111

27
1. Kegiatan Penambangan 1.1 Pembuatan Jalan Rintasan Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat-alat berat ke lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan diguna-kan dengan memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pengupasan lapisan penutup. 1.2 Pembersihan Lahan (Land Clearing) Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu : 1. Pepohonan yang tumbuh 2. Kondisi dan daya dukung tanah 3. Topografi Hujan dan perubahan cuaca 4. Spesifikasi pekerjaan Proses pengerjaan land clearing yang umum dilakukan adalah meliputi pekerjaan: 1.2.1 Underbrushing 1

Upload: hendro-adi-yogisworo

Post on 25-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

TAHAPAN PENAMBANGAN

TRANSCRIPT

1. Kegiatan Penambangan

1.1 Pembuatan Jalan Rintasan

Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat-alat berat ke lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan diguna-kan dengan memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pengupasan lapisan penutup.

1.2 Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar.

Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu :

1. Pepohonan yang tumbuh

2. Kondisi dan daya dukung tanah

3. Topografi Hujan dan perubahan cuaca

4. Spesifikasi pekerjaan

Proses pengerjaan land clearing yang umum dilakukan adalah meliputi pekerjaan:

1.2.1 Underbrushing

Underbrushing adalah sebuah kegiatan yang lebih menjurus kepada pembabatan pepobonan yang berdiameter maksimum 30 cm dengan tujuan untuk mempermudah peIaksanaan penumbangan pepohonan yang beih besar.

1.2.2 Felling Cutting

Adalah kegiatan penumbangan pepohonan yang berdiameter lebih dari 30 cm. Dalam speifikasi pekerjaan yang tersedia, biasanya disebutkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti msalnya pohon harus ditumbangkan berikut tunggul (bonggolnya) dengan mengupayakan kerusakan top soil sekecil mungkin.

1.2.3 Piling

Kegiatan pengumpulan kayu yang kemudian dikumpulkan menjadi tumpukan-tumpukan kayu pada jarak tertentu. Perlu diperhatikan adanya jalur tumpukan yang sesuai dengan arah angin.

1.2.4 Burning

Adalah pembakaran kayu-kayu yang telah ditumbangkan dan cukup kering, dengan tidak melalaikan kayu-kayu yang dapat dimanfaatkan. Dalam spesfikasi pekerjaan uniumnya diharuskan untuk sisa pembakaran disebar dengan merata untuk menambah kesuburan tanah.

1.2.5 Metode Kerja Land Clearing

Metode kerja atau cara pengerjaan yang cepat dan benar akan sangat berpengaruh terhadap produkiivitas alat. Untuk menentukan metode mana yang paling tepat tergantung banyak faktor seperti volume / spesifikasi proyek, waktu yang tersedia, dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman. untuk proyek dengan volume besar sedangkan waktu yang tersedia relatif singkat. Maka bulldozer merupakan alat yang efisien. Sehingga dengan demikian pembahasan mengenai cara pengerjaan (metode kerja) selanjutnya lebih dititik beratkan pada penggunaan bulldozer.

1.2.6 Metode Pencabutan dan Penumbangan

Pekerjaan penebasan dan penumbangan dikerjakan secara bersamaan. Untuk kegiatan ini dikenal beberapa metode, seperti metode perimeter, metode out crop, metode kontur, dan metode zig-zag. Dari keempat metode tersebut di atas, metode mana yang paling tepat untuk digunakan sangat tergantung pada kondisi medannya.

1.2.7 Metode Perimeter

Meode ini cocok diterapkan pada areal yang rata. Setelah plot areal yang akan dibuka telah ditentukan, maka bulldozer mulai menebas atau menumbangkan pohon, dari luar menuju ke dalam. mengelilingi plot areal dengan arah gerak bulldozer berlawanan dengan arah jarurn jam. Penumbangan dilakukan sedemikian rupa, sehingga arah tumbangnya pohon tidak mengganggu pohon-pohon yang belum tumbang, melainkan jauh di areal yang telah dikerjakan.

Gambar 1. Metode Perimeter

1.2.8 Metode Out Crop

Sama seperti metode perimeter, metode out crop cocok diterapkan untuk areal yang rata. Perbedaannya terletak pada arah gerak bulldozer. Pada metode ini penebasan/penumbangan dimulai dari tengah-tengah plot areal menuju keluar dengan gerak bulldozer searah jarum jam.

Gambar 2. Metode Out Crop

1.2.9 Metode kontur

Metode ini umumnya diterapkan pada areal yang berbukit. Bulldozer, menebas / menumbangkan dan atas bukit ke bawah pada daerah dengan ketinggian yang sama (kontur yang sama).

Gambar 3. Metode Kontur

1.2.10 Metode Zig-Zag

Sama seperti merode perimeter dan out crop. metode zig-zag dapat diterapkan pada areal yang rata.

Metode 4. Metode Zig-Zag

1.2.11 Metode Penumpukan (Piling)

Umumnya hasil tebangan seperti pohon. ranting daun dan sebagainya ditumpuk memanjang searah dengan arah angin dan mengikuti garis kontur. Jarak gusur bulldozer sekitar 15 - 25 m, sehingga nantinya jarak tumpukan satu sama Iainnya menjadi sekitar 30 - 50 m. Metode penumpukan (piling) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Metode Piling

Pada tahapan ini lokasi yang akan direncanakan di tambang dibersihkan dari pepohonan dan semak belukar atau membongkar dan menyingkirkan batuan-batuan yang dapat menghalangi kegiatan penambangan selanjutnya. Tahap ini dilakukan guna mendapatkan lokasi kerja yang baik, alat yang digunakan pada tahap ini adalah Excavator BackHoe dan Bulldozer.

Gambar 6. Pembersihan lahan oleh Bulldozer

Backhoe digunakan untuk menumbangkan pohon sehingga ada ruang bebas agar bulldozer dapat bergerak dengan leluasa diruang yang sudah dibuka oleh excavator tersebut.

Bulldozer merupakan alat mekanis yang memiliki kemampuan mendorong atau menggusur tanah, semak, pohon, dsb. Bulldozer dilengkapi dengan blade yang di gunakan untuk menggusur. Pada lokasi pengamatan, bulldozer digunakan sebagai alat perintisan lahan (pionering), sebagai alat stripping yaitu pengupasan top soil.

1.3 Pengupasan Tanah Pucuk (Striping Top Soil)

Setelah dilakukan pembersihan lahan maka pekerjaan selanjutnya adalah pengupasan tanah pucuk (top soil). Kegiatan ini dimaksudkan agar tanah pucuk yang kaya akan unsur hara dapat terjaga untuk digunakan pada saat proses reklamasi terhadap lahan bekas tambang.

Alat yang digunakan adalah Bulldozer Komatsu D85E Super Skider yang bekerja untuk mengupas lapisan tanah pucuk (Top Soil) sampai kedalaman 50-100 cm. Top soil hanya didorong ke area atau tempat yang tidak mengandung ore, yang nantinya akan dipakai untuk reklamasi, karena tanah pucuk masih banyak mengandung unsur hara yang masih bisa digunakan untuk penanaman pohon.

1.4 Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Striping Of Overburden)

Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik. Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup.

Gambar 7. Pengupasan overburden

Untuk membongkar dan memuat lapisan tanah penutup digunakan excavator backhoe Volvo EC460 dan Komatsu PC400 dibantu dengan Komatsu PC200. Sedangkan untuk mengangkut Overburden menggunakan Articulated Dump Truck (ADT) Volvo A40E. Overburden diangkut ketempat yang sudah disiapkan sebelumnya (disposal) letak jaraknya maksimal 500 m dari front penambangan yang nantinya dipakai untuk proses reklamasi. Tumpukan tanah penutup diarea disposal diratakan dengan menggunakan bulldozer, jarak dorong ideal buldozzer dari 15 m sampai dengan 50 m. Selain meratakan tumpukan tanah penutup buldozzer juga berguna untuk perawatan jalan tambang pasca hujan yang menyebabkan jalan berlumpur dan licin sehingga susah untuk dilalui alat angkut

1.4.1 Pemboran Peledakan

Material yang keras terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan melakukan peledakan. Sebelum melakukan kegiatan peledakan, terlebih dahulu diakukan kegiatan pemboran peledakan. Urutan pekerjan peledakan adalah pemboran, pemuatan bahan peledak, penyambungan rangkaian peledakan dan penembakan. Prinsip pemboran adalah mendapatkan kualitas lubang ledak yang tinggi dengan pemboran yang cepat dan dalam posisi yang tepat. Guna mendapatkan hasil peledakan yang baik, yaitu volume bongkaran lapisan batuan yang besar dengan fragmentasi yang sesuai untuk dimanfaatkan serta biaya yang seminimal mungkin.

Pada peledakan jenjang posisi dari suatu lubang ledak dapat memberikan keuntungan maupun kerugian dalam memperoleh hasil peledakan yang baik. Dalam upaya menghasilkan fragmentasi batuan yang diinginkan serta mengurangi terjadinya bahaya flyrock yang merupakan akibat sampingan dari proses peledakan, maka terlebih dahulu perlu ditinjau pemakaian arah lubang ledak. Pada perinsipnya terdapat dua cara untuk membuat lubang ledak, yaitu membor dengan lubang miring dan membor dengan lubang tegak.

1.4.2. Peledakan

Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melepas batuan dari batuan induknya dengan harapan menghasilkan bongkaran batuan yang berukuran lebih kecil sesuai dengan yang diharapkan sehingga memudahkan dalam proses pendorongan, pemuatan, pengangkutan, dan konsumsi material.

1.5.2 Penggalian dan Pemuatan

Semua satuan operasi yang terlihat dalam penggalian atau pemindah tanah/batuan selama penambangan disebut penangan material (material handling). Pada siklus operasi, dua operasi utama pemuatan dan transportasi dengan kerekan sebagai operasi optimal ketiga, jika transportasi vertikal diperlukan. Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan.

Penggalian merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh alat gali untuk mengambil ore yang ada didalam tanah kemudian material tersebut dimuat ke dalam Dump Truck. Bijih nikel yang akan ditambang ditetapkan berdasarkan Cut Off Grade 1,6 %. Proses penggalian dilakukan oleh Backhoe Komatsu PC300 yang dibantu oleh Komatsu PC200. Kegunaan PC200 dalam penggalian dan pemuatan sebagai alat untuk clean up, selektif ore kemudian mengumpulkan dan mengumpan ore ke PC300. Kapasitas dari bucket Komatsu PC300 adalah 1,74 bcm. Sesudah proses penggalian, diambil sample ore untuk dibawa ke laboratorium agar dapat diketahui kadar dari ore tersebut. Jika kadar dari ore tersebut memenuhi cut off grade yang ditetapkan maka penggalian dapat dilanjutkan kembali hingga proses pemuatan.

Kegiatan pemuatan merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan untuk memindahkan material yang telah dibongkar atau digali ke alat angkut dengan menggunakan alat muat (back hoe). Selain sebagai alat gali, fungsi back hoe juga sebagai alat muat yaitu dimana setelah proses penggalian yang dilakukan oleh back hoe, material langsung dimuat ke alat angkut. Dalam proses pemuatan terdapat beberapa type pemuatan diantaranya top level, double bench, top loading dan bottom loading.

Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya. Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi dump truck terhadap back hoe. Proses pemuatan pada operasi penambangan dapat dibagi tiga macam yaitu frontal cut, parallel cut with drive-by, dan parallel cut with turn and back.

1) Frontal cut

Back hoe berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada pola ini back hoe memuat pertama pada dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.

2) Paralel cut with Drive-by

Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar daripada sudut frontal cut, tetapi waktu tunggu bagi back hoe dan dump truck lebih kecil daripada parallel cut with turn and back.

3) Parallel cut with turn and back

Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode berdasarkan cara pemuatannya, yaitu:

1. Single stopping, dump truck kedua menunggu selagi back hoe memuat ke dump truck pertama. Setelah dump truck pertama berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur. Saat dump truck kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk bermanuver dan seterusnya.

2. Double stopping, dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi back hoe selagi back hoe memuati dump truck pertama. Begitu dump truck pertama berangkat, back hoe mengisi dump truck kedua. Ketika dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang dan seterusnya.

Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu :

1. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali muat:

a) Single back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.

b) Double back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya.

2. Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang berada di atas atau di bawah jenjang:

a) Top Loading

Merupakan pemuatan material dimana letak alat gali muat berada di tempat yang letaknya relative lebih tinggi dari kedudukan alat angkut. Cara ini hanya dipakai pada alat muat Back Hoe. Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan menumpahkan material.

Gambar 8. Pemuatan dengan cara top loading

b) Bottom Loading

Merupakan tipe pemuatan dimana ketinggian atau kedudukan alat gali muat dan truk jungkit sejajar.

Gambar 9. Pemuatan bottom loading

1.5.3 Pengangkutan (Hauling)

Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan.

Pengangkutan ore dilakukan oleh Dump Truck Hino FM260 yang mengangkut dari front penambangan ke stock pile yang jaraknya 27 km. Pada proses pengangkutan hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi jalan angkut.

Gambar 10. Pengangkutan ore ke stock pile

Untuk memperlancar kegiatan dan mencapai target produksi yang direncanakan, salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat jalan tambang sebagai sarana transportasi untuk menunjang kegiatan pengangkutan. Pada tahap pembuatan jalan tambang, disesuaikan dengan kedaan topografi daerah penambangan. Alat mekanis yang digunakan untuk pembuatan jalan tambang adalah Bulldozer D85E-Super Skider.

Gambar 11. Pembuatan jalan untuk hauling overburden

Selain digunakan untuk perintisan jalan tambang alat ini juga untuk perawatan jalan angkut. Seperti pada saat hujan, jalan akan berlumpur sehingga jika dilalui dump truck akan menyebabkan ban truk slip dan lama-kelamaan kondisi jalan akan semakin buruk karena tidak rata dan licin, maka perlu dilakukan perawatan dan perataan jalan.

Selain itu, ada juga alat mekanis lain yang digunakan sebagai alat perawatan jalan untuk jalan hauling ore yaitu Motor Grader Komatsu GD 511A untuk meratakan jalan, Compactor Komatsu BW 211-40 untuk penghalusan dan pemadatan jalan dan Wheel Loader Komatsu A380 yang berfungsi untuk mengangkut batuan-batuan kecil yang menghalangi jalan.

Gambar 12. Pembuatan jalan untuk hauling ore

Gambar 13. Wheel Loader

Adapun metode tambang terbuka yang digunakan pada PT. Bintangdelapan Mineral adalah,

1) Metode open pit

Suatu metoda penambangan untuk endapan bahan galian dengan cara memindahkan tanah penutupnya dan menggali bahan galian tersebut sehingga menimbulkan pit atau sumur terbuka atau dalam arti lain tanah penutup dikupas dan dipindahkan ke suatu daerah pembuangan yang tidak ada endapan dibawahnya yang nantinya akan dipakai untuk proses reklamasi.

2) Metode open cast

Merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang terletak pada lereng bukit. Dengan demikian medan kerja digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (side hill type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau undakan, hal tersebut tergantung dari letak endapan penambangan yang diinginkan. Tetapi, tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan, tetapi dibuang ke daerah bekas tambang sehingga mempermudah proses reklamasi.

2. Proses Reklamasi

Reklamasi adalah upaya pengembalian daya dukung lahan sesuai dengan peruntukannya. Reklamasi dilakukan dengan cara melakukan penimbunan di Pit bekas penambangan.

2.1 Penataan Lahan

Reklamasi lahan bekas tambang dimulai dengan penataan lahan yang menyangkut recounturing/regrading/resloping lubang bekas tambang dan pembuatan saluran-saluran drainase untuk memperoleh bentuk wilayah dengan kemiringan stabil. Seringkali target yang ingin dicapai pada tahun pertama proses ini adalah lahan dengankemiringan landai yang permukaannya rata serta ditumbuhi dengan vegetasi yang lebat. Sayangnya reklamasi lahan cara ini sering menghasilkan tanah-tanah dengan tingkat kepadatan tinggi akibat gradingberlebihan dengan menggunakan alat-alat berat.

Pemadatan tanah dalam rangka reklamasi lahan dapat saja dilakukan bilaberdasarkankajianpemadatantersebutmemangdiperlukanuntukmenjaminstabilitas lereng.Namun perlu diketahui bahwa pemadatan tanah ini akan menghambatpertumbuhanakar,menghambatsirkulasiudara,meningkatkanlajualiran permukaandan mengurangi laju infiltrasi. Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi pada tanah-tanah alami di lingkunga hutan yang memiliki tingkat kepadatan rendah atau gembursehingga memberikan ruang agar tanaman dapat berakar lebih dalam dan berkembang tanpa rintangan.

Pada lahan-lahan reklamasi, pertumbuhan tanaman reklamasi berumur sama umumnya lebih baik pada daerah-daerah sisi lereng dibandingkan daerah datar. Salah satupenyebabutamanyaadalahtanahdidaerahdatarlebihpadatdibandingkantanahdidaerah sisi lereng. Untuk menghindari pemadatan yang berlebihan tersebut maka jika memungkinkan gunakan bulldozer kecil dalam kegiatan gradingdan batasi lalulintas hanya pada daerah tertentu. Tanah yang telanjur padat akibat lalulintas alat-alat berat harus digemburkan kembali dengan menggunakan excavator.

Gambar 14. Pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat

Gambar 15. Penggemburan kembali tanah padat dengan excavator

2.2 Pengendalian Erosi Dan Sedimentasi

Daerah sebelah barat Indonesia umumnya memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan peluang terjadinya erosi dan sedimentasi pada lahan-lahan bekas tambang yang baru ditata sangat besar. Untuk mengatasi hal ini, maka pencegahan erosidan sedimentasi harus dilakukan dengan cara mengatur sudut dan panjang lereng serta dikombinasikan dengan penggunaan mulsa. Energi aliran air permukaan yangmenimbulkan erosi harus diminimalkan dengan mendesain lereng selandai dan/atausependek mungkin. Lahan-lahan reklamasi sering memiliki 2 tipe lereng, yaitu lereng landai tetapi panjang, dan lereng curam tetapi pendek.

Gambar 16. Pencegahan erosi pada lereng landai, panjang da lereng pendek, curam

Penggunaan mulsa untuk menutupi lahan-lahan reklamasi yang masih terbuka sangatdianjurkan untuk mengurangi erosi. Mulsa akan mengurangi efek energi butiran airhujan yang akan menghancurkan agregat tanah menjadi butiran-butiran yang lebih halusdan hanyutnya lapisan atas permukaan tanah. Berbagai bahan dapat dijadikan sebagai mulsa, seperti jerami padi, jerami alang-alang, janjang kosong kelapa sawit.

2.3 Land Cover Crop

(LCC).LCC ini selain mampu mencegah erosi juga dapat membantu mempercepat peningkatankesuburan tanah melalui pengikatan N olehbintil akar dan penambahan bahanorganik. Beberapa jenis LCC memiliki sifat menjalar, seperti:

1. Centrosema pubescens

2. Calopoginium mucunoides

3. Calopogonium caeruleum

4. Psopocarphus polustris

5. Desmodiumovalifolium

6. Mucunaconchinchinensis

7. Puerariajavanica

8. Puerariaphascoloides.

Jenis LCC lainnya merupakan tipe pelindung, seperti:

1. Flemingiacongesta

2. Crotalaria anagyroides

3. Tephrosia vogelii

4. Caliandra callothyrsus

5. Caliandra tetragona.

Penanaman LCC sebaiknya dilakukan pada saat awal musimhujan.Perawatan tanaman perlu dilakukan dengan pemupukan terutama pada lahan yang tidaksubur yang ditunjukkan oleh pertumbuhan tanaman yang kurang baik. Pupuk NPKperlu ditebarkan pada tanaman cover crop yang mulai tumbuh. Pertumbuhan cover crop terutama yang sifatnya menjalar dapat melilit tanaman utama. Untuk itu perlu dilakukanpemeliharaan dengan memotong LCC yang melilitagar tanaman utamatidak terganggupertumbuhannya. Pengendalian erosi dan sedimentasi agar lebih efektif selain menggunakan LCC jugaperluditunjangdenganmembuatbangunan-bangunankonservasiyangsesuaidengan kondisi, seperti gulud, teras, check dam, drop structure, dan lain-lain.

2.4 Perbaikan Kualitas Tanah

Tahap selanjutnya dari kegiatan penataan lahan reklamasi adalah penebaran tanahpucuk.

Tanah pucuk yang ditebarkan seyogyanya adalah tanah-tanah pucuk yangmasih segar, yang biasanya masih mengandung flora-fauna makro dan mikro sertabenih-benih dansisa-sisaberbagai akartanamanyang kemudianakan tumbuh menjadibibit-bibit yang baik.Tahapan penebaran tanah pucuk seringkali menjadi SOP yang wajib dilaksanakan.Padahal kondisi lapang kadangkala tidak memungkinkan tahapan ini dilakukan karenaketiadaan tanah pucuk. Dalam kondisi tersebut material overburden dapat dimanfaatkan sebagai media tanam dengan catatan material tersebut memiliki sifat-sifat kimia danfisik yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman dan perakaran yang dalam serta tidakmengandung material yang berpotensi meracuni tanaman, seperti adanya senyawa pirit.Analisis kimia dan fisik tanah di laboratorium adalah kunci agar dapat diberikanrekomendasi perbaikan kualitas tanah.

Seperti diketahui bahwa lokasi-lokasi tambang di Indonesia umumnya berada padatanah-tanah yang tidak subur. Oleh karena itu, perbaikan kualitas media tanamkhususnya pada tanah lapisan atas perlu dilakukan untuk meningkatkan keberhasilanrevegetasi. Pemberian bahan organik dalam bentuk kompos dikombinasikan denganpupukdasarNPKmerupakankuncipokokperbaikanlapisanatastanah.Pada tanah-tanah yang tergolong sangat masam hingga masam pemberian kapur pertanian perlu dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dan ketersediaan unsur-unsur lainnya, seperti P dan berbagai unsur mikro.

3. REVEGETASI

Lahan-lahan bekas tambang umumnya memiliki iklim mikro yang tidak mendukungpertumbuhantanaman.Olehsebabitupadatahappertamakegiatanrevegetasilahanbekastambangharusditanamiterlebihdahuludengantanaman-tanamanpionercepat tumbuh yang mampu beradaptasi cepat dengan kondisi lingkungan. Beberapa jenistanaman cepat tumbuh yang umum digunakan untuk revegetasi adalah sengon laut (Albizziafalcata), akasia (Acasia mangium, Acasia crassicarpa), lamtoro (Leucaenaglauca), turi (Sesbania grandiflora), gamal(Gliricidiasepium).Kriteriatanamanpionercepattumbuhadalah:(1)tumbuhcepat&mamputumbuhpadatanahkurang subur, (2) tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu, (3) tidak bersaing dalam kebutuhan air dan hara dengan tanaman pokok, (4) tidak menjadi inang penyakit, tahanakan angin dan mudah dimusnahkan, (5) sebaiknya dapat bernilai ekonomis.Setelah tanaman pioner cepat tumbuh sudah berkembang dengan baik, maka tanaman lokal untuk memperkaya variasi jenis tumbuhan hutan dapat segera ditanam. Tanaman lokal adalah tanaman yang sudah tumbuh secara alami di sekitar daerah penambangan. Jenis-jenis tanaman lokal dapat dilihat pada Rona Awal Laporan Amdal. Bibit tanaman lokal dapat diperoleh dari bibit kecil di hutan sekitar daerah penambangan. Selain untuk tanaman kehutanan, sesuai dengan status lahannya, lahan bekas tambang dapat digunakan untuk tanaman perkebunan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, maupun tanaman padi sawah. Pemilihan penggunaan lahan sangat tergantung dari kondisi geobiofisik lahan dan rencana tataruang penggunaan lahan. Untuk tanaman perkebunan, karet merupakan tanaman yang relatif mudah tumbuh dilahan marjinal sepertilahan-lahan bekas tambang.

Gambar 17. Standar overburden dumping di PT. Kaltim Prima Coal

Gambar 18. Pengapuran AAT di PT. Kaltim Prima Coal

Tabel 1. Beberapa sifat kimia overburden yang mengandung senyawa sulfida

Proses penimbunan dilakukan secara bertahap, penimbunan awalnya menggunakan tanah penutup yang sebelumnya sudah disiapkan dari awal penambangan kemudian lapisan atas menggunakan top soil yang ketebalannya dari 50 cm 100 cm sama halnya pada saat pengupasannya. Kemudian pada akhirnya dilakukan penanaman pohon agar lahan kembali seperti fungsinya.

Terlihat pada Tabel 1 bahwa semua contoh tanah yang dianalisis mengandung kadarbelerang yang tinggi dan pH(H2O2) sangat rendah yang menunjukkan adanya senyawapirit. Kemasamantanah juga sangattinggi (pH H2O < 3.5) pada lahan-lahan yang tidakdikapur. Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka analisis geokimia material overburden sangat diperlukan. Pada kondisi lingkungan sangat masam akibat oksidasipirit,logam-logamberatyangterkandungdalam overburden ataupun tailingakanlebih mudah larut dan terbawa aliran permukaan, sehingga mencemari airpermukaandanairbawahpermukaan.Dalamkondisikemasamansepertiitu,tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal.

Gambar 19. Area Reklamasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. https://himatto.wordpress.com/tag/proses-penambangan/ (Diakses tanggal 8 April 2015)

Anonim. 2014. http://ilmugeologitambang.com/tahapan-kegiatan-tambang-atau-pertambangan.html (Diakses tanggal 9 April 2015)

Irwandy Arif.,2002, Buku Ajar Perencanaan Tambang, ITB, Bandung.

Iskandar, Sujatmiko, and R.S. Gautama. 2011. Acid Mine Drainage Management in Indonesian Mines. Paper presented at 7th Australian Workshop on AMD heldin Darwin on June 21-24, 2011.

Iskandar dan Suwardi. 2009. Meningkatkan Keberhasilan Reklamasi Lahan BekasTambang. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Pertambangan, Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya, 21-22Oktober 2009 di Palembang.

Kartosudjono W. 1994. Lingkungan pertambangan dan reklamasi, Direktorat Pertambangan Umum. Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia

Muchidin.,2006, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, ITB, Bandung.

Pusdi Reklatam. 2007. Studi Reklamasi Lahan Bekas Tambang Tanah Putih diKecamatan Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. KerjasamaPusdi Reklatam dengan PT. Bahari Cakrawala Sebuku.

Puslitbang Teknologi Mineral, Edisi 3, 2000, Ensiklopedi Pertambangan, Bandung.

Rahim, Azhary. 2013. http://tambangunp.blogspot.com/2013/09/tahapan-kegiatan-usaha-pertambangan.html (Diakses tanggal 8 April 2015)

Tri, Gerry. 2014. http://gerrytri.blogspot.com/2014/10/tahapan-kegiatan-penambangan-pada.html (Diakses tanggal 8 April 2015)

Vihel. 2012. http://kumpulaninfotambang.blogspot.com/2011/12/tahapan-tahapan-kegiatan-usaha.html (Diakses tanggal 9 April 2015)

1