124073240 pemeriksaan fisik dada dan paru
TRANSCRIPT
PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PARU
Gejala umum yang perlu diperhatikan :
Nyeri dada
Sesak nafas
Mengi
Batuk
Sputum mengandung darah (hemoptisis) 1. INSPEKSI
1. Bentuk dada
Normal : diameter Anterior Posterior – transversal = 1:2
Pigeont Chest / dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior Posterior >
transversal
Barrel Chest / dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1
Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam
1. Ekspansi : simestris / tidak
2. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut
3. Frekuensi pernafasan : 16 – 18 x/menit
18 – 20 x/menit
>20x/menit : tachypnea
<16x/menit : bradipnea
Apnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik)
1. Ritme pernafasan
Eupnea : irama normal
Kusmaul : cepat dan dalam
Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal
Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf)
Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan saraf)
1. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas
2. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring
3. Suara batuk : produktif / tidak
4. PALPASI
1. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga
2. Kesimetrisan ekspansi dada
Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar
Bisa pada anterior, sisi dan posterior
Anjurkan tarik nafas
Amati : normal bila gerakan tangan simetris
1. Taktil fremitus
Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada
-anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam
-rasakan getaran
Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks
-lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang)
1. PERKUSI
Suara perkusi
o Paru normal : sonor/resonan
o Pneumothoraks : hipersonor
o Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar
o Daerah yang berongga : tympani
o Batas organ
Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS
7/8 (Paru-lambung)
Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)
Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru
-Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru
1. AUSKULTASI
Suara / bunyi nafas vesikuler
o Terdengar disemua lapang paru normal
o Bersifat halus, nada rendah
o Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
o Bronchovesikuler
Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula
Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler
Inspirasi sama dengan ekspirasi
Bronchial
Terdengar di atas manubarium,
Bersifat kasar, nada tinggi
Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
Suara ucapan
Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2
secara berisik sesudah inspirasi
Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil
mendengarkan secara sistematik disemua lapang paru dengan
menggunakan stetoskop
Bandingkan bagian kiri dan kanan
Suara tambahan
o Ronchi (ronchi kering)
Suara yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran pernafasan karena penyempitan
: ada sekret kental/lengket
Rales (ronchi basah)
Suara yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan dan terdengar pada saat inspirasi
Wheezes – wheezing
Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyempitan sehingga ekspirasi dan inspirasi
terganggu, sangat jelas terdengar saat ekspirasi
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
Gejala umum yang perlu diperhatikan :
Nyeri dada
Palpitasi
Napas pendek, dispnea, ortopnea,
Edema
1. 1. INSPEKSI Ø Bentuk dada
o Normal : simetris
o Menonjol : pembesaran jantung, efusi pleura, tumor
o Ø Denyut jantung
Kekuatan denyutan : amati Apeks atau PMI (ICS 5 Midklavikula kiri)
Denyutan susah nampak bila payudara besar, dinding torak tebal, gemuk
1. 2. PALPASI Denyut apeks ( letak dan kekuatan ), meningkat bila curah jantung besar, hipertrofi jantung
1. 3. PERKUSI untuk menegtahui ukuran bentuk jantung secara kasar (foto rontgen), lokasi jantung akan terdengar
redup
1. 4. AUSKULTASI Ø BJ I (S1) : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
Ø BJ II (S2) : penutupan katub Aorta dan Pulmonal = DUB
Jarak S1 – S2 : 1 detik atau kurang, S1 lebih keras dari S2 Ø Tempat mendengarkan BJ :
o Mitral : linea midklavikula kiri ICS 5
o Trikuspidalis : linea sternal kiri ICS 4
o Aorta : linea sternal kanan ICS 2
o Pulmonalis : linea sternal kiri ICS 2
o Ø BJ Tambahan
o Murmur :getaran yang terjadi dalam jantung atau pembuluh darah besar yang
diakibatkan oleh bertambahnya turbulensi darah / cairan
o BJ3 &BJ4 Berikut Lima Langkah Sederhana Pemeriksaan Payudara ‘Sendiri’ beserta Gambar cara
pemeriksaan payudara:
Langkah 1: Mulailah dengan melihat payudara anda di cermin dengan bahu lurus dan lengan di
pinggang.
Inilah yang mesti dicari:
* Apakah payudara anda memiliki ukuran, bentuk, dan warna seperti biasanya, kita harus curiga
apabila payudara memiliki besar yang tidak sama atau asimetris
* Penampakan payudara rata tanpa terlihat bengkak.
Jika Anda melihat perubahan berikut, bawalah ke dokter untuk diperiksa:
* Dimpling (permukaan tertarik/cekung), puckering (kerutan), atau bengkak pada kulit
* Puting susu berubah posisi atau tertarik (terdorong dan tertarik ke dalam)
* Kemerahan, rasa nyeri, ruam, atau pembengkakan.
Langkah 2: Angkat lengan dan cari perubahan yang sama.
Langkah 3: Ketika di depan cermin cari tanda-tanda apapun cairan yang keluar/berasal dari salah
satu atau kedua putting susu (ini bisa jadi cairan seperti susu, kuning atau darah).
Langkah 4: Selanjutnya, periksa payudara anda sementara berbaring, gunakan tangan kanan untuk
memeriksa payudara kiri dan gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.
Palpasi dilakukan dengan perlahan, sentuhan lembut dengan ujung jari tangan secara bersamaan.
Lakukan melingkar setiap bagian payudara.
Tekan seluruh payudara dari atas ke bawah, dari satu sisi ke sisi lain – dari bagian atas ke arah perut,
dan dari ketiak ke tengah.
Mengikuti pola tersebut. Anda dapat mulai memeriksa puting susu, bergerak ke bagian yang lebih
besar dan lebih besar hingga mencapai tepi luar dari payudara. Anda juga dapat memindahkan jari-jari
anda secara vertikal ke atas dan ke bawah. Pastikan untuk merasakan semua jaringan dari depan
sampai belakang payudara: untuk kulit dan jaringan di bawahnya, gunakan tekanan ringan. Sedangkan
untuk jaringan yang lebih dalam gunakan tekanan yang kuat.
Langkah 5: Rasakan payudara anda sambil berdiri atau duduk. Banyak wanita yang menemukan cara
yang mudah untuk memeriksa payudara mereka yaitu ketika kulit mereka basah dan licin dengan
melakukan langkah ini di shower (sementara mandi). Menekan seluruh payudara melakukan gerakan
tangan yang sama seperti dijelaskan pada Langkah 4.
Pemeriksaan Fisik Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan abdomen pada pasien.
Pemeriksaan fisik abdomen prosedurnya diawali. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan
tujuan pemeriksaan. Penderita dipersiklahkan untuk membuka baju seperlunya dan meminta berbaring
dengan posisi pemeriksa disebelah kanan pasien. Penderita dibuat rileks dengan menekuk lutut dan
mengajak berbicara. Penderita diminta untuk memberikan respon terhadap pemeriksaan (rasa sakit)
dll.
Prinsip pemeriksaan abdomen yakni: Inspeksi-Auskultasi-Perkusi-Palpasi. Inspeksi dengan posisi
berdiri (kulit tidak tampak vena melebar (melebar sindroma Cushing/ Cirhosiss hepatis), umbilikus
tidak hernia, contour abdimen datar (membelendung kantung kencing penuh/hamil belendung
ascites), dinding abdomen simetri. Perut kembung menandakan adanya gangguan intraluminal. Pasien
diminta bernafas lalu inspeksi tidak tampak adanya pembesaran organ atau masa. Inspeksi juga
dilakukan terhadap peristaltik dengan membungkuk atau duduk.
Auskultasi dilanjutkan dengan diafragma stetoskop adanya bising usus (normalnya 5-12 kali/menit),
juga di epigastrium mendengar suara aorta (gangguan pada aneurisma aorta), pada arteri inguinal
tidak ada bising. Bising usus bisa disertai bising tambahan yakni borborygmi/suara panjang atau
metalic sound (klinkend, oleh adanya resonansi akibat obstruksi).
Perkusi dilakukan sebagai orientasi pada keempat kuadran abdomen dominan suara timpani (ada
feses/ cairan redup), di kandung kemih (timpani/redup). Perkusi dilakukan pada dada bagian bawah
antara paru dan arkus costa (suara redup dikanan karena ada hepar, suara timpani di kiri karena
adanya fleksura splenikus kolon) kalo keduanya redup asites (ditandai). Normalnya suara hepar
adalah pekak karena adanya tekanan intrabdominal yang hampir negatif yang mengakibatkan organ
menempel pada perioteneum, sehingga bila ada udara pekaknya menghilang.
Palpasi superficial dilakukan untuk melihat ada ketegangan otot, nyeri tekan lepas atau tidak
(prinsipnya dilakukan pada area yang diduga tidak nyeri/normal dulu), masa dengan ujung jari
bersamaan dengan lembut semua kuadran. Nyeri pada abdomen ada yang sifatnya visceral (hilang
timbul, tidak bisa ditunjuk dengan jelas), ada yang somatik (bisa ditunjuk dengan jelas). Kelainan
pada dinding ditandai dengan hilangnya nyeri apabila ada ketegangan perut jika masih nyeri berarti
ada kelainan dari dalam dinding perut.
Palpasi adanya masa, dilihat konsistensinya apakah padat keras (seperti tulang), padat kenyal (seperti
meraba hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan telunjuk), atau kista (ditekan mudah
berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan). Adanya tumor pada abdomen diperkirakan dari 9
regio anatominya. Ukuran massa ditentukan dengan pasti yakni dengan meteran/jangka sorong
mengenai panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita).
Pada palpasi selain memikirkan organ didalam, dipikirkan pula pembuluh darah di abdomen.
Abdomen ditekan kuat-kuat bagian atas sedikit ke sebelah kiri untuk merasakan pulsasi aorta (tumor
abdomen bisa keliru dengan aneurisma aorta). Aneurisma aorta ditandai ada pulsasi ke segala arah
sedangkan tumor hanya pada 1 arah. Palpasi organ intraperitoneal sifatnya mobile, sedangkan organ
retroperitoneal sifatnya fixed (seperti ginjal yang kalau ternyata mobile pada wandering kidney).
Untuk pemeriksaan ascites abdomen prosedur tambahannya: (1) Melakukan perkusi dengan Tes suara
redup berpindah: Setelah menandai batas suara timpani dan redup, minta penderita miring ke salah
satu sisi tubuh dilakukan perkusi lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah); (2) Melakukan palpasi
dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada midline abdomennya (kanan kiri).
Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan yang lain,
adanya getaran yang diteruskan cairan asites.
Untuk pemeriksaan hepar prosedur tambahannya yaitu dengan perkusi batas bawah hepar: Mulai dari
bawah umbilikus di mcl kanan perkusi dari bawah ke atas sampai suara redup (tidak ada pergeseran
ke bawah/ Obstruksi paru kronik). Dilanjutkan perkusi batas atas hepar: daerah paru ke bawah sampai
suara redup. Tinggi antara daerah redup (tidak ada pembesaran hepar) diukur.
Palpasi hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri dibelang penderita menyangga costa ke-11/12
sejajar, minta penderita rileks. Hepar didorong ke depan, diraba dari depan dengan tangan kanan
(bimanual palpasi). Tangan kanan ditempatkan pada lateral otot rektus kanan, jari di batas bawah
hepar dan tekan lembut ke arah atas. Pasien diminta bernafas dalam sehingga terasa sentuhan hepar
bergerak ke bawah (tangan dikendorkan agar hepar meluncur dibawah jari sehingga meraba
permukaan yang lunak tidak berbenjol, tepi tegas/tajam, tidak ada pembesaran).
Untuk pemeriksaan lien prosedur tambahannya dengan perkusi daerah ics terbawa di linea axillaris
anterior kiri (timpani). Pasien diminta menarik nafas panjang lakukan perkusi lagi (kalau redup berarti
pembesaran limfe atau bisa normal false positive splenic percussion sign). Perkusi dilakukan pada
daerah redup dari berbagai arah (redup meluas berarti pembesaran limpa) perlu dilakukan palpasi
untuk memastikan
Palpasi lien dilakukan dengan meletakkan tangan kiri menyangga dan mengangkat costa bagian
bawah kiri sebelah penderita. Tangan kanan diletakkan di bawah arcus aorta kemudian tekan ke arah
lien. Penderita diminta bernafas dalam-dalam merasakan lien dengan ujung jari (lien membesar atau
tidak). Pemeriksaan (palpasi dan perkusi) diulangi pada posisi pasien miring ke kanan dengan tungkai
paha dan lutut flexi agar lien mudah teraba. Jarak letak lien diperkirakan dengan costa kiri terbawah
Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan palpasi Ginjal Kanan:
Posisi di sebelah kanan pasien. Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12,
ujung cari menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan). Tangan kanan
diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas
dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap
ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan ga). Pasien diminta membuang nafas dan
berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.
Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk
menyangga dan mengangkat dari belakan. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri
atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri
dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang
teraba)
Untuk pemeriksaan ketok ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan penderita untuk
duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di belakang penderita. Satu tangan
diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul
dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan). Satu tangan diletakkan pada sudut
kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar
dengan kepalan tangan (ginjal kiri). Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap
pemeriksaan bila ada rasa sakit.
Pemeriksaan abdomen dapat diakhiri dengan colok dubur (sifatnya kurang menyenangkan sehingga
ditaruh paling akhir). Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dalam posisi miring (symposisi),
lithotomi, maupun knee-chest. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan satu tangan maupun dua tangan
(bimanual, satu tangannya di atas pelvis). Colok dubur perlu hati-hati karena sifat anus yang sensitif,
mudah kontraksi. Oleh karena itu colok dubur dilakukan serileks mungkin menggunakan lubrikasi.
Sebaiknya penderita kencing terlebih dahulu. Pada posisi lithotomi diagnosis letak kelainan
menggunakan posisi jam yakni jam 3 sebelah kanan, jam 9 sebelah kiri, jam 6 ke arah sacrum dan jam
12 ke arah pubis.
A. Prosedur Pemeriksaan Fisik Persarafan
1. Persiapan
- Siapkan peralatan yang diperlukan: a. Refleks hammer
b. Garputala
c. Kapas dan lidi
d. Penlight atau senter kecil
e. Opthalmoskop
f. Jarum steril
g. Spatel tongue
h. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin
i. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
j. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum
k. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka
l. Baju periksa
m. Sarung tangan
- Cuci tangan
- Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien
- Pastikan ruang periksa hangat dan cukup penerangan
2. Langkah-langkah Pemeriksaan
- Status mental: atur posisi klien, Observasi kebersihan klien, cara berpakaian, postur tubuh,
bahasa tubuh, cara berjalan, expresi wajah, kemampuan berbicara, dan kemampuan untuk
mengikuti petunjuk. Kemampuan berbicara klien meliputi: kecepatan, kemampuan
mengucapkan kata-kata yang keras-lembut, jelaas, dan benar. Kaji pula kemampuan
pemilihan kata-kata, kemampuan dan kemudahan merespon pertanyaan.
- Tingkat Kesadaran klien: dikaji menggunakan Glasgow koma skale
a. Respon membuka mata:
# Spontan………………………..4
# Terhadap stimulus verbal……...3
# Terhadap stimulus nyeri………2
# Tidak ada respon………………1
Respon motorik terbaik:
# Mengikuti perintah……………6
# Dapat melokalisasi nyeri………5
# Fleksi (menarik)……………….4
# Fleksi abnormal……………….3
# Extensi………………………..2
# Tidak ada respon……………..1
b. Respon Verbal:
# Orientasi waktu, tempat, dan orang baik…………………..5
# Berbicara dengan bingung………………………………...4
# Berkata-kata dengan tidak jelas…………………………...3
# Berguman………………………………………………....2
# Tidak ada respon………………………………………… 1
Jika klien menggunakan ETT atau tracheostomi maka tulis E untuk ETT dan T untuk
tracheostomy.
c. Tanyakan waktu, tanggal, tempat, dan alas an berkunjung ke rumah sakit
d. Tanyakan nama klien, nama anggota keluarga, tanggal lahir, riwayat pekerjaan untuk
mengkaji memori klien
e. Kaji kemampuan berhitung klien dari yang mudah dan meningkat ke yang lebih sulit secara
bertahap, sesuaikan dengan tingkat pendidikan, tahap perkembangan , dan tingkat
intelektualitas klien.
f. Kaji kemampuan klien berpikir abstrak
- Pemeriksaan saraf kranial
a. N I Olfactorius
Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan pemeriksaan
dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata
tertutup klien diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.
b. N II Optikus
Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa ketajaman
dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh.
Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta untuk menutup
sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan mata yang berlawanan dengan
mata klien. Gunakan benda yang berasal dari arah luar klien dank lien diminta ,mengucapkan ya
bila pertama melihat benda tersebut. Ulangi pemeriksaan yang sama dengan mata yang
sebelahnya. Ukur berapa derajat kemampuan klien saat pertama kali melihat objek. Gunakan
opthalmoskop untuk melihat fundus dan optic disk (warna dan bentuk)
c. N III , N IV, dan N VI (occulomotorius, trochlear, dan abducen):
Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan ptosis kelopak
mata
Pada pu[il diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil
Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi cardinal) yaitu lateral,
lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk
pemeriksa dengan bolamatanya
d. N V Trigeminus
Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal
dengan mengguanakan kapas. Minta klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan, lakukan
kanan dan kiri.
Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah
tadi dan minta membedakan benda tajam dan tumpul.
Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapat dilakukan diketiga area wajah tersebut.
Minta klien menyebutkan area mana yang merasakan sentuhan. Jangan lupa mata klien ditutup
sebelum pemeriksaan.
Dengan rasa getar dapat pukla dilakukan dengan menggunakan garputala yang digetarkan dan
disentuhkan ke ketiga daerah wajah tadi dan minta klien mengatakan getaran tersebut terasa atau
tidak
Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klien melihat lurus ke depan, dekatkan
gulungan kapas kecil dari samping kea rah mata dan lihat refleks menutup mata.
Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa otot maseter dan
temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien melakukan gerakan mengunyah
dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.
e. N VII Facialis:
Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung lidah, minta
klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam
Fungsi mootorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua al;is berbarengan,
menggembungkan pipi. Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas dan
bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan coba untuk membukanya, minta pula klien
utnuk menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.
f. N VIII Vestibulotrochlear
cabang vestibulo dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan weber test dan rhinne
test
Cabang choclear dengan rombreng test dengan cara meminta klien berdiri tegak, kedua kaki rapat,
kedua lengan disisi tubuh, lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta klien menutup mata tanpa
mengubah posisi, lihat apakah klien dapat mempertahankan posisi
g. NIX dan NX Glossofaringeus dan Vagus
Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan palatum, normal bila uvula terletak di
tengan dan palatum sedikit terangkat.
Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring menggunakan aplikator
dan observasi gerakan faring.
Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit, observasi gerakan
meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.
h. N XI Assesorius:
Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan kedua bahu secara bersamaan dan
observasi kesimetrisan gerakan.
Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke kanan dank e kiri,
minta klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat bahu lalu
observasi rentang pergerakan sendi
Periksa kekuatanotottrapezius dengan menahan kedua bahu klien dengan kedua telapak tangan
danminta klien mendorong telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke atas, perhatikan kekuatan
daya dorong.
Periksa kekuatan otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh kesatu sisi
melawan tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan daya dorong
i. N XII Hipoglosus
Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan, observasi kesimetrisan
gerakan lidah
Periksa kekuatan lidah dengan meminta klien mendorong salah satu pipi dengan ujung lidah,
dorong bagian luar pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi
kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain
- Pemeriksaan Motorik.
Kaji cara berjalan dan keseimbangan dengan mengobservasi cara berjalan, kemudahan berjalan,
dan koordinasi gerakan tangan dan kaki. Minta klien berjalan dengan menyentuhkan ibujari pada
tumit kaki yang lain (heel to toe), minta klien jalan jinjit dan minta klien berjalan dengan
bertumpu pada tumit.
Lakukan romberg test
Lakukan pemeriksaan jari hidung dengan mata terbuka dan tertutup, evaluasi perbedaan yang
terjadi.
Tes pronasi dan supinasi dengan meminta klien duduk dan meletakan telapak tangan di paha,
minta untuk melakukan pronasi dan supinasi bergantian dengan cepat. Observasi kecepatan,
irama, dan kehalusan gerakan.
Melakukan pemeriksaan heel to shin test dengan meminta klien tidur pada posisi supine, minta
klien menggesekkan tuimit telapak kaki kiri sepanjang tulang tibia tungkai kanan dari bawah lutut
sampai ke pergelangan kaki. Ulangi pada kaki kanan. Observasi kemudahan klien menggerakkan
tumit pada garis lurus
- Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak pada bagian tubuh klien dan
dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam, suhu, getaran, identifikasi objek
tanpa melihat objek (stereognosis test), merasakan tulisan di tangan (graphesthesia test),
kemampuan membedakan dua titik, kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi
sentuhan dengan menutup mata (topognosis test)
- Reflex
Biseps: Klien diminta duduk dengan rilekx dan meletakkan kedua lengan diatas paha,
dukung lengan bawah klien dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan non dominan
diatas tendon bisep, pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot biseps
(fleksi siku)
Triseps: Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan non dominan, pukulkan refleks
hammer pada prosesus olekranon, observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku)
Brachioradialis: Minta klien duduk dan meletakkan kedua tangan di atas paha dengan posisi
pronasi, pukulkan hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan tangan), observasi fleksi
dan supinasi telapak tangan.
Patelar: Minta klien duduk dengan lulut digantung fleksi, palpasi lokasi patella (interior dari
patella), pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot quadriceps
Tendon archiles: Pegang telapak kaki klien dengan tangan non dominant, pukul tendon
archiles dengan mengguanakan bagian lebar refleks hammer, obsvasi plantar leksi telapak
kaki
Plantar: Minta klien tidur terlentang dengan kedua tungkai sedikit eksternal rotasi, stimulasi
telapak kaki klien dengan ujung tajam refleks hammer mulai dari tumit kearah bagain sisi luar
telapak kaki, observasi gerakan telapak kaki (normal jika gerakan plantar fleksi dan jari-jari
kaki fleksi).
abdomen: minta klien tidur terlentang, sentuhkan ujung aplikator ke kulit di bagian abdomen mulai
dari arah lateral ke umbilical, observasi kontraksi otot abdomen, lakuakan prosedur tersebut pada
keempat area abdomen.
Sistem Perkemihan
1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen
2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi saluran
kemih
3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)
4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra
pubik kateter
5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem perkemihan
Pemeriksaan Fisik sistem perkemihaan 1. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang
ditemukan
1. Inspeksi
a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
b. Mulut
c. Wajah
d. Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung,
Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak
ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi
dehidrasi.
Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
Stomatitis, napas bau amonia
Moon face
Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi
disfungsi
renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
e. Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan untuk
membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan. Perhatikan meatus
urinary
2. Palpasi
a. Ginjal
1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk
mengetahui ukuran dan sensasi.
Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan
dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung kemih,
pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki
biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik.
Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke atas.
5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
b. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi
dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
3. Perkusi
a. Ginjal
1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi atau
tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.
3) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau
glomerulonefrosis.
b. Kandung kemih
1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika
terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.
2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung
kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness
(redup) di atas simphysis pubis.
4. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas
abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi
adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)