10 penyakit terbesar di pkm wani, sulteng tahun 2013

46
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap oang aga tewujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan beperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dalam menilai keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dengan menggunakan beberapa tolak ukur diantaranya penurunan angka kematian bayi, peningkatan umur harapan hidup serta perbaikan gizi masyarakat. Pencapaian cakupan dari tolak ukur tersebut mencerminkan keberhasilan 1

Upload: noer-manjha

Post on 24-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGPembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap oang aga tewujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan beperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia.Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dalam menilai keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dengan menggunakan beberapa tolak ukur diantaranya penurunan angka kematian bayi, peningkatan umur harapan hidup serta perbaikan gizi masyarakat. Pencapaian cakupan dari tolak ukur tersebut mencerminkan keberhasilan berbagai program diantaranya imunisasi, gizi, kesehatan lingkungan dan lain-lain serta dengan dukungan sarana dan prasarana yang diharapkan akan bertambah.Puskesmas bertanggung jawab sebagai penyelenggara upaya kesehatan untuk janjang tingkat pertama. Puskesmas Wani merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan terdepan diwilayah Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, mengemban tugas pelayanan yang menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Mencakup usaha preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (usaha pemulihan kesehatan) yang dilakukan dengan tujuan, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Salah satu upaya peningkatan manajemen pembangunan kesehatan untuk menunjang kegiatan puskesmas yaitu Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang dikembangkan dalam peyusunan Profil Kesehatan Puskesmas. Upaya ini dilaksanakan sebagai salah satu bentuk peningkatan manajemen perencanaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program serta penilaian upaya kesehatan.Dari uraian diatas serta beban tugas dari proses pembelajaan mata kuliah, kelompok I akan melakukan penelitian mengenai 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Wani pada Tahun 2013.

B. RUMUSAN MASALAHDari penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:1. Apa saja 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani pada Tahun 2013?2. Apa penyakit tertinggi di Puskesmas Wani pada Tahun 2013, serta apa yang menjadi penyebabnya?3. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan terhadap penyakit tertinggi di Puskesmas Wani pada Tahun 2013?

C. TUJUANTujuan secara umum penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk mengetahui 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani pada Tahun 2013. Sedangkan, tujuan secara khusus yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui apa penyakit tertinggi di Puskesmas Wani pada Tahun 2013, serta apa yang menjadi penyebabnya.2. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan terhadap penyakit tertinggi tersebut.

D. MANFAAT PENELITIANPeneliti berharap penelitian yang akan dilakukan ini dapat bermanfaat bagi:1. Penelitia. Dapat menambah informasi dan wawasan tentang 10 penyakit terbesar di institusi kesehatan.b. Dapat menambah wawasan, informasi, dan pengetahuan mengenai penalataksanaan yang dapat dilakukan terhadap penyakit-penyakit tersebut.2. Para pembaca laporan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang judul yang berkenaan.

E. SISTEMATIKA PENELITIANUntuk mendapatkan gambaran secara sistematis dalam pembahasan laporan penelitian ini, maka disusunlah dari beberapa bab dan sub sebagai berikut:1. Bab pertama adalah : pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan2. Bab kedua adalah : tinjauan pustaka yang membahas mengenai 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani meliputi pengertian, etiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tersebut.3. Bab ketiga adalah : metode penelitan yang menguraikan tentang metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.4. Bab keempat adalah : hasil dan pembahasan yang menggambarkan hasil penelitian dan pembahasan.5. Bab kelima adalah : menutup dari seluruh uraian yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS)1. DefenisiISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) merupakan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas mulai dari organ hidung sampai gelembung paru beserta organ-organ sekitarnya, seperti: sinus, ruang telinga tengah, dan selaput paru. Penyakit seperti rinitis virus, rinitis alergi, sinusitis, faringitis dan tonsilitis, serta laringitis. (Esther Chang, 2009: 190)2. Etiologia. Bakterib. Faktor usia, dimana anak kecil dan orang tua lebih muda terkena infeksi saluran pernapasan.c. Gangguan pada sekresi saluran pernapasan.d. Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang (Esther Chang, 2009: 190)3. Manifestasi Klinika. Takipneab. Napas tak teratur (apnea)c. Retraksi dinding torakd. Napas cuping hidunge. Sianosisf. Suara napas lemah atau hilang g. Wheezingh. Gelisahi. Mudah terangsang, sakit kepala (Esther Chang, 2009: 191)4. Penatalaksanaana. Diberikan antibiotik parenteral, oksigen.b. Diberikan obat kotrimaksasol peroralc. Bila demam diberikan paracetamol5. Pencegahana. Menjaga keadaan gizi agar tetap baikb. Immunisasic. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungand. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

B. GASTRITIS1. Definisi GastritisGastritis merupakan inflamasi akut atau kronis dari mukosa lambung yang bersifat jinak dan dapat sembuh sendiri. Biasanya merupakan respon terhadap iritan lokal. (Lyndon Saputra, 2014:190)Gastritis dibedakan menjadi dua, yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna(Prince,2006: 422).2. EtiologiPenyebab yang sering dijumpai :a. Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin.b. Bahan kimia misalnya lisol.c. Merokok.d. Alkohol.e. Stress.f. Refluks usus-lambung.g. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi).h. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada dan cuka.i. Aspek imunologisHubungan antara sistem imun dan gastritis kronik menjadi jelas dengan ditemukannya autoantibodi terhadap faktor intrinsik pada pasien dengan anemia pernisiosa.j. Aspek bakteriologisHelicobacter pylori lebih sering dijumpai. Atropi mukosa lambung akan terjadi pada banyak kasus, setelah bertahun-tahun mendapat infeksi Helicobacter pylori. (Lyndon Saputra, 2014:190)3. Manifestasi Klinika. Rasa tidak nyaman pada daerah epigastriumb. Gangguan pencernaanc. Kram perutd. Muale. Pendarahan saluran cernaf. Muntahg. Nyeri tekan abdomenh. Distensi abdomen (Lyndon Saputra, 2014:190)4. Penatalaksanaana. Diberikan anti histamin Cimetidine 1 amp/8 jam.b. Diberikan anti emetik misalnya Raclonid 1 amp/8 jam 3 x 1 atau kalau perlu.c. Diberikan obat penetralisir asam lambung misalnya Antasida 3 x 1.d. Diberikan antibiotik misalnya Amoxicillin 500 mg 3 x 1. (Adi Jaya, http://medicastore.com)5. Pencegahana. Membiasakan makan tepat pada waktunyab. Hindari alkoholc. Makan dalam porsi yang kecil dan seringd. Menghindari stresse. Mengunyah 32 kalif. Menghindari rokok

C. HIPERTENSI1. Defenisi HipertensiHipertensi merupakan saat tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentand dari tekanan darah (TD) normal tingi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90%) atau kasus sekunder, terjadi akibat dari kondisi patologi yang seering kali dapat diperbaiki. (Marilynn Doenges, 1999: 39)2. Etiologia. Hipertensi Primer1) Tidak diketahui2) Faktor resiko: usia tua, riwayat keluarga, aya hidup, ras, serta gangguan tidurb. Hipertensi sekunder1) Tumor otak, cedera kepala, dan tetraplegia2) Kokain, epoetin alfa, terapi pengganti estrogen,penghambat monoamin oksidase yang dikonsumsi bersamaan dengan tiramin, obat-obatan anti-inflamasi non steroid, kontrasepsi oral, dan stimulan saraf simpatis.3) Sindroma cushing: hiperaldosteron dan disfungsi tiroid, hipofisis, atau paratiroid.4) Penyakit parenkim dan stenosis atreri renalis (Lyndon Saputra, 2014:36)3. Manifestasi Klinka. Peningkatan tekanan darahb. Bruit pada aorta dan arteri karotis, renalis, femoralis.c. Pusing, bingung, dan fatigued. Pandangan kabure. Nokturiaf. Edema 4. Penatalaksanaana. Diberikan diuretik 12,5-25 mg/ harib. Diberikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) 12,5-150 mg 2-3 x seharic. Diberikan beta blocker (BB) 25-100 mg/hari.d. Diberikan anti hipertensi golongan lain (umumnya terazosin dan doksazosin 1-2 x sehari. (Adi Jaya, http://medicastore.com)5. Pencegahana. Menerapkan pola hidup sehat.b. Sering memerikasakan kesehatan.c. Mengehindari stress dengan gaya hidup yang lebih santaid. Mengobati penyakit penyerta seperti kolestrol tinggi, diabetes melitus, dan lain-lain.

D. PENYAKIT KULIT (DERMATITIS)1. DefenisiDermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menibulkan kelainan klnis berupa eflo-resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skauma, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda, 2005: 53)2. Etiologia. Faktor eksogen: bahan kimia (detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur).b. Faktor endogen: peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat keluarga (genetik). (Adhi Juanda, 2005: 53)3. Manifestasi Klinika. Pruritusb. Peningkatan suhu tubuhc. Kemerahand. Edema, terlihat jelas pada bagian kulit yang longar seperti muka (palpebra dan bibir) dan genetalia eksterna.e. Terdapat lesi polimorfi yang timbul secara serentak atau berturut-turut. (Adhi Juanda, 2005: 55).4. Penatalaksanaana. Bila lesi akut/eksudatif: kompres 2-3 x sehari, 1-2 jam dengan larutan rivanol 0,1% atau NaCL 0,9%.b. Diberikan kortikosteroid potensi rendah: salep hidrokortison 2,5% 1-2 x sehari.c. Diberikan kortikosteroid potensi sedang: salep betametason 0,1% 1-2 x sehari.d. Pada kulit kering dapat diberikan emolin/pelembab segera sesudah mandi. (Adi Jaya, http://medicastrore.com)5. PencegahanMenghindari kulit kering dapat menjadi salah satu faktor dal membantu mencegah terjadinya dermatitis. Hal ini dapat dilakukan dengan beberpa cara berikut.a. Frekuensi mandi: jangan terlalu sering mandi (lebih dari 2 atau 3 kali dalam sehari), serta lamanya waktu mandi.b. Menggunakan sabun yang tidak menghilangkan sev]cara keseluruhan minyak alami tubuh.c. Keringkan badan denan cermat.d. Melembabkan kulit.

E. PENYAKIT RADANG SENDI (REMATIK)1. DefenisiArtritis reumatoid atau rematik merupakan suatu penyakit autoimun dengan gejala nyeri, kekakuan, gangguan pergerakkan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya. (Esther Chang, 2009: 392)2. Etiologia. Mekanisme imun (antigen antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor reumatoid)b. Gangguan metabolismec. Genetikd. Faktor lain: nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial) (Esther Chang, 2009: 393)3. Manefestasi Klinika. Nyeri persendianb. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi haric. Terbatasnya pergerakand. Berat badan menurune. Tampak warna kemerahan pada daerah sendif. Perubahan pada sendi dari ukuran normalg. Bengkak (reumatoid nodule)h. Kelemahan (Esther Chang, 2009: 393)4. Penatalaksanaana. Diberikan asetosal 1 gram 3 x seharib. Diberikan fenilbutason 200 mg 3 x seharic. Diberikan buprofen 400 mg 3 x seharid. Mengistrahatkan sendi (mengurangi berat badan, melakukan fisioterapi)5. Pencegahana. Menjaga berat badan idealb. Olahraga ringan seperti jalan kakic. Diet rendah purind. Diet tinggi omega 3e. Tidak merokokf. Pengaturan aktivitas dan istrahat

F. HIPOTENSI1. DefenisiPenyakit darah rendah hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang turun dibawaha angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg. (Uyung Pramudiarja, http://infopenyakit.com)2. Etiologia. Kurangnya pemompaan darah kejantung akibat beberaa gangguan seperti kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup jangtung.b. Volume darah berkurang akibat beberapa hal seperti pendarahan yang hebat (luka sobek, menstruasi berlebihan/abnormal), diare yang tak cepat teratasi, berkemih berlebihan.c. Kapasitas pembuluh darah, pelebaran pembuluh darah (dilatasi) menyebabkan menurunnya tekanan darah. (Uyung Pramudiarja http://infopenyakit.com)3. Manifestasi Klinika. Mengeluh sering pusingb. Sering menguapc. Penglihatan terkadang dirasakan kurang jelasd. Keringat dingine. Merasa cepat lelahf. Pingsan berulang (Uyung Pramudiarja, http://infopenyakit.com)4. PenatalaksanaanKarena obat hipotensi tidak ada, maka penyembuhan hipotensi tergantung dari penyebabnya.a. Jika penurunan tekanan darah akibat kadar hemoglobin (Hb) rendah, maka yang harus dilakukan adalah menguoayakan untuk meningkatkan kadar hemoglobin hingga batas normal.b. Jika akibat dehidrasi, maka diberikan asupan cairan yang cukup.c. Jika akibat pemberian obat hipertensi, maka dosis dan pemilihan obat-obatan diatur kembali.5. Pencegahana. Mengonumsi makanan bergizib. Hindari tidak tidur hingga larut malamc. Minum air putih dengan jumlah yang cukupd. Lakukan olahraga terature. Disarankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung kadar garam (asin)f. Menginsumsi vitamin secara rutin

G. DIARE1. DefenisiDiare merupakan keadaan dimana buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi satu kali dalam sehari. (Mansjoer Arif, 2000:153)2. Etiologia. Faktor infeksi1) Infeksi bakteri2) Infeksi virus3) Infeksi parasitb. Faktor malabsorbsi1) Malabsorbsi karbohidrat2) Malabsorbsi lemakc. Faktor makanan: Makanan yang tidak bersih, basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. (Mansjoer Arif, 2000: 154)3. Manifestasi Klinika. Suhu tubuh meningkatb. Nafsu makan menurunc. Feses menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darahd. Muntah dapat terjadi sebulum atau sesudah diaree. Dehidrasi (bisa sampai syok hipovolemik) (Esther Chang, 2009: 315)4. Penatalaksanaana. Cairan peroral berisikan NaCL, NaHCO3, KCL dan Glukosa (oralit) 50-60 mEg/1.b. Cairan parenteral: Ringel Laktat (RL)c. Pemberian obat anti sekres1) Asetosal 25 mg/th/hr2) Kloropromazin 0,5-1 mg/kg BB/hrf. Obat spasmolitik, seperti: paparevin, opinum loperamid.g. Antibiotik, seperti tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (Adi Jaya, http://medicastore.com)5. Pencegahana. Mencuci tangan dengan sabunb. Menggunakan jamban yang benarc. Menggunakan air bersih yang cukupd. Mengonsumsi makanan yang bersih

H. ASMA1. DefenisiAsma merupakan penyakit infeksi kronis pada percabangan trakeobronkial yang membuat pasien mengalami episode berulang. (Esther Chang, 2009: 194)Asma merupakan suatu kelainan inflamasi jalan napas kronis yang ditandai dengan obstruksi aliran udara, inflamasi jalan napas menyeluruh dan sifat hiper-responsif terhadap banyak rangsangan. (Lyndon Saputra, 2014:74)2. Etiologia. Asma ekstrinsik: serbuk sari bunga, debu rumah atau jamur, kapuk atau bantal berbulu, pengawet makanan yang mengandung sulfit, zat-zat perangsang indera lainnya.b. Asma ekstrinsik: iritan, stress emosional, kelelahan, perubahan endokrin, variasi suhu, variasi kelembaban, pajanan terhadap gas beracun, kegelisahan, batuk-batuk, faktor genetik. (Lyndon Saputra, 2014:75)3. Manifestasi Klinika. Sesak napas mendadakb. Bunyi napas mengi dan menurunc. Rasa tertekan pada dadad. Batuk-batuk, sputum kental dan jernih atau beninge. Nadi cepatf. Takipneag. Penggunaan otot-otot pernapasan tambahan (Lyndon Saputra, 2014:75)4. Penatalaksanaana. Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 0,2-0,3 mL subkutan. Dosis anak 0.01 mg/kg BB.b. Diberikan bronkodilator: teofilin 100-150 mg 3 x seharic. Diberikan salbutamol 2-3 mg 3 x seharid. Diberikan prednison apabilan obat-obatan diatas tidak dapat menolong dan diberikan beberapa hari saja.5. Pencegahana. Asma dapat dicegah dengan menghindari faktor pencetus seperti debu, serbuk bunga, dan lain sebagainya.b. Jika olahraga sebagai faktor pencetus asma, hindari dengan melakukan olahraga ringan atau mengonsumsi obat sebelum berolahraga.c. Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup dan teratur agar dapat memperkuat daya tahan tubuh.

I. PENYAKIT MATA (KONJUNGTIVITIS)1. DefenisiKonjungtivitis adalah inflamasi pada konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada kinjungtivitis mata tapak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:191)2. Etiologia. Bakterib. Klamidiac. Virusd. Jamure. Parasit (oleh bahan iritatif: kimia, suhu, radiasi)f. Imunologi (pada reaksi alergi) (Suzzane, 2001:191)3. Manifestasi Klinika. Mata merah, gatal, panas dan berairb. Kelopak mata bengkakc. Terdapat sekret puluren yang masifd. Nyeri palpasie. Nyeri pada area adenopati preaurikuler (Suzzane, 2001:193)4. Penatalaksanaana. Diberikan kloramfenikol (tetes mata) 4-6 x seharib. Salep antibiotika: kloramfenikol atau tetrasiklinc. Pada konjungtivitis akibat terpajan zat kimia, diatasi dengan pencucian pada larutan ringer laktat (RL) atau cairan garam fisiologis (NaCL 0,8%).d. Pada konjungtivitis alergi diberikan anti histamin seperti decongestan.5. Pencegahana. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangan.b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.

J. KECELAKAAN (VULNUS LACERATUM)1. DefenisiVulnus Laseratum merupakan terbuka yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. (Mansjoer Arif, 2000: 603)2. Etiologia. Alat yang tumpulb. Jatuh kebenda tajam dan kerasc. Kecelakaan lalu lintas dan kereta apid. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan3. Manifestasi Klinika. Luka tidak teraturb. Jaringan rusakc. Bengkakd. Pendarahane. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasan di daerah rambut.f. Tampak lecet atau memar disekitar luka.4. Penatalaksanaana. Dilakukan debridemen:1) Irigasi dengan perlahan dan gunakan cairan isotonik2) Buang jaringan mati dan benda asing lainnya3) Klem dan ikat pembuluh kecil yang mengalami pendarahan4) Diberikan pengobatan antimikrobial sesuai ketentuan5) Diberikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan berdasarkan kondisi luka dan status imunisasi.5. Pencegahana. Menghindari faktor penyebabb. Menggunakan alat pelindung diri saat bekerjac. Saat mengendarai kendaraan bermotor haru sesuai dengan aturan lalu lintas yang berlaku.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. TIPE PENELITIANPeneliti menggunakan dasar penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif. Nawawi (1998:75) mengungkapkan bahwa: Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek yang diteliti seperti individu, lembaga, masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.Sedangkan menurut Moloeng, (2010:11) penelitian deskriptif bahwa: data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, hal ini dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadapa apa yang diketahui. Selanjutnya Bogdan dan Taylor dalam Moleong, (2010:4) mengemukakan prosedur penelitian menghasilkan data dekskriptif berupa kata-kata terutama atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Penelitian ini juga merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan studi cross sectional (penelitian yang dilakukan pada satu waktu atau satu periode tertentu dan hanya dilakukan satu kali) yang dilaksanakan di ruang pengelola program SP2TP Puskesmas Wani.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN1. Tempat PenelitianUntuk membatasi daerah penelitian agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan efisien dan efektif, maka penetapan lokasi penelitian merupakan hal yang cukup penting, oleh karenanya dalam penelitian ini penyusun memilih lokasi penelitian pada Puskesmas Wani di Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala.2. Waktu PenelitianWaktu penelitian menjadi dasar dalam menetapkan perencanaan penelitian bagi penyusun guna menetapkan jadwal penelitian serta aktivitas penelitian dimasa akan datang. Waktu yang akan digunakan dalam penelitian ini selama 2 (dua) minggu, terhitung mulai 08 Desember 2014 sampai dengan 21 Desember 2014.

C. POPULASI DAN SAMPEL1. PopulasiDalam setiap penelitian tentu memerlukan data atau informasi dari sumber yang dapat di gunakan untuk menjawab masalah penelitian atau untuk menguji kebenaran data yang di gunakan.Populasi adalah seluruh sumber data yang menjadi nilai dan tolak ukur di dalam melakukan penelitian ini, yang digunakan sebagai sumber pengumpulan data dan informasi yang dapat di nilai sebagai hasil penghitungan maupun pengukuran. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu Kepala Puskesmas yang juga selaku Dokter yang bertanggung jawab di Puskesmas Wani, seluruh tenaga kesehatan, serta seluruh staf tata usaha.2. SampelSampel adalah sebagian dari jumlah orang atau karakteristik populasi yang teknik penarikanya di tentukan secara langsung dengan carah memilih orang-orang yang di anggap memahami dan mengetahui objek penelitian. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 2 Orang, yaitu Kepala Puskesmas serta staf pengelola data SP2TP Puskesmas Wani.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATATeknik pengumpulan data ini adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data di lokasi penelitian, termasuk data dari informan. Data-data ini berupa data primer dan data sekunder.1. Data PrimerData primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara. Wawancara dilakukan dengan Kepala Puskesmas Wani.2. Data SekunderData sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh melalui teknik pengumpulan data dokumentasi, yaitu teknik yang untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mencatat laporan data 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani yang dikelola oleh pengelola data SP2TP Puskesmas Wani.

E. TEKNIK ANALISA DATA1. Editting data yaitu mengoreksi data yang telah terkumpul, pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan membetulkan kekeliruan, melengkapi data yang belum lengkap.2. Penarikan kesimpulan yaitu merupakan langkah dalam menarik kesimpulan pengolahan data, dimana pada kegiatan ini peneliti menentukan kesimpulan data yang merupakan hasil pengkajian data yang telah ada.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WANI1. Keadaan GeografisPuskesmas Wani merupakan puskesmas yang berada di wilayah kerja Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala dengan luas wilayah 309,83 km2. Pada tahun 2013 wilayah kerja puskesmas wani terdiri dari 10 desa, yaitu desa Wani I, Wani II, Wani III, Lumbupetigo, Nupabomba, Guntarano, Bale, Wombo Mpanau, Wombo Induk dan Wombo Kalonggo.Letak puskesmas Wani kurang lebih 25 Km dari ibu kota Palu, dengan batas wilayah sebagai berikut:a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Labuanb. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Palu Utara Kota Paluc. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ampibabo dan Kecamatan Parigi Mautong.d. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Palu Utara Kota Palu dan Teluk Palu.2. Keadaan DemografisJumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wani Kec. Tanantovea, sesuai sumber data JP: KDA 2012 BPS Donggala (Proyeksi oleh Dinas Kesehatan Kab. Donggala) adalah 15.441 jiwa. Dimana jumlah laki-laki 7.520 Jiwa dan Perempuan 7921 Jiwa.Tabel 1.NO

NAMA DESAJUMLAH DUSUNJUMLAH PENDUDUK

1.Wani I42232

2.Wani II52804

3.Wani III3461

4.Lumbumpetigo3915

5.Wombo Kalonggo3790

6.Nupabomba63062

7.Guntarano31584

8.Bale31323

9.Wombo Pnanau21115

10.Wombo Induk21155

J U M L A H3415.441

Jumlah Penduduk diWilayah kerja Puskesmas Wani Sumber Data: JP: KDA 2012 BPS Donggala3. Sarana PendidikanSarana pendidikan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Wani sudah lengkap dari TK, SD, SLTP dan SMU.Tabel 2.Jumlah dan Jenis Sarana Pendidikandi wilayah kerja PuskesmasWani Tahun 2013NOJENIS SEKOLAHSTATUSJUMLAH

NEGERISWASTA

1.2.34.TKSDSLTPSMU/SMK-143-18843182273

Sumber Data: JP: KDA 2012 BPS Donggala

4. Keadaan Sosial EkonomiSecara umum keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat dikatakan hampir rata-rata berpenghasilan kecil. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah pertanian yang letaknya jauh dari pemukiman. Dengan keadaan sosial ekonomi tersebut, maka sebagian besar masyarakat berpendapatan musiman. Hal ini mengakibatkan beberapa kelompok masyarakat kurang memperhatikan masalah kesehatan.Gambar 1.Variasi Mata Pencaharian Masyarakat Tanantovea

Sumber: Data Sekunder 20135. Agama dan Sosial BudayaMayoritas penduduk beragama Islam (95 %). Sarana ibadah yang tersedia berupa masjid (24 buah) dan sarana tersebar merata di seluruh desa. Persentase penduduk yang beragama Kristen/Protestan 2 %, dan Katolik 3 %. Penduduk asli adalah Suku Kaili.6. Sarana TransportasiSarana transportasi yang tersedia sudah cukup memadai. Dari beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas Wani mempunyai jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor. Sehingga ini bukan merupakan hambatan dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.

B. 10 PENYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS WANIMorbiditas merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondidi sakit. Morbiditas atau angka kesakitan juga merupakan jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok sehat atau kelompok yang beresiko. Pada wilayah kerja Puskesmas Wani Tahun 2013, angka kesakitan yang didapat dari data yang berasal dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui system pencatatan dan pelaporan. Dari data pasien rawat jalan di Puskesmas Wani tahun 2013 yang di kemukakan oleh staf pemegang data SP2TP pada tanggal 08 Desember 2014 diperoleh sepuluh penyakit terbanyak dimana penyakit ISPA menempati rangking teratas kemudian disusul penyakit Gastritis dan seterusnya, serta kecelakaan merupakan penyakit yang terendah yang terjadi di Puskesmas Wani. Berikut gambaran 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani.

Gambar 2.10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Wani

Sumber: Data Program SP2TP Puskesmas Wani Tahun 2013

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) merupakan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas mulai dari organ hidung sampai gelembung paru beserta organ-organ sekitarnya, seperti: sinus, ruang telinga tengah, dan selaput paru. Penyakit seperti rinitis virus, rinitis alergi, sinusitis, faringitis dan tonsilitis, serta laringitis. Pada Puskesmas Wani terdapat 2.226 kasus penyakit ISPA yang terjadi selama tahun 2013. Menurut Kepala Puskesmas Wani pada tanggal 13 Desember 2014: Hal ini terjadi akibat rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, serta ketidaktahuan masyarakat dengan cara penularan ISPA. Sikap masyarakat yang mengganggap ISPA tidak berbahaya pun juga menjadi salah satu faktor penyebab, sehingga penularan penyakit ini semakin besar.Dari tahun ke tahun kasus ISPA selalu menduduki peringkat teratas dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani. Sehingga beberapa upaya dilakukan untuk menanggulangi kasus ini. Dari hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Wani pada tanggal 13 Desember 2013: Beberapa upaya penanggulangan ISPA telah dilakukan. Pada Tahun 2013 upaya-upaya yang dilakukan yakni melakukan promosi kesehatan menegenai pentingnya kebersihan lingkungan, pentingnya kebersihan perorangan, pentingnya menjaga kesehatan diri agar tidak tertular berbagai penyakit seperti ISPA. Upaya lainnya juga dilakukan seperti melakukan pelayanan kesehatan yang tepat kepada para penderita ISPA, seperti pemberian obat yang tepat sesuai indikasi.Kecelakaan merupakan peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja. Pada Puskesmas Wani, kecelakaan merupakan kasus terendah yang terjadi, yaitu sebanyak 106 kasus. Menurut Kepala Puskesmas Wani pada tanggal 13 Desember 2013, kasus kecelakaan ini merupakan salah satu kasus yang paling bisa untuk dicegah, dikarenakan hal ini terjadi akibat kelalaian manusia itu sendiri. Penanggulangan untuk kasus ini pula tidak dilakukan promosi kesehatan, dikarenakan hal ini terjadi tanpa sepengetahuan pasien itu sendiri dalam artian tanpa disengaja. Sehingga penanggulangan yang dilakukan hanya berupa pelayanan kesehatan terhadap pasien yang telah mengalami kecelakaan berupa tindakan kesehatan seperti tindakan debridement.

BAB VPENUTUP

A. KESIMPULAN1. 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani dimulai dari yang teratas adalah ISPA, gastritis, hypertensi, penyakit kulit, penyakit radang sendi (rematik), hipotensi, diare, asma, konjungtivitis, serta kecelakaan.2. Faktor penyebab kasus ISPA merupakan penyakit terbesar di Puskesmas Wani adalah rendahnya kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan serta ketidaktahuan masyarakat mengenai penularan ISPA. Pada tahun 2013 kasus kecelakaan di Puskesmas Wani merupakan penyakit yang terendah dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Wani. Kasus ini terjadi akibat kelalaian pasien itu sendiri.

B. SARANBerdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan sebagai bahan masukan yang bermanfaat diantaranya adalah:1. Kepala Puskesmas beserta para stafnya sudah pada taraf baik, sehingga perlu untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan dan lebih melakukan peningkatan lagi dalam memberikan pelayanan kesehatan.2. Tetap menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik antara Kepala Puskesmas dan para Staf pemberi layanan kesehatan karena hal ini akan memberikan dampak positif bagi kemajuan lembaga kesehatan yang dikelolanya.3. Sebagai calon tenaga kesehatan, hendaknya lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, agar nantinya dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik.4. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refesensi untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

10