129555326 refrat hepatitis a
DESCRIPTION
bnnTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh banyak
hal namunyang terpenting diantaranya adalah karena infeksi virus-virus
hepatitis.Virus-virus ini selaindapat memberikan peradangan hati akut, juga dapat
menjadi kronik.Hepatitis kronik dibedakan dengan hepatitis akut apabila masih
terdapat tanda-tanda peradangan hati dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan.
Virus-virus hepatitis penting yangdapat menyebabkan hepatitis akut adalah virus
hepatitis A (VHA), B (VHB), C (VHC) dan E(VHE) sedangkan virus hepatitis yang
dapat menyebabkan hepatitis kronik adalah virushepatitis B dan C.
Infeksi virus-virus hepatitis masih menjadi masalah masyarakat di
Indonesia.Hepatitis akut walaupun kebanyakan bersifat self-limited kecuali
hepatitis C, dapatmenyebabkan penurunan produktifitas dan kinerja pasien untuk
jangka waktu yang cukup panjang. Pengelolaan yang baik pasien hepatitis akibat
virus sejak awal infeksi sangat pentinguntuk mencegah berlanjutnya penyakit dan
komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul.
Di negara berkembang infeksi Hepatitis A terjadi pada usia relatif lebih
muda. Di negara bermusim tropis Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A sering
terjadi pada musim hujan dan mengalami siklus epidemik 5-10 tahun.
2
Di indonesia, KLB sering terjadi di sekolah, asrama, karyawan
perusahaan dengan jenis KLB common source dengan periode berkisar 1-2
bulan.Masa inkubasi 14-50 hari, rata-rata 28-30 hari. Masa penularan tinggi pada
1-2 minggu sebelum timbulnya gejala sampai beberapa hari setelah timbulnya
tanda-tanda mata kuning dan air kencing berwarnaa sepertiair teh, dan kuman
dapat ditemukan dalam tinja sejak 1-2 minggu sebelum munculnyagejala dan
menurun setelah gejala menghilang.Penularan HAV biasanya melalui fekal-oral,
kontiminasi feses pada makanan atau minuman, atau dengan menelan kerang
yang mengandung virus yang tidak di masak dengan baik.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, karena penularan
penyakit Hepatitis A ini cukup mudah, maka perlu dilakukan penelitiantentang
penangulangan penyakit Hepatitis A.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
adalah bagaimana cara menangulangi penyakit Hepatitis A di RW 09 kelurahan
Cipedes.
C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, akan dibahas tinjauan secara singkat mengenai
penanggulangan penyakit Hepatitis A
3
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Kepanitera
an Klinik Senior di Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Puskesmas Cipedes dan meningkatkan
pemahaman mahasiswa mengenai penanggulangan penyakit Hepatitis A.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita Hepatitis A berdasarkan
pengetahuan masyarakat.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita Hepatitis A berdasarkan
penyehatan lingkungan .
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita Hepatitis A berdasarkan
perilaku sehat.
d. Distribusi frekuensi penderita Hepatitis A tertinggi berdasarkan penyuluhan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hepar
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia.Hepar
pada manusiaterletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di
kedua sisi kuadran atas,yang sebagian besar terdapat di sebelah kanan.Beratnya
1200 ± 1600 gram.Permukaanatas terletak bersentuhan di bawah diafragma,
permukaan bawah terletak bersentuhan di atasorgan-organ abdomen.Hepar
difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dandibungkus oleh peritoneum
kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan denganv.cava inferior dan
mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh
peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding
abdomenanterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamennya:
1. Ligamentum falciformis :Menghubungkan hepar ke dinding anterior abdomen
danterletak di antara umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis = round ligament :Merupakan bagian bawah lig.
falciformis ;merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :Merupakan
bagian dariomentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan
5
duodenumsebelah proximal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat
Aa.hepatica, v.porta danduct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale
turut membentuk tepi anterior dariForamen Wislow.
4. Ligamentum Coronaria Anterior kiri±kanan dan Lig coronaria posterior kiri-
kanan :Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5. Ligamentum triangularis kiri-kanan :Merupakan fusi dari ligamentum
coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.Secara
anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan epigastrium,
danmelebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan
bahkan pada orangnormal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada
pembesaran hepar). Permukaan lobuskanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di
bawah aerola mammae. Lig falciformis membagihepar secaratopografis bukan
secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri
Gambar 1. Anatomi Hepar
6
B. Fungsi Hepar
Heparmerupakan pusatdarimetabolisme seluruhtubuh, merupakan
sumber energitubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 ± 25% oksigen darah. Ada
beberapa fungsi hatiyaitu:
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat.
Pembentukan dan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein saling
berkaitan 1 sama lain. Hati mengubah pentosa dan hektosa menjadi yang
diserap dari usus halus menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenesis.
Glikogen ditimbun dihati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi
glukosa. Mekanisme ini disebut glikogenelisis. Karena proses in hati
merupakan sumber utama pembentukan glukosa, selanjutnya hati
memecahkan glukosa menjadi heksosa monophospat shunt dan terbentuknya
pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan : menghasilkan
energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acis dan ATP.
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan
katabolisisasam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
a.Senyawa 4 karbon ±keton bodies
b.Senyawa 2 karbon ± active acetate(dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
c. Pembentukan cholesterol
7
d. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid. Hati merupakan pembentukan
utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol.Dimana serum
Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. Dengan
proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.
Dengan proses transaminasi, hatimemproduksi asam amino dari bahan-bahan
non nitrogen. Hati merupakan satu-satunyaorgan yg membentuk plasma
albumin dan α globulin danorgan utama bagi produksi urea.αglobulin selain
dibentuk didalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang. βglobulin
hanya dibentuk didalam hati. Albumin mengandung ± 584 asam amino dengan
BM66.000.
4. Pembentukan dan ekresi empedu 3
a. Metabolisme garam empedu : garam empedu penting untuk pencernaan dan
absorbsi lemak serta vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K) didalam usus.
b. Metabolisme pigmen empedu : Bilirubin (pigmen empedu utama) merupakan
hasil akhir metabolisme pemecahan eritrosit yang sudah tua. Proses
konjugasi berlansung dalam hati dan ekresi kedalam empedu
8
C. Definisi
Hepatitis adalah peradangan arti istilah umum dari hati dan dapat
disebabkan oleh berbagai berbeda virus seperti A, B, C, D, E. Manifestasipenyakit
hepatitis akibat virus bisa akut ( Hepatitis A )dapat pula Hepatitis kronik ( hepatitis
B,C ) dan adapulayang kemudian menjadi kanker hati ( Hepatitis B dan C ).4, 5
D. Etiologi dan faktor resiko
Hepatitis A disebabkan oleh virus Hepatitis A (HAV).HAV merupakan
jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di Amerika Serikat.Namun kasus ini
menurun sejak tahun 1970-an. HAV lazim terjadi pada anak dan dewasa muda.
Terdapat peningkatan insidensi pada musim tertentu yaitu pada musim gugur dan
musim dingin.3
HAV terutama ditularkan per oral dengan menelan makanan yang sudah
terkontiminasi feses. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi
akibatkontak dengan orang terinfeksi melalui kontiminasi feses pada makanan atau
minuman, atau dengan menelan kerang yang mengandung virus yang tidak di
masak dengan baik.3
HAV diekresikan di tinja oleh orang yang terinfeksi selam 1-2 minggu
sebelum dan 1 minggu setelah awitan penyakit. Masa penularan tertinggi adalah
pada minggu satu sampai kedua sebelum timbulnya gejala sampai beberapa hari
setelah timbulnya tanda-tanda mata dan air kencing berwarna seperti air teh, dan
kuman dapat ditemukan pada tinja sejak satu sampai dua minggu sebelum
9
munculnya gejala dan menurun setelah gejala menghilang. Penularan ditunjang
oleh sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk dan kontak yang intim
(tinggal serumah atau seksual). Masa inkubasi Hepatitis A 15-50 hari (rata-rata 30
hari).2, 6
Virus ini mengganggu fungsi hati sambil mereplikasi dalam
hepatosit.Sistem kekebalan individu ini kemudian diaktifkan untuk menghasilkan
reaksi spesifik untuk memerangi dan mungkin membasmi infeksi virus. Sebagai
kompensasi dari kerusakan hati terjadi peradangan atau Hepatitis.5
Faktor resiko penyakit Hepatitis A, diantaranya:6
1. Transmisi enterik (fekal-oral) predominan diantara anggota keluarga. Kejadian
luar biasa (KLB) dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan
bersama, makanan yang terkontiminasi dan air.
2. Pusat perawatan sehari-hari untuk bayi atau anak batita.
3. Berpergian ke negara berkembang
4. Perilaku seks oral anal
E. Patologi
Perubahan morfologi yang terjadi pada hati seringkali mirip untuk
berbagai macam virus yang berlainan.Pada kasus yang klasik hati tampaknya
berukuran dan berwarna yang normal, namun kadang-kadang agak edema,
membesar dan pada palpasi “terdapat nyeri ditepian”.Secara histologis, terjadi
kekacauan susunan hepatoseluler, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai
10
derajat, dan perandangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna,
bila fase akut penyakit mereda.3
F. Gambaran klinis
Sebagian besar infeksi HAV bersifat ringan dengan penyembuhan
sempurna dan memiliki gambaran klinis yang serupa.Gejala prodromal timbul
pada semua penderita dan dapat berlangsung selama satu atau dua minggu
sebelum awitan ikterus (meskipun tidak semua pasien mengalami
ikterus).Gambaran utama pada saat ini adalah malaise, rasa malas, anoreksia, sakit
kepala, demam derajat rendah. Disamping itu, di abdomen kuadran kanan atas
dapat terasa tidak nyaman.3
Fase prodromal di ikuti oleh fase ikterik dan awaitan ikterus.Fase ini
biasanya berlangsung selama empat hingga enam minggu namun dapat mulai
mereda dalam beberapa hari.Beberapa hari sebelum ikterus, biasanya penderita
merasa lebih sehat.Nafsu makan penderita kembali setelah beberpa minggu.
Bersamaan dengan demam yang mereda, urine menjadi lebih gelap dan feses
memucat, hati membesar sedang dan terasa nyeri.3
11
Gambar 2. Gambaran sklera ikterik
Menurut WHO tahun 2000, terdapat 4 fase klinis dari Hepatitis A;
1. Fase inkubasi atau periode praklinis, mulai dari 10 sampai 50 hari, di mana
pasien tetap asimtomatik meskipun replikasi aktif virus.
2. Fase prodromal atau preicteric mulai dari beberapa hari sampai lebih dari
seminggu, ditandai dengan munculnya gejala seperti hilangnya nafsu makan,
kelelahan, nyeri perut, mual dan muntah, demam, diare, urin gelap.
3. Fase ikterik, selama penyakit kuning berkembang pada tingkat bilirubin total
melebihi 20 - 40 mg / l. Pasien sering mencari bantuan medis pada tahap
penyakit mereka. Fase ikterik biasanya dimulai dalam waktu 10 hari dari gejala
awal. Demam biasanya membaik setelah beberapa hari pertama penyakit
kuning. Viremia berakhir tak lama setelah hepatitis berkembang, meskipun
tinja tetap menular selama 1 - 2 minggu.
4. Masa penyembuhan, di mana resolusi penyakit ini lambat, tapi pemulihan
pasien lancar dan angka kekambuhan penyakit Hepatitis terjadi pada 3 – 20
kasus.
12
G. Pemeriksaan penunjang
Kelainan biokimia yang paling didni adalah peningkatan kadar AST
(Asparatate aminotransferase) dan ALT (alanine aminotransferase), yang
mendahului awitan ikterus 1 atau 2 minggu. Konsentrasi puncak bervariasi dari
500 sampai 5000 U/L. Pemeriksaan urine pada saat awitan menunjukan adanya
bilirubin dan kelebihan urobilinogen. Bilirubin urin menetap selama penyakit
berangsung, namun urobilinogen urine akan menghilang untuk sementara waktu
bila terjadi fase obstruktif akibat kolestasis, dalam penyakit selanjutnya dapat
timbul peningkatan urobilinogen urine sekunder.3, 6
Pase ikterik dikaitkan dengan hiperbilirubinemia (baik bilirubin
terkonjugasi maupun tak terkonjugasi) yang biasanya kurang dari 10 mg/dl.Kadar
fosfatase alkali serum biasanya normal atau sedikit meningkat.Leukositosis ringan
lazim ditemukan pada hepatitis virus, dan waktu protombin dapat memanjang
antara 1-3 detik. Pada kasus yang tidak berkomplikasi, penyembuhan dimulai 1
atau 2 minggu setelah awitan ikterus, dan berlangsung 2 hingga 6 minggu.
Keluhan yang lazim adalah mudah lelah.Hepatomegali baru kembali normal
setelah beberapa minggu kemudian. Hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil uji
fungsi hati yang abnormal dapat menetap selama 3 hingga 6 bulan.3, 6
Diagnosis konfirmasi adalah kasus disertai hasil pemeriksaan serologi
ditemukan IgM positif atau pemeriksaan lain menunjukan positif Hepatais A dan
deteksi virus dan atau antigen dalam feses.Pada awal penyakit, kehadiran IgG anti-
HAV selalu disertai dengan adanya IgM anti- HAV.IgM anti HAV dapat dideteksi
13
selama fase akut dan 3 sampai 6 bulan setelahnya.Seperti IgG anti-HAV berlanjut
seumur hidup setelah infeksi akut, adanya anti-HAV yang positif tanpa IgM anti
HAV mengindikasikan infeksi lampau.2, 5, 6
H. Pengobatan
Infeksi Hepatitis A merupaka infeksi yang dapat sembuuh spontan.
1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
a. Tidak ada rekomendasi diet khusus
b. Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang
paling baik ditoleransi
c. Menhindari konsumsi alkohol selama fase akut
d. Diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umunya makanan yang paling
dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena
munkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah.
3. Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
4. Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise.
5. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A.
14
I. Pencegahan
Hepatitis A ditularkan melalui faecal-oral. Oleh karenanya, salah satu
cara pencegahan adalah proses memasak harus dilakukan dengan baik. Ada 5 tips
penting, khususnya bagi pembuat atau penjual makanan agar makanan yang
diproduksi aman dari virus Hepatitis A.Lima tips tersebut adalah7
1. Pertama, menjaga kebersihan dengan cuci tangan sebelum masak dan setelah
keluar toilet, cuci alat-alat masak dan alat makan, dapur harus bersih, tidak ada
binatang, serangga dll.
2. Kedua, pisahkan bahan makanan matang dan mentah dengan menggunakan alat
dapur dan alat makan yang berbeda serta simpan di tempat berbeda.
3. Ketiga, masak makanan hingga matang. Masak sampai matang, terutama
daging, ayam, telur, seafood, rebus sup hingga 70 derajat Celcius. Untuk daging
dan ayam, pastikan tidak masih berwarna pink serta panaskan makanan yang
sudah matang dengan benar.
4. Keempat, simpan makanan di suhu aman. Jangan simpan makanan matang di
suhu ruangan terlalu lama, masukan makanan ke dalam lemari es bila ingin
disimpan, sebelum dihidangkan, panaskan sampai lebih dari 60 derajat celcius,
serta jangan simpan terlalu lama di lemari es.
5. Kelima, gunakan air yang bersih dan bahan makanan yang baik. Pilih bahan
makanan yang segar, air yang bersih, proses memasak yang baik, cuci buah dan
sayur dengan baik, serta tidak menggunakan bahan makanan yang sudah
kadaluarsa.
15
Gambar 3. Cara mencegah penularan Hepatitis A
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan imunisasi karena
keterbatan pengobatan Hepatitis virus.Kini tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk
HAV maupun HBV. Pada bulan Februari 1995, vaksin pertama untuk HAV
disetujui untuk dilisensikan oleh FDA ( Food and Drug Administration) Amerika
Serikat.
Pencegahan dengan imunoprofilaksis:
1. Imunoprofilaksis sebelum paparan.
Vaksin diberikan dengan rekomendasi untuk jadwal pemberian dua
dosis bagi orang dewasa berumur 18 tahun dan yang lebih tua, dan dosis kedua
diberikan 6 hingga 12 bulan setelah dosis pertama. Anak berusia lebih dari 2
tahun dan remaja diberi tiga dosis, dosis kedua diberikan satu bulan setelah
dosis pertama dan dosis ketiga diberikan 6 hingga 12 bulan berikutnya.Anak
16
berusia kurang dari 2 tahun tidak divaksinasi. Cara pemberian adalah suntikan
intramuskular (IM) dalam otot deltoideus.3
Indikasi pemberian vaksin HAV diantaranya:6
a. Pengunjung ke daerah risiko tinggi
b. Homoseksual dan biseksual
c. Anak dan remaja pada daerah yang pernah mengalami kejadian luar biasa
d. Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka
nasional
e. Pasien yang rentan terhadap penyakit kronis
f. Pekerja laboratorium yang menagani HAV
g. Pekerja pada pembuangan air.
2. Imunoprofilaksis pasca paparan
a. Keberhasilan vaksin HAV setelah paparan belum jelas
b. Keberhasilan imunoglobulin sudah nyata akan tetapi tidak sempurna
c. Dosis dan jadwal pemberian imunoglobulin
Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin
setelah paparan
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
Indikasi : kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan infeksi
HAV akut
17
J. Komplikasi
Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1%) memperlihatkan kemunduran
klinis yang cepat setelah awitan ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati
masif.Hepatitis fulminan ditandai dengan tanda dan gejala gagal hati akut sampai
penciutan hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat, pemanjang waktu
protombin yang sangat nyata, dan koma hepatikum. HBV merupakan penyebab
50% kasus Hepatitis fulminan.
Sekita 5 hingga 10% pasien hepatitis virus mengalami kekambuhan
setelah sembuh dari serangan awal.Hal ini biasanya berkaitan dengan individu
berada dalam risiko tinggi (misal, penyalah gunaan zat, dan penderita karier).
Tirah baring biasanya akan segera diikuti kesembuhan.
I. Wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah
Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah (UU No. 4 tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular).
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
18
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
pada terjadinya wabah (Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004).
Wabah/KLB Hepatitis A ditetapkan apabila terdapat dua kasus klinis atau
lebih yang berhubungan secara epidemiologis dalam waktu kurang dari 35
hari.Berhubungan secara epidemiologi yaitu adanya kesamaan tempat tinggal,
tempat kerja, sekolah atau tempat jajan.
Cara penyelidikan:
1. Koordinasi tim penyelidikan sesuai bidang keakhliannya atau memahami
penyakit.
2. Penyiapan administrasi, alat, dan bahan (surat tugas, kuesioner, bahan
laboratorium, dll)
3. Pengumpulan data (data prrmer dan data sekunder)
Data yang dikumpulkan harus mencakup variabel yang akan menjawab tujuan
penyelidikan seperti :
a. Penetapan diagnosis Hepatitis A
1). Diagnosis klinis Hepatitis A berupa panas mendadak, lelah, nafsu
makan menurun, mual dan perut kembung, yang diikut dengan warna
kulit kuning, mata dan air kencing berwarna air teh.
2). Diagnosis konfirmasi adalah kasus disertai hasil pemeriksaan serologi
ditemukan IgM positif atau pemeriksaan laboratorium lainnya yang
menunjukan positif Hepatitis A.
19
b. Identifikasi faktor resiko
1). Identifikasi cakupan imunisasi HB1, 2, dan 3.
2). Identifikasi pengunaan sarana air bersih, sumber makanan minuman,
pengelohan makanan minuman, dan sanitasi tempat tinggal.
c. Pencarian kasus tambahan dilakukan dengan
Pencarian kasus tambahan dilakukan dengan
1). Pendataan ke sarana pelayanan kesehatan, praktik swasta mencari kasus
yang berobat dengan kelurahan menyerupai kasus Hepatitis A.
2). Mewawancarai penduduk disekitar kasus mengenai keluhan yang
menyerupai kasus Hepatitis A.
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Umum Puskesmas
1. Geografi
Kondisi geografis Kecamatan Cipedes terdiri dari wilayah dataran dan
persawahan. Letak Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes merupakan satu dari
tiga Puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya yang berada di sebelah Utara dengan jarak sekitar 5 km dari
Ibukota Kota Tasikmalaya yang dihubungkan dengan jalan raya beraspal
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : KelurahanNagarasari Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Cigeureung .
Sebelah Timur : KelurahanPanglayungan Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Panglayungan .
Sebelah Selatan : KelurahanPanglayungan Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Panglayungan .
Sebelah Barat : KelurahanPanyingkiran Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Indihiang .
Secara Administratif Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cipedes
termasuk ke Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya terdiri dari 1 Kelurahan,
13 RW dan 68 RT, dengan luas 220,072 ha.
2. Lingkungan
Kondisi fisik Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cipedes dilihat dari
penggunaan lahan terdiri dari : pesawahan : 23,4 ha. dan tanah perumahan
21
dan lainnya 196,672 ha. Jumlah rumah yang ada sebanyak 3.297 buah.Sarana
transportasi di semua Kelurahan sudah bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.
3. Kependudukan
Puskesmas Cipedes dalam 5 tahun terakhir merupakan daerah dengan
rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,2% dengan jumlah penduduk
pada tahun 2007 sebanyak 14.489 jiwa, pada tahun 2008 sebanyak 14.489
jiwa, tahun 2009 sebanyak 14.462 jiwa, pada tahun 2010 sebanyak 14.585
jiwa dan pada tahun 2011 sebanyak 14.427 jiwa.
B. Jalannya Penelitian
Penelitian yang berjudul Upaya Penangulangan Penyakit Hepatitis A
di Wilayah Kerja Puskesmas Cipedes Kota Tasikmalaya dilakukan pada bulan
Oktober 2012 dengan cara menyebarkan kuesioner kepada ibu yang
berkunjungke Posyandu yaitu Posyandu Kartika sebanyak 30 orang dan
Posyandu Al-Fatuhrohman sebanyak 12 orang. Setelah semua data terkumpul
maka dilakukan pengolahan data dan analisa data dengan bantuan perangkat
komputer.
22
C. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi operasional
No
Variabel DefinisiOperasional
Alatukur
Caraukur
Hasil ukur Skalaukur
1 KejadianHepatitis A
Hepatitis Aadalah penyakitinfeksi hatiyangdisebabkan olehvirus HepatitisA
Kues-ioner
Wawancara
(0)Positif=Menderita Hepatitis A
(1) Negatif=TidakmenderitaHepatitis A
Ordinal
2 Penyehatanlingkungan
Kondisi sosialserta pendapatanresponden ataukeluarga
Kuesioner
Wawancara
(0)Kurang = lebihrendah dari nilaimean (6.3)
(1)Baik = lebihtinggi dari nilaimean (6.3)
Ordinal
3 Perilakusehat
Perilaku sehatadalahpengetahuan,sikap dantindakanproaktif untukmemlihara danmencegahpenyakit
Kuesioner
Wawancara
(0) Kurang = Lebihrendah dari nilaimean (6.6)
(1) Baik = Lebihtinggi dari nilaimean (6.6)
Ordinal
4 Pengeta-huan ibu
Hal-hal yangdiketahui ibutentang penyakitHepatitis A
Kuesioner
Wawancara
(0)Kurang=Lebihrendah dari nilaimean (4.8)
(1)Baik=Lebihtinggi dari nilaimean(4,8)
Ordinal
5 Penyulu-hankesehatan
Penyuluhankesehatan yangdilakukan olehtenaga kesehatanpuskesman
Kuesioner
Wawancara
(0) Kurang = lebihrendah dari nilaimean (5.2)
(1) Baik = lebihdari nilai mean(5.2)
Ordinal
23
E. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Dari hasil pengukuran kadar glukosa darah di Rw 005 didapatkan hasil
pengukuran sebagai berikut :
1. Angka kejadian Hepatitis A
Tabel 2. Distribusi Pengetahuan masyarakat di RW 09 Puskesmas CipedesKota Tasikmalaya tahun 2012
Penyehatan Lingkungan Frekuensi Persentase
Positif 10 23.8%
Negatif 32 76.2%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan distribusi frekuensi responden
dengan angka kejadian Hepatitis A di RW 09 sebanyak 10 orang dengan
persentase 23.8% sedangkan responden yang tidak menderita penyakit Hepatitis
A sebanyak 32 orang dengan persentase 76.2%.
2. Pengetahuan
Tabel 3. Distribusi Pengetahuan masyarakat di RW 09 Puskesmas CipedesKota Tasikmalaya tahun 2012
Penyehatan Lingkungan Frekuensi Persentase
Baik 20 47.7%
Kurang baik 22 52.3%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan distribusi frekuensi responden
dengan tingkat kemampuan baik sebanyak 20 orang dengan persentase 47.7%
sedangkan responden dengan tingkat kemampuan kurang baik sebanyak 22
24
orang dengan persentase 52.3%. Salah satu yang tidak dapat dipungkiri bahwa
kejadian Hepatitis A terkait erat dengan pengetahuan tentang Hepatitis A yang
dimiliki oleh masyarakat khususnya ibu, karena “ibu sebagai
penanggungjawab utama dalam pemeliharaan kesejahteraan keluarga. Mereka
mengurus rumah tangga, menyiapkan keperluan rumah tangga, merawat
keluarga yang sakit, dan lain sebagainya. Pada masa balita dimana balita
masih sangat tergantung kepada ibunya, sangatlah jelas peranan ibu dalam
menentukan kualitas kesejahteraan anaknya”.
3. Penyehatan Lingkungan
Tabel 4. Distribusi Penyehatan Lingkungan di RW 09 Puskesmas CipedesKota Tasikmalaya tahun 2012
Penyehatan Lingkungan Frekuensi Persentase
Baik 16 38.1 %
Kurang baik 26 61.9 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan distribusi frekuensi responden
dengan tingkat kesehatan lingkungan yang baik sebanyak 16 orang dengan
persentase 38.1% sedangkan responden dengan tingkat kesehatan lingkungan
kurang baik sebanyak 26 orang dengan persentase 61.9%.
25
Penyehatan lingkungan diantaranya:
a. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit,
penyakit mata, dan lain-lain, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang
biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan sebagainya.
Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan
kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan
yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting,
untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus
disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan
sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah
dengan cara ditimbun atau dibakar.
26
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus
dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah endemis filarial. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk (Dirjen PP & PL, 2010).
4. Perilaku sehat
Tabel 5. Distribusi FrekuensiPerilaku Sehat di RW 09 Puskesmas CipedesKota Tasikmalaya tahun 2012
Penyehatan Lingkungan Frekuensi Persentase
Baik 24 57.2 %
Kurang baik 18 42.8 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah responden denganperilaku
baik sebanyak 24 orang dengan persentase 57.2% sedangkan responden dengan
tingkat perilaku sehat kurang baik sebanyak 18 orang dengan persentase 42.8%.
27
Salah satu perilaku sehat meliputi:
a. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab Hepatitis A ditularkan
melalui fecal-oral, kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam
mulut melalui makanan, minumam atau benda yang tercemar dengan tinja,
misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum
yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai resiko menderita Hepatitis A lebih kecil disbanding
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat
mengurangi resiko terhadap serangan Hepatitis A yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
1. Ambil air dari sumber air yang bersih.
2. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayungan khusus untuk mengambil air.
3. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak.
4. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
5. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
28
b. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan Hepatitis A adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air, sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian Hepatitis A.
c. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko
terhadap penyakit Hepatitis A. Keluarga yang tidak mempunyai jamban
harus membuat jamban dan seluruh anggota keluarga harus buang air besar
di jamban tersebut.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat di
pakai oleh seluruh anggota keluarga.
2. Bersihkan jamban secara teratur.
3. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
29
5. Penyuluhan Kesehatan
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di RW 09 PuskesmasCipedes Kota Tasikmalaya tahun 2012
Penyehatan Lingkungan Frekuensi Persentase
Baik 9 21.4 %
Kurang baik 33 78.6 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan distribusi frekuensi penyuluhan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang baik sebanyak 9 orang dengan
persentase 21.4% sedangkan responden dengan kurang baik sebanyak 33 orang
dengan persentase 78.6%. Seperti yang kita ketahui penyuluhan kesehatan
berperan terhadap pengetahuan masyarakat tentang penyakit maupun
pencegahan dan penangulangan penyakit itu sendiri. Karena jika masyarakat
tahu akan penyakit dan pencegahannya maka masyarakat lebih aktif menjaga
hal-hal yang dapat mencegah penyakit dan menhindari sumber penyakit dan
sumber penularan penyakit.
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada penelitian ini yang dilakukan di RW 09 Kelurahan Cipedes Kota
Tasikmalaya Jawa Barat didapatkan jumlah penderita Hepatitis A sebanyak 10
orang dengan persentase 23.8%
2. Distribusi frekuensi penderita Hepatitis A tertinggi berdasarkan tingkat
pengetahuan yaitu 22 orang dengan persentase 52.3%
3. Distribusi frekuensi penderita Hepatitis A tertinggi berdasarkan tingkat
penyehatan lingkungan kurang baik yaitu 26 orang dengan persentase 61.9%.
4. Distribusi frekuensi penderita Hepatitis A tertinggi berdasarkan tingkat
perilaku sehat yang baik yaitu 24 orang dengan persentase 57.2%
5. Distribusi frekuensi penderita Hepatitis A tertinggi berdasarkan penyuluhan
yang kurang baik yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase 78.6%.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas, perlunya upaya penyuluhan intensif dan kerja sama terpadu
antara puskesmas dan pihak terkait dalam rangka penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Hepatitis A.
2. Bagi peneliti hasil ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan terutama
mengenai penyakit Hepatitis A.