127007709 makalah kmb copy docxsirosis hepatitis
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………......................................i KATA PENGANTAR……...…………………………………………................................iiDAFTAR ISI……….. …………………………………………….............................……..iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………..............................……………...1
1.1 Latar Belakang……………………………………………................................... 1 1.2 Tujuan………………………………………………………………………......1
BAB II PEMBAHASAN………….……………………………………………………..... 2
2.1 Pengertian Cirrhosis Hepatitis………………………………………………… 22.2 Anatomi Fisiologi…………………………………………………………….......22.3 Tipe Cirrhosis Hepatitis……………………………………………………….. 42.4 Etiologi………………………………………………………………………......42.5 Patofisiologi……………………………………………………………………52.6 Manifestasi Klinik Pada Penyakit Cirrhosis Hepatitis………………………… 52.7 Komplikasi Pada Penyakit Cirrhosis Hepatitis………………………………...62.8 Penatalaksanaan………………………………………………………………..82.9 Pengobatan…………………………………………………………………….8
BAB III RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................9
3.1 Pengkajian ..........................................................................................................................93.2 Diagnosa.............................................................................................................................103.3 Perencanaan.......................................................................................................................103.4. Implementasi....................................................................................................................113.5 Evaluasi...............................................................................................................................11
BAB IV : PENUTUP.......................................................................................................12 4.1.kesimpulan .......................................................................................................................12 4.2.Saran...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….......14
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia.di dalam hati
terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses
penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol dan penetralan
racun obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat kita bayangkan
akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati. Sirosis hepatis
adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah
besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi
tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar
paremkin hati yang mengalami regenerasi. Sirosis didefinisikan sebagai
proses difusi yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture
hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel
menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler
dengan berbagai ukuran yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih
sehat. Akibatnya bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya
penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena pota,
yang akhirnya menyebakan hipertensi portal . Penyebab sirosis hati
beragam, selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di
akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit
metabolik, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya.
Di indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari
pada perempuan. Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan
kesehatan agar mayakakat dapat mewaspadai bahaya penyakit sirosis
hepatis .Sedangkan peran perawat dalam merawat pasien dengan penyakit
sirosis hepatis adalah mencakup perbaikan masukan nutrisi klien,
membantu klien mendapatkan citra diri yang positif dan pemahaman
dengan penyakit dan pengobatanya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang konsep dasar
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk
memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan
penyakit sirosis hepatis.
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan mahasiswi
dalam memberikan asuha keperawatan pada penyakit sirosis hepatis.
2.Tujuan Khusus: Agar mahasiswa memperoleh gambaran secara nyata dalam
merawat pasien dengan sirosis hepatis. Agar mahasiswa memahami tentang sirosis hepatis Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh
pada klien dengan sirosis hepatis. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah keperawatan
yang muncul pada klien dengan sirosis hepatis. Agar mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan
pada klien dengan sirosis hepatis. Agar mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan
pada klien dengan sirosis hepatis. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang
telah dilakukan. Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
klien dengan sirosis hepatis.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Cirrhosis Hepatitis
Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana
secara anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul
regenerasi dan nekrosis.
Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare 1999 Sirosis hepatis adalah
penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan
ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat, dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan
jaringan ikat dan nodul
B.Anatomi fisiologi
1. Anatomi Hati
Hati merupakan kelenjarterbesar di dalam tubuh manusia. Hati
terletak di belakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen
daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gram, dan dibagi
menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis
jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi
massa hati menjadi unit unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus.
Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma,
permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen.
Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus
oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan
dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan
diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare
area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior,
diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Secara anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan
epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh
cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila
teraba berarti ada pembesaran hepar).
Secara mikroskopis, hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari
serabut kolagen dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson.
2. Fisiologi Hati
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh,
merupakan sumber energy tubuh sebanyak 20% serta menggunakan
20-25% oksigen darah.
Ada beberapa fungsi hati yaitu:
a) Sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan
protein saling berkaitan satu sama lain. Hati mengubah pentosa dan
heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme
ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati
kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses
pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut glikoneogenesis.
Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama
glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui
heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa.
Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan
ATP, dan membentuk/biosintesis senyawa 3 karbon (3C), yaitu piruvic
acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
2. Sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak dapat dipecah menjadi beberapa komponen:
1. Senyawa 4 karbon → keton bodies.
2. Senyawa 2 karbon → active acetate (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol).
3. Pembentukan cholesterol.
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid.
3. Sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino.
Dengan proses deaminasi hati juga mensintesis gula dari asam lemak
dan asam amino. Dengan proses transaminasi hati memproduksi
asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan
satusatunya organ yg membentuk plasma albumin dan globulin.
Hati organ utama bagi produksi urea Urea merupakan end
product metabolisme protein. globulin selain dibentuk di dalam hati,
juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang globulin hanya dibentuk di
dalam hati. Albumin mengandung 584 asam amino dengan BM
66.000.
4. Sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein
yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk
fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Faktor ekstrinsiakan
beraksi jika benda asing mengenai pembuluh darah dan factor
instrinsik akan beraksi jika berhubungan dengan katup
jantungvitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan
beberapa faktor koagulasi.
5. Sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati, khususnya vitamin A, D,
E, dan K.
6. Sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh. Proses detoksikasi terjadi
pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi, dan konjugasi
terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun dan obat over
dosis.
7. Sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen, dan
berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu, sel kupfer juga
ikut memproduksi ∂-globulin sebagai imun livers mechanism.
8. Sebagai hemodinamik
Hati merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran
darah.Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati
yang normal 1500 cc/menit atau 1000-1800 cc/menit. Darah yang
mengalir di dalam arteri hepatica 25% dan di dalam vena porta 75%
dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi
oleh faktor mekanis, pengaruh persyarafan, dan hormonal.
C. TIPE CIRRHOSIS HEPATITIS
Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati, yaitu:
1. Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana
jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirosis
ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan
merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara
Barat.
2. Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut
yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang
terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi
dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi
akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis),
insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan
sirosis poscanekrotik.
D.Etiologi
Sirosis terjadi di hati sebagai respon terhadap cedera sel
berulang dan reaksi peradangan yang di timbulkan. Penyebab sirosis
antara lain adalah infeksi misalnya hepatitis dan obstruksi saluran
empedu yang menyebabkan penimbunan empedu di kanalikulus dan
ruptur kanalikulus, atau cedera hepatosit akibat toksin.
Penyebab lain dari sirosis hepatis, yaitu:
1. Alkohol, suatu penyebab yang paling umum dari sirosis,
terutama di daerah Barat. Perkembangan sirosi tergantung
pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi alkohol.
Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan
kronis dapat melukai sel-sel hati. Alkohol menyebabkan suatu
jajaran dari penyakit-penyakit hati, yaitu dari hati berlemak
yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak
yang lebih serius dengan peradangan (steatohepatitis atau
alcoholic hepatitis), ke sirosis. Sirosis kriptogenik, disebabkan
oleh (penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi, misalnya
untuk pencangkokan hati). Sirosis kriptogenik dapat
menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada
sirosis, dan dapat pula menjurus padakanker hati.
2. Kelainan-kelainan genetik yang diturunkan/diwariskan
berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati
yang menjurus pada kerusakan jaringan dan sirosis. Contohnya
akumulasi besi yang abnormal (hemochromatosis) atau
tembaga (penyakit Wilson). Pada hemochromatosis,
pasienmewarisi suatu kecenderungan untuk menyerap suatu
jumlah besi yang berlebihan dari makanan.
3. Primary Biliary Cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati
yang disebabkan oleh suatu kelainan dari sistem imun yang
ditemukan pada sebagian besar wanita. Kelainan imunitas pada
PBC menyebabkan peradangan dan kerusakan yang kronis dari
pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati. Pembuluh-
pembuluh empedu adalah jalan-jalan dalam hati yang dilalui
empedu menuju ke usus. Empedu adalah suatu cairan yang
dihasilkan oleh hati yang mengandung unsur-unsur yang
diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam
usus serta produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin
(bilirubin dihasilkan dengan mengurai/memecah hemoglobin
dari sel-sel darah merah yang tua).
4. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit
yang tidak umum yang seringkali ditemukan pada pasien
dengan radang usus besar. Pada PSC, pembuluh-pembuluh
empedu yang besar diluar hati menjadi meradang, menyempit,
dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus pada
infeksi-infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit
yang menguning) dan akhirnya menyebabkan sirosis.
5. Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang
disebabkan oleh suatu kelainan sistem imun yang ditemukan
lebih umum pada wanita. Aktivitas imun yang abnormal pada
hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan
penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif dan
akhirnya menjurus pada sirosis.
1. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh
empedu kekurangan enzimenzim vital untuk mengontrol gula-
gula yang menjurus pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada
kejadian-kejadian yang jarang, ketidakhadiran dari suatu enzim
spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka parut pada paru
(kekurangan alpha 1 antitrypsin).
2. Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk
reaksi-reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obatan dan
paparan yang lama pada racun-racun, dan juga gagal jantung
kronis (cardiac cirrhosis). Pada bagian-bagian tertentu dari
dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu
parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum
dari penyakit hati dan sirosis.
E. Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis,
mengonsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang
utama. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat
menimbulkan kerusakan pada hati.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi
skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua
kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40
hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode
nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di
sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu
secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut, akhirnya jumlah
jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi.
Jaringan-jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil
regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga
hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkelapa besar dalam (hobnail appearance) yang khas. Sirosis Hepatis
biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang
sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun
atau lebih.
F.Manifestasi Klinik Pada Penyakit Cirrhosis Hepatitis
Pembesaran Hati ( hepatomegali ). Pada awal perjalanan sirosis, hati
cendrung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut
menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui
palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati
yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati
(kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati
akan berkurang setelah jaringan parut sehingga menyebabkan pengerutan
jaringan hati.
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan
oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi
sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif akan berkumpul
dalam vena portal dan dibawa ke hati. Cairan yang kaya protein dan
menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini
ditujukan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang
cairan. Jarring-jaring telangiektasis atau dilatasi arteri superfisial
menyebabkan jarring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat
melalui inspeksi terhadap wajah dan seluruh tubuh.
Varises Gastroinstestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang
terjadi akibat perubahan fibrotik yang mengakibatkan pembentukan
pembuluh darah kolateral dalam sistem gastrolintestinal dan pemintasan
(shunting) darah dari pembuluh portal kedalam pembulu darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis
hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin
plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium
serta air dan ekskresi kalium.
Defisiensi Vitamin dan Anemia. Kerena pembentukan,penggunaan,
dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin
A,C,dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai
khususnya sebagai fenomena hemoragi yang berkaitan dengan defisiensi
vitamin K. Gastritiskronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-
sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati akan
menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia
dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan
kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas
rutin sehari-hari.
Kemunduran mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran
fungsi mental dengan ensefalopati. Karena itu, pemeriksaan neurologi
perlu dilakukan pada sirosis hepatis yang mencakup perilaku umum pasien,
kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola
bicara.
Manifestasi lainnya pada sirosis hepatis, yaitu:
1. Mual-mual dan nafsu makan menurun
2. Cepat lelah
3. Kelemahan otot
4. Penurunan berat badan
5. Air kencing berwarna gelap
6. Kadang-kadang hati teraba keras
7. Ikterus, spider navi, erytema palmaris
8. Hematemesis, melena
G.Komplikasi Pada Penyakit Cirrhosis Hepatitis
Komplikasi yang terjadi pada srosi hepatis, yaitu:
1. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka
kelebihan garam dan air berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit
pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini disebut edema atau
pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan
sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki
dyang mengalami edema akan menyebabkan suatu lekukan pada kulit
yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari
tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air
yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga
perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan
inidisebut ascitesyang menyebabkan pembengkakkan perut,
ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.
2. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak
mampu untuk melawan infeksi secara normal.SBP adalah suatu
komplikasi yang mengancam nyawa.Pada beberapa pasien penderita
SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit
perut dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
3. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal
varices)
Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat,
peningkatan tekanan vena pada kerongkongan yang lebih bawah, dan
mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari varices-
varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan
segera dapat menjadi fatal.
Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah
darah (muntahan dapat berupa darah merah bercampur dengan
gumpalan-gumpalan atau “coffee grounds”, yang belakangan
disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan
tinja/feces yang hitam, disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
darah ketika melewati usus (melena), dan kepeningan orthostatic
(orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu
kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu
posisi berbaring).
4. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi
secara cukup dalam darah sehingga fungsi dari otak menjadi
terganggu.Tidur pada siang hari daripada pada malam hari
(berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan
gejala yang paling dini dari hepatic encephalopathy.Gejala-gejala
lainnya adalah cepat marah, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
atau melakukan perhitungan, kehilangan memori, kebingungan atau
tingkat kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan
pada penyakit ini bahkan dapat menimbulkan kematian).
5. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-
ginjal berkurang. Fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-
perubahan cara darah mengalir melalui ginjal. Hepatorenal syndrome
didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal
untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan
jumlah-jumlah urine yang memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal
syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-angsur melalui waktu
berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu
atau dua minggu.
6. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon
tertentu yang dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan
paru-paru berfungsi secara abnormal. Darah yang mengalir melalui
paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup
oksigen dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami
sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga.
7. Hypersplenism
Hypersplenism adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah
sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang
rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah
(thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan,
leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan
thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan
berakibat pada perdarahan yang berkepanjangan (lama).
8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat
meningkatkan risiko kanker hati utama/primer (hepatocellular
carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor berasal
dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari
mana saja didalam tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.
H.Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala
yang ada.Sebagai contoh, antasid diberikan untuk mengurangi
distress lambung dan meminimalkan kemungkinan perdarahan
gastrointestinal. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan
proses kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak dan memperbaiki
status gizi pasien. Pemberian preparat diuretik yang
mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk
mengurangi asites dan meminimalkan perubahan cairan serta
elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik lainnya.
Penatalaksaan lainnya pada sirosis hepatis, yaitu:
1. Istirahat yang cukup sampai terdapat perbaikan ikterus, asites,
dan demam.
2. Makanan tinggi kalori dan protein.
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik.
4. Memperbaiki keadaan gizi.
5. Roboransia. Vitamin B Kompleks yang cukup. Dilarang makan-
makanan yang mengandung alkohol.
Penatalaksanaan pada asites dan edema, yaitu:
1. Istirahat dan diet rendah garam.
2. Bila istirahat dan diet rendah garam tidak dapat diatasi,
diberikan pengobatan diuretik berupa spironolakton 50-100
mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila
setelah 3-4 hari tidak terdapat perubahan.
3. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat
dikendalikan dengan terapi medikamentosa yang
intensif)lakukan terapi parasentesis.
4. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat
badan 1kg/2 hari atau keseimbangan cairan negative 600-800
ml/hari. Hati-hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam
satu saat, dapat mencetus ensefalopati hepatik.
Tes Faal Hati
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes
faal hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita
nilai.
Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan
lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan
cholesterol.Fungsi ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali
fosfatase. ∂-GT. Kerusakan sel hati atau jaringan hati, diperiksa
SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda
(karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis
B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan
virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV.
I.Pengobatan
1. Sirosis Hepatis
Pengobatan untuk sirosis hepatis, yaitu:
1. Simtomatis.
2. Supportif, yaitu:
1. Istirahat yang cukup.
2. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya:
cukup kalori,protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin.
3. Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati
akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon. Sekarang
telah dikembangkan perubahan strategi terapi untuk pasien
dengan hepatitis C kronis yang belum pernah
mendapatkanpengobatan IFN (intraferon), seperti:
1. kombinasi IFN (intraferon) dengan ribavirin.
2. terapi induksi IFN (intraferon).
3. terapi dosis IFN tiap hari
Terapi kombinasi IFN (intraferon) dan RIB(Ribavirin)
terdiri dari IFN(intraferon) 3 juta unit 3 x seminggu dan
RIB (ribavirin) 1000-2000 mg perhari tergantung berat
badan(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang
diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.
Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan
dosis yang lebihtinggi
dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan
dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggudengan atau
tanpa kombinasiRIB
Terapi dosis interferon setiap hari.Dasar pemberian IFN dengan
dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif
di serum dan jaringan hati.
Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah
terjadi komplikasi seperti:
1. Asites.
2. Spontaneous bacterial peritonitis.
3. Hepatorenal syndrome.
4. Ensefalophaty hepatic
2. Asites
Asites dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas:
1. Istirahat.
2. Diet rendah garam: untuk asites ringan dicoba dulu
dengan istirahat dan diet rendah garam dan penderita
dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita
harus dirawat.
3. Diuretik, pemberian diuretic hanya bagi penderita yang
telah menjalani diet rendah garam dan pembatasan cairan
namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg
setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat
pemberian diuretic adalah hipokalem dan hal ini dapat
mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan
utamadiuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan
dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap
tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresisnya
belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan
furosemid.
2. Terapi lain:
Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP), pengobatan SBP dengan
memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime),secara
parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat
akan rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan
Norfloxacin (400mg/hari)selama 2-3 minggu.
Hepatorenal Sindrome, dicegah dengan menghindari pemberian
diuretik yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit
seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan
secara konservatif dapat dilakukan berupa: Ritriksi cairan,garam,
potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang
nefrotoxic.Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti
dengan perbaikan dan fungsi ginjal.
Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus, prinsip
penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai
keadaan pasien stabil,dalam keadaan ini maka dilakukan:
Pasien diistirahatkan daan dpuasakan.
Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu
transfusi.
Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya, yaitu:untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan
es, pemberian obat-obatan, evaluasi darah.
Pemberian obat-obatan berupa
antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K, Vasopressin.
Octriotide dan Somatostatin
Ensefalopati Hepatik, nutrisi khusus hati akan menjaga kecukupan
kebutuhan protein dan mempertahankan kadar albumin darah
tanpa meningkatkan risiko terjadinya hiperamonia.Dengan nutrisi
khusus ini diharapkan status nutrisi penderita akan terjaga,
mencegah memburuknya penyakit hati, dan mencegah terjadinya
ensefalopati hepatik sehingga kualitas serta harapan hidup
penderita juga akan membaik.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENYAKIT SIRRHOCIS HEPATIS
Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Cirrhosis Hepatitis
1 .Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.
2. Tanda : Letargi dan Penurunan masa otot atau tonus.
3. Sirkulasi
Gejala: Riwayat GJK kronis, perikarditis, penyakit
jantungreumatik, kanker.
Disritmia » bunyi jantung ekstra (S3, S4)
4. Eliminasi
a. Gejala : Flatus.
b. Tanda : Distensi abdomen.Penurunan atau tak adanya bising
usus.Feses warna tanah liat,
melena.Urine gelap, pekat.
5. Makanan/Cairan
a.Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan / tidak
dapatmenerima. Mual / muntah.
b.Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan
( cairan ).Penggunaan jaringan.Edema umum pada jaringan. Kulit
kering, turgor buruk.Ikterik; angioma spider. Nafas berbau,
pendarahan gusi.
6. Neurosensori
a. Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan
kepribadian,penurunan mental.
b. Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma.Bicara
lambat atau tidak jelas.
Asterik (ensefalofati hepatic)
7. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan
atas.Pruritus
b. Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi.Fokus pada diri sendir
8. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea.
b. Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas
tambahan.Ekspansi paru terbatas (asites).Hipoksia.
9. Keamanan
a. Gejala : Pruritus.
b. Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik).Ikterik,
ekimosis, petekie.
Angioma spider / teleangiektasis, eritema palmar.
10. Seksualitas
a. Gejala : Gangguan menstruasi, impoten.
b. Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut
(dada,bawah lengan, pubis).
2.Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anorexia.
2. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan hipertensi
portal sekunder terhadap Sirosis Hepatis
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imobilitas sekunder terhadap kelemahan.
4. Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru.
5. Resiko tinggi terhadap proses pikir berhubungan dengan
perubahan fisiologi sekunder terhadap peningkatan kadar amonia
serum.
6. Resiko tinggi terhadap (hemoragi) cedera berhungan dengan
hipertensi portal
7. Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan
peran fungsi
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
9. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
informasi.
10. Resiko tinggi terhadap perdarahan berhubungan dengan
hipertensi portal.
3. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan
perencanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan :
DX 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat sekunder terhadap Anorexia
Tujuan : kebutuhan nutri si terpenuhi
Kriteria evaluasi : 1) Bertambah berat badan, 2) Melaporkan peningkatan
selera makan
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi lebih lanjut, 4) Turut serta dalam upaya
memelihara oral hygiene, 5) Nilai laboratorium dalam batas normal.
Perencanaan : 1) Timbang berat badan, 2) Berikan makan sedikit tapi
sering, 3) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan, 4) Awasi
periksaan laboratorium,
5) Konsul ahli diet, 6) Berikan obat sesuai indikasi, 7) Berikan makanan
halus,hindari makanan kasar sesuai indikasi.
DX 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang
berlebihan
Tujuan : Menunjukan volume cairan yang stabil.
Kriteria evaluasi : 1) Memperlihatkan peningkatan haluaran urine, (2
Memperlihatkan pengecilan lingkar perut, (3 Tanda –tanda vital dalam
batas normal, 4) Tidak ada edema
5) Mengikuti diit rendah natrium dan pembatasan cairan, (6 Hasil
laboratorium dalam batas normal.
Perencanaan: 1) Awasi tanda tanda vital, 2) Ukur lingkar abdomen, 3)
Dorong untuk tirah baring bila ada asites, 4) Awasi albumin serum dan
elektrolit, 5) Timbang berat badan, 6) Batasi asupan natrium dan cairan, 7)
Berikan diuretik, 8) Ukur masukan dan haluaran, 9) Berikan albumin sesuai
indikasi.
DX 3 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan asites
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.
Kriteria evaluasi : 1) Memperlihatkan turgor kulit normal pada ekstremitas,
2) Tidak ada luka dikulit, 3) Tidak ada edema dan tidak ada perubahan
warna kulit, 4) Menunjukan prilaku / tehnik untuk merncegah kerusakan
kulit,
Perencanaan : 1) Ubah posisi dengan sering dan latihan rentang gerak pasif
/ aktif, 2) Tinggikan ekstremitas, 3) Pertahankan sprei kering dan bebas
lipatan, 4) Berikan perawatan kulit dengan lotion.
DX 4 : Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan : Pola pernafasan efektif
Kriteria evaluasi : 1) Tidak edema, 2) nilai GDA dalam batas normal, 3)
Tanda-tanda vital dalam batas normal, 4) Tidak ada sianosis.
Perencanaan : ) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, 2) Ubah posisi
dengan sering
3) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, 4) Berikan oksigen tambahan, 5)
Siapkan untuk prosedur parasintetis / pirauperitoneovena, 6)Auskultasi
suara nafas, catat crakles,wheezing / ronchi
DX 5 : Resiko tinggi terhadap hemoragi cedera berhubungan dengan
hipertensi portal
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria evaluasi : 1) Tidak menunjukan adanya perdarahan, 2) Nilai
laboratorium dalam batas normal (Hb,Ht ), 3) Tanda tanda vital dalam
batas normal, 4) Haluaran urine dalam batas normal, 5) Tidak ada memar
dan hematom
Perencanaan :1) Observasi warna dan konsistensi feces, 2) Awasi tanda –
tanda vital
3) Observasi adanya pechie,perdarahan dan ekimosis, 4) Awasi nilai
laboratorium (Hb,Ht ), 5) Berikan obat sesuai indikasi, 6 ) catat adanya
perubahan mental / tingkat kesdaran, 7) Sarankan untuk memakai sikat
gigi yang lembut. 8) Hindarkan pengguanaan obat yang mengandung
aspirin.
DX 6 : Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan
perubahan fisiologis sekunder terhadap penigkatan kadar amonia serum
Tujuan : Perebaikan status mental / orientasi dengan kenyataan.
Kriteria evaluasi :1) Kadar amonia dalam batas normal, 2) Orientasi
terhadap waktu,tempat dan orang, 3) Pola tidur normal, 4)
Mempertahankan / menunjukan perhatian terhadap aktivitas di lingkungan
Perencanaan : 1) Observasi perubahan perilaku dan mental, 2) Catat
adanya ikterik, 3) Orientasikan kembali pada tempat,waktu dan orang, 4)
Pertahankan kenyamanan , berikan lingkungan yang tenang, 5)
Pertahankan tirah baring, 6) Awasi laboratorium seperti
amonia,PH,BUN,GDS,DL, 7) Berikan oksigen tambahan dan obat sesuai
indikasi
DX 7 : Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan
peran fungsi
Tujuan : Mempertahankan citra tubuh
Kriteria evaluasi : 1) Menyatakan akan perubahan dan penerimaan diri
pada situasi yang ada, 2) Mengidentifikasi perasaan dan metoda koping
terhadap persepsi diri negatif
Perencanaan : 1) Diskusikan situasi / dorong pernyataan takut, 2) Dukung /
berikan perawatan dengan positif, 3) Dorong keluarga untuk berpartisifasi
pada perawatan, 4) Rujuk ke pelanyanan konselor, 5) Kaji koping klien
dan keluaraganya terhadap perubahan penamplan.
DX 8 :Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar )tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Klien dan keluarga klien memahami melalui diskusi yang
interaktif.
Kriteria evaluasi :1) Menyatakan pemahaman proses penyakit, 2)
Menghubungkan dengan gejala dengan factor penyebab, 3) Melakukan
perubahan pola hidup dan partisifasi dalam perawatan.
Perencanaan : 1) Diskusikan pembahasan natrium, 2) Tekankan pentingnya
nutrisi yang baik, 3.) Berikan diit tertulis, 4) Instruksikan orang terdekat
untuk memberitahu pemberi perawatan akan adanya bingung, tidak rapi,
tidur berjalan, 5) Tekankan pentingnya menghindari alkohol.
Implementasi
Penatalaksaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang
ada.Sebagai contoh antasid diberikan untuk mengurangi distress lambung
dan meminimalkan kemungkinan perdarahan gastrointestinal. Vitamin dan
suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel-sel hati
yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian preparat
diuretik yang mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan
untuk mengurangi asites dan meminimalkan perubahan cairan serta
elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik lainnya.
Penatalaksaan lainnya pada sirosis hepatis, yaitu:
1. Istirahat yang cukup sampai terdapat perbaikan ikterus, asites,
dan demam.
2. Makanan tinggi kalori dan protein.
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik.
4. Memperbaiki keadaan gizi.
5. Roboransia. Vitamin B Kompleks yang cukup. Dilarang makan-
makanan yang mengandung alkohol.
Penatalaksanaan pada asites dan edema, yaitu:
1. Istirahat dan diet rendah garam.
2. Bila istirahat dan diet rendah garam tidak dapat diatasi,
diberikan pengobatan diuretik berupa spironolakton 50-100
mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila
setelah 3-4 hari tidak terdapat perubahan.
3. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat
dikendalikan dengan terapi medikamentosa yang
intensif)lakukan terapi parasentesis.
4. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat
badan 1kg/2 hari atau keseimbangan cairan negative 600-800
ml/hari. Hati-hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam
satu saat, dapat mencetus ensefalopati hepatik.
Tes Faal Hati
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal
hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita nilai.
Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan
lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan
cholesterol.Fungsi ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali
fosfatase. ∂-GT. Kerusakan sel hati atau jaringan hati, diperiksa
SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda
(karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis
B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan
virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV.
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan masing-masing diagnosa
keperawatan dalam bentuk catatan perkembangan pasien, format catatan
perkembangan pasien mengikuti format yang ada diruangan dan sudah
tersedia diruangan.
Penulisan catatan perkembangan dalam bentuk SOAP dilakukan
setiap hari atau per 24 jam. SOAP ini mengacu pada perkembangan kondisi
pasien dan respon pasien secara terstruktur.
Catatan perkembangan dilakukan setiap hari, dimulai setelah
dilakukan pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan.Dari beberapa
masalah keperawatan yang muncul, keseluruhan masalah keperawatan
tersebut 95% dapat teratasi dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan.
Karena masalah utama merupakan gangguan hepar maka sulit untuk
terpenuhi seperti kondisi normal, kondisi didukung juga oleh hasil USG
hepar menunjukan hasil sirosis hepar dengan hipertensi portal.
Hasil USG hepar juga menunjang terjadinya gangguan pada
kontraktilitas jantung karena adanya kegagalan jantung dalam memompa
karen aliran balik ke jantung menjadi terhambat karena adanya hipertensi
portal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia.di dalam hati
terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses
penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan
racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat kita bayangkan
akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan
jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi.
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh
fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang
tidak normal.
Penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus hepatitis
B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan,
bergai macam penyakit metabolik, adanya ganguan imunologis, dan
sebagainya. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian
terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker, di seluruh dunia sirosis menempati urutan
ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat
penyakit in. sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering di temukan
dalam ruangan perawatan bagian penyakit dalam. Di indonesia sirosis hati
lebih sering di jumpai pada laki laki dari pada perempuan
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang
penyakit sitosis hepatis ini,hal ini ditujukan apabila mahasiswa menemukan
kasus penyakit sirosis di lingkungannya,mahasiswa dapat melakukan
tindakan lebih awal dengan meminta pasien memeriksakan dirinya ke
dokter.
Selain itu asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis sangat
penting dipelajari siswa agar siswa dapat membuat asuhan keperawatan
pada klien dengan sirosis dan merawat klien jika berhadapan langsung
dengan klien dengan sirosis hepatis.
DAFTAR PUSTAKA
http://darkcurez.blogspot.com/2010/12/makalah-sirosis-hepatis.html
http://wayanpuja.wordpress.com/2011/05/19/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-sirosis-hepatis/
http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-sirosis-hepatis.html
http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-sirosis-hepatis.html
http://budilukmanto.org/index.php/sirosis-hepatis/41-sirosis-hepatis/144-seputar-hepatitis
http://muhammadsaink.blogspot.com/2011/04/prosesasuhan-keperawatan-proses.html?zx=b2050b1b73f274ab