11 bab i pendahuluan a. latar belakang masalah setiap
TRANSCRIPT
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia mempunyai kemungkinan bahwa manusia akan
menghadapi suatu kerugian atau suatu kehilangan.Sudah menjadi suatu masalah
bagi setiap umat sejak manusia tidak lagi bertempat tinggal di taman Firdaus
(dimana segala kebutuhan hidup sudah tersedia) dan harus berusaha dengan
tenaga pikirannya untuk mencukupi hidupnya, untuk memiliki harta kekayaaan
demi kelangsungan hidup. Harta kekayaan sebagai hasil jerih payah ini tentu akan
dipertahankan oleh setiap manusia supaya tidak hilang atau rusak. Manusia itu
akan berfikir bagaimana agar barang yang hilang atau rusak bisa kembali seperti
semula dengan biaya yang enteng. Begitu pula dengan kerugian atau kerusakan
yang terjadi pada anggota tubuh manusia.
Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian
akibat suatu peristiwa yang tidak terduga. Misalnya rumahnya terbakar, barang-
barangnya dicuri, tabrakan, mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di
laut dan di udara, tanah dengan penuh tanaman kebanjiran air bah, dan kecelakaan
pada waktu kerja, kecelakaan pada waktu aktifitas. Kalau kerugian ini hanya
kecil, maka dapat ditutup dengan uang simpanan, sehingga kerugian tidak begitu
terasa. Lain halnya, apabila uang simpanan tidak mencukupi untuk menutupi
kerugian, orang akan betul-betul menderita. Orang yang rumahnya terbakar habis,
akan kehilangan tempat kediamannya, orang yang barang-barang pakaiannya
12
dicuri semua, akan hampir telanjang, orang yang tanamannya musnah akibat
banjir akan jatuh miskin, orang mengalami suatu kecelakaan yang dapat
mengancam diri dan fisik orang tersebut.
Setiap manusia yang menghadapi kemungkinan akan kehilangan
miliknya karena berbagai sebab yang disebut risiko. Kemungkinan akan
kehilangan ini adalah dihadapi oleh setiap manusia dan sudah barang tentu
merupakan suatu hal yang tidak diinginkan, dan oleh sebab itu juga menjadi suatu
hal yang selalu diusahakan untuk tidak terjadi. Kalau seseorang menginginkan
supaya risiko itu tidak terjadi, maka orang itu mengusahakan supaya
kehilangan/kerugian itu tidak terjadi. Usaha tersebut dapat kita sebutkan sebagai
tindakan mencegah kehilangan/kerugian. Tindakan-tindakan mencegah
kehilangan/kerugian itu tentunya dipikirkan sedemikian rupa sampai sempurna
dengan banyak cara, sampai orang tersebut merasa aman bahwa kejadian atau
peristiwa kehilangan.kerugian itu tidak akan pernah terjadi.
Dalam alam modern ini, orang memerlukan gerak yang cepat apabila
mungkin segala gerak manusia dijalankan dengan alat-alat modern. Sebagai akibat
kemajuan ini, kemungkinan kecelakaan yang memakan jiwa manusia pun semakin
besar, kecelakaan pada jalan raya, pada pabrik-pabrik dan pada pekerjaan
pembangunan yang sering kali terjadi. Oleh karena itu asuransi kecelakaan diri
dan asuransi jiwa mempunyai peranan penting untuk melindungi jiwa seseorang
dari malapetaka yang mungkin timbul, yang belum diketahui sebelumnya dan
13
tidak dikehendaki oleh setiap manusia, serta mengurangi beban bagi keluarga
yang ditinggalkan.1
Perkembangan zaman kian lama kian pesatnya, kecanggihan teknologi
dan informasi sudah merajai di berbagai bidang kehidupan manusia. Hal tersebut
sangatlah berpengaruh dalam kehidupan manusia mendatang, tidak hanya di
Indonesia namun secara global pengaruhnya akan semakin terasa. Pengaruh yang
paling menonjol adalah meningkatnya kebutuhan manusia. Dahulu manusia
hanyalah ingin memenuhi tiga kebutuhan saja, yaitu sandang, pangan dan papan.
Seiring pesatnya perkembangan zaman, kini manusia tidak hanya ingin
memenuhi ketiga kebutuhan tersebut melainkan semua kebutuhan yang lain juga
ingin mereka penuhi. Seperti halnya untuk kebutuhan yang belum pasti di masa
mendatang manusia sudah terlebih dahulu ingin memenuhinya mulai dari
sekarang, sebagai contohnya kebutuhan di hari tua maka manusia sudah
menyiapkan dana pensiun untuk kelak di masa yang akan datang, anak-anak yang
belum sakolah sudah disiapkan dananya mulai dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi. Hal tersebut menjadikan semakin kompleksnya kebutuhan manusia
sehingga ingin semua kebutuhan mereka dapat tercukupi.
Manusia memerlukan asuransi untuk memenuhi kebutuhan yang belum
pasti di masa yang akan datang,karena asuransi merupakan salah satu buah
peradaban manusia dan merupakan suatu hasil evaluasi kebutuhan manusia yang
sangat hakiki ialah kebutuhan akan rasa aman dana terlindung, terhadap
kemungkinan menderita kerugian. Asuransi merupakan buah pikiran dan akal
1 A. Hasymi Ali, 2002, Pengantar Asuransi, Jakarta: PT Bumi Aksara, hlm.42
14
budi manusia untuk mencapai suatu keadaan yang dapat memenuhi kebutuhannya,
terutama sekali untuk kebutuhan-kebutuhannya yang hakiki sifatnya antara lain
rasa aman dan terlindung.2
Disadari bahwa asuransi mempunyai beberapa manfaat antara lain
pertama, membantu masyarakat dalam rangka mengatasi segala masalah risiko
yang dihadapinya. Hal itu akan memberikan ketenangan dan kepercayaan diri
yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Kedua, asuransi merupakan sarana
pengumpulan dana yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan masyarakat dan pembangunan. Ketiga, sebagai sarana untuk
mengatasi risiko-risiko yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan. Selain
itu, meskipun banyak metode untuk menangani risiko, asuransi merupakan
metode yang paling banyak dipakai. Karena asuransi menjanjikan perlindungan
kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perorangan maupun
risiko yang dihadapi oleh perusahaan.3
Jasa Perasuransian dipandang begitu pentingnya asuransi bagi sebagian
masyarakat maka kebutuhan akan jasa perasuransianmakin dirasakan, baik oleh
perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana
finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko
mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda
yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya
2 Sri Rejeki Hartono. 1992. Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar Grafika. hlm.30 3 M. Suparman Sastrawidjaja dan Endang. 1993. Hukum Asuransi. Bandung: Alumni. hlm. 116
15
menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan
usahanya.4
Problem yang ditakuti manusia adalah kemungkinan kematian yang
terjadi terlalu dini. Kematian ini merupakan hal yang pasti, namun masalah waktu
atau kapan kematian itu datang adalah suatu hal yang tidak dapat ditentukan oleh
manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di atas yaitu dengan
mengalihkan atau melimpahkan kepada risiko tersebut pihak atau badan usaha
lain. Yang dimaksud pihak atau badan usaha lain itu ialah suatu lembaga yang
menjamin sekiranya timbul suatu peristiwa yang tidak diinginkan, lembaga ini
dikenal dengan apa yang disebut asuransi. Salah satu jenis asuransi yang dikenal
sekarang ini adalah asuransi jiwa. Asuransi jiwa merupakan alat sosial ekonomi,
yang merupakan cara dari sekelompok orang untuk dapat bekerja sama meratakan
beban kerugian karena kematian sebelum waktunya dari anggota-anggota
kelompok tersebut.
Pada asuransi jiwa yang dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh
kematian (death). Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan
seseorang atau suatu keluarga tertentu. Risiko yang mungkin timbul pada asuransi
jiwa terutama terletak pada unsur waktu (time), oleh karena sulit untuk
mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil risiko
tersebut, maka sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa.5
4 Herman Darmawi. 2006. Manajemen Asuransi. Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm. 1 5 http://jaringskripsi.wordpress.com/tanggung-jawab-perusahaan-asuransu-terhadap-perkembangan-nilai-investasi-nasabah-dengan-sistem-multi-link. 13September 2012. Pukul 18.37 WIB
16
Asuransi adalah suatu peralihan risiko dimana tertanggung menyadari
bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan atau jiwanya dan secara
ekonomi kerugian material, korban jiwa/cacat raga akan mempengaruhi
perjalanan hidup seseorang atau ahli warisnya. Untuk menghilangkan atau
mengurangi beban risiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mencari jalan
kalau ada pihak lain yang bersedia mengambil alih beban risiko ancaman bahaya
dan tertanggung sanggup membayar kontrak prestasi yang disebut premi.
Hukum asuransi pada umumnya diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD), Buku I tittle 9 dan 10 dan Buku II tittle 9 dan 10,
sedangkan asuransi jiwa diatur dalam Buku I tittle 10 bagian ketiga. Dalam Pasal
246 KUHD disebut bahwa :
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang tertanggung dengan penerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak terduga”6 Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, dirumuskan definisi
asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat
dalam Pasal 246 KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1992 :
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk
6 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 2004, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Rhineka Putra, hlm.278
17
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ini
mencakup 2 (dua) jenis asuransi, yaitu :
a. Asuransi kekrugian (lost insurance), dapat diketahui dan rumusan :
“Untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita oleh tertanggung”.
b. Asuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi
sosial, dapat diketahui dari rumusan :
“Untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka fokus pembahasan
diarahkan pada jenis asuransi butir (b). Apabila Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1992 dipersempit hanya melingkupi jenis asuransi jiwa, maka
urusannya adalah :
“Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan”. Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD :
“Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”. Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan :
“Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya”.
18
Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat
mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk
kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama
jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian.
Sehubungan dengan uraian pasal-pasal perundang-undangan di atas,
Purwosutjipto memperjelas lagi pengertian asuransi jiwa dengan mengemukakan
definisi :
“Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal-balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penaggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai menikmatnya”. Dalam perjanjian asuransi jiwa yang dlaksanakan oleh PT. Bumi Putera
sebagai perusahaan asuransi, mempunyai 2 pihak yang terkait, yaitu dimana
penanggung adalah pihak yang memberikan jaminan bahwa pihak lain akan
mendapatkan penggantian suatu kerugian yang mungkin akan diderita sebagai
akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi, sedangkan
tertanggung adalah yang kepentinganya baik harta maupun jiwanya yang
diasuransikan kepada orang lain atau perusahaan asuransi dengan membayar
sejumlah premi.
Dalam perjanjian asuransi mempunyai dua pihak yaitu selaku usaha
(penanggung) dan konsumen (tertanggung). Setiap pelaku usaha dan konsumen
dalam melakukan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi, dilindungi oleh Undang-
19
Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini bertujuan
dalam rangka menjamin agar adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen, serta untuk menjamin hak dan kewajiban pelaku
usaha maupun konsumen secara profesional pada masing-masing bidangnya.
Karena kecenderungan pelaku usaha (pengusaha) menerapkan prinsip ekonomi
(mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal seminimal
mungkin) yang cendenrung berpotensi merugikan konsumen. Pada dewasa ini pun
perilaku para pelaku usaha asuransi khususnya asuransi jiwa cendenrung
menyalahfungsikan ide efisiensi dan kecepatan pelayanan, seperti contohnya
penyiapan draft-draft perjanjian asuransi jiwa (draft polis asuransi jiwa) dalam
bentuk model tercetak, menjadi kontrak-kontrak yang secara situasional atau
teknis diupayakan agar bersifat baku dalam upaya melindungi kepentingan pelaku
usaha, termasuk untuk membebaskan terhadap tanggung jawab atau membatasi
tanggung jawab pihak pelaku usaha tersebut terhadap potensi kerugian maupun
kewajiban-kewajiban lain yang secara normal, sebenarnya masih merupakan suatu
konsekuensi yang harus ditanggungnya.
Bunyi dari setiap pasal-pasal yang ada pada Polis Asuransi Jiwa
terkadang sangatlah susah untuk dipahami oleh orang-orang awam, sehingga
mereka sulit untuk mengerti apa yang sebenarnya menjadi maksud dan tujuan dari
pasal-pasal yang tertuang dalam Polis Asuransi tersebut. Yang menjadi anggota
atau nasabah dari Asuransi Jiwa ini tidaklah semuanya yang memiliki pendidikan
tinggi tapi ada juga sebagian kecil dari kalangan awam. Dengan ketidak
mengertian mereka akan isi dari Polis Asuransi tersebut menyebabkan mereka
20
tidak paham akan apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka, kapan mereka
dapat atau tidak dapat lagi untuk mendapatkan haknya sebagai seorang nasabah.
Akibat dari ketidakpahaman akan isi di perjanjian tersebut terkadang menjadikan
mereka lalai akan kewajiban sehingga ketika terjadi sesuatu hal yang merugikan
dirinya (kecelakaan ataupun sakit) disaat mengajukan klaim Asuransi mereka
tidak bisa lagi mendapatkan dana santunan dengan alasan-alasan tertentu dari
kelalaian nasabah, misalnya saja nasabah mengajukan klaim dengan waktu yang
sudah kadaluarsa, nasabah tidak mempunyai bukti-bukti kwitansi pembayaran
pengobatan. Contoh lainnya, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa pada
Asuransi Jiwa bersama yang ada pada PT. Bumi Putera ini beraneka ragam. Ada
Asuransi Jiwa yang mendapatkan santunan karena kematian saja, ada Asuransi
Jiwa yang mendapatkan santuan karena kecelakaan saja, ada Asuransi Jiwa yang
mendapatkan dana santunan baik ketika sakit, kecelakaan maupun meninggal
dunia.Dalam hal keanekaragaman ini saja terkadang nasabah tidak memahami,
misalnya saja terkadang nasabah adalah sebagai anggota dari Asuransi Jiwa yang
akan diberikan santunan biaya pengobatan karena kecelakaan dan santunan karena
kematian tetapi akibat dari ketidakpahaman akan isi dari perjanjian ini, ketika
mengalami kecelakaan mereka tidak mengajukan klaim untuk menggantian biaya
pengobatan yang seharusnya menjadi hak mereka. Semua ini disebabkan oleh
kalimat-kalimat yang ada pada polis tidak mereka pahami. Hal ini seharusnya
menjadi perhatian bagi lembaga perlindungan konsumen yang mempunyai tugas
untuk melindungi para komsumen pemakai barang dan jasa. Lembaga
perlindungan konsumen atau pun pemerintah seharusnya memperhatikan setiap
21
kelimat-kalimat ataupun pasal-pasal yang tertuang didalam setiap polis asuransi
yang akan menjadi hak dan kewajiban nasabah dan perusahaan asuransi, apakah
kalimat-kalimat tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh para komsumen
(nasabah). Jika tak seharusnya kalimat tersebut harus disederhanakan sehingga
dapat dipahami oleh setiap kalangan. Terkadang pembuatan kalimat-kalimat yang
sulit untuk dipahami dalam pasal-pasal yang ada pada polis asuransi sangat
menguntungkan pelaku usaha (Perusahaan Asuransi). Dengan ketidakmengertian
nasabah akan haknya beban mereka menjadi berkurang karena apa yang
seharusnya mereka berikan kepada nasabah menjadi tidak jadi diberikan.
Berlatar belakang hal demikianlah penulis merasa ada keterkaitan hukum
untuk meneliti dan menulisnya dalam bentuk tesis berjudul “Perlindungan
Hukum Terhadap Peserta Asuransi Jiwa di PT. Bumi Putera Cabang
Pariaman”.
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di
atas, maka untuk lebih memfokuskan penulisan tesis ini, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembayaran asuransi jiwa pada PT. Bumi Putera
Cabang Pariaman?
2. Apakah perlindungan hukum bagi peserta asuransi jiwa yang diberikan oleh
PT. Bumi Putera Cabang Pariaman telah sesuai dengan aturan perundang-
undangan yang berlaku?
22
3. Apa saja kendala-kendala yang ditemukan di lapangan dalam memberikan
perlindungan hukum dan dalam pelaksanaan pembayaran asuransi jiwa pada
PT. Bumi Putera Cabang Pariaman dan bagaimana upaya untuk
mengatasinya?
C. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang pengetahuan peneliti,
maka penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Peserta Asuransi
Jiwa di PT. Bumi Putera Cabang Pariaman”, belum pernah ada yang melakukan
penelitian sebelumnya. Jadi sejauh ini dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah
penelitian yang asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Adapun yang menyerupai adalah :
1. “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Asuransi Syariah” (Studi di
PT. Asuransi Takaful Kantor Cabang Perwakilan Surakarta), oleh Sholehudin
pada Universitas Negeri Surakarta.
2. “Sistem Likuidasi Terhadap Perusahaan Asuransi Dalam Kaitannya Terhadap
Perlindungan Pemegang Polis”, oleh Chairuni Nasution pada Program Studi
Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Polis Asuransi Unit Link di PT.
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Jakarta”, oleh Manda Mutia Apsari jurusan
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
23
4. “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Bumi Putera Apabila
Perusahaan Tersebut Dinyatakan Pailit”, oleh Rena Mustika Sari, Fakultas
Hukum Universitas Andalas.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran asuransi jiwa pada PT. Bumi
Putera Cabang Pariaman.
2. Untuk mengetahui apakah perlindungan hukum yang diberikan oleh PT.
Bumi Putera Cabang Pariaman telah sesuai atau belum dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang ditemukan di lapangan
dalam memberikan perlindungan hukum dan dalam pelaksanaan pembayaran
asuransi jiwa pada PT. Bumi Putera Cabang Pariaman dan bagaimana upaya
untuk mengatasinya.
E. Manfaat Penelitian
Di dalam melakukan penelitian, penulis mengharapkan menfaat baik
secara tertulis maupun secara praktis. Adapun manfaat penulisan ini adalah :
1. Secara Teoritis
Diharapkan penulisan ini menjadi bahan acuan bagi mahasiswa lainnya yang
ingin melakukan penelitian terhadap ilmu hukum, sedangkan bagi penulis
24
sendiri, penulisan ini berguna dan bermanfaat untuk mengetahui
bagaimanakah bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Bumi
Putera kepada peserta asuransi jiwa.
2. Secara Praktis
Agar para nasabah/masyarakat dapat mengetahui bentuk perlindungan hukum
yang diberikan oleh PT. Bumi Putera kepada para nasabah, khususnya pada
asuransi jiwa.
F. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual
F.1 Kerangka Teoritis
Asas hukum umum ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum
yang beraku untuk semua bidang hukum itu. Asas-asas hukum di Indonesia terdiri
dari :
a. Lex Superiori Derogat Lege Pirori yaitu peraturan yang lebih tinggi
mengesampingkan peraturan yang lebih rendah.
b. Lex Pusteriori Derogat Lege Priori yaitu peraturan yang terbaru
mengesampingkan peraturan sebelumnya.
c. Lex Specialis Derogat Lege Generali yaitu peraturan yang lebih khusus
mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum.
d. Lex Judicata Pro Veritate Habeteui yaitu peraturan hukum dianggap benar
sampai ada putusan hukum yang lainnya.
e. Lex Dura Settemen Sripta yaitu undang-undang bersifat memaksa sehingga
tidak bisa diganggu gugat.
25
f. Lex Posteriari Derogat Lege Priori yaitu peraturan terbaru
mengesampingkan peraturan sebelumnya.7
Didalam penulisan tesis ini penulis lebih memfokuskan penelitian kepada
perlindungan hukum, maka dari itu akan diuraikan lebih jelas apa-apa saja yang
menjadi asas-asas perlindungan hukum tersebut, karena disisi yang penulis bahas
adalah mengenai perlindungan terhadap nasabah asuransi khususnya nasabah
asuransi jiwa maka penulis akan menguraikan mengenai asas-asas perlindungan
konsumen karena nasabah asuransi merupakan salah satu konsumen yang
dilindungi oleh UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dimana
asas-asas dari perlindungan konsumen itu adalah :
a) Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dan
menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
b) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
c) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil dan
spiritual.
d) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan
7www.asas-asas perlindungan hukum, diakses hari senin tanggal 19 November 2012, jam 08.00
26
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa yang dikonsumsi
atau digunakan.
e) Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan
perlindungan konsumen serta negara menjamin kepastian hukum tersebut.8
Agar tujuan dari asuransi dapat terwujud sebagaimana mestinya, maka
asuransi itu memiliki beberapa teori atau prinsip. Adapun prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut :
Adapun prinsip asuransi yang klasik, adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Insurable Interest
Prinsip ini adalah suatu hal yantg sangat penting dalam perjanjian asuransi,
artinya hak untuk mengasuransikan. Jadi secara yuridis diakui hubungannya
dengan benda yang dipertanggungkan. Bila ternyata yang mengasuransikan
tersebut bukan pemilik yang sah, meskipun sebagai tertanggung ia berhak
memperoleh ganti rugi dari penanggung.
b. Prinsip Ultmenst Good Faith
Pasal 133 ayat 3 kitab Undang-undang hukum perdata menetapkan bahwa
perjanijan harus dilaksanakan dengan itikat baik. Jadi kedua belah pihak tidak
dibenarkan menyembunyikan sesuatu yang dapat mendatangkan kerugian
pihak lain atau tegasnya tidak ada unsur penipuan. Prinsip ini terutama ada
tertanggungyang akan memberikan data-data yang benar dan akan bertindak
8Ibid, hml.25.
27
sebagai mana biasanya. Segala sesuatu yang adakan diasuransikan harus
sesuai dengan dokumen atau pesan yang akan disampaikan pada penangung
sebab bila tidak hak tertanggung untuk menerima ganti rugi menjadi berat,
karena tertanggung menanggung itikad baik. Pasal 251 KUHD menetapkan
bahwa pemberian keterangan yang bagaimanapun kalau itu keliru atau tidak
benar mengakibatkan batalnya pertanggungan.
c. Prinsip Indemnity
Seorang mempertanggungkan kekayaannya dengan maksud jika suatu saat
timbul musibah yang menimpa, maka barang yang rusak, musnah atau hilang
akan dapat penggantian kerugian dari penanggung seperti keadaan semua.
Pihak asuransi akan mengakan penggantian penggantian kerugian kepada
tertanggung hanya sebesar kerugian saja. Jadi dalam penggantian kerugian,
tidak dibenarkan memperoleh penggantian yang lebih besar dari pada yang
menjadi haknya. Pasal 253 KUHD menetapkan bahwa pertanggungan hanya
sah sampai jumlah nilai benda sesungguhnya.
d. Subrogasi
Menurut Pasal 264 KUHD seorang penanggung yang telah membayar ganti
rugi atas suatu benda yang telah dipertanggungkan mengganti tertanggung
dalam segala hak yang diperolehnya terhadap pihak ketiga yang telah
menimbulkan kerugian tersebut dan tertanggung itu bertanggung jawab atas
semua perbuatan yang dapat merugikan hak-hak penanggung terhadap pihak
ketiga itu. Subrogasi pada umumnya berarti pengganti pihak yang berhak
dalam suatu hubungan hukum mengenai hak-hak terhadap pihak yang
28
berwajib. Dalam hal asuransi terjamin merupakan pihak yang berhak dalam
suatu hubungan hukum dengan orang pihak ketiga. Berhubungan dengaa
kerugian yang dijamin oleh pihak asuransi. Jadi bagi si tertanggung ada dua
jalan untuk menerima ganti keraguannya yaitu :
a) Menuntut ganti kerugian dari penanggung
b) Menuntut ganti kerugian itu dair orang pihak ketiga yang mengakibaktan
kerugian
F.2 Kerangka Konseptual
Sebagaimana yang penulis uraikan di atas judul tesis ini adalah
“Perlindungan Hukum Terhadap Peserta Asuransi Jiwa Pada PT. Bumi Putera
Cabang Pariaman”. Dengan ini penulis akan mencoba memberikan defenisi apa
yang dimaksud dengan judul proposal ini, sebagai berikut :Perlindungan hukum
adalah suatu upaya untuk menciptakan rasa aman dan terlindungi bagi
masyarakat.Perlindungan konsumen adalah suatu upaya untuk memberikan rasa
aman dan rasa terlindungi bagi konsumen pemakai barang dan jasa. Dalam
penulisan ini sebagai pemakai jasa atau konsumennya adalah peserta asuransi.
Dimana pengertian dari peserta asuransi itu adalah setiap orang yang
menjadi nasabah asuransi atau tertanggung, yang mengikatkan dirinya ke dalam
suatu perjanjian asuransi dengan suatu perusahaan asuransi.Polis asuransi adalah
isi dari perjanjian asuransi yang menguraikan mengenai hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak, baik pihak asuransi maupun nasabah asuransi.Premi adalah
besarnya kewajiban yang harus dibayar oleh peserta asuransi sesuai dengan
29
perjanjian yang telah disepakati.Dana santunan adalah suatu santunan berupa uang
yang diberikan oleh Perusahaan Asuransi kepada nasabahnya apabila terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan sesuai dengan peraturan asuransi yang telah
disepakati bersama.Risiko adalah ketidak pastian akan terjadi suatu peristiwa yang
dapat menimbulkan kerugian ekonomis.Indemnity adalah suatu kompensasi
finansial yang pasti yang cukup menempatkan tertanggung dalam keuangan
tertanggung sesudah kerugian sebagaimana yang ia alami segera sebelum
peristiwa terjadi.
Asuransi Jiwa menurut Pasal 302 KUHD adalah :
“Jika seseorang dapat guna keperluan seseorang yang berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama hidup jiwa itu sendiri, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian”.
Asuransi Jiwa menurut Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika
“Asuransi jiwa dalam pengertian luas memuat semua perjanjian mengenai pembayaran sejumlah modal atau bunga yang didasarkan atas kemungkinan hidup atau mati dan dari pada itu pembayaran premi atau dua-duanya dengan cara digantungkan pada masa hidupnya atau meninggalnya seseorang atau lebih”.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang direncanakan atau yang akan dilaksanakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan adalah merupakan penelitian hukum yuridis
sosiologis, dimana peneliti berusaha untuk mengkaji peraturan perundang-
undangan yang terkait dan menghubungkannya dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan adalah dikategorikan
30
sebagai penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran terhadap
gejala-gejala yang ada di dalam masyarakat.
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari sudut sifatnya, penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu
suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan dan untuk
menentukan ada atau tidaknya hubungan antar suatu gejala dengan gejala lain
dalam masyarakat.
3. Jenis dan Sumber Data
a) Jenis Data :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.
2. Data Sekunder yaitu mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil
penelitian yang berwujud laporan.
Data Sekunder terdiri dari :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum seperti norma,
peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, hukum adat. Dalam
penelitian ini peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999, KUHD.
b. Bahan tidak sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
menganai bahan hukum primer seperti rancangan perundang-undangan,
hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.
31
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum, ensiklopiedia dan lain-lain.
b) Sumber Data :
1. Penelitian lapangan yaitu data yang didapatkan dari penelitian lapangan
seperti melalui wawancara, observasi dan kuisioner.
2. Studi kepustakaan yaitu data yang didapatkan atau diperoleh dari buku-
buku, peraturan perundang-undangan dan lain-lain.
4. Teknis Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah melalui :
a. Wawancara, wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur
yaitu dimana apa yang akan ditanyakan telah dipersiapkan terlebih dahulu,
dari pertanyaan yang ada muncul pertanyaan baru yang tidak direncanakan
sebelumnya.Dalam hal ini yang akan diwawancarai adalah Ibuk Tresa Aslia
dan Ibuk Rini Sartika sebagai petugas klaim asuransi jiwa Bumi Putera dan
Bapak Suko Untoro selaku Kepala Cabang PT. Bumi Putera Cabang
Pariaman, serta beberapa orang nasabah asuransi jiwa PT. Bumi Putera
Cabang Pariaman.
b. Studi dokumen (kepustakaan) yaitu data yang didapatkan dari penelitian
seperti jurnal, polis dan buku-buku hukum serta peraturan yang terkait
dengan masalah yang diteliti.
5. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
32
Semua data yang diperoleh di lapangan diolah secara editing dan coding.
Editing yaitu memeriksa dan mengedit data yang terkumpul dengan teknik
dokumentasi dan wawancara dengan mengoreksi satu persatu sehingga didapat
data yang akurat, jika ada yang salah akan diperbaiki.Coding yaitu kegiatan
mengumpulkan data berupa angka dan kalimat. Kemudian jawaban-jawaban
tersebut diberi kode, untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data.
b. Analisis Data
Data dianalisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh dianalisa
dengan menggunakan uraian-uraian kalimat dan dihubungkan dengan konsep-
konsep yang ada, kemudian dihubungkan dengan hasil yang dirumuskan. Dalam
menganalisa data tersebut penulis tetap mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan teori dan literatur bahan bacaan yang
berhubungan dengan penulisan ini, sehingga diperoleh hasil penelitian yang pada
akhirnya ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan ini terbagi dalam empat bab yang saling berkaitan antara satu
bab dengan bab lainnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
sehingga lebih mengarah dan sistematis. Adapun sistematikanya adalah sebagai
berikut :
33
Bab I Pendahuluan
Bab ini diawali dengan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Keaslian Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teoritis dan
Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Kepustakaan
Bab ini membahas mengenai hukum perjanjian asuransi perlindungan
hukum.
Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini dijelaskan dan dianalisa menganai hasil penelitian dan
pembahasan yang relevan dengan penelitian ini.
Bab IV Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini merupakan penutup yang menuat kesimpulan dari hasil
penelitian.
Kepustakaan