132063273-71018879-fraktur-cruris

Upload: aq-andre

Post on 08-Feb-2018

318 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    1/73

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS

    I. PENGERTIAN

    Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,

    terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dariyang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

    II. JENIS FRAKTURa. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.

    b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulangc. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulitd. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahantulang.e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

    g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmenh. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalami. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

    j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

    III. ETIOLOGIa. Trauma

    b. Gerakan pintir mendadakc. Kontraksi otot ekstemd. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    2/73

    V. MANIFESTASI KLINISa. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma,dan edema

    b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patahc. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dandibawah tempat frakturd. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnyae. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

    VI. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya

    b. Pemeriksaan jumlah darah lengkapc. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigaid. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjalVII. PENATALAKSANAAN

    a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    3/73

    b. Imobilisasi frakturDapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau internac. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi? Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan? Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri

    ? Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau? Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse danmeningkatkan peredaran darah

    VIII. KOMPLIKASIa. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

    b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebihlambat dari keadaan normal.c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

    IX. PENGKAJIAN

    1. Pengkajian primer- AirwayAdanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek

    batuk- BreathingKelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atautak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi- CirculationTD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantungnormal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahaplanjut2. Pengkajian sekundera.Aktivitas/istirahat? kehilangan fungsi pada bagian yangterkena? Keterbatasan mobilitas

    b. Sirkulasi? Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)? Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)? Tachikardi? Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera? Cailary refil melambat? Pucat pada bagian yang terkena? Masa hematoma pada sisi cederac. Neurosensori? Kesemutan? Deformitas, krepitasi, pemendekan? kelemahand. Kenyamanan? nyeri tiba-tiba saat cidera? spasme/ kram otot

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    4/73

    e. Keamanan? laserasi kulit? perdarahan? perubahan warna? pembengkakan lokal

    X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSIa. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangkaneuromuskulerTujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatanKriteria hasil:? Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin? Mempertahankan posisi fungsinal? Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit? Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

    Intervensi:a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan b. Tinggikan ekstrimutas yang sakitc. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakitd. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerake. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitasf. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri

    bantuan sesuai kebutuhanAwasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas g. Ubah psisi secara periodikh. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

    b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulangTujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatanKriteria hasil:? Klien menyatajkan nyei berkurang? Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat? Tekanan darahnormal? Tidak ada eningkatan nadi dan RRIntervensi:a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri

    b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baringc. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburand. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransie. Jelaskanprosedu sebelum memulaif. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktifg. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam,imajinasi visualisasi, sentuhanh. Observasi tanda-tanda vitali. Kolaborasi : pemberian analgetik

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    5/73

    C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikanTujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatanKriteria hasil:? Penyembuhan luka sesuai waktu? Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

    Intervensi:a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae

    b. Monitor suhu tubuhc. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjold. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuhe. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutanf. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkoholg. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasih. Kolaborasi emberian antibiotik.DAFTAR PUSTAKA

    1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3.Jakarta. EGC4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.Jakarta. EGC

    FRAKTUR TIBIA FIBULA

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi

    menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

    /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat

    transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan.

    http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.htmlhttp://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.htmlhttp://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.html
  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    6/73

    Sehingga menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur

    dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan

    tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

    Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

    ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

    Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati di ruang Orthopedi periode Januari

    2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang

    mengalami fraktur Tibia Fibula berjumlah 31 orang (5,59%).

    Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan

    mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi

    Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk

    mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu

    penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

    Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung

    kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan

    untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti

    asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

    bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra diruang I

    Orthopedi Fatmawati.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    7/73

    B. TUJUAN PENULISAN

    1. Tujuan Umum

    Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan fraktur

    tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra post Op ORIF

    2. Tujuan Khusus

    Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia

    Fibula1

    /3 Dextra post op ORIF, Penulis mampu :

    a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada fraktur tertutup

    Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra.

    b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    8/73

    f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian masalah

    (solusi) dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup

    Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra.

    C. METODE PENULISAN

    Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif

    melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data seperti

    wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari

    catatan medik klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskanmasalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.

    D. SISTEMATIKA PENULISAN

    Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari laporan

    kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

    BAB II : TINJAUAN TEORITIS

    Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

    BAB III : TINJAUAN KASUS

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    9/73

    Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

    Keperawatan.

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan dengan teori

    yang didapatkan meliputi Definisi, Rasional terhadap setiap Diagnosa

    Keperawatan yang ditemukan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta

    Solusi.

    BAB V : PENUTUP

    Yang meliputi Kesimpulan dan Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    1. Pengertian

    Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada

    tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    10/73

    Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

    kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak

    disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

    lengkap. ( Price and Wilson, 1995 : 1183 )

    Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang

    rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

    Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.

    2. Etiologi

    Penyebab fraktur diantaranya :

    a. Trauma

    1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.

    2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

    b. Fraktur Patologis

    Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan

    lain-lain.

    c. Degenerasi

    Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    11/73

    d. Spontan

    Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

    (Corwin, 2001 : 298 )

    3. Manifestasi Klinis

    a. Nyeri lokal

    b. Pembengkakan

    c. Eritema

    d. Peningkatan suhu

    e. Pergerakan abnormal

    Smeltzer and Bare, 2002 : 2343 )

    4. Patofisiologi

    Trauma

    Peningkatan daya da

    Tulang dan jaringan sekitar

    Fraktur

    Jaringan Lunak

    Pembuluh darah

    Serabut saraf

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    12/73

    Luka

    Post De Entry

    Infeksi

    Periosteum

    Pendarahan

    Deformitas

    Sensori

    Mal Union

    Hematom

    Vasodilatasi

    Delayed Union

    Pemendekan tulang

    Korteks Tulang

    Nyeri

    Eksudasi Prima

    Inflamasi

    Sumbatan

    Bengkak

    Delayed Union

    Non Infeksi

    Nyeri

    Conpartemen sindrom

    Hipoxia

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    13/73

    Nekrosis jaringan

    Gangguan mobilisasi

    Non Union

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    14/73

    ( Lukman and Soronsens 1993 and price, 1995 )

    5. Klasif ikasi / J eni s

    a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

    mengalami pergeseran dari posisi normal.

    b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis

    tengah tulang.

    c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen

    frakturnya tidak menembus jaringan kulit.

    d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen

    frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada

    tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

    1) Grade I : Luka bersih, panjang

    2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

    3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang

    ekstensif, merupakan yang paling berat.

    e) Jenis khusus fraktur

    1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya

    membengkok.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    15/73

    2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

    3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

    4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

    5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

    6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada

    tulang tengkorak dan tulang wajah)

    7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

    belakang)

    8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,

    penyakit pegel, tumor)

    9)

    Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya

    10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

    11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

    (Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 2358 )

    6. Proses Penyembuhan Tulang

    a. Stadium Pembentukan Hematoma

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    16/73

    Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak,

    hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 2 x 24

    jam.

    b. Stadium Proliferasi

    Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini

    menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga

    terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.

    c. Stadium Pembentukan Kallus

    Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa

    kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6

    10 hari setelah kecelakaan terjadi.

    d.

    Stadium Konsolidasi

    Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara

    bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 10 setelah

    kecelakaan.

    e. Stadium Remodelling

    Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur.

    Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

    ( Rasjad, 1998 : 399 401 )

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    17/73

    7. Pemeriksaan Penunjang

    a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

    b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

    c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

    d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun

    (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

    e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

    ( Doenges, 2000 : 762 )

    8. Penatalaksanaan

    Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

    a. Rekognisi

    Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah

    mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan

    dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

    b. Reduksi

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    18/73

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    19/73

    3) Kompartement sindrom

    4) Emboli lemak

    5) Tetanus

    b. Komplikasi Lanjut

    1) Kelakuan sendi

    2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.

    3) Osteomielitis kronis

    4) Osteoporosis pasca trauma

    5) Ruptur tendon

    (Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155 )

    B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    a. Anamnesa

    1) Data Biografi

    2) Riwayat kesehatan masa lalu

    3) Riwayat kesehatan keluarga

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    20/73

    b. Pemeriksaan F isik

    1) Aktivitas / istirahat

    Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari

    jaringan yang bengkak / nyeri)

    2) Sirkulasi

    a) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau

    hipotensi (kehilangan darah)

    b) Takikardia (respon stress , hipovolemi)

    c) Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat

    d) Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera

    3) Neurosensori

    a) Hilang gerakan / sensasi, spasme otot

    b) Kebas / kesemutan (parestesia)

    c) Nyeri / kenyamanan

    d) Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan

    penyebab nyeri di rasakan

    4) Keamanan

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    21/73

    a) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

    b) Pembengkakan lokal

    5) Pengetahuan

    Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

    serta perawatannya .

    2. Diagnosa Keperawatan

    a. Risiko terhadap trauma berhubungan dengan kerusakan Integritas tulang (fraktur)

    b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot

    c. Risiko terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran

    darah cedera, edema berlebihan, pembentukan trombus

    d. Risiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran : darah /

    emboli lemak, perubahan membran alveolar / kapiler

    e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler , nyeri /

    ketidaknyamanan.

    f.

    Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka

    3. Prinsip intervensi

    a. Mencegah cedera tulang jaringan lanjut

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    22/73

    b. Menghilangkan nyeri

    c. Mencegah komplikasi

    d. Memberikan informasi tentang kondisi /prognosa dasn dasn kebutuhan pengobatan

    e. Meredakan ansietas

    f. Memperbaiki mobilitas

    )

    4. Evaluasi

    Hasil yang diharapkan :

    - Tidak terjadi trauma

    - Gangguan rasa nyaman nyeri hilang / berkurang.

    - Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler

    - Dapat bernafas normal

    - Beraktifitas secara normal / mandiri

    - Tidak terjadi dekubitus

    FRAKTUR TIBIA FIBULA

    http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.htmlhttp://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.htmlhttp://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.html
  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    23/73

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi

    menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

    /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat

    transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan.

    Sehingga menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur

    dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan

    tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

    Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

    ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

    Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati di ruang Orthopedi periode Januari

    2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang

    mengalami fraktur Tibia Fibula berjumlah 31 orang (5,59%).

    Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan

    mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi

    Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk

    mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu

    penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    24/73

    Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung

    kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan

    untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti

    asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

    bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra diruang I

    Orthopedi Fatmawati.

    B. TUJUAN PENULISAN

    1. Tujuan Umum

    Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan fraktur

    tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra post Op ORIF

    2.

    Tujuan Khusus

    Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia

    Fibula 1/3 Dextra post op ORIF, Penulis mampu :

    a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada fraktur tertutup

    Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra.

    b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    25/73

    c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula1

    /3

    Distal Dextra.

    e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian masalah

    (solusi) dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup

    Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra.

    C. METODE PENULISAN

    Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif

    melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data sepertiwawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari

    catatan medik klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan

    masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.

    D. SISTEMATIKA PENULISAN

    Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari laporan

    kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

    BAB I : PENDAHULUAN

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    26/73

    Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

    BAB II : TINJAUAN TEORITIS

    Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

    BAB III : TINJAUAN KASUS

    Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

    Keperawatan.

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan dengan teori

    yang didapatkan meliputi Definisi, Rasional terhadap setiap Diagnosa

    Keperawatan yang ditemukan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta

    Solusi.

    BAB V : PENUTUP

    Yang meliputi Kesimpulan dan Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    27/73

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    1. Pengertian

    Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada

    tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

    Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

    kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak

    disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

    lengkap. ( Price and Wilson, 1995 : 1183 )

    Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang

    rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

    Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.

    2. Etiologi

    Penyebab fraktur diantaranya :

    a. Trauma

    1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    28/73

    2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

    b. Fraktur Patologis

    Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan

    lain-lain.

    c. Degenerasi

    Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

    d. Spontan

    Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

    (Corwin, 2001 : 298 )

    3. Manifestasi Klinis

    a. Nyeri lokal

    b. Pembengkakan

    c. Eritema

    d. Peningkatan suhu

    e. Pergerakan abnormal

    Smeltzer and Bare, 2002 : 2343 )

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    29/73

    4. Patofisiologi

    Trauma

    Peningkatan daya da

    Tulang dan jaringan sekitar

    Fraktur

    Jaringan Lunak

    Pembuluh darah

    Serabut saraf

    Luka

    Post De Entry

    Infeksi

    Periosteum

    Pendarahan

    Deformitas

    Sensori

    Mal Union

    Hematom

    Vasodilatasi

    Delayed Union

    Pemendekan tulang

    Korteks Tulang

    Nyeri

    Eksudasi Prima

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    30/73

    Inflamasi

    Sumbatan

    Bengkak

    Delayed Union

    Non Infeksi

    Nyeri

    Conpartemen sindrom

    Hipoxia

    Nekrosis jaringan

    Gangguan mobilisasi

    Non Union

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    31/73

    ( Lukman and Soronsens 1993 and price, 1995 )

    5. Klasif ikasi / J eni s

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    32/73

    a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

    mengalami pergeseran dari posisi normal.

    b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis

    tengah tulang.

    c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen

    frakturnya tidak menembus jaringan kulit.

    d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen

    frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada

    tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

    1) Grade I : Luka bersih, panjang

    2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

    3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang

    ekstensif, merupakan yang paling berat.

    e) Jenis khusus fraktur

    1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya

    membengkok.

    2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

    3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    33/73

    4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

    5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

    6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada

    tulang tengkorak dan tulang wajah)

    7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

    belakang)

    8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,

    penyakit pegel, tumor)

    9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya

    10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

    11)

    Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

    (Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 2358 )

    6. Proses Penyembuhan Tulang

    a. Stadium Pembentukan Hematoma

    Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak,

    hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 2 x 24

    jam.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    34/73

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    35/73

    b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

    c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

    d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun

    (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

    e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

    ( Doenges, 2000 : 762 )

    8. Penatalaksanaan

    Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

    a. Rekognisi

    Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah

    mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan

    dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

    b. Reduksi

    Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya.Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau

    ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi

    narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    36/73

    c. Retensi

    Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan

    dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi

    dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi

    gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.

    d. Rehabilitasi

    Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara

    melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien.

    Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan

    meningkatkan peredaran darah.

    9. Komplikasi

    Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

    a. Komplikasi Dini

    1) Nekrosis kulit

    2) Osteomielitis

    3) Kompartement sindrom

    4) Emboli lemak

    5) Tetanus

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    37/73

    b. Komplikasi Lanjut

    1) Kelakuan sendi

    2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.

    3) Osteomielitis kronis

    4) Osteoporosis pasca trauma

    5) Ruptur tendon

    (Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155 )

    B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    a. Anamnesa

    1) Data Biografi

    2) Riwayat kesehatan masa lalu

    3) Riwayat kesehatan keluarga

    b. Pemeriksaan F isik

    1) Aktivitas / istirahat

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    38/73

    Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari

    jaringan yang bengkak / nyeri)

    2) Sirkulasi

    a) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau

    hipotensi (kehilangan darah)

    b) Takikardia (respon stress , hipovolemi)

    c) Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat

    d) Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera

    3) Neurosensori

    a) Hilang gerakan / sensasi, spasme otot

    b) Kebas / kesemutan (parestesia)

    c) Nyeri / kenyamanan

    d) Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan

    penyebab nyeri di rasakan

    4) Keamanan

    a) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

    b) Pembengkakan lokal

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    39/73

    5) Pengetahuan

    Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

    serta perawatannya .

    2. Diagnosa Keperawatan

    a. Risiko terhadap trauma berhubungan dengan kerusakan Integritas tulang (fraktur)

    b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot

    c. Risiko terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran

    darah cedera, edema berlebihan, pembentukan trombus

    d. Risiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran : darah /

    emboli lemak, perubahan membran alveolar / kapiler

    e.

    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler , nyeri /ketidaknyamanan.

    f. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka

    3. Prinsip intervensi

    a.

    Mencegah cedera tulang jaringan lanjut

    b. Menghilangkan nyeri

    c. Mencegah komplikasi

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    40/73

    d. Memberikan informasi tentang kondisi /prognosa dasn dasn kebutuhan pengobatan

    e. Meredakan ansietas

    f. Memperbaiki mobilitas

    )

    4. Evaluasi

    Hasil yang diharapkan :

    - Tidak terjadi trauma

    - Gangguan rasa nyaman nyeri hilang / berkurang.

    - Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler

    - Dapat bernafas normal

    - Beraktifitas secara normal / mandiri

    - Tidak terjadi dekubitus

    FRAKTUR TIBIA FIBULA

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.htmlhttp://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.htmlhttp://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.html
  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    41/73

    Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi

    menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

    /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat

    transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan.

    Sehingga menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur

    dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan

    tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

    Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

    ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

    Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati di ruang Orthopedi periode Januari

    2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang

    mengalami fraktur Tibia Fibula berjumlah 31 orang (5,59%).

    Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah denganmengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi

    Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk

    mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu

    penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

    Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung

    kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan

    untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti

    asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    42/73

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

    bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra diruang I

    Orthopedi Fatmawati.

    B. TUJUAN PENULISAN

    1. Tujuan Umum

    Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan fraktur

    tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra post Op ORIF

    2. Tujuan Khusus

    Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia

    Fibula 1/3 Dextra post op ORIF, Penulis mampu :

    a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada fraktur tertutup

    Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra.

    b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    43/73

    e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3

    Distal Dextra.

    f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian masalah

    (solusi) dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup

    Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra.

    C. METODE PENULISAN

    Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif

    melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data seperti

    wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari

    catatan medik klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan

    masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.

    D. SISTEMATIKA PENULISAN

    Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari laporan

    kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

    BAB II : TINJAUAN TEORITIS

    Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    44/73

    BAB III : TINJAUAN KASUS

    Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

    Keperawatan.

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan dengan teori

    yang didapatkan meliputi Definisi, Rasional terhadap setiap Diagnosa

    Keperawatan yang ditemukan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta

    Solusi.

    BAB V : PENUTUP

    Yang meliputi Kesimpulan dan Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    1. Pengertian

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    45/73

    Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada

    tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

    Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

    kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak

    disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

    lengkap. ( Price and Wilson, 1995 : 1183 )

    Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang

    rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

    Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.

    2. Etiologi

    Penyebab fraktur diantaranya :

    a. Trauma

    1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.

    2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

    b. Fraktur Patologis

    Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan

    lain-lain.

    c. Degenerasi

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    46/73

    Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

    d. Spontan

    Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

    (Corwin, 2001 : 298 )

    3. Manifestasi Klinis

    a. Nyeri lokal

    b. Pembengkakan

    c. Eritema

    d. Peningkatan suhu

    e. Pergerakan abnormal

    Smeltzer and Bare, 2002 : 2343 )

    4. Patofisiologi

    Trauma

    Peningkatan daya da

    Tulang dan jaringan sekitar

    Fraktur

    Jaringan Lunak

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    47/73

    Pembuluh darah

    Serabut saraf

    Luka

    Post De Entry

    Infeksi

    Periosteum

    Pendarahan

    Deformitas

    Sensori

    Mal Union

    Hematom

    Vasodilatasi

    Delayed Union

    Pemendekan tulang

    Korteks Tulang

    Nyeri

    Eksudasi Prima

    Inflamasi

    Sumbatan

    Bengkak

    Delayed Union

    Non Infeksi

    Nyeri

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    48/73

    Conpartemen sindrom

    Hipoxia

    Nekrosis jaringan

    Gangguan mobilisasi

    Non Union

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    49/73

    ( Lukman and Soronsens 1993 and price, 1995 )

    5. Klasif ikasi / J eni s

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    50/73

    a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

    mengalami pergeseran dari posisi normal.

    b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis

    tengah tulang.

    c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen

    frakturnya tidak menembus jaringan kulit.

    d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen

    frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada

    tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

    1) Grade I : Luka bersih, panjang

    2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

    3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang

    ekstensif, merupakan yang paling berat.

    e) Jenis khusus fraktur

    1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya

    membengkok.

    2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

    3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    51/73

    4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

    5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

    6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada

    tulang tengkorak dan tulang wajah)

    7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

    belakang)

    8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,

    penyakit pegel, tumor)

    9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya

    10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

    11)

    Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

    (Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 2358 )

    6. Proses Penyembuhan Tulang

    a. Stadium Pembentukan Hematoma

    Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak,

    hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 2 x 24

    jam.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    52/73

    b. Stadium Proliferasi

    Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini

    menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga

    terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.

    c. Stadium Pembentukan Kallus

    Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa

    kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6

    10 hari setelah kecelakaan terjadi.

    d. Stadium Konsolidasi

    Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara

    bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 10 setelah

    kecelakaan.

    e. Stadium Remodelling

    Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur.

    Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

    ( Rasjad, 1998 : 399

    401 )

    7. Pemeriksaan Penunjang

    a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    53/73

    b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

    c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

    d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun

    (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

    e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

    ( Doenges, 2000 : 762 )

    8. Penatalaksanaan

    Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

    a. Rekognisi

    Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah

    mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan

    dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

    b. Reduksi

    Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya.Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau

    ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi

    narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    54/73

    c. Retensi

    Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan

    dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi

    dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi

    gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.

    d. Rehabilitasi

    Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara

    melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien.

    Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan

    meningkatkan peredaran darah.

    9. Komplikasi

    Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

    a. Komplikasi Dini

    1) Nekrosis kulit

    2) Osteomielitis

    3) Kompartement sindrom

    4) Emboli lemak

    5) Tetanus

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    55/73

    b. Komplikasi Lanjut

    1) Kelakuan sendi

    2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.

    3) Osteomielitis kronis

    4) Osteoporosis pasca trauma

    5) Ruptur tendon

    (Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155 )

    B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    a. Anamnesa

    1) Data Biografi

    2) Riwayat kesehatan masa lalu

    3) Riwayat kesehatan keluarga

    b. Pemeriksaan F isik

    1) Aktivitas / istirahat

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    56/73

    Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari

    jaringan yang bengkak / nyeri)

    2) Sirkulasi

    a) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau

    hipotensi (kehilangan darah)

    b) Takikardia (respon stress , hipovolemi)

    c) Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat

    d) Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera

    3) Neurosensori

    a) Hilang gerakan / sensasi, spasme otot

    b) Kebas / kesemutan (parestesia)

    c) Nyeri / kenyamanan

    d) Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan

    penyebab nyeri di rasakan

    4) Keamanan

    a) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

    b) Pembengkakan lokal

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    57/73

    5) Pengetahuan

    Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

    serta perawatannya .

    2. Diagnosa Keperawatan

    a. Risiko terhadap trauma berhubungan dengan kerusakan Integritas tulang (fraktur)

    b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot

    c. Risiko terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran

    darah cedera, edema berlebihan, pembentukan trombus

    d. Risiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran : darah /

    emboli lemak, perubahan membran alveolar / kapiler

    e.

    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler , nyeri /ketidaknyamanan.

    f. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka

    3. Prinsip intervensi

    a.

    Mencegah cedera tulang jaringan lanjut

    b. Menghilangkan nyeri

    c. Mencegah komplikasi

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    58/73

    d. Memberikan informasi tentang kondisi /prognosa dasn dasn kebutuhan pengobatan

    e. Meredakan ansietas

    f. Memperbaiki mobilitas

    )

    4. Evaluasi

    Hasil yang diharapkan :

    - Tidak terjadi trauma

    - Gangguan rasa nyaman nyeri hilang / berkurang.

    - Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler

    - Dapat bernafas normal

    - Beraktifitas secara normal / mandiri

    - Tidak terjadi dekubitus

    FRAKTUR TIBIA

    I. PENDAHULUAN

    Fraktur adalah terputusnya / hilangnya kontinuitas struktur jaringan tulang, tulang rawan

    sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial, umumnya disebabkan

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    59/73

    trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma

    atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut. Keadaan tulang itu sendiri dan jaringan

    lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

    lengkap 1,2

    Fraktur dapat menyebabkan berbagai komplikasi oleh karena itu diperlukan penanganan

    yang tepat sedini mungkin. Untuk mendiagnosis fraktur kita dapat melakukan pemeriksaan

    radiologi. Dengan pemeriksaan radiologi kita dapat menentukan tipe dan tingkat keparahan

    fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis untuk konfirmasi adanya fraktur, melihat sejauh mana

    pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya, menentukan teknik pengobatan,

    menentukan apakah fraktur yang dialami fraktur baru atau fraktur lama, menentukan fraktur

    intra-artikuler atau ekstra-artikuler, melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang, dan untukmelihat apakah ada benda asing dalam tulang. 1,3

    Prinsip penanganan dari fraktur tibia ini adalah dengan konservatif dan operatif. Dengan

    konservatif prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan beban

    dan segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak terjadi kekakuan sendi. Dapat dilakukan dengan

    verband elastis, traksi dan gips sirkuler. Sedangkan untuk operatif dilakukan jika terjadi fraktur

    terbuka, kegagalan dalam terapi konservatif, fraktur tidak stabil, serta adanya nonunion. 1

    Penyembuhan fraktur berkisar antara 12-16 minggu pada orang dewasa. Pada anak-anak

    waktu penyembuhan sekitar waktu penyembuhan orang dewasa. Penilaian penyembuhan

    frakur ( union ) didasarkan atas union secara klinis dan union secara radiologik. Union secara

    radiologik dinilai dengan pemeriksaan roentgen pada daerah fraktur dan dilihat adanya garis

    fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan adanya trabekulasi yang sudah menyambung

    pada kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medula atau ruangan dalam daerah

    fraktur. 1

    II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    60/73

    Insidens fraktur tibia tidak diketahui pasti. Fractures of the tibial plateau are estimated to

    comprise approximately 1% of all fractures. Fraktur tibia diperkirakan sekitar 1% dari semua

    fraktur. Pada analisis epidemiologi menunjukkan bahwa 40 % fraktur terbuka terjadi pada

    ekstemitas bawah terutama daerah tibia dan femur tengah. Faktor ras tidak berpengaruh terhadap

    angka kejadian fraktur. Fraktur tibia pada usia muda biasanya disebabkan karena karena aktivitas

    usia muda di bidang olahraga atau kecelakaan. Pada usia muda jenis kelamin tidak berpengaruh

    terhadap angka kejadian fraktur tibia. Pada usia tua fraktur lebih sering terjadi pada wanita

    dibanding laki-laki, hal ini disebabkan karena lebih banyak wanita yang menderita osteoporosis.3,4

    III. ETIOLOGI

    Pada umumnya fraktur pada kaki disebabkan oleh : 1,5

    1. Trauma

    Fraktur akibat trauma adalah jenis fraktur yang sering terjadi, misalnya jatuh, kecelakaan lalu

    lintas, kecelakaan dalam berolahraga atau olahraga yang berlebihan.

    2. Fraktur patologis

    Fraktur yang terjadi pada tuang karena adanya kelainan/penyakit yang menyebabkan

    kelemahan pada tulang. Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

    ringan.

    3. Fraktur stress

    Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu, misalnya pada

    pelari jarak jauh, penari ballet, dan sebagainya.

    http://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.htmlhttp://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.htmlhttp://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.htmlhttp://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.html
  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    61/73

    IV. KLASIFIKASI

    Secara klinis fraktur dapat diklasifikasikan menjadi : 1,6

    1.

    Fraktur tertutup, yaitu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar2. Fraktur terbuka, yaitu fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka

    pada kulit dan jaringan lunak.

    Tibia merupakan salah satu tulang panjang pada ekstremitas inferior bagian distal.

    Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian

    pergelangan kaki. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

    terutama membengkok, memutar dan tarikan.

    Adapun pengklasifikasian fraktur pada tibia adalah. 1

    1. Fraktur kondilus tibia

    1. Fraktur kompresi komunitif

    2. Fraktur depresi plateu

    3. Fraktur oblik

    2. Fraktur diafisis

    3. Fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki:

    1. Tipe A, fraktur maleolus di bawah sindesmosis

    2. Tipe B, fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolus medialis

    dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibia fibula bagian depan.

    3. Tipe C, fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia disertai fraktur

    atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe ini terjadi robekan pada sindesmosis.

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    62/73

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    63/73

    tibia dan fibula dihubungkan oleh sindesmosis tibiofibular, tersusun dari anterior dan

    posterior ligament tibiofibular dan membran interosseous. Tulang dan otot tungkai bawah ini

    dikelilingi oleh fascia cruris. Membran interosseous dan jaringan fibrosa dari fascia cruris

    memisahkan tungkai bawah menjadi empat ruang yang berbatas tegas. 2,6

    Aliran darah berasal dari arteri poplitea yang bercabang dan membentuk arteri tibialis

    anterior dan arteri tibialis posterior setelah keduanya keluar melalui fossa poplitea. Arteri

    tibialis anterior masuk melalui ruang anterior yang berada di bawah level dari caput fibula

    dan berjalan menurun sepanjang membran interosseous. Arteri ini mudah terkena cedera

    pada kasus fraktur tibial proksimal. 6

    Tibia plateau medial dan lateral merupakan fascies artikularis dari kondilus tibia

    medial dan kondilus tibia lateral. Kedua fascies artikularis ini dihubungkan oleh eminensia

    interkondilaris, yang berfungsi sebagai penyempurna dari ligamen anterior. Lapisan luar dari

    setiap plateau dibungkus oleh meniscus cartilaginous. Meniscus pada kondilus medial lebih

    tebal dan kuat dibandingkan dengan kondilus lateral, dan umumnya fraktur terjadi pada

    bagian lateral. Pada ujung proksimal bagian atasnya besar dan meluas menjadi dua

    eminensia, yaitu kondilus medial dan lateral. Permukaan artikular superior memperlihatkan

    dua permukaan artikular halus. Bagian tengah permukaan ini berartikulasi dengan kondilus

    dari tulang paha, sedangkan bagian perifermereka mendukung meniskus dari sendi lutut. 6

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    64/73

    Gambar 2 . Anatomi tibia

    (dikutip dari kepustakaan 6)

    Corpus tibia memiliki tiga perbatasan dan tiga permukaan. Batas puncak anterior yang

    yang paling menonjol dari ketiganya, dimulai dari atas tuberositas, dan berakhir di bawah margin

    anterior malleolus medialis. Batas medial halus dan bulat di atas dan bawahnya, tetapi lebih

    menonjol di tengah, dimulai pada bagian belakang kondilus medial dan berakhir pada batas

    posterior medial malleolus. Bagian atasnya memberikan tambahan ke ligamentum kolateral

    tibialis dari sendi lutut, dan penyisipan ke beberapa serat poplitea, dari pertengahannya beberapa

    serat soleus dan flexor digitorum longus berasal. Batas lateral tipis dan menonjol terutama bagian

    tengahnya dan memberikan keterikatan pada membran interoseus. Dimulai pada bagian depan

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    65/73

    artikularis fibula dan bifurkasio dibawahnya, yang membentuk batas-batas permukaan untuk

    ikatan dari ligamentum interosseous yang menghubungkan tibia dan fibula. 6

    VI. PATOFISIOLOGI

    Fraktur plateau tibia disebabkan oleh kekuatan varus atau valgus bersama-sama dengan

    pembebanan axial (kekuatan valgus saja mungkin hanya merobekkan ligament). Keadaan ini

    biasanya terjadi pada pejalan kaki yang tertabrak mobil, biasanya terjadi trauma langsung dari

    arah samping lutut, pasien jatuh dari ketinggian dan lutut dipaksa masuk ke dalam valgus atau

    varus. Kondilus tibia remuk atau terbelah oleh kondilus femur yang berlawanan yang tetap

    utuh.Umumnya kasus yang terjadi adalah fraktur lateral plateau tibia. Fraktur pada tibia plateau

    medialis membutuhkan kekuatan yang cukup besar, dan biasanya terdapat keterkaitan dengan

    fraktur tibia plateau lateral dan tulang yang ada disekitarnya termasuk sendi lutut yang

    mendukung struktur tersebut. Jika terjadi tekanan secara langsung pada plateau lateral yang

    menyebabkan fraktur plateau medial, hal ini cenderung lebih berbahaya. 7,8,9

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    66/73

    Gambar 3 . Skematis fraktur pada plateu tibia menurut Schatzkers

    (dikutip dari kepustakaan 8)

    Keterangan Gambar :

    Tipe I : split fraktur pada plateu lateral tibia. Tidak tampak depresi pada daerah

    artikular.

    Tipe II : split fraktur dengan depresi pada daerah artikuler lateral.

    Tipe III : depresi plateu lateral tibia, tanpa split pada daerah artikuler

    Tipe IV : fraktur yang mengenai plateu medial tibia, dengan split yang ditandai dengan atau

    tanpa depresi

    Tipe V : split fraktur pada medial dan lateral plateu tibia.

    Tipe VI : fraktur yang sama pada tipe 5 dan disertai dengan fraktur pada diafisis atau metafisis.

    Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan

    fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur

    tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian

    tengah distal. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada

    daerah tibia sering bersifat terbuka. Fraktur diafisis bagian proksimal lebih membutuhkan

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    67/73

    kekuatan cedera yang lebih besar dibandingkan bagian distal. Trauma langsung dapat

    mengakibatkan fraktur tipe transversal dan comminuted, sementara trauma tidak langsung dapat

    mengakibatkan fraktur tipe oblik dan spiral. 1,3

    Pada fraktur pergelangan kaki terdapat empat macam mekanisma trauma yaitu:

    1. Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat oblik,

    fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsi atau robekan pada ligamen bagian

    medial.

    2. Trauma adduksi yang menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik atau

    avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya menyebabkan

    strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya trauma.

    3. Trauma rotasi eksterna, biasanya disertai trauma abduksi dan terjadi fraktur pada fibula

    atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial atau fraktur avulsi pada

    maleolus medialis, Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan dislokasi talus.

    4. Trauma kompresi Vertikal dimana dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai

    dengan dislokasi tallus ke depan atau terjadi fraktur komunitif disertai dengan robekan

    diastasis. 1

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    68/73

    Gambar 4 . Skematis terjadinya trauma pada fraktur maleolus.

    (dikutip dari kepustakaan 1)

    A. Trauma abduksi. B. Trauma adduksi

    C. Trauma Rotasi dan eksternal. D. Trauma kompresi

    VII. DIAGNOSIS

    A. Gambaran Klinis

    1. Fraktur kondilus tibia

    Ada riwayat trauma, lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit dan kadang-

    kadang ditemukan deformitas. Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas karena rasa

    sakit, bengkak, hemartrosis sehingga tidak mampu menopang berat badan, nyeri pada tibia

    proksimal dan keterbatasan fleksi dan ekstensi sendi pada lutut.

    2. Fraktur diafisis tibia

    Ada riwayat trauma, nyeri yang signifikan dan pembengkakan sekitar daerah fraktur, sering

    ditemukan penonjolan tulang keluar kulit, tidak mampu menopang berat badan.

    3. Fraktur dan dislokasi pergelangan kaki

    Pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan dan deformitas, nyeri tekan. 1,3,10

    B. Gambaran Radiologi

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    69/73

    Adapun modalitas radiologi dalam mendiagnosis fraktur tibia yaitu dengan foto polos, CT

    scan dan MRI. Pada pemeriksaan foto polos dapat dilakukan pengambilan gambar dengan posisi

    AP, lateral, maupun obliq. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan foto polos yaitu

    lokasi fraktur, tipe fraktur dan kedudukan fragmen, bagaimana struktur tulang, ada tidaknya

    dislokasi, ada tidaknya fraktur epifisis, ada tidaknya pelebaran celah sendi. Pada foto AP dengan

    fraktur depresi gambaran radiologisnya berupa suatu lokasi dengan densitas yang meningkat. 1,3,7

    1. Foto Polos

    Foto polos sangat baik dalam mendiagnosis fraktur tibia. Pasien yang dicurigai

    mengalami fraktur harus difoto dengan posisi AP, lateral, dan obliq untuk mengevaluasi fraktur.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan foto polos yaitu lokasi fraktur, tipe fraktur dan

    kedudukan fragmen, bagaimana struktur tulang, ada tidaknya dislokasi, ada tidaknya fraktur

    epifisis, ada tidaknya pelebaran celah sendi. Pada foto AP dengan fraktur depresi gambaran

    radiologisnya berupa suatu lokasi dengan densitas yang meningkat. Bila dicurigai terdapat

    fraktur tetapi tidak terlihat pada foto, ulangi pemeriksaan setelah sepuluh hari bila masih terdapat

    simptom. Pada minggu pertama atau kedua ini, garis fraktur sering menjadi lebih jelas. Setelah

    itu fraktur akan bersatu, garis fraktur menghilang dan terjadi reformasi tulang. 1,3,11

    a. Fraktur kondilus tibia

    Gambar 5 . Foto Genu posisi AP,

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    70/73

    tampak fraktur pada bagian lateral

    kondilus tibia.

    (dikutip dari kepustakaan 8)

    Gambar 6. Foto genu posisi obliq, tampak fraktur plateu lateral tibia.

    (dikutip dari kepustakaan 8)

    Gambar 7. Foto genu posisi lateral,Tampak fraktur split lateral plateu tipe I

    (dikutip dari kepustakaan 8)

    b. Fraktur diafisis tibia

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    71/73

    Gambar 8. Foto cruris posisi AP, lateral tampak fraktur

    transversal pada diafisis tibia.

    (dikutip dari kepustakaan 12)

    c. Fraktur pergelangan kaki

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    72/73

    Gambar 9. Fraktur Weber tipe A, tampak fraktur pada bagian distal syndesmosis

    (dikutip dari kepustakaan 13)

    2. CT Scan

    Dalam mendiagnosis fraktur tibia, pemeriksaan CT-scan bermanfaat dalam

    menggambarkan tingkat keterlibatan artikuler dan derajat tekanan fraktur. CT Scan banyak

    dimanfaatkan oleh para ahli ortopedi untuk melihat karateristik dari fraktur tibia dan menaksir

    derajat dari fraktur dan robekannya dapat merencanakan intervensi bedah. 14

    a. Fraktur kondilus tibia

  • 7/22/2019 132063273-71018879-FRAKTUR-CRURIS

    73/73

    Gambar 10 . Gambar CT Scan menunjukkan fraktur pada bagian lateral dan medial dari

    kondilus tibia.

    (dikutip dari kepustakaan 8)