14 februari 1945-dari soekarno sampai soeprijadi

78

Click here to load reader

Upload: hery-setiabudi

Post on 23-Nov-2015

160 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Biografi Pelaku Pemberontakan PETA Blitar

TRANSCRIPT

  • 114 FEBRUARI 1945Dari Soekarno Sampai Soeprijadi

    Oleh: Hery Setiabudi

  • 2

  • 3Pengantar

    Sejarah telah mencatat peristiwa 14 Februari 1945. Peristiwaperlawanan terhadap imperium pendudukan balatentaraDai Nippon sekaligus peristiwa pengibaran bendera merahPutih sebelum Proklamasi yang berlangsung tepatnya padapukul 03.00 WIB itu dikenal dengan istilah PemberontakanPETA di Blitar. Dalam pemberontakan ini tokoh pemimpinyang paling menonjol dan banyak dikenal khalayak adalahShodanco Soeprijadi. Namun tokoh-tokoh yang lainnyaseakan masih belum banyak dikenal seperti ChudancoIsmangil, Shodanco Moeradi, Shodanco Parthohardjonodan lain sebagainya. Lebih dari itu, tokoh-tokoh dibaliklayar yang sesungguhnya memiliki andil dalam peristiwaitu juga miskin publikasi seperti Alif Ahmad Khasan,Darmadi dan lain sebagainya.

    Dalam edisi ringkas ini buku berjudul 14 Februari 1945;Dari Soekarno Sampai Soeprijadi yang merupakan salahsatu sumber data penyusunan buku novel Sebilah KerisBerselempang Samuraisengaja dipublikasikan denganharapan dapat ditelisik jejak para tokoh dalam peristiwabersejarah yang menjadi penanda cikal bakal lahirnyaTentara Nasional Indonesia. Semoga bermanfaat.

  • 4

  • 5Soekarno, DR. Ir

    Blitar Titik Awal dan Akhir Proklamator

    Menceritakan tokoh besar seperti Bung Karnodalam konteks daerah nampaknya menjadikesulitan sendiri. Bisa saja yang diceritakanhanya mengenai tempat yang pernah merekamjejak sang tokoh, akan tetapi Bung Karno denganBlitar tidak dapat demikian. Bung Karno danBlitar merupakan dua entitas yang bertalian erat.Namun disisi lain, pertalian keduanya tidakcukup mudah dutuangkan dalam cerita tertulis.Jika sudah demikian, apakah Bung Karno tidakdapat disebut sebagai Orang Blitar?

    Blitar Daerah Gagal Dalam De-Soekarnoisasi

    Cap sebagai basis PKI memang tidak menguntungkan darisegi manapun. Nasib itulah yang harus diterima oleh Blitar.Campuraduk cap Soekarnois dan Cap PKI sudah demikianmenggurita. Bung Karno sendiri dalam suatu keputusanpolitik harus dikuburkan dalam-dalam di Blitar denganalasan Blitar letaknya jauh dari pusat kekuasaan. Alasanyang lebih obyektif, di Blitar telah ada Makam ibunda BungKarno. Pertanyaannya, lantas bagaimana dengan MakamSoekeni sang ayah yang sebelumnya di makamkan diJakarta lalu ikut dipindahkan di Blitar seiring denganpemugaran Makam Bung Karno? Sungguh, menilai suatukeputusan politik se-obyektif apapun tak akan pernahtuntas sebagai jawaban akhir.

    Pendek kata, keputusan terkait makam Bung Karnomerupakan rangkaian dari de-Soekarnoisasi mulai daripusat hingga ke daerah-daerah. Satu-satunya daerah yangdianggap gagal dalam de-Soekarnoisasi adalah Blitar. Hal

  • 6ini nampaknya telah disadari oleh pusat, akan tetapi tidakbegitu merisaukan. Pertimbangannya, selain Blitar memangtelah berhasil di cap basis PKI juga Blitar dianggap sepi darikemajuan ketika itu. Bisa disimak disini. Kediri,Tulungagung dan Malang. Daerah yang melingkari Blitarini dalam kurun waktu tahun 1970 hingga 1980-an majudengan pesat, tetapi tidak dengan Blitar.

    Keberadaan makam Bung Karnoboleh dikata berkah sekaligusbeban berat. Berat pada awalkeberadaannya dan tugas beratdidalam mengusungnya sebagaikawasan yang kurang disukaioleh penguasa pusat. Kenyataanini nampaknya berakhir mulaitahun 1980-an. Orang-orangBlitar dan daerah lainnya masihmerindukan Bung Karno lahirkembali. Bagi Orang Blitarkeberadaan makam Bung Karno

    menjadi sumber penghidupan dari masa ke masa. Banyakorang menggantungkan hidup dari keberadaan makamBung Karno. Sementara itu, diluar Orang Blitar jugademikian. Dari data statistik terkait kunjungan makamBung Karno tertera data kenaikan yang cukup signifikandari tahun ke tahun, bahkan menjelang reformasi dansetelahnya data pengunjung makam Bung Karnomengalami lonjakan.

    Semakin dalam Bung Karno ditanam di bumi Blitar, semakinmembumbung tinggi namanya dikancah percaturan nasional,demikian ucapan alm. Roeslan Abdoel Gani pada tahun2003 saat peletakan batu pertama pembangunanperpustakaan Bung Karno.

  • 7Tidak berhenti disitu, Orang Blitar dapat dinilai konsistenmerasa diri sebagai pewaris perjuangan Bung Karno. Disaatorang-orang mencibir nama Bung Karno, Orang Blitarjustru mengusungnya sebagai kebanggaan daerah. Bahkanketika muncul isu untuk memindahkan makam BungKarno, orang-orang Blitar dengan lantang menolak.

    Bung Karno Orang Blitar?

    Siapa Bilang Saya Orang Blitar,

    Saya Ini Orang Prambanan,

    Siapa Bilang Rakyat Indonesia Lapar,

    Rakyat Indonesia Cukup Makan.

    Siapa Bilang Saya Dari Blitar,

    Saya Ini Orang Bagelan,

    Siapa Bilang Rakyat Indonesia Lapar,

    Rakyat Indonesia Kini Memiliki Padi Marhaen 1

    Pantun yang pernah diucapkan Bung Karno tersebutmenunjukan bahwa antara dirinya dengan Blitar memangmemiliki keterkaitan yang erat. Pantun tersebut dalamkonteks pidatonya lebih ditunjukkan pada sikap yangmenentang ide kedaerahan, ide kesukuan dan ide sektoral.Ketika itu memang nama Bung Karno dan Blitar telahdikenal secara umum, namun sekali lagi bagi Bung Karnoide-ide mengenai kedaerahan sedapat mungkin dikurangibahkan ditentang habis-habisan. Dilapangan politik Bung

    1 Lihat dalam Suhario Padmodiwiryo, Herman Widodo, Memoar Hario Kecik:autobiografi seorang mahasiswa prajurit, Volume 2, Yayasan Obor Indonesia, 1995, hal 19.Pantun ini merupakan rangkaian pidato Bung Karno dalam kegiatan pembinaan pemudaMarhaen tahun 1950. Uraian Bung Karno ini merupakan penggalan desk buku Blitar TempoDoeloe; Titik Awal dan Akhir Bung Karno.

  • 8Karno memang biasa menggunakan istilah atau ungkapan-ungkapan yang mewakili dirinya sebagai sosok pemersatubangsa dan hal itu terbukti konsisten hingga titik balikmenggulingkannya dari tampuk kekuasaan. Bung Karnomerelakan dirinya tenggelam demi tegaknya kesatuan danpersatuan bangsa Indonesia.

    Kini, antara Bung Karno dan Blitar meskipun sering dikritikhabis-habisan sebagai sesuatu yang nyaris tidak adahubungannya oleh banyak pakar, akan tetapi kenyataannyasangatlah sulit untuk memisahkan dua entitas tersebut,yakni Bung Karno dan Blitar. Beberapa kritik yang dapatdisebut antara lain, bahwa Blitar bagi Bung Karno hanyalahsebagai tempat pemakamannya saja, Blitar hanyalah tempatpersinggahan untuk sekadar menjenguk orang tuanya dikampung Gebang dan lain sebagainya. Pendek kata kritiktersebut merucut pada pendapat yang menyatakan bahwaBlitar hanyalah salah satu tempat yang tidak berarti bagiperjuangan Bung Karno bahkan dianggap miskin datamengenai kesejarahan Bung Karno. Jika di Surabayaterdapat petilasan berupa sebuah rumah tempat kelahiranBung Karno, tempat pemondokan semasa menempuhpendidikan di HBS dan banyak lagi tempat dimana BungKarno muda menemukan dunia intelektualitasnya, makalain ceritanya jika kita simak data-data yang ada diBandung. Sebut saja diantara bangunan yang identikdengan Bung Karno seperti bekas gedung Landraad yangsekarang menjadi gedung KAA, penjara Sukamiskin,Penjara Banceuy, kampung pengalengan tempat yangmenginspirasikan lahirnya faham Marhaenisme dan lainsebagainya. Bung Karno pun menyebut Surabaya sebagaidapur nasionalisme-nya, sedangkan Bandung ia sebutdengan Dunia putih, dimana ungkapan tersebut dapatdimaknai layaknya kawah candra dimuka bagi perjuanganBung Karno melawan kolonialisme. Pendek kata, Surabaya

  • 9bagi Bung Karno adalah tanah kelahiran dan tempatpenumbuhkembangan jiwa intelektual seorang anak bangsayang haus akan perubahan, sedangkan di Bandung bagiBung Karno merupakan tempat penemuan jati dirinyasebagai pemimpin bangsa, sebagai pejuang antiimperialisme dan kolonialisme serta penemuan cintasejatinya. Kedua daerah ini secara historis tidak dapatdipungkiri sebagai jejak historis Bung Karno dengansegudang referensi terpublikasikan secara luas.

    Sementara itu di Blitar, khususnya di Kota Blitar referensimengenai jejak sejarah Bung Karno tidak cukup banyakuntuk diketahui publik dibandingkan dengan dua tempatdiatas. Dari sini kritik bahwa Blitar hanyalah sebagai salahsatu tempat yang miskin data mengenai kesejarahan BungKarno tidak secara otomatis bisa diterima. Buku tentangBung Karno dan Blitar memang tidak begitu banyak, itusebuah realitas. Namun jejak kesejarahan Bung Karno diBlitar tidak dapat dikatakan miskin. Buktinya, meskipunhanya beberapa penggal dari segudang referensi tentangBung Karno ternyata tidak sedikit yang menyinggungmengenai Blitar. Simak saja biografi pertama Bung Karnoyang ditulis Im Yang Tjoe tahun 1933. Im Yang Tjoemengawali penuturannya mengenai Bung Karno mengabilsetting tempat di Blitar. Dalam buku biografi Bung Karnoyang ditulis oleh Cindy Adams pun juga terdapat banyakkesaksian Bung Karno mengenai keterkaitan dirinyadengan Blitar. Buku karya Ramadhan KH, Soebagijo IN,Andjar Any, Nurinwa Ki SH dan lain sebagainyamerupakan buku-buku berikutnya yang didalamnya jugatidak sedikit mengupas keterkaitan Bung Karno denganBlitar. Oleh karenanya, tidak cukup alasan bagi pihak yangmenyebut bahwa Blitar hanyalah sebagai salah satu tempatyang miskin data mengenai kesejarahan Bung Karno. Lebihdari itu, jika menyimak beberapa kesaksian, cerita tutur

  • 10

    atau biasa disebut sebagai sejarah lisan yang bersumberdari orang-orang tua, Bung Karno dan Blitar adalah sisi laindari catatan sejarah bangsa yang cukup panjang jikadituangkan dalam suatu cerita. Oleh karena itu,membicarakan tentang Bung Karno sejatinya tidak dapathanya dilihat dari satu sisi saja, bahkan untukmenuturkannya dalam konteks yang terbatas sekalipuntidak dapat mengabaikan konteks yang lainnya barangsecuil. Contoh saja dalam konteks kelahiran, Surabaya sajatidak cukup sendiri didalam mendedah dunia masa kanak-kanak Bung Karno. Dalam konteks perjuangan sebagaipemimpin bangsa, Bandung pun juga tidak cukup sendiriuntuk dapat disebut sebagai tempat perjuangan BungKarno melawan kolonialisme. Apalagi dalam peristiwa titikbalik hingga wafatnya Bung Karno, Blitar juga tidak akanbisa bersuara banyak untuk mengulas Bung Karno dalampusaran sejarah kelam bangsa ini melalui serangkaiansistem yang dikenal dengan istilah de-Soekarnisasi. BungKarno sudah terlanjur menjadi milik bangsa, Bung Karnobukan milik kerabat dan anak-anak biologisnya saja danoleh karena itu warga bangsa ini memiliki hak untuk bicaramengenai Bung Karno. Semakin banyak daerah menyebutdirinya sebagai pewaris Bung Karno, maka hal tersebutmenunjukkan bahwa Bung Karno memang telah menjadimilik seluruh warga bangsa ini tanpa terkecuali, sekaliguscerminan dari ungkapan Bung Karno untuk tidakmelupakan sejarah bangsanya.

    Blitar Titik Awal dan Akhir Bung Karno

    Blitar untuk saat ini telah memosisikan diri sebagai wahanapenumbuh-kembangan nilai-nilai kebangsaan dan secarakhusus sebagai tempat untuk melestarikan pemikiran BungKarno yang nasionalistic dan patriotistic. Banyak sekali datadan referensi yang menjadi rujukan uraian ini, namundemikian tidak seluruhnya dapat disampaikan secara

  • 11

    terperinci. Dua judul buku yakni buku karya Im Yang Tjoeberjudul Soekarno Sebagi Manoesia dan buku Biografikarya Cindy Adams yang telah diterjemahkan dalambahasa Indonesia berjudul Bung Karno Penyambung LidahRakyat Indonesia dalam konteks buku ini diposisikansebagai sumber skunder utama. Artinya, kedua bukutersebut secara Heuristik tidak banyak yang beranimembantah isinya, selain meluruskan hasil terjemahannyasesuai proporsi kepatutan. Jika bukunya Im Yang Tjoedibuat sezaman dengan masa-masa perjuangan BungKarno, maka bukunya Cindy Adams merupakan satu-satunya yang dianggap resmi sebagai biografi yangmenghimpun kesaksian Bung Karno semasa hidup. Sumberdalam kategori skunder yang tak kalah penting adalahterbitan-terbitan lama seperti koran dan majalah zamanHindia Belanda dan zaman Jepang, tulisan para pakar dansejarawan, terbitan masa kini yang relevan dengan pokokbahasan serta beberapa sumber tertulis lainnya yangdipandang memenuhi unsur sebagai rujukan. Untuksumber primer informasi penting dapat ditelisik melaluibapak Islan Gatot Imbata yang telah dikenal khalayakumum sebagai salah satu narasumber penting, pelakusejarah sekaligus orang yang memiliki kedekatan dengankeluarga Bung Karno, khususnya keluarga Ibu Wardoyo.Penulis Ayah Bunda Bung Karno yakni Nurinwa Ki SH pundalam merampungkan tulisannya banyak dibantu olehbeliau ini. Beberapa tokoh lainnya yang masuk dalamkategori sumber primer yang juga harus disebut sepertialm. Bapak Sastawa Kartawibawa, Kakung Bambang InMardiono dan seterusnya, penulis menganggap beliau-beliau ini selain sebagai narasumber atau lebih tepatdisebut koresponden juga sebagai guru dalam menjelajahimasa lalu Blitar, khususnya untuk mempersandingkanantara data dan pengalaman masa lalu yang berkenaandengan Bung Karno dan Blitar.

  • 12

    Blitar sebagai titik awal Bung Karno. Terkait kelahirannya,Bung Karno tidak sedikit mengungkap tentang dirinyadengan Kelud. Demikian juga dimasa-masa mudanya,cerita Bung Karno dan Kelud ia kenang sebagai bagian daripenumbuhkembangan jiwa muda Bung Karno. Catatan itutahun 1919 saat Bung Karno harus melintasi Wlingi menujuBlitar dalam amukan letusan gunung Kelud. Pada zamanJepang apalagi. Bung Karno mengaku bahwa dibalikpemberontakan PETA, ia merupakan satu-satunyapemimpin nasional yang mengetahui rencana itu. Di zamankemerdekaan dan ketika Bung Karno dipuncak kekuasaanBlitar merupakan daerah yang diperhitungkan sebagaikawasan penting nasional. Tidak sekali atau dua kali BungKarno mengunjunginya untuk meminta restu ibundanya,bahkan beberapa sumber menyebutkan beberapakeputusan penting kenegaraan pernah ditorehkan di sini.Blitar titik akhir Bung Karno merupakan cerita yang tidakhanya seputar pemakamannya, tetapi juga masa-masa pahitbagi Bung Karno dan keluarga yang masih terekam cukupbaik di Blitar. Lebih dari itu, Blitar sebagai titik awal karenasemenjak nama Bung Karno tenggelam, Blitar menjadi awaldari kebangkitannya. Bung Karno menjelma kedalam buku-buku, perpustakaan Bung Karno, komunitas pencinta BungKarno dan lain sebagainya.

    Bung Karno Dan Peristiwa 14 Februari 1945

    Dalam otobiografinya, Bung Karno: Penyambung LidahRakyat Indonesia, Bung Karno mengaku sudah mengetahuipemberontakan itu sebelumnya. Ulasan terkait hal ini pakRoso Daras juga telah menuangkannya dalam bukunya.

    Ingatlah bahwa rumahku di Blitar. Orang tuaku tinggal diBlitar, demikian kata Bung Karno. Pada suatu hari, tuturBung Karno, ia mengunjungi orang tuanya di Blitar. Saat itusejumlah perwira PETA mendatanginya. Salah satu

  • 13

    diantaranya adalah pimpinan pemberontakan: syudancoSupriadi. Perwira PETA menceritakan rencana merekamelakukan pemberontakan. Kami baru mulaimerencanakannya, tetapi kami ingin tahu pendapat BungKarno sendiri, ujar Suprijadi kepada Bung Karno. BungKarno dengan berat menjawab, pertimbangkanlah masak-masak untung ruginya. Saya minta saudara-saudaramemikirkan tindakan yang demikian itu tidak hanya darisatu segi saja. Kita akan berhasil, kata Supriadi selakupimpinan pemberontakan menjamin keberhasilangerakannya. Bung Karno kembali mengajukanpendapatnya. Saudara terlalu lemah dalam kekuatanmiliter untuk dapat melancarkan gerakan semacam itupada waktu sekarang, kata Bung Karno.

    Tetapi Supriadi tetap kukuh pada keyakinannya. Kitaakan berhasil, kata Supriadi mengulangi keyakinannya.Bung Karno sadar, tidak seorang pun bisa menghentikankeinginan anak-anak muda ini. Tekad mereka sudah bulat:berontak. Bung Karno hanya berpesan, kalau sekiranyasaudara-saudara gagal dalam usaha ini, hendaknya sudahsiap memikul akibatnya. Jepang akan menembak saudara-saudara semua. Perwira-perwira PETA itu sempatmenanyakan kesanggupan Bung Karno untuk membelamereka kelak ketika pemberontakan gagal. Bung Karnotidak menyanggupi. Saudara anggota tentara, bukan orangpreman (bebas). Dalam hukum militer, hukumanmuotomatis, kata Bung Karno memberi alasan. Selain itu,menurut Bung Karno, ia tidak mau kegagalanpemberontakan PETA di Blitar akan berdampakkelangsungan hidup PETA secara keseluruhan. Artinya,dukungan terbuka Bung Karno bisa berarti akhir darirencana menjadikan PETA sebagai alat revolusi.

  • 14

    PETA adalah alat yang vital bagi revolusi kita yang akandatang. Kalau sekiranya saudara semua tertangkap, makakewajiban sayalah untuk berusaha dengan segala dayamenyelematkan pasukan PETA yang selebihnya, kataBung Karno. Meski demikian, Bung Karno menyokongpemberontakan secara terselubung. Saya akan membantudengan pembuatan rencana. Akan tetapi harus hati-hatiuntuk menutup jejakku, ujar Bung Karno. Danpemberontakan itu benar-benar meletus. Ketika Jepangmenjatuhi hukuman mati kepada pemuda-pemuda gagahberani itu, Bung Karno hanya menahan kepedihan sembarimenuliskannya di atas berlembar-lembar kertas.

    Pak Roso Daras menegaskan dalam bukunya, bahwamungkin ada yang mencibir pemberontakan PETA di Blitaritu sebagai tindakan aksi petualangisme aliasadvoturisme. Mungkin ada juga yang menganggaptindakan pemuda-pemuda itu sebagai kematian yang sia-sia. Pemberontakan ini memang kurang dipersiapkansecara matang. Akibatnya, pemberontakan berjalan kurangterorganisir. Selain itu, sasaran dan target pemberontakanjuga kurang jelas. Dengan mengutip sumber yang sama,maka selepas peristiwa itu tidak ada kematian yang sia-siadalam setiap perjuangan. Pengorbanan adalah nyawanyasetiap perjuangan. Tak sedikit orang menghindari aksirevolusioner atas nama perhitungan atau penilaian yangmatang terhadap situasi. Bung Karno sendiri menaruhhormat terhadap pemuda-pemuda gagah berani dalampemberontakan di Blitar. Ia menganggap pemberontakanPETA di Blitar sebagai serangan tunggal yang paling besardalam perlawanan anti-fasisme Jepang. Sidik Kertapati,salah satu tokoh penting di balik Proklamasi Kemerdekaan,menangkap arti historis pemberontakan itu dalammenembalkan semangat dan perjuangan anti-fasisme. Iamenyebut pemberontakan Blitar sebagai halilintar dalam

  • 15

    kegelapan malam, yang dengan kilatnya menunjukkankekuatan-kekuatan besar yang bersemayam di dada rakyatIndonesia.

    Riwayat Singkat Bung Karno

    Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasadipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, tepatnya lawangSeketeng, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni1970. Ayahnya bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo danibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, BungKarno mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak.Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati,Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartinimempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri RatnaSari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli NaokoNemoto mempunyai anak Kartika.

    Semasa SD hingga tamat, Bung Karno tinggal di Surabaya.Bung Karno indekos di rumah Haji Oemar SaidTokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam saatdi HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu,Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya.Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung danmelanjut ke THS (Technische Hoogeschool). Bung Karnoberhasil meraih gelar Ir pada 25 Mei 1926. Kemudian,Bung Karno merumuskan ajaran Marhaenisme danmendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandungpada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian barudisidangkan. Dalam pembelaannya berjudul IndonesiaMenggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda,bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itumembuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930,PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931,

  • 16

    Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligusmemimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkapBelanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empattahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

    Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, BungKarno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaanRI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentangdasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hattamemproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidangPPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasisebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasilayang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara KesatuanRepublik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukannusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpunbangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin denganKonferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yangkemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

    Pemberontakan tahun 1965 melahirkan krisis politik hebatyang menyebabkan penolakan MPR ataspertanggungjawaban Bung Karno. Sebaliknya MPRmengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Selamamenjalani hukuman politik, kesehatan Bung Karno terusmemburuk. Pada hari Minggu, 21 Juni 1970 Bung Karnomeninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di WismaYaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekatmakam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintahmenganugerahkannya sebagai Pahlawan Proklamasi. [ ]

  • 17

    Alif Ahmad Khasan

    Tokoh Mistis di Balik Pemberontakan PETA

    A. Pertalian Spirit Perang Jawa dan Peristiwa 14 Februari1945

    Mengungkap peristiwa yang melatarbelakangilahirnya Perang Jawa tahun 1830, sangat identikdengan pepatah Sadumuk Bathuk Sanyari BhumiDi Tohi Pati.2

    Diawali pada pertengahan bulanMei 1825, dimana Belanda yangawalnya berencana membangunjalan untuk kepentinganekonominya dari Yogyakarta keMagelang lewat Muntilan, akantetapi rencana tersebut diubahdengan membelokan rute jalanyang hendak dibangun itumelewati Tegalrejo. Pada salah satulokasi, pembangunan jalan itu tepatmelintasi makam dari leluhurPangeran Diponegoro. Tak pelak, Pangeran Diponegoropun tersinggung dan memutuskan untuk mengangkatsenjata melawan Belanda. Seluruh patok-patok rencanapembangunan jalan yang melewati makam dicabut. Tentusaja, pihak Belanda menjadi gusar dan segera melakukanpenangkapan terhadap Pangeran Diponegoro karena dinilai

    2 Ungkapan tersebut merupakan pepatah Jawa yang berarti sejari kepala sejengkaltanah dibela sampai mati. Secara umum pepatah ini terkandung maksud, satu sentuhan padadahi (pembodohan) dan satu pengurangan ukuran atas tanah (menyangkut kehormatan danwarisan leluhur) selebar jari saja dapat berakibat kematian. Pepatah ini menegaskan bahwatanah dan kehormatan atau harga diri bagi orang Jawa merupakan sesuatu yang sangat vital,bahkan dibela dengan taruhan nyawa.

  • 18

    telah berani memberontak. Tepat pada 20 Juli 1825 tentaraBelanda mengepung rumah sang Pangeran. Namun sangPangeran beserta keluarga dan pasukannya telahmenyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso diKabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatanhingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometerarah barat dari Kota Bantul. Goa Selarong pun dijadikansebagai basis pertahanan dan dimulailah Perang Jawa,perang yang konon telah menguras banyak energi dannyawa, baik dari pihak Belanda maupun dari pihakDiponegoro.

    Berbeda ruang dan waktu, Pemberontakan PETA di Blitarmelawan pemerintah balatentara Jepang yang terjadi padatanggal 14 Februari 1945 juga memiliki akar permasalahanyang hampir sama. Demi melihat penindasan yangdilakukan Jepang terhadap pribumi seperti Roomusha(kerja paksa) hingga menjerumuskan para gadis pribumikelembah hitam Jugunianfu (pelacuran) telah menyulutamarah Soeprijadi dan kawan-kawan sesama anggotaTentara Pembela Tanah Air (PETA) untuk melakukanpemberontakan terhadap fasisme pemerintahan BalatentaraJepang. Tetapi pemberontakan ini tidak berlangsung lamadapat dipadamkan oleh pihak jepang, serta semua yangterlibat dalam pemberontakan ini dijatuhi hukuman matitermasuk pemimpin lapangan yang banyak dilupakan olehsejarah yaitu Moeradi. Sementara Soeprijadi sangpemimpin pemberontakan menghilang tanpa diketahuisampai saat ini.

    Tanggal 14 Pebruari dikenal sebagai hari kasih sayang. 14Pebruari sebagai salah satu tonggak bersejarah belumbanyak mendapat tempat. Maklum saja, bagi sebagiankaum muda sejarah acapkali dimaknai sebagai sesuatuyang konvensional, penuh dengan nuansa romantisme. Danironisnya lagi sejarah tidak lebih hanyalah sebagian kecil

  • 19

    mata pelajaran yang tidak diminati. Tak ayal lagi, hampirsemua anak-anak generasi Merdeka ini kurang mengenalsiapa Soeprijadi, Moeradi, Dokter Ismangil, Alif AhmadKhasan dan lainnya yang terlibat pemberontakan 14Februari 1945. Jangankan sejarah pemberontakan PETA,sosok seperti Katagiri Butaico, Haji Shimizu, Hosini atauHosino Gunco dan Hashizume, tentu sangat asingterdengar. Padahal, jika kita mau bersabar mendengarkankisah orang-orang tua tentang jaman Jepang, banyak sekaliinspirasi yang dapat digali. Belum lagi bila mendengarbeberapa kesaksian tentang Romusha, Jugun ianfu dankondisi mengenaskan di masa-masa pendudukan Jepang.

    Hadirnya sosok Alif Ahmad Khasan atau yang lebihdikenal dengan sebutan Mbah Bendo dalam peristiwabersejarah ini seakan menjadi benang merah antaraPemberontakan PETA dan Perang Jawa. Tidak saja iasebagai representasi dari perlawanan khas Jawa terhadappenjajahan bangsa asing dengan berbagai macam atributseperti keris, laku tirakat dan lain sebagainya, tetapi jugadari sudut pandang hadirnya Mbah Bendo dalamPemberontakan PETA menjadikan peristiwa itu sebagaiwujud Perang Jawa ke-dua dalam lingkup yang terbatas.Artinya, spirit Pemberontakan PETA identik dengan spirityang melatar belakangi lahirnya Perang Jawa 1830. Masing-masing merupakan bentuk perlawanan terhadapkesewenang-wenangan penguasa sekaligus membuktikanjati diri bangsa Indonesia yang teramat sangat menentangsegala bentuk penjajahan, kendati dua peristiwa tersebutdapat dipadamkan. Pihak Indonesia memang ditakdirkankalah dan sang penjajah tampil sebagai pemenang, akantetapi semangat perlawanan seakan tidak dapatdipadamkan.

  • 20

    B. Siapakah Alif Ahmad Khasan?

    Tokoh yang lebih banyak disebut dengan panggilan MbahBendo ini tidak banyak yang mengetahui peran, latarbelakang dan sejarahnya. Dalam beberapa penelitian terkaitdengan peristiwa 14 Februari 1945, nama Alif AhmadKhasan nyaris sepi dari ulasan. Padalah jika dirunut lebihjauh peran Mbah Bendo dalam Pemberontakan PETA tidakdapat dianggap kecil. Sebelum pecah peristiwa 14 Februari,Alif Ahmad Khasan merupakan tokoh spiritual khususnyabagi Soeprijadi, Ismangil, Moeradi dan kawan-kawan yanghendak mengobarkan perang terhadap pihak Jepang.Melalui hadirnya Alif Ahmad Khasan pula PemberontakanPETA diakhiri dengan dilumpuhkannya pasukan terakhiryang dipimpin oleh Moeradi di daerah hutan NgancarKabupaten Blitar. Boleh dikata, Alif Ahmad Khasan hadirsebagai bingkaian awal Pemberontakan PETA sekaliguspenutup dari babak perlawanan terhadap Jepang tersebut.

    Dalam catatan penelusuran Jejak Pemberontakan PETAtahun 2007, dapat diungkap apa dan siapakah Alif AhmadKhasan alias Mbah Bendo.3 Sebagai Orang Blitar yangbermukim di Desa Bendo (sekarang Kelurahan BendoKecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar) Alif Ahmad Khasanmerupakan sesepuh desa yang kharismatik dan dikenalsebagai ahli spiritual khas Kejawen.4 Sebagaimana

    3 Catatan penelusuran ini bersumber dari desk tahun 2007 (tepatnya tanggal 02-30Februari 2007) yang dihimpun oleh Tim Pembuatan Film Dokumenter Pemberontakan PETABlitar bentukan instansi BAPPEDA Kota Blitar yang kebetulan penulis masuk didalamnya.Sedangkan narasumber terkait dengan tokoh mBah Bendo atau mBah Alif Akhmad Khasanadalah Ibu Aminah Nursidik dan bapak Amiyono, cucu Alif Akhmad Khasan. Bapak Amiyonopada masa itu berada dalam satu ruang dan waktu yang sama, khususnya sebagai pelakulangsung yang menyaksikan pertemuan-pertemuan antara mBah Bendo dengan Soeprijadi,Moeradi, Ismangil dan kawan-kawan, baik sebelum pecah Pemberontakan, detik-detikmenjelang 14 Februari 1945 maupun sesudahnya.

    4 Kejawen merupakan suatu faham, aliran kebatinan khas Jawa yang dalam sudutpandang religiusitas dianggap Sinkretisme Jawa. Kejawen memuat olah kebatinan, dunia

  • 21

    penuturan bapak Amiyono, Alif Ahmad Khasan padatahun 1945 telah berusia kurang lebih 100 tahun. Meskipunusianya sudah sangat tua, dari sisi fisik mbah Bendo ketikaitu masih terlihat segar, sehat dan kuat. Tubuhnya masihcukup kuat menopang badannya yang lanjut usia. Ia takubahnya seperti kakek-kakek berusia enam puluhan tahun.

    Alif Ahmad Khasan menurut riwayatnya merupakan anakcucu salah satu prajurit Perang Diponegoro yang merantauhingga sampai dan bermukim di Bendo Blitar. Tempatkelahiran, orang tua dan latar belakangnya secara pastikurang banyak diketahui dan hanya menyebutkan bahwaia berasal dari Yogyakarta. Gambaran fisik tentang AlifAhmad Khasan menurut bapak Amiyono, ia memilikikebiasaan memakai pakaian hitam-hitam, rambut yangdigelung layaknya orang-orang kerajaan zaman lampaudan kewibawaannya tercermin dari sikapnya yang tidakbanyak bicara, santun terhadap orang-orang yang bertamudirumahnya.

    Hubungan antara Alif Ahmad Khasan dengan beberapaanggota PETA diawali untuk pertama kalinya olehSoeprijadi dan Dokter Ismangil, jauh sebelum muncul niatuntuk melakukan Pemberontakan. Kedua pencetuspemberontakan PETA ini sering berkonsultasi tentangberbagai hal dan tentunya tentang nasib negeri ini kepadasesepuh desa Bendo tersebut. Bahkan Soeprijadi jugamemperkenalkan R. Darmadi, ayahandanya dengan mbahBendo sebagai guru spiritual. Dari Soeprijadi dan DokterIsmangil lah nama mbah Bendo mulai diperhitungkan

    mistik dan teosofi. Pada umumnya Kejawen, dalam aktivitasnya ingin berusaha mencarihakikat alam semesta, intisari kehidupan, dan hakikat Tuhan. Kejawen memiliki varian denganistilah ngelmu. Ngelmu dalam mistik kejawen adalah ngelmu ka-sampurnan atau ngelmukasunyatan, ngelmu kasidan jati yang harus dijalankan melalut catur lampah berdasarkankemantapan budi berupaya mencari jalan terang dalam kegelapan. Suwardi Endraswara, 2006hal 22-30

  • 22

    sebagai guru spiritual bagi pasukan PETA Blitar, tentu sajaanggota PETA yang sejalan dengan semangat perjuanganSoeprijadi dan kawan-kawan. Jika terhadap DokterIsmangil dan lainnya Alif Ahmad Khasan biasa memanggildengan sebutan pak atau mas, khusus kepada Soeprijadi iamemanggilnya dengan panggilan Nakmas. KedatanganSoeprijadi dan kawan-kawan dapat dikatakan sebagaisebuah pisowanan murid kepada gurunya.

    C. Penyulut dan Pemadam Pemberontakan PETA

    Menjelang pecah pemberontakan PETA, dimana posisiSoeprijadi sudah demikian terjepit karena rencananyasudah terendus pihak Jepang, Soeprijadi datang kepadaAlif Akhmad Khasan. Dalam pembicaraan diantarakeduanya, yang kebetulan bapak Amiyono beradaditempat, Alif Akhmad Khasan menyarankan kepadaSoeprijadi untuk menunda rencananya. Isih Kekisuken,5demikian ungkapan mbah Bendo yang didengar oleh bapakAmiyono. Namun Soeprijadi justru membeberkan faktayang ada bahwa rencananya sangat dimungkinkan sudahdiketahui pihak Jepang. Dari pada didahului, lebih baikmendahului. Sampai disini Soeprijadi pun sebenarnya telahmemperkirakan bahwa ia dan kawan-kawan pasti dapatditaklukkan oleh Jepang yang ketika itu sudah demikianbesar kekuasaannya atas seluruh pulau Jawa.

    Demi melihat kobaran api yang menyala-nyala didadaSoeprijadi tersebut, Alif Akhmad Khasan pun akhirnyamemberikan restu. Restu tersebut dirupakan dalam wujudsebilah keris yang diyakini dapat memberikan dampaksebagai sipat kandel atau penyemangat. Dalampembicaraan antara Alif Akhmad Khasan dengan

    5 Masih terlalu pagi. Dalam ungkapan ini mengisyaratkan bahwa rencana Soeprijadidianggap belum waktunya dilaksanakan.

  • 23

    Soeprijadi, ia menganalogikan semangat Soeprijadilayaknya semangat pangeran Diponegoro ketika hendakmengobarkan Perang Jawa. Jika dalam perang JawaDiponegoro menggunakan simbol pedang ditangan kanandan keris ditangan kiri, maka Soeprijadi sang Shodancoomenggunakan simbol sebilah keris berselempang samurai.Keris sebagai simbol perlawanan pribumi, samurai sebagaisimbol perlawanan pasukan bentukan jepang terhadappendidiknya.

    Kenyataannya, sebagaimana kesaksian para pelakupemberontakan PETA, ketika mengawali gerakannyaSoeprijadi menggunakan keris pemberian mbah Bendo itusebagai satu simbol perlawanan dan sebagai penandadimulainya pemberontakan 14 Februari 1945 yang iawujudkan dengan mengacungkan keris tersebut serayaberseru Hajimeee atau mulai.

    Dengan meletusnya pemberontakan 14 Februari 1945 mbahBendo nampaknya sudah memperkirakan bahwa dirinyakelak akan dicari oleh pihak Jepang dan memangdemikianlah yang terjadi. Shimizu, tokoh berpengaruhdalam ketentaraan PETA telah menyeret Alif AkhmadKhasan sebagai orang yang juga harus bertanggungjawabatas terjadinya pemberontakan. Tidak hanya itu, melaluikehadiran Alif Akhmad Khasan lah pada akhirnya pasukanterkahir yang dipimpin Moeradi dapat ditangkap tanpapertumpahan darah di hutan Ngancar. Pihak Jepangmenggunakan Alif Akhmad Khasan sebagai tameng untukmenaklukkan Moeradi dan kawan-kawan.

    Dengan demikian, berakhir sudah Pemberontakan PETAdan para pemberontak dapat ditangkap dan banyakdiantara pelaku yang mendapatkan hukuman mulaihukuman mati sampai penjara. [ ]

  • 24

    Darmadi, R.

    Jejak Bupati Pejuang 45

    Namanya tidak setenar Soeprijadi, anaknyayang tercatat sebagai pemimpin PemberontakanPETA Blitar tanggal 14 Februari 1945. Namundemikian, kiprah Bupati Blitar zamankemerdekaan ini tidak dapat dianggap kecil. Iamerupakan salah satu kampiun pergerakanperang kemerdekaan yang berjuang mati-matianmempertahankan kemerdekaan Indonesia.

    A. Jalan Terjal Sang Pangrehpraja Zaman Kolonial

    Raden Darmadi dilahirkan di Blitar pada tahun 1898.Menurut penuturan Setiyani Darmadi Syah,6 putri RadenDarmadi, bahwa setelah menyelesaikan pendidikan OSVIAtahun 1917, Darmadi langsung mendapatkan pekerjaansebagai Mantri Jati di Lodoyo Blitar Selatan.7 Pekerjaanpertama ini juga berarti ujian pertama Darmadi. KawasanLodoyo kala itu dikenal sebagai ladang subur perampokanoleh bandit-bandit desa. Sebuah nama yang menggetarkanketika itu adalah Karso Brondol, sosok pimpinan rampokLodoyo. Menghadapi aksi mereka ini bagi Darmadimenjadi tantangan tersendiri. Alhasil, seorang KarsoBrondol sanggup ditaklukkan, bahkan ia dijadikanDarmadi sebagai tokoh keamanan kawasan perkebunanLodoyo. Atas jasanya, Darmadi di pindah tugaskan dandiberi kedudukan sebagai Asisten Wedono Trenggalektahun 1924. Meskipun beberapa data nampaknya tercecer,

    6 Wawancara Simultan tanggal 17 Nopember 2006 (desk data: SKBS 2008)

    7 Klarifikasi jejak Darmadi juga dilengkapi dengan wawancara bersama SurotoDarmadi (12 Desember 2012)

  • 25

    di Kabupaten Trenggalek boleh dikata karir Darmadi cukupbaik. Hal ini terbukti bahwa masyarakat Trenggalek,khususnya masyarakat desa Ngantru Trenggalek sangatakrab dengannya.

    Raden Darmadi kemudian menikah dengan Raden RoroRahayu. Oleh sebab kebaikan seorang Demang dukuhDobangsan desa Ngantru Trenggalek, Darmadi dan istrinyaRahayu memperoleh tempat tinggal. Di Trenggalek inilahpada tahun 1923 Darmadi dikaruniai seorang anak laki-lakiyang kemudian diberi nama Priambodo. Bayi mungil dantampan ini agaknya kurang beruntung, oleh sebab ia seringsakit-sakitan. Dari beberapa keterangan dan nasehat orangtua di kademangan Dobangsan, diketahui bahwa penyebabsakitnya sang jabang bayi Priambodo lantaran namanyadianggap kurang cocok. Untuk itu, nama Priambodo harusdiganti. Didalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah AbotSanggane atau berat beban yang harus dipikul atas namayang disematkan kepada sang bayi. Darmadi kemudianmengganti nama Priambodo menjadi Soeprijadi. Ironisnya,keadaan serupa juga dialami oleh anak keduanya. Ketikaitu Darmadi telah dipindah tugaskan ke Tulunggagung.Widajat, anak kedua Darmadi juga mengalami hal serupayang dialami Soeprijadi, oleh karenanya Darmadimengganti nama tersebut dengan nama Wijono.

    Takdir Tuhan telah digariskan, selang tiga bulan semenjakmelahirkan Wijono, Rahayu istri Darmadi meninggal dunia.Dalam istilah Jawanya disebut Seda Kondhuran. Rahayukemudian dimakamkan di pemakaman Tulunggagung.Pukulan batin Darmadi nampaknya masih harus diuji,tidak lama setelah ditinggal pergi sang istri bayi Wijonoadik Soeprijadi tidak berusia panjang, ia meninggal duniamenyusul sang bunda.

  • 26

    Melihat anaknya yang masihkecil dan tidak ada yangmengasuh, akhirnyaDarmadi memutuskan untukmenikah lagi dengan seoranggadis yang bernama Susilih.Meskipun Soeprijadi sebagaianak tiri, tetapi Susilih dapatmenjaga dan mengasuhnyasebagai anak kandungsendiri. Antara Soeprijadidan Ibu Susilih telah terjalinhubungan cinta kasih sebagaiibu dan anak. Hal iniberlangsung hinggaSoeprijadi dewasa. Bahkan

    pada waktu Soeprijadi mengetahui dari salah seorangkeluarganya yang dengan tidak sengaja menceriterakanbahwa Susilih bukanlah ibu kandungnya sendiri, tetapiSoeprijadi yang sudah menanjak dewasa itu tetap hormatidan memandang Susilih sebagai ibu kandungnya sendiri.Meskipun Soeprijadi sendiri agak mengalami kegoncanganbathin, tetapi hubungan cinta kasih sebagai anak dan ibutetap terpelihara. Hal ini sebenarnya tidak mengherankankarena antara Rahayu (ibu kandung Soeprijadi) dan Susilihsebenarnya masih ada hubungan keluarga.

    Dari perkawinannya yang kedua ini, Darmadi dikaruniai 11(sebelas) orang anak, yakni Haryono, (meninggal padatanggal 4 Januari 1945), Setiani ( isteri Sutan Moh. SyahDekan I.K.I.P. Kupang), Setiari (tinggal di Bogor), SetioUtomo (tinggal di Jakarta), Wiyotoprojo (tinggal di Blitar),Setiono (kini tinggal di Kertapati Palembang dan bekerjadi Pertamina), Harsoyo (tinggal di Banyuwangi), Soeroto(tinggal di Jakarta), Setiarti (tinggal di Bogor), Suyono (kini

  • 27

    tinggal di Cirebon) dan Hadiyono (kini tinggal diBanyuwangi). Sampai disini, terlihatlah bahwa Soeprijadiadalah anak tertua dari Darmadi.8

    Karir Darmadi di jajaran pemerintahan Hindia Belanda danini merupakan pertaruhan karirnya yang pertama ketika iamenjadi Wedana di Gorang-gareng, Madiun tahun 1919. diGorang-gareng kala itu dikenal sebagai sarang parapenyamun. Praktek perampokan, penjarahan danperbanditan sudah demikian mencengkeram salah satuwilayah Madiun ini. Tidak hanya para planter perkebunanyang sering dijarah rayah, warga keturunan tionghoa danpribumi pun tak luput dari kebengisan para rampok. Tentuhal ini menjadikan semua orang menjadi resah, pemerintahpun kewalahan.

    Singkat cerita, Wedana Gorang-gareng, Madiun bernamaRaden Darmadi sanggup mengatasi keadaan. Atasprestasinya ini, Darmadi memperoleh kesempatan untuknaik jabatan dan dipindahkan ke departemen CukaiSurabaya hingga memasuki zaman pendudukan Jepang.

    B. Dari Zaman Pendudukan Jepang Hingga PerangKemerdekaan

    Pada tahun 1943, ketika penguasa Jepang tengah gencar-gencarnya mewaspadai segala bentuk agitasi asing untukmasuk ke tanah air, maka seluruh masyarakat Indonesiadigembleng dengan pendidikan militer.

    Berbagai mutasi pegawai pun ditempuh oleh penguasa DaiNipon untuk lebih memudahkan pengawasan denganpendekatan kedaerahan. Sehingga cukup masuk akal biladitahun 1943 ini Darmadi juga harus menjalankan perintah

    8 Simak juga dalam Ratnawati Anhar, 1982, hal 7-8

  • 28

    sang penguasa. Darmadi dimutasi ke Kediri, menjadipegawai Kabupaten.9 Pada pertengahan tahun 1944,Darmadi memperoleh kesempatan menjadi Patih diKabupaten Nganjuk yang dalam istilah zaman itu disebutdengan Fukukenchoo. Karir Darmadi semakin terbuka lebar,tidak begitu lama sejak pengangkatannya sebagai PatihNganjuk, ia dijagokan sebagai kandidat Bupati Kediri.Ketetapan ini sudah disusun, tinggal menunggu saatpelaksanaannya saja.

    Pada saat yang bersamaan, justru keadaan berubah. JawaTimur khususnya dibuat gempar oleh pemberontakanPETA Blitar dimana Soeprijadi anak Darmadi terlibatdidalamnya. Tidak hanya itu, justru Soeprijadi dianggapsebagai pemimpin kaum pemberontak. Sontak, Darmadisang Patih Nganjuk ikut terkena getahnya. 10 Darmadi danpara orang tua pemuda PETA yang menjadi pemberontakdiseret Jepang kedalam penjara di kantor Kempetei Blitar.11

    Pemberontakan PETA Blitar adalah persoalan yang sensitifbagi pemerintah. Oleh karenanya, seluruh pelakudikenakan hukuman. Mulai dari hukuman mati sampaihukuman kurungan seumur hidup. Demikian juga bagikeluarga, orang-orang yang dianggap memihak pada parapemberontak ikut terkena hukuman tetapi hukuman bagimereka tanpa melalui peradilan.

    9 Dalam Soeara Asia edisi 28 Juli 1943 kolom 3 disebutkan bahwa Pegawai cukaiyang dipindah tugaskan dari kantor Tjoekai Soerabaja ke Kediri adalah Soedjono dan Darmadi

    10 Ibid, 1982, hal 7

    11 Dalam buku Citra dan Perjuangan Perintis Kemerdekaan Seri PemberontakanPETA Blitar. Direktorat Jenderal Bantuan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia,Jakarta, 1978 halaman 66 menyatakan, Harjomiarso serta iparnya Harjosucipto dan Supraptoditahan di Dai ici Keisatsu (kantor kepolisian-Kepeitei). Harjomiarso berada dalam satu seldengan Darmadi ayah Soeprijadi.

  • 29

    Setelah urusan dengan pemberontak dapat diatasi,pemerintah kemudian membuat pengumuman resmi yangmenyatakan bahwa bahwa kerusuhan di Blitar merupakanbentuk pengingkaran terhadap semangat membela tanahair. Soeprijadi dituduh sebagai pemimpin yang harusbertanggungjawab dan ia di gambarkan sebagai sosok yangsedang mengalami frustasi oleh sebab selama menjadiperwira PETA ia tidak pernah naik pangkat.12

    Dengan tidak adanya kejelasan kabar soal keberadaanSoeprijadi, maka Darmadi pun masih harus meringkuk dipenjara Kempetei Blitar. Sampai pada suatu ketika, Jepangkalah oleh Sekutu dan berakhirnya kekuasaan Dai Nipon.Darmadi pun dibebaskan. Di luar sel Kempetei ia tidak didisambut keluarganya, melainkan disambut oleh orang-orang yang pernah ikut mendekam bersamanya didalam selKempetei. Nama Darmadi pun menjadi perbincanganwarga di Blitar, bukan lantaran ia satu-satunya pejabatyang mendekam lebih lama di dalam kurungan Kempetei,tetapi karena ia adalah orang tua Soeprijadi. Darmadi pundengan tertatih pulang ke Kediri untuk menemui keluargabesarnya, setelah sekian lama ia tinggalkan.

    Pada bulan Oktober 1945, Darmadi ditetapkan sebagaiBupati Blitar, tepatnya tanggal 23 Oktober 1945.13 Tidak

    12 Dalam Soeara Asia 17 April 1945 kolom 1 Pengumuman Balatentara menyatakan,Peristiwa kerusuhan (demikian sering berita-berita menamai peristiwa Pemberontakan PETA14 Februari 1945) yang dipimpin Soeprijadi adalah perisitwa yang mencemarkan harapanmasyarakat, khususnya di Jawa mengenai kemerdekaan. Soeprijadi dalam pandanganpenguasa adalah sosok yang keliru dalam menafsirkan tujuan PETA yang akan bertugassebagai benteng perang ATR. Penguasa juga menambahkan bahwa Soeprijadi dianggapkecewa oleh sebab tidak dapat diangkat sebagai Chudanco.Sementara itu, Dalam Asia Raya17 April 1945 kolom 1 menyatakan, sebagai tanggapan atas pengumuman Gunseikan kepadakaum pemberontak, tanggapan Asia Raya-Domei adalah perbuatan Soeprijadi dkk tidak adahubungannya dengan ATR. Soeprjadi dianggap kurang insyaf dengan keadaan sekitar danterlalu menuruti perasaan sesaat, ia dipandang kurang memiliki pandangan luas.

    13 Dalam Berita Repoeblik Indonesia edisi 17 November 1945 kolom 8 disebutkanbahwa diantara Mutasi Pegawai Negeri yang dipindah tugaskan, Darmadi yang sebelumnya

  • 30

    begitu jelas pertimbangan atas mutasi tersebut olehrepublik Indonesia yang masih muda ini. Spekulasi yangmuncul adalah keterkaitan Darmadi dengan namapemimpin perlawanan terhadap Jepang, Soeprijadi yangtak lain adalah anaknya.

    Menjadi Bupati di Blitar bagi Raden Darmadi merupakankurun waktu yang tidak begitu lama, yakni hanya duatahun sejak 1945 sampai 1947, oleh sebab sepanjang wilayahBlitar mengalami masa bergejolak pasca Agresi MiliterBelanda II. Darmadi memutuskan untuk angkat senjatamelawan Belanda. Ia membentuk pasukan yang terdiri daripara Orang Blitar yang menentang Belanda. Mengingat,banyak diantara pejabat khususnya di wilayah Kota Blitaryang justru berpihak kepada Belanda. Darmadi danpasukannya pun bergerilya menuju ke wilayah Selatan.Atas dukungan Samadikun yang sebelumnya ia menjabatBupati Blitar keduanya membentuk pemerintahan daruratdi sekitar Lodoyo, Blitar Selatan.14 Hal ini ditempuh untukmenunjukan bahwa Pemerintahan daerah Blitar masih eksismenopang perjuangan kemerdekaan Indonesia, kendati dipusat Kota Blitar telah dikuasai Belanda. [ ]

    menjabat Bupati Kediri ditetapkan sebagai Bupati Blitar dengan tanggal penetapan 23 Oktober1945

    14 Samadikun turut bergerilya di wilayah Blitar, bersama Darmadi, Bupati Blitar. Keduapejabat Republik itu mendirikan markas pemerintahan di sekitar Lodoyo, Blitar selatan.Dengan ditetapkannya Samadikun sebagai pejabat Gubernur Jatim maka pemerintahan Sipildijalankan secara darurat. Sementara itu, pada tahun 1949 di Blitar terjadi kekosongan jabatanWalikota, karena pejabat yang ada telah memihak dan ikut Belanda. Departemen Sosial R.I,1994, hal 69

  • 31

    Ismangil, dr., Chudancoo.

    Tokoh Behind The Gun Pemberontakan PETA

    A. Jejak Sang Dokter Jawa

    Diyakini dalam banyak buku sejarah perjuanganpemberontakan PETA Blitar, bahwa tokoh inimerupakan behind the gun peristiwa 14 Februari1945 itu. Dr. Ismangil yang pada saat menjadianggota PETA Blitar berpangkat Eisei Chudancooatau Perwira tinggi diatas Shodanchoo yangkhusus menangani masalah kesehatan. Ia jugamerupakan Pendiri Imu Shitsu Daidan (rumahsakit asrama ketentaraan) PETA Blitar.

    Sebagai Eisei Chudanchoo, Ismangilharus bertanggung jawab terhadapkesehatan semua penghuni DaidanBlitar. Sementara ia tidak pernahdidampingi oleh seorang dokterJepang, selain Shidokan honbu atauperwira pelatih Jepang di asramayang kurang faham mengenaikesehatan. Di samping mempunyaipoliklinik, ada juga kesempatanuntuk merawat orang sakit di rumahsakit kecil dengan kepasitas 30 tempat tidur. Dengandibantu oleh empat Eisei-bundancho atau bintara khusus danbeberapa prajurit gyuhei atau prajurit biasa dari unsurpasukan, Ismangil pun bekerja.

    Hasil kerjanya tentu selalu dianggap tidak memuaskan.Terlebih lagi, perlakuan perwira Jepang kepada paraperwira Indonesia sering keterlaluan. Perwira Jepangserendah apa pun pangkat dan kedudukannya harus

  • 32

    diutamakan dalam hal pelayanan kesehatan. Selain sebagaidokter sudah dapat dipastikan keberadaanya seringmenjadi bulan-bulanan para Gunchoo atau bintara, terlebihpara pelatih atau Shidokan Jepang. Tanpa harus mengertiletak kesalahan yang selalu dituduhkan, sebagai doktermiliter ia hanya bisa menurut dan menurut. Eisei-Chudancho, pangkat terhormat di dalam susunan perwiraPETA hanya sebatas kedudukan semu.

    Ismangil lahir tahun 1908 di Blitar, dari keluarga ulamapendukung Sjarekat Islam. Latar belakang pendidikanIsmangil sang dokter Jawa kurang begitu jelas dan belumsama. Jika keluarganya menyatakan ia lulusan sekolahkedokteran Jakarta, hal ini masih sebatas dugaan.Sementara itu, disisi lain menurut beberapa sumber tertulisdan beberapa kesaksian nama Ismangil justru lulusansekolah kedokteran Surabaya, yang kala itu bernamaNederlands Indische Artsen School atau disingkat denganNIAS di Surabaya dan Ismangil merupakan alumnipertama. Dalam sumber ini menyebutkan, Ismangil masukNIAS pada tahun 1925, yakni ketika kurikulumnyamengalami perubahan, terutama pada bagian klinik.Setelah menamatkan sekolah MULO, Ismangil memasukiNIAS. NIAS yang berdiri atas dasar Surat KeputusanGubernemen tanggal 8 Mei 1913 nomor 42, memang hanyamenerima calon mahasiswa dari MULO atau MeerUitgebreid Lager Onderwijs.

    Ismangil juga pernah tercatat sebagai salah satu anggotaperkumpulan dokter Jawa bernama Geneeskundige HoogeSchool (GHS) cabang Surabaya yang dipelopori oleh dokterTjipto Mangunkusuma di Jakarta. Melalui GHS inilahdebut Ismangil mulai muncul kepermukaan. Ismangilmulai berkenalan dengan seniornya seperti dr. TjiptoMangunkusuma, Iskak dan lain-lain saat beberapapertemuaan di Surabaya. Walau bagaimana, Surabaya kala

  • 33

    itu sudah tidak dapat dianggap kecil sebagai dapurnyaperjuangan rakyat. Perkumpulan yang memang bertujuanuntuk membantu rakya dalam semangat etis, bahkan jikadimungkinkan rakyat tidak perlu mengeluarkan sepeserpun uang untuk pengobatan.

    Andai saja tidak keburu datang invasi Jepang, posisi sepertiDokter Ismangil tentu sangat diharapkan oleh seluruhrakyat melarat. Sayang sekali GHS, perkumpulan dokterJawa yang pernah dirintis itu hancur seiring dengandatangnya pemerintah pendudukan. Perkumpulan dokteryang ada sejak 1911 itu telah bubar dan digantikan denganJawa Izi Hooko Kai. Perkumpulan baru bernama Jawa IziHooko Kai ini tidak lebih hanya bekerja dan berfungsi untukkepentingan politik Gunseikan. Merasa tidak sepaham,Ismangil pun segera hengkang dari perkumpulan dokterJawa dan ia memilih masuk dalam gerakan bawah tanahmenentang pemerintahan balatentara bersama AmirSjarifudin, Dr. Tjipto Mangunkusuma dan kawan-kawannya yang lainnya. Namun, dalam perkembangannyaIsmangil justru memilih masuk dalam kesatuan tentaraPETA (1943-1944).

    B. Dari GERAF Hingga Pencetus Pemberontakan

    Sebelum masuk dalam kesatuan PETA, ketika Ismangilmasih bergabung dengan kaum pergerakan yang berjuangdibawah tanah, ia bersama Amir Sjariefuddin dan paratokoh bekas anggota GHS seperti dokter TjiptoMangunkusuma, dokter Iskak dan lain-lain merupakanpenentang kekuasaan Jepang atas Indonesia dalam wadahGerakan Anti Fasis (GERAF). Ismangil merupakanpemimpin GERAF cabang Surabaya.15

    15 GERAF, Gerakan Anti Fasis organisasi ini tersebar agak luas dibandingkangerakan yang ada dan bekerja secara tertutup. Pemimpin GERAF adalah Amir Sjarifudin,

  • 34

    GERAF, dalam catatan Soe Hok Gie merupakan gerakanyang terbentuk dari berbagai elemen penentang datangnyafasisme Jepang. Kelompok ini bermuara dari rumusan dr.Tjipto Mangoenkoesoemo yang menyatakan bahwa rakyatIndonesia mampu melawan fasisme Jepang.

    Kalau nasib bangsa Indonesia ini memang dijajah, lebih baikdijajah Belanda daripada dijajah bangsa Asia demikian ungkapdr. Tjipto Mangoenkoesoemo yang kemudianditindaklanjuti melalui dua kali pertemuan.

    Dalam pertemuan pertama, hadir dalam pertemuan, antaralain Pamudji (tokoh PKI llegal), Subekti dan Atmadji(Gerindo), Sujoko (Barisan Rakyat Solo), Armunanto(Persatuan Sopir Indonesia), Widarta (Persatuan PemudaRakyat Indonesia), Kiai Zainal Mustafa, serta Liem KoenHian dari Surabaya. Pertemuan ini berhasil membentukorganisasi GERAF. Kepemimpinan dan kepengurusanGERAF baru terbentuk pada pertemuan kedua yangdiadakan di Sukabumi, di rumah dr. TjiptoMangoenkoesoemo.16 Terpilihlah para pemimpin GERAFantara lain, Amir Syarifuddin, Pamudji, Sukajat, Widarta,Armunanto dan Ismangil sedangkan dr. TjiptoMangoenkoesoemo didaulat sebagai penasehat. Diorganisasi bawah tanah ini, khususnya di Surabaya sepakterjang Ismangil tidak berlangsung lama, oleh sebab ialebih memilih bersikap untuk kooperatif kepada kekuasaanJepang dan kemudian meleburkan diri sebagai tentara

    Pamudji, Sukajat, Widarta, Armunanto dan dr. Ismangil (Chudanco Blitar). Dr. TjiptoMangunkusuma sebagai pendiri diangkat sebagai penasehat. Demikian uraian dalam YangBerlawan; Membongkar Tabir Pemalsuan Sejarah PKI, Imam Soedjono, Resist Book,Yogyakarta, 2006, halaman 49-50.

    16 Lihat dalam Soe Hok Gie, 2005, hal 44-48. Ulasan yang sama yang juga memuatsepak terjang Ismangil dalam Geraf dapat disimak dalam ulasan Aini Patria -Buletin PercikanBudaya No.120/IV/2000 tanggal 20 September 2000

  • 35

    PETA. Terlebih lagi saat para pemimpin GERAF kemudianbanyak yang ditangkap dan beberapa divonis hukumanmati oleh Jepang.

    Di asrama atau Daidan Blitar, pergaulan antara dirinyadengan Soeprijadi, Moeradi, Soenanto dan lain-lainmerupakan jalinan persahabatan, bahkan terbangun suatuikatan kekeluargaan khas jiwa krosa keprajuritan. Hirarki,kepangkatan bukan menjadi halangan bagi mereka untuksaling memahami masing-masing. Kondisi ini kian kentalmanakala dipicu keprihatinan terhadap kondisi yang adadisekitar mereka dan juga kepongahan sikap para bintaraJepang kepada para perwira PETA. Daidan Blitar pun bagiIsmangil tak ubahnya sebagai medan perjuangan di bawahtanah.

    Sejak semula suasana kekerabatan dalam lingkungan PETAdisusun dalam nuansa Islam. Baik masa pendidikan diBogor hingga penempatan di Daidan suasana tersebutdipertahankan. Dalam daidan selalu dibangun musholla.Chudanco adalah figur yang sering ditunjuk sebagairohaniawan. Chudanco bisa saja menjadi imam Sholat,dakwah dan kegiatan keagamaan lainnya.17 Sehinggacukup masuk akal bila dokter Ismangil disela-selakewajibannya mampu memanfaatkan ruang untukmenggelorakan semangat anti penindasan dan ia otakdibalik pemantik rasa nasionalisme yang kurangdiperhitungkan Jepang.

    C. Kesaksian Putri Sang Chudancoo

    Berbeda dengan ulasan diatas yang bersumber daribeberapa literatur dan kesaksian beberapa tokoh yang

    17 Lihat Nugroho Notosusanto, 1979, hal 109

  • 36

    terlibat pemberontakan PETA Blitar, berikut ini merupakanulasan dari sudut pandang keluarga Ismangil, yakni putrisatu-satunya sang Chudancoo. 18Untuk memastikan bahwaia benar-benar keturunan Ismangil, tidak salah untukmelacaknya melalui beberapa dokumen bersejarah yangada di kantor Arsip Jawa Timur.

    Dengan menelusuri surat dari Ketua Badan PembinaPahlawan Pusat yang berada dalam naungan DepartemenSosial nomor 176/BPPP/III/70 tertanggal 4 Maret 1970,sebuah nama Istijah tertulis dan ia merupakan satu-satunyaputri keturunan dari dr. Ismangil.19 Tindak lanjut daripenerbitan surat tersebut, pemerintah pun menyatakanbahwa Ismangil termasuk dalam deretan nama pahlawanpejuang PETA. Guna memberikan penghormatan, makakepada putrinya yakni Istijah diangkat sebagai PNS. Istijahdi Blitar juga pernah menjalani hidup di kelurahan GedogKecamatan Sananwetan.

    Berikut petikan wawancara dengan Istijah Ismangil.

    Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana sebenarnyadeskripsi atas dr. Ismangil. Dapatkah Anda gambarkan?

    Istijah Ismangil (II): Begini, sebelum saya becerita lebih jauh,saya akan jujur mengatakan kepada Anda semua tentanggambaran keluarga dr. Ismangil. Sehingga, nantinya, Andasemua dapat menarik sendiri siapa sebenarnya dr. Ismangil.

    18 Sumber ini merupakan kutipan dari wawancara buletin Cakrawala Bappeda KotaBlitar edisi Februari 2008 dengan putri Ismangil pada tanggal 14 Februari 2008 dan didukungbeberapa keterangan lainnya yang relevan.

    19 Bendel surat-surat keluaran Departemen Sosial tersebut merupakan koleksi ArsipJawa Timur. Atas kebaikan petugas, salinan berupa foto kopi surat tersebut berhasil penyusundapatkan. Untuk dokumen berupa foto dr. Ismangil merupakan koleksi Museum BrawijayaMalang (penelusuran tahun 2008 desk SKBS)

  • 37

    Saya adalah satu-satunya anak dr. Ismangil. Saya lahir beberapahari setelah ayah saya tersebut menjalani hukuman mati atasketerlibatannya di dalam Pemberontakan PETA Blitar. Beberapatahun berselang, ibu saya kemudian meninggal dunia. Jadi, apayang saya ceritakan ini merupakan kumpulan penuturan daribeberapa orang, termasuk keluarga, yang mengetahui benar siapasebenarnya ayah saya yang saya banggakan ini, dr. Ismangil.

    Dokter Ismangil adalah seorang dokter kelahiran tahun 1908. Didalam perjalanan hidupnya, dia selalu mengabdi kepada nusa danbangsa ini melalui dunia kedokteran yang dia dalami semenjakbersekolah di Jakarta. Sebelum menikah dengan ibu saya,Almarhumah Sumiati, ayah saya sebenarnya telah menikahterlebih dahulu dan kemudian bercerai dengan puteri BupatiTuban, yang jika saya tidak salah, bernama Kusumadiyah. Jadi,dapat dikatakan, satu-satunya tokoh pemberontakan PETA Blitaryang telah berumah tangga ketika itu adalah ayah saya. Maklum,ayah saya, dianggap sebagai seorang senior di antara parasahabatnya di Daidan PETA Blitar. Selain senior usianya, diajuga dianggap senior di dalam segala hal.

    Tidak seperti dugaan banyak orang, ayah saya sebenarnyaberperawakan gemuk. Ya, dapat dikatakan, tidaklah sama denganpenggambaran patungnya yang terdapat di Monumen PETA saatini, setelah diresmikan Wali Kota Blitar, tanggal 13 Februari2008.

    Selanjutnya?

    II: Satu hal yang selalu diingat oleh siapapun mengenai sosokayah saya adalah kemauannya yang keras untuk memerdekakanbangsa dan negaranya. Hal ini telah terbentuk sejak diabersekolah kedokteran di Jakarta.

    Mungkin saja, ketika itu, karena keluarga kami dianggap sebagaikeluarga terhormat, sehingga ayah dapat melanjutkan sekolahhingga ke tingkat yang tertinggi, dia sering berdiskusi dengan

  • 38

    rekan-rekan di sekolahnya mengenai arah kemerdekaan bangsadan negara ini.

    Sehingga, sepulangnya dan lulusnya dia dari sekolah tersebut, diabertekad untuk mempersembahkan hidupnya bagi kemerdekaanbangsa dan negaranya. Dia pun mulai bergabung denganpejuang-pejuang perintis kemerdekaan melalui kemampuanmedisnya. Dan, dapat menjadi catatan pula, ayah saya ketika ituadalah ahli bedah. Keahlian yang di masa itu amat jarang dimilikibangsa dan negara ini.

    Kemudian, ketika penjajahan Jepang, dia pun bergabung ke dalamDaidan Blitar. Dan, menyandang pangkat Chudanco. Pangkatyang terhitung tinggi ketika itu. Serta memiliki sejumlah anakbuah yang mau membantu ayah saya berkutat dengan duniamedis, guna membantu para prajurit PETA yang terluka dimedan perang maupun latihan.

    Dapatkah Anda sedikit menceritakan keterlibatan ayahAnda di dalam Pemberontakan PETA Blitar itu?

    II: Dari berita yang saya dengar, ayah saya sebenarnya adalahtokoh utama pemberontakan tersebut. Dia adalah otak. Dia adalahcara berpikir bagaimana agar pemberontakan itu dapat berhasil.Dia jugalah yang selama itu memimpin diskusi-diskusipemberontakan itu dengan Soeprijadi dan kawan-kawan.

    Tetapi, karena ayah saya adalah tenaga medis, dan kemampuanmemimpinnya kurang menonjol dibandingkan Soeprijadi, makapantaslah jika Soeprijadi yang ditunjuk menjadi pemimpinpemberontakan. Ayah saya pun, di dalam pengakuannya,menyetujui dan tidak berkeberatan atas keputusan itu.

    Namun, jangan pula meragukan bagaimana peran ayah saya. Diamau terjun langsung di dalam pemberontakan itu. Dia ikutbergabung dengan pasukan yang memberontak itu, hinggaakhirnya dapat tertangkap karena ditipu oleh Jepang.

  • 39

    Kemudian, yang menjadi landasan mengapa ayah saya begitumembenci Jepang hingga menjadi otak pemberontakan itu adalahketidaktahanannya melihat penderitaan anak bangsa ini semasapenjajahan Jepang.

    Dia melihat sendiri bagaimana penyiksaan demi penyiksaanmelalui romusha; latihan perang; dan lain sebagainya yangdilakukan Jepang, sudah berada jauh di atas ambangkemanusiaan. Keadaan ini yang semakin membulatkan tekadnyauntuk bersama-sama dengan para prajurit PETA memberontak.

    Adakah rasa bangga atas apa yang telah ayah Andalakukan?

    II: Siapa, sih, yang tidak bangga menjadi anak seorang pejuang.Seorang pahlawan bangsa, yang sedemikian teguh danberkorbannya demi perjuangan kemerdekaan bangsa dannegaranya. Seorang yang patut diteladani kemauan kerasnyauntuk menjadikan bangsa dan negara ini menjadi sebuah bangsadan negara yang berdaulat.Terus terang, saya bangga sekali. Sayatidak akan menghilangkan nama belakang saya yang merupakannama ayah saya, karena begitu bangganya saya terhadap kiprahayah saya demi memerdekakan bangsa dan negaranya.

    Meskipun nanti, mungkin, tidak ada lagi generasi penerus bangsaini, yang mengingat siapa itu dr. Ismangil. Siapa itu Soeprijadidan kawan-kawan. Dan, siapa itu para pahlawan bangsa dannegara ini, beserta kiprah mereka di dalam memerdekakan bangsadan negaranya.

    Ada sebuah pertanyaan yang kerap kali terlontar, sejauhmana perhatian pemerintah terhadap para keturunantokoh-tokoh Pemberontakan PETA Blitar?

    II: Sejauh ini, perhatian dan penghargaan yang diberikanpemerintah kepada kami cukup baik. Selain beberapa bantuanyang rutin selalu diberikan kepada kami, keturunan dan keluarga

  • 40

    tokoh-tokoh Pemberontakan PETA, sejumlah penghargaan sepertidijadikannya nama keluarga kami sebagai nama jalan dan gedungdi Kota mupun Kabupaten Blitar, cukup membuat kami merasabangga.

    Coba saja Anda bayangkan, jika nama ayah; suami; adik; kakak;sepupu; kakek; nenek; dan lain sebagainya yang masih terhitungkerabat kita dijadikan nama jalan di sebuah daerah, apakah Andatidak layak untuk berbangga hati? Termasuk pula, jika merekadimakamkan di taman makam pahlawan. Sekadar gambaran, ayahsaya beserta para lima pahlawan PETA, kecuali Soeprijadi yangbelum diketahui kabarnya hingga kini, dimakamkan secaraberdampingan. Mulai dari ayah saya; Shodanco Moeradi;Shodanco Soeparjono; dan seterusnya. Semua itu mengandungmakna, bahwa pengorbanan yang telah keluarga kami lakukandemi bangsa dan negara ini, diapresiasi dengan baik. Dan,menjadi suri tauladan bagi generasi penerusnya.

    Terakhir, adakah pesan yang ingin Anda sampaikankepada generasi penerus?

    II: Pesan saya yang utama, adalah jangan lupakan jasa ayah kami.Jasa yang mungkin tidak akan mampu ditempuh oleh siapapundalam konteks kekinian. Hal ini dikarenakan definisi pahlawandalam konteks kekinian dengan di masa lampau, pastilah berbeda.

    Kemudian, kita semua harus menerapkan intisari dari perjuanganayah saya dan kawan-kawannya, yaitu keberanian untuk membelabangsa dan negara. Begitu gigihnya mereka di dalamperjuangannya demi Indonesia merdeka, hanya semata ditujukanuntuk mengantisipasi agar generasi-generasi mereka selanjutnyalepas dari penjajahan bangsa dan negara lain. [ ]

  • 41

    Partohardjono, Shodancoo

    Jejak Jejak Pengibar Bendera 14 Februari 1945

    Dalam cerita tokoh pemberontakan PETA yangada dalam buku ini telah diulas, bahwa dalamperistiwa yang terjadi 14 Februari 1945 dapatdibagi kedalam tiga bagian. Pertama Soeprijadiitu sendiri, peristiwa pengibaran bendera pusakadan akhir dari pemberontakan tersebut.Peristiwa pengibaran bendera Merah Putihdalam pemberontakan ini memang tidakseheroik peristiwa 10 November 1945 diSurabaya. Dalam arti tidak dilakukan olehbanyak orang dan tidak pula dibawah dentumanmeriam, akan tetapi peristiwa ini merupakanrangkaian dari pemberontakan PETA. Dalamperistiwa ini menerangkan bahwa untukpertama kalinya bendera Indonesia berkibar,setidaknya di Kota Blitar, sejak keluar kebijakanpelarangan pengibaran Bendera Indonesia olehpenguasa Jepang.

    Pengibarnya adalah Parthohardjono, seorangShodancoo yang luput dari penyematan gelarpahlawan nasional. Siapakah ParthohardjonoMoeradi dan bagaimanakah ceritanya?20.

    20 Uraian tokoh ini bersumber dari Desk SKBS 2008 dan Desk Film DokumenterPemberontakan PETA Blitar (with Ganang PWK) yang memuat rekam jejak PemberontakanPETA dari beberapa sumber :wawancara bersama putri dan menantu Partohardjono,wawancara dengan Ex. Bhudanco Moesidi, Ex. Gyuhei Slamet Djamus, Ex. Gyuhei Sukiyarnodll serta sumber referensi lain Djanari, Raden Soeprijadi Hidup dan Peranannya di Blitar, Tesistidak diterbitkan, Institut keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Fakultas Keguruan Ilmu SosialSub Departemen Sejarah, 1974, hal 56-57, Satu Abad Memorabilia Soerachmad, SoejoediSoerachmad, Milinium Publisher, 2004. Pemberontakan Tentara PETA Blitar MelawanDjepang; 14 Pebruari 1945, Nugroho Notosusanto, Departemen Pertahanan KeamananLembaga Sedjarah Hankam, 1968, dan Citra dan Perjuangan Perintis Kemerdekaan Seri

  • 42

    Sang Pengibaran Bendera Merah Putih

    Ketika pemberontakan PETA berlangsung, bendera merahputih berkibar untuk kali pertama di Blitar. Pengibarnyaadalah Shodancoo Partohardjono. Dengan gagah berani iamegibarkan merah putih di lapangan depan markasTentara PETA Blitar. Parthohardjono, yang kala itu tidaktinggal di dalam asrama Tentara PETA Blitar (karena telahmenikah),memilih tinggal indekos disebuah rumah tak jauhdari asrama. Bersama istrinya,berbulan bulan memangtelah menyiapkan kain merah (bekas kain penutuppeti/kotak peluru/ amunisi) dan kain putih, bekas sarungbantal untuk akhirnya dijadikan bendera. Disimpan sangathati hati, agar tidak ketahuan tentaraJepang, akhirnyaberhasil pula menyelundupkan bendera tersebut dandibawapersis waktu malam pemberontakan. Dalamwawancara bersama putri dan menantu Parthohardjonountuk pembuatan film dokumenter Pemberontakan PETABlitar tahun 2008, di harituanya, Parthohardjono memangmemilih untuk menjadi rakyat biasa. Oleh karena itu,Parthohardjono lebih dikenal dengan nama sebutan ParthoWedhus. Memang, dihari tuanya Parthohardjono, seringmembantu para petani dan tetangga desanya denganmenyumbangkan kambing untuk diternak dengan sitembagi hasil. Sayang, hanya sebuah makam yangdapat sayatemui. Yang tidak bisa bercerita langsung akan peristiwaheroik itu.Permintaan Partohardjono kepada putrinya kalaitu, Jika waktunya tiba, aku jangandimakamkan di TamanMakam Pahlawan. Makam Parthohardjono, sangpengibarbendera merah putih 14 Februari 1945 itu (6 bulansebelum Proklamasi 17 Agustus1945) berada disebuah

    Pemberontakan PETA Blitar. Direktorat Jenderal Bantuan Sosial Departemen Sosial RepublikIndonesia, Jakarta, 1978, PETA Cikal Bakal TNI, Nina H-Lubis, dkk, Pusat PenelitianKemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung,1995.

  • 43

    makam desa Bajang kecamatanTalun, kabupaten Blitar. Sebuahmakam sederhana tanpa embel-embel Pahlawan. Sementara itu,tempat Parthohardjono mengibarkanbendera merah putih itu, kini masukdalam kawasan taman makampahlawan Raden Wijaya, kota Blitar,persis di seberang monumen PETABlitar. Sebagai penanda bahwaditempat tersebut pernah merekam

    jejak pengibaran bendera merah putih pada tanggal 14Februari 1945, didirikanlah sebuah monumen yangkemudian hari dinamai dengan monumen potlot. Dalamsebuah catatan menyebut, pasca proklamasi kemerdekaantahun 1946 Panglima Besar Jenderal Sudirmanmengunjungi tempat ini, sekaligus menyematkan karanganbunga.

    Ilustrasi Peristiwa Pengibaran Bendera Merah Putih

    Sedikit menunduk Partohardjono terkenang dengan wajahistrinya. Wanita yang sudah dinikahinya pada tahun 1937itu langsung tidak langsung ikut dibawanya masuk dalamsesuatu yang berbahaya. Berbahaya karena dari tanganwanita inilah terlahir bendera Merah Putih. Dari selembarkain berwarna merah bekas pembungkus peluru. Di saatitu kemudian malam-malam menjadi malam yang tidakpernah tidur bagi Sukmi, istrinya. Saat Partohardjonoterbangun dari tidur pada tengah malam, masih terlihatSukmi merangkai kain merah bekas pembungkus peluruyang digabung dengan kain putih dari sawal bantal.Terbayang betapa wajah Sukmi yang kurang tidur itu jugamemendam rasa ketakutan. Ketakutan bila apa yangdikerjakannya itu diketahui Jepang. Ia menyadari karenaKempetei biasa mengadakan sweeping di kamar-kamar

  • 44

    asrama. Sejenak Partohardjono pun mendesah penuh kelu.Jika dibandingkan saat ini dan waktu lalu, jika boleh waktuberjalan mundur, tentu ia lebih memilih untuk hidup dimasa-masa lalu.

    Selepas Jongens Noormalschool, Sekolah Pendidikan GuruLaki-laki ia sudah dapat dianggap mapan. Menjadi guru diKediri cukup untuk bekal hidup berumah tangga bersamaSukmi. Apalagi setelahnya, ia memilih kembali kekampung halaman dan menerima tawaran untukmenduduki jabatan carik, tentu derajatnya sedikit lebihbaik lagi. Akan tetapi semua itu hanya gambaran masa laluyang tidak mungkin dapat diputar ulang. Lagi pula,Partohardjono seakan terbawa pada semangat yang pernahdisampaikan sosok Pak Sosro, ya Pak Sosrodihardjo guruJongens Noormalschool yang akan pensiun yang tak lainayah Bung Karno. Menurut sosok Pak Sosro, urip iku urub,artinya hidup itu laksana api yang harus bermanfaat.Menerangi sekitar, bermanfaat pada manusia yang lain.Hidup yang demikian membedakan antara hidupnyamanusia dengan mahkluk lain. Sungguh, semangat yangakan dibawa Partohadjono sampai kapan pun.

    Tanpa disadarinya ia mencari-cari istrinya yang sudahtidak ada di samping pembaringan. Padahal ia sudahmengetahui sejak sore tadi Sukmi, istrinya telah pergi kerumah orang tuanya. Saat ia pergi pun Partohardjonosendiri yang mengantarkannya.

    Sebagaimana para perwira yang lainnya yang sudahberistri, Shodanco yang sudah berkeluarga ini tidur ditempat terpisah, di luar komplek asrama Honbu namunmasih dalam satu kawasan Daidan Blitar. Perlahan-lahankesadaran Partohardjono mulai tersusun.

    Apakah aku terlambat?, kata hati Partohardjono.

  • 45

    Ada perasaan kecewa menyergap dan mempersalahkandirinya yang telah terlelap. Padahal ia sangat tahu persisjika malam ini pemberontakan akan diletuskan. Ia punsegera menyambar pakaian hijaunya. Cukup beruntungpistol yang biasa ia bawa masih menggelantung di antaraikat pinggang. Dengan sedikit terburu Partohardjono punmelangkah menuju ke arah pintu. Di depan pintu ia masihmenyempatkan diri mengawasi keadaan di luar yang gelapdan senyap. Secara tiba-tiba bayangan istrinya melintasdalam benaknya. Bayangan sang istri sedikit banyakmembuatnya tertahan untuk beberapa saat. BayanganSukmi melintas bukan semata alasan ia tak sempatberpamitan kepadanya. Akan tetapi Partohardjono merasabersalah yang tak mungkin untuk menyampaikannyakembali.

    Kepergian Sukmi, sang istri tercinta membawa segumpalperasaan ketakutan. Terjadi semacam kesalahpahaman diantara mereka yang jika didudukkan perkaranya, tak ada diantara mereka yang patut dipersalahkan. SepulangPartohardjono dari latihan seperti biasa, sang istri sudahbersiap di depan pintu kamar asrama. Sukmi menyambutPartohardjono bukan lantaran kerinduan atau pun perasaankesepian telah ditinggalkan beberapa saat, namunpenyambutannya kali ini sangat lain dari biasanya. Mimikwajahnya melukiskan keresahan. Sorot mata Sukmimengisyaratkan rasa marah, kejengkelan dan ketakutan.

    Bendera Mas taruh di mana? Bendera itu hilang! KataSukmi dengan meninggikan nada suaranya. Kalau sampaiorang-orang Jepang itu tahu, tidak hanya Mas, tetapi semuaakan celaka!

    Menanggapi ucapan sang istri tercinta Partohardjono hanyatersenyum.

  • 46

    Tenangkan dirimu, Dik! Bendera itu sengaja kupindahkantempatnya, kusembunyikan di tempat paling aman.

    Ucapan Partohardjono itu ia sampaikan dengan nadademikian tenang. Seulas senyuman manis pun ikut andildalam ucapannya. Ia berharap dengan cara itu Sukmisedikit banyak terkurangi beban batinnya. Akan tetapi yangterjadi berikutnya sungguh di luar dugaan. Sukmibukannya tenang, akan tetapi malah semakin gusar danmenampakkan wajah kusut. Sukmi sudah tidak lagimenanggapi ucapan Partohardjono selanjutnya. Rasaketakutan sudah demikian melingkupinya. Denganmenenteng buntalan baju ia bergegas melangkah keluarkamar asrama.

    Lho mau kemana, Dik?

    Pulang! Jawab Sukmi pendek dan ketus.

    Aku antar, sebentar!

    Terserah!

    Sukmi sudah tidak mempedulikannya. Partohardjonoberupaya menjelaskan, namun perasaan Sukmi sudahdemikian kalut. Bahkan Partohardjono yang sudahmengetahui akan rencana pemberontakan sudah tidak adatempat lagi untuk menjelaskannya kepada sang istritercinta.

    Setelah menghantarkan istrinya pulang ke orang tuanya,Partohardjono sampai kembali ke daidan saat senja telahdatang. Karena terlalu kecapaian, Partohardjono segeramerebahkan diri tanpa terlebih dahulu membersihkanbadan. Capai, kantuk berkelahi dengan pikiran-pikiran

  • 47

    bahwa ia harus mempersiapkan diri untuk misipemberontakan. Ia pun terlelap karena penat.

    Kini, Partohardjono sedang melihat sekelilingnya. Tak adatanda-tanda satu pun pasukan yang masih tersisa didaidan. Asap mengepul di ujung Hobu Shitsu, mengepuldari dalam ruangan kantor Kempetei dan kamar Shidokan.Ia merasa sudah tertinggal dari yang lain. Partohardjonokemudian berlarian menuju ke arah barat. Bukan sajamerasa tertinggal, bagi Partohardjono ada satu misinyayang mendesak untuk segera dilaksanakan. Daidokoro ataudapur asrama PETA, kamar Halir, di sanalah benderanya iasimpan. Terengah-engah ia pun sudah sampai di dalamkamar Halir Mangkoedidjaja. Keadaan sudah demikiankacau. Partohardjono segera bergerak menyibak danmenerobos masuk. Di atas tungku rusak, seolah seperti alaskompor, di sanalah bendera itu tersimpan. Setelah meraihbendera Merah Putih, dengan perasaan gugup ia ciumi kainitu. Tanpa menunggu lama, dengan sekuat tenagaPartohardjono berlarian keluar. Hatinya miris dengandiselingi bulu roma berdiri saat melangkah. Beberapa kalikakinya hampir menginjak tubuh-tubuh yang sudahbergelimpangan bersimbah darah. Dua orang Kempeteiterkapar tak bernyawa dengan cara mengenaskan. Ia punsudah tak mempedulikannya lagi. Berlari dan terus berlari.

    Tanpa sadar, saat ia melintasi depan lorong menujupelataran Honbu, ia melihat sebuah sepanduk besar sudahrobek di beberapa bagian. Tulisan Indonesia akanMerdeka, berubah menjadi Indonesia Merdeka. Begitupun gulungan kabel kawat telepon sudah tercabik-cabikdan putus. Keadaan ini menjadikan Partohardjono semakinmengencangkan larinya. Ia tidak mau semakin tertinggaloleh rombongannya.

  • 48

    Tiang pancang bendera di sebelah utara, di tanah lapangterbuka yang masih belum begitu terang, di sana Hinomarumasih dengan pongahnya berkibar membelah harimenjelang pagi. Kelebatan ujung-ujung kainnya yangterlihat sombong, menjadikan Partohardjono semakinmenggiatkan gerakan tangannya mengerek turun.Perlahan-lahan Sang Cakra Surya melorot turun. Benderayang selama ini wajib ia hormati, bahkan tidak berlebihanbila ada yang mengatakan wajib disembah itu,dicampakkan ke atas rerumputan yang mulai mengembun.Tak lama berselang, tangannya bergerak cekatan mengikatujung pengait bendera Merah Putih yang ia miliki pada talitiang pancang. Tidak tahu mengapa hatinya menjadiberdebar-debar kencang, saat Dwiwarna itu membumbungmembelah angkasa yang masih meredup. Ada perasaankalut, haru dan sekaligus sedih, melihat benderakebangsaan yang selama ini haram berkibar itu, kinidengan gagahnya bisa menari-nari di angkasa.

    Partohardjono melorot terduduk di atas rerumputan. Iatengadah menatap Merah Putih yang ia naikkan. Bentangankain berwarna merah di atas warna putih melukiskanbetapa hati Partohardjono layak marah menyaksikan orang-orang kurus kering bernama romusha di lembah Ngantangmenggelepar, mengejang seperti matinya binatang.Partohardjono juga layak marah mendengar para perawanbau kencur negerinya dipaksa menjadi pelacur. Merekaadalah generasi negeri ini, pewaris tanah tumpah darah,yang terpaksa harus berkubang dengan jurang kegelapan.Tiga kali ia menyembah, mencium tanah dengan perasaanharu. Layaknya seperti orang bertemu kekasih, atau sepertiakar-akar pohon yang menemukan mata air di saat lamadilanda musim kemarau, Partohardjono melakukan sujudsyukur. Bulir-bulir bening mengalir dari pelupuk matanya.Haru teramat haru membiru. Dialah pusakaku, bendera

  • 49

    negeriku, bendera yang menjadikannya tidak tidur untukberbulan-bulan lamanya.

    Terima kasih Tuhan, terima kasih Sukmi! Batinnyameracau tak terkendali.

    Tidak peduli Sukmi membuatnya dari bahan apa, iatetaplah Merah Putih yang selalu oleh Partohardjono puja.Ingatan Partohardjono pun kian melambung pada masa-masa yang lewat, masa-masa dimana dua warna itu iakenal dan menjadikannya sebagai pusaka bangsa. Lantassiapa saja yang awalnya mampu meyakinkan semua orangbila Merah Putih adalah pusaka bangsa? Dari bangkusekolahkah? Tidak!. Penguasa para pengeruk kekayaannegeri ini belum pernah sedikitpun mau mengakuikeberadaan dua warna itu sebagai pusaka bangsa. Tidakpula di jaman Hindia Belanda, tidak pula di jamansekarang, jaman pemerintahan balatentara. Jika dulu MerahPutih dipandang sebelah mata oleh Hindia Belanda, saat inipun hakekatnya sama. Merah Putih yang pernah beberapakali diperbolehkan berkibar oleh Gunseikan tak lebihsebagai muslihat, sebagai alat untuk menutupi kebusukanmereka, gumam Partohardjono menahan geram.

    Bekas guru jebolan Jongeens Noormalschool itu punmenoleh ke arah Hinomaru atau bendera Jepang yang sudahia campakkan ke tanah.

    Janji merdeka, muslihat apalagi yang akan kalianrencanakan. Borok kalian sudah terkuak!

    Partohardjono kemudian menoleh ke belakang. Ia sepertidisadarkan pada sesuatu. Di kejauhan, spanduk yangmembentang yang kini sudah berubah bunyi tulisannyadengan Indonesia Merdeka membuatnya harus segeraberanjak dari tempat itu.

  • 50

    Indonesia Merdeka! Teriak batinnya menggelora. MerahPutih berkibarlah, berkibarlah benderaku untuk selama-lamanya!

    Hati Partohardjono pun kian membuncah ke arah letupanbara semangat berapi-api. Ia menyadari akan apa yang iaalami. Untuk itu, ia pun kian mengkristalkannya ke dalamtekad yang selama ini terpendam. Merah berarti berani,putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia,sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. KetikaKerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panjiyang digunakan adalah merah dan putih, umbul-umbulgula kelapa. Pada waktu Perang Jawa, PangeranDiponegoro memakainya sebagai panji-panji perjuanganmelawan Belanda. Partohardjono yang sudah berdiri dariduduk bersimpuh berkalang rumput, melangkah.Meskipun samurai yang ia titipkan di kamar HalirMangkoedidjaja sudah tidak karuan siapa yangmengambilnya, dengan berbekal senapan dan beberapabutir peluru, sosok bekas Carik dan guru di Kediri itumelangkah cepat menuju arah timur. Ia melaju cepat untuksegera bergabung dengan pasukannya. [ ]

  • 51

    Moeradi, Shodancoo

    Jejak Panglima Terakhir Pemberontakan PETA

    Dalam sejarah pemberontakan PETA, Soeprijadimerupakan sebuah nama paling menonjoldibandingkan nama tokoh-tokoh yang lain.Memang harus diakui, sosok Soeprijadi menjadimagnet, tidak hanya pasca pemberontakanhingga masa mempertahankan kemerdekaan,tetapi juga sampai hari ini. Dalam peristiwapemberontakan PETA yang terjadi 14 Februari1945, cerita heroik didalamnya dapat dibagikedalam tiga bagian. Pertama, tentang Soeprijadiitu sendiri, peristiwa pengibaran bendera pusakadan akhir dari pemberontakan tersebut. Diakhirperistiwa heroik tersebut, nama Moeradi tampilsebagai tokoh kesatria. Selain ia merupakanpemimpin terakhir yang cukup sulit untuksegera ditaklukkan, Moeradi juga menjadisimbol patriot sejati yang lebih bisamenerjemahkan semangat Busidho Samuraiketimbang Katagiri Taisa. Pertanyaannya, siapaMoeradi dan bagaimanakah ceritanya?21.

    21 Uraian tokoh ini bersumber dari Desk SKBS 2008 yang memuat rekam jejakPemberontakan PETA dari beberapa sumber : petikan surat Perwakilan Departemen SosialDaerah Jawa Timur tanggal 15 April 1970 nomor 793/P3KN/1970 tentang Riwajat Moeradi,Surat ibu Moeradi tertanggal 13 April 1970, wawancara dengan Ex. Bhudanco Moesidi, Ex.Gyuhei Slamet Djamus, Ex. Gyuhei Sukiyarno dll serta sumber referensi lain Djanari, RadenSoeprijadi Hidup dan Peranannya di Blitar, Tesis tidak diterbitkan, Institut keguruan dan IlmuPendidikan Malang Fakultas Keguruan Ilmu Sosial Sub Departemen Sejarah, 1974, hal 56-57,Satu Abad Memorabilia Soerachmad, Soejoedi Soerachmad, Milinium Publisher, 2004.Pemberontakan Tentara PETA Blitar Melawan Djepang; 14 Pebruari 1945, NugrohoNotosusanto, Departemen Pertahanan Keamanan Lembaga Sedjarah Hankam, 1968, danCitra dan Perjuangan Perintis Kemerdekaan Seri Pemberontakan PETA Blitar. DirektoratJenderal Bantuan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, Jakarta, 1978, PETA CikalBakal TNI, Nina H-Lubis, dkk, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LembagaPenelitian Universitas Padjajaran, Bandung, 1995.

  • 52

    Sekelumit Tentang Akhir Pemberontakan PETA Blitar

    Cerita tentang pemberontakan PETA, berdasarkan sumber-sumber yang selama ini diperoleh, baik koran ZamanJepang dan setelahnya, buku-buku serta wawancarasesunggunya telah penyusun tuangkan dalam suatu novelsejarah berjudul Sebilah Keris Berselempang Samuraiyang biasa teman-teman penyusun singkat dengan SKBS.Secara singkat, peristiwa yang melatar belakangipemberontakan ini lebih pada keprihatinan para anggotaPETA terhadap nasib yang menimpa masyarakat. Dalamperjalanan ke tempat-tempat yang telah ditentukan untukpembangunan perbentengan, anggota PETA Blitar melihatsegala jenis penderitaan rakyat (di antara mereka terdapatsanak keluarga pasukan PETA sendiri). Nasib pararomusha yang diperlakukan tidak sebagai manusia. Lebihdari itu, kabar yang semakin meruncingkan kebencian jugakian melanda seperti Jugun Ianfu, eksploitasi hasil bumidan lan sebagainya. Pendek kata, kebencian yang sudahlama terpendam ini merucut pada suatu tindakan berupapemberontakan. Tanggal 14 Februari 1945, pecahlahperistiwa ini, namun nampaknya tidak berlangsung lama.Pihak penguasa yang sudah lama mencium gelagat inidapat memupuskan pemberontakan ini

    Dari rangkaian pemberontakan PETA ini, endingperistiwanya cukup heroik. Ketika hampir seluruh pasukanyang dibagi kedalam empat jurusan dapat dibekuk, justruyang terjadi pasukan jurusan ke Barat dan Utara dibawahpimpinan Moeradi tampil sebagai pasukan terakhir yangsulit ditaklukkan. Di Ngancar, kawasan perkebunanSumberlumbu pasukan Moeradi dikepung dan dipagarbetis. Kenyataan ini bukan menciutkan nyali Moeradi dankawan-kawan, tetapi malah memunculkan perlawanan.

  • 53

    Hasanawawi, utusan para pengepung disandera danMoeradi tampil layaknya negosiator dengan daya tawartinggi. Akhirnya, Katagiri Taisa harus turun tangan sendirimenemui Moeradi untuk berunding. Di dalam perudingan,Moeradi menyampaikan syarat untuk mau kembali kedaidan yakni, pihak Jepang dan tidak akan mengambiltindakan hukum apa pun terhadap anggota-anggotaDaidan Blitar yang kembali ke daidannya serta senjatamereka tidak akan dilucuti. Jika tidak ditepati mereka akanterus melakukan pemberontakan, akhirnya syarat-syaratMoeradi dapat diterima. Dalam budaya Jepang, samuraiadalah nyawa mereka, oleh karena itu mereka akanmempertahankan pedang yang dimilikinya, tetapi denganmudahnya Katagiri menyerahkan pedangnya sebagaijaminan. Ternyata janji samurai Katagiri Taisa merupakansuatu siasat busuk yang keji dan sangat rendah. Terbuktibahwa pihak Jepang tidak menepati janji mereka, padakenyataannya Jepang mengambil tindakan-tindakanpenghukuman terhadap tentara Peta yang kembali kedaidannya dan senjata mereka dilucuti. Bahkan hukumanberat mulai dari hukuman mati, seumur hidup harusditerima mereka. Moeradi sendiri pada akhirnya mendapathukuman mati dengan cara ditembak.

    Mengenal Sosok Moeradi

    Dalam keterangan keluarga, khususnya keterangan yangdisampaikan oleh ibu Moeradi nama lengkapnya RadenMoeradi Moejono. Raden Moeradi Moejono, lahir di Blitar19 Agustus 1923, sebagai anak ketiga Moejono, seorangpegawai Kantor Pos Kediri. Masih menurut uraianibundanya, Moeradi merupakan sosok pemuda yangpemberani dan bertanggungjawab, hal ini dapat disimakdari kehidupan masa remajanya yang menyenangi olahragadan aktif dalam organisasi kepanduan Hisbul Waton.Secara kekerabatan, Moeradi dan Soeprijadi masih memiliki

  • 54

    garis persaudaraan jauh. Demikian juga dengan beberapapetinggi PETA yang lain, oleh sebab esensi personil PETAmemang disusun selain secara kedaerahan juga kesatuankomunitas.

    Ditelisik dari pendidikan, Moeradi menempuh pendidikandasar di HIS Kediri kemudian melanjutkan ke MULO jugadi Kediri. Moeradi melanjutkan ke Taman SiswaYogyakarta. Seiring dengan masa pendudukan Jepang,Moeradi juga aktif di Seinen Kuresho di Yogyakarta.Dengan dibukanya pendaftaran PETA, Moeradi puntertarik untuk bergabung didalamnya dan menempuhpendidikan PETA di Bogor. Sesuai dengan kebijakan DaiNipon, maka penempatan lulusan PETA didasarkan padadaerah asal masing-masing. Moeradi pun di tempatkan diDaidan Blitar dengan pangkat Shodancoo.

    Sebelum pecah peristiwa pemberontakan PETA, Moeradisempat mengirim surat kepada ibunya tentang permintaanrestu, dukungan pusaka dan sekaligus berpamitan untukmenempuh jalan maut. Moeradi juga sempatmengembalikan pakaiannya lengkap dalam sebuah koporyang ia titipkan kepada kakak iparnya Moerman Slametyang kemudian dikenal dengan Kepala Staf AD MarkasDaerah Pertahanan Sipil Jawa Timur. [ ]

  • 55

    Soeprijadi, Shodancoo

    Shodancoo yang hilang

    Ia merupakan point centre dari peristiwaPemberontakan PETA Blitar yang meletustanggal 14 Februari 1945. Nama dankeberadaaannya demikian misterius dan daritahun ke tahun sejak meletus pemberontakan itusenantiasa menjadi perbincangan, khususnya diBlitar. Sebuah nama melegenda, Soeprijadi.22

    Tentang Soeprijadi Sebagai Tokoh Sejarah Nasional

    Soeprijadi memang bukan orangkelahiran Blitar, akan tetapikontribusinya kepada Blitarkhususnya, Indonesia pada umumnyacukup besar. Bahkan nama Soeprijadiditempatkan sebagai tokoh Blitarsetelah Bung Karno. Masyarakat Blitarmerasa sebagai pewaris perjuanganSoeprijadi yang disematkan sebagaisemangat pembangunan daerah darimasa ke masa. Boleh jadi, Soeprijadi

    tidak banyak disuarakan ditempat kelahirannya karenacerita tentang Soeprijadi sudah menjadi cerita Orang Blitar.

    Soeprijadi adalah pahlawan nasional, tokoh pejuangkemerdekaan dan simbol perlawanan terhadappendudukan Jepang. Namanya populer sebagai tokohPETA yang memberontak terhadap pendudukan Jepang diBlitar Jawa Timur pada Bulan Februari 1945. Soeprijadilahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 dan tidak

    22 Uraian tokoh ini bersumber dari desk SKBS 2008

  • 56

    diketahui jejaknya sejak meletus pemberontakan PETAtahun 1945. Setelah tamat ELS (setingkat Sekolah Dasar),Soeprijadi melanjutkan pendidikan ke MULO (setingkatSekolah Pertama), kemudian memasuki Sekolah PamongPraja di Magelang.Pada masa pendudukan Jepang,Soeprijadi memasuki Sekolah Menengah Tinggi.Sesudahnya, ia mengikuti Latihan Pemuda (Seinendoyo) diTangerang. Pada bulan Oktober 1943, Jepang membentukTentara Pembela Tanah Air (PETA). PETA dibentuk dengantujuan untuk memberikan latihan kemiliteran kepadapemuda-pemuda Indonesia. Mereka selanjutnya akandipakai untuk membantu Jepang menahan serbuan sekutu.Tetapi, tokoh-tokoh pergerakan nasional berhasilmenanamkan perasaan kebangsaan di kalangan pemuda-pemuda tersebut. Soeprijadi mengikuti pendidikan petadan sesudah itu diangkat menjadi Shodanco di Blitar.Iasering bertugas mengawasi para romusya membuatbenteng-benteng pertahanan dipantai selatan.Iamenyaksikan bagaimana sengsaranya pararomusya.Makanan kurang dan kesehatan tidakterjamin.Banyak diantaranya yang meninggal dunia karenasakit.Suprijadi tidak tahan melihat keadaan itu.Denganbeberapa orang temanya,ia merencanakan pemberontakanmelawan jepang.Walaupun menyadari bahwa waktu ituJepang sangat kuat,namun ia tetap berniat untukmelakukan perlawanan. Pemberontakan dilancarkandinihari tanggal 14 februari 1945, di Daidan Blitar. Namunkarena kurang pengalaman dan kekuatan tidak seimbangpemberontakan itu ditindas Jepang.Tokoh-tokohpemberontak yang tertangkap,diadili dalam mahkamahmiliter Jepang. Ada yang dihukum mati dan ada pula yangdipenjara.

  • 57

    Kemasan Baru Tentang Soeprijadi Yang Menggemparkan.

    Adalah buku karya F. X. Baskara Tulus Wardaya berjudulMencari Supriyadi: kesaksian pembantu utama Bung Karnoterbitan Galangpress Group, 2008. Buku tersebut tidakhanya menghebohkan namun juga mendudukkannyasebagai salah satu judul buku best seller di tahun 2008.ditelisik dari kemasan dan isi buku tersebut nyata sekalibahwa orang-orang didalamnya merupakan tokoh penulissejarah yang memiliki debut nasional. Fx Baskara TulusWardaya sebagai penulis dan Asvi Warman Adam sebagaipenulis pengantar buku tersebut.

    Cerita tentang orang yang mengaku sebagai Soeprijadisesungguhnya sudah menjadi kabar dari tahun ke tahunsejak Soeprijadi menghilang. Dari informasi SoerotoDarmadi adiknya, Soeprijadi meninggal di perkebunanSumberingin dalam suatu peristiwa baku tembak. JenasahSoeprijadi dan kawan-kawan sengaja dikubur secara masaldi tempat itu juga agar tidak menimbulkan kesanpenindasan. Namun demikian, cerita ini juga tidak begitukuat dari segi verbal data, akan tetapi dapat diterima secaralogis. Cerita Soeprijadi yang hadir kembali denganserangkaian pengakuan orang-orang yang diliput mediamaupun tidak terhitung sudah 10 kali. Akan tetapi, merekadapat segera dipatahkan kebenarannya. Berbeda denganorang yang mengaku Soeprijadi sebelumnya, kehadiranAndaryoko Wisnuprabu yang di tulis oleh Sejarawan Dr FxBaskara Tulus Wardaya dan mendapat sambutan dariSejarawan Asvi Warman Adam tahun 2008 ini cukupfenomenal. Bukan hanya seputar pengakuannya sebagaiSoeprijadi, akan tetapi Andaryoko Wisnuprabu tampilsebagai kampiun disetiap peristiwa sejarah yang terjadi diIndonesia seperti pada saat pengibaran bendera 17 Agustus1945, Andaryoko Wisnuprabu mengaku sebagai salah satutokoh yang ikut mengibarkannya. Dalam peristwa

  • 58

    penulisan teks proklamasi Andaryoko Wisnuprabumengaku sebagai tokoh yang menyelamatkan naskahotentik itu, dalam sejarah Supersemar AndaryokoWisnuprabu tampil sebagai saksi saat Bung Karnomerumuskannya. Sungguh, betapa Andaryoko Wisnuprabutampil sebagai cerita pahlawan yang harus dicatat dalamtinta emas.

    Dengan munculnya kesaksian Andaryoko Wisnuprabutersebut, maka pemerintah Kota Blitar melalui BlitarHeritage Society menyelenggarakan semacam seminar padahari Sabtu 1 November 2008 di Perpustakaan Bung Karno.Hadir dalam acara tersebut, Andaryoko Wisnuprabu,Baskara T. Wardaya dalam konteks buku yangmenggemparkan tersebut serta perwakilan dari BHSMardiono dan Indah Irianti, S.Pd., M.Pd dengan materi daridesk SKBS (Sebilah Keris Berselempang Samurai daripenyusun) sebagai materi pembanding. Sementara itu,undangan yang hadir melebihi kapasitas. Lebih dari itu,dalam acara tersebut sempat terjadi kericuhan. Walaubagaimanapun mun