12 respirologi
DESCRIPTION
AnakTRANSCRIPT
DAHLIST
Respirologi
CROUP
Istilah untuk infeksi pada grup yang berbeda-beda dengan batuk yang aneh-aneh (croupy cough).
Stridor inspiratoar/serak/distress pernafasan.
ACUTE INFECTIOUS LARYNGITIS
Etiologi: Virus
Didahului: UTI
Gejala klinik :
Horseness, severe inspiratoir stridor, dyspnoe, retraksi, restlessness, air hunger & fatigue.
Suara nafas ( (auskultasi)
ACUTE LARYNGOTRACHEOBRONCHITIS
Paling sering, etiologi : Virus
Gejala klinik :
Stridor inspiratoir, respiratory distress
Expirasi susah & memanjang
Ketakutan, T = 40(C
Suara nafas (, ronki (+)
ACUTE SPASMODIC LARYNGITIS
(Spasmodic Croup)
Spasme laring
> 1-3 tahun
Etiologi : Virus, alergi & psikologis
Gejala klinik :
Sering waktu malam, anak terbangun dengan :
Barking/metallic cough
Inspirasi yang keras
Cemas, ketakutan
Respiratory distress
Retraksi, nafas lambat & sukar
Frekuensi nadi ( Kulit dingin & basah
Afebris
Dyspnoe, stenosis
Beberapa jam kemudian ( Gejala (
Besoknya ( Sehat
Terapi :
Afebris
( Dirawat di rumah ( beri uap panas
rgs muntah
Febris > 39( C
Rawat
Gelisah ( sedatif
O2 Sianosis ( indikasi tracheostomy
Ampicillin 150 mg/kgBB/hari
Viral = AB
Ekspektoran
Bronchodilator tidak menolong
Antihistamin
Kortikosteroid ( ( edema ( msh ragu
Hasil baik, dengan :
Nebulizer berisi epinefrin 2,5%
dilarutkan dalam air 1 : 8
-IPPB (Intermitten Pressure Breathing)
BRONCHOPNEUMONIAKriteria Diagnosa :
Didahului ISPA, seperti batuk/pilek
Temperatur (( 39-40(C
Sesak > 60 x/i
Pernafasan cuping hidung, sianosis, retraksi sela iga
Ronchi basah gelembung kecil/sedang
DD :
1. Bronchiolitis
2. Atelektasis
3. Abses paru
4. Aspirasi benda asing
5. DC
6. Tb paru
Terapi :
1. O22. Atasi dehidrasi, elektrolit & asidosis metabolik
3. Antibiotik polifarmasi
Ampicillin 100-200 mg/kgBB/hari
Klomramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari
Gentamicin 5-7 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari
Bila setelah 3 hari tidak respon ( Sefalosporin.
Diet puasa bila sangat sesak.
Dx :
Darah tepi, thorax foto, AGDA
Bayi 0 - 2 bulanPNEUMONIABUKAN PNEUMONIA
Nafas cepat (> 60x/i)
Tarikan pada bagian bawah
Tidak ada nafas cepat ( 50 x/i
(2bln-1thn)
> 40 x/i
(> 1 tahun)
Tarikan dada
(-)
Nafas cepat :
< 50 x/i
< 40 x/i
PNEUMONIA
Viral dan comm-acquired bact. Pneumonia
Defenisi :
Inflamasi akibat infeksi pada parenkim paru, mengenai alveolus dan jaringan interstitial dan mungkin meluas sampai bronkiolus (tidak termasuk bronkus)
Inflamasi jaringan paru karena infeksi yang menstimulasi respon dan berakibat kerusakan jaringan paru. Incidence :
Virus : usia < 5 tahun, 20% RSV, angka kematian 2000 anak.
Bakteri : usia < 5 tahun, 30 - 45 per 1000, > 9 thn 6 12 per 1000
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah :
Ditemukannya gemericik, ronki atau wheezing pd pf atau infiltrat pd rontgent, scr anatomis di bwh vocal cords
Etiologi:
1. RSV
2. Influenza virus
1. Parainfluenza virus--superinf:-- dan bakteri
1. Streptococcus pneumonia
2. H. Influenzae
3. Staphylococcus aureus
VIRAL PNEUMONIA Pemeriksaan fisik :
1. Meningkatnya frekuensi nafas
2. Retraksi supracostal, intercostal,subcostal3. Infant : PCH
4. Ngorok
5. Demam pd 50% kasus, trutama jk virus influenza
6. Respiratory Failure: hypoxia, retensi CO2
7. Gemericik (crackles), ronki terutama saat inspirasi
8. Coryza
9. Hidung mampet
10. Dapat dehidrasi rs
Foto thorax :
1. Hyperaeration, hyperinflasi
1. Batas paru jelas, dinding paru menebal
2. Atelektasis fokal
3. Infiltrat interstitial bilateral
4. Bayi: densitas bilateral difus, gambaran granular~ HMD
Indikasi rawat :
1. Severe respiratory distress
1. Hypoxia
2. Dehidrasi
Indikasi O2 :
1. Sesak
2. Saturasi 02< 90-92%
3. Depresi PO2 ( virus, stlh inf mycoplasma & clamydia
Dd/ :
1. Bronkiolitis
2. Asma
3. Interstitiel lung diss.
4. Aspirasi sindr.5. TBC ( daerah endemis pneumonia yg tdk sembuh2/rekuren pd foto thorax
Lab :
1. Leukositosis(> 20 ribu sel/mm3)
2. CRP meningkat (N: 60 mg/L)
3. Gold standard : lung puncture ( bronchoalveolar lavage
Komplikasi :
1. Pneumonia nekrotik
2. Efusi pleura
3. Empyema
4. Abses paru
Terapi :
1. Mild & moderate : th/ di rmh ( kontrol dalam 48 jam.2.Indikasi rawat :Bayi: SaO2 < 92%, cyanosis, RR> 70x/ menit, dyspnoe, intermitten apnoe, ngorok. Tdk mau mkn, tdk ada yg merawatAnak bsr: SaO2 < 92%, cyanosis, RR > 50X/menit, dyspnoe, ngorok, dehidrasi.tdk ada yg merawat
3.O2, IVFD
4.Jangan chest therapi
5. Hati2 hiponatremi ( inapp. ADH
TATALAKSANA ASMA
1.Serangan Ringan
- Sekali nebule ( respon baik ( ringan
- Di observasi 1-2 jam ( bertahan ( pulang dgn dibekali obat ( agonis (oral/hirup) tiap 4-6 jam.
-Bisa ditambah steroid oral jangka pendek (3-5 hari).
-Jika setelah 2 jam, gejala timbul lagi ( sedang
2.Serangan Sedang
-Nebule 2-3 kali ( respon parsial ( sedang
-Dirawat & dipasang jalur parenteral
3.Serangan Berat
-Nebul 3x ( respon jelek ( serangan berat
-O2
-Dehidrasi & asidosis ( IVFD & koreksi
-Steroid IV : Dexa 0,5-1 mg/kgBB/6 jam
1x selanjutnya : 0,1-0,25 mg/kgBB/6 jam
Aminofilin
Bila belum mendapat aminofilin sebelumnya diberi bolus dosis : 4-6 mg/kgBB dilarutkan dalam D5% atau NaCl 0,9% sebanyak 20 cc, diberikan dalam 20-30 menit.
( Jika telah mendapat aminofilin sebelumnya, dosis diberikan nya.
Selanjutnya aminofilin dosis rumatan (di drips dalam 24 jam), dosis 0,5-1 mg/kgBB/jam.
Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebule diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam & steroid serta aminofilin ganti oral.
Jika dalam 24 jam pasien stabil, pasien dipulangkan dengan dibekali obat ( agonis (hirup/oral) tiap 4-6 jam, sebelum 24-48 jam.
Steroid oral dilanjutkan dalam 24-48 jam.
STATUS ASMATICUS
1. O22. Cairan IVFD sampai UOP 2 cc/kgBB/jam
3. Nebulizer : max 20, 2x atau
Epinefrin SC 2x (interval 10) 0,01 cc/kg
Kortikosteroid (Dexa) : 0,5-1 mg/kgBB/6 jam
4. Aminofilin IV, diawali :
5 mg/kgBB dalam 20 cc 0,5% IV 20
(
dilanjutkan
0,5 mg/kgBB/jam, di drips (dosis rumatan)
BicNat ( bila ada asidosis
Antibiotika ( bila ada infeksi
Gagal nafas ( PICU
5. Bila sudah mendapat aminofilin, dosis awal nya
Ventolin nebul 2,5 mg
Solution for inhalation
Bisolvon 4 mg/2 ml
Bromhexine HCl
PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT
Aerosol Nebulizer
1.Sambungkan ke arus listrik
2.Sambungkan tube ke kompresor
3.Sambungkan tube yang satu lagi ke kepala nebulizer
4.Isi obat nebulizer, seperti :
- Barotec sol 0,1% 4-6 tetes
- Ventolin nebule 1 nebule
- Bricasma respules
NaCl 0,9% 5 ml
Bisolvon 0,5-1 ml
5.Pasangkan masker ke kepala nebulizer
6.Hidupkan kompresor
7.Tekan bagian yang berwarna biru pada bagian bawah nebulizer head & pasien menarik nafas teratur & dihirup dari aerosol. Aerosol hanya aktif jika ditekan bagian yang berwarna biru.
8.Waktu pemberian 10-15 menit.
ASMA
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Anak
Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paruAsma Episodik JarangAsma Episodik SeringAsma
Persisten
1. Frekuensi serangan
2. Lama serangan
3. Intensitas serangan
4. Di antara serangan
5. Tidur dan aktivitas
6. Pemeriksaan fisis di luar serangan
7. Obat pengen-dali (anti inflamasi)
8. Uji faal paru (di luar serangan)9. Variabilitas faal paru (bila ada sera-ngan)15%>1x/bulan
>1minggu
Biasanya sedangSering ada gejalaSering terganggu
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan)
Perlu
PEF/FEV1 60-80%
Variabilitas >30%Sering
Hampir sepanjang tahun,tidak ada remisi
Biasanya berat
Gejala siang dan
malam
Sangat terganggu
Tidak pernah
normal
Perlu
PEF/FEV1 50%
Sumber : Pedoman Nasional Asma Anak UKK Pulmonologi PP IDAI 2004
Alur Diagnosis Asma Anak
Batuk dan/wheezing
Tidak berhasil Berhasil
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada AnakKlinik/Unit Gawat Darurat
Catatan :
Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi pertama kali langsung dgn agonis + antikolinergik
Bila terdapat tanda ancaman henti nafas segera ke Ruang Rawat Intensif
Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dgn adrenalin subkutan 0,01 ml/kgBB/kali maksimal 0,3 ml/kali
Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 L/menit diberikanAlur Tatalaksana Asma Anak Jangka Panjang
Asma Episodik
Jarang
4-6 minggu >3x dosis 6 tahun : 8 20 tetes
6 tahun : 4 10 tetes
Golongan Steroid
BudesonidePulmicortRespules
FlutikasonFlixotideNebules
Golongan (-agonis + Antikolinergik
Salbutamol + IpratropiumCombivent UDVUnit dosis vial - 1 vial
Daftar Obat Steroid Sistemik untuk Serangan Asma
Nama GenerikNama DagangSediaanDosis
Metil PrednisolonMedixonTab 4 mg0.5-1 mg/kgBB/hr tiap 6 jam
PrednisolonTab 5 mg0.5-1 mg/kgBB/hr tiap 6 jam
M.Prednisolon suksinat inj.MedixonVial 125 mg
Vial 500 mg30 mg dalam 30 menit (dosis tinggi) tiap 6 jam
Hidrokortison Suksinat inj.Vial 100 mg4 mg/kgBB/kali tiap 6 jam
Deksametason inj.Kalmetasonampul0.5-1 mg/kgBB bolus, dianjurkan 1 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6-8 jam
Betametason inj.Ampul0.05-0.1 mg/kgBB tiap 6 jam
Daftar Efek Samping Steroid Sistemik
OrganPenggunaan Akut & KronikPenggunaan Kronik
Metabolik- Hipokalemia
- Diabetes Mellitus
- Supresi
- Aksis HPA (Hypothalamus Pituitary Adrenal)Hiperlipidemia
Penampakan Cushing
Amenore sekunder
Impotensi
Kardio-vaskular Hipertensi
Eksaserbasi gagal jantung kongestif
Udem
Saluran cerna Ulkus peptikum
Esofagitis
Pankreatitis
Perforasi usus
Komplikasi Infeksi Rentan terhadap infeksi
Reaktivasi infeksi
Dissemionation of live vaccine
Kulit Penipisan dan kerapuhan
Mudah tergores
Hirsuitism
SSP Perubahan psikologis
Kejang
Muskulo-skeletal Miopati
Nekrosis aseptik pada kaput femoris Osteoporosis
Kehilangan massa otot
OkularGlukomaKatarak
OAT & DOSISNYA
1. Isoniazid
5 15 mg/kgBB/hari (maks. 300 mg/hari)
( dosis tunggal
ES : Hepatitis, Neuritis perifer, Hipersensitivitas
( Kombinasi INH dengan Rifampisin, dosisnya tidak boleh > 10 mg/kgBB/hari.2. Rifampisin
10-20 mg/kgBB/hari (maks. 600 mg/hari) ( dosis tunggal
ES : Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopeni, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan.( Rifampicin tidak boleh diracik dengan OAT lain.3. Pirazinamid
15-30 mg/kgBB/hari (max. 2000 mg/hari)
ES:Toksisitas hepar, arthralgia, gastrointestinal
4. Ethambutol
15-20 mg/kgBB/hari (max. 1250 mg/hari)
ES : Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah dan hijau, hipersensitivitas, gastrointestinal
5. Streptomisin
15-40 mg/kgBB/hari (max. 1000 mg/hari) IM
ES : Ototoksik, Nefrotoksik
SKORING TB
Para-
meter0123
Kontak TBTidak jelasLaporan keluarga BTA (-)/ tidak tahuKavitas (+) BTA tidak jelasBTA (+)
Uji tuberkulin(-)(+) : > 10 mm atau > 5 mm pd immunosupresi
BB /keadaan giziBB/TB < 90%atau
BB/U < 80%Klinis gizi burukatauBB/TB < 70%atauBB/U 1, tidak nyeri
Pembeng kakan tulang/sendi panggul, lutut, falangAda pembengkakan
Foto rontgen torakNormal/tidak jelas -Infiltrat
-Pbesa ran kel. -Konsoli dasi seg mental/ lobar
-Atelek tase-Kalsifikasi
+ infiltrat
-Pbesaran
kelenjar +
infiltrat
Catatan :
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
Jika dijumpai skrofuloderma, langsung di diagnosis Tuberkulosa
Berat badan dinilai saat datang
Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku Foto rontgen toraks bukan alat diagnosa utama pada TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak
Diagnosis TB jika jumlah skor 6 (skor maksimal 14), cut off point ini masih bersifat tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan
Sumber Pedoman Nasional TB AnakCHEST PHYSIOTHERAPY
Teknik dalam chest physiotherapy :
1. Postural drainage
2. Percussion
3. Vibration
4. Secretion removal
Indikasi :
1. bronchiectasis
2. cystic fibrosis
3. hyaine membrane disease
4. pneumonia
5. lung abcess
6. bronchopumonary dysplasia
7. asthma
8. atelectasis
ACUTE RESPIRATORY
FAILUREFailure Oxygenation
Ventilation
Both
Respiratory Failure
Type I :
Normocapnic or non ventilatory failure
Hypoxemia
Normal or low pCO2 V/Q mismatch, impaired gas difussion acros the a/v capil membrane, intrapulmonary shunt (darah melewati paru tidak mengalami proses oksigenasi)
Type II:
Ventilatory or hypercapnc failure
Elevated pCO2 Variable degree or hypoxemia
Alveolar hyperventilation, dead space ventilation
CO2 production >> impair the central ventilatory drive
Dead space :Ruang tinggal yang tidak ikut dalam pertukaran gas.
Dead space ( : Gagal nafas, karena lebih banyak udara yg tidak ikut dalam pertukaran gas.Kriteria Akut Gagal Nafas
Laboratory Parameters
Hypoxemia
Pa O2 < 50- 60 torr
Sa O2 < 90 %
Pa O2/Fi O2 ratio < 300
Pa O2 , 60 torr or Fi O2 > 40
Hypercapnea
Pa CO2 > 55 torr
Pa CO2 > 50 torr with acidosis (pH < 7,25)
Pa CO2 > 40 torr with severe distress
Pulmonary function
vital capacity < 15 ml/kg
max inspiratory force (force) < 20 25 cmH2O
VD/VT (dead space/tidal volume) > 0,6
Cut off points ventilator
Peak air way pressure < 35 cmH2O
Fi O2 < 60
Ventilator rate < 30/minute
PEEP < 12 cmH2O
Oxygen saturation of 88% or better
Cause of Type I Respiratory Failure
V/Q abnormalities : pulmonary edema, meconeum apirasi, pneumonia
Shunting : cyanotic CHD, pneumonia/ARDS
Diffusion abnormalities : interstitial fibrosis
Systemic blood flow