15 adab-menuntut-ilmu-baru
TRANSCRIPT
ADAB / ETIKA MENUNTUT ILMU
Dr. H. Masyhudi AM., M.Kes
MOTTO :
TIDAK ADA YANG BISA DILAKUKAN TANPA ILMU
AL-HADIST
“Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia haruslah dengan ilmu.
Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat juga harus dengan
ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat juga harus
dengan ilmu”
Mengapa Harus dengan Ilmu ?
Suatu Perbuatan untuk bisa menjadi amal shalih / amal ibadah (mahdhah maupun ghairu mahdhah) manakala :
-Dilakukan dengan cara yang baik & benar
-Dilakukan dengan niat yang baik
Cara yang baik dan benar :
sesuai dengan ilmunya
KEDUDUKAN ORANG YANG BERILMU
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Q.S. Al-Mujadalah :11)
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
(Q.S. Az-Zumar (39) : 9)
Dalam sebuah Hadist Riwayat Bukhari & Muslim :
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk menjadi orang baik-baik, maka ia difaqihkan
dalam agama”
Arti difaqihkan adalah dipintarkan dengan ilmu
Adab / Etika dalam Menuntut Ilmu
1. NIAT IKHLAS KARENA ALLAH
DALIL
"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dipelajari hanya karena Allah, sedang ia
tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari
kiamat".( HR: Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
APA ITU NIAT ?
NIAT :
QOSHDU SYAI MUQTARINAN BIFI’LIHI
(melalukan suatu perbuatan dengan kesadaran penuh sepanjang perbuatan itu berlangsung)
Artinya :
Niat bukan hanya di awal perbuatan
Niat juga bukan hanya sekedar bacaan (membaca niat)
Niat merupakan penggabungan seluruh potensi hati, pikiran dan perbuatan
Dengan Istilah lain :
Niat adalah penggabungan seluruh potensi manusia, yang meliputi :
Potensi IQ
Potensi EQ
Potensi SQ
Karena dengan kesadaran penuh menggabungkan seluruh potensi
maka niat akan menghasilkan hubungan (rasa sambung / tuning) yang terus menerus dengan
Allah dalam melakukan setiap perbuatan
NIAT YANG BAIK = IKHSAN
(Dalam beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, dan jika tidak melihat Allah, seolah-olah engkau dilihat Allah)
IKHSAN IHKLAS
(Niat untuk mencapai ridlo Allah SWT)
Bukan niat yang terpecah (riya’)
“Maka kecelakaanlah bagi orang yang sholat. (yaitu) orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan
(menolong) barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun : 4-7)
IKHSAN & IKHLAS adalah ULTIMATE GOAL
Seseorang yang tidak bisa mencapai IKHSAN & IKHLAS dalam BELAJAR akan menimbulkan perasaan :
GELISAHTAKUT
KECEMASANKECEWA
SPIRITUAL PHATOLOGYS
INILAH MAKSUD DARI HADIS RASULULLAH :
“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niat. Dan seseorang diganjar sesuai dengan niatnya.”
(HR. Bukhari Muslim)
”Maka barang siapa hijrahnya didasari (niat) karena Allah dan Rasulullah, maka hijrahnya akan sampai diterima oleh Allah dan Rasulullah. Dan barang siapa hijrahnya
didasari (niat) karena kekayaan dunia yang akan didapat atau karena perempuan yang akan dikawini , maka
hijrahnya (tertolak) pada apa yang ia hijrah kepadanya.” (HR. Muttafaqun Alaih)
2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
DALIL
"Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat” (HR: Bukhari)
Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya:
Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari
orang lain.
3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela kebenaran
4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat
5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan
6. Menghormati para guru/ulama dan memuliakan mereka
7. Mencari kebenaran dan sabar
Bagaimana cara memilih ilmu, guru dan teman dalam belajar ??
Memilih Ilmu :Hendaknya memilih ilmu yang lebih baik dan ilmu yang sedang dibutuhkan dalam urusan agama dan dibutuhkan di masa-
masa akan datang.
Memilih Guru :Sebaiknya memilih orang yang lebih alim
(pandai),wara (menjaga harga diri) dan lebih tua.
Memilih Teman :Pilihlah teman yang rajin, wira’i (memelihara diri dari yang haram), bertabiat benar, dan
saling pengertian, jauhilah teman yang malas, banyak bicara sia-sia, perusak dan tukang
fitnah.
Menghormati Ilmu dan Menghormati Guru
adalah salah satu kunci keberkahan
ADAB DALAM MAJLIS
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”
(Q.S. Al-Mujadalah :11)
Dalil Keutamaan Penuntut Ilmu (1)
“Barang siapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah
Akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.
(HR: Muslim)
DALIL KEUTAMAAN PENUNTUT ILMU (2)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Allah jadikan ia faham dalam
masalah agama.” (Hadits shahih)
Dalil Keutamaan Penuntut Ilmu (3)
“Barangsiapa yang meniti suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, berarti dia sedang meniti suatu jalan dari jalan-jalan surga, dan
sesungguhnya malaikat membentangkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu, dan sesungguhnya keutamaan orang
yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah ibarat keutamaan bulan di malam purnama dengan seluruh bintang, dan
sesungguhnya bagi orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh seluruh penghuni yang ada di langit dan yang ada di bumi dan oleh segala sesuatu hingga ikan-ikan yang ada di dalam air. Para
ulama adalah pewaris para Nabi, sedangkan Nabi tidaklah mewariskan dirham ataupun dinar, mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mendapatkannya berarti dia telah mendapatkan
keuntungan yang berlimpah”. (Hadits Shahih)
Dalil Keutamaan Ilmu (4)
“Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak menyukai bila seseorang iri terhadap suatu nikmat yang telah Allah karuniakan kepada orang lain kecuali dalam dua nikmat, yakni:Penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya & pedagang yang bersedia mengeluarkan hartanya untuk diabdikan kepada Islam”.
(Al-Hadis)