137531944 wujud-implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah
TRANSCRIPT
Wujud Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah:
1. Implementasi standar kompetensi guru sebagai wujud terbentuknya Pendidikan Karakter
Guru merupakan salah satu komponen yang vital dalam proses pendidikan. Hal tersebut
dikarenakan proses pendidikan tanpa adanya guru akan menghasilkan hasil yang tidak
maksimal. Fungsi guru bukan hanya sekedar tenaga pengajar tetapi juga merupakan
tenaga pendidik. Mendidik dalam moral dan kualitas peserta didiknya.
Tantangan yang terjadi ialah terciptanya sumber daya manusia bermutu yang memiliki
akhlak mulia, mampu bekerja sama dan bersaing di era globalisasi dengan tetap
mencintai tanah air.Salah satu cara yang tepat dalam menjawab tantangan tersebut ialah
dengan menyelengarakan pendidikan berkarakter kepada peserta didik. Pendidikan
berkarakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Dalam realitasnya, mengimplementasikan standar kompetensi guru di Indonesia masih
kurang optimal dan terarah. Hal tersebut dapat memberi dampak pada terbentuknya kasus
yang tidak sesuai dengan aturan dalam proses pendidikan. Selain itu juga dapat
berpengaruh pada tingkat keberhasilan pendidikan di Indonesia.
2. Religius; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan
pemeluk agama lain. Seperti:
a. Merayakan hari-hari besar keagamaan.
b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.
c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
d. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
3. Jujur ; Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Seperti:
a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
b. Menyediakan kantin kejujuran.
c. Menyediakan kotak saran dan pengaduan.
d. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.
4. Toleransi ;Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Seperti:
a. Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan
kemampuan khas.
b. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
5. Disiplin;Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan. Seperti:
a. Memiliki catatan kehadiran.
b. Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.
c. Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib
sekolah.
d. Membiasakan hadir tepat waktu.
e. Membiasakan mematuhi aturan.
6. Semangat Kebangsaan ;Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Seperti:
a. Melakukan upacara rutin sekolah.
b. Melakukan upacara hari-hari besar nasional.
c. Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.
d. Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah.
7. Ujian Nasional ; Instrumen implementasi keberhasilan Pendidikan Karakter Bangsa
Bukan hanya sekolah yang bertanggung jawab menanamkan dan menerapkan pendidikan
karakter. Keluarga, pemerintah, lingkungan sekitar dan seluruh masyarakat pun memiliki
kewajiban mengenai hal ini. Namun sekolah-lah yang diberi tanggung jawab dan
kepercayaan oleh masyarakat untuk mendidik para siswa baik dengan menyampaikan
ilmu pengetahuan maupun memperhatikan dan membentuk karakternya.
Selama tiga tahun siswa berjuang untuk pergi ke sekolah dan melaksanakan proses
pembelajaran, kelulusannya ditentukan oleh hasil pelaksanaan UN yang dilakukan kurang
lebih hanya 10 jam, ini menjadi alasan tersendiri mengapa ada beberapa oknum kepala
sekolah, guru dan siswa yang melakukan segala cara untuk mencapai nilai yang
diinginkan ketika ujian berlangsung. Padahal seharusnya sikap “melakukan segala cara”
tersebut dilakukan jauh-jauh hari sebelum ujian, misalnya dengan mengoptimalkan
proses pembelajaran di kelas, mengadakan belajar tambahan di luar jam pelajaran,
memotivasi siswa untuk giat belajar, menamkan sikap jujur dan memperkuat
kepercayaan-dirinya, dan masih banyak lagi.