125888049 etika profesional dokter docx

9
PRINSIP - PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN ETIKA PROFESI KEDOKTERAN  Jenis hubungan dokter-pasien sangat dipengaruhi oleh etika profesi kedokteran, sebagai konsekuensi dari kewajiban-kewajiban profesi yang memberikan batasan atau rambu-rambu hubungan tersebut. Kewajiban-kewajiban tersebut tertuang di dalam prinsip-  prinsip moral profesi. Sifat hubungan antara dokter dengan pasien berkembang dari sifat paternalistik hingga ke sifat kontraktual dan  fiduciary. Pada masa sebelum tahun 1950-an paternalistik dianggap sebagai sifat hubungan yang paling tepat, dimana dokter menentukan apa yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan prinsip beneficence (semua yang terbaik untuk kepentingan pasien, dipandang dari kedokteran). Prinsip ini telah mengabaikan hak pasien untuk turut menentukan keputusan. Sampai kemudian pada tahun 1970-an dikembangkanlah sifat hubungan kontraktual antara dokter dengan pasien yang menitikberatkan kepada hak otonomi pasien dalam menentukan apa-apa yang boleh dilakukan terhadapnya. Kemudian sifat hubungan dokter-pasien tersebut dikoreksi oleh para ahli etika kedokteran menjadi hubungan  ficuiary (atas dasar niat baik dan kepercayaan), yaitu hubungan yang menitikberatkan nila-nilai keutamaan ( virtue ethics). Sifat hubungan kontraktual dianggap meminimalkan mutu hubungan karena hanya melihatnya dari sisi hukum dan peraturan saja, dan disebut sebagai bottom line ethicts. Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar-salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian  baik-buruk dan benar-salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etik yang cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang adalah teori deontologi dan teleologi. Deontology lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi, dan budaya, sedangkan teleology lebih kea rah penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat (aliran utilitarian). 1 Di dalam menentukan tindakan di bidang kesehatan atau kedokteran, selain mempertimbangkan keempat kebutuhan dasar di atas, keputusan hendaknya juga mempertimbangkan hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan mengakibatkan  juga pelanggaran atas kebutuhan dasar di atas terutama kebutuhan kreatif. Etika adalah

Upload: shendy

Post on 15-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 1/9

PRINSIP - PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

ETIKA PROFESI KEDOKTERAN 

Jenis hubungan dokter-pasien sangat dipengaruhi oleh etika profesi kedokteran,

sebagai konsekuensi dari kewajiban-kewajiban profesi yang memberikan batasan atau

rambu-rambu hubungan tersebut. Kewajiban-kewajiban tersebut tertuang di dalam prinsip-

 prinsip moral profesi.

Sifat hubungan antara dokter dengan pasien berkembang dari sifat paternalistik

hingga ke sifat kontraktual dan  fiduciary. Pada masa sebelum tahun 1950-an paternalistik

dianggap sebagai sifat hubungan yang paling tepat, dimana dokter menentukan apa yang

akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan prinsip beneficence (semua yang terbaik untuk

kepentingan pasien, dipandang dari kedokteran). Prinsip ini telah mengabaikan hak pasien

untuk turut menentukan keputusan. Sampai kemudian pada tahun 1970-an dikembangkanlah

sifat hubungan kontraktual antara dokter dengan pasien yang menitikberatkan kepada hak

otonomi pasien dalam menentukan apa-apa yang boleh dilakukan terhadapnya. Kemudian

sifat hubungan dokter-pasien tersebut dikoreksi oleh para ahli etika kedokteran menjadi

hubungan  ficuiary (atas dasar niat baik dan kepercayaan), yaitu hubungan yang

menitikberatkan nila-nilai keutamaan (virtue ethics). Sifat hubungan kontraktual dianggap

meminimalkan mutu hubungan karena hanya melihatnya dari sisi hukum dan peraturan saja,

dan disebut sebagai bottom line ethicts.

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar-salahnya suatu

sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian

 baik-buruk dan benar-salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etik yang

cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang adalah

teori deontologi dan teleologi. Deontology lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi,

dan budaya, sedangkan teleology lebih kea rah penalaran (reasoning) dan pembenaran

(justifikasi) kepada azas manfaat (aliran utilitarian).1

Di dalam menentukan tindakan di bidang kesehatan atau kedokteran, selain

mempertimbangkan keempat kebutuhan dasar di atas, keputusan hendaknya juga

mempertimbangkan hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan mengakibatkan

 juga pelanggaran atas kebutuhan dasar di atas terutama kebutuhan kreatif. Etika adalah

Page 2: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 2/9

displin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salah suatu sikap dan atau perbuatan

seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik buruk dan benar salah

dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya.

Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang adalah teori deontology dan

teleology. Secara irngkas dapat dikatakan bahwa, deontology mengajarkan bahwa baik

 buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri, sedangkan teleology

mengajarkan untuk menilai baik buruk tindakan dengan melihat hasil atau akibatnya.

Deontology lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi, dan budaya, sedangkan

teleology lebih kea rah penalaran dan pembenaran kepada azas manfaat.

Beauchamp dan Childress , 1994, menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu

keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa rules di bawahnya. Ke-4 kaidah

dasar moral tersebut adalah : 

1.  Prinsip otonomi yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak

otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed

consent.

2.  Prinsip beneficene yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan ditujukan ke

kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan

saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya lebih besar daripada sisi buruknya.

3.  Prinsip non maleficence yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere atau

above all do no harm.

4.  Prinsip justice yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

 bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.

Sedangkan rules derivatnya adalah veracity, privacy, confidentiality, dan fidelity.

Selain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus dijadikan pedoman dalam

mengambil keputusan klinis, profesional kedokteran juga mengenal etika profesi sebagai

 panduan dalam bersikap dan berprilaku. Perbuatan keputusan etik, terutama dalam situasi

klinik, dapat juga dilakukan dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah

dasar moral di atas. Jonsen, Siegler, dan Winslade mengembangkan teori etik yang

menggunakan 4 topik yang esensial dalam pelayanan klinik, yaitu :1

Page 3: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 3/9

1.  Medical indication

2.  Patient preferences

3.  Quality of life

4.  Contextual features

Ke dalam topic medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostic dan terapi

yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek indikasi

medis ditinjau dari sisi etiknya, terutama menggunakan kaidah beneficence dan non

maleficence. Pertanyaan etika pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang

selayaknya disampaikan kepada pasien pada doktrin informed consent.

Pada topic patient preference kita memperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang

manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah otonomi.

Pertanyaan etiknya meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer, sikap dan

keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak

kompeten, nilai dan keyakinan yang dianut pasien.

Topic quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu

memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insane. Apa, siapa dan bagaimana

melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis, yang

 berkaitan dengan beneficence, non maleficence dan otonomi. Dalam contextual features

dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti

faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan faktor

hukum.1

Dalam peran negative gatekeeper, yaitu pada system kesehatan pra bayat atau

kapitasi, dokter diharapkan untuk membatasi akses pasien ke layanan medis. Pada peran ini

 jelas terjadi konflik moral pada dokter dengan tanggungjawab tradisionalnya dalam membela

kepentingan pasien dengan tanggungjawab barunya sebagai pengawal sumber daya

masyarakat / komunitas. Meskipun demikian, peran negative gatekeeper ini secara moral

mungkin masih dapat dijustifikasi. Tidak seperti peran negative yang banyak dideskripsikan

secara terbuka, peran positive gatekeeper dokter sangat tertutup dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara moral. Dalam peran ini dokter diberdayakan untuk

menggunakan fasilitas medis dan jenis layanan hi-tech demi kepentingan profit. Bagi mereka

yang mampu membayar disediakan fasilitas diagnostic dan terapi yang paling mahal dan

Page 4: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 4/9

muktahir, layanan didasarkan pada keinginan pasar dan bukan kepada kebutuhan medis.

Upaya meningkatkan demand atas layanan yang sophisticated dijadikan tujuan yang implicit

dan dokter jadi salesmannya. Mereka berbagi profit secara langsung apabila mereka pemilik

atau investor layanan tersebut, atau mereka memperoleh penghargaan berupa kenaikan

honorarium atau tunjangan apabila mereka hanya berstatus pegawai atau pelaksana.1,3

Sifat hubungan antara dokter dengan pasien berkembang dari sifat paternalistic

hingga ke sifat kontraktual dan fiduciary. Pada masa sebelum tahun 1950-an paternalistik

dianggap sebagai sifat hubungan yang paling tepat, dimana dokter menentukan apa yang

akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan prinsip beneficence (semua yang terbaik untuk

kepentingan pasien, dipandang dari kedokteran). Prinsip ini telah mengabaikan hak pasien

untuk turut menentukan keputusan. Sampai kemudian tahun 1970-an dikembangkan sifat

hubungan kontraktual antara dokter dengan pasien yang menitikberatkan kepada hak otonomi

 pasien dalam menentukan apa-apa yang boleh dilakukan terhadapnya. Kemudian hubungan

dokter-pasien tersebut dikoreksi oleh para ahli etika kedokteran menjadi hubungan ficuiary

(atas niat baik dan kepercayaan), yaitu hubungan yang menitikberatkan nilai-nilai keutamaan

(virtue ethics). Sifat hubungan kontraktual dianggap meminimalkan mutu hubungan karena

hanya melihatnya dari sisi hukum dan peraturan saja, dan disebut sebagai bottom line ethics.3 

Otonomi pasien dianggap sebagai cerminan konsep self governance, liberty rights,

dan individual choices. Immanuel Kant mengatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas

untuk memutuskan nasibnya sendiri, sedangkan Johns S. Mills berkata bahwa kontrol sosial

atas seorang individu hanya sah apabila dilakukan karena terpaksa untuk melindungi hak

orang lain.

Salah satu hak pasien yang disahkan dalam Declaration of Lisbon dari World Medical

Association (WMA) adalah “the rights to accept or to refuse treatment after receiving

aduquate information”. Secara implicit amandemen UUD 45 pasal 28G ayat (1) juga

menyebutkan demikian “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,....dst”.

Selanjutnya UU No 23 / 1992 tentang Kesehatan juga memberikan persetujuan atas tindakan

medis yang akan dilakukan terhadapnya. Hak ini kemudian diuraikan di dalam Permenkes

tentang Persetujuan Tindakan Medis. Suatu tindakan medis terhadap seseorang pasien tanpa

memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari pasien tersebut dapat dianggap sebagai

 penyerangan atas hak orang lain atau perbuatan melanggar hukum (tort).

Page 5: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 5/9

Prinsip otonomi pasien ini dianggap sebagai dasar dari doktrin informed consent.

Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan (otorisasi) dari pasien tersebut,

setelah ia menerima dan memahami informasi yang diperlukan. Informed consent dapat

dianggap sebagai a patient with substantial understanding and ini substantial absence control

 by others, intentionally authorizes a professional to do something.1,3

KAIDAH DASAR BIOETIK

a.  Autonomy 

Prinsip autonomi mengakui hak-hak individu untuk menentukan nasib sendiri. Hal ini

 berakar pada masyarakat hormat untuk kemampuan individu untuk membuat keputusan

tentang hal-hal pribadi. utonomi telah menjadi lebih penting sebagai nilai-nilai sosial

telah bergeser untuk mendefinisikan kualitas medis dalam hal hasil yang penting bagi

 pasien daripada medis profesional. Menghormati otonomi adalah dasar informed consent

dan petunjuk terlebih dahulu.1

Dengan mempertimbangkan autonomi sebagai parameter gauge untuk (diri) perawatan

kesehatan, perspektif medis dan etika baik manfaat dari referensi tersirat untuk

Kesehatan. Psikiater sering diminta untuk mengevaluasi kemampuan pasien untuk

membuat keputusan hidup dan mati pada akhir kehidupan. Orang dengan kondisi jiwa

seperti depresi klinis delirium atau mungkin tidak memiliki kapasitas untuk membuat

keputusan akhir-kehidupan. Oleh karena itu, untuk orang-orang ini, permintaan untuk

menolak pengobatan mungkin diabaikan. Kecuali ada advance directive jelas sebaliknya,

orang-orang yang tidak memiliki kapasitas mental umumnya diperlakukan sesuai dengan

kepentingan terbaik mereka. Di sisi lain, orang yang memiliki kapasitas mental untuk

membuat akhir-keputusan hidup memiliki hak untuk menolak perawatan dan memilih

kematian dini jika itu yang mereka inginkan. Dalam kasus tersebut, psikiater harus

menjadi bagian dari melindungi hak itu.3 

b. 

Beneficence

Beneficence merupakan tindakan dokter yang mengutamakan kebaikan kepada pasien

dibandingkan kepentingan sendiri. Beneficence merujuk pada tindakan yang

mempromosikan kesejahteraan orang lain. Dalam konteks medis, ini berarti mengambil

tindakan yang melayani kepentingan terbaik pasien. Namun, ketidakpastian mengelilingi

Page 6: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 6/9

definisi yang tepat yang praktek lakukan dalam membantu pasien sebenarnya. James

Childress dan Tom Beauchamp dalam Prinsip Etika Biomedis mengidentifikasi kebaikan

sebagai salah satu nilai inti dari etika pelayanan kesehatan. Beberapa sarjana, seperti

Edmund Pellegrino,  berpendapat bahwa kebaikan adalah satu-satunya prinsip

fundamental etika medis. Mereka berpendapat penyembuhan yang harus menjadi tujuan

tunggal obat, dan bahwa usaha-usaha seperti operasi kosmetik , kontrasepsi dan

euthanasia jatuh di luar bidang tersebut.3 

c.  Non-Maleficence 

 Non maleficence adalah suatu tindakan dokter yang tidak mencelakakan atau

memperburuk keadaan pasien. Banyak menganggap bahwa harus menjadi pertimbangan

utama atau primer bahwa lebih penting untuk tidak membahayakan pasien, daripada

 berbuat baik kepada mereka. Hal ini sebagian karena praktisi antusias rentan terhadap

 perawatan menggunakan bahwa mereka percaya akan berbuat baik, tanpa terlebih dahulu

harus dievaluasi secara memadai untuk memastikan mereka tidak melakukan (atau hanya

tingkat yang dapat diterima dari) membahayakan. Banyak yang telah dilakukan kepada

 pasien sebagai hasilnya. Hal ini tidak hanya lebih penting untuk tidak membahayakan

daripada berbuat baik, namun juga penting untuk mengetahui seberapa besar

kemungkinan bahwa perawatan Anda akan membahayakan pasien.1 

Dalam prakteknya, bagaimanapun, banyak perawatan membawa beberapa risiko bahaya.

Dalam beberapa keadaan, misalnya dalam situasi putus asa mana hasil tanpa pengobatan

akan kubur, pengobatan berisiko yang memiliki kesempatan tinggi merugikan pasien

akan dibenarkan, sebagai risiko tidak memperlakukan juga sangat mungkin untuk

melakukan kejahatan. Jadi prinsip non-sifat mencelakakan tidak mutlak, dan saldo

terhadap prinsip kebaikan (berbuat baik), sebagai dampak dari dua prinsip bersama sering

menimbulkan efek ganda (lebih lanjut dijelaskan dalam bagian berikutnya).3 

"Non-maleficence" ditentukan oleh konteks budayanya. Setiap budaya memiliki definisi

sendiri kolektif budaya 'baik' dan 'jahat'. Definisi mereka tergantung pada sejauh mana

 budaya set nilai-nilai budaya, terpisah dari alam. Dalam beberapa kebudayaan istilah

"baik" dan "jahat" tidak hadir: bagi mereka kata-kata ini kurangnya pengalaman mereka

arti sebagai alam tidak membedakan mereka dari alam. budaya lain menempatkan

manusia dalam interaksi dengan alam, beberapa manusia tempat bahkan di posisi

Page 7: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 7/9

dominasi atas alam. Agama-agama adalah sarana utama ekspresi pertimbangan.

Tergantung pada pengkondisian konsensus budaya (dinyatakan oleh agama, politik dan

hukum sistem sosial perusahaan) definisi hukum Non-maleficence berbeda.

d.  Justice

Justice yaitu prinsip moral yang memetingkan fairness dan keadilan dalam

mendistribusikan sumber daya (disrtributive justce).1,2

Empat prinsip bioethical yang

sering digunakan dalam analisis etika medis otonomi, kebaikan, non-sifat mencelakakan

dan keadilan.

  Dimana prinsip-prinsip ini dipanggil mereka harus benar digunakan dan didefinisikan.

  Metode lain analisis dapat menghasilkan pendekatan yang lebih holistik dan tiga-dimensi

terhadap masalah.3  Sedangkan rules derivatnya adalah veracity (berbicara benar, jujur

dan terbuka), privacy (menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga

kerahasiaan pasien) dan fidelity (loyalitas dan promise keeping).

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

Kewajiban Umum

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan

standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi

oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun

fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh

 persetujuan pasien.

Page 8: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 8/9

Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan

setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal

yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa

sendiri kebenarannya.

Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis

yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki

kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau

 penggelapan, dalam menangani pasien

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak

tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 7d

Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk

insani.

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan

masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh

(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha

menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan

 bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Page 9: 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

7/23/2019 125888049 Etika Profesional Dokter Docx

http://slidepdf.com/reader/full/125888049-etika-profesional-dokter-docx 9/9

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien

Pasal 10

Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu

 pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada

dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat

 berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah

lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang

 pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas

 perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan.

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan

 persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran/kesehatan.1