11002-11-776893209575
DESCRIPTION
asususunaTRANSCRIPT
Modul 11
KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA
A. Tujuan Instruksional
Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta kuliah STATIKA I
dapat :
1. Menghitung reaksi, gaya melintang, gaya normal, dan momen lentur pada beban
terpusat.
2. Menggambar bidang gaya melintang,bidang gaya normal,dan bidang momen
lentur pada beban terpusat.
3. Menghitung reaksi,gaya melintang,gaya normal,dan momen lentur pada
kombinasi beban terpusat dan terbagi merata.
4. Menggambar bidang gaya melintang,bidang gaya normal,dan bidang momen
lentur pada kombinasi beban terpusat dan merata.
B. Materi Belajar
Pengertian Istilah
1. Tumpuan
Tumpuan adalah tempat bersandarnya konstruksi dan tempat bekerjanya reaksi. Jenis
tumpuan berpengaruh terhadap jenis konstruksi, sebab setiap jenis tumpuan
mempunyai karakteristik sendiri. Jenis tumpuan tersebut adalah :
a. Tumpuan Sendi / Engsel
b. Tumpuan Rol
c. Tumpuan Jepit
d. Tumpuan Gesek
e. Tumpuan Bidang
f. DatarTumpuan Tali
g. Pendel
h. Tumpuan Titik
Dari jenis – jenis tumpuan tersebut yang banyak dijumpai dalam bangunan adalah
tumpuan Sendi, Rol, dan Jepit. Oleh karena itu yang akan diuraikan karakteristiknya
hanya tumpuan Sendi, Rol, Dan Jepit.
Tumpuan sendi dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak mampu menahan
momen. Dengan demikian tumpuan sendi mempunyai dua gaya reaksi.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Tumpuan Rol hanya dapat menerima gaya dalam arah tegak lurus Rol dan tidak mampu
menahan momen. Jadi tumpuan Rol hanya mempunyai satu gaya reaksi yang tegak
lurus dengan Rol.
Tumpuan Jepit dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat menahan momen.
Dengan demikian tumpuan jepit mempunyai tiga gaya reaksi.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
2. Jenis Konstruksi
Ada dua jenis konstruksi, yaitu konstruksi statis tertentu dan konstruksi statis tak tentu.
Pada konstruksi statis tak tentu, besarnya reaksi dan momen dapat ditentukan dengan
persamaan keseimbangan, sedang pada konstruksi statis tak tertentu tidak cukup
diselesaikan dengan syarat keseimbangan. Untuk memermudah dan mempercepat
dalam menentukan jenis konstruksi dapat digunakan persamaan R = B + 2, dimana R =
Jumlah reaksi yang akan ditentukan dan B = jumlah batang. Bila terdapat R > B + 2,
berarti konstruksi statis tak tertentu.
Contoh : Konstruksi Sendi dan Rol seperti gambar 4, diminta menentukan jenis
konstruksinya.
Pada konstruksi Sendi dan Rol terdapat tiga buah gaya yang harus ditentukan,
sedang jumlah batang = 1.
Menurut persamaan diatas,
R = B + 2 = 1 + 2 = 3
R = 3 cocok
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Jadi konstruksi sendi dan rol ststis tertentu.
3. Gaya Normal dan Bidang Gaya Normal ( Normal Diagram = ND ) Gaya normal
adalah gaya yang garis kerjanya berimpit atau sejajar dengan sumbu batang.
Bidang gaya normal adalah bidang yang menggambarkan besarnya gaya normal pada
setiap titik. ( lihat gambar 6 ).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Bidang gaya normal diberi tanda positif, bila gaya normal yang bekerja adalah ‘ tarik ‘
dan diarsir tegak lurus dengan batang yang mengalami gaya normal. Sebaliknya, bidang
gaya normal diberi tanda negatif, bila gaya normal yang bekerja ‘ tekan ‘ dan diarsir
sejajar dengan sumbu batang yang mengalami gaya normal.
4. Gaya Melintang dan Bidang Gaya Melintang ( Shear Force Diagram =SFD )
Gaya melintang adalah gaya yang bekerja tegak lurus dengan sumbu batang ( gambar 7
)
Bidang gaya melintang adalah bidang yang menggambarkan besarnya gaya melintang
pada setiap titik.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Bidang gaya melintang diberi tanda positif, bila perputaran gaya yang bekerja searah
dengan putaran jarum jam dan diarsir tegak lurus dengan sumbu batang yang menerima
gaya melintang.
Sebaliknya, bila perputaran gaya yang bekerja berlawanan arah dengan putaran jarum
jam diberi tanda negatif dan diarsir sejajar dengan sumbu batang.
5. Momen dan Bidang Momen ( Bending Moment Diagram = BMD ) Momen adalah
hasil kali antara gaya dengan jaraknya. Jarak disini adalah jarak yang tegak lurus
dengan garis kerja gayanya. Dalam gambar 10 dibawah ini berarti
MB = - P1 . a dan MC = DV . c
Bidang momen adalah bidang yang menggambarkan besarnya momen pada setiap titik.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Bidang momen diberi tanda positif bila bagian bawah atau bagian dalam yang
mengalami tarikan. Bidang momen positif diarsir tegak lurus sumbu batang yang
mengalami momen ( gambar 11 ).
Gambar 11
Sebaliknya , bila yang mengalami tarikan pada bagian atas atau luar bidang momen
diberi tanda negatif. Bidang momen negatif diarsir sejajar dengan sumbu batang
( gambar 10 ). Perlu diketahui bahwa momen yang berputar ke kanan belum tentu
positif dan momen yang berputar ke kiri belum tentu negatif.
Oleh karena itu perhatikan betul – betul perjanjian tanda di atas.
A. Konstruksi Balok Sederhana ( KBS )
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Yang dimaksud dengan konstruksi balok sederhana adalah konstruksi balok yang
ditumpu pada dua titik tumpu yang masing – masing berupa sendi dan rol. Jenis
konstruksi ini adalah statis tertentu yang dapat diselesaikan dengan persamaan
keseimbangan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Penggambaran Bidang D ( Gaya melintang )
Bidang D adalah bidang yang menggambarkan gaya melintang yang diterima konstruksi
balok sepanjang bentangnya pada beban tetap ( beban tak bergerak ). Sedang gaya
melintang adalah gaya yang bekerja tegak lurus sumbu batang.
Sebelum menggambar bidang D, terlebih dahulu buatlah garis referensi yaitu garis
mendatar sejajar sumbu balok. Pada titik A bekerja gaya melintang sebesar Av ke atas
maka lukislah garis sebesar Av ke atas dimulai dari garis referensi. Diantara titik A dan
C tidak ada gaya melintang ( tidak ada perubahan gaya melintang ), maka garis gaya
melintangnya sejajar dengan garis referensi (mendatar ). Pada titik C bekerja gaya
melintang sebesar Pv ke bawah, maka lukislah garis ke bawah sebesar Pv. Kemudian
antara titik C dan titik B tidak ada perubahan gaya melintang, maka garis gaya
melintangnya sejajar garis referensi yang berjarak ( Pv – Bv ) dibawah garis referensi.
Pada titik B bekerja gaya melintang sebesar Bv ke atas.
Bila konstruksi balok seimbang, maka lukisan garis sebesar Bv ini akan tepat pada garis
referensi.
Setelah selesai melukis garis gaya melintang, selanjutnya memberi tanda bidang yang
dilukis tersebut. Diberi tanda positif bila bidang D terletak diatas garis referensi dan
sebaliknya diberi tanda negatif bila berada dibawah garis referensi. Atau dapat dilihat
arah putaran kopelnya, bila putaran kopelnya ke kanan diberi tanda positif dan bila
putaran kopelnya ke kiri diberi tanda negatif
Dapat dibuktikan, bila konstruksi seimbang, bahwa luas bidang D positif sama dengan
luas bidang D negatif. Dalam persoalan diatas,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
luas bidang D positif = Av . a dan luas bidang D negatif = Bv . b
Jadi :
Av . a = Bv . b
4,07 . 2 = 2,03 . 4
8,14 = 8,12
Adanya sedikit perbadaan itu disebabkan oleh adanya pembulatan Av dan Bv. Bila tidak
ada pembulatan, maka harga luas D positif tepat sama dengan harga luas D negatif.
Penggambaran Bidang Momen ( M )
Bidang momen adalah suatu bidang yang menggambarkan besarnya momen yang
diterima konstruksi balok sepanjang bentangnya pada beban tetap ( beban tak
bergerak ).
Untuk mengetahui bentuk garis momennya, kita tinjau titik X sejauh x dari titik A, 0 = x =
a ( gambar 14 )
Ternyata persamaan momen dari titik A sampai titik C merupakan persamaan garis
lurus. Bila ditinjau titik X' sejauh x' dari titik B, maka akan diperoleh persamaan : MX' =
Bv . x', juga merupakan garis lurus (0 = x' = b ). Dari tinjauan ini dapat disimpulkan
bahwa pada konstruksi balok yang dibebani beban terpusat garis momennya
merupakan garis lurus.
Dalam persoalan diatas, besarnya MA = 0 ; MB = 0 ; dan MC = 8,14 tm, maka garis
momennya adalah hubungan titik – titik tersebut secara berurutan (menurut letaknya
bukan menurut nomernya ), lihat gambar 15.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Momen dibari tanda positif karena lenturan balok menyebabkan serat bagian bawah
tertarik
Penggambaran Bidang Gaya Normal ( Bidang N )
Untuk menggambar bidang N, perlu diperhatikan letak tumpuan sendi dan tumpuan
rolnya. Tumpuan rol tidak dapat menahan gaya sejajar dengan rolnya (dalam hal ini rol
tidak dapat menahan gaya horizontal). Jadi gaya normal hanya terjadi pada bagian
balok antara tumpuan sendi dan tempat gaya horizontal bekerja, bagian antara tumpuan
dan titik pegang gaya horizontal tidak mengalami gaya normal. Dalam persoalan diatas
gaya normal yang terjadi adalah sebesar Ah pada titik A dan sebesar Ph pada titik C,
sedang antara A dan C besarnya gaya normal sama di A atau di C. Gaya normal
tersebut adalah gaya tekan, karena arah gaya Ah menuju pada titik tumpu ( gambar 17).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
Gambar 17
2. KBS dengan Beban Merata
Untuk menghitung dan kemudian menggambar bidang M dan bidang D pada
pembebanan merata dapat dilakukan secara grafis dan analitis. Pada cara grafis, beban
merata di transfer menjadi beban terpusat.
Dengan adanya transfer pembebanan ini, gambar bidang M dan bidang N akan sedikit
berbeda apabila dihitung tanpa transfer beban.
Perbedaan ini tergantung pada transfernya, semakin kecil elemen beban yang di
transfer menjadi beban merata semakin teliti ( mendekati sebenarnya ) gambar bidang
M dan bidang D nya. Dengan kata lain cara grafis kurang teliti bila disbanding dengan
cara analitis.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini tidak dijelaskan cara menghitung dan
menggambar secara grafis.
Cara analitis,
Mencari Reaksi,
∑MB = 0
Av . L – ( q . L ) . 0,5L = 0
Av = 0,5 . q . L
Av = 0,5 . 2 . 8 = 8 ton ( ke atas )
Karena simetri dan beban merata maka Bv = Av = 8
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
a. Mencari persamaan garis gaya melintang
Tinjauan pada titik X dengan jarak x m dari A
Dx = Av – q . x merupakan garis lurus dengan kemiringan tg a = - q
Untuk x = 0 Dv = DA = Av – 0 = 8 kN
Untuk x = 4 Dv = DC = Av – q . 4 = 8 - 2 . 4 = 0
Untuk x = 8 Dv = DC = Av – q . 8 = 8 - 2 . 8 = -8 kN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1
b. Mencari persamaan garis momen
Mx = Av . x – q . x . ½x
Mx = ½ . q . L . x - ½ . q . x2 merupakan peramaan garis parabola.
Untuk x = 0 Mx = MA = 0
Untuk x = 4 Mx = MC = ½.2.8.4 - ½.2.42 = 32 – 16 = 16 kNm
Untuk x = 8 Mx = MB = ½.2.8.8 - ½.2.82 = 0
c. Hubungan antara momen dan gaya melintang
Dari persamaan : Mx = Av . x - ½ . q . x2
Dideferensialkan :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MTSTATIKA 1