140135352-stabilitas-mikroemulsi

Upload: curiejulia

Post on 30-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8Mahdi Jufri, Effionora Anwar, Putri Margaining UtamiDepartemen Farmasi FMIPA-Universitas Indonesia

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANGBerbagai teknik solubilisasi

    dalam sistem penghantaran obat(drug delivery system) untuk mening-katkan bioavailabiliats obat-obathidrofobik telah banyak diteliti dandikembangkan. Salah satu tekniksolubilisasi tersebut dilakukandengan cara pembuatan sediaanmikroemulsi (Nandi I et all, 2003 ).Mikroemulsi adalah suatu sistemdispersi minyak dengan air yang

    UJI STABILITAS SEDIAAN MIKROEMULSIMENGGUNAKAN HIDROLISAT PATI(DE 3540) SEBAGAI STABILIZER

    Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006, 08 - 21ISSN : 1693-9883

    ABSTRACTVarious solubilization techniques have been developed to enhance the bioavailability

    of hydrophobic drugs. One of the solubilization techniques is preparation ofmicroemulsion. Microemulsion is a potential carrier in drug delivery system becauseit has many advantageous characteristics. In this research, hydrophobic drug wasmade in a dosage form of oil in water (O/W) microemulsion using ketoprofen as amodel and investigated the influence of adding starch hydrolisates with dextrose equiva-lent (DE) 35-40 in variety concentrations (0,0%; 1,5%; 2,0%; 2,5%) to the stabilityof this microemulsion system. This microemulsion consisted of isopropyl miritate asoil phase, tween 80 and lechitin as surfactants, ethanol as cosurfactant, propyleneglycol as cosolvent, starch hydrolisates DE 3540 as stabilizer, and water as externalphase. The evaluation was stability test both phisically and chemically. The resultshowed that the stability of microemulsion system increased significantly by addingstarch hydrolisates DE 35-40 at 2,5%.

    Key words: microemulsion, ketoprofen, starch hydrolisates

    distabilkan oleh lapisan antarmukadari molekul surfaktan. Surfaktanyang digunakan dapat tunggal,campuran, atau kombinasi dengan zattambahan lain (Bakan JA, 1996 ).Mikroemulsi merupakan suatu sistemdispersi yang dikembangkan darisediaan emulsi. Tetapi karakteristiksediaan mikroemulsi memilikibanyak kelebihan dibandingkandengan emulsi biasa. Karakteristiktersebut antara lain bersifat stabilsecara termodinamika, jernih, tran-sparan atau translucent, viskositasnya

    Corresponding author : E-mail : [email protected]

  • 9Vol. III, No.1, April 2006

    rendah, serta mempunyai tingkatsolubilisasi yang tinggi sehinggadapat meningkatkan bioavailabilitasobat tersebut di dalam tubuh (BakanJ.A 1995; Ping Li et all 2005; LawrenceM.J & G.D Rees 2000).

    Selain bermanfaat sebagai pem-bawa dalam penghantaran obat,mikroemulsi juga bermanfaat sebagailubrikan, cutting oils, penghambatkorosi, textile finishing, pembawabahan bakar, membran liquid, danberbagai manfaat lainnya (8). Sebagaisistem penghantaran obat, mikro-emulsi dapat digunakan untuk pem-berian secara oral, intradermal, intra-muskular, okular, maupun pulmonal(Paul B.K, SP Maoulik 2001; Brine B.Pet all 2003; El Laithy HM 2003).

    Pada penelitian ini dilakukanpercobaan pembuatan mikroemulsiminyak dalam air (M/A) denganketoprofen sebagai model obat danmenyelidiki pengaruh penambahanhidrolisat pati terhadap kestabilanfisik dan kimia sistem mikroemulsitersebut. Ketoprofen digunakansebagai model obat karena selainbersifat hidrofobik dan umumnyadiberikan secara oral, penentuankadar (analisis kuantitatif) keto-profen juga relatif mudah yaitudengan menggunakan alat spektro-fotometer UV-Vis (Mc Evoy GK;Anonim, 1993; Reynold J.E.F, 1982 ).

    Penelitian sebelumnya menun-jukkan bahwa siklodekstrin dapatmeningkatkan kestabilan fisik dankimia sistem mikroemulsi denganisopropil miristat sebagai fase mi-nyak. Kestabilan sistem mikroemulsi

    ini disebabkan oleh pembentukankompleks inklusi antara siklodekstrindengan obat ( Nandi I et all 2003).

    Tetapi, siklodekstrin harganyarelatif mahal dan sukar diperolehsehingga penggunaannya terbatas.Pada penelitian ini dilakukan altenatiflain dengan menggunakan hidrolisatpati yang struktur monomernya samadengan siklodekstrin sebagai stabi-lizer. Tetapi, mekanisme penstabilanobat dengan menggunakan hidrolisatpati berbeda dengan siklodekstrin,hidrolisat pati dapat meningkatkankestabilan fisik dan kimia sistemmikroemulsi karena hidrolisat patidapat meningkatkan kekentalan,sehingga dapat mencegah tetesan-tetesan fase terdispersi untuk ber-gabung sesamanya membentuktetesan yang lebih besar.

    Hidrolisat pati dihasilkan dariproses hidrolisis pati yang dapatdilakukan baik secara utuh maupunparsial, kimiawi maupun enzimatis.Hidrolisat pati mempunyai total nilaigula pereduksi (DE) yang bervariasi.Hidrolisat pati yang dibuat dalampenelitian ini memiliki total nilai gulapereduksi 35-40. Pembuatan hidro-lisat pati ini dilakukan dengan meng-gunakan enzim yang bersifat termo-stabil dalam kondisi yang sesuai(Alexander R.J, 1992 ). Pemilihanhidrolisat pati yang mempunyai nilaiDE yang tinggi dalam pembuatanmikroemulsi ini dikarenakan kela-rutannya yang tinggi di dalam air,sehingga diharapkan dapat mem-bentuk sediaan mikroemulsi yangjernih dan stabil.

  • MAJALAH ILMU KEFARMASIAN10

    B. TUJUAN PENELITIAN

    Untuk mengetahui apakah hidro-lisat pati dengan nilai DE 3540 dapatdigunakan untuk meningkatkankestabilan fisik dan kimia sediaanmikroemulsi setelah dilakukan ujistabilitas fisik dan kimia denganmenggunakan ketoprofen sebagaimodel obat.

    C. CARA KERJA

    a. Pembuatan Hidrolisat PatiDengan Nilai DE 3540.Sejumlah 40% b/b pati singkong

    (berat kering) dilarutkan dalamaquadest yang mengandung 5 ppmCaCl2 dan telah diatur pH-nyasebesar 5,05,6 (dengan mengguna-kan NaOH 0,1 N), lalu ditambahkanenzim amilase termostabil (Liqu-ezyme EX) sejumlah 0,7% (v/b)sambil diaduk. Campuran diinkubasidalam chamber mixer dengan kece-patan 150 rpm pada suhu 95 30 Cselama 3,5 jam. Campuran di-dinginkan dengan merendam wadahdalam air dingin sampai suhunyamencapai 300 C.

    Untuk menghentikan aktivitasenzim, ditambahkan HCl 1 N sampaipH larutan 3,73,9. Larutan yangdiperoleh dinetralkan kembalidengan NaOH 0,1 N setelah 30 menit.Nilai DE 3540 dari hidrolisat patiyang diperoleh ditentukan denganmetode Lane Eynon. Hasil yangdiperoleh dikeringkan dengan caraspray dry.

    b. Karakterisasi Hidrolisat Pati DE35-40Hidrolisat pati yang telah jadi

    kemudian dilakukan karakterisasiantara lain penetapan nilai DE,penetapan kadar air, penetapanderajat putih, penetapan derajat ke-asaman, penetapan kompresibilitas,penetapan distribusi ukuran partikel

    c. Pembuatan Sediaan Mikro-emulsi.

    1. Percobaan pendahuluanPercobaan pendahuluan

    dilakukan untuk menentukankondisi percobaan dan kompo-sisi bahan yang sesuai untukmenghasilkan sediaan mikro-emulsi yang jernih dan stabil.Kondisi yang harus diperhatikandalam pembuatan sediaan mikro-emulsi ini meliputi kecepatanpengadukan, temperatur, danlama pengadukan.

    Komposisi bahan yang di-buat meliputi variasi konsentrasitween 80 (18 20%) dan lesitin (510%) sebagai komponen surfak-tan, propilen glikol (1,02,5%)sebagai kosolven, etanol (1,61,8%) sebagai komponen ko-surfaktan, hidrolisat pati (1,03,0%) sebagai stabilizer, sertaisopropil miristat (9,010%)sebagai fase minyak. Penga-dukan dilakukan pada kecepatan15.00017.000 rpm, waktu penga-dukan divariasikan antara 23menit, dan temperatur divariasi-kan antara 30500 C.

  • 11Vol. III, No.1, April 2006

    2. Percobaan utamaAquadest dipanaskan sam-

    pai suhunya 500 C, larutkanhidrolisat pati (DE 35-40), tween80, dan propilen glikol ke dalamaquadest tersebut sambil diaduksecara konstan dengan meng-gunakan magnetic heater stirrerpada suhu 500 C sampai didapat-kan larutan yang jernih. Keto-profen dilarutkan dalam etanol96%, kemudian dimasukkan kedalam dispersi lesitin dalamisopropil miristat. Dispersi inikemudian dimasukkan ke dalamfase air, diaduk dengan homog-enizer pada kecepatan 16.000 rpmselama 3 menit hingga terbentuksediaan mikroemulsi yang jernihdan transparan.

    d. Evaluasi Sediaan MikroemulsiSediaann mikro emulsi yang

    telah jadi kemudian dilakukan se-rangkaian uji antara lain : Penetapankadar ketoprofen dalam mikro-emulsi, penetapan kadar sampel,penetapan bobot jenis ,uji pH, sta-bilitas sediaan mikroemulsi yaitupada temperatur tinggi dan uji freeze-thaw.

    1. Uji redispersiMikroemulsi dimasukkan

    ke dalam botol 100 ml, sebanyak100 ml dan didiamkan selama8 minggu. Setelah 8 minggu dila-kukan redispersi dengan caramembalikkan botol dengan

    sudut 900, kemudian dicatatjumlah pengocokan yang di-perlukan hingga mikroemulsiterdispersi dengan baik.

    2. Uji sentrifugasiSediaan mikroemulsi dima-

    sukkan ke dalam tabung sentri-fugasi kemudian dilakukanpengocokan atau sentrifugasipada kecepatan 3000 rpm selama30 menit.

    3. Uji viskositasPengukuran dilakukan

    dengan viskometer Brookfielddengan kecepatan 2, 4, 10, 20rpm. Data yang diperolehdiplotkan terhadap tekanangeser (dyne/cm2) dan kecepatangeser (rpm), sehingga akandidapat sifat aliran (rheology).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL

    a. Pembuatan Hidrolisat Patidengan Nilai DE 35-40Kondisi optimum untuk pem-

    buatan hidrolisat pati dengan nilaiDE 35-40 adalah pada suhu inkubasi95 30 C, pH larutan 5,0, konsentrasienzim amilase (Liquezyme 0,7%(v/b) dan waktu inkubasi sekitar210 menit. Pada kondisi tersebut,diperoleh hidrolisat pati dengan nilaiDE rata-rata 38,19% dengan rende-men 88,36%.

  • MAJALAH ILMU KEFARMASIAN12

    Sampel Larutan Fehling Standar Dekstrosa Nilai DE(ml) (ml) Fehling (ml) titran (ml) (%)

    1,00 20,00 19,97 0,00 11,65 38,08

    1,00 20,00 19,97 0,00 11,60 38,31

    1,00 20,00 19,97 0,00 11,63 38,18

    Tabel 1. Penentuan nilai DE hidrolisat pati

    b. Pembuatan Sediaan Mikro-emulsiPada hasil percobaan penda-

    huluan didapatkan bahwa komposisibahan yang dapat menghasilkansediaan mikroemulsi yang jernih danstabil adalah konsentrasi isopropilmiristat sebesar 9,0%, konsentrasitween 80 sebesar 18,0%, konsentrasi

    lesitin sebesar 5,1%, konsentrasipropilen glikol sebesar 2,5%, konsen-trasi etanol sebesar 1,8%, dan kon-sentrasi hidrolisat pati sebesar 2,5%.

    Kondisi percobaan optimumuntuk menghasilkan sediaan mikro-emulsi yang jernih dan stabil dengankomposisi bahan tersebut adalahdengan kecepatan pengadukan se-

    bentukwarnabaurasasifatukuran rata-ratakadar airderajat putihderajat keasamandensitas bulkkompresibilitaskelarutan

    Tabel 2. Karakterisasi hidrolisat pati DE 3540

    serbuk halusputih kecoklatankhas (seperti singkong)manis lemahhigroskopis0,575 mm4,89%88,36%6,850,50 gram/ml16,78%mudah larut dalam airsangat mudah larut dalam air panas

    Spesifikasi

  • 13Vol. III, No.1, April 2006

    besar 16.000 rpm, temperatur 500 C,dan waktu pengadukan 3 menit.

    c. Evaluasi Sediaan Mikroemulsi

    1. Penetapan kadar ketopro-fen dalam mikroemulsi

    Untuk mengetahui kesta-bilan obat dalam sistem mikro-emulsi yang dibuat maka pene-tapan kadar ketoprofen dila-kukan pada minggu ke-1 danminggu ke-8.

    Berdasarkan perhitunganmenggunakan persamaan kurvakalibrasi di atas, setelah dilaku-kan pengukuran sampel padaminggu ke-1 diperoleh kadarketoprofen pada mikroemulsi

    formula A sebesar 100,71%, padaformula B 100,98%, pada formulaC 101,31%, dan pada formula D97,68%.

    Kadar ketoprofen masing-masing sampel yang diukur padaminggu ke-8 adalah sebagaiberikut. Untuk formula A kadarketoprofen sebesar 93,49%, for-mula B 93,05%, formula C95,64%, dan formula D 89,23%.

    2. Penetapan bobot jenisSediaan mikroemulsi for-

    mula A mempunyai bobot jenissebesar 1,003, mikroemulsi for-mula B mempunyai bobot jenis1,006, mikroemulsi formula Cmempunyai bobot jenis 1,009,dan mikroemulsi formula D.

    Sampel Konsentrasi (g/ml) Serapan (A) Kadar (%)

    A 5,225 0,352 100,71

    B 5,24 0,354 100,98

    C 5,28 0,358 101,31

    D 5,18 0,338 97,68

    Tabel 3. Data serapan spektrofotometri UV-Vis sampel pada minggu ke-1pada panjang gelombang maksimal 258,2 nm

    Sampel Konsentrasi (g/ml) Serapan (A) Kadar (%)

    A 5,165 0,322 93,49

    B 5,205 0,323 93,05

    C 5,185 0,331 95,64

    D 5,055 0,300 89,23

    Tabel 4. Data serapan spektrofotometri UV-Vis sampel pada minggu ke-8pada panjang gelombang maksimal 258,2 nm

  • MAJALAH ILMU KEFARMASIAN14

    3. Uji pHMikroemulsi formula A,

    mempunyai pH sebesar 5,49pada minggu ke-1 dan menjadi5,46 pada akhir pengamatan.Untuk formula B mempunyai pHsebesar 5,45 pada minggu ke-1dan menjadi 5,31 pada akhirpengamatan. Untuk formula Cmempunyai pH sebesar 5,32pada minggu ke-1 dan menjadi5,27 pada akhir pengamatan.Untuk formula D mempunyai pHsebesar 5,43 pada minggu ke-1dan menjadi 5, 26 pada akhirpengamatan.

    4. Stabilitas sediaan mikro-emulsi1) Pada temperatur kamar

    Penyimpanan pada suhu

    kamar (270 C) menunjukkanbahwa keempat formula sediaanmikroemulsi tersebut tetap stabildan tidak menunjukkan peru-bahan fisik yang berarti. Ke-empat formula mikroemulsitersebut tetap jernih, homogen,bau dan warnanya juga tidakberubah.

    2) Pada suhu tinggiHasil pengamatan terhadap

    keempat formula mikroemulsiyang disimpan pada suhu 600 Cselama satu minggu menunjuk-kan bahwa keempat formulatersebut tetap stabil, tidak terjadipemisahan fase dan inversi fase,tidak pecah, tidak terbentukgumpalan, serta tidak mengalamipengendapan.

    Gambar 1. Kurva hubungan pH formula A, B, C, D dengan waktu penyimpanan

  • 15Vol. III, No.1, April 2006

    3) Uji freeze thawDari hasil pengamatan ke-

    empat formula pada suhu rendah(40 C) menunjukkan hasil ke-empat formula tersebut tetapjernih, tidak mengalami peru-bahan warna, tetap homogen,tidak terjadi pemisahan fase,tetapi viskositasnya menjadi agakkental.

    Ketika diletakkan pada suhu400 C, keempat formula tersebutjuga tetap jernih dan stabil, tidakterjadi flokulasi, creaming, ataukoalesensi, dan viskositasnyasecara perlahan kembali kekeadaan semula.

    5. Uji sentrifugasiSetelah dilakukan sentri-

    fugasi dengan kecepatan 3.000rpm selama 30 menit, keempat

    formula tidak menunjukkanadanya pemisahan fase, tetapjernih dan merupakan suatularutan tunggal.

    6. Uji viskositasHasil pengukuran viskositas

    mikroemulsi selama 8 minggudengan menggunakan visko-meter Brookfield pada suhukamar (270 C) menunjukkanbahwa sediaan mikroemulsiformula A, viskositasnya darisemenjak minggu ke-1 sampaiminggu ke-3 mengalami pe-nurunan. Pada minggu ke-7viskositas kembali meningkatmenjadi 112,8 cps. Demikian pulapada akhir pengamatan, visko-sitasnya meningkat menjadi113,3 cps.

    Pada formula B, dari ming-

    Gambar 2. Kurva hubungan viskositas formula A, B, C, Ddengan waktu penyimpanan

  • MAJALAH ILMU KEFARMASIAN16

    gu ke-1 sampai minggu ke-3mengalami penurunan Viskositasmeningkat pada minggu ke-4hingga pada minggu ke-7.Sedang pada minggu ke-8 terjadisedikit penurunan viskositasmenjadi 113,9 cps.

    Pada formula C, viskositas-nya dari minggu ke-1 sampaiminggu ke-5 mengalami pening-katan sedikit demi sedikit setiapminggunya. Pada minggu ke-6terjadi penurunan viskositasmenjadi 160,2 cps, kemudianpada minggu ke-7 viskositasnyameningkat lagi menjadi 160,7 cps.Pada minggu ke-8, terjadi sedikitpenurunan viskositas menjadi159,9 cps.

    Pada formula D, viskositasmenurun dari 82 cps pada ming-gu ke-1 menjadi 80,4 cps padaminggu ke-2. Pada minggu ke-3terjadi peningkatan viskositasmenjadi 93,3 cps, tetapi padaminggu ke-4 terjadi penurunanviskositas yang cukup besarmenjadi 76,1 cps. Dari mingguke-5 sampai minggu ke-8, setiapminggunya mengalami pening-katan viskositas.

    B. PEMBAHASAN

    a. Karakterisasi Hidrolisat Pati DE35-40Hidrolisat pati DE 35-40 yang

    diperoleh kemudian dikarakterisasiagar dapat diketahui data-dataspesifikasinya. Karakterisasi yang

    dilakukan terhadap hidrolisat pati iniantara lain penetapan nilai DE, kadarair, derajat keasaman, derajat putih,kompresibilitas, dan distribusiukuran partikel.

    b. Pembuatan Sediaan Mikro-emulsiPada penelitian ini dibuat

    sediaan mikroemulsi minyak dalamair (M/A) dengan ketoprofen sebagaimodel obat. Ketoprofen bersifathidrofobik dan mempunyai efekfarmakologik sebagai anti inflamasinonsteroid (MC Evoy, 1987; Reynold,1982). Ketoprofen tidak dapat larutdalam minyak, oleh karena itu padapenelitian ini ketoprofen dilarutkandalam etanol dimana ketoprofendapat terlarut di dalamnya. Selainsebagai pelarut zat aktif, etanol jugaberfungsi sebagai kosurfaktan. Pro-pilen glikol yang digunakan dalamformula ini berfungsi sebagai ko-solven. Kosolven dapat meningkat-kan kelarutan dalam air dan minyakdan dapat mengurangi teganganantarmuka dengan menstabilkanlapisan yang terbentuk di antara duafase (Ping Li et all, 2005).

    Penambahan kosurfaktan selaindapat menurunkan tegangan antar-muka minyak-air, juga dapat mening-katkan fluiditas pada antarmukasehingga dapat meningkatkan entro-pi sistem. Kosurfaktan juga dapatmeningkatkan mobilitas ekor hidro-karbon sehingga penetrasi minyakpada bagian ekor menjadi lebih besar(Bakan, JA 1995; Lawrence MJ & GDRees 2000).

  • 17Vol. III, No.1, April 2006

    Surfaktan yang digunakan padasistem mikroemulsi ini merupakankombinasi surfaktan nonionik yaitutween 80 dengan surfaktan alamiyaitu lesitin. Penggunaan surfaktan-surfaktan tersebut relatif aman untukpemberian oral karena toksisitasnyarendah.

    Walaupun demikian, surfaktannonionik, terutama yang mempunyaigugus polioksietilen, sensitif ter-hadap temperatur sehingga akanberpengaruh pada kestabilan sistemsecara termodinamika. Semakinmeningkat temperaturnya, surfaktannonionik akan semakin bersifatlipofilik, hal ini disebabkan karenagugus polioksietilen yang berfungsisebagai gugus polar atau kepala akanmengalami dehidrasi dengan me-ningkatnya suhu. Untuk mengatasihal tersebut, surfaktan nonionikdikombinasikan dengan lesitin,kombinasi ini dapat memperluaswilayah mikroemulsi pada fase dia-gram.

    Penggunaan lesitin sebagaisurfaktan tunggal juga tidak dapatmembentuk mikroemulsi karenasifatnya terlalu lipofilik, oleh karenaitu perlu dikombinasi dengan sur-faktan lain atau kosurfaktan.

    Penambahan hidrolisat pati DE35-40 bertujuan untuk menyelidikipengaruh hidrolisat pati DE 35-40tersebut terhadap kestabilan sistemmikroemulsi ini. Hidrolisat pati yangdigunakan mempunyai nilai DE yangtinggi yaitu 35-40, karena semakintinggi nilai DE maka kelarutannyadalam air akan semakin besar.

    Berdasarkan pengamatan di-ketahui bahwa penambahan hidro-lisat pati DE 35-40 berpengaruhterhadap kestabilan sistem mikro-emulsi.

    Hal ini dapat disebabkan karenahidrolisat pati DE 35-40 dapatmeningkatkan viskositas mikro-emulsi sehingga dapat menghambattetesan-tetesan fase terdispersi untukbergabung sesamanya membentuktetesan yang lebih besar.

    Pada mikroemulsi formula Cdengan konsentrasi hidrolisat pati2,5%, ternyata mempunyai kestabilanpH dan viskositas dari minggu keminggu lebih baik dibandingkan for-mula lain yang konsentrasi hidrolisatpatinya lebih rendah atau yang tidakmenggunakan hidrolisat pati.

    c. Evaluasi Sediaan Mikroemulsi

    1. Penetapan kadar ketopro-fen dalam mikroemulsi

    Penetapan kadar ketoprofendalam sediaan mikroemulsi di-lakukan pada minggu ke-1 danminggu ke-8 untuk mengetahuikestabilan obat di dalam ke-empat formula mikroemulsitersebut. Berdasarkan kurvaserapan ketoprofen standar di-ketahui bahwa panjang gelom-bang maksimal larutan keto-profen standar adalah 258,2 nm.Hasil penetapan kadar sampelpada minggu pertama yang di-lakukan setelah masing-masingformula diekstraksi, menun-jukkan bahwa jika serapan dari

  • MAJALAH ILMU KEFARMASIAN18

    masing-masing sampel dimasuk-kan ke dalam persamaan kurvakalibrasi, hasilnya lebih dari100%, kecuali formula D. Hal itumenunjukkan penetapan kadarketoprofen dalam sediaan mi-kroemulsi ini tidak akurat.Ketidakakuratan dapat disebab-kan oleh banyak hal, antara lainekstraksi sampel yang kurangbaik, kesalahan pada saat penim-bangan, atau kesalahan padasaat preparasi sampel. Metodeini perlu diperbaiki dan diujilebih lanjut.

    Penetapan kadar pada ming-gu ke-8, menunjukkan hasilbahwa kadar ketoprofen dalamsediaan mikroemulsi berkurang,dan selisih kadar minggu ke-1dengan minggu ke-8 yang palingrendah ditunjukkan oleh formulaC, hal itu menunjukkan bahwahidrolisat pati DE 3540 dapatmenstabilkan ketoprofen dalamsediaan mikroemulsi.

    2. Penentuan bobot jenisSediaan mikroemulsi dari

    keempat formula yang telahdibuat mempunyai bobot jenislebih dari satu. Terlihat bahwasemakin besar konsentrasi hi-drolisat pati yang ditambah-kan maka bobot jenis sediaanakan semakin besar. Bobot jeniskeempat formula yang tidakterlalu besar menunjukkanbahwa semua sediaan dapatmengalir dengan baik danmudah dituang.

    3. Uji pHHasil pemeriksaan pH ke-

    empat formula mikroemulsi yangdiukur setiap satu minggu selama8 minggu, menunjukkan bahwapH keempat formula mikro-emulsi tidak berubah secaradrastis, walaupun terjadi penu-runan dan peningkatan pH se-lama penyimpanan. Hal tersebutmenunjukkan bahwa sediaanstabil secara kimia, tidak terjadireaksi atau interaksi kimia baikdengan wadah penyimpananmaupun antara bahan-bahanyang terkandung dalam sediaan.Berdasarkan hasil pengamatanjuga diketahui bahwa mikro-emulsi formula C yang mengan-dung konsentrasi hidrolisat patipaling besar (2,5%) cenderunglebih stabil pH-nya dibanding-kan dengan formula lainnya.

    4. Stabilitas sediaan mikro-emulsi

    Berdasarkan hasil penga-matan keempat formula sediaanmikroemulsi pada suhu kamar(270 C) selama 8 minggu, terlihatbahwa kempat formula tersebuttetap stabil. Tampilan fisik tetaphomogen, warna tetap jernih,dan tidak mengalami perubahanbau. Hal tersebut menunjukkanbahwa sediaan mikroemulsi yangterbentuk stabil secara termo-dinamik.

    Ketika keempat sediaanmikroemulsi tersebut disimpanpada suhu tinggi (600 C), juga

  • 19Vol. III, No.1, April 2006

    diperoleh hasil yang sama.Sediaan tetap translucent danhomogen. Hal itu dapat disebab-kan karena kombinasi tween 80yang merupakan surfaktan noni-onik dengan lesitin yang meru-pakan surfaktan amfolitik, dapatmeningkatkan Phase InversionTemperature (PIT), yaitu suhudimana mikroemulsi dapatberinversi dari tipe minyakdalam air (M/A) menjadi tipe airdalam minyak (A/M) ataupunsebaliknya (Lawrence M.J G.GRees, 2000). Sehingga pada suhu600 C mikroemulsi ini tetap stabildan tidak mengalami inversifase.

    Uji freeze-thaw yang dilaku-kan pada keempat sediaan mi-kroemulsi tersebut juga menun-jukkan hasil yang hampir sama.Pada saat disimpan pada suhu 40C, keempat sediaan warnanyatidak berubah dan tetap homo-gen. Walaupun demikian, visko-sitasnya mengalami sedikitpeningkatan.

    Hal itu dapat disebabkankarena larutan cenderung me-nyusut pada suhu rendah,sehingga partikel-partikel akancenderung bergabung mem-bentuk ikatan antar partikel yanglebih rapat, akibatnya keken-talan menjadi meningkat dan lajualir menurun (Martin A J Swa-brick & A.Cammarata 1993).Setelah disimpan pada suhu400 C, viskositas secara perlahankembali ke bentuk semula,

    warna tetap jernih dan tidakterjadi pemisahan fase. Hasilpengamatan menunjukan bahwakeempat formula dapat melewatidengan baik ketiga siklus padauji freezethaw, dan stabil terhadapfluktuasi suhu.

    5. Uji viskositasHasil pengukuran viskositas

    keempat sediaan mikroemulsiselama 8 minggu dengan meng-gunakan viskometer Brookfieldpada suhu ruang (270C) me-nunjukkan bahwa viskositasmikroemulsi formula A dan Bmengalami penurunan padaakhir pengamatan, sedangkanmikroemulsi formula C dan D,viskositasnya cenderung me-ningkat bila dibandingkandengan pengamatan pada ming-gu ke-1. Viskositas setiap for-mula relatif rendah, hal itudisebabkan karena mikroemulsimempunyai ukuran droplet yangsangat kecil seperti suatu larutantunggal. Viskositas yang rendah,umumnya mempunyai laju aliryang baik sehingga mudah di-tuang dari dalam botol.

    Berdasarkan kurva sifat aliryang diperoleh, diketahui bahwakeempat formula mempunyaialiran pseudoplastis. Pada aliranpseudoplastis, adanya pening-katan shearing stress mengaki-batkan viskositas berkurangsecara kontinyu. Rheogram leng-kung untuk bahan-bahan yangsifat alirannya pseudoplastis,

  • MAJALAH ILMU KEFARMASIAN20

    disebabkan adanya aksi shearingterhadap bahan berantai panjangseperti tween 80. Dengan me-ningkatnya shearing stress, mole-kul-molekul yang secara normaltidak beraturan mulai menyusunsumbu yang panjang dalam arahaliran. Akibatnya tahanan dalambahan akan berkurang danmengakibatkan rate of shear yanglebih besar pada shearing stressberikutnya (Martin A J Swabrick& A Cammarata 1993).

    Dari data pengamatan jugadiketahui bahwa semakin banyakkonsentrasi hidrolisat pati DE3540 yang ditambahkan makaviskositasnya semakin mening-kat. Peningkatan viskositasdapat meningkatkan kestabilanmikroemulsi karena dapat meng-hambat tetesan-tetesan faseterdispersi untuk bergabungsesamanya membentuk tetesanyang lebih besar.

    Berdasarkan perhitunganstatistika yang terdapat padaLampiran 4, dapat disimpulkanbahwa mikroemulsi formula Cdengan konsentrasi hidrolisatpatii DE 3540 sebesar 2,5%mempunyai kestabilan viskositasdari minggu ke minggu yangrelatif stabil dibandingkandengan formula lainnya yangmenggunakan konsentrasi hi-drolisat pati DE 3540 lebihrendah atau yang tidak meng-gunakan hidrolisat pati DE3540.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Hidrolisat pati DE 35-40 dapatdigunakan untuk meningkatkankestabilan viskositas, pH, dan kadarobat dalam sediaan mikroemulsipada konsentrasi 2,5%. Pengaruhpenambahan hidrolisat pati DE 35-40terhadap kestabilan penampilan fisiktidak terlalu bermakna.

    B. SARAN

    Perlu dilakukan penelitianmengenai pengaruh hidrolisat patiDE 35-40 terhadap kestabilan sistemmikroemulsi dengan komposisi bahanlain atau pengaruh hidrolisat patidengan nilai DE yang lebih rendah(DE 15-20) terhadap kestabilan sistemmikroemulsi dengan komposisi bahanyang sama atau komposisi bahanyang lain.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alexander, R.J. 1992. Maltodextrins:Production, properties, and ap-plications. Dalam. Zobel

    Anonim. 1993. British pharmacopoeia.Volume II. International edition.HMSO, London: 977. MarcelDekker Inc., New York: 263-270.

    Bakan, J.A. 1995. Microemulsion.Dalam. Swarbrick, J., J.C. Boylan(eds.). 1995. Encyclopedia of phar-maceutical technology. VolumeMarcel Dekker Inc, New York:335-369.

  • 21Vol. III, No.1, April 2006

    Brime, B., P. Frutos, P. Bringas, A.Nieto, M.P. Ballesteros, G.Frutos. 2003. Comparative phar-macokinetics and safety of anovel lyophilized amphotericin Blecithin-based oil-water micro-emulsion and amphotericin Bdeoxycholate in animal models.Journal of Antimicrobial Chemo-therapy. 52: 103-1091.

    El-Laithy, H.M. 2003. Preparationand physicochemical character-ization of dioctyl sodium sulfo-succinate (aerosol OT) micro-emulsion for oral drug delivery.AAPS PharmSciTech. 4 (1): artikel11.

    Lawrence, M.J. & G.D. Rees. 2000.Microemulsion-based media asnovel drug delivery systems. Ad-vance Drug Delivery Reviews. 45:89-121.

    Martin, A., J. Swabrick, & A. Cam-marata. 1993. Farmasi fisik. Jilid 2,edisi III. Terj. dari Physical

    chemical principles in the phar-maceutical sciences, oleh Joshita.UI-Press, Jakarta: 940-1010.

    Nandi, I., M. Bari, H. Joshi. 2003.Study of isopropyl myristatemicroemulsion systems contain-ing cyclodextrins to improve thesolubility of 2 model hydropho-bic drugs. AAPS PharmSciTech. 4(1): artikel 10.

    Paul, B.K., S.P. Moulik. 2001. Usesand applications of microemul-sions. Current Science. 80 (8): 990-1001.

    Ping Li, A. Gosh, R.F. Wagner, S.Krill, Y.M. Joshi, A.T.M. Sera-juddin. 2005. Effect of combineduse of nonionic surfactant on for-mation of oil-in-water micro-emulsions. International Journal ofPharmaceutics. 288 (1): 27-34.

    Reynold, J.E.F. (ed.). 1982. Martin-dale the extra pharmacopoeia.28th ed. The Pharmaceutical Press,London: 261-262.