12a perhitungan pelat kulit

7
Pelat kulit (Bab 6) A. 1. Umum 1.1 Penggunaan rumus rancangan pada B.1.2 dan C.1.2 untuk panjang kapal dibawah 90 m dapat disetujui BKI, jika bukti perhitungan kekuatan memanjang telah dilaksanakan. 1.2 Ketebalan pelat harus ditiruskan secara bertahap, jika ketebalannya berbeda. Penirusan secara bertahap harus juga dilakukan antara tebal pelat yang disyaratkan untuk penguatan alas bagian depan sesuaidengan E.2. dan tebal pelat yang didekatnya. 2. Definisi k = faktor bahan sesuai Bab 2, B.2. P B = beban alas [ kN/m 2 ] sesuai Bab 4, B.3. p s = beban sisi [kN/m 2 ] sesuai Bab 4, B.2.1 p e = tekanan rancang pada daerah haluan [kN/m 2 ] sesuai Bab 4, B.2.2 atau sesuai Bab 4, B.2.3, untuk daerah buritan sesuai kasusnya p SL = tekanan hempas rancang [kN/m 2 ] sesuai Bab 4, B.4. = 0.83 untuk sistem gading-gading memanjang σ LB = tegangan lengkung rancang lambung maksimum pada alas [N/mm 2 ] sesuai Bab 5, D.1. σ LS = tegangan lengkung rancang lambung maksimum pada sisi, sesuai Bab 5, D.1. [N/mm 2 ] τ L = tegangan geser rancang maksimum akibat lengkung memanjang [N/mm 2 ] sesuai Bab 5, D.1. σ perm = tegangan rancang yang diizinkan [N/mm 2 ] t K = marjin korosi sesuai Bab 3, K.1. B. Pelat Alas 1. Tebal pelat berdasarkan kriteria beban tegangan 1.1 Kapal dengan panjang L < 90 m Tebal pelat alas pada 0,4 L tengah kapal tidak boleh kurang dari: Pada 0,1 L didepan ujung belakang panjang L dan 0,05 L dibelakang garis tegak depan (FP), tebal pelat tidak boleh kurang dari tB2 sesuai 1.2. 1.2 Kapal dengan panjang L 90 m Tebal pelat alas tidak boleh kurang dari yang lebih besar diantara dua nilai berikut:

Upload: muhammad-ainurrohim

Post on 21-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konstruksi kapal

TRANSCRIPT

Page 1: 12a Perhitungan Pelat Kulit

Pelat kulit (Bab 6)

A. 1. Umum 1.1 Penggunaan rumus rancangan pada B.1.2 dan C.1.2 untuk panjang kapal dibawah 90 m

dapat disetujui BKI, jika bukti perhitungan kekuatan memanjang telah dilaksanakan.

1.2 Ketebalan pelat harus ditiruskan secara bertahap, jika ketebalannya berbeda. Penirusan secara bertahap harus juga dilakukan antara tebal pelat yang disyaratkan untuk penguatan alas bagian depan sesuaidengan E.2. dan tebal pelat yang didekatnya.

2. Definisi k = faktor bahan sesuai Bab 2, B.2. PB = beban alas [ kN/m2] sesuai Bab 4, B.3. ps = beban sisi [kN/m2] sesuai Bab 4, B.2.1 pe = tekanan rancang pada daerah haluan [kN/m2] sesuai Bab 4, B.2.2

atau sesuai Bab 4, B.2.3, untuk daerah buritan sesuai kasusnya pSL = tekanan hempas rancang [kN/m2] sesuai Bab 4, B.4. = 0.83 untuk sistem gading-gading memanjang σLB = tegangan lengkung rancang lambung maksimum pada alas [N/mm2]

sesuai Bab 5, D.1. σLS = tegangan lengkung rancang lambung maksimum pada sisi,

sesuai Bab 5, D.1. [N/mm2] τL = tegangan geser rancang maksimum akibat lengkung memanjang [N/mm2]

sesuai Bab 5, D.1.

σperm = tegangan rancang yang diizinkan [N/mm2]

tK = marjin korosi sesuai Bab 3, K.1.

B. Pelat Alas 1. Tebal pelat berdasarkan kriteria beban tegangan 1.1 Kapal dengan panjang L < 90 m Tebal pelat alas pada 0,4 L tengah kapal tidak boleh kurang dari:

Pada 0,1 L didepan ujung belakang panjang L dan 0,05 L dibelakang garis tegak depan (FP), tebal pelat tidak boleh kurang dari tB2 sesuai 1.2.

1.2 Kapal dengan panjang L ≥ 90 m Tebal pelat alas tidak boleh kurang dari yang lebih besar diantara dua nilai berikut:

Page 2: 12a Perhitungan Pelat Kulit

Catatan: Untuk pendekatan awal, σLB dan τL dapat diperoleh dari rumus berikut:

2. Ketebalan pelat kritis dan kekuatan tekuk 2.1 Nilai acuan untuk tebal pelat kritis

Untuk kapal yang perhitungan kekuatan memanjang disyaratkan atau telah dilaksanakan, maka dianjurkan menggunakan nilai acuan tebal pelat kritis berikut:

α = perbandingan sisi a/b dari panel pelat yang ditinjau (lihat Bab 3, F.1.)

σLB = tegangan tekan terbesar pada alas akibat lengkung memanjang lambung

Fl lihat Bab 3, F.1 (Tabel 3.2) = 1,0 untuk gading-gading memanjang.

2.2 Kekuatan tekuk Nilai yang didapat dari 2.1 harus diverifikasi sesuai Bab 3, F. Bab 5, C.6. berlaku apabila hanya tegangan lengkung bujur yang perlu dipertimbangkan. Bab 8, B.8. dipakai apabila kombinasi tegangan lengkung bujur dan beban lokal harus dipertimbangkan.

3. Tebal minimum 3.1 Dimanapun tebal pelat alas tidak boleh kurang dari:

atau 16 mm, diambil yang lebih kecil.

L tidak perlu diambil lebih dari 12 H.

Untuk kapal curah lihat Bab 23, B.5.3, untuk kapal tangki lihat Bab 24, A.13.3.

Page 3: 12a Perhitungan Pelat Kulit

4. Lajur bilga 4.1 Tebal pelat lajur bilga dihitung seperti yang disyaratkan untuk pelat alas sesuai butir 1.

Tebal yang diperoleh harus diverifikasi atas kecukupan kekuatan tekuknya sesuai dengan persyaratan Bab 5, C.6. dan Bab 3, F., lihat Tabel 3.4, kasus beban 1a, 1b, 2 dan 4. Jika hasil verifikasi menunjukan mungkinnya ketebalan pelat lebih kecil dari pelat alas, maka ketebalan yang lebih kecil dapat disetujui.

4.2 Bila sesuai Bab 2, B. disyaratkan mutu baja yang lebih tinggi dari A/AH untuk lajur bilga, maka lebar lajur bilga tidak boleh kurang dari:

b = 800 + 5 . L [mm]

4.3 Pada ujung lajur bilga lengkung harus dipasang penegar atau penumpu bujur. Bila penegar dipasang diluar radius bilga, maka ketahanan tekuk yang cukup sesuai Bab 3, F. harus dibuktikan untuk bidang pelat yang rata

dengan mempertimbangkan tegangan sesuai Bab 5, C.6.5 dan tegangan tekan

yang bekerja secara bersamaan pada arah melintang.

Tebal bidang pelat ini tidak boleh kurang dari tebal yang didapat masing-masing dari 1., 3. dan C.1. Untuk jarak antara gading-gading a dan panjang bidang R, maka aL dan bL + R/4 harus diambil dengan cara yang sama, lihat sketsa.

aL = jarak antara wrang atau penegar melintang [mm] bL = jarak penegar bujur dari ujung sudut radius [mm]

R = radius bilga [ mm]

p = ps, pB pada ujung sudut radius bilga atau pSL sesuai Bab 4, B.4.1 sesuai kasusnya [kN/m2]

t = tebal pelat [ mm]

Page 4: 12a Perhitungan Pelat Kulit

Jika tebal pelat yang diperoleh untuk bidang pelat rata lebih besar dari lajur bilga lengkung sesuai 4.1, maka penguatan harus diperluas sampai ke daerah radius dengan minimum R/6.

5. Pelat lunas rata dan pelat pengapit lunas 5.1 Lebar pelat lunas rata tidak boleh kurang dari:

b = 800 + 5.L [mm]

Tebal pelat lunas rata tidak boleh kurang dari:

tB = tebal pelat alas [mm] sesuai 1. – 3.

5.2 Untuk kapal dengan panjang diatas 100 m, yang alasnya diperkuat secara membujur, maka pelat lunas rata harus diperkuat dengan penegar intercostal tambahan dengan jarak ± 500 mm dari garis tengah. Luas penampang dari satu penegar bujur tidak boleh kurang dari 0,2 L [cm2].

5.3 Bila dipasang lunas batang, maka pelat pengapit lunas yang berdekatan harus mempunyai tebal yang sama dengan pelat lunas rata.

C. Pelat Kulit Sisi 1. Tebal pelat berdasarkan kriteria beban tegangan 1.1 Kapal dengan panjang L < 90 m

Tebal pelat kulit sisi pada 0,4 L bagian tengah kapal tidak boleh kurang dari:

Pada 0,1 L didepan ujung belakang panjang L dan 0,05 L dibelakang garis tegak depan (FP), tebal pelat tidak boleh kurang dari tS2 sesuai 1.2.

1.2 Kapal dengan panjang L ≥ 90 m Tebal pelat kulit sisi tidak boleh kurang dari yang lebih besar diantara dua nilai berikut:

Catatan :

Sebagai perkiraan awal σLs dan τL bisa didapat dengan rumus berikut:

σLB = lihat 1.2.

1.3 Didaerah dengan gaya geser yang besar, tegangan geser harus diperiksa sesuai Bab 5, D.

Page 5: 12a Perhitungan Pelat Kulit

2. Tebal minimum

Untuk tebal minimum pelat sisi berlaku juga B.3.

Di atas T + 0,5.c0 di atas garis dasar tebal pelat yang lebih kecil dari tmin dapat disetujui jika tingkat tegangan memungkinkan pengurangan tersebut. Untuk c0 lihat Bab 4. A.2.2.

3. Pelat lajur atas 3.1 Lebar pelat lajur atas tidak boleh kurang dari:

b = 800 + 5.L [mm]

bmax = l800 [mm]

3.2 Tebal pelat lajur atas, pada umumnya, tidak boleh kurang dari yang terbesar dari 2 nilai berikut:

t = 0,5 (tD + tS) [mm] tD = tebal pelat geladak kekuatan yang disyaratkan

= tS [mm] tS = tebal pelat sisi yang disyaratkan.

3.3 Bila hubungan pelat lajur sisi geladak dengan pelat lajur atas dibundarkan, maka radiusnya tidak boleh kurang dari 15 kali tebal pelat.

3.4 Pengelasan pada tepi atas pelat lajur atas harus dengan persetujuan khusus.

Pengelasan antara pelat lajur atas dengan pelat lajur sisi geladak lihat Bab 7, A.2.

Lubang untuk pembuangan dan bukaan-bukaan lainnya harus dibundarkan dengan hati-hati, takik harus dihindari.

4. Kekuatan tekuk

Untuk kapal yang disyaratkan adanya pembuktian kekuatan memanjang atau perhitungan memanjang dilakukan, maka pembuktian kekuatan tekuk sisi kapal harus dilakukan sesuai Bab 5, C.6. dan Bab 3, F.

5. Penguatan untuk olah gerak di pelabuhan dan penundaan 5.1 Untuk daerah kulit sisi yang mungkin mengalami beban terpusat akibat olah gerak di

pelabuhan, maka tebal pelat tidak boleh kurang dari yang disyaratkan oleh 5.2. Daerah ini terutama adalah pelat pada bahu depan dan bahu belakang kapal. Lokasi yang tepat dimana kapal tunda mendorong harus ditetapkan dengan persetujuan pemilik. Lokasi tersebut harus ditunjukkan pada gambar bukaan kulit. Panjang daerah penguatan tidak boleh kurang dari ± 5 m. Tinggi daerah penguatan harus mencakup dari sekitar 0,5 m diatas garis air balas sampai sekitar 1,5 m diatas garis air muat penuh.

Untuk kapal dengan panjang 100 m atau lebih paling sedikit satu daerah penguatan harus diadakan pada bagian tengah kapal sebagai tambahan terhadap dua daerah penguatan pada daerah bahu kapal.

Bila tebal pelat sisi yang diperoleh dengan cara tersebut diatas melebihi tebal yang disyaratkan oleh C.1. - 3, maka dianjurkan untuk menandai daerah tersebut secara khusus.

5.2 Tebal pelat pada daerah penguatan ditentukan dengan rumus berikut:

Pf = gaya kejut rancang [kN] = D/100 [kN] dengan minimum 200 kN dan maksimum 1000 kN D = pemindahan air kapal [t].

Pengurangan tebal untuk daerah pelayaran yang dibatasi tidak diperbolehkan.

Page 6: 12a Perhitungan Pelat Kulit

5.3 Pada daerah penguatan, modulus penampang pembujur sisi tidak boleh kurang dari:

ℓ = panjang yang tidak ditumpu dari pembujur [m].

5.4 Geladak antara, sekat lintang, senta dan dinding melintang harus diperiksa atas kekuatan tekuk yang cukup terhadap beban yang bekerja pada arah melintang kapal.

Untuk ukuran pelintang sisi yang menumpu pembujur sisi lihat Bab 9, B.4.4. D. Pelat Sisi Bangunan Atas

1. Pelat sisi bangunan atas efektif ditentukan sesuai C.

2. Pelat sisi bangunan atas tidak efektif ditentukan sesuai Bab 16.

3. Untuk definisi bangunan atas efektif dan tidak efektif lihat Bab 16, A.1.

Untuk penguatan pada ujung bangunan atas lihat Bab 16, A.3. E. Penguatan Alas Depan 1. Pengaturan wrang dan penumpu 1.1 Untuk tujuan pengaturan wrang dan penumpu maka daerah berikut didefinisikan:

1.2 Untuk sistem gading-gading melintang, wrang pelat harus dipasang pada tiap gading-

gading. Bila menggunakan sistem gading-gading memanjang atau sistem penumpu memanjang, maka jarak antara wrang pelat boleh sama dengan 3 jarak gading-gading.

1.3 Untuk sistem gading melintang, jarak penumpu samping tidak boleh melebihi L/250 + 0,9 [m], maksimum sampai 1,4 m.

Untuk sistem gading-gading memanjang, penumpu samping harus dipasang tidak lebih dari 2 jarak antara pembujur.

1.4 Jarak yang menyimpang dari yang ditentukan pada 1.2 dan 1.3 bisa disetujui berdasarkan perhitungan langsung.

1.5 Dalam daerah yang didefinisikan pada 1.1, skalop dibatasi hanya untuk lubang pengelasan dan lubang air.

2. Pelat alas didepan x/L = 0,5 2.1 Tebal pelat alas untuk bagian rata dari alas kapal sampai dengan tinggi 0,05 @ Tb atau

0,3 m , diambil nilai yang lebih kecil, dari garis dasar tidak boleh kurang dari:

Tb = sarat balas rancang terkecil pada garis tegak depan [m].

f2 lihat Bab 3, A.3.

2.2 Diatas 0,05 Tb atau 0,3 m diatas garis dasar, tebal pelat boleh dikurangi secara bertahap sampai tebal menurut peraturan yang ditentukan sesuai B. Untuk kapal dengan alas miring, pelat yang diperkuat paling sedikit harus sampai ke lengkung bilga.

Page 7: 12a Perhitungan Pelat Kulit

3. Penegar didepan x/L = 0,5 3.1 Modulus penampang penegar lintang atau penegar bujur tidak boleh kurang dari:

3.2 Luas geser penegar tidak boleh kurang dari:

Luas sambungan las paling sedikit 2 kali nilai diatas.

F. Penguatan di Daerah Buritan, Penyangga Baling-Baling dan Lunas Bilga 1. Penguatan di daerah baling-baling dan penyangga baling-baling 1.1 Di daerah penyangga baling-baling dan bos poros, tebal pelat sisi sama dengan yang

disyaratkan untuk 0,4 L bagian tengah kapal. Di daerah tempat penyangga, pelat kulit harus pelat yang dipertebal dengan ketebalan 1,5 kali tebal pelat bagian tengah kapal. Sehubungan dengan hal ini, Bab 19, B.4.3 harus diperhatikan.

1.2 Jika putaran baling-baling melebihi 300 rpm, maka carling putus-putus harus dipasang diatas atau didepan baling-baling untuk mengurangi ukuran panel pelat alas (lihat Bab 8, A.1.2.3.4).

2. Lunas Bilga 2.1 Jika dipasang lunas bilga, maka lunas tersebut harus dilas menerus dengan pelat bilah rata yang harus dihubungkan pada pelat kulit dengan sambungan las menerus kedap air, lihat Gb. 6.1-(c), (d).

Gb. 6.1 Daerah peralihan yang tirus pada ujung lunas bilga

2.2 Ujung lunas bilga harus mempunyai daerah peralihan yang tirus sesuai Gb. 6.1-(a), (b). Ujung lunas bilga harus berhenti diatas elemen penegar dalam.

2.3 Skalop atau lubang pada lunas bilga harus dihindari.