103718840 identifikasi zat warna pada serat poliamida laporan eval 2

Upload: maman-akbar

Post on 15-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    0

    PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL IIIDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SERAT POLIAMIDA

    GOLONGAN I DAN II

    Oleh :

    Nama : Nurlena Sri Gustina

    Nrp : 08.K40023

    Grup : K1

    Dosen : Maya Komalasari, S SiT

    Asisten : Kurniawan

    Tgl Penyerahan: 21 Desember 2010

    SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

    BANDUNG

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    1

    2010

    I. Maksud dan Tujuan

    Maksud : untuk mengidentifikasi zat warna pada serat poliamida.

    Tujuan : untuk menentukan zat warna golongan I yaitu zat warna yang larut

    dalam pelarut organik toluena (zat warna dispersi, bejana dan naftol) serta zat warna

    golongan II yaitu zat warna yang larut dalam air (zat warna direk, asam dan basa)

    yang dapat mencelup kain contoh uji poliamida.

    II. Teori Dasar

    Serat Nylon

    Nylon ditemukan oleh Wallace H.Carothers pada tahun 1928. Mula mula Carothers

    mencoba membuat polyester dari heksametilena diamina glikol dengan asam adipat,

    tetapi serat yang terbuat dari polyester ini kurang kuat sehingga Carothers kemudian

    mengalihkan perhatiannya pada nylon yang terbuat dari asam adipat asam adipat

    (HOOC(CH2)4COOH) dengan Heksametilena diamina (H2N(CH2)6NH2) sehingga

    nylon mempunyai gugus COOH yang bersifat asam dan NH2 yang bersifat basa yang

    berperan dalam reaksi kimia nylon. Nylon yang dibuat dari zat zat kimia ini kemudian

    lebih dikenal dengan Nylon 66.

    NH2(CH2)6NH2 + HOOC(CH2)4COOH NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH +H2O

    Heksametilena diamina Asam adipat Nylon

    Selain terbuat dari kedua zat diatas nylon juga bisa terbuat dari heksametilena

    diamina dengan asam sebasat (HOOC(CH2)8COOH) yang kemudian dikenal dengan

    nama nylon 610. Nylon lain yang dikenal dengan nylon 6 dibuat dari kaprolaktan , selain

    itu dikenal pula nylon 7 dan nylon 11 yang sejenis dengan nylon 6.

    Serat nylon dibuat untuk tujuan yang berbeda . Nylon untuk keperluan industri mempunyai

    kekuatan sangat tinggi dengan mulur kecil sedang yang ditujukan untuk pakaian mempunyai

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    2

    kekuatan yang sangat rendah dengan mulur yang lebih tinggi. Adapun sifat sifat Nylon

    selengkapnya sebagai berikut :

    a. Kekuatan 4,3 8,8 gr/denier dan mulur 18-45 % dengan kekuatan dan mulur

    dalam keadaan basah 80-90 % kekuatana kering

    b. Tahan gosok 4 5 kali gosokan wool

    c. Elastisitas dan mulur yang tinggi

    d. Berat jenis 1,14

    e. Titik leleh 2630 C

    f. Nylon sangat tahan terhadap basa dan tidak tahan terhaap asam pekat

    g. Tahan terhadap serangan jamur, serangga dan bakteri

    h. Mempunyai MR 4,2 %

    i. Benang nilon mengkeret dalam keadaan basah, panjang dalam keadaan basah 5%

    lebih kecil dari keadaan keringnya.

    j. Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi.

    k. Seperti serat tekstil lainnya, nilon akan terdegredasi oleh pengaruh sinar, tetapi

    ketahanannya masih jauh lebih baik dibandingkan sutera.

    l. Sifat listrik nilon adalah isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik

    statik.

    m. Pengerjaan panas dan lembab akan memberikan bentuk yang tetap pada nilon

    yaitu bentuknya akan tetap selama nilon tersebut dikerjakan pada suhu pengerjaan

    pertama.

    n. Struktur fisika serat nilon terdiri dari dua bagian, yaitu :

    Bagian pertama adalah bagian yang molekulnya teratur dan sejajar, dimana

    orientasinya baik, mudah membentuk kristal disebut gugus kristalin, dan bagian

    yang kedua adalah bagian yang letak molekulnya menyebar tidak teratur disebut

    amorf.

    Kekuatan Nylon sangat tinggi membuat nylon sangat baik untuk kain parasut, tali temali,

    benangban, terpal, pita penarik, jala, dan untuk tekstil industri lainnya.Selain untuk

    keperluan industri , nylon a juga dipakai untuk bahan pakaian terutama pakaian wanita dan

    kaos kaki dan tekstil rumah tangga.

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    3

    Identifikasi Zat Warna Pada Serat Poliamida

    Identifikasi zat warna pada serat poliamida digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

    Zat Warna Golongan I

    Zat warna golongan I adalah zat warna yang larut dalam pelarut organik toluene

    yaitu zat warna bejana, semua zat warna dispersi, beberapa zat warna kompleks logam

    (pencelupan netral), beberapa zat warna dispersi reaktif dan semua zat warna naftol.

    a. Zat Warna Bejana

    Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya harus

    diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas

    terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau oksigen dari udara,

    bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali ke bentuk

    semula yaitu pigmen zat warna bejana.

    Senyawa leuko zat warna bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan

    golongan antrakinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya

    dalam larutan hipoklorit. Umumnya zat warna turunan tioindigo dan karbasol warna

    hampir hilang dalam uji hipoklorit dan di dalam larutan pereduksi warnanya menjadi

    kuning. Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan hidrogen dan ikatan

    sekunder seperti gaya gaya Van der Waals.

    b. Zat Warna Dispersi

    Zat warna dispersi adalah zat warna nonion yang terdiri dari inti kromofor azo dan

    antrakinon, sedangkan untuk beberapa warna kuning yang penting mengandung gugus

    difenilamina dan tidak mengandung gugusan-gugusan pelarut. Zat warna tersebut

    digunakan untuk mewarnai serat-serat tekstil yang hidrofob. Zat warna dispersi dalam

    perdagangan kebanyakan mengandung gugus aromatik dan alifatik yang mengikat gugus

    fungsional (-OH, -NH2, NHR, dan sebagainya) dan bertindak sebagai gugus pemberi

    (donor) hidrogen. Gugus aromatik dan alifatik tersebut menyebabkan zat warna dispersi

    sedikit larut didalam air. Sebaiknya molekul zat warna dispersi kecil supaya mudah

    terdispersi, karena molekulnya cukup kecil, zat warna dispersi mudah menyublim pada

    suhu tinggi. Maka untuk mencelup serat polyester harus dipilih zat warna yang tahan suhu

    tinggi. Penyerapan zat warna dispersi pada kesetimbangan adalah baik, tetapi difusi ke

    dalam serat sangat lambat maka tahan cucinya baik sekali. Kecepatan celup zat warna

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    4

    dispersi rendah sehingga tidah dijumpai kesukaran untuk memperoleh celupan rata, tetapi

    sebaliknya tidak mudah pula memperbaiki hasil celupan yang tidak rata.

    Beberapa contoh zat warna dispersi yang dapat digunakan pada temperatur yang tinggi

    antara lain :

    Dispersol fast yellow GR (C.I. Disperse Yellow 39)

    Dispersol fast yellow A (C.I. Disperse Yellow 1)

    Dispersol fast Crimson B (C.I. Disperse red 13 )

    Contoh struktur zat warna dispersi :

    Penggunaan Zat Warna Dengan Molekul Kecil Beberapa zat warna dispesi tertentu mempunyai ukuran molekul sangat kecil

    sehingga difusinya lambat dapat diatasi dengan mencelup serat dengan komponen

    komponen pembentuk zat warna kemudian membentuknya didalam serat. Serat

    dikerjakan dengan fenol dan diamina lalu diazotasi dan dikoplingkan dalam serat

    membentuk azoik.

    Penggunaan Zat Pengemban (Carrier) Penggunaan carrier berfungsi untuk menambah absorpsi zat warna ke dalam serat

    dan mempertinggi kelarutan zat warna.

    Penggunaan Temperatur Tinggi Sistem termosol yaitu pemanasan bahan tekstil kering yakni tidak didalam satu

    larutan pada suhu tinggi, jadi zat warna akan melarut ke dalam serat karena pengaruh

    panas, biasanya digunakan untuk pencelupan kain kontinyu. Pada suhu lebih dari

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    5

    180oC serat melunak kemudian zat warna yang memilki ketahanan sublimasi tinggi

    akan mudah berpenetrasi ke dalamnya solid solution.

    c. Zat Warna Naftol

    Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada waktu pencelupan dan

    merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam diazonium (kopling). Zat warna

    tersebut atau sering disebut ingrain colours karena terbentuk dalam serat dan tak larut dalam air.

    Atau azoic colours karena senyawa yang terbentuk mempunyai gugus azo. Para-red merupakan

    zat warna naftol yang pertama dikenal orang dan merupakan hasil reaksi kopling senyawa

    beta-naftol yang telah dicelup pada bahan tekstil kapas dengan base para-nitro anilin yang

    diazotasikan. Dalam reaksi diazotasi kerapkali memerlukan es untuk memeperoleh temperature

    yang rendah. Maka zat warna golongan ini sering disebut zat warna es atau es colours.

    Sifat sifat umum dari zat warna naftol :

    Tidak larut dalam air. Luntur dalam piridin pekat mendidih. Bersifat poli genetik dan mono genetik. Karena mengandung gugus azo maka tidak tahan

    terhadap reduktor.

    Tahan gosok (basah) kurang tetapi tahan sinar baiksekali.

    Zat Warna Golongan II

    Zat warna golongan II adalah zat warna yang larut dalam pelarut air yaitu zat warna

    asam, basa, direk, beberapa zat warna kompleks logam (pencelupan netral), semua zat

    warna kompleks logam (pencelupan asam) dan semua zat warna krom.

    a. Zat Warna Direk

    Zat warna direk pada umunya mempunyai ketahanan yang kurang baik terhadap

    pencucian sedangkan ketahanannya terhadap sinar adalah sedang, kecuali ada bebrapa yang

    mempunyai nilai cukup atau baik. Zat warna direk juga kurang tahan terhadap oksidasi dan

    akan rusak oleh reduksi. Zat warna direk memiliki sifat yang berbeda di dalam kerataan

    pada waktu pencelupan.

    Penggolongan zat warna direk

    Golongan A

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    6

    Yaitu zat warna yang mudah bermigrasi, maka mempunyain perata yang tinggi.

    Pada permulaan pencelupan mungkin diperoleh celupan yang tidak rata, tetapi hal ini

    mudah diatasi yaitu dengan pendidihan yang lebih lama.

    Golongan BYakni zat warna yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga

    penyerapan harus diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bila pada permulaan

    pencelupan zat warna memberikan hasil pencelupan yang tidak rata, maka sukar

    memperbaikinya.

    Golongan CYaitu zat warna dengan adanya perata yang rendah tetapi mungkin daya serap

    yang baik meskipun tidak dengan penambahan sesuatu elektrolit. Penyerapan dapat

    diatur dengan penaikan temperatur larutan celup.

    b. Zat Warna Asam

    Zat warna asam mengandung asam asam mineral/asam asam organik dan dibuat

    dalam bentuk garam garam natrium dari asam organik dengan gugus anion yang

    merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur kimia zat warna asam

    menyerupai zat warna direk merupakan senyawa yang mengandung gugusan sulfonat

    atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna asam dapat mencelup serat serat

    binatang, poliamida dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen/ikatan ion. Zat

    warna asam dibagi 3 golongan yaitu leveling, milling dan super milling.

    c. Zat Warna Basa

    Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif pada gugus pewarnanya,

    sehingga seringkali zat warna ini disebut dengan zat warna kation. Zat warna ini mempunyai

    ketahanan luntur dan tahan cuci yang kurang, sehingga oleh karena ketahanan luntur yang

    kurangnya, maka zat warna ini tidak banyak digunakan di bidang tekstil, tetapi sering

    digunakan dalam hal yang lainnya, misalnya saja digunakan untuk mencelup kulit dan kertas

    dikarenakan oleh hasil warnanya yang kuat dan cemerlang, selain itu juga digunakan sebagai

    tinta cap perangko, pita ketik, kertas karbon, semir sepatu, pelitur kayu dan lain sebagainya.

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    7

    Zat warna basa merupakan garam basa, zat warna basa umumnya mempunyai rumus

    molekul sebagai berikut :

    NH2 R (C6H6) NH2

    Yang dapat membentuk garam dengan asam, dengan reaksi sebagai berikut :

    ZW NH2 ZW NH3+ + CH3COO-

    (tidak larut) (larut)

    Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang tinggi.

    zat warna basa segera larut dalam alkohol tetapi pada umumnya tidak mudah larut dalam air

    sehingga seringkali terbentuk gumpalan. zat warna basa memiliki ketahanan sinar yang jelek

    dan ketahanan cuci yang kurang.

    Serat-serat protein afinitas terhadap zat warna basa adalah besar karena terbentuk ikatan inik

    yang dapat digambarkan sebagai berikut

    `

    Penggolongan zat warna basa

    Berdasarkan inti kromofornya, maka zat warna basa dapat digolongkan sebagai berikut :

    Golongan 1: Derivat trifenil metan , dengan contohnya MALACHITE GREEN

    Golongan 2 : Derivat thiazin, dengan contohnya METHYLENE BLUE

    Golongan 3 : Derivat Oxazin, dengan contohnya MELDOLA BLUE

    Golongan 4 : Derivat Azin, dengan contohnya :

    PHENYLATED TOLUSAFRANINE

    COOH COO- ---------- NH3+ - ZW

    W W ikatan ionik

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    8

    Golongan 5 : Derivat Xanten, dengan contohnya RHODAMINE B

    Golongan 6 : Derivat Azo, dengan contohnya BISMARK BROWN

    Golongan 7 : Zat warna yang mengandung gugus antrakinon

    .

    III. Percobaan

    Peralatan dan Bahan

    Pipet tetes Pipet volume Pengaduk Rak Gelas porselen Tabung reaksi Serat kapas Serat asetat Serat akrilat Serat wol Serat multi fibers (6 macam)

    Pereaksi

    Larutan sabun CH3COOH glasial

    Larutan piridin air HCl pekat Toluena Sengsulfoksilat formaldehid Na2CrO4 CH3COOH 10%

    Alkohol NaOH 10% NaCl

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    9

    Cara Kerja

    Uji Pencucian

    Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi yang berisi dengan 10 ml larutansabun (0,5% sabun netral dan 0,2% natrium karbonat).

    Panaskan selama 15menit, kemudian keluarkan contoh uji, amati. Semua golongan zat warna luntur dalam uji pencucian kecuali zat warna bejana dan

    naftol tidak luntur sedikit.

    Bagi larutan sabun menjadi 2 bagian Bagian 1 : tambahkan 1 ml asam asetat glasial Bagian 2 : larutan sabun

    Masukkan kedalam kedua tabung reaksi tersebut kain uji aneka serat(multi fibers) didihkan.

    Keluarkan kain aneka serat, cuci Amati jenis bahan yang tercelup (lampirkan pada jurnal)

    Uji piridin

    Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan piridin air(57: 43)

    Panaskan selama 15 menit Dinginkan denagn aliran air kemudian keluarkan contoh uji lalu amati Semua zat warna luntur banyak dalam larutan piridin, kecuali zaw warna bejana.

    Zw krom atau zwdispersi reaktif (luntur sedikit karena proses pencelupan dan

    penyabunan yang kurang sempurna)

    Uji Toluen

    Ekstrak piridin (uji piridin) dipisahkan (saring) Tambahkan 1-2 ml HCl pekat, kemudian tambahklan 15 ml toluen kemudian

    dikocok.

    Biarkan larutan menjadi dua lapisan, lapisan air dan lapisan toluen.

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    10

    Zat warna pada lapisan toluen adalah zat warna golongan I dan zat warna padalapisan air adalah zat warna golongan II

    Identifikasi Golongan I

    Zat warna golongan I : zat warna yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam

    pelarut organik ; toluen

    Zat Warna Bejana

    1. Amati hasil uji pencucian

    Zat warna bejana tidak luntur atau luntur sedikit baik dalam suasana asam

    maupun alkali, tidak mencelup kembali semua serat

    2. Amati hasil uji piridin

    Zat warna beejana tidak luntur atau luntur sedikit

    3. Amati hasil uji toluen

    Zat warna bejana akan terdapat dalam lapisan toluen atau lapisan antara

    toluen air

    4. Pengujian

    Pisahkan larutan toluen dari air, bagi untuk pengujian lain (5) bagian

    Ambil ekstrak toluen sedikit, tambahkan sengsulfoksilat formaldehid

    (Ronggalit C) dan asam asetat 10% didihkan lalu dinginkan

    Oksidasi dengan larutan Natrium bikromat dan asam asetat

    Warna contoh uji akan timbul kembali

    Zat warna Dispersi

    1. Amati uji pencucian

    Zat warna dispersi luntur sedikit, dalam suasana asam maupun alkali akan

    mencelup kembali serat poliamida, asetat, poliester, dan poliakrilat.

    2. Amati uji piridin

    Zat warna dispersiluntur banyak

    3. Amati uji toluen

    Zat warna dispersi terdapat lapisan toluen

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    11

    4. Pengujian

    Pisahkan larutan toluena atau keluarkan airnya cuci 5-6 kali sisa toluena

    dengan air

    Uapkan toluena dengan air

    Uapkan toluena yang sudah bersih sampai hampir kering

    Tambahkan air dan masukkan serat asetat ke dalam tabung lalu didihkan

    Serat aseatt tercelup menunjukkan zat warna dispersi

    Zat warna Naftol

    1. Amati uji pencucian

    Zat warna naftol luntur sedikit atau sedang dlam uji pencucian dalam

    suasana asam dan alkali tidak mencelup kembali semua jenis seratatau

    hanya terjadi penodaan

    2. Amati Uji Piridina

    Zat warna naftol luntur sedikit

    3. Amati uji toluena

    Zat warna nafto akan berada pada lapisan toluena

    Kedalam ekstrak toluena ditambahkan 5 ml, pisahkan airnya dan cuci

    larutan toluena dengan air sebanyak dua kali

    Pindahkan toluena, uapkan sampai kering

    Tambahkan 3 ml alkohol dan 0,5 ml NaOH 10% panaskan

    Tambahkan 3 ml air didihkan sampai alkohol menguap

    Tambahkan natrium hidrosulfit didihkan sampai warna tereduksi masukkan

    kapas putih dan NaCl didihkan.

    Keluarkan kapas, bila kapas berwarna kuning berarti zat warna naftol

    Identifikasi Zat Warna Golongan II

    Zat warna Direk

    1. Amati uji pencucian zat warna direk luntur banyak dala uji pencucian.

    Dalam suasana asam mencelup serat poliamida, sutera, wol dan poliakrilat

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    12

    dengan warna tua, sedang serat rayon dan kapas tercelup dengan warna

    muda. Dalam suasana alkali mencelup serat kapas dan rayon dengan warna

    tua dan serat poliamida dengan warna muda.

    2. Amati uji piridina zat warna direk luntur dengan cepat dalam larutan

    campuran piridina air.

    3. Amati uji toluena zat warna direk berada pada lapisan air.

    4. Pengujian

    Pisahkan lapisan air dari lapisan toluene ke dalam tabung reaksi lain.

    Masukkan kapas putih, NaCl dan satu tetes ammonia pekat.

    Didihkan selama 1 2 menit, dinginkan apabila kapas tercelup seperti

    contoh uji, menunjukkan zat warna direk.

    Zat Warna Basa

    1. Amati uji pencucian zat warna basa luntur cepat dalam ujpencucian.

    Dalam suasana asam mencelup kembali serat wol, sutera, akrilat dengan

    warna tua dan menodai serat serat lain. Dalam suasana alkali mencelup

    serat wol dan sutera dengan warna tua dan menodai serat lain.

    2. Amati uji piridina zat warna basa luntur banyak dalam larutan piridina

    air.

    3. Amati uji toluena

    Tuangkan ekstrak piridina ke dalam tabung reaksi yangberisi ekstrak larutantoluene air.

    Masukkan 2 ml larutan NaOH 10% hingga lapisan air bersifat alkali, lalu kocok. Amati, warna basa yang bersifat alkali menjadi tidak berwarna atau berubah

    warnanya dan akan berpindah dari lapisan air ke dalam lapisan toluena.

    Tuangkan ekstrak toluena ke dalam tabung reaksi lain, tambahkan CH3COOH

    10%, kocok. Apabila warna contoh timbul kembali, menunjukkan zat warna basa.

    Zat Warna Asam

    1. Amati uji pencucian zat warna asam luntur banyak dalam uji pencucian.

    Dalam suasana asam mencelup kembali serat poliamida, wol dan sutera

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    13

    dengan warna tua. Dalam suasana alkali mencelup serat wol, sutera, kapas

    dan rayon dengan warna muda.

    2. Amati uji piridina zat warna asam luntur dengan cepat dalam larutan

    piridina air.

    3. Amati uji toluena zat warna asam terdapat pada lapisan air.

    4. Pengujian

    Pisahkan lapisan air dari lapisan toluena ke dalam tabung reaksi lain.

    Tambahkan 3-4 tetes CH3COOH 10% dan serat wol kemudian didihkan

    selama 2 menit. Apabila wol tercelup menunjukkan zat warna asam.

    Hasil Percobaan

    Terlampir

    IV. Diskusi

    Zat Warna Bejana

    Contoh uji no.42 kain poliamida ini dicelup dengan zat warna Bejana. Karena

    pada saat uji pencucian yaitu tidak luntur atau luntur sedikit baik pada

    kondisi asam atau alkali dan tidak mencelup kembali serat multi fibre.pada uji

    piridin zat warna ini tidak luntur/luntur sedikit. Begitu pula pada pengujian

    toluena zat warna Bejana akan terdapat pada lapisan Toluena/lapisan antara

    Toluena dengan air, untuk meyakinkan dilakukan pengujian dengan hasil

    warna contoh uji timbul kembali.

    Zat warna Dispersi

    Co uji no. 62 kain poliamida ini kemungkinan dicelup dengan zat warna

    Dispersi. Karena pada saat uji pencucian Zat warna dispersi luntur sedikit,

    dalam suasana asam maupun alkali akan mencelup kembali serat poliamida,

    asetat, poliester, dan poliakrilat. Dan pada saat uji piridina Zat warna

    dispersiluntur banyak, serta pada saat uji toulena Zat warna dispersi terdapat

    lapisan toluen. Hal ini bisa disimpulkan bahwa sampel ini kemungkinan

    dicelup dengan zat warna dispersi.

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    14

    Zat Warna Naftol

    Contoh uji no.67 dicelup dengan zat warna naftol. Zat warna naftol mungkin

    luntur sedikit atau sedang dalam uji pencucian. Kelunturan ini dapat berasal

    dari warna yang ada pada permukaan bahan atau dari naftol atau basa yang

    tidak beraksi. Apabila terdapt naftol yang tidak bereaksi dengan basa, warna

    lunturan akan berbeda dengan warna contoh asli. Pada pencelupan kembali

    baik dalam suasana asam maupun alkali terjadi penodaan pada serat serat

    karena zat warna naftol yang diekstraksi dari kain nylon mempunyai afinitas

    kecil terhadap serat serat, karena kesukaran dalam dalam penetrasi, zat

    warna naftol pada poliamida lebih sukar direduksi dibandingkan zat warna

    naftol pada kapas. Dalam hal larutan peluntur natrium hidrosulfit dengan

    NaOH mempunyai pengaruh yang kecil pada pencelupan zat warna naftol dan

    hanya merusak zat warna pada permukaan serat saja sehingga serat kapas ini

    hanya terwarnai kuning muda/samar samar sehingga sangat sulit

    membedakannya. Zat warna naftol hanya luntur sedikit dalam uji piridina dan

    akan berada pada lapisan toluena.

    Zat Warna Basa

    4. Contoh uji no.11 dicelup dengan zat warna basa. Karena zat warna basa

    luntur cepat dalam ujpencucian. Dalam suasana asam mencelup kembali

    serat wol, sutera, akrilat dengan warna tua dan menodai serat serat lain.

    Dalam suasana alkali mencelup serat wol dan sutera dengan warna tua dan

    menodai serat lain. Serta pada saat uji piridin zat warna basa luntur banyak

    dalam larutan piridina air.

    Zat Warna Direk

    Contoh uji no.49 dicelup dengan zat warna direk. Zat warna direk ini luntur

    banyak dalam uji pencucian. Dalam suasana asam mencelup serat poliamida,

    sutera, wol dan poliakrilat dengan warna tua, sedangkan serat rayon dan kapas

    tercelup dengan warna muda. Dalam suasana alkali mencelup serat kapas dan

    rayon dengan warna tuadan serat poliamida dengan warna muda. Zat warna

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    15

    direk luntur dengan cepat dalam campuran piridina air dan berada pada

    lapisan air.

    Zat Warna Asam

    Contoh uji no.41 dicelup dengan zat warna asam. Molekul serat poliamida

    serupa dengan serat serat protein yakni mengandung sejumlah gugus amina

    primer dan amina sekunder yang mudah mengikat ion hidrogen untuk

    membentuk gugusan amonium yang dapat mengikat anion zat warna asam.

    Dapat dilihat pada uji pencucian, zat warna asam luntur banyak dan dalam

    suasana asam mencelup kembali serat poliamida, wol dan sutera dengan

    warna tua, sedangkan dalam suasana alkali mencelup serat wol, sutera, kapas

    dan rayon dengan warna tua. Zat warna asam terdapat pada lapisan air dan

    luntur dengan cepat dalam larutan piridin air.

    .

    V. Kesimpulan

    Contoh uji no. 42 kain Nylon dicelup dengan zat warna bejana. Contoh uji no.62 kain Nylon dicelup dengan zat warna Dispersi Contoh uji no. 67 kain Nylon dicelup dengan zat warna naftol. Contoh uji no. 41 Kain Nylon dicelup dengan zat warna asam. Contoh uji no. 49 kain Nylon dicelup dengan zat warna direk Contoh uji no. 11 kain Nylon dicelup dengan zat warna Basa.

    VI. Daftar Pustaka

    Dj, Rasjid, Ir, M.Sc, dkk. Pedoman Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil.STTT. Bandung.

    Moerdoko, Wibowo, S.Teks, dkk. Evaluasi Tekstil bagian kimia. ITT.Bandung.1975.

  • ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net

    16

    Djufri, Rasjid, Ir, M.Sc, dkk. Teknologi Pengelantangan Pencelupaandan Pencapan. ITT. Bandung.1976.