1 pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit

23
1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT LEPTOSPIROSIS DENGAN METODE CERAMAH KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA DI DESA BAKARAN KULON JUWANA KABUPATEN PATI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : ARIF SATRIYO W J410100053 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: truongkiet

Post on 18-Jan-2017

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

LEPTOSPIROSIS DENGAN METODE CERAMAH KESEHATAN

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

WARGA DI DESA BAKARAN KULON JUWANA

KABUPATEN PATI

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

ARIF SATRIYO W

J410100053

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

2

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Jl. A. Yani Tromol Pos 1 – Pabelan Kartasura, Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102

SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Pembimbing I

Nama : Tri Puji K., SKM., M.Kes

NIP : 1986 02 16 201 303 1137

Pembimbing II

Nama : Anisa Catur W., SKM., M.Epid.

NIK : 1001552

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan

ringkasan skripsi dari mahasiswa :

Nama : Arif Satriyo W.

NIM : J410100053

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

PENYAKIT LEPTOSPIROSIS DENGAN METODE

CERAMAH KESEHATAN TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA DI DESA

BAKARAN KULON JUWANA KABUPATEN PATI

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian

persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, Desember 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Tri Puji K., SKM., M.Kes. Anisa Catur Wijayanti., SKM., M.Epid.

NIP. 1986 02 16 201 303 1137 NIK. 1001552

Page 3: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

3

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrohmanirrohim

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Arif Satriyo W.

NIM : J410100053

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Jenis : Skripsi

Judul : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

PENYAKIT LEPTOSPIROSIS DENGAN METODE

CERAMAH KESEHATAN TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA DI DESA

BAKARAN KULON JUWANA KABUPATEN PATI

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya

ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih media/ mengalih formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya serta menampilkannya dalam

bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UMS tanpa

perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan

pihak perpustakaan UMS dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas

pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, Desember 2014

Yang menyatakan

ARIF SATRIYO W

J410100053

Page 4: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

4

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

LEPTOSPIROSIS DENGAN METODE CERAMAH KESEHATAN

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA

DI DESA BAKARAN KULON JUWANA KABUPATEN PATI

Arif Satriyo W*, Tri Puji K**, Anisa Catur Wijayanti***

*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ** Dosen Kesehatan

Masyarakat FIK UMS, *** Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS

ABSTRAK

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis disebabkan infeksi bakteri berbentuk

spiral dari genus leptospira patogen, dan paling dominan ditularkan oleh air kencing

tikus. Berdasarkan survei pendahuluan diketahui dari 20 orang 16 orang tidak

mengetahui penyakit leptospirosis didukung dengan kondisi sanitasi rumah tidak

sehat. Pendidikan kesehatan metode ceramah dilakukan guna menumbuhkan

kepedulian program pencegahan dan pengendalian penyakit leptospirosis. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan pengaruh pendidikan kesehatan

tentang penyakit leptospirosis terhadap tingkat pengetahuan dan sikap warga Desa

Bakaran Kulon Juwana. Metode penelitian menggunakan Quasi Eksperimen dengan

pre-test dan post-test control group. Sampel penelitian sebanyak 94 kepala keluarga

di Desa Bakaran Kulon diambil dengan teknik proportional random sampling.

Teknik analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Rank, Paired T test dan Mann

Whitney U Test. Hasil analisis diketahui mayoritas responden kelompok kontrol

berumur 31-40 tahun (33%) dan 51-60 tahun (34%) untuk kelompok eksperimen,

bekerja sebagai petani/buruh pada kelompok kontrol (64,9%) dan eksperimen

(68,1%) serta berpendidikan SD untuk kelompok kontrol (64,9%) dan kelompok

eksperimen (63,8%). Tingkat pengetahuan kelompok eksperimen saat pre-test cukup

(64,9%) dan setelah post-test menjadi baik (66%). Sedangkan tingkat pengetahuan

kelompok kontrol saat pre-test kurang (45,7%) dan setelah post-test menjadi cukup

(44,7%). Sikap kelompok eksperimen saat pre-test kurang baik (71,3%) dan setelah

post-test menjadi baik (95,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol saat pre-test sikap

kurang baik (74,5%) dan setelah post-test tetap bersikap kurang baik (68,1%).

Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit

leptospirosis dengan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan dan sikap warga

Desa Bakaran Kulon Juwana (p value = 0,000 < 0,05).

Kata Kunci : Metode Ceramah, Leptospirosis, Tingkat Pengetahuan, Sikap

Page 5: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

1

ABSTRACT

Leptospirosis represents the disease zoonosis which is because of bacterium

infection which is in form of spiral from gender leptospira which patogen, and most

contagious dominant by water of mouse urine. Pursuant to antecedent survey in

Burnup Kulon Village, from 20 people 16 among others don’t know the disease

leptospirosis supported with the indisposed condition sanitasi house. Health

education with speech method done utilize to grow the caring to program of

prevention and contagious disease leptospirosis operation by mouse urine. Purpose

of this research is to know the picture and the influence of health education about

leptospirosis disease with health speech method to knowledge level and attitude

citizen in Bakaran Vilage Kulon Juwana of Pati Regency. This research method use

the Quasi Experiment by pre-test and post-test control group and sampel counted 94

family head in Burnup Kulon Village taken with proportional random sampling

technique. The data analyse technique use Wilcoxon Signed Rank, Paired T test and

Mann Whitney U Test. Result of analysis known the majority of control group to old

age 31-40 year ( 33%) and 51-60 year ( 34%) for experiment group, work as farmer

/ labour at the both group, control group ( 64,9%) and experiment group (68,1%)

and also have elementary school education for the both group, control group

(64,9%) and experiment group ( 63,8%). Knowledge level of experiment group when

pre-test is enough (64,9%) and after post-test become the goodness ( 66%). While

knowledge level control group when pre-test is less (45,7%) and after post-test

become enough (44,7%). Attitude the experiment group is unfavourable when pre-

test (71,3%) and after post-test become the goodness (95,7%). While at control

group when pre-test is unfavourable attitude (74,5%) and after post-test remain to

behave unfavourable (68,1%). So can conslusion that there is influence of health

education about leptospirosis disease with health speech method to knowledge level

and attitude citizen in Bakaran Vilage Kulon Juwana of Pati Regency ( p value =

0,000 < 0,05).

Key word: Speech method, Leptospirosis, Knowledge Level, Attitude

PENDAHULUAN

Kabupaten Pati merupakan salah satu kota dimana hampir setiap tahunnya

dilanda bencana banjir. Kerugian yang diakibatkan oleh banjir mencakup kerugian

material dan jiwa. Banjir di Kabupaten Pati terjadi pada tanggal 19 Januari 2014.

Terdapat 15 kecamatan di Kabupaten Pati yang mengalami banjir, diantaranya

Kecamatan Dukuhseti, Margoyoso, Trangkil, Wedarijaksa, Juwana, Batangan,

Jakenan, Winong, Gabus, Tambakromo, Kayen, Sukolilo, Margorejo, Tayu dan

Kecamatan Pati (Dinkes Pati, 2014).

Page 6: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

2

Keadaan banjir pada beberapa kecamatan di wilayah tersebut menyebabkan

adanya perubahan lingkungan seperti, banyaknya genangan air, lingkungan menjadi

becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah. Setelah banjir biasanya muncul

berbagai masalah kesehatan atau penyakit. Penyakit yang sering menyerang pasca

banjir salah satunya leptospirosis yaitu penyakit yang ditularkan oleh tikus dan air

kencing tikus (Kartikawati, 2012).

Beberapa penyakit saat banjir dan pasca banjir yang dipantau sering dijumpai

diantaranya demam berdarah, malaria, kolera, diare, disentri, TBC, penyakit kulit,

ISPA, dan leptospirosis. Kondisi ini semakin buruk dengan kondisi lingkungan yang

tidak sehat yang menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang berbahaya

menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang seperti

leptospirosis (Widarso dan Wilfried, 2005).

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi

bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen, dan bergerak aktif

yang menyerang hewan dan manusia. Penyakit zoonosa (zoonosis) merupakan

penyakit yang secara alami dapat dipindahkan dari hewan verterbrata ke manusia

atau sebaliknya (Depkes RI, 2005).

Di Indonesia data kasus leptospirosis di tahun 2013 hingga 10 Februari 2014

sudah terjadi 630 kasus yang menyebabkan 57 orang meninggal dunia. Dengan

distribusi kasus leptospirosis di lima provinsi endemis antara tahun 2004-2013 yaitu

Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Timur (Depkes RI, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2011) jumlah

kasus leptospirosis sebesar 155 warga hingga menyebabkan 23 orang meninggal.

Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu 133 warga terserang bakteri

leptospira, 14 diantaranya meninggal dunia (Dinkes Prov Jateng, 2011).

Page 7: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

3

Kejadian leptospirosis di Kabupaten Pati setiap tahunnya cenderung

meningkat, pada tahun 2010 terdapat 14 kasus, tahun 2011 terdapati 22 kasus, tahun

2012 terdapat 2 kasus, dan di tahun 2013 terjadi 14 kasus, dan awal tahun 2014 pada

bulan Januari sampai bulan Maret 2014 terdapat 39 kasus. Oleh karena itu,

berdasarkan kriteria KEPMENKES RI no 1501 tahun 2010 pasal 6 kasus

leptospirosis di Kabupaten Pati dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pasca

banjir. Kecamatan Juwana khususnya Desa Bakaran kulon merupakan daerah yang

fokus leptospirosis, dimana pada awal tahun 2014 terdapat 6 kasus positif

leptospirosis dan 2 diantaranya meninggal dunia (Dinkes Pati, 2014).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara

pada bulan Juli 2014 di Desa Bakaran Kulon, dari hasil wawancara dengan 20 orang

16 diantaranya tidak mengetahui penyakit leptospirosis, yang mereka tahu hanya

penyakit tikus dan tidak tahu cara penularanya dan cara pencegahanya. Dan hal ini

diperkuat dari hasil observasi peneliti terhadap rumah dan lingkungan warga

khususnya di Desa Bakaran kulon yang masih banyak yang belum memenuhi standar

kesehatan. Hidup bersih dan sehat masih rendah, hal itu terlihat dari beberapa rumah

warga yang kondisi kebersihan masih belum terjaga dengan baik. Dimana keadaan

sanitasi rumah seperti MCK (Mandi Cuci Kakus) masih kurang baik, pencahayaan

yang tidak terang, ventilasi kurang baik, saluran pembuangan air limbah (SPAL)

yang tidak baik dan kebiasaan membuang sampah yang masih sembarangan,

sebagian besar warga membuang sampah masih sembarangan di sekitar rumah.

Kondisi tersebut sangat mendukung tikus untuk mendapatkan makanan dengan

mudah serta dapat dijadikan tempat tinggal yang aman dan nyaman untuk

berkembang biak tikus, sehingga dapat menularkan penyakit leptospirosis. Dan

berdasarkan wawancara dengan warga bahwa belum pernah diadakan pendidikan

kesehatan atau penyuluhan kesehatan tetang penyakit leptospirosis.

Page 8: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

4

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melihat pengaruh pendidikan

kesehatan tentang penyakit leptospirosis dengan menggunakan metode ceramah

kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat di Desa Bakaran Kulon.

Metode ceramah dapat digunakan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

berpendidikan rendah. Pendidikan kesehatan ini dilakukan guna menumbuhkan

kepedulian terhadap program pencegahan dan pengendalian penyakit leptospirosis

yang ditularkan oleh kencing tikus, dengan tujuan pengendalian dan pencegahan

penyakit leptospirosis dapat berjalan secara rutin dan berkesinambungan serta dapat

mengurangi risiko terjadinya kasus penyakit leptospirosis di Desa Bakaran Kulon.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimen yang dilengkapi

dengan pendekatan metode kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

rancangan Quasi Eksperimen dengan bentuk pre-test dan post-test control group.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Tempat pelaksanaan penelitian

ini di Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan mengambil

sampel sebanyak 188 kepala keluarga di Desa Bakaran Kulon dibagi menjadi 2

kelompok yaitu 94 KK menjadi kelompok kontrol dan 94 KK menjadi kelompok

eksperimen daimbil dengan teknik Proportional random sampling. Analisis data

meliputi analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan abalisis bivariat

menggunakan uji t-test pada tingkat signifikansi 0,05.

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

Adapun hasil karakteristik responden disajikan dalam tabel 1 berikut ini.

Page 9: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

5

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden

Eksperimen Kontrol

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan

83 11

88,3 11,7

71 23

75,5 24,5

Total 94 100 94 100

Umur: 1. 31-40 Tahun 2. 41-50 Tahun 3. 51-60 Tahun 4. 61-70 Tahun

29 26 32 7

30,9 27,7 34,0 7,4

31 25 30 8

33,0 26,6 31,9 8,5

Total 94 100 94 100

Pekerjaan: 1. Tidak Bekerja 2. Petani/Buruh 3. Wiraswasta 4. PNS/POLRI/ABRI

8 64 17 5

8,5 68,1 18,1 5,3

11 61 18 4

11,7 64,9 19,1 4,3

Total 94 100 94 100

Pendidikan: 1. Tidak Sekolah 2. Lulus SD 3. Lulus SMP 4. Lulus SMA 5. Perguruan Tinggi

Total

6 60 11 12 5 94

6,4 63,8 11,7 12,8 5,3 100

6 61 15 8 4 94

6,4 64,9 16,0 8,5 4,3 100

Berdasarkan hasil analisis seperti pada tabel 1 diketahui bahwa untuk

kelompok kontrol mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 71

orang (75,5%) dan untuk kelompok eksperimen mayoritas juga berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 83 (88,3%). Karakteristik responden menurut umur untuk

kelompok kontrol diketahui mayoritas responden berumur 31-40 tahun (33%)

sedangkan pada kelompok eksperimen mayoritas berumur 51 – 60 tahun yaitu

sebanyak 32 orang (34%). Karakteristik responden menurut pekerjaannya

diketahui untuk kelompok kontrol mayoritas bekerja sebagai petani/buruh yaitu

sebanyak 61 orang (64,9%) dan pada kelompok eksperimen diketahui mayoritas

responden juga bekerja sebagai petani/buruh yaitu sebanyak 64 orang (68,1%).

Page 10: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

6

Karakteristik responden menurut pendidikannya diketahui untuk kelompok

kontrol mayoritas berpendidikan lulusan SD yaitu sebanyak 61 orang (64,9%)

dan pada kelompok eksperimen diketahui mayoritas responden juga

berpendidikan lulusan SD yaitu sebanyak 60 orang (63,8%).

B. Pengetahuan

Pengetahuan responden tentang penyakit leptospirosis dapat disajikan

seperti pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Pengetahuan Responden tentang Penyakit Leptospirosis

Pengetahuan

Kontrol Eksperimen

Frekuensi (n) Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Pre test

1. Kurang

2. Cukup

3. Baik

43

42

9

45,7

44,7

9,6

21

61

12

22,3

64,9

12,8

Total 94 100 94 100

Pos test

1. Kurang

2. Cukup

3. Baik

33

56

5

35,1

59,6

5,3

2

30

62

2,1

31,9

66

Total 94 100 94 100

Berdasarkan Tabel 2 diatas diketahui bahwa pada kelompok kontrol

mayoritas pada saat pre-test, respoden mempunyai pengetahuan yang kurang

sebanyak 43 orang (45,7%) namun setelah dilakukan post-test diketahui

mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 56 orang (59,6%).

Sedangkan pada kelompok eksperimen diketahui bahwa pada saat pre-test

mayoritas responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 61 orang

(64,9%) dan setelah dilakukan post-test diketahui mayoritas pengetahuan

responden meningkat menjadi berpengetahuan baik sebanyak 62 orang (66%).

Page 11: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

7

C. Sikap

Sikap responden dalam pencegahan penyakit leptospirosis secara lebih

jelas dapat disajikan seperti pada Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Sikap Responden dalam Pencegahan Penyakit Leptospirosis

Sikap

Kontrol Eksperimen

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Pre test

1. Kurang Baik

2. Baik

70

24

74,5

25,5

67

27

71,3

28,7

Total 94 100 94 100

Pos test

1. Kurang Baik

2. Baik

64

30

68,1

31,9

4

90

4,3

95,7

Total 94 100 94 100

Berdasarkan Tabel 3 diatas diketahui bahwa pada kelompok kontrol pada

saat pretest, mayoritas responden mempunyai sikap tentang upaya pencegahan

penyakit leptospirosis termasuk kurang baik yaitu sebanyak 70 orang (74,5%)

dan setelah dilakukan post-test diketahui mayoritas responden juga masih

mempunyai sikap yang kurang baik yaitu sebanyak 64 orang (68,1%).

Sedangkan pada kelompok eksperimen diketahui bahwa pada waktu pre-test

mayoritas responden mempunyai sikap yang kurang baik yaitu sebanyak 67

orang (71,3%) dan setelah dilakukan posttest diketahui mayoritas responden

mempunyai sikap yang baik sebanyak 90 orang (95,7%).

D. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Tabel 4. Hasil Uji Paired Sampel t-test dan Wilcoxon Tingkat Pengetahuan

Kelompok Rata-rata

p-value Kesimpulan Pre-test Post-test

Kontrol

Eksperimen

7,808

8,617

8,085

11,351

0,135

0,000

Tidak Signifikan

Signifikan

Page 12: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

8

Berdasarkan Tabel 4 diatas, hasil uji Paired sampel t-test pengetahuan

pada kelompok kontrol diperoleh p-value (0,135>0,050), sehingga Ha ditolak.

Maka dapat disimpulkan, tidak ada perbedaan rata-rata nilai pengetahuan pada

kelompok kontrol antara nilai pre-test dan post-test, akan tetapi tetap terjadi

peningkatan nilai rata-rata pada kelompok kontrol dari pre-test (7,808) menjadi

post-test (8,085). Hasil uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen terjadi

peningkatan rata-rata nilai pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan

dari pre-test (8,617) menjadi post-test (11,351). Nilai p-value pengetahuan pada

kelompok eksperimen sebesar (0,000<0,050) sehingga Ha diterima. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata nilai tingkat pengetahuan pada

kelompok eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.

E. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Sikap

Tabel 5. Hasil Uji Paired sampel t-test dan Wilcoxon Sikap

Kelompok Rata-rata

p-value Kesimpulan Pre-test Post-test

Kontrol

Eksperimen

46,989

47,872

46,734

60,202

0,450

0,000

Tidak Signifikan

Signifikan

Berdasarkan Tabel 5 diatas diketahui bahwa hasil uji Wilcoxon sikap

pada kelompok kontrol, menunjukkan terjadi penurunan rata-rata nilai sikap dari

pre-test (46,989) menjadi post-test (46,734), dan diperoleh nilai p-value

(0,450>0,050) sehingga Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan rata-rata nilai sikap pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil uji

Paired sampel t-test sikap pada kelompok eksperimen, menunjukkan terjadi

peningkatan rata-rata nilai sikap setelah diberikan pendidikan kesehatan dari

pre-test (47,872) menjadi post-test (60,202) dengan p-value sikap pada

kelompok eksperimen diperoleh (0,000<0,050) sehingga Ha diterima. Maka

dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata nilai sikap pada kelompok

eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.

Page 13: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

9

F. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kelompok

Eksperimen dan Kontrol

Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney Tingkat Pengetahuan

Hasil Rata-rata

p-value Kesimpulan Kontrol Eksperimen

Pre-test 7,808 8,617 0,003 Signifikan

Post-test 8,085 11,351 0,000 Signifikan

Berdasarkan Tabel 6 diatas diketahui hasil uji Mann-Whitney tingkat

pengetahuan tentang penyakit leptospirosis antara kelompok kontrol dan

eksperimen diperoleh nilai rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 7,808 dan

pada kelompok eksperimen nilai rata-rata sebesar 8,617 dan diperoleh p-value

pre-test (0,003>0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat

pengetahuan saat pre-test antara kelompok eksperimen dan kontrol. Untuk hasil

nilai rata-rata post-test pada kelompok kontrol sebesar 8,085 dan pada kelompok

eksperimen nilai rata-rata sebesar 11,351 dan diperoleh p-value post-test antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh p value (0,000<0,05),

maka dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat pengetahuan saat post-test antara

kelompok eksperimen dan kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah tentang penyakit leptospirosis

terhadap tingkat pengetahuan responden.

G. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap Kelompok Eksperimen

dan Kontrol

Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney Sikap

Hasil Rata-rata

p-value Kesimpulan Kontrol Eksperimen

Pre-test 46,989 47,872 0,179 Tidak Signifikan

Post-test 46,734 60,202 0,000 Signifikan

Dari Tabel 7 diatas diketahui hasil uji Mann-Whitney sikap diperoleh

nilai rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 46,989 dan pada kelompok

Page 14: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

10

eksperimen nilai rata-rata sebesar 47,872 dan diperoleh p value pre-test

(0,179>0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan sikap saat pre-test

antara kelompok eksperimen dan kontrol. Setelah dilakukan post-test diperoleh

nilai rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 46,734 dan pada kelompok

eksperimen nilai rata-rata sebesar 60,202 dan diperoleh p-value post-test sebesar

(0,000<0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan sikap saat post-test antara

kelompok eksperimen dan kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah tentang penyakit leptospirosis

terhadap sikap.

H. Rerata Selisih Pengetahuan Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Tabel 8. Hasil Uji Mann-Whitney Rata-Rata Selisih Pengetahuan

Kelompok Rata-Rata Selisih Pengetahuan p-value Kesimpulan

Kontrol 0,276 0,000 Signifikan

Eksperimen 2,734

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh nilai rata-rata selisih pengetahuan pada

kelompok kontrol sebesar 0,276 dan pada kelompok eksperimen 2,734. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p-value (0,000<0,05), sehingga ada perbedaan rata-rata

selisih pengetahuan antara kelompok kontrol dan eksperimen.

I. Rerata Selisih Sikap Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney Rata-Rata Selisih Sikap

Kelompok Rata-Rata Selisih Sikap p-value Kesimpulan

Kontrol -0,255 0,000 Signifikan

Eksperimen 12,329

Berdasarkan Tabel 9, diperoleh nilai rata-rata selisih sikap pada

kelompok kontrol sebesar -0,255 dan pada kelompok eksperimen 12,329. Hasil

Page 15: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

11

uji statistik diperoleh nilai p-value (0,000<0,05), sehingga ada perbedaan rata-

rata selisih sikap antara kelompok kontrol dan eksperimen.

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Dari hasil analisis univariat diketahui bahwa responden dari kelompok

kontrol dan eksperimen mempunyai karakteristik yang hampir mirip. Hal ini

dapat digunakan untuk mengetahui keefektifan perlakuan yang diberikan dalam

penelitian ini yaitu pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah

kesehatan tanpa melaihat jenis kelamin, status pendidikan dan status pekerjaan.

Dimana diketahui mayoritas mereka berjenis kelamin laki-laki karena responden

merupakan kepala keluarga, berpendidikan rendah yaitu hanya lulusan SD dan

dan bekerja sebagai petani/buruh karena mereka tinggal di desa dan masih

minimnya untuk mereka memperoleh informasi yang banyak jika tidak ada yang

memberikan penyuluhan ataupun ceramah kesehatan khususnya terkait

pencegahan penyakit leptospirosis.

Menurut Wawan dan Dewi (2010) semakin tinggi umur seseorang, maka

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam bekerja

dan berfikir serta memutuskan sesuatu secara lebih bijaksana terutama dalam hal

kesehatan. Pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam

melakukan aktivitas atau kegiatan dan dengan pengetahuan yang diperoleh dapat

merubah sikap seseorang terhadap sesuatu. Pada umumnya semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah untuk menerima informasi.

Pendidikan dapat mempengaruhi pola perilaku dalam memotivasi sikap.

B. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Page 16: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

12

Dari hasil analisis diketahui bahwa pada kelompok eksperimen dari nilai

pretest dan post test menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan

responden mengalami peningkatan. Hal ini juga didukung dari hasil analisis

statistik Wilcoxon yang menunjukkan bahwa nilai p-value (0,000<0,05) yang

berarti ada perbedaan yang bermakna pada kelompok eksperimen antara pre-test

dan post-test. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan

pemberian pendidikan kesehatan melalui metode ceramah tentang penyakit

terhadap tingkat pengetahuan responden yaitu KK di Desa Bakaran Kulon

tentang penyakit leptospirosis.

Dengan diberikannya pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit

leptospirosis maka responden meskipun berpendidikan rendah dan hanya bekerja

sebagai petani/buruh yang notabene kurang akan informasi tentang penyakit ini,

maka mereka dapat bertambah pengetahuan mereka tentang penyakit

leptospirosis. Apalagi hal ini didukung dengan umur responden yang cenderung

dewasa tua. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Wawan dan Dewi (2010),

pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang

meliputi pendidikan, pekerjaan, umur dan faktor eksternal yang meliputi

lingkungan, sosial budaya. Semakin tinggi umur seseorang, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam bekerja dan berfikir.

Hal ini berarti setelah menerima pendidikan kesehatan melalui metode

ceramah responden dapat dengan mudah menerima informasi yang telah mereka

terima, dikarenakan kematangan dan kekuatan mereka dalam berpikir yang lebih

baik. Sehingga setelah dilakukan post test dimana responden menjawab secara

langsung kuesioner yang telah dibagikan dan mengembalikan kepada peneliti

dan dilakukan analisis diketahui nilai rata-rata post-test tingkat pengetahuan

Page 17: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

13

responden mengalami peningkatan dibandingkan sebelum diberikan pendidikan

kesehatan melalui metode ceramah tentang penyakit leptospirosis ini.

Hal ini dimungkinkan adanya ketepatan metode yang digunakan sesuai

dengan karakteristik responden dalam penelitian. Selain itu materi-materi yang

berkaitan dengan pencegahan penyakit leptospirosis dikemas dalam bentuk

gambar dan tulisan yang menarik pada saat slide presentasi yang dilakukan oleh

peneliti, sehingga lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh responden.

Menurut Supratman (2003), tujuan dari pendidikan kesehatan adalah untuk

mengubah pemahaman individu kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan

agar menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai mandiri dalam mencapai

tujuan hidup sehat serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

ada dengan tepat dan sesuai.

Sebagai pembanding, adalah kelompok kontrol dimana dari hasil analisis

statistik Paired t test menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata

pengetahuan pada kelompok kontrol pada saat pre-test dan post-test, hal ini

ditunjukkan oleh p-value sebesar 0,135 > 0,05. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian dari Reza dkk (2012), dimana penelitiannya diketahui

pemberian penyuluhan kesehatan tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS)

cuci tangan bersih dapat meningkatkan tingkat pengetahuan siswa SD N 01 dan

02 Bonosari Sempor Kebumen.

C. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap

Pada kelompok eksperimen terbukti dengan adanya pendidikan kesehatan

dengan metode ceramah dapat merubah sikap responden menjadi baik terhadap

pencegahan penyakit leptospirosis. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan

nilai rata-rata sikap dari pre-test (47,872) dan pada saat post-test meningkat

menjadi (60,202) serta diperoleh p-value sebesar (0,000<0,05) sehingga dapat

Page 18: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

14

disimpulkan adanya perbedaan rata-rata nilai sikap pada kelompok eksperimen

sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit

leptospirosis dengan metode ceramah kesehatan terhadap sikap warga di Desa

Bakaran Kulon Juwana Kabupaten Pati.

Sikap yang dimiliki kelompok eksperimen yang sebelumnya kurang baik

menjadi baik, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan

kesehatan melalui metode ceramah responden bertambah informasi tentang

pencegahan penyakit leptospirosis sehingga mereka menerima pengetahuan yang

belum diterima sebelumnya, kemudian mereka mencerna informasi yang

diberikan dan responden mulai merubah sikap yang ditandai adanya keinginan

merubah sikap yang selama ini ternyata masih keliru, seperti sikap responden

yang dahulu masih kurang peduli tentang perlunya penerapan PHBS (Pola

Hidup Bersih dan Sehat) dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya untuk

mencapai hidup sehat, sikap responden yang kurang memperhatikan masalah

sampah yaitu masih membuang sampah secara sembarangan dan meletakan

makanan secara sembarangan di dalam rumah tanpa ada tudung saji yang

melindungi serta sikap masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan

sanitasi lingkungan rumah dan sekitarnya, responden jarang membersihkan

lantai, dinding, atap dan lainnya sehingga kotor, bersawang, berdebu dan

menjadi tempat tinggal bagi tikus. Dimana Kartikawati (2012) menjelaskan

bahwa penyebab leptospirosis yang paling dominan adalah air kencing tikus.

Tikus merupakan hewan pengerat yang dapat sebagai vektor penyakit dan berada

di lingkungan yang kotor.

Menurut Wawan dan Dewi (2010), dalam pembentukan sikap

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman pribadi, pengaruh

orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan

Page 19: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

15

lembaga agama, dan faktor emosional. Hal ini sesuai dengan penelitian ini

dimana faktor yang menyebabkan sikap responden saat pre-test pada kelompok

eksperimen lebih banyak sikap kurang baik, dimungkinkan karena kurangnya

pengalaman pribadi terkait tentang pencegahan penyakit leptospirosis dan pada

lembaga pendidikan responden belum pernah diajarkan materi tentang

pencegahan penyakit leptospirosis ini. Selain itu didukung dengan responden

yang mayoritas hanya lulusan SD dan bekerja sebagai petani/buruh dimana

tingkat pendidikan mereka yang rendah dan kurangnya pengalaman,

memungkinkan mereka kurang untuk mendapatkan informasi secara mudah dan

cepat khususnya tentang penyakit leptospirosis.

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), dengan adanya penyuluhan

kesehatan masyarakat salah satunya melalui promosi kesehatan dengan

pendidikan kesehatan dapat merubah perilaku seseorang. Dimana perilaku

seseorang mengalami perubahan dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau berhsil

mengubah sikap seseorang maka perilakunya juga akan berubah. Perubahan

perilaku membutuhkan waktu, karena dalam penyuluhan tentunya tidak dapat

dievaluasi secara tuntas (langsung). Penilaian pada akhir penyuluhan terkadang

hanya bisa mengukur pengetahuan dan sikap mereka terhadap kesehatan, yang

menjadi tolak ukur sementara atau tolak ukur untuk kemungkinan terjdinya

perubahan perilaku.

Sebagai pembanding adalah kelompok kontrol dimana hasil analisis

Wilcoxon signed rank test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil

nilai sikap pre test dan post test (p-value sebesar 0,450 > 0,05). Hasil penelitian

ini yaitu terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis

dengan metode ceramah kesehatan terhadap peningkatan sikap responden,

ternyata sejalan dengan hasil penelitian dari Kustini dan Betty (2008) dimana

perilaku aktif pencegahan DBD pada ibu-ibu warga Minapadi Kelurahan

Page 20: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

16

Nusukan Kota Surakarta sesudah diberikan pendidikan kesehatan (skor rata-rata

11,636) terlihat lebih tinggi (meningkat) daripada perilaku pencegahan DBD

sebelum diberikan pendidikan kesehatan (skor rata-rata 9,242).

D. Keefektifan Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Metode Ceramah

Kesehatan

Keefektifan metode ceramah kesehatan pada penelitian ini cukup bagus,

karena dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap responden secara signifikan

pada kelompok eksperimen. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata saat pre-test

pengetahuan (8,617) dan sikap (47,872), kemudian diberi pendidikan kesehatan

menggunakan metode ceramah kesehatan diperoleh, nilai rata-rata post-test pada

kelompok eksperimen meningkat, untuk pengetahuan (11,351) dan sikap

(60,202). Selain itu juga dari hasil selisih nilai rata-rata pengetahuan responden

pada kelompok eksperimen sebesar 2,734 dan selisih nilai rata-rata sikap

responden sebesar 12,329. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan

kesehatan dengan metode ceramah kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan

sebanyak (24,09%) dan meningkatkan sikap responden sebanyak (20,48%) pada

kelompok eksperimen.

Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan

pendidikan kesehatan, menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan dan sikap

tidak signifikan, karena mereka tidak diberikan perlakuan apapun. Hal ini

ditunjukkan pada kelompok kontrol, walaupun terjadi peningkatan pengetahuan

dan sikap dari pre-test dan post-test, akan tetapi tidak menunjukkan perubahan

yang bermakna.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Sitepu (2008)

dimana penyuluhan kesehatan menggunakan metode ceramah disertai pemutaran

VCD secara signifikan (p<0,05) memberikan dampak positif yang lebih nyata

Page 21: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

17

dibandingkan metode ceramah tanpa VCD baik terhadap pengetahuan (segera

setelah penyuluhan 90,9% vs 66,7% dan seminggu sesudah penyuluhan 87,9%

vs 48,5%) maupun sikap (segera setelah penyuluhan 87,9% vs 63,6% dan

seminggu sesudah penyuluhan 84,8% vs 48,5%) ibu tentang penyakit

pneumonia pada balita. Selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian dari Warto

(2013) dimana hasil penelitiannya diketahui bahwa terdapat pengaruh

pendidikan kesehatan tentang pengendalian vektor penyakit pes terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap warga dalam upaya pencegahan penyakit pes di Desa

Jrakah (p value≤ 0,001).

Dari hasil analisis data terdapat keterbatasan penelitian yaitu pada waktu

pengambilan data kepada responden sampel kontrol, peneliti mendatangi satu

per satu ke rumah responden. Seharusnya responden juga dikumpulkan menjadi

satu seperti pada responden sampel ekeperimen. Hal dilakukan agar data yang

dihasilkan tidak bias.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan warga Desa Bakaran Kulon tentang penyakit

leptospirosis pada kelompok eksperimen pada saat pre-test dan post test

mengalami peningkatan sedangkan pada kelompok kontrol juga mengalami

peningkatan tingkat pengetahuan meskipun tidak bermakna.

2. Sikap warga Desa Bakaran Kulon tentang penyakit leptospirosis pada

kelompok eksperimen pada saat pre-test dan post-test warga mengalami

perubahan sikap yang lebih baik, sedangkan sikap warga Desa Bakaran

Kulon tentang penyakit leptospirosis pada kelompok kontrol antara pre-test

dan post-test tidak mengalami perubahan dimana mereka masih bersikap

kurang baik.

Page 22: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

18

3. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis

terhadap tingkat pengetahuan dan sikap warga Desa Bakaran Kulon Juwana

(p value = 0,000 < 0,05).

B. Saran

Diharapkan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan penyakit

leptospirosis harus ditingkatkan, sehingga akan merubah perilaku atau sikap

warga ke arah yang lebih baik dan warga lebih peduli terhadap program

pencegahan dan pengendalian penyakit leptospirosis salah satunya dapat

dilakukan dengan cara selalu mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diadakan

pihak pemerintah desa terkait penanggulangan penyakit leptospirosis, membaca

dari media massa yang ada serta memperbaiki gaya hidup menjadi lebih sehat

terutama di lingkungan tempat tinggal agar tidak menjadi sarang tikus. Bagi

Petugas Kesehatan Desa Bakaran Kulon Juwana Kabupaten Pati dapat bekerja

sama dengan pemerintah daerah setempat memulai memberikan penyuluhan-

penyuluhan tambahan seperti penyuluhan secara rutin di balai desa atau melalui

kegiatan PKK ibu-ibu desa terkait kebersihan lingkungan tempat tinggal dan

bahaya yang ditumbulkan dari kondisi rumah yang tidak sehat salah satunya

penyakit leptospirosis yang dapat disebabkan oleh air kencing tikus, sebagai

upaya preventif dan promotif dalam pencegahan penyakit leptospirosis. Bagi

peneliti lain diharapkan dapat lebih mengembangkan penelitian dengan

menambahkan metode yang lain untuk menambahkan keefektifan pendidikan

kesehatan seperti memberikan leaflet, pemberian pelatihan ataupun modul secara

lengkap untuk melengkapi metode ceramah ini.

Page 23: 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT

19

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Pedoman Penanggulangan Leptospirosis di Indonesia. Jakarta:

Depkes RI Ditjen P2M dan PLP.

Depkes RI. 2014. Pedoman Penanggulangan Leptospirosis di Indonesia. Jakarta:

Depkes RI Ditjen P2M dan PLP.

Dinkes Pati. 2014. Data Surveilans Leptospirosis Kabupaten Pati 2014. Pati:

Bidang P2PL Dinkes Kabupaten Pati.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2011. Evaluasi dan Kebijakan Program P2B2 Di

Jawa Tengah. Semarang: DK Provinsi Jawa Tengah.

Kartikawati E. 2012. Leptospirosis Penyakit yang di Tularkan oleh Tikus. Ungaran:

V-media.

Kustini H dan Betty F. 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit

Demam Berdarah Dengue Terhadap Perilaku Aktif Pencegahan Penyakit

Demam Berdarah Dengue Pada Ibu-Ibu Warga Minapadi Kelurahan Nusukan

Kota Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697 Vol. 1/No.1/Maret

2008: 36-42.

Mubarak IQ dan Chayatin N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Salemba Medika.

Reza F., Marsito., Saraswati R. 2012. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Oleh Peer

Group dan Tenaga Kesehatan Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Cuci Tangan Bersih Pada Siwa SD N 01 dan 02 Bonosari Sempor Kebumen.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol. 8/No.2/Februari 2012.

Sitepu A. 2008. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah

di Sertai Pemutaran VCD dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita di

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. [Tesis]. Medan: Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

Supratman. 2003. Dasar Dasar Kesehatan Masyarakat. Surakarta: Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.

Wawan A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widarso H dan Wilfried P. 2005. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan dalam

Penanggulangan Leptospirosis di Indonesia. Kumpulan Makalah Simposium

Leptospirosis. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.