148534753 presus tinea pedis
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
1/23
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
2/23
2
DAFTAR ISI
BAB I. STATUS PASIEN ............................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 23
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
3/23
3
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS
Nama : Tn. H
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 2 Januari 1988
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : asrama Denhub, Bogor
Pekerjaan : TNI AD (Pratu)
Pendidikan : SMA
Status : belum menikah
Agama : islam
Tanggal Pemeriksaan : 21 Maret 2013
No. CM : 41.00.93
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis.
1.2.1 KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan gatal di kaki kiri dan kanan.
1.2.2 KELUHAN TAMBAHAN
Tidak ada
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
4/23
4
1.2.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poli kulit dengan keluhan adanya rasa gatal pada kaki kiri
dan kanan disertai rasa nyeri bila tergesek, keluhan dirasakan sejak 5 mingguyang lalu sebagai suatu lenting dengan rasa gatal yang muncul tiba-tiba pada kaki
kiri terlebih dahulu terutama pada bagian sela-sela jari kaki. Pasien mengeluhkan
rasa gatal yang sangat sehingga sering menggaruk dan akhirnya lenting tersebut
pecah dan mengeluarkan cairan bening, pasien tetap sering menggaruk sampai
timbul luka yang semakin lama semakin membesar. Keluhan muncul pada kaki
kanan setelah 1 minggu kemudian.
Pasien mengaku telah berobat 2 minggu yang lalu mendapat obat salep
dan minum, pasien merasa belum sembuh total tetapi sudah ada perbaikan seperti
keluhan pada bagian diantara ruas-ruas jari kaki. Tidak ada teman satu asrama
yang mengalami keluhan yang sama. Pasien memiliki kebiasaan sering
membiarkan kaki dalam keadaan lembab dan sering memakai sepatu boot tertutup
dalam jangka waktu lama.
1.2.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
1.2.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Per tanggal 21 Maret 2013
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah = tidak diperiksa
Nadi = 86 x/menit, teratur, isi cukup.
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
5/23
5
Pernapasan = 20 x/menit, teratur.
Suhu = tidak diukur dengan termometer
Data antropometri :
Berat Badan = 68 kg
Tinggi Badan = 175 cm
Kesan: data antropometri hanya berdasarkan informasi dari pasien
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Generalis :
Kepala : Normochephal, rambut hitam merata pendek, tidak mudah
dicabut.
Kulit : Sawo matang.
Mata : konjungtiva anemik -/-, sklera ikterik -/-, kornea jernih, iris
berwarna coklat, pupil isokor, diameter 3 mm/3mm, reflex cahaya (+/+).
Telinga: Bentuk daun telinga normal, liang telinga tidak terdapat
serumen dan tidak terdapat cairan.
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, tidak ada nafas
cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis.
Mulut : Bibir tidak sianosis, mukosa bibir basah, lidah tidak kotor.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis.
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
6/23
6
Leher : Bentuk simetris, trakea ditengah, kelenjar getah bening
tidak teraba, kelenjar tiroid teraba .
Thoraks: Bentuk normochest, simetris, tidak ada retraksi.
Paru
Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada, rhonki
tidak ada.
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba.
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi :Bunyi jantung I II reguler murni, tidak ada murmur, tidak
ada gallop.
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada lesi, tidak ada bekas luka.
Auskultasi : Bising usus positif normal.
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba benjolan, hepar tidak teraba ,
lien tidak teraba.
Perkusi :Timpani pada seluruh abdomen, shifting dullnes (-),
undulasi (-).
Ektremitas : akral hangat (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
7/23
7
1.4 STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : regio pedis (tumit) sinistra
Effluoresensi : tampak bercak eritematosa, bentuk lonjong, ukuran
4x2 cm, dengan tepi berbatas tegas disertai adanya erosi
dan skuama halus di bagian tepi.
Gambar 1. Tinea pedis regio pedis sinistra
Lokasi : regio pedis (plantar & tumit) dekstra
Effluoresensi : tampak bercak eritema, bentuk tidak teratur, ukuran
plakat, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi
dan skuama halus di bagian tepi.
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
8/23
8
Gambar 2. Tinea pedis regio pedis dekstra
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan mikroskopik kerokan kulit kaki menggunakan larutan
KOH 10% didapatkan hasil hifa (+).
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
9/23
9
Gambar 3. Pemeriksaan KOH 10% hifa (+)
1.6 RESUME
Pasien Tn. H, laki-laki, usia 25 tahun, dengan keluhan rasa gatal pada kaki
kiri dan kanan disertai rasa nyeri bila tergesek, sejak 5 minggu yang lalu yang
dirasakan sebagai suatu lenting dengan rasa gatal yang muncul tiba-tiba pada kaki
kiri terlebih dahulu. Keluhan muncul pada kaki kanan setelah 1 minggu
kemudian. Pasien memiliki kebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan
lembab dan sering memakai sepatu boot tertutup dalam jangka waktu lama.
Dari pemeriksaan fisik tanggal 21 Maret 2013, didapatkan keadaan umum
baik dan kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital dan status generalis dalam
batas normal.Status dermatologikus, pada regio pedis sinistra, tampak bercak
eritema, bentuk lonjong, ukuran 4x2 cm, dengan tepi berbatas tegas disertai
adanya erosi dan skuama halus di bagian tepi. Pada regio pedis dekstra, tampak
bercak eritema, bentuk tidak beraturan, ukuran plakat, dengan tepi berbatas tegas
disertai adanya erosi dan skuama halus di bagian tepi.Dari pemeriksaan
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
10/23
10
mikroskopik kerokan kulit kaki menggunakan larutan KOH 10% didapatkan hasil
hifa (+).
1.7 DIAGNOSIS
Tinea Pedis
1.8 DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada
1.9 PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa :
o Edukasi untuk menjaga kaki tetap kering dan sering mengganti
kaos kaki.
Medikamentosa :
o Sistemik : Ketoconazole peroral 1x200mg selama 14
hari
o
Topikal : Miconazole krim 2% 3x oles sehari selama 1
bulan
1.10 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
11/23
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA PEDIS
2.1. PENDAHULUAN
Istilah dermatofitosis harus dibedakan dengan dermatomikosis.
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk atau stratum korneum pada lapisan epidermis di kulit, rambut dan kuku
yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.Dermatomikosis merupakan
arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit.(1)
Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai
sela jari dan telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis
dianggap sebagai tinea korporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki
karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah tropis yang lembab
mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih nyata pada sela
jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena. Kenyataaannya,
tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak menggunakan sepatu.
Sinonim dari tinea pedis adalahfoot ringworm, athlete foot, footmycosis. (2,3)
2.2. EPIDEMIOLOGI
Tinea pedis terdapat di seluruh dunia sebagai dermatofitosis yang paling
sering terjadi. Meningkatnya insidensi tinea pedis mulai pada akhir abad ke-19
sehubungan dengan penyebaranTrichophytonrubrumke Eropa dan Amerika. Hal
ini dipengaruhi oleh perjalanan orang keliling dunia, pendudukan koloni oleh
Inggris dan Perancis pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan migrasi penduduk
selama perang dunia kedua. Beberapa penulis berspekulasi bahwa area endemik
spesies ini bermula di Asia Tenggara.(2)
http://www.blogger.com/goog_1992697295http://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://www.blogger.com/goog_1992697295http://www.blogger.com/goog_1992697295 -
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
12/23
12
Tingkat prevalensi tinea pedis secara nyata diketahui karena pasien tidak
mencari nasihat medis kecuali kualitas hidup mereka dipengaruhi, karena ini
bukan penyakit yang mengancam jiwa. Diperkirakan 10% dari jumlah
penduduk di banyak negara menderita penyakit ini. Frekuensi tinea pedis di Eropa
dan Amerika Utara berkisar 15-30% dan pada beberapa masyarakat tertentu lebih
tinggi, misalnya buruh tambang (sampai 70%) dan atlit. Tinea pedis lazim
ditemukan pada daerah beriklim tropis dan sedang. (2,3,5)
Tinea pedis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak remaja
terutama pada laki-laki dan jarang pada perempuan dan anak-
anak. Kemungkinan infeksi berkaitan dengan paparan ulangan dermatofita
sehingga orang yang menggunakan fasilitas mandi umum seperti pancuran, kolam
renang, kamar mandi lebih cenderung terinfeksi.(2-4)
2.3. ETIOLOGI
Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton
rubrum (paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans(sering padaanak)danEpidermophyton floccosum.(22) T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi
yang hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada
kaki; T.mentagrophyteseringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih
meradang sedangkanE. floccosumbisa menyebabkan salah satu diantara dua pola
lesi diatas. (1-4)
2.4. PATOGENESIS
Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi
jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinarultraviolet, variasi suhu dan
kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan
sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora
harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat
daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
13/23
13
proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma
dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru
muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk
kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga penghambatan
pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat peradangan sangat
tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh. (4)
Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam
pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari
merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80%
dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat
onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada di mana-mana dan
sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan di lingkungan sekitar manusia
seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi dan karpet.(2)
Bukti eksperimen menunjukkan bahwa pentingnya faktor maserasi pada
infeksi dermatofita sela jari. Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan
jamur dan merusak stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan flora
bakteri secara serentak mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat buktitambahan bahwa selama beberapa episode simtomatik pada tinea pedis kronik,
bakteri seperti coryneformbisa berperan sebagai ko-patogenesis penting, tetapi
apakah bakteri tersebut membantu memulai infeksi baru masih belum diketahui. (2)
2.5. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe:
1. Interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV
dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat
meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena
daerah ini lembab, maka sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa
kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
14/23
14
terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur.(1)Jika
perspirasi berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.(7) Bentuk klinis ini
dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama
sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi
selulitis, limfangitis dan limfadenitis.(1)
Gambar 4. Tinea pedis tipe interdigiti*
2. Moccasin foot(plantar)
Tinea pedis tipe moccasinatau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnyabersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang
disebutfoci. (7)Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian
tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang
vesikel.(1) Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten terhadap
pengobatan. (6)
Gambar 5. Tinea pedis pada telapak kaki
http://1.bp.blogspot.com/-o_CTCfWf2jY/T7wVEykQIcI/AAAAAAAAAEI/NNAw9ea_Vyo/s1600/nfgn.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-QTV2ZZPPJAA/T7wVAVLILzI/AAAAAAAAAD4/_wR-SDrKO2s/s1600/ff.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-o_CTCfWf2jY/T7wVEykQIcI/AAAAAAAAAEI/NNAw9ea_Vyo/s1600/nfgn.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-QTV2ZZPPJAA/T7wVAVLILzI/AAAAAAAAAD4/_wR-SDrKO2s/s1600/ff.png -
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
15/23
15
3. Lesi Vesikobulosa
Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang
bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari,kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Setelah pecah, vesikel
tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret.
Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat. Infeksi sekunder dapat
terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai
erisipelas. Jamur juga didapati pada atap vesikel.(1,6,7)
Gambar 6. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kaki
4. Tipe Ulseratif
Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke dermis akibat
maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-sela jari; dapat
dilihat pada pasien yang imunokompromais dan pasien diabetes. (3)
Gambar 7. Tinea pedis tipe ulseratif
http://1.bp.blogspot.com/-NIbwLg55oCU/T7wU-DcQ52I/AAAAAAAAADw/vZeN7ZnPXMM/s1600/btfgbfgnb.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-Qdc9Jaer6xc/T7wVCg4uJlI/AAAAAAAAAEA/MakSJ6-5n4Q/s1600/gfnfcgb.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-NIbwLg55oCU/T7wU-DcQ52I/AAAAAAAAADw/vZeN7ZnPXMM/s1600/btfgbfgnb.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-Qdc9Jaer6xc/T7wVCg4uJlI/AAAAAAAAAEA/MakSJ6-5n4Q/s1600/gfnfcgb.png -
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
16/23
16
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit akan
terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis dermatofitosis.KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa akan jelas
kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian tepi kelainan sampai dengan
bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dikerok dengan pisau tumpul steril dan
diletakkan di atas gelas kaca, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan
ditunggu selama 15-20 menit untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan
pemanasan. Tinea pedis tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk
mendeteksi hifa.(1)
Gambar 8. KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)
2. Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan dan
menentukan spesis jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan
klinis pada media buatan.
3. Yang dianggap paling baik adalah medium agar
dekstrosa Sabouraud. Media agar ini ditambahkan dengan antibiotik
(kloramfenikol atau sikloheksimid).
http://4.bp.blogspot.com/-Jd66k7m9qOc/T7wWhYhsx_I/AAAAAAAAAEo/2IwQQMp9Szc/s1600/fer.png -
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
17/23
17
Gambar 9. Trichophyton rubrum; koloniDowny
4. Pemeriksaan histopatologi, karakteristik dari tinea pedis atau tinea manum
adalah adanya akantosis, hiperkeratosis dan celah (infiltrasi perivaskuler
superfisialis kronik pada dermis).
Gambar 10. Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa pada lapisan superfisialdari epidermis
5. Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalu
bermakna karena banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi kecuali pada
tinea kapitis yang disebabkan olehMicrosporum sp.Pemeriksaan ini dilakukan
sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk mengetahui lebih jelas daerah yang
terinfeksi.
http://1.bp.blogspot.com/-laj6ArNmw5Q/T7wWlqsFXVI/AAAAAAAAAE4/CBLVcJC7kp4/s1600/gvesrverv.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-LDYJuPna7lM/T7wWkP82mXI/AAAAAAAAAEw/ozMP6hgMeIY/s1600/gersgvserdv.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-laj6ArNmw5Q/T7wWlqsFXVI/AAAAAAAAAE4/CBLVcJC7kp4/s1600/gvesrverv.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-LDYJuPna7lM/T7wWkP82mXI/AAAAAAAAAEw/ozMP6hgMeIY/s1600/gersgvserdv.png -
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
18/23
18
2.6. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas.
Pemeriksaaan laboratorium berupa a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% ditemukan hifa yaitu double conture(dua garis lurus sejajar dan transparan),
dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan artrokonidia yaitu
deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila
klinis menyokong. b) Kultur ditemukan dermatofit.
2.7. PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN
2.7.1. Antifungal Topikal
Obat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir.
Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadi dermatitis
kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau komponen yang lain. (3)
a. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok
pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada dermatofit dankandida.
(1)
Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan menghambat
pertumbuhan bentukyeastjamur. Obat dioleskan dua kali sehari dan
diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini dapat terjadi
rasa terbakar, eritema, edema dan gatal.
Ketokonazole 2 % krim merupakan antifungal berspektrum luas
golongan Imidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkankomponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel
jamur. Obat diberikan selama 2-4 minggu.
Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan
menghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel meningkat
yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga berakibat pada
kematian sel jamur.Lotion2 % bekerja pada daerah-daerah intertriginosa.
Pengobatan umumnya dalam jangka waktu 2-6 minggu.
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
19/23
19
b. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar
dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida. Digunakan secara lokal 2-3
kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh
jamur yang rentan dapat sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan
hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam
salisilat 10 %.
c. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luas dengan
antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat digunakan dalam
berbagai jenis jamur.
Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,
kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia dalam
bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif
dapat terjadi walaupun jarang terjadi.
d. Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga berguna
pada tinea pedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik kronik).(11)
Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang
mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1 sampai 4
minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa terbinafine 1%
memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine 10% dalam mengobati
tine pedis namun dalam dosis yang lebih kecil dan lebih aman. (17)
e. Antijamur Topikal Lainnya.
Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan asam
salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini dikenal
sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek fungistatik
sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik. Asam benzoathanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan
tanduk yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya. Dapat terjadi iritasi
ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan yang kurang
menyenangkan dari para pemakainya karena salep ini berlemak.
Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efek
fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
20/23
20
memberikan efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk salep
campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng undesilenat.
Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk
kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol.
Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1 %.
2.7.2. Antifungal Sistemik
Pemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal gagal
dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan
pemberian beberapa obat antifungal di bawah ini antara lain :
a.
Griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam
bentuk partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 g untuk orang
dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB. Lama
pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan imunitas
penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif.
Dosis harian yang dianjurkan dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik
cara pemberian dengan dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik
pada sebagian besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu
setelah penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai,
yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 %
penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus
digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat bersifat
fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.
(1)
b. Ketokonazole. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu
ketokonazole yang bersifat fungistatik. Kasus-kasusyang resisten terhadap
griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10
hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazole merupakan
kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.(1)
c.
Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapat digunakan
sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik terutama bila
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
21/23
21
diberikan lebih dari sepuluh hari. Itrakonazole berfungsi dalam menghambat
pertumbuhan jamur dengan mengahambat sitokorm P-45 yang dibutuhkan
dalam sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dalam sela
membran jamur. Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput
lendir oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam
selaput kapsul selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat
memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat menimbulkan
terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan resiko hipoglikemia).
Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipe moccasion.
d. Terbinafin. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapat diberikan
sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5 mg
250
mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai antifungal yaitu
menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol menurun. Efek samping
terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 % penderita, yang tersering gangguan
gastrointestinal di antaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan
konstipasi yang umumnya ringan. Efek samping lainnyadapat berupa
gangguan pengecapan dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan
hilang sebagian atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan
bersifat sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar
dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus.(1)Terbinafin baik digunakan pada pasien
tinea pedis tipe moccasionyang sifatnya kronik. Pada suatu penelitian ternyata
ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan terbinafine lebih efektif
dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin.
2.7.3. Pencegahan
Salah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga kaki
tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab,
menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki
telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari hindari
kontak dengan pasien yang sama. Penularan jamur ini biasanya asimptomatik,
sehingga umumnya tidak terlihat. Eradikasi jamur merupakan suatu hal yang sulit
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
22/23
22
dan membutuhkan proses yang panjang. Setelah mandi sebaiknya kaki dicuci
dengan benzoil peroksidase.
2.8. PROGNOSIS
Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa
minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut maupun
kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati dengan pengobatan oral. Walaupun
dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien
dapat terkena reinfeksi.(3)
-
8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis
23/23
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
Unandar B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. I lmu
penyakit kulit dan kelamin. 5thed. Jakarta: Balai penerbitan
FKUI; 2007. p. 89- 104.
2. Perea S, Ramos MJ, Garau M, Gonzalez A, Noriega AR, Palacio
AD. Prevalence and risk factors of tinea ungium and tinea pedis in
the general population in Spain. J Clin Microbiol2000;38:3226-30.
3.
Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Superficial fungal infections:
dermatophytosis, onychomicosis, tinea nigra, piedra. In. Freedberg IM,
Elsen AZ, Wolf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks
dermatology in general medicine. 6thed. New york: McGraw-Hill; 2003.
p.
4. Verma S, Heffernan MP. In. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general
medicine.7thed. New York: McGraw-Hill; 2008. p.1807-21.
5.
Dawber R, Bristow I, Turner W. Text atlas of podiatr ic dermatology. UK:Oxford; 2005. p. 65-6.
6. Bell-Syer SEM, Hart R, Crawford F, Torgerson DJ, Tyrrell W, Russell I.
Oral treatments for fungal infections of the skin of the foot. [Online]. 2002
Apr 22 [cited 2010 May 28]; Available from:
URL:http://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.html
7. Viklund A, Burley C. Dermatology glossary: define your skin. [Online].
2005 Nov 28 [cited 2010 June 8]; Available from:URL:http://www.chrisburley.com/
http://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.htmlhttp://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.htmlhttp://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.htmlhttp://www.chrisburley.com/http://www.chrisburley.com/http://www.chrisburley.com/http://www.chrisburley.com/http://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.html