147229402-sop-gizi-rsd

Upload: margaret-elisabeth-manik

Post on 13-Oct-2015

157 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SOP Gizi RSD

TRANSCRIPT

  • PERENCANAAN ANGGARAN BELANJA

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Perencanaan anggaran yang berkaitan dengan anggaran belanja untuk menyelenggarakan makanan

    institusi (rumah sakit) yang sebaiknya direncanakan setahun sebelumnya.

    Tujuan : Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan anggaran dana yang dibutuhkan dalam setahun untuk

    penyelanggaraan makan rumah sakit.

    PROSEDUR

    1. Perencanaan anggaran belanja rumah sakit meliputi bahan makanan, peralatan, pemeliharaan, perbaikan alat,

    dan bahan bakar.

    2. Apabila harga pasar cukup stabil maka petunuk harga tahun sebelumnya dijadikan patokan.

    3. Apabila direncanakan peralatan yang baru, dipertimbangkan biaya yang tersedia dengan macam dan model

    peralatan

    4. Dalam perencanaan anggaran belanja diperlukan pencatatan dan pelaporan.

    5. Apabila ada penggolongan atau klasifikasi konsumen, maka dalam pencatatan dan pelaporan biaya dipisah

    menurut golongan.

    6. Perhitungan unit harga per porsi makanan dilakukan untuk satu putaran menu

    7. Apabila harga bahan makanan tidak stabil,maka harga per porsi perputaran menu, akan memberikan

    perbandingan harga pada setiap putaran menu.

    8. Dalam perencanaan anggaran belanja dibutuhkan data- data mengenai :

    Macam dan jumlah bahan makanan yang ada

    Macam dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan untuk berbagai golongan konsumen

    Jumlah taksiran bahan makanan yang akan dibeli

    Jumlah konsumen yang makan menurut macamnya

    Kalkulasi total biaya

    Pengusulan anggaran belanja setahun

    Unit terkait : Bidang pelayanan, Instalasi Gizi dan Bagian Perencanaan Keuangan

  • PERENCANAAN MENU

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Perencanaan mengenai menu makanan yang akan disajikan dalam institusi rumah sakit.

    Tujuan : Dengan menu yang terencana dengan baik, akan membuat petugas dapat menyajikan variasi

    hidangan yang menyegarkan dan dapat membantu dalam proses pemulihan pasien.

    PROSEDUR

    1. Perencanaan menu akan baik hasilnya bila dilakukan oleh suatu kelompok (panitia kerja) yang terdiri dari

    mereka yang yang banyak berkaitan dalam penyelenggaraan makanan.

    2. Dalam penyelenggaraan menu perlu diperhatikan hal- hal berikut :

    Kebutuhan gizi orang /pasien yang dilayani, yang diperkirakan dengan menggunakan Daftar

    Kecukupan Gizi

    Peraturan dan macam rumah sakit, yang menyangkut kebijakan dan anggaran belanja bahan

    makanan, prosedur, pembelian bahan makanan, penggunaan atau pemakaian bahan makanan.

    Kebiasaan makan, menu sedapat mungkin disesuaikan dengan kebiasaan makan sebagian besar

    masyarakat yang dilayani.

    Macam dan jumlah orang yang dilayani, sehingga semakin banyak pula variasi menu yang akan

    disajikan.

    Peralatan dan perlengkapan dapur yang tersedia

    Macam dan jumlah pegawai , perhitungan ini dimaksud agar pekerjaan memasak dapat diselesaikan

    tepat pada waktunya.

    Macam pelayanan yang diberikan

    Musim/iklim dan keadaan pasar

    Keuangan yang tersedia

    3. Menulis bahan lauk pauk dari hewani, karena merupakan bagian yang penting dan paling mahal harganya,

    diikuti pula dengan lauk pauk nabati, golongan sayuran, buah, dan dipersiapkan pula makanan selingan.

    4. Untuk perencanaan menu diperlukan buku- buku atau standar resep.

  • Unit terkait : Bidang pelayanan, Instalasi Gizi dan Perencanaan Keuangan

    PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y.Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Suatu rangkaian kegiatan untuk menetapkan macam dan jumlah bahan makanan dengan kualitas

    yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu dalam upaya melaksanakan kegiatan pengadaan

    makanan di rumah sakit.

    Tujuan : Untuk mengetahui perkiraan macam dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan dalam

    penyelenggaraan makanan di rumah sakit.

    PROSEDUR

    1. Menggunakan standar makanan pasien yang tercantum dalam Buku Ahli Diit yang dikeluarkan oleh Persatuan

    Ahli Gizi Indonesia dan Bagian Gizi RSCM 1968.

    2. Jumlah dan macam pasien atau pegawai yang duberi makan,diambil data 1-2 tahun terakhir serta rata- rata

    jumlah porsi yang disajikan selama 3-6 bulan terakhir.

    3. Menetapkan menu standar

    4. Menyiapkan petunjuk pelaksanaan menu

    5. Mebuat petunjuk teknik porsi hidangan

    6. Menetapkan standar resep

    7. Petunuk penggelapan bahan makanan, dan sisa makanan matang yang tidak dapt dimakan

    8. Jumlah dan macam hari pelayanan

    9. Ada ketetapan pada hari khusus.

    Unit terkait : Bidang pelayanan, Instalasi Gizi dan Perencanaan Keuangan

  • PEMBELIAN BAHAN MAKANAN

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Suatu kegiatan yang dilakukan yaitu pembelian bahan makanan yang dibutuhkan dalam proses

    penyelenggaraan makanan di rumah sakit.

    Tujuan : Untuk pertimbangan dan pengawasan dalam memenuhi penyelenggaraan makanan rumah sakit

    PROSEDUR

    1. Berdasarkan ketentuan pemerintah bahwa proses pembelian bahan makanan di rumah sakit dilakukan secara

    kontrak berdasarkan pelelangan.

    2. Kebutuhan bahan makanan yang akan dilelangkan, sebelumnya dikonsultasikan dengan direktur guna

    pengecekan dan ketepatan sesuai anggaran yang tersedia.

    3. Pihak- pihak pelelangan mempersiapkan ketentuan- ketentuan yang jelas mengenai pokok- pokok perjanjian

    dengan rekanan,persyaratan dan ketentuan tentang pembayaran, persyaratan dan spesifikasi bahan

    makanan, harga standar, jangka waktu penyelesaian kontrak, penetapan sanksi bila bila rekanan tidak

    memenuhi kewajiban, status hukum, hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam perjanjian kontrak.

    4. Dalam menetapkan perjanjian dengan rekanan transportasi, jadwal pengiriman bahan makanan, serta

    pembelian bahan makanan bila suatu waktu dibutuhkan.

    5. Pihak instalasi gizi harus memberikan contoh atau spesifikasi bahan makanan yang diharapkan dari rekanan.

    6. Harus ada prosedur pelelangan yang jelas.

    7. Persiapan- persiapan yang perlu dilakukan sebelum menghadapi penawaran pembelian bahan makanan :

    Mempersiapkan daftar kekuatan pasien selama 1-2 tahun terakhir

    Mempersiapkan harga bahan makanan 1-2 tahun sebelumnya dan memperhitungkan kenaikan

    harga

    Daftar kebutuhan makanan pasien

  • Menu makanan pasien

    Standar porsi yang ditetapkan

    Daftar standar harga pasar pada saat itu

    Laporan tentang kandite rekanan yang ada saat itu

    Perencanaan pemesanan bahan makanan (harian.dua kali seminggu,satu kali seminggu,dua kali

    sebulan,satu kali sebulan,satu kali tiga bulan,dan pemesananan menurut kebutuhan tah terduga)

    Unit terkait : Bidang pelayanan,Instalasi Gizi dan Perencanaan Keuangan

  • PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima

    dari pihak rekananan, kemudian dibawa ke ruang penyimpanan, gudang/ ruang pendingin

    Tujuan :Untuk mempertahankan mutu makanan

    PROSEDUR

    1. Semua kelas rumah sakit harus memiliki ruang penyimpanan bahan makanan kering dan ruang pendingin,

    serta ruang pembeku (freezer)

    2. Prosedur penyimpanan bahan makanan kering adalah :

    Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan ataupun urutan

    pemakaian bahan makanan

    Menggunakan bahan yang diterima lebih dahulu (FIFO)

    Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan dibagian penyimpanan

    bahan makanan kering.

    Gudang harus selalu dikunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu- waktu yang

    ditentukan.

    Semua bahan makanan terletak pada rak bertingkat, makanan yang berbobot besar diatas rak yang

    cukup kuat, 15 cm dari lantai, 10 cm dari dinding,serta 50 cm dari langit- langit. Bahan makanan yang

    berat ini hendaknya disusun berseling agar ada sirkulasi udara yang baik.

    Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat yang tertutup dan terbungkus rapat serta tidak

    berlubang.

    Bahan makanan yang jatuh atau tumpah harus segera dibersihkan.

    Sampah dari kertas harus segera dibuang

    Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar pada 19-21 derajat selsius.

    Pembersihan ruangan secara periodic, 2 kali seminggu

  • Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara periodik dengan

    mempertimbangkan keadaan ruangan

    Semua lubang yang ada digudang harus berkasa.

    3. Prosedur penyimpanan bahan makanan basah adalah :

    Suhu tempat harus betul- betul sesuai dengan keperluan bahan makanan agar tidak rusak

    Pengecekan terhadap suhu harus dilakukan 2 kali sehari dan pembersihan dilakukan setiap hari

    Pencairan es pada lemari pendingin harus segera dilakukan setelah terjadi pengerasan

    Semua bahan makanan yang akan dimasukkan dalam lemari pendingin harus dibungkus plastic atau

    kertas timah

    Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan makanan yang tidak berbau

    Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul- betul diperhatikan, khusus buah harus

    diperhatikan sifat/karakter buah tersebut sebelum dimasukkab ke lemari pendinding sebab ada jenis

    makanan tertentu yang tidak memerlukan pendinginan

    Unit kerja : Bidang pelayanan, Instalasi Gizi dan Perencanaan Keuangan

  • TEKNIK PERSIAPAN BAHAN MAKANAN

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Serangkaian kegiatan dalam rangka mempersiapkan bahan- bahan makanan serta bumbu- bumbu

    sebelum dilakukan kegiatan pemasakan.

    Tujuan : Untuk mempermudah dan memperlancar proses pengolahan

    PROSEDUR

    1. Kegiatan dalam penanganan bahan makanan meliputi proses mengumbah, meracik, memotong tipis,

    mengupas, mengayak, mengocok, menepung, mengaduk, memabnting, merendam, dan sebagainya.

    2. Dalam teknik persiapan bahan makanan harus pula memperhatikan kualitas bahan makanan, spesifikasi,

    bahan makanan yang dibeli serta perkiraan porsi bahan makanan yang dapat dimakan.

    3. Dalam pembuatan bumbu diperhatikan cara atau teknik mencampur bumbu sehingga dapat

    menghasilkan bumbu yang tepat dan cara kerja yang benar.

    4. Cara penanganan bahan makanan ini jelas tercantum dalam standar resep yang dipakai

  • PENGATURAN PEMASAKAN MAKANAN

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Serangkaian kegiatan dalam proses pengadaan makanan di rumah sakit yang berkaitan dengan

    proses pemasakan bahan makanan

    Tujuan : Meningkatkan nilai gizi, rasa, rupa, flavor, nilai cerna dan keamanan makanan yang dimakan.

    PROSEDUR

    1. Pemasakan makanan dilakukan dengan berbagai cara seperti membakar, merebus, menggoreng,

    mengetim, menyemur, mengukus atau mengkombinasi cara- cara tersebut diatas.

    2. Dalam proses pemasakan perlu memperhatikan standar kualitas seperti penampilan (warna, tekstur,

    porsi, bentuk bahan makanan, dan pengaturan) dan rasa (suhu, bumbu, kerenyahan, keempukan, aroma,

    dan tingkat kematangan)

    3. Standar resep juga diperlukan untuk mencapai standar kualitas makanan yang baik.

    4. Pada proses pemasakan daging perlu memperhatikan sifat dan macam daging yang digunakan, pada

    umunya pemasakan daging membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam, tapi khusus untuk daging bagian paha

    dan bokong diperlukan waktu 1-2 jam.

    5. Pemaskan unggas memerlukan waktu sekitar 1-2 jam dengan suhu 150- 163 derajat selsius.

    6. Proses pemasakan ikan dan kerang relative singkat yaitu sekitar 10-25 menit, tetapi sebelum dilakukan

    proses pemasakan perlu direndam dalam air cuka dan garam untuk mengurangi bau amis.

    7. Pemasakan telur memerlukan waktu 2- 13 menit tergantung tebalnya lapisan kulit telur.

    8. Kacang- kacangan sebelum diolah lebih lanjut perlu dilakukan perendaman selama 6-24 jam agar proses

    pemasakan dapat dipercepat, sedangkan bahan makanan hasil olahan kacang- kacangan masih diperlukan

    waktu pemasakan - 1 jam.

    9. Proses pemasakan sayuran yang paling penting adalah jumlah cairan, suhu, serta waktu pemasakan,

    sayuran hijau sebaiknya dimasak dlam air mendidih, dalam jumlah cairan yang cukup, tempat tertutup,

    sehingga dihasilkan warna sayuran yang hijau, sayuran kuning yang mengandung banyak karotin perlu

    sangat diperhatikan lama waktu pemasakannya, sayuran merah yang banyak mengandung antocyanin

    harus dimasak sendiri menggunakan sedikit cairan dengan waktu dan suhu yang tepat, sedangkan untuk

  • sayuran yang berbau kuat dimasak dalam tempat terbuka agar bau yang keras dapat berkurang dan

    menguap.

    Unit Terkait : Bidang pelayanan, Instalasi Gizi dan Perencanaan Keuangan

  • CARA PELAYANAN DAN DISTRIBUSI MAKANAN

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Suatu metode/ cara yang digunakan untuk transport/membawa makanan dari tempat pemasakan

    ke tempat distribusi dan akhirnya sampai ke tempat pasien

    Tujuan : Untuk mempermudah dan memperlancar transport makanan ke pasien

    PROSEDUR

    1. Cara distribusi makanan di rumah sakit adalah dengan prose sentralisasi dan desentralisasi, dimana proses

    sentralisasi makanan tiap pasien langsung dibagikan pada tiap alat makan pasien di pusat penyelenggara

    makanan (instalasi gizi), dan proses desentralisasi dimana semua makanan dibawah kedapur ruang

    perawatan pasien dalam jumlah banyak/ besar, selanjutnya dibagikan kea lat makan masing- masing

    pasien.

    2. Penyajian makanan yang banyak digunakan adalah :

    Pelayanan makanan dalam piring, mangkok, piring lauk serta tempat buah atatu snack dan

    minuman

    Plato atau baki dari alumunium atatu stainlesstel yang bersekat enam buah, sesuai dengan jenis

    hidangan

    Rantang- rantang

    Piring stainlesstel bulat bersekat enam buah sesuai jenis hidangan yang dirancang.

    Unit Terkait : Bidang pelayanan, Instalasi Gizi dan Perencanaan Keuangan

  • PENCATATAN,PELAPORAN DAN EVALUASI

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG

    Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

    Dr.Marsiana Y. Halek

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Pengertian : Serangkaian kegiatan pengumpulan, dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit

    dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi

    rumah sakit dan pengambilan keputusan.

    Tujuan : Sebagai pertanggungjawaban setiap kegiatan yang telah dilakukan

    PROSEDUR

    1. Pencatatan pelaporan ketenagaan/ personel instalasi gizi

    Pencatatan harian daftar hadir pegawai, waktu masuk dan pulang kantor

    Laporan tahunan DP3 yang harus dikirimkan kebagian kepegawaian

    Laporan tahunan pegawai

    2. Pencatatan pelaporan tentang perlengkapan peralatan instalasi gizi

    Membuat kartu peralatan yang memuat tentang nama alat, model, tahun, tanggal digunakan,

    dan perlakuan lain tentang alat tersebut

    Buku besar tentang nama, jumlah, model, dan keterangan tentang perlengkapan dan peralatan

    yang dimiliki

    Formulir untuk melaporkan kerusakan peralatan atatu permohonan pergantian peralatan,

    perlengkapan atau penambahan peralatan

    Formulir pelaporan peralatan , perlengkapan dilakukan setiap 3 bulan atatu tahunan

    3. Pencatatan pelaporan tentang penggunaan anggaran belanja bahan makanan

    Pencatatan dan tabulasi tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian untuk pasien

    selama satu putaran

    Rekapitulasi tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan bulanan, tribulan, dan tahunan

    Perhitungan harga pemakaian bahan makanan perorangan perhari rata- rata dalam satu putaran

    menu

    Pelaporan tentang konduite rekanan tahunan

    4. Pencatatan pelaporan kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap

    Pencatatan harien pasien di ruang rawat atau buku catatan makan pasien

    Formulir permintaan makanan pasien harian

  • Laporan bulanan tentang macam dan jumlah penyuluhan gizi yang diberikan setiap bulan

    Laporan tahunan kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap tentang macam kegiatan yang

    dicakup, macam dan jumlah penyuluhan gizi yang diberikan selama setahun

    5. Pencatatan pelaporan kegiatan penyuluhan/ konsultasi dan rujukan gizi

    Pencatatn harian nama, diagnose, dan macam diit pengunjung atau yang dirujuk

    Formulir atau leaflet/ booklet berbagai diit khusus dan makanan sehat

    Formulir rujukan kasus gizi

    Unit terkait : Bidang pelayanan dan Instalasi Gizi

    Breathing Management (Pengelolaan Fungsi Pernapasan)

    Definisi Tatalaksana

    Pengelolaan fungsi pernapasan bertujuan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan atau bantuan napas untuk menjamin kecukupan Oksigen dan pengeluaran gas karbon dioksida. DIAGNOSA : Ditegakan bila tidak didapatkan tanda-tanda adanya pernapasan dengan metode : Look Listen Feel dan telah dilakukan pengelolaan pada jalan napas (airway) tetapi tetap tidak didapatkan adanya pernapasan atau pernapasan tidak memadai. Penilaian fungsi pernapasan dapat kita bagi menjadi empat yaitu : Pernapasan Normal Sikap : mempertahankan jalan napas tetaap bebas, menjaga agar fungsi napas tetap normal. Distress nafas Sikap : mempertahankan jalan nafas tetap bebas, memberi tambahan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien, kalau perlu memberi bantuan dan mencari penyebab. Henti Nafas (apneu) Sikap : mempertahankaan jalan nafas tetap bebas dan memberi nafas buatan pada pasien Henti nafas dan henti Jantung SIkap : RPJO, pijat jantung dan nafas buatan PEMBERIAN NAFAS BUATAN Pada pasien yang henti nafas, maka kita harus memberikan pernapasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Diagnosa henti nafas ditegakan bila tidak didapatkan tanda tanda adanya pernapasan dengaan metode Look Listen Feel dan telah dilakukan pengelolaan pada jalan nafas (airway) tetapi tetap tidak didapatkan adanya pernapasan atau pernapasan yang tidak memadai (gasping). Pemberian nafas buatan dapat dilakukan dengan alat ataupun tanpa alat. Pemberian Nafas buatan tanpa alat Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hudung, tidak perlu berlebihan, tiupan nafas baik tanpa alat (mouth to mouth) maupun dengan alat (mouth to mask, BVm, Jackson Ress) cukup sampai dengan dada naik dan diselingi ekshalasi. TEHNIK MEMBERIKAN NAFAS BUATAN Nafas buatan dari mulut ke mulut Nafas buatan dari pocket masluk ke mulut (tanpa alat) (dengan alat)

  • PEMBERIAN NAFAS BUATAN DENGAN ALAT Memberikan pernafasan buatan dengan alat dauapat dilakukan dengan bantuan pocket mask atau face mask yang ditiup dengan mulut penolong, BMV (Bag Valve Mask ) atau Ambu Bag (self inflating bag) atau dengan alat yang popular denga nama Jackson Rees(non self inflating bag). Pada alat tersebut dapat ditambahkan oksigen dengan aliran (flow) tertentu. Pernafasan buatan atau bantuan nafas yang berkepanjangan diberikan dengan menggunakan alat ventilator mekanik (ventilator/respirator) Nafas buatan dari Bag-Valve-Mask ke mulut Nafas buatan dari Jackson Rees ke mulut Terapi Oksigen DEFINISI Pemberian tambahan oksigen pada pasien agar kebutuhan oksigen untuk kehidupan sel yang mempertanggungjawabkan bekerjanya fungsi organ dapat terpenuhi. Pemberian oksigen sama dengan pemberian obat. Harus tepat indikasi, dosis, waktu, cara pemberian dan waspada efek samping. Awasi pasien tidak sadar yang diberi oksigen dengan masker sering wajahnya tidak terlihat apabila pasien tersebut muntah, siapkan penghisap. Monitoring A B C dan aliran oksigen (lpm). Oksigen menyebabkan mukosa kering, diperlukan humidifier pada pemberian O2 > 30 menit namun apabila diperlukan aliran (flow) O2 yang tinggi (> 6 liter per menit ) tidak diperlukan humifidier. Jelaskan kepada pasien apa akan anda lakukan serta tujuan perlakuan tersebut. Konsentrasi oksigen atau tepatnya disebut sebagai FiO2 (Fraction Inspired Oxygen) tergantung dari jenis alat dan flow rate (liter permenit) yang diberikan. Kondisi pasien menentukan keperluan dan konsentrasi oksigen yang diperlukan. Pada prinsipnya semua keadaan gawat darurat memerlukan tambahan oksigen, paling tidak FiO2 : 60 % TEHNIK PEMBERIAN Terapi Oksigen dan bantuan pernafasan dapat dilakukan dengan perbagai cara dan alat. Penggunaan nasal prong (oxygen canule ) Penggunaan masker dengan atau tanpa reservoir bag Penggunaan pipa bersayap (flange tube) Penggunaan balon otomatis dengan katup searah (The Self inflating bag and valve device) Pengunaan ventilator mekanik Untuk kasus kasus henti nafas disertai henti jantung dilakukan resusitasi jantung paru (RPJO atau BLS). Tindakan pijat jantung luar dn pernafasan buatan dengan/tanpa alat. Kondisi yang memerlukan tambahan oksigen dengan atau tanpa bntuan nafas yang lain : Sumbatan Jalan Nafas Henti Nafas Tenggelam Shock Henti Jantung Hypoventilasi (Nafas
  • PERALATAN UNTUK TERAPI OKSIGEN Nasal Kanula Masker Sederhana

    Sungkup Berbalon Jackson Ress Bag Valve Mask/Sungkup Katup Berbalon Bag Valve Mask (BVM) Sungkup Katup Berbalon PERALATAN Nasal Kanula Bag Valve mask Face Mask Flowmeter, regulator Partial rebreater mask Oksigen Non rebreater mask Venturi mask

    JENIS ALAT KONSENTRASI OKSIGEN ALIRAN OKSIGEN

    Nasal kanula 24 % - 32 % 2 4 LPM

    Simple Face Mask 40 % - 60 % 6 8 LPM

    Partial Rebreater 60 % - 80 % 8 10 LPM

    Non - rebreater 80 % - 100 % 8 10 LPM

    Venturi 24 % - 50 % 4 10 LPM

    Bag. Valve Mask :

    Tanpa Oksigen 21 % (udara)

    Dengan Oksigen 40 % - 60 % 8 10 LPM

    Dengan Reservoir 100% 8 10 LPM

    MEMBERIKAN TAMBAHAN OKSIGEN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT Nasal Kanula Tambahan Oksigen dengan Kanula. Pasien Nafas Spontan Sungkup Berbalon Tambahan oksigen dengan sungkup berbalon psien nafas spontan Sungkup Sederhana Tambahan oksigen dengan sungkup sederhana Pasien nafas spontan

  • PERALATAN UNTUK PEMBERIAN OKSIGEN DALAM

    BREATHING MANAGEMENT

    Definisi

    KOMPONEN

    Berbagai komponen yang diperlukan untuk memberikan oksigen, baik yang fixed,

    mobile, maupun portable unit

    1. SILINDER OKSIGEN tekanan 2000 PSI

    UKURAN VOL (LITER) KONSTANTE

    DURASI

    DURASI/KECEPATAN

    ALIRAN

    Kecil 300 0.16 29 menit

    Sedang 650 0.28 50 menit

    Besar 3000 1.56 4 Jam 41 menit

    Penghitungan Lama Pemakaian

    (Tek. Pada manometer 200 ) x konstante

    = Menit

    Kecepatan Aliran

    2. REGULATOR TEKANAN

    Yang menurunkan tekanan dari dalam tangki

  • Jarum manometer menunjukan sisa tek. Dalam tangki

    Atur flowmeter untuk flowrate (0- 15 LPM )

    3. HUMIFIDIER

    Untuk kelembapan oksigen

    4. ALAT PENGHISAP

    Untuk menghisap / membersihkan jalan nafas dari darah, muntahan, lender

    Dihidupkan dengan listrik, manual, vacuum/ gas

    Fixed/Portable

    PERHATIAN

    Jangan bekerja di area Emergency tanpa perlengkapan oksigen yang lengkap dan

    berfungsi baik

    Jangan melakukan penghisapan dengan alat suction dengan tenaga (power) flow

    oksigen, > 15 detik

    PERHATIKAN UNTUK KESELAMATAN

    Jangan pergunakan minyak / pelumas pada alat-alat oksigen (silinder, regulator,

    fitting, valve, kran)

    Dilarang merokok dan nyalaka api dekat area oksigen

    Jangan simpan oksigen pada >125 0 F

    Pergunakan sambungan-sambungan regular/ valve yang tepat

    Tutup rapar-rapat katup/ kran bila tidak dipakai

    Jaga silinder tidak jatuh

    Pilih posisi yang tepat saat menghubungkan katup / kran

    Yakinlah oksigen selalu ada

    Periksa dan peliharalah alat-alat yang sedang dalam perbaikan

    Pakailah oksigen dengan benar (USP United States Pharmacopeia)

  • DISABILITY

    (EVALUASI NEUROLOGIK)

    Definisi

    A.Tatalaksana

    Kita ketahui bahwa berat massa jaringan otak hanya 2 % - 3 % dari massa tubuh, namun menerima 20 % dari curah jantung (cardiac output), yaitu 50 60 cc/100 gr jaringan otak/menit/ bila aliran darah otak turun misalnya karena perdarahan hebat, shock, menjadi 10 cc/100 gram jaringan otak/menit (menurun sampai dengan 70-80 % normal) akan menyebabkan perubahan biokimia sel dan membrane yang menyebabkan perubahan fungsi otak yang menetap. Pada keadaan dimana karena berbagai sebab jantung berhenti (Cardiac Arrest) berarti sirkulasi darah keseluruh tubuh berhenti, terjadi hipoksia yang berlanjut anoksia tingkat jaringan (iskhemik) baik di otak maupun jaringan tubuh lain dan berlanjut di tingkat sel. Selama aliran darah ke otak berhenti terjadi keadaan iskhemik dan dalam waktu 2 3 menit maka sumber energy otak hanya tersisa sekitar 10 %. Tanpa bantuan resusitasi maka oksigen otak dengan cepat menurun hinga nol (anoksia) dan sel otak hanya mampu bertahan sekitar 5 menit melalui pemanfaatan metabolisme anaerob dari glucose endogen, glikogen dan keton bodies. Hal ini yang mendasari bahwa pada kondisi gawat darurat, emergency, jiwa terancam kematian, maka tindakan yang dilakukan harus cepat, tepat dan cermat dalam ukuran menit dengan sistimatika Airway Breathing Circulation. Time saving is live saving. Keadaan tersebut sangat berlainan dengan yang dialami pada kebanyakan sel jaringan tubuh, misalnya jaringan otot yang masih dapat tetap hidup tanpa oksigen(anoksia) selama beberapa menit dan kadang-kadang sampai selama 30 menit. Selama masa tersebut, jaringan sel mendapat energinya melalui proses metabolisme anaerobic. Dalam keadaan istirahat metabolism otak kira-kira sebesar 15 % dari seluruh metabolism yang terjadi atau kira-kira sebanyak 7.5 kali metabloisme rata-rata dalam tubuh yang istirahat dengan mengkonsumsi oksigen untuk 3.5 4 ml O2 /100 gr/menit. Sangat dimaklumi apabila kemampuan jaringan otak melangsungkan metabolism an-aerobik sangat kecil (5 7 menit) selama aliran darah berhenti. Salah satu penyebabnya adalah karena selain laju metabolism sel otak (neuron) yang tinggi juga disebabkan karena jumlah glikogen yang dipelukan untuk metabolism anaerob yang tersmpann dalam sel otak sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak ada. Dengan kata lain lebih banyak energy yang dibutuhkan oleh setiap sel otak daripada yang dibutuhkan oleh jaringan lain. MENILAI DERAJAT KESADARAN DENGAN METODA AVPU Dilakukan pada waktu pemeriksaan pertama (survey primer). Kontak pertama petugas kesehatan dengan pasien. Saat akan memeriksa pasien pertama kali yang harus dilakukan walaupun pasien dalam keadaan memejamkan mata adalah tegur sapa : Bapak/ibu namanya siapa? dan seterusnya baru kemudian memeriksa pasien. Alert : awake Pada manusia normal, sehat. Verbal stimulation : responds to Verbal command Kesadaran menurun, tampak mengantuk namun terbangun dengan membuka mata ketika namanya dipanggil. Contoh : kondisi pre shock, misalnya akibat perdarahan Pain stimulation : responds to Pain Kesadaran menurun, tampak mengantuk, tidak terbangun membuka mata atau menggerakan anggota tubuhnya ketika dicubit atau disakiti. Contoh : Kondisi Shock Unresponsive Tidak ada respon dengan rangsangan apapun. Kesadaran sangat menurun, tampak sangat mengantuk, lemas, lemah, tidak terbangun dengan membuka mata ketika namanya dipanggil dan bahkan tidak bereaksi apapun ketika dicubit atau disakiti bagian tubuhnya. Lanjutkan

  • B.MENILAI

    DERAJAT

    KESADARAN

    DENGAN

    METODA GCS

    GCS : Glasgow

    Coma Scale -

    Score

    dengan penilaian ukuran serta reaksi pupil. Contoh : kondisi shock berat Pada trauma atau trauma kepala penilaian penilaian kesadaran secara teliti digunakan metode Penilaian Derajat Skala Koma dari Glasgow University. Dampak langsung dari trauma kepala adalah keadaan yang disebut sebagai edema otak, tekanan intra cranial naik (cidera otak primer). Cidera ini dengan mudah akan berkembang menjadi lebih berat (cidera otak sekunder) karena factor-faktor antara lain kondisi hipoksia, hiperkarbia, hipovolemia, batuk, mengejan dan semua peningkatan tekanan intra thorax atau intra abdomen. Pada dasarnya GCS adalah menilai derajat cedera kepala dan menilai GCS berulang sangat berguna untuk meramal prognosis. Jika aka memutuskan suatu tindakan suatu tindakan pada pasien tersebut, tetapkan harga yang jika salah, tetapp tidak merugikan : Kalau GCS rendah berakibat kita harus melakukan tindakan invasive, berikan nilai rendah Kalau GCS tinggi membuat harapan yang lebih baik, berikan nilai tinggi agar upaya medic jadi maksimal dan bersemangat. GCS diukur jika pasien : tidak dibawah efek sedative, pelumpuhan otot, narkotik, alcohol, tidak hipotermia, hipotensi, shock, hipoksia. Diukur apabila survey primer sudah tuntas. PENILAIAN Penilaian GCS meliputi respons mata, bicara dan gerak. Pemeriksaan dilakukan dengan memberi rangsang nyeri yang dilakukan dengan cara menekan titik glabella atau dengan menekan keras pada kuku jari tangan pasien. Score total maksimal 15, dengan perincian E Eye Responses (4), V Verbal Responses (5), M Motoric Responses (6) pada sisi yang paling kuat. Perkecualian penilaian pada kondisi Mata bengkak E = x Intubasi V = x Paraplegia M= x dan bedakan keadaan tidak bicara atau tidak ada kontak karena tidak sadar (general dysfunction) atau aphasia (local dysfunction) E Score (kemampuan membuka mata/eye opening responses) Nilai 4 : membuka mata spontan (normal) 3 : dengan kata-kata kan membuka mata bila diminta 2 : membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri 1 : tak membuka mata walaupun dirangsang V Score (memberikan respon jawaban secara verbal/ verbal responses) Nilai : 5 : memiliki orientasi baik karena memberi jawaban dengan baik dan benar pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (nama, umur dan lain-lain) 4 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya sepsrti bingung (confused conversation) 3 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya hanya berupa kata-kata yang tak jelas (inappropriate words) 2 : memberikan jawaban berupa suara yang tak jelas bukan merupakan kata (incomprehensible sounds) 1 : tak memberikan jawaban berupa suara apapun M Score (Menilai respon motoric ekstremitas/motor responses) Nilai 6 : dapat menggerakan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan 5 : dapat menggerakan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (localized pain) 4 : respon gerakan menjauhi rangang nyeri (withdrawal) 3 : respon gerak abnormal berupa fleksi ekstremitas 2 : respon berupa gerak ekstensi 1 : tak ada respon berupa gerak TINDAKAN

  • Pada penderita tidak sadar. Pada dasarnya ditujukan pada optimalisasi aliran darah sistemik dan aliran darah otak (perfusi otak) dengan cara mencegah hipotensi, hipoksia, hiperkarbia dan mencegah kenaikan tekanan intracranial. Semua tindakan jangan menyebabkan kenaikan tekanan intrakrnial, missal : tindakan suctioning Sistematika A B C Do not further harm (jangan menambah cidera) Pada trauma kepala baring kepala lebih tinggi 15

    0 30

    0 (Anti Trendelenburg)

    Cari penyebab Trauma Hipoksia hipercarbia misalnya pada kasus tidak sadar kemudian tersedak Pengaruh obat sedative, overdosis narkotik, amfetamin, ketamine, alcohol Diabetes, uremia dlsb.

    KEGIATAN PELAYANAN GIZI DI RUANG RAWAT INAP

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

  • Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Dr.Marsiana Y. Halek

    Pengertian : Rangkaian kegiatan yang dimulai dari upaya perencanaan penyusunan diit pasien hingga

    pelaksanaan evaluasinya di ruang perawatan.

    Tujuan : Untuk menberikan terapi diit yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya mempercepat

    penyembuhan melalui penyediaan makanan khusus.

    PROSEDUR

    1. Mengumpulkan data pasien seperti :

    Berat badan, tinggi badan, umur

    Anamnesa diit

    Kesulitan sehubungan makanan

    Keluhan lain sehubungan makanan

    Diit sebelum sakit

    Pola kebiasaan makan

    2. Merencanakan program diit bersama pasien

    3. Pelaksanaan diit (pemesanan ke instalasi, penyuluhan gizi, penyajian makanan)

    4. Monitoring dan evaluasi

    5. Mengikuti kunjungan keliling dengan dokter

    6. Mengikuti rapat/ diskusi tim kesehatan di ruang rawat bila ada

    7. Melakukan perubahan diit sesuai dengan permintaan dokter

    Unit terkait : Bidang keperawatan dan Instalasi Gizi

    PENYULUHAN/ KONSULTASI DAN RUJUKAN GIZI

    NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

    RSUD KOTA KUPANG Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

  • Jl.Timor Raya No.134

    Pasir panjang- Kupang

    STANDAR

    OPERASIONAL

    PROSEDUR

    Dr.Marsiana Y. Halek

    Pengertian : Proses belajar untuk mengembangkan pengertian dan sikap yang positif terhadap gizi agar yang

    bersangkutan membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baikdalam kehidupan sehari- hari.

    Tujuan : Menjadikan cara- cara hidup sehat sebagai kebiasaan sehari- hari pasien dan masyarakat rumah

    sakit

    PROSEDUR

    1. Cara pendekatan dalam kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi adalah dengan cara pendekatan

    perseorangan, kelompok, dan missal.

    2. Metode yang dipakai adalah dengan wawancara, Tanya jawab, ceramah, konsultasi, demonstrasi,

    pameran, simulasi, peragaan atau latihan

    3. Alat peraga yang digunakan adalah food model, leaflet/ booklet, poster, dan alat lain yang disediakan

    rumah sakit.

    4. Waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan penyuluhan dan konsultasi giz adalah secara berkala

    seminggu atau sebulan sekali secara kelompok, atau 1-2 hari sebelum pasien pulang.

    Unit terkait : Bagian keperawatan dan Instalasi Gizi

    STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

    (SOP)

  • INSTALASI GIZI

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

    KOTA KUPANG

    TIM PENYUSUN :

    IDA IMELDA DAMANIK

    ENGELINA S JEHUMAN

    LAETITIA R K KUMA

    HERLINA