data dengan banyak
teknik untuk menjaga validitas dan reabilitas.
• Mengkoleksi data dan informasi relevan serta melaksanakan triangulasi.
• Menganalisis data. Setelah data dikumpulkan maka dipersiapkan untuk
rencana aksi dalam bentuk pengembangan kapasitas mahasiswa untuk menjadi
agen anti kekerasan.
• Finalisasi laporan
6.2 Timeline
Waktu kerja dari kajian dan penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih
10 bulan yang meliputi dua lingkup utama yaitu kajian & penelitian, dan sosialisasi.
Tabel 6.1 Timeline Kerja
No Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Studi Literatur 2 Pengumpulan Data Sekunder 3 Pembuatan Kuesioner 4 Uji Validitas & reliabilitas 5 Pembuatan Laporan Pendahuluan
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
11
6 Pengumpulan Data primer (Survei)
7 Focus Group Discussion 8 Entry dan Pengolahan Data 9 Analisis Data
10 Penyelesaian Draft Laporan Akhir
11 Seminar Hasil Penelitian 12 Laporan Akhir
6.3 Budget
Total budget untuk penelitian yang akan dilaksanakan di Jakarta, Yogyakarta,
Manado dan Bali sebesar Rp 250.000.000,00.
Tabel 6.2 Total Budget
No Pelaksanaan Total Biaya
1 Gaji/Upah Rp 75,888,000
2 Belanja Habis Bahan Pakai Rp 98,432,000
3 Belanja Perjalanan Rp 68,000,000
4 Belanja Lain-lain Rp 7,680,000
Total Rp 250,000,000
a) Gaji/Upah
No. Pelaksana Kegiatan Jumlah Personil
Upah (Rp)/jam
Jumlah Jam/pekan
Jumlah Pekan (dalam
10 bulan)
Total Biaya (Rp)
1 Pengarah 2 28000 8 20 8,960,000
2. Periset Utama 1 27.000 10 32 8,640,000 3. Periset Anggota 4 25000
17 32 54,400,000
4. Pembantu Periset/
tenaga pendukung 1 18000 9 24 3,888,000
Jumlah 75,888,000
b) Belanja Bahan Habis Pakai
No. Uraian Volume
Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
12
1. Komunikasi 6 10 bln 100,000 6,000,000 2. Pengadaan literature 1 1,300,000 1,300,000 3. Flashdisk 1 400,000 400,000 4. Souvenir partisipan 40 4 Wilayah 50,000 8,000,000 5 Insentif partisipan 40 4 Wilayah 50,000 8,000,000 6 Jasa Surveyor 200 4 Wilayah 40,000 32,000,000 7 Kertas A4 4 50,000 200,000 8 Toner Printer 2 450,000 900,000 9 Alat Tulis 1 500,000
500,000
10 Fotokopi 1 200,000 200,000 11 Penggandaan laporan 20 15,000 300,000 12 Compac Disk 10 10,000 100,000 13 Materi disseminasi
&publikasi 1 2,500,000 2,500,000
14 Auditor Jurnal Internasional 1 1,000,000 1,000,000 15 Peralatan Workshop 2 4 wilayah 1,000,000 8,000,000 16 Sewa projector 2 10 hari 250,000 5,000,000 17 Spanduk 2 4 wilayah 300,000 2,400,000 18 Baterai kamera 10 15,000 150,000 19 Kaset kamera 15 20,000 300,000 20 Jasa Transkrip 1 500,000 500,000 21 Cetak foto 100 5,000 500,000 22 Kuisoner 200 4 wilayah 10,000 8,000,000 23 Materi workshop 100 4 wilayah 15,000 6,000,000 24 Jasa tabulasi data 1 4 wilayah 1,500,000 6,000,000 25 Jasa distribusi 1 4 wilayah 45,500 182,000
Jumlah 98,432,000
c) Belanja Perjalanan No. Uraian Volume Biaya
Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Transportasi Peneliti utama 1 3 wilayah 3000,000 9,000,000
2. Transportasi anggota peneliti 2 3 wilayah 3000,000 18,000,000
3. Transportasi tenaga pendukung 1 3 wilayah 3000,000 9,000,000
4 Transportasi lokal 2 4 wilayah 1000,000 8,000,000
LembagaKemitraanPembangunanSosial Institute of Social Development
13
4 5 Akomodasi 6 4 wilayah 1,000,000 24,000,000
Jumlah 68,000,000
d) Belanja Lain-lain No.
Uraian Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp) 1. Consultaty Meeting
8 3 x 8 Bulan 41,000 7,680,000
Jumlah 7,680,000
7. Kesimpulan
Kajian dan penelitian ini berlandaskan pada konsep perpaduan antara
pengembangan pariwisata dan kontribusi pemuda. Kontribusi pemuda ialah sebagai
pelaku wisata dan pengelola jasa wisata. Program ini kurang lebih membutuhkan
waktu 10 bulan untuk melaksanakan kajian, penelitian dan sosialisasi. Hasil dari
kajian dan penelitian ini sebagai pemetaan dan solusi kebijakan dalam upaya
mengembangkan kontribusi pemuda baik itu sebagai pelaku wisata maupun pengelola
wisata.