105689041-ptsd

28
GUNAWAN- ................. HERIYANSYAH-................. JASMADI - 0706208651 Post T raumatic Stress Disorder and  Acute Stress Disorder  

Upload: mindi-widayani

Post on 15-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • GUNAWAN- .................

    HERIYANSYAH-.................

    JASMADI - 0706208651

    Post Traumatic Stress Disorder and Acute Stress Disorder

  • Pengantar

    Banyak anak-anak yang mengalami satu atau beberapa peristiwa-peristiwa traumatis dalam kehidupan mereka (Perrin, smith, & Yule, 2000)

    Sebuah studi tentang anak-anak pedalaman, menunjukkan 25% dari mereka pernah mengalami peristiwa trauma seperti kematian orang yang mereka cintai, penyakit atau kecelakaan serius, bencana alam, menjadi sasaran kekerasan dalam keluarga, atau perkosaan (Costello, Erkanli, Fairbank, & Angold, 2002)

  • PTSD dan ASD

    Memori yang menetap dan arousal yang tinggi adalah bentuk gejala inti dari PTSD dan ASD.

    PTSD dan ASD termasuk dalam kategori anxiety disorder berdasarkan DSM-IV-TR karena gejala utama mereka berhubungan dengan kecemasan (APA, 2000).

  • Historical

    shell shock

    combat fatigue (Kardiner, 1941)

    gross stress reaction (DSM-I, APA, 1952)

    transient situasional disturbance (DSM-II, APA, 1968; Lamprecht & Sack, 2002).

    PTSD muncul pertama kali dalam DSM-III dalam kategori anxiety disorder

    Setelah tahun 1980 an-> muncul keyakinan bahwa anak-anak juga dapat mengalami pengaruh yang berkepanjangan terhadap peristiwa-peristiwa traumatis (Yule, 2001).

  • Diagnostic Criteria for 309.81 PTSD (DSM-IV-TR)

    A. Orang yang telah terpapar dengan peristiwa traumatis ditandai dengan hadirnya dua hal berikut:

    1. Orang tersebut mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan

    dengan sebuah peristiwa atau peristiwa yang melibatkan

    kematian atau ancaman kematian atau luka serius, atau

    sebuah ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau

    orang lain.

    2. Respon orang tersebut melibatkan rasatakut yang sangat,

    tak berdaya, atau perasaan ngeri. Catatan: pada anak-anak

    hal ini ditunjukkan dengan perilaku tidak teratur atau

    gelisah.

  • B. Peristiwa traumatis terus menerus dialami kembali dalam

    satu (atau lebih) dari cara-cara berikut:

    1. Peristiwa yang berulang dan gangguan ingatan yang

    menyedihkan, termasuk bayangan, pikiran, atau persepsi.

    Catatan: pada young children,permainan yang berulang

    dapat terjadi dalam tema-tema atau aspek-aspek dari

    trauma yang ditampilkan.

    2. Mimpi menyedihkan yang berulang dari peristiwa. Catatan:

    Pada anak-anak mungkin terdapat mimpi yang menakutkan

    tanpa konten yang dapat dikenali.

  • 3. Bertindak atau merasa seolah-olah peristiwa traumatik terjadi kembali (termasuk perasaan menghidupkan kembali pengalaman, ilusi, halusinasi, dan dissosiatif episode flashback, termasuk yang tidak terjadi ketika terbangun atau intoxicated). Catatan: pada young children, trauma spesifik reenectment dapat terjadi. 4. Kuatnya penderitaan psychologis di paparan internal atau isyarat eksternal yang melambangkan atau menyerupai sebuah aspek dari peristiwa traumatis. 5. Reaktifitas fisiologi pada paparan internal atau isyarat eksternal yang dilambangkan atau menyerupai sebuah aspek dari peristiwa traumatis.

  • C. Gigih menghindari stimulus yang berhubungan dengan trauma

    dan numbing dari respon umum (tidak muncul sebelum

    trauma), seperti ditandai dengan tiga (atau lebih) dari hal

    berikut:

    1. Usaha-usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau

    percakapan yang berhubungan dengan trauma.

    2. Usaha-usaha untuk menghindari aktifitas, tempat, atau

    orang-orang yang membangkitkan ingatan trauma.

    3. Ketidakmampuan untuk mengingat sebuah aspek penting

    dari trauma.

  • 4. Dengan nyata mengurangi ketertarikan atau partisipasi

    dalam aktifitas yang signifikan.

    5. Perasaan pelepasan atau pengasingan dari orang lain.

    6. Membatasi berbagai pengaruh (misal, tidak dapat

    memiliki perasaan cinta).

    7. Merasakan masa depan yang sempit (misal, tidak

    mengharapkan untuk mempunyai karir, menikah, anak-

    anak, atau sebuah kehidupan yang normal).

  • D. Kuatnya gejala-gejala dari peningkatan arousal (tidak hadir

    sebelum trauma), ditandai dengan dua (atau lebih) dari hal

    berikut:

    1. Kesulitan tidur atau tetap tidur.

    2. Mudah tersinggung atau kemarahan yang meledak-ledak.

    3. Kesulitan konsentrasi.

    4. Hypervigilance (waspada yang berlebihan)

    5. Respon terkejut yang berlebihan.

    E. Durasi gangguan (symptom dalam kriteria B, C, dan D) adalah

    lebih dari satu bulan

  • F. Gangguan menyebabkan tekanan yang signifikan secara

    klinis atau hambatan dalam sosial, okupasional, atau

    area fungsi penting lainnya.

    Specify if:

    Acute: jika durasi dari gejala kurang dari tiga bulan

    Chronic: jika durasidari gejala tiga bulan atau lebih

    With Delayed Onset: jika permulaan dari gejala paling

    tidak enam bulan setelah stressor.

  • Diagnostic Criteria for 308.3 Acute Stress

    Disorder (DSM-IV-TR)

    A. Orang yang telah terpapar dengan peristiwa traumatis ditandai dengan hadirnya dua hal berikut:

    1. Orang tersebut mengalami, menyaksikan, atau

    dihadapkan dengan sebuah peristiwa atau peristiwa yang

    melibatkan kematian atau ancaman kematian atau luka

    serius, atau sebuah ancaman terhadap integritas fisik diri

    sendiri atau orang lain.

    2. Respon orang tersebut melibatkan rasatakut yang sangat,

    tak berdaya, atau perasaan ngeri.

    Catatan: pada anak-anak hal ini ditunjukkan dengan

    perilaku tidak teratur atau gelisah.

  • B. Baik saat mengalami atau setelah mengalami peristiwa

    menyedihkan, individu mempunya tiga (atau lebih) dari gelaja

    disosiatif berikut:

    1. Perasaan subjektif dari numbing, detachment, atau

    ketiadaan respon emosi.

    2. Berkurangnya dalam kesadaran sekitar (misal, berada dalam

    keadaan linglung).

    3. Derealization

    4. Depersonalization

    5. Dissociative amnesia (yaitu, ketidakmampuan mengingat

    aspek penting dari trauma)

  • C. Peristiwa traumatis terus menerus dialami kembali dalam satu (atau lebih) dari cara-cara berikut: pengulangan gambaran, pikiran, mimpi, ilusi, flashback episodes, atau perasaan menghidupkan kembali pengalaman, atau tekanan pada paparan pengingat-pengingat kepada peristiwa traumatis. D. Ditandai dengan menghindari stimulus yang membangkitkan ingatan terhadap trauma. (misalnya pikiran, perasaan, percakapan, aktifitas, tempat,dan orang-orang). E. Ditandai gejala-gejala anxiety,atau peningkatan arousal (misal, kesulitan tidur, mudah tersingung, sulit konsentrasi, hypervigilance,respon terkejut yang berlebihan, kegelisahan motorik).

  • F. Gangguan menyebabkan tekanan yang signifikan secara klinis

    atau hambatan dalam sosial, okupasional, atau fungsi area

    penting lainnya atau mengganggu kemampuan individu dalam

    menjalankan beberapa tugas yang diperlukan, seperti

    mendapatkan bantuan yang dibutuhkan atau menggerakkan

    sumber daya diri dengan menceritakan kepada anggota-

    anggota keluarga tentang peristiwa traumatis.

    G. Gangguan berakhir selama minimum dua hari dan maximum

    empat minggu dan terjadi dalam empat minggu dari peristiwa

    traumatis.

  • H. Gangguan bukan karena akibat fisiologis langsung dari suatu

    zat (misalnya, penyalahgunaan obat-obatan, obat tertentu)

    atau kondisi medis umum, tidak lebih baik dicatat dalam Brief

    Psychotic Disorder, dan bukan hanya pembuatan lebih buruk

    dari yang ada sebelumnya dari gangguan Axis I atau Axis II.

  • Attention to Cultural Issues

    ->Menghadirkan isu-isu budaya adalah penting ketika mengkaji

    ASD dan PTSD karena sejauh mana peristiwa traumatis dapat

    dipengaruhi oleh budaya harapan (Newman, 2002)

    ->Karenanya, ahli klinis dan peneliti harus memperhatikan

    budaya dan nilai-nilai keluarga dari anak-anak yang mereka

    asses dan bentuk pertanyaan-pertanyaan mereka tentang

    reaksi-reaksi peristiwa traumatis yang berpotensi dengan cara

    mengijinkan seorang anak atau orangtua menggambarkan

    reaksi-reaksinya tanpa merendahkan anak atau keluarganya.

    (Lewis & Ippen, 2004).

  • Prevalence

    -> Studi-studi tentang prevalensi PTSD dengan sample komunitas besar tidak dilakukan di US

    -> Giaconia dan rekan (2000): 6,3% dari sampel mereka yang

    berjumlah 328 berusia 18 tahun telah mengalami PTSD pada

    satu bagian dalam kehidupan mereka.

    -> Studi tentang 26 anak yang disandera di sekolah mereka

    selama dua jam menunjukkan bahwa 81% menunjukkan reaksi

    awal traumatis, 27% mengembangkan PTSD selama 18 bulan

    berikutnya, dan 38% subclinical PTSD yang mungkin

    memenuhi syarat untuk diagnosis dari anxiety disorder not

    otherwise specified (Vila, Porche, & Mouren Simeoni, 1999).

  • -> Studi lain menguji PTSD pada anak-anak yang mengalami kekerasan domestik atau masalah kesehatan. Sampel dari anak-anak yang menerima pelayanan klinis untuk kekerasan seksual menunjukkan tingkat PTSD sekitar 42%-90% (De Bellis, 2001). -> 20% anak-anak yang tinggal bersama ibu mereka di penampungan kumuh di Australia didiagnosa PTSD (Mertin & Mohr, 2002). -> PTSD juga ditemukan pada 25% anak-anak yang mengalami cedera tulang belakang (Boyer, Knolls, Kafkalas, Tollen, & Swartz, 2000), 35 % pada remaja dengan kanker (Pelcovitz et al., 1998), dan 20% dari

    anak-anak yang dirawat di ruang darurat rumah sakit dengan

    trauma medis (Gill, 2002).

  • Child characteristics

    -> Apakah anak laki-laki atau perempuan yang lebih mungkin

    mengembangkan PTSD masih belum terpecahkan.

    -> Hanya satu studi yang menguji hubungan antara usia dan

    apakah anak-anak mengembangkan PTSD.

    Anak-anak prasekolah mempunyai gejala yang lebih parah

    dibandingkan anak-anak usia sekolah, dan anak-anak usia

    sekolah mempunyai gejala yang lebih parah dari pada remaja.

    Rothe (2005).

  • Course

    Initial Onset of Symptoms: 60 - 80% anak langsung menunjukkan symptoms

    PTSD dalam waktu 1 bulan setelah mengalami peristiwa trauma

    10% anak baru menunjukkan symptom pertama PTSD setelah 6 bulan mengalami peristiwa trauma. 6 -12 bulan berikutnya menunjukkan symptom kedua, dan setelah 1 tahun menunjukkan 4 symptom lainnya.

    (Pynoos et al, 1987; Yule dkk,. 2000).

  • Etiology

    Influensces of Trauma on Brain Development ( Reaksi otak terhadap Stres Amigdala mengirim sinyal stimulasi bahaya

    1. The Lacus Coeruleus yang akan melepaskan neurotransmitter guna menstimulasi tubuh dan menyempitkan perhatian pada rangsangan bahaya saja.

    2. Hypothalamus yang mengaktifkan/ merangsang; 1. Sistem saraf otonom-simpatik untuk fokus pada sumber bahaya dengan meningkatkan kesadaran serta

    mempersiapkan untuk melawan bahaya. 2. Pituiraryadrenal (HPA_sistem endktrin yang berperan g mengatur fungsi dasar), merangsang hormon

    Adrenal untuk menghasilkan Cartisol yang mengakibatkan hippocampus menurunkan gairah tubuh

    (Stier & Kendall, 2004) Selama periode stres, dua sistem otak ini berinteraksi. Salah satu sistem meningkatkan gairah dan rangsangan san sistem lainnya menurunkan. Namun untuk situasi stress tertentu sistem ini bekerja sama untuk menciptakan tingkat gairah tubuh yang sesuai .

    (LeDoux, 1996).

  • Etiology

    Memori Deklaratif, ingatan yang secara sadar terkait dengan peristiwa

    dan fakta Implisit. Ingatan yang secara emosi tidak menyadari yang

    dilakukan berhubungan dengan perilaku. Amigdala-Norepinephirine meningkatkan emosional pada ingatan implisit, dan Cortisol bekerja pada hippocampus menghambat ingatan deklaratif.

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa norepinephirine,

    epinefrin, dan cartisol mempunyai pengaruh kuat dengan ingatan implisit, dan sedikit berpengaruh pada ingatan deklaratif .

    (Cahill, Babinsky, Markowitsch, & McGaugh, 1995; Cahill et al, 1996.).

  • Etiology Pengaruh Stres kronis pada Memory

    Studi tentang otak manusia dan hewan menunjukkan bahwa beberapa area perkembangan otak dipengaruhi oleh stres kronis.

    Otak anak-anak dengan PTSD lebih kecil daripada volume otak anak-anak tanpa PTSD, menunjukkan pengaruh yang mendasar dari stres kronis pada perkembangan otak.

    Kerusakan Hippocampus akibat cartisol yang berlebihan dapat mempengaruhi ingatan deklaratif, mengakibatkan amnesia (peristiwa traumatis).

    Kemampuan untuk menghilangkan respon takut terhambat akibat Amygdalad an Prefrontal cortex lebih sensitif terhadap stres kecil.

  • Etiology

    Cognitive Models Ketidakmampuan anak untuk mengintegrasikan pengalaman

    traumatis dengan skema perasaan aman. Sehingga setiapkali ingat pengalaman trauma diprediksi menakutkan.

    Behavioral Responses

    Berpikir mengingat lembali pengalaman traumatis dapat menyebabkan perilaku menarik diri (keriteria diagnostik C Cluster ( P TSD) Kognisi dapat mempengaruhi kekuatan gejala PTSD. contoh, Feiring, Taska, dan Chen (2002) menemukan anak-anak yang mengalami pelecehan seksual yang memiliki atribusi internal yang kuat, merasakan perasaan bersalah yang besar memiliki tingkat gejala PTSD tertentu daripada anak-anak dengan atribusi eksternal.

  • Prevention

    Program pencegahan dengan melakukan intervensi pada kognitif-perilaku pada orang dewasa,

    hasilnya positif. (Ruzek & Watson)

    Contoh: Penelitian terhadap wanita yang mengalami kekerasan seksual, menggunakan intervensi kognitif-perilaku Reaksi umum terhadap trauma Visualisasi pengalaman trauma yang dialami Mengubah disfungsional kognisi

    (Foa, Hearst Ikeda, & Perry, 1995).

    Program pencegahan untuk mengurangi gejala PTSD pada anak yang dilakukan Kataoke dan kawan-kawan; Belajar tentang reaksi terhadap trauma Mengembangkan keterampilan relaksasi Efek dari ketakutan Mengingat kembali peristiwa traumatis dengan

    Menggambar Menulis, dan Diskusi

    Hasilnya menunjukkan penurunan yang signifikan gejala PTSD )

  • Therapeutic Intervention

    Medication SSRI sertraline, paroxetine, fluoxetine Penggunaan obat pada anak masih menjadi perdebatan, apakah obat yang digunakan untuk orang dewasa dapat efektif digunakan untuk anak-anak. (American Academy of Child Psychiatry Remaja, 1998; Cohen, Perel, DeBellis, Friedman, & Putnam,

    2002; van tingkat Kolk et al, 2002).

    Psychotherapy Membantu anak mengintegrasikan pengalaman trauma kedalam

    perspektif dunia anak itu sendiri(dalam kehidupan anak-anak). Membentuk hubungan yang mendukung antara terapis dengan anak yang

    mengalami PTSD Pelatihan relaksasi, membanrtu anak untuk dapat mengatasi ketakutan

    mereka. Pelatihan ketrampilan sosial, membantu anak membangun hubungan

    kembali dengan teman sebaya atau orang lain.

  • Therapeutic Intervention

    Intervensi untuk Anggota Keluarga Pendidikan tentang jenis reaksi umum anak terhadap trauma

    Bagi orang tua yang mengalami PTSD, intervensi fokus tentang trauma dan pengurangan gejala PTSD pada orang tua.

    Mengembangkan hubungan baik antara orang tua dan anak.