110331745 paper epidemiologi tb
TRANSCRIPT
-
i
MAKALAH
EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSIS DI INDONESIA
Disusun oleh:
Vitri Alya 070100143
Supervisor:
dr. Putri Chairani Eyanoer, MS. Epi, Ph.D
DEPARTEMEN IKM/IKP/IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan tulisan berupa makalah yang
berjudul Epidemiologi Tuberkulosis di Indonesia dapat tersusun dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih diucapkan kepada dr. Putri Chairani Eyanoer, MS. Epi, Ph.D
selaku supervisor yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyelesaian paper ini.
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui insidensi,
prevalensi, dan angka kematian TB di Indonesia selama beberapa tahun terakhir.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang telah disusun ini
masih terdapat banyak kekurangan, baik di dalam penyusunan kalimat maupun di
dalam teorinya, mengingat keterbatasan dari sumber referensi yang penulis
dapatkan serta keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang selalu ada
kekhilafan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan mendukung.
Medan, 20 September 2012
Penulis
-
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................................ 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 2
2.1.Mycobacterium Tuberculosis ..................................................................................... 2
2.1.1. Definisi .............................................................................................................. 2
2.1.2. Epidemiologi ..................................................................................................... 2
2.1.2.1. Angka prevalensi, insidensi, dan kematian ............................................... 2
2.1.2.2. Penemuan kasus ......................................................................................... 2
2.1.2.2.1. Angka penjaringan Suspek ............................................................... 3
2.1.2.2.2. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek TB ............... 5
2.1.2.2.3. Angka notifikasi kasus ..................................................................... 7
2.1.2.2.4. Angka penemuan pasien baru TB paru BTA positif ........................ 9
BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada
tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar
kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat
dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih
besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk (PDPI, 2006).
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun.
Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di
Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.
Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV yang
cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul (PDPI, 2006).
Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai
penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru
sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar
dalam kelompok penyakit infeksi (DEPKES RI, 2007).
-
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mycobacterium Tuberculosis
2.1.1. Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis
complex (PDPI,2006)
2.1.2. Epidemiologi
2.1.2.1. Angka Prevalensi, Insidensi, dan kematian
Berdasarkan Global Tuberculosis Control Tahun 2009 (data tahun 2007) angka prevalensi semua
tipe kasus TB, insidensi semua tipe kasus TB dan Kasus baru TB Paru BTA Positif dan kematian
kasus TB dapat dilihat di table 1. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun
2007 prevalensi semua tipe TB sebesar 244 per 100.000 penduduk atau sekitar 565.614 kasus
semua tipe TB, insidensi semua tipe TB sebesar 228 per 100.000 penduduk atau sekitar 528.063
kasus semua tipe TB, Insidensi kasus baru TB BTA Positif sebesar 102 per 100.000 penduduk
atau sekitar 236.029 kasus baru TB Paru BTA Positif sedangkan kematian TB 39 per 100.000
penduduk atau 250 orang per hari.
Tabel 1.
Angka Prevalensi, Insidensi dan Kematian TB di Indonesia Tahun 1990 dan 2009
Kasus TB
1990 2009
Per tahun
Per
100.000
penduduk
Per hari Per tahun
Per
100.000
penduduk
Per hari
Insidensi
semua tipe
TB
626.867 343 1717 528.063 228 1447
Prevalensi
semua
tipeTB
809592 443 2218 565.614 244 1550
Insidensi
Kasus Baru
TB paru
BTA +
282.090 154 773 236.029 102 647
Kematian 168.956 92 463 91.369 39 250
Sumber : Global Report TB, WHO, 2009 (data tahun 2007)
-
3
2.1.2.2. Penemuan Kasus
2.1.2.2.1. Angka Penjaringan Suspek
Angka penjaringan suspek adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di antara
100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam satu tahun. Angka penjaringan suspek ini
digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan
memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan).
Grafik 1.
Angka penjaringan suspek TB I Indonesia tahun 2000-2010 (TW-1)
Berdasarkan grafik angka penjaringan suspek tersebut di atas secara umum menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun, khususnya mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 terjadi
peningkatan secara signifikan, meskipun pada tahun 2007 dan 2009 terjadi penurunan. Pada
tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 82 per 100.000 penduduk dibandingkan dari tahun 2006
dan tahun 2009 terjadi penurunan sebesar sebesar 7 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun
2008. Untuk tahun 2010 triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 terjadi
penurunan sebesar 7 per 100.000 penduduk. Hasil angka penjaringan suspek per provinsi pada
tahun 2008 sd 2010 (triwulan 1) dapat dilihat pada tabel 2 :
-
4
Berdasarkan tabel angka penjaringan suspek per provinsi tahun 2008-2010 (triwulan 1) tersebut
menggambarkan bahwa terdapat 14 provinsi yang mengalami peningkatan angka penjaringan
suspek, yaitu Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Bangka Belitung,
Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawresi Utara, Gorontalo, Sulawesi
-
5
Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. Peningkatan angka
penjaringan suspek mempunyai range 8-123 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan
peningkatan angka penjaringan suspek terendah adalah Provinsi Maluku (123 per 100.000
penduduk) dan tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara (8 per 100.000 penduduk),
2.1.2.2.2. Proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara suspek TB.
Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa adalah persentase
pasien BTA positif yang ditemukan di antara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini
menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan
menetapkan kriteria suspek. Angka proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara suspek yang
diperiksa ini sekitar 5-15%. Hasil proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara suspek yang
diperiksa pada tahun 2000-2010 triwulan 1 dapat dilihat pada grafik 2.
Berdasarkan grafik 2 menunjukkanbahwa proporsi pasien TB Paru BTA positif di antara suspek
yang diperiksa dahaknya pada tahun 2000 sd 2010 triwulan 1 yang terendah pada tahun 2000 dan
-
6
2001 yaitu 8% dan yang tertinggi pada tahun 2005 yaitu 13%. Sedangkan pada tahun 2010
triwulan 1 proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya sebesar
11%. Proporsi pasien TB Paru BTA positif di antara suspek pada tahun 2009 ini masih dalam
range target yang diharapkan (target 5-15%). Bila angka ini terlalu kecil (< 5%) kemungkinan
disebabkan antara lain; penjaringan suspek terlalu longgar, banyak orang yang tidak memenuhi
kriteria suspek, atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negative palsu). Sedangkan
bila angka ini terlalu besar (> 15%) kemungkinan disebabkan antara lain ; penjaringan terlalu
ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Hasil proporsi pasien TB
Paru BTA Positif di antara suspek yang diperiksa dahaknya per provinsi pada tahun 2010
triwulan 1 dapat dilihat pada grafik 3 :
-
7
Berdasarkan grafik proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa per
provinsi menunjukkan terdapat 29 provinsi dengan angka sebesar 5-15%,(terendah Provinsi
Bengkulu sebesar 7,8% dan tertinggi Provinsi Papua sebesar 14,6%), sedangkan provinsi dengan
angka > 15% sebanyak 3 provinsi yaitu Maluku Utara, Kepulauan Riau dan DKI Jakarta.
Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat data suspek tidak terlaporkan.
2.1.2.2.3. Angka Notifikasi Kasus
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun
di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat
atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
Grafik 4.
Angka Notifikasi Kasus (CNR) BTA Positif & Semua Kasus Indonesia 2000-2010 (Tw-1)
Berdasarkan grafik angka notifikasikasus baru TB Paru BTA Positif secara umum dari tahun
2000 s/d 2006 menunjukkan peningkatan secara bermakna, tetapi terdapat penurunan pada tahun
2007 dan meningkat kembali pada tahun 2008 sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan
-
8
kembali. Pada tahun 2010 triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 terjadi
penurunan sebesar 3 per 100.000 penduduk. Untuk angka notiifikasi semua kasus TB grafiknya
menunjukkan trend yang sama dengan angka notifikasi kasus baru TB Paru BTA Positif. Pada
tahun 2010 triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 mempunyai nilai yang sama
sebesar 18 per 100.000 penduduk. Untuk angka notikasi kasus baru TB Paru BTA Positif per
Provinsi tahun 2008 s/d 2010 triwulan 1 dapat dilihat pada tabel 3.
-
9
Berdasarkan tabel 3 untuk angka notifikasi kasus BTA positif, provinsi yang mengalami
peningkatan pada tahun 2010 triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 sebanyak
15 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Provinsi dengan peningkatan angka
notifikasi kasus baru TB Paru BTA Positif yang terkecil adalah Sumatera Selatan, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara sebesar 1 per 100.000 penduduk dan yang tertinggi
adalah Provinsi Lampung sebesar 9 per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk angka notifikasi
semua kasus TB proviinsi yang mempunyai peningkatan pada tahun 2010 triwulan 1
dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 sebanyak 21 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riua, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara
Timur, dan Papua. Provinsi dengan peningkatan angka notifikasi semua kasus TB yang terkecil
adalah Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur sebesar
1 per 100.000 penduduk dan yang tertinggi adalah Provinsi Lampung dan Sulawesi Utara sebesar
13 per 100.000 penduduk.
2.1.2.2.4. Angka penemuan pasien baru TB Paru BTA Positif (CDR=Case Detection Rate)
Case Detection Rate adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan
dan diobati disbanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada
wilayah tersebut. Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan
perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif dikali dengan jumlah penduduk. Target
Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal 70%. Untuk hasil
angka penemuan kasus baru TB Paru BTA Positif dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
-
10
Grafik 5. Case Detection Rate, Indonesia, 2000-2010 (Tw-1)
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2000-2010 triwulan 1 secara
umum menunjukkan peningkatan. Peningkatan CDR yang tajam terjadi sejak tahun 2001 ke
2006 sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan dari 2006 sebesar 5,9%. Pada tahun 2008
terjadi peningkatan kembali sebesar 3% dan pada tahun 2010 triwulan 1 terjadi penurunan
sebesar 0,5% dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 sedangkan bila dibandingkan dengan
target triwulan 1 (17,5%) telah mencapai target. Untuk hasil angka penemuan kasus baru TB
Paru BTA Positif per provinsi dapat dilihat pada grafik 10.
-
11
Grafik 6. Case Detection Rate, Per Provinsi 2010 (Tw-1).
Berdasarkan grafik angka penemuan kasus baru TB Paru BTA Positif menunjukkan
bahwa pada tahun 2010 triwulan 1 terdapat 7 provinsi yang mencapai target CDR 17,5% (target
triwulan 1) yaitu Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, DKI Jakarta, Banten, Maluku, dan Jawa
Barat Sedangkan Provinsi dengan CDR terendah adalah Provinsi Lampung sebesar 3,2% dan
yang tertinggi Provinsi Sulawesi Utara sebesar 20,7%.
-
12
Kasus TB Paru di kota Medan Tahun 2009 secara klinis terjadi peningkatan dari Tahun
2008. TB Paru klinis pada Tahun 2009 yaitu sebesar 11.487 penderita sedangkan Tahun 2008
sebesar 10.508 penderita. Selain itu, dari 39 puskesmas yang ada di kota Medan terdapat 1.516
penderita TB Paru BTA positif. Dari 1.516 penderita TB Paru BTA positif sebanyak 790
penderita (52,11%) telah dinyatakan sembuh yang dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Jumlah Penderita TB Paru per Wilayah Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) di Kota Medan
Tahun 2009.
NO Nama UPK TB Paru
Klinis Positif Sembuh % B.Sembuh %
1. Pusk. Sukaramai 140 22 14 63,64 8 36,36
2. Pusk. Kota Matsum 128 29 19 65,52 10 34,48
3. Pusk. M. Area S 88 26 14 53,85 12 46,15
4. Pusk. Pasar merah 517 63 29 46,03 34 53,97
5. Pusk. Teladan 919 114 74 53,23 40 47,77
6. Pusk. S. Limun 265 40 20 50 20 50
7. Pusk. Amplas 532 92 44 47,83 48 52,17
8. Pusk. Denai 225 28 14 50 14 50
9. Pusk. Tegal Sari 68 17 3 17,65 14 82,35
10. Pusk. Desa Binjai 230 32 20 62,5 12 37,5
11. Pusk. Bromo 133 25 12 48 13 52
12. Pusk. Sentosa Baru 503 63 28 44,44 35 55,56
13. Pusk. Sering 189 27 14 51,85 13 48,15
14. Pusk. Mandala 541 69 35 50,72 34 49,28
15. Pusk. Kp. Baru 367 41 19 46,34 22 53,66
16. Pusk. Darussalam 169 22 11 50 11 50
17. Pusk. Petisah 138 22 13 59,09 9 40,91
18. Pusk. Rantang 172 27 15 55,56 12 44,44
19. Pusk. P. Bulan 292 50 20 40 30 60
20. Pusk. Pb. Selayang 179 47 20 42,55 27 57,45
21. Pusk. Simalingkar 105 25 16 64 9 36
22. Pusk. Tuntungan 96 15 9 60 6 40
23. Pusk. Polonia 98 15 9 60 6 40
24. Pusk. Medan Johor 429 50 24 48 26 32
25. Pusk. Kedai Durian 291 30 18 60 12 40
26. Pusk. Pkn Labuhan 189 25 12 48 13 52
27. Pusk. Martubung 410 44 22 50 22 50
-
13
28. Pusk. M Labuhan 40 8 4 50 4 50
29. Pusk. Terjun 147 44 29 65,91 15 34,09
30. Pusk. Medan deli 472 61 28 54,9 33 45,1
31. Pusk. Titi Papan 139 16 10 62,5 6 37,5
32. Pusk. Sunggal 276 29 17 58,62 12 41,38
33. Pusk. Desa Lalang 77 19 6 31,58 13 68,42
34. Pusk. Helvetia 624 78 43 55,13 35 44,87
35. Pusk. Glugur darat 468 63 29 46,03 34 53,97
36. Pusk. Pulo Brayan 96 9 6 66,67 3 33,33
37. Pusk. Sei agul 247 52 22 42,31 30 57,69
38. Pusk. Glugur Kota 42 4 1 25 3 75
39. Pusk. Belawan 612 73 47 64,38 26 35,62
Jumlah 10.653 1.516 790 52,11 726 47,89
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2010
-
14
BAB 3
KESIMPULAN
Pada penemuan kasus TB di Indonesia, untuk Angka penjaringan Suspek didapati
peningkatan dari tahun ke tahun, khususnya mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 terjadi
peningkatan secara signifikan, meskipun pada tahun 2007 dan 2009 terjadi penurunan. Untuk
tahun 2010 triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 terjadi penurunan sebesar 7
per 100.000 penduduk. Provinsi dengan peningkatan angka penjaringan suspek terendah adalah
Provinsi Maluku (123 per 100.000 penduduk) dan tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara (8
per 100.000 penduduk).
Untuk proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa didapati pada
tahun 2000 sd 2010 triwulan 1 yang terendah pada tahun 2000 dan 2001 yaitu 8% dan yang
tertinggi pada tahun 2005 yaitu 13%. Sedangkan pada tahun 2010 triwulan 1 proporsi pasien TB
Paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya sebesar 11%. Proporsi pasien TB
Paru BTA positif di antara suspek pada tahun 2009 ini masih dalam range target yang diharapkan
(target 5-15%).
Untuk angka notifikasi kasus baru TB Paru BTA positif dari tahun 2000 s/d 2006
menunjukkan peningkatan secara bermakna, tetapi terdapat penurunan pada tahun 2007 dan
meningkat kembali pada tahun 2008 sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali.
Pada tahun 2010 triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 terjadi penurunan
sebesar 3 per 100.000 penduduk. Untuk angka notiifikasi semua kasus TB grafiknya
menunjukkan trend yang sama dengan angka notifikasi kasus baru TB Paru BTA Positif. Pada
tahun 2010 triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 mempunyai nilai yang sama
sebesar 18 per 100.000 penduduk.
Untuk Case Detection Rate didapati Peningkatan CDR yang tajam terjadi sejak tahun
2001 ke 2006 sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan dari 2006 sebesar 5,9%. Pada tahun
2008 terjadi peningkatan kembali sebesar 3% dan pada tahun 2010 triwulan 1 terjadi penurunan
sebesar 0,5% dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 sedangkan bila dibandingkan dengan
target triwulan 1 (17,5%) telah mencapai target.
-
15
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI), 2007. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI). Laporan Subdirektorat Tuberkulosis
2000-2010 (Tw-1).
Dinas Kesehatan Kota Medan. 2010. Jumlah Penderita TB Paru per Wilayah Unit
PelayananKesehatan (UPK) di Kota Medan Tahun 2009.
World Health Organization (WHO). 2009. Global Report of Tuberculosis 2007