150747612-pbl-2-kedkel

48
I. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KELUARGA I.1. DEFINISI Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli : a. Reisner (1980) Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek. b. Logan’s (1979) Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain. c. Gillis (1983) Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu. d. Duvall Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. e. Bailon dan Maglaya Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama 1

Upload: diandhara-nuryadin

Post on 17-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

Page 1: 150747612-PBL-2-KEDKEL

I. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KELUARGA

I.1. DEFINISI

Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :

a. Reisner (1980)

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-

masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek

dan nenek.

b. Logan’s (1979)

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling

berinteraksi satu sama lain.

c. Gillis (1983)

Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki

tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana

unit individu.

d. Duvall

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.

e. Bailon dan Maglaya

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu

sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

f. Johnson’s (1992)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang

sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu

atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang

dengan orang yang lainnya.

g. Lancester dan Stanhope (1992)

Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda

dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat

1

Page 2: 150747612-PBL-2-KEDKEL

tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara

satu dengan yang lainnya.

h. Jonasik and Green (1992)

Keluarga adalah sebuah sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat

(keanggotaan dalam keluarga dan berinteraksi dengan anggota yang lainnya).

i. Bentler et. Al (1989)

Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti

pertalian darah/ikatan keluarga, emosional, memberikan perhatian/asuhan, tujuan orientasi

kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang.

j. National Center for Statistic (1990)

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan

dengan kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah.

k. Spradley dan Allender (1996)

Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan

mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.

l. BKKBN (1992)

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri

dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya

m. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

I.2. FUNGSI

Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi

keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai ujuan keluarga

tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi

konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal. Tujuan

reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara

psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan

menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang.

2

Page 3: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi

yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan

konflik dan pemecahan masalah.

Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:

Fungsi afektif dan koping

Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam

membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.

Fungsi sosialisasi

Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping,

memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.

Fungsi reproduksi

Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.

Fungsi ekonomi

Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat

Fungsi fisik

Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

Sedangkan Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992) antara lain:

Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain

dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada

kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah

laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota keluarga

Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga

anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman

Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara

dan merawat anggota keluarga

3

Page 4: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi

anggota masyarakat yang baik

Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang

Fungsi pembinaan lingkungan

I.3. STRUKTUR

Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan

dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan

dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang

sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga.

Struktur keluarga:

1. Dominasi jalur hubungan darah

a. Patrilineal

Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku di

Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga Patrilineal.

b. Matrilineal

Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah

satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.

2. Dominasi keberadaan tempat tinggal

a. Patrilokal

Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari

pihak suami.

b. Matrilokal

Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari

istri.

3. Dominasi pengambilan keputusan

a. Patriakal

Dominasi pengambil keputusan ada pada pihak suami.

4

Page 5: 150747612-PBL-2-KEDKEL

b. Matriakal

Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa

disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-

media, massage, environtment dan reciever.

Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1. Karakteristik pengirim yang berfungsi

Yakin ketika menyampaikan pendapat

Jelas dan berkualitas

Meminta feedback

Menerima feedback

2. Pengirim yang tidak berfungsi

Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)

Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)

Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang

tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk,

normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”

Tidak mampu mengemukakan kebutuhan

Komunikasi yang tidak sesuai

3. Karakteristik penerima yang berfungsi

Mendengar

Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)

Memvalidasi

4. Penerima yang tidak berfungsi

Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar

Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”

Offensive (menyerang bersifat negatif)

Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)

5

Page 6: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Kurang memvalidasi

5. Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi

Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira

Komunikasi terbuka dan jujur

Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga

Konflik keluarga dan penyelesaiannya

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang

diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat,

misalnya status sebagai istri/suami atau anak.

Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,

sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung

dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarga.

Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk

mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.

Tipe struktur kekuatan:

Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)

Referent power (seseorang yang ditiru)

Resource or expert power (pendapat ahli)

Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)

Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)

Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)

6

Page 7: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih

misalnya hubungan seksual) Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu

proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti::

Konsensus

Tawar menawar atau akomodasi

Kompromi atau de facto

Paksaan

d. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,

mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu

pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola

perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah

kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk

menyelesaikan masalah

I.4. BENTUK/ TIPE KELUARGA

a. Tradisional

The Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak

The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu

rumah.

Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah

memisahkan diri.

The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat

waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada

wanita.

7

Page 8: 150747612-PBL-2-KEDKEL

The extended family

Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,

seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan

The single parent famili

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi

biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum

pernikahan)

Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai

tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota

keluarga pad saat ”weekend”

Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam

satu rumah.

Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling

menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi,

televisi, telepon,dll)

Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari

perkawinan sebelumnya.

he single adult living alone/single adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau

perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

b. Non-Tradisional

The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa

nikah

The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri

8

Page 9: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang

hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang

sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

The nonmarital heterosexsual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ”marital

pathners”

Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan

tertentu

Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling

merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual

dan membesarkan anak.

Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain

dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan

bertanggung jawab membesarkan anaknya

Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu

sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk

menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena

krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan

mental.

9

Page 10: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan

emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan

dan kriminal dalam kehidupannya.

Menurut Kamanto Sunarto (1993:159-160), keluarga dapat dibedakan menjadi beberapa

bentuk:

1. Berdasarkan keanggotaannya, terdiri dari keluarga batih dan keluarga luas.

2. Berdasarkan garis keturuan, terdiri atas keluarga patrilineal, keluarga matrilineal, dan

keluarga bilateral.

3. Berdasarkan pemegang kekuasaannya, terdiri dari keluarga patriarhat, keluarga

matriarhat, dan keluarga equalitarian

4. Berdasarkan bentuk perkawinan, terdiri atas keluarga monogami, keluarga poligami, dan

keluarga poliandri.

5. Berdasarkan status sosial ekonomi, terdiri atas keluarga golongan rendah, keluarga

golongan menengah, dan keluarga golongan tinggi.

6. Berdasarkan keutuhan, terdiri atas keluarga utuh, keluarga pecah atau bercerai, dan

keluarga pecah semu.

I.5. SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA

Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahapan yang mempunyai

tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya. Adapun 8 tahapan

perkembangan tersebut adalah:

1. Tahap 1

keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui perkawinan.

a. Tugas perkembangan:

Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.

Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.

Membina keluarga berencana.

b. Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan, kehamilan yang kurang

direncanakan.

10

Page 11: 150747612-PBL-2-KEDKEL

2. Tahap 2

keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia 30

bulan.

a. Tugas perkembangan:

Perubahan peran menjadi orang tua.

Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.

b. Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan

penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, tumbuh kembang dan lain-

lain.

3. Tahap 3

keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5 tahun sampai dengan 5

tahun.

a. Tugas perkambangan:

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.

Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga

harus dipenuhi.

Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga.

Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.

Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

b. Masalah kesehatan:

Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.

Masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian.

Persaingan antara kakak adik.

Pengasuhan anak.

4. Tahap 4

keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6 tahun samapi 13

tahun.

11

Page 12: 150747612-PBL-2-KEDKEL

a. Tugas perkembangan:

Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.

Meningkatkan komunikasi terbuka.

5. Tahap 5

keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun sampai 19-20

tahun.

a. Tugas perkembangan:

Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, meningkatkan

otonominya.

Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.

Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.

Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.

b. Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung.

6. Tahap 6

keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah sampai anak

terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau banyaknya anak belum menikah dan

tinggal dalam rumah.

a. Tugas perkembangan:

Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

Mempertahankan keintiman pasangan.

Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua

Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

b. Masalah kesehatan:

Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua  tidak lancar.

Transisi peran suami istri.

Memberi perawatan.

Kondisi kesehatan kronis

Masalah menopause

12

Page 13: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.

7. Tahap 7

keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.

a. Tugas perkembangan:

Mempertahankan kesehatan.

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.

Meningkatkan keakraban pasangan.

b. Masalah kesehatan:

Promosi kesehatan.

Masalah hubungan dengan perkawinan.

Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain.

Masalah hubungan dengan perawatan.

8. Tahap 8

keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pension sampai dengan dua-

duanya meninggal.

Penelitian memperlihatkan bahwa siklus hidup sebuah keluarga yang paling

menguntungkan adalah model keluarga tradisional, dan model yang lain dianggap sebagai

deviasi dari norma ini (Carter & McGoldrick, 1999). Tahap-tahap dari siklus hidup sebuah

keluarga tradisional adalah sebagai berikut:

Tahapan Tugas

Pengalaman dari

keluarga asal

Membangun hubungan dengan orang tua, saudara dan

teman-teman

Menyelesaikan sekolah

Meninggalkan rumah Membedakan diri dengan keluaga asal dan

mengembangkan hubungan sesama dewasa dengan

orang tua

Membantung hubungan pertemanan yang intim

13

Page 14: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Memulai karir/pekerjaan

Tahap pra

pernikahan

Memilih pasangan

Mengembangkan hubungan

Memutuskan untuk menikah

Tahap pasangan

tanpa anak

Mengembangkan cara hidup bersama yang didasarkan

atas realitas dan bukannya proyeksi bersama

Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dan

teman-teman, dan melibatkan pasangan

Keluarga dengan

anak kecil

Mengatur kembali sistem pernikahan dengan memberi

tempat pada keberadaan anak

Memulai peran sebagai orang tua

Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal

dengan melibatkan peran saudara dan kakek/nenek

Keluarga dengan

anak remaja

Mengatur kembali hubungan orang tua-anak untuk

memberikan tempat pada kebebasan yang lebih besar

Mengatur kembali hubungan pernikahan dan

memusatkan pada masalah tengah baya dan karir

Melepas anak Membereskan masalah paruh baya

Mengatur ulang hubungan orang tua anak secara lebih

dewasa

Mengatur kembali hubungan dengan pasangan

Mengatur kembali hubungan dengan besan, menantu,

14

Page 15: 150747612-PBL-2-KEDKEL

cucu dll.

Berurusan dengan kelemahan dan kematian, terutama

pada keluarga asal

Kehidupan usia lanjut Mengatasi penuaan fisik

Menangani peran anak yang lebih besar dalam

mengatur keluarga besar

Menangani kehilangan karena kematian pasangan dan

teman-teman

Mempersiapkan kematian, kilas balik kehidupan dan

integrasi

I.6. DINAMIKA KELUARGA

Dinamika keluarga adalah Adanya interaksi (hubungan) antara individu dalam

lingkungan sehingga individu tersebut dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam

lingkungan keluarga maupun kelompok sosial yang sama. Dinamika keluarga termasuk salah

satunya adalah penganiayaan anak, disfungsi system keluarga (keterampilan koping yang tidak

adekuat), model peran yang buruk.

a. Penganiayaan anak

Anal-anak yang teru menerus dianiaya pada masa kanak-kanak maka perkembangan otaknya

kurang adekuat

b. Disfungsi sitem keluarga

Hubungan yang ditandai dengan kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk,

kurangnya batasan antar generasi, dan perasaan terjebak, semuanya terlibat dalam

terjadinya gangguan jiwa.

c. Model peran yang buruk

15

Page 16: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Kurang adekuatnya model peran orang tua dapat mempengaruhi anak-anak dalam

menjalankan perilaku yang disfungsional

Ada empat aspek yang selalu muncul dalam dinamika keluarga:

1. tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri yang biasa dikenal

dengan harga diri atau self-esteem.

2. Tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan pikiran mereka

yang dikenal dengan komunikasi.

3. Tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana mereka seharusnya

merasa dan bertindak yang berkembang sebagai sistem nilai keluarga.

4. Tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan institusi di luar

keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.

II. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN GENOGRAM KELUARGA

Genogram adalah  suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah keluarga

pasien  yang berguna  bagi  pemberi layanan kesehatan untuk segera mendapatkan  informasi

tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas hubungan antar anggota keluarga.3  Genogram

adalah biopsikososial pohon keluarga, yang mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat

sakit di dalam keluarga serta hubungan antar anggota keluarga.

Di dalam genogram berisi : nama, umur, status menikah, riwayat perkawinan, anak-anak,

keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik, tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat

informasi tentang hubungan emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan

penting dengan profesional yang lain  serta informasi-informasi lain yang relevan. Dengan

genogram  dapat digunakan juga  untuk menyaring kemungkinan adanya kekerasan (abuse) di

dalam keluarga.

Genogram idealnya diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga, dan selalu

dilengkapi (update) setiap ada informasi baru tentang  anggota keluarga   pada kunjungan-

kunjungan selanjutnya. Dalam teori sistem keluarga dinyatakan bahwa keluarga  sebagai sistem

yang saling berinteraksi dalam suatu unit emosional. Setiap kejadian emosional keluarga dapat

16

Page 17: 150747612-PBL-2-KEDKEL

mempengaruhi atau melibatkan sediktnya 3 generasi keluarga. Sehingga idealnya, genogram

dibuat minimal untuk 3 generasi.

Dengan demikian, genogram dapat membantu dokter untuk :

1. mendapat informasi dengan cepat tentang data yang terintegrasi antara kesehatan fisik

dan mental di dalam keluarga

2. pola multigenerasi dari penyakit dan disfungsi

Contoh Genogram dan simbol- simbol yang berada di dalam genogram keluarga

17

Page 18: 150747612-PBL-2-KEDKEL

18

Page 19: 150747612-PBL-2-KEDKEL

III. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN DALAM KELUARGA

a. Lingkungan

Pada saat sekarang ini sudah menjadi perbincangan oleh para ahli kesehatan masyarakat

bahwa unsur yang paling berpengaruh di dalam perubahan status kesehatan adalah faktor

lingkungan akan tetapi kelompok disiplin ilmu perilaku membantah bahwa faktor utama

yang mempengaruhi status kesehatan adalah prilaku individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

b. Prilaku

Dari perbincangan dua kelompok ahli tersebut, ahli prilaku memberikan contoh bahwa

lingkungan akan menjadi rusak akibat prilaku yang tak terpuji misalkan membuang sampah

bukan pada tempat yang telah disediakan, dimana-mana terdapat sampah baik organik

maupun non organik dikarenakan ulah manusia bukan ulah lingkungan itu sendiri.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami bahwa antara lingkungan dengan prilaku

merupakan dua unsur penting di dalam penataan lingkungan sehingga baik prilaku maupun

lingkungan itu sendiri dapat memjadi perhatian kita bersama, apalagi kesehatan adalah

modal bangsa, investasi masa depan yang lebih baik dan hak azasi yang harus dimiliki oleh

setiap orang.

c. Pelayanan kesehatan

Selain faktor lingkungan dan prilaku, status kesehatan juga sangat ditentukan oleh pelayanan

kesehatan. Untuk meningkatkan peranan pelayanan kesehatan di dalam meningktakan status

kesehatan saat ini telah di bangun di semua tempat di desa dan kelurahan sebuah gedung

yang sering disebut pos kesehatan desa (Poskesdes), maaf buka pusat kesehatan desa

(puskesdes). Upaya pengadaan tempat tersebut merupakan upaya bersama pemerintah dan

19

Page 20: 150747612-PBL-2-KEDKEL

masyarakat bahkan sedapat mungkin menjadi upaya masyarakat itu sendiri. Dengan adanya

tempat tersebut maka pelayanan kesehatan terhadap masyarakat akan menjadi dekat.

Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan di Poskesdes adalah upaya promosi kesehatan,

pencegahan penyakit, pengobatan penyakit ringan serta pemulihan setelah sakit. Perlu juga

diketahui bahwa yang dimaksud dengan pengobatan  di Poskesdes itu sangat terbatas, bukan

semua penyakit dapat diberikan pengobatan di tempat tersebut.

Petugas yang ada di Poskesdes juga harus mengerti dan memahami tentang hal tersebut

karena pemahaman masyarakat terhapat tempat tersebut, menyamakan dengan Puskesmas

ataupun Rumah Sakit. Padahal tujuan utama pelayanan kesehatan yang ada di Poskesdes

adalah promosi kesehatan dan konsultasi hidup sehat jadi yang menjadi sasaran pengunjung

sebenarnya lebih diarahkan ke orang sehat bukan orang sakit.  

d. Keturunan

Telah manjadi aturan bahwa semua calon pengantin harus memeriksakan diri ke dokter atau

memiliki keterangan sehat dari dokter sebelum melangungkan pernikahan agar terbentuk

keluarga yang berkualitas dan terlahir generasi baru yang juga berkualitas. Pemeriksaan

kesehatan bukan untuk menghalangi berlangsung pernikahan oleh kedua belah pihak akan

tetapi merupakan upaya deteksi dini terhadap keberlangsungan bangsa dengan pencegahan

lebih dini dan informasi lebih dini tentang kehidupan kesehatan keluarga akan tercapai.

Peran pemangku adat dan agama di wilayah setempat dapat memberikan kontribusi yang

sangat besar di dalam hal ini

IV. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KONSEP KELUARGA ISLAMI

keluarga muslim adalah keluarga yang meletakkan segala aktivitas pembentukan

keluarganya sesuai dengan syari’at Islam yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Keluarga

tersebut dibangun di atas aqidah yang benar dan semangat untuk beribadah kepada Allah serta

semangat untuk menghidupkan syiar dan adab-adab Islam Islam sebagaimana telah dicontohkan

Rasulullah SAW. Menurut Hammudah Abdul Al-Ati dalam bukunya “The Family Structure in

Islam” definisi keluarga dilihat secara operasional adalah: “Suatu struktur yang bersifat khusus

yang satu sama lain mempunyai ikatan khusus, baik lewat hubungan darah atau pernikahan.

Perikatan itu membawa pengaruh pada adanya rasa “saling berharap” (mutual expectation)

20

Page 21: 150747612-PBL-2-KEDKEL

yang sesuai dengan ajaran agama, dikukuhkan dengan kekuatan hukum serta secara individual

saling mempunyai ikatan batin”.

Bentuk keluarga yang paling sederhana adalah keluarga inti yang terdiri atas suami istri

dan anak-anak yang biasanya hidup bersama dalam suatu tempat tinggal. Namun demikian

menurut Abdul Al ‘Ati pengertian keluarga tidaklah dibatasi oleh kerangka tempat tinggal. Sebab

anggota sebuah keluarga tidaklah selalu menempati tempat tinggal yang sama. Adanya rasa

saling harap sebagai unsur dalam perikatan keluarga itu lebih penting dari unsur tempat tinggal.

Ikatan keluarga yang dibentuk oleh seorang muslim dan muslimah merupakan ikatan

yang penuh dengan keberkahan, yang dengannya keduanya saling menghalalkan satu dengan

lainnya. Dengannya pula keduanya memulai sebuah rihlah thawilah (perjalanan panjang), dalam

suasana saling mencintai, menyayangi dan menghargai. Dengan ikatan ini lahirlah rasa tentram

dan ketenangan serta kebahagiaan hidup dalam suasana saling memahami, tolong-menolong dan

nasihat-menasehati. Dari sinilah terbentuk sebuah keluarga muslim yang merupakan labinah

(batu bata) yang kokoh bagi terbentuknya masyarakat muslim.

Mayoritas manusia tentu mendambakan kebahagiaan, menanti ketentraman dan

ketanangan jiwa. Tentu pula semua menghindari dari berbagai pemicu gundah gulana dan

kegelisahan. Terlebih dalam lingkngan keluarga. Ingatlah semua ini tak akan terwujud kecuali

dengan iman kepada Alloh, tawakal dan mengembalikan semua masalah kepadaNya, disamping

melakukan berbagai usaha yang sesuai dengan syari'at.

Pentingnya Keharmonisan Keluarga Yang paling berpengaruh buat pribadi dan

masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Alloh dengan

hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap dan tinggal

dengan tentram di dalamnya. FirmanNya: "dan diantara tanda-tanda kekuasanNya adalah Dia

mencipatakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa

tentram kepadanya dan diajadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Ruum [30]: 21)

Ya.supaya engkau cenderung dan merasa tentram kepadanya (Alloh tidak mengatakan: 'supaya

kamu tinggal bersamanya'). Ini menegaskan makna tenang dalam perangai dan jiwa serta

menekankan wujudnya kedamaian dalam berbagai bentuknya.

Maka suami istri akan mendapatkan ketenangan pada pasangannya di kala datang

kegelisahan dan mendapati kelapangan di saat dihampiri kesempitan. Sesungguhnya pilar

21

Page 22: 150747612-PBL-2-KEDKEL

hubungan suami istri adalah kekerabatan dan pershabatan yang terpancang di atas cinta dan kasih

sayang. Hubungan yang mendalam dan lekat ini mirip dengan hubungan seseorang dengan

dirinya sendiri. Al Qur'an menjelaskan: "Mereka itu pakaian bagimu dan kamu pun pakaian

baginya." (Al Baqarah [2]: 187)

Terlebih lagi ketika mengingat apa yang dipersiapkan bagi hubungan ini misalnya;

penddidikan anak dan jaminan kehidupan, yang tentu saja tak akan terbentuk kecuali dalam

atmosfir keibuan yang lembut dan kebapakan yang semangat dan serius.

Pilar Peyangga Keluarga Islami

1. Iman dan Taqwa

Faktor pertama dan terpenting adalah iman kepada Alloh dan hari akhir, takut kepada

Dzat Yang memperhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertaqwa dan

bermuraqabbah (merasa diawasi oleh Alloh) lalu menjauh dari kedhaliman dan kekeliruan di

dalam mencari kebenaran.

"Demikian diberi pengajaran dengan itu, orang yang beriman kepada Alloh dan hari

akhirat. Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia kan mengadakan baginya

jalan keluar. Dan Dia kan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan

barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan keperluannya."

(Ath Thalaaq [65]: 2-3)

Di antara yang menguatkan tali iman yaitu bersungguh-sungguh dan serius dalam ibadah

serta saling ingat-mengingatkan. Perhatikan sabda Rasululloh: "Semoga Alloh merahmati

suami yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula istrinya lalu shalat pula.

Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya. Dan semoga Alloh merahmati istri yang

bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula suaminya lalu shalat pula. Jika

enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasa'i, Ibnu

Majah).

Hubungan suami istri bukanlah hubungan duniawi atau nafsu hewani namun berupa

interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika hubungan itu shahih maka dapat berlanjut ke kehidupan

akhirat kelak. FirmanNya: "Yaitu surga 'Adn yang mereka itu masuk di dalamnya bersama-

sama orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya." (Ar Ra'd

[13]: 23)

22

Page 23: 150747612-PBL-2-KEDKEL

2. Hubungan Yang Baik

Termasuk yang mengokohkan hal ini adalah pergaulan yang baik. Ini tidak akan tercipta

kecuali jika keduanya saling mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.

Mencari kesempurnaan dalam keluarga dan naggotanya adalah hal mustahil dan merasa

frustasi daklam usha melakukan penyempurnan setiap sifat mereka atau yang lainnya

termasuk sia-sia juga.

3. Tugas Suami

Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri itu

lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu maka ia

akan buntu.

Teralalu berlebih dalam meluruskannya berarti membengkokkannya dan

membengkokkannya berarti menceraikannya. Rasululloh bersabda: "Nasehatilah wanita

dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok

dari rusuk adalah bagian atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan

mematahkannya. Dan seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu

nasehatilah dengan baik." (HR. Bukhari, Muslim)

Jadi kelemahan wanita sudah ada sejak diciptakan, jadi bersabarlah untuk

menghadapinya. Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat apa yang menjadi

bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi kekurangan mereka. Dan

perhatikan sisi kebaikan niscaya akan banyak sekali.

Dalam hal ini maka berperilakulah lemah lembut. Sebab jika ia sudah melihat sebagian

yang dibencinya maka tidak tahu lagi dimana sumber-sumber kebahagiaan itu berada. Alloh

berfirman; "Dan bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak

menyukai mereka maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal

Aloh menjadikannya kebaikan yang banyak." (An Nisa' [4]: 19)

Apabila tidak begitu lalu bagaimana mungkin akan tercipta ketentraman, kedamaian dan

cinta kasih itu: jika pemimpin keluarga itu sendiri berperangai keras, jelek pergaulannya, sempit

wawasannya, dungu, terburu-buru, tidak pemaaf, pemarah, jika masuk terlalu banyak

mengungkit-ungkit kebaikan dan jika keluar selalu berburuk sangka.

Padahal sudah dimaklumi bahwa interaksi yang baik dan sumber kebahagiaan itu tidaklah

tercipta kecuali dengan kelembutan dan menjauhakan diri dari prasangka yang tak beralasan.

23

Page 24: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Dan kecemburuan terkadang berubah menjadi prasangka buruk yang menggiringnya untuk

senantiasa menyalah tafsirkan omongan dan meragukan segala tingkah laku. Ini tentu akan

membikin hidup terasa sempit dan gelisah dengan tanpa alasan yang jelas dan benar.

4. Tugas Istri

Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri mengetahui

kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai pemimpin, pelindung,

penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan harta suami.

Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta memperhatikan diri dan

rumahnya.

Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah suaminya

dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami dan tiada

mengingkari kebaikannya. Jangan berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan

mengkhianati ketika ia pergi.

Dengan ini sudah barang tentu akan tercapai saling meridhai, akan langgeng hubungan,

mesra, cinta dan kasih sayang. Dalam hadits: "Perempuan mana yang meninggal dan suaminya

ridha kepadanya maka ia masuk surga." (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Majah)

Maka bertaqwalah wahai kaum muslimin! Ketahuilah bahwa dengan dicapainya

keharmonisan akan tersebarlah semerbak kebahagiaan dan tercipta suasana yang kondusif bagi

tarbiyah.

Selain itu tumbuh pula kehidupan di rumah yang mulia dengan dipenuhi cinta kasih dan

saling pengertian anatar sifat keibuan yang penuh kasih sayang dan kebapakan yang tegas, jauh

dari cekcok, perselisihan dan saling mendhalimi satu sama lain. Juga tak ada permusuhan dan

saling menyakiti.

Ada juga yang mengungkapkan beberapa karakteristik yang harus terwujud dalam sebuah

keluarga yang menjadikannya layak disebut sebagai model keluarga muslim. Karakteristik

tersebut adalah:

1. didirikan di atas landasan Ibadah kepada Allah SWT

Keluarga muslim harus didirikan dalam rangka menegakkan Ibadah kepada Allah SWT.

Maksudnya seluruh proses yang dijalani mulai dari niat membentuk keluarga, proses

memilih pasangan, pelaksanaan aqad nikah dan walimah serta seluruh interaksi yang terjadi

setelahnya, hendaknya dibingkai dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah dan untuk

24

Page 25: 150747612-PBL-2-KEDKEL

mengharapkan ridho-Nya. Haruslah dihindari semua bentuk penyimpangan dan perbuatan

yang melanggar dan bertentangan dengan syariat Allah SWT dan petunjuk Rasulullah SAW.

Dengan demikian berumahtangga bagi seorang mukmin ialah untuk melaksanakan

perhambaan kepada Allah, bukan sebaliknya menghalanginya dari tugas utama tersebut.

2. Terjadi penerapan Islam secara kaafah serta tegaknya nilai-nilai Al-Qur’an dan

sunnah Rasulullah dalam segala urusan rumah tangga

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa keluarga muslim adalah keluarga yang

berpegang teguh pada syariat dan adab-adab Islam. Untuk itu setiap anggota keluarga

dituntut menerapkan nilai-nilai Islam dalam seluruh perilakunya termasuk dalam hubungan

antara suami dengan isteri, hubungan antara orangtua dengan anak maupun hubungan

anggota keluarga dengan kerabat dan masyarakatnya. Firman Allah SWT: Hai orang-orang

yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut

langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. (QS.

2:208) Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menjelaskan tentang makna ayat ini, beliau

mengatakan: “Masuklah ke dalam syariat agama Muhammad SAW dan jangan sedikitpun

meninggalkannya”.(Tafsir Ibnu Katsir: 1/249)

3. Diterapkannya suasana amar ma’ruf nahi munkar dan nasihat menasehati

Berdasarkan penjelasan firman Allah SWT yang artinya: “Peliharalah diri dan keluargamu

dari api neraka” sebagaimana disebut di atas, jelaslah bahwa keluarga muslim merupakan

keluarga yang di dalamnya berhimpun individu-individu yang berkumpul karena Allah

SWT, saling mengajak kepada keta’atan dan ketakwaan kepada-Nya, saling menyuruh

kepada yang baik dan mencegah dari kemungkaran. Tidak hanya sebatas itu, aktivitas amar

ma’ruf nahi mungkar yang diterapkan di dalam keluarga selanjutnya diperluas dan

diterapkan kepada tetangga serta masyarakat sekitarnya. Hal ini dilaksanakan sebagai wujud

tanggungjawab menebar kebaikan dan menyebarkan nilai-nilai Islam di tengah-tengah

masyarakat.

4. Terwujudnya suasana kasih sayang di dalam keluarga

Di dalam surah ar-Rum ayat 21, Allah SWT telah berfirman:“Dan di antara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri daripada jenismu supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa

mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian benar-benar terdapat tanda-tanda

25

Page 26: 150747612-PBL-2-KEDKEL

bagi kaum yang berftkir. “(QS.Ar-Rum:21) Al-Qurtubi telah menulis komentar lbnu Abbas

mengenai “mawaddah” yang dijelaskan sebagai “cinta kasih seorang suami kepada isterinya”

dan “rahmah” maksudnya adalah “kasih sayang agar isterinya jangan sampai menderita atau

mengalami kesusahan”. Di sini dapat disimpulkan bahawa pembentukan keluarga muslim itu

diasaskan di atas ‘mawaddah’ dan ‘rahmah’.    Suasana rumahtangga yang dibina di atas

dasar cinta dan kasih sayang yang suci ini akan mententeramkan dan memberi ketenangan

kepada jiwa. Dalam hal ini tiada contoh yang lebih baik dan tepat daripada rumah tangga

Rasuluillah SAW yang dibina bersama dengan Ummul Mu’minin Khadijah dan Ummahatul

Mu’minin lainnya.

5. Pergaulan di dalam keluarga didasari asas Al-Muasarah bil Maaruf

Pembinaan rumahtangga hendaklah juga diasaskan di atas dasar Al-Muasarah bil Maaruf.

Apa yang dimaksudkan dengan Al-Muassarah bil Maaruf ialah: Pergaulan dan hidup

bersama secara baik dan diridhai Allah. Tidak dikatakan sesuatu itu ma’ruf melainkan ia

baik dan diridhai Allah serta jauh pula dari kemungkaran, kemaksiatan, penganiayaan,

kezaliman dan sebagainya. Karena itu pergaulan suami isteri hendaklah didasarkan atas

tujuan meraih keridhaan Allah serta semata-mata mengharapkan balasan dari-Nya. Manakala

pendidikan dan bimbingan kepada isteri dan keluarga ke arah keridhaan Allah menjadi dasar

tindakan seseorang suami maka akan terwujudlah keluarga muslim yang diberkahi Allah

SWT. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada

keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku” (HR. Turmudzi)

Allah berfirman dari Surah An Nisaa: “Dan bergaullah kamu dengan mereka (isteri-isteri

kamu itu) dengan cara yang baik”. (QS. 4:19)

Perlu diingat, bahwa bersikap baik dan lemah lembut bukan berarti kita membiarkan isteri

dan keluarga melakukan kemungkaran dan bergelimang dengan dosa dan maksiat, kerena

kalau ini yang terjadi berarti kita telah bersikap lalai terhadap tanggungjawab kita terhadap

keluarga.

6. Terlaksananya pendidikan Islam

Salah satu ciri penting yang membedakan keluarga muslim dengan bukan keluarga muslim

ialah pelaksanaan pendidikan Islam yang benar di dalamnya. Setiap muslim dituntut supaya

memberi perhatian serius mengenai perkara itu. Anggota keluarga yang tidak mendapat

pendidikan Islam atau yang lebih parah lagi jika pendidikan mereka terus terabaikan, mereka

26

Page 27: 150747612-PBL-2-KEDKEL

bukan saja tidak mampu menyambung perjuangan Islam tetapi mungkin menjadi penghalang

perjuangan itu.

7. Adanya Keteladanan  

Keteladanan sangat diperlukan dalam proses penanaman nilai-nilai Islam di dalam keluarga.

Dengan keteladanan kebaikan akan cepat diikuti dan memberikan pengaruh yang kuat bagi

anggota keluarga. Seorang anak akan terbiasa melaksanakan adab-adab Islam manakala ia

melihat dan mendapati kedua orangtuanya melazimkan dan memberikan contoh adab-adab

tersebut dilakukan sejak ia kecil. Ketaladanan orangtua akan memberikan suasana kondusif

dan menjadi lahan subur bagi proses pendidikan anak.

V. MENJELASKAN HAK DAN KEWAJIBAN MERAWAT ANGGOTA

KELUARGA YANG SAKIT

Keluarga si sakit wajib bersabar terhadap si sakit, jangan merasa sesak dada karenanya

atau merasa bosan, lebih-lebih bila penyakitnya itu lama. Karena akan terasa lebih pedih dan

lebih sakit dari penyakit itu sendiri jika si sakit merasa menjadi beban bagi keluarganya,

lebih-lebih jika keluarga itu mengharapkan dia segera dipanggil ke rahmat Allah. Hal ini dapat

dilihat dari raut wajah mereka, dari cahaya pandanganmereka, dan dari gaya bicara mereka.

Apabila kesabaran si sakit atas penyakit yang dideritanya akanmendapatkan pahala yang

sangat besar --sebagaimana diterangkandalam beberapa hadits sahih-- maka kesabaran

keluarga dankerabatnya dalam merawat dan mengusahakan kesembuhannya tidakkalah besar

pahalanya. Bahkan kadang-kadang melebihinya,karena kesabaran si sakit menyerupai

kesabaran yang terpaksa,sedangkan kesabaran keluarganya merupakan kesabaran yang

diikhtiarkan (diusahakan). Maksudnya, kesabaran si sakit merupakan kesabaran karena

ditimpa cobaan, sedangkan kesabaran keluarganya merupakan kesabaran untuk berbuat baik.

Diantara orang yang paling wajib bersabar apabila keluarganya ditimpa sakit ialah suami

atas istrinya, atau istri atas suaminya. Karena pada hakikatnya kehidupan adalah bunga dan

duri, hembusan angin sepoi dan angin panas, kelezatan dan penderitaan, sehat dan sakit,

perputaran dari satu kondisi ke kondisi lain. Oleh sebab itu, janganlah orang yang beragama

dan berakhlak hanya mau menikmati istrinya ketika ia sehat tetapi merasa jenuh ketika ia

menderita sakit. Ia hanya mau memakan dagingnya untuk membuang tulangnya, menghisap

sarinya ketika masih muda lalu membuang kulitnya ketika lemah dan layu. Sikap seperti ini

27

Page 28: 150747612-PBL-2-KEDKEL

bukan sikap setia tidak termasuk mempergauli istri dengan baik, bukan akhlak lelaki yang

bertanggung jawab, dan bukan perangai orang beriman.

Demikian juga wanita, ia tidak boleh hanya mau hidup bersenang-senang bersama

suaminya ketika masih muda dan perkasa, sehat dan kuat, tetapi merasa sempit dadanya

ketika suami jatuh sakit dan lemah. Ia melupakan bahwa kehidupan rumah tangga yang

utama ialah yang ditegakkan di atas sikap tolong-menolong dan bantu-membantu pada waktu

manis dan ketika pahit, pada waktu selamat sejahtera dan ketika ditimpa cobaan.

Seorang penyair Arab masa dulu pernah mengeluhkan sikap istrinya "Sulaima" ketika

merasa bosan terhadapnya karena ia sakit, dan ketika si istri ditanya tentang keadaan

suaminya dia menjawab, "Ia tidak hidup sehingga dapat diharapkan dan tidak pula mati

sehingga patut dilupakan." Sementara ibu sang penyair sangat sayang kepadanya, berusaha untuk

kesembuhannya, dan sangat mengharapkan kehidupannya. Lalu sang penyair itu bersenandung

duka:

 "Kulihat Ummu Amr tidak bosan dan tidak sempit dada Sedang Sulaima jenuh kepada tempat

tidurku dan tempat tinggalku Siapakah gerangan yang dapat menandingi bunda nan pengasih

Maka tiada kehidupan kecuali dalam kekecewaan dan kehinaan Demi usiaku, kuingatkan kepada

orang yang tidur Dan kuperdengarkan kepada orang yang punya telinga."

Yang lebih wajib lagi daripada kesabaran suami-istri ketika teman hidupnya sakit ialah

kesabaran anak laki-laki terhadap penyakit kedua orang tuanya. Sebab hak mereka adalah

sesudah hak Allah Ta'ala, dan berbuat kebajikan atau berbakti kepada mereka termasuk pokok

keutamaan yang diajarkan oleh seluruh risalah Ilahi. Karena itu Allah menyifati Nabi Yahya

a.s. dengan firman-Nya:

"Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi

durhaka." (Maryam:14)

Allah menjadikannya --yang masih bayi dalam buaian itu--berkata menyifati dirinya:

"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."

(Maryam: 32)

Demikian juga dengan anak perempuan, bahkan dia lebih berhak memelihara dan

merawat kedua orang tuanya, dan lebih mampu melaksanakannya karena Allah telah

mengaruniainya rasa kasih dan sayang yang melimpah, yang tidak dapat ditandingi oleh anak

laki-laki.

28

Page 29: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Al-Qur'an sendiri menjadikan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua ini

dalam urutan setelah mentauhidkan Allah Ta'ala, sebagaimana difirmankan-Nya:

 "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat

baiklah kepada kedua orang ibu bapak..." (an-Nisa': 36)

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah

kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya ..." (al-lsra': 23)

Dalam ayat yang mulia ini Al-Qur'an mengingatkan tentang kondisi khusus atau

pencapaian usia tertentu yang mengharuskan bakti dan perbuatan baik seorang anak kepada

orang tuanya semakin kokoh. Yaitu, ketika keduanya telah lanjut usia, dan pada saat-saat seusia

itu mereka amat sensitif terhadap setiap perkataan yang keluar dari anak-anak mereka, yang

sering rasakan sebagai bentakan atau hardikan terhadap keberadaan mereka. Kata-kata yang

mempunyai konotasi buruk inilah yang dilarang dengan tegas oleh Al-Qur~an:

 "... Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai ke umur lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah'

dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:

'Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku

waktu kecil.'" (al-Isra': 23-24)

 Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa beliau berkata, "Kalau Allah

melihat ada kedurhakaan yang lebih rendah daripada perkataan 'uff (ah), niscaya diharamkan-

Nya."

 Ungkapan Al-Qur'an "sampai ke usia lanjut dalam pemeliharaanmu"

menunjukkan bahwa si anak bertanggung jawab atas kedua orang tuanya, dan mereka

telah menjadi tanggungannya. Sedangkan bersabar terhadap keduanya –ketika kondisi mereka

telah lemah atau tua-- merupakan pintu yang paling luas yang mengantarkannya ke surga

dan ampunan; dan orang yang mengabaikan kesempatan ini berarti telah mengabaikan

keuntungan yang besar dan merugi dengan kerugian yang nyata

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: "Merugi, merugi, dan

merugi orang yang mendapat kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau kedua-

duanya, lantas ia tidak masuk surga."57 (HR Ahmad dan Muslim)58

29

Page 30: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Juga diriwayatkan dalam hadits lain dari Ka'ab bin Ujrah dan lainnya bahwa Malaikat

Jibril pembawa wahyu mendoakan buruk untuk orang yang menyia-nyiakan kesempatan ini, dan

doa Jibril ini diaminkan oleh Nabi saw.

Sedangkan yang sama kondisinya dengan usia lanjut ialah kondisi-kondisi sakit yang

menjadikan manusia dalam keadaan lemah dan memerlukan perawatan orang lain, serta tidak

mampu bertindak sendiri untuk menyelenggarakan keperluannya.

Jika demikian sikap umum terhadap kedua orang tua, maka secara khusus ibu lebih

berhak untuk dijaga dan dipelihara berdasarkan penegasan Al-Qur'an dan pesan Sunnah

Rasul. 

Allah berfirman: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu-

bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah

(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan ..." (al-Ahqaf: 15)

"Dan Kami perintahkan manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua

tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada duaorang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu." (Luqman: 14)

Imam Thabrani meriwayatkan dalam al-Mu'jamush-Shaghir dari Buraidah bahwa

seorang laki-laki datang kepada Nabi saw., lalu ia berkata:

"Wahai Rasululah, saya telah menggendong ibu saya di pundak saya sejauh dua farsakh

melewati padang pasir yang amat panas, yang seandainya sepotong daging dilemparkan ke situ

pasti masak maka apakah saya telah menunaikan syukur kepadanya?" Nabi menjawab,

"Barangkali itu hanya seperti talak satu."60

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Umar bin Khattab, "Ibuku sangat

lemah dan tua renta sehingga tidak dapat memenuhi keperluannya kecuali punggungku ini

telah menjadi hamparan tunggangannya --dia berbuat untuk ibunya seperti ibunya berbuat

untuk dia dahulu-- maka apakah saya telah melunasi utang saya kepadanya?" Umar

menjawab,

"Sesungguhnya engkau berbuat begitu terhadap ibumu, tetapi engkau menantikan

kematiannya esok atau esok lusa; sedangkan ibumu berbuat begitu terhadapmu justru

mengharapkan engkau berusia panjang."

30

Page 31: 150747612-PBL-2-KEDKEL

Selain itu, tanggung jawab keluarga terhadap si sakit bertambah berat apabila ia

tidak punya atau kehilangan kelayakan untuk berbuat sesuatu, misalnya anak kecil –apalagi

belum sampai mumayiz-- atau seperti orang gila, yang masing-masing membutuhkan

perawatan ekstra dan penanganan yang serius. Karena orang yang mumayiz dan berpikiran

normal dapat meminta apa saja yang ia inginkan dapat menjelaskan apa yang ia butuhkan,

dapat minta disegerakan kebutuhannya bila terlambat, dan dapat memuaskan orang yang

mengobati atau merawatnya.

Sedangkan anak kecil, orang gila, dan yang sejenisnya, maka tidak mungkin dapat

melakukan hal demikian. Karena itu berlipat gandalah beban keluarganya. Dengan demikian,

mereka harus benar-benar menyadari kondisi kesehatannya dan mengusahakan

pengobatannya, sehingga terkadang harus membawanya ke dokter, memasukkannya ke

rumah sakit, atau hal-hal lain yang tidak dapat dibatasi.

Di dalam merawat orang sakit, orang yang mendampingi sedikit banyak harus tahu :

1. Apa kebutuhannya, obat-obatannya, makanannya, dan sebagainya.

2. Usahakanlah untuk terus berkomunikasi dengan orang sakit.

3. Untuk bisa menumbuhkan kasih dalam merawat orang sakit, kita harus merawat bukan

sekedar melakukan tugas. Jadi dalam merawat itu harus ada kasih.

4. Baik orang yang merawat maupun yang dirawat harus mempersiapkan hati menghadapi apa

yang akan terjadi di kemudian hari.

31

Page 32: 150747612-PBL-2-KEDKEL

DAFTAR PUSTAKA

Azwar A, Justam J dan Bustami Z S. 1983. Bunga rampai dokter keluarga, Kelompok Studi Dokter Keluarga, Jakarta

Ahmadi, Abu. (2002). Psikologi Sosial. Rineka Cipta: Jakarta

Retno Purwandari, S.Kep.,.Ns.elearning.unej.ac.id/courses/IKU1234b318/document/KONSEP_

Syaripudin, Tatang. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu: Bandung

Usman H. 1998. Pengenalan epidemiologi, Jakarta

Meda Wahini. (2008). Keluarga Sebagai Tempat Pertama Dan Utama Terjadinya Sosialisasi Pada Anak. [oline]. Tersedia: http://tumoutou.net/702_05123/meda_wahini.htm

http://www.genopro.com/genogram/

http://almanhaj.or.id/content/2761/slash/0/rumahku-sorgaku-menciptakan-keluarga-islami-untuk-menggapai-ridha-ilahi/

32