126029204-obat-risperidone.docx

23
1 OBAT RISPERIDONE Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Obat antipsikotik dapat juga disebut sebagai  Neuroleptics, major tranquillizers, ataractics, antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptika. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekuivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat anti psikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) den gan dosis ekuivalennya.  1.1 Pembagian Obat Psikotik Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua ( atipikal). Antipsikotik Generasi Pertama (Tipikal) a. High Potency - Haloperidol - Flupenazin - Pimozid  b. Low Potenc y - Klorpromazin (CBZ/ Largactil)

Upload: rido-maulana

Post on 09-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    1/23

    1

    OBAT RISPERIDONE

    Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah

    obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Obat

    antipsikotik dapat juga disebut sebagai Neuroleptics, major tranquillizers, ataractics,

    antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptika. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi,

    delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat

    mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat

    antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50

    tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati

    Skizofrenia.

    Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang

    sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi,

    otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis

    yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekuivalen.

    Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah

    optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat anti psikosis lain

    (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekuivalennya.

    1.1 Pembagian Obat Psikotik

    Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang

    ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama

    (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua ( atipikal).

    Antipsikotik Generasi Pertama (Tipikal)

    a. High Potency

    - Haloperidol

    - Flupenazin

    - Pimozid

    b. Low Potency

    - Klorpromazin (CBZ/ Largactil)

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    2/23

    2

    - Proclorperazin

    - Tioridazin

    Antipsikotik Generasi Kedua (Atipikal)

    - Aripiprazol

    - Clozapine

    - Olanzapin

    - Paliperidon

    - Risperidon

    - Ziprasidon

    - Quatiapine

    1.2 Sejarah Obat Psikotik

    Obat anti-psikotik pertama atipikal, clozapine, ditemukan pada 1950-an, dan

    diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada 1970-an. Clozapine disukai karena keprihatinan

    atas obat yang dapat menginduksi agranulocytosis. Penelitian menunjukkan efektivitas dalam

    pengobatan skizofrenia. Meskipun efektivitas clozapine untuk pengobatan terhadap

    skizofrenia, agen dengan profil efek samping yang lebih menguntungkan yang dicari untuk

    digunakan secara luas.

    Selama tahun 1990-an, olanzapine, risperidone dan quetiapine diperkenalkan, dengan

    ziprasidone dan aripiprazole berikut di awal 2000-an. The paliperidone anti-psikotik atipikal,

    terbaru, telah disetujui oleh FDA pada akhir tahun 2006.Anti-psikotik atipikal sekarang

    dianggap sebagai pengobatan garis pertama untuk skizofrenia dan secara bertahap

    menggantikan antipsikotik tipikal. Di masa lalu sebagian besar peneliti sepakat bahwa

    karakteristik mendefinisikan suatu antipsikotik atipikal adalah kecenderungan efek Samping

    ekstrapiramidal (EPS) (Farah A. 2005) dan tidak adanya elevasi prolaktin berkelanjutan.

    (Seeman P.February 2002)

    Terminologi tersebut dapat tepat. Yang dimaksud dengan "atypicality" didasarkan atas

    tidak adanya efek samping ekstrapiramidal, tapi sekarang ada pemahaman yang jelas bahwa

    masih antipsikotik atipikal dapat menyebabkan efek tersebut (meskipun pada tingkat yang

    lebih rendah daripada antipsikotik tipikal) (Seeman P.2002)Tidak ada garis pemisah yang

    jelas antara antipsikotik atipikal yang khas dan oleh karena itu berdasarkan kategorisasi cara

    kerja obat kurang tepat. (Seeman P.February 2002).

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    3/23

    3

    Penelitian yang lebih baru mempertanyakan gagasan anti-psikotik generasi kedua lebih

    unggul daripada generasi pertama. Menggunakan beberapa parameter untuk menilai kualitas

    hidup, peneliti Manchester University menemukan bahwa tipikal anti-psikotik tidak lebih

    buruk daripada antipsikotik atipikal.(Jones PB, Barnes TR, Davies L, et al.2006) Karena

    setiap obat-obatan (baik generasi pertama atau kedua) memiliki profil sendiri efek yang

    diinginkan dan merugikan, neuropsychopharmacologist mungkin merekomendasikan salah

    satu yang lebih tua ("khas "atau generasi pertama) atau yang lebih baru(" atipikal "atau

    generasi kedua) antipsikotik sendiri atau dalam kombinasi dengan obat lain, berdasarkan

    profil gejala, pola respon, dan efek yang merugikan pada masing-masing pasien.(D.P. 2003).

    Setiap obat memiliki waktu paruh yang berbeda. Obat antipsikotik atipikal yang bekerja

    pada reseptor D2 mempunyai waktu paruh 24 jam, sementara antipsikotik tipikal berlangsung

    lebih dari 24 jam (Seeman P (February 2002).). Hal ini mungkin menjelaskan mengapa

    kekambuhan psikosis terjadi lebih cepat dengan antipsikotik atipikal dibandingkan dengan

    antipsikotik tipikal,karena obat ini diekskresi lebih cepat dan tidak lagi bekerja di otak

    (Seeman P (February 2002).). Ketergantungan fisik dengan obat ini sangat jarang, karena itu

    gejala withdrawal jarang terjadi. (Hschl, C. 2006). Terkadang jika AAP tiba-tiba berhenti

    dapat terjadi gejala psikotik, gangguan gerak dan kesulitan dalam tidur (Hschl, C. 2006).

    Ada kemungkinan bahwa withdrawal jarang terjadi karena AAP disimpan di jaringan lemak

    dalam tubuh dan direalese perlahan-lahan.

    1.3 Mekanisme Kerja

    Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan memblok

    reseptor D2khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga

    dengan Antagonis Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau antipsikotik

    tipikal.

    Kerja dari APG 1 menurunkan hiperaktifitas dopamine di jalur mesolimbik sehingga

    menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok reseptor D2

    di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan

    tuberoinfundibular.

    Apabila APG 1 memblok reseptor D2di jalur mesokortikal, dapat memperberat gejala

    negative dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamine di jalur tersebut. Blokade

    reseptor D2di nigrostriataldapat menyebabkab timbulnya gangguan dalam mobilitas seperti

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    4/23

    4

    pada Parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat menyebabkan gangguan pergerakan

    hiperkinetik (tardive dyskinesia). Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh APG 1

    menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan

    peningkatan berat badan.

    APG 1 selain menyebabkan terjadinya blockade reseptor D2pada keempat jalur

    dopamine, juga menyebabkan terjadinya blockade reseptor kolinergik muskarinik

    sehingga timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur,

    konstipasi dan kognitif tumpul.

    APG 1 juga memblok reseptor histamine (H1) sehingga timbul efek samping mengantuk dan

    peningkatan berat badan. APG 1 juga memblok reseptor 1 adrenergik sehingga dapat

    menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa hipotensi orthostatic, mengantuk,

    pusing, dan tekanan darah menurun.

    Antipsikotik generasi kedua (APG II) sering disebut sebagai Serotonin Dopamin

    Antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui

    interaksi antara serotonin dan dopamine pada keempat jalur dopamine di otak. Hal ini yang

    menyebabkan efek samping extrapyramidal system lebih rendah dan sangat efektif untuk

    mengatasi gejala negative.

    Perbedaan antara APG I dengan APG I I adalah APG I hanya memblok r eseptor D2

    sedangkan APG I I memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5H T2A) dan reseptor

    dopamine (D2).

    APG II bekerja secara simultan pada keempat jalur dopamine yaitu :

    Mesolimbik : APG II menyebabkan antagonis 5HT2A gagal untuk

    mengalahkan antagonis D2 di jalur ini sehingga blockade

    reseptor D2menang. Hal ini yang menyebabkan APG II dapat

    memperbaiki simptom positif skizofrenia. Pada keadaan normal

    serotonin akan menghambat pelepasan dopamine.

    Mesokortikal : APG II lebih banyak berpengaruh dalam memblok reseptor

    5HT2A dengandemikian meningkatkan pelepasan dopamine dan

    dopamine yang dilepas menang daripada yang dihambat. Hal

    ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif.

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    5/23

    5

    Nigrostriatal : pelepasan dopamine melebihi dari blokade reseptor dopamine

    sehingga mengurangi extrapyramidal simptom

    Tuberoinfundibular : pemberian APG II dalam dosis terapi akan menghambat

    reseptor 5HT2A menyebabkan pelepasan dopamine meningkatsehingga pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi

    hiperprolaktinemia.

    APG II tidak hanya bekerja pada antagonis reseptor 5HT2Adan D2, tetapi juga beberapa

    subtipe antara lain reseptor 5HT1A, 5HT1D, 5HT2c, 5HT3, 5HT6, 5HT7 dan D1, D3, D4 juga

    antimuskarinik (M1), antihistamin (AH1), 1, dan 2. Hal ini mengakibatkan APG II juga

    dapat memperbaiki mood dan menurunkan suicide, tidak hanya pada skizofrenia tetapi

    juga pada bipolar I dan II.

    Dopamin

    Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting dalam perilaku dan

    kognisi, gerakan sukarela, motivasi dan penghargaan, penghambatan produksi prolaktin

    (yang terlibat dalam laktasi), tidur, mood, perhatian, dan belajar. Neuron dopaminergik

    (yaitu, neuron yang utama adalah dopamin neurotransmitter) yang hadir terutama di daerah

    tegmental ventral (VTA) dari otak tengah, substantia nigra pars compacta, dan inti arkuata

    dari hipotalamus.

    Neuron dopaminergik membentuk sistem neurotransmitter yang berasal substantia nigra pars

    compacta, daerah tegmental ventral (VTA), dan hipotalamus. Akson ini proyek ke daerah-

    daerah besar dari otak melalui empat jalur utama:

    Mesocortical jalur menghubungkan daerah tegmental ventral lobus frontal korteks

    pre-frontal. Neuron dengan somas di wilayah proyek akson ventral tegmental ke

    korteks pre-frontal.

    Mesolimbic jalur membawa dopamin dari daerah tegmental ventral ke nucleus

    accumbens melalui amigdala dan hipokampus. Para somas dari neuron

    memproyeksikan berada di daerah tegmental ventral.

    Nigrostriatal jalur berjalan dari nigra substantia untuk neostriatum tersebut. Somas

    dalam proyek substantia nigra akson ke dalam nukleus dan putamen berekor. jalur ini

    terlibat dalam loop motor ganglia basal.

    Tuberoinfundibular jalur dari hipotalamus ke kelenjar pituitari.

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    6/23

    6

    Fungsi Dopamin :

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    7/23

    7

    a. Gerakan

    Melalui reseptor dopamin, D 1-5, dopamin mengurangi pengaruh dari jalur tidak

    langsung, dan meningkatkan tindakan jalur langsung dalam ganglia basal. Kurangnya

    dopamin biosintesis dalam neuron dopaminergik dapat menyebabkan penyakit

    Parkinson, di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengeksekusi halus,

    gerakan terkontrol.

    b.

    Kognisi dan korteks frontal

    Di lobus frontal, dopamin mengontrol arus informasi dari daerah lain di otak.

    Dopamin gangguan di wilayah otak dapat menyebabkan penurunan fungsi

    neurokognitif, terutama memori, perhatian, dan pemecahan masalah. Mengurangi

    konsentrasi dopamin di prefrontal cortex diperkirakan untuk memberikan kontribusi

    terhadap gangguan perhatian defisit. Telah ditemukan bahwa reseptor D1 serta

    reseptor D4 bertanggung jawab atas efek kognitif-meningkatkan dopamin. Pada

    sebaliknya, bagaimanapun, obat anti-psikotik bertindak sebagai antagonis dopamin

    dan digunakan dalam pengobatan gejala positif skizofrenia, meskipun, yang lebih tua

    disebut "biasa" antipsikotik yang paling sering bertindak pada reseptor D2, sedangkan

    obat atipikal juga bertindak pada reseptor D1, D3 dan D4.

    c. Pengaturan sekresi prolaktin

    Dopamin adalah inhibitor neuroendokrin utama dari sekresi prolaktin dari kelenjar

    hipofisis anterior. Dopamine dihasilkan oleh neuron dalam nukleus arkuata

    hipotalamus adalah dikeluarkan ke dalam pembuluh darah hypothalamo-hypophysial

    dari median eminence, yang memasok kelenjar pituitary. Sel-sel lactotrope yang

    menghasilkan prolaktin, dalam ketiadaan dopamin, prolaktin mensekresi terus

    menerus; dopamin menghambat sekresi ini. Dengan demikian, dalam konteks

    mengatur sekresi prolaktin, dopamine kadang-kadang disebut prolaktin-faktor

    penghambat (PIF),-menghambat hormon prolaktin (PIH), atau prolactostatin.

    d. Motivasi dan kesenangan

    Dopamin ini umumnya terkait dengan sistem kesenangan otak, memberikan perasaan

    kenikmatan dan penguatan untuk memotivasi seseorang secara proaktif untuk

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    8/23

    8

    melakukan kegiatan tertentu. Dopamin dilepaskan (terutama di daerah seperti

    accumbens inti dan korteks prefrontal) secara alami pengalaman berharga seperti

    makanan, seks, obat-obatan, dan netral rangsangan yang menjadi terkait dengan

    mereka. Studi terbaru menunjukkan bahwa agresi juga dapat merangsang pelepasan

    dopamin dengan cara ini. Teori ini sering dibahas dalam hal obat-obatan seperti

    kokain, nikotin, dan amfetamin, yang secara langsung atau tidak langsung

    mengakibatkan peningkatan dopamin di jalur imbalan mesolimbic otak, dan dalam

    kaitannya dengan teori neurobiologis dari kecanduan kimia

    Serotonin

    Serotonin memiliki efek pada nafsu makan, tidur dan metabolisme umum. Dalam darah, situs

    penyimpanan utama adalah trombosit, yang mengumpulkan serotonin dari plasma.

    Pendarahan menyebabkan pelepasan serotonin, yang menyempitkan pembuluh darah.

    Iritasi hadir dalam makanan memicu sel enterochromaffin untuk merilis serotonin untuk

    meningkatkan gerakan peristaltik untuk pengosongan usus. Kebocoran serotonin usus ke

    dalam aliran darah pada tingkat yang lebih cepat dari trombosit dapat menyerapnya

    meningkatkan serotonin bebas dalam darah, yang mengaktifkan 5HT3 reseptor di zonamemicu chemoreceptor yang merangsang muntah.

    Pada manusia sejak tingkat HT 1Aaktivasi reseptor-5 di negatif menunjukkan hubungan otak

    dengan agresi, dan mutasi pada gen yang kode untuk HT 2Areseptor-5 mungkin dua kali lipat

    risiko bunuh diri bagi mereka dengan genotipe itu.

    Serotonergik isyarat memainkan peran penting dalam modulasi manusia, marah mood dan

    agresi. Individu dari C.elegans''''menghadapi stres (misalnya lingkungan dengan makanan)

    kembali perilaku normal jika diberi obat serotonin meningkat. Obat yang sama memiliki efek

    yang sama pada manusia, tindakan serotonin pada cacing kawin dan bertelur menyerupai efek

    pada seksualitas manusia.

    Serotonin juga dapat bertindak sebagai faktor pertumbuhan langsung. kerusakan hati

    meningkatkan ekspresi seluler dari 5-HT2A dan reseptor 5-HT2B. Serotonin hadir dalam

    darah kemudian merangsang pertumbuhan sel untuk memperbaiki kerusakan hati.

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    9/23

    9

    5HT2B juga mengaktifkan reseptor osteoblas, yang membangun tulang Namun, serotonin

    juga mengaktifkan osteoklas, tulang yang menurunkan.

    Serotonin selain membangkitkan aktivasi endotel oksida nitrat sintase dan merangsang

    melalui reseptor 5-HT1B bermeditasi mekanisme fosforilasi p44/p42 mitogen-diaktifkan

    aktivasi protein kinase dalam bovine kultur sel endotel aorta. Serotonin mempunyai kegiatan

    yang luas di otak, dan variasi genetik pada reseptor serotonin dan transporter serotonin, yang

    memudahkan pengambilan kembali serotonin ke presynapses, telah terlibat dalam penyakit

    saraf. Obat menargetkan serotonin-induced jalur yang digunakan dalam pengobatan

    gangguan kejiwaan banyak.

    1.4 Pemilihan obat

    Di antara obat yang sesuai terhadap diagnosis tertentu, obat spesifik harus dipilih

    menurut riwayat respons obat pasien (kepatuhan, respons terapeutik, dan yang merugikan).

    Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang

    sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping). Pemilihan

    jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping

    obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen. Misalnya pada contoh sebagaiberikut : Chlorpromazine dan Thioridazine yang efek samping sedatif kuat terutama

    digunakan terhadap Sindrom Psikosis dengan gejala dominan: gaduh gelisah, hiperaktif, sulit

    tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku, dll. sedangkan Trifluoperazine,

    Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah digunakan terhadap Sindrom

    Psikosis dengan gejala dominan; apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan

    inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dll.

    Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

    sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain

    (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek

    samping belum tentu sama.

    Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat

    antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya,

    dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    10/23

    10

    Anti-psikosis Mg.q Dosis (mg/h) Sedasi Otono

    mik

    Eks.Pr

    Chlorpromazine

    ThioridazinePerphenazine

    Trifluoperazine

    Fluphenazine

    Haloperidol

    Pimozide

    Clozapine

    Levomepromazine

    Sulpiride

    Risperidone

    100

    1008

    5

    5

    2

    2

    25

    25

    200

    2

    150

    1008

    5

    5

    2

    2

    25

    50

    200

    2

    600

    90048

    60

    60

    100

    6

    75

    300

    1600

    9

    +++

    ++++

    +

    ++

    +

    +

    ++++

    ++++

    +

    +

    +++

    ++++

    +

    +

    +

    +

    +

    ++

    +

    +

    ++

    ++++

    +++

    +++

    ++++

    ++

    -

    +

    +

    +

    Tetapi obat yang terakhir ini paling mudah menyebabkan timbulnya gejala

    ekstrapiramidal, pada pasien yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikan

    dengan Thioridazine (dosis ekivalen) dimana efek samping ekstrapiramidalnya sangat ringan.

    Untuk pasien yang sampai timbul "tardive dyskinesia" obat antipsikosis yang tanpa efek

    samping ekstrapiramidal adalah obat generasi baru/atipikal.

    1.5 Pengaturan Dosis

    Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

    Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu.

    Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam.

    Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x perhari).

    Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping

    (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas

    hidup pasien.

    Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari

    sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran sindrom psikosis)dievaluasi setiap

    2 minggu dan timbul bila perlu dinaikkan dosis optimalditurunkan setiap 2 minggu

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    11/23

    11

    dosis maintenance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2

    hari/minggu)tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggustop.

    Neuroleptika dengan dosis terapeutik tinggi seperti chlorpromazine, thioridazine,

    perazine) lebih baik digunakan untuk : Hiperaktivitas motorik, kegelisahan, kegaduhan,

    agitasi (agresif).

    Neuroleptika dengan dosis terapeutik rendah seperti flufenazin, trifluoperazin,

    perfenazin, haloperidol, pimozid lebih manjur untuk : Skizofrenia seperti autisme, gangguan

    proses pikir, gangguan afek dan emosi.

    Antipsikotik spektrum luas; untuk psikotik akut termasuk : Levomepromazine,

    Klorprotixen, Tioridazin, Klorpromazin.

    Antipsikotik jangka panjang digunakan untuk psikotik kronik termasuk : Haloperidol,

    Trifluoperazin, Flufenazin.

    1.6 Antipsikotik tipikal

    Antipsikotik tipikal memiliki keuntungan jarang menyebabkan terjadinya Sindrom

    Neuroleptik Malignan (SNM) dan cepat menurunkan simptom positif. Namun antipsikotik

    tipikal juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

    1.

    Mudah terjadi extrapyramidal syndrome dan tardive dyskinesia

    2.

    Memperburuk simptom negative dan kognitif

    3. Meningkatkan kadar prolaktin

    4.

    Sering menyebabkan kekambuhan

    1.6.1 Pembagian antipsikotik tipikal

    A.

    Berdasarkan Potensi

    a) Potensi Tinggi

    Potensi tinggi bila dosisi APG 1 yang digunakan kurang atau sama

    dengan 10 mg. APG 1 potensi tinggi diantaranya haloperidol, fluphenazine,

    dan trifluoperazine, dan thiothixene.

    Potensi antidopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi

    seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan

    darah rendah.

    b) Potensi Sedang

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    12/23

    12

    Potensi sedang bila dosis APG 1 yang digunakan antara 10 50 mg.

    APG 1 potensi sedang diantaranya adalah perphenazine, loxapine dan

    molindone.

    Digunakan untuk penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping

    APG 1 potensi tingi dan potens rendah.

    c)

    Potensi Rendah

    Potensi rendah bila dosis APG 1 yang digunakan lebih dari 50 mg.

    APG 1 potensi rendah diantaranya adalah chlorpromazine, thioridazine dan

    mesoridazine.

    Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi orthostatic, lethargi dan

    simptom antikolinergik meningkat. Simptom antikolinergik berupa mulut

    kering, retensi urine, pandangan kabur, dan konstipasi.

    B. Berdasarkan Rumus Kimia

    a)

    Phenothiazine :

    Rantai aliphatic : Chlorpromazine, levomepromazine

    Rantai piperazine : perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine

    Rantai piperidine : thioridazine

    b) Non Phenothiazine

    Butyrophenone : haloperidol

    Diphenylbutyl-piperidine : pimozide

    Benzamide : sulpiride

    Dibenzodiazepine : clozapine

    Benzisoxazole : risperidone

    No

    .

    Golongan Obat Sediaan Dosis Anjuran

    1. Phenothiazine

    ChlorpromazineTablet 25 dan 100mg

    Injeksi 25 mg/ml

    150600 mg/hari

    Perphenazin Tablet 2, 4, 8 mg 1224 mg/hari

    Trifluoperazin Tablet 1 dan 5 mg 1015 mg/hari

    Fluphenazine Tablet 2,5 mg, 5 mg 1015 mg/hari

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    13/23

    13

    Thioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150600 mg/hari

    2. ButyrophenoneHaloperidol

    Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg

    Injeksi 5 mg/ml

    5 -15 mg/hari

    Droperidol Ampul 2,5 mg/ml 7,515 mg/hari

    3.Diphenyl-butyl-

    piperidine

    Pimozide Tablet 1 dan 4 mg 14 mg/hari

    1.6.2 Beberapa obat antipsikotik tipikal

    a. Chlorpromazin

    Farmakodinamik :

    Susunan Saraf Pusat :

    Chlorpromazine (CPZ) menimbulkan efek :

    1. Sedasi dan sikap acuh terhadap lingkungan. Pemakaian yang lama dapat

    menimbulkan efek sedasi.

    2.

    Antipsikosis.

    3. Berkurangnya kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan kecekatan dan daya

    pemikiran yang berulang.

    4.

    Gangguan aktivitas motorik.

    5. Gejala Parkinsonisme (karena mempengaruhi ganglia basalis) efek

    ekstrapiramidal.

    6. Menurunnya ambang kejang. Sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi harus

    hati-hati. (Derivat piperazin dapat diberikan secara aman pada pasien epilepsi dengan

    dosis bertahap dan bersama antikonvulsan.

    Otot Rangka :

    CPZ menimbulkan relaksasi otot skelet yang dalam keadaan spastik.

    Endokrin :

    Menghambat ovulasi dan menstruasi.

    Kardiovaskular :

    Dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.

    Farmakokinetik

    Semua fenotiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan peroral maupun parenteral.

    Penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    14/23

    14

    suprarenal dan limpa. Setelah pemeberian CPZ dosis besar, maka masih ditemukan ekskresi

    CPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan.

    Efek Samping

    Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping

    berupa gejala idiosinkrasinya mungkin timbul, seperti ikterus, dermatitis, leukopenia. Semua

    derivat fenotiazin menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

    b. Haloperidol

    Haloperidol adalah obat antipsikosis yang kuat dengan nama dagang : haloperidol

    decanoas haloperidol 50 mg/ml. Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam

    agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini digunakan sebagai terapi rumatan

    untuk psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik, dan psikosis yang

    diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan

    pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, bat ini dapat digunakan pada pasien sindrom mental

    organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan untuk mengatasi

    gangguan perilaku yang berat. Dosis inisial 50-100 mg.

    Haloperidol sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal/sindroma parkinson; dimana

    gejalanya berupa :

    -

    Wajah seperti topeng (kekakuan)

    - Tremor

    -

    Suara seperti pelo (susah didengar)

    - Hipersalivasi

    - Jalan seperti robot

    Tindakan untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal adalah dengan tablet

    trihexyphenidyl (artane) 3-4 x 2 mg/hr, sulfas atropin 0,50-0,75, mg (IM). Haloperidol selain

    antipsikotik dapat digunakan sebagai antianxietas dengan dosis rendah dimana 100 CPZ

    setara dengan 1,5 - 2,5 mg haloperidol.

    Rapid Neuroleptization

    Haloperidol 5-10 mg (im) dapat diulangi setiap 30 menit, dosis maksimum adalah 100

    mg dalam 24 jam. Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari

    sindrom psikosis.

    Kontra indikasi

    - Penyakit hati

    - Hematologi

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    15/23

    15

    - Epilepsi

    - Kelainan jantung

    -

    Febris yang tinggi

    - Penyakit SSP (parkinson, tumor otak)

    - Ketergantungan alkohol

    -

    Kesadaran makin memburuk

    c. Fluphenazine decanoate

    Fluphenazine mempunyai 3 bentuk :

    1. HCL = oral

    2. Enantat (injeksi)long acting

    3.

    Dekanoat (long acting)

    4. Klinikal Farmakologi

    Efek dasar fluphenazine decanoate tidak berbeda dari kelompok hidroklorida

    fluphenazine lainnya, kecuali durasi kerjanya. Esterifikasi dari fluphenazine memperpanjang

    efek kerja obat tanpa mengurangi efek dari penggunaan obat. Decanoate Fluphenazine

    memiliki aktivitas di semua tingkat sistem saraf pusat maupun pada sistem multiple organ.

    Mekanisme terapeutiknya masih belum dapat diketahui.

    Fluphenazine berbeda dari turunan fenotiazin lain dalam beberapa hal,obat ini lebih

    kuat dalam bentuk miligram,dan kurang potensiasi pada sistem saraf pusat depresan dan

    anestesi dibandingkan beberapa fenotiazin lainnya dan efek sedatifnya juga kurang, dan efek

    samping hipotensi lebih ringan dibandingkan beberapa golongan fenotizin yang terlebih

    dahulu.

    Indikasi dan Penggunaannya

    Injeksi Fluphenazine decanoate merupakan obat antipsikotik long-acting parenteral

    yang digunakan untuk pasien yang memerlukan terapi neuroleptik parenteral jangka panjang

    (misalnya pada skizofrenia kronis). Fluphenazine injeksi decanoate belum terbukti efektif

    dalam pengelolaan komplikasi perilaku pada pasien retardasi mental.

    Kontraindikasi

    Fenotiazin kontraindikasi untuk pasien dengan suspek kerusakan otak subkortikal.

    Senyawa fenotiazin tidak boleh digunakan dalam dosis besar hipnotik. Fluphenazine

    decanoate injeksi merupakan kontraindikasi pada keadaan koma atau pada keadaan depresi

    berat . Adanya kelainan darah atau kerusakan hati menghalangi penggunaan decanoate

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    16/23

    16

    fluphenazine. Fluphenazine decanoate tidak dapat digunakan pada anak di bawah usia 12

    tahun. Fluphenazi

    ne injeksi decanoate merupakan kontraindikasi pada pasien yang telah menunjukkan

    hipersensitivitas terhadap fluphenazine; lintas kepekaan terhadap fenotiazin derivatif

    mungkin terjadi.

    Dosis dan Tatalaksana

    Fluphenazine decanoate injeksi dapat diberikan secara intramuskuler atau subkutan.

    Harus digunakan syringe yang kering. Penggunaan jarum suntik basah dapat menyebabkan

    larutan menjadi keruh.

    Untuk awal terapi dengan fluphenazine decanoate rejimen berikut disarankan:

    Pada kebanyakan pasien, dapat diberikan dengan dosis initial 12,5-25 mg (0,5-1 mL)

    . Onset aksi yang umumnya muncul antara 24 dan 72 jam setelah penyuntikan dan efek obat

    pada gejala psikotik menjadi signifikan dalam waktu 48 sampai 96 jam. suntikan berikutnya

    dan interval dosis ditetapkan sesuai dengan respon pasien. Ketika diberikan sebagai terapi

    pemeliharaan, injeksi tunggal mungkin efektif dalam mengontrol gejala skizofrenia hingga

    empat minggu atau lebih. Respon terhadap dosis tunggal dapat bertahan selama enam minggu

    pada beberapa pasien pada terapi pemeliharaan.

    . Ketika gejala akut telah mereda, dapat diberikan fluphenazine decanoate 25 mg (1

    mL); dosis berikutnya disesuaikan seperlunya. Dosis tidak boleh melebihi 100 mg. Jika dosis

    yang lebih besar dari 50 mg yang dianggap perlu, dosis berikutnya dan dosis berhasil harus

    ditingkatkan hati-hati dengan penambahan sebesar 12,5 mg.

    d. Obat anti psikotik long acting

    Obat anti psikosis long acting yang sering digunakan adalah :

    Haloperidol decanoat 50 mg/cc

    Fluphenazine Decanoate/ Enanthate 25 mg/cc

    Obat long actingdiberikan secara intramuskular (IM) untuk 2 sampai 4 minggu. Obat

    ini sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang

    tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan

    pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan.

    Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral sebaiknya diberikan per oral dahulu beberapa

    minggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas. Pemberian anti psikosis "long

    acting" hanya untuk terapi stabilitas dan pemeliharaan (maintenance therapy/rumatan)

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    17/23

    17

    terhadap kasus skizofrenia. Sebanyak 15-25% kasus menunjukkan toleransi yang baik

    terhadap efek samping ekstrapiramidal

    1.7 Antipsikotik atipikal

    APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan yaitu :

    1.

    APG II menyebabkan extrapyramidal symptom jauh lebih kecil disbanding APG I,

    umumnya pada dosis terapi jarang terjadi extrapyramidal symptom.

    2. APG II dapat mengurangi symptom negative dari skizofrenia dan tidak memperburuk

    gejala negative seperti yang terjadi pada pemberian APG I

    3. APG II menurunkan symptom afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk

    pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.

    4.

    APG II menurunkan symptom kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit

    Alzheimer.

    Akibat interaksi dengan banyak reseptor lainnya maka APG II dapat menyebabkan

    terjadinya beberapa efek samping misalnya peningkatan berat badan, sedasi, kejang atau

    agranulositosis.

    1.7.1 Pembagian antipsikotik atipikal

    Antipsikotik Generasi Kedua (APG II) yang digunakan sebagai :

    First line : risperidon, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, aripiprazole

    Second line : clozapine

    Indikasi pengobatan dari obat antipsikotik atipikal antara lain :

    Sindrom psikosis

    Sindrom psikosis fungsional, misalnya : skizofrenia, psikosis paranoid

    Sindrom psikosis organik, misalnya : demensia, intoksikasi alkohol

    Indikasi spesifik, misalnya : efektif untuk menurunkan gejala negatif skizofrenia dan

    terapi pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat antipsikotik konvensional.

    1.7.2 Beberapa obat antipsikotik atipikal

    a. Clozapine

    Clozapine adalah obat antipsikotik dari jenis yang baru. Jarang disertai dengan efek

    samping yang mirip parkinsonisme dibandingkan antipsikotik konvensional. Bekerja

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    18/23

    18

    terutama dengan aktivitas antagonisnya pada reseptor dopamin tipe 2 (D2). Clozapine

    efektif terhadap gejala negatif skizofrenia dibandingkan antipsikotik konvensional.

    Clozapine disertai agranulositosis pada kira-kira 1 sampai 2 persen dari semua pasien.

    Memerlukan monitoring hematologis setiap minggu pada pasien yang diobati dengan

    clozapine.

    Clozapine cepat diabsorpsi dari saluran gastrointestinal (GI). Kadar puncak dalam

    plasma dicapai dalam 1 - 4 jam (rata-rata 2 jam). Clozapine dimetabolisme secara lengkap,

    dengan waktu paruh antara 10 dan 16 jam (rata-rata 12 jam). Kadar stabil dicapai dalam

    tiga sampai empat hari dengan dosis dua kali sehari. Metabolit diekskresi dalam urin dan

    feses.

    Clozapine memiliki potensi yang jauh lebih tinggi sebagai antagonis pada resptor D1,

    serotonin tipe 2 (5-HT), dan noradrenergik alfa (khususnya 1). Selain itu clozapine

    memiliki aktivitas antagonis pada reseptor muskarinik dan histamin tipe 1 (H 1) dan

    memiliki afinitas yang tinggi untuk reseptor dopamin tipe 4 (D4).

    Indikasi Terapeutik

    Indikasi satu-satunya yang diusulkan oleh FDA untuk clozapine adalah sebagai terapi

    untuk skizofrenia resisten, tardive dyskinesiaparah atau kepekaan khusus terhadap efek

    samping ekstrapiramidal dari obat antipsikotik standar. Berbeda dengan antipsikotik

    konvensional clozapine dapat mengobati pergerakan, gangguan skizoafektif, gangguan

    bipolar I yang parah, kepribadian ambang dan pasien dengan penyakit parkinson.

    Efek samping

    Ciri clozapine yang membedakannya dari antipsikotik standar adalah tidak adanya efek

    merugikan ekstrapiramidal, tidak mempengaruhi sekresi prolaktin dan tidak menyebabkan

    galaktorea.

    Dua efek merugikan yang paling serius dari clozapine adalah :

    - Agranulositosis

    Dengan monitoring klinis yang cermat terhadap kondisi hematologis pasien yang

    diobati dengan clozapine akhirnya dapat mencegah kematian dengan mengenali secara

    awal gangguan hematologis dan menghentikan pemakaian clozapine. paling sering terjadi

    dalam enam bulan pertama. Peningkatan usia dan jenis kelamin wanita merupakan faktor

    risiko tambahan untuk perkembangan agranulositosis akibat clozapine.

    - Kejang

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    19/23

    19

    Terapi phenobarbital (luminal) dapat diberikan untuk mengatasi kejang dan clozapine

    dapat dimulai kembali pada kira-kira 50 persen dosis sebelumnya. Selanjutnya dinaikkan

    kembali secara bertahap. Carbamazepine (Tegretol) tidak boleh digunakan dalam

    kombinasi dengan clozapine karena hubungannya dengan agranulositosis.

    Efek samping lainnya adalah :

    - Efek Kardiovaskular

    Takikardia, hipotensi, dan elektroensefalogram (EEG) berhubungan dengan terapi

    clozapine menunjukkan terjadinya takikardia, karena inhibisi vagal. Keadaan ini dapat

    diobati dengan antagonis adrenergik yang bekerja perifer. Efek hipotensif clozapine cukup

    parah, sehingga menyebabkan episode sinkop, bilamana dosis awal melebihi 75 mg sehari.

    - Sedasi, kelemahan, penambahan berat badan, berbagai gejala GI (paling sering adalah

    konstipasi), efek antikolinergik, dan demam. Sedasi paling sering terjadi pada awal terapi

    dan efek sedasi siang hari dapat diturunkan dengan memberikan sebagian besar dosis

    clozapine pada malam hari. Obat ini dapat diekskresikan dalam air susu, sehingga tidak

    boleh digunakan oleh ibu yang menyusui.

    Interaksi Obat

    Clozapine tidak boleh digunakan dengan salah satu obat lain yang disertai dengan

    perkembangan agranulositosis atau supresi sumsum tulang. Obat-obatan tersebut adalah

    carbamazepine, propylthiouracil, sulfonamide dan captopril (Capoten).

    Depresan sistem saraf pusat, alkohol, atau obat trisiklik yang diberikan bersama

    dengan clozapine dapat meningkatkan resiko kejang, sedasi, dan efek jantung. Pemberian

    bersama benzodiazepin dan clozapine dapat berhubungan dengan peningkatan insidensi

    hipotensi ortostatik dan sinkop.

    Titrasi dan Dosis

    Clozapine tersedia dalam bentuk tablet 25 dan 100 mg. Satu mg clozapin ekuivalen

    dengan kira-kira 1,5 sampai 2 mg chlorpromazine. Dosis awal biasanya 25 mg, satu atau dua

    kali sehari. Dosis awal konservatif adalah 12,5 mg dua kali sehari. Dosis selanjutnya dapat

    dinaikkan bertahap (25 mg sehari tiap dua atau tiga hari) sampai 300 mg sehari dalam dosis

    terbagi, biasanya dua atau tiga kali sehari.

    Peningkatan dosis secara bertahap diharuskan, terutama karena potensi perkembangan

    hipotensi, sinkop, dan sedasi. Efek merugikan tersebut biasanya dapat ditoleransi oleh pasien

    jika titrasi dosis dilakukan.

    Sediaan obat

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    20/23

    20

    Nama generik : Clozapine

    Nama dagang : Clozaril (Novartis), Sizoril (Meprofarm).

    Sediaan : tab 25 mg dan tab 100 mg

    Dosis anjuran : 25100 mg/hari

    b. Risperidon

    Risperidone adalah benzisoxazole pertama yang diperkenalkan di Amerika Serikat

    untuk terapi Skizofrenia. Afinitasnya bermakna untuk reseptor D2, selain itu, risperidone

    merupakan antagonis yang lipoten untuk reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2).

    Farmakokinetik

    Risperidone diabsorpsi cepat setelah pemberian oral. Absorpsi risperidone tidak

    dipengaruhi oleh makanan dan mencapai kadar puncak kira-kira satu jam setelah pemberian

    dan memiliki waktu paruh plasma kira-kira 24 jam. Hidroksilasi merupakan jalur

    metabolisme terpenting yang mengubah risperidone menjadi 9-hidroxyl-risperidone yang

    aktif.

    Studi risperidonedosis tunggal menunjukkan konsentrasi zat aktif dalam plasma yang

    lebih tinggi dan eliminasi yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada pasien dengan

    gangguan ginjal. Konsentrasi plasma tetap normal pada pasien dengan gangguan fungsi hati

    Farmakodinamik

    Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi

    terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidoneberikatan dengan

    reseptor 1-adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.

    Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki

    gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik

    dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin

    sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping

    ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari

    skizofrenia.

    Efek pada organ dan sistem spesifik

    Risperidone tidak mempunyai efek merugikan dari segi neurologis dan efek

    merugikan lainnya lebih sedikit dibandingkan obat lain dalam kelas ini.

    Indikasi terapeutik

    Indikasi terapeutik risperidone hampir sama dengan clozapine yaitu untuk terapi

    skizofrenia yang resisten terhadap terapi dengan antipsikotik konvensional.

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    21/23

    21

    Efek samping

    Efek samping seperti sedasi, otonomik dan ekstrapiramidal pada risperidone lebih

    ringan dibanding dengan obat antipsikotik konvensional lainnya.

    Dosis

    Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari

    Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari

    (titrasi lebih rendah dilakukan pada beberapa pasien)

    Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari

    Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yang

    lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas

    10 mg/hari dapat digunakan hanya pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih

    besar dibanding dengan risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya

    sehingga tidak boleh digunakan.

    Interaksi Obat

    Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP dan

    alkohol.

    Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopamin

    lainnya.

    Karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone.

    Clozapinedapat menurunkan bersihan risperidone.

    Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik

    (risperidone dan 9-hydroxy-risperidone) dengan meningkatkan konsentrasi

    risperidone.

    c. Olanzapine

    Farmakokinetik

    Olanzapine mencapai level puncak di dalam plasma dalam waktu 6 jam dan waktu

    paruhnya kira-kira 30 jam.

    Indikasi Terapeutik

    Pengobatan skizofrenia yang resisten dan dapat digunakan untuk mengurangi gejala

    negatif dan agitasi.

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    22/23

    22

    Efek Samping

    Efek samping antikolinergik seperti konstipasi dan mulut kering meningkat

    berhubungan erat dengan dosis yang digunakan. Tidak menyebabkan

    leukopeni/agranulositosis seperti pada clozapine. Olanzapin menunjukkan peningkatan

    hepatik transaminase (ALT, AST, GGT) dosis dependen dan menunjukkan gejala

    ekstrapiramidal.

    d. Quetiapine

    Farmakokinetik

    Quetiapine secara cepat diabsorbsi sesudah diminum, mencapai konsentrasi puncak di

    plasma dalam waktu 1,5 jam, dimetabolisme oleh hepar. Dengan waktu paruh 6 jam yang

    terdapat di dalam batas dosis klinik yang dianjurkan.

    Efek Samping

    Hipertensi

    Quetiapine mungkin dapat menyebabkan hipertensi ortostatik dengan gejala-gejala

    kedinginan, takikardi dan pada beberapa pasien terjadi sinkop, khususnya selama periode

    pemberian dosis inisial.

    Katarak

    Liver Secara asimtomatik, trasien dan reversibel meningkatkan serum transaminase

    (terutama ALT).

    Efek samping lainnya adalah somnolen, gejala ekstrapiramidal, dan NMS.

    Indikasi

    Gejala positif pada skizofrenia.

    Gejala negatif pada skizofrenia.

    Gangguan kognitif pada skizofrenia.

    Gangguan mood pada skizofrenia.

    Perilaku agresif pada skizofrenia.

    e. Aripiprazole

    Sediaan obat

  • 5/19/2018 126029204-Obat-Risperidone.docx

    23/23

    23

    Nama generik : Aripriprazole

    Nama dagang : Abilify (Otsuka)

    Sediaan : tab 10-15 mg

    Dosis anjuran : 10-15mg/hari

    Indikasi

    Skizofrenia (ini masih dalam penelitian lebih lanjut).

    Efek samping

    Efek samping yang dapat terjadi adalah

    Gangguan ekstrapiramidal (insidensnya sangat minimal).

    Penambahan berat badan (sangat minimal).

    Peningkatan QT interval (miniimal sampai tidak terjadi).

    Peningkatan kholesterol, glukosa, dan prolaktin (minimal).