103718840 identifikasi zat warna pada serat poliamida laporan eval 2
TRANSCRIPT
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
0
PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL IIIDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SERAT POLIAMIDA
GOLONGAN I DAN II
Oleh :
Nama : Nurlena Sri Gustina
Nrp : 08.K40023
Grup : K1
Dosen : Maya Komalasari, S SiT
Asisten : Kurniawan
Tgl Penyerahan: 21 Desember 2010
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
1
2010
I. Maksud dan Tujuan
Maksud : untuk mengidentifikasi zat warna pada serat poliamida.
Tujuan : untuk menentukan zat warna golongan I yaitu zat warna yang larut
dalam pelarut organik toluena (zat warna dispersi, bejana dan naftol) serta zat warna
golongan II yaitu zat warna yang larut dalam air (zat warna direk, asam dan basa)
yang dapat mencelup kain contoh uji poliamida.
II. Teori Dasar
Serat Nylon
Nylon ditemukan oleh Wallace H.Carothers pada tahun 1928. Mula mula Carothers
mencoba membuat polyester dari heksametilena diamina glikol dengan asam adipat,
tetapi serat yang terbuat dari polyester ini kurang kuat sehingga Carothers kemudian
mengalihkan perhatiannya pada nylon yang terbuat dari asam adipat asam adipat
(HOOC(CH2)4COOH) dengan Heksametilena diamina (H2N(CH2)6NH2) sehingga
nylon mempunyai gugus COOH yang bersifat asam dan NH2 yang bersifat basa yang
berperan dalam reaksi kimia nylon. Nylon yang dibuat dari zat zat kimia ini kemudian
lebih dikenal dengan Nylon 66.
NH2(CH2)6NH2 + HOOC(CH2)4COOH NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH +H2O
Heksametilena diamina Asam adipat Nylon
Selain terbuat dari kedua zat diatas nylon juga bisa terbuat dari heksametilena
diamina dengan asam sebasat (HOOC(CH2)8COOH) yang kemudian dikenal dengan
nama nylon 610. Nylon lain yang dikenal dengan nylon 6 dibuat dari kaprolaktan , selain
itu dikenal pula nylon 7 dan nylon 11 yang sejenis dengan nylon 6.
Serat nylon dibuat untuk tujuan yang berbeda . Nylon untuk keperluan industri mempunyai
kekuatan sangat tinggi dengan mulur kecil sedang yang ditujukan untuk pakaian mempunyai
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
2
kekuatan yang sangat rendah dengan mulur yang lebih tinggi. Adapun sifat sifat Nylon
selengkapnya sebagai berikut :
a. Kekuatan 4,3 8,8 gr/denier dan mulur 18-45 % dengan kekuatan dan mulur
dalam keadaan basah 80-90 % kekuatana kering
b. Tahan gosok 4 5 kali gosokan wool
c. Elastisitas dan mulur yang tinggi
d. Berat jenis 1,14
e. Titik leleh 2630 C
f. Nylon sangat tahan terhadap basa dan tidak tahan terhaap asam pekat
g. Tahan terhadap serangan jamur, serangga dan bakteri
h. Mempunyai MR 4,2 %
i. Benang nilon mengkeret dalam keadaan basah, panjang dalam keadaan basah 5%
lebih kecil dari keadaan keringnya.
j. Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi.
k. Seperti serat tekstil lainnya, nilon akan terdegredasi oleh pengaruh sinar, tetapi
ketahanannya masih jauh lebih baik dibandingkan sutera.
l. Sifat listrik nilon adalah isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik
statik.
m. Pengerjaan panas dan lembab akan memberikan bentuk yang tetap pada nilon
yaitu bentuknya akan tetap selama nilon tersebut dikerjakan pada suhu pengerjaan
pertama.
n. Struktur fisika serat nilon terdiri dari dua bagian, yaitu :
Bagian pertama adalah bagian yang molekulnya teratur dan sejajar, dimana
orientasinya baik, mudah membentuk kristal disebut gugus kristalin, dan bagian
yang kedua adalah bagian yang letak molekulnya menyebar tidak teratur disebut
amorf.
Kekuatan Nylon sangat tinggi membuat nylon sangat baik untuk kain parasut, tali temali,
benangban, terpal, pita penarik, jala, dan untuk tekstil industri lainnya.Selain untuk
keperluan industri , nylon a juga dipakai untuk bahan pakaian terutama pakaian wanita dan
kaos kaki dan tekstil rumah tangga.
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
3
Identifikasi Zat Warna Pada Serat Poliamida
Identifikasi zat warna pada serat poliamida digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
Zat Warna Golongan I
Zat warna golongan I adalah zat warna yang larut dalam pelarut organik toluene
yaitu zat warna bejana, semua zat warna dispersi, beberapa zat warna kompleks logam
(pencelupan netral), beberapa zat warna dispersi reaktif dan semua zat warna naftol.
a. Zat Warna Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya harus
diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas
terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau oksigen dari udara,
bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali ke bentuk
semula yaitu pigmen zat warna bejana.
Senyawa leuko zat warna bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan
golongan antrakinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya
dalam larutan hipoklorit. Umumnya zat warna turunan tioindigo dan karbasol warna
hampir hilang dalam uji hipoklorit dan di dalam larutan pereduksi warnanya menjadi
kuning. Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan hidrogen dan ikatan
sekunder seperti gaya gaya Van der Waals.
b. Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi adalah zat warna nonion yang terdiri dari inti kromofor azo dan
antrakinon, sedangkan untuk beberapa warna kuning yang penting mengandung gugus
difenilamina dan tidak mengandung gugusan-gugusan pelarut. Zat warna tersebut
digunakan untuk mewarnai serat-serat tekstil yang hidrofob. Zat warna dispersi dalam
perdagangan kebanyakan mengandung gugus aromatik dan alifatik yang mengikat gugus
fungsional (-OH, -NH2, NHR, dan sebagainya) dan bertindak sebagai gugus pemberi
(donor) hidrogen. Gugus aromatik dan alifatik tersebut menyebabkan zat warna dispersi
sedikit larut didalam air. Sebaiknya molekul zat warna dispersi kecil supaya mudah
terdispersi, karena molekulnya cukup kecil, zat warna dispersi mudah menyublim pada
suhu tinggi. Maka untuk mencelup serat polyester harus dipilih zat warna yang tahan suhu
tinggi. Penyerapan zat warna dispersi pada kesetimbangan adalah baik, tetapi difusi ke
dalam serat sangat lambat maka tahan cucinya baik sekali. Kecepatan celup zat warna
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
4
dispersi rendah sehingga tidah dijumpai kesukaran untuk memperoleh celupan rata, tetapi
sebaliknya tidak mudah pula memperbaiki hasil celupan yang tidak rata.
Beberapa contoh zat warna dispersi yang dapat digunakan pada temperatur yang tinggi
antara lain :
Dispersol fast yellow GR (C.I. Disperse Yellow 39)
Dispersol fast yellow A (C.I. Disperse Yellow 1)
Dispersol fast Crimson B (C.I. Disperse red 13 )
Contoh struktur zat warna dispersi :
Penggunaan Zat Warna Dengan Molekul Kecil Beberapa zat warna dispesi tertentu mempunyai ukuran molekul sangat kecil
sehingga difusinya lambat dapat diatasi dengan mencelup serat dengan komponen
komponen pembentuk zat warna kemudian membentuknya didalam serat. Serat
dikerjakan dengan fenol dan diamina lalu diazotasi dan dikoplingkan dalam serat
membentuk azoik.
Penggunaan Zat Pengemban (Carrier) Penggunaan carrier berfungsi untuk menambah absorpsi zat warna ke dalam serat
dan mempertinggi kelarutan zat warna.
Penggunaan Temperatur Tinggi Sistem termosol yaitu pemanasan bahan tekstil kering yakni tidak didalam satu
larutan pada suhu tinggi, jadi zat warna akan melarut ke dalam serat karena pengaruh
panas, biasanya digunakan untuk pencelupan kain kontinyu. Pada suhu lebih dari
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
5
180oC serat melunak kemudian zat warna yang memilki ketahanan sublimasi tinggi
akan mudah berpenetrasi ke dalamnya solid solution.
c. Zat Warna Naftol
Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada waktu pencelupan dan
merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam diazonium (kopling). Zat warna
tersebut atau sering disebut ingrain colours karena terbentuk dalam serat dan tak larut dalam air.
Atau azoic colours karena senyawa yang terbentuk mempunyai gugus azo. Para-red merupakan
zat warna naftol yang pertama dikenal orang dan merupakan hasil reaksi kopling senyawa
beta-naftol yang telah dicelup pada bahan tekstil kapas dengan base para-nitro anilin yang
diazotasikan. Dalam reaksi diazotasi kerapkali memerlukan es untuk memeperoleh temperature
yang rendah. Maka zat warna golongan ini sering disebut zat warna es atau es colours.
Sifat sifat umum dari zat warna naftol :
Tidak larut dalam air. Luntur dalam piridin pekat mendidih. Bersifat poli genetik dan mono genetik. Karena mengandung gugus azo maka tidak tahan
terhadap reduktor.
Tahan gosok (basah) kurang tetapi tahan sinar baiksekali.
Zat Warna Golongan II
Zat warna golongan II adalah zat warna yang larut dalam pelarut air yaitu zat warna
asam, basa, direk, beberapa zat warna kompleks logam (pencelupan netral), semua zat
warna kompleks logam (pencelupan asam) dan semua zat warna krom.
a. Zat Warna Direk
Zat warna direk pada umunya mempunyai ketahanan yang kurang baik terhadap
pencucian sedangkan ketahanannya terhadap sinar adalah sedang, kecuali ada bebrapa yang
mempunyai nilai cukup atau baik. Zat warna direk juga kurang tahan terhadap oksidasi dan
akan rusak oleh reduksi. Zat warna direk memiliki sifat yang berbeda di dalam kerataan
pada waktu pencelupan.
Penggolongan zat warna direk
Golongan A
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
6
Yaitu zat warna yang mudah bermigrasi, maka mempunyain perata yang tinggi.
Pada permulaan pencelupan mungkin diperoleh celupan yang tidak rata, tetapi hal ini
mudah diatasi yaitu dengan pendidihan yang lebih lama.
Golongan BYakni zat warna yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga
penyerapan harus diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bila pada permulaan
pencelupan zat warna memberikan hasil pencelupan yang tidak rata, maka sukar
memperbaikinya.
Golongan CYaitu zat warna dengan adanya perata yang rendah tetapi mungkin daya serap
yang baik meskipun tidak dengan penambahan sesuatu elektrolit. Penyerapan dapat
diatur dengan penaikan temperatur larutan celup.
b. Zat Warna Asam
Zat warna asam mengandung asam asam mineral/asam asam organik dan dibuat
dalam bentuk garam garam natrium dari asam organik dengan gugus anion yang
merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur kimia zat warna asam
menyerupai zat warna direk merupakan senyawa yang mengandung gugusan sulfonat
atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna asam dapat mencelup serat serat
binatang, poliamida dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen/ikatan ion. Zat
warna asam dibagi 3 golongan yaitu leveling, milling dan super milling.
c. Zat Warna Basa
Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif pada gugus pewarnanya,
sehingga seringkali zat warna ini disebut dengan zat warna kation. Zat warna ini mempunyai
ketahanan luntur dan tahan cuci yang kurang, sehingga oleh karena ketahanan luntur yang
kurangnya, maka zat warna ini tidak banyak digunakan di bidang tekstil, tetapi sering
digunakan dalam hal yang lainnya, misalnya saja digunakan untuk mencelup kulit dan kertas
dikarenakan oleh hasil warnanya yang kuat dan cemerlang, selain itu juga digunakan sebagai
tinta cap perangko, pita ketik, kertas karbon, semir sepatu, pelitur kayu dan lain sebagainya.
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
7
Zat warna basa merupakan garam basa, zat warna basa umumnya mempunyai rumus
molekul sebagai berikut :
NH2 R (C6H6) NH2
Yang dapat membentuk garam dengan asam, dengan reaksi sebagai berikut :
ZW NH2 ZW NH3+ + CH3COO-
(tidak larut) (larut)
Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang tinggi.
zat warna basa segera larut dalam alkohol tetapi pada umumnya tidak mudah larut dalam air
sehingga seringkali terbentuk gumpalan. zat warna basa memiliki ketahanan sinar yang jelek
dan ketahanan cuci yang kurang.
Serat-serat protein afinitas terhadap zat warna basa adalah besar karena terbentuk ikatan inik
yang dapat digambarkan sebagai berikut
`
Penggolongan zat warna basa
Berdasarkan inti kromofornya, maka zat warna basa dapat digolongkan sebagai berikut :
Golongan 1: Derivat trifenil metan , dengan contohnya MALACHITE GREEN
Golongan 2 : Derivat thiazin, dengan contohnya METHYLENE BLUE
Golongan 3 : Derivat Oxazin, dengan contohnya MELDOLA BLUE
Golongan 4 : Derivat Azin, dengan contohnya :
PHENYLATED TOLUSAFRANINE
COOH COO- ---------- NH3+ - ZW
W W ikatan ionik
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
8
Golongan 5 : Derivat Xanten, dengan contohnya RHODAMINE B
Golongan 6 : Derivat Azo, dengan contohnya BISMARK BROWN
Golongan 7 : Zat warna yang mengandung gugus antrakinon
.
III. Percobaan
Peralatan dan Bahan
Pipet tetes Pipet volume Pengaduk Rak Gelas porselen Tabung reaksi Serat kapas Serat asetat Serat akrilat Serat wol Serat multi fibers (6 macam)
Pereaksi
Larutan sabun CH3COOH glasial
Larutan piridin air HCl pekat Toluena Sengsulfoksilat formaldehid Na2CrO4 CH3COOH 10%
Alkohol NaOH 10% NaCl
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
9
Cara Kerja
Uji Pencucian
Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi yang berisi dengan 10 ml larutansabun (0,5% sabun netral dan 0,2% natrium karbonat).
Panaskan selama 15menit, kemudian keluarkan contoh uji, amati. Semua golongan zat warna luntur dalam uji pencucian kecuali zat warna bejana dan
naftol tidak luntur sedikit.
Bagi larutan sabun menjadi 2 bagian Bagian 1 : tambahkan 1 ml asam asetat glasial Bagian 2 : larutan sabun
Masukkan kedalam kedua tabung reaksi tersebut kain uji aneka serat(multi fibers) didihkan.
Keluarkan kain aneka serat, cuci Amati jenis bahan yang tercelup (lampirkan pada jurnal)
Uji piridin
Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan piridin air(57: 43)
Panaskan selama 15 menit Dinginkan denagn aliran air kemudian keluarkan contoh uji lalu amati Semua zat warna luntur banyak dalam larutan piridin, kecuali zaw warna bejana.
Zw krom atau zwdispersi reaktif (luntur sedikit karena proses pencelupan dan
penyabunan yang kurang sempurna)
Uji Toluen
Ekstrak piridin (uji piridin) dipisahkan (saring) Tambahkan 1-2 ml HCl pekat, kemudian tambahklan 15 ml toluen kemudian
dikocok.
Biarkan larutan menjadi dua lapisan, lapisan air dan lapisan toluen.
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
10
Zat warna pada lapisan toluen adalah zat warna golongan I dan zat warna padalapisan air adalah zat warna golongan II
Identifikasi Golongan I
Zat warna golongan I : zat warna yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik ; toluen
Zat Warna Bejana
1. Amati hasil uji pencucian
Zat warna bejana tidak luntur atau luntur sedikit baik dalam suasana asam
maupun alkali, tidak mencelup kembali semua serat
2. Amati hasil uji piridin
Zat warna beejana tidak luntur atau luntur sedikit
3. Amati hasil uji toluen
Zat warna bejana akan terdapat dalam lapisan toluen atau lapisan antara
toluen air
4. Pengujian
Pisahkan larutan toluen dari air, bagi untuk pengujian lain (5) bagian
Ambil ekstrak toluen sedikit, tambahkan sengsulfoksilat formaldehid
(Ronggalit C) dan asam asetat 10% didihkan lalu dinginkan
Oksidasi dengan larutan Natrium bikromat dan asam asetat
Warna contoh uji akan timbul kembali
Zat warna Dispersi
1. Amati uji pencucian
Zat warna dispersi luntur sedikit, dalam suasana asam maupun alkali akan
mencelup kembali serat poliamida, asetat, poliester, dan poliakrilat.
2. Amati uji piridin
Zat warna dispersiluntur banyak
3. Amati uji toluen
Zat warna dispersi terdapat lapisan toluen
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
11
4. Pengujian
Pisahkan larutan toluena atau keluarkan airnya cuci 5-6 kali sisa toluena
dengan air
Uapkan toluena dengan air
Uapkan toluena yang sudah bersih sampai hampir kering
Tambahkan air dan masukkan serat asetat ke dalam tabung lalu didihkan
Serat aseatt tercelup menunjukkan zat warna dispersi
Zat warna Naftol
1. Amati uji pencucian
Zat warna naftol luntur sedikit atau sedang dlam uji pencucian dalam
suasana asam dan alkali tidak mencelup kembali semua jenis seratatau
hanya terjadi penodaan
2. Amati Uji Piridina
Zat warna naftol luntur sedikit
3. Amati uji toluena
Zat warna nafto akan berada pada lapisan toluena
Kedalam ekstrak toluena ditambahkan 5 ml, pisahkan airnya dan cuci
larutan toluena dengan air sebanyak dua kali
Pindahkan toluena, uapkan sampai kering
Tambahkan 3 ml alkohol dan 0,5 ml NaOH 10% panaskan
Tambahkan 3 ml air didihkan sampai alkohol menguap
Tambahkan natrium hidrosulfit didihkan sampai warna tereduksi masukkan
kapas putih dan NaCl didihkan.
Keluarkan kapas, bila kapas berwarna kuning berarti zat warna naftol
Identifikasi Zat Warna Golongan II
Zat warna Direk
1. Amati uji pencucian zat warna direk luntur banyak dala uji pencucian.
Dalam suasana asam mencelup serat poliamida, sutera, wol dan poliakrilat
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
12
dengan warna tua, sedang serat rayon dan kapas tercelup dengan warna
muda. Dalam suasana alkali mencelup serat kapas dan rayon dengan warna
tua dan serat poliamida dengan warna muda.
2. Amati uji piridina zat warna direk luntur dengan cepat dalam larutan
campuran piridina air.
3. Amati uji toluena zat warna direk berada pada lapisan air.
4. Pengujian
Pisahkan lapisan air dari lapisan toluene ke dalam tabung reaksi lain.
Masukkan kapas putih, NaCl dan satu tetes ammonia pekat.
Didihkan selama 1 2 menit, dinginkan apabila kapas tercelup seperti
contoh uji, menunjukkan zat warna direk.
Zat Warna Basa
1. Amati uji pencucian zat warna basa luntur cepat dalam ujpencucian.
Dalam suasana asam mencelup kembali serat wol, sutera, akrilat dengan
warna tua dan menodai serat serat lain. Dalam suasana alkali mencelup
serat wol dan sutera dengan warna tua dan menodai serat lain.
2. Amati uji piridina zat warna basa luntur banyak dalam larutan piridina
air.
3. Amati uji toluena
Tuangkan ekstrak piridina ke dalam tabung reaksi yangberisi ekstrak larutantoluene air.
Masukkan 2 ml larutan NaOH 10% hingga lapisan air bersifat alkali, lalu kocok. Amati, warna basa yang bersifat alkali menjadi tidak berwarna atau berubah
warnanya dan akan berpindah dari lapisan air ke dalam lapisan toluena.
Tuangkan ekstrak toluena ke dalam tabung reaksi lain, tambahkan CH3COOH
10%, kocok. Apabila warna contoh timbul kembali, menunjukkan zat warna basa.
Zat Warna Asam
1. Amati uji pencucian zat warna asam luntur banyak dalam uji pencucian.
Dalam suasana asam mencelup kembali serat poliamida, wol dan sutera
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
13
dengan warna tua. Dalam suasana alkali mencelup serat wol, sutera, kapas
dan rayon dengan warna muda.
2. Amati uji piridina zat warna asam luntur dengan cepat dalam larutan
piridina air.
3. Amati uji toluena zat warna asam terdapat pada lapisan air.
4. Pengujian
Pisahkan lapisan air dari lapisan toluena ke dalam tabung reaksi lain.
Tambahkan 3-4 tetes CH3COOH 10% dan serat wol kemudian didihkan
selama 2 menit. Apabila wol tercelup menunjukkan zat warna asam.
Hasil Percobaan
Terlampir
IV. Diskusi
Zat Warna Bejana
Contoh uji no.42 kain poliamida ini dicelup dengan zat warna Bejana. Karena
pada saat uji pencucian yaitu tidak luntur atau luntur sedikit baik pada
kondisi asam atau alkali dan tidak mencelup kembali serat multi fibre.pada uji
piridin zat warna ini tidak luntur/luntur sedikit. Begitu pula pada pengujian
toluena zat warna Bejana akan terdapat pada lapisan Toluena/lapisan antara
Toluena dengan air, untuk meyakinkan dilakukan pengujian dengan hasil
warna contoh uji timbul kembali.
Zat warna Dispersi
Co uji no. 62 kain poliamida ini kemungkinan dicelup dengan zat warna
Dispersi. Karena pada saat uji pencucian Zat warna dispersi luntur sedikit,
dalam suasana asam maupun alkali akan mencelup kembali serat poliamida,
asetat, poliester, dan poliakrilat. Dan pada saat uji piridina Zat warna
dispersiluntur banyak, serta pada saat uji toulena Zat warna dispersi terdapat
lapisan toluen. Hal ini bisa disimpulkan bahwa sampel ini kemungkinan
dicelup dengan zat warna dispersi.
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
14
Zat Warna Naftol
Contoh uji no.67 dicelup dengan zat warna naftol. Zat warna naftol mungkin
luntur sedikit atau sedang dalam uji pencucian. Kelunturan ini dapat berasal
dari warna yang ada pada permukaan bahan atau dari naftol atau basa yang
tidak beraksi. Apabila terdapt naftol yang tidak bereaksi dengan basa, warna
lunturan akan berbeda dengan warna contoh asli. Pada pencelupan kembali
baik dalam suasana asam maupun alkali terjadi penodaan pada serat serat
karena zat warna naftol yang diekstraksi dari kain nylon mempunyai afinitas
kecil terhadap serat serat, karena kesukaran dalam dalam penetrasi, zat
warna naftol pada poliamida lebih sukar direduksi dibandingkan zat warna
naftol pada kapas. Dalam hal larutan peluntur natrium hidrosulfit dengan
NaOH mempunyai pengaruh yang kecil pada pencelupan zat warna naftol dan
hanya merusak zat warna pada permukaan serat saja sehingga serat kapas ini
hanya terwarnai kuning muda/samar samar sehingga sangat sulit
membedakannya. Zat warna naftol hanya luntur sedikit dalam uji piridina dan
akan berada pada lapisan toluena.
Zat Warna Basa
4. Contoh uji no.11 dicelup dengan zat warna basa. Karena zat warna basa
luntur cepat dalam ujpencucian. Dalam suasana asam mencelup kembali
serat wol, sutera, akrilat dengan warna tua dan menodai serat serat lain.
Dalam suasana alkali mencelup serat wol dan sutera dengan warna tua dan
menodai serat lain. Serta pada saat uji piridin zat warna basa luntur banyak
dalam larutan piridina air.
Zat Warna Direk
Contoh uji no.49 dicelup dengan zat warna direk. Zat warna direk ini luntur
banyak dalam uji pencucian. Dalam suasana asam mencelup serat poliamida,
sutera, wol dan poliakrilat dengan warna tua, sedangkan serat rayon dan kapas
tercelup dengan warna muda. Dalam suasana alkali mencelup serat kapas dan
rayon dengan warna tuadan serat poliamida dengan warna muda. Zat warna
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
15
direk luntur dengan cepat dalam campuran piridina air dan berada pada
lapisan air.
Zat Warna Asam
Contoh uji no.41 dicelup dengan zat warna asam. Molekul serat poliamida
serupa dengan serat serat protein yakni mengandung sejumlah gugus amina
primer dan amina sekunder yang mudah mengikat ion hidrogen untuk
membentuk gugusan amonium yang dapat mengikat anion zat warna asam.
Dapat dilihat pada uji pencucian, zat warna asam luntur banyak dan dalam
suasana asam mencelup kembali serat poliamida, wol dan sutera dengan
warna tua, sedangkan dalam suasana alkali mencelup serat wol, sutera, kapas
dan rayon dengan warna tua. Zat warna asam terdapat pada lapisan air dan
luntur dengan cepat dalam larutan piridin air.
.
V. Kesimpulan
Contoh uji no. 42 kain Nylon dicelup dengan zat warna bejana. Contoh uji no.62 kain Nylon dicelup dengan zat warna Dispersi Contoh uji no. 67 kain Nylon dicelup dengan zat warna naftol. Contoh uji no. 41 Kain Nylon dicelup dengan zat warna asam. Contoh uji no. 49 kain Nylon dicelup dengan zat warna direk Contoh uji no. 11 kain Nylon dicelup dengan zat warna Basa.
VI. Daftar Pustaka
Dj, Rasjid, Ir, M.Sc, dkk. Pedoman Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil.STTT. Bandung.
Moerdoko, Wibowo, S.Teks, dkk. Evaluasi Tekstil bagian kimia. ITT.Bandung.1975.
-
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net
16
Djufri, Rasjid, Ir, M.Sc, dkk. Teknologi Pengelantangan Pencelupaandan Pencapan. ITT. Bandung.1976.